ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERAS ANALOG PADA F-TECHNOPARK SEBAGAI UNIT BISNIS DAN BUKAN UNIT BISNIS ARI SULISTIYANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERAS ANALOG PADA F-TECHNOPARK SEBAGAI UNIT BISNIS DAN BUKAN UNIT BISNIS ARI SULISTIYANI"

Transkripsi

1 ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERAS ANALOG PADA F-TECHNOPARK SEBAGAI UNIT BISNIS DAN BUKAN UNIT BISNIS ARI SULISTIYANI DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Beras Analog pada F-Technopark Sebagai Unit Bisnis dan Bukan Unit Bisnis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2013 Ari Sulistiyani NIM H

4 ABSTRAK ARI SULISTIYANI. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Beras Analog pada F-Technopark Sebagai Unit Bisnis dan Bukan Unit Bisnis. Dibimbing oleh FARIDA RATNA DEWI. Beras analog merupakan beras artifisial yang terbuat dari campuran bahan baku berupa tepung jagung dan sagu aren. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perhitungan harga pokok produksi dan harga jual beras analog pada F-Technopark serta perbandingannya antara perhitungan sebagai unit bisnis, bukan unit bisnis dan perhitungan yang diterapkan F-Technopark selama ini serta menganalisis nilai tambah beras analog. Hasil perhitungan harga pokok produksi beras analog oleh F-Technopark, bukan unit bisnis, dan unit bisnis dilakukan dengan menggunakan metode full costing masing-masing menghasilkan nilai per pouch sebesar Rp8.189,40, Rp11.600,17 dan Rp7.052,53. Metode perhitungan harga jual cost-plus pricing dengan beberapa alternatif markup yaitu 10%, 15%, 20%, dan 25% menghasilkan nilai harga jual beras analog bukan sebagai unit bisnis per pouch masing-masing sebesar Rp12.760,19, Rp13.340,20, Rp13.920,21 dan Rp14.500,22. Sedangkan nilai harga jual beras analog sebagai unit bisnis per pouch masing-masing sebesar Rp8.404,27, Rp8.786,28, Rp9.168,29 dan Rp9.550,31. Terdapat perbedaan nilai dengan penentuan harga jual oleh F- Technopark sebesar Rp per pouch. Nilai tambah yang dihasilkan adalah Rp3.724,53 dengan rasio sebesar 28,65%. Kata Kunci: Beras analog, cost-plus pricing, full costing, nilai tambah, process costing ABSTRACT ARI SULISTIYANI. Analysis of the Determination of the Cost of Production of Analog Rice in F-Technopark as a Business Unit and not the Business Unit. Supervised by FARIDA RATNA DEWI. Analog rice is an artificial rice made from a mixture of raw materials consisting corn starch and sago palm. The purpose of this study is to analyze the calculation of cost of production and selling price of analog rice by F-Technopark calculation as well as the comparison between as a business units, not as a business units and the calculation by F-Technopark and analyze the value added of analog rice. Results of calculation of the cost of production of analog rice by F- Technopark, not as a business units, and as a business units were calculated using the full costing method of each generating value per pouch are Rp8.189,40, Rp11.600,17 and Rp7.052,53. The calculation of selling price by cost-plus pricing method with some alternative markup is 10%, 15%, 20%, and 25% of the selling price of analog rice not as a business unit produces value per pouch respectively Rp12.760,19, Rp13.340,20, Rp13.920,21 and Rp14.500,22. While the value of the selling price of analog rice as a business unit per pouch respectively Rp8.404,27, Rp8.786,28, Rp9.168,29 and Rp9.550,31. There are differences in the value of the calculation by F-Technopark to the selling price of Rp per pouch. The value added analysis results Rp3.724,53 with a ratio of 28,65%. Key words: Analog rice, cost-plus pricing, full costing, process costing, value added

5 ARI SULISTIYANI. H Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Beras Analog pada F-Technopark Sebagai Unit Bisnis dan Bukan Unit Bisnis. Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Ketidakmampuan negara dalam memenuhi seluruh kebutuhan beras bagi penduduknya serta program diversifikasi pangan seperti singkong dan jagung yang belum berlangsung optimal menyebabkan Indonesia harus terus melakukan impor beras dari negara lain seperti Vietnam dan Thailand. Beras analog merupakan salah satu solusi yang dapat menjawab permasalahan pangan yang sangat krusial tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perhitungan harga pokok produksi dan harga jual beras analog pada F-Technopark serta perbandingannya antara perhitungan sebagai unit bisnis, bukan unit bisnis dan perhitungan yang diterapkan F-Technopark selama ini serta menganalisis nilai tambah beras analog. Penelitian ini dilaksanakan di F-Technopark Institut Pertanian Bogor, Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor. Jenis data yang digunakan adalah data primer yang bersumber dari wawancara dan observasi dan data sekunder yang bersumber dari buku-buku, jurnal, internet, dan penelitian terdahulu yang terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil perhitungan harga pokok produksi beras analog oleh F-Technopark, bukan unit bisnis, dan unit bisnis dilakukan dengan menggunakan metode full costing masing-masing menghasilkan nilai per pouch sebesar Rp8.189,40, Rp11.600,17 dan Rp7.052,53. Metode perhitungan harga jual cost-plus pricing dengan beberapa alternatif markup yaitu 10%, 15%, 20%, dan 25% menghasilkan nilai harga jual beras analog bukan sebagai unit bisnis per pouch masing-masing sebesar Rp12.760,19, Rp13.340,20, Rp13.920,21 dan Rp14.500,22. Sedangkan nilai harga jual beras analog sebagai unit bisnis per pouch masing-masing sebesar Rp8.404,27, Rp8.786,28, Rp9.168,29 dan Rp9.550,31. Terdapat perbedaan nilai dengan penentuan harga jual oleh F-Technopark sebesar Rp per pouch. Nilai tambah yang dihasilkan adalah Rp3.724,53 dengan rasio sebesar 28,65%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi yang diterapkan oleh F-Technopark selama ini lebih rendah dari harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing bukan sebagai unit bisnis. Serta Harga pokok produksi beras analog sebagai unit bisnis memiliki nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga pokok produksi metode full costing bukan sebagai unit bisnis. Nilai harga jual dengan menggunakan metode cost-plus pricing bukan sebagai unit bisnis memiliki nilai harga jual yang paling tinggi jika dibandingkan dengan sebagai unit bisnis dan penentuan harga jual oleh F-Technopark. Sebaiknya F-Technopark menggunakan metode full costing dalam perhitungan harga pokok produksinya dengan memasukkan seluruh elemen biaya yang terjadi pada proses produksi beras analog seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. F-Technopark IPB juga sebaiknya melakukan perhitungan harga jual beras analog dengan menggunakan metode cost-plus pricing. Serta F-Technopark sebaiknya memproduksi beras analog dalam jumlah besar sebagai suatu unit bisnis agar dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan biaya produksi yang lebih rendah.

6 ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BERAS ANALOG PADA F-TECHNOPARK SEBAGAI UNIT BISNIS DAN BUKAN UNIT BISNIS ARI SULISTIYANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

7

8 Judul Skripsi : Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Beras Analog pada F-Technopark Sebagai Unit Bisnis dan Bukan Unit Bisnis Nama : Ari Sulistiyani NIM : H Disetujui oleh Farida Ratna Dewi, SE, MM. Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 ini ialah harga pokok produksi, harga jual, dan nilai tambah, dengan judul Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Beras Analog pada F-Technopark Sebagai Unit Bisnis dan Bukan Unit Bisnis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM. selaku pembimbing. Di samping itu penghargaan penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Slamet Budijanto, M.Agr. Iin Yuslina, STP dan Diza Puspa Arista, STP dari UPT Kerjasama F-Technopark IPB yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, April 2013 Ari Sulistiyani

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Ruang Lingkup penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA 3 Konsep Biaya 3 Penentuan Harga Pokok Produksi 4 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi 4 Metode Perhitungan Harga Pokok produksi 4 Penentuan Harga Jual 4 Nilai Tambah 4 Penelitian terdahulu 5 METODE PENELITIAN 6 Kerangka Pemikiran 6 Lokasi dan Waktu Penelitian 7 Metode Pengumpulan Data 7 Metode Pengolahan dan Analisis Data 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Gambaran Umum Perusahaan 9 Sejarah Perusahaan 9 Struktur Organisasi Perusahaan 10 Identifikasi Proses Produksi Beras Analog F-Technopark IPB 10 Perhitungan Harga Pokok Produksi Beras Analog 11 Perhitungan Harga Pokok Produksi Beras Analog oleh F-Technopark 12 Perhitungan Harga Pokok Produksi Beras Analog Bukan Sebagai Unit Bisnis dengan Metode Full Costing 13 viii viii viii

11 Perhitungan Harga Pokok Produksi Beras Analog sebagai Unit Bisnis dengan Metode Full Costing 15 Perbandingan Hasil Perhitungan Harga Pokok Produksi Beras Analog 18 Perbandingan Harga Jual Beras Analog dengan Menggunakan Perhitungan Metode Cost-Plus Pricing dan Penentuan oleh F-Technopark 18 Analisis Nilai Tambah Beras Analog F-Technopark IPB 20 SIMPULAN DAN SARAN 22 Simpulan 22 Saran 23 DAFTAR PUSTAKA 23 LAMPIRAN 25 RIWAYAT HIDUP 26

12 DAFTAR TABEL 1 Analisis nilai tambah menggunakan metode hayami 9 2 Perhitungan harga pokok produksi beras analog oleh F-Technopark 12 3 Perhitungan biaya penyusutan mesin dan peralatan proses produksi beras analog per bulan 14 4 Perhitungan harga pokok produksi beras analog bukan sebagai unit bisnis dengan metode full costing per bulan 15 5 Perhitungan biaya penyusutan mesin beras analog (unit bisnis) per bulan 17 6 Perhitungan harga pokok produksi beras analog sebagai unit bisnis dengan metode full costing per bulan 17 7 Perbandingan hasil perhitungan harga pokok produksi beras analog 18 8 Perbandingan harga jual beras analog antara penentuan yang diterapkan oleh F-Technopark, bukan sebagai unit bisnis, dan sebagai unit bisnis 19 9 Analisis nilai tambah pengolahan beras analog per kilogram 20 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran 6 2 Struktur organisasi UPT Kerjasama F-Technopark IPB 10 3 Tahapan proses produksi beras analog 11 DAFTAR LAMPIRAN 1 Perhitungan harga jual beras analog sebagai unit bisnis dan bukan unit bisnis dengan menggunakan metode cost-plus pricing 25

13

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Rata-rata konsumsi beras per orang penduduk Indonesia mencapai kisaran kilogram per tahun atau tertinggi di kawasan ASEAN (Kembaren 2011). Jumlah penduduk di Indonesia mencapai 230 juta jiwa, sehingga kebutuhan beras seluruh penduduk Indonesia per tahun berkisar antara 29,9-32,2 juta ton. Namun jumlah kebutuhan beras tersebut tidak sebanding dengan jumlah beras yang tersedia di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional pada Januari-April 2012 sebanyak ton atau setara dengan 23,4 juta ton per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia masih belum mampu memenuhi kebutuhan beras bagi seluruh penduduknya. Diversifikasi pangan yang menjadi salah satu solusi dari permasalahan pangan tersebut masih belum optimal dilaksanakan. Total impor komoditas pertanian baik langsung maupun olahan yang mencapai 11,33 juta ton dengan nilai US$ 5,36 miliar sepanjang Januari hingga Juni tahun 2011 merupakan bukti nyata bahwa pemerintah tidak serius dengan kebijakan diversifikasi pangan untuk menuju kemandirian dan kedaulatan pangan nasional (Iwan 2011). Ketidakmampuan negara dalam memenuhi seluruh kebutuhan beras bagi penduduknya serta program diversifikasi pangan seperti singkong dan jagung yang belum berlangsung optimal menyebabkan Indonesia harus terus melakukan impor beras dari negara lain seperti Vietnam dan Thailand. Beras analog merupakan salah satu solusi yang dapat menjawab permasalahan pangan yang sangat krusial tersebut. Beras analog adalah bahan pangan yang dihasilkan dari teknologi ekstrusi dengan sistem tekanan dan pembentukan ulir yang menggunakan mesin tween screw extruder yang menggunakan bahan baku lokal selain beras dan gandum yaitu sagu, sorgum, dan jagung yang menghasilkan butiran-butiran mirip beras. Beras analog sebagai bahan pangan yang potensial tentunya harus memiliki kekuatan dibandingkan dengan beras konvensional atau beras artifisial lainnya dari segi keunggulan mutu produk maupun harga yang kompetitif. Kedua hal tersebut mengacu pada biaya-biaya yang timbul pada proses produksi beras analog seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, transportasi, biaya bahan bakar, biaya listrik dan biaya lainnya. Sehingga diperlukan perhitungan harga pokok produksi yang tepat agar mampu menghasilkan beras analog dengan harga jual yang sesuai serta dapat menghasilkan keuntungan bagi pihak pengolah. F-Technopark saat ini merupakan suatu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tidak berfokus pada bisnis dan hanya membebankan direct cost dalam perhitungan harga pokok produksi. Sehingga perhitungan harga pokok produksi sebagai unit bisnis sangat diperlukan karena akan mempengaruhi dalam keputusan penentuan harga jual beras analog. Proses produksi beras analog sebagai unit bisnis membutuhkan sumber daya yang tidaklah sederhana seperti bahan baku yang dibutuhkan dalam jumlah besar, mesin dan peralatan yang canggih dan memiliki kapasitas produksi yang tinggi. Peningkatan pada kapasitas produksi menyebabkan harga-harga input menjadi lebih murah dikarenakan oleh pembelian dalam jumlah yang besar. Sehingga hal tersebut secara langsung akan

15 2 menyebabkan penurunan pada biaya produksi dan harga pokok produksi beras analog. Penurunan harga pokok produksi akan mempengaruhi harga jual dan keuntungan yang diterima oleh F-Technopark. Proses pengolahan sagu, jagung, dan sorgum menjadi beras analog merupakan proses yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Sehingga diperlukan pula analisis nilai tambah untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan beras analog tersebut. Perumusan Masalah F-Technopark Institut Pertanian Bogor sebagai pengolah beras analog belum terlalu memperhatikan unsur-unsur biaya secara rinci dan tepat serta proses pencatatan biaya yang tidak dilakukan dengan sebagaimana mestinya. Biaya overhead pabrik seringkali diabaikan oleh manajemen sehingga biaya-biaya yang seharusnya dikeluarkan tersebut tidak terhitung dalam perhitungan harga pokok produksi oleh pengolah. Hal tersebut menyebabkan manajemen menjadi tidak akurat dalam membuat perencanaan laba dan pengendalian biaya. Manajemen akan lebih mudah untuk menetapkan harga jual jika memiliki informasi yang pasti mengenai biaya pekerjaan atau unit yang akan dijual. Berdasarkan kondisi tersebut, rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penentuan harga pokok produksi beras analog serta perbandingannya antara perhitungan harga pokok produksi beras analog pada F-Technopark sebagai unit bisnis, bukan unit bisnis dan perhitungan yang diterapkan F-Technopark selama ini? 2. Bagaimana penentuan harga jual beras analog serta perbandingannya antara perhitungan harga jual beras analog pada F-Technopark sebagai unit bisnis, bukan unit bisnis dan penentuan yang diterapkan F-Technopark selama ini? 3. Bagaimana nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan beras analog? Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis perhitungan harga pokok produksi beras analog dan perbandingannya antara perhitungan harga pokok produksi beras analog pada F-technopark sebagai unit bisnis, bukan unit bisnis dan perhitungan yang diterapkan F-Technopark selama ini. 2. Menganalisis penentuan harga jual beras analog dan perbandingannya antara perhitungan harga jual beras analog pada F-Technopark sebagai unit bisnis, bukan unit bisnis dan penentuan yang diterapkan F-Technopark selama ini? 3. Menganalisis nilai tambah pengolahan beras analog. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat bermanfaat sebagai masukan bagi berbagai pihak yang membutuhkan yaitu dapat dijadikan bahan pertimbangan atau masukan informasi bagi perusahaan mengenai harga jual yang sesuai melalui perhitungan harga pokok produksi yang tepat. Serta bagi pihak lain, agar dapat memperkaya ilmu

16 pengetahuan dan menjadi referensi serta bahan masukan untuk menambah wawasan. 3 Ruang Lingkup penelitian Penelitian ini membahas mengenai perhitungan dan analisis harga pokok produksi dan harga jual beras analog pada F-Technopark sebagai unit bisnis dan bukan unit bisnis serta nilai tambah dari pengolahan beras analog berupa peningkatan nilai dari pengolahan bahan baku beras analog yaitu tepung jagung dan sagu aren. Data yang digunakan adalah data pada bulan Januari TINJAUAN PUSTAKA Konsep Biaya Menurut Sugiri (2004), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis untuk melakukan kegiatan tertentu. Sedangkan pengertian cost menurut Hansen dan Mowen (2004) biaya adalah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang diharapkan memberikan manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi. Menurut Mulyadi (2005), biaya dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Penggolongan biaya menurut obyek pengeluaran 2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan (Produksi, pemasaran, admintrasi dan umum) 3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai (Biaya langsung dan biaya tidak langsung) 4. Penggolongan biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan (Biaya tetap, biaya variabel, biaya semi variabel, dan biaya semi fixed) 5. Penggolongan biaya menurut jangka waktu manfaatnya (Pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan) Menurut Mulyadi (2005) pengertian biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Biaya produksi juga dapat didefinisikan sebagai harga pokok yang digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan (Supriyono 2007). Unsur-unsur biaya produksi pada umumnya terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (Samryn 2001)

17 4 Penentuan Harga Pokok Produksi Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2005) metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produksi perusahaan dan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua macam yaitu perhitungan berdasarkan pesanan (job order costing) dan perhitungan berdasarkan proses (process costing). Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengolahan produknya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar seperti pada perusahaan percetakan, perusahaan meubel dan perusahaan kuningan. Sedangkan perusahaan yang berproduksi berdasarkan massa melaksanakan pengolahan produksinya untuk memenuhi persediaan di gudang. Umumnya produknya berupa produk standar seperti perusahaan semen, pupuk makanan ternak, bumbu masak, dan tekstil. Metode Perhitungan Harga Pokok produksi Terdapat dua pendekatan perhitungan harga pokok produksi yaitu full costing dan variable costing (Samryn 2001). Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari elemen biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (tetap maupun variabel). Sedangkan harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing yang terdiri dari elemen biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Penentuan Harga Jual Menurut Sugiri (2004), penentuan harga jual merupakan salah satu keputusan manajemen dimana hidup dan mati suatu perusahaan dalam jangka panjang bergantung pada keputusan penentuan harga jual. Sugiri (2004) membagi metode harga jual kedalam dua metode yaitu metode cost-p1us pricing dan metode time and material pricing. Metode cost-plus pricing digunakan oleh perusahaan industri atau manufaktur sedangkan metode time and material pricing digunakan untuk perusahaan yang bergerak dibidang jasa. Nilai Tambah Pada proses pembuatan beras analog, terdapat aktivitas pengolahan bahan baku beras analog yang menambah kegunaan atau menimbulkan nilai tambah. Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu dengan cara menghitung nilai tambah selama proses pengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran (Sudiyono dalam Sudarwati 2011). Pengertian nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapatkan perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai yang dikeluarkan selama proses berlangsung. Tujuan nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku bisnis dan kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh sistem komoditas.

18 5 Penelitian terdahulu Tania (2010) melakukan penelitian dengan judul Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode Process Costing dan Pengaruhnya terhadap Harga Jual (Studi Kasus UKM Edie s Bakery, Bogor). Penelitian ini menunjukkan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan metode perusahaan mempunyai hasil harga pokok produksi yang sama untuk setiap jenis topping yaitu sebesar Rp641,42. Sedangkan berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan metode process costing menunjukan bahwa harga pokok produksi setiap jenis topping berbeda-beda. Harga pokok produksi roti dengan topping cokelat adalah sebesar Rp805,32, roti dengan topping keju adalah sebesar Rp1.151,47, roti dengan topping sosis adalah sebesar Rp534,16, roti dengan topping abon sebesar Rp555,32, dan roti dengan topping cocktail sebesar Rp583,36. Harga jual yang diterapkan berdasarkan metode perusahaan juga sama untuk setiap jenis roti kecil yang diproduksi yaitu sebesar Rp1.200,00. sedangkan berdasarkan metode cost plus menunjukkan harga jual untuk setiap jenis topping berbeda-beda. Hal ini dikarenakan konsumsi yang berbeda dari segi penggunaan bahan baku roti tersebut. Harga jual untuk roti dengan topping cokelat adalah sebesar Rp1.300,00, roti dengan topping keju adalah sebesar Rp1.800,00, roti dengan topping sosis adalah sebesar Rp900,00, roti dengan topping abon sebesar Rp900,00, dan roti dengan topping sebesar Rp950,00. Suherman (2012) melakukan penelitian dengan judul Analisis Nilai Tambah Kayu Mahoni Sebagai Bahan Baku Kerajinan Boneka Whimsy Pada CV ATLAS Tasikmalaya. Penelitian ini menganalisis nilai tambah pengolahan Boneka Whimsy. Biaya yang timbul pada saat proses pengolahan boneka Whimsy yaitu biaya bahan baku langsung, Tenaga Kerja Langsung, biaya overhead pabrik (BOP) meliputi biaya bahan baku penolong, biaya pemeliharaan peralatan, biaya penyusutan bangunan, mesin dan kendaraan. Sedangkan biaya yang di keluarkan untuk keseluruhan proses produksi adalah biaya listrik. Pada CV ATLAS, berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Full costing Method, diperoleh harga pokok produksi pembuatan boneka Whimsy kayu sebesar Rp19.797,465 per unit. Melalui perhitungan metode hayami, nilai tambah yang diperoleh dari produk boneka Whimsy adalah sebesar Rp ,535 dengan rasio 87,54%. Nilai tambah pada produk hasil pengolahan kayu mahoni memiliki nilai tambah, total secara agregat akan menggambarkan nilai tambah yang dihasilkan oleh CV ATLAS. Nilai tambah produk merupakan nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan bahan baku untuk setiap produknya. Nilai tambah boneka Whimsy per unit Rp33.702,535 dapat menghasilkan nilai tambah selama satu bulan sebesar Rp Penelitian yang berjudul Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Beras Analog pada F-Technopark Sebagai Unit Bisnis dan Bukan Unit Bisnis memiliki perbedaan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Kekhasan yang dimiliki oleh penelitian ini adalah terletak pada produk yang diteliti yang berupa suatu produk baru serta perbandingan perhitungan harga pokok produksi beras analog pada F- technopark sebagai unit bisnis dan bukan unit bisnis.

19 6 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran UPT Kerjasama F-Technopark Institut Pertanian Bogor merupakan suatu unit pelaksana teknis yang memproduksi produk pangan yang sarat dengan manfaat tersebut seperti Rosela Kering, RTD (Ready to drink), Beras Analog dan Bekatul. Namun, fokus pada penelitian ini adalah pada produk beras analog. Beras analog merupakan suatu produk baru yang dapat menggantikan posisi beras jadi atau beras pada umunya. Seluruh kegiatan dalam proses produksi beras analog menimbulkan pengeluaran biaya, sehingga F-technopark sangat memerlukan informasi yang berkaitan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pembuatan produknya tersebut. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. UPT Kerjasama F-Technopark Institut Pertanian Bogor Rosela Kering RTD Beras Analog Bekatul Identifikasi Biaya Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi Analisis Nilai Tambah Process Costing Metode Full Costing Bukan Unit Bisnis Unit Bisnis Perhitungan yang diterapkan oleh F-Technopark IPB Metode Perhitungan Harga Jual Metode Cost- Plus Pricing Penentuan yang diterapkan oleh F-Technopark IPB Penentuan Harga Jual Rekomendasi Gambar 1. Kerangka pemikiran

20 Hal yang pertama kali dilakukan pada penelitian ini adalah identifikasi terhadap biaya-biaya produksi seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung serta biaya overhead pabrik melalui pengumpulan harga pokok produksi dengan metode harga pokok proses (process cost method) yang kemudian akan dilakukan perhitungan untuk menentukan harga pokok produksi. Perhitungan harga pokok produksi dilakukan dengan menggunakan metode full costing. Perhitungan ini dilakukan pada dua kondisi yaitu perhitungan harga pokok produksi beras analog pada F-Technopark bukan sebagai suatu unit bisnis dan sebagai suatu unit bisnis. Serta menganalisis perhitungan yang selama ini digunakan oleh F-Technopark IPB dalam menentukan harga pokok produksi. Harga pokok produksi yang dihasilkan akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan harga jual yang sesuai bagi F-Technopark. Perhitungan harga jual dilakukan dengan menggunakan metode cost-plus pricing. Proses pengolahan makanan pokok lokal berupa sagu, sorgum, dan jagung menjadi beras analog menghasilkan nilai tambah. Maka selain bertujuan untuk mengetahui harga pokok produksi dan harga jual produk, penelitian ini juga menganalisis nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan bahan baku beras analog tersebut. 7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di F-Technopark Institut Pertanian Bogor yang berlokasi di F-Technopark Institut Pertanian Bogor, Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa F-Technopark termasuk UPT Kerjasama yang meneliti, mengolah, dan memproduksi beras analog yang belum memiliki pencatatan biaya yang akurat. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk memperoleh data serta informasi dari perusahaan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui: 1. Wawancara yang dilakukan terhadap pengelola F-Technopark. 2. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas produksi yang dilakukan para pekerja dalam menghasilkan produk. Data sekunder dapat diperoleh melalui studi literatur yang dilakukan melalui pencarian data-data yang bersifat teoritis yang ada hubungannnya dengan objek penelitian dengan memanfaatkan berbagai laporan, data-data perusahaan, jurnal, buku-buku pendukung teori, browsing di internet, serta hasil penelitian terdahulu.

21 8 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dirinci dan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel Hasil perhitungan kemudian dianalisis untuk melihat perbandingannya antara perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing baik sebagai unit bisnis maupun bukan sebagai unit bisnis serta perhitungan yang diterapkan oleh F-Technopark selama ini kemudian dijadikan dasar penetapan harga pokok produksi yang paling efektif dan efisien bagi perusahaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan pada perhitungan harga pokok produksi beras analog bukan sebagai suatu unit bisnis dan sebagai suatu unit bisnis menggunakan metode full costing dengan pengumpulan harga pokok produksi process costing (Samryn 2001) yaitu sebagai berikut: Biaya bahan baku : xx Biaya tenaga kerja langsung : xx Biaya overhead pabrik : xx Biaya produksi per bulan : xx Jumlah produksi per bulan : xx Harga pokok produksi per unit : xx Sedangkan analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan harga pokok produksi beras analog oleh F-Technopark dengan metode full costing (analisis deskriptif komparatif) baik sebagai suatu unit bisnis maupun bukan sebagai unit bisnis. Perhitungan harga jual yang digunakan merupakan perhitungan harga jual dengan metode cost-plus pricing dengan perhitungan biaya produksi penuh (Sugiri 2004), yaitu sebagai berikut : Biaya produksi penuh : xx Markup (persentase markup x biaya produksi) : xx Target harga jual : xx Jumlah produksi per bulan : xx Target harga jual per unit : xx Serta dilakukan analisis nilai tambah pengolahan beras analog dengan menggunakan metode hayami (Tabel 1).

22 9 Tabel 1. Analisis nilai tambah menggunakan metode hayami Variabel Nilai Output, Input, dan Harga Output (Kg) (1) Bahan baku (Kg) (2) Tenaga kerja langsung (HOK) (3) Faktor konversi (4) = (1) / (2) Koefisien tenaga kerja langsung (HOK/Kg) (5) = (3) / (2) Harga output (Rp/Kg) (6) Upah tenaga kerja langsung (Rp/HOK) (7) Penerimaan dan Keuntungan Harga bahan baku (Rp/Kg) (8) Harga input lain (Rp/Kg) (9) Nilai output (Rp/kg) (10) = (4) x (6) Nilai tambah (Rp/kg) (11a) = (10) - (8) (9) Rasio nilai tambah (%) (11b) = (11a) / (10) x 100 Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/kg) (12a) = (5) x (7) Pangsa tenaga kerja langsung (%) (12b) = (12a) / (11a) x 100 Keuntungan (Rp/kg) (13a) = (11a) - (12a) Tingkat keuntungan (%) (13b) = (13a) / (10) x 100 Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi Marjin (Rp/kg) (14) = (10) - (8) Pendapatan tenaga kerja langsung (%) (14a) = (12a) / (14) x 100 Sumbangan input lain (%) (14b) = (9) / (14) x 100 Keuntungan Perusahaan (%) (14c) = (13a) / (14) x 100 Sumber : Hayami dalam Marimin dan Maghfiroh, 2010 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan F-Technopark IPB pada awalnya merupakan suatu Komisi Penelitian dan Kerjasama yang berada dibawah naungan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor yang mengembangkan fungsi Bangsal Percontohan Pengolahan Hasil Pertanian (BPPHP) sebagai Unit Pelaksana Teknis menjadi Techno Park. Setelah mengalami beberapa pergantian susunan personalia, pada tahun 2008 UPT Techno Park tersebut berubah menjadi UPT Kerjasama F-Technopark IPB. UPT tersebut aktif beroperasi sebagai unit yang memiliki kegiatan dalam bentuk asistensi teknologi (melalui pelatihan dan konsultasi), magang, kajian kebijakan, riset dan pengembangan produk ataupun proses, serta mengembangkan dan meningkatkan daya saing UKM (Usaha Kecil Menengah) Agroindustri melalui kerja sama dan pendanaan dari pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah terkait. Bangsal pengolahan yang terdapat dalam kompleks F-Technopark memproduksi berbagai produk di bidang pangan seperti mie jagung, tahu sehat, teh rosela kering, RTD (ready to drink), bekatul, hingga beras analog. Namun,

23 10 yang hingga saat ini masih terus diproduksi dan dipasarkan keluar institusi atau swasta adalah teh rosela kering, RTD, bekatul, dan beras analog. F-Technopark bukan merupakan suatu unit bisnis melainkan suatu Unit Pelaksana Teknis yang meneliti serta memproduksi bahan pangan yang inovatif dan bermanfaat. Kegiatan memasarkan produk keluar institusi merupakan salah satu cara dari F-Technopark untuk mempromosikan produk yang sehat, unggul dan bermanfaat sehingga pada akhirnya akan banyak muncul produsen-produsen pelaku bisnis yang membuat produk-produk tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen secara luas. Struktur Organisasi Perusahaan F-Technopark IPB memiliki struktur organisasi yang tergolong sederhana dengan memberdayakan sumber daya manusia semaksimal mungkin. F- Technopark IPB dipimpin oleh seorang Direktur yang berasal dari salah satu departemen yang ada di Fakultas Teknologi Pertanian yaitu Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan serta tiga orang wakil direktur yang berasal dari perwakilan masing-masing departemen yaitu Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Departemen Teknik Industri Pertanian, serta Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, dua orang administrasi yang bertugas merangkap sebagai pengelola keuangan serta bagian SUA (Satuan Usaha Akademik) bagi masing-masing lini produk yaitu SUA Rosela Kering, SUA RTD (ready to drink), SUA Beras Analog, dan SUA Bekatul yang bertugas melakukan proses produksi. Adapun kerangka struktur organisasi F-Technopark IPB dapat dilihat pada Gambar 2. Direktur Wakil Direktur Administrasi SUA Rosela Kering SUA RTD SUA Beras Analog SUA Bekatul Gambar 2. Struktur organisasi UPT Kerjasama F-Technopark IPB Identifikasi Proses Produksi Beras Analog F-Technopark IPB F-Technopark IPB telah aktif memproduksi berbagai bentuk produk pangan seperti rosela kering, RTD (ready to drink), bekatul, dan beras analog. Proses produksi merupakan kegiatan merubah bahan mentah atau bahan setengah jadi menjadi bahan jadi melalui proses transformasi dengan menggunakan berbagai sumber daya yaitu bahan baku, peralatan dan perlengkapan, serta sumberdaya manusia yang terampil dan berkualitas. Tahapan proses produksi beras analog pada UPT Kerjasama F-Technopark IPB dapat dilihat pada Gambar 3.

24 11 Mixing (Pencampuran bahan baku dan bahan penolong) Conveying Extrusion (Terdiri dari Mixing, Cooking, and Forming) Cooling (Pendinginan) Drying (Pengeringan) Polishing Packaging (Pengemasan) Gambar 3. Tahapan proses produksi beras analog Berdasarkan Gambar 3, tahapan proses produksi beras analog dapat dimulai dengan tahapan mixing yaitu tahapan pencampuran bahan baku utama dengan bahan penolong. Proses pencampuran awal dilakukan di mesin pencampuran (mixer). Tahap kedua adalah conveying yaitu proses memindahkan bahan-bahan yang sudah tercampur ke mesin ekstruder dengan cara manual. Tahap selanjutnya adalah Extrusion. Dalam mesin ekstruder, bahan-bahan mengalami 3 perlakuan yaitu mixing, cooking, dan forming menjadi bulir-bulir beras analog. Tahap ke-4 adalah melakukan pendinginan pada bulir-bulir beras analog sebelum dikeringkan. Tahap selanjutnya adalah drying yaitu memasukkan bulir-bulir beras analog kedalam oven pengering yang berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam bulir beras analog. Tahap ke-6 adalah polishing, yaitu memasukkan beras analog ke mesin sosoh agar beras yang dihasilkan menjadi lebih bersih dan memiliki warna yang cerah. Tahapan terakhir adalah mengemas beras analog ke dalam kemasan standing pouch isi 800 gram beras analog secara manual. Perhitungan Harga Pokok Produksi Beras Analog Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan adalah perhitungan harga pokok produksi beras analog yang selama ini diterapkan oleh F-Technopark, perhitungan harga pokok produksi beras analog dengan menggunakan metode full costing bukan sebagai suatu unit bisnis, dan perhitungan harga pokok produksi beras analog dengan menggunakan metode full costing sebagai suatu unit bisnis. Beras analog yang dijadikan objek dalam perhitungan harga pokok produksi adalah beras analog dengan kemasan standing pouch isi 800 gram.

25 12 Perhitungan Harga Pokok Produksi Beras Analog oleh F-Technopark Perhitungan harga pokok produksi beras analog yang dilakukan F- Technopark IPB selama ini masih sangat sederhana. Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam penetapan harga pokok produksi meliputi biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik tetap tidak dimasukkan kedalam perhitungan harga pokok produksi serta perhitungan biaya overhead pabrik variabel yang tidak dilakukan secara rinci. Bahan baku yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu tepung jagung dan sagu aren. Sementara biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kedalam perhitungan biaya produksi adalah biaya bahan penolong, biaya plastik kemasan, biaya stiker kemasan, biaya stempel kemasan berupa biaya pad stempel dan biaya tinta permanen, biaya gas sebagai bahan bakar oven dryer, dan biaya solar sebagai bahan bakar alat sosoh (polisher). Pengumpulan seluruh biaya produksi dilakukan dalam periode per bulan. Bahan baku dan bahan penolong dihitung berdasarkan proporsi bahan yang diperlukan untuk satu kali produksi beras analog dalam satuan kilogram yang selanjutnya seluruh biaya akan dikumpulkan dalam periode satu bulan dengan jumlah produksi 25 kali produksi (25 hari kerja). Bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi beras analog sebanyak kilogram per bulan. Jumlah tersebut merupakan jumlah campuran dari dua bahan baku yaitu 750 kilogram tepung jagung dan 750 kilogram sagu aren. Sedangkan bahan penolong yang dibutuhkan adalah sebesar 200 gram untuk setiap 10 kilogram bahan baku. Sehingga bahan penolong yang diperlukan untuk satu kali produksi adalah sebesar 1,2 kilogram per produksi atau 30 kilogram per bulan. Perhitungan harga pokok produksi beras analog oleh F-Technopark IPB dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perhitungan harga pokok produksi beras analog oleh F-Technopark IPB Keterangan Harga/unit (Rp) Jumlah unit/bulan Satuan Jumlah biaya/bulan (Rp) Tepung jagung Kg Sagu aren Kg Bahan penolong Kg Biaya plastik kemasan (pouch) Buah Biaya stiker kemasan Buah Biaya gas ,5 Tabung Biaya bahan bakar ,25 Liter Biaya tinta permanen Botol Biaya pad stempel Buah Total harga pokok produksi (Rp) Total produksi/bulan (pouch) Harga pokok produksi/pouch 800 gram (Rp) 8.189,40 Sumber : Data diolah, Januari 2013

26 Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa harga pokok produksi yang dihasilkan adalah sebesar Rp8.189,40 per pouch. Perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh F-Technopark selama ini adalah suatu perhitungan yang tidak dibenarkan berdasarkan prinsip akuntansi karena dalam perhitungan harga pokok produksi, F-technopark tidak membebankan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik tetap. Pada kenyataannya, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik tetap merupakan elemen biaya yang muncul dari proses produksi beras analog. Oleh karena itu, dalam perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh F-Technopark menghasilkan nilai yang relatif rendah. Perhitungan Harga Pokok Produksi Beras Analog Bukan Sebagai Unit Bisnis dengan Metode Full Costing Perhitungan harga pokok produksi metode full costing memperhitungkan seluruh komponen biaya produksi kedalam harga pokok produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang terdiri dari biaya overhead pabrik tetap dan variabel. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi beras analog terdiri dari tepung jagung dan sagu aren. Jumlah tepung jagung yang dibutuhkan dalam satu bulan sebanyak 750 kilogram dengan harga Rp5.500 per kilogram, jadi biaya yang dikeluarkan untuk membeli tepung jagung sebesar Rp per bulan. Sagu aren yang diperlukan selama satu bulan sebanyak 750 kilogram dengan harga Rp5.700 per kilogram, jadi biaya yang dikeluarkan sebesar Rp per bulan. Sehingga total biaya bahan baku yang dikeluarkan untuk memproduksi beras analog adalah sebesar Rp per bulan. Tenaga kerja langsung beras analog berjumlah dua orang, yang terdiri dari satu orang karyawan produksi dan satu orang karyawan pengemasan. Tidak terdapat perbedaan upah antara karyawan produksi dan pengemasan. Biaya tenaga kerja langsung dihitung berdasarkan sistem upah per bulan dengan upah per bulan sebesar Rp maka biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan sebesar Rp per bulan. Biaya overhead pabrik adalah keseluruhan biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik dalam perhitungan harga pokok produksi beras analog ini dikelompokkan kedalam dua jenis biaya yaitu biaya overhead pabrik variabel dan tetap. Biaya-biaya yang termasuk ke dalam biaya overhead pabrik variabel adalah biaya bahan penolong, biaya kemasan, biaya bahan bakar, dan biaya gas. Bahan penolong pada proses produksi beras analog merupakan bahan yang menjadi pelengkap bahan baku untuk kegiatan produksi dan tidak membahayakan bagi konsumen. Bahan penolong yang dibutuhkan dalam produksi beras analog sebesar 200 gram untuk setiap 10 kilogram bahan baku sehingga untuk kilogram bahan baku yang dibutuhkan per bulan, jumlah bahan penolong yang dibutuhkan sebesar 30 kilogram per bulan dengan harga sebesar Rp per kilogram, maka jumlah biaya bahan penolong untuk memproduksi beras analog adalah Rp per bulan. Biaya kemasan yang dibutuhkan antara lain plastik kemasan (standing pouch), stiker kemasan, tinta permanen dan pad stempel. Jumlah plastik kemasan berupa standing pouch yang dibutuhkan adalah sebanyak 1625 unit per bulan dengan harga Rp1.300 per unit maka biaya untuk plastik kemasan adalah Rp per bulan. Jumlah stiker kemasan yang dibutuhkan adalah sebanyak 13

27 unit per bulan dengan harga Rp715 per unit maka biaya untuk plastik kemasan adalah Rp per bulan. Tinta permanen yang dibutuhkan dalam 1 bulan adalah 1 unit dengan harga Rp5.700 per unit maka biaya tinta permanen sebesar Rp5.700 per bulan. Pad stempel yang dibutuhkan dalam 1 bulan adalah 1 unit dengan harga Rp7.000 per unit maka biaya pad stempel sebesar Rp7.000 per bulan. Biaya solar yang dikeluarkan digunakan sebagai bahan bakar alat sosoh (polisher). Bahan bakar solar yang dibutuhkan adalah sebesar 31,25 liter, dengan harga per liter Rp4.500, maka biaya bahan bakar yang dibutuhkan per bulan adalah Rp Biaya gas yang dikeluarkan digunakan sebagai bahan bakar dalam proses drying yang menggunakan mesin oven dryer. Jumlah gas yang dibutuhkan adalah sebesar 12,5 tabung, dengan harga per tabung sebesar Rp80.000, maka biaya gas yang dibutuhkan per bulan adalah Rp Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik tetap antara lain biaya sewa bangunan, biaya listrik, biaya transportasi, biaya pemeliharaan mesin, serta biaya penyusutan. Bangunan yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi beras analog berukuran 45 m 2, sehingga biaya sewa bangunan untuk kegiatan produksi selama satu bulan adalah sebesar Rp Listrik merupakan salah satu komponen pendukung yang digunakan F-technopark IPB sebagai penerangan dan untuk mengoperasikan mesin dalam kegiatan produksi beras analog. Biaya listrik untuk kegiatan produksi beras analog adalah sebesar Rp per bulan. Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh F-Technopark adalah biaya pengiriman bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi beras analog sebesar Rp per bulan. Biaya pemeliharaan mesin merupakan biaya perawatan dan perbaikan serta pembelian suku cadang mesin apabila mesin mengalami kerusakan. Biaya pemeliharaan mesin yang dikeluarkan F-Technopark antara lain penggantian bagian-bagian mesin yang rusak, pelumas mesin dan lain-lain sebesar Rp per bulan. Setiap penggunaan mesin dan peralatan dalam kegiatan produksi akan mengalami penyusutan. Penyusutan dari mesin dan peralatan tersebut akan mengakibatkan timbulnya biaya yang disebut dengan biaya penyusutan. Perhitungan biaya penyusutan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perhitungan biaya penyusutan mesin dan peralatan proses poduksi beras analog Keterangan Harga perolehan (Rp) Umur ekonomis Nilai sisa (Rp) Penyusutan /tahun (Rp) (A) Penyusutan /bulan (Rp) (B) B=A/12 Mixer ,67 Extruder ,33 Oven dryer ,33 Polisher ,67 Tabung gas Jumlah biaya penyusutan ,00 Sumber: Data diolah, Januari 2013 Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa biaya penyusutan adalah sebesar Rp per tahun. Jadi biaya penyusutan per bulan adalah sebesar Rp Biaya overhead pabrik tetap yang telah dijabarkan merupakan asumsi

28 dengan berdasarkan pada informasi faktual yang diperoleh dari melakukan survei lapang maupun pencarian informasi melalui pakar dan sumber lainnya. Rincian perhitungan harga pokok produksi beras analog dengan metode full costing dapat dilihat pada Tabel 4. Total harga pokok produksi diperoleh dengan menjumlahkan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel dan tetap per bulan. Harga pokok produksi per pouch diperoleh dari pembagian total harga pokok produksi per bulan dengan jumlah produksi per bulan. Sehingga dapat dilihat pada Tabel 4, harga pokok produksi beras analog per kemasan (standing pouch) ukuran 800 gram yang dihasilkan adalah sebesar Rp11.600,17. Tabel 4. Perhitungan harga pokok produksi beras analog bukan sebagai unit bisnis dengan metode full costing per bulan Keterangan Biaya bahan baku : Tepung jagung Sagu aren Harga/unit (Rp) Jumlah unit Satuan Jumlah biaya (Rp) Kg Kg Jumlah biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung : Produksi Pengemasan Orang Orang Jumlah biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik : Overhead pabrik variabel Bahan Penolong Plastik kemasan Stiker kemasan Tinta permanen Pad stempel Bahan bakar Gas Overhead Pabrik Tetap Sewa bangunan Listrik Transportasi Pemeliharaan mesin Penyusutan ,25 12,5 Kg Buah Buah Botol Buah Liter Tabung Jumlah biaya overhead pabrik Harga pokok produksi (Rp) Jumlah produksi (pouch) 1625 Harga pokok produksi/pouch 800 gram (Rp) ,17 Sumber: Data diolah, Januari 2013 Perhitungan Harga Pokok Produksi Beras Analog Sebagai Unit Bisnis dengan Metode Full Costing F-Technopark merupakan suatu UPT Kerjasama yang tidak memfokuskan kegiatan UPT sebagai suatu unit bisnis. Kegiatan produksi beras analog yang selama ini dilakukan masih menggunakan sumber daya yang sederhana. Jika kegiatan produksi beras analog dianggap sebagai suatu unit bisnis yang dilakukan

29 16 oleh pelaku-pelaku bisnis dengan mengharapkan keuntungan yang sebesarbesarnya sebagai tujuan utama maka dibutuhkan sumber daya yang tidaklah sederhana, seperti bahan baku yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar, mesin dan peralatan yang canggih dan memiliki kapasitas produksi yang tinggi serta harga input secara keseluruhan yang jauh lebih murah karena pembelian yang dilakukan dalam jumlah yang besar. Semua unsur yang telah disebutkan secara langsung akan sangat mempengaruhi harga pokok produksi dari beras analog. Sehingga diperlukan perhitungan harga pokok produksi beras analog yang berbeda dari sisi penggunaan sumber daya. Pada kegiatan proses produksi beras analog sebagai suatu unit bisnis, mesin yang digunakan adalah satu unit ekstruder dengan harga Rp per unit yang fungsinya sama dengan kesatuan proses dari empat mesin yang digunakan pada proses produksi beras analog bukan sebagai unit bisnis. Mesin ini memiliki kapasitas produksi 250 kilogram per jam atau 25 kali lipat dari mesin yang digunakan pada proses produksi beras analog bukan sebagai unit bisnis. Semakin meningkatnya kapasitas produksi beras analog menyebabkan terjadinya penurunan ataupun peningkatan biaya yang digunakan pada proses produksi beras analog. Elemen biaya yang mengalami perubahan nilai berupa peningkatan ataupun penurunan harga antara lain biaya bahan baku, biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel. Sedangkan pada elemen biaya tenaga kerja langsung tidak terjadi perubahan terhadap harga melainkan terjadi perubahan pada jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi beras analog. Tenaga kerja langsung bagian produksi dibutuhkan sebanyak 10 orang sedangkan bagian pengemasan sebanyak 4 orang. Elemen biaya yang mengalami penurunan harga yaitu biaya bahan baku yang terdiri dari harga tepung jagung dan harga sagu aren per kilogram dan biaya overhead pabrik variabel yang terdiri dari biaya bahan penolong, biaya plastik kemasan, biaya stiker kemasan, dan biaya tinta permanen. Pembelian bahan baku dalam jumlah besar menyebabkan harga-harga bahan baku dengan kualitas yang sama mengalami penurunan. Harga tepung jagung sebesar Rp5.500 per kilogram mengalami penurunan hingga Rp4.500 per kilogram. Sedangkan harga sagu aren sebesar Rp5.700 per kilogram mengalami penurunan hingga Rp5.000 per kilogram. Hal tersebut juga dialami oleh elemen biaya overhead pabrik variabel. Pembelian bahan penolong, plastik kemasan, stiker kemasan, dan tinta permanen dalam jumlah yang besar menyebabkan harga-harga komponen tersebut dengan kualitas yang sama mengalami penurunan. Harga bahan penolong sebesar Rp per kilogram mengalami penurunan hingga Rp per kilogram. Harga plastik kemasan sebesar Rp1.300 mengalami penurunan hingga Rp900 per buah. Harga stiker kemasan sebesar Rp715 mengalami penurunan hingga Rp450 per buah. Serta harga tinta permanen sebesar Rp5.700 mengalami penurunan hingga Rp5.000 per buah. Sedangkan elemen biaya yang mengalami kenaikan harga adalah elemen biaya overhead pabrik tetap yang terdiri dari biaya sewa bangunan, biaya listrik, biaya transportasi, biaya pemeliharaan mesin serta biaya penyusutan. Kegiatan produksi beras analog dengan kapasitas produksi yang besar membutuhkan ruangan yang lebih besar pula. Sehingga harga dari sewa gedung menjadi lebih mahal yaitu sebesar Rp per bulan. Kegiatan produksi beras analog dengan kapasitas produksi yang besar membuat jam kerja mesin yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran CV ATLAS adalah salah satu IKM yang memiliki tujuan menghasilkan produk yang memiliki nilai jual yang tinggi serta mendapatkan laba atau keuntungan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh 22 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data sehubungan dengan tujuan penelitian. Agroindustri gula aren dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN HARGA JUAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA HOME INDUSTRY KHOIRIYAH DI TAMAN SARI, SINGARAJA.

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN HARGA JUAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA HOME INDUSTRY KHOIRIYAH DI TAMAN SARI, SINGARAJA. ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN HARGA JUAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA HOME INDUSTRY KHOIRIYAH DI TAMAN SARI, SINGARAJA. Rina Hasyim Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas

Lebih terperinci

TONY PUJIARYANTO Universitas Dian Nuswantoro Semarang

TONY PUJIARYANTO Universitas Dian Nuswantoro Semarang PENGGUNAAN FULL COSTING METHOD UNTUK MENERAPKAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI PENENTUAN HARGA JUAL ALMARI UKIR ( Studi Kasus : Meubel Ukir Sido Katon Banyumanik ) TONY PUJIARYANTO Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Peneliti Terdahulu Hasil penelitian Rahayu (2015) tentang Analisis Pembebanan Biaya Overhead Pabrik terhadap Harga Jual Produk pada UKM di Wilayah Sukabumi yaitu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatan utamanya mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan bukan merupakan tipe akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

PERHITUNGAN COST OF GOODS MANUFACTURED SEBAGAI DASAR PENENTU HARGA JUAL MENGGUNAKAN FULL COSTING METHOD (Studi Kasus pada UMKM Mie Basah Pak Taman)

PERHITUNGAN COST OF GOODS MANUFACTURED SEBAGAI DASAR PENENTU HARGA JUAL MENGGUNAKAN FULL COSTING METHOD (Studi Kasus pada UMKM Mie Basah Pak Taman) PERHITUNGAN COST OF GOODS MANUFACTURED SEBAGAI DASAR PENENTU HARGA JUAL MENGGUNAKAN FULL COSTING METHOD (Studi Kasus pada UMKM Mie Basah Pak Taman) Oleh: Hilda Waringga Pastarina H.P Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Nurul Fitry, 2 Dedi Herdiansah, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Penjualan Dan Laba Operasi Pada Perusahaan Manufaktur

Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Penjualan Dan Laba Operasi Pada Perusahaan Manufaktur Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Financial Accounting 2015-12-21 Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Penjualan Dan Laba Operasi Pada Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Ada beberapa penafsiran mengenai pengertian Akuntansi Biaya seperti yang dikemukakan oleh : Menurut Mulyadi (2005:7) dalam bukunya

Lebih terperinci

PERHITUNGAN COST OF PRODUCTION DENGAN METODE BIAYA PENUH PADA USAHA KECIL MENENGAH (STUDI KASUS UKM TAHU ECO)

PERHITUNGAN COST OF PRODUCTION DENGAN METODE BIAYA PENUH PADA USAHA KECIL MENENGAH (STUDI KASUS UKM TAHU ECO) 1 PERHITUNGAN COST OF PRODUCTION DENGAN METODE BIAYA PENUH PADA USAHA KECIL MENENGAH (STUDI KASUS UKM TAHU ECO) FENTIN ADRIANA ROSALY ocalygreen@gmail.com ABSTRAK Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL PADA UKM RASA BAKERY DENGAN MENGGUNAKAN METODE COST PLUS PRICING DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING PADA BULAN AGUSTUS,

ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL PADA UKM RASA BAKERY DENGAN MENGGUNAKAN METODE COST PLUS PRICING DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING PADA BULAN AGUSTUS, ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL PADA UKM RASA BAKERY DENGAN MENGGUNAKAN METODE COST PLUS PRICING DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING PADA BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER, DAN OKTBER 2016 Nama : Ellin Taufanny NPM :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. maupun variable. Menurut Garrison dan Nooren (2006:51), mengemukakan

BAB II LANDASAN TEORITIS. maupun variable. Menurut Garrison dan Nooren (2006:51), mengemukakan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Produksi Menurut Supriyono (2000:290), Biaya produksi adalah meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan

Lebih terperinci

Biaya Produksi : Semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan kegiatan untuk mengolah barang dan jasa menjadi produk selesai.

Biaya Produksi : Semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan kegiatan untuk mengolah barang dan jasa menjadi produk selesai. AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR Perusahaan Manufaktur : Perusahaan yang kegiatan utamanya adalah memperoleh barang dan jasa untuk diolah menjadi produk selesai dan menjual produk selesai yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2007:18) yang dimaksud dengan harga pokok produksi adalah harga pokok produksi memperhitungkan semua unsur biaya yang terdiri dari biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis akan menguraikan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang akan digunakan sebagai landasan dalam menganalisa permasalahan yang ada diperusahaan PT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Akuntansi Biaya 2.1.1. Pengertian Akuntasi Biaya Secara garis besar Akuntasi berarti pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian dari transaksi-transaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini menjelaskan mengenai pengertian yang mendasari dari perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari buku ilmiah, laporan penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Dalam kegiatan perusahaan ada banyak keputusan yang harus diambil oleh manajemen untuk kelangsungan hidup perusahaan. Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan informasi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2005:8) menyatakan bahwa pengertian biaya dalam arti luas adalah : Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam dunia bisnis saat ini menunjukkan tingkat kemajuan yang begitu pesat. Hal ini dilihat dari banyaknya perusahaan yang terus bermunculan, sehingga

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Unsur - Unsur Biaya Produksi 1. Pengertian Biaya Produksi Sebelum membahas mengenai biaya produksi, terlebih dahulu dijelaskan pengertian dari biaya itu sendiri.

Lebih terperinci

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI) PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI) Income and Value Added of Robusta Ground Coffee in North Lebong Subdistrict Lebong

Lebih terperinci

ARTIKEL PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DALAM RANGKA MENENTUKAN HARGA JUAL TAHU PADA UD. MAJU JAYA SEJAHTERA

ARTIKEL PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DALAM RANGKA MENENTUKAN HARGA JUAL TAHU PADA UD. MAJU JAYA SEJAHTERA ARTIKEL PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DALAM RANGKA MENENTUKAN HARGA JUAL TAHU PADA UD. MAJU JAYA SEJAHTERA Oleh: ROUDLOTUL ZANNAH 13.1.02.02.0527 Dibimbing oleh : 1. Dr.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya dan Pengklasifikasian Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi baik organisasi bisnis, non bisnis, manufaktur, dagang dan jasa. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya sangat berperan penting dalam kegiatan perusahaan. Salah satu peranan akuntansi biaya

Lebih terperinci

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA Manajemen dalam menjalankan tugasnya harus mempunyai keahlian serta kemampuan untuk memanfaatkan setiap faktor produksi yang ada. Salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI TAHU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DAN VARIABLE COSTING PADA TAHU MANG UJANG PEKANBARU ABSTRACT

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI TAHU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DAN VARIABLE COSTING PADA TAHU MANG UJANG PEKANBARU ABSTRACT ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI TAHU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DAN VARIABLE COSTING PADA TAHU MANG UJANG PEKANBARU Mimelientesa Irman dan Desi Lestari Program Studi Akuntansi Sekolah

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu,

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, Dan HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya Biaya dalam akuntansi biaya diartikan dalam dua pengertian yang berbeda, yaitu biaya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM 5.1. Beras Analog Bahan Baku dan Kandungan Gizi

GAMBARAN UMUM 5.1. Beras Analog Bahan Baku dan Kandungan Gizi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Beras Analog Beras analog merupakan tiruan beras yang terbuat dari bahan-bahan seperti umbi-umbian, serealia yang bentuk maupun komposisi gizinya mirip seperti beras. Beras analog

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya merupakan hal yang penting bagi perusahaan manufaktur dalam mengendalikan suatu biaya

Lebih terperinci

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40). BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA II.1. Pengertian Biaya Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil Menengah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil Menengah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil Menengah Usaha kecil menengah saat ini merupakan usaha yang masih dapat dipertahankan ditengah badai krisi moneter yang berkepanjangan. Untuk itu pemerintah berupaya

Lebih terperinci

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK 69 adalah biaya yang ditanggung masing-masing saluran perantara yang menghubungkan petani (produsen) dengan konsumen bisnis seperti PPT dan PAP. Sebaran biaya dan keuntungan akan mempengarhui tingkat rasio

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Istilah biaya (cost) sering digunakan dalam arti yang sama dengan istilah beban (expense). Berdasarkan teori yang ada istilah biaya (cost) dengan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PRODUKSI MIE NON GANDUM SKALA UMKM DI SUBANG JAWA BARAT

ANALISIS BIAYA PRODUKSI MIE NON GANDUM SKALA UMKM DI SUBANG JAWA BARAT Irawan, Analisis Biaya Produksi Mie Non Gandum ANALISIS BIAYA PRODUKSI MIE NON GANDUM SKALA UMKM DI SUBANG JAWA BARAT Berlian Irawan 1) Rima Kumalasari 2) Muhammad Zaini 3) Bina Unteawati 4) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP 1 DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP Ribut Santosa (1) ; Awiyanto (2) ; Amir Hamzah (3) Alamat Penulis :(1,2,3) Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

PRODUCTION COST ANALYSIS OF SUMBER GIZI NABATI ENTERPRISE IN PEKANBARU CITY

PRODUCTION COST ANALYSIS OF SUMBER GIZI NABATI ENTERPRISE IN PEKANBARU CITY 1 PRODUCTION COST ANALYSIS OF SUMBER GIZI NABATI ENTERPRISE IN PEKANBARU CITY Uli Yamasari 1, Makhdalena 2,Hendripides 3 E-mail: uli_yamasari@yahoo.com, gelatik14@yahoo.co.id, nursal86@gmail.com Telepon:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BLANGKON DENGAN METODE FULL COSTING

ANALISIS PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BLANGKON DENGAN METODE FULL COSTING ANALISIS PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BLANGKON DENGAN METODE FULL COSTING (Studi Kasus Pada UKM Kaswanto Kampung Potrojayan, Serengan, Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Full Costing Untuk Perhitungan Harga Jual Produk Pada Industri Kecil (Studi Kasus Home Industry Citra Snack Pekanbaru)

Penerapan Metode Full Costing Untuk Perhitungan Harga Jual Produk Pada Industri Kecil (Studi Kasus Home Industry Citra Snack Pekanbaru) 20 Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol.7, Desember 2014, 20-27 Penerapan Metode Full Costing Untuk Perhitungan Harga Jual Produk Pada Industri Kecil (Studi Kasus Home Industry Citra Snack Pekanbaru)

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN PERLAKUAN PRODUK SAMPINGAN PADA UD. SARI NADI SINGARAJA TAHUN 2012

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN PERLAKUAN PRODUK SAMPINGAN PADA UD. SARI NADI SINGARAJA TAHUN 2012 PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN PERLAKUAN PRODUK SAMPINGAN PADA UD. SARI NADI SINGARAJA TAHUN 2012 ¹ Putu Yesi Yasinta, ² Made Nuridja, ³ Anjuman Zukhri ¹, ², ³Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan harga pokok adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN COST PLUS PRICING DALAM KEPUTUSAN PENETAPAN HARGA JUAL UNTUK PESANAN KHUSUS PADA UD. DEWA BAKERY MANADO

PENERAPAN COST PLUS PRICING DALAM KEPUTUSAN PENETAPAN HARGA JUAL UNTUK PESANAN KHUSUS PADA UD. DEWA BAKERY MANADO PENERAPAN COST PLUS PRICING DALAM KEPUTUSAN PENETAPAN HARGA JUAL UNTUK PESANAN KHUSUS PADA UD. DEWA BAKERY MANADO Irvana Marina Kondoy, Ventje Ilat, Winston Pontoh Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

ANALISIS METODE PEMBEBANAN BIAYA PRODUKSI TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA PT. SUMBER DJAJA PERKASA SIDOARJO

ANALISIS METODE PEMBEBANAN BIAYA PRODUKSI TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA PT. SUMBER DJAJA PERKASA SIDOARJO ANALISIS METODE PEMBEBANAN BIAYA PRODUKSI TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA PT. SUMBER DJAJA PERKASA SIDOARJO Setiya Isna Pratiwi, Widya Susanti, Arief Rahman Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

Analisis Estimasi Penentuan Kos Produksi Tape Menggunakan Time Driven Activity Based Costing pada UKM Raja Madu

Analisis Estimasi Penentuan Kos Produksi Tape Menggunakan Time Driven Activity Based Costing pada UKM Raja Madu Siti, Analisis Estimasi Penentuan Produksi Tape Menggunakan Time Driven Activity Based Costing... 1 Analisis Estimasi Penentuan Produksi Tape Menggunakan Time Driven Activity Based Costing pada UKM Raja

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING II.1. Harga Jual Penentuan harga jual suatu produk atau jasa merupakan salah satu keputusan penting manajemen karena harga yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan harga pokok adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan, pengambilan keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

Steffi S. C. Saragih, Salmiah, Diana Chalil Program StudiAgribisnisFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Steffi S. C. Saragih, Salmiah, Diana Chalil Program StudiAgribisnisFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) (Studi Kasus : Desa Baja Ronggi Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai) Steffi

Lebih terperinci

EVALUASI HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK

EVALUASI HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK EVALUASI HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK (Studi pada Koperasi Pemasaran Usaha Bersama KPUB Sapi Jaya Kandangan Periode Tahun 2013) Emi Floresia Puspa Santoso Muhammad Saifi MG Wi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi global menuntut perusahaan menata manajemennya, mengingat ketatnya persaingan dan segala bentuk perubahan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Terdapat pemahaman yang berkembang bahwa biaya (cost) adalah sama pengertiannya dengan beban (expense). Hal ini dikarenakan terdapat pengertian kalau biaya dan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Akuntansi Biaya Akuntansi dalam suatu organisasi atau perusahaan dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu akuntansi keuangan (financial accounting) dan akuntansi manajemen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii RINGKASAN... iv LEMBARAN PENGESAHAN... vii RIWAYAT HIDUP... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL (STUDI KASUS UKM RENGGINANG SARI IKAN DI SUMENEP)

PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL (STUDI KASUS UKM RENGGINANG SARI IKAN DI SUMENEP) PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL (STUDI KASUS UKM RENGGINANG SARI IKAN DI SUMENEP) O l e h : FERGIAWAN AKBAR NIM : 10520032 PENDAHULUAN Latar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Manajemen Akuntansi dapat dipandang dari dua tipe akuntansi yang ada yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Sebagai salah satu tipe informasi akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejenis akan semakin meningkat. Hal tersebut mengakibatkan pasar untuk industri

BAB I PENDAHULUAN. sejenis akan semakin meningkat. Hal tersebut mengakibatkan pasar untuk industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maraknya kegiatan usaha dalam kaitannya dengan pasar, mengakibatkan persaingan diantara para produsen terutama produsen yang membuat barang yang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI BAB II HARGA POKOK PRODUKSI Bab ini berisi teori yang akan digunakan sebagai dasar melakukan analisis data. Mencakup pengertian dan penggolongan biaya serta teori yang berkaitan dengan penentuan harga

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI ANALISIS NILAI TAMBAH (VALUE ADDED) BUAH PISANG MENJADI KRIPIK PISANG DI KELURAHAN BABAKAN KOTA MATARAM (Studi Kasus Pada Industri Rumah Tangga Kripik Pisang Cakra ) 1) IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU

Lebih terperinci

Nisaa Aqmarina EB10

Nisaa Aqmarina EB10 ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA PERUSAHAAN ROTI LESTARI BOGOR Nisaa Aqmarina 25211190 3EB10 Latar Belakang Masalah Usaha Perencanaan,

Lebih terperinci

Penerapan Metode Variable Costing dalam Pengambilan Keputusan Jangka Pendek untuk Menerima Pesanan pada CV Nasional Batako Kupang

Penerapan Metode Variable Costing dalam Pengambilan Keputusan Jangka Pendek untuk Menerima Pesanan pada CV Nasional Batako Kupang Penerapan Metode Variable Costing dalam Pengambilan Keputusan Jangka Pendek untuk Menerima Pesanan pada CV Nasional Batako Kupang Indawati Jauhar Nino, Janri Delastriani Manafe, dan Tuti Setyorini Jurusan

Lebih terperinci

METODE HARGA POKOK PESANAN

METODE HARGA POKOK PESANAN 1 METODE HARGA POKOK PESANAN Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method) adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena biaya sangat berpengaruh dalam mendukung kemajuan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Biaya merupakan komponen terpenting dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi. Setiap perusahaan yang bertujuan mencari laba (profit oriented) ataupun tidak mencari

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 7 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data 29 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN Mohammad Wahyu Agang Fakultas Pertanian, Universitas Borneo Tarakan Email: wahyoe_89@ymail.com ABSTRAK Agroindustri minyak kayu

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU Andi Ishak, Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian

Lebih terperinci