PENGARUH DANA PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI TENGAH
|
|
- Liana Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH DANA PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Influence of Balance Fun Economic Growth in Central Sulawesi Province Yulian Rinawaty Taaha, Nursini dan Agussalim ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menanalisis pengaruh dana perimbangan yang terdiri dari DBH, DAU, DAK terhadap investasi swasta, pengaruh dana perimbangan yang terdiri dari DBH, DAU, DAK terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengaruh DBH, DAU, DAK terhadap pertumbuhan ekonomi melalui investasi swasta di Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini di Provinsi Sulawesi Tengah. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu selama runtun waktu 9 tahun ( ). Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi Hasil penelitian menunjukkan bahwa DBH, DAU, DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap investasi swasta. DBH, DAU, DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. DBH, DAU, DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui investasi swasta. Kata Kunci : Dana Perimbangan, Investasi Swasta, Pertumbuhan Ekonomi ABSTRACK The aims of the research are the find out and analyse the influence of balance fund consisting of Profit Sharing Fund, Public Allocation Fund, and Special Allocation Fund on on private investment, the influence of balance fund consisting of Profit Sharing Fund, Public Allocation Fund, and Special Allocation Fund on economic growth through private investment in Central Sulawesi Province. The research was conducted in Central Sulawesi Province. The data were secondary data of time series obtained for nine years ( ). They were analyzed by using SPSS program version The results reveal that reveal that Profit Sharing Fund, Public Allocatian Fund, Special Allocation Fund have a positive and significanct influence on private investmen. Profit Sharing Fund, Public Allocation Fund, and Special Allocation Fund have a positive and significant influence on economic growth. Profit Sharing Fund, Public Allocation Fund, and Special Allocation Fund have a positive and signivicant influence on economic growth through private investment Key words : Balance fund, Private investment, economic growth PENDAHULUAN Pemerintah pada dasarnya mempunyai tiga fungsi utama dalam rangka menyelenggarakan pemerinthan, pelayanan masyarakat dan pembangunan. Ketiga fungsi yang dimaksud meliputi : fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi (Musgrave, 1973). Salah satu sasaran pokok dari pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan masyarakat, sehingga kebutuhan dari pihak masyarakat dapat dipahami betul oleh pihak pemerintah. Konsekuensinya, pemerintah perlu untuk memberikan alokasi belanja pembangunan sektor publik yang lebih besar untuk tujuan ini. Untuk membiayai
2 alokasi tersebut, sumber dana dapat diperoleh misalnya dari : (1) Dana Perimbangan, (2) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (3) Pinjaman Daerah dan lain-lain penerimaan yang sah (Halim,2001). Instrumen fiskal dari dana perimbangan berguna untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melalui belanja pembangunan dan investasi swasta. Kontribusi belanja pembangunan akan menarik investor untuk berinvestasi di daerah sehingga akan memperluas basis kegiatan ekonomi berbagai sektor, dan secara khusus memperluas lapangan usaha dan menurunkan tingkat pengangguran. Implementasi pelaksanaan desentralisasi fiskal, dapat ditelaah melalui alokasi penerimaan dana perimbangan, seperti yang diterima oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, yakni bahwa besarnya DBH sebesar 14,5 milyar pada tahun 2001 dan naik menjadi sebesar 36,1 milyar pada tahun 2009 atau rata-rata kenaikan setiap tahun sebesar 3,9 %. Selanjutnya, DAU sebesar 126,4 milyar pada tahun 2001 dan naik menjadi 366,1 milyar pada tahun 2009 atau rata-rata kenaikan setiap tahun sebesar 4,25%. Begitupula DAK yang besarnya 2,1 milyar pada tahun 2001 dan naik menjadi 15,2 milyar pada tahun 2009 atau rata-rata kenaikan setiap tahun sebesar 6,6 %. Dengan demikian perolehan dana perimbangan selama periode 2001 sebesar 143 milyar naik menjadi 407,4 milyar pada tahun 2009 atau naik rata-rata setiap tahun 3,33 %. Melalui penerimaan dana perimbangan diatas, pembangunan untuk kepentingan publik pada periode 2001/2002 sebesar 12,93 % dan turun pada periode 2008/2009 sebasar (5,42 %). Akibat turunnya alokasi pembiayaan pembangunan dapat berpengaruh pula pada kegiatan investasi swasta. Kegiatan investasi swasta pada periode 2001/2002 sebesar 9,89 % turun pada periode 2008/2009 yakni sebesar (5,07%). Kontribusi investasi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah tahun 2001 sebesar 9,89 % dan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar (5,07 %). Hal ini dapat dilihat pada tingkat pertumbuhan ekonomi selama periode 2001/2002 sebesar 16,16 % turun pada periode 2001/2002 sebesar (12,10%) (BPS Sulteng, 2009). Penelitian Oates (1993) bahwa desentralisasi fiskal akan menciptakan efisiensi ekonomi dan memilki pengaruh pembentukan dinamis pada pertumbuhan ekonomi.. Selanjutnya, penelitian Wolen dan Philips (1998) dalam Armida (2000) temuannya bahwa desentralisasi fiskal memiliki hubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi Dari kedua hasil penelitian tersebut, menarik untuk diteliti tentang pengaruh dana perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Perumusan Masalah Dari penjelasan pada latar belakang diatas, maka pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut : 1. Seberapa besar pengaruh dana perimbangan yang terdiri dari DBH, DAU, DAK terhadap investasi swasta di Provinsi Sulawesi Tengah? 2. Seberapa besar pengaruh dana perimbangan yang terdiri dari DBH, DAU, DAK terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sulawesi Tengah? 3. Seberapa besar pengaruh dana perimbangan yang terdiri dari DBH, DAU, DAK terhadap pertumbuhan ekonomi melalui variabel investasi swasta di Provinsi Sulawesi Tengah? TINJAUAN PUSTAKA Desentralisasi Fiskal Menurut Brodjonegoro (2000), desentralisasi fiskal merupakan penyerahan wewenang fiskal kepada daerah yang meliputi : (1) self financing atau cost recovery dalam pelayanan publik dalam bentuk restribusi daerah, (2) cofinancing atau coproduction yaitu penggunaan jasa publik beradaptasi dalam bentuk kontribusi
3 kerja sama atau pembayaran jasa, (3) transfer dari pusat ke daerah terutama yang berasal sumbangan umum, sumbangan khusus, sumbangan darurat serta bagi hasil pajak dan non pajak, dan (4) kebebasan daerah untuk melakukan pinjaman. Melalui desentralisasi fiskal seperti ini diharapkan dapat meningkatkan efektifitas pembangunan dan penyediaan pelayanan umum karena semakin dekatnya masyarakat dengan pemerintah sehingga mampu mengakomodasi kondisi masyarakat dan wilayah yang heterogen. Menurut Sidik (2004), Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah,dan antar pemerintah daerah. pengembangan ekonomi lokal, yakni bersumber dari 1. Dana Bagi Hasil (DBH) Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, misalnya dana bagi hasil pajak (DBHP) dan dana bagi hasil bukan pajak (DBHBP) (Sidik, 2004). 2. Dana Alokasi Umum (DAU) Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Irawati,2008). 3. Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan perioritas nasional (Irawati,2008). Investasi Swasta Investasi menurut Sadono Sukirno (2000) adalah pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dimasa yang akan datang Sementara Sukirno (1996), menyebutkan investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa dalam perekonomian. Pertumbuhan Ekonomi Kuznet dalam Jhingan (1994) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Boediono(1992) memberikan batasan pertumbuhan ekonomi yaitu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dari sini dapat kita pahami bahwa defenisi tersebut menekankan pada tiga aspek yakni proses, output perkapita, dan jangka panjang artinya bahwa perekonomian itu mengalami perubahan waktu ke waktu. Adanya kenaikan output perkapita berarti ada dua sisi yang penting untuk diketahui yaitu output dan jumlah penduduknya. Penelitian Empiris Sasana, Hadi (2005) telah melakukan penelitian mengenai dampak pelaksanaan desentralisasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa DBH mempunyai hubungan positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi hanya di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Dana alokasi
4 umum berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Bantul, kabupaten Sleman, kabupaten Gunung Kidul dan kota Yogyakarta. DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di seluruh kabupaten/kota provinsi Istimewa Yogyakarta Irine (2002). Pengaruh Investasi PMA dan PMDN terhadap Penciptaan Kesempatan Kerja serta Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Labuhan Batu. Temuan penelitian adalah investasi yang masuk ke Labuhan Batu mempunyai pengaruh nyata terhadap penciptaan lapangan kerja, namun berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan ekonomi. Novita (2007). Analisa Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Sumatra Utara. Temuan penelitian ini adalah investasi sebelumnya, jumlah tenaga kerja dan kondisi perekonomian berpengaruh positif terhadap PDRB Sumatra Utara. Kerangka Pikir Kebijakan otonomi daerah melahirkan konsep desentralisasi fiskal. Desentralisasi fiskal adalah wujud otonomi daerah yakni merupakan pelimpahan wewenang kepada daerah untuk menggali dan menggunakan sendiri sumber-sumber penerimaan derah sesuai dengan potensi dan kebutuhan masing-masing daerah (Brojonegoro, 2000). Dana perimbangan terdiri dari DBH, DAU, DAK akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi melalui investasi swasta. Dana perimbangan terdiri dari DBH, DAU, DAK diperoleh dari dana APBN (Sidik,2004), yang dialokasikan pada pembiayaan pembangunan yakni infrastruktur publik berupa sarana ekonomi publik, ekonomi produktif, dan pengembangan ekonomi lokal daerah akan berpengaruh pada kegiatan investasi swasta di daerah Provinsi Sulawesi Tengah. Kegiatan investasi swasta akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu meningkatnya ketersediaan kapasitas produksi barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Tumbuhnya ekonomi suatu daerah jika serta dapat menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan perkapita Hipotesis 1. Dana perimbangan yang terdiri dari (DBH, DAU, DAK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap investasi swasta di Provinsi Sulawesi Tengah. 2. Dana perimbangan yang terdiri dari (DBH, DAU, DAK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah. 3. Dana perimbangan yang terdiri dari (DBH, DAU, DAK), berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui variabel investasi swasta di Provinsi Sulawesi Tengah METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Tengah pada kantor Badan Pusat Statistik, Kantor Dinas Pendapatan, kantor Bappeda, dan kantor BPPMDN Provinsi Sulawesi Tengah. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data sekunder runtun waktu (time series) selama dalam waktu 9 tahun ( ). Sumber data utama berasal dari publikasi BPS, Dinas Pendapatan, Bappeda, dan BPPMDN HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisa Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Investasi swasta Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh DBH (X 1 ), DAU (X 2 ), dan DAK (X 3 ) terhadap investasi swasta (Y) dapat digunakan analisis secara parsial yang
5 dijelaskan melalui persamaan regresi yang diperoleh: Y = 0, ,022X X X 3 Nilai koefisien DBH (X 1 ) adalah positif sebesar yang berarti jika peningkatan sebesar rupiah pada investasi swasta di Provinsi Sulawesi Tengah. Tingkat signifikansi yang diambil untuk penelitian ini adalah 5 persen (α=0,05) maka DBH berpengaruh secara signifikan terhadap investasi swasta. Nilai koefisien DAU (X2) adalah positif sebesar yang berarti jika peningkatan rupiah pada investasi swasta. Tingkat signifikansi yang diambil untuk penelitian ini adalah 5 persen (α=0,05, DAU berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat investasi swasta. Nilai koefisien DAK (X 3 ) adalah positif sebesar yang berarti jika peningkatan sebesar rupiah pada investasi swasta. DAK berpengaruh secara positif dan signifikan terhada tingkat investasi swasta. 2. Analisa Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh DBH (X 1 ), DAU (X 2 ), dan DAK (X 3 ) dapat digunakan analisis secara parsial yang dijelaskan melalui persamaan regresi yang diperoleh: Z = X X X 3 Pengaruh DBH terhadap pertumbuhan ekonomi adalah signifikan pada tingkat signifikansi penelitian 5 persen (α=0,05) yaitu dengan nilai Nilai koefisien DBH (X 1 ) adalah positif sebesar yang berarti jika terjadi kenaikan 1 rupiah maka membawa peningkatan sebesar rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah. Pengaruh DAU terhadap pertumbuhan ekonomi adalah signifikan pada tingkat signifikansi penelitian 5 persen (α=0,05) yaitu dengan nilai Nilai koefisien DAU (X 2 ) adalah positif sebesar yang berarti jika peningkatan rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh DAK terhadap pertumbuhan ekonomi adalah signifikan pada tingkat signifikansi penelitian 5 persen (α=0,05) yaitu dengan nilai Nilai koefisien DAK (X 3 ) adalah positif sebesar yang berarti jika peningkatan sebesar rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Analisa Pengaruh Dana Perimbangan (DBH, DAU, DAK) terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Investasi Swasta di Provinsi Sulawesi Tengah Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh DBH (X 1 ), DAU (X 2 ), DAK (X 3 ), dan Investasi Swasta (Y) dapat digunakan analisis secara parsial yang dijelaskan melalui persamaan regresi yang diperoleh: Z = X X X Y 1. Pengaruh DBH (X 1 ) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Z) melalui Investasi Swasta(Y) Berdasarkan hasil regresi dari tabel diatas menunjukkan bahwa pengaruh DBH terhadap pertumbuhan ekonomi melalui investasi swasta adalah signifikan pada tingkat signifikansi penelitian 5 % (α=0,05) yaitu dengan nilai Nilai koefisien DBH (X 1 ) adalah positif sebesar yang berarti jika peningkatan sebesar rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah.
6 2. Pengaruh DAU (X2) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Z) melalui Investasi Swasta Nilai koefisien DAU (X 2 ) adalah positif sebesar yang berarti jika peningkatan rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi melalui investasi swasta. Tingkat signifikansi yang diambil untuk penelitian ini adalah 5 persen (α=0,05) yaitu dengan nilai Pengaruh DAK (X3) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Z) melalui Investasi Swasta Nilai koefisien DAK (X 3 ) adalah positif sebesar yang berarti jika peningkatan sebesar rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi melalui investasi swasta. Tingkat signifikansi yang diambil untuk penelitian ini adalah 5 persen (α=0,05) yaitu dengan nilai Pengaruh Investasi Swasta (Y) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Z) Nilai koefisien Investasi Swasta (Y) adalah positif sebesar jika terjadi kenaikan 1 rupiah maka membawa peningkatan sebesar rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi. Tingkat signifikansi yang diambil untuk penelitian ini adalah 5 persen (α=0,05) yaitu dengan nilai KESIMPULAN 1. Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap investasi swasta. Artinya, dana perimbangan tersebut dialokasikan pada pembiayaan infrastruktur ekonomi yang pada akhirnya menunjang kegiatan investasi swasta. Ketertarikan investor untuk melakukan investasi di daerah adalah karena tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan produksi barang dan jasa. Hal ini mengindikasikan bila sebuah daerah ingin menumbuhkan investasi swasta, maka dana perimbangan yang terdiri dari DBH, DAU, DAk tersebut seyogyanya juga tumbuh secara positif. 2. Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, dana perimbangan dialokasikan pada pembangunan infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan infrastruktur ekonomi berdasarkan kebutuhan dapat mendorong kegiatan produksi barang atau jasa sehingga ekonomi daerah akan tumbuh. 3. Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui investasi swasta. Besar dan kecilnya dana perimbangan yang dialokasikan pada pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi akan berpengaruh pada investasi swasta. Dengan adanya kegiatan investasi swasta akan menciptakan kesempatan kerja, dan menciptakan multiple effect sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonom DAFTAR PUSTAKA Adi, Wijaya, Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah di Era Otonomi Daerah, Laporan Penelitian LIPI Akai dan Sakata, 2005 Fiscal Decentralization, Commitment and Regionality: Evidence From State Level Cross Sectional Data for The United States, DIRJE Discussion Paper,diakses 10 Maret 2010
7 Armida, 2000 Desentralisasi Fiskal dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah. 4 Maret 2010 Bahl, Ray W. and J. Linn 1994 Fiscal Decentralization and Intergovermental Transfer in Less Developed Countries Publius : The Journal of Federalism Vol 24 winter Brojonegoro, Bambang,2000. Otonomi Daerah dan Kondisi Fiskal Indonesia, Jakarta Budiono, Kebijakan Pengelolaan Keuangan Negara dalam Rangka Pelaksanaan Azas Desentralisasi Fiskal. Paper disampaikan Rapat Koordinasi Pendayagunaan Aparatur Negara Tingkat Nasional, Jakarta Boediono, Dimensi Ekonomi Politik Pembangunan Indonesia. Jurnal Keuangan Publik. Vol 5 No. 1 Yogyakarta Dartanto dan Brojonegoro, 2003 Dampak Desentralisasi Fiskal di Indonesia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Daerah. Aanalisa Model Eknomi Makro Simultan Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, Vol. 4 No. 1 Gujarati, Damodar, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta Irine, (200). Pengaruh Investasi PMA dan PMDN terhadap Penciptaan Kesempatan Kerja, serta Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Labuhan Batu. Tesis Universitas Sumatera Utara Joko, Desentralisasi Fiskal dan Kontribusinya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Studi Kasus : Kabupaten/Kota di Indonesia Tesis UI joko.com.diakses 1 Maret 2010 Mahi, Raksaka, Review Empat Tahun Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal di Indonesia, Makalah Seminar Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana FEUI dan ISEI Pusat, Jakarta Mardiasmo 2002 Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta, Penerbit Andi Oates, Wallace, an Essay on Fiscal Federation Journal of Economic Literature Vol 37 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan Priyop Hari, Adi 2006 Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten/Kota se Jawa- Bali (tidak dipublikasi) Raharjo, Adi, (2006) Pengaruh Pengeluaran pemerintah, Investasi Swasta dan Angkatan Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahun ). Studi Kasus di Kota Semarang, Tesis UNDIP (dipublikasikan) Saragih, JP, Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta Sasana, Hadi, 2005 Pengaruh Pelaksanaan Desentralisasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, UGM (tidak dipublikasi) Sidik, Mahfud, Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah : Antara Teori dan Aplikasinya di Indonesia. Disampaikan pada seminar Setahun Implementasi
8 Kebijaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia, Yogyakarta Sukirno, Sudono, Ekonomi Pembangunan FEUI dan Bina Grafika, Jakarta Sulistiawan (2005), Pengaruh DBH, BAU, DAK terhadap Belanja Pembangunan Surakarta. Tesis UNDIP, (Publikasi) Suparmoko, M, Ekonomi Politik : untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah, Andi, Yogyakarta Teguh, Dampak Desentralisasi Fiskal di Indonesia terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas antar Daerah, Jakarta. tesis UI (tidak dipublikasikan) Undang-Undang No. 25 Tahun 1995 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tantang Pemerintah Daerah Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tantang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Waluyo, Joko, Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan sekonomi dan Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah di Indonesia. diakses 28 Februari 2010
9
The Influence of Balance Fun Economic Growth in Central Sulawesi Province. Yulian Rinawaty Taaha, Nursini dan Agussalim
PENGARUH DANA PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Influence of Balance Fun Economic Growth in Central Sulawesi Province Yulian Rinawaty Taaha, Nursini dan Agussalim
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh karena itu perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang nantinya diharapkan dapat mendongkrak perekonomian rakyat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah (Sukirno,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas provinsi-provinsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menempuh babak baru dalam kehidupan masyarakatnya dengan adanya reformasi yang telah membawa perubahan segnifikan terhadap pola kehidupan baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sub sistem pemerintahan Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciPENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH
PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH (Studikasus di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2007-2013) Nur Harjiyanti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi ciri yang paling menonjol dari hubungan keuangan antara pemerintahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transfer antarpemerintah merupakan fenomena umum yang terjadi di semua negara di dunia terlepas dari sistem pemerintahannya dan bahkan sudah menjadi ciri yang paling
Lebih terperinci: Central Government Transfer, Tax Effort, Local Revenu
PENGARUH TRANSFER PEMERINTAH PUSAT TERHADAP UPAYA PAJAK PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TAHUN 2008-2010 Prihatin Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manajemen pemerintah daerah di Indonesia memasuki era baru seiring dengan diberlakukannya desentralisasi fiskal. Kebijakan terkait yang tertuang dalam UU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi yang dimulai beberapa tahun lalu telah merambah ke seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah aspek pemerintahan yaitu
Lebih terperinciPENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia mengacu pada Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah direvisi menjadi Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah
Lebih terperinciKETERKAITAN PENERIMAAN DAERAH DAN PDRB PROPINSI JAMBI (PENDEKATAN SIMULTAN)
Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4 Oktober 2011 KETERKAITAN PENERIMAAN DAERAH DAN PDRB PROPINSI JAMBI (PENDEKATAN SIMULTAN) Selamet Rahmadi Dosen Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah, yang mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah, yang mulai dilaksanakan secara efektif tanggal 1 Januari 2001, merupakan kebijakan yang dipandang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pemerintah pusat sehingga dengan demikian pembangunan daerah diupayakan sejalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Negara Republik Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 1999 dan UU no. 25 tahun 1999 yang dalam perkembangannya kebijakan ini
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No 22 tahun 1999
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan Pemerintah Daerah di Indonesia sejak tahun 2001 memasuki era baru yaitu dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah ini ditandai dengan
Lebih terperinciINUNG ISMI SETYOWATI B
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL (STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA SE JAWA TENGAH PERIODE 2006-2007)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang Nomor 22 dan Nomor 25 tahun 1999 yang sekaligus menandai perubahan paradigma pembangunan
Lebih terperinci3. KERANGKA PEMIKIRAN
3. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran Penelitian Pemerintah pusat memberikan wewenang yang besar kepada pemerintah daerah untuk mengelola pemerintahannya sendiri dalam wadah negara kesatuan Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan
Lebih terperinciPEREKONOMIAN BALI : PASCA PENUNDAAN DANA ALOKASI UMUM 2016
PEREKONOMIAN BALI : PASCA PENUNDAAN DANA ALOKASI UMUM 2016 Gede Bagus Brahma Putra (Universitas Mahasaraswati Denpasar) Abstrak Penelitian ini bermaksud mengkaji apakah penundaan penyaluran sebagian Dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masa sentralisasi pemerintahan telah berakhir diganti dengan otonomi daerah. Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004, setiap daerah diberi kewenangan yang luas
Lebih terperinciPENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA PUBLIK KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA
PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA PUBLIK KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA Khoirul Aswar 1 Lidya Primta Surbakti 2 1,2 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UPN Veteran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara pemerintah pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi yang bergulir tahun 1998 telah membuat perubahan politik dan administrasi, salah satu bentuk reformasi tersebut adalah perubahan bentuk pemerintahan
Lebih terperinciABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect.
Judul : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil Pada Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Nama : Ni Nyoman Widiasih Nim : 1315351081 ABSTRAK Belanja modal merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu yang berisi sumber pendapatan dan penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 tahun 2004, memberikan wewenang seluasnya kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat UUD RI Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan daerah di Indonesia semakin pesat, seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Kebijakan otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat
Lebih terperinciPENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
PENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI I Gede Dwi Purnama Putra I Made Adigorim Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintah daerah baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota, memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No 22 tahun 1999 dan UU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULIAN. Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang
BAB I PENDAHULIAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat. Ini dapat dibuktikan dengan jelas dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Realitas menunjukkan tidak semua daerah mampu untuk lepas dari pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka dalam kenyataannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang telah merasakan dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah menyebabkan pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang umumnya digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di dalam suatu daerah dengan ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.23 Tahun 2014 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang (UU) No. 22 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat daerah terhadap tiga permasalahan utama, yaitu sharing of power,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia merupakan strategi yang bertujuan ganda. Yuwono, dkk (2005) menyatakan strategi tersebut adalah (1) pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan kepemimpinan nasional dari Orde Baru menuju Orde Reformasi, pola hubungan antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otonomi daerah berlaku secara efektif sejak awal Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah dalam mengelola potensi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris mengenai pengaruh positif pendapatan asli daerah, dana alokasi umum,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mulai memasuki babak baru dalam kehidupan bermasyarakatnya. Setelah lengsernya Presiden Soeharto dan rezim orde barunya yang bersifat otoriter
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Kebijakan pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah secara efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Transfer antar pemerintah tersebut bahkan sudah menjadi ciri
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Transfer antar pemerintah merupakan fenomena umum yang terjadi pada beberapa negara di dunia yang melaksanakan sistem pemerintahan desentralisasi. Transfer antar pemerintah
Lebih terperinciN A S K A H P U B L I K A S I
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA MODAL (Study Empiris Di Wilayah Karesidenan Surakarta) N A S K A H P U B L I K A S I Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah (PEMDA), Pemerintah Pusat akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang (UU) No.32/2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah (PEMDA), Pemerintah Pusat akan mentransfer Dana Perimbangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LANDASAN TEORITIS 2.1.1 Alokasi Anggaran Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaaat lebih dari satu tahun
Lebih terperinciPENGARUH DANA PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BANJAR TAHUN Oleh : HARI PRASETIO
PENGARUH DANA PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BANJAR TAHUN 2004-2013 Oleh : HARI PRASETIO 113401004 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2015
Lebih terperinciDisusun dan Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), DANA BAGI HASIL (DBH), DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL (Studi Empiris Pada Provinsi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan daerah sangat erat kaitannya dengan otonomi daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem pemerintahan di Indonesia bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan daerah di Indonesia semakin pesat, seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan penyelenggaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksternalitas, mengoreksi ketidakseimbangan vertikal, mewujudkan pemerataan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transfer antarpemerintah merupakan fenomena umum yang terjadi di semua negara di dunia terlepas dari sistem pemerintahannya dan bahkan sudah menjadi ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum digunakan dalam menetukan keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai ukuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai pemerintah kabupaten/kota dan UU Nomor 25 tahun 1999 mengenai
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Pelaksanaan desentralisasi fiskal yang mengacu pada UU Nomor 22 tahun 1999 mengenai pemerintah kabupaten/kota dan UU Nomor 25 tahun 1999 mengenai perimbangan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Akuntansi Sektor Publik, Khususnya di Negara Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam setiap perekonomian pemerintah perlu melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah, baik di tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang (UU)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sejalan dengan menguatnya
18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memasuki dimensi baru dalam matriks kehidupan masyarakatnya dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sejalan dengan menguatnya tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah, baik di tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah dinyatakan secara tegas bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting daripada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah, yang dilaksanakan secara efektif mulai tanggal 1 Januari 2002, merupakan kebijakan yang dipandang
Lebih terperinciPENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA BAGI HASIL (DBH), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (PDRB)
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA BAGI HASIL (DBH), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (PDRB) (Studi Empiris Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah)
Lebih terperinciPENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN
PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2002-2010 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Belanja Langsung Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Pasal 36 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja langsung merupakan
Lebih terperinciPENGARUH DANA TRANSFER PUSAT TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI SULAWESI SELATAN
PENGARUH DANA TRANSFER PUSAT TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI SULAWESI SELATAN Muhammad Hasan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar Email : hasdiansa@gmail.com ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut dengan Anggaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebijakan pemerintah pusat yang memberikan kewenangan dalam kebebasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan pemerintah pusat yang memberikan kewenangan dalam kebebasan untuk mengelola dan mengembangkan sendiri urusan rumah tangga suatu daerah dengan harapan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH EMPAT KABUPATEN TERTINGGAL DI PROVINSI JAWA TIMUR
PERKEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH EMPAT KABUPATEN.......(Rudy Badrudin) PERKEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH EMPAT KABUPATEN TERTINGGAL DI PROVINSI JAWA TIMUR Rudy Badrudin STIE YKPN Yogyakarta Jalan Seturan, Yogyakarta
Lebih terperinciANALISIS KINERJA KEUANGAN KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA SELATANSEBELUM DAN DI ERA DESENTRALISASI FISKAL. Kartika Rachma Sari 1 Sukmini Hartati 2.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA SELATANSEBELUM DAN DI ERA DESENTRALISASI FISKAL Kartika Rachma Sari 1 Sukmini Hartati 2 1 kartikasyahrul@yahoo.co.id 2 Sukmini_hartati@yahoo.co.id Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dirubahnya sistem pemerintahan di Indonesia yang pada awalnya menganut sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi atau dikenal dengan sebutan otonomi daerah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Halim (2004 : 67) : Pendapatan Asli Daerah merupakan semua
BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Halim (2004 : 67) : Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daearh merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah diatur dalam UU RI Nomor 33 Tahun 2004. UU ini menegaskan bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi pemerintahan pada daerah Indonesia di tahun 2001
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi pemerintahan pada daerah Indonesia di tahun 2001 memasuki zaman baru otonomi daerah telah diberlakukan. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 32 Tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan untuk merubah keadaan kearah yang lebih baik, dengan sasaran akhir terciptanya kesejahreraan
Lebih terperinciPENGARUH DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL
PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL Dian Novita Sari Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintahan daerah dapat terselenggara dengan baik karena adanya beberapa faktor sumber daya yang mampu menggerakkan jalannya organisasi pemerintah daerah
Lebih terperinciPENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR Dwi Wahyu Setyowati Program Studi Pendidikan Akuntansi FPIPS ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan suatu negara pada hakikatnya mengemban tiga fungsi utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa pelayanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan negara-negara lain (open economy),konsekuensinya adalah lemahnya posisi negara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi global senantiasa berdampak terhadap negara-negara yang sedang berkembang, selain mendorong perkembangan ekonomi lokal dampak lain adalah terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah sebagai wujud dari desentralisasi sistem pemerintahan telah dilaksanakan secara efektif di Indonesia sejak 1 Januari 2001. Kebijakan otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, desentralisasi fiskal mulai hangat dibicarakan sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, desentralisasi fiskal mulai hangat dibicarakan sejak bergulirnya era reformasi pasca runtuhnya tembok kekuasaan pemerintahan orde baru. Dalam perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi fiskal sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2001. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium
Lebih terperinci