PERKAWINAN ANTARA PEMELUK AGAMA YANG BERBEDA (Perspektif UU No. 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam) Oleh : M. Amin Qodri 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKAWINAN ANTARA PEMELUK AGAMA YANG BERBEDA (Perspektif UU No. 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam) Oleh : M. Amin Qodri 1"

Transkripsi

1 PERKAWINAN ANTARA PEMELUK AGAMA YANG BERBEDA (Perspektif UU No. 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam) Oleh : M. Amin Qodri 1 ABSTRAK Penulisan ini dilakukan adalah untuk melihat, mengamati dan menganalisis aturan hukum tentang hal hal yang berhubungan dengan perkawinan bagi pemeluk agama yang berbeda yang terdapat dalam U.U. No. 1 Tahun 1974 dan mencari formulasi yang tepat atas ketidakberdayaan aturan hukum yang ada dengan kenyataan yang ada di masyarakat, khususnya pada masyarakat perkotaan serta sedapat mungkin mengambil perbandingan dengan Undang-undang Keluarga Islam di Kerajaan Negeri Terenggano dan Kerajaan Negeri Kelantan sekedar menurut informasi awal bahwa kedua dua kerajaan negeri tersebut menutup rapat rapat kemungkinan terjadinya perkawinan yang sedemikian. Hasil Pembahasan dari penulisan ini adalah: 1. Perkawinan antara pemeluk agama yang berbeda hingga saat ini masih terus terjadi di Indonesia dikarenakan undang undang yang ada belum mengatur secara tegas dan sanksi bagi pemeluk agama Islam yang melakukan perkawinan itu tidak juga diatur secara khusus. 2. Status Perkawinan mereka tidak sah dan dianggap telah melakukan zina secara terus menerus, bahkan lebih berat dari perzinaan yang dilakukan tanpa diikat oleh perjanjian resmi Islami serta akibat hukumnya akan ditanggung oleh pasangan hidup beserta keturunannya yang berimplikasi kepada kehidupan akhirat. Kata Kunci : Perkawinan Beda Agama. A. Pendahuluan Tujuan perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 adalah membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia sejahtera berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Selain itu ia juga bertujuan untuk melaksanakan sunnatullah yang mempunyai aspek kemanusiaan dan aspek ibadah kepada Allah SWT. Dalam surah al-zaariyat Ayat 49 Allah S.W.T. berfirman: 1 Dosen Fakultas Hukum universitas Jambi. 157

2 Maksudnya: ومن كل شيء خلقنا زوجين لعلكم تذكرون Dan tiap-tiap jenis Kami ciptakan berpasangan, supaya kamu mengingati (kekuasaan Kami dan mentauhidkan Kami). Aspek kemanusiaan mengandungi arti bahwa dengan menikah seseorang merasa bertanggungjawab terhadap amanah Allah S.W.T. supaya kehidupan berkeluarga yang dijalankan sesuai menurut ajaran atau syariat Islam. Sedangkan aspek ibadah mempunyai makna bahwa perkawinan yang dilangsungkan semata-mata hanya mengharap ridho-nya, maka dengan itu akan memperoleh ganjaran pahala yang besar, sebagaimana hadis sahih Rasulullah S.A.W. riwayat imam Muslim; Maksudnya: قال رسو ل صلى عليه وسلم دينار انفقته في سبيل ودينار أنفقه في رقبة ودينار تصدقت به على مسكين ودينار أنفقته على أھلك أعظمھا أجرا الذي أنفقته على أھلك "Dinar yang kamu keluarkan untuk jalan Allah, dinar yang kamu keluarkan untuk budak, dinar yang kamu sedekahkan kepada orangorang miskin, dan dinar yang kamu keluarkan kepada keluargamu, maka dinar yang kamu berikan kepada keluargamulah yang paling besar pahalanya. 2 Ternyata rezeki yang Allah SWT berikan kepada hamba-nya lalu dibelanjakannya sebahagian rezeki itu kepada jalan Allah seperti bersedekah kepada orang miskin, yatim piatu, panti jompo atau yang lainnya, maka yang menempati urutan teratas dari segi ganjaran pahalanya adalah apabila bersedekah kepada keluarga dan karib kerabat. Hal ini perlu difahami bahwa begitu pentingnya menikah apabila seseorang sudah cukup dewasa, mempunyai 2 Hadist Riwayat Imam Muslim 158

3 bekal yang memadai untuk menikah, mendirikan rumah tangga, maka bersegera lebih baik dan lebih utama. Tiada persoalan kiranya bagi yang ingin menikah adalah sama sama mempunyai aqidah yang sama sepanjang syarat dan rukunnya terpenuhi dan tidak dijumpai hal hal yang menghalangi untuk itu. 3 Namun apabila seorang hamba yang ingin melamar seorang wanita yang secara kebetulan tidak satu keyakinan dengannya, maka disinilah permasalahan itu akan timbul, Perkawinan antar Pemeluk Agama (Keyakinan) yang Berbeda. Negara tidak secara tegas mengatur perkawinan tersebut. Adapun yang diatur dalam Pasal 2 ayat 1 Undang Undang Perkawinan No. 1 Tahun , menimbulkan multi tafsir, antara lain; 1. Kedua insan yang berbeda agama dan salah satunya beragama Islam, melaksanakan upacara ritual keagamaan dari salah seorang dari keduanya terlebih dahulu, baru kemudian di lain hari atau di lain waktu melaksanakan lagi upacara ritual keagamaan dari pasangannya. Pandangan ini senada dengan pendapat; a. Rusli dan R. Tama 5 Oleh karena semua agama yang diakui oleh Republik Indonesia hanya mengakui dan menganggap perkawinan sah apabila telah diselenggarakan menurut agama itu sendiri, maka berkenaan dengan hukum agama yang mana yang dipakai dalam perkawinan antara agama itu, dikembalikan kepada kesepakatan antara kedua calon mempelai tadi. Hasil kesepakatan berupa rangkaian perkawinan dua agama dari masing masing agama itu. b. Asmin 6 Setiap agama telah membuat peraturan yang tegas, yakni melarang umatnya untuk kawin dengan umat dari dari agama lain dan mengharamkannya. Tetapi manusia adalah manusia juga adanya, yang mempunyai rasa cinta dan cinta itu universal dalam 3 Lihat Pasal 13 sd. 21, dan Pasal 22 s.d. 28 UUP No. 1 Tahun Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing masing agamanya dan kepercayaannya itu. 5 Rusli dan R. Tama, Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya, Bulan Bintang, Jakarta, 1986, hal Asmin, Status Perkawinan Antaragama, Dian Rakyat, Jakarta, 1986, hal

4 arti dimiliki setiap orang tanpa perbedaan misalnya ras, agama dan asal usul serta yang lainnya. Oleh demikian pemerintah perlu memberikan perlindungan dan pengaturan bagi mereka yang ingin kawin beda agama. Langkah pemerintah yang berbuat demikian tidak mengurangi sikap negara dalam menghormati dan melindungi agama agama di Indonesia. c. P.C. Hadiprastowo 7 Mereka yang termasuk kategori ini (kawin beda agama), janganlah dikatakan tidak taqwa pada agamanya, karena dalam perkawinan yang masing masing pihak berlainan agama, justeru mereka itu adalah taqwa pada agamanya dan dalam perkawinan demikian tidak berlaku apostasi (murtad) oleh satu pihak. Ini berarti bahwa masing masing memeluk agamanya sendiri dalam perkawinan itu. Justeru manakala dalam perkawinan itu terjadi suatu masalah dimana salah satu pihak berdasarkan kesadarannya sendiri beralih kepada agama calon suami ataupun calon isteri, maka barulah betul dikatakan ada terjadi peralihan agama yang satu ke dalam agama yang lain, jadi bukan peralihan pura pura (frauduleuse overgang), maka inilah yang justeru dapat dikatakan bahwa salah satu pihak itu adalah tidak taat pada agamanya, tidak taqwa pada agamanya seratus persen karena ia mengapostasi diri. Dan mengapa justeru yang masing masing tetap pada agamanya (dalam perkwainan itu) tidak mendapat tempat di dalam UU Perkawinan? Pendapat yang disampaikan Rusli dan R. Tama di atas menunjukkan bahwa kedua duanya tidak memahami konsep perkawinan dalam keluarga Islam yang sebenarnya dan enggan mengikuti sunnah Rasulullah Muhammad Saw yang memberi nasihat kepada kita dari kebimbangan pilihan hati dalam memilih pasangan hidup maka utamakanlah memilih wanita yang kuat berpegang kepada agamanya, dengan demikian niscaya akan memperoleh kebahagiaan Kedua insan yang berlainan jenis dan berbeda agama melaksanakan pernikahan setelah terlebih dahulu salah satu pasangan tunduk pada hukum lawan pasangannya, atau menundukkan diri secara sukarela 7 P.C. Hadiprastowo, Perkawinan Campuran Sebuah Pengantar, Tarumanagara, Jakarta, 1992, hal Al-Bukhari, Sahih, Kitab Nikah, Bab 16, No

5 (muallaf) pada agama barunya yang sangat diyakini membawa kebenaran dan kebahagiaan. Pandangan tersebut di atas terbagi menjadi tiga; a. Boleh menikah laki laki Muslim dengan perempuan ahli kitab, bukan dari golongan musyrik. Dengan harapan setelah mereka berumahtangga sang suami yang merupakan pemimpin dalam keluarga mampu memberikan pencerahan terhadap agama yang lurus dan agama yang diridhoi. 9 b. Tetap tidak membolehkan perkawinan antara laki laki Muslim dengan perempuan ahli kitab, karena berpandangan bahwa ahli kitab di zaman sekarang sudah pupus. Yang ada adalah perempuan non Muslim yang musyrik yang dikenal dengan ajaran trinitas dan atau yang berasal dari agama bumi. c. Nyata nyata melarang dengan tegas perempuan Muslim kawin dengan laki laki musyrik, karena bagaimanapun sangat dikhawatirkan isteri suatu saat akan ikut agama suami bahkan berlanjut kepada anak anak dan keturunannya. Mereka itu mengajak kamu ke neraka; dan Allah mengajak kamu ke surga dan kepada keampunan dengan izin-nya; dan Dia terangkan perintah perintahnya kepada manusia supaya mereka ingat. B. Permasalahan 1. Mengapa masih juga terjadi perkawinan antara pemeluk agama yang berbeda di Indonesia dan apa solusinya? 2. Bagaimanakah status perkawinan mereka dan apa akibat hukumnya lagi anak keturunan mereka? C. Pembahasan 1. Perkawinan Antara Pemeluk Agama yang Berbeda dan Solusinya 9 Q.S. Al-Maidah Ayat 3 161

6 Dalam Negara Pancasila, agama hidup dan berkembang dengan perlindungan Negara. Pemeluk agama berhak mengembangkan agamanya sesuai dengan keyakinan agama yang dipeluknya. Masing masisng agama diberi kebebasan menyiarkan agamanya tetapi menghargai agama orang lain. Dengan demikian, agama mempunyai peranan penting dan asasi dalam kehidupan bangsa dan negara. Bahkan negara tidak hanya melindungi pemeluk agama dan memberi kebebasan melaksanakan ajaran agama, tetapi juga memberikan dorongan dan bantuan untuk memajukan agama. UUD 1945 pada Bab XI Pasal 29 tentang Agama, menegaskan pula bahwa: (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk memeluk agamanya masing masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Dari kedua landasan hukum itu, jelas bahwa negara Pancasila bukanlah negara teokratis (berdasarkan atas agama), tetapi bukan pula negara sekular (bersikap masa bodoh terhadap agama) seperti negara negara kapitalis liberal. 10 Kenyataan yang kita hadapi saat ini bahwa orang orang yang dengan beraninya melaksanakan kehidupan rumah tangganya dengan orang yang berbeda keyakinan (walaupun mengedepankan cinta kasih ) seolah olah menutup mata terhadap agama yang ia anut. Bahwa agama apapun yang ada di Indonesia ini 11 tidak satupun diantaranya yang membenarkan perkawinan yang umatnya mengajak calon pasangannya untuk nikah dalam suasana kebatinan yang berbeda, kecuali calon pasangannya tersebut telah terlebih dahulu menundukkan diri atau mengimani agama yang baru itu. Terhadap perkawinan tersebut di atas ada beberapa pendangan dari penulis terdahulu, antara lain: 1. Pandangan Abu Shadhi dalam bukunya Al-Islam Al-Hayy (Islam yang hidup), mengatakan bahwa: Status Persamaan antara agama dalam pernikahan adalah dibolehkan. Adalah dibenarkan untuk menikah bagi wanita muslimah dengan laki laki yang ia sukai tanpa memandang agama. Begitu 10 Ichtiyanto, Perkawinan Campuran Dalam Negara Republik Indonesia, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Depag RI, Jakarta, 2003, hal Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha 162

7 juga halnya dengan wanita bukan Islam, dia dibenarkan menikah dengan laki laki mana saja yang ia sukai walaupun berlainan agama Umar Faruuq, mengutarakan bahwa dalil/ayat yang mengharamkan pernikahan antaa wanita muslimah dengan lelaki bukan beragama Islam, dan lelaki Muslim dengan wanita musyrik telah dimansuhkan oleh surah yang lain, yaitu surah Al-Baqoroh Ayat dimansuhkan oleh surah Al-Maidah Ayat Walaupun dimansuhkan, golongan ahli kitab untuk saat ini sudah tidak dapat ditemukan lagi, sebagaimana yang dikatakan dalam Akta Undang Undang Keluarga Islam (Wilayah Persekutuan) 1984 seksyen 11, menafsirkan Kitabiyah yaitu: (a) Seorang perempuan dari keturunan Bani Ya qub; atau (b) Seorang perempuan Nasrani keturunan orang Nasrani sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi Rasul; atau (c) Seorang perempuan Yahudi dari keturunan orang Yahudi sebelum Nabi Isa menjadi Rasul. Majelis Kebangsaan Hal Ehwal Islam Malaysia pada 13 Ogos 1977 telah bersetuju bahwa seorang kitabiyah ialah seorang perempuan Yahudi dan Nasrani yang mana: (a) Adalah keturunan Bani Ya qub jika datuk neneknya diketahui telah memeluk agama itu (agama Yahudi atau Nasrani) sebelum ia dibatalkan (iaitu diganti) oleh agama kemudian, seperti agama Yahudi oleh agama Nasrani atau agama Nasrani oleh agama Islam; atau 12 Abd. Mutaal M. Al-Jabry, Perkawinan Antara Agama Suatu Dilema, Terj. M. Azhari Hatim, Penerbit Risalah Gusti, Surabaya, 1992, hal Dan janganlah kamu kawin dengan perempuan perempuan kafir musyrik sebelum mereka beriman; dan sesungguhnya hamba perempuan yang beriman itu lebih daripada perempuan kafir musyrik, sekalipun keadaannya menarik hati kamu. Dan janganlah kamu (kawinkan perempuan perempuan Islam) dengan laki laki kafir musyrik sebelum mereka beriman. Dan sesungguhnya seorang hamba laki laki yang beriman lebih baik daripada seorang laki laki musyrik, sekalipun keadaannya menarik hati kamu. 14 Dan dihalalkan kamu kawin dengan perempuan perempuan yang menjaga kehormatannya di antara perempuan perempuan yang beriman, dan juga perempuan perempuan yang menjaga kehormatannya dari kalangan orang orang yang diberikan Kitab sebelum kamu 163

8 (b) Jika bukan keturunan Bani Ya qub, jika datuk neneknya diketahui telah menganut agama itu sebelum ia dibatalkan oleh agama yang kemudian itu. 15 Negara bertugas dan berwenang mengatur dan memberikan pelayanan kenegaraan kepada seluruh warga Negara yang berkeyakinan agama apapun. Negara tidak diskriminasi dalam pelayanan kenegaraan (termasuk hukum), karena perbedaan agama adalah sifat dan ciri khas dari negara berdasarkan hukum dan Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah hukum dasar yang selalu dijunjung tinggi. 16 Dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) 17 diakui adanya perbedaan hukum perkawinan dari agama agama yang berbeda. Akibatnya di Indonesia ada pluralitas hukum perkawinan yang berbeda satu dengan lainnya. Hal tersebut mengacu pada pengertian Hukum yang berlainan dalam Pasal 57 UUP. Menurut Sadiman Kartohadiprodjo dan Wirjono Projodikoro, Pasal 2 ayat (1) dari sudut ilmu hukum telah melahirkan masalah hukum antar agama. 2. Status Perkawinan Antara Pemeluk Agama yang Berbeda dan Akibat hukum bagi keturunan mereka. Disadari atau tidak kalau kita lihat perjalanan waktu ke waktu, zaman ke zaman dan melihat defenisi kitabiyah tersebut, sudah barang tentu seorang kitabiyah sudah tidak ada lagi. Oleh karenanya sejalan dengan penegasan dari Undang Undang Keluarga Islam Kelantan yang mengatakan bahwa: Tidak seseorang lelaki boleh berkahwin dengan seseoang bukan Islam, dan tidak seseorang perempuan boleh berkahwin dengan seseorang bukan Islam. 18 (1) Tiada seseorang lelaki boleh berkahwin dengan seseorang bukan Islam kecuali seorang Kitabiyah Ahmad Ibrahim, Undang Undang Keluarga Islam di Malaysia, Malayan Law Journal Sdn Bhd, Kuala Lumpur, 1999, hal Ibid, hal Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing masing agamanya dan kepercayaannya itu. 18 Enakmen Keluarga Islam Kelantan 1983, ss 16 (3) dan (4) 164

9 (2) Tiada seseorang perempuan boleh berkahwin dengan seseorang bukan Islam. 19 Sebenarnya perkawinan demikian ini tidak dibolehkan bahkan dilarang dan bukanlah dinamakan perkawinan, tetapi benar benar perzinaan. Ini lebih berat dari perzinaan yang dilakukan tanpa diikat oleh perjanjian resmi Islami dan dilakukan perzinaan itu setiap waktu yang berarti zina beruntun dan diterima dengan sukahati menjual diri dengan api neraka. Bahkan bukan untuk diri sendiri tetapi diikutsertakan anak anak mereka yang memikul dosa perbuatan mereka. 20 Menurut Pasal 57 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, Perkawinan Campuran ialah Perkawinan antara 2 (dua) orang yang tunduk pada undangundang yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. Menurut Ensiklopedia Malaysia Edisi 1996 jilid 16 Peribahasa dan Sinonim, yang dinamakan kawin campur yaitu kawin berlainan agama dan bangsa. Kamus Dewan pula mengatakan bahwa kawin campuran yaitu kawin antara dua orang yang berlainan bangsa (agama). Menurut pandangan O.S. Eoh, bahwa Mahkamah Agung dengan suratnya nomor KMA/72/IV/ April 1981 mengenai pelaksanaan perkawinan campuran, beranggapan bahwa: 1. Perkawinan antara agama termasuk ke dalam perkawinan campuran. 2. Dalam pelaksanaan perkawinan antar agama dipergunakan ketentuan dalam GHR, jadi berdasarkan undang-undang suami tanpa memandang agamanya. 3. Mahkamah Agung berpendirian bahwa perkawinan campuran di Indonesia sebagai suatu Staatshuwilijk berarti suatu perkawinan antar agama dan hanya dilakukan di kantor catatan sipil sudah sah. 19 Seksyen 10 Akta Undang Undang Keluarga Islam (Wilayah wilayah Persekutuan) 1984 (Akta 303) 20 Fuad M. Fachrudin, Kawin Antar Agama, Kalam Mulia, Jakarta, 1999, hal

10 Dalam Pasal 2 (1) U.U. No. 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa; "Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut undang-undang masingmasing agamanya dan kepercayaannya itu". Jadi untuk menentukan sah atau tidaknya suatu perkawinan adalah undang-undang agama dan bukan undangundang negara, sehingga diharapkan tidak akan ada perkawinan yang dilakukan di luar undang-undang masing-masing agama dan kepercayaannya yang diakui di Indonesia. Adapun kajian kajian terdahulu yang dijumpai mengenai kawin antar pemeluk agama yang berbeda antara lain adalah seperti berikut: Buku yang ditulis oleh c Abdul Muta c al Muhammad Al-Jabri, yang bertajuk Jarimatuz-zawaj Bighairil-Muslimat yang diterjemahkan oleh Achmad Syathori yaitu; Perkawinan Campuran menurut pandangan Islam, tahun Buku itu berisikan suatu pembelajaran yang membahas mengenai perkawinan seorang muslim dengan wanita bukan muslimah, sama ada wanita musyrikah ataupun wanita kitabiyah dari sudut hukum syarak. Kedua, tajuk buku kawin antar agama ; yang ditulis oleh Dr. Fuad M. Fachruddin adalah alumnus Perguruan Tinggi Al-Azhar perintis kemerdekaan sekaligus ahli Korespondensi Lembaga Bahasa Arab di Mesir (Kairo). Salah satu asas dalam pemikiran beliau dalam buku itu adalah kekhawatiran dan kebimbangan beliau melihat fenomena kawin antar agama. Seharusnya dalam usaha mencari kebenaran dalam segala hal, Islam telah memberikan haknya melalui sumber aslinya, maka itu ilmu haruslah di dapat untuk memperoleh Hukum Syariat, fiqh, dan undang-undang yang tepat sesuai dengan kehidupan masyarakat, sehinga tidak merusak sendi sendi dalam kehidupan beragama khususnya agama Islam tidak bertentangan dengan pendidikan Islam. Ketiga adalah Rusdi Malik, dalam bukunya yang berjudul Peranan Agama Dalam Hukum Perkawinan di Indonesia, yang diterbitkan pada tahun Beliau mengamati pandangan-pandangan para sarjana hukum yang berkembang mengenai kawin campur berbeda agama yang mana salah seorangnya beragama Islam adakalanya ada yang membolehkan dan ada yang 166

11 menentang bahkan melarang dari berlakunya perkawinan demikian, dilengkapi dengan hujahan-hujahannya. Mantan Menteri Agama RI Era Orde Baru, dalam wawancaranya mengatakan: Terjadinya perkawinan antara agama (berbeda agama) itu adalah gejala zaman modern yang terjadi dalam masyarakat yang mengalami pelemahan nilai nilai agama (despritualisasi). Tetapi masyarakat kita ingin mencegah terjadinya despritualisasi tersebut 2. Kalau sejak semula majelis majelis agama memberitahukan kepada umatnya mengenai ketentuan perkawinan antara agama, saya kira tidak akan bertambah orang orang yang mengalami masalah itu. Tugas majelis majelis agamalah untuk menjelaskan kepada umatnya bagaimana ketentuan agama mereka mengenai perkawinan antara agama. Itu harus disampaikan sedini mungkin kepada anak anak dan para remaja. D. Kesimpulan 1. Perkawinan antara pemeluk agama yang berbeda hingga saat ini masih terus terjadi di Indonesia dikarenakan undang undang yang ada belum mengatur secara tegas dan sanksi bagi pemeluk agama Islam yang melakukan perkawinan itu tidak juga diatur secara khusus 2. Status Perkawinan mereka tidak sah dan dianggap telah melakukan zina secara terus menerus, bahkan lebih berat dari perzinaan yang dilakukan tanpa diikat oleh perjanjian resmi Islami serta akibat hukumnya akan ditanggung oleh pasangan hidup beserta keturunannya yang berimplikasi kepada kehidupan akhirat. 21 Majalah Sinar No. 8 Tahun I, tanggal 17 Januari

12 Lampiran KEPUTUSAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 Tentang PERKAWINAN BEDA AGAMA 3 Mei 2010 pukul 9:18 Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional VII MUI, pada Jumadil Akhir 1426 H./26-29 Juli 2005 M., setelah MENIMBANG: 1. Bahwa belakangan ini disinyalir banyak terjadi perkawinan beda agama; 2. Bahwa perkawinan beda agama ini bukan saja mengundang perdebatan di antara sesama umat Islam, akan tetapi juga sering mengundang keresahan di tengah-tengah masyarakat; 3. Bahwa di tengah-tengah masyarakat telah muncul pemikiran yang membenarkan perkawinan beda agama dengan dalih hak asasi manusia dan kemaslahatan; 4. Bahwa untuk mewujudkan dan memelihara ketentraman kehidupan berumah tangga, MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang perkawinan beda agama untuk dijadikan pedoman. MENGINGAT: 1. Firman Allah SWT: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawini-nya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.(qs. al-nisa [4] : 3); Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-nya di antaramu rasa kasih dan sayang. 168

13 Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. al-rum [3] : 21); Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperlihatkan- Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. al-tahrim [66]:6 ); Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi. (QS. al-maidah [5] : 5); Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita yang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun ia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-nya (perintah-perintah- Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (QS. al-baqarah [2] : 221); Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Alllah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka jangalah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-nya diantara kamu. Dan Allah maha mengetahui dan maha bijaksana (QS. al-mumtahianah [60] : 10). Dan barang siapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, Ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain, karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka dan berilah mas kawin mereka menurut yang patut, sedang mereka pun wanita-wanita yang 169

14 memelihara diri bukan pezina dan bukan (pula) wanita-wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya; dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian mereka mengerjakan perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka separuh hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami. (Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi orang-orang yang takut pada kesulitan menjaga diri (dari perbuatan zina) diantaramu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu. Dan Allah Maha Pengamun dan Maha Penyayang (QS. al-nisa [4] : 25). 2. Hadis-hadis Rasulullah s.a.w :Wanita itu (boleh) dinikahi karena empat hal : (i) karena hartanya; (ii) karena (asal-usul) keturunannya; (iii) karena kecantikannya; (iv) karena agama. Maka hendaklah kamu berpegang teguh (dengan perempuan) yang menurut agama Islam; (jika tidak) akan binasalah kedua tangan-mu (Hadis riwayat muttafaq alaih dari Abi Hurairah r.a); 3. Qa idah Fiqh : Mencegah kemafsadatan lebih didahulukan (diutamakan) dari pada menarik kemaslahatan. MEMPERHATIKAN: 1. Keputusan Fatwa MUI dalam Munas II tahun 1400/1980 tentang Perkawinan Campuran. 2. Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII MUI 2005 : Dengan bertawakkal kepada Allah SWT. MEMUTUSKAN MENETAPKAN : FATWA TENTANG PERKAWINAN BEDA AGAMA 1. Perkawinan beda agama adalah haram dan tidak sah. 2. Perkawinan laki-laki muslim dengan wanita Ahlu Kitab, menurut qaul mu tamad, adalah haram dan tidak sah. Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 22 Jumadil Akhir 1426 H./29 Juli 2005 M. 170

15 Daftar Pustaka Al-Qur an. Ahmad Ibrahim Undang-undang keluarga Islam di Malaysia. Kuala Lumpur: Malayan Law Journal Sdn Bhd. Al-Jabry, c Abdul Muta c al Muhammad Perkawinan Antar Agama suatu Dilema. Terj. M. Azhari Hatim. Surabaya: Risalah Gusti. Al-Imam Muslim Terjemahan Hadis Sahih Muslim, Terj. Ma mur Daud, Selangor-Malaysia: Klang Book Centre. Asmin Status Perkawinan Antar Agama. Jakarta: Dian Rakyat. Fuad M. Fachruddin Kawin Antar Agama. Jakarta: Kalam Mulia. Ichtiyanto Perkawinan Campuran Dalam Negara Republik Indonesia. Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI O.S. Eoh Perkawinan Antar Agama Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Srigunting Raja Grafindo Persada. Rusli dan R. Tama Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya, Jakarta: Bulan Bintang. UNDANG UNDANG Akta Undang Undang Keluarga Islam (Wilayah wilayah Persekutuan) 1984 (303) Enakmen Keluarga Islam Kelantan 1983 Undang Undang No. 1 Tahun 1974 MAJALAH Sinar No. 8 Tahun I, Tanggal 17 Januari

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia di dunia ini yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik antara satu dengan

Lebih terperinci

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA Pertanyaan Dari: Hamba Allah, di Jawa Tengah, nama dan alamat diketahui redaksi (Disidangkan pada hari Jum at, 20 Syakban 1432 H / 22 Juli 2011 M) Pertanyaan:

Lebih terperinci

Mam MAKALAH ISLAM. Pernikahan Beda Agama Perspektif Undang-Undang Perkawinan

Mam MAKALAH ISLAM. Pernikahan Beda Agama Perspektif Undang-Undang Perkawinan Mam MAKALAH ISLAM Pernikahan Beda Agama Perspektif Undang-Undang Perkawinan 20 Oktober 2014 Makalah Islam Pernikahan Beda Agama Perspektif Undang-Undang Perkawinan H. Anwar Saadi (Kepala Subdit Kepenghuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia diciptakan oleh sang kholiq untuk memiliki hasrat dan keinginan untuk melangsungkan perkawinan. Sebagaimana

Lebih terperinci

Munakahat ZULKIFLI, MA

Munakahat ZULKIFLI, MA Munakahat ZULKIFLI, MA Perkawinan atau Pernikahan Menikah adalah salah satu perintah dalam agama. Salah satunya dijelaskan dalam surat An Nuur ayat 32 : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

Oleh : TIM DOSEN SPAI

Oleh : TIM DOSEN SPAI Oleh : TIM DOSEN SPAI Syarat Pernikahan Adanya persetujuan kedua calon mempelai Adanya izin dari orang tua bagi calon mempelai yang belum berumur 21 tahun Antara kedua calon tidak ada hubungan darah Calon

Lebih terperinci

PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Oleh Dr. ABDUL MAJID Harian Pikiran Rakyat

PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Oleh Dr. ABDUL MAJID Harian Pikiran Rakyat PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Oleh Dr. ABDUL MAJID Harian Pikiran Rakyat 09-04-05 PERNIKAHAN bernuansa keragaman ini banyak terjadi dan kita jumpai di dalam kehidupan bermasyarakat. Mungkin

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh seorang pria dengan seorang wanita, yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda antara

Lebih terperinci

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6 BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupannya dalam semua hal, termasuk dalam pengembangbiakan

Lebih terperinci

??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????? Nikah Beda Agama Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Pertanyaan Dari: Ny. Fiametta di Bengkulu (disidangkan pada Jum at 25 Zulhijjah 1428 H / 4 Januari 2008 M dan 9 Muharram 1429 H /

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna pernikahan berbeda-beda, tetapi praktekprakteknya pernikahan

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 13 Tahun 2011 Tentang HUKUM ZAKAT ATAS HARTA HARAM

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 13 Tahun 2011 Tentang HUKUM ZAKAT ATAS HARTA HARAM FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 13 Tahun 2011 Tentang HUKUM ZAKAT ATAS HARTA HARAM Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa seiring dengan pesatnya sosialisasi kewajiban

Lebih terperinci

MENTELU DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN LAMONGAN

MENTELU DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH MENTELU DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN LAMONGAN KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR A. Analisis Hukum Islam Terhadap Alasan Larangan Nikah

Lebih terperinci

STATUS ANAK HASIL PERKAWINAN BEDA AGAMA YANG DILAKUKAN DI LUAR NEGERI

STATUS ANAK HASIL PERKAWINAN BEDA AGAMA YANG DILAKUKAN DI LUAR NEGERI STATUS ANAK HASIL PERKAWINAN BEDA AGAMA YANG DILAKUKAN DI LUAR NEGERI Oleh: Jamiliya Susantin FAI Syari ah Universitas Islam Madura (UIM) Pamekasan Email: Susantin_j@gmail.com Abstrak Bukan masalah baru

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : 3. Membiasakan perilaku terpuji.

Standar Kompetensi : 3. Membiasakan perilaku terpuji. Standar Kompetensi : 3. Membiasakan perilaku terpuji. Kompetensi Dasar: 3.1. Menjelaskan pengertian adil, perintah berbuat adil, dan pentingnya berbuat adil 3.2. Menjelaskan pengertian ridha, perintah

Lebih terperinci

JODOH DALAM PANDANGAN ISLAM http://sav3-prabandari.blog.friendster.com/2007/06/jodoh-dalam-pandangan-islam/ Allah swt berfirman dalam QS : Ar Ruum : 21 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia

Lebih terperinci

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed TAWASSUL Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed Setelah kita mengetahui bahaya kesyirikan yang sangat besar di dunia dan akhirat, kita perlu mengetahui secara rinci bentuk-bentuk kesyirikan yang banyak terjadi

Lebih terperinci

MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN

MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH ANAK PODO MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Tradisi Larangan Nikah Anak Podo Mbarep Masyarakat desa

Lebih terperinci

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

PERSATUAN DAN KERUKUNAN PERSATUAN DAN KERUKUNAN PENGERTIAN PERSATUAN DAN KESATUAN A. PERSATUAN Dari segi bahasa persatuan berarti gabungan, ikatan atau kumpulan. Sedangkan menurut istilah persatuan adalah kumpulan individu manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Perkawinan Beda Agama Menurut Agama Islam. Berdasarkan ajaran Islam, deskripsi kehidupan suami-istri yang tentram

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Perkawinan Beda Agama Menurut Agama Islam. Berdasarkan ajaran Islam, deskripsi kehidupan suami-istri yang tentram BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkawinan Beda Agama Menurut Agama Islam. Berdasarkan ajaran Islam, deskripsi kehidupan suami-istri yang tentram akan dapat terwujud, bila suami dan istri memiliki keyakinan agama

Lebih terperinci

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H Status Perkawinan Orang Murtad (Studi Komparatif Mazhab Syafi'i dan KHI) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Fakultas Syari'ah/Jurusan Ahwal Asy-Syakhsiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan perkawinan adalah hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan bukan saja terjadi di kalangan manusia,

Lebih terperinci

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain Oleh: Muhsin Hariyanto AL-BAIHAQI, dalam kitab Syu ab al-îmân, mengutip hadis Nabi s.a.w. yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Amr ibn al- Ash: Ridha Allah bergantung

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa dalam Islam, pernikahan adalah merupakan bentuk ibadah yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM 62 BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM CUKUP UMUR DI DESA BARENG KEC. SEKAR KAB. BOJONEGORO Perkawinan merupakan suatu hal

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akhlak Sosial Islam Dr. Achmad Jamil, M.Si Program Studi S1 Manajemen Akhlak Sosial Islami Terkait dengan hidup sosial bersama orang lain,

Lebih terperinci

LAMPIRAN TERJEMAH. No Bab Surah/Hadis Terjemah. 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan

LAMPIRAN TERJEMAH. No Bab Surah/Hadis Terjemah. 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan LAMPIRAN TERJEMAH No Bab Surah/Hadis Terjemah 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya kub. (Ibrahim berkata): Hai anakanakku! Sesungguhnya

Lebih terperinci

LAMPIRAN TERJEMAHAN AYAT AL-QUR AN

LAMPIRAN TERJEMAHAN AYAT AL-QUR AN LAMPIRAN TERJEMAHAN AYAT AL-QUR AN Halaman 2 Halaman 4 : dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi

Lebih terperinci

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG A. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim Pengadilan Agama Malang dalam Penolakan Izin Poligami

Lebih terperinci

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Bagaimana Kita Merespon Perintah Puasa

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Bagaimana Kita Merespon Perintah Puasa www.bersamadakwah.com 1 Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah Saat kita menunggu tamu istimewa datang, ada perasaan berharap untuk segera mendapatkan kepastian kedatangannya. Anggaplah ia pejabat, sahabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis kelamin yang berlainan seorang wanita dan seorang laki-laki, ada rasa saling tertarik antara satu sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MAQASHID AL-SYARIAH DALAM HUKUM PERKAWINAN. Maqashid Syariah adalah tujuan Allah dan Rasul-Nya dalam merumuskan

BAB II TINJAUAN UMUM MAQASHID AL-SYARIAH DALAM HUKUM PERKAWINAN. Maqashid Syariah adalah tujuan Allah dan Rasul-Nya dalam merumuskan BAB II TINJAUAN UMUM MAQASHID AL-SYARIAH DALAM HUKUM PERKAWINAN A. Maqashid Syariah Maqashid Syariah adalah tujuan Allah dan Rasul-Nya dalam merumuskan hukum-hukum Islam. Tujuan itu dapat ditelusuri dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia. 1 Dalam surat Adz-Dzariyat ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah salah satu mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna, manusia sendiri diciptakan berpasang-pasangan. Setiap manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poligami memiliki akar sejarah yang panjang dalam perjalanan peradaban manusia, poligami merupakan permasalahan dalam perkawinan yang paling banyak diperdebatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK A. Analisis Terhadap Prosedur Pernikahan Wanita Hamil di Luar Nikah di Kantor Urusan Agama

Lebih terperinci

"PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR"

PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR "PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR" Saya menyeru agar kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-nya dan meninggalkan segala larangan-nya. Kepimpinan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW BAB I PENDAHULUAN Allah SWT menciptakan manusia terdiri dari dua jenis, pria dan wanita. dengan kodrat jasmani dan bobot kejiwaan yang relatif berbeda yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling

Lebih terperinci

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, Pendahuluan Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. Di dalam agama islam sendiri perkawinan merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw, dimana bagi setiap umatnya dituntut untuk mengikutinya.

Lebih terperinci

Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189)

Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189) Kitab Hudud 1. Hudud pencurian dan nisabnya Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189) Hadis

Lebih terperinci

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM A. Hal-Hal Yang Melatarbelakangi Paradigma Sekufu di dalam Keluarga Mas Kata kufu atau kafa ah dalam perkawinan mengandung arti

Lebih terperinci

HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Pertanyaan:

HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Pertanyaan: HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi Pertanyaan: Sebagaimana diketahui, bahwa seorang Muslim tidak boleh malu untuk menanyakan apa saja yang berkaitan dengan hukum agama, baik yang bersifat

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 1 2 TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penelitian di Pengadilan Agama Kota Gorontalo) Nurul Afry Djakaria

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET)

KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET) KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET) SEJARAH NABI MUHAMMAD DI MAKKAH BACA DI BUKU PAKET HALAMAN 109 126 (lebih lengkap)

Lebih terperinci

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Di antaranya pemahaman tersebut adalah: MENYOAL PEMAHAMAN ATAS KONSEP RAHMATAN LI AL- ÂLAMÎN Kata Rahmatan li al- Âlamîn memang ada dalam al-quran. Namun permasalahan akan muncul ketika orang-orang menafsirkan makna Rahmatan li al- Âlamîn secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA A. Pengertian Perkawinan Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan nomor 1 Tahun 1974. Pengertian perkawinan menurut Pasal

Lebih terperinci

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis implementasi Hukum Islam terhadap ahli waris non-muslim dalam putusan hakim di Pengadilan Agama

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Tentang Kriteria Memilih Calon Menantu di Kalangan Warga. Muhammadiyah Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya

BAB IV. A. Analisis Tentang Kriteria Memilih Calon Menantu di Kalangan Warga. Muhammadiyah Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KRITERIA MEMILIH CALON MENANTU DI KALANGAN WARGA MUHAMMADIYAH KELURAHAN SEMOLOWARU KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA. A. Analisis Tentang Kriteria Memilih Calon Menantu

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji.

Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji. Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji. Kompetensi Dasar: 4.1 Menjelaskan pengertian persatuan dan maksud persatuan umat Islam 4.2 Menjelaskan pengertian dan maksud kerukunan antar umat beragama

Lebih terperinci

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM HADIS - SUNNAH Etimologis: Hadis : perkataan atau berita. Sunnah : jalan yang dilalui atau tradisi yang dilakukan. Sunnah Nabi: jalan hidup Nabi. Terminologis Hadis:

Lebih terperinci

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH Ust. H. Ahmad Yani, MA Kondisi Manusia Menghadapi Musibah Setiap manusia di Dunia ini pasti pernah melewati masa-masa ujian dari Allah SWT. Beragam ujian yang dialami manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) Majelis Ulama Indonesia, setelah MENIMBANG :

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi

BAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi BAB III KERANGKA TEORITIS Menurut Soekandar Wiriaatmaja, tradisi pernikahan merupakan suatu yang dibiasakan sehingga dapat dijadikan peraturan yang mengatur tata pergaulan hidup didalam masyarakat dan

Lebih terperinci

RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH

RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH BAB IV KOMPARASI KONSEP HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA DALAM STUDI RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH A. Persamaan Konsep Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia Tentang

Lebih terperinci

NOMOR : U-287 TAHUN Bismillahirohmanirohimi. Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, setelah : MENIMBANG :

NOMOR : U-287 TAHUN Bismillahirohmanirohimi. Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, setelah : MENIMBANG : NOMOR : U-287 TAHUN 2001 Bismillahirohmanirohimi Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, setelah : MENIMBANG : 1. Bahwa pornografi dan pornoaksi serta hal-hal lain yang sejenis akhir-akhir ini semakin merebak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan Syariat Islam telah menjadikan pernikahan menjadi salah

Lebih terperinci

REVIEW. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK. Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

REVIEW. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK. Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI REVIEW Modul ke: Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK Fakultas EKONOMI Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Akhlak Sosial Islami Manusia sejak

Lebih terperinci

*** Tunaikanlah Amanah

*** Tunaikanlah Amanah Tunaikanlah Amanah Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan

Lebih terperinci

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki Perkawinan atau pernikahan merupakan institusi yang istimewa dalam Islam. Di samping merupakan bagian dari syariah Islam, perkawinan memiliki hikmah

Lebih terperinci

3 Wasiat Agung Rasulullah

3 Wasiat Agung Rasulullah 3 Wasiat Agung Rasulullah Dalam keseharian kita, tidak disangsikan lagi, kita adalah orang-orang yang senantiasa berbuat dosa menzalimi diri kita sendiri, melanggar perintah Allah atau meninggalkan kewajiban

Lebih terperinci

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN KEISLAMAN

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN KEISLAMAN HAL-HAL YANG MEMBATALKAN KEISLAMAN نو قض لا سلا ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ عبد لعزيز بن عبد الله بن با Penerjemah: Abu Azka Faridy ترمجة: بو ىك فريد Murajaah: Muh. Mu inudinillah Muhammadun Abdul

Lebih terperinci

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab MATAN Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab C MATAN AS-SITTATUL USHUL Z. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Termasuk perkara yang sangat menakjubkan dan tanda yang

Lebih terperinci

DAFTAR TERJEMAH. Alquran No Halaman Bab Terjemah 1

DAFTAR TERJEMAH. Alquran No Halaman Bab Terjemah 1 DAFTAR TERJEMAH Alquran No Halaman Bab Terjemah 1 2 1 Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA 54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

GERAKAN PEMURTADAN & PENGHANCURAN ISLAM

GERAKAN PEMURTADAN & PENGHANCURAN ISLAM GERAKAN PEMURTADAN & PENGHANCURAN ISLAM SERIAL KAJIAN ULIL ALBAAB No. 23 By : Tri Hidayanda 1 orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti jalan mereka. Katakanlah:

Lebih terperinci

Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak (Riwayat Muslim)

Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak (Riwayat Muslim) BILA CINTA BERTEPUK SEBELAH TANGAN Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad J ), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha

Lebih terperinci

"SABAR ANUGERAH TERINDAH"

SABAR ANUGERAH TERINDAH "SABAR ANUGERAH TERINDAH" Marilah kita bertaqwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benar taqwa, mengamalkan syariat di segenap sudut kehidupan di samping melaksanakan segala tuntutan perintah Allah dan menghindari

Lebih terperinci

Keutamaan Kalimat Tauhid dan Syarat-Syaratnya

Keutamaan Kalimat Tauhid dan Syarat-Syaratnya Keutamaan Kalimat Tauhid dan Syarat-Syaratnya Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah 1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah hidupnya karena keturunan dan perkembangbiakan

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pembiayaan Multijasa Kontribusi dari Administrator Thursday, 18 May 2006 Terakhir kali diperbaharui Thursday, 18 May 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FATWA MUI NOMOR: 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 DAN PEMIKIRAN QURAISH SHIHAB TENTANG PERKAWINAN BEDA AGAMA

BAB IV ANALISIS FATWA MUI NOMOR: 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 DAN PEMIKIRAN QURAISH SHIHAB TENTANG PERKAWINAN BEDA AGAMA BAB IV ANALISIS FATWA MUI NOMOR: 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 DAN PEMIKIRAN QURAISH SHIHAB TENTANG PERKAWINAN BEDA AGAMA Islam telah menjelaskan bahwa perkawinan adalah suatu ikatan perjanjian antara wanita

Lebih terperinci

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

Kewajiban Menunaikan Amanah

Kewajiban Menunaikan Amanah Kewajiban Menunaikan Amanah Khutbah Jumat ini menerangkan tentang wajibnya menunaikan amanah yang telah dibebankan kepada kita serta ancaman bagi orang-orang menyia-nyiakan amanah, sebagaimana yang telah

Lebih terperinci

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

Disebarluaskan melalui: website:    TIDAK untuk tujuan KOMERSIL Judul : Cinta Rasul Penyusun : Ummu Abdillah al-buthoniyah Layout : MRM Graph Disebarluaskan melalui: website: e-mail: redaksi@raudhatulmuhibbin.org TIDAK untuk tujuan KOMERSIL Nabi Muhammad shallallahu

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PEMBERIAN IZIN POLIGAMI TANPA ADANYA SYARAT ALTERNATIF PADA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KOTA MALANG NO. 913/Pdt.P/2003/PA.Mlg A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang

Lebih terperinci

KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTERI

KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTERI Lembaran Da wah Nurul ISSN: 2086-0706 KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTERI (Hak Isteri Atas Suami) Ust. Kamalludin, SE ABSTRAK Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan

Lebih terperinci

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI BAB IV ANALISIS TERHADAP PANDANGAN IMAM SYAFI I DAN SYI> AH IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI PEWARIS NON MUSLIM A. Persamaan Pandangan Imam Syafi i dan Syi> ah Ima>miyah tentang Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga kaya akan kebudayaan. Dengan latar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga kaya akan kebudayaan. Dengan latar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya. Tidak hanya kaya akan sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga kaya akan kebudayaan. Dengan latar belakang sejarah,

Lebih terperinci

Majlis Ugama Islam Singapura Khutbah Jumaat 17 April 2015 / 27 Jamadilakhir 1436 Memahami Hikmah Dalam Pengamalan Agama

Majlis Ugama Islam Singapura Khutbah Jumaat 17 April 2015 / 27 Jamadilakhir 1436 Memahami Hikmah Dalam Pengamalan Agama Majlis Ugama Islam Singapura Khutbah Jumaat 17 April 2015 / 27 Jamadilakhir 1436 Memahami Hikmah Dalam Pengamalan Agama Sidang Jumaat yang dirahmati Allah sekalian, Marilah kita bertakwa kepada Allah s.w.t.

Lebih terperinci

Adab-Adab Kepada Non muslim

Adab-Adab Kepada Non muslim Adab-Adab Kepada Non muslim Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM IZIN POLIGAMI DALAM PUTUSAN MAJELIS HAKIM DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO NO. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda A. Analisis Yuridis Pertimbangan Dan Dasar

Lebih terperinci

Dosa Memutuskan Hubungan Kekeluargaan

Dosa Memutuskan Hubungan Kekeluargaan Dosa Memutuskan Hubungan Kekeluargaan Khutbah Pertama:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????: (????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????)???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul Kedudukan agama dalam kehidupan masyarakat maupun kehidupan pribadi sebagai makhluk Tuhan merupakan unsur yang terpenting, yang

Lebih terperinci

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Waris Tanpa Anak WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Pertanyaan: Kami lima orang bersaudara: 4 orang laki-laki

Lebih terperinci

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

MENGHAYATI PERAN ISTRI

MENGHAYATI PERAN ISTRI MENGHAYATI PERAN ISTRI Perhiasan yang paling indah Bagi seorang abdi Allah Itulah ia wanita shalehah Ia menghiasi dunia.. --------------------------------------------------------------------- Ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, adat istiadat serta tradisi. Jika dilihat, setiap daerah memiliki kebudayaan dan tradisinya masing-masing.

Lebih terperinci

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( ) Kelompok 5 1. Azizatul Mar ati (14144600200) 2. Nur Ihsani Rahmawati (14144600186) 3. Nurul Fitria Febrianti (14144600175) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

FATWA MAJLIS ULAMA INDONESIA Tentang Perayaan Natal Bersama

FATWA MAJLIS ULAMA INDONESIA Tentang Perayaan Natal Bersama FATWA MAJLIS ULAMA INDONESIA Tentang Perayaan Natal Bersama Menimbang: 1) Ummat Islam perlu mendapat petunjuk yang jelas tentang Perayaan Natal Bersama. 2) Ummat islam agar tidak mencampur-adukkan Aqidah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy- BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy- Syafi i telah diuraikan dalam bab-bab yang lalu. Dari uraian tersebut telah jelas mengungkapkan

Lebih terperinci

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi) Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON A. Analisis Hukum Islam terhadap Alasan KUA Melaksanakan Pernikahan dengan Menggunakan Taukil Wali Nikah via Telepon Setelah mengetahui

Lebih terperinci

Pentingnya Menyambung Silaturahmi

Pentingnya Menyambung Silaturahmi Pentingnya Menyambung Silaturahmi Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:??????????????????????????????????:???????????????????????

Lebih terperinci