KUALITAS HUBUNGAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KUALITAS HUBUNGAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE"

Transkripsi

1 KUALITAS HUBUNGAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE OLEH ASTRI SARI RAHMAWATI TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

2

3

4 PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Astri Sari Rahmawati NIM : Program Studi : Psikologi Fakultas : Psikologi UKSW Jenis Karya : Tugas Akhir Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hak bebas non-royalti (non-exclusive royalty free right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : KUALITAS HUBUNGAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE Beserta perangkat yang ada (jika perlu). Dengan Hak Bebas Royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia atau mengaliformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di: Salatiga Pada tanggal: 29 Oktober 2015 menyatakan, Yang Astri Sari Rahmawati Mengetahui, Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

5 Jusuf Tj. Purnomo. MA., Psi. Psi Ratriana Y.E. Kusumiati, M. Si., PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Astri Sari Rahmawati NIM : Program Studi : Psikologi Fakultas : Psikologi, UKSW Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : KUALITAS HUBUNGAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG MENJALANI COMMUTER MARRIGE Yang dibimbing oleh : 1. Jusuf Tj. Purnomo, MA., Psi. 2. Ratriana Y.E. Kusumiati, M. Si., Psi Adalah benar-benar hasil karya saya. Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta symbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya. Salatiga, 29 September 2015

6 Yang memberi pernyataan, Astri Sari Rahmawati LEMBAR PENGESAHAN KUALITAS HUBUNGAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE Oleh Astri Sari Rahmawati TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Disetujui Pada Tanggal : 29 September 2015 Oleh: Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

7 KUALITAS HUBUNGAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE Astri Sari Rahmawati Jusuf Tj. Purnomo Ratriana Y.E. Kusumiati Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

8 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rata-rata nilai pada aspek-aspek dalam kualitas hubungan pada individu dewasa awal yang menjalani commuter marriage. Penelitian ini dilakukan pada 31 individu dewasa awal yang menjalani commuter marriage melalui incidental sampling. Peneliti menggunakan The Perceived Relationship Quality Components (PRQC) untuk mengetahui tingkat kualitas hubungan. Hasil yang ditemukan terdapat perbedaan rata-rata nilai pada aspek-aspek dalam kualitas hubungan, namun nilai rata-rata tertinggi terdapat pada aspek cinta, yakni 88,5. Kata kunci: dewasa awal, commuter marriage, kualitas hubungan. i

9 ABSTRACT The purpose of the study is to find the average value of each aspect in quality of relationship in early adult individuals having commuter marriage. This study is done using incidental sampling to 31 early adult individuals having commuter marriage. The researcher used The Perceived Relationship Quality Components (PRQC) to find out the quality level of relationship in each individual. The result is there is average value in the aspects of quality of relationship. However, the highest average value is in love aspects, which is 88,5. Keywords : early adult, commuter marriage, quality of relationship. ii

10 1 KUALITAS HUBUNGAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE Latar Belakang Seorang yang memasuki usia dewasa awal memiliki peran, tanggung jawab serta kebutuhan yang lebih dibandingkan dengan sebelumnya. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa awal ialah mereka yang berusia tahun. Pada masa dewasa awal ini, individu diharapkan lebih matang dan mandiri dalam menghadapi hidupnya, karena terdapat tugas-tugas perkembangan yang khas bagi orang dewasa, antara lain mendapatkan suatu pekerjaan dan memilih seorang teman hidup (Havighurst, 1995). Santrock (2003) menambahkan bahwa membina hubungan intim dengan lawan jenis merupakan tugas perkembangan spesifik bagi individu dewasa awal. Pada masa ini, individu mulai mengkristalisasi hubungan dengan pasangan yang paling dicintai, dipercayai, atau dibina sebelumnya. Mengkristalisasi lebih kepada keputusan seorang individu untuk terikat dengan pasangannya, seperti menikah. Ketika menginjak masa dewasa awal, ia akan segera membentuk hubungan yang lebih erat, intim atau akrab. Hubungan yang berlangsung lama biasanya ditandai dengan derajat keeratan yang semakin kuat. Menurut Kelly (dalam Sears, dkk, 1988), suatu hubungan dapat disebut hubungan yang erat bila di dalamnya terdapat interdependensi yang kuat pula, yakni adanya kecenderungan seseorang untuk saling bergantung sama lain. Pada masa ini pula, seseorang mulai berpikir untuk membangun rumah tangga dengan pasangannya. Ketika diantara laki-laki dan wanita terdapat suatu ketertarikan yang mengarah pada percintaan, guna memenuhi kebutuhan yang lainnya, maka mereka kemudian masuk pada tahap perkawinan (Andaruni & Uyun, 2010). Perkawinan (marriage) merupakan ikatan kudus antara

11 2 pasangan dari seorang laki-laki dan seorang wanita yang telah menginjak usia dewasa. Perkawinan dianggap sebagai ikatan kudus karena hubungan pasangan antara seorang laki-laki dan seorang wanita telah diakui secara sah dalam hukum agama (Dariyo, 2003). Dewasa ini, dengan terus meningkatnya kebutuhan hidup membuat suami atau istri memilih untuk meniti karir di luar kota atau bahkan di luar negeri dan harus meninggalkan pasangan dan anak-anaknya. Keadaan perkawinan yang mengharuskan pasangan suami istri tinggal terpisah ini biasa disebut dengan commuter marriage (Rhodes, 2002). Sedangkan menurut Gerstel & Gross; Orton & Croosman (2009) tentang commuter marriage adalah sebuah pilihan sukarela, dimana sepasang suami istri tinggal pada dua tempat dengan lokasi geografis yang berbeda, dan mereka berpisah paling sedikit tiga malam dalam seminggu untuk minimal tiga bulan lamanya. Torsina (2007) mengemukakan bahwa long distance relationship atau LDR (dalam perkawinan), merupakan perkawinan dimana karena alasan khusus, menyebabkan pasangan suami istri tidak dapat tinggal serumah. Rohlfing (1995) mengkategorikan partisipan untuk long distance relationship sebagai berikut; dari faktor geografis atau jarak, frekuensi pertemuan, serta alasan untuk berjarak dengan pasangan. Penelitian yang dilakukan oleh majalah Time (2007), menyatakan bahwa commuter marriage terlah banyak terjadi. Pada tahun 2005, jumlahnya meningkat 30% menjadi 3,6 juta pasangan, namun di tahun 2000 jumlahnya masih 2,7 juta. Dalam Marriage and Family Encyclopedia (2009), diperkirakan bahwa sampai 1 juta pasangan di Amerika menjalani gaya hidup commuter marriage. Para peneliti dari The Family Institute di Northwestern University telah menemukan bahwa pasangan yang tinggal berjauhan mengalami perasaan cemas dan depresi yang lebih rendah daripada pasangan yang tinggal di bawah satu atap. Berdasarkan data Center for the Study of Long Distance Relationship, sebanyak 23 lebih dari 3,5 juta pasangan di Amerika hidup terpisah karena karir. Menurut Steve

12 3 Du, seorang peneliti, mengatakan bahwa hidup terpisah dengan pasangan membuat individu menjadi lebih mandiri, bebas dalam mengejar ambisi pribadi, dan tidur lebih teratur. Di saat yang sama, individu tersebut juga memperoleh manfaat yakni perasaan didukung dalam hubungan. Survei yang dilakukan Steve Du kepada 296 orang yang sudah menikah, sekitar sepertiga diantaranya sedang menjalani LDR, dan sisanya tidak. Dari dua kelompok tersebut memiliki kepuasan yang sama dalam hubungan mereka, namun ada beberapa hal yang mencolok. Pasangan LDR dilaporkan memiliki kecemasan, depresi, dan kelelahan yang lebih rendah, sedangkan pasangan yang hidup bersama lebih unggul dari segi intensitas seks. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Communication mengungkapkan bahwa hubungan jarak jauh dapat membuat pasangan saling terkoneksi dan hubungan menjadi lebih erat. Dalam penelitian tersebut dijelaskan, hubungan dapat semakin harmonis karena komunikasi yang terjaga. Psikolog dan konsultan cinta di Wolipop, Ratih Ibrahim juga menjelaskan tentang pentingnya komunikasi dalam hubungan jarak jauh. Menurut Ratih Ibrahim, ada tiga kunci utama yang harus dijaga dalam hubungan jarak jauh yakni trust, love, dan caring. Menurut penelitian yang dilakukan oleh L. Crystal Jiang dan rekan-rekannya dari University of Hongkong dan Cornell University, interaksi yang jarang karena kerterpisahan jarak ini justru lebih bermakna. Penelitian ini dilakukan terhadap 63 pasangan heteroseksual, setengahnya tinggal seatap, setengahnya lagi menjalani hubungan jarak jauh. Pasangan jarak jauh yang terlibat dalam penelitian ini minimal terpisah selama 17 bulan. Para responden diminta mencatat interaksi yang mereka lakukan bersama pasangannya selama seminggu. Dari catatan ini terlihat, pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh cenderung terbuka dengan kekasihnya serta sangat menunggu respons apa pun dari pasangannya. Setiap waktu yang bisa mereka habiskan untuk berinteraksi, biasanya berlangsung lama. Kondisi ini merupakan fondasi penting untuk membangun keintiman. Pasangan yang terpisah jarak umumnya lebih berupaya keras untuk berkomunikasi penuh kasih dan keintiman,

13 4 ketimbang pasangan yang sering bertemu. Pasangan yang sering bertemu cenderung bersikap realistis dengan respons kekasihnya, tidak terlalu menunggu-nunggu. Penelitian ini mencatat bahwa jarak jauh antara pasangan kekasih berefek pada keinginan untuk memahami pasangan serta percaya. Sementara pasangan yang sering bertemu cenderung menilai hubungan dari kehadiran pasangannya (semakin sering si dia ada dekat saya, berarti dia makin sayang). Hubungan jarak jauh adalah hubungan dimana pasangan dipisahkan oleh jarak fisik dan tidak memungkinkan adanya kedekatan fisik untuk periode waktu tertentu (Hampton, 2004). Beberapa penelitian menggunakan batas jarak jauh sekitar 60 mil (Shumway, 2004) sampai 200 mil (Knox, Zusman, Daniels, & Brantley, 2002), namun ada pula beberapa penelitian yang menggunakan batas jarak jauh tergantung dari persepsi subjek akan hubungan jarak jauh yang dialaminya (Dellman-Jenkins dalam Skinner 2005). Mayoritas penelitian menggunakan kriteria pisah jarak, bagaimanapun jarak yang digunakan berbeda-beda. Schwebel dkk (1992), menggunakan 50 mil atau lebih dalam penelitiannya. Penelitian lainnya menggunakan definisi berdasarkan persepsi partisipan terhadap hubungan tersebut (Dellman-Jenkins dkk, 1994). Definisi yang berbeda-beda ini menandakan bahwa banyak faktor yang berperan dalam menentukan apakah suatu hubungan termasuk hubungan jarak jauh atau bukan dan ada lebih dari satu jenis hubungan jarak jauh (dalam Skinner, 2005). Dari penelitian-penelitian yang dipaparkan di atas, peneliti bertujuan untuk fokus meneliti tentang kualitas hubungan pada individu dewasa awal yang menjalani Commuter Marriage.

14 5 TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Hubungan Manfred Hassebrauck dan Beverly Fehr (2002), menemukan bahwa kualitas hubungan memiliki dimensi yang mendasar. Terdapat 4 dimensi dalam kualitas hubungan, yakni: intimacy, agreement, independence, dan sexuality. Sedangkan menurut Garth J.O. Fletcher, Jeffry A. Simpson & Geoff Thomas (2000), terdapat 6 komponen dalam menilai kualitas hubungan meneliti tentang penilaian kualitas hubungan. Beberapa komponen tersebut ialah relationship satisfaction, commitment, intimacy, trust, passion, dan love. Komponen-komponen tersebut sudah tersusun dan secara teori sudah representatif untuk dijadikan sebuah penilaian yang berkaitan dengan kualitas hubungan dengan pasangan. yakni: 1. Kepuasan Hubungan (Relationship Satisfaction) Merupakan keadaan di mana pasangan merasa hubungannya berjalan sesuai dengan harapan. Menurut Walgito (2004: 21) mengungkapkan bahwa kepuasan pernikahan merupakan keadaan individu yang ingin mendapat perlindungan, kasih sayang, rasa aman dan dihargai sehingga individu akan merasa tenang, dapat melindungi dan dilindungi serta dapat mencurahkan segala isi hatinya kepada pasangan. 2. Komitmen (Commitment) Merupakan elemen kognitif yang berupa tekad mempertahankan keutuhan hubungan cinta dengan orang lain yang dicintainya. Komitmen akan terlihat dengan adanya tindakan cinta (love behavior) yang cenderung meningkatkan rasa percaya, rasa diterima, rasa dihargai, dan rasa dicintai oleh pasangan hidupnya (Sternberg dalam Dariyo, 2003, h. 237) 3. Keintiman (Intimacy) Merupakan elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan

15 6 individu untuk bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati, dan mempercayai pasangan yang dicintai (Sternberg dalam Dariyo, 2003, h. 137) 4. Kepercayaan (Trust) Merupakan kemauan untuk berpegang pada ketulusan dan keandalan orang lain, dengan adanya kepercayaan maka akan timbul perasaan aman karena merasa bahwa yang lain dapat diandalkan dan diharapkan. 5. Hasrat (Passion) Merupakan elemen fisiologis yaitu berupa dorongan nafsu, biologis atau seksual. Dorongan-dorongan tersebut menyebabkan orang merasa selalu ingin dekat secara fisik ataupun melakukan hubungan seksual. Passion ini meliputi fisik, membelai rambut, berpegangan tangan, merangkul, mencium, dan hubungan seksual (Sternberg dalam Dariyo, 2003, h. 137). 6. Cinta (Love) Merupakan suatu sikap yang diarahkan seseorang terhadap orang lain yang dianggap istimewa, yang mempengaruhi cara berpikir, merasa dan bertingkah laku (Rubin, dalam Luqman el-hakim, h. 206) Dewasa Awal Menurut Havighurst (dalam Dariyo, 2003), tugas-tugas perkembangan dewasa awal: mencari dan menemukan calon pasangan hidup; membina kehidupan rumah tangga; meniti karir dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga; menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Sedangkan Santrock (2003) menambahkan bahwa membina hubungan intim dengan lawan jenis merupakan tugas perkembangan spesifik bagi individu dewasa awal. Individu akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangganya.

16 7 Commuter Marriage Gerstel & Gross; Orton & Crossman (2009) menyatakan bahwa commuter marriage merupakan keadaan perkawinan yang terbentuk secara sukarela dimana pasangan yang sama-sama bekerja mempertahankan dua tempat tinggal yang berbeda lokasi geografisnya dan pasangan tersebut terpisah paling tidak tiga malam per minggu selama minimal tiga bulan. Torsina (2007) menyatakan bahwa commuter marriage merupakan perkawinan dimana karena alasan khusus, menyebabkan pasangan suami istri tidak dapat tinggal serumah. Rhodes (2002) juga menambahkan bahwa pasangan yang tinggal di rumah yang berbeda juga disebut commuter marriage. Lebih lanjut dijelaskan bahwa commuter marriage merupakan kondisi yang mengharuskan suami-istri tinggal terpisah karena berbagai alasan khusus. Selain karena tuntutan pekerjaan juga dapat disebabkan oleh tuntutan pendidikan, atau keadaan ekonomi keluarga. METODE Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah individu dewasa awal yang menjalani commuter marriage. Pengambilan sampel menggunakan teknik incidental sampling, yaitu dengan cara menentukan subjek dimana saja ketika subjek ditemui dengan cirri-ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

17 8 Partisipan Partisipan berjumlah 31 orang. Karakteristik sampel dalam penelitian ini, yaitu: - Subjek penelitian ini adalah individu dewasa awal (20-40 tahun) - Usia pernikahan minimal 1 tahun. - Menjalani commuter marriage Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket (Questionnaire). Dalam penelitian ini analisis angket diukur dengan skala Likert yang telah dimodifikasi menjadi empat kategori, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Hal ini menghindari kecenderungan subjek untuk jawaban ragu-ragu atau netral, sehingga subjek akan memilih jawaban yang lebih pasti. Penyusunan angket ini berdasarkan 1 jenis item yaitu item favorable (pernyataan yang mendukung pada obyek yang diukur). Pernyataan mendukung (favorable) dalam penelitian ini diberi urutan penilaian yaitu Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, Sesuai (S) diberi skor 3, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 1. Untuk memperoleh data dari penelitian ini, peneliti menggunakan skala penilaian guna mengukur kualitas hubungan. Pengukuran Kuesioner yang digunakan dipenelitian ini merupakan hasil adaptasi yang sudah dikembangkan dari The Perceived Relationship Quality Component (PRQC) yang disusun oleh Garth J.O. Fletcher, Jeffry A. Simpson & Geoff Thomas (2000). The Perceived Relationship Quality Component terdiri dari 18 item yang dikelompokan menjadi 6 bagian dengan komponen kualitas hubungan. Terdapat 5

18 9 item untuk masing-masing komponen, yaitu: relationship satisfaction, commitment, intimacy, trust, passion,dan love. HASIL Hasil Analisa Deskriptif Variabel kualitas hubungan terhadap subjek yang menjalani commuter marriage memiliki 30 aitem valid dengan jenjang skor antara 1 sampai dengan 4, pembagian skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut: Skor tertinggi : 4 x 30 = 120 Skor terendah : 1 x 30 = 30 Hasil angket yang dibagikan dipilah menjadi tiga kategori, dimana subjek yang memberikan penilaian pada angket dengan jawaban 1, 2 diberikan kategori rendah, 3 sedang dan 4 tinggi. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah kategori. i = i = i = 30 Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditentukan interval dan kategori kualitas hubungan pada individu dewasa awal yang menjalani commuter marriage sebagai berikut: Tinggi : 90 < x 120 Sedang : 60 < x 90 Rendah : 30 x 60

19 10 Dari hasil penghitungan pada masing-masing aspek, diketahui sebagai berikut: Tabel Kriteria Skor Kualitas Hubungan Aspek Interval Kategori Frekuensi Presentase (%) Tinggi Kepuasan Sedang Rendah Tinggi Komitmen Sedang Rendah Tinggi Keintiman Sedang Rendah Tinggi Kepercayaan Sedang Rendah Tinggi Gairah Sedang Rendah Tinggi Cinta Sedang Rendah 5 3 Ratarata 87,83 87,83 85,33 81,16 80,83 88,5 Total 85,25

20 11 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil diketahui bahwa kualitas hubungan commuter marriage berada pada tingkat kategori sedang untuk tiap-tiap aspek. Pada hasil tabel di atas, ditemukan bahwa sebagian besar tingkat kepuasan hubungan subjek yang menjalani commuter marriage masuk dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata 87,83. Hal ini menunjukkan bahwa subjek merasa cukup bahagia dengan perkawinan yang dijalani, dengan melihat perkembangan hubungan perkawinan subjek dan pasangan yang berjalan cukup baik. Peran pasangan membuat subjek cukup merasa bermakna dalam menjalani hubungan ini. Pada aspek komitmen, sebagian besar subjek yang menjalani commuter marriage masuk dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata 87,83. Menunjukkan bahwa subjek tetap memiliki hubungan yang cukup erat dengan pasangannya dan berusaha sepenuhnya untuk menjalani perkawinannya dengan cukup baik. Pada aspek keintiman, sebagian besar subjek yang menjalani commuter marriage masuk dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata 85,33. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh jarak antara subjek dengan pasangannya. Namun, subjek tetap menjaga kedekatan dengan pasangan, terlihat dari adanya keterbukaan pada persoalan-persoalan pribadi subjek terhadap pasangannya atau sebaliknya. Pada aspek kepercayaan, sebagian besar subjek yang menjalani commuter marriage masuk dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata 81,16. Hal ini menunjukkan bahwa subjek cukup mempercayai pasangannya, walaupun adanya jarak dan pertemuan yang kurang intens. Subjek cukup percaya bahwa pasangannya akan meluangkan waktu ketika dibutuhkan, namun tidak selalu bergantung pada pasangannya. Subjek cukup percaya bahwa mereka dan pasangan benar-benar paham dengan tujuan dari membangun hubungan perkawinan ini. Pada aspek gairah/ hasrat, sebagian besar subjek yang menjalani commuter marriage masuk dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata 80,83. Subjek cukup merasakan gairah seksual dengan pasangannya. Walaupun berjarak dengan pasangan,

21 12 perkawinannya penuh dengan gairah seksual. Subjek menggunakan berbagai cara untuk intens melakukan kontak seksual dengan pasangannya, karena menurut subjek, pasangannya sangat menarik secara seksual. Aspek terakhir yakni cinta, sebagian besar subjek yang menjalani commuter marriage masuk dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata 88, 5. Subjek cukup mencintai dan mengagumi pasangannya. Subjek dengan sukarela bersedia meluangkan waktu untuk bersama pasangannya dan cukup mendukung setiap keputusan yang diambil baik bersama ataupun tidak. Pembahasan dari keseluruhan hasil perhitungan diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Garth J.O. Fletcher, Jeffry A. Simpson & Geoff Thomas (2000), yang menemukan bahwa setiap aspek dari kualitas hubungan konsisten masuk dalam kategori sedang, dan jarak sendiri tidak terlalu memengaruhi kualitas hubungan individu dengan pasangan. Commuter marriage sesungguhnya terjadi pada pasangan yang telah menikah, namun terpisah jarak karena adanya tuntutan karir, jenjang pendidikan atau karena kondisi ekonomi (Gerstel & Gross; Orton & Crossman, 2009; Torsina, 2007; Rhodes, 2002). Artinya, commuter marriage terjadi bukan karena faktor ketidak harmonisan dalam rumah tangga yang mengakibatkan seseorang terpisah jarak dengan pasangannya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Aspek kepuasan hubungan, komitmen, keintiman, kepercayaan, gairah/ hasrat, serta cinta pada individu yang menjalani commuter marriage ratarata masuk pada kategori sedang.

22 13 2. Secara umum, kualitas hubungan pada commuter marriage berada pada kategori sedang, dengan rata-rata keseluruhan 85,25. SARAN Adapun saran yang diberikan peneliti sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, antara lain: 1. Saran bagi individu dewasa awal yang menjalani commuter marriage Bagi tiap individu yang menjalani commuter marriage diharapakan untuk tetap memperhatikan tiap aspek dalam peningkatan kualitas hubungan, dengan menciptakan suasana yang harmonis, keakraban, keintiman, kepercayaan terhadap pasangan. 2. Saran bagi peneliti selanjutnya 2.1 Diharapkan adanya penelitian yang lebih mendalam, dengan menggunakan pendekatan kualitatif, agar penelitian dengan topik kualitas hubungan dapat dipaparkan secara mendetail. 2.2 Penentuan subjek atau responden diharapkan lebih fokus pada pasangan, kaitannya dengan commuter marriage dan kualitas hubungan. 2.3 Adanya pengembangan penelitian tentang kualitas hubungan pada pasangan commuter marriage.

23 14 DAFTAR PUSTAKA Amanah, M.. Gambaran Trust Pada Pasangan Suami-Istri yang Menjalani Commuter Marriage Tipe Adjusting dengan Usia Pernikahan 0-5 Tahun. Asri, Ariesta, (Juni 10, 2015). Fakta Pasangan LDR Bahagia dengan Pernikahan. Retrieved from (Juli 19, 2013). Studi: Hubungan Jarak Jauh Lebih Bermakna. Retrieved from Dariyo, A. (2003). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Penerbit: PT Grasindo. Jakarta. Dayakisni, Tri dan Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial. Penerbit: Universitas Muhammadiyah Malang. Edisi Revisi ke 2. Malang. Fincham, Frank D. & Rogge R. (2010). Understanding Relationship Quality: Theoretical Challenges and New Tools for Assessment. Journal of Family & Review 2, Desmayanti, Shintya. (2009). Hubungan antara Gaya Resolusi Konflik dengan Kepuasan Pernikahan pada Pasangan Suami Istri Bekerja pada Masa Awal Pernikahan. El, Luqman, H. (2014). Fenomena Pacaran Dunia Remaja. Penerbit: Zanafa Publishing. Riau. Fletcher, G.J.O., Simpson, J.A., & Thomas, G. (2000). Measurement of Perceived Relationship Quality Components: A Confirmatory Factor Analytic Approach. Personality and Social Buletin. Hassebrauck, Manfred & Fehr B. (2002). Dimensions of Relationship Quality. Personal Relationship Jayanti, Indah S. (2014). Studi Deskriptif Mengenai Cinta (Intimacy, Passion, dan Commitment) Pada Pasangan Suami-Istri Yang Menjalani Commuter Marriage Tipe Adjusting Couple. Kelmer, G., Rhoades, G. K., Stanley, S., & Markman, H.J. (2013). Relationship Quality, Commitment, and Stability in Long-Distance Relationships. Family Process, 52, 2.

24 Kusuma, Cita T. (2014). Hubungan Antara Perilaku Asertif Dengan Penyesuaian Perkawinan Pada Istri Yang Menjalani Commuter Marriage. Oktaviani, Kiki. (Juni 27, 2014). Tips Pernikahan Tetap Awet Meski Menjalani Hubungan Jarak Jauh. Retrieved from 15

HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON FILM PORNO DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA AWAL. Oleh YUDA DANIATI

HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON FILM PORNO DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA AWAL. Oleh YUDA DANIATI Oleh YUDA DANIATI 802005038 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi: Psikologi, Fakultas: Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk mencapai gelar sarjana Psikologi UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

PERBEDAAN KESTABILAN EMOSI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN. Oleh, Herdiana Soentpiet TUGAS AKHIR

PERBEDAAN KESTABILAN EMOSI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN. Oleh, Herdiana Soentpiet TUGAS AKHIR PERBEDAAN KESTABILAN EMOSI DITINJAU DARI JENIS Oleh, 802004118 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikolgi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT PERILAKU ASERTIF SISWA YANG MENGALAMI BULLYING DAN YANG TIDAK MENGALAMI BULLYING DI SMA BORNEO BENGKAYANG KALIMANTAN BARAT

PERBEDAAN TINGKAT PERILAKU ASERTIF SISWA YANG MENGALAMI BULLYING DAN YANG TIDAK MENGALAMI BULLYING DI SMA BORNEO BENGKAYANG KALIMANTAN BARAT PERBEDAAN TINGKAT PERILAKU ASERTIF SISWA YANG MENGALAMI BULLYING DAN YANG TIDAK MENGALAMI BULLYING DI SMA BORNEO BENGKAYANG KALIMANTAN BARAT Oleh 802007133 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Psikologi,Fakultas

Lebih terperinci

SOSIALISASI. Oleh: TUGAS AKHIR. Psikologi. guna

SOSIALISASI. Oleh: TUGAS AKHIR. Psikologi. guna SOSIALISASI GENDER DALAM KELUARGA MISKIN Oleh: 802006065 TUGAS AKHIR Diajukan kepadaa Program Studi: Psikologi, Fakultas: Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjanaa

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA ANGGOTA GENG MOTOR X UNGARAN OLEH, ESTER PRAYEKTI NINGTYAS

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA ANGGOTA GENG MOTOR X UNGARAN OLEH, ESTER PRAYEKTI NINGTYAS OLEH, ESTER PRAYEKTI NINGTYAS 802006132 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi: Psikologi, Fakultas: Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk mencapai gelar sarjana Psikologi UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERBEDAAN SELF EFFICACY DITINJAU DARI JENIS KELAMIN PADA DISTRIBUTOR MULTI LEVEL MARKETING. Oleh Sandra Dewi TUGAS AKHIR

PERBEDAAN SELF EFFICACY DITINJAU DARI JENIS KELAMIN PADA DISTRIBUTOR MULTI LEVEL MARKETING. Oleh Sandra Dewi TUGAS AKHIR PERBEDAAN SELF EFFICACY DITINJAU DARI JENIS KELAMIN PADA DISTRIBUTOR MULTI LEVEL MARKETING Oleh 802007125 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Psikologi,Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian dari

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN ORGANISASI ANTARA KARYAWAN KEPRIBADIAN TIPE A DAN TIPE B DI PT DUNIA SETIA SANDANG ASLI TEKSTIL SURAKARTA

PERBEDAAN KOMITMEN ORGANISASI ANTARA KARYAWAN KEPRIBADIAN TIPE A DAN TIPE B DI PT DUNIA SETIA SANDANG ASLI TEKSTIL SURAKARTA PERBEDAAN KOMITMEN ORGANISASI ANTARA KARYAWAN KEPRIBADIAN TIPE A DAN TIPE B DI PT DUNIA SETIA SANDANG ASLI TEKSTIL SURAKARTA Oleh : 802007040 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program studi: Psikologi, Fakultas

Lebih terperinci

Hubungan antara Self-Efficacy dan Keaktifan Berorganisasi dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Salatiga Oleh :

Hubungan antara Self-Efficacy dan Keaktifan Berorganisasi dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Salatiga Oleh : Oleh : 802008105 TUGAS AKHIR Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

Lebih terperinci

Karakteristik Pekerjaan dan Stres Kerja Pada Karyawan Bagian Produksi CV. Cita Nasional Salatiga

Karakteristik Pekerjaan dan Stres Kerja Pada Karyawan Bagian Produksi CV. Cita Nasional Salatiga Karakteristik Pekerjaan dan Stres Kerja Pada Karyawan Bagian Produksi CV. Cita Nasional Salatiga TUGAS AKHIR Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata I Untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi OLEH

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan

PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan PENDAHULUAN I.A. Latar belakang Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan seseorang, disamping siklus lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian (Pangkahila, 2004).

Lebih terperinci

DUKUNGAN SOSIAL DAN INTERNAL LOCUS OF CONTROL SEBAGAI PREDIKTOR RESILIENSI KEPALA KELUARGA MISKIN. Oleh Sudarmadi

DUKUNGAN SOSIAL DAN INTERNAL LOCUS OF CONTROL SEBAGAI PREDIKTOR RESILIENSI KEPALA KELUARGA MISKIN. Oleh Sudarmadi DUKUNGAN SOSIAL DAN INTERNAL LOCUS OF CONTROL Oleh 802007110 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Psikologi,Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari berbagai sosial media chating, calling, hingga video call membuat beberapa pasangan kekasih

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN INTENSITAS PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA AWAL DI GEREJA MAWAR SHARON DOUBLE R SEMARANG

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN INTENSITAS PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA AWAL DI GEREJA MAWAR SHARON DOUBLE R SEMARANG HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN INTENSITAS PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA AWAL DI GEREJA MAWAR SHARON DOUBLE R SEMARANG Oleh, NIM: 802007016 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi : Psikologi, Fakultas :

Lebih terperinci

KONFLIK PERAN PADA ANAK LAKI-LAKI SULUNG USIA DEWASA AWAL PASCA KEMATIAN AYAH

KONFLIK PERAN PADA ANAK LAKI-LAKI SULUNG USIA DEWASA AWAL PASCA KEMATIAN AYAH KONFLIK PERAN PADA ANAK LAKI-LAKI SULUNG USIA DEWASA AWAL PASCA KEMATIAN AYAH Oleh 802005057 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi: Psikologi, Fakultas: Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Komitmen Organisasi dengan Keinginan Berpindah pada Karyawan (Sales) Nissan Ahmad Yani Surabaya. Oleh, Olivia Ellen Junita

Hubungan Antara Komitmen Organisasi dengan Keinginan Berpindah pada Karyawan (Sales) Nissan Ahmad Yani Surabaya. Oleh, Olivia Ellen Junita Hubungan Antara Komitmen Organisasi dengan Oleh, 802007135 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi : Psikologi, Fakultas : Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SD SIDOREJO LOR 1 SALATIGA TUGAS AKHIR. Oleh: Dian Setyorini

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SD SIDOREJO LOR 1 SALATIGA TUGAS AKHIR. Oleh: Dian Setyorini HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SD SIDOREJO LOR 1 SALATIGA TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan

Lebih terperinci

Perbedaan Stres Kerja Ditinjau dari Internal dan External Locus of Control pada Karyawan Departemen Produksi di Bagian Weaving PT.

Perbedaan Stres Kerja Ditinjau dari Internal dan External Locus of Control pada Karyawan Departemen Produksi di Bagian Weaving PT. Perbedaan Stres Kerja Ditinjau dari Internal dan External Locus of Control Weaving PT. TIMATEX Salatiga Oleh 802007130 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Psikologi,Fakultas Psikologi guna memenuhi

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK Perkawinan saat ini diwarnai dengan gaya hidup commuter marriage. Istri yang menjalani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari proses kematangan dan pengalaman dalam hidupnya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari proses kematangan dan pengalaman dalam hidupnya. Perubahan-perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia selalu mengalami serangkaian perubahan yang terjadi akibat dari proses kematangan dan pengalaman dalam hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut dinamakan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi semakin canggih membuat komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin canggih dan berbagai sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan salah satu proses yang biasanya dijalani individu sebelum akhirnya memutuskan menikah dengan pasangan. Pada masa pacaran, individu saling

Lebih terperinci

PROFIL KECERDASAN EMOSI ANAK YANG BERASAL DARI KELUARGA DENGAN STATUS EKONOMI MISKIN DI BARAK SOSIAL AMPERA SALATIGA

PROFIL KECERDASAN EMOSI ANAK YANG BERASAL DARI KELUARGA DENGAN STATUS EKONOMI MISKIN DI BARAK SOSIAL AMPERA SALATIGA PROFIL KECERDASAN EMOSI ANAK YANG BERASAL DARI Oleh: 802005089 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi: Psikologi, Fakultas: Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan manusia pada masa dewasa. Pernikahan idealnya dimulai ketika individu berada pada rentang usia dewasa awal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rumah tangga sudah tentu terdapat suami dan istri. Melalui proses perkawinan, maka seseorang individu membentuk sebuah miniatur dari organisasi sosial

Lebih terperinci

Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri. Oleh : Fredika Feybe Soetjiono Program Studi Psikologi

Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri. Oleh : Fredika Feybe Soetjiono Program Studi Psikologi Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Perilaku Oleh : 802007119 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 3 JATIPURNO-WONOGIRI. Oleh : KARTIKA SETYA WIJAYANI TUGAS AKHIR

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 3 JATIPURNO-WONOGIRI. Oleh : KARTIKA SETYA WIJAYANI TUGAS AKHIR HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 3 JATIPURNO-WONOGIRI Oleh : KARTIKA SETYA WIJAYANI 802007014 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Psikologi, Fakultas

Lebih terperinci

Hubungan Persepsi Terhadap Bahaya Merokok Dengan Frekuensi Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh : Handoko

Hubungan Persepsi Terhadap Bahaya Merokok Dengan Frekuensi Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh : Handoko Oleh : 802006704 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup saling membutuhkan satu sama lain. Salah satunya adalah hubungan intim dengan lawan jenis atau melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan jarak jauh (long distance relationship) Pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan long distance relationship adalah dimana pasangan dipisahkan oleh jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian

Lebih terperinci

FUNGSI KELUARGA SELAMA MENDAMPINGI ANGGOTA KELUARGANYA (PASIEN) YANG MENDERITA PENYAKIT KANKER PAYUDARA DI KOTA AMBON SKRIPSI

FUNGSI KELUARGA SELAMA MENDAMPINGI ANGGOTA KELUARGANYA (PASIEN) YANG MENDERITA PENYAKIT KANKER PAYUDARA DI KOTA AMBON SKRIPSI FUNGSI KELUARGA SELAMA MENDAMPINGI ANGGOTA KELUARGANYA (PASIEN) YANG MENDERITA PENYAKIT KANKER PAYUDARA DI KOTA AMBON SKRIPSI Disusun Oleh : Helen Metekohy 462009025 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang landasan teori berupa definisi, dimensi, dan faktor yang berpengaruh dalam variabel yang akan diteliti, yaitu bahasa cinta, gambaran tentang subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Tujuan perkawinan adalah mendapatkan kebahagiaan, cinta kasih, kepuasan, dan keturunan. Menikah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang dasar, dengan berkomunikasi manusia melakukan hubungan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI DALAM EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DENGAN INTENSI DELIKUENSI REMAJA PADA SISWA SMA NEGERI 2 BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI DALAM EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DENGAN INTENSI DELIKUENSI REMAJA PADA SISWA SMA NEGERI 2 BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI DALAM EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DENGAN INTENSI DELIKUENSI REMAJA PADA SISWA SMA NEGERI 2 BOYOLALI Oleh: ANITA KRISNAWATI 802008099 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Psikologi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Dewasa Muda Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa.

Lebih terperinci

SIKAP PEREMPUAN MAYBRAT TERHADAP MAS KAWIN. Oleh Sylvaline Oxalida Homer

SIKAP PEREMPUAN MAYBRAT TERHADAP MAS KAWIN. Oleh Sylvaline Oxalida Homer SIKAP PEREMPUAN MAYBRAT TERHADAP MAS KAWIN Oleh 802005114 TUGAS AKHIR Diajukan kepada program studi Psikologi, Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar sarjana Program

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM EVALUASI KINERJA KARYAWAN

PENERAPAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM EVALUASI KINERJA KARYAWAN PENERAPAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM EVALUASI KINERJA KARYAWAN Oleh, SINTA ARIFIN NIM : 662009013 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang wanita yang memilih untuk menikah dengan prajurit TNI bukanlah hal yang mudah, wanita tersebut harus memiliki komitmen yang kuat dalam hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas LAMPIRAN I KATA PENGANTAR KUESIONER Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, maka tugas yang harus dilaksanakan adalah mengadakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara attachment (X) dengan cinta pada individu dewasa yang telah menikah (Y), maka penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan mengumpulakan data yang berupa angka. Data tersebut kemudian diolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Azwar (2012, h. 5) mengatakan bahwa metode

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Azwar (2012, h. 5) mengatakan bahwa metode BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Azwar (2012, h. 5) mengatakan bahwa metode kuantitatif menggunakan analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cinta (Love) 1. Pengertian Cinta Chaplin (2011), mendefinisikan cinta sebagai satu perasaan kuat penuh kasih sayang atau kecintaan terhadap seseorang, biasanya disertai satu

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang sangat mendasar untuk saling berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui komunikasi, manusia menunjukkan kodratnya

Lebih terperinci

Perbedaan Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana Yang Bekerja Part-time Dan Tidak Bekerja

Perbedaan Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana Yang Bekerja Part-time Dan Tidak Bekerja Perbedaan Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa Universitas Oleh : 802007066 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi : Psikologi, Fakultas : Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana ciri- ciri penelitian ini adalah menggunakan perhitungan statistik, memiliki subjek yang banyak,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah perubahan dalam pandangan orang dewasa mengenai pernikahan. Hal ini didukung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods research designs yaitu prosedur penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan anak kenalannya untuk dinikahkan. Pada proses penjodohan itu sendiri terkadang para anak tersebut

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh: Fatma Indah Handaruwati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

TUGAS AKHIR. Oleh: Fatma Indah Handaruwati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA PERBEDAAN KREATIVITAS MENGAJAR PADA GURU SEKOLAH DASAR YANG BELUM BERSERTIFIKASI DAN YANG SUDAH BERSERTIFIKASI MELAUI JALUR PLPG DI KECAMATAN GETASAN TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalin suatu hubungan

Lebih terperinci

PESANAN ONLINE PT. TRIJAYA TISSUE ( PT. SINAR INDAH KERTAS GROUP )

PESANAN ONLINE PT. TRIJAYA TISSUE ( PT. SINAR INDAH KERTAS GROUP ) 0 PESANAN ONLINE PT. TRIJAYA TISSUE ( PT. SINAR INDAH KERTAS GROUP ) Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Komputerisasi Akuntansi Oleh: Nama : Agrifa Kristiawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun Surabaya pada bulan Juli-Oktober 2012 pada pelajar SMA dan sederajat yang berusia 15-17 tahun

Lebih terperinci

PERAN WANITA SINGLE PARENT DALAM PERKEMBANGAN KOMPETENSI EMOSI PADA REMAJA DI SALATIGA SKRIPSI

PERAN WANITA SINGLE PARENT DALAM PERKEMBANGAN KOMPETENSI EMOSI PADA REMAJA DI SALATIGA SKRIPSI PERAN WANITA SINGLE PARENT DALAM PERKEMBANGAN KOMPETENSI EMOSI PADA REMAJA DI SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Disusun Oleh: Dessy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya, akan mengalami banyak perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, masa remaja, masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut. Tahap yang paling panjang

BAB I PENDAHULUAN. bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut. Tahap yang paling panjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami perkembangan seumur hidupnya. Perkembangan ini akan dilalui melalui beberapa tahap. Setiap tahap tersebut sangat penting dan kesuksesan di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial oleh karena itu manusia tidak dapat hidup sendiri dan manusia juga akan berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu kehidupan, dengan membangun suatu hubungan yang nyaman dengan orang lain. Seringnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan permulaan dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kesatuan yang semakin maju dan berkembang.kondisi tersebut menuntut masyarakat pada setiap tahap rentang kehidupannya untuk meneruskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) yang diolah dengan menggunakan

Lebih terperinci

Gambaran Trust Pada Pasangan Suami-Istri yang Menjalani Commuter Marriage Tipe Adjusting dengan Usia Pernikahan 0-5 Tahun.

Gambaran Trust Pada Pasangan Suami-Istri yang Menjalani Commuter Marriage Tipe Adjusting dengan Usia Pernikahan 0-5 Tahun. Gambaran Trust Pada Pasangan Suami-Istri yang Menjalani Commuter Marriage Tipe Adjusting dengan Usia Pernikahan 0-5 Tahun. Mutiara Amanah Dibimbing Oleh : Langgersari Elsari Novianti, S.Psi, M.Psi ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

Oleh, ASTUTI IRMA SURYANI NIM : TUGAS AKHIR

Oleh, ASTUTI IRMA SURYANI NIM : TUGAS AKHIR ANALISIS PENILAIAN KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN FUZZY LINEAR PROGRAMMING (FLP) Studi Kasus: Data Penilaian Kinerja Karyawan Non Akademik Oleh Biro HRD Univeristas Kristen Satya Wacana Salatiga Oleh, ASTUTI

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI CINTA (INTIMACY, PASSION, DAN COMMITMENT) PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING COUPLE

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI CINTA (INTIMACY, PASSION, DAN COMMITMENT) PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING COUPLE STUDI DESKRIPTIF MENGENAI CINTA (INTIMACY, PASSION, DAN COMMITMENT) PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING COUPLE INDAH SUNDARI JAYANTI ABSTRAK Commuter marriage adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan menyiptakan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan menyiptakan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuhan menyiptakan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang berbeda mulai dari gender hingga tuntutan sosial yang masing-masing diemban. Meskipun memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: Stefanus Oka Mahendra

SKRIPSI. Disusun Oleh: Stefanus Oka Mahendra GAMBARAN MANAJEMEN NYERI PADA ANAK POST OPERASI YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ORANG TUA DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SALATIGA SKRIPSI Disusun Oleh: Stefanus Oka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu dimensi humor styles dan kepuasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka dan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan tipe penelitian survei, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka dan bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman manusia yang paling umum. Menurut Sternberg (dalam Tambunan,

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman manusia yang paling umum. Menurut Sternberg (dalam Tambunan, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Cinta (love) merupakan salah satu tema yang paling umum dalam lagu-lagu, film, dan kehidupan sehari-hari. Sebagian besar orang menerima cinta sebagai pengalaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. datanya berbentuk angka angka dan dianalisa menggunakan statistik.

BAB III METODE PENELITIAN. datanya berbentuk angka angka dan dianalisa menggunakan statistik. 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional, yaitu penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a. 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dan Identifikasi Variabel Pendekatan penelitian ini menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis, atau biasa disebut pendekaan

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI DAN STUDI SIMULASI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI DAN STUDI SIMULASI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI DAN STUDI SIMULASI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) CONSTRUCTION OF CONTROL CHART AND SIMULATION STUDY BASED ON PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai intimacy pada pasangan yang menikah melalui proses ta aruf dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua pasangan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir PERANCANGAN APLIKASI GAME DESKTOP PENGENALAN KULINER JAWA TENGAH

Laporan Tugas Akhir PERANCANGAN APLIKASI GAME DESKTOP PENGENALAN KULINER JAWA TENGAH Laporan Tugas Akhir PERANCANGAN APLIKASI GAME DESKTOP PENGENALAN KULINER JAWA TENGAH Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Komputer Disusun oleh : Yeheskiel Bramti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah, semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan ikatan dan janji bersama seumur hidup antara pria dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga bersama. Duvall

Lebih terperinci