TUGAS AKHIR PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKLM)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKLM)"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKLM) TENTANG MEKANISME DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN RETRIBUSI UJI KENDARAAN BERMOTOR PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Diajukan O L E H UMA DEVI Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menamatkan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PRODIP. III ADMINISTRASI PERPAJAKAN HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPERSENTASIKAN OLEH : NAMA : UMA DEVI NIM : PROGRAM STUDI : DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN Ketua PRODIP III Administrasi Perpajakan Dosen Pembimbing Supervisor Drs. M. Husni Thamrin Nst. M. Si NIP Indra Efendi R, S.Sos NIP. NIP DIKETAHUI DEKAN FISIP USU PROF. DR. M. ARIF NASUTION. MA NIP Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PENGESAHAN Laporan ini Telah Dipertahanlan di Depan Panitia Penguji Laporan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara Pada Hari : Tanggal : Pukul : Tim Majelis Penguji Ketua : Anggota : Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

4 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas Rahmat Allah SWT, karena berkat karunia, rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini guna melengkapi syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Tentang Mekanisme dan Prosedur Pemungutan Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus ikhlas penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun dari pada pembaca guna penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas FISIP USU. 2. Bapak Drs. H.M. Husni Thamrin Nst. M.Si, selaku ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. 3. Bapak Indra Efendi R, S.Sos selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi bimbingan dan pengarahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. 4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di lingkungan FISIP USU yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pelayanan serta kesungguhan penulis selama proses perkuliahan. Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

5 5. Seluruh pegawai di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. 6. Kepala dan seluruh pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Serdang Bedagai 7. Sahabat-sahabat saya yang selalu membantu saya dan menemani saya, buat Wulan, Maulana, Dian, Alin, Ricky, dan Mitha. 8. Seluruh teman-teman saya di kampus, tidak ada kalian tidak akan ramai setambuk 2006, thanks ya. 9. Secara khusus penulis mengucapakasn terima kasih yang tak terhingga kepada: a. Kedua orang tua saya yang selama ini telah sangat banyak mendukung baik secara materi dan yang lainnya serta nasehat dan kasih sayangnya b. Buat Uwo, Om dan seluruh keluarga yang telah banyak memberi motivasi. c. Buat orang yang paling special yang ada dihatiku Kiki thanks ya dah dukung dan membantu aku untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Harapan penulis semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan mudah-mudahan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua. Amin. Medan, Oktober 2009 Penulis Uma Devi Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

6 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR BAGAN... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah PKLM... 1 B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 7 C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)... 9 D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)... 9 E. Metode Pengumpulan Data F. Sistematika Penulisan BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN SEDANG BEDAGAI A. Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai B. Keadaan Geografis Kabupaten Serdang Bedagai B.1. Geografi B.1.1. Letak B.1.2. Batas-Batas B.1.3. Luas Wilayah B.1.4. Pemerintahan C. Perkembangan Penduduk Dan Mata Pencaharian C. 1. Penduduk C.2. Ekonomi C.3. Agama Dan Kepercyaan Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

7 C.4. Kehidupan Sosial Dan Budaya C. 5. Penghasilan Utama D. Perkembangan Penduduk Dan Mata Pencaharian D.1. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai D.2. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai E. Uraian Tugas Dan Fungsi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kabupaten Sedang Bedagai E.1. Kedudukan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai E.2. Tugas Pokok Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai E.3. Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai E.4. Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai BAB III GAMBARAN DATA RETRIBUSI UJI KENDARAAN BERMOTOR A. Retribusi Uji Kendaraan Bermotor A.1. Pengertian Retribusi Daerah A.2. Pengertian Retribusi Uji Kendaraan Bermotor B. Dasar Hukum Retribusi Daerah Kabupaten Serdang Bedagai C. Subjek Dan Objek Retribusi Uji Kendaraan Bermotor D. Mekanisme Retribusi Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor D.1. Mekanisme Pemungutan Dan Pelaksanaan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor D.2. Mekanisme Pembayaran Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

8 D.3. Mekanisme Penagihan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor D.4. Mekanisme Pembetulan, Pengurangan Ketetapan, Penghapusan Atau Pengurangan Sanksi Administrasi Dan Pembatalan D.5. Mekanisme Penyelesaian Keberatan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor D.6. Mekanisme Perhitungan Pengembangan Kelebihan Pembayaran Retribusi Uji Kendaraan Bermotor D.7. Mekanisme Penghapusan Piutang Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Yang Kadaluarsa D.8. Penyidikan D.9. Pemeriksaan E. Proses Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Kabupaten Serdang Bedagai E.1. Prosedur Dan Penetapan Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor E.2. Aliran Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor E.3. Aliran Penerbitan Spjk/Spsk Perda No. 10 Tahun F. Realisasi Penerimaan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Mekanisme Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor B. Potensi Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Kabupaten Sedang Bedagai C. Hambatan Dan Upaya Dalam Mekanisme Pemungutan Uji Kendaraan Bermotor Kabupaten Sedang Bedagai D. Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor E. Realisasi Penerimaan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

9 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

10 DAFTAR TABEL Halaman Tabel I Nama dan jarak ibukota kecamatan ke ibu kota kabupaten Tabel II Heterogenitas Etnis Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai Tabel III Jumlah Pegawai Negeri Sipil dan Tenaga Honorer Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Tabel IV Realisasi Penerimaan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

11 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 : Struktur Organisasi Pendapatan Kabupaten Sedang Bedagai Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

12 DAFTAR BAGAN Halaman Bagan I Aliran Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor Bagan II Aliran Penerbitan SPJK/SPSK Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

13 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG MASALAH PKLM Untuk menunjang usaha pembangunan secara merata di Indonesia serta mendorong investasi secara besar-besaran, terutama pembangunan di daerah-daerah terpencil yang selama ini dirasakan terbelakang terhambat perkembangan, baik dalam rangka pembangunan dan pendayagunaan sumber daya alam. Tentunya akan berhadapan dengan berbagai persoalan, yang salah satunya adalah financial yang konsekuensi logis dimana dibutuhkan dana yang cukup besar disamping sumber daya manusia yang handal dan memadai sebagai modal besar pembangunan. Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sub sistem pemerintah negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk mendorong penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenagan yang luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah secara profesional, yang diwujudkan dengan peraturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah (Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 114). Hal ini sesuai dengan pentingnya unsur-unsur Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana Pemerintah Pusat memberi hak otonominya kepada provinsi, Kabupaten Kota dengan tujuan mampu mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri. Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

14 Adapun unsur-unsur Pendapatan daerah itu sendiri menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 157 tentang Pemerintahan Daerah terdiri atas: 1. Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari: a. Hasil Pajak Daerah b. Hasil Retribusi Daerah c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan d. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 2. Dana Perimbangan a. Dana Perimbangan sebagai mana yang dimaksud dalam pasal 159 yang terdiri dari : - Dana Bagi Hasil - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus b. Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sector pedesaan, perkotaan dan perkebunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). c. Bagian Daerah dan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Kehutanan dan Penerimaan dari Sumber Daya Alam (SDA). 2 Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

15 3. Pinjaman Daerah a. Pemerintah dapat melalui manajemen dari sumber dalam negeri dan atau dari luar negeri untuk membiayai kegiatan Pemerintah dengan persetujuan DPRD. b. Pinjaman dari dalam negeri diberitahukan kepada Pemerintah dan dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah. 4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004). Mengingat bahwa terbatasnya sumber-sumber pendapatan Daerah tersebut, kepada daerah diwajibkan untuk mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan yang ada sesuai dengan Ketentuan Undang-undang yang berlaku. Mengoptimalkan sumber pendapatan yang ada sangatlah penting, agar penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah dapat berjalan dengan lancer. Maka untuk mengoptimalkan pelaksanaan Pendapatan Daerah, pemerintah telah menempatkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, Retribusi dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan tertentu, yang mana tiga kelompok retribusi ini dapat dijalankan lagi pembagiannya sebagai berikut: 3 Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

16 1. Retribusi Jasa Umum a. Retribusi pelayanan kesehatan b. Retribusi pelayanan sampah dan Kebersihan c. Retribusi pelayanan biaya cetak kartu tanda penduduk dan akte kelahiran sipil d. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat e. Retribusi pelayanan pasar f. Retribusi pengujian kendaraan bermotor g. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum h. Retribusi penggantian biaya cetak peta i. Retribusi pengujian kapal perikanan j. Retribusi alat Pemadam kebakaran 2. Retribusi Jasa Usaha a. Retribusi pasar dan pertokoan b. Retribusi tempat pelelangan c. Retribusi terminal d. Retribusi tempat khusus parkir e. Retribusi penginapan/pesanggrahan/villa f. Retribusi penyedotan kakus g. Retribusi rumah potong hewan h. Retribusi pelayanan pelabuhan kapal i. Retribusi penyeberangan diatas air j. Retribusi pengolahan limbah cair k. Retribusi penjualan produksi usaha daerah 4 Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

17 l. Retribusi tempat rekreasi dan olahraga m. Retribusi pemakaian kekayaan daerah 3. Retribusi Perizinan Tertentu a. Retribusi izin mendirikan bangunan b. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol c. Retribusi izin gangguan d. Retribusi izin trayek Adapun dari tiga kelompok Retribusi diatas yaitu Retribusi Jasa Usaha Umum adalah Retribusi Atas Jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Adapun kriteria dari jasa umum ini yaitu : 1. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bukan bersifat Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu. 2. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 3. Jasa tersebut memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum. 4. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi. 5. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraan. 5 Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

18 6. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber Pemdapatan Daerah yang potensial. 7. Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik. Salah satu jenis retribusi diatas yang juga mempunyai andil dan dapat dikembangkan sebagai salah satu sumber penerimaan oleh pemerintah daerah Kabupaten Serdang Bedagai guna Pembangunan daerahnya adalah Retribusi uji kendaraan bermotor. Karena, ekonomi masyarakat yang sebagian besar golongan menengah kebawah, maka sebagai alternatif masyarakat untuk beraktifitas dan/atau transportasi adalah kendaraan bermotor. Oleh karena banyaknya merk kendaraan bermotor belakangan ini yang dipasarkan, pemerintah daerah khususnya Kabupaten Serdang Bedagai harus ambil andil dalam pemasaran kendaraan bermotor hingga layak dipasarkan dan dipakai oleh konsumen. Secara teoritis praktik kerja lapangan bagi mahasiswa adalah kegiatan untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah dipelajari untuk dapat dipraktikan dalam dunia kerja yang sesungguhnya dengan adanya praktik kerja lapangan mahasiswa dapat lebih mendalami tentang kondisi objektif dan penerapan peraturan-peraturan yang berlaku tentang retribusi daerah Kabupaten Serdang Bedagai bagi mahasiswa praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) dapat juga menambah pengalaman dan pengetahuan baru dalam memahami dunia kerja sesungguhnya. Dari pembahasan diatas tersebut, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan ingin mengetahui bagaimana pemungutan dan penghitungan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor terhadap penerimaan Pendapatan hasil Kabupaten 6 Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

19 Serdang Badagai yang dilakukan oleh kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Begadai yang dituangkan dalam sebuah laporan praktik kerja dengan judul MAKANISME DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN RETRIBUSI UJI KENDARAAN BERMOTOR PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATAN SERDANG BEDAGAI. B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dalam rangka menyelesaikan perkuliahan. PKLM tersebut mempunyai beberapa tujuan dan manfaat bagi mahasiswa, Universitas, maupun bagi instansiinstansi tempa PKLM berlangsung. Tujuan PKLM Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui mekanisme dan prosedur pemungutan retribusi uji kendaraan bermotor pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai sebagai salah satu sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah. 2. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam meningkatkan penerimaan dari kendaraan bermotor. 3. Untuk mengetahui peranan retribusi pengujian kendaraan bermotor terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Serdang Bedagai. 7 Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

20 Manfaat PKLM Manfaat PKLM bagi mahasiswa : 1 Mengaplikasikan teori yang sudah dipelajari dan diperoleh di bangku perkuliahan. 2 Belajar mengenai praktik pengujian dan pemungutan retribusi kendaraan bermotor. 3 Untuk menambah wawasan penulis khususnya dalam permasalahan retribusi pengujian kendaraan bermotor. 4 Untuk menghadapi dunia kerja yang akan datang bahkan menamatkan studi dari Universitas. Manfaat PKLM bagi Universitas Sumatera Utara : 1 Meningkatkan kerja sama Universitas Sumatra Utara khususnya program Diploma III Administrasi Perpajakan Fisip USU dengan Dinas Pendapatan Kabupaten Serdang Bedagai 2 Memberikan uji nyata teori dan praktik dalam perkuliahan khususnya menyangkut uji retribusi daerah. 3 Mempromosikan sumber daya Universitas. 4 Mendapat masukan saran untuk mengevaluasikan kurikulum. Manfaat bagi Dinas Pendapatan 1. Membina kerja sama antara lembaga pendidikan dengan instansi tersebut. 2. Mendapat kualitas dan kuantitas memperbaiki kendaraan bermotor. 3. Dapat menambah sumber-sumber ide baru. 8 Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

21 C. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Adapun ruang lingkup PKLM yang akan dilaksanakan adalah 1. Mekanisme pelaksanaan pemungutan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Pendapatan Daerah Kab. Serdang Bedagai. 2. Prosedur Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. 3. Kendala-kendala yang dihadapi serta hambatan dalam pelaksanaan mekanisme dan prosedur pemungutan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Badagai. D. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Yang menjadi metode PKLM ada Lima yaitu: 1. Tahap Persiapan Yaitu kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM, Pengajuan judul PKLM yang meliputi kegiatan seperti : Pemilihan Objek PKLM, pengajuan Proposal PKLM dan surat pengajuan judul. 2. Studi Literatur Yaitu kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan perundang undangan dibidang perpajakan Retribusi Daerah, majalah, surat kabar, catatan-catatan maupun bahasa tertulis yang berhubungan dengan Laporan PKLM. 9 Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

22 3. Observasi Lapangan Yaitu kagiatan studi mencari data dan informadi dengan mengikuti PKLM di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Serdang Bedagai, serta mempelajari laporan yang berhubungan dengan mejalah yang dibahas. 4. Pengumpulan Data Primer dan Skunder Data primer adalah data yang diperoleh dari observasi lapangan melalui wawancara. Data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari studi literatur. 5. Analisis dan Evaluasi Data Yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengelompokkan data-data yang diperoleh selama pelaksanaan PKLM untuk dianalisa dan evaluasi data, sehingga memudahkan dalam penarikan kesimpulan secara jelas dan sistematis. E. METODE PENGUMPULAN DATA Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data diatas adalah sebagai berikut: 1. Daftar pertanyaan (Interview Guide) Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada para pegawai dalam instansi yang bersangkutan untuk menambah objektifitas yang berkaitan dengan kebutuhan Penulis untuk melengkapi laporan ini. 2. Daftar Observasi (Optimal guide) Daftar studi yang dilakukan dengan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap tiap fenomena yang menjadi objek penelitian. 10 Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

23 3. Daftar Dokumentasi (Optinal Guide) Dalam metode ini penulis meminta dokumen yang berhubungan dengan objrk PKLM. Dokumen tersebut berupa struktur organisasi, dan tingkat keberhasilan penerimaan Retribusi Terminal Angkutan Penumpang Umum dan Angkutan Barang. F. SISTEMATIKA PENULISAN Dalam penulisan laporan kerja Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini dibagi atas empat bab dan tiap-tiap bab dibagi atas beberapa Sub bab. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut. BAB I. PENDAHULUAN Dalam bab ini memberikan gambaran mengenai keseluruhan isi dan laporan. Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, ruang, lingkup PKLM, Metode pengumpulan data sistematika penulisan. BAB II. GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI. Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kabupaten Serdang Bedagai sebagai objek PKLM, Struktur Organisasi, dan Keadaan Geografis Kabupaten Serdang Bedagai, Uraian Tupoksi, Struktur Dispenda dan Gambaran Data Pegawai Dispenda. 11 Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

24 BAB III. GAMBARAN DATA PEMUNGUTAN RETRIBUSI UJI KENDARAAN BERMOTOR Dalam bab ini menjelaskan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut dan kemudian dilakukan analisa data. BAB IV. ANALISA DAN EVALUASI Pada bab ini penulisan menjelaskan data-data yang sudah dikumpulkan melalui proses analisa dan evaluasi. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini dan juga membuat sebuah kesimpulan dan pembahasan yang dituangkan didalam laporan ini dan juga membuat beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat nantinya. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 12 Uma Devi : Mekanisme Dan Prosedur Pemungutan Retribusi Uji Kendaraan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, 2010.

25 BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN SEDANG BEDAGAI A. SEJARAH SINGKAT KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Nama Serdang Bedagai diambil dari dua kesultanan yang pernah memerintah di wilayah tersebut yakni Kesultanan Serdang dan Padang Bedagai. Kesultanan Serdang dimulai ketika terjadi perebutan tahta kesultanan Deli setelah Tuanku Panglima Paderap (pendiri kesultanan Deli) mangkat pada tahun Tuanku Gandar Wahid, anak kedua Tuanku Panglima Paderap mengambil alih tahta dengan tidak memperdulikan abangnya Tuanku Jalaludin dan adiknya Tuanku Umar. Tuanku Jalaludin tidak bisa berbuat banyak karena cacat fisik, sementara Tuanku Umar terpaksa mengungsi ke wilayah Serdang. Melihat hal ini beberapa petinggi wilayah yakni Datuk Sunggal Serbanyaman, Raja Urung Sinembah, Raja Ulung Tanjong Morawa dan Kejuruan Lumu sebagai wakil Aceh menabalkan Tuanku Umar Johan Pahlawan Alam Shah Kejuruan Junjungan sebagai Sultan Serdang pertama pada tahun Wilayah kesultanan ini berpusat di Kampung Besar tempat dimana ibunya, Tuanku Ampunan Sampali tinggal. Tuanku Umar atau Raja Osman akhirnya tewas saat pasukan kerajaan Siak ingin menaklukan kerajaan-kerajaan Melayu di pesisir Sumatera Timur di tahun Makam Tuanku Umar sampai kini masih ada di tengah-tengah perkebunan Sampali. Kesultanan Serdang kemudian dilanjutkan oleh putranya Tuanku Ainan Johan Alam Shah. Sedangkan adiknya Tuanku Sabjana ditempatkan sebagai Raja 13

26 Muda di kampung Kelambir pinggir Sungai Tuan. Di bawah kepemimpinan Tuanku Ainan, Kesultanan Serdang mengalami perkembangan dengan melebarkan wilayah kekuasaan hingga ke Percut dan serdang Hulu. Kesultanan Siak memberi gelar Sultan pada Tuanku Ainan di tahun Istrinya adalah putri dari Raja Perbaungan, yakni Tuanku Sri Alam. Anak-anak Tuanku Ainan membuka dan membuka perkampungan-perkampungan baru. Tahun 1817, Tuanku Ainan mangkat dan diganti oleh putra keduanya, Tengku Sinar karena putra pertamanya Tengku Zainal Abidin tewas dalam pertempuran membantu mertuanya di Kampung Punggai Tengku Sinar di Kampung Punggai. Tengku Sinar kemudian diberi gelar Paduka Sri Sultan Thaf Sinar Basliar Shah. Pada zaman inilah Kesultanan Serdang mengalami kejayaan dengan perdegangan dan pemerintahan yang adil. Perjanjian dagang dengan Inggris dibuat tahun Tercatat ekspor ketika itu berjumlah pikul terdiri lada, tembakau, kacang putih, emas dan kapur barus. Sedangkan Inggris memasok kain-kain buatan Eropa. Wilayah kekuasan sudah melebar mulai dari Percut, Padang Bedagai, Sinembah, Batak Timiur sampai Negeri Dolok. Sultan Serdang keempat adalah Tengku Muhammad Basyaruddin yang kemudian bergelar Paduka Sri Sultan M. Basyarauddin Syaiful Alam Shah. La ditabalkan di tahun 1850 sesaat setelah ayahandanya mangkat. Basyaruddin merupakan putra keempat Tuanku Ainan. Selama pemerintahannya, Kesultanan Serdang melebarkan wilayah jajahannya hingga ke Batubara (Lima Laras), seluruh Senembah dan menembus kawasan Karo dan Batak Timur. 14

27 Ketika pengaruh Belanda semakin kuat, Sultan Basyaruddin dengan tegas memihak pada Kesultanan Aceh dan melakukan perlawanan. Hal ini membuat ia diberi mandat sebagai Wajir (kuasa) Sultan Aceh dengan wilayah kewajirannya meliputi Langkat hingga Asahan. Sebagai wajir, ia menghadapi kedatangan ekspedisi Belanda yang dipimpin Netscher tahun Di sisi lain, Sultan Basyaruddin berusaha menjaga perdamaian dengan Kesultanan Deli yang memiliki hubungan akrab dengan Belanda. Namun peperangan dengan Kesultanan Deli sempat pecah ketika Serdang merebut kembali wilayah Denai. Demikian juga ketika Kesultanan Aceh mengirim 200 kapal perang untuk menyerang Kesultanan Deli dan Kesultanan Langkat, Sultan Basyaruddin turut membantu. Dalam melawan Belanda, Sultan Basyaruddin didukung oleh para raja dan orang-orang besar jajahannya seperti raja Kampung Kelambir: Raja Muda Pangeran Muda Sri Diraja M Takir, Wajir Bedagai: Datuk Putera Raja Negeri Serdang Ahmad Yudha, Wajir Senembah: Kejuruan Seri Diraja Sutan Saidi. Melihat perlawanan yang begitu kuat, akhirnya Belanda pada Agustus 1865 menurunkan ribuan pasukannya di Batubara dan Tanjung Balai. Penyerangan ini diberi sandi Ekspedisi Militer melawan Serdang dan Asahan. 30 September, pasukan Belanda sampai di Serdang dan langsung mengejar Sultan Basyaruddin yang bertahan di pedalaman, hingga akhirnya perlawanan tersebut dipatahkan pada 3 Oktober dan Sultan Basyaruddin ditawan Belanda. Belanda kemudian merampas tanah-tanah jajahan Serdang seperti Padang, Bedagai, Percut dan Denai. 20 Desember 1879, Sultan Basyaruddin mangkat di Istana Bogak, Rantau Panjang dan dimakamkan di dekat Stasiun Araskabu. Kesultanan Serdang diteruskan pada Tengku Sulaiman yang 15

28 saat itu masih dibawah umur, 13 tahun. Ia ditabalkan menjadi Paduka Sri Sultan Tuanku Sulaiman Syariful Alam Shah. Untuk menghindari kekosongan kekuasaan pamannya Tengku Mustafa bergelar Raja Muda Sri Maharaja diangkat sebagai Wali Sultan. Penabalan ini dilaksanakan di Istana Tanjung Puteri, Bogak, Rantau Panjang. Pengangkatan ini tidak serta merta diakui oleh Residen Belanda. Mereka memberi 3 syarat jika Sultan Sulaiman ingin diakui yakni: Serdang tidak menuntut daerah-daerah yang telah dirampas Belanda, penetapan tapal batas antara Deli dan Serdang serta Sultan harus tunduk pada kekuasaan Belanda. Namun Sultan Sulaiman tidak perduli. Tahun 1882, memaksa agar sebagian wilayah Senembah diserahkan kepada Deli dengan imbalan Deli akan menyerahkan kembali Negeri Denai. Sultan Sulaiman baru diakui pada tahun 1887 walau ia tetap tidak setuju atas tapal batas dengan Deli yang ditentukan Belanda. Tahun 1891 Kontrolir Belanda, Douwes Dekker memindahkan ibukota Kesultanan Serdang ke Lubuk Pakam karena Rantau Panjang selalu mengalami banjir. Namun Sultan Sulaiman tidak mau. Ia yang telah membangun istana Kota Galuh dan mesjid Sulaimaniyah di Persimpangan Tiga Perbaungan pada tahun 1886 justru pindah ke istana tersebut. Kota ini menjadi tandingan kota Lubuk Pakam karena sultan kemudian membangun kedai, pasar dan pertokoan sehingga ramai. Daerah-daerah taklukan Serdang yang dikuasai Belanda dijadikan perkebunan seperti di Denai, Bedagai, Senembah dan Percut. Seluruh perkebunan ini mengikat kontrak dengan Sultan Deli. Walau diakui namun kekuasaan sultan pelan-pelan dibatasi Belanda. Bahkan ketika pulang bertemu dengan Kaisar Jepang Tenno Heika Meiji Mutshuhito, tapal batas dengan Bedagai telah diperkecil Belanda. Belanda juga 16

29 menghapus jabatan-jabatan penting kesultanan setelah yang menyandangnya meninggal dunia. Di bawah pimpinan Sultan Sulaiman, kesultanan Serdang membangun buah lahan persawahan lengkap dengan irigasinya. Kemduain di tahun 1903 didatangkan transmigran masyarakat Banjar untuk mengolahnya. Sultan jugam embuka pabrik belancan dan sabun di Pantai Labu serta membuka perkembunan tembakau di Kuala Bali. Bank dibangun Sultan di Bangun Purba sebagai penunjang roda perekonomian di Serdang. Di bidang pendidikan Sultan mendirikan sekolah Syairussulaiman di Perbaungan. Dalam buku Kronik Mahkota Kesultanan Serdang yang ditulis Tuanku Luckman Sinar Basarsyah. Sultan Sulaiman digambarkan orang yang anti Belanda. Misalnya Sultan Sulaiman adalah orang yang memperjuangkan agar rakyat yang tinggal di sekitar perkebunan tembakau konsesi dibenarkan mengerjakan lahan untuk tanaman padi saat areal perkebunan dibelukarkan. Untuk memastikannya ia membuat kodefikasi tentang Hak Adat Rakyat Penunggu di tahun 1922, hak ini membenarkan siapa saja yang memenuhi syarat untuk memperoleh hak jaluran. Sultan Sulaiman juga dikenal akrab dengan kesenian dan kebudayaan. Ia mendirikan teater Indera Ratu yang membawakan cerita-cerita Melayu, India dan Barat. Sekali setahun teater ini menggelar pertunjukan ke berbagai pelosok Serdang untuk menghibur rakyat secara gratis. Sultan juga menghidupkan teater tradisional Makyong dan wayang kulit jawa yang dihadiahkan oleh Sultan Hamengkubowono VIII. Biasanya kesenian ini digelar pada tiap hari raya di depan Istana Perbaungan. Saat perang dunia kedua, Jepang yang masuk ke Serdang melalui Pantai Perupuk Tanjung Tiram, Batubara. Namun pasukan ini terkejut ketika masuk ke 17

30 istana menemukan gambar Tenno Heika Meiji tergantung di dinding istana. Sejak itu hubungan Sultan Sulaiman dengan tentara pendudukan Jepang terjalin baik. Bahkan Sultan diberikan mobil dengan plat no. 1. Jepang juga berjanji tidak akan mengambil pekerja paksa dari Serdang dengan syarat Serdang harus menyuplai beras ke markasmarkas Jepang. Sultan Sulaiman juga segera mengibarkan bendera merah putih ketika mendengar proklamasi 17 Agustus 1945 melalui gubernur Sumatera Timur, TM Hassan, Sultan mengirimkan sebuah telegram kepada Presiden Soekarno yang menyatakan kesultanan Serdang serta seluruh daerah taklukannya mengakui kekuasaan pemerintah Republik Indonesia dan dengan segala kekuatan akan mendukungnya. Dalam masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS), keadaan Sumatera Timur mengalami pergolakan yang dilakukan oleh rakyat secara spontan menuntut agar Negara Sumatera Timur (NST) yang dianggap sebagai prakarsa Van Mook (Belanda) dibubarkan dan wilayah Sumatera Timur kembali masuk negara Republik Indonesia. Para pendukung NST membentuk permusyawaratan Rakyat se Sumatera Timur menentang kongres Rakyat Sumatera Timur yang dibentuk oleh Front Nasional. Negara-negara bagian dan daerah-daerah istimewa lain di Indonesia kemudian bergabung dengan negara Republik Indonesia (NRI), sedangkan Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur tidak bersedia. Akhirnya pemerintah NRI meminta kepada Republik Indonesia Serikat untuk mencari kata sepakat dan mendapat mandat penuh dari NST dan NIT untuk bermusyawarah dengan NRI tentang pembentukan Negara Kesatuan dengan hasil antara lain UUDS Kesatuan yang berdasar dari UUD RIS diubah sehingga sesuai dengan UUD Atas dasar 18

31 itu kesultanan Serdang masuk dalam kabupaten Deli Serdang. Karena Sumatera Timur dibagi atas 5 afdeling, salah satu diantaranya adalah Deli dan Serdang. Afdeling ini dipimpin oleh seorang Asisten Residen serta terbagi atas 4 (empat) onder Afdeling yaitu Beneden Deli beribukota di Medan, Bovan Deli beribukota di Pancur Batu, Serdang beribukota di Lubuk Pakam, Padang Bedagai beribukota di Tebing Tinggi dan masing-masing dipimpin oleh seorang kontrolir. Hari Jadi Daerah Kabupaten Serdang Bedagai adalah pada tanggal 7 Januari Hari jadi sebagaimana dimaksud diatas ini wajib diperingati dan dirayakan oleh seluruh instansi pemerintah dan swasta di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai setiap tahunnya. Motto Daerah Kabupaten Serdang Bedagai adalah TANAH BERTUAH NEGERI BERADAT. Motto Daerah sebagaimana dimaksud diatas mengandung arti tanah yang subur, dan masyarakatnya beradat serta berbudi pekerti yang luhur. B. KEADAAN GEOGRAFIS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI b.1. Geografi b.1.1. Letak Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara, Lintang Selatan, Bujur Timur, 99 0 Bujur Barat. b.1.2. Batas-batas Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang berada di daerah provinsi Sumatera Utara dengan batas wilayah sebagai berikut : 19

32 No. - Utara : Selat Malaka - Timur : Kabupaten Asahan dan Kabupaten Simalungun - Selatan : Kabupaten Simalungun - Barat : Kabupaten Deli Serdang b.1.3. Luas Wilayah Luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai berkisar 1.900,22 km 2. b.2. Pemerintahan Yang terbagi atas 11 kecamatan dan masing-masing kecamatan terdiri dari 7 wilayah kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai. Tabel I Nama dan jarak ibukota kecamatan ke ibu kota kabupaten 2005 Kecamatan Sub Regency Ibukota Kecamatan Capital of District Jarak Distance (Km) 1 Koratih Koratih 32 2 Dolok Masihul Dolok Masihul 51 3 Sipispis Sipispis 28 4 Dolok Merawan Dolok Merawan 22 5 Tebing Tinggi Tebing Tinggi 15 6 Bandar Khalipah Bandar Khalipah 25 7 Tanjung Beringin Tanjung Beringin 7 8 Teluk Mengkudu Teluk Mengkudu 9 9 Sei Rampah Sei Rampah 0 10 Perbaungan Perbaungan Pantai Cermin Pantai Cermin 20 20

33 C. PERKEMBANGAN PENDUDUK DAN MATA PENCAHARIAN c. 1. Penduduk Pada tahun 2003 jumlah Populasi Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan hasil laporan Kependuduk pada Bulan Juni berjumlah jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 48 per KM 3 dan tingkat pertumbuhan mencapai 5,6% per tahun.pada tahun 2003 jumlah Populasi Kabupaten serdang Bedagai Bedagai Sedangkan pada tahun 2004 menurut hasil P4B adalah jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk 4,40% pertahun. Kepadatan penduduk perkilometer menunjukan bahwa kecamatan Perbaungan menempati urutan tertinggi yaitu 187 jiwa per kilometer persegi, sedang Kecamatan Tanjung Beringin menempati urutan terendah yaitu 30 jiwa per kilometer persegi. Penduduk Serdang Bedagai bersifat Heterogenitas Etnis terdiri dari beberapa etnis diantarnya : Tabel II Heterogenitas Etnis Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai No. Etnis Persentase Suku Melayu Suku Jawa Cina/Tionghoa Suku Batak Suku Minang Lain-lain 53% 22% 12% 8% 1% 4% 21

34 Dari tabel di atas di jelaskan bahwa penduduk Kabupaten Serdang Bedagai mayoritas berasal dari suku melayu yang menempati urutan tertinggi berkisar 53%, suku Jawa 22% dan suku minang merupakan urutan yang terkecil berkisar 1%. c. 2. Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai erat kaitannya dengan potensi sumber daya alam yang tersedia, dapat dilihat dari gambaran peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi mencapai 3,98% bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002 yang berjumbelah 2,73%. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pendapatan regional selama tahun meningkat,berdasarkan harga riil Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)di tahun 2003 mencapai Rp ,95 dengan peningkatan rata-rata adalah 18,5% per tahun dan mencapai Rp di tahun Sedangkan Prodok Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan pada tahun 2003 mencapai Rp ,07. Secara rinci sektor-sektor perekonomian yang menunjang pertumbuhan ekonomi yang di maksud adalah : a. Pertanian dan pengairan (Irigasi) b. Pertambangan dan Penggalian c. Industri,Listrik dan Air Minum d. Perhubungan dan Parawisata e. Sektor Keuangan dan Harga 22

35 Dalam bidang ekonomi ini penulis hanya menggambarkan sector pertanian karena mayoritas penduduk Kabupaten Serdang Bedagai kurang lebih 75%hidup dalam sector pertanian sedangkan sisanya terdiri dari sector lainnya. Sayur-sayuran dan padi merupakan tanaman bahan makanan yang dalam pengembangannya mendapat perhatian dari petani di daerah ini. Hal ini dapat terlihat dalam usaha petani di dalam mengembangkan ekstensifikasi dan intensifikasi untuk menuju peningkatan produktifitas sekaligus meningkatkan produksi. Wilayah ini Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki luas 1.990,22km dengan luas persawahan ,49ha dan sawah yang tidak diusahakan 3.875,85ha, pemukiman ,07ha, huma dan tegal ,43ha, padang peternakan 3.767,51ha, rawa-rawa yang tidak ditanami17.909,74ha, tambak/kolam 33,49ha, hutam tanam masyarakat 287,61ha, hutan Negara ,05 ha, perkebunan swasta ,35 dan lainnya ha. c.3. Agama dan Kepercyaan Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai sebagian besar umumnya memeluk agama Islam lebih kurang 75% yang didominasi oleh suku melayu, jawa dan serta batak, agama Budha dan Hindu yang didominasi oleh suku Tionghoa (Cina),dan Agama Kristen yang didominasi oleh suku Batak dan Jawa serta Tionghoa c.4. Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat didaerah Kabupaten Serdang Bedagai sebagian besar secara langsung masih memperlihatkan kehidupan sebagaimana lazimnya kehidupan masyarakat melayu. Msyarakat Serdang Bedagai sebagaimana masyarakat lainnya diseluruh tanah air juga memiliki kebudayaan tersendiri yang bersipat tradisional 23

36 serta juga memiliki cirri khas tersendiri bila dibandingkan dengan suku lain di Indonesia. Salah satu kebiasaan masyarakat Serdang Bedagai yang masih terkemuka sampai saat sekarang, dapat di lihat dalam prosesi pernikahan. Dalam prosesi ini sangat jelas terlihat kebudayaannya salah satunya dalam menggunakan pakaianpengantin masih tergambar melayu pengantin tersebut menggunakan keris yang di selipkan pada pinggang dan juga ada istilah tepung tawar yang di lakukan oleh ninik mamak keluarga tersebut. Kebiasan lain juga tak kalah yang ditonjolkan oleh suku Tionghoa yang berdomisili di Perbaungan pada tiap tahunnya suku Tionghoa tersebut akan melakukan Bakar Tongkang pada umumnya pelaksanaan tersebut juga sangat meriah dan bisa menghadirkan masyarakat Tionghoa dan didaerah-daerah untuk melihat prosesi tersebut. c. 5. Penghasilan Utama - Perkebunan dan Agroindustri - Persawahan dan Tanaman Pangan Lainnya (Pertanian) - Perikanan /Nelayan (Fishery) - Peternakan (Livestock). 24

37 D. STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI d.1. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Berdasarkan peraturan daerah kabupaten Serdang Bedagai Nomor 172/11 tahun 2005 tentang organisasi pajak dan retribusi daerah serta kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Serdang Bedagai bahwa Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai adalah unsur pelaksana pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai di bidang pendapatan daerah yang dimpimpin oleh seorang kepala dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui sekretaris daerah. d.2. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Struktur organisasi akan menggambarkan secara jelas mengenai pembagia ndan pembatasan antara tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan setiap bagian dan tujuan organisasi itu dengan cara yang paling efektif dan egisien. Sturuktur organisasi ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja. Berikut uraian struktur organisasi dan kemudian menyajikan dalam bentuk bagan. 25

38 Susunan Struktur Organisasi Dinas Pendapatan, Kabupaten Serdang Bedagai a. Kepala dinas b. Sekretaris c. Kepala sub bagian umum dan kepegawaian d. Kepala sub bagian keuangan dan perlengkapan e. Kepala sub bagian perencanaan program/akuntabilitas f. Kepala bagian pendapatan g. Kepala seksi pendapatan asli daerah h. Kepala seksi penetapan dan penadagihan PAD i. Kepala bidang anggaran j. Kepala seksi perencanaan anggaran k. Kepala seksi pengadilan anggaran l. Kepala bidang pembendaharaan dan kas daerah m. Kepala seksi perbendaharaan n. Kepala seksi kas daerah o. Kepala seksi akuntansi dan kekayaan p. Kepala seksi akuntansi daerah q. Kepala seksi kekayaan daerah r. Kepala bidang bagi hasil pajak dan penerimaan dan lain-lain s. Kepala seksi bagi hasil pajak pusat dan penerimaan lain-lain t. Kepala seksi bagi pajak propinsi dan penerimaan lain-lain u. Kepala bidang pengendalian dan operasional v. Kepala seksi pengawasan dan operasional w. Kepala seksi pengelolaan data. 26

39 KEPALA DINAS (1) Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset mempunyai tugas membantu Kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah di bidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset mempunyai fungsi : a. Menyiapkan konsep kebijakan daerah dan pelaksanaan kewenangan daerah serta pelaksanaan tugas-tugas dinas dibidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset; b. Merencanakan dan pelaksanaan pembangunan jangka menengah dan tahunan dibidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset; c. Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk pembangunan kapasitas Pendapatan Daerah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan; d. Memberi perizinan tertentu dan pelaksanaan pelayanan umum; e. Menyusun dan mempersiapkan konsep standar dan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini; f. Membuat rincian tugas pokok dan fungsi jabatan dan stafnya masing-masing; g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleli Bupati sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya; h. Memberi masukan yang perlu kepada Bupati sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya; 27

40 i. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, sesuai standar yang ditetapkan. (3) Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset mempunyai tugas : a. Menerima petunjuk/arahan sesuai dispossisi atasan; b. Mendisposisisikan surat kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya; c. Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib; d. Membantu Bupati dalam melaksanakan tugas di bidang Pendapatan Daerah, Pengelolaan Keuangan dan Aset; e. Menyusun dan melaksanakan tugas di bidang Pengelolaan Keuangan Daerah; f. Melaksanakan koordinasi tugas-tugas pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset; g. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas-tugas pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset; h. Melaksanakan koordinasi tugas dengan instansi terkait baik horizontal maupun vertikal; i. Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD; j. Melaksanakan pemungutan Pendapatan Daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah; k. Menyusun laporan Keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; l. Mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD; m. Melakukan pengendalian pelaksaan APBD; 28

41 n. Memberi petunjuk teknis pelaksanaan system penerimaan dan pengeluaran kas; o. Menetapkan SPD; p. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama Pemerintah Daerah; q. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah; r. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkahlangkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku; s. Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada atasan; t. Menilai hasil pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan penilaian dalam pembuatan DP-3; u. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan. (4) Untuk melaksanakan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) pasal ini, Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset dibantu oleh: a. Sekretaris; b. Kepala Bidang Pendapatan; c. Kepala Bidang Anggaran; d. Kepala Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah; e. Kepala Bidang Akuntansi dan Kekayaan; 29

42 f. Kepala Bidang Bagi Hasil Pajak dan Penerimaan lain-lain; g. Kepala Bidang Pengendalian dan Operasional; h. Unit Pelaksana Teknis Dinas Dinas (UPTD); i. Kelompok jabatan fungsional. SEKRETARIS (2) Sekretaris mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam Bidang Umum dan Kepegawaian, Keuangan dan Perlengkapan serta Perencanaan Program dan Akuntabilitas. (3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Sekretaris mempunyai tugas; a. Menyusun dan memyempurnakan standar penyelenggaraan urusan umum, pengelolaan keuangan dan pemberdayaan pegawai; b. Merencanakan pengadaan kebutuhan internal maupun administrasif dinas, serta penyempurnaan peningkatan pengelolaan dan pengendalian atas pelaksanaan, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan; c. Merencanakan, mengelola dan meningkatkan pemberdayaan personil sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan; d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya; e. Memberi masukan yang perlu kepada Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya; 30

43 f. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi kepada Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset, sesuai dengan standar yang ditetapkan. (4) Sekretaris mempunyai tugas ; a. Menerima petunjuk/arahan sesuai disposisi atasan; b. Mendisposisikan surat kepada bawahan sesuai bidang tugasnya; c. Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib; d. Mengkoordinasikan penyusunan program dan penyelenggara tugas-tugas bidang secara terpadu dan tugas pelayanan administratif; e. Melaksanakan pengelolaan administrasi umum; f. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian; g. Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan; h. Melaksanakan pengelolaan administrasi perlengkapan; i. Melaksanakdn pengelolaan admnistrasi program / Akuntabilitas; j. Melaksanakan pengawasan terhadap disiplin pegawai, budaya bersih, budaya kerja dan budaya tertib; k. Mempersiapkan penyelenggaraan rapat dinas dan mempersiapkan surat tugas bagi pegawai yang akan melaksanakan perjalanan dinas; l. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas; m. Memelihara, merawat, menjaga dan mengawasi inventaris kantor; n. Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol, merencakan kegiatan dan membuat laporan pelaksanaan tugas; 31

44 o. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkahlangkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku; p. Membuat laporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada atasan; q. Menilai hasil pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan penilaian dalam pembuatan DP-3; r. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan; (5) Untuk melaksanakan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) pasal ini, Sekretaris dibantu oleh : a. Kepala sub bagian umum dan kepegawaian; b. Kepala sub bagian keuangan dan perlengkapan; c. Kepala sub bagian perencanaan program/akuntabilitas. KEPALA SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas : a. Menerima petunjuk/arahan sesuai disposisi atasan; b. Mendisposisikan surat kepada bawahan sesuai bidang tugasnya; c. Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib; d. Melaksanakan pengelolaan administrasi umum; e. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian; f. Mengagendakan, menomori dan mendistribusikan surat masuk dan surat keluar; g. Memeriksa, meneliti dan mengarsipkan surat masuk dan surat keluar; 32

45 h. Mengkoordinir kebersihan lingkungan kantor dan keamanan kantor; i. Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengontrol dan merencakan kegiatan pelaksanaan tugas; j. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah-langkah yang perlu diambil dengan ketentuan yang berlaku; k. Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada atasan; l. Menilai hasil pelaksanaan tugas bawahan sebagai bahan penilaian dalam pembuatan DP-3; m. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan. KEPALA SUB BAGIAN KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan mempunyai tugas : a. Menerirna petunjuk/arahan sesuai disposisi atasan; b. Memberi petunjuk, membagi tugas dan membimbing bawahan agar pelaksanaan tugas berjalan lancar dan tertib; c. Memeriksa, mengecek, mengoreksi, mengawasi kegiatan pelaksanaan keuangan dan pengadaan barang/perlengkapan; d. Membantu Sekretaris melaksanakan pengelolaan penyusunan administrasi keuangan dan perlengkapan; e. Menyusun, memeriksa dan meneliti rencana anggaran belanja langsung dan tidak langsung; 33

BAB I PENDAHULUAN. Serdang Bedagai, semasa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.

BAB I PENDAHULUAN. Serdang Bedagai, semasa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Serdang Bedagai yang beribukota Sei Rampah adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan UU RI Nomor 36 Tahun 2003 pada tanggal

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Nama Serdang Bedagai diambil dari dua kesultanan yang pernah memerintah di wilayah

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Nama Serdang Bedagai diambil dari dua kesultanan yang pernah memerintah di wilayah BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Sejarah Serdang Bedagai Nama Serdang Bedagai diambil dari dua kesultanan yang pernah memerintah di wilayah tersebut yakni Kesultanan Serdang dan Padang Bedagai. Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pembangunan di suatu daerah dimaksudkan untuk membangun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pembangunan di suatu daerah dimaksudkan untuk membangun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pembangunan di suatu daerah dimaksudkan untuk membangun masyarakat seutuhnya. Untuk itu diharapkan pembangunan tersebut tidak hanya mengejar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Gambaran Umum Daerah Kabupaten Serdang Bedagai 1. Sejarah Kabupaten Serdang bedagai yang beribukota Sei Rampah adalah kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibukota Kabupaten ini berada di Lubuk Pakam. Kabupaten Deli Serdang di kenal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai Keinginan Masyarakat untuk dimekarkannya Kabupaten Deli Serdang sebenarnya telah cukup lama muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu landasan yuridis bagi pengembangan Otonomi Daerah di Indonesia adalah lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pengganti

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : 1. 2. 3. 4. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat terhadap Pemerintah Daerah sebagai wujud nyata dari pelaksanaan otonomi daerah memberikan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3), Pasal 22, dan Pasal 33

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR 4.1. Sejarah Kabupaten Rokan Hilir Kabupaten Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau Indonesia. Ibukotanya terletak di Bagansiapiapi, kota terbesar,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. administrasi dan fungsi Pemerintah di daerah yang dilaksanakan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. administrasi dan fungsi Pemerintah di daerah yang dilaksanakan oleh 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemerintah Daerah Sistem administrasi keuangan daerah di Indonesia ditandai dengan dua pendekatan, yaitu dekonsentarsi dan desentralisasi. Dekonsentrasi adalah administrasi dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A B U P A T I TASIKMALAY A KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keuangan Daerah dan APBD Peraturan Menteri Dalam Negeri No 21 tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah mendefinisikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendapatan Asli Daerah 2.1.1. Definisi Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH RETRIBUSI DAERAH HAPOSAN SIMANJUNTAK,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2015 Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG

RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TANGGAL 13 SEPTEMBER 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TANGGAL 13 SEPTEMBER 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TANGGAL 13 SEPTEMBER 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri Lembaga Pendidikan adalah salah satu lembaga yang mempunyai peranan dalam membentuk dan menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat 1 Desentralisasi Politik dan Administrasi Publik harus diikuti dengan desentralisasi Keuangan. Hal ini sering disebut dengan follow money function. Hubungan

Lebih terperinci

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 2013 PERDA KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 13 HLM, LD No. 23 ABSTRAK : -

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 385.TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 385.TAHUN 2012 TENTANG SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 385.TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat BAB I PENDAHULUAN I.7 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat dalam rangka penyusunan Tugas Akhir dan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH SALINAN BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2016 BUPATI KUDUS, Menimbang melalui :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 18 ayat (3), Pasal 22, Pasal 25 ayat (6) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 18 ayat (3), Pasal 22, Pasal 25 ayat (6) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Menurut Halim (2004:15-16) APBD adalah suatu anggaran daerah, dimana memiliki unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang cukup luas dan kompleks. Kemajuan tersebut tentunya memerlukan kesiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut secara logis dinilai wajar karena jumlah peningkatan pajak berbanding lurus

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DI KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya kantor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pendapatan Asli Daerah 1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PASURUAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KOTA PASURUAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KOTA PASURUAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten DATI II Boyolali

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belanja Modal Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 3.1. PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 25 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 82 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PENDAPATAN,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH UMUM Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor

Lebih terperinci

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945;

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945; PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3), Pasal 22, dan Pasal 33

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Administrasi Perpajakan. Oleh karena itu Praktik Kerja Lapangan Mandiri diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Administrasi Perpajakan. Oleh karena itu Praktik Kerja Lapangan Mandiri diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah Kegiatan Intrakurikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri agar memberikan pengalaman

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia, sejak tanggal 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB III RETRIBUSI DAERAH. Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 34

BAB III RETRIBUSI DAERAH. Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 34 29 BAB III RETRIBUSI DAERAH A. Konsep Pemungutan Retribusi Daerah Pemungutan retribusi daerah yang saat ini didasarkan pada Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

Lebih terperinci

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017 DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017 JENIS DATA 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Satuan Data XIX. RINGKASAN APBD I. Pendapatan Daerah - 584244829879

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah disebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pusat dan daerah, bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. pusat dan daerah, bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari 19 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otonomi Daerah Menurut Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari Pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, Perguruan Tinggi dituntut untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keuangan Daerah Faktor keuangan merupakan faktor yang paling dominan dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Keadaan keuangan daerah yang menentukan

Lebih terperinci

RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA. Oleh. Zainab Ompu Zainah ABSTRAK

RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA. Oleh. Zainab Ompu Zainah ABSTRAK 65 RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA Oleh Zainab Ompu Zainah ABSTRAK Keywoods : Terminal, retribusi. PENDAHULUAN Membicarakan Retribusi Terminal sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otonomi Daerah Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi disegala bidang harus diikuti dengan persiapan sumber daya

Lebih terperinci

NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 07 Tahun 2012 Seri A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 07 Tahun 2012 Seri A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 07 Tahun 2012 Seri A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai tujuan pokok. Pencapaian tujuan dalam suatu program kerja tidak saja bergantung pada konsep-konsep

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG 1 BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS QANUN KABUPATEN BENER

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN PAJAK DAN

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DINAS PASAR KABUPATEN DELI SERDANG

BAB II PROFIL DINAS PASAR KABUPATEN DELI SERDANG BAB II PROFIL DINAS PASAR KABUPATEN DELI SERDANG A. Sejarah Ringkas Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang pada mulanya bernama PERPAS (Perusahaan Pasar). Merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Halim (2008:96) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok PAD dipisahkan

Lebih terperinci

NOMOR : 15 TAHUN 2013 TANGGAL : 11 DESEMBER 2013

NOMOR : 15 TAHUN 2013 TANGGAL : 11 DESEMBER 2013 BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR : 15 TAHUN 2013 TANGGAL : 11 DESEMBER 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2014 PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG 1 BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam perekonomiannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam perekonomiannya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sumber Penerimaan Daerah Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam perekonomiannya. Menurut Adam Smith peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam :

Lebih terperinci

Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan

Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan PENGATURAN MENGENAI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH SEBAGAIMANA DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH www.kaltimpost.co.id I. PENDAHULUAN Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. penulis mengambil tema mengenai Pajak Daerah, khususnya Pajak Reklame.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. penulis mengambil tema mengenai Pajak Daerah, khususnya Pajak Reklame. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan suatu kegiatan penerapan ilmu yang diperoleh mahasiswa dibangku perkuliahan pada suatu

Lebih terperinci

dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara

dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Sebelum Dinas berdiri sendiri sebagai instansi tersendiri, Pengelolaan Pajak dan Pendapatan Daerah adalah merupakan salah satu bagian yang berada di bawah Biro Keuangan yang bernaung pada Sekretariat Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia di segala bidang khususnya bidang ekonomi dan perdagangan merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN JENEPONTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demi mewujudkan kemandirian suatu bangsa dan negara dalam pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Demi mewujudkan kemandirian suatu bangsa dan negara dalam pembiayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri Demi mewujudkan kemandirian suatu bangsa dan negara dalam pembiayaan pembangunan, pemerintah perlu melakukan usaha-usaha yang cukup optimal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pendapatan Asli Daerah a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah Menurut Mardiasmo (2002:132), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dan sektor

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak. Seperti kita ketahui bersama semua Negara mempunyai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak. Seperti kita ketahui bersama semua Negara mempunyai tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang cukup luas dan kompleks. Kemajuan tersebut tentunya memerlukan kesiapan semua pihak. Seperti

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keuangan Daerah 2.1.1. Pengertian Keuangan Daerah Keuangan Daerah atau anggaran daerah merupakan rencana kerja pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu periode

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa memenuhi

Lebih terperinci

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara,

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai 3.1.1 Letak Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2 0 57 Lintang Utara, 3 0 16 Lintang Selatan, 98 0 33 Bujur Timur,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI BULUNGAN DIBIDANG PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI

Lebih terperinci

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com DASAR HUKUM Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Dirubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Mempercepat

Lebih terperinci