PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT ( HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT ( HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE"

Transkripsi

1 TESIS PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT (HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE) DENGAN GLUTARALDEHYDE 2% DAPAT MENCEGAH KONTAMINASI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS PADA STONE CAST PUTU RUSMIANY PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

2 TESIS PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT (HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE) DENGAN GLUTARALDEHYDE 2% DAPAT MENCEGAH KONTAMINASI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS PADA STONE CAST PUTU RUSMIANY NIM PROGRAM MAGISTER BIOMEDIK PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN DASAR PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

3 PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT (HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE) DENGAN GLUTARALDEHYDE 2% DAPAT MENCEGAH KONTAMINASI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS PADA STONE CAST Tesis ini untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana PUTU RUSMIANY PROGRAM MAGISTER BIOMEDIK PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN DASAR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 Lembar Pengesahan

4 TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL... Pembimbing I Pembimbing II Dr.dr.I Wayan Putu Sutirta Yasa, MSi Dr.dr.I D.M.Sukrama, M.Si, Sp.MK(K) NIP NIP Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. W. Pangkahila, Sp.And.,FAACS. Prof. Dr. dr. A. A. R. Sudewi, SpS(K) NIP NIP Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal...

5 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No... Tanggal... Ketua: Dr. dr. I Wayan Putu Sutirta Yasa, MSi Anggota: 1. Dr.dr.I D.M.Sukrama, M.Si, Sp.MK(K) 2. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, Sp.And.,FAACS 3. Dr.dr. IPG Adiatmika, MKes. 4. dr. K. Januartha Putra P., M.Kes UCAPAN TERIMAKASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas karunia Nya, tesis yang berjudul: Perendaman Bahan Cetak Alginat (Hydrocolloid Irreversible) Dapat

6 Mencegah Kontaminasi Mycobacterium Tuberculosis Pada Stone Cast dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Dr. dr. I Wayan Putu Sutirta Yasa, MSi, pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberi dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terimakasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. dr. I Dewa Sukrama, MSi, Sp.MK (K) pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama ditujukan kepada Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD(KHOM), Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, SpS(K), Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana dan Ketua Program Biomedis Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS., atas kesempatan yang diberikan kepada penulis mengikuti program magister di Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Tjok. Istri Sri Ramaswati, SH., MM, Rektor Universitas Mahasaraswati dan drg. Putu Ayu Mahendri, M.Kes, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Mahasaraswati atas ijin dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program magister. Ungkapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc. Sp.And; Dr. dr. IPG Adiatmika, MKes dan dr. K. Januartha Putra P., M.Kes yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q. Menteri Pendidikan Nasional melalui Tim Managemen Program Magister yang telah memberikan bantuan finansial dalam bentuk BPPS sehingga meringankan beban penulis dalam mengikuti program ini.

7 Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ni Made Rumpini K (alm) dan Bapak Putu Karwa (alm) yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik, disiplin dan suasana demokratis sehingga tercipta suasana yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Mertua Ni Nyoman Bakti dan Ayah Mertua Nyoman Rame (alm) yang memberi contoh berpikir sederhana, dan jujur. Akhirnya penulis sampaikan terimakasih kepada suami tercinta dr. Putu Aryana, serta putra terkasih Wisnu Birawa, yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan naskah tesis ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melimpahkan rahmat-nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu secara lengkap, serta kepada penulis sekeluarga. Denpasar, September 2011 Ttd Penulis

8 ABSTRAK PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT (HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE) DENGAN GLUTARALDEHYDE 2% DAPAT MENCEGAH KONTAMINASI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS PADA STONE CAST Penyakit Tuberculosis adalah penyakit menular, cara penularannya dapat melalui perantara inhalation of aerosol / droplet from oropharyngeal secretions dan saliva yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Dokter gigi memiliki risiko yang sangat tinggi tertular penyakit dan dapat juga menularkan penyakit antara pasien, dokter gigi, perawat dan bahkan tenaga laboratorium gigi. Penularannya dapat langsung maupun tidak langsung (melalui obyek / media). Penularan dapat melalui bahan cetak yang sering digunakan pada praktek dokter gigi, sehingga perlu upaya pencegahan melalui sterilisasi. Sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang disebut desinfektan dengan berbagai pertimbangan seperti waktu dan macam desinfektan yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perendaman bahan cetak alginat (hydrocolloid irreversible) dengan glutaraldehyde 2% dapat mencegah kontaminasi Mycobacterium Tuberculosis pada Stone Cast. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control group design, menggunakan perendaman glutaraldehyde 2% pada bahan cetak alginat (hydrocolloid irreversible) selama 10 menit, 15 menit, 25 menit. Pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya kontaminasi Mycobacterium Tuberculosis pada Stone Cast setelah dilakukan perendaman bahan cetak alginat selama 10 menit, 15 menit dan 25 menit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perendaman bahan cetak alginat (hydrocolloid irreversible) dengan glutaraldehyde 2% dan waktu perendaman selama 10 menit efektif mencegah kontaminasi Mycobacterium Tuberculosis pada Stone Cast. Perlu penelitan lebih lanjut terhadap perendaman bahan cetak alginat (hydrocolloid irreversible) dengan glutaraldehyde 2% selama 5 menit atau kurang dari 10 menit dan mengetahui efektifitas Glutaraldehyde 2% terhadap virus dan bakteri lainnya. Kata kunci: Tuberculosis, Mycobacterium Tuberculosis, bahan cetak alginat, glutaraldehyde 2%.

9 ABSTRACT THE IMMERSION OF ALGINATE IMPRESSION (HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE) WITH GLUTARALDEHYDE 2% COULD PREVENT MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS CONTAMINATION ON THE STONE CAST Tuberculosis disease is a contagious disease caused through inhalation of aerosol/droplet from oropharyngeal secretions and saliva and caused by Mycobacterium tuberculosis. Dentists are on the high risk position either to be infected and to spread the infection to patients, dentists, dental nurses, and even to technicians. The spreading can happen directly or indirectly (through objects/media). Transmission can be through alginate impression material that are often used in dental practice, so that the necessary prevention through sterilization can use chemicals called disinfection by various considerations such as timing and range of disinfectants that are used. The objection of this research is to acknowledge the prevention of Mycobacterium tuberculosis contamination to stone cast by immersing impression material (hydrocolloid irreversible) in the glutaraldehyde 2%. This is an experimental research with post test only control group design, with alginate impression material (hydrocolloid irreversible) is immersed in the glutaraldehyde 2% for 10, 15, and 25 minutes. This result shows that there is no Mycobacterium tuberculosis contamination on the stone cast after the immersion of alginate impression material for 10, 15, and 25 minutes. The conclusion is the immersion of alginate impression material (hydrocolloid reversible) in the glutaraldehyde 2% for 10 minutes is effective to prevent Mycobacterium tuberculosis contamination on the stone cast. The need of further research of immersing alginate impression material (hydrocolloid reversible) with glutaraldehyde 2% for 5 minutes or less than 10 minutes are important to know about the effectiveness of glutaraldehyde 2% against viruses and other bacteria. Keywords: Tuberculosis, Mycobacterium tuberculosis, alginate impression material, glutaraldehyde 2%

10 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERSYARATAN GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR SINGKATAN... xiii DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum ,2 Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Akademik Manfaat Praktis... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA Mycobacterium tuberculosis Epidemiologi Morfologi dan Identifikasi Sifat Pertumbuhan Cara Penularannya Patogenesis Penyakit Tuberculosis Reaksi Terhadap Bahan Fisik dan Kimia Bahan Cetak Alginat Komposisi Manipulasi Bahan Cetak Alginat Sebagai Media Cross Infection Stone Cast Gypsum Sterilisasi Bahan Cetak Teknik Perendaman Teknik Spray Glutaraldehyde... 27

11 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian Hipotesis Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi Dan Waktu Penelitian Penentuan Sumber Data Kriteria Sampel Besar Sampel Varaiabel Penelitian Klasifikasi dan Identitas Variabel Hubungan antar Variabel Definisi Operasional Variabel Bahan Penelitian Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Tahap Persiapan Pembuatan Media Pembuatan Garam Pembuatan Telur yang Dikocok Pembuatan Media Telur yang Belum Dimasak Peremajaan Isolat Mycobacterium tuberculosis Suspensi Mycobacterium tuberculosis Tahap Pelaksanaan Alur Penelitian Analisis Data BAB V HASIL PENELITIAN Kontaminasi Mycobacterium tuberculosis BAB VI PEMBAHASAN Media Lowenstain Jensen Peremajaan Dan Suspensi Isolat Mycobacterium tuberculois Bahan Cetak Alginat Kontaminasi Mycobacteriun tuberculosis Pada Stone Cast BAB VII SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN... 71

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Mycobacterium tuberculosis Dinding Sel Mycobacterium tuberculosis Proses Pencetakan Pada Mulut penderita Cetakan Alginat Stone Cast Konsep Penelitian Rancangan Penelitian Hubungan antar Variabel Pembuatan Media Lowenstain Jensen Media Lowenstain Jensen Peremajaan Isolat Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium tuberculosis Bahan Cetak Alginat Suspensi Mycobacterium tuberculosis Perendaman Bahan Cetak Alginat Kontaminasi Mycobacterium tuberculosis Alur Penelitian Hasil Pengamatan Kontaminasi Mycobacterium tuberculosis... Pada Stone Cast... 53

13 DAFTAR TABEL Halaman 2.1 Tempat hidup dan perjalanan infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen dari luar pada kedokteran gigi Kontaminasi Mycobacterium tuberculosis Pada Stone Cast Pada Perendamana Bahan Cetak Alginat Dengan Glutaraldehyde 2% Uji One Way Anova Resume hasil Post Hoc Test Antara Kelompok Kontrol Dengan Perlakuan... 55

14 DAFTAR SINGKATAN WHO HIV BTA PG AG LAM TDM TMM PDIM DAT IL-1 IL-6 TNF TGF L J RSUP RNA : Word Health Organization : Human Immunodeficiency Virus : Basil Tahan Asam : Peptidoglycan : Arabinogalactan : Lipoarabinomannan : Trehalose Dimycolate : Trehalose Monomycolate : Phthiocerol Dimycocerosate : Diacyl Trehalose : Interleukin-1 : Interleukin-6 : Tumor Necrosis Factor : Transforming Growth Factor : Lowenstein Jensen : Rumah Sakit Umum Pusat : Ribonukleat acid

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Komposisi Media Penelitian Lampiran 2 Surat Keterangan Kelaikan Etik Lampiran 3 Ijin Penelitian Lampiran 4 Analisis Statistik... 74

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberculosis banyak terjadi pada negara berkembang atau yang memiliki tingkat sosial menengah ke bawah. Insiden penyakit ini meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia. Tuberculosis merupakan salah satu penyakit infeksi penyebab kematian, hingga saat ini Tuberculosis masih tetap merupakan masalah kesehatan dan justru semakin berbahaya sehingga disebut sebagai The Re-emerging disease. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1999 memperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia (2 miliar orang) telah terinfeksi Mycobacterium tuberkulosis, Indonesia merupakan negara peringkat ketiga penderita Tuberculosis terbanyak setelah Tiongkok dan India. Ketiga negara ini juga menyumbang 50 % penderita Tuberculosis terbesar di dunia. Jumlah kasus Tuberculosis baru di Indonesia adalah orang pertahun. Tuberculosis merupakan penyakit infeksi paling banyak penyebab kematian pada anak dan dewasa (Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali, 2009). Penyakit Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, pada umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Pusat Informasi Penyakit Infeksi, 2009). Mycobacterium tuberculosis ditularkan dari

17 orang ke orang melalui inhalasi percik renik (droplet nuclei) yang di dalamnya mengandung Mycobacterium tuberculosis. Oleh karena ukurannya yang sangat kecil (<5μm), Mycobacterium tuberculosis dalam percik renik yang terhirup dapat mencapai alveolus, menuju alveolus yang berada di lobus bawah paru (Purniti, 2009). Tuberculosis merupakan salah satu penyakit yang berbahaya bahkan dapat mematikan karena dapat menular melalui prosedur / pekerjaan klinik gigi melalui perantara inhalation of aerosol / droplets from orpharyngeal secretions dan saliva (Runnells, 1988; Georgescu, 2002; Kumar, 2010). Mycobacterium tuberculosis memiliki sifat hidrofobik pada permukaan selnya dan pertumbuhannya yang berkelompok sehingga memiliki sifat cendrung lebih resisten terhadap bahan kimia dibandingkan dengan bakteri lainnya. Basil tuberkel dapat hidup pada suhu 30ºC 40ºC dan tahan pengeringan dan dapat hidup untuk waktu yang lama (8 10) hari pada sputum kering yang melekat pada debu (Jawetz et al., 2004; Martin, 2008). Dokter gigi memiliki resiko yang sangat tinggi tertular penyakit dan dapat juga menularkan penyakit antara pasien, dokter gigi, perawat / asisten dan bahkan tenaga laboratorium gigi. Penularan umumnya melalui saliva dan darah yang berkontak baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui obyek atau media). Umumnya tindakan pencegahan penularan penyakit secara langsung selama ini sudah mendapat perhatian, seperti pemakaian masker, sarung tangan dan tindakan sterilisasi pada alat-alat yang digunakan (Georgescu et al., 2002). Di Indonesia pencegahan penularan penyakit dari pasien ke tenaga laboratorium gigi

18 kurang mendapat perhatian. Penularan ini dapat melalui bahan cetak yang kerap digunakan pada praktek dokter gigi. (Georgescu et al., 2002). Pada praktek dokter gigi prosedur cor atau model adalah hal yang sangat penting. Berbagai jenis cor atau model dapat dibuat dari produk gypsum dengan menggunakan cetakan atau reproduksi negatif sebagai tempat untuk gypsum. Pada cetakan gypsum (stone cast) inilah dokter gigi membuat konstruksi baik untuk protesa lepasan maupun cekat. Salah satu bahan cetak yang sering digunakan adalah bahan cetak alginat. Bahan cetak alginat merupakan bahan cetak hidrocoloid irreversible yang artinya bahan koloid yang digunakan dengan cara dilarutkan dalam air dan tranformasinya tidak dapat kembali ke bentuk semula. Bahan cetak yang telah dimanipulasi akan dicetakkan ke dalam mulut penderita dan terkontaminasi oleh saliva penderita. Penggunaan bahan cetak alginat jauh melampaui bahan cetak yang lainnya (Reueggeberg, 1992; Phillis, 1996). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Stapilococcus aureus, Esceria coli dan Candida albicans dapat hidup pada bahan cetak alginat (Bergman,1889). Oral microorganism dapat tumbuh dan berkembang pada bahan cetak alginat (Agung et al., 2010). Penelitian lain menunjukkan bahwa mikroorganisme dapat berpindah dari bahan cetak alginat ke stone cast (Leung et al., 1983). Bahan cetak alginat dapat terkontaminasi Escherichia coli, Stapilococcus aureus, Enterobabacter claocea, Pseudomonasnseruginosa, Klebsiella pneumonise, Actinobacter calcoaceticus, Bacillus sublilia, Mycobacterium phlei dan Candida albicans (Ivanovski et al., 1995). Ray dan Fuller 1963, menemukan 12% bahan cetak alginat terkontaminasi

19 Mycobacterium tuberculosis pada pasien yang diketahui menderita Tuberculosis. Stone cast dapat terkontaminasi oleh Streptococcus sanguis, Streptococcus salivarius, Pseudomonas aeruginosa (Yukinori et al., 1999; Samaranayake, 2000). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahan cetak alginat merupakan media cross infection. Ketika bahan cetak diproses selanjutnya di laboratorium juga berpotensi untuk memindahkan bakteri atau virus ke permukaan model yang dibentuk, sehingga model yang terbuat dari gypsum juga potensial sebagai media cross infection (Leung, 1983; Kugel et al., 2000 ; Georgescu et al., 2002). Stone cast berasal dari bahan cetak alginat yang sudah terkontaminasi mikroorganisme yang infeksius dapat menular ke tenaga laboratorium gigi ketika melakukan triming pada casts atau dies melalui inhalasi (Kugel et al., 2000). Pencegahan cross infection dapat dilakukan dengan melakukan sterilisasi bahan cetak alginat. Dengan cara ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan mengurangi resiko penularan penyakit baik pada dokter gigi, perawat gigi dan terutama pada tenaga laboratorium gigi (Kugel et al., 2000; Georgescu et al., 2002; Agung et al., 2010). Sterilisasi bahan cetak alginat dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang biasa disebut desinfektan. Penelitian Shofou et al, 2002, di Swedia menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pertumbuhan bakteri pada bahan cetak alginat antara penggunaan dari 50% desinfektan dan 50% pencucian dengan air mengalir. Berbagai macam bahan desinfektan telah dicoba untuk mensterilkan bahan cetak alginat dengan berbagai pertimbangan seperti waktu atau lamanya

20 perendaman dan macam desinfektan yang digunakan. Perendaman selama 30 menit dengan jenis desinfektan yang tepat efektif untuk mencegah penularan penyakit dari bahan cetak alginat (Laksman, 1991). Glutaraldehyde merupakan desinfektan golongan aldehyde, termasuk desinfektan yang kuat, spektrum aplikasi luas, dapat membunuh mikroorganisme dan virus. Bekerja dengan cara denaturasi protein dan umum digunakan dalam campuran air konsentrasi 0,5% 5%. Beberapa penelitian telah menunjukkan efektivitas glutaraldehyde terhadap virus HIV (Rusmah, 1993). Keunggulan golongan aldehyde adalah sifatnya yang stabil, persisten, efek samping minimal, dapat dibiodegradasi dan tidak menyebabkan kerusakan pada material peralatan (Rismana, 2010). Larutan glutaraldehyde 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti Mycobacterium tuberculosis, fungi dan virus akan mati dalam waktu menit. Glutaraldehyde 2% direkomendasikan untuk sterilisasi peralatan bedah, daerah operasi, perawatan endodontik intrakanal dan sterilisasi bahan cetak alginat pada bidang kedokteran gigi (Rusmah, 1993; Sukhija et al., 2010). Atas dasar uraian di atas, maka diadakan penelitian untuk mengetahui glutaraldehyde 2% dapat mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast dan lamanya waktu perendaman mempengaruhi kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast, sehingga dapat mencegah penularan penyakit Tuberculosis secara tidak langsung dari pasien ke tenaga laboratorium gigi.

21 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah perendaman bahan cetak alginat dengan glutaraldehyde 2% selama 10 menit, 15 menit dan 25 menit dapat mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast? 2. Apakah perendaman bahan cetak alginat dengan glutaraldehyde 2% selama 10 menit, 15 menit dan 25 menit memberikan efek yang berbeda dalam mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum Untuk mengetahui efektivitas lama perendaman bahan cetak alginat dengan glutaraldehyde 2% untuk mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast Tujuan khusus 1. Mengetahui waktu perendaman bahan cetak alginat dengan glutaraldehyde 2% selama 10 menit, 15 menit dan 25 menit dapat mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast.

22 2. Mengetahui waktu perendaman bahan cetak alginat dengan glutaraldehyde 2% yang efektif untuk mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu manfaat akademik dan manfaat praktis Manfaat akademik Dari sisi akademik penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan manfaat berupa : 1. Menambah informasi bahwa glutaraldehyde 2% merupakan desinfektan pada bahan cetak alginat, serta data kemampuan mencegah cross infection Mycobacterium tuberculosis. 2. Sumber data dan informasi mengenai desinfektan glutaraldehyde 2%, dapat dipakai sebagai penelitian lebih lanjut. 3. Sumber informasi cara pencegahan penularan penyakit Tuberculosis khususnya pada praktek dokter gigi Manfaat praktis Bila penelitian ini terbukti, maka glutaraldehyde 2% dapat digunakan sebagai desinfektan yang efektif untuk mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast, sehingga dapat mencegah

23 penularan dan penyebaran penyakit Tuberculosis pada masyarakat khususnya pada praktek dokter gigi.

24 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Mycobacterium tuberculosis Penyakit Tuberculosis merupakan salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sebagian besar Mycobacterium tuberculosis menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch di Berlin, Jerman pada tahun Jika diterapi dengan benar tuberculosis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Apabila tanpa terapi penyakit tuberculosis ini akan menyebabkan kematian. Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia (2 miliar orang) dengan angka tertinggi di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Oleh karena itu WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit Tuberculosis pada tahun 1993 (Pusat Info penyakit Infeksi, 2009) Epidemologi Sumber yang paling sering adalah manusia yang mengekskresikan, terutama dari traktus respiratorius, basil tuberkel dalam bentuk banyak. Kontak erat misalnya dalam sebuah keluarga dan pajanan masif misalnya, pada petugas kesehatan membuat transmisi melalui droplet paling mungkin terjadi. Kerentanan terhadap tuberculosis adalah fungsi resiko infeksi yang didapat dan resiko

25 penyakit klinis setelah infeksi muncul. Untuk orang yang hasil tuberkulinnya negatif, resiko terkena basil tuberkel tergantung pada pajanan sumber sumber basil infeksius terutama pasien dengan sputum positif. Resiko ini sebanding dengan laju infeksi aktif dalam populasi, komunitas, sosioekonomi, dan perawatan medis yang adekuat. Infeksi terjadi pada usia lebih muda di daerah perkotaan dari pada pedesaan. Penyakit hanya muncul pada sebagian individu yang terinfeksi. Di Amerika Serikat saat ini, penyakit aktif mempunyai beberapa pola epidemologik tempat individu berada pada resiko tinggi : kaum minoritas, terutama Afrika, Amerika dan Hispanik; pasien yang terinfeksi HIV; tuna wisma dan orang usia sangat muda dan sangat tua. Pasien yang pernah terinfeksi dengan tuberculosis dapat terinfeksi kembali secara eksogen (Jawetz et al., 2004) Morfologi dan identifikasi Klasifikasi Mycobacteruim sebagai berikut : - Kingdom : Bacteria - Phylum : Actinobacteria - Suborder : Corynebacterineae - Family : Mycobacteriaceae - Order : Actinomycetales - Genus : Mycobacterium - Species : M. tuberculosis

26 Gambar 2.1 : Mycobacterium tuberculosis (Todar Kenneth, 2011) Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µm dan lebar 3µm, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya, misalnya dengan pewarna gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarna gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut Basil Tahan Asam atau arabinogalactan BTA. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan dan peptidoglycan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan dalam makrofag (Jawetz et al., 2004; D Arcy Hart P, 2009).

27 Sel mikobakteria terdiri dari : - Lipid : Mikrobia kaya akan lipid, termasuk asam mikolat (asam lemak rantai panjang C78 - C90), bahan dari lilin dan pospatida. Dalam sel lipid secara luas berikatan dengan protein dan polisakarida. Strain basil tuberkel yang virulen membentuk "korda serpentin" mikroskopik dimana basil cepat asam disusun dalam rantai paralel. Pembentukan korda dihubungkan dengan virulensi. Sebuah "faktor korda" (trehalosa-6,6-dimikolat) telah diekstrak dari basil virulen dengan petrolium eter. Ini menghambat migrasi leukosit, menyebabkan granuloma kronik, dan bertindak sebagai immunologi "adjuvant". - Protein : masing-masing tipe mycobacterium berisi beberapa protein yang mendatangkan reaksi tuberkulin. Ikatan protein pada fraksi lilin, dengan injeksi menyebabkan sensitivitas tuberkulin. - Polisakarida : mycobacterium terdiri dari berbagai polisakarida. Perannya pada patogenesis penyakit masih belum jelas, tetapi dapat menyebabkan hipersensitivitas tipe cepat dan dapat bertindak sebagai antigen dalam reaksi serum orang terinfeksi (Jawetz et al., 2004).

28 Komposisi dinding sel Mycobacterium tuberculosis terdiri dari peptidoglycan (PG), arabinogalactan (AG), asam mikolik dan lipoglycans seperti lipoarabinomannan (LAM). dinding sel lain berikatan dengan lipid meliputi trehalose dimycolate (TDM), trehalose monomycolate (TMM), Phthiocerol Dimycocerosate (PDIM) and di-acyl trehalose (DAT). Gambar 2.2 : Dinding sel Mycobacterium tuberculosis (Wick, 2010) Sifat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium adalah aerob abligat dan mendapatkan energi dari oksidasi banyak komponen karbon sederhana. Peningkatan tekanan CO 2 mendukung pertumbuhan. Aktifitas biokimia tidak khas dan laju pertumbuhannya lebih lambat dari pada kebanyakan bakteri. Waktu replikasi basilus tuberkulosis sekitar 18 jam. Bentuk saprofitik cendrung untuk tumbuh lebih cepat, untuk berproliferasi dengan baik pada suhu 22ºC 23ºC, untuk memproduksi pigmen, dan tidak terlalu bersifat tahan asam bila dibandingkan dengan bentuk patogennya (Jawetz et al., 2004). Bakteri dapat hidup pada suhu 30ºC - 40ºC walaupun suhu optimum untuk tumbuh dan berkembangbiaknya pada suhu 37ºC - 38ºC. Kuman akan mati pada suhu 60ºC dalam waktu menit. Kuman yang melekat pada debu dapat tahan hidup selama 8 hari sampai 10 hari (Martin, 2008).

29 2.1.4 Cara penularannya Sumber penularannya adalah penderita Tuberculosis BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Sputum dikatakan positif bila terdapat 1 x 10 4 organisms per mililiter (Southwick, 2003). Makin tinggi derajat positif basil pemeriksaan dahak, maka makin menular penderita tersebut (Pusat Informasi Penyakit Infeksi, 2009). Cara penularan melalui dahak dan saliva, oleh karena itu penyakit Tuberculosis ini merupakan salah satu penyakit infeksi serius yang ditemukan pada praktek dokter gigi (Runnels,1988; Georgescu et al, 2002). Manifestasi penyakit Tuberculosis sering dijumpai pada rongga mulut (Samaranayake, 2006).

30 Tabel : 1. Tempat hidup dan perjalanan infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen dari luar pada kedokteran gigi. Microorganisms Habitats Routes of transmission in Infections dentistry Herpes Simplex Virus type 1 Nasopharynx Direct contact Oral herpes Lesions, Conjunctivitis, Herpetic Hepatitis B Virus Hepatitis C Virus Hepatitis D Virus Hepatitis G Virus Human Immunodeficiency virus ( HIV ) Mycobacterium tuberculosis Pseudomonas aeruginosa whitlow Hepatocytes Inoculation ( sharps injuries ) Hepatitis B Hepatitis C Hepatitis D Hepatitis G T4 Lymphocytes, some ather cells Pharynx Dental Unit Water Not yet proven Inhalation of aerosols/droplets from oropharyngeal secretion Inhalation of aerosols ir ingetion of contaminated water Direct contact by hands Methiciclin resistants Staphylococcus aureus Mouth, skin, nasopharynx Candida albicans Mouth, skin Direct contact with saliva and nasopharyngeal secretions HIV Infection, Aquired Immune Deficiency Syndrome ( AIDS ) Tuberculosis Pnemonia, wound infections, Dental abcess Dental abcess Candidiasis, Cutaeous infections Roum. Biotechnol. Lett., Vol. 7, No (2002) Patogenesis penyakit Tuberculosis Sifat patogen Mycobacterium tuberculosis didasarkan pada kemampuannya untuk bertahan hidup dalam makrofag, tidak didasarkan pada kemampuannya menghasilkan toksin. Bakteri ini menghambat priming dan aktivitas makrofag disebabkan adanya lipida mycobacterium. Setelah makrofag alveolar menelan Mycobacterium tuberculosis, maka makrofag akan melakukan 3 fungsi penting : menghasilkan enzim proteolitik dan metabolit lain yang mempunyai efek bakteriosidal, menghasilkan mediator terlarut (sitokin) sebagai respon terhadap Mycobacterium tuberculosis berupa IL-1, IL-6, Tumor Necrosis Factor alfa (TNF), Transforming Growth Factor beta (TGF) dan memproses dan

31 mepresentasikan antigen mikobakeri pada limposit T. Sitokin yang dihasilkan mempunyai potensi untuk menekan efek immunoregurator dan menyebabkan manifestasi klinis terhadap Tuberculosis. IL-1 merupakan pirogen endogen menyebabkan demam sebagai karakteristik Tuberculosis. IL-6 akan meningkatkan produksi imunoglobulin oleh sel B yang teraktifasi, menyebabkan hiperglobulinemia yang banyak dijumpai pada penderita Tuberculosis. TGF untuk meningkatkan produksi metaboit nitrit oksidasi dan membunuh bakteri serta diperlukan untuk pembentukan granuloma untuk mengatasi infeksi mikrobakteri. Selain itu TNF dapat menyebabkan efek patogenesis seperti demam, menurunnya berat badan dan nekrosis jaringan yang merupakan ciri khas Tuberculosis (Southwick, 2003; Handayani, 2009). Timbulnya reaksi hipersensitivitas yang akan merusak jaringan di sekitarnya disebabkan oleh adanya respon imun terhadap basil ini. Reaksi imunologis yang timbul terhadap Mycobacterium tuberculosis adalah tipe cell mediated, yang dimediasi oleh Th1 T helper cells, yang menimbulkan suatu imunitas protektif. Namun terlibatnya sel Th2, Cytotoxic T cells akan menimbulkan kerusakan pada jaringan sekitar ke arah yang lebih buruk (Roitt, 2004) Reaksi terhadap bahan fisik dan kimia Mycobacterium memiliki sifat hidrofobik pada permukaan selnya dan pertumbuhannya yang berkelompok sehingga memiliki sifat cendrung lebih resisten terhadap bahan kimia dibandingkan dengan bakteri lainnya. Pada keadaan

32 asam dan basa memungkinkan beberapa basil tuberkel yang terpajan dapat hidup dan digunakan untuk membantu mengeliminasi organisme yang mengontaminasi dan untuk konsentrasi spesimen klinis. Basil tuberkel tahan pengeringan dan dapat hidup untuk waktu yang lama pada sputum yang dikeringkan (Jawetz et al., 2004). 2.2 Bahan Cetak Alginat Pada praktek dokter gigi prosedur cor atau model adalah hal yang sangat penting. Berbagai jenis cor atau model dapat dibuat dari produk gypsum dengan menggunakan cetakan atau reproduksi negatif sebagai tempat untuk gypsum. Pada cetakan gypsum (stone cast) inilah dokter gigi membuat konstruksi baik untuk protesa lepasan maupun cekat. Salah satu bahan cetak yang sering digunakan adalah bahan cetak alginat. Pada akhir abad yang lalu seorang ahli kimia dari Skotlandia memperhatikan bahwa rumput laut tertentu yang berwarna coklat (Algae) bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir. Ia menamakan algin. Substansi alam ini kemudian diidentifikasi sebagai suatu polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan dinamakan asam anhydro β-dmanuronic (asam alginik). Asam alginik serta kebanyakan garam anorganik tidak larut dalam air, tetapi garam yang diperoleh dengan natrium, kalium, dan amonium larut dalam air. Ketika bahan cetak agar menjadi langka karena perang Dunia II (Jepang adalah sumber agar utama), penelitian penelitian selanjutnya menemukan hydrocoloid irreversibel sebagai penggantinya.bahan cetak alginat (hydrocoloid

33 irreversibel) merupakan bahan cetak yang artinya bahan koloid yang digunakan dilarutkan dalam air dan tranformasinya tidak dapat kembali ke bentuk semula. Penggunaan umum bahan cetak ini jauh melampaui bahan cetak yang lainnya, karena bahan cetak jenis ini adalah : manipulasi mudah, nyaman bagi pasien, dan relatif tidak mahal karena tidak memerlukan banyak peralatan (Philip, 1996) Komposisi Komposisi aktif utama dari bahan cetak hydrocoloid irreversibel adalah salah satu alginat yang larut dalam air, seperti natrium, kalium, atau alginat trietanolamin, potasium alginat, zine oxside, glikol dan bahan pewangi. Bila alginat larut air dicampur dengan air, bahan tersebut membentuk sol. Sol sangat kental meskipun konsentrasi sangat rendah. Alginat yang dapat larut membentuk sol dengan cepat bila bubuk alginat dan air dicampur dengan kuat. Kalium yang tersisa setelah pengerasan mempunyai sifat mengeluarkan air atau dapat juga mengambil air (Philip,1996). Proses gelasi, Reaksi khas sol gel dapat digambarkan secara sederhana sebagai reaksi alginat larut air dengan kalsium sulfat dan pembentukan gel kalsium alginat yang tidak larut. Kalsium sulfat bereaksi dengan cepat untuk membentuk kalsium alginat tidak larut dari kalium atau natrium alginat dalam suatu larutan cair. Produk kalsium alginat ini begitu cepat sehingga tidak meyediakan cukup waktu kerja. Untuk memperpanjang waktu kerja maka ditambahkan garam larut air yaitu trinatrium fosfat (Philip,1996).

34 Bahan cetak alginat dikemas dalam kantong tertutup secara individual dengan berat bubuk yang sudah ditakar untuk membuat suatu cetakan atau dalam jumlah besar di kaleng Manipulasi Bahan cetak alginat mudah digunakan. Bahan ini bersifat hidrofilik, sehingga permukaan jaringan yang lembab bukanlah kendala, karena hanya 1 campuran yang dibuat, maka bahan yang telah diaduk diletakkan pada sendok cetak. Mempersiapkan pengadukan : Bubuk yang telah ditakar ditaburkan ke dalam air yang juga telah ditakar dan ditempatkan pada mangkok bersih. Bubuk dan air disatukan dengan pengadukan secara hati hati menggunakan spatula logam. Campuran ditempatkan pada sendok cetak yang sesuai, yang dimasukkan ke dalam mulut. Sebelum menempatkan cetakan ke dalam mulut, bahan tersebut harus mencapai konsistensi tertentu sehingga tidak mengalir ke luar sendok cetak dan membuat pasien tersendak. Setelah hasil cetakan berbentuk gel, perlahan lahan cetakan di keluarkan dari mulut pasien. Setelah cetakan dikeluarkan dari mulut, harus langsung dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan cairan rongga mulut dari permukaannya, kemudian dikeringkan. Akan tetapi permukaan cetakan tidak boleh dikeringkan seratus persen, karena gel akan melekat pada permukaan model tuang sewaktu hendak dibuka.

35 Penuangan campuran stone untuk mengisi cetakan harus dimulai dari salah satu ujung cetakan lengkung rahang. Permukaan model stone yang sedikit lebih unggul diperoleh bila stone mengeras dalam lingkungan dengan kelembaban relatif 100 %. Model stone harus tetap berkontak dengan cetakan selama 60 menit atau minimal 30 menit, sebelum cetakan dipisahkan dari model. Waktu ini diperlukan untuk proses pengerasan campuran stone (Philip, 1996). Gambar 2.3 : Proses pencetakan pada mulut penderita Gambar 2.4: Cetakan alginat (International Training Institut, 2011)

36 2.2.3 Bahan cetak alginat sebagai media cross infection Pada saat melakukan pencetakan, bahan cetak pasti berkontak dengan saliva dan debris, terkadang hasil cetakan terkontaminasi darah. Apabila bahan cetak tersebut tidak disterilkan, maka bahan cetak tersebut dapat terkontaminasi bakteri, virus dan organisme patogen lainnya (Minagi, 1986; Marcus, 1994; Georgescu et al., 2002). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan cetak dapat menjadi media cross infection dari pasien ke dokter gigi atau ke tenaga laboratorium (Laksman, 1991; Owen et al., 1993; Luis, 1999; Georgescus et al., 2002; Samaranayake, 2006). Stapilococcus aureus, escheria coli dan candida albicans dapat hidup pada bahan cetak alginat (Rosen, 1991; Bergman, 1998; Al- Kheraif, 2008). Oral microorganism dapat tumbuh pada alginat. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa alginat yang telah dicetakkan ke penderita kemudian diinkubasi selama 24 jam didapatkan adanya penambahan jumlah microorganism yang terdapat pada alginat tersebut (Agung et al., 2010). Bahkan microorganisme dapat berpindah dari bahan cetak alginat ke stone cast (Leung dan Shonfeld, 1983; Kugel et al., 2000; Georgescu et al., 2002). 2.3 Stone cast Stone cast adalah model positif dari jaringan yang dibuat dalam rongga mulut. Bentuk positif dari jaringan rongga mulut ini didapat dengan cara mencapurkan plaster of Paris dengan air dan ditempatkan ke dalam sendok cetak dan ditekan pada jaringan rahang. Plaster dibiarkan mengeras, kemudian

37 dituangkan gypsum. Cetakan plaster ini sebagai mold atau master. Pada model inilah gigi tiruan dibuat tanpa diperlukan kehadiran pasien. Stone cast dapat terkontaminasi oleh Streptococcus salivarius ATCC7073, Pseudomonas sanguis ATCC10556 dan Candida albicans (Koji et al., 1999). Gambar 2.5: Stone Cast (Laboratory Dental Cabinet, 2011) 2.4 Gypsum Gypsum adalah mineral yang merupakan hasil tambang. Gypsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Secara kimiawi, gypsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dehidrat murni. Produk gypsum digunakan dalam kedokteran gigi untuk membuat model studi dari rongga mulut serta maksilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi.

38 2.5 Sterilisasi Bahan Cetak Infeksi merupakan proses masuknya mikoorganisme, terjadi kolonisasi dan menimbulkan penyakit (respon seluler). Ada tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu patogenitas, virulen dan dosis. Patogenitas adalah kemampuan agen yang menyerang jaringan tubuh dan menyebabkan sakit. Virulensi adalah ukuran derajat keganasan / keparahan infeksi. Dosis adalah jumlah mikroorganisme yang harus ada untuk dapat menyebabkan penyakit. Penularan penyakit dapat melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung terjadi ketika mikroorganisme berpindah dari seseorang ke orang lain secara langsung tanpa melalui obyek perantara yang terkontaminasi, sedangkan kontak tidak langsung terjadi ketika mikroorganisme berpindah dari seseorang ke orang lain melalui obyek yang terkontaminasi (Rohani, 2010). Bahan cetak merupakan salah satu obyek atau media yang memungkinkan terjadinya kontaminasi bakteri atau virus dari pasien baik ke dokter gigi, perawat gigi maupun tenaga laboratorium gigi (Robert et al., 1989). Beberapa bakteri, Staphylococcus aureus, Escheria coli, dan Candida albicans dapat hidup pada bahan cetak alginat (Bergman, 1989; Samaranayake, 2006). Selain itu virus hepatitis B juga dilaporkan dapat bertahan hidup pada bahan cetak alginat (Georgescu et al., 2002). Sterilisasi bahan cetak setelah prosedur pencetakan perlu dilakukan dapat berupa penyemprotan dan perendaman ke dalam bahan-bahan desinfektan. Bahan desinfektan perlu diperhatikan jenis dan waktu perlakuannya. Jenis desinfektan perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi bahkan merusak bahan cetak.

39 Pencegahan cross infection mikroba atau viral kontaminan dari rongga mulut sampai ke stone cast (model gigi) dapat dilakukan dengan dua teknik sebagai berikut : 1. Merendam atau mencelupkan dalam cairan desinfektan. 2. Spray Teknik perendaman Berbagai macam bahan desinfektan telah dicoba untuk mensterilkan bahan cetak dengan berbagai pertimbangan misalnya lama atau waktu perendaman serta perubahan permukaan bahan cetak. Waktu perendaman dan jenis larutan perendaman tertentu dapat berpengaruh terhadap perubahan permukaan sehingga mempengaruhi akurasi model kerja. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa bahan cetak mengalami perubahan setelah dilakukan perendaman selama 4 jam sampai 7 jam dan 16 jam. Permalastic / hipochloride selama 16 jam dan Permalastic / glutaraldehyde selama 7 jam. Kedua bahan tersebut memerlukan waktu perendaman yang lama. Sterilisasi bahan cetak Polysilfide Rubber dapat dilakukan dengan berbagai macam larutan desinfektan dengan waktu perendaman 1 jam. Laporan lain menyatakan bahan cetak polyether tidak berubah bila direndam selama 30 menit sampai 1 jam (Bregman,1989) Bahan yang dapat disterilkan dengan teknik merendam adalah : polysulphide, silicone, polyether impression, agar impression, dapat direndam di dalam larutan iodophor atau phenolic buffer. Stone atau irreversible hydrocolloid dapat direndam di dalam larutan iodophor atau hypochloride. Sodium

40 hypochloride merupakan desinfektan yang efektif pada bakteri, virus dan fungi untuk irreversible hydrocolloid solutions. Silicone impression materials dapat direndam selama 1 jam pada sodium hypochlorite solution. Glutaraldehyde juga dapat digunakan sebagai desinfektan pada impression (Minagi, 1990; Sukhija et al., 2010). Perendaman selama 30 menit dengan jenis desinfektan yang tepat, efektif untuk mencegah penularan infeksi dari bahan cetak (Laksman, 1991). Pada pasien yang beresiko tinggi, sebaiknya bahan cetak terlebih dahulu dicuci dengan air kemudian direndam 1 jam dalam larutan glutaraldehyde alkaline 2% sebelum diisi dengan gypsum. Penggunaan desinfektan dengan teknik perendaman (Owen et al.,1993) : 1. Silicone : diamkan dalam glutaraldehyde selama 1 jam, bilas dengan air 2. Irreversible hydrocolloid (bahan cetak alginat). a. Untuk model diagnosa : rendam dalam glutaraldehyde selama 10 menit. b. Untuk final impressions : rendam dalam glutaraldehyde, bilas dengan air steril, rendam lagi, dan diamkan dalam keadaan lembab selama 10 menit. c. Zine oxide eugenol : rendam selama 10 menit dalam glutaraldehyde. d. Reversible hydrocolloid : sama dengan irreversible hydrocolloid.

41 e. Silicone impressions : rendam selama 10 menit dalam glutaraldehyde. f. Polyether impressions : sama dengan irreversible hydrocolloid Teknik spray Teknik spray dapat dilakukan pada irreversible hydrocolloid (bahan cetak alginat) dan stone cast. Teknik ini sangat sederhana, namun secara ekonomis mungkin memerlukan biaya yang lebih tinggi karena sediaan biasanya sudah dikemas sedemikian rupa oleh pabrik pembuatnya. Laporan perbedaan efektifitas sterilisasi spray dengan teknik perendaman belum banyak ditemukan. Langkah praktis sterilisasi bahan cetak : 1. Bersihkan bahan cetak dari debris, saliva atau darah dengan air mengalir. 2. Setelah bersih hapuskan atau usapkan dengan desinfektan. 3. Biarkan permukaan dalam keadaan basah. 4. Masukkan ke dalam kantong plastik. Perlu diingat sendok cetak yang telah digunakan oleh penderita AIDS sebaiknya disterilkan sebelum dibersihkan dan kemudian disterilkan lagi (Fedric,1988).

42 Glutaraldehyde Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme yang patogen. Dalam proses sterilisasi, penambahan bahan desinfektan berupa bahan kimia merupakan salah satu cara yang sering dilakukan. Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfektan dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganisme yang akan dimatikan. Umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehyde atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus COH ; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia halogen atau yang mengandung gugus x; golongan fenol dan fenol 1 terhalogenasi, golongan garam ammonium kuartener, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida (Fessenden et al., 1990; Rismana, 2010). Bahan kimia golongan aldehyde yang umum digunakan antara lain formaldehyde dan glutaraldehyde dan glikosal. Golongan aldehyde ini bekerja dengan cara denaturasi dan umum digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5% - 5%. Daya aksi dalam kisaran jam, tetapi untuk kasus formaldehyde daya aksi akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan alkohol. Gutaraldehyde memiliki daya aksi yang lebih efektif dibandingkan dengan formaldehyde, sehingga lebih banyak dipilih dalam bidang

43 virologi dan tidak berpotensi kariogenik. Ambang batas konsentrasi kerja glutaraldehyde 0,1 ml/m 3 atau 0,1 mg/l dan mekanisme kerja glutaraldehyde membunuh mikroorganisme melalui proses alkilasi protein atau asam nukleat (Rohani, 2010). Pada prinsipnya glutaraldehyde dapat digunakan dengan spektrum aplikasi luas, selain dapat membunuh mikroorganisme juga untuk membunuh virus dibandingkan dengan formaldehyde yang hanya dapat membunuh mikroorganisme. Keunggulan golongan aldehyde adalah : 1. Sifatnya yang stabil dan persisten. 2. Tidak bersifat korosif terhadap logam. 3. Dapat membunuh bakteri vegetatif. 4. Bakterisidal, tuberkulosidal, virusidal dan sporasidal (Katzung, 2009; Rohani, 2010) Glutaraldehyde 2 % efektif terhadap bakteri vegetatif seperti Mycobacteruim tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu menit (Anonim, 2009). Rohani, 2010 berpendapat bahwa spesies Mycobacterium tidak aktif diperlukan waktu pemaparan menit. Glutaraldehyde 2%, ph 7,5-8,5 termasuk desinfektan tingkat tinggi (High Level Disinfectant/HDL) (Rohani, 2010). Sedangkan kerugiannya antara lain : 1. Dapat menyebabkan resistensi mikroorganisme (Rusmana, 2010; Yamin et al., 2003).

44 2. Bau yang menyengat sehingga memerlukan ventilasi ruangan yang baik dan mengiritasi mata (Rohani, 2010). Baru baru ini, penelitian telah menunjukkan efektivitas glutaraldehyde terhadap virus HIV. Studi juga menunjukkan bahwa glutaraldehyde memiliki efek samping yang minimal dan penetrasi terbatas dan efek yang cepat. Glutaraldehyde 2% direkomendasikan untuk sterilisasi instrument bedah, daerah operasi, saluran akar selama terapi endodontik dan sterilisasi bahan cetak (Minagi, 1991; Rusmah, 1993; Sukhija et al., 2010). Karena tidak memiliki indikator biologis sebagai indikasi keberhasilan proses desinfeksi, faktor konsentrasi menjadi parameter yang harus dipantau menggunakan strip indikator konsentrasi (Rohani, 2010).

45 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab dari penyakit Tuberculosis, yang penularannya dapat melalui droplet, saliva. Pada bidang kedokteran gigi penularannya sangat berisiko. Beberapa tindakan pembuatan gigi palsu, tumpatan tuang dan lainnya selalu melalui prosedur pencetakan yang menggunakan bahan cetak alginat, baik untuk mendapatkan model kerja atau model anatomi, dan sudah dipastikan bahwa bahan cetak tersebut telah terkontaminasi saliva penderita. Mikroorganisme dapat bertahan dan berpindah dari bahan cetak alginat ke stone cast. Oral microorganism dapat tumbuh dan berkembang pada bahan cetak alginat. Bahan cetak dapat menjadi media cross infection dari pasien ke dokter gigi atau ke tenaga laboratorium gigi. Stone cast mikroorganisme berasal dari bahan cetak alginat yang terkontaminasi infeksius dapat menular ke dental laboratorium ketika melakukan triming pada casts atau dies. Untuk mencegah terjadinya cross infection melalui bahan cetak alginat, maka tindakan sterilisasi perlu dilakukan. Salah satu bahan sterilisasi yang direkomendasikan untuk sterilisasi bahan cetak alginat pada bidang kedokteran gigi adalah glutaraldehyde 2%.

46 3,2 Konsep Penelitian Berdasarkan permasalahan dan kajian pustaka yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya maka dapat dibuat suatu kerangka konsep yang terkait dengan masalah penelitian seperti di bawah ini. Perendaman Glutaraldehyde 2%, 10 menit, 15 menit, 25 menit Mycobacterium tuberculosis a. Suhu b. Media c. Waktu d. ph Bahan cetak alginat JumlahKontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast Gambar 3.1 Konsep Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberculosis banyak terjadi pada negara berkembang atau yang memiliki tingkat sosial menengah ke bawah. Insiden penyakit ini meningkat secara drastis

Lebih terperinci

PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT ( HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE

PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT ( HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE TESIS PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT (HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE) DENGAN GLUTARALDEHYDE 2% DAPAT MENCEGAH KONTAMINASI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS PADA STONE CAST PUTU RUSMIANY PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bahan cetak alginat sebagai media perpindahan Mycobacterium tuberculosis pada stone cast

Bahan cetak alginat sebagai media perpindahan Mycobacterium tuberculosis pada stone cast Bahan cetak alginat sebagai media perpindahan Mycobacterium tuberculosis pada stone cast Putu Rusmiany Bagian Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar, Indonesia E-mail:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian bahan cetak di kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari rongga mulut. Hasil dari cetakan akan digunakan dalam pembuatan model studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pekerjaan mempunyai risiko kerja masing-masing, termasuk bagi praktisi yang memiliki pekerjaan dalam bidang kedokteran gigi. Salah satu risiko tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pencetakan merupakan proses untuk mendapatkan suatu cetakan yang tepat dari gigi dan jaringan mulut, sedangkan hasil cetakan merupakan negative reproduction dari jaringan mulut tersebut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, perkembangan dan kemajuan teknologi serta bahan dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini banyak bahan cetak yang diperkenalkan untuk mencetak rahang dan jaringan sekitarnya. Di bidang prostodontik pemakaian bahan cetak dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam kedokteran gigi bervariasi jenisnya yaitu bahan cetak yang bersifat elastis dan non-elastis. Salah satu bahan cetak elastis yang banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak merupakan bahan yang digunakan untuk membuat replika atau cetakan yang akurat dari jaringan keras maupun jaringan lunak rongga mulut. 1 Salah satu bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gipsum merupakan mineral yang didapatkan dari proses penambangan di berbagai belahan dunia. Gipsum merupakan produk dari beberapa proses kimia dan sering digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan cetak elastomer sering menjadi pilihan dokter gigi ketika melakukan proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi stabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat adalah bahan visco-elastis dengan konsistensi seperti karet. Bahan cetak alginat diperkenalkan pada tahun 1940. Sejak tahun itu, dokter gigi sudah mulai menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam bidang kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk membuat model studi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dokter, perawat dan juga pasien memiliki resiko tinggi berkontak dengan mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan. Perkembangan bakteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristika stafilokokus Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit dan saluran pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu memproduksi endotoksin. Habitat alaminya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak digunakan selama beberapa tahun terakhir. Bahan cetak ini memiliki kelebihan antara lain mudah pada manipulasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). Udara dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah satu restorasi pengganti gigi yang hilang tersebut berupa gigi tiruan cekat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. Penyebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Hal ini sangat penting dalam membantu kita untuk melakukan aktivitas kehidupan serta rutinitas sehari-hari. Bila

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya xvii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petugas di bidang pelayanan kesehatan umum maupun gigi, baik dokter gigi, perawat gigi maupun pembantu rawat gigi, telah lama disadari merupakan kelompok yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Bakteri Udara Pada Rumah Sakit Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering

Lebih terperinci

EKSTRAK BIJI BUAH PINANG ( ARECA CATECHU L. ) DAPAT MENGHAMBAT PERTUMBUHAN KOLONI CANDIDA ALBICANS SECARA IN VITRO PADA RESIN AKRILIK HEAT CURED

EKSTRAK BIJI BUAH PINANG ( ARECA CATECHU L. ) DAPAT MENGHAMBAT PERTUMBUHAN KOLONI CANDIDA ALBICANS SECARA IN VITRO PADA RESIN AKRILIK HEAT CURED Tesis EKSTRAK BIJI BUAH PINANG ( ARECA CATECHU L. ) DAPAT MENGHAMBAT PERTUMBUHAN KOLONI CANDIDA ALBICANS SECARA IN VITRO PADA RESIN AKRILIK HEAT CURED NI KADEK SUGIANITRI NIM 0990761047 PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir,

BAB 1 PENDAHULUAN. rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad ke-19, seorang ahli kimia dari Skotlandia memperhatikan bahwa rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversibel atau ireversibel, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu,

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu, maupun pada permukaan jaringan tubuh kita sendiri, di segala macam tempat serta lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak digunakan untuk membuat replika dari suatu rongga mulut. Semua bahan cetak harus bersifat plastis atau mempunyai daya alir sehingga pencetakan dapat dilakukan.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEK ANTICANDIDA CHLORHEXIDINE 2% (CHX) TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS

PERBANDINGAN EFEK ANTICANDIDA CHLORHEXIDINE 2% (CHX) TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK ANTICANDIDA CHLORHEXIDINE 2% (CHX) TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS DENGAN SUHU DAN WAKTU YANG BERBEDA MELALUI METODE DIRECT EXPOSURE TEST Latar Belakang : kegagalan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis bersifat tahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengawet adalah substansi kimia yang berguna untuk melindungi produksi makanan, stimulan, produksi obat-obatan, dan kosmetik untuk melawan perubahan berbahaya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularan langsung terjadi melalui aerosol yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara umum yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga dapat menimbulkan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan masalah yang paling banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme patogen yang masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement chemomechanical pada jaringan pulpa, debris pada dentin, dan penggunaan irigasi terhadap infeksi mikroorganisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen yang bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di Asia dan Afrika. Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah

BAB I PENDAHULUAN. terutama di Asia dan Afrika. Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyebab utama kesakitan dan kematian didunia terutama di Asia dan Afrika. Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai pengaruh waktu kontak antiseptik dengan udara luar terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota Yogyakarta ini menggunakan 15 sampel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. material. Contoh bahan cetak elastomer adalah silikon, polieter dan polisulfida.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. material. Contoh bahan cetak elastomer adalah silikon, polieter dan polisulfida. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak yang terdapat dalam kedokteran gigi terdiri dari dua jenis yaitu bahan cetak elastis dan non elastis. Bahan yang bersifat non-elastis adalah impression compound, impression

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi

Lebih terperinci

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkolosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO) dalam satu tahun kuman M.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat didefinisikan sebagai suatu infeksi yang didapat oleh pasien di rumah sakit yang diyakini sebagai penyebab

Lebih terperinci

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang manusia dengan

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

Manipulasi Bahan Cetak Alginat

Manipulasi Bahan Cetak Alginat Manipulasi Bahan Cetak Alginat A. Cara Mencampur Tuangkan bubuk alginate dan campurkan dengan air menjadi satu ke dalam mangkuk karet (bowl). Ikuti petunjuk penggunaan dari pabrik. Aduk menggunakan spatula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Staphylococcus aureus adalah jenis bakteri. Ini Gram positif noda dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini ditemukan dalam anggur seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sediaan injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan sebelum digunakan secara parenteral,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya strain bakteri yang resisten terhadap banyak antibiotik termasuk bakteri Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis paru selanjutnya disebut TB paru merupakan penyakit menular yang mempunyai angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari keberadaan mikroorganisme. Lingkungan di mana manusia hidup terdiri dari banyak jenis dan spesies mikroorganisme. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversible atau ireversible, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversible menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap individu biasanya terdapat 100 hingga 200 spesies. Jika saluran akar telah terinfeksi, infeksi

Lebih terperinci

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh

Lebih terperinci

ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN

ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN MAKALAH ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN Ditujukan untuk memenuhi tugas Kelompok Mata Kuliah : Mikrobiologi Dosen : Evi Roviati M. Si. S. Si. Di susun oleh : Khumaedullah Ajijul Edo Kuswanto Sri apriyanti TARBIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Price & Wilson, 2006). Penyakit ini dapat menyebar melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Menurut Paren (2006) pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal 700 sebelum masehi, desain gigitiruan telah dibuat dengan menggunakan gading dan tulang. Hal ini membuktikan bahwa gigitiruan telah ada sejak ribuan tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberkulosis paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri tahan asam (Suriadi dan

Lebih terperinci

PADA FRAKTUR TERBUKA PASCA DEBRIDEMENT DAN FIKSASI INTERNAL

PADA FRAKTUR TERBUKA PASCA DEBRIDEMENT DAN FIKSASI INTERNAL TESIS PENCUCIAN TAMBAHAN LARUTAN ANTIBIOTIK (NEOMISIN BASITRASIN) ATAU LARUTAN ANTISEPTIK (POVIDON IODIN) MENURUNKAN JUMLAH KOLONI STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA FRAKTUR TERBUKA PASCA DEBRIDEMENT DAN FIKSASI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Etiologi Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculois. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut Craig dkk (2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut Craig dkk (2004) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DASAR TEORI 1.Bahan Cetak a. Pengertian Bahan Cetak Bahan cetak digunakan untuk menghasilkan replika bentuk gigi dan jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. minor walaupun belum secara jelas diutarakan jenis dan aturan penggunaanya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. minor walaupun belum secara jelas diutarakan jenis dan aturan penggunaanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Standart Pelayanan Medis Rumah Sakit DR Sardjito menetapkan penggunaan antiseptik sebagai tindakan yang dilakukan sebelum dan saat perawatan bedah mulut minor walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke pasien, operator ke lingkungan dan lingkungan ke pasien (Infection Control

BAB I PENDAHULUAN. ke pasien, operator ke lingkungan dan lingkungan ke pasien (Infection Control BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kontrol infeksi adalah suatu upaya pencegahan penyebaran mikroorganisme, baik dari pasien ke pasien lainnya, pasien ke operator, operator ke pasien, operator ke lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar thoraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-paru ada dua,

Lebih terperinci

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE Nama : Margareta Krisantini P.A NIM : 07 8114 025 STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE Streptococcus pneumoniae adalah sel gram possitf berbentuk bulat telur atau seperti bola yang dapat menyebabkan berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan cetak di kedokteran gigi digunakan untuk membuat replika jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan untuk mendapatkan cetakan negatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Sekitar 53 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. AIDS didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Titanium Dioksida (TiO 2 ) Titanium merupakan salah satu unsur logam transisi golongan IV B, berbentuk padat yang berwarna putih keperakan. Titanium murni dapat larut dalam larutan

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK KULIT LEMON (Citrus limon Linn.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans PADA LANDASAN GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK HEAT CURED

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK KULIT LEMON (Citrus limon Linn.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans PADA LANDASAN GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK HEAT CURED ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK KULIT LEMON (Citrus limon Linn.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans PADA LANDASAN GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK HEAT CURED Maria Clara Angelina, 2014. Pembimbing I : Dahlia Sutanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cetak non elastik setelah mengeras akan bersifat kaku dan cenderung patah jika diberi

BAB I PENDAHULUAN. cetak non elastik setelah mengeras akan bersifat kaku dan cenderung patah jika diberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan reproduksi negatif dari gigi dan jaringan sekitarnya, kemudian akan diisi dengan bahan pengisi untuk mendapatkan

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

Pengendalian infeksi

Pengendalian infeksi Pengendalian infeksi Medis asepsis atau teknik bersih Bedah asepsis atau teknik steril tindakan pencegahan standar Transmisi Berbasis tindakan pencegahan - tindakan pencegahan airborne - tindakan pencegahan

Lebih terperinci

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI II. PEWARNAAN SEL BAKTERI TUJUAN 1. Mempelajari dasar kimiawi dan teoritis pewarnaan bakteri 2. Mempelajari teknik pembuatan apusan kering dalam pewarnaan bakteri 3. Mempelajari tata cara pewarnaan sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah yang bersifat akut, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi 21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi semakin meningkat, termasuk angka kejadian infeksi nosokomial. 1 Infeksi nosokomial merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia. Pada tahun 2012 diperkirakan 8,6 juta orang terinfeksi TB dan 1,3 juta orang meninggal karena penyakit ini (termasuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB sampai saat ini masih tetap menjadi masalah kesehatan dunia yang utama

Lebih terperinci

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3 BAKTERI PENCEMAR MAKANAN Modul 3 PENDAHULUAN Di negara maju 60% kasus keracunan makanan akibat Penanganan makanan yg tidak baik Kontaminasi makanan di tempat penjualan Di negara berkembang tidak ada data

Lebih terperinci

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae Klebsiella pneumoniae Kingdom: Phylum: Class: Order: Family: Genus: Species: Bacteria Proteobacteria Gamma Proteobacteria Enterobacteriales Enterobacteriaceae Klebsiella K. pneumoniae Binomial name Klebsiella

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pepaya (Carica Papaya) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tropis. Pusat penyebaran tanaman diduga berada dibagian selatan Meksiko dan Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 3.1 Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif cross sectional untuk mengetahui pola sensitivitas Mycobacterium tuberculosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan bersifat kronis serta bisa menyerang siapa saja (laki-laki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberkulosis. Tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Flora mulut pada manusia terdapat berbagai mikroorganisme seperti jamur, virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kesehatan gigi berisiko tinggi terpapar oleh mikroorganisme patogen di lingkungan kerja seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kini mengalami beban ganda akibat penyakit tidak menular terus bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit infeksi menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyebab tingginya angka kematian di Indonesia maupun di dunia adalah penyakit infeksi (Priyanto, 2009). Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan

Lebih terperinci