PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP PERTUMBUHAN STUM OKULASI MATA TIDUR KARET (Havea brasiliensis) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Oleh: Wayan Agus Yona Nim: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015

2 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP PERTUMBUHAN STUM OKULASI MATA TIDUR KARET (Havea brasiliensis) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Oleh: Wayan Agus Yona Nim: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

3 ii

4

5 PERSEMBAHAN Karyaku yang sederhana ini kupersembahkan kepada: Ide Sanghyang Widhi Wase Orang Tua Kedua Adikku Tersayang Keluarga dan Sanak Saudara Para Sahabat Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma iv

6 MOTTO Selama kita masih punya tekad yang terpelihara dalam semangat, maka tiada kata terlambat untuk memulai sebuah awal yang baru Anonim v

7

8

9 ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP PERTUMBUHAN STUM OKULASI MATA TIDUR KARET (Havea brasiliensis) Wayan Agus Yona Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Pertanian karet (Havea brasiliensis) memainkan peran yang cukup penting bagi perekonomian negara Indonesia yang merupakan negara produsen karet yang memiliki arti penting bagi perolehan devisa sekaligus penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan karet yang semakin meningkat seiring perkembangan zaman, dimana standar kehidupan manusia juga terus berkembang. Penelitian bagi kepentingan pembaharuan penyiapan bibit kiranya perlu dilakukan dalam pembuatan kebun karet dengan fokus pada pupuk khusus yakni pemberian Nopkor terhadap pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea brasiliensis). Pemberian pupuk probiotik Nopkor pada tanaman Karet (Havea brasiliensis) dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan efektifitas Nopkor terhadap pertumbuhan bibit karet dipolibag dengan teknik stum okulasi mata tidur varietas RRIC yang dilaksanakan di desa Tugu Sempurna II pada 1 Februari dan berakhir pada tanggal 12 Juni Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan menggunakan 30 sampel tanaman yang terdiri dari 15 perlakuan Nopkor dan 15 tanaman sebagai kontrol, dengan melihat tiga parameter yaitu tinggi batang, diameter batang dan jumlah daun. Hasil dari pengukuran tiga parameter tersebut dihitung dengan statistika melalui uji T-Test Independen. Perhitungan statistik dari ketiga parameter menunjukkan tidak signifikan berarti pemberian Nopkor dan kontrol tidak terlihat perbedaan hasil. Pertumbuhan tinggi batang tanaman, diameter batang dan jumlah daun tanaman karet diperoleh t obs = , dan lebih kecil dari t crit = (tabel t crit ) dengan α = Kesimpulan yang diperoleh adalah pemberian Nopkor pada tanaman karet (Havea brasiliensis) tidak berpengaruh secara efektif dalam memenuhi nutrisi menunjang proses pertumbuhan tanaman karet. Kata Kunci: Nopkor, dan stum okulasi mata tidur tanaman karet viii

10 ABSTRACT THE EFFECT ON THE APPLICATION OF PROBIOTICS NOPKOR FERTILIZER UPON THE GROWTH OF SLEEP EYE OCULATION STUM (Hevea brasiliensis) Wayan Agus Yona Biology Education Study Program Sanata Dharma University The agriculture of rubber (Havea brasiliensis) has a quite important role in Indonesia s Economics, which is also being the producer country in a role of foreign exchange earnings and employment. This thing can be seen from the need of rubber which is getting higher as the time develops as human life standard follows. Doing a research on rubber seed preparation renewal presumably have to be done in order to build rubber plantation focusing on the use of special fertilizer, which is Nopkor for the growth of rubber sleep eye oculation stum (Havea brasiliensis). The application of Nopkor probiotics fertilizer to rubber plant (Havea brasiliensis) on the research aimed to find out the effect and effectiveness on Nopkor to the growth of rubber seed on polybag using sleep eye oculation stum technique RRIC variety which was done in Tugu Sempurna II village on February 1, 2015 to June 12, Research method that used were experimental research using 30 sample of plants consisted of 15 Nopkor treatments and 15 plants as the control, by seeing three parameters which were the stem height, the stem diameter, and the sum of the leaves. The result of that three parameters counted statistically through T Test Independent. The statistical calculation of the three parameters showed that not significant, which meant the result of the application of Nopkor and control did not have different result. The growth of rubber s stem height, diameter and the sum of the leaves were t obs = , and smaller than t crit = (table t crit ) with α = In conclusion, the application of Napkor upon rubber plant (Havea brasiliensis) did not affect effectively in completing nutrition that support the growth of rubber plant. Keywords: Nopkor and rubber sleep eye oculation stum ix

11 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Pupuk Probiotik Nopkor Terhadap Pertumbuhan Stum Okulasi Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis). Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dorongan, semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada: 1. Ide Sanghyang Widhi Wase yang telah memberikan rahmat kehidupan, penyertaan, kekuatan, kesehatan, dan selalu mendengarkan doa-doa penulis. 2. Bapak Rohandi Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc. selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 4. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi. 5. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Biologi yang telah membimbing dan mengajari penulis selama perkuliahan di Pendidikan Biologi. 6. Segenap staf karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan melayani segala keperluan akademik penulis. x

12 7. Orang tua, saudariku, dan segenap keluarga yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun material kepada penulis untuk mendukung penulis dalam menjalankan tugas studi. 8. Putu Asrini yang selalu memberi dorongan semangat dan doa dalam menjalankan tugas studi. 9. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2011 yang selalu bersamasama berjuang, memberikan semangat, dukungan, waktu, perhatian selama melaksanakan studi di Pendidikan Biologi dari awal masuk perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 10. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, bagi dunia pendidikan dan bagi pembaca umumnya. Penulis xi

13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Permasalahan... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Batasan Masalah D. Tujuan Penelitian... 5 E. Manfaat Penelitian... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7 A. Definisi Pupuk... 7 B. Deskripsi Pupuk Probiotik... 7 C. Deskripsi pupuk Probiotik Nopkor... 8 D. Tanaman karet... 9 E. Langkah-Langkah Dalam Melakukan Okulasi Tanaman Karet F. Hasil Penelitian yang relavan xii

14 G. Hipotesis BAB III METODOLOGI A. Jenis Penelitian B. Alat dan Bahan C. Cara Kerja D. Metode Analisa Data E. Agenda penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data dan Analisis Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJAR BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

15 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Ketahanan klon karet anjuran terhadap penyakit utama dan angin Tabel 3.1 Tinggi tanaman dengan perlakuan NOPKOR Tabel 3.2 Tinggi tanaman dengan perlakuan kontrol Tabel 3.3 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR Tabel 3.4 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan Kontrol Tabel 3.5 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR Tabel 3.6 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan control Tabel 4.1 Rata rata pertumbuhan tinggi batang tanaman Karet Tabel 4.2 Rata rata pertumbuhan diameter batang tanaman Karet Tabel 4.3 Rata rata pertumbuhan jumlah daun tanaman Karet xiv

16 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tanaman Karet Gambar 3.1 Penyusunan polibag dalam penanaman bibit karet Gambar 4.1 Grafik Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC Pertiga Hari Gambar 4.2 Grafik Pola Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC Pertiga Hari Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan Jumlah daun tanaman karet (Havea Brasiliensis) Varietas RRIC xv

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Pertumbuhan Tanaman Karet (Havea Brasiliensis) Lampiran II. Hasil Perhitungan Pertumbuhan Tanaman Karet (Havea Brasiliensis) dengan uji T Test Independen Lampiran III. Uji Normalitas Lampiran IV. Identifikasi Tanaman Karet (Havea Brasiliensis) Lampiran V. Rancangan Hasil Penelitian untuk Pendidikan Lampiran VI. Gambar Hasil Penelitian Tanaman Karet (Havea Brasiliensis) xvi

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan yang sangat melimpah. Kekayaan alam dapat dilihat dari keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia. Hal ini dilihat dari tanahnya yang subur dan iklim yang tropis, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani baik dibidang sayur-sayuran, palawija maupun perkebunan. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya peningkatan produktivitas tanaman karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen. Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitatnya maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Lingkungan kurang baik juga sering mengakibatkan produksi lateks menjadi rendah. Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama di Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di Indonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera dan di kalimantan (Syakir, 2010). 1

19 2 Pertanian karet (Havea brasiliensis) memainkan peran yang cukup penting bagi perekonomian negara Indonesia yang merupakan negara produsen karet yang memiliki arti penting bagi perolehan devisa sekaligus penyerapan tenaga kerja. Sebagai gambaran pada tahun 2006, industri karet berjenis crumb rubber berhasil meraup devisa eksport US$ 3,77 Milyar, hampir 50% dari nilai eksport produk pertanian. Tenaga kerja yang terserap dalam penyediaan bahan baku (petani karet) lebih dari 6 juta orang belum termasuk pedagang pengepul. Luas areal tanaman karet di Indonesia pada saat ini 3,309 juta ha, dimana 84,49 % (2,796 ha) merupakan perkebunan rakyat. Oleh karena itu maju mundurnya kinerja industri karet alam didalam negri akan memberikan dampak yang cukup luas bagi kesejahteraan rakyat (Haryanto, 2012). Kebutuhan karet akan semakin meningkat seiring perkembangan zaman, dimana standar kehidupan manusia juga terus berkembang. Dalam kehidupan sehari-hari, produk olahan karet selalu dibutuhkan seperti untuk pembuatan ban, sepatu berbahan karet, produk rumah tangga, komponen kendaraan, komponen elektronik, dan sebagainya yang dihasilkan dari tanaman karet. Walaupun demikian, usaha budidaya karet tidak mudah seperti dibayangkan, banyak hal yang perlu dipersiapkan, seperti penyiapan media tanam, pembibitan dan perawatan tanaman karet hingga dalam proses pemanenannya. Untuk itu diperlukan penelitian yang mendukung untuk penanaman tanaman karet salah satunya pembibitan karet, karena

20 3 pembuatan bibit karet merupakan jantung dari keberhasilan dalam pembuatan kebun karet. Maka untuk itu juga perlu adanya pembaharuan dalam penyiapan bibit seperti pengetahuan akan penyiapan media tanam dan zat tambahan yang mendukung pertumbuhan bibit yang maksimal sehingga didapatkan bibit yang berkualitas baik. Permasalahan yang dihadapi oleh petani dalam budidaya tanaman karet adalah susahnya dalam memperoleh bibit tanaman. Petani dalam membangun kebun karet harus membeli dengan harga yang mahal untuk memperoleh bibit unggul. Beberapa petani juga dalam membangun kebun menyiapkan bibit sendiri namun terkendala dalam memilih varietas mana yang akan ditanam, karena pada bibit dengan teknik okulasi tidaklah mudah. Petani harus menyiapkan entres yang baik namun keterbatasannya adalah minimnya pengetahuan petani mengenai varietas mana yang baik untuk digunakan dalam pembuatan bibit. seringkali petani terkecoh dalam pemilihan entres dalam pembuatan bibit saat mencari entres unggul didalam sebuah kebun karena hanya melihat pada tanaman mana yang terdapat lateks yang banyak dan tidak memperhatikan apakah dalam proses pemanenan penempatan lateks itu diacak atau bener-benar lateks pada karet yang dijadikan entres untuk membuat bibit unggul. Penelitian bagi kepentingan pembaharuan penyiapan bibit kiranya perlu dilakukan dengan fokus yakni penelitian pupuk khusus yakni pemberian Nopkor terhadap pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea brasiliensis). Alasan mengapa jenis media tanam dengan

21 4 pemberian pupuk khususnya Nopkor dipilih sebagai bahan kajian karena prospek pembaharuan yang bisa diciptakan sangatlah menjanjikan. Penyiapan bibit bisa lebih ditingkatkan keberhasilannya. B. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea brasiliensis) yang ditanam dengan media tanam tanpa pemberian Nopkor dengan media tanam yang diberi Nopkor? 2. Apakah media tanam yang ditambahkan dengan Nopkor dapat membantu memaksimalkan pertumbuhan tanaman karet (Havea brasiliensis)? C. Batasan Penelitian Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas maka penelitian dibatasi sebagai berikut: 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah bibit karet varietas RRIC dengan teknik stum okulasi mata tidur yang dibeli di desa Tugu Sempurna II, kecamatan. Muara Kelingi, kabupaten Musirawas Sumatera Selatan. 2. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah media tanah tanpa Nopkor dan tanah diberi Nopkor. 3. Parameter Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan bibit karet dengan teknik stum okulasi mata tidur yang diukur dari indikator:

22 5 tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang serta ketahanan terhadap hama dan penyakit meliputi keutuhan daun sebagai data pendukung dalam penelitian. D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perbedaan pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea brasiliensis) yang ditanam dengan media tanam tanpa pemberian Nopkor dengan media tanam yang diberi Nopkor 2. Mengetahui media tanam yang ditambahkan dengan Nopkor dapat membantu pemaksimalkan pertumbuhan tanaman karet (Havea brasiliensis). E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat mengetahui pengaruh Nopkor terhadap pertumbuhan bibit karet dengan teknik stum okulasi mata tidur dan dapat memberi pengalaman baru bagi peneliti dan mengetahui permasalahan yang terjadi dalam perawatan bibit karet dengan teknik stum okulasi mata tidur, selain itu juga dapat memperluas dan mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang pertanian. 2. Bagi Guru Hasil penelitian dapat dijadikan materi sumbangan dalam pembuatan LKS pada pembelajaran biologi di SMA.

23 6 3. Bagi Siswa Siswa dapat mempraktekkan penelitian secara sederhana melalui kegiatan praktikum yang dirancang oleh guru sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi karena telah mengalami secara langsung. 4. Bagi Masyarakat Mendapatkan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang dapat dijadikan pedoman mengenai media tanam dan unsur tambahan dalam pembuatan bibit karet dengan teknik stum okulasi mata tidur.

24 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Pupuk Dalam arti luas, pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian khusus pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Rosmarkam, 2001). B. Deskripsi Pupuk Probiotik Probiotik berasal dari bahasa Yunani berarti kehidupan dalam arti sempit sebagai sekumpulan mikrobia yang bersifat menguntungkan. Adapun banyak pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian probiotik. Menurut Sperti (1971), probiotik diartikan sebagai ekstrak dari jaringan yang dapat menstimulus pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Parker (1974), diartikan sebagai organisme dan substrat yang berpengaruh terhadap keseimbangan mikrobiota dalam system pencernaan. Sedangkan menurut Lily dan Stilwell (1965), probiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme lainnya, jadi merupakan kebalikan dari antibiotik. 7

25 8 C. Deskripsi pupuk probiotik Nopkor Nopkor atau dengan nama trivialnya Nitrogen Phospat Kalium Organism Recovery merupakan kultur campuran mikrobia fiksasi nitrogen, pelarut, phospat, dan kalium yang mengandung mikrobia N-P-K. Fungsi utama Nopkor sebagai penggembur dan pengembalian kesuburan tanah sehingga unsur hara tanah akan menjadi lebih kaya baik secara unsur makro dan mikro yang bermanfaat bagi tanaman serta berfungsi sebagai pupuk (Murwono, 2012). Jenis mikrobia yang terkandung di dalam proses pembuatan Nopkor adalah Aceto mycetes. Pemberian Nopkor pada pemupukan tanaman tidak diperbolehkan mengenai bagian tubuh tumbuhan, hal ini dikarenakan akan menyebabkan pembusukan pada bagian tumbuhan tersebut. Secara rinci fungsi Nopkor adalah sebagai berikut: 1. Dapat menstabilkan ph pupuk dan tanaman 2. Mencegah terjadinya pembusukan akar 3. Mempercepat pertumbuhan tunas 4. Meningkatkan aktivitas akar untuk berkembang dan memudahkan penyerapan unsur hara 5. Dapat membuat pupuk kompos 6. Dapat mendekomposisikan residu tanah 7. Mencegah laju pertumbuhan mikrobia bersifat pathogen 8. Dalam penggunaan yang benar, dapat dijadikan cadangan makanan bagi tanaman

26 9 9. Dapat memulihkan generasi yang hampir punah atau membantu sifat baik dari induk tanaman (Murwono, 2012). D. Tanaman karet 1. Sejarah tanaman karet Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran karet di Asia Tenggara dibawa oleh Henry Wickham. Saat ini Negara - negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia (Santi, 2009). Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2,2 juta ton (Anwar, 2006). 2. Macam-macam tanaman karet Berikut ini akan disampaikan uraian singkat tentang ciri-ciri beberapa klon penting atau ungul yang dianjurkan oleh Balai-balai penelitian untuk digunakan sebagai bibit dalam budidaya karet dewasa ini. Klon-klon yang dimaksud adalah: GT 1, AVROS 2037, PR 228, PR 255, PR 300, PR 303, dan RRIM 600 (Anonim 2013).

27 10 1. Klon GT 1 Silsilah dari klon GT1 adalah Klon Primer yang memiliki ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut: o Batang: agak jagur, tegak sampai agak bengkok-bengkok, silindris samapai agak pipih. o Kulit batang: warna cokla tua sampai kehitam-hitaman, celahcelah berupa berupa jala dan sempit, lentisel sedikit dan halus. o Mata: letaknya rata, bekas tangkai daun agak besar dan berbonggol. o Payung: bentuk kerucut terpotong, agak besar dan tertutup, tangkai daun agak jarang atau sedang, jarak antar paying agak dekat sampai sedang. o Tangkai daun: bentuk agak cembung dan hampir berbentuk huruf S, agak kurus dan agak pendek, arahnya mendatar sampai agak terkulai, kaki tangkai daun agak besar dan bagian atasnya agak rata. o Anak tangkai daun: bentuknya lengkung, pendek, arahnya terjungkat (keatas), membentuk sudut sempit (< 60 o ). o Helai daun: warna hijau tua agak mengkilat, agak kaku, bentuknya elips, panjangnya 2x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak lebar dan garis tepinya agak melengkung dengan ekor agak panjang, penampang melintang cekung, penampang memanjang lurus, letak daun ke bawah dan terkulai, helai daun

28 11 terpisah sampai bersinggungan, daun tengah sejajar dengan daun pinggir, daun pinggir tidak simetris. o Warna lateks: putih. 2. Klon AVROS 2037 Memiliki silsilah AVROS 256 x AVROS 352 dengan ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut: o Batang: besar, tegak agak melengkung, silindris. o Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa jala dan sempit sekali, lentisel sedikit dan halus. o Mata: letaknya dalam lekukan, bekas pangkal tangkai daun kecil dan rata. o Payung: bentuk kerucut, sedang, terbuka, tangkai daun agak jarang, jarak antar payung sedang. o Tangkai daun: bentuknya agak cembung, panjang, kurus, arahnya mendatar agak ke bawah sedikit, pangkal tangkai daun kecil dan bagian atasnya rata. o Anak tangkai daun: bentuknya pendek, lurus, gemuk, arahnya terhadap tangkai daun terjungkat (ke atas), membentuk sudut sedang (+ 60 o ). o Helai daun: warna hijau kekuning-kuningan, suram, tipis tidak kaku, bentuknya elips sampai agak oval, panjang 2,5x lebar, pinggir daun sedikit bergelombang tak teratur, ujung daun lebar dan garis tepinya agak melengkung dengan ekor daun pendek,

29 12 penampang melintang rata, penampang memanjang agak cembung sedikit, letak daun agak sedikit terkulai, helaian daun bersinggungan sampai tumpang tindih, daun tengah dibawah kedua daun pinggir. o Warna lateks: putih kekuning-kuningan. 3. Klon PR 228 Memiliki silsilah BR 2 x PR 107 dengan ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut: o Batang: besar, tegak lurus, silindris. o Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa alur sempit tak teratur, lentisel agak banyak dan agak kasar. o Payung: bentuk busur sampai setengah bulatan, besar, agak tertutup, tangkai daun agak jarang, jarak antar payung sedang. o Tangkai daun: bentuknya lurus hampir berbentuk huruf S, agak panjang, agak lurus, arahnya terjungkat sampai agak mendatar, kaki tangkai sedang dengan sedikit lekukan dibagian atasnya. o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, agak pendek, gemuk, arahnya terhadap tangkai daun ke atas, membentuk sudut sedang (+ 60 o ). o Helai daun: warna hijau kekuning-kuningan, agak kaku, bentuknya oval, panjang 2,5x lebar, pinggir daun rata, ujung daun lebar dan garis tepinya melengkung dengan ekor daun pendek, penampang melintang rata, penampang memanjang

30 13 lurus, letak daun agak terkulai, letak helai daun bersinggungan sampai sedikit tumpang tindih, daun tengah agak dibawah dari daun pinggir dan terpuntir. o Warna lateks: putih kekuning-kuningan. 4. Klon PR 255 Memiliki silsilah Tjir 1 x PR 107 dengan ciri-ciri tanaman muda dari klon ini adalah sebagai berikut: o Batang: Besar, tegak lurus, silindris. o Kulit batang: warna coklat kehitam-hitaman, celah-celah berupa alur, lebar, tak teratur, lentisel sedikit dan halus. o Mata: letaknya rata, bekas tangkai daun menonjol dan agak kecil. o Payung: bentuk busur, agak besar, agak terbuka, tangkai daun rapat/padat, jarak antar payung agak jauh. o Tangkai daun: bentuk lurus agak cembung, panjang, kurus, arahnya mendatar sampai agak ke atas, pangkal tangkai daun agak kecil dan bagian atasnya belekuk. o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, panjang, arahnya terhadap tangkai daun lurus, membentuk sudut sedang (+ 60 o ). o Helai daun : warna hijau agak kusam, agak kaku, bentuknya elips panjang, panjang 2 1 / 4 x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak menyempit dan garis tepinya hampir lurus dengan ekor daun agak panjang, penampang melintang rata, penampang

31 14 memanjang lurus, letak daun tegak agak terkulai, antar daun terpisah, daun tengah dibawah daun pinggir dan terpuntir. o Warna lateks: kuning. 5. Klon PR 300 Memiliki silsilah PR 226 x PR 228 dengan ciri-ciri tanaman muda adalah sebagai berikut: o Batang: agak besar, tegak lurus, silindris. o Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa jala agak lebar, lentisel sedikit dan halus. o Mata: letaknya agak menonjol, bekas pangkal tangkai daun sedang dan rata. o Payung: bentuk busur, agak kecil, terbuka, tangkai-tangkai daun padat, jarak antar payung sedang. o Tangkai daun: bentuknya hampir lurus, agak pendek, agak lurus, arahnya mendatar sampai agak keatas, pangkal tangkai daun agak kecil dan bagian atasnya rata. o Anak tangkai daun: bentuknya lengkung, agak panjang, kurus, arahnya terhadap tangkai daun terjungkat (keatas), membentuk sudut sempit (< 60 o ). o Helai daun: warna hijau kekuning - kuningan, agak kusam, tipis dan agak kaku, bentuk oval panjang, panjang 2,75 x lebar, pinggir daun agak bergelombang tak teratur, ujung daun lebar dan garis tepinya lengkung dengan ekor daun agak panjang,

32 15 penampang melintang agak cekung, penampang memanjang lurus, letak daun tegak agak terkulai, helaian daun terpisah, daun tengah terletak dalam satu bidang dengan daun pinggir. o Warna lateks: kekuning-kuningan. 6. Klon PR 303 Yang mempunyai silsilah Tjir 1 x PR 107 dengan ciri-ciri tanaman muda adalah sebagai berikut: o Batang: besar, tegak lurus, silindris. o Kulit batang: warna coklat, celah - celah berupa alur tak teratur dan sempit. o Mata: letaknya hampir rata, bekas pangkal tangkai daun agak besar dan rata. o Payung: bentuk busur, agak besar, terbuka, tangkai daun agak jarang, jarak antar payung sedang. o Tangkai daun: bentuknya hampir lurus, agak panjang, sedang, arahnya mendatar samapi agak ke atas, pangkal tangkai daun agak besar dan bagian atasnya berlekuk. o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, panjang, agak kurus, arahnya terhadap tangkai daun lurus, membentuk sudut sedang (+ 60 o ). o Helai daun: warna hijau, kusam, tipis agak kaku, bentuknya oval agak panjang, panjang 2,5 x lebar, pinggir daun bergelombang teratur, ujung daun lebar dan garis tepinya agak melengkung

33 16 dengan ekor daun pendek, penampang melintang rata, penampang memanjang lurus, letak daun tegak agak ke bawah, helaian daun terpisah sampai bersinggungan, daun tengah agak dibawah sedikit dari kedua daun pinggir dan terpuntir, helaian daun pinggir simetris. o Warna lateks: kekuning-kuningan. 7. Klon LCB 1320 Klon ini memiliki silsilah Klon Primer dengan ciri - ciri tanaman muda adalah sebagai berikut: o Batang: besar, tegak lurus, silindris. o Kulit batang: warna coklat, celah-celah merupakan alur panjang dan sempit kadang - kadang terputus - putus, lentisel sedikit dan halus. o Mata: letaknya rata dan bekas tangkai daun besar dan agak berbonggol. o Payung: bentuk setengah bulatan sampai kerucut terpotong, besar, agak terbuka, tangkai daun agak rapat, jarak antar payung sedang. o Tangkai daun: bentuknya lurus sampai sedikit cembung, panjang, arahnya menjungkat, membentuk + 60 o. o Helai daun : warna hijau kekuning - kuningan, berkilau, agak kaku, bentuk oval panjang, panjang 3 x lebar, pinggir daun agak bergelombang tak teratur, ujung daun lebar melengkung dengan

34 17 ekor daun agak panjang, penampang melintang datar sampai sedikit berbentuk huruf V, penampang memanjang agak cembung, letak daun landai, antar daun terpisah dan daun tengah terletak dalam satu bidang dengan daun pinggir. o Warna lateks: putih. 8. Klon RRIM 600 Silsilah dari klon ini adalah Tjir 1 x PB 86 dengan ciri-ciri tanaman muda klon ini adalah sebagai berikut: o Batang: agak besar, tumbuh meninggi, tegak lurus, sedikit bengkok, silindris. o Kulit batang: warna coklat, coklat hitam dibawah bekas pangkal tangkai daun, celah - celah berupa alur tak teratur agak sempit, lentisel sedikit sekali dan halus. o Mata: letaknya agak rata, bekas pangkal tangkai daun kecil agak berbonggol. o Payung: bentuk busur sampai kerucut, agak kecil, agak tertutup, tangkai-tangkai daun agak jarang, jarak antar payung jauh sekali. o Tangkai daun: bentuknya lurus agak berbentuk huruf S, panjang, agak kurus, arahnya mendatar agak keatas, pangkal tangkai daun kecil dengan lekukan dibagian atasnya.

35 18 o Anak tangkai daun: bentuknya lurus, penek, kurus, arahnya terhadap tangkai daun lurus agak keatas sedikit, menbentuk sudut sedang (+ 60 o ). o Helai daun : warna hijau, agak mengkilat sedikit, agak lemas, bentuknya oval agak panjang, panjang 2 1 / 3 x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak lebar dan garis tepinya melengkung dengan ekor dan agak panjang, penampang melintang rata, penampang memanjang lurus sedikit melengkung, letak daun terkulai, helaian daun terpisah, daun tengah terletak dalam satu bidang dengan daun pinggir. o Warna lateks: putih. Keterangan tentang singkatan nama-nama klon GT WR PR LCB : Gondang Tapen : Wangun Reja : Proefstation Rubber : Landbouw Caoutchuc Bedrijf AVROS: Algemene Vereniging van Rubberplanters ter Ooskust van Sumatra PPN Tjir GYT : Perusahaan Perkebunan Negara : Tjirandji : Good Year Type RRIM : Rubber Research Institute of Malaysia RRIC : Rubber Research Institute of Ceylon

36 19 IAN BPM BPPJ RCG IRR : Instituto Agronomico dede Norte (Brazil) : Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Medan : Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Jember : Rubber Research Center Getas : Indonesian Rubber Research 3. Klasifikasi tanaman karet Tanaman karet (Havea brasiliensis Mull Arg), merupakan tanaman tergolong tanaman tahunan berbentuk pohon cukup besar. Menurut Tjitro Soephomo (1991) Dalam dunia tumbuhan tanaman karet tersusun dalam sistematika berikut: Divisi: Spermatophyta Kelas: Dikotiledoneae Ordo: Euphorbiales Famili: Euphorbiaceae Genus: Havea Spesies: Havea brasiliensis Gambar 2.1 Tanaman Karet 4. Marfologi dan fisiologi tanaman karet Menurut Budiman (2012), tanaman karet diperbanyak melalui okulasi, untuk menghasilkan bibit yang baik perlu mempersiapkan batang bawah berupa tanaman pesemaian biji-biji klon anjuran, sedangkan untuk batang atas berasal dari mata klon-klon anjuran.

37 20 Untuk mendapatkan bibit yang bermutu perlu mempersiapkan kebun batang bawah dan atas (entres) dibangun sesuai dengan standar yang dianjurkan, memulai dari pemilihan lokasi sampai dengan pengelolahannya. Setelah membangun batang bawah dan kebun batang atas dapat dilakukan okulasi dengan menempel mata dari satu tanaman sejenis dengan tujuan untuk mendapatkan sifat unggul, hasil tersebut akan diperoleh bibit unggul seperti stum mata tidur, stum mini, stum tinggi, dan bibit dalam polibag namun yang sering digunakan petani adalah stum mata tidur dan bibit dalam polibag. Pengenalan ciri-ciri karet pada tanaman muda dilakukan pada tanaman berumur bulan dengan jumlah 4-6 payung, ciri-ciri tanaman muda okulasi yang entresnya berasal dari klon tertentu, dapat ditentukan dengan memperhatikan bagian-bagian tanaman (Setyamidjaja, 1993) : 1. Batang Dalam mengidentifikasi batang perlu diperhatikan: Pertumbuhan batang : dapat tumbuh besar tegap atau kurus Ketegakan batang: dapat tumbuh tegak lurus, bengkok, lengkung atau miring (condong). Bentuk batang: dapat silindris, pipih lurus, atau pipih spiral (terpuntir). 2. Kulit batang Dalam mengidentifikasi kulit batang menggunakan ciri pada bagian yang berwarna coklat dengan memperhatikan:

38 21 Corak kulit gabus: dilihat retak-retak kulit gabus dengan celahcelahnya. Bentuk celah ada yang panjang dan teratur, terputusputus, seperti jalan, ada yang lebar dan ada pula yang sempit. Warna kulit gabus: coklat muda, coklat tua kehitam-hitaman. Banyaknya lentisel: banyak, sedang atau sedikit, bila diraba dengan tangan terasa kasar atau halus. 3. Mata Mata adalah primordia tunas yang terletak diatas bekas kedudukan pangkal tangkai daun. Dari primordial ini akan keluar tunas baru. Letak mata didalam lekukan, terlihat rata atau menonjol. Berkas pangkal tangkai daun: ada yang rata atau menonjol. 4. Payung Ciri-ciri yang diperhatikan adalah: Bentuk payung: ada yang berbentuk setengah bulat, busur kerucut, atau kerucut terpotong. Ukuran payung hanya dapat ditentukan ukuran relatifnya, yaitu besar, kecil atau besar. Kepadatan payung: dengan memperhatikan letak tangkaitangkai daun dalam satu payung, seperti padat, jarang, agak padat, atau agak jarang. Kerapatan permukaan payung : dengan memperhatikan keadaan permukaan payung yang dibedakan sebagai : payung tertutup,

39 22 (jika kita memandang dari samping tidak tembus ke sebrang) atau payung terbuka (jika keadaan sebaliknya) Jarak antar payung: dengan melihat letak payung yang di atas dan dibawahnya dan bagian payung yang tidak berdaun yang terletak diantara payung, dibedakan sebagai berikut: jauh, dekat atau agak dekat. 5. Tangkai daun Yang diperhatikan dalam mengidentifikasi tangkai daun adalah tangkai-tangkai yang terletak dalam payung termuda yang pertumbuhannya sempurna, demikian pula untuk mengidentifikasi anak tangkai daun, helaian dan ciri-ciri yang diperhatikan ialah: Posisi tangkai daun : terjungkit (membentuk sudut runcing), terkulai (membentuk sudut tumpul ), mendatar/ horizontal Bentuk tangkai daun, yaitu benyuk tangkai secara memanjang: lurus, cembung, cekung, berbentuk huruf S. Ukuran tangkai daun : untuk ukuran panjang : panjang, sedang, pendek dan ukuran besar : gemuk, kurus, agak gemuk, dan agak kurus Ukuran pangkal tangkai (kaki tangkai): pada pangkal ada yang berbentuk besar, kecil atau sedang. Bagian atas: ada yang berlekuk, rata atau cembung.

40 23 6. Anak tangkai daun Posisi anak tangkai daun terhadap tangkai daun: terjungkat, dan searah dengan arah tangkai daun. Ukuran anak tangkai daun: dilihat dari panjangnya dan ukuran besarnya. Bentuk anak tangkai daun: lurus atau melengkung. Besarnya sudut yang dibentuk oleh anak tangkai daun yang ditengah, pinggir, dengan besar sudut: besar bila sudut lebih dari 60 0, kecil jika kurang dari 60 0, dan sedang bila sudutnya antara Helaian daun Warna kilau dan lekukan daun yakni hijau muda, hijau tua, dan hijau kekuningan, berkilau atau kusam, lekukan kaku atau tidak. Bentuk helaian daun: elip, bulat telur, belah ketupat. Pada bagian pinggir daun dan ekor daun: agak rata bergelombang atau bergelombang. Penampang daun: bentuk penambang memanjang dari daun sampai ekor lurus atau cembung dan bentuk penampang melintang daun: datar, cembung, cekung, atau berbentuk huruf V. letak daun terhadap permukaan payung terkulai, dan tegak standar dan tembus pandang, atau antara keadaan terkulai dan mendatar. Letak helai daun dan posisi letak daun tengah: letak helaian daun dipengaruhi oleh ukuran panjang anak tangkai daun, besarnya sudut yang dibentuk oleh anak daun, dan besarnya bagian lebar dari helaian daun. Letak helaian daun ada yang terpisah, bersinggungan atau saling tumpang tindih, untuk simetris helaian

41 24 daun pinggir ada yang simetris (setangkup) dan ada yang tidak. Pada daun helaian pinggir yang tidak simetris, bagian helaian daun sebelah kiri tulang daun utama tidak sama lebarnya dengan bagian sebelah kanan tulang daun utama. 8. Warna lateks Klon karet mempunyai warna latek putih, putih kekuningkuningan atau kuning. Warna latek juga dapat membedakan klon yang satu dengan yang lain. 9. Akar Perakaran tanaman karet tersusun atas akar tunggang, akar lateral dan akar baru. Akar lateral pertumbuhannya menyebar ke segala arah. Ketiga akar ini adalah sistem dari tanaman yang berada pada bagian bawah permukaan tanah dan berperan besar dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Perkembangan perakaran tanaman pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu energi yang tersedia dalam jaringan tanaman dan keadaan lingkungan pertumbuhan akar. Pada mulanya pertumbuhan akar hanya terbatas pada daerah sekitar pohon setelah lebih dari lima tahun, akar mulai menyebar lebih jauh lagi dari pohon. Panjang akar tunggang mampu mencapai kedalaman dua meter atau lebih, sedangkan akar lateralnya mampu menyebar hingga 20 meter atau lebih. Fungsi utama akar tanaman karet yaitu sebagai penopang berdirinya

42 25 tanaman dan sebagai organ yang berfungsi dalam pengambilan air dan unsur hara dari dalam tanah. Akar merupakan organ tanaman yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman karet, maka dari itu akar tanaman karet harus tumbuh dengan baik agar dihasilkan tanaman yang baik. Kulit batang tanaman karet memiliki struktur anatomi seperti tanaman dikotil lainnya. Pada bagian kulit batang karet terdapat pembuluh latek, yang banyak mengandung getah atau latek. 10. Ciri-ciri khusus Kadang-kadang pada klon tertentu memiliki ciri khusus seperti: lelehan lateks, helaian daun tengah yang terpuntir, lateks yang berubah warna menjadi ungu, dan lain-lain. Mengenai ciri - ciri diatas hampir semuanya dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya seperti: jenis tanah, tinggi tempat, kesuburan tanah, pemupukan, iklim, dan lain-lain. Berikut ini akan disampaikan uraian singkat tentang ciri - ciri beberapa klon penting atau ungul yang dianjurkan oleh balai-balai penelitian untuk digunakan sebagai bibit dalam budidaya karet dewasa ini. Klon-klon yang dimaksud adalah: GT 1, AVROS 2037, PR 228, PR 255, PR 300, PR 303, dan RRIM 600 (Anonim, 2013).

43 26 5. Syarat tumbuh Menurut Syakir (2010), membangun kebun karet diperlukan teknologi budidaya karet yang mencakup beberapa kegiatan yaitu: syarat tumbuh tanaman karet, klon-klon rekomendasi, bahan tanam, pemeliharaan tanaman, pemupukan, pengendalian hama serta penyadapan/panen. Syarat tumbuh tanaman karet memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang merupakan syarat hidupnya. Lebih rinci syarat tumbuh diuraikan sebagai berikut: a. Iklim Daerah yang cocok adalah pada zona antara 150 LS dan 150 LU, dengan suhu harian o C. b. Curah hujan Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100 s/d 150 HH/tahun. Lebih baik lagi jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5-7 jam/hari. c. Tinggi tempat Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian m dari permukaan laut. Pada ketinggian >400 m dpl dan suhu harian lebih dari 30 o C, mengakibatkan tanaman karet tidak bisa tumbuh dengan baik.

44 27 d. Angin Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar, tinggi pohon dewasa mencapai m, batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. e. Tanah Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis maupun alluvial. Pada tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainase, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya kurang baik sehingga drainase dan aerasenya kurang baik. Tanah - tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang ada di negeri ini dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan karet dengan hasil yang cukup baik. Padas pada lapisan olah tanah tidak disukai tanaman karet karena mengganggu pertumbuhan dan perkembangan akar, sehingga proses pengambilan hara dari dalam tanah terganggu. Derajat keasaman mendekati normal cocok untuk tanaman karet, yang paling cocok adalah ph 5-6. Batas toleransi ph tanah

45 28 adalah 4-8. Sifat - sifat tanah yang cocok pada umumnya antara lain; aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah remah, struktur terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan lahan <16% serta permukaan air tanah < 100 cm. 6. Hama dan penyakit Beberapa penyakit gugur daun yang banyak dijumpai di pembibitan antara lain; Penyakit gugur daun oidium, colletotrichum, corynespora dan Helminthosporium. a. Penyakit gugur daun Oidium Gejala pada daun terdapat masa tepung berwarna putih melekat pada permukaan bawah daun, kemudian berkembang menyebabkan bercak transparan sehingga pertumbuhan daun tidak normal, agak berkeriput. Masa tepung jamur tersebut dapat juga menutupi permukaan atas daun. Daun muda yang masih berwarna coklat tembaga jika terserang akan gugur, sedangkan daun-daun yang lebih dewasa tidak gugur akan tetapi fungsi untuk berfotosintesis tidak maksimal. Serangan pada pembibitan batang bawah menyebabkan tanaman gundul dan pertumbuhan terhambat sehingga waktu okulasi tertunda. b. Penyakit gugur daun Corynespora Jamur Corynespora cassiicola terutama menyerang daun, baik pada tanaman muda maupun tanaman tua. Gejala diawali dengan ditandai adanya bercak hitam, terutama pada tulang-

46 29 tulang daun selanjutnya bercak berkembang dan meluas, berbentuk bulat atau tidak teratur. Bagian tepi bercak berwarna coklat dengan bagian pusatnya mengering atau dapat berlubang. Disekitar bercak biasanya terdapat daerah yang berwarna kuning agak lebar. Pada daun muda serangan Corynospora tidak menimbulkan bercak yang nyata, tetapi tampak kuning merata di seluruh permukaan daun. Kejadian ini disebabkan karena toksin yang dibentuk oleh jamur Corynospora, dimana dengan hanya bercak yang kecil pada tulang daun, karena adanya toksin maka daun dapat menguning, menjadi coklat dan gugur. c. Penyakit gugur daun Colletotrichum Colletotrichum gloeosporioides menyebabkan bercak bundar pada daun dengan diameter 2 mm dan mula-mula berwarna coklat, selanjutnya bagian pusat menjadi abu-abu sampai putih, nekrotis dan sering membelah. Daun-daun muda menjadi kehitaman dan gugur, infeksi pada daun yang lebih tua akan mengakibatkan defoliasi. Bercak dapat berkembang pada tangkai daun dan menginfeksi pada daun muda menyebabkan daun berwarna hijau tua, sporulasi terjadi pada keadaan yang lembab yang ditandai dengan koloni spora yang berwarna merah jambu. Pada daun-daun yang lebih dewasa infeksi Colletotrichum mengakibatkan tepi serta ujung daun berkeriput dan pada permukaannya terbentuk bercak-bercak bulat berwarna coklat

47 30 dengan tepi kuning bergaris tengah 1-2 mm. Bila daun-daun bertambah umur maka bercak akan berlubang ditengahnya dan bercak-bercak ini menonjol dari permukaan daun. Infeksi Colletotrichum hebat mengakibatkan matinya pucuk tanaman. d. Penyakit gugur daun Helminthosporium Gejala yang khas dari penyakit ini adalah bercak-bercak bulat, bergaris tengah 1-3 mm, dengan pusat yang tembus cahaya dan tepi coklat sempit yang jelas, yang mirip dengan mata burung. Gejala seperti ini terjadi bila infeksi berlangsung pada saat daun sudah mencapai ukurannya yang penuh, tetapi masih tergantung lemas. Sering kali pada daun yang sama terdapat tiga macam gejala yaitu; pucuk keriput, mata burung yang khas, dan bercak coklat tua. Ketiga gejala tersebut menunjukkan bahwa daun mendapat infeksi berulang-ulang selama perkembangannya, dipusat bercak yang tembus cahaya pada sisi bawah daun sering terlihat tepung hitam yang terdiri dari konidium jamur. Intensitas serangan patogen penyebab penyakit gugur daun karet sangat dipengaruhi oleh kondisi dan sifat ketahanan tanaman serta keadaan lingkungan (cuaca atau iklim). Untuk penyebaran sporanya dibantu oleh angin dan hujan. Kondisi tanaman yang kekurangan unsur hara, kurang pemeliharaan, kelembaban udara yang tinggi, serta adanya air pada permukaan daun sangat memudahkan jamur untuk dapat berkembang cepat

48 31 dan menginfeksi tumbuhan sehingga menimbulkan penyakit yang kronis. Sebaliknya penyakit gugur daun kurang dijumpai pada tanaman yang terawat serta lahan dengan drinasi yang baik. 7. Pengendalian Hama dan Penyakit Beberapa tindakan pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit gugur daun adalah: Menanam klon - klon yang tahan terhadap penyakit gugur daun di daerah yang rawan serangan penyakit gugur daun. Klon - klon tahan dan rentan terhadap beberapa penyakit gugur daun karet dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Ketahanan klon karet anjuran terhadap penyakit utama dan angin Klon Ketahanan terhadap Penyakit Ketahanan Colletotrichum Corynespora Oidium terhadapan angin BPM24 Peka Moderat Moderat Moderat BPM107 Toleran Toleran Toleran Toleran BPM109 Toleran Toleran Toleran Moderat IRR104 Moderat Moderat Moderat - PB217 Moderat Toleran Peka Toleran PB260 Toleran Toleran Toleran Peka PR255 Peka Toleran Moderat Toleran PR261 Peka Toleran Moderat Toleran BPM1 Moderat Toleran Toleran Toleran AVROS20 Peka Toleran Moderat Toleran 37 PB330 Toleran Toleran Peka Peka RRIC100 Toleran Toleran Toleran Toleran IRR5 Toleran Toleran Moderat Toleran IRR21 Toleran Toleran Toleran Toleran

49 32 Klon Ketahanan terhadap penyakit Ketahanan Colletotrichum Corynespora Oidium terhadapan angina IRR32 Toleran Toleran Toleran Toleran IRR39 Toleran Toleran Toleran Toleran IRR42 Toleran Toleran Toleran Toleran IRR118 Toleran Toleran Moderat Toleran Sumber: Balit Sembawa (2003) dlm Boerhendhy & Amypalupy (2011). Perawatan karet tentunya perlu dilakukan pemupukan, pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur hara yang dikandungnya, serta manfaat dari berbagai unsur hara pembentuk pupuk tersebut. Setiap kemasan pupuk yang diberi label yang menunjukkan jenis dan unsur hara yang dikandungnya. Kadangkala petunjuk pemakaiannya juga dicantumkan pada kemasan, karena itu sangat penting untuk membaca label kandungan pupuk sebelum tidak dapat dimanfaatkan tanaman dan memutuskan untuk membelinya. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui cara aplikasi yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman.

50 33 E. Langkah-langkah dalam melakukan okulasi tanaman karet Salah satu cara mendapatkan bibit tanaman karet unggul yaitu melalui teknik okulasi. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan okulasi yakni dalam penyiapan batang bawah dan kayu okulasi (entres). Menurut Setyamidjaja (1993) mengatakan batang bawah yang baik dalam okulasi adalah batang yang berumur 9-18 bulan dengan diameter berkisar antara ± 2 cm diukur 10 cm diatas permukaan tanah dan tidak berada pada stadium membentuk payung. Begitu juga pada entres yang dipilih adalah tanaman karet yang diambil kulitnya yang berwarna antara hijau tua dan coklat, berdiameter 1,5-3 cm. berikut langkah langkah dalam melakukan okulasi tanaman karet: 1. Membersihkan pangkal bawah batang dari tanah terutama pada tempat keratan (jendela) yang akan dibuat. Selanjutnya membuat jendela okulasi panjang 5-7 cm, lebar 1-2 cm dengan menyayat kulit sampai batas kayu. 2. Mempersiapkan mata okulasi (entres) yang baik dan membuat perisai dengan memisahkan kayu dari kulit selanjutnya memasukkan perisai ke dalam jendela. 3. Membalut perisai yang sudah dimasukkan kedalam jendela dengan menggunakan pita plastik dan memastikan balutan tidak kena air hujan. 4. Memerikasa balutan pada tanaman karet yang diokulasi, dan memastikan jika hasilnnya berhasil dengan baik ditandai perisai yang

51 34 menempel pada jendela yang dibalut berwarna hijau segar, waktu yang dibutuhkan ± 30 hari. 5. Jika hasil okulasi jadi maka bibit hasil okulasi tanaman karet dipindahkan dengan memotong batang bawah ± 10 cm diatas okulasi dan memulai penyemaian kedalam polibag. F. Hasil Penelitian yang relevan Hasil penelitian yang relavan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2014) dengan judul PENGARUH PUPUK PROBIOTIK NOPKOR DALAM PEMUPUKAN SECARA ORGANIK TERHADAP HASIL PANEN TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan dengan menggunakan NOPKOR berpengaruh terhadap hasil panen tanaman cabai rawit. Hal ini dilihat dari berat kering yang diukur pada hasil panen tanaman cabai. 2. Penelitian yang dilakukan Galuh (2014) dengan judul PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR (Vitis vinivera) VARIETAS PROBOLINGGO BIRU. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan jenis tanah dengan penambahan Nopkor berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman.

52 35 G. Hipotesis 1. Terdapat perbedaan pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea brasiliensis) yang ditanam dengan media tanam tanpa pemberian Nopkor dengan media tanam yang diberi Nopkor. 2. Media tanam yang ditambahkan dengan Nopkor dapat membantu memaksimalkan pertumbuhan tanaman karet (Havea brasiliensis).

53 BAB III METODOLOGI A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan model rancangan penelitian eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan salah satu jenis penelitian kuantitatif yang sangat kuat mengukur sebab akibat yaitu membandingkan efek variansi variabel bebas terhadap variabel tergantung melalui manipulasi atau pengendalian variabel bebas tersebut (Taniredja & Mustafidah, 2011). Penelitian ini menggunakan tiga variabel terdiri atas variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tanam dan pemberian Nopkor. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter tanaman. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah umur bibit, pemeliharaan, penyiraman dengan dosis yang sama, suhu, kelembaban dan intensitas cahaya. B. Alat dan Bahan 1. Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag, cangkul, semprotan kecil, meteran, penggaris, benang, ember, takaran air, karung, kawat, timbangan, dan buku. 36

54 37 2. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit karet hasil dari stum okulasi mata tidur, Nopkor, tanah, pupuk NPK (sebagai pakan mikrobia) dan air. C. Cara Kerja 1. Penyiapan lahan Dalam penelitian tanaman karet ditanam di dalam polibag yang diletakkan dalam lahan, oleh karena itu lahan perlu disiapkan secara intensif. Penyiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari pohon-pohon atau gulma serta rumput yang tidak berguna. Sekeliling lahan dibuat pagar pembatas untuk mencegah adanya ganguan dari luar lahan selanjutnya lahan dipola untuk penempatan polibag dan pengaturan pengairan. 2. Penyiapan sarana tanam Penyiapan sarana penanaman yang diperlukan meliputi penyiapan polibag, media tanam, Nopkor, dan bibit karet. a. Penyiapan wadah tanam Wadah tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag berukuran 50 cm x 25 cm, tebal mm dan berwarna hitam. Penggunaan polibag berfungsi untuk mempermudah pemindahan tanaman karet sehingga mempermudah dalam pengambilan data. b. Penyiapan media tanam

55 38 Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah alluvial, dan pupuk Nopkor. Sedangkan untuk pupuk NPK itu diberikan sama dengan setiap polibagnya dimana fungsi dari NPK sebagai makanan dari mikroba yang ada didalam media tanah dan Nopkor itu sendiri. c. Penyiapan bibit Bibit karet yang digunakan yang digunakan berasal dari salah satu varietas unggul yaitu RRIC didatangkan dari penangkar bibit dari Tugu Sempurna 2, Sumatera Selatan. Bibit yang digunakan dalam penelitian ini telah berumur 30 hari, tumbuh sehat dan mempunyai tunas 3. Penanaman tanaman karet a. Pengisian polibag Tanah yang digunakan untuk mengisi polibeg adalah tanah lapisan atas (top soil) yang subur dan mengandung bahan organik. Tanah tersebut kemudian diayak untuk memisahkan dari sisa-sisa akar dan kayu yang dapat menjadi sumber penyakit. b. Menyusun polibag dan penanaman bibit karet polibag disusun sejajar yang telah dibuat dengan ukuran lebar 40 cm x 20 cm memanjang sesuai dengan pembandingnya yaitu penelitian A (degan Nopkor) menjadi 2 baris dan penelitian B (tanpa Nopkor) menjadi 2 baris. Penyusunan dengan pemberian jarak pada tiap polibagnya berfungsi sebagai pemerataan

56 20 cm PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 tanaman dalam memperoleh cahaya sehingga proses fotosintesis pada tiap tanaman baik. Jarak antara penelitian A dan B yaitu 60cm sehingga lebih membantu dalam pengontrolan. Adapun gambar penyusunan polibag dibuat seperti gambar 3.1 berikut: 40 cm 60 cm Gambar 3.1 Penyusunan polibag dalam penanaman bibit karet c. Penanaman bibit Karet Media dalam polibag yang sudah tersusun sebelum ditanami bibit terlebih dahulu didiamkan selama tiga hari terlebih dahulu, pada penelitian A (diberi Nopkor) media diberi Nopkor terlebih dahulu sebelum didiamkan. Kemudian memulai penanaman bibit karet, arah mata okulasi karet dihadapkan ke Timur untuk memudahkan pemeliharaan.

57 40 4. Pemeliharaan tanaman karet a. Penyiraman Penyiraman tanaman karet di dalam polibag menjadi sangat penting karena pada awal pertumbuhan tanaman karet membutuhkan air dalam jumlah yang cukup. Pada fase awal pertumbuhan, penyiraman tanaman karet dilakukan sebanyak dua kali sehari. Media tanam di polibag harus tetap dijaga agar tidak mengalami kekurangan atau kelebihan air. Oleh karena pada saat penanaman merupakan awal musim hujan, penyiraman tidak dapat dilakukan. Penyiraman dilakukan menyesuaikan kondisi kelembaban media tanam didalam polibag. b. Pemberian Nopkor Pemberian Nopkor tanaman karet pada perlakuan A1-A15, dilakukan setiap dua minggu sebanyak satu kali dengan takaran ± 150 cc setiap polibag. Nopkor yang digunakan adalah hasil pengenceran dengan air. Perbandingan 40 cc Nopkor diencerkan dengan 1 liter air sesuai dengan dosis standar yang tertera pada Nopkor yang dibeli. Pemberian Nopkor dilakukan dengan menyemprot pada media tanamnya sehingga akan memperkaya nutrisi media tanam yang dibutuhkan tanaman karet yang diujikan. Sedangkan perlakuan kontrol tidak diberikan Nopkor, media tanam hanya berupa tanah.

58 41 Sebelum media ditanamami dengan bibit terlebih dahulu media dengan perlakuan Nopkor diberikan pupuk Nopkor terlebih dahulu, kemudian didiamkan selama tiga hari agar Nopkor pada media tanam bekerja, sehingga diharapkan mampu memperoleh hasil yang baik. Setelah itu, media dalam polibag bisa dipakai untuk menanam bibit karet. c. Cara pengambilan data Pengambilan data dalam penelitian untuk pengukuran tinggi batang dan diameter batang menggunakan benang dan meteran. Benang dibentangkan sesuai tinggi tanaman karet lalu diukur dengan menggunakan meteran dan hasilnya dicatat dalam lembar pengamatan, begitu juga dengan pengambilan data untuk diameter batang dan untuk mengukur jumlah daun tanaman karet dengan cara mengitung banyaknya tangkai dan dicatat sebagai data hasil penelitian. d. Pengamatan Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data yang akan dianalisis. Pengambilan data dilakukan setiap tiga hari sekali selama empat bulan. Dalam penelitian, pengumpulan data dilakukan dengan mengukur pertumbuhan tanaman karet yaitu tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang sebagai indikator pertumbuhan tanaman serta keutuhan daun sebagai indikator ketahanan tanaman karet. Untuk membantu dalam

59 42 pencatatan data hasil pengamatan maka data dimasukan kedalam tabulasi data seperti berikut: 1. Tabulasi data tinggi tanamam karet Tabel 3.1 Tinggi tanaman dengan perlakuan NOPKOR Hari/tanggal Tinggi Tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR (cm) Pengambilan data Rata - Rata Tabel 3.2 Tinggi tanaman dengan perlakuan kontrol Hari/tanggal Tinggi Tanaman karet dengan perlakuan Kontrol (cm) Pengambilan data Rata - Rata 2. Tabulasi data diameter batang tanamam karet Tabel 3.3 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR Hari/tanggal Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan Pengambilan NOPKOR (cm) data Rata - Rata Tabel 3.4 Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan Kontrol. Hari/tanggal Diameter batang tanaman karet dengan perlakuan Pengambilan Kontrol (cm) data Rata - Rata

60 43 3. Tabulasi data jumlah daun tanamam karet Tabel 3.5 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR Hari/tanggal Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan NOPKOR Pengambilan data Rata - Rata Tabel 3.6 Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan kontrol Hari/tanggal Jumlah daun tanaman karet dengan perlakuan Pengambilan data kontrol Rata - Rata D. Metode Analisa Data Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan T-test untuk dua grup independent. T-test independent digunakan untuk membandingkan dua kelompok yang independen yakni membandingkan apakah hasil penambahan pupuk Nopkor dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit karet lebih baik dari pada tanpa ditambahkan Nopkor, yang diperlukan adalah: mean, dari sampel, standar deviasi dari sampel, dan besarnya sampel untuk kedua kelompok yang dibandingkan (Suparno, 2010 ).

61 44 E. Agenda penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari dan diakhiri bulan juni 2015 dilokasi pembibitan petani desa Tugu Sempurna II Kec. Muara Kelingi, Kab. Musirawas, Sumatera Selatan, waktu penelitian dihitung dari awal mulai persiapan hingga pengambilan data.

62 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data dan Analisis Hasil Penelitian Data hasil pengukuran pertumbuhan tanaman karet (Havea brasiliensis) varietas RRIC dengan penambahan Nopkor adalah sebagai berikut: 1. Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Berdasarkan data hasil penelitian, maka dapat dibuat grafik pertumbuhan batang karet (Havea brasiliensis) varietas RRIC pertiga hari sebagai berikut: Nopkor Kontrol Gambar 4.1 Grafik Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC Pertiga Hari. Grafik diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi batang tanaman karet pada tiap tiga harinya memiliki pola pertumbuhan berbeda. 45

63 46 Jika dilihat bentuk garis pada grafik, ada dua bentuk pertumbuhan pada perlakuan Nopkor dan kontrol yaitu pertumbuhan meningkat dan pertumbuhan merata. Pertumbuhan meningkat pada perlakuan kontrol dapat dilihat pada garis yang naik dimulai dari tanggal 17 Maret sampai tanggal 16 April dan tanggal 16 Mei sampai tanggal 12 Juni. Sedangkan pada perlakuan Nopkor pertumbuhan meningkat terjadi pada 17 Maret sampai 07 April dan 13 Mei sampai 06 Juni. Untuk tahapan pertumbuhan merata pada perlakuan kontrol terjadi pada tanggal 16 April sampai 13 Mei. Sedangkan pada perlakuan Nopkor terjadi pada tanggal 07 April sampai 13 Mei dan 06 Juni sampai 12 Juni. Pada tanaman karet dengan perlakuan kontrol pertumbuhan tinggi batang lebih maksimal dengan tinggi maksimal mencapai 37.13cm sedangkan yang diberikan perlakuan Nopkor mencapai 33.64cm. Rata-rata pertumbuhan tinggi batang tanaman karet pada tanggal 10 April sampai dengan tanggal 16 Mei memiliki rata-rata pertumbuhan yang hampir sama dimana pada tanggal tersebut merupakan puncak dari pertumbuhan tanaman karet untuk payung pertama. Grafik dari kedua perlakuan tampak konstan dan menunjukkan adanya pertambahan tinggi batang tanaman karet relatif sama. Dari hasil penelitian berdasarkan grafik diatas didapatkan rata-rata pertumbuhan tinggi batang tanaman karet (Havea brasiliensis) varietas RRIC seperti pada tabel 4.1 berikut:

64 47 Tabel 4.1 Rata-rata pertumbuhan tinggi batang tanaman Karet Keterangan: Pertumbuhan Tinggi Batang R tanaman karet (cm) Nopkor (X 1 ) Kontrol (X 2) = = Nopkor: Tanaman dengan penambahan Nopkor Kontrol: Tanaman yang tidak diberikan perlakuan R: Pengulangan x 1: Rata rata tanaman dengan penambahan Nopkor x 2: Rata rata tanaman dengan perlakuan kontrol Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat rata-rata pertumbuhan tinggi batang tanaman karet pada perlakuan dengan penambahan Nopkor dan Kontrol yaitu 1 = 24.24cm dan 2 = 25.34cm. Setelah dianalisis dengan menggunakan uji T - test independen hasil menunjukan t obs = lebih kecil dari t crit = (tabel t crit ) dengan α = 0.05 berarti tidak ada

65 48 perbedaan yang berarti pada pertumbuhan tinggi batang tanaman karet yang diberikan perlakuan nopkor dan control. 2. Pola Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC Berdasarkan data hasil penelitian pola pertumbuhan diameter batang tanaman karet (Havea brasiliensis) varietas RRIC pertiga harinya dapat ditampilkan pada gambar ,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Nopkor Kontrol Gambar 4.2 Grafik Pola Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC Pertiga Hari. Grafik diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter batang tanaman karet pada tiap tiga harinya memiliki pola pertumbuhan yang berbeda. Pada tanaman karet dengan perlakuan kontrol pertumbuhan diameter batang tanaman lebih maksimal mencapai 3.29 cm sedangkan yang diberikan perlakuan Nopkor mencapai 3.20 cm. Penambahan diameter batang pada kedua perlakuan dari grafik menunjukkan sangat

66 49 lambat. Pada tanggal 19 Mei sampai dengan 31 Mei pertumbuhan diameter batang tanaman karet cenderung konstan. Dari hasil penelitian berdasarkan grafik diatas didapatkan rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman karet (Havea brasiliensis) varietas RRIC seperti pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman Karet Keterangan: Pertumbuhan diameter batang tanaman karet (cm) R Nopkor (X 1 ) Kontrol (X 2) = = Nopkor: Tanaman dengan penambahan Nopkor Kontrol: Tanaman yang Tidak diberikan perlakuan R: Pengulangan x 1: Rata rata tanaman dengan penambahan Nopkor x 2: Rata rata tanaman dengan perlakuan kontrol Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman karet pada perlakuan dengan penambahan

67 17 - Maret 20 - Maret 23 Maret 26 Maret 29 - Maret 1-Apr 04 April 07 April 10 April 13 April 16 April 19 April 22 April 25 April 28-Apr 01 - Mei 04 Mei 07 Mei 10 Mei 13 Mei 16 Mei 19 Mei 22 - Mei 25 Mei 28 Mei 31 Mei 03 - Juni 06 - Juni 09 - Juni 12 - Juni PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 Nopkor dan Kontrol yaitu 1 = 2.483cm dan 2 = 2.662cm. Setelah dianalisis dengan menggunakan uji T-test independen hasil menunjukan t obs = lebih kecil dari t crit = (tabel t crit ) dengan α = 0.05, berarti tidak ada perbedaan yang berarti pada pertumbuhan diameter batang tanaman karet yang diberikan perlakuan nopkor dan kontrol. 3. Pola Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC Berdasarkan data hasil penelitian pola pertumbuhan jumlah daun tanaman karet (Havea brasiliensis) varietas RRIC pertiga harinya ditampilkan pada gambar Nopkor Kontrol Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan Jumlah daun tanaman karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC Grafik diatas menunjukan bahwa pertumbuhan jumlah daun tanaman karet pada tiap tiga harinya memiliki pola yang berbeda. Pertumbuhan daun tanaman karet yang paling banyak terdapat pada tanaman yang diberikan perlakuan kontrol dengan rata-rata 15 tangkai

68 51 sedangkan pada tanaman yang diberikan perlakuan Nopkor berjumlah 12 tangkai. Dari kedua perlakuan, tiap tangkai daun tanaman karet terdapat 3 helai daun. Pada tanggal 25 April, tanaman karet yang diberi perlakuan Nopkor terjadi perubahan pertambahan daun tanaman karet menjadi 11 tangkai namun terjadi penurunan jumlah tangkai pada tanggal 28 April menjadi 10 tangkai, sampai tanggal 28 Mei pertumbuhan daun konstan 10 tangkai. Tanggal 31 Mei muncul satu tangkai baru menjadi 11 tangkai, hingga mencapai menjadi 13 tangkai pada tanggal 06 Juni. Terakhir pengamatan pada tanggal 12 Juni jumlah tangkai daun berkurang menjadi 12 tangkai. Dari hasil penelitian berdasarkan grafik diatas didapatkan ratarata pertumbuhan jumlah daun tanaman karet (Havea brasiliensis) varietas RRIC seperti pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Rata-rata pertumbuhan jumlah daun tanaman Karet Pertumbuhan jumlah daun tanaman karet R Nopkor (X 1 ) Kontrol (X 2)

69 52 Pertumbuhan jumlah daun tanaman karet R Nopkor (X 1 ) Kontrol (X 2) = = Keterangan: Nopkor: Tanaman dengan penambahan Nopkor Kontrol: Tanaman yang Tidak diberikan perlakuan R: Pengulangan x 1: Rata- rata tanaman dengan penambahan Nopkor x 2: Rata- rata tanaman dengan perlakuan kontrol Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat rata- rata pertumbuhan Jumlah daun tanaman karet pada perlakuan dengan penambahan Nopkor dan Kontrol yaitu 1 = 9.80 dan 2 = Setelah dianalisis dengan menggunakan uji T -test independen hasil menunjukan t obs = lebih kecil dari t crit = (tabel t crit ) dengan α = 0.05 berarti tidak ada perbedaan yang berarti pada pertumbuhan jumlah daun tanaman karet yang diberikan perlakuan Nopkor dengan perlakuan kontrol. B. PEMBAHASAN Pertumbuhan tanaman karet (Havea brasiliensis) varietas RRIC pada dua perlakuan yang berbeda dalam penelitian yakni perlakuan pertama dengan diberikan Nopkor dan perlakuan kedua tanpa diberikan perlakuan Nopkor (sebagai kontrol) pada umumnya terjadi secara terus menerus.

70 53 Pertumbuhan pertiga harinya dapat diamati melalui tinggi batang pada gambar 4.1 diameter batang, pada gambar 4.2 dan jumlah daun tanaman karet dapat diamati pada gambar 4.3. Ketiga grafik dari tiga parameter yang diukur menunjukkan adanya pertumbuhan tanaman karet yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pertumbuhan tanaman karet (Havea brasiliensis) varietas RRIC dari tiga parameter yang diukur sebagai berikut: 1. Pola Pertumbuhan Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC Jika dilihat bentuk garis pada grafik 4.1 ada dua bentuk pertumbuhan pada perlakuan Nopkor dan kontrol yaitu pertumbuhan meningkat dan pertumbuhan merata. Pertumbuhan tanaman karet (Havea brasiliensis) pada fase meningkat disebabkan oleh terbentuknya meristem apikal yang menghasilkan sel-sel sebagai sel protoderm, prokambium dan meristem dasar, menyebabkan terbentuknya jaringan hingga menjadi organ yang aktif membelah dan pembesaran organ, sedangkan pertumbuhan tanaman karet (Havea brasiliensis) pada fase mendatar diakibatkan karena proses penuaan organ batang dan daun serta pembentukan tunas apikal yang baru ketika pembentukan kanopi. Pertumbuhan fase meningkat dan mendatar juga tidak lepas dari faktor lingkungan dan genetik tanaman seiring dengan pertambahan umur tanaman karet.

71 54 Teori Campbell (2003), mengatakan bahwa sebagian besar tumbuhan mengalami pertumbuhan sekunder yang meningkatkan diameter dan panjang, tubuh sekunder tanaman terdiri dari jaringan yang dihasilkan selama pertumbuhan sekunder diameter. Adanya penambahan jaringan pembuluh sekunder menyebabkan pembuluh sekunder mengubah bentuk bagian yang lebih tua pada suatu batang, setelah meristem apikal memperpanjang suatu tunas, tubuh primer tumbuhan membuat perubahan dari pertumbuhan primer ke pertumbuhan sekunder yang disebabkan oleh kambium pembuluh terbentuk dari sel-sel parenkim yang mampu mengubah sel-sel menjadi meristematik kembali. Meristem ini terbentuk dalam suatu lapisan antara xilem primer dan floem primer dari masingmasing berkas pembuluh dan dalam lempengan jaringan dasar diantara berkas. Pita-pita meristematik didalam lempengan jaringan dasar dan berkas pembuluh menyatu kambium pembuluh sebagai suatu silinder kontinu yang tersusun dari sel-sel yang membelah disekitar xilem primer dan empulur batang. Pada tanaman karet tinggi tanaman akan terus bertambah namun memiliki interval saat terjadi pembelahan dan pembesaran dengan membutuhkan waktu yang lama, ketika tunas apikal muda terbentuk maka terlihat pertumbuhan akan cepat terjadi hal inilah akan terlihat grafik meningkat dan selama proses penuaan batang dan daun pertumbuhan serta pembentukan tunas apikal. Selanjutnya pertumbuhan tanaman karet hanya bertambah sangat sedikit bahkan terlihat seperti tidak terjadi pertumbuhan

72 55 lagi menyebabkan grafik mendatar pada fase pertumbuhan merata dan itu terjadi selama daur hidup tanaman ketika pertumbuhan payung kedua. Dari pertumbuhan payung pertama menuju pertumbuhan payung kedua membutuhkan waktu selama satu bulan untuk pembelahan sel dan membentuk tunas muda hal ini dikarenakan terlebih dahulu terjadi proses penuaan organ seperti batang dan daun. Campbell (2012), mengatakan bahwa pertumbuhan primer dan sekunder terjadi secara simultan, ketika pertumbuhan primer menambahkan daun dan memperpanjang batang serta akar didaerah-daerah tumbuhan yang lebih muda, pertumbuhan sekunder mempertebal batang dan akar didaerah-daerah tempat pertumbuhan primer terhenti. Proses serupa pada tunas dan akar. Pola pertumbuhan tinggi tanaman karet (Havea brasiliensis) pada gambar 4.1 menunjukkan pertumbuhan tinggi batang tanaman karet pada tiap tiga harinya memiliki pola pertumbuhan yang berbeda. Pada tanaman karet yang ditanam dengan perlakuan kontrol pertumbuhan tinggi batangnya lebih maksimal dengan tinggi mencapai 37.13cm sedangkan yang diberikan perlakuan Nopkor mencapai 33.64cm. Rata-rata pertumbuhan tinggi batang tanaman karet pada perlakuan dengan penambahan Nopkor dan Kontrol yaitu 1= 24.24cm dan 2= 25.34cm. Setelah dianalisis dengan menggunakan uji T-test independen hasil menunjukan t obs = lebih kecil dari t crit = (tabel t crit ) dengan α = 0.05 sehingga dapat dikatakan tidak signifikan, hal ini berarti

73 56 tidak ada perbedaan atau pengaruh yang berarti pada pertumbuhan tinggi batang tanaman karet yang diberikan perlakuan nopkor dan kontrol. Pola pertumbuhan diameter batang tanaman karet (Havea brasiliensis) pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter batang tanaman karet tiap tiga harinya memiliki pola pertumbuhan yang berbeda. Pada tanaman karet dengan perlakuan kontrol pertumbuhan diameter batangnya lebih maksimal dengan diameter mencapai 3.29cm sedangkan yang diberikan perlakuan Nopkor mencapai 3.20cm. Rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman karet pada perlakuan dengan penambahan Nopkor dan Kontrol yaitu 1 = 2.483cm dan 2 = 2.662cm. Setelah dianalisis dengan menggunakan uji T- test independen hasil menunjukkan t obs = lebih kecil dari t crit = (tabel t crit ) dengan α = 0.05 sehingga dapat dikatakan tidak signifikan yang berarti tidak ada perbedaan yang berarti pada pertumbuhan diameter batang tanaman karet yang diberikan perlakuan nopkor dan kontrol. Pola pertumbuhan diameter tanaman karet yang tidak signifikan dipengaruhi dari pola pertumbuhan tinggi batang tanaman karet. Jika pertumbuhan tinggi batang tanaman karet baik maka akan mempengaruhi pertumbuhan diameter batang secara maksimal. Sebaliknya jika pertumbuhan tinggi batang tanaman karet kerdil maka memungkinkan pertumbuhan diameter batang akan lambat dan menyesuaikan tinggi batang.

74 57 Pola pertumbuhan jumlah daun tanaman karet (Havea brasiliensis) pada gambar 4.3, diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah daun tanaman karet pada tiga harinya memiliki pola yang berbeda. Pertumbuhan daun tanaman karet yang paling banyak terdapat pada tanaman yang diberikan perlakuan kontrol dengan rata-rata 15 tangkai sedangkan pada tanaman yang diberikan perlakuan Nopkor berjumlah 12 tangkai. Rata- rata pertumbuhan jumlah daun tanaman karet pada perlakuan dengan penambahan Nopkor dan Kontrol yaitu 1 = 9.80 dan 2 = setelah dianalisis dengan menggunakan uji T-test independen hasil menunjukan t obs = lebih kecil dari t crit = (tabel t crit ) dengan α = 0.05 sehingga dapat dikatakan tidak signifikan yang berarti tidak ada perbedaan yang berarti pada pertumbuhan diameter batang tanaman karet yang diberikan perlakuan Nopkor dan kontrol. Hasil yang tidak signifikan terjadi pada ketiga parameter yang diukur dalam penelitian dikarenakan karet merupakan tanaman dikotil yang sifatnya tahunan yang membutuhkan nutrisi yang lebih besar dari pada tanaman monokotil, hal ini sesuai dengan teori menurut Tjitro soephomo (1991) dikatakan tanaman karet (Havea brasiliensis), merupakan tanaman yang tergolong tanaman tahunan yang berbentuk pohon yang cukup besar. Menurut teori Setyamidjaja (1993) pemeliharaan bibit karet dalam polibag dalam hal pemupukan dilakukan setelah terbentuknya tajuk yang pertama, dengan memberikan 5 gram pupuk majemuk setiap 14

75 58 hari sekali atau gram NPK sebulan sekali. Sedangkan dalam penelitian, pemupukan bibit karet dilakukan setiap 14 hari sekali dengan menggunakan Nopkor dengan perbandingan 40cc : 1 liter air sebanyak 150 cc/pohon, sehingga dalam hasil penelitian kebutuhan nutrisi pada tanaman karet kurang dan perpengaruh pada pola pertumbuhan tanaman karet (Havea brasiliensis). Dalam pengayaan tanaman karet (Havea brasiliensis) dengan menggunakan Nopkor akan sangat kurang dalam pemenuhan nutrisi tanaman dimana Nopkor itu sendiri merupakan mikrobia Aceto mycetes yang bekerja jika mikrobia tersebut diberi makan sehingga dapat bekerja dengan baik dalam fiksasi N-P-K, yang berarti bukan sebagai pupuk tetapi hasil dari fiksasi tersebutlah yang akan menjadi pupuk. Menurut Murwono (2012) Nopkor atau nama trivialnya Nitrogen Phospat Kalium Organism Recovery merupakan kultur campuran mikrobia fiksasi nitrogen, pelarut, phospat, dan kalium yang mengandung mikrobia N-P-K. Salah satu fungsi nopkor hanya sebagai cadangan makanan bukan sebagai pupuk utama dalam memenuhi nutrisi tanaman karet. Dari keseluruhan hasil penelitian, pembibitan karet yang didapatkan sampai pertumbuhan payung dua dan jika dilihat pertumbuhannya sudah sesuai menurut teori Yardha dkk (2007) yakni kriteria bibit tanaman karet polibag yang baik adalah payung daun teratas dalam keadaan tua dan tunas yang tumbuh berasal dari mata okulasi, pertumbuhan tunas besar dan tegap serta lurus agak menyamping, apabila pertumbuhan tunas membengkok ke

76 59 atas maka ada kemungkinan berasal dari tunas palsu, tidak tumbuh cabang atau tunas serta polibag dalam keadaan baik dan tidak ada akar yang keluar dari polibag. 2. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pola Pertumbuhan Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Varietas RRIC Pola pertumbuhan dari ketiga parameter yang diukur dalam penelitian secara keseluruhan menunjukan tidak adanya perbedaan yang berarti antara Nopkor dan kontrol, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. Tanah Dalam penelitian media tanam yang digunakan adalah tanah alluvial. Menurut Tim Penulis (2008), tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasinya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara ph ph 8.0 tetapi tidak sesuai pada ph <3.0 dan > ph 8.0. Dari sifatnya tanah alluvial memiliki kelemahan pada drainase dan aerase yang akan mempengaruhi pola pertumbuhan tanaman karet dimana pada suhu yang panas kebutuhan air tidak tercukupi karena kondisi tanah cepat kering sehingga penyerapan air pada tanaman karet akan kurang sehingga menyebabkan pola pertumbuhan tanaman kurang maksimal dan kerontokan daun.

77 60 b. Curah hujan yang tinggi Air merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pola pertumbuhan tanaman karet. Dalam penelitian ini untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman karet dilakukan penyiraman dua kali sehari yakni pada pagi hari dan sore hari, sehingga dapat berfungsi menjaga kelembaban pada suhu yang sangat panas. Kelembapan yang tinggi akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, hal ini terlihat ketika musim hujan. Hama dan gulma akan dengan cepat menyebar dan mengganggu tanaman karet. Bagian yang paling rentan diserang adalah pada bagian daun dan pucuk daun yang muda disamping itu serangan penyakit gugur daun Colletotrichum juga besar kemungkinan terjadi. Menurut Yardha dkk (2007) penyakit gugur daun Colletotrichum ini menyerang pada berbagai tingkat umur tanaman karet, daun-daun muda yang terserang lemas berwarna hitam, mengeriput, bagian ujung mati dan menggulung. Pada daun dewasa terdapat bercak-bercak berwarna hitam, berlubang dan daun keriput serta bagian ujungnya mati, tanaman yang terserang tajuknya menjadi gundul. Penyakit ini juga mengakibatkan mati pucuk, serangan penyakit ini terjadi pada saat tanaman membentuk daun muda selama musim hujan.

78 61 c. Hama dan gulma Gulma merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karet. Tumbuhnya gulma disekitar polibag menyebabkan adanya kompetisi dalam penyerapan nutrisi sehingga kebutuhan nutrisi pada tanaman karet kurang maksimal. Untuk mengurangi penyebaran gulma maka dilakukan penyiangan gulma dengan mencabut gulma dipolibag dan sekitarnya. Disamping itu juga gulma merangsang penyebaran hama seperti kutu putih, semut hitam, dan belalang menyerang daun dan tunas. 3. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian masih ada keterbatasan dalam penelitian yang dialami oleh peneliti sebagai berikut: 1. Tidak ada variasi dosis Nopkor Mengenai proses penambahan Nopkor, peneliti hanya mengujikan Nopkor pada tanaman karet dengan dosis yang sama yakni 150cc per tanaman dengan pengenceran 40cc nopkor ditambahkan dengan 1 liter air. Peneliti masih belum mencoba untuk memvariasikan dosis dalam penambahan Nopkor dikarenakan peneliti hanya melihat perbandingan pengaruh pertumbuhan tanaman yang ditambahkan dengan Nopkor dan kontrol.

79 62 2. Tidak ada variasi bibit Mengenai bibit yang digunakan dalam penelitian juga hanya satu jenis dan tidak divariasikan yakni langsung membeli bibit hasil okulasi stum mata tidur karet varietas RRIC, sehingga peneliti tidak memvariasikan jenis bibit yang digunakan dalam penelitian dan tidak membandingkan pertumbuhan tanaman yang ditanam dari biji dengan bibit dari hasil teknik okulasi. Hal ini dikarenakan dalam penyiapan penelitian waktu yang dibutuhkan dirasa kurang dan tidak memenuhi target. 3. Hanya pada proses pembibitan Didalam penelitian ini, peneliti hanya mengujikan perlakuan Nopkor pada proses pembibitan dan tidak mengujikannya pada tanaman karet yang dewasa. Sehingga didalam penelitian peneliti hanya mengetahui pengaruh Nopkor pada proses pertumbuhan bibit tanaman karet yang ditanam dipolibag, sehingga masih bisa dilanjutkan pada pengujian Nopkor pada tanaman dewasa atau yang sudah tidak produktif lagi.

80 BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJAR Hasil penelitian pertumbuhan tanaman karet (Havea brasiliensis) varietas RRIC dengan dua perlakuan yang berbeda yakni perlakuan pertama dengan diberikan Nopkor dan perlakuan kedua tanpa diberikan perlakuan Nopkor (sebagai kontrol) dapat menjadi wawasan pengetahuan bagi masyarakat terutama untuk dunia pendidikan yaitu menambah pengetahuan bagi siswa dalam mendukung proses belajar mengajar disekolah. Siswa dapat diajarkan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitarnya untuk mendukung proses belajarnya. Bahan belajar yang dapat mendukung kegiatan belajar tersebut terdapat pada materi SMA kelas XII semester 1 yakni mengenai Pertumbuhan dan Perkembangan dengan sub-bab Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan. Acuan kurikulum yang digunakan dalam desain pembelajaran terkait penelitian dengan menggunakan kurikulum Kompetensi Inti (KI) yang digunakan adalah Kompetensi Dasar (KD) 3.1: Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada mahluk hidup berdasarkan hasil percobaan dan Kompetensi Dasar (KD) 4.1: Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang faktor luar yang memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan melaporkan secara tertulis dengan menggunakan tatacara penulisan 63

81 64 ilmiah yang benar. Dalam proses pembelajaran di SMA khususnya pada materi merencanakan dan merancang percobaan, maka dilakukan praktikum diluar jam pelajaran sekolah sebagai pendalaman materi. Siswa dipandu oleh guru untuk melakukan percobaan eksperimen mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Kegiatan pembelajaran seperti Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terlampir pada lampiran V.

82 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang telah dilaksanakan di desa Tugu Sempurna II, kec. Muara Kelingi, kab. Musirawas, Sumatera Selatan mengenai pengaruh pemberian pupuk probiotik Nopkor terhadap pertumbuhan stum okulasi mata tidur karet (Havea brasiliensis), peneliti telah memperoleh data dari berbagai sumber. Dari data tersebut peneliti merangkumnya di bab VI yang berisi tentang kesimpulan dan Saran. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemberian Nopkor pada tanaman karet (Havea brasiliensis) tidak terdapat perbedaan pada pertumbuhan tanaman karet, terbukti pada data dan hasil perhitungan dengan menggunakan uji T-Test independen, dari tiga parameter yang diukur yaitu tinggi batang, diameter batang, dan jumlah daun menunjukkan hasil yang tidak signifikan. 2. Media tanam yang ditambahkan dengan Nopkor tidak dapat membantu memaksimalkan pertumbuhan tanaman karet (Havea brasiliensis) hal ini dikarenakan tanaman karet merupakan tanaman dikotil yang bersifat tanaman tahunan yang membutuhkan nutrisi lebih dalam proses pertumbuhannya. 65

83 66 B. Saran 1. Untuk mendukung keberhasilan penelitian dalam pemupukan dengan menggunakan Nopkor maka seharusnya perlu diberikan variasi dosis sehingga dapat diketahui dosis yang tepat dalam pemaksimalan pertumbuhan tanaman karet. 2. Dalam penelitian hendaknya dibuat variasi jenis bibit antara bibit hasil okulasi dengan bibit dari biji tanaman karet yang akan diberi perlakuan Nopkor sehingga dapat diketahui jenis bibit mana yang lebih cepat proses pertumbuhannya. 3. Selain pada pembibitan tanaman karet, Nopkor juga seharusnya dapat diujikan pada tanaman karet yang sudah dewasa sehingga dapat pula diketahui hasil produksi pada tanaman karet..

84 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2013, Klon- Klon Karet, Diakses tanggal 19 November Anwar, 2006, Perkembangan Pasar dan Prospek Agribisnis Karet di Indonesia, Lokakarya Budidaya Tanaman Karet, Pusat Penelitian Karet, Medan,2p. Budiman, Haryanto, 2012, Budidaya Karet Unggul Prospek Jitu Investasi Masa Depan, Yogyakarta, Pustaka Baru Press. Balai Penelitian Sembawa, 1996,Sapta bina usaha tani karet rakyat, Pusat Penelitian karet, Sembawa, Sumatera Selatan, 147 hal. Boerhendhy I & Amypalupy K, 2011, Optimalisasi Produktivitas Karet Melalui Penggunaan Bahan Tanam, Pemeliharaan, Sistem Eksploitasi, dan Peremajaan Tanaman, Jurnal Litbang Pertanian, 30(1) Hal Campbell, Neil (dkk), 2003, BIOLOGI Edisi Kelima Jilid 2, Jakarta, Erlangga Campbell, Neil (dkk), 2012, BIOLOGI Edisi Kedelapan Jilid 2, Jakarta, Erlangga Damanik, S. dan Syakir, M (dkk), 2010, Budidaya Karet dan Pasca Panen Karet, pdf, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Bogor. Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2003, Pedoman Pengamatan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Karet, Jakarta, Departemen Pertanian, 3p. Galuh, Y.M., 2014, Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggur (Vitis vinifera) Varietas Probolinggo Biru, Skripsi, Universitas Sanata Dharma. Lilly, D.M. and R.H. Stillwell, 1965, Probiotics: Growth promoting factors produce by mikroorganisms science 147: dalam Jurnal Pemanfaatan Mikroorganisme sebagai Probiotik untuk Meningkatkan Produksi Ternak Unggas di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Murwono, D., 2012, Sistem Organik Rasional Dalam Budidaya Pangan Model Mixed Farming, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Parker, R.B Probiotics, the other half of the antibiotic story. Anim.Nutr. Health 29 : dalam Jurnal Pemanfaatan mikroorganisme sebagai Probiotik untuk Meningkatkan Produksi Ternak Unggas di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Rosmarkam (dkk), 2001, Taksonomi dan Klasifikasi Tanah Menurut USDA dan PPT Bogor, Yogyakarta, Fakultas Pertanian UGM - UNS. 67

85 68 Santi, 2009, Sejarah Karet Alam Abad 19, Balai Penelitian Teknologi Karet. Bogor. Setyamidjaja Djoehana, 1993, Karet, Kanisius, Yogyakarta. Sperti, G.S., 1971, Probiotics. AVI Publishing Co., west Point, Connecticut dalam Jurnal Pemanfaatan mikroorganisme sebagai probiotik untuk Meningkatkan Produksi Ternak Unggas di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Suparno, P, 2010, Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Taniredja, T. dan Mustafidah, H., 2011, Penelitian Kuantitatif, Bandung: Alfabeta. Tim Penulis PS, 2008, Panduan Lengkap Karet, Penebar Swadaya, Jakarta, 235hal. Tjitrosoepomo, G., 1993, Taksonomi Tumbuhan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 477hal. Wulandari, C. A., 2014, Pengaruh Pupuk Probiotik NOPKOR Dalam Pemupukan Secara Organik Terhadap Hasil Panen Tanaman Cabai Rawit (Capricum fritescens), Skripsi, Universitas Sanata Dharma. Yardha, Syafri, dan Mugiyanto, 2007, Teknik Pembibitan dan Budidaya Karet Unggul di Provinsi Jambi, Balai Pengkajian Teknologi Jambi, Jambi.

86 LAMPIRAN 69

87 Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Pertumbuhan Tanaman Karet (Havea brasiliensis) A. Tinggi Tanaman Karet Perlakuan Nopkor Hari /tanggal Pengambilan Data (2015) Tinggi Tanaman Karet (cm) Selasa, Jum'at, Senin, Kamis, Minggu, Rabu, Sabtu, Selasa, Jum'at, Senin, kamis, Minggu, Rabu, sabtu, Selasa,

88 Jumat, senin, Kamis, Minggu, Rabu, Sabtu, Selasa, Jumat, Senin Kamis, Minggu, Rabu, Sabtu, Selasa, Jum'at,

89 B. Diameter Batang Tanaman Karet Perlakuan Nopkor Hari /tanggal Pengambilan Data (2015) Diameter Batang Tanaman Karet (cm) Selasa, Jum'at, Senin, Kamis, , Minggu, , Rabu, , Sabtu, , Selasa, , Jum'at, , Senin, , kamis, , Minggu, , Rabu, , sabtu, , Selasa, , Jumat, , senin, , Kamis, ,

90 Minggu, , Rabu, , Sabtu, , Selasa, , Jumat, , Senin, , Kamis, , Minggu, , Rabu, , Sabtu, Selasa, Jum'at,

91 C. Jumlah Daun Tanaman Karet Perlakuan Nopkor Hari /tanggal Pengambilan Data (2015) Jumlah Daun Tanaman Karet (Tangkai) Selasa, Jum'at, Senin, Kamis, Minggu, Rabu, Sabtu, Selasa, Jum'at, Senin, kamis, Minggu, Rabu, sabtu, Selasa, Jumat, senin, Kamis, Minggu,

92 Rabu, Sabtu, Selasa, Jumat, Senin Kamis, Minggu, Rabu, Sabtu, Selasa, Jum'at,

93 D. Tinggi Tanaman Karet Perlakuan Kontrol Hari /tanggal Pengambilan Data (2015) Tinggi Tanaman Karet (cm) Selasa, Jum'at, Senin, Kamis, Minggu, Rabu, Sabtu, Selasa, Jum'at, Senin, kamis, Minggu, Rabu, sabtu, Selasa, Jumat, senin, Kamis, Minggu,

94 Rabu, Sabtu, Selasa, Jumat, Senin, Kamis, Minggu, Rabu, Sabtu, Selasa, Jum'at,

95 E. Diameter Batang Tanaman Karet Perlakuan Kontrol Hari /tanggal Pengambilan Data ( 2015) Diameter Batang Tanaman Karet (cm) Selasa, , Jum'at, , Senin, , Kamis, , Minggu, , Rabu, , Sabtu, , Selasa, , Jum'at, , Senin, , , kamis, Minggu, Rabu, sabtu, Selasa,

96 Jumat, senin, , Kamis, Minggu, Rabu, Sabtu, Selasa, Jumat, Senin, Kamis, Minggu, Rabu, Sabtu, , Selasa, , Jum'at, ,

97 F. Jumlah Daun Tanaman Karet Perlakuan Kontrol Hari /tanggal Pengambilan Data (2015) Jumlah Daun Tanaman Karet (Tangkai) Selasa, Jum'at, Senin, Kamis, Minggu, Rabu, Sabtu, Selasa, Jum'at, Senin, kamis, Minggu, Rabu, sabtu, Selasa, Jumat, senin,

98 Kamis, Minggu, Rabu, Sabtu, Selasa, Jumat, Senin, Kamis, Minggu, Rabu, Sabtu, Selasa, Jum'at,

99 82 Lampiran II. Hasil Perhitungan Pertumbuhan Tanaman Karet (Havea brasiliensis) dengan uji T Test Independen. A. Tabel Perhitungan Tinggi tanaman Batang Karet (x - ) (x - )(x - No Nopkor Kontrol (x 2-2 ) (x 2-2 )(x 2 - (X 1 ) (X 2) ) 2) , , , , , , , , , , , , , = Perhitungan : 2= = =

100 83 Dari perhitungan sebelumnya telah didapat :

101 84 Ho: µ 1 = µ 2 Hi: µ 1 µ 2 α = 0.05 df = (n 1 + n 2 ) 2 = ( ) 2 = 30 2 = 28 t crit = 2,048 ( tabel t crit ) Kesimpulan : Hasil Perhitungan dengan SPSS t-test: Two-Sample Assuming Equal Variances Variable 1 Variable 2 Mean Variance Observations Pooled Variance Hypothesized Mean Difference 0 Df 28 t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail

102 85 B. Tabel Perhitungan Diameter Batang Tanaman Karet (x - ) (x - )(x - No Nopkor Kontrol (x 2-2 ) (x 2-2 )(x 2 - (X 1 ) (X 2) ) 2) = = = = Perhitungan:

103 86 Dari perhitungan sebelumnya telah didapat : Ho : µ 1 = µ 2 Hi : µ 1 µ 2

104 87 α = 0.05 df = (n 1 + n 2 ) 2 = ( ) 2 = 30 2 = 28 t crit = 2,048 ( tabel t crit ) Kesimpulan : Hasil Perhitungan dengan SPSS t-test: Two-Sample Assuming Equal Variances Variable 1 Variable 2 Mean Variance Observations Pooled Variance Hypothesized Mean Difference 0 Df 28 t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail

105 88 C. Tabel Perhitungan Jumlah Daun Tanaman Karet (x - ) (x - )(x - No Nopkor Kontrol (x 2-2 ) (x 2 - (X 1 ) (X 2) ) 2)(x 2-2 ) = 9,8 2= = 64.4 = Perhitungan:

106 89 Dari perhitungan sebelumnya telah didapat : 0,6596 Ho: µ 1 = µ 2

107 90 Hi: µ 1 µ 2 α = 0.05 df = (n 1 + n 2 ) 2 = ( ) 2 = 30 2 = 28 t crit = 2,048 ( tabel t crit ) Kesimpulan : Hasil Perhitungan dengan SPSS t-test: Two-Sample Assuming Equal Variances Variable 1 Variable 2 Mean Variance Observations Pooled Variance Hypothesized Mean Difference 0 Df 28 t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail

108 91 A. Tinggi Batang Tanaman Karet NPar Tests Lampiran III. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test perlakuan Tinggibatangt anamankaret N Normal Parameters a,,b Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. B. Diameter Batang Tanaman Karet NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test perlakuan Diameterbata ngtanamankar et N Normal Parameters a,,b Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

109 92 C. Jumlah Daun Tanaman Karet NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test perlakuan Jumlahdaunta namankaret N Normal Parameters a,,b Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

110 93 Klon : RRIC Lampiran IV. Identifikasi Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Silsilah: Batang bawah PB 260 dan entres okulasi mata tidurnya RRIC Ciri - ciri tanaman muda RRIC adalah sebagai berikut: Batang : Besar, tegak agak melengkung, silindris Kulit batang : warna hijau kecoklatan, celah-celah agak kasar (bersisik), dan pecah pecah, lenti sel sedang dan kasar Mata : Rata, terletak dibekas tangkai daun agak besar dan menonjol Payung : Berbentuk busur, besar, tangkai daun jarang, kerapatan payung sedang, dan letak antar payung berjauhan. Tangkai Daun : posisi tangkai terhadap batang mendatar membentuk sudut 90 0 bentuk lurus memanjang, berukuran sedang dan agak gemuk dan ukuran pangkal tangkai daun sedang berlekuk. Helai daun : warna hijau, agak kusam, kaku, elips, tebal dan lebar, pinggir helain daun rata, dan ekor daun pendek, letak daun terhadap permukaan payung agak tertutup dan letak helai daun terpisah pada satu tangkainya. Warna lateks : putih

111 94 Lampiran V. Rancangan Hasil Penelitian untuk Pendidikan SILABUS PEMINATAN MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM MATA PELAJARAN BIOLOGI SMA Satuan Pendidikan : SMA Kelas : XII Kompetensi Inti: 1. Menghayati dan Mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradapan terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

112 95 4. Mengolah, menalar, mengkaji dan menciptakan dalam ranah konret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan diri yang dipelajarinya disekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

113 96 Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilian Alokasi Waktu PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN 1.2 Menyadari dan mengagumi 1. Pertumbuhan dan 1. Konsep Tugas 5 minggu pola pikir ilmiah dalam perkembangan Pertumbuhan Observasi x 4JP kemampuan mengamati Faktor luar dan dan Portofolio bioproses. faktor dalam pada Perkembangan pertumbuhan 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, Mengamati Tes tekun, jujur terhadap data Mengamati Konsep dan fakta, disiplin, tanggung pertumbuhan pada pertumbuha jawab, dan peduli dalam tumbuhan n dan observasi dan eksperimen, Membaca teks perkemban berani dan santun dalam pertumbuhan pada gan mengajukan pertanyaan dan tumbuhan berargumentasi, peduli Menanya Tugas Siswa distimulir Observasi lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/leb maupun di luar kelas/leb. 1. Merencanakan dan melaksanakan percobaan Mengkaji hasil kerja ilmiah (contoh kerja ilmiah) Bagaimana langkahlangkah melakukan percobaan menurut kerja ilmiah dari hasil diskusi dan mengkaji contoh karya ilmiah dari berbagai sumber untuk membuat pertanyaan yang menuntut berfikir kritis tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup dan faktor -faktor yang memengaruhi Kerja Ilmiah, sikap ilmiah dan keselamatan kerja Sumber Belajar Video pertumb uhan dan perkemb angan Buku Biologi Campbel 96

114 Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilian Alokasi Waktu PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN 3.1 Menganalisis hubungan pertumbuhan dan antara faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada mahluk hidup berdasarkan hasil percobaan. 4.1 Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang faktor luar yang memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan melaporkan secara tertulis dengan menggunakan tatacara penulisan ilmiah yang benar. perkembangan. Mengumpulkan Data (Eksperimen/Eksplo rasi) Menggali informasi tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup melalui tayangan video. Diskusi tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan menggunakan LKS. Diskusi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Portofolio Laporan Percobaan Test Membuat outline perencanaan percobaan Pemahaman tentang hasil percobaan dan kesimpulan Pemahaman tentang halhal yang harus dilakukan dalam melakukan percobaan Pemahaman tentang faktor lura Sumber Belajar 97

115 98 Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilian Alokasi Waktu PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Mengasosiasikan dan faktor Membaca dan dalam menganalisis terhadap grafik pertumbuhan pertumbuhan dari LKS untuk mendapatkan konsep pertumbuhan dan perkembangan. Menarik kesimpulan tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan serta faktor- faktor yang mempengaruhinya dan mempresentasikan menggunakan berbagai media. Sumber Belajar 98

116 Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilian Alokasi Waktu PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Mengkomunikasikan Presntasi hasil kajian dan diskusi tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan. 2. Merencanakan dan Melakukan Percobaan tentang Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan Mengamati Mengkaji hasil kerja ilmiah (contoh kerja ilmiah). Bagaimana langkah - langkah melakukan percobaan menurut kerja ilmiah dari hasil diskusi dan Sumber Belajar 99

117 100 Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilian Alokasi Waktu PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN mengkaji contoh karya ilmiah dari berbagai sumber. Menanya Memberikan pertanyaan tentang langkah - langkah eksperimen dan penyusunan laporan hasil eksperimen. Mengumpulkan Data (Eksperimen/Ekplor asi) Mendiskusikan rancangan dan usulan penelitian tentang faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan pada tumbuhan Melaksanakan eksperimen sesuai dengan ususlan yang disusun dan Sumber Belajar 100

118 Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilian Alokasi Waktu PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN sudah disepakati setiap kelompok. Melakukan pengamatan eksperimen, mencatat data. Mengasosiasikan Mengolah data hasil eksperimen. Menjawab permasalahan. Menyimpulkan hasil pengamatan. Menarik kesimpulan dari hasil diskusi mengenai usulan penelitian. Mengkomunikasikan Menyusun usulan penelitian tentang faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan. tanaman dalam Sumber Belajar 101

119 102 Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilian Alokasi Waktu PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN bentuk laporan tertulis. Melaporkan hasil eksperimen secara lisan (presentasi) dan tertulis Sumber Belajar 102

120 103 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA : XII/1 : IPA Biologi : Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan : 3 45 menit (2 x pertemuan) A. Kompetensi Inti : KI.1 KI.2 : Menghayati dan Mengamalkan ajaran agama yang dianutnya : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia KI.3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradapan terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

121 104 KI.4 : Mengolah, menalar, mengkaji dan menciptakan dalam ranah konret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan diri yang dipelajarinya disekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi dasar dan Indikator : KD 1.2 : Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bio proses KD 2.1 : Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan didalam kelas/leb maupun di luar kelas/leb. KD 3.1 : Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada mahluk hidup berdasarkan hasil percobaan. KD 4.1 : Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang faktor luar yang memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan melaporkan secara tertulis dengan menggunakan tatacara penulisan ilmiah yang benar.

122 105 Indikator: Bersyukur kepada Tuhan dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan pada mahluk hidup Menyadari pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses yang terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan Teliti dalam melakukan pengamatan proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan melalui video animasi Aktif dalam mengerjakan diskusi kelompok mengenai macam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan melalui penyusunan gambar Percaya diri dalam melakukan presentasi hasil diskusi didepan kelas Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan melalui percobaan Menganalisis tahapan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan melalui melalui langkah kerja ilmiah Melakukan pengamatan dilingkungan sekolah mengenai macam macam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dengan tidak merusak tanaman yang ada disekolah.

123 Merancang percobaan mengenai faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan Melaksanakan percobaan mengenai faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. C. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menyadari pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses yang terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan Siswa dapat teliti dalam melakukan pengamatan tahapan per tumbuhan dan perkembangan tumbuhan melalui percobaan Aktif dalam mengerjakan LKS mengenai macam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan melalui penyusunan gambar Percaya diri dalam melakukan presentasi hasil diskusi didepan kelas Siswa mampu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan melalui percobaan Siswa dapat menjelaskan langkah-langkah kerja ilmiah mengenai proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan melalui percobaan.

124 Siswa mampu melakukan pengamatan dilingkungan sekolah mengenai macam-macam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dengan tidak merusak tanaman yang ada disekolah Siswa mampu merancang percobaan mengenai faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan melalui diskusi kelompok Siswa dapat melaksanakan percobaan mengenai faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. D. Materi Ajar Konsep pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan Proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan Merencanakan dan melakukan percobaan tentang pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan

125 108 E. Metode Pembelajaran : - Pendekatan : Scientific Learning - Model : Diskusi, presentasi kelompok, pemberian tugas di kelas/luar kelas dan percobaan - Metode : Pengamatan, Diskusi, Ceramah, Tugas F. Alat/Media Dan Sumber Pembelajaran Alat/Media Pembelajaran - Animasi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan - LCD Sumber Pembelajaran: Buku Biologi kelas XII, ppt, jurnal, internet, makalah, artikel atau laporan hasil penelitian, lingkungan Sekolah. G. Langkah langkah Pembelajaran Pertemuan pertama (3 Jp) Tahap Kegiatan Belajar Alokasi waktu Pendahuluan 1. Guru membuka pertemuan dengan 10 menit mengucapkan salam. 2. Guru bersama peserta didik berdoa. 3. Mengecek kehadiran peserta didik. 4. Mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk memulai proses KBM. 5. Peserta didik menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat dan langkah - langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. 6. Peserta didik dibagi kelompok menjadi enam kelompok dan memberikan motivasi tentang peranan mempelajari Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan bagi kehidupan sehari - hari

126 109 Kegiatan Inti Penutup Mengamati 1. Siswa melihat gambar yang terkait dengan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Menanya 2. Siswa diberikan pertanyaan terkait dengan gambar tersebut. Mengeksplorasi 3. Siswa membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa dan masing - masing kelompok mendapatkan LKS. 4. Siswa diberikan tema besar untuk usulan penelitian secara berkelompok dengan topik pengaruh pupuk Nopkor terhadap pertumbuhan tanaman. 5. Siswa mendiskusikan rancangan dan usulan penelitian di dalam kelompok berdasarkan sumber yang didapat. Mengasosiasikan 6. Siswa membuat rancangan dan usulan penelitian dalam kelompok tentang pengaruh faktor luar dengan topik pengaruh pupuk Nopkor terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sesuai dengan format rancangan percobaan. Mengkomunikasikan 1. Siswa mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas. 2. Guru dan siswa menanggapi siswa lain yang sedang presentasi. 1. Peserta didik bersama guru menyimpulkan pembelajaran dengan sikap tanggung jawab, responsif dan santun 2. Siswa melakukan refleksi 3. Siswa diberi tugas untuk melaksanakan eksperimen sesuai dengan rancangan percobaan yang sudah disusun dan disepakati serta melakukan pengamatan selama menit 10 menit

127 110 minggu, membuat laporan secara tertulis dan berkelompok. 4. Pembelajaran pada hari ini diselesaikan dengan doa Pertemuan ke dua (3 JP) Tahapan Kegiatan Belajar Alokasi Waktu Pendahuluan 1. Memulai pelajaran dengan mengucapkan salam, menanyakan apakah ada yang tidak masuk, serta mengontrol kebersihan papan tulis. 2. Siswa ditayangkan beberapa gambar, yaitu tanaman yang layu dan kering, tanaman yang kerdil, tanaman yang hijau dan segar kemudian mengajukan pertanyaan terkait dengan gambar yang ditampilkan. Siswa diminta untuk mengemukakan pendapatnya. 3. Menyampaikan materi yang akan dipelajari beserta indikator yang akan dicapai. 4. Siswa diberikan pertanyaan terkait dengan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tersebut. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan. 10 menit Kegiatan Inti Mengamati 1. Mengamati pertumbuhan pada tumbuhan melalui percobaan Menanya 2. Siswa didorong untuk membuat pertanyaan yang menuntut berfikir kritis tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup dan faktorfaktor memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan melalui diskusi. Mengeksplorasi 3. Diskusi tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan menggunakan LKS. 4. Setiap anggota kelompok terlibat secara aktif dalam mempresentasikan tugas kelompok melalui hasil percobaan sesuai tugas kelompok 5. Diskusi tentang faktor - faktor yang 115 menit

128 111 mempengaruhi petumbuhan tumbuhan Mengasosiasikan 6. Menganalisis gambar pertumbuhan dari LKS untuk mendapatkan konsep pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. 7. Menarik kesimpulan tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan serta faktor - faktor yang mempengaruhinya dan mempresentasikan menggunakan berbagai media. Mengkomunikasikan 8. Siswa mengkomunikasikan hasil percobaan kelompok didepan kelas. 9. Guru dan siswa menanggapi siswa lain yang sedang presentasi. Evaluasi 10. Peserta didik mengerjakan evaluasi untuk mengetahui kompetensi yang dikuasai pada materi tersebut Penutup 1. Peserta didik bersama guru menyimpulkan pembelajaran dengan sikap tanggung jawab, responsif dan santun 2. Siswa diajak untuk merefleksikan hasil belajarnya. 3. Pembelajaran diselsaikan dengan doa penutup 10 menit H. Penilaian Proses Dan Hasil Belajar 1. Metode penilaian : Tes (Uraian) dan Non Tes (tugas, observasi dan Portofolio) 2. Teknik Penilaian : Pengamatan (Sikap, dan ketrampilan) dan test (Pengetahuan) 3. Instrumen : Soal, Kunci jawaban, Rubrik Penilaian, Pedoman skoring, lembar observasi (terlampir).

129 112 Lembar Kerja Siswa 1 Judul : Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan A. Tujuan Menjelaskan konsep pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan B. Alat dan Bahan Kartu bergambar berbagai pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan C. Cara Kerja a. Amati kartu bergambar berbagai pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan

130 113 b. Urutkan gambar diatas dengan benar. c. Jawablah pertanyaan ini secara berkelompok 1. Berdasarkan hasil mengurutkan gambar sebutkan pengertian dari pertumbuhan dan perkembangan? 2. Sebutkan contoh dari : a. Pertumbuhan:.. b. Perkembangan: 3. Pertumbuhan dibedakan menjadi.macam yaitu pertumbuhan. dan pertumbuhan..jelaskan! 4. Sebutkan faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan? 5. Jika salah satu faktor tidak terpenuhi maka apa yang akan terjadi? Jelaskan! d. Buatlah peta konsep mengenai pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan presentasikan e. Setiap siswa mencatat hasil diskusi sebagai catatan untuk dipelajari kembali.

131 114 Kunci Jawaban LKS 1 1. Pengertian dari pertumbuhan dan perkembangan Pertumbuhan adalah perubahan yang dapat diketahui atau ditentukan berdasarkan sejumlah ukuran atau kuantitasnya yang bersifat irreversible (Tidak dapat kembali seperti semula). Pertumbuhan meliputi bertambah besar dan bertambah banyaknya sel-sel pada jaringan. Perkembangan adalah suatu perubahan kualitatif yang melibatkan perubahan struktur serta fungsi yang lebih kompleks. 2. Contoh : Pertumbuhan: tinggi batang, diameter batang, jumlah daun, lebar daun Perkembangan: munculnya tunas batang, tunas daun, dan perubahan warna daun 3. Pertumbuhan dibedakan menjadi dua macam yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer adalah proses pertumbuhan yang terjadi pada titik tumbuh akar dan titik tumbuh batang, ditandai dengan pertumbuhan yang memanjang pada tumbuhan. Pertumbuhan sekunder adalah proses pertumbuhan pada kambium atau pertumbuhan menyamping contohnya pertambahan diameter batang. 4. Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal contohnya hormon yang mengontrol pertumbuhan dan perkembangan ( auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat, etilen)

132 115 Faktor eksternal contohnya kondisi fisik kimia lingkungan, seperti panjang pendeknya hari, temperatur, sumber nutrisi, air, ph, oksigen dan pencahayaan 5. Jika salah satu faktor tidak terpenuhi maka dimungkinkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak maksimal, dan rentan terhadap hama dan penyakit sehingga mengakibatkan kekerdilan dan bahkan kematian pada tanaman. Peta konsep pertumbuhan dan perkembangan Pertumbuhan dan perkembangan Tumbuhan Terdiri atas Dipengaruhi oleh Pertumbuhan Primer Pertumbuhan sekunder Faktor Internal Faktor eksternal kambium Hormon Tumbuhan Titik tumbuh akar Titik tumbuh batang Nutrisi cahaya temperatur Air Ph Oksigen

133 116 Lembar Kerja Siswa 2 A. Judul : Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan B. Tujuan : Memahami konsep pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan C. Alat dan Bahan : Alat tulis D. Langkah Kerja : 1. Bergabunglah dalam kelompok yang telah ditentukan 2. Amati dan cermati studi kasus mengenai pupuk probiotik Nopkor yang berperan besar dalam pemuliaan tanaman yang membantu pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. 3. Pilihlah satu bahan tumbuhan dan media tanam untuk diujikan dengan pemberian Nopkor dalam percobaan yang akan dilakukan. 4. Diskusikan dengan teman kelompok untuk membuat rancangan penelitian sesuai dengan langkah metode ilmiah 5. Lakukanlah percobaan berdasarkan rancangan yang telah dibuat. Percobaan dilakukan selama 3 minggu. Hasil percobaan dianalisis dan dilaporkan dalam bentuk makalah. E. Hasil Hasil percobaan dibuat dengan sistem pelaporan dalam bentuk makalah ditulis tangan dengan lengkap mencakup : Judul, Rumusan Masalah, Tujuan, Alat dan Bahan, Langkah Kerja, Data dan Analisis Hasil Penelitian dan Kesimpulan serta dibuatkan Daftar Pustakanya.

134 117 Instrumen Penilaian Kinerja Kelas Kelompok :.. :.. No Aspek Skor 1 Persiapan a. Perumusan judul b. Penentuan masalah c. Penyiapan alat dan bahan 2 Pelaksanaan a. Kehadiran Kerja dilapangan b. Partispasi kerja dilapangan c. Tanggung jawab pengembalian peminjaman alat d. Kebersihan 3 Laporan a. Ketepatan waktu pengumpulan laporan

135 118 Rubrik Penilaian Kinerja Persiapan Pelaksanaan Aspek yang dinilai Skor Kriteria Penelitian a. Judul 1 Jika judul salah 2 Jika judul lengkap dan kurang tepat 3 Jika judul benar dan lengkap b. Penentuan masalah 1 Jika masalah ada dan salah c. Penyiapan alat dan bahan a. Kehadiran kerja dilapangan b. Partispasi kerja dilapangan c. Tanggung jawab dalam pengembalian alat 2 Jika masalah ada dan kurang tepat 3 Jika masalah ada, dan benar 1 Melakukan penyiapan alat dan bahan namun salah 2 Melakukan penyiapan alat dan bahan dengan benar namun masih kurang lengkap 3 Melakukan penyiapan alat dan bahan dengan benar dan lengkap 1 jika hadir hanya <40% dari total kerja dalam praktikum 2 Jika hadir hanya 41-70% dari total kerja praktikum 3 Jika hadir kurang dari 71% dari total kerja praktikum 1 Jika hanya datang dan tidak ada partispasi kerja 2 Jika datang dan ada partispasi namun hanya diawal kerja 3 Jika datang dan berpartispasi penuh dari awal sampai akhir kerja 1 Jika pengembalian alat dengan keadaan rusak dan tidak sesuai pada tempatnya 2 Jika pengembalian alat dengan keadaan baik dan kurang sesuai pada tempat asal 3 Jika pengembalian alat dengan keadaan baik dan sesuai dengan tempat asal. d. Kebersihan 1 Jika akhir kinerja dalam keadaan kotor

136 119 Laporan a. Ketepatan waktu pengumpulan laporan Keterangan: Baik = 3 Cukup = 2 Kurang= 1 Skor Perolehan Nilai Akhir = x 100 Skor Maksimal dan berantakan 2 Jika akhir kinerja dalam keadaan bersih namun kurang tertata rapi 3 Jika akhir kinerja bersih dan rapi 1 jika pengumpulan laporan telat lebih dari satu hari 2 Jika waktu pengumpulan laporan telat satu hari 3 Jika pengumpulan laporan tepat waktu

137 120 Format Laporan Tertulis A. Acara Praktikum (5) a. Judul: b. Hari/ Tanggal: c. Tempat: B. Rumusan Masalah (5) C. Tujuan Praktikum (5) D. Hipotesis (5) E. Alat, Bahan, dan Cara Kerja (15) F. Hasil Pengamatan (tabel pengamatan/ grafik) (20) G. Pembahasan (25) H. Kesimpulan (15) I. Daftar Pustaka (sesuai dengan literatur yang digunakan) (5) Pedoman Penilaian Nilai = x 100

138 121 Rubrik Penilaian Laporan Tertulis Hasil Percobaan Aspek yang dinilai Skor Kriteria Penelitian A. Acara Praktikum 1 Hanya mencantum 1 komponen dan tidak lengkap. 2 Hanya mencantum 1 komponen yang lengkap. 3 Hanya mencantum 2 komponen yang lengkap. 4 Salah satu komponen tidak tercantum dengan lengkap 5 Menuliskan dengan lengkap, jelas, dan benar: Judul, Hari/ Tanggal, dan Tempat B. Rumusan Masalah 1 Tidak merumuskan permasalahan. 2 Rumusan masalah tidak sesuai dengan percobaan yang dilakukan. 3 Rumusan masalah masih terkait dengan topik percobaan, namun penggunaan bahasa yang digunakan kurang jelas sehingga menimbulkan ambigu. 4 Rumusan masalah sesuai dengan topik percobaan serta jelas namun kurang lengkap. 5 Merumuskan permasalahan dengan pertanyaan/pernyataan yang tepat, lengkap, dan jelas sesuai dengan percobaan yang dilakukan. C. Tujuan Praktikum 1 Tidak merumuskan tujuan praktikum. 2 Tujuan praktikum tidak sesuai dengan percobaan yang dilakukan. 3 Tujuan praktikum masih terkait dengan topik percobaan, namun penggunaan bahasa yang digunakan kurang jelas sehingga menimbulkan ambigu. 4 Tujuan praktikum sesuai dengan topik percobaan serta jelas namun kurang lengkap. 5 Merumuskan tujuan dengan pernyataan yang tepat, lengkap serta jelas sesuai dengan percobaan yang dilakukan. D. Hipotesis 1 Tidak merumuskan hipotesis. 2 Hipotesis yang dirumuskan tidak sesuai dengan

139 122 E. Alat, Bahan, dan Cara Kerja topik percobaan yang dilakukan. 3 Hipotesis yang dirumuskan masih terkait dengan topik percobaan, namun penggunaan bahasa yang digunakan kurang jelas sehingga menimbulkan ambigu. 4 Hipotesis sesuai dengan topik percobaan serta jelas namun kurang lengkap. 5 Merumuskan hipotesis dengan tepat, lengkap dan jelas sesuai dengan percobaan yang dilakukan 1 Hanya mencantum 1 komponen dan tidak lengkap. 3 Hanya mencantum 1 komponen yang lengkap. 5 Hanya mencantum 2 komponen yang lengkap. 10 Salah satu komponen tidak tercantum dengan lengkap. 15 Menuliskan dengan lengkap, jelas, dan benar: Alat, Bahan, dan Cara Kerja F. Hasil Pengamatan 0 Tidak mencantumkan hasil pengamatan. 5 Parameter yang diamati kurang lengkap. 10 Data hasil pengamatan kurang lengkap tetapi parameter yang diamati sudah lengkap. 15 Data hasil pengamatan kurang dilengkapi dengan judul tabel/ grafik. 20 Data hasil pengamatan tercantum dengan lengkap dan jelas dalam tabel pengamatan/ grafik. G. Pembahasan 0 Tidak mencantumkan pembahasan. 5 Poin-poin pembahasan yang dibahas kurang lengkap serta tidak didukung dengan teori. 10 Poin-poin pembahasan yang dibahas sudah lengkap namun tidak didukung dengan teori. 15 Pembahasan sudah didukung dengan teori, namun poin-poin pembahasan yang dibahas kurang lengkap. 20 Pembahasan sudah didukung dengan teori serta mencakup poin-poin pembahasan, namun ada

140 123 yang kurang lengkap/tepat. 25 Membahas hasil percobaan sesuai dengan poinpoin pembahasan secara lengkap dan jelas serta didukung dengan teori. H.Kesimpulan 0 Tidak mencantumkan kesimpulan. 3 Kesimpulan yang ditulis tidak sesuai dengan tujuan. 5 Kesimpulan yang ditulis kurang lengkap. 10 Kesimpulan sudah sesuai dengan tujuan namun masih mencantumkan bagian yang seharusnya ditulis di pembahasan. 15 Kesimpulan yang ditulis singkat dan sudah sesuai dengan tujuan. J. Daftar Pustaka 1 Daftar pustaka banyak berasal dari sumber yang kurang terpercaya (blog) serta tidak sesuai dengan sumber yang dicantumkan di pembahasan. 2 Daftar pustaka banyak berasal dari sumber yang kurang terpercaya (blog) serta kurang lengkap dan penulisan yang kurang tepat. 3 Daftar pustaka banyak berasal dari sumber yang kurang terpercaya (blog) 4 Daftar pustaka berasal dari sumber terpercaya dan sesuai dengan yang ditulis namun penulisannya kurang lengkap. 5 Daftar pustaka dari sumber yang terpercaya (buku, jurnal, situs pendidikan, dll) serta lengkap dan sesuai dengan yang dituliskan di pembahasan.

141 Mengingat (C1) Memahami (C2) Menerapkan (C3) Menganalisis (C4) Mengevaluasi (C5) Menciptakan (C6) Jumlah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124 Instrumen Tes Tertulis Kisi-kisi soal Indikator Menganalisis faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan Menganalisis proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan melalui melalui langkah kerja ilmiah. 2,3 4, Soal 1. Pertumbuhan dan perkembangan Tumbuhan a. Sebutkan pengertian dari pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan!(10) b. Sebutkan dan jelaskan macam macam pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan! (10) 2. Jelaskan macam-macam dari faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan! (20) 3. Sebutkan dan jelaskan salah satu faktor internal yang berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan?(15) Perhatikan permasalahan berikut! Permasalahan yang sering muncul terkait dengan pembuatan bibit karet dengan okulasi yang ditanam di polibag adalah pupuk yang belum memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan tanaman karet. Akibat yang ditimbulkan oleh kekurangan nutrisi ini dapat menghambat pertumbuhan pada tanaman

142 125 karet sehingga mengakibatkan kekerdilan pada tanaman karet, disamping itu juga rentan terhadap penyakit sehingga mengakibatkan kematian. Dari permasalahan tersebut banyak petani yang menggunakan pupuk kimia dalam pemenuhan nutrisi dalam pemupukan tanaman karet dengan harga yang tinggi karena yang dirasa petani cara ini lebih efektif untuk dapat menghasilkan bibit yang baik. Dalam hal pemupukan belum ada alternatif untuk mencoba menggunakan sistem pemupukan secara organik ramah lingkungan dan murah. Petani belum berani mencoba menggunakan pupuk organik karena minimnya pengetahuan mengenai cara pembuatannya dan menganggap pembuatan pupuk organik membutuhkan waktu yang lama sehingga menempuh cara yang instan yakni dengan membeli pupuk kimia. 4. Berdasarkan permasalahan di atas, solusi apa yang anda tawarkan dalam bentuk sebuah penelitian? Rumuskan dalam bentuk Judul, Rumusan masalah dan Tujuan masalah!(30) 5. Berdasarkan judul yang telah anda buat pada soal no. 3 buatlah hipotesisnya?(15) Kunci Jawaban Soal Test Tertulis 1. Pertumbuhan dan perkembangan a. Pertumbuhan adalah perubahan yang dapat diketahui atau ditentukan berdasarkan sejumlah ukuran atau kuantitasnya yang bersifat irreversible (Tidak dapat kembali seperti semula). Pertumbuhan meliputi bertambah besar dan bertambah banyaknya sel-sel pada jaringan. Sedangkan perkembangan adalah suatu perubahan kualitatif yang melibatkan perubahan struktur serta fungsi yang lebih kompleks. b. Pertumbuhan dibedakan menjadi dua macam yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder.

143 126 Pertumbuhan primer adalah proses pertumbuhan yang terjadi pada titik tumbuh akar dan titik tumbuh batang, ditandai dengan pertumbuhan yang memanjang pada tumbuhan. Pertumbuhan sekunder adalah proses pertumbuhan pada kambium atau pertumbuhan menyamping contohnya pertambahan diameter batang. 2. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan adalah: faktor yang berasal dari luar tumbuhan seperti kondisi fisik kimia lingkungan, seperti panjang pendeknya hari (umur), temperatur, sumber nutrisi, air, ph, oksigen dan pencahayaan. 3. Salah satu faktor internal yang berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan adalah hormon tumbuhan contohnya hormon giberelin yang dapat berfungsi : Dalam dominansi apikal, pemanjangan sel, perkembangan buah, perbungaan, dan mobilisasi cadangan makanan dari dalam biji, ikut berpengaruh terhadap pembentukan akar tumbuhan karena giberelin umum terdapat di bagian meristematik pada akar. 4. Judul: Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman stum okulasi karet dipolibag. Rumusan masalah: apakah ada pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman karet stum okulasi karet? Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman stum okulasi karet. 5. Pupuk organik dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan pada tanaman stum okulasi karet.

144 127 Penilaian Tes No Dst. Nama Siswa Butir Soal Skor Jumlah Skor Nilai Siswa Rubrik Penilaian Soal Skor Aspek Menjawab benar dan lengkap pada pertanyaan a dan b 2 10 Menjawab benar tetapi kurang lengkap (hanya pada pertanyaan a atau b) 1 Menjawab tapi tidak benar 0 tidak menjawab sama sekali Menjawab benar dan lengkap 5 15 Menjawab benar tetapi kurang lengkap 1 4 Menjawab tetapi tidak benar 0 Tidak menjawab sama sekali Menjawab benar dan lengkap 5 10 Menjawab benar tetapi kurang tepat 1 Menjawab tetapi tidak benar 0 Tidak menjawab sama sekali Menjawab benar dan lengkap Menjawab benar tetapi kurang lengkap 1 10 Menjawab tetapi kurang tepat 0 Tidak menjawab sama sekali Menjawab benar dan lengkap 5 10 Menjawab benar tetapi kurang lengkap 1 Menjawab tetapi tidak benar 0 Tidak menjawab sama sekali

145 128 Instrumen Penilaian Observasi No Aspek Indikator 1 Keaktifan Aktif mengemukakan pendapat Aktif bertanya Aktif menanggapi pendapat 2 Kerjasama Bertanggung jawab terhadap tugas kelompok Mengerjakan tugas kelompok bersama teman kelompok lain Menghargai pendapat orang lain 3 Percaya Diri Mampu berbicara dengan suara lantang Mampu mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas Berani mempertahankan pendapat Baik Kategori Cukup Kurang Kategori: Baik = 3 Cukup = 2 Kurang= 1 Skor Perolehan Nilai Akhir = x 100 Skor Maksimal Keterangan Nilai Kategori Amat baik Baik Cukup Kurang < 65 Sangat kurang

146 129 Rubrik Penilaian Observasi No Aspek yang dinilai Skor Kriteria penilaian 1 Keaktifan 1 Jika hanya memenuhi satu indikator seperti aktif mengemukakan pendapat, aktif bertanya, atau aktif menanggapi pendapat. 2 Jika memenuhi dua indikator seperti aktif mengemukakan pendapat, aktif bertanya, atau aktif menanggapi pendapat. 3 Jika memenuhi tiga indikator bertanya yakni aktif mengemukakan pendapat, aktif bertanya, atau aktif menanggapi pendapat. 2 Kerjasama 1 jika hanya terkait satu indikator seperti bertanggungjawab, mengerjakan tugas kelompok, atau menghargai pendapat orang lain 2 Jika hanya memenuhi 2 indikator seerti bertanggungjawab, mengerjakan tugas kelompok, atau menghargai pendapat orang lain 3 Jika ketiga indikator terpenuhi yakni bertanggungjawab, mengerjakan tugas kelompok, dan menghargai pendapat orang lain 3 Percaya diri 1 Jika hanya memenuhi satu indikator seperti mampu berbicara dengan suara lantang, mampu mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas atau berani mempertahankan pendapat. 2 Jika hanya memenuhi dua indikator seperti mampu berbicara dengan suara lantang, mampu mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas atau berani mempertahankan pendapat. 3 Jika ketiga indikator terpenuhi yakni mampu berbicara dengan suara lantang, mampu mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas atau berani mempertahankan pendapat.

147 130 Lampiran VI. Gambar Hasil Penelitian Tanaman Karet (Havea brasiliensis) Gambar 1. Nopkor Gambar 2. Lokasi Penelitian Gambar 3. Bibit Karet Okulasi Stum Mata Tidur Gambar 4. Penanaman Awal Bibit Karet (Havea brasiliensis) Perlakuan Kontrol Gambar 5. Penanaman Awal Bibit Karet (Havea brasiliensis) Bibit Karet Perlakuan Nopkor

148 131 Gambar 6. Pertumbuhan tunas yang Kerdil Gambar 7. Pertumbuhan tunas yang berlebih dalam satu mata okulasi Gambar 8.Pertumbuhan tunas diluar batang stum okusasi Gambar 9. Layu pada Tunas Daun Gambar 10. Daun yang terserang hama belalang. Gambar 11. Kering pada hasil okulasi stum mata tidur

149 132 Gambar12. Kelainan daun tanaman karet (Havea brasiliensis) akibat Oidium heveae steinn Gamabar13. Kelainan daun tanaman karet (Havea brasiliensis) akibat Microcyclus ulei atau Dothidella ulei Gambar 14. Hama Kutu Putih yang menyerang pada bibit karet (Havea brasiliensis) Gambar 15. Kerontokan daun pada tanaman karet (Havea brasiliensis) Gambar 16. Pertumbuhan tunas payung dua yang terhambat pada tanaman karet (Havea brasiliensis)

150 133 Gambar 17. Hasil akhir penelitian tanaman karet (Havea brasiliensis) pada tanggal 12 juni 2015

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Karet Dalam ilmu tumbuhan, tanaman karet di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Family Genus 2.1.2 Morfologi Spesies : Plantae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. 19 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola adalah sebagai berikut : Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta : Eumycotina

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN LITERATUR Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumicophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam.

TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan sehingga sampai sekarang asia merupakan sumber karet alam. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman karet Pohon karet pertama kali tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara,dimana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta :

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah dan Diameter Pembuluh Lateks Klon BPM 1 dan PB 260 KLON Jumlah Pembuluh Lateks Diameter Pembuluh Lateks 22.00 22.19 24.00 24.09 20.00 20.29 7.00 27.76 9.00 24.13 5.00 25.94 8.00 28.00

Lebih terperinci

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet) Karet memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Komoditas ini merupakan salah satu penghasil devisa utama dari sektor perkebunan dengan nilai ekspor sekitar US$ 11.8 milyar pada tahun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) Tanaman karet berasal dari negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum tanaman karet ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Steenis, et. al, (1967) sistematika tanaman karet adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Steenis, et. al, (1967) sistematika tanaman karet adalah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Berdasarkan Steenis, et. al, (1967) sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut; Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: Angiospermae; Class: Dicotyledonae;

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae (tumbuh-tumbuhan) :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet 3 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Karet Karet (Havea brasiliensis) merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan. karet merupakan tanaman berkayu yang memiliki tinggi dan diameter mencapai 40 m dan 35 cm

Lebih terperinci

Oleh : Ulfah J. Siregar

Oleh : Ulfah J. Siregar 11 MODULE PELATIHAN BUDIDAYA TANAMAN KARET Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama PENDAHULUAN Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian tentang identifikasi klon karet unggul tingkat petani

III. MATERI DAN METODE. Penelitian tentang identifikasi klon karet unggul tingkat petani III. MATERI DAN METODE 1.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang identifikasi klon karet unggul tingkat petani dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2013. Pemilihan tempat penelitian berdasarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BISNIS BUDIDAYA KARET

BISNIS BUDIDAYA KARET BISNIS BUDIDAYA KARET TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut: Syarat tumbuh tanaman karet

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT INFEKSI Fusarium sp. PENYEBAB PENYAKIT LAPUK BATANG DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET Eko Heri Purwanto, A. Mazid dan Nurhayati J urusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai Merah Besar Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu namun pada batang muda berambut halus berwarna hijau. Tinggi tanaman mencapai 1 2,5 cm dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet sudah dikenal berabad abad yang lalu.tanaman ini bukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet sudah dikenal berabad abad yang lalu.tanaman ini bukan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tanaman Karet Tanaman karet sudah dikenal berabad abad yang lalu.tanaman ini bukan tanaman asli Indonesia, yang berasal dari Brasil Amerika Selatan. Karet merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Asia tenggara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand, sejak dekade 1920-an sampai sekarang

I. PENDAHULUAN. Asia tenggara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand, sejak dekade 1920-an sampai sekarang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman karet Sendiri baru di introduksikan pada tahun 1864. Dalam waktu kurun sekitar 150 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class :

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet Berdasarkan (Budiman, 2012), sistematika tanaman karet, diuraikan sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class : Dicotyledoneae; Ordo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERKEMBANGAN BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) KLON PB 260 DENGAN INTERVAL PENGENDALIAN GULMA YANG BERBEDA

PENGAMATAN PERKEMBANGAN BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) KLON PB 260 DENGAN INTERVAL PENGENDALIAN GULMA YANG BERBEDA PENGAMATAN PERKEMBANGAN BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) KLON PB 260 DENGAN INTERVAL PENGENDALIAN GULMA YANG BERBEDA Oleh SYUKUR, SP, MP NIP. 19720401 200604 1 019 BALAI PELATIHAN PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pergajahan Kahan, Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang merah termasuk dalam faimili Liliaceae yang termasuk tanaman herba, tanaman semusim yang tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan

Lebih terperinci

Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX

Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Lamp. : 1 eks Administratur Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX di Getas Dengan ini disampaikan dengan hormat laporan hasil kunjungan staf peneliti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Stadium ini ditemukan pada daun daun tua yang sedang membusuk. Jamur ini

TINJAUAN PUSTAKA. Stadium ini ditemukan pada daun daun tua yang sedang membusuk. Jamur ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Penyakit gugur daun yang menyerang tanaman karet disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. Stadium sempurna (Perfect stage) dari jamur ini adalah Glomerella

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.)

KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.) Vegetalika Vol.2 No.2, 2013 : 31-39 KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.) THE CORRELATION OF SEED WEIGHT WITH ROOTSTOCK VIGOROUS IN RUBBER (Hevea

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar 4 TINJAUAN PUSTAKA Pepaya (Carica papaya L.) Asal-usul Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba yang diduga berasal dari Amerika Tropis, diantaranya Meksiko dan Nikaragua. Penyebaran tanaman pepaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 312/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN KARET VARIETAS KLON IRR 32 SEBAGAI VARIETAS/KLON UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 312/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN KARET VARIETAS KLON IRR 32 SEBAGAI VARIETAS/KLON UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 312/Kpts/SR.120/8/2005 TENTANG PELEPASAN KARET VARIETAS KLON IRR 32 SEBAGAI VARIETAS/KLON UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha

Chart Title. Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha Chart Title Indonesia 3.5 ha Thailand 2 ha Malaysia 1.5 ha Data statistic Ditjen perkebunan tahun 2007, hanya 9 dari 33 propinsi yang tidak ditemukan pohon karet yaitu : DKI-Jakarta, Nusa Tenggara Barat,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KARET

MODUL BUDIDAYA KARET MODUL BUDIDAYA KARET I. PENDAHULUAN Tujuan utama pasaran karet (hevea brasiliensis) ndonesia adalah ekspor. Di pasaran internasional (perdagangan bebas) produk karet Indonesia menghadapi persaingan ketat.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. euphorbiaceae, genus hevea dan spesies Hevea brasiliensis.

TINJAUAN PUSTAKA. euphorbiaceae, genus hevea dan spesies Hevea brasiliensis. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut (Setiawan dan Andoko, 2005) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman karet termasuk dalam kelas dicotyledonae, ordo euphorbiales, famili euphorbiaceae, genus hevea dan

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman Caulifloris. Adapun sistimatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51 Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet (Hevea brasilensis Muell) adalah komoditas utama dalam bidang perkebunan yang merupakan produksi non migas dan menjadi sumber devisa negara yang cukup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. : Hevea brasiliensis Muell Arg. penyediaan batang bagian bawah harus sungguh-sungguh baik

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. : Hevea brasiliensis Muell Arg. penyediaan batang bagian bawah harus sungguh-sungguh baik TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Setiawan dan Andoko (2005), klasifikasi tanaman karet (Hevea brasiliensis) adalah sebagai berikut : Divisi Subdivisi Kelas Ordo Family Genus Spesies : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2005 sampai Pebruari 2006. Tempat penelitian di Kebun Tajur I UPT Kebun Percobaan IPB Unit Kegiatan Pusat Kajian

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS TUGAS LINGKUNGAN BISNIS Budiaya Cabai Rawit Disususn Oleh: Nama : Fitri Umayasari NIM : 11.12.6231 Prodi dan Jurusan : S1 SISTEM INFORMASI 11-S1SI-12 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. Pakchoy dan sawi dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tentang Benih Pada Tanaman Karet Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagian tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk

Lebih terperinci