ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS BERSUBSIDI UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI KOTA MADIUN TESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS BERSUBSIDI UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI KOTA MADIUN TESIS"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS BERSUBSIDI UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI KOTA MADIUN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan Konsentrasi: Ekonomi Sumberdaya Manusia dan Pembangunan Oleh: HENY RAHAYU S FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA 2011

2 digilib.uns.ac.id ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS BERSUBSIDI UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI KOTA MADIUN TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Oleh: HENY RAHAYU NIRM : S FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA 2011 ii

3 digilib.uns.ac.id iii

4 digilib.uns.ac.id iv

5 digilib.uns.ac.id v

6 digilib.uns.ac.id vi

7 digilib.uns.ac.id vii

8 digilib.uns.ac.id ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS BERSUBSIDI UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI KOTA MADIUN Abstrak Nama : Heny Rahayu Nirm : S Studi ini mempunyai tujuan menelaah keefektifan pelaksanaan program beras bersubsidi untuk rumah tangga miskin dengan menggunakan indikator 6T, yaitu tepat sasaran, tepat harga, tepat jumlah, tepat waktu, tepat administrasi dan tepat kualitas. Studi dilakukan di Kota Madiun, di Kecamatan Kartoharjo, Kecamatan Manguharjo, dan Kecamatan Taman. Hasil studi menunjukkan bahwa pelaksanaan program raskin telah berjalan secara efektif, yaitu telah memenuhi indicator 6T. Hal ini didukung oleh adanya monitoring dan evaluasi dari Tim Raskin Kota Madiun. Selain itu, adanya kesadaran yang tinggi di tingkat masyarakat penerima raskin. Baik secara sadar bahwa tidak termasuk dalam kategori miskin, maupun menyadari bahwa bukan lagi sebagai rumah tangga miskin. Sehingga memberikan jatah raskin kepada masyarakat miskin yang belum terdaftar sebagai rumah tangga miskin penerima manfaat program raskin.. Kata Kunci:Beras Bersubsidi, Distribusi, Efektivitas, Kemiskinan, Raskin, RTM.

9 digilib.uns.ac.id ANALYSIS EFFECTIVITY IMPLEMENTATION THE SUBSIDIZED RICE PROGRAM FOR POOR HOUSEHOLD IN THE MADIUN CITY Abstract Name : Heny Rahayu Nirm : S This study has the goal of reviewing the effectiveness of the implementation program of subsidized rice for poor households using 6T indicators, that is the right target, right price, right amount, on time, proper administration and proper quality. Studies conducted in the City of Madiun, in District Kartoharjo, Manguharjo District, and Taman District. The study shows that the implementation of the program has been running effectively, which has met indicator 6T. This is supported by the monitoring and evaluation of the Team Raskin of Madiun City. Also, the high awareness at the community level raskin recipients. Either, they are aware that not included in the poor category, and realized that was no longer as poor households. Thus providing quota to the poor raskin who are not yet registered as a poor household the beneficiaries of raskin. Keywords: Distribution, Effectiveness, Subsidized Rice, Poverty, Raskin, RTM. ii

10 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iv LEMBAR PERNYATAAN... v PERSEMBAHAN... vi HALAMAN MOTTO... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Definisi Kemiskinan Kebijakan Program Raskin, Indikator Dan Penyebab Adanya Raskin Distribusi Raskin Efisiensi Dan Efektivitas commit to... user 16

11 digilib.uns.ac.id 2.2 Tinjauan Pustaka Kerangka Pikir penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Sumber Data dan Jenis Data Metode Analisis Data Bab Iv Hasil Analisis Dan Pembahasan 4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis Dan Demografis Kondisi Sosial Dan Kependudukan Perekonomian Penduduk Miskin Dan Penetuan Syarat Penerima Raskin Pelaksanaan Program Raskin Di Kota Madiun Mekanisme Penyaluran Raskin Kota Madiun Model Pengelolaan Raskin Efektivitas Pelaksanaan Program Raskin Monitoring Dan Evaluasi Tepat Sasaran Tepat Jumlah Tepat Harga Tepat Waktu Tepat Kualitas Tepat Administrasi Bab V Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan Saran Saran Bagi Pemerintah Bagi Penrima Bantuan commit Program to user Raskin ii

12 digilib.uns.ac.id Bagi Peneliti Selanjutnya Daftar Pustaka Lampiran iii

13 digilib.uns.ac.id Daftar Tabel Tabel 1.1 Pagu Alokasi Raskin Di Kota Madiun Tahun Tabel 2.1 Studi Tentang Efektivitas Pelaksanaan Program Raskin Table 4.1 Penduduk, Luas Wilayah Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tabel 4.2 Pagu Alokasi Raskin Di Kota Madiun Tahun Tabel 4.3 Indeks Tepat Sasaran Tabel 4.4 Indeks Tepat Jumlah Tabel 4.5 Indeks Tepat Harga Tabel 4.6 Indeks Tepat Waktu iv

14 digilib.uns.ac.id Daftar Gambar Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran v

15 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pagu Dan Realisasi Raskin vi

16 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia Tahun 2009 masih cukup besar yaitu mencapai 14,1 % dari jumlah penduduk. Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan prioritas ke 4 (empat) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun Program beras bersubsidi diberikan kepada rumah tangga miskin. Bantuan ini merupakan salah satu program dalam rangka penanggulangan kemiskinan, dimana hal tersebut termasuk dalam kluster I tentang bantuan dan perlindungan sosial. Program penanggulangan kemiskinan terdiri dari 3 (tiga) kluster, yaitu: 1. Kluster I, Bantuan dan Perlindungan Sosial Program Raskin, Jamkesmas, Beasiswa siswa miskin. 2. Kluster II, Pemberdayaan Masyarakat Program PNPM Mandiri. 3. Kluster III, Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) masih cukup banyak, sehingga masih menjadi prioritas I dalam Rencana Kerja Pemerintah 2010 (Perpres no 21 Tahun 2009). Program Raskin merupakan wujud nyata komitmen Pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat

17 digilib.uns.ac.id 2 miskin yang sekaligus untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Miskin (RTM), serta dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat miskin dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok sebagai salah satu hak dasar masyarakat (Pedoman Umum Raskin 2010). Kemiskinan merupakan kondisi absolut atau relatif yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata nilai atau norma tertentu yang berlaku di dalam masyarakat karena sebab-sebab natural atau alami, kultural, atau struktural. Negara Indonesia telah berusaha dengan keras untuk memberantas pengangguran dan kemiskinan yang kondisinya memburuk setelah didalam negeri ini terjadi krisis moneter pertengahan Mekanisme pasar tidak akan mampu mengatasi pengangguran dan kemiskinan, sebab pasar hanya konsen mengenai efisiensi alokasi sumberdaya. Bila terjadi kegagalan pasar (market failure), maka pemerintah harus melakukan inventarisasi melalui kebijakan publik untuk mengkoreksi kegagalan pasar tersebut guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Gruber, 2005; Hilman, 2003; Stiglistz, 2000;Welmer and Vinning,1992). Program penanggulangan kemiskinan secara Nasional dikoordinasikan oleh Menko Kesra dalam Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) tingkat pusat. Provinsi dikoordinasikan oleh gubernur sedangkan Kabupaten/kota

18 digilib.uns.ac.id 3 dikoordinasikan oleh bupati/walikota masing masing. Pelaksanaan Raskin yang telah mencapai lebih dari satu dekade ini, tidak terlepas dari berbagai hambatan dan tantangan, yang disebabkan oleh keberagaman kondisi geografis dan budaya masyarakat. Saat ini dukungan Pemerintah Daerah terhadap pelaksanaan raskin masih bervariasi,diantaranya terdapat Pemerintah Daerah yang telah melakukan Program Raskin Daerah dengan dana APBD sebagai komplemen Raskin Nasional. Banyak juga Pemerintah Daerah yang belum mengalokasikan dana pendamping dan dana talangan Perogram Raskin dalam APBD (Pedoman Umum Raskin 2010). Penghargaan yang tinggi diberikan kepada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang telah berhasil melaksanakan Program Raskin sesuai dengan indikator Tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat administrasi dan tepat qualitas. (6T). Pemerintah Indonesia sejak Tahun 1998 telah mengimplementasikan suatu kebijakan yang memihak kaum miskin (propoor policy) yang kemudian dikenal secara luas sebagai program Raskin (Tabor and Sawit, 2001: 98). Program di mulai pada tahun 1998 dengan nama program Operasi Pasar Khusus (program OPK). Pada tahun 2002 berubah menjadi program Beras untuk Keluarga Miskin, disingkat program Raskin. Melalui program ini pemerintah menyalurkan sejumlah beras yang dijual dengan harga murah kepada para RTS-PM secara berkala (bulanan) agar mereka dapat mempertahankan tingkat konsumsi

19 digilib.uns.ac.id 4 energi (Sawit, 2002: 88; Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog, 2005). Program Raskin mendistribusikan sejumlah subsidi ekonomi dari pemerintah kepada para Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS- PM), fakta menyatakan bahwa program ini menjadi rentan terhadap masalah manipulasi. Keberadaan subsidi ekonomi tersebut menjadi godaan bagi seseorang anggota masyarakat untuk mengajukan diri sebagai RTS- PM, meskipun sesungguhnya mereka ini tidaklah termasuk RTS-PM. Peluang terjadinya manipulasi seperti ini terbuka lebar, karena kriteriakriteria yang digunakan untuk menetapkan apakah seseorang RTS-PM sangat beragam cakupannya serta pengukurannya bersifat sangat relatif. Pertanyaan yang relevan adalah bagaimana efektivitas dari pelaksanaan program raskin, dan kebijakan-kebijakan apa saja yang perlu diimplementasikan oleh pemerintah untuk memuat program ini dapat bekerja lebih efektif mencapai tujuannya. Pagu Alokasi Raskin Tahun 2010 Kota Madiun sejumlah RTS-PM dengan alokasi setiap RTSPM akan memperoleh 15 kg beras/bln. Beras 15 kg/setiap bulannya, dengan harga Rp.1.600,-/kg beras. Tim Program Raskin Kota Madiun hanya melaksanakan distribusi raskin sampai di kantor kelurahan sedangkan distribusi raskin sampai ke tangan Rumah Tangga Miskin (RTM) sebagai penerima manfaat dari program raskin ini baik secara perorangan maupun kelompok dilaksanakan oleh Petugas Penyalur Raskin Tingkat Kelurahan dan kecamatan. Data

20 digilib.uns.ac.id 5 RTS-PM untuk masing-masing kelurahan sesuai dengan pagu yang telah ditetapkan dan di sampaikan kepada lurah se Kota Madiun beserta Kartu Raskin dan apabila ada perubahan nama dan alamat RTS-PM dari data BPS tersebut karena tidak sesuai dengan kondisi riil di kelurahan maka pihak kelurahan untuk segera menyampaikan hasil verifikasi tersebut ke Pemerintah Kota Madiun. Penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran RTM. Disamping itu, program ini merupakan wujud nyata komitmen Pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat miskin yang sekaligus untuk mengurangi beban Pengeluaran Rumah Tangga Miskin. Pagu Alokasi Raskin Tahun 2008 Kota Madiun sejumlah RTS-PM dengan total Raskin yang akan diberikan kepada RTS-PM sebanyak Kg/ bln. Sedangkan untuk tahun 2009 jumlah RTS-PM lebih sedikit 260 RTS-PM, tetapi total Raskin yang diberikan lebih besar, yaitu Kg. Setelah tahun 2010, total Raskin yang didistribusikan menurun, sesuai dengan penurunan jumlah RTS-PM yang signifikan, yaitu RTS-PM dengan total Raskin Kg. Seperti terlihat pada tabel sebagaimana di bawah ini..

21 digilib.uns.ac.id 6 Tabel 1.1. Pagu Alokasi Raskin Kota Madiun sebelum penambahan Tahun TAHUN No KECAMATAN RTS-PM KG RTS-PM KG RTS-PM KG 1 KARTOHARJO MANGUHARJO TAMAN Jumlah Sumber : Bagian Administrasi Perekonomian dan Sosial, Pemkot Madiun. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian dalam latar belakang masalah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan menjadi beberapa hal sebagai berikut: 1. Apakah pelaksanaan Program Raskin tepat sasaran? 2. Apakah pelaksanaan Program Raskin tepat jumlah? 3. Apakah pelaksanaan Program Raskin tepat harga? 4. Apakah pelaksanaan Program Raskin tepat waktu? 5. Apakah pelaksanaan Program Raskin tepat administrasi? 6. Apakah pelaksanaan Program Raskin tepat kualitas?

22 digilib.uns.ac.id Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) bulan dimulai Bulan Desember 2010 s/d Januari 2011 bertujuan untuk: 1. Menganalisis pelaksanaan program raskin tepat sasaran 2. Menganalisis pelaksanaan program raskin tepat jumlah 3. Menganalisis pelaksanaan program raskin tepat harga 4. Menganalisis pelaksanaan program raskin tepat waktu 5. Menganalisis pelaksanaan program raskin tepat administrasi 6. Menganalisis pelaksanaan program raskin tepat kualitas 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemanfaatan secara teoritis, diantaranya sebagai berikut: 1) Menambah pengetahuan dan wawasan tentang teori yang berkaitan dengan Raskin. 2) Memberikan kontribusi pemikiran bagi pembuat kebijakan dalam pelaksanaan program Raskin sehingga dapat memperbaikinya di kemudian hari. 3) Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam proses perumusan suatu kebijakan yang partisipatif dan efektif serta efisien dalam pengembangan program.

23 digilib.uns.ac.id 8 2. Manfaat Praktis Penelitian ini ditinjau dari aspek praktis diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya: 1) Upaya memperbaiki kebijakan tentang Program Raskin 2) Hasil penelitian dapat memberikan gambaran tentang distribusi Program Raskin di Kota Madiun. 3) Bagi pemerintah terkait, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan alternatif dan masukan atau evaluasi dalam penentuan kebijakan sehingga dapat menjadi alat monitor bagi pelaksanaan program ini selanjutnya.

24 digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Definisi Kemiskinan Specler (1993: 90) mengatakan bahwa kemiskinan mencakup; pertama, kekurangan fasilitas fisik bagi kehidupan yang normal. Kedua, gangguan dan tingginya resiko kesehatan, resiko keamanan dan kerawanan kehidupan sosial ekonomi serta lingkungannya. Ketiga, kekurangan pendapatan yang mengakibatkan tidak bisa hidup layak dan keempat, kekurangan dalam kehidupan sosial yang dapat ditunjukkan oleh kebersihan sosial, dan kualitas pendidikan yang rendah (Darwin, 2005: 123). Usman (2004: 78) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standar kebutuhan hidup minimal yang ditetapkan berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup bekerja dan hidup sehat atas kebutuhan beras dan gizi. Bahwa batas atas atau garis kemiskinan dibuat berdasarkan pemenuhan konsumsi makanan pokok serta kebutuhan bahan makanan yang terdiri dari sandang, perumahan kesehatan, pendidikan dan transportasi. Batas atau garis kemiskinan itu ditentukan atas dasar kemiskinan itu ditentukan atas dasar

25 digilib.uns.ac.id 10 pemenuhan kebutuhan dasar. Batas nilai pengeluaran berdasarkan atas kebutuhan makanan kalori per orang per hari. Chambers (1983: 99) mengatakan salah satu pandangan orang luar terhadap orang miskin sebagai manusia boros, malas, bodoh dan yang tidak bertanggung jawab terhadap kemiskinannya, sangat meyakinkan namun sebagian besar meleset. Banyak bukti serta meyakinkan berapa studi kasus yang menunjukkan bahwa orang-orang miskin itu adalah pekerja keras, cerdik dan ulet. Orangorang miskin harus memiliki sifat-sifat seperti itu untuk dapat bertahan hidup melepaskan diri dari belenggu rantai kemiskinan yang terdiri dari kemiskinan itu sendiri, kelemahan jasmani, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Dan kelima faktor tersebut, faktor kerentanan dan ketidakberdayaan pantas untuk disimak dan diamati secara lebih mendalam. Kerentanan mencerminkan keadaan tanpa peyangga atau cadangan menghadapi hal-hal yang tidak terduga, seperti keharusan untuk memenuhi kewajiban sosial (upacara adat dan kematian), musibah, ketidakmampuan fisik (sakit, cedera). Hal yang tidak terduga sering kehilangan atau menjual kekayaan yang satu-satunya dimiliki, sehingga membuat lebih miskin dan lebih rentan lagi. Ketidakberdayaan golongan miskin dicerminkan dengan kemudahan golongan masyarakat lainnya yang lebih mampu dan lebih kuat untuk menjaring, mengatur dan membelokkan manfaat atau hasil-hasil pembangunan serta pelayanan Pemerintah yang

26 digilib.uns.ac.id 11 diperuntukkan bagi yang kekurangan, karena berada dalam kedudukan yang lemah, terutama kaum wanita, usia lanjut, cacat dan kaum yang sangat melarat Kebijakan Program Raskin, Indikator dan Penyebab adanya Raskin 1) Kebijakan Program Raskin Program Raskin telah mengalami beberapa kali penyesuian, namun efektifitasnya masih diperdebatkan. Oleh karena itu, Bappenas meminta Lembaga Penelitian SMERU untuk menjadi efektifitas Program Raskin dan memperoleh pelajaran dalam rangka perbaikan program. Kajian ini menggunakan pendekatan tinjauan dokumen dan analisis data sekunder atau (meta-evaluasi ) yang didukung dengan wawancara informan kunci di tingkat pusat dan studi lapangan. Berikut ini adalah temuan utama hasil kajian. Pada sisi penyaluran hingga titik distribusi, Bulog telah melaksanakan tugasnya dengan relatif baik sesuai dengan pedoman program. Namun, penilaian keberhasilan program tidak dapat dilakukan secara parsial karena Raskin merupakan sebuah kesatuan program untuk menyampaikan beras bersubsidi kepada rumah tangga miskin. Permasalahan pelaksanaan Raskin banyak terjadi dari titik distribusi hingga rumah tangga penerima.

27 digilib.uns.ac.id 12 Mekanisme distribusi Raskin Kota Madiun diawali dengan Surat Permintaan Alokasi oleh Walikota Madiun Kepada Kepala Bulog Sub Divre IV Madiun berdasarkan pagu Raskin dan rumah tangga miskin penerima manfaat di masing-masing kelurahan setiap bulannya. Pembayaran Harga Penjualan beras Raskin dari RTM kepada petugas penyalur raskin kelurahan dan dari petugas penyalur kelurahan kepada Satker Raskin Kota Madiun pada prinsipnya dilakukan secara langsung dimana Rumah Tangga Sasaran yang menerima beras langsung membayar (Cash and Carry) dengan biaya tebus sebesar Rp ,- /kg (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, 2010). Secara umum, hasil kajian terhadap pelaksanaan program raskin menunjukkan bahwa efektifitas program Raskin masih relatif lemah. Hal ini ditandai oleh sosialisasi dan transparansi yang kurang, target penerima, harga, jumlah, dan frekuensi penerimaan beras yang kurang tepat, biaya pengelolaan program yang tinggi, pelaksanaan monitoring yang belum optimal dan mekanisme pengaduan yang kurang berfungsi. 2) Indikator Program Raskin Untuk menilai efektifitas pelaksanaan program raskin di suatu daerah didasarkan pada indikator kinerja program yang telah ditetapkan. Adapun indikator kinerja berdasarkan pelaksanaan

28 digilib.uns.ac.id 13 raskin yang dikenal dengan 6 T sebagaimana yang tertuang dalam pedoman umum Raskin 2010 yakni: a. Tepat Sasaran Penerima Manfaat Raskin hanya diberikan kepada RTM sesuai hasil musyawarah kelurahan yang dituangkan dalam Daftar Penerima Manfaat (format DPM-1). b. Tepat Jumlah Jumlah raskin yang diberikan kepada RTM berjumlah 13 kg/bln selama 12 bulan. c. Tepat Harga Harga tebus raskin tahun 2009 Rp ,-/ kgnetto di titik distribusi (kelurahan), d. Tepat Waktu Waktu pelaksanaan distribusi raskin kepada RTS-PM Raskin sesuai dengan rencana distribusi yang telah ditetapkan, e. Tepat Kualitas Terpenuhinya persyaratan kualitas beras sesuai dengan standar kualitas beras bulog, medium kondisi baik, f. Tepat Administrasi Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar, lengkap dan tepat waktu.

29 digilib.uns.ac.id 14 3) Penyebab Adanya Raskin Kekurangan fisik manusia, kekurangan akses dalam memperoleh pelayanan minimal dalam berbagai bidang kehidupan, serta sulit atau kekurangan memperoleh akses dalam proses pengambilan kebijakan. Untuk itu Pemerintah Kota Madiun mengadakan Program Raskin. Program Raskin dalam program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyediaan beras bersubsidi. Program ini merupakan kelanjutan Program Operasi Pasar Khusus atau (OPK) yang diluncurkan pada Juli Pada Tahun 2007, Raskin ditarget penyediaannya 1,9 juta ton beras bagi 15,8 juta rumah tangga miskin dengan total biaya Rp. 6,28 triliun setiap rumah tangga menerima 10 kg beras setiap bulan dengan harga Rp 1000 per kg di titik distribusi. Penyaluran beras hingga titik distribusi menjadi tanggung jawab Bulog, sementara dari titik distribusi kepada rumah tangga sasaran menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. Sasaran Raskin Tahun 2010 adalah berkurangnya beban pengeluaran 17,5 juta RTS-PM berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam mencukupi kebutuhan pangan beras, melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 156 kg/rts/tahun atau

30 digilib.uns.ac.id 15 setara dengan 13 kg/rts/bulan dengan harga tebus Rp per kg netto di titik distribusi Distribusi Raskin Distribusi merupakan penambahan kegunaan waktu, tempat dan pemilikan barang yang mencakup juga pengangkutan barangbarang dari tempat asal atau produksi lanjutan ke tempat penjualan. Dalam hal ini ditribusi mencakup berbagai bidang manajemen khususnya seperti penjualan, pengiklanan, keuangan, pengangkutan dan pergudangan (Taff, 1994: 190). Peranan saluran distribusi dalam pemasaran tercermin dari biaya distribusi yang besarnya dapat melebihi biaya produksi, biaya promosi, biaya administrasi pemasaran dan biaya pemasaran lain. Peranan yang besar dapat ditunjukkan dengan kinerja yang baik terhadap fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan di setiap saluran (Purwadi, 2000: 56). Mekanisme pelaksanaan distribusi Raskin berdasarkan Pedoman Umum Raskin Tahun 2010 yaitu: 1) Bupati/Walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada Kadivre/Kasubdivre/kaKansilog Perum Bulog berdasarkan alokasi pagu Raskin dan rumah tangga miskin penerima manfaat Raskin di masing-masing Kecamatan/ Kelurahan/Desa. 2) SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 3 commit (tiga) bulan, to user maka pagu dapat direlokasikan ke

31 digilib.uns.ac.id 16 daerah lain dengan menerbitkan SPA baru yang menunjuk pada SPA yang tidak dapat dilayani. 3) Berdasarkan SPA, Kadivre menerbitkan SPPB (Surat Perintah Pengiriman Beras) untuk masing-masing Kecamatan/Kalurahan/Desa kepada Satker (Satuan Kerja) Raskin. Apabila terdapat tunggakan Harga Penjualan Beras (HPB) pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB periode berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan. 4) Berdasarkan SPPB, Satker Raskin mengambil beras di gudang penyimpanan Perum BULOG, mengangkut dan menyerahkan beras Raskin kepada pelaksana distribusi di titik distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, harus sesuai dengan standar kualitas BULOG. Apabila tidak memenuhi standar kualitas maka beras dikembalikan kepada Satker Raskin untuk ditukar/diganti. 5) Serah terima beras Raskin dari Satker Raskin kepada pelaksana distribusi di titik distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) yang merupakan pengalihan tanggungjawab. Pelaksana Distribusi menyerahkan beras kepada rumah tangga miskin penerima manfaat Raskin.

32 digilib.uns.ac.id Efisiensi dan Efektivitas Efisiensi dapat didefenisikan sebagai peningkatan rasio output-input yang dapat dicapai dengan cara yaitu : pertama, output tetap konstan sedangkan input mengecil, kedua, output meningkat sedangkan input tetap konstan, ketiga, output meningkat dalam kadar yang lebih tinggi daripada peningkatan input, keempat output menurun dalam kadar yang lebih rendah daripada penurunan input (Rahim, 2007: 77). Sistem distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau. Perdagangan pangan yang adil diantara berbagai pelaku dengan kekuatan yang berbeda akan menjamin return/keuntungan yang efisien dan adil. (Nainggolan, 2005: 88). Semua proses dalam distribusi pemasaran, mulai dari penampungan di produsen sampai penyaluran barang ke konsumen membutuhkan biaya yang masing-masing tidak sama. Bila jarak antara produsen dengan konsumen pendek, maka biaya pengangkutan bisa diperkecil. Jika tidak terjadi perubahan bentuk ataupun perubahan volume atau mutu maka biaya pengolahan jadi tidak ada. Semakin panjang jarak dan semakin banyak perantara yang terlibat dalam distribusi, maka biaya distribusi semakin tinggi (Daniel, 2002: 145). Efisiensi pemasaran dapat terjadi yaitu pertama, jika biaya distribusi dapat ditekan sehingga keuntungan yang diperoleh dapat lebih tinggi,

33 digilib.uns.ac.id 18 kedua, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, ketiga, tersedianya fasilitas fisik yang mendukung proses pendistribusian (Dwihastuti, 2007: 79). Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektivitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. Sedangkan pengertian efektivitas menurut Saksono (1984) adalah efektivitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input. Kedua pengertian efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen pendistribusian raskin, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. 2.2 Tinjauan Pustaka Hutagaol dan Asmara (2007) analisis efektivitas kebijakan publik memihak masyarakat miskin : studi kasus pelaksanaan program raskin di propinsi jawa barat. Pelaksanaan program Raskin di daerah penelitian pada tahun 2007 telah memberikan bantuan raskin yang sangat

34 digilib.uns.ac.id 19 dibutuhkan oleh masyarakat miskin yang menjadi kelompok targetnya (kelompok RTM). Namun, program Raskin belum begitu efektif dalam pelaksanaannya. Sebab, faktanya besarnya jatah yang diterima oleh rumah tangga miskin (RTM) yang menjadi kelompok target dalam program raskin jauh dari jatah normatif yang ditetapkan oleh pemerintah (yaitu 10 kg per RTM per bulan), harga tebusan raskin yang dibayarkan oleh mereka juga jauh di atas harga tebusan raskin yang secara normatif ditetapkan oleh pemerintah (yaitu Rp per kg). Hastuti, dkk (2007) lembaga penelitian Smeru efektifitas pelaksanaan Raskin di Indonesia. Berdasarkan hasil tinjauan dokumen, analisis data sekunder, dan studi lapangan, pelaksanaan Raskin belum dapat mencapai tujuannya. Hal ini terutama karena adanya ketidaktepatan sasaran. Raskin dibagikan kepada jumlah rumah tangga yang lebih besar dari pada ketentuan, mencakup rumah tangga yang tidak miskin juga sehingga menyebabkan rumah tangga miskin menerima beras jauh di bawah ketentuan. Suroso (2009), dengan penanggulan kemiskinan melalui program raskin di Kabupaten Pati. Menunjukkan bahwa sejak tahun pelaksanaan program raskin di Kabupaten Pati telah berjalan dengan efektif. Hasil angket tentang keefektifan pelaksanaan program raskin di Kabupaten Pati dari 7 (tujuh) butir pernyataan dalam angket oleh jawaban 186 responden skor tertinggi 35 dan terendah 7 diperoleh jawaban rata-rata 27 skor. Berdasarkan ini, maka dapat dinyatakan pelaksanaan program raskin di

35 digilib.uns.ac.id 20 Kabupaten Pati sudah efektif karena skor rata-rata lebih dekat pada skor maksimal. Tabel 2.1 Studi Tentang Efektivitas Pelaksanaan Program Raskin No Peneliti, Judul dan Tahun Metode Analisis Hasil/Kesimpulan 1 Hutagaol & Asmara Analisis Efektivitas Kebijakan Publik Memihak Masyakat Miskin: Studi Kasus Pelaksanaan Program Raskin Di Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2007 (2007) Analisis Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif Program Raskin belum begitu efektif dalam pelaksanaannya. 2 Hastuti dkk Efektivitas Pelaksanaan Raskin (2007) 3 Suroso Penanggulan kemiskinan melalui program raskin di Kabupaten Pati (2009) Analisis Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif Analisis Deskriptif 4 Mariyam Musawa Analisis Deskriptif Studi Implementasi Program Beras Miskin (Raskin) Di Wilayah Kelurahan Gajahmungkur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang (2009) Pelaksanaan Raskin belum dapat mencapai tujuannya. Hal ini terutama karena adanya ketidaktepatan sasaran. Raskin dibagikan kepada jumlah rumah tangga yang lebih besar dari pada ketentuan, mencakup rumah tangga yang tidak miskin juga sehingga menyebabkan rumah tangga miskin menerima beras jauh di bawah ketentuan. Hasil angket tentang keefektifan pelaksanaan program raskin di Kabupaten Pati dari 7 (tujuh) butir pernyataan dalam angket oleh jawaban 186 responden skor tertinggi 35 dan terendah 7 diperoleh jawaban rata-rata 27 skor. Berdasarkan ini, maka dapat dinyatakan pelaksanaan program raskin di Kabupaten Pati sudah efektif karena skor rata-rata lebih dekat pada skor maksimal.

36 digilib.uns.ac.id 21 No Peneliti, Judul dan Tahun Metode Analisis Hasil/Kesimpulan rendah. Hal ini terindikasi dari adanya rumah tangga tidak miskin yang menjadi penerima Raskin (leakage) dan adanya rumah tangga miskin yang belum menjadi penerima (undercoverage). 5 Yunita Sari Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban, Kabupaten Langkat (2010) Sumber: Hasil penelitian sebelumnya Analisis Deskriptif Harga Raskin yang diterima oleh rumah tangga miskin berbeda dengan harga yang ditetapkan oleh Pemerintah. Program pendistribusian Raskin memberikan surplus kepada penerima manfaat beras miskin. Tingkat keefektifan program pendistribusian Raskin yaitu sebesar 33,4% menyatakan distribusi Raskin tepat sasaran, jumlah, harga, waktu dan administrasi dan 51,2% menyatakan distribusi Raskin tidak tepat sasaran, jumlah, harga, waktu dan administrasi. Tingkat efisiensi pendistribusian beras Raskin di Desa Securai Utara sudah efisien karena saluran pendistribusian yang pendek yaitu langsung dari produsen ke konsumen sehingga biaya yang ditimbulkan cukup rendah. 2.3 Kerangka Pikir Penelitian Program Raskin merupakan wujud nyata komitmen Pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat miskin yang sekaligus untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin. Disamping itu, juga dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat miskin dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok sebagai salah satu hak dasar masyarakat.

37 digilib.uns.ac.id 22 Sasaran Program Raskin tahun 2010 adalah rumah tangga sasaran (RTS) sesuai dengan hasil pendataan BPS tahun 2008 yang terdiri dari rumah tangga sangat miskin, rumah tangga miskin, rumah tangga hampir miskin. Berdasarkan UU No.47 tahun 2009 tentang APBN merupakan salah satu bentuk dari kebijakan tipe kedua (Departemen dalam Negeri dan Perum Bulog, 2006). Program Raskin adalah program pemerintah untuk memberikan bantuan beras dengan harga penjualan bersubsidi kepada masyarakat miskin. Melalui program ini pemerintah menyediakan beras kepada masyarakat miskin sebanyak 15 kg/kk/bulan. Beras diberikan tidak dengan cuma-cuma. Penerima bantuan Raskin harus membayar dengan harga Rp per kg netto di titik Distribusi. Sehingga selisih antara harga pasar yang seharusnya dibayar dengan harga yang sesungguhnya dibayar ( Rp ,-/ kg ) oleh keluarga miskin menjadi besaran subsidi yang ditanggung oleh pemerintah per kilogramnya (Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog, 2006). Keberhasilan Program Raskin diukur berdasarkan tingkat pencapaian indikator 6 (enam)t yaitu: tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi. Bila kita anggap beras raskin ini sama kualitasnya dengan beras yang paling murah dijual di pasar, dan harganya di pasar local adalah Rp ,-/kg, maka untuk setiap kg, penerima raskin mendapat subsidi per kg sebesar Rp ,-. Bila mengacu pada jumlah normatif yang disalurkan per KK per bulan tersebut diatas, maka setiap bulan satu keluarga miskin akan mendapat subsidi pangan

38 digilib.uns.ac.id 23 sebesar Rp ,-. Hal ini dapat dipandang sebagai pendapatan suplementer bagi keluarga miskin. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya dengan ketentuan target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Efektivitas distribusi Raskin ditinjau dari beberapa indikator yaitu ketepatan sasaran bagi rumah tangga yang benar-benar miskin, ketepatan jumlah beras yang diterima rumah tangga miskin yaitu sebanyak 13 kg/kk, ketepatan harga yaitu Rp 1.600/kg di titik distribusi, ketepatan waktu pendistribusian serta terpenuhinya persyaratan administrasi dengan benar. Pendistribusian Raskin akan efektif jika keenam indikator tersebut terpenuhi dan mekanisme pendistribusian berjalan dengan lancar. Distribusi Raskin dianggap efisien jika mampu menyampaikan beras untuk keluarga miskin ke penerima manfaat dengan biaya distribusi yang serendah-rendahnya dan dalam waktu yang sesingkatnya. Ada dua implikasi langsung dari pemberian raskin ini bagi keluarga miskin yang menerimanya. Pertama, dengan mendapatkan jumlah raskin seperti yang ditetapkan, maka diharapkan keluarga miskin akan dapat mempertahankan asupan kalori dan gizinya. Kedua, pendapatan suplementer yang timbul diharapkan dapat digunakan oleh keluarga miskin dapat memenuhi kebutuhan lainnya.

39 digilib.uns.ac.id 24 Berdasarkan uraian diatas, maka untuk lebih memahami hal tersebut dapat dilihat skema kerangka pemikiran untuk penelitian ini. Program Raskin: Indikator Program Raskin: 1. Tepat Sasaran 1. Tepat Jumlah 2. Tepat Harga 3. Tepat Waktu 4. Tepat Kualitas 5. Tepat Administrasi Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian.

40 digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian analisis efektivitas pelaksanaan beras bersubsidi untuk rumah tangga miskin ini dilakukan di Kota Madiun, di tiga Kecamatan, yaitu : 1. Kecamatan Kartoharjo, 2. Kecamatan Manguharjo, 3. Kecamatan Taman. Masing-masing Kecamatan terdiri dari 9 (sembilan) kelurahan. Penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan dimulai Bulan Desember 2010 Januari Sumber dan Jenis Data Data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian ini meliputi data sekunder. Data sekunder dihimpun dari berbagai instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, Bagian Administrasi Perekonomian dan Sosial, Kecamatan dan kelurahan yang terdiri dari 27 (dua puluh tujuh) kelurahan. Data-data yang terkumpul kemudian diolah, yang selanjutnya dilakukan analisis guna memperoleh ketepatan hasil dari penelitian. data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain : 1. Data Pagu Alokasi Raskin commit Kota Madiun to user Tahun ,

41 digilib.uns.ac.id Data Rekapitulasi Hasil Pemantauan Realisasi Program Raskin Tahun , 3. Kota Madiun Dalam Angka Metode Analisis Data Metode Analisis Efektivitas Pelaksanaan Program Raskin Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan dengan menggunakan ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. Pemerintah telah menetapkan efektivitas pelaksanaan raskin dengan ketetapan ada 6 (enam) indikator kinerja pelaksanaan program Raskin (Pedoman Umum Raskin 2010) yaitu: (a). Tepat Sasaran Raskin hanya diberikan kepada RTS-PM raskin Desa/Kelurahan yang terdaftar dalam Daftar hasil Musyawarah Penerima Manfaat (DPM-1) (b). Tepat Jumlah Jumlah Raskin yang merupakan hak Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) sesuai dengan ketentuan yang berlaku (c). Tepat Waktu waktu pelaksanaan distribusi beras kepada RTS-PM Raskin sesuai dengan rencana distribusi

42 digilib.uns.ac.id 27 (d). Tepat Harga harga beras yang dibayarkan oleh Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) sebesar netto Rp ,- per kg di titik distribusi sama dengan yang talah ditetapkan Pemerintah. (e). Tepat administrasi Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar, lengkap dan tepat waktu. (f). Tepat Kualitas. terpenuhinya persyaratan kualitas beras sesuai dengan standar kualitas beras Bulog (Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog, 2010). Analisis data dilakukan secara deskriptif, baik deskriftif kualitatif dan kuantitatif. Diskriptif tersebut tersebut digunakan untuk mendiskripsikan data terkini dalam pelaksanaan program Raskin di Kota Madiun a) Tepat Sasaran S = S S a s 100% Dimana : S : Indek kinerja ketepatan sasaran (%). S a : S s : Jumlah rumah tangga yang aktual menerima. Jumlah rumah tangga yang seharusnya menerima (terdaftar dalam DPM-I).

43 digilib.uns.ac.id 28 b) Tepat Jumlah J = J J a s 100% J : Indek kinerja ketepatan sasaran (%). J s : Jumlah beras yang seharusnya diterima Rumah Tangga Sasaran (13 kg/rts-pm/bulan) J a : Jumlah beras yang aktual diterima Rumah Tangga Sasaran (kg/rts-pm/bulan) c) Tepat Harga H = H H a s 100% H : Indek kinerja ketepatan harga (%). H s : Jumlah beras yang seharusnya dibayar Rumah Tangga Sasaran (Rp /kg) H a : Jumlah beras yang aktual dibayar Rumah Tangga Sasaran (Rp/Kg) d) Tepat Waktu W= W W a s 100% W : Indek kinerja commit ketepatan to user waktu (%).

44 digilib.uns.ac.id 29 W s : Jumlah waktu pemberian beras yang seharusnya diterima Rumah Tangga Sasaran (12 kali dalam setahun) W a : Jumlah waktu yang aktual diterima Rumah Tangga Sasaran (12 kali dalam setahun) e) Tepat Administrasi Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar, lengkap dan tepat waktu. f) Tepat Kualitas terpenuhinya persyaratan kualitas beras sesuai dengan standar kualitas beras Bulog

45 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Demografis Kota Madiun bagian dari wilayah Propinsi Jawa Timur bagian barat, terletak di dataran rendah antara 7-8 lintang selatan atau sepanjang 7,5 km bentang arah utara selatan, dan antara bujur timur atau sepanjang 6 km bentang arah barat timur. Letak geografis Kota Madiun sangat strategis karena terletak pada simpul jaringan jalan raya regional yang menghubungan daerah-daerah di Jawa Timur dengan daerah Jawa Tengah, khususnya menghubungkan Kota Madiun dengan kota-kota besar lainnya yaitu Surabaya dengan Surakarta dan Yogyakarta. Di samping itu Kota Madiun juga dilewati jaringan jalan kereta api lintas utama Pulau Jawa bagian selatan, yang menghubungkan Surabaya - Jakarta lewat Purwokerto dan Surabaya - Bandung. Secara administrasi wilayah Kota Madiun berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Madiun dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun : Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun : Kecamatan Geger Kabupaten Madiun : Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun

46 digilib.uns.ac.id 31 Berdasarkan Evaluasi Penggunaan Tanah (EPT) tahun 1992 Kota Madiun mempunyai luas 33,23 km 2 dan terbagi menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Manguharjo dengan luas wilayah 10,04 km 2, Kecamatan Taman dengan luas wilayah 12,46 km 2, dan Kecamatan Kartoharjo dengan luas wilayah 10,73 km Kondisi Sosial dan Kependudukan Data Kependudukan merupakan variabel yang sering digunakan dalam berbagai program baik dalam kegiatan penelitian maupun kegiatan rutin pemerintah sehingga dalam proses pembangunan, penduduk dapat digunakan sebagai subyek maupun obyek pembangunan Berdasarkan wilayah administrasi Kota Madiun di bagi dalam wilayah 3 Kecamatan diantaranya : 1. Kecamatan Kartoharja dengan wilayahnya 9 Kelurahan 2. Kecamatan Taman dengan wilayahnya 9 Kelurahan 3. Kecamatan Manguharjo dengan wilayahnya 9 Kelurahan Berdasarkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2009 jumlah penduduk Kota Madiun adalah jiwa, terdiri atas penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Ratarata setiap rumah tangga berisi 3 orang anggota rumah tangga. Dengan luas wilayah 33Km 2 kepadatan penduduk Kota Madiun adalah penduduk/km 2. Ketiga kecamatan di Kota Madiun, Kecamatan Taman adalah kecamatan yang paling padat penduduknya. Yaitu, dengan jumlah penduduk dan tingkat

47 digilib.uns.ac.id 32 kepadatan jiwa/km 2. Kecamatan Manguharjo dengan kepadatan penduduk jiwa/km 2, Kecamatan Kartoharjo dengan tingkat kepadatan jiwa/km 2. Table 4.1 Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun Penduduk Luas Wilayah(Km 2 Kepadatan ) Penduduk/Km 2 Kecamatan Manguharjo , , , , , , , , Kecamatan Taman , , , , , , , , Kecamatan Kartoharjo , , , , , , , , Sumber: Kota Madiun Dalam Angka, 2010

48 digilib.uns.ac.id Perekonomian Kota Madiun mengalami perlambatan pertumbuhan, secara agregate pada tahun 2008 ekonomi Kota Madiun tumbuh sebesar 5,66 % sesuai dengan data yang diperoleh BPS Kota Madiun, namun terjadi dinamika atau perubahan dimana berdasarkan hasil perhitungan final Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan berdasarkan data dari BPS Kota Madiun laju pertumbuhan ekonomi di Kota Madiun tahun 2008 mencapai 6,24 %. Laju pertumbuhan ekonomi tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. 4.2 Penduduk Miskin dan Penentuan Syarat Penerima Raskin Persentase penduduk miskin di Kota Madiun jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentase penduduk miskin di Jawa Timur. Sejak terjadi penurunan persentase penduduk miskin pada tahun 2004 di Kota Madiun yaitu dari 7,9 menjadi 7,1 selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya persentase penduduk miskin selalu mengalami penurunan seperti yang diharapkan oleh pemerintah. Tahun 2005 penduduk miskin Kota Madiun turun 2,74 persen dari tahun 2004 disaat penduduk miskin di Jawa Timur naik sebesar 3,44 persen. Kemudian turun secara sangat signifikan pada tahun 2006 menjadi 6,32 dan tahun 2007 menjadi 5,49 persen. Pada pedoman Umum 2010, RTM BPS yang merupakan data sasaran rumah tangga penerima program, digunakan sebagai dasar

49 digilib.uns.ac.id 34 penetapan pagu alokasi hingga tingkat desa/kelurahan. Di tingkat desa/kelurahan, penetapan penerima manfaat menggunakan mekanisme mudes yang dilaksanakan secara transparan dan partisipatif dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat termasuk perwakilan RTM. Pada Pedoman Umum Raskin dinyatakan bahwa penentuan rumah tangga sasaran melalui mudes dilakukan dengan mengacu pada data keluarga sasaran, yakni KPS (Keluarga Pra-Sejahtera) dan KS- 1(Keluarga Sejahtera 1) hasil pendataan BKKBN. Namun, pada Pedum Raskin , tidak ada ketentuan bahwa mudes harus mengacu pada data RTM BPS. Bahkan, pada bagian Penetapan Penerima Manfaat tidak disebutkan bahwa penerima manfaat harus rumah tangga miskin. Tidak adanya ketentuan tersebut dapat dijadikan dasar pembenaran petugas pelaksana untuk membagikan Raskin tidak hanya kepada RTM atau bahkan dibagi rata, asal keputusannya diambil melalui mudes. Pada bagian pendahuluan pedoman umum disebutkan bahwa sasaran Raskin adalah RTM, namun sangat mungkin pelaksana program menggunakan pedoman umum secara parsial, tidak menyeluruh. Apalagi seperti disebutkan di atas, penyebaran Pedoman umum Raskin masih sangat terbatas dan tidak sampai pada pelaksana di tingkat masyarakat. Cara penentuan penerima manfaat Mudes belum dilaksanakan di seluruh wilayah dan pelaksanaannya kurang optimal,akibatnya cara penetapan sasaran penerima manfaat

50 digilib.uns.ac.id 35 bervarisi antar wilayah. Ada yang menetapkan sasaran melalui mudes, ada yang menggunakan data acuan nasional sebagai dasar (data BKKBN atau data RTM BPS), dan ada yang ditentukan ketua RT/RW atau oleh kepala desa/kelurahan. Pada banyak kasus, berbagai cara penetapan tersebut pada akhirnya menghasilkan keputusan Raskin dibagi rata kepada jumlah rumah tangga yang lebih banyak atau kepada seluruh rumah tangga (Hastuti & Maxwell, 2003). Berbagai alasan yang melatarbelakangi keputusan tersebut antara lain untuk menghindari konflik, kurangnya pagu dibanding RTM, menghindari kecemburuan sosial, adanya tuntutan dari mereka yang tidak berhak, dan untuk mencapai target waktu penjualan beras serta pembayarannya (Perdana & Maxwell, 2004). Pemerintah Daerah Kota Madiun menekankan kepada semua pelaksana Raskin untuk menggunakan data Rumah Tangga Miskin BPS sebagai penerima manfaat. Dalam pelaksanaannya sampai ke RTM tidak terjadi permasalahan yang fatal mengenai pembagian Raskin karena terjadi koorninasi yang baik antar dinas/instansi terkait. Kriteria untuk menentukan keluarga/rtm menurut BPS, ada 14 kriteria, yaitu: 1. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

51 digilib.uns.ac.id Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 10. Hanya sanggup makan hanya satu/dua kali dalam sehari. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp ,- (Enam Ratus Ribu) per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga : tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya SD. 14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp ,- (Lima Rus Ribu Rupiah), seperti sepeda motor kredit/non-kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Dari 14 variabel tersebut jika minimal 9 variabel terpenuhi, maka dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

52 digilib.uns.ac.id Pelaksanaan Program Raskin Di Kota Madiun Alokasi Pagu Raskin yang dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pendistribusian Raskin oleh Tim Program Raskin di Kota Madiun pada Tahun 2010 ini ada 2 (dua) kali penetapan yaitu : 1. Alokasi Pagu Raskin Pertama Berdasarkan surat Gubernur Jawa Timur Nomor: 518/1938/021/2009 tanggal 31 Desember 2009 perihal Pelaksanaan Program dan Pagu Raskin Tahun 2010 dengan mendapat alokasi Raskin sejumlah RTS-PM dan masing-masing mendapat 13 kg selama 12 bulan dengan harga tebus Rp per kg. Sebagai tindaklanjut surat Gubernur tersebut, telah diadakan rapat koordinasi oleh Tim Raskin tanggal 26 Januari 2010 di Ruang 13 Kantor Pemerintah Kota Madiun dengan kebijakan bahwa penyaluran sejumlah 15 kg/rts-pm selama 12 bulan dan kekurangannya telah diupayakan untuk dianggarkan dalam Perubahan Anggaran Kegiatan Tahun Alokasi Pagu Raskin kedua Berdasarkan surat Gubernur Jawa Timur Nomor: 518/9242/021/2010 tanggal 14 Juli 2010 perihal penyesuaian Pagu Alokasi Raskin Tahun 2010 untuk Kabupaten/ kota se Jawa Timur, telah disampaikan bahwa Pemerintah Pusat telah menyetujui penambahan subsidi Pagu Raskin Kabupaten/Kota Tahun 2010, sehingga Pagu Raskin Tahun 2010 bertambah, dengan commit rincian to user alokasi pagu Raskin adalah 13 kg

53 digilib.uns.ac.id 38 untuk 5 (lima) bulan (Januari s/d Mei 2010) dan 15 kg untuk 7 (tujuh) bulan (Juni s/d Desember 2010) sesuai dengan RTS-PM yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Menindaklanjuti surat Gubernur tersebut diatas dan sehubungan Pemerintah Kota Madiun telah mengambil kebijakan maka sebanyak RTS-PM tetap menerima 15 kgrts selama 12 bulan dengan harga tebus 1.600/kg. Hal ini mengacu pada surat Gubernur Jawa Timur tanggal 30 April 2010 Nomor: 518/62255/021/2010 perihal Dukungan Pelaksanaan Program Raskin Tahun Pendistribusian Raskin sampai ketitik distribusi (kantor kelurahan masing-masing) mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: - Waktu dan tata cara pendistribusian disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan kelurahan setempat. - Beras yang didistribusikan berlabel Beras Raskin. - Untuk distribusi selama 12 bulan dikemas dalam takaran 15 Kg per sak. Tim Raskin Kota Madiun hanya menyalurkan beras sampai di tingkat kelurahan. Beras Raskin untuk sampai ke penerima manfaat baik perorangan maupun kelompok dilaksanakan oleh petugas penyalur Raskin tim tingkat kelurahan dan kecamatan. Pembayaran Harga Penjualan Beras (HPS) Raskin dari RTM ke petugas penyalur Raskin kelurahan dan petugas commit kelurahan to user kepada satker Raskin Kota Madiun

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raskin merupakan program bantuan yang sudah dilaksanakan Pemerintah Indonesia sejak Juli 1998 dengan tujuan awal menanggulangi kerawanan pangan akibat krisis moneter

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Beras memiliki urutan utama dari jenis bahan pangan yang dikonsumsi. Hampir seluruh penduduk Indonesia menjadikan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014 PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA DUMAI, Menimbang

Lebih terperinci

!"#$%&%&' ()*+,%-%,#&'.*$#+&#"##"'./01/#2' 3#&+%"' di Kota Bandar Lampung

!#$%&%&' ()*+,%-%,#&'.*$#+&###'./01/#2' 3#&+%' di Kota Bandar Lampung JEKT 6 [1] : 46-54 ISSN : 2301-8968!"#$%&%&' ()*+,%-%,#&'.*$#+&#"##"'./01/#2' 3#&+%"' di Kota Bandar Lampung Zulfa Emalia *) Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung ABSTRAK Beras

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Raskin adalah salah satu program pemerintah untuk membantu masyarakat yang miskin dan rawan pangan, agar mereka mendapatkan beras untuk kebutuhan rumah tangganya.

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010 WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa guna kelancaran

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM RASKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2009 Nomor 1 Seri E.7 PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENYALURAN BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) TAHUN 2007 DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS KELUARGA MISKIN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA HARGA TEBUS RASKIN DAN PETUNJUK TEKNIS PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH

Lebih terperinci

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN By : Suyatno, Ir. MKes Office : Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health Diponegoro University, Semarang Contact : 081-22815730 / 024-70251915

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM) BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang Mengingat a. bahwa

Lebih terperinci

PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH

PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH BAMBANG WIDIANTO SEKRETARIS EKSEKUTIF (TNP2K) JAKARTA, 29 JANUARI 2013 TUJUAN DAN PRINSIP UTAMA PROGRAM RASKIN Mengurangi beban

Lebih terperinci

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KRITERIA KEMISKINAN BPS GARIS KEMISKINAN Kota Bogor tahun 2003: Rp 133 803/kap/bln Kab Bogor tahun 2003: Rp 105 888/kap/bln UNDP US 1/kap/day tahun 2000 US 2/kap/day

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN 5.1. Deskripsi Program Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) 5.1.1. Prinsip Pengelolaan Raskin Prinsip pengelolaan Beras untuk Rumah Tangga Miskin

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak terjadinya krisis moneter dan ekonomi pada tahun 1997, jumlah persentase penduduk miskin meningkat secara drastis. Berbagai upaya penanggulangan selama sekitar

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BERITA DAERAH KOTA CIREBON BERITA DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 51 TAHUN 2009 PERATURAN WALIKOTA CIREBON NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA KELUARGA / RUMAH TANGGA MISKIN KOTA CIREBON Menimbang : WALIKOTA CIREBON, a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45 WALIKOTA BANDUNG PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 836 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 269 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PENYALURAN PROGRAM RASKIN (EXISTING)

PELAKSANAAN DAN PENYALURAN PROGRAM RASKIN (EXISTING) PELAKSANAAN DAN PENYALURAN PROGRAM RASKIN (EXISTING) DISAMPAIKAN OLEH: ADANG SETIANA DEPUTI MENKO KESRA BIDANG KOORDINASI PERLINDUNGAN SOSIAL DAN PERUMAHAN RAKYAT/ SELAKU KETUA PELAKSANA TIM KOORDINASI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 03.A 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 03.A TAHUN 2015ang/II/2006 TENTANG TATA CARA PENYALURAN BERAS MISKIN KOTA BEKASI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi)

ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi) ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi) Robert F Damanik 1), Tavi Supriana 2) dan Thomson Sebayang 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

10. Satuan kerja beras miskin yang selanjutnya disebut Satker Raskin adalah petugas yang melayani dan bertangung jawab atas pengambilan dan

10. Satuan kerja beras miskin yang selanjutnya disebut Satker Raskin adalah petugas yang melayani dan bertangung jawab atas pengambilan dan BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENYALURAN BERAS MISKIN KABUPATEN BIMA TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, Menimbang

Lebih terperinci

pelaksanaan dan pengawasan dengan mengedepankan peran serta masyarakat;

pelaksanaan dan pengawasan dengan mengedepankan peran serta masyarakat; BUPATI PAMEKASAN PERATURAN BUPATI PAMEI(ASAN NOMOR 4A TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RT'MAII TANGGA MISKIN TAHUN 2OI4 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB VIII RENCANA SISTEM MONITORING DAN EVALUASI

BAB VIII RENCANA SISTEM MONITORING DAN EVALUASI BAB VIII RENCANA SISTEM MONITORING DAN EVALUASI 8.1 Mekanisme dan Prosedur Monitoring Berbagai upaya yang dilakukan melalui pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan dapat dimaksimalkan bila

Lebih terperinci

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi kewenangan pemerintah pusat. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup turun drastis pada tahun 2011, hal ini karena kasus kematian ibu

Lebih terperinci

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42. Tabel 2.41. Perhitungan Indeks Gini Kabupaten Temanggung Tahun 2012 Kelompok Jumlah Rata-rata % Kumulatif Jumlah % Kumulatif Xk-Xk-1 Yk+Yk-1 (Xk-Xk-1)* Pengeluaran Penduduk Pengeluaran Penduduk Pengeluaran

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 14 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 269 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 14 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 269 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 14 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 269 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN/PEMBERIAN DANA HIBAH PROGRAM BAWAKU PANGAN (BANTUAN WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5.A 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 05.A TAHUN 2016ang/II/2006 TENTANG TATA CARA PENYALURAN BERAS BERSUBSIDI BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH/MISKIN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Evaluasi (penilaian) suatu program biasanya dilakukan pada suatu waktu tertentu atau pada suatu tahap tertentu (sebelum program, pada proses pelaksanaan

Lebih terperinci

G U B E R N U R J A M B I

G U B E R N U R J A M B I G U B E R N U R J A M B I PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG MEKANISME PEMBAYARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA SUBSIDI RASKIN DI PROVINSI JAMBI TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A B U P A T I B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R f T A H U N T E N T A N G P E T U N J U K T E K N I S P R O G R A M S U B S I D I B E R A S B A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan menjadi masalah yang krusial di negara berkembang seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan tersebar dari Sabang sampai Merauke

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 2 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 9. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009; 10. Peraturan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi dan Peranan Pemerintah Menurut Adam Smith ( l976), pemerintah suatu negara mempunyai tiga fungsi pokok sebagai berikut: 1. Memelihara keamanan dan pertahanan dalam negeri.

Lebih terperinci

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN TANGGAL : 8-3-2012 NOMOR : 16 TAHUN 2012 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Program

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA 1 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) TAHUN 2008 DI KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM PROVINSI PAPUA PERATURAN BUPATI JAYAPURA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JAYAPURA TAHUN 2015 BUPATI JAYAPURA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia. Tujuan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN. medanseru.co

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN. medanseru.co BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN medanseru.co Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyatakan bahwa kinerja penyaluran program beras

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR: 77 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR: 77 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR: 77 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENYALURAN BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KONSEP GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG - : WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DISTRIBUSI BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN) KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN TENTANG BERAS BERSUBSIDI. A. Pengertian dan Dasar Hukum Beras Bersubsidi

BAB II PENGATURAN TENTANG BERAS BERSUBSIDI. A. Pengertian dan Dasar Hukum Beras Bersubsidi BAB II PENGATURAN TENTANG BERAS BERSUBSIDI A. Pengertian dan Dasar Hukum Beras Bersubsidi 1. Pengertian Beras Bersubsidi Beras bersubsidi atau beras miskin adalah sebuah program bantuan pangan bersyarat

Lebih terperinci

SAMBUTAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PELAKSANAAN PENYALURAN RASKIN MENGGUNAKAN KARTU. Jakarta, 17 Juli 2012

SAMBUTAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PELAKSANAAN PENYALURAN RASKIN MENGGUNAKAN KARTU. Jakarta, 17 Juli 2012 MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PELAKSANAAN PENYALURAN RASKIN MENGGUNAKAN KARTU Jakarta, 17 Juli 2012 Bismillahir rahmaanir rahim,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN UMUM PENYALURAN RASKIN Subsidi Beras Untuk Masyarakat Berpendapatan Rendah KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT

Lebih terperinci

BERPENDAPATAN RENDAH (RASKIN) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BERPENDAPATAN RENDAH (RASKIN) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PETUNJUK PELAKSANAAN SUBSIDI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 8 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) DI KABUPATEN MAJALENGKA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana yang tertuang dalam alinea ke empat Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah wajib menjamin kehidupan fakir miskin, anak-anak terlantar, mengembangkan sistem jaminan sosial,

Lebih terperinci

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN (RASKIN) KABUPATEN KAYONG UTARA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 4.A TAHUN 2013 TENTANG

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 4.A TAHUN 2013 TENTANG ~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 4.A TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA,

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà -1- jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà A TAALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT }

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT } BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum adalah sebuah lembaga pendidikan islam yang setara dengan tingkatan Sekolah Dasar (SD), yang berada di naungan Kementrian Agama. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial, pendidikan, ekonomi dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia agar bisa hidup sehat dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus. Kebutuhan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BELANJA SUBSIDI HARGA TEBUS BERAS MISKIN KOTA SURABAYA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN

Lebih terperinci

Materi Sosialisasi. Bantuan Sosial Beras Sejahtera (Bansos Rastra) 2018

Materi Sosialisasi. Bantuan Sosial Beras Sejahtera (Bansos Rastra) 2018 Materi Sosialisasi Bantuan Sosial Beras Sejahtera (Bansos Rastra) 2018 1 Transformasi Bantuan Pangan (dari Subsidi menjadi Bansos) 2016 2017 2018* SUBSIDI RASTRA 15,5 juta SUBSIDI RASTRA 14,3 juta BPNT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan pakaian, dan lain sebagainya. Dalam kurun waktu beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan pakaian, dan lain sebagainya. Dalam kurun waktu beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah persoalan mendasar yang menyentuh secara langsung terhadap kelangsungan hidup manusia. Kemiskinan selalu diartikan sebagai kekurangan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang samapai saat ini masih dialami oleh bangsa Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016 BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS BAGI RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Hal tersebut disebabkan oleh pertambahan penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kesepakatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang :

Lebih terperinci

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan.

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan. PRO POOR BUDGET Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan. Mengapa Anggaran Pro Rakyat Miskin Secara konseptual, anggaran pro poor merupakan bagian (turunan) dari kebijakan yang berpihak pada

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN BESARAN BIAYA PENGGANTI TRANSPORT DISTRIBUSI PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH

Lebih terperinci

penurunan, jumlah tersebut cukup besar dan masih rentan terhadap gejolak

penurunan, jumlah tersebut cukup besar dan masih rentan terhadap gejolak BAB I PENDAHITLUAN 1.1 Tatar Belakang Masalah Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2003 tercatat sebanyak 373 lutajiwa (17,4) mengalami pcnurunan sebanyak 1,1 juta jiwa dibanding tahun 2002 yaitu

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT NOMOR 54 TAHUN 2014

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT NOMOR 54 TAHUN 2014 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT NOMOR 54 TAHUN 2014 KATA PENGANTAR MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2008:2). Sedangkan pengertian sistem menurut Romney dan Steinbart

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2008:2). Sedangkan pengertian sistem menurut Romney dan Steinbart BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem & Prosedur 1. Pengertian Sistem Sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) DI KOTA MEDAN ABSTRACT

ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) DI KOTA MEDAN ABSTRACT ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) DI KOTA MEDAN Mutiara Sani*), Satia Negara Lubis**), Sinar Indra Kesuma***) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Subsidi Beras. Masyarakat. Pendapatan Rendah.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Subsidi Beras. Masyarakat. Pendapatan Rendah. No.117, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Subsidi Beras. Masyarakat. Pendapatan Rendah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.02/2009 TENTANG SUBSIDI BERAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR : 16 TAHUN 2015 TANGGAL : 3 Maret BAB 1 PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR : 16 TAHUN 2015 TANGGAL : 3 Maret BAB 1 PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR : 16 TAHUN 2015 TANGGAL : 3 Maret 2015 ---------------------------------------- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Indonesia menghadapi tantangan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa Indonesia saat ini adalah masalah pengangguran dan masalah kemiskinan. Kedua permasalahan ini

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masayarakat merupakan suatu permasalah yang sangat penting dan perlu perhatian khusus oleh pemerintah. Hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 13 (Tiga Belas)

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 13 (Tiga Belas) PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 13 (Tiga Belas) TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS MISKIN TAHUN ANGGARAN 2015 DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah mengangkat kehidupan manusia yang berada pada lapisan paling bawah atau penduduk miskin, kepada

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebanyak 95% jumlah penduduk Indonesia mengkonsumsi beras, dengan rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula yang mendorong beras menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2016 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM BERAS MISKIN/BERAS SEJAHTERA TAHUN ANGGARAN 2016 DI KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA

BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA 5.1 Kelembagaan PKH Pemilihan rumah tangga untuk menjadi peserta PKH dilakukan berdasarkan kriteria BPS. Ada 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak bumi merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta jumlah dan persediaan yang terbatas.

Lebih terperinci