BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini merupakan penelitian tentang tindakan mengancam muka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini merupakan penelitian tentang tindakan mengancam muka"

Transkripsi

1 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini merupakan penelitian tentang tindakan mengancam muka dan responsnya. Yang dimaksud dengan tindakan mengancam muka dalam penelitian ini adalah tindakan yang dapat menjatuhkan harga diri seseorang. Tindakan tersebut mengakibatkan adanya respons dari orang tersebut untuk menyelamatkan harga dirinya. Penelitian ini penting karena harga diri merupakan kebutuhan dasar yang diinginkan manusia setelah kebutuhan psikis yang lain, seperti rasa aman dan cinta, di samping kebutuhan fisik/biologis (Ryckman, 2008: ). Manusia akan selalu mempertahankan harga diri dan menyelamatkan harga diri ketika dia terancam oleh pihak lain. Tindakan mengancam muka dapat terjadi dalam proses komunikasi. Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi. Tindakan mengancam muka (TMM) disebut juga dengan facethreatening acts. TMM merupakan suatu bentuk tuturan yang mengancam nama baik pihak lain, menghalangi keinginan pihak lain, membatasi kebebasan orang lain, bahkan menjatuhkan harga diri pihak lain. Di dalam komunikasi, masingmasing penutur harus menghormati nama baik atau harga diri pihak lain. Oleh karena itu, tindak tutur TMM harus sedemikian mungkin dihindari karena dapat merugikan bahkan menjatuhkan harga diri lawan tutur. 1

2 2 Faktanya, TMM tidak selalu dapat dihindari. Terkadang, pihak satu (selanjutnya disebut P1) dapat mengancam muka pihak lain (selanjutnya disebut P2), misalnya, dengan cara menanyakan hal-hal negatif yang berkaitan dengan diri lawan tutur. Berikut merupakan salah satu contoh adanya tindak ancaman muka oleh P1 dan respons dari P2. Dialog berikut diambil dari Kabar Petang di TVOne dengan judul dialog Nikah Kilat Bupati. 1) P1 : Bagaimana mengurus rakyat banyak kalau mengurus rumah tangga saja belum bisa? P2 : Ya terima kasih. Saya sangat sadar betul saya bukan manusia sempurna, saya bukan manusia superior ( ) Tadi disampaikan saya seolah olah sebagai penjahat, saya katakan ini bagian dari kepentingan politik, tapi itu hanya tahu di permukaan. Yang tahu persis bahwa itu adalah saya sendiri. (14/KP/021212/NKB/001) Dialog tersebut merupakan dialog antara P1 (pemandu acara) dan P2 (narasumber: Aceng Fikri, mantan Bupati Garut). Konteks pembicaraan dalam dialog tersebut adalah persoalan Aceng, yang pada waktu itu masih menjabat sebagai bupati, menikah dan setelah empat hari menikah, istrinya tersebut diceraikan. Dalam dialog di atas, P1 melakukan TMM dengan memberikan penilaian negatif terhadap hal yang dilakukan P2. P1 menganggap bahwa P2 (sebagai bupati) tidak dapat mengurus rakyatnya. Mendapat ancaman demikian, P2 merespons dengan merendahkan diri dan mengakui bahwa dirinya bukan manusia sempurna yang luput dari salah dan dosa. Tuturan P2 tersebut bermakna tidak literal karena terdapat maksud bahwa P2 berharap masyarakat dapat memaklumi kesalahannya. Selain contoh di atas, terdapat berbagai tindak mengancam muka dan respons yang lain karena hal tersebut sering terjadi dalam komunikasi. Hal yang

3 3 menarik adalah keadaan tersebut ada dalam talkshow yang ditayangkan di televisi, sehingga pihak terancam akan mencari berbagai cara untuk merespons agar dapat menyelamatkan harga dirinya. Strategi tersebut tentu tidak terlepas dari faktorfaktor luar bahasa, misalnya latar belakang sosial, budaya, ekonomi penutur, kedudukan penutur di masyarakat, dan situasi ketika terancam. TMM dan respons tersebut dapat ditinjau dari kajian pragmatik dan sosiolinguistik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat tiga rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apa saja bentuk-bentuk TMM? 2. Apa saja bentuk-bentuk respons terhadap TMM? 3. Mengapa muncul bentuk-bentuk TMM dan respons yang berbeda-beda? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan di atas, terdapat tiga tujuan dalam penelitian ini, yaitu: 1. memaparkan bentuk-bentuk TMM, 2. memaparkan bentuk-bentuk respons terhadap TMM, 3. menjelaskan faktor-faktor penyebab munculnya bentuk-bentuk TMM dan respons yang berbeda-beda.

4 4 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu inventaris kajian pragmatik dan sosiolinguistik, terutama tentang kesantunan berbahasa. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap masyarakat Indonesia umum dalam hal mengancam muka dan meresponsnya. Seharusnya, dalam berkomunikasi, kita harus berusaha untuk tidak mengancam muka orang lain. Akan tetapi, dalam kondisi dan tujuan tertentu, tindakan tersebut dapat dibenarkan, misalnya ketika menginterogasi seorang tersangka untuk mendapat keterangan yang lengkap. Ketika mendapat TMM yang dapat menjatuhkan harga diri, diperlukan respons untuk menyelamatkan harga diri. Kedua tindakan tersebut seharusnya dituturkan dengan cara yang baik dan santun. Hal tersebut merupakan upaya dalam menjaga hubungan antarsesama, terutama dalam komunikasi. Selain itu, hal tersebut merupakan wujud refleksi untuk menjadikan diri penulis, khususnya, dan diri masyarakat Indonesia umumnya menjadi pribadi yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat, utamanya dalam berkomunikasi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam ranah kajian pragmatik dalam aspek kesantunan berbahasa, khususnya tindakan mengancam muka. Posisi penelitian ini terhadap kajian pragmatik adalah melengkapi kajian pragmatik mengenai tindakan mengancam muka; bahwa selama ini TMM seharusnya dihindari, dalam

5 5 penelitian ini TMM justru digunakan sebagai karakteristik talkshow di televisi yang mengangkat topik-topik atau permasalahan di Indonesia. Dalam kajian pragmatik, terdapat pembahasan prinsip kesopanan. Salah satu teori dalam prinsip kesopanan adalah teori face-threatening acts (tindakan mengancam muka) dari Brown dan Levinson atau yang disebut TMM, yang di dalamnya terdapat konsep muka. Teori tersebut meliputi TMM dan responsnya. Untuk mendukung analisis, digunakan kajian sosiolinguistik. Dalam kajian sosiolinguistik, terdapat teori mengenai komponen tutur SPEAKING dari Dell Hymes yang dapat digunakan untuk mengkaji faktor yang menyebabkan munculnya bentuk-bentuk TMM dan responsnya. Ruang lingkup yang kedua terkait bahan, data, dan objek penelitian. Bahan penelitian ini adalah dialog-dialog yang diindikasikan memuat adanya TMM dan responsnya. Dialog diambil dari talkshow Mata Najwa dan Prime Time yang tayang di Metro TV, serta Suara Anda dan Kabar Petang yang tayang di TV One. Dari dialog-dialog dalam beberapa episode dan segmen, diambil data berupa tuturan yang berisi TMM dan responsnya. Pengumpulan bahan penelitian dilakukan mulai Januari 2015 sampai Maret Video-video tersebut diunduh dari youtube.com. Terdapat 15 video yang dijadikan bahan. Dari video-video tersebut, berhasil ditranskripsi 252 dialog. Dari 252 dialog tersebut, terdapat 157 dialog yang berisi tuturan TMM. Untuk keperluan analisis, diambil 52 sampel yang dapat mewakili masing-masing ciri khas data.

6 6 1.6 Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa penelitian terkait kesantunan berbahasa. Penelitianpenelitian yang telah dilakukan lebih sering meneliti cara orang memperlakukan orang lain, termasuk cara menyelamatkan muka orang lain, sementara penelitian ini berkaitan dengan tindakan yang justru mengancam muka orang lain. Penelitian ini mengambil lima tinjauan pustaka yang paling dekat dengan objek penelitian. Dari kelima tinjauan pustaka tersebut, belum ada penelitian terkait TMM dan responsnya dalam talkshow di televisi. Kelima penelitian yang sudah dilakukan di atas dapat menjadi acuan pengerjaan penelitian ini mengenai strategi kesopanan dalam berbahasa. Kelima tinjauan tersebut adalah penelitian yang berupa skripsi maupun disertasi yang dilakukan oleh Nadar (2006), Amaroh (2010), Amaliah (2011), Sundus (2012), dan Yuni (2013). Nadar membahas realisasi strategi kesopanan untuk penolakan dalam tuturan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Amaroh mengulas jenis tindak tutur yang mengancam muka dan strategi kesantunanya. Amaliah meneliti kesantunan narasumber dan pembawa acara dalam dialog Suara Anda. Sundus melakukan penelitian terkait TMM dan menyimpulkan bahwa strategi TMM dapat mengurangi derajat keburukan Chelsea akibat kekalahan. Yuni melakukan penelitian terkait kesantunan berbahasa dalam Mata Najwa. Secara lebih terperinci, kelima penelitian tersebut dipaparkan sebagai berikut. Nadar (2006) melakukan penelitian terkait kesantunan berbahasa dalam disertasinya yang berjudul Penolakan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa

7 7 Indonesia (Kajian Pragmatik tentang Realisasi Strategi Kesantunan Berbahasa). Nadar menemukan adanya perbedaan dan persamaan cara menolak dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Dengan merujuk pada teori Brown dan Levinson terkait strategi kesantunan, Nadar menyimpulkan persamaan cara menolak dalam kedua bahasa tersebut adalah adanya strategi kesantunan berbahasa, yaitu memberikan alasan, membuat penawaran, meminta maaf, dan berterima kasih. Beberapa persamaan maupun perbedaan tersebut dipengaruhi faktor latar belakang budaya, yaitu bahwa orang Indonesia cenderung kolektif dan orang Inggris cenderung individualis. Amaroh (2010) melakukan penelitian tindakan pengancaman muka dalam skripsinya yang berjudul Tindakan Pengancaman Muka dan Strategi Kesantunan dalam Rubrik Pembaca Menulis di Harian Jawa Pos (Sebuah Kajian Pragmatik). Penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu penelitian terhadap surat aduan dan surat tanggapan. Hasil penelitian Amaroh mengenai surat aduan, ditemukan ada delapan jenis tindak tutur yang mengancam muka negatif lawan tutur, yaitu tindakan memerintah, meminta, memberi saran, memberi nasihat, bertanya, menuntut, menagih janji, dan marah. Sementara itu, tindak tutur yang mengancam muka positif lawan tutur ada empat, yaitu menuduh, mengeluh, mengkritik, dan menghina. Dari surat tanggapan, ditemukan tiga jenis tindak tutur yang mengancam muka negatif, yaitu ucapan terima kasih, pembelaan, dan melakukan janji. Tindak tutur yang mengancam muka positif ada dua, yaitu meminta maaf dan mengakui kesalahan. Cara pengaduan yang lebih efisien adalah

8 8 dengan cara lebih berterus terang tanpa berupaya menyelamatkan muka (Amaroh, 2010: 154). Amaliah (2011) meneliti kesantunan berbahasa dalam dialog Suara Anda di Metro TV. Hasil penelitian tersebut berupa skripsi dengan judul Strategi Bertutur Pemandu Acara dan Narasumber: Sebuah Analisis Kesantunan Berbahasa dalam Program Dialog Suara Anda Metro. Dari hasil penelitiannya, Amaliah menyatakan bahwa strategi kesantunan yang sering digunakan pemandu acara dan narasumber adalah strategi kesantunan positif substrategi menghindari pertentangan dengan cara membatasi pendapat. Pembatasan pendapat tersebut dilakukan sebagai penanda kehati-hatian atas tuturan yang diucapkan dan berimplikasi terbangunnya citra positif di antara keduanya. Prinsip kerja sama Grice dalam maksim kualitas dilanggar dengan tujuan menjaga hubungan sosial. Sundus (2012) dalam skripsinya yang berjudul Sikap Menjaga Muka dalam Laporan Pertandingan Kekalahan Chelsea dalam Bridge Kids : Sebuah Analisis Pragmatik meneliti laporan pertandingan kekalahan Chelsea yang dikhususkan untuk anak-anak. Simpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa terdapat maksud-maksud terselubung yang bertujuan untuk melindungi muka Chelsea akibat kekalahan yang didapat. Strategi bald on-record dan positive redressive merupakan strategi yang dominan digunakan. Dengan menggunakan strategi dalam teori face-threatening acts (FTA) derajat keburukan Chelsea akibat kekalahan dapat dikurangi (Sundus, 2012:87). Penelitian mengenai kesantunan berbahasa juga dilakukan oleh Yuni (2013) dengan judul artikel Kesantunan Berbahasa dalam Mata Najwa

9 9 (Tinjauan Pragmatik). Yuni meneliti kesantunan berbahasa dari segi pembawa acara, yaitu Najwa Shihab sebagai tuan rumah Mata Najwa. Dalam simpulannya, Yuni menyebutkan ada lima kelompok tuturan yang dapat dikatakan santun, yaitu tuturan yang (1) menunjukkan sikap menghormati mitra tutur, (2) menunjukkan sikap peduli pada mitra tutur, (3) menunjukkan sikap menghormati orang ketiga, (4) menunjukkan sikap rendah hati, dan (5) menunjukkan sikap percaya pada mitra tutur. Seperti yang telah disebutkan di atas, penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan sudut pandang pihak pertama (P1) yang harus menaati prinsip kesopanan, termasuk mengurangi kemungkinan mengancam muka atau menyelamatkan muka pihak kedua (P2). Dalam penelitian ini, dicobalah sebuah analisis dari sudut pandang yang berbeda; P1 melakukan TMM dan P2 harus meresponsnya untuk menyelamatkan harga diri yang diancam oleh P1. Hal tersebut diharapkan dapat menjadikan kajian pragmatik dan sosiolinguistik lebih komprehensif. 1.7 Landasan Teori Sebelum membicarakan metode penelitian, perlu dipaparkan beberapa landasan teori untuk menyelaraskan konsep antara penulis dan pembaca. Penelitian ini termasuk dalam ranah kajian pragmatik dan sosiolinguistik. Dalam kajian pragmatik, teori yang dipakai adalah teori dasar tindak tutur dalam pragmatik dan teori tindakan mengancam muka dalam kesantunan berbahasa.

10 Kajian Pragmatik Konsep-konsep dalam pragmatik merupakan konsep dasar yang akan dijadikan pijakan utama dalam penelitian ini. Dalam proses komunikasi, penutur dan lawan tutur sebaiknya dapat saling menghormati. Pragmatik merupakan kajian eksternal bahasa. Kajian pragmatik tepat digunakan dalam penelitian ini karena terdapat kondisi ancaman muka dan perlunya respons terhadap ancaman muka tersebut. Hal tersebut merupakan salah satu contoh faktor eksternal yang muncul dalam proses komunikasi. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal; bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana dan Rohmadi, 2009:4). Pragmatik mempelajari faktor-faktor yang menentukan pilihan berbahasa seseorang dalam interaksi sosial dan efek dari pilihan tersebut terhadap orang lain (Crystal, 1941:120). Lebih spesifik lagi, Leech (1993:ix) menyatakan bahwa pragmatik merupakan studi mengenai makna tuturan dalam situasi-situasi tertentu. Situasi tersebut meliputi aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Adanya konteks membuat analisis pragmatik tidak mengenal istilah ambigu dan sinonim karena semua makna dapat diketahui dari konteksnya (Purwo, 1990:13). Pragmatik sering kali diperbandingkan dengan semantik. Perbedaan yang mendasar adalah semantik mengkaji makna yang bebas konteks, sementara pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks. Di dalam semantik, kita hanya bertanya, Apa artinya X? sementara di dalam analisis pragmatik, kita bertanya,

11 11 Apa yang Anda maksud dengan X? (Leech, 1993:8). Oleh Charles Morris (dalam Purwo, 1990:15) semantik diberi batasan sebagai telaah mengenai hubungan formal di antara lambang dan objeknya, sedangkan pragmatik menelaah hubungan di antara lambang dan penafsirnya. Satuan analisis pragmatik bukanlah kalimat, melainkan tindak tutur (Purwo, 1994:84) Teori Tindak Tutur (Speech Acts) Tindak tutur merupakan wujud tuturan yang diucapkan penutur. Teori tindak tutur (speech acts) ini perlu dipaparkan karena teori ini penting untuk menentukan kekhasan TMM dan respons terhadap TMM. Dengan mengetahui teori tindak tutur, dapat ditentukan bentuk-bentuk tindak tutur yang dapat memberi efek ancaman muka sehingga dapat ditentukan bentuk tindak tutur respons terhadap TMM. Tindak tutur berbeda dengan kalimat. Satu tuturan dapat memberi maksud dua atau lebih tindak tutur (Purwo, 1994:84). Ada delapan jenis tindak tutur (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009:27 40). Berikut adalah paparan dari delapan jenis tindak tutur tersebut. a. Tindak tutur langsung (La) Tindak tutur langsung merupakan tindak tutur yang modus kalimatnya sesuai dengan maksud tuturan tersebut diucapkan. Modus kalimat berita digunakan untuk maksud memberitakan, modus kalimat bertanya digunakan untuk maksud bertanya, dan modus kalimat perintah digunakan untuk maksud memerintah.

12 12 b. Tindak tutur tidak langsung (TLa) Tindak tutur tidak langsung merupakan tindak tutur yang modus kalimatnya tidak sesuai dengan maksud tuturan tersebut diucapkan. Modus kalimat berita digunakan untuk maksud bertanya atau memerintah, modus kalimat bertanya digunakan untuk maksud memberitakan atau memerintah. Akan tetapi, modus kalimat perintah tidak termasuk tindak tutur tidak langsung karena tidak ada modus perintah yang digunakan untuk memberitakan atau bertanya. c. Tindak tutur literal (Li) Tindak tutur literal berarti tindak tutur yang makna kata-katanya sesuai dengan maksud tuturan tersebut diucapkan. Kata bangga, misalnya, memiliki makna besar hati; merasa gagah digunakan untuk maksud memberitakan bahwa dirinya atau lawan tuturnya bangga dengan makna sesungguhnya. d. Tindak tutur tidak literal (TLi) Tindak tutur tidak literal berarti tindak tutur yang makna kata-katanya tidak sesuai dengan maksud tuturan tersebut diucapkan. Kata bagus, misalnya, memiliki makna sebenarnya baik sekali; elok, tetapi digunakan dalam tuturan dengan maksud menyindir atau berarti buruk sekali. e. Tindak tutur langsung literal (La-Li) Ini merupakan jenis tindak tutur kombinasi. Tindak tutur langsung literal berarti tindak tutur yang memiliki maksud sesuai dengan modus kalimatnya dan maknanya sesuai dengan makna kata-kata yang dituturkan. Jika seseorang ingin memerintah, dia akan menggunakan kalimat perintah dan kata-kata yang bermakna perintah, merupakan salah satu contoh tindak tutur langsung literal.

13 13 f. Tindak tutur langsung tidak literal (La-TLi) Tindak tutur langsung tidak literal berarti tindak tutur yang memiliki maksud sesuai dengan modus kalimat, tetapi makna kata tidak sesuai dengan maksud tuturan. Seseorang memerintah menggunakan kalimat perintah, tetapi bukan dengan kata-kata yang bermakna sesuai perintah yang dimaksud. g. Tindak tutur tidak langsung literal (TLa-Li) Tindak tutur tidak langsung literal berarti tindak tutur yang modus kalimatnya tidak sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang digunakan sesuai dengan makna sebenarnya. Misalnya, seseorang ingin bertanya dengan menggunakan kalimat berita, tetapi kata-kata yang digunakan memiliki makna sebenarnya, bukan kiasan. h. Tindak tutur tidak langsung tidak literal (TLa-TLi) Tindak tutur tidak langsung tidak literal berarti tindak tutur yang modus kalimatnya tidak sesuai dengan maksud tuturan sekaligus kata-kata yang digunakan tidak sesuai dengan makna sebenarnya. Dalam penelitian ini, didapatkan pola penggunaan tindak tutur. Tindak tutur yang sering digunakan sebagai TMM adalah tindak tutur tidak langsung literal (TLa-Li) dan langsung literal (La-Li). Sesuai paparan di atas, TLa-Li merupakan tindak tutur yang tujuan tuturannya tidak sama dengan modus kalimat, tetapi maknanya sama, misalnya, seseorang yang mengancam muka dengan menanyakan kabar buruk dapat menggunakan modus kalimat pernyataan atau sebaliknya. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi efek ancaman muka. Tindak tutur lain yang digunakan adalah La-Li, misalnya, seseorang yang mengancam

14 14 muka dengan memberi tantangan langsung menggunakan kalimat perintah agar lawan tutur melakukan tantangan. Tindak tutur La-Li lebih sedikit digunakan daripada TLa-Li karena TLa-Li dianggap lebih sopan. Dengan didapatkannya TMM, dapat diperoleh respons terhadap TMM. Pola tindak tutur TMM yang dominan digunakan adalah Tla-Li. Sementara itu, setelah dilakukan pengamtan, diperoleh pola bahwa bentuk tindak tutur dalam respons terhadap TMM yang paling dominan adalah tindak tutur La-TLi Teori Kesantunan Berbahasa Kesantunan merupakan hal yang penting dalam berkomunikasi. Brown dan Levinson (dalam Rahardi, 2009:27) memberikan konsep bahwa pada dasarnya kesantunan merupakan sebuah upaya penyelamatan muka. Di dalam teori kesantunan berbahasa, terdapat teori face-threatening acts yang berhubungan dengan tindak ancaman muka dan responsnya. Teori tersebut mendasari konsep muka, ancaman muka, dan respons terhadap ancaman muka. Teori kesantunan berbahasa telah dirumuskan oleh beberapa pakar, di antaranya Lakoff (1972), Fraser (1978), Brown dan Levinson (1978) dan Leech (1983). Masing-masing pakar mendefiniskan prinsip kesantunan secara berbedabeda. Dalam penelitian ini, digunakan teori kesantunan bahasa yang dirumuskan Brown dan Levinson karena dalam teorinya tersebut, mereka memaparkan konsep tentang muka yang berkenaan dengan harga diri seseorang. Teori tersebut tepat digunakan untuk menganalisi tindakan tuturan dalam talkshow di televisi. Muka di sini berarti harga diri setiap orang yang harus dipertimbangkan oleh setiap peserta pertuturan (Wijana dan Rohmadi, 2009:132). Yule (2006: )

15 15 mengistilahkan muka dengan wajah yang memiliki arti wujud pribadi seseorang dalam masyarakat; mengacu pada makna sosial dan emosional yang setiap orang memiliki dan mengharapkan orang lain untuk mengetahui. Di dalam interaksi sosial, penutur memiliki keinginan untuk dihormati karena mereka memiliki konsep muka yang diartikan sebagai citra diri yang harus diperhatikan oleh lawan tutur (Wijana dan Rohmadi, 2009:59). Oleh Brown dan Levinson, muka dibagi menjadi dua, yaitu muka negatif dan positif. Brown dan Levinson (1978:66) mendefinisikan muka negatif dan positif sebagai berikut. Negative face: the basic claims to territories, personal preserves, rights to non-distraction, in example to freedom of action and freedom from imposition. Positive face: the positive consistent self-image or personality (crucially including the desire that this self-image be appreciated and approved of) claimed by interactants. Muka negatif berarti keinginan warga masyarakat agar tindakannya tidak dihalang-halangi oleh pihak lain, muka positif berarti keinginan warga masyarakat agar dirinya dapat diterima oleh pihak lain (Nadar, 2006:2). Muka positif merupakan citra diri, ide-ide, atribut-atribut, milik, prestasi, yang dimiliki seseorang dihargai atau diakui oleh lawan tuturnya sebagai hal yang baik (Purwo, 1994:90; Wijana dan Rohmadi, 2009:60). Muka positif juga berarti kebutuhan untuk diterima, disukai orang lain, diperlakukan sebagai anggota dari kelompok yang sama, dan mengetahui bahwa keinginannya dimiliki bersama dengan yang lainnya (Yule, 2006: ). Muka negatif merupakan citra diri seseorang yang ingin dihargai dengan cara dibiarkan bebas melakukan tindakan, keinginan

16 16 untuk tidak diejek, diserang, atau dihinakan oleh lawan tuturnya (Purwo, 1994:90; Wijana dan Rohmadi, 2009: 60). Pada praktiknya, teori Brown dan Levinson berfokus pada tindakan mengancam muka dan strategi kesopanan untuk mengurangi ancaman muka tersebut (Leech, 2014:33). Menurut Brown dan Levinson (dalam Purwo, 1994:90), sebuah tindak tutur dapat merupakan ancaman terhadap muka. Mereka menyebutnya sebagai face-threatening act (FTA) atau tindakan mengancam muka. Tindakan mengancam muka ialah jika seorang penutur mengatakan sesuatu yang mengandung suatu ancaman terhadap harapan-harapan individu lain berkenaan dengan nama baiknya sendiri (Yule, 2006:103). Tindakan yang tidak santun adalah tindakan yang menghambat atau menghalangi keinginan dan kehendak seseorang (Rahardi, 2009:27). Karena muka terdiri atas muka positif dan muka negatif, tindakan yang melanggar muka dapat dibedakan menjadi dua. Nadar, setelah mencermati konsep muka dari Brown dan Levinson, menguraikan bentukbentuk tindakan yang melanggar muka positif dan muka negatif (dalam Rahardi, 2009:27). Tindakan yang melanggar muka negatif adalah sebagai berikut. (1) Ungkapan yang menunjukkan perintah dan permintaan, saran, nasihat, peringatan, ancaman, tantangan; merupakan TMM yang dilakukan P1 untuk menekan P2 melakukan sesuatu seperti yang diinginkan oleh P1, misalnya, tindakan perintah Tolong tutup pintu itu!, tindakan saran Sebaiknya Anda menutup pintu itu, tindakan ancaman, Jika Anda ingin selamat, tutup pintu itu!

17 17 (2) Ungkapan tentang tawaran, janji; merupakan ungkapan yang menunjukkan tindakan P1 yang menekan P2 untuk menerima atau menolak sesuatu, misalnya, Anda mau memesan menu A atau B? (3) Ungkapan tentang pujian, ungkapan perasaan negatif yang kuat seperti kebencian dan kemarahan; merupakan ungkapan yang menunjukkan tindakan P1 yang menginginkan sesuatu yang dimiliki P2 dan menginginkan agar P2 memberikannya pada P1, misalnya, Sepatu Anda bagus sekali, seandainya saya dapat memilikinya. Tindakan yang melanggar muka positif adalah sebagai berikut. Masingmasing bentuk TMM berikut diterangkan lebih terperinci pada bab selanjutnya yang memaparkan bentuk-bentuk TMM beserta contoh dan analisisnya. (1) ungkapan ketidaksetujuan, kritik, tindakan merendahkan atau mempermalukan, keluhan, kemarahan, dakwaan, penghinaan; (2) ungkapan tentang pertentangan, ketidaksetujuan, tantangan; (3) ungkapan tentang emosi yang tidak terkontrol yang membuat orang lain merasa dibuat takut atau dipermalukan; (4) ungkapan yang tidak sopan, penyebutan hal-hal yang bersifat tabu atau yang tidak selayaknya dalam situasi tertentu; (5) ungkapan tentang kabar buruk mengenai lawan tutur, menyombongkan berita baik, tidak memedulikan perasaan lawan tutur; (6) ungkapan yang memecah-belah pendapat seperti masalah politik, ras, agama, pembebasan wanita;

18 18 (7) ungkapan yang menunjukkan ketidak-kooperatifan, misalnya menyela pembicaraan; (8) ungkapan tentang sebutan atau menunjukkan status lawan tutur pada perjumpaan pertama yang membuatnya tidak senang. Di dalam interaksi sosial, kita harus mengakui bahwa terkadang terdapat tuturan-tuturan yang dapat mengancam muka atau yang disebut tindakan mengancam muka (Cutting, 2008:43). Ketika tuturan mengancam muka terpaksa diucapkan, ada beberapa strategi kesantunan yang dapat dipakai untuk memperbaiki tuturan tersebut. Brown dan Levinson menyebutnya strategi positif dan strategi negatif (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009:135). Dalam analisis ini, strategi tersebut dilihat dari sudut pandang teori tindak tutur.kajian pragmatik, utamanya kesantunan berbahasa teori tindakan mengancam muka yang telah dipaparkan di atas digunakan untuk menganalisis bentuk-bentuk TMM dan responsnya. Dengan demikian, rumusan masalah pertama dan kedua dapat terjawab Kajian Sosiolinguistik Kajian kedua yang dipakai adalah kajian sosiolinguistik. Kajian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah ketiga yaitu faktor-faktor peyebab munculnya TMM dan responsnya dalam talkshow di televisi. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai masyarakat sosial. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dilakukan manusia dalam bertutur akan selalu dipengaruhi oleh situasi dan kondisi di sekitarnya (Wijana dan Rohmadi,

19 :7). Situasi dan kondisi yang tidak terpisahkan dari perkembangan tersebut menjadi dasar munculnya kajian sosiolinguistik. Fokus studi sosiolinguistik adalah bahasa dan dimensi kemasyarakatan (Ohoiwutun, 1996:9). Sosiolinguistik mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor sosial (Nababan, 1986:2). Sementara itu, Chaer dan Agustina (2010:2) menyatakan bahwa sosiolinguistik merupakan bidang ilmu antardisiplin (sosiologi dan linguistik) yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa dalam masyarakat. Wardhaugh (1986:12) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai berikut. Sosiolinguistics will be concerned with investigating the relationship between language and society with the goal of a better understanding of the structure of language and of how languages function in communication. Ahli bahasa banyak yang merumuskan pengertian sosiolinguistik dan topik-topik di dalamnya. Hymes memperkenalkan sebuah istilah ethnography of speaking kemudian mengubahnya menjadi ethnography of communication dengan pendekatan baru untuk memahami penggunaan bahasa (Johnston dan Marcellino, 2010:3--4). Dell Hymes menandai bahwa terjadinya peristiwa tutur antara penutur dan mitra tutur dipengaruhi oleh faktor-faktor. Agar mudah diingat, dia menyebutnya dengan SPEAKING, yaitu setting, participant, ends, act, key, instrumentalities, norm, dan genre (Wijana dan Rohmadi, 2006:9). Berikut adalah paparan masing-masing faktor tersebut.

20 Setting Setting including the time and place, physical aspects of the situation such as arrangement of furniture in the classroom (Hymes dalam Johnston dan Marcellino, 2010:7). Setting mencakup waktu dan tempat, aspek psikologis dari situasi tertentu. Secara ringkas, setting mencakup latar dan suasana. Latar mengacu pada waktu dan tempat terjadiya tindak tutur dan biasanya mengacu kepada keadaan fisik. Suasana mengacu pada latar psikologis, atau batasan budaya tentang suatu kejadian sebagai suatu jenis suasana tertentu (Sumarsono dan Patana, 2007: ) Participant Participant dipakai untuk menunjuk kepada minimal dua pihak dalam bertutur. Participant melibatkan dua dimensi sosial manusia, yakni dimensi horizontal (menyangkut hubungan penutur dan mitra tutur yang terbangun sebelumnya) dan dimensi vertikal (berkaitan dengan masalah umur, kedudukan, status sosial, dan semacamnya (Rahardi, 2001:29 31). Dalam penelitian ini, penutur (P1) adalah pemandu acara, mitra tutur (P2) adalah narasumber, dan pendengar (P3) adalah publik/penonton Ends Ends adalah maksud atau tujuan pembicaraan (Wijana dan Rohmadi, 2006:9). Ends including the purpose of the event itself as well as the individual goals of the participants (Hymes dalam Johnston dan Marcellino, 2010:7). Masing-masing partisipan dapat memiliki ends yang berbeda.

21 Act Bentuk pesan menyangkut cara sesuatu itu (topik) dikatakan atau diberitakan. Keterampilan bertutur merupakan prasyarat bagi seseorang untuk mengungkapkan sesuatu karena itu perlu dipelajari oleh tiap peseta tutur. Isi pesan berkaitan dengan persoalan apa yang dikatakan, menyangkut topik dan perubahan topik. Peserta tutur tentu tahu apa yang sedang dipercakapkan orang, dan kapan yang dikatakan itu berubah, serta bagaimana mempertahankan topik itu menjadi bahan pembicaraan (Sumarsono dan Patana, 2007: ) Key Key atau kunci mengacu pada cara, nada, atau jiwa (semangat) tindak tutur dilakukan. Kunci serupa dengan modalitas dalam kategori gramatika (Sumarsono dan Patana, 2007: ). Nada bisa santai, serius, tegang, kasar, dan sebagainya (Rahardi, 2001:29 31) Instrumentalities Instrumentalities yaitu alat yang digunakan untuk menyampaikan tuturan (Wijana dan Rohmadi, 2006:9). Menunjuk kepada saluran tutur (channel) dan bentuk tutur (form of speech). Saluran tutur adalah alat yang digunakan untuk meunculkan tuturan agar sampai pada mitra tutur. Sarana yang dimaksud dapat berupa saluran lisan, tertulis, bahkan sandi atau kode tertentu. Bentuk tutur dapat berupa bahasa, termasuk dialek dan variasi bahasa yang lain (Rahardi, 2001:29 31).

22 Norm Terdiri atas norma interaksi dan norma interpretasi. Norma interaksi merupakan perilaku khas dan sopan santun tutur yang mengikat yang berlaku dalam kelompok masyarakat (Sumarsono dan Patana, 2007: ). Norma interpretasi memungkinkan pihak-pihak terlibat untuk memberikan interpretasi terhadap mitra tutur. Norma interpretasi berkaitan erat dengan sistem kepercayaan masyarakat tutur tersebut (Rahardi, 2001:29 31) Genre Genre menunjuk kepada jenis kategori kebahasaan yang sedang dituturkan. Genre menyangkut kategori wacana seperti percakapan, cerita, pidato, dan semacamnya. Orang yang berpidato berbeda dengan orang yang bercerita (Rahardi, 2001:29 31). Hymes mengatakan bahwa genre sering terjadi bersamasama dengan peristiwa tutur tetapi harus tetap diperlakukan berbeda dari peristiwa tutur. Keduanya bisa terjadi dalam peristiwa berbeda (dalam Sumarsono dan Patana, 2007: ). 1.8 Metode Penelitian Metode penelitian menurut tahapan strategi terdiri atas tiga tahapan, yaitu metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode pemaparan hasil analisis data (Sudaryanto, 1986:57). Berikut adalah metode yang dilakukan dalam penelitian ini.

23 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap. Artinya, tidak ada keterlibatan langsung untuk menentukan pembentukan dan pemunculan calon data kecuali hanya sebagai pemerhati (Kesuma, 2007:46). Dialog-dialog yang disimak adalah dialog yang ada dalam beberapa video talkshow Mata Najwa dan Prime Time yang tayang di Metro TV, serta Suara Anda dan Kabar Petang yang tayang di TV One. Acara talkshow tersebut dipilih karena adanya indikasi ciri khas dialog yang memuat TMM dibanding acara talkshow lain yang ada di televisi. Video tersebut diunduh melalui youtube.com. Pengumpulan video tersebut dilakukan dari bulan Januari 2015 sampai bulan Maret Setelah mengunduh video-video tersebut, setiap dialog yang ada dalam talkshow didengarkan dengan saksama. Selanjutnya, digunakan teknik lanjutan berupa teknik catat. Dialog-dialog tersebut ditranskripsi sehingga didapat data tertulis. Transkripsi yang digunakan adalah transkripsi ortografis. Pengumpulan data diakhiri dengan klasifikasi data atau pengelompokkan kartu data (Sudaryanto, 1988:6) Metode Analisis Data Setelah dialog-dialog tersebut terkumpul, langkah selanjutnya adalah analisis data. Metode analisis data yang digunakan adalah metode padan pragmatis. Metode padan pragmatis merupakan metode padan yang alat penentunya lawan tutur (Kesuma, 2007:49). Metode ini digunakan untuk

24 24 mengidentifikasi tuturan yang digunakan untuk ancaman muka dan respons terhadap TMM. Untuk keperluan tersebut, digunakan teknik pilah unsur tertentu. Mula-mula, dialog-dialog yang telah terkumpul diidentifikasi jenis kalimatnya atau modus kalimatnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan daya pilah pragmatis, yaitu dengan melihat reaksi lawan tutur (P2) terhadap tuturan penutur (P1). Modus kalimat menentukan jenis tuturan langsung atau tidak langsung dengan melihat maksud kalimat tersebut dituturkan. Setelah itu, dilihat makna kata dalam tuturan sesuai atau tidak dengan maksud tuturan. Hal tersebut menentukan jenis tindak tutur literal atau tidak literal. Apabila hal itu telah dilakukan, dapat diketahui jenis tindak tutur dalam setiap tuturan dalam semua dialog yang terkumpul. Setelah mengetahui jenis tindak tutur masing-masing tuturan, dipilah tuturan yang dapat memberi efek ancaman muka berdasarkan teori ciri tuturan yang dapat mengancam muka. Dari tuturan yang dapat memberi efek ancaman muka, diperoleh bentuk-bentuk TMM sehingga dapat menjawab rumusan masalah pertama. Selanjutnya, setelah mengetahui bentuk-bentuk TMM, dapat diketahui pula bentuk respons terhadap TMM. Analisis terhadap respons TMM dilakukan dengan cara yang sama dalam analisis TMM. Analisis tersebut menjawab rumusan masalah yang kedua. Untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga, yaitu faktor yang mempengaruhi strategi respons terhadap TMM, digunakan analisis SPEAKING Dell Hymes dalam kajian sosiolinguistik. SPEAKING terdiri atas komponen tutur yang berupa tempat, waktu, suasana tuturan, partisipan, tujuan atau maksud, pokok tuturan, kunci tuturan, instrumen, norma-norma, dan jenis tuturan. Tahapan

25 25 kedua berakhir dengan penemuan kaidah (Sudaryanto, 1986:58) tentang TMM dan responsnya Metode Penyajian Hasil Analisis Data Setelah dianalisis, selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Metode penyajian yang dilakukan adalah metode formal dan informal. Metode formal digunakan dengan menampilkan tabel untuk menunjukkan hasil analisis. Selanjutnya, metode informal digunakan untuk menguraikan hasil analisis data dan menjelaskan tabel dengan kata-kata. Metode informal tersebut digunakan untuk memudahkan pemahaman paparan penelitian. 1.9 Sistematika Penyajian Setiap hasil penelitian tentu perlu disajikan dalam bentuk pelaporan karya. Penelitian ini akan disajikan dalam lima bab. Bab 1 berisi bab pendahuluan. Dalam bab ini terdapat sembilan subbab, yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, data dan metode penelitian, serta sistematika penyajian. Bab II membahas bentuk-bentuk TMM dengan empat subbab yang merupakan paparan dari masing-masing bentuk tersebut. Bab III berisi bentuk-bentuk respons terhadap TMM dengan empat subbab yang merupakan paparan dari masingmasing bentuk respons terhadap TMM. Bab IV membahas faktor yang menyebabkan munculnya bentuk-bentuk TMM dan respons terhadap TMM dengan lima subbab. Bab 5 merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi antarsesama. Akan tetapi, tidak jarang bahasa juga digunakan oleh manusia sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan atau dihindari dari kehidupan manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi sehari-hari. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat digunakan secara lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan dalam drama seri House M.D. di mana tuturantuturan dokter Gregory House

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu dalam kehidupan. Bahasa pada dasarnya dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran kita.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya agar apa yang disampaikan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Bahasa itu terdiri atas dua bagian yaitu lisan, seperti percakapan, pembacaan berita, berpidato,kegiatan diskusi/seminar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, penggunaan unsur slang dalam bahasa Inggris Amerika hampir terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini dengan mudah bisa

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya senantiasa berkomunikasi dengan manusia lain dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi melalui media bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi dan mencapai kerja sama antarmanusia. Terjadinya komunikasi dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk proses pengumpulan dan penganalisisan data. Sudaryanto (1993: 62) menerangkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian metodologi penelitian ini akan dijelaskan antara lain metode penelitian dan teknik penelitian. 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian digunakan adalah metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh peneliti dalam menuju ke pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur kerja bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan yang lain, juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. dalam mengadakan hubungan atau interaksi dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar merupakan tempat bertemunya pembeli dan pedagang. Pasar juga tempat untuk bertransaksi, sedangkan transaksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar guru mempunyai peran penting dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik melalui komunikasi. Komunikasi adalah alat untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan dan profesi baik dibidang politik, wirausaha, instansi pemerintah, pendidikan, dan sebagainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain,

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia dikenal adanya bahasa yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama kehidupan bermasyarakat yang menuntut manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak diteliti dan diamati orang. Namun, sejauh yang peneliti ketahui dalam konteks proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan penuturnya. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi manusia. Manusia selalu menggunakan bahasa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk percakapan yang mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di kelas. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA Diana Tustiantina 1) Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dianatustiantina@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M., yang biasa disapa Ahok adalah seorang politisi yang memiliki fungsi dan kedudukan khusus di DKI Jakarta. Ahok dikenal sebagai seorang

Lebih terperinci

2015 REALISASI PRINSIP RELEVANSI PADA ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE

2015 REALISASI PRINSIP RELEVANSI PADA ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, maupun pengalaman kepada orang lain. Selain sebagai media komuninikasi, bahasa juga dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Percakapan atau dialog dalam sebuah tuturan diperlukan suatu kerja sama yang baik antara penutur dengan mitra tutur. Selain kerja sama, faktor kesopanan harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab III ini dikemukakan mengenai metode penelitian yang peneliti gunakan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

ERIZA MUTAQIN A

ERIZA MUTAQIN A IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar sesama dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menyampaikan maksud dan tujuan kepada orang lain sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:17). Bahasa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah EKO CAHYONO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara satu orang dengan orang lainnya (KBBI, 2014:268). Menyatakan cinta berarti

BAB I PENDAHULUAN. antara satu orang dengan orang lainnya (KBBI, 2014:268). Menyatakan cinta berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cinta merupakan rasa suka atau kasih sekali, atau juga rasa keterpikatan antara satu orang dengan orang lainnya (KBBI, 2014:268). Menyatakan cinta berarti mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang mengangkat masalah Pemertahanan Bahasa Bali belum ada yang melakukan di daerah Gorontalo, namun peneliti menemukan di internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu kehidupan masyarakat sehari-hari komunikasi sangat penting digunakan untuk berinteraksi antar manusia di dalam lingkungan masyarakat. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Manusia memerlukan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sebagai sarana mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arti. Dalam penggunaan bahasa, terdengar tuturan-tuturan yang diucapkan ketika

BAB I PENDAHULUAN. arti. Dalam penggunaan bahasa, terdengar tuturan-tuturan yang diucapkan ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu bentuk komunikasi manusia yang berupa lambang bunyi melalui alat ucap, dimana setiap suara yang dikeluarkan memiliki arti. Dalam penggunaan bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mengalami perubahan signifikan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK 0 ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM 209210020 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengdeskripsikan tindak tutur lokusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7 TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang semakin dikenal pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu ini jarang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM DIALOG ILC (INDONESIA LAWYERS CLUB), TINJAUAN PRAGMATIK

PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM DIALOG ILC (INDONESIA LAWYERS CLUB), TINJAUAN PRAGMATIK PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM DIALOG ILC (INDONESIA LAWYERS CLUB), TINJAUAN PRAGMATIK Agus Hermawan Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Keahlian itu sangat ditekankan pada arah dan tujuan pembentukan emosional. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial antara individu dengan individu lain. Interaksi tersebut dapat dilakukan dengan tindakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi tetapi juga untuk tindakan. Tindakan melalui tuturan ini disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. informasi tetapi juga untuk tindakan. Tindakan melalui tuturan ini disebut dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa tidak hanya digunakan untuk menyampaikan informasi tetapi juga untuk tindakan. Tindakan melalui tuturan ini disebut dengan (speect act)

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji strategi komunikasi politik calon gubernur dan wakil gubernur Jabar periode 2013-2018 yang direalisasikan dengan tindak tutur dan kesantunannya

Lebih terperinci