PENERAPAN PELATIHAN SIAGA BENCANA DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN KOMUNITAS SMA NEGERI 5 BANDA ACEH
|
|
- Yuliani Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ISSN Pages pp PENERAPAN PELATIHAN SIAGA BENCANA DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN KOMUNITAS SMA NEGERI 5 BANDA ACEH Ramli Daud 1, Sri Adellia Sari 2, Sri Milfayetty 3, M. Dirhamsyah 4 1, 2, 3, 4) Magister Ilmu Kebencanaan Program Abstract: A major contributor to many victims of the earthquake is the lack of public knowledge about disasters and their readiness in anticipation of disaster. School is one of the sciences of transformation media are most effective in absorbing and applying knowledge of disaster preparedness by using appropriate methods and correct. Therefore, the purpose of this study is: 1 ) get a model of disaster preparedness training to improve the knowledge, attitudes, and action of community SMAN 5 Banda Aceh, and 2 ) obtain data on the effectiveness of the training model of the earthquake disaster alert to the increased preparedness of community SMAN 5 Banda Aceh. This research is Classroom Action Research (CAR) conducted in two cycles is descriptive qualitative. Subjects in the first cycle were 30 and totaled 26 in the second cycle, consisting of principals, teachers, students, security guards, cafeteria guard, and guard the school. Data collected by means of observation before and during training to support training in the form of field notes, questionnaire responses to determine aspects of knowledge, attitudes and actions as well as community response to training, and documentation in the form of photos and videos as training supporting data. Results of first cycle studies, the percentage of the average knowledge of the school community was 75%, while in the second cycle increased by 21. 5%. In addition, increased 20. 2% in the second cycle occurs on average percentage for the school community preparedness measures be 97. 1%, and 85. 2% increase from the first cycle to 97. 1% in the second cycle of the average percentage of the attitude of the school community. The increase also occurred in response to the community emergency response training earthquake as a whole is equal to 4. 8% from 79. 1% to 83. 9% in the second cycle. The results of this study concluded that the disaster preparedness training with direct practice model mimics the action of such an earthquake could improve preparedness of community SMAN 5 Banda Aceh with increased knowledge about the earthquake, more appropriate attitudes to earthquakes as well as the more appropriate action in the face of an earthquake. Keywords: training, knowledge, attitudes, actionspreparedness, earthquake Abstrak: Faktor utama timbulnya banyak korban akibat bencana gempa bumi adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bencana dan kesiapan mereka dalam mengantisipasi bencana. Sekolah merupakan salah satu media transformasi ilmu pengetahuan yang paling efektif dalam menyerap dan mengaplikasikan pengetahuan kesiapan menghadapi bencana dengan menggunakan metode yang tepat dan benar. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah: 1) mendapatkan model pelatihan siaga bencana untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan komunitas SMAN 5 Banda Aceh, dan 2) mendapatkan data tentang keefektifan model pelatihan siaga bencana gempa terhadap peningkatan kesiapsiagaan komunitas SMAN 5 Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus yang bersifat deskriptif kualitatif. Subjek pada siklus I berjumlah 30 orang dan siklus II berjumlah 26 orang, yang terdiri dari kepala sekolah, guru, siswa, satpam, penjaga kantin, dan penjaga sekolah. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi sebelum dan selama pelatihan untuk mendukung pelatihan berupa catatan lapangan, angket respon untuk mengetahui aspek pengetahuan, sikap dan tindakan serta respon komunitas terhadap pelatihan, dan dokumentasi berupa foto dan video sebagai data pendukung pelatihan. Hasil penelitian siklus I, persentase rata-rata pengetahuan komunitas sekolah adalah 75%, sedangkan pada siklus II mengalami Volume 1, No. 1, Agustus
2 peningkatan sebesar 21. 5%. Selain itu, peningkatan 20. 2% siklus II terjadi pada persentase rata-rata untuk tindakan kesiapsiagaan komunitas sekolah menjadi 97. 1%, dan peningkatan dari 85. 2% siklus I menjadi 97. 1% siklus II pada persentase rata-rata sikap komunitas sekolah. Peningkatan juga terjadi pada respon komunitas terhadap pelatihan tanggap darurat bencana gempa bumi yang secara keseluruhan yaitu sebesar 4. 8% dari 79. 1% menjadi 83. 9% pada siklus II. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pelatihan siaga bencana dengan model praktik langsung meniru tindakan seperti saat terjadi gempa dapat meningkatkan kesiapsiagaan komunitas SMAN 5 Banda Aceh dengan bertambahnya pengetahuan tentang gempa bumi, sikap yang lebih tepat terhadap gempa bumi serta tindakan yang lebih sesuai dalam menghadapi gempa bumi. Kata kunci: pelatihan, pengetahuan, sikap, tindakankesiapsiagaan, gempabumi Bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi tanggal 26 Desember 2004 di Aceh menyebabkan kerusakan berbagai fasilitas, kehilangan harta benda serta banyaknya korban jiwa yaitu sebanyak jiwa meninggal, jiwa hilang, sekitar jiwa menderita luka berat dan ringan. Kebanyakan korban jiwa adalah anak-anak dan usia lanjut. Hal ini disebabkan karena usia tersebut merupakan usia yang paling rentan terhadap risiko menjadi korban dalam suatu bencana(iskandar, 2010). Salah satu faktor utama penyebab timbulnya banyak korban akibat bencana seperti gempa bumi adalah karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bencana dan kesiapan mereka dalam mengantisipasi bencana tersebut. Selain itu, adanya korban dikarena kan tertimpa reruntuhan akibat bangunan yang roboh. Diantara korban jiwa tersebut, paling banyak adalah wanita dan anak-anak. Oleh karena itu, mempersiapkan pengetahuan tentang kebencanaan sejak dini kepada masyarakat yang rentan bencana serta kesiapsiagaannya adalah sangat penting untuk menghindari atau memperkecil risiko menjadi korban. Pelatihan siaga bencana perlu dikembangkan mulai tingkat pendidikan dasar untuk membangun budaya keselamatan dan ketahanan khususnya untuk anak-anak dan generasi muda. Belajar dari pengalaman tentang banyak-nya kejadian bencana alam dan berbagai bahaya yang terjadi di Indonesia, maka pelatihan tersebut sangat diperlukan yang mencakup tentang cara yang tepat untuk menyelamatkan diri saat bencana terjadi dan juga cara menghindari kecelakaan yang seharusnya tidak perlu terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi di SMAN 5 Banda Aceh pada bulan April tahun 2013 menunjukkan bahwa tidak tampak adanya hubungan yang baik antara materi pembelajaran tentang bencana gempa pada pelajaran geografi dengan praktek atau simulasinya. Pembelajaran hanya bersifat penyampaian materi, karena biasanya yang digunakan adalah model pembelajaran konvensional, yaitu model pembelajaran yang berpusat pada pendidik Volume 1, No. 1, Agustus 2014
3 Mengingat perlunya suatu upaya pengurangan risiko bencana dan dengan keterbatasan sekolah dalam menerapkan nya, maka perlu dilakukan penelitian: Penerapan Pelatihan Siaga Bencana dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Komunitas SMA Negeri 5 Banda Aceh. KAJIAN KEPUSTAKAAN Bencana Bencana menurut UU Nomor 24 Tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Sedangkan menurut ISDR, (2004) bencana (disaster) adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu komunitas atau masyarakat yang mengakibatkan kerugian manusia, materi, ekonomi, atau lingkungan yang meluas yang melampaui kemampuan komunitas atau masyarakat yang terkena dampak untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri. Menurut Saptadi dan Djamal, (2012) Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bencana merupakan peristiwa yang merugikan kehidupan manusia yang disebabkan oleh factor alam atau pun factor dari manusia itu sendiri. Kesiapsiagaan Bruner dan Lewis, (2006) menyatakan bahwa kesiapan psikologis menghadapi bencana dapat diberikan secara multilevel, pada tingkat sekolah dan pada tingkat kelas. Dengan demikian, siswa dan komunitas sekolah mempunyai kemampuan dan kepedulian terhadap diri sendiri dalam menghadapi bencana maupun dalam membantu orang lain. Berdasarkan pendapat Trianto, (2010) dan Bruner dan Lewis, (2006) dapat dikemukakan bahwa kesiapsiagaan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitif anak, dimana anak mengembangkan proses pikirannya sehingga timbul inisiatif dalam melakukan keterampilan yang diajarkan dan perkembangan psikologisnya sehingga anak mampu mengantisipasi, mengidenti-fikasi dan bisa mengendalikan diri terhadap tindakan yang seharusnya dilakukan untuk menjadi siaga pada saat terjadinya bencana serta meningkatkan kepedulian terhadap sesama dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan menurut Carter, (1991) adalah tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi, masyarakat, komunitas, dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Volume 1, No. 1, Agustus
4 Selain itu, definisi lain menurut ADRRN, (2009) kesiapsiagaan bencana adalah pengetahuan dan kapasitas yang dikembangkan oleh pemerintah, lembaga-lembaga profesional dalam bidang respons dan pemulihan, serta masyarakat dan perorangan dalam mengantisipasi, merespons dan pulih secara efektif dari dampak-dampak peristiwa atau kondisi ancaman bahaya yang mungkin ada, akan segera ada atau saat ini ada. Beberapa tindakan yang termasuk dalam tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana penanggulangan bencana, pemeliharan dan pelatihan personil. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saptadi dan Djamal, (2012) disimpulkan bahwa Pelatihan kesiapsiagaan dan kewaspadaan penanggulangan bencana kepada masyarakat setempat membuat warga lebih peduli akan wilayahnya. Penelitian tentang kesiapsiagaan juga dilakukan di kecamatan Teluk Dalam oleh Nugroho, (2007) dengan kesimpulan bahwa kesiapsiagaan masyarakat termasuk kategori hampir siap, dengan posisi pada tingkatan ketiga kesiapsiagaan menghadapi bencana di bawah kategori sangat siap, dan siap. Individu/rumah tangga berada pada tingkat siap, sedangkan aparat pemerintah dan komunitas sekolah pada tingkat kurang siap. Hasil dari penelitian yang dilakukan Khairuddin, dkk., (2012) menyimpulkan bahwa Kesiapsiagaan masyarakat sekolah dalam mengurangi resiko bencana masih pada taraf mengetahui tindakan-tindakan penyelamatan, namun mereka belum memiliki ketrampilan tindakan kesiapsiagaan. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Herdwiyanti dan Sudaryono, (2013) bahwa terdapat perbedaan effect size yang kecil terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana ditinjau dari tingkat self-efficacy pada anak usia sekolah dasar di daerah dampak bencana. Pelatihan Sumantri, (2000) mengartikan pelatihan sebagai: proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir. Para peserta pelatihan akan mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu. Ivancevich, (2008) menyatakan pelatihan sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera. Lebih lanjut Ivancevich juga menegaskan bahwa pelatihan (training) adalah sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pelatihan adalah proses pendidikan dalam usaha meningkatkan kualitas dan kompetensi peserta pelatihan untuk masa sekarang dan akan datang, serta dilaksanakan dalam jangka pendek dengan cara praktis dan sistematis Volume 1, No. 1, Agustus 2014
5 Menurut hasil penelitian yang dilakukan Khairuddin, dkk., (2011) bahwa Pelatihan kebencanaan yang pernah diberikan disekolah sampel di Calang adalah pelatihan PRB yang dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia (PMI). Sedangkan di sekolah sampel di Pidie Jayadan Aceh Tengah belum pernah dilaksanakan pelatihan PRB. Sedangkan hasil penelitian Pribadi dan yuliawati, (2009) bahwa siswa yang memperoleh pendidikan siaga bencana gempa bumi memiliki peningkatan pengetahuan mengenai fenomena gempa bumi, tindakan mitigasi dan tanggap darurat. Selain itu, mereka memiliki persepsi realistik terhadap kemungkinan terjadinya bahaya dan berperan aktif dalam diseminasi informasi pengurangan risiko bencana di rumahnya. Dalam penelitian ini, pelatihan yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang dilakukan selama tiga kali pertemuan dengan prosedur yang sistematis dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan kesiapsiagaan peserta pelatihan dalam menghadapi bencana gempa bumi, serta mampu meningkatkan kompetensi individu untuk menghadapi dan meningkatkan kinerjanya saat ini dan mendatang sehingga tujuannya dapat tercapai. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitiannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tahapan pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini mengikuti kerangka PTK, yaitu: 1) Perencanaan, merencanakan tindakan apa yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi, 2) Pelaksanaan, usaha yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan, 3) Pengamatan, mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa, dan 4) Refleksi, mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh komunitas SMAN 5 Banda Aceh yang terdiri dari kepala sekolah, guru, siswa, penjaga sekolah/pesuruh, satpam, dan penjaga kantin. Sedangkan sampelnya melibatkan sebagian dari komunitas sekolah yang berjumlah 30 orang pada siklus I dan siklus II berjumlah 26 orang dengan beberapa komunitas berbeda pada kedua siklus. Penelitian siklus I pada bulan April 2013 sedangkan siklus II bulan Agustus Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: 1) Lembar kuesioner tentang pengetahuan kebencanaan, sikap, dan tindakan kesiapsiagaan, serta respon untuk mengetahui respon komunitas sekolah terhadap pelatihan yang dilaksanakan, 2) lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data pendukung terkait dengan kesiapsiagaan komunitas sekolah dalam menghadapi bencana, dan 3) dokumentasi berupa video pelatihan, RPP, dan data pendukung lainnya. Volume 1, No. 1, Agustus
6 Persentase Jawaban Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) Teknik analisa data yang digunakan mengikuti teknik analisa data kualitatif (Moleong, 2007), yaitu: 1) menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber (wawancara, pengamatan, gambar, video dan sebagainnya), 2) mengadakan reduksi data dengan cara abstraksi (membuat rangkuman serta pernyataan yang tetap berada di dalam penelitian), 3) dipilih data yang diperlukan dan dikelompokkan berdasarkan informasi yang telah disusun, dan 4) mengadakan pemeriksaan keabsahan data sebelum menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Sedangkan data penelitian dalam bentuk kuantitatif dari hasil kuesioner responden dianalisis menggunakan rumus persentase (Sugiyono, 2013), yaitu: Keterangan: P = f x 100%. (1) N P n = Persentase keberhasilan faktor-faktor f N pendukung (n=1: pengetahuan, n=2 : sikap, n=3 : tindakan kesiapsiagaan) = jumlah skor yang diperoleh setiap faktor = jumlah skor maksimum setiap faktor HASIL DAN PEMBAHASAN Pengetahuan Kebencanaan Komunitas Sekolah Secara umum aspek pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana gempa bumi, pengetahuan komunitas sekolah sudah sangat bagus. Hal ini didapat dari rata-rata yang menjawab tepat untuk setiap pertanyaannya meningkat dari 75% menjadi 96. 5% pada siklus II. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kebencanaan setiap komunitas sudah sangat baik sehingga diharapkan dapat mengurangi risiko yang terjadi ketika bencana gempa bumi. Untuk perbandingan persentase jawaban setiap komunitas sekolah dapat dilihat pada Gambar Gambar 1. Perbandingan pengetahuan komunitas sekolah siklus I dan II Hal yang sama juga terjadi pada hasil penelitian yang dilakukan Pribadi dan yuliawati, (2009) bahwa terdapat peningkatan pengetahuan baik untuk siswa maupun orang tua siswa setelah diberikan materi pendidikan siaga bencana. Perbedaannya, dalam penelitian ini tidak dilibatkan orang tua dari siswa. Sikap Komunitas Sekolah Menghadapi Bencana 0 Pengetahuan dan sikap tidak dapat dipisahkan. Kedua hal tersebut saling berhubungan, dengan adanya pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana gempa bumi maka akan mempengaruhi sikap seseorang saat 31 - Volume 1, No. 1, Agustus 2014
7 Persentase Jawaban Persentase Jawaban Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) terjadi bencana. Selain itu, sikap yang didasarkan pada pengetahuan akan dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang. Untuk aspek sikap menghadapi bencana gempa bumi, dapat dikatakan bahwa secara umum sikap komunitas sekolah sudah sangat tepat dan bagus. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya persentase rata-rata komunitas sekolah 85. 2% dari siklus I menjadi 97. 1% pada siklus II. Perbandingan persentase jawaban setiap komunitas sekolah dapat dilihat pada Gambar utama terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana khususnya gempa bumi. Tindakan Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah Pada aspek tindakan kesiapsiagaan, secara umum responden juga mempunyai penilaian yang tepat pada kedua siklus dan terjadi peningkatan pada siklus II. Hal ini berdasarkan data yang diperoleh dari hasil jawaban komunitas sekolah dengan persentase rata-rata yaitu 97. 1%, meningkat sebesar 20. 2% dari siklus I yaitu 76. 9%. Perbandingan persentase jawaban setiap komunitas sekolah dapat dilihat pada Gambar Gambar 2. Perbandingan sikap komunitas sekolah siklus I dan II Penelitian tentang sikap dalam menghadapi bencana yang dilakukan oleh Lenawida, (2011) menyimpulkan bahwa pengetahuan, sikap, dan dukungan anggota keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi bencana gempa bumi. Hal ini dapat terjadi karena variabel sikap merupakan fakor Gambar 3. Perbandingan tindakan komunitas sekolah siklus I dan II Hal yang berbeda terjadi pada hasil penelitian yang dilakukan Khairuddin, dkk., (2012) bahwa kesiapsiagaan masyarakat sekolah dalam mengurangi resiko bencana masih pada taraf mengetahui tindakan-tindakan penyelamatan, namun mereka belum memiliki ketrampilan tindakan kesiapsiagaan. Volume 1, No. 1, Agustus
8 Sedangkan dalam penelitian ini dengan dilakukan dalam dua siklus, terjadi peningkatan tindakan komunitas sekolah dalam menghadapi bencana. Respon Komunitas Sekolah terhadap Pelatihan Secara umum setiap komunitas sekolah memberikan nilai dan apresiasi yang baik dalam respon. Rata-rata jawabannya merasa senang mengikuti pelatihan dan simulasi yang dilakukan untuk kesiapsiagaan bencana gempa bumi. Sebagian merasa pelatihan yang diikuti merupakan hal yang baru. Dengan mengikuti pelatihan ini, mereka lebih memahami tentang kesiapsiagaan bencana khususnya gempa bumi dan adanya minat untuk mengikuti pelatihan selanjutnya untuk menambah wawasan tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana. Sebaliknya, hasil penelitian oleh Pangesti, (2012) menunjukkan bahwa 99% responden belum mampu mengaplikasikan kesiapan bencana, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan kesiapan dalam menghadapi bencana yang dapat berupa sosialisasi dan evaluasi. 2) Pelatihan siaga bencana gempa bumi dapat meningkatkan kesiap siagaan komunitas SMAN 5 Banda Aceh. 3) Kesiap siagaan bencana gempa bumi meningkat dengan bertambahnya pengetahuan tentang gempa bumi, sikap yang lebih tepat terhadap gempa bumi serta tindakan yang lebih sesuai dalam menghadapi gempa bumi. Saran Saran dalam penelitian ini sehingga dapat meningkatkan kesiapsiagaan komunitas sekolah dalam menghadapi bencana adalah: 1) Memberikan sumbangan pemikiran bagi komunitas sekolah yang mengikuti pelatihan siaga bencana gempa bumi serta meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan kesiapsiagaan mereka dalam menghadapi bencana. 2) Memper kaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan pelatihan untuk komunitas sekolah dalam menghadapi bencana gempa bumi dan dimanfaatkan sebagai tambahan referensi bagi penelitian lebih lanjut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan, yaitu: 1) Pelatihan siaga bencana gempa bumi dapat dilakukan dengan model praktik langsung meniru tindakan seperti saat terjadi gempa ketika sedang berada di sekolah. DAFTAR KEPUSTAKAAN Asian Disaster Reduction Response Network (ADRRN) Terminologi Pengurangan Risiko Bencana. Malaysia. Brunner, J. and Lewis, D Planning for Emergencies. Principal leadership. April ; 8 : p Carter Disaster Management A Disaster Manager s HandBook. National Library of 33 - Volume 1, No. 1, Agustus 2014
9 the Philipines CIP Data. Asian Development Bank. Herdwiyanti, F, dan Sudaryono Perbedaan Kesiapsiagaan Meng-hadapi Bencana Ditinjaudari Tingkat Self-Efficacy pada Anak Usia Sekolah Dasar didaerah Dampak Bencana Gunung Kelud. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial. Volume 2, No. 01, Februari ISDR Living with Risk A Hundred Positive Examples of How People are Making The World Safer. United Nation Publication, Geneva, Switzerland Iskandar, Situasi Kebencanaan Aceh Terkini. Makalah disampaikan pada Workshop Penggalangan Peer Group Peneliti Kebencanaan TDMRC. Unsyiah. Ivancevich, John, M Perilaku dan Manajemen Organisasi, jilid 1 dan 2. Jakarta : Erlangga. Lenawida PengaruhPengetahuan, Sikap, dandukungananggotakeluargaterhadapkes iapsiagaanrumahtanggadalammenghadapi BencanaGempaBumi di DesaDeyah Raya KecamatanSyiah Kuala Kota Banda Aceh. TesisUniversitasNegeri Medan. Moleong, L. J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda. Nugroho, C Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Nias Selatan. MPBI-UNESCO, 2-20 April Pangesti, A. D. H, Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Aplikasi Kesiapan Bencana pada Maha-siswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Tahun Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Pribadi, K. dan Yuliawati, A. K Pendidikan Siaga Bencana Gempa Bumi Sebagai Upaya Meningka-tkan Keselamatan Siswa (Studi Kasus pada SDN Cirateun dan SDN Padasuka 2 Kabupaten Bandung). Jurnal PendidikanTahun 9 Nomor 9, Oktober Saptadi, G. dan Djamal, H Kajian Model Desa Tangguh Bencana dalam Kesiapsiagaan Penanggula-ngan Bencana bersama BPBD D. I Yogyakarta. Jurnal Penanggula-ngan Bencana. Volume 3 Nomor 2, Tahun 2012 hal Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA. Sumantri, S Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Fakultas Psikologi Unpad. Trianto Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Surabaya: Pustaka Ilmu. Undang-Undang No Penanggulangan Bencana Nasional. Departemen Dalam Negeri; Jakarta Volume 1, No. 1, Agustus
PENGEMBANGAN MODUL KESIAPSIAGAAN GEMPA BUMI PADA MATERI GEOGRAFI UNTUK MENINGKATKAN KESIAPSIAGAAN SISWA SMAN 5 BANDA ACEH
ISSN 2355-3324 8 Pages pp. 9-16 PENGEMBANGAN MODUL KESIAPSIAGAAN GEMPA BUMI PADA MATERI GEOGRAFI UNTUK MENINGKATKAN KESIAPSIAGAAN SISWA SMAN 5 BANDA ACEH Fitrissani 1, Sri Adelila Sari 2, Sri Milfayetty
Lebih terperinciJurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 7 Pages pp
ISSN 2355-3324 7 Pages pp. 35-41 PENGARUH PENGINTEGRASIAN MATERI KEBENCANAAN KE DALAM KURIKULUMTERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI PADA SISWA SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH DI BANDA ACEH
Lebih terperinciJurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian
Jurnal Geografi Volume 12 No 2 (214 dari 221) Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG RESIKO BENCANA BANJIR TERHADAP KESIAPSIAGAAN
Lebih terperinciKERENTANAN (VULNERABILITY)
DISASTER TERMS BENCANA (DISASTER) BAHAYA (HAZARD) KERENTANAN (VULNERABILITY) KAPASITAS (CAPACITY) RISIKO (RISK) PENGKAJIAN RISIKO (RISK ASSESSMENT) PENGURANGAN RISIKO BENCANA (DISASTER RISK REDUCTION)
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL E-LEARNING PADA MATERI KEPERAWATAN BENCANA DASAR SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA BANDA ACEH
ISSN 2355-3324 8 Pages pp. 1-8 EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL E-LEARNING PADA MATERI KEPERAWATAN BENCANA DASAR SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA BANDA ACEH Aida Khairunnisa 1, Sri Adelila Sari
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy
Lebih terperinciPENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DAN EFIKASI DIRI TERHADAP PENGETAHUAN DAN TINDAKAN SISWA SMP NEGERI 8 BANDA ACEH DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI
ISSN 355-334 8 Pages pp. 1-8 PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DAN EFIKASI DIRI TERHADAP PENGETAHUAN DAN TINDAKAN SISWA SMP NEGERI 8 BANDA ACEH DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI Emalia Nuranda 1, Sri Adelila
Lebih terperinciPENGARUH PELATIHAN PROGRAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SD NEGERI 3 TANGSE DALAM MENGHADAPI GEMPA BUMI
PENGARUH PELATIHAN PROGRAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SD NEGERI 3 TANGSE DALAM MENGHADAPI GEMPA BUMI Fahrizal, Khairuddin dan Nizam Ismail Abstrak. Pengurangan
Lebih terperinciKAJIAN TINGKAT EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE SIMULASI BENCANA GEMPA BUMI TERHADAP KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SMP ISLAM YPUI BANDA ACEH
SEMDI UNAYA-2017, 481-493 KAJIAN TINGKAT EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE SIMULASI BENCANA GEMPA BUMI TERHADAP KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SMP ISLAM YPUI BANDA ACEH Hamdan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi
Lebih terperinciEmpowerment in disaster risk reduction
Empowerment in disaster risk reduction 28 Oktober 2017 Oleh : Istianna Nurhidayati, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.kom Bencana...??? PENGENALAN Pengertian Bencana Bukan Bencana? Bencana? Bencana adalah peristiwa atau
Lebih terperinciPENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA
PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA 1 BEncANA O Dasar Hukum : Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
Lebih terperinciJURNAL KESIAPAN KELOMPOK SIAGA BENCANA SMA DI WILAYAH ZONA MERAH DI KOTA PADANG DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI
JURNAL KESIAPAN KELOMPOK SIAGA BENCANA SMA DI WILAYAH ZONA MERAH DI KOTA PADANG DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI OLEH : IRFAN TANJUNG NPM.11030151 PEMBIMBING I: PEMBIMBING II: Drs. Helfia Edial,
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1 1. Serangkaian peristiwa yang menyebabkan gangguan yang mendatangkan kerugian harta benda sampai
Lebih terperinciHUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 DAN 6 BANDA ACEH
ISSN : 2087-2879 HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 DAN 6 BANDA ACEH Hilman Syarif 1, Mastura 2 1 Dosen Fakultas Keperawatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan menyebakan bencana alam
Lebih terperinci2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebakaran merupakan salah satu jenis bencana yang cukup potensial dengan meninggalkan kerugian yang besar jika tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah lama diakui bahwa Negara Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia serta diantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem yang ada di muka bumi, baik secara alamiah ataupun akibat ulah manusia.undangundang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Lebih terperinciKAJIAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016
KAJIAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM
ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING DI SD NEGERI 37 ALANG LAWEH PADANG Oleh RANTI EFRIZAL NPM 1210013411035 PROGRAM
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
1 2015 No.22,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : a.
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU Desi Fitria 1, Pebriyenni 1, Asrul Thaher 2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KEPADA MASYARAKAT KORBAN BENCANA ALAM DAN MUSIBAH KEBAKARAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah yang memiliki ancaman bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten Bantul telah dibuktikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan (Hamdani, 2011 : 21). Adapun kegiatan belajar seperti menghitung, membaca, menulis,
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING
Implementasi Model Pembelajaran... (Ayu Siti Farha) 1 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL KELAS X
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor non-alam maupun
Lebih terperinciPERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KABUPATEN SOLOK
e-issn: 2502-6445 https://ejurnal.stkip-pessel.ac.id/index.php/kp P-ISSN: 2502-6437 Maret 2018 PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KABUPATEN
Lebih terperinciPowered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lebih terperinci- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk meminimalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kanan Kota Palu terdapat jalur patahan utama, yaitu patahan Palu-Koro yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palu secara geografis berada di sepanjang Pantai Teluk Palu dengan pusat kota terletak di bagian tengah dari lembah Palu. Di sisi kiri dan kanan Kota Palu terdapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS X TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI SMK TUNAS BANGSA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS X TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI SMK TUNAS BANGSA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Strata-1
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang
17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE
Penerapan Model Think... (Purwan Aksoro) 1 PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MATA PELAJARAN MIKROKONTROLLER DI SMK NEGERI 2 PURWOKERTO
Lebih terperinciBencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
PENGANTAR MITIGASI BENCANA Definisi Bencana (1) Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
Lebih terperinciMebtan Dwi Permana, Imam Muchtar, Chumi Zahroul Fitriah 1)
PENERAPAN STRATEGI PETA KONSEP JENIS POHON JARINGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV TEMA CITA-CITAKU DI SDN KEBONSARI 05 JEMBER Mebtan Dwi Permana, Imam Muchtar, Chumi Zahroul
Lebih terperinci11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;
Menimbang Mengingat QANUN KABUPATEN ACEH JAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN ACEH JAYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN
Lebih terperinciBencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana
Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana Rahmawati Husein Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana PP Muhammadiyah Workshop Fiqih Kebencanaan Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah, UMY,
Lebih terperinciPELATIHAN MITIGASI BENCANA KEPADA ANAK ANAK USIA DINI
Seri Pengabdian Masyarakat 2014 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 3 No. 2, Mei 2014 Halaman 115-119 PELATIHAN MITIGASI BENCANA KEPADA ANAK ANAK USIA DINI Hijrah Purnama Putra 1 dan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK PERBAIKAN RUMAH MASYARAKAT DAN FASILITAS UMUM AKIBAT TERJADINYA BENCANA ALAM DAN BENCANA SOSIAL GUBERNUR
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG Afdanis ¹, Yusrizal ¹, Yulfia Nora ¹ Program studi Pendidikan Guru Sekolah
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas. Menurut Center of Research on the Epidemiology of Disasters (CRED), bencana didefinisikan sebagai
Lebih terperinciKESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT
KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciPENYULUHAN PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP TANGGAP BENCANA (KHUSUSNYA LONGSOR)
Seri Pengabdian Masyarakat 2013 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 2 No. 2, Mei 2013 Halaman 119-123 PENYULUHAN PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP TANGGAP BENCANA (KHUSUSNYA
Lebih terperinciBUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN KEPADA MASYARAKAT KORBAN BENCANA ALAM DAN MUSIBAH KEBAKARAN DI KABUPATEN LAMANDAU DENGAN
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN Mira Maryulis 1, Erman Har 1, Edrizon 1. 1 Program Studi Pendidikan Guru
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR
Lebih terperinciby : Muhammad Alfi* Helfia Edial** Afrital Rezki**
Community Preparedness In Mitigation of Earthquake And Tsunami Along The Coast Of Pariaman by : Muhammad Alfi* Helfia Edial** Afrital Rezki** *Geography Education Departmen Of STKIP PGRI Sumatera Barat
Lebih terperinciMODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI SEKOLAH DASAR 19 BANDA ACEH
Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 2, No. 2, Ed. September 2014, Hal. 77-137 MODEL QUANTUM TEACHING DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI SEKOLAH DASAR 19 BANDA ACEH 1 Irma
Lebih terperinciLINDA ROSETA RISTIYANI K
PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 JURNAL Oleh: LINDA ROSETA RISTIYANI
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN
ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL PLANTED QUESTION DI SDN 28 RAWANG TIMUR KECAMATAN PADANG SELATAN OLEH: SRI WAHYUNI NPM. 1110013411081 PROGRAM
Lebih terperinciHUBUNGAN KEBIJAKAN, SARANA DAN PRASARANA DENGAN KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH SIAGA BENCANA BANDA ACEH
ISSN 2355-3324 8 Pages pp. 42-49 HUBUNGAN KEBIJAKAN, SARANA DAN PRASARANA DENGAN KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH SIAGA BENCANA BANDA ACEH Rina Susanti 1, Sri Adelila Sari 2, Sri Milfayetty3, M. Dirhamsyah
Lebih terperinciRahmawati et al., Metode Problem Solving...
Penerapan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pokok Bahasan Menghargai Keputusan Bersama Di SD Darul Hikmah
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL GI DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA X2 SMA NEGERI 4 SINGARAJA
PENERAPAN MODEL GI DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA X2 SMA NEGERI 4 SINGARAJA Oleh Ni Made Astri Dwi Jayanthi Made Suryadi dan I Wayan Treman *) Jurusan Pendidikan Geografi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU
PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana alam menurut undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK
PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA Menimbang
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT
BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2012 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT
BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KEPADA MASYARAKAT KORBAN BENCANA ALAM DAN MUSIBAH KEBAKARAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT.
Lebih terperinciMANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGERTIAN - PENGERTIAN ( DIREKTUR MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA ) DIREKTORAT JENDERAL PEMERINTAHAN UMUM Definisi Bencana (disaster) Suatu peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan
Lebih terperinciPenerapan Model Pembelajaran Guided Note Taking
Penerapan Model Pembelajaran Guided Note Taking (GNT) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran Pkn Pokok Bahasan Memahami Kebebasan Berorganisasi SDN Sukorambi IV
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN OLEH: RAHAYU OCTAVIA NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS Vc DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE LISTENING TEAM DI SDN 38 LUBUK BUAYA PADANG OLEH: RAHAYU OCTAVIA NPM. 1010013411064 PROGRAM
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU
PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang
Lebih terperinciQANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH
QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang :
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN
Lebih terperinciBUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP
KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, buku Buku Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ini dapat diselesaikan sebagaimana yang telah direncanakan. Buku ini menggambarkan
Lebih terperinciRANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang
Lebih terperinciTINGKAT KESIAPSIAGAAN GURU TERHADAP BENCANA GEMPABUMI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PRAMBANAN TAHUN 2014
TINGKAT KESIAPSIAGAAN GURU TERHADAP BENCANA GEMPABUMI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PRAMBANAN TAHUN 2014 Jarot Wiryatmoko dan Kuswaji Dwi Priyono Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang Mengingat : : PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, a. bahwa penyusunan rencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana. kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam atau mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gempa bumi tersebut antara lain terjadi beberapa kali di wilayah Aceh, Nias,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa gempa bumi banyak terjadi di wilayah Indonesia. Bencana alam gempa bumi tersebut antara lain terjadi beberapa kali di wilayah Aceh, Nias, Padang,
Lebih terperinciOktavia Nardiani Sapir Sugeng Hadi Utomo. Keywords: Method Time Token Arends (TPA), Ability inquiry, Learning Outcomes
PENERAPAN PEMBELAJARAN METODE TIME TOKEN ARENDS (TTA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS X IIS 4 DI SMAN 1 BATU Oktavia Nardiani Sapir Sugeng Hadi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.
No.2081, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah Indonesia dipengaruhi oleh aktifitas lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Lempeng tektonik mengalami dislokasi atau pemindahan/pergeseran
Lebih terperinciPERSEPSI SISWA TERHADAP PROGRAM SEKOLAH AMAN BENCANA (SAB) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI BENCANA DI SMP N 2 TABANAN TAHUN
UNIVERSITAS UDAYANA PERSEPSI SISWA TERHADAP PROGRAM SEKOLAH AMAN BENCANA (SAB) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI BENCANA DI SMP N 2 TABANAN TAHUN 2016 NI LUH ARNI WIDYANINGSIH PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Bencana Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian kejadian yang mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan, sarana dan prasarana serta
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANGKAT, Menimbang
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKANHASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IIS 2 SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Henggar Dimas Pradiva NIM K8411035
Lebih terperinciKESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DESA SIAGA BENCANA DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH
ISSN 2355-3324 9 Pages pp. 41-49 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DESA SIAGA BENCANA DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH Febriana 1, Didik Sugiyanto 2, Yusya Abubakar 3 1,2,3)
Lebih terperinciRahayu 6, Chumi Z F 7, Ika L R 8
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN MASALAH SOSIAL PADA SISWA KELAS IV SDN JATISARI 02 JEMBER Rahayu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggaunggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor non-alam maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang yang menunjukkan masalah ini penting untuk diteliti dan diselesaikan, perumusan dari masalah yang akan diselesaikan, tujuan yang ingin dicapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial
BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Menurut undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN FRAMEWORK KAJIAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGANTISIPASI BENCANA ALAM TIM PENELITI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
PENGEMBANGAN FRAMEWORK KAJIAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGANTISIPASI BENCANA ALAM TIM PENELITI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA Jakarta, Juni 6 LATAR BELAKANG Indonesia rentan terhadap bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaan darurat (Emergency) menurut Federal Emergency. Management Agency (FEMA) dalam Emergency Management
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keadaan darurat (Emergency) menurut Federal Emergency Management Agency (FEMA) dalam Emergency Management Guide for Business and Industry (1993) merupakan
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Bencana (disaster) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
Lebih terperinciPENGOPERASIAN KAMERA DSLR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION
Pembelajaran Direct Instruction (Mega Yuliantika) 1 PENINGKATAN SKILL PENGOPERASIAN KAMERA DSLR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION PADA MATA PELAJARAN KOMPOSISI FOTO DIGITAL SISWA KELAS XI MULTIMEDIA
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS KELINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS KELINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 1 PEKUTATAN DALAM MATA PELAJARAN GEOGRAFI ARTIKEL Oleh : I PUTU
Lebih terperinci