BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran. Persyaratan persyaratan suatu konstruksi acuan perancah adalah :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran. Persyaratan persyaratan suatu konstruksi acuan perancah adalah :"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Scaffolding Menurut Permenaker & trans No.PER-01/MEN/1980 tentang keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi bangunan, Perancah (scaffolding) ialah bangunan pelataran (platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan serta alat-alat pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan termasuk pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran. Persyaratan persyaratan suatu konstruksi acuan perancah adalah : 1. Kuat menahan berat beton segar, getaran vibrator, peralatan yang digunakan, berat sendiri, berat orang yang bekerja dan pengaruh kejutan. 2. Kaku, terutama akibat dari beban horizontal yang membuat cetakan mudah goyang atau labil. Selain itu acuan perancah tidak boleh melebihi deformasi yang dizinkan. 3. Kokoh, sehingga mampu menghasilkan bentuk penampang beton seperti yang diharapkan, tanpa mengalami perubahan bentuk yang berarti, oleh karena itu maka ukuran dan kedudukan cetakan harus teliti atau sesuai dengan gambar perencanaan. 4. Bersih, karena dalam pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton, dan jika kotoran tidak naik 9

2 maka akan melekat pada permukaan beton dan sulit dibersihkan. 5. Mudah dibongkar, agar tidak merusak beton yang sudah jadi dan dapat digunakan berkali kali. 6. Rapat, Sambungan sambungan pada cetakan harus rapat dan lubang lubang yang disebabkan oleh serangga harus ditutup, sehingga cairan semen dan agregat tidak keluar dari celah celah sambungan. 7. Material atau bahan yang digunakan harus mudah dipaku atau sekrup dan dalam membuat bagian cetakan harus mudah dirangkai sehingga dapat dilaksanakan dengan tenaga kerja minimal yang pada akhirnya akan memperoleh efisiensi waktu yang maksimal. 8. Optimal, kebutuhan bahan dan tenaga kerja harus seefektif dan seefisien mungkin yang akhirnya menguntungkan semua pihak Tipe konstruksi acuan perancah Sejalan dengan perkembangan pemakaian beton, konstruksi acuan perancah juga mengalami perkembangan menjadi 3 sistem: 1. Sistem Konvensional / Tradisional, Acuan perancah sistem sederhana biasanya digunakan satu kali pakai. Bahan yang digunakan dapat berupa bahan organis, bahan buatan, dan / atau gabungan keduanya. Depresiasi acuan perancah jenis ini sangat tinggi, karena banyak volume bahan terbuang pada proses pembuatan serta membutuhkan volume tenaga kerja yang cukup besar serta berpengalaman. 10

3 2. Semi Sistem Modern, Sistem ini dirancang untuk suatu pekerjaan dan ukuran ukuran untuk komponen tertentu dengan masa penggunaan satu kali atau lebih. Karena kemungkinan dapat digunakan secara berulang, maka biaya investasi yang diperlukan dan upah kerja yang tidak terlalu tinggi. 3. Sistem Modern, Perkembangan terakhir dalam pemanfaatan acuan perancah adalah perancangan acuan perancah untuk memudahkan penggunaan dalam berbagai bentuk komponen struktur. Sistem ini dapat memudahkan dan mempercepat proses pemasangan dan pembongkaran. Dengan kualitas hasil yang lebih baik dibandingkan dengan sistem lain, acuan perancah dengan sistem ini dapat dimanfaatkan untuk beberapa kali masa penggunaan. Untuk meningkatkan kecepatan kerja, sistem ini telah dilengkapi dengan berbagai alat bantu yang disesuaikan dengan tujuan penggunaan Bahan acuan perancah Bahan acuan perancah yang sering digunakan : 1. Kayu Menurut PBBI tahun 1971 bab 5 ayat 1, memberikan pedoman bahwa acuan perancah harus terbuat dari bahan bahan baik yang tidak mudah meresap air dan direncanakan sedemikian rupa, sehingga mudah dilepas dari beton tanpa menyebabkan kerusakan pada beton. 11

4 Kayu yang akan digunakan harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut : a. Sebaiknya kayu yang dipergunakan dengan kadar air 10 % s/d 20 %. b. Partikel partikel yang dikandung kayu reaktif dan tidak merusak beton. c. Perubahan bentuk kayu akibat temperatur maupun kelembaban udara setempat sekecil mungkin. d. Kuat dan ekonomis. e. Mudah dikerjakan dan mudah dipasang alat sambung. 2. Kayu lapis (plywood) Untuk pekerjaan yang cukup besar, kayu lapis banyak dipergunakan sebagai bahan papan acuan (cetakan). Pada acuan yang menggunakan kayu lapis diusahakan meminimalisir penggunaan paku, agar pembongkarannya dapat dengan mudah dilakukan dan dapat meminimalisir kerusakan bahan akibat metode pembongkaran yang salah. Keuntungan dari kayu lapis adalah bahwa kayu lapis dapat dibengkokkan dan ditempatkan pada kerangka / cetakan untuk pengecoran, dan dapat digunakan berulang ulang. 12

5 3. Aluminium Karena adanya sifat sifat tertentu yang lebih menguntungkan seperti berat dan biaya pemeliharaannya yang ringan, menyebabkan aluminium cenderung lebih digunakan pada konstruksi acuan perancah bila dibandingkan dengan logam lain. Tetapi karena harganya yang lebih mahal, menyebabkan penggunaannya yang sangat dibatasi. Campuran aluminium yang paling sesuai untuk konstruksi acuan perancah adalah : tipe Al-Mg-Si (campuran dengan kadar silisium yang rendah). Kadar patahnya dapat dikatakan cukup baik (250 N/mm2 400 N/mm2) dan ketahanan terhadap korosi hamper sama dengan aluminium murni. 4. Baja Penggunaan baja sebagai acuan perancah pada konstruksi untuk beton dengan syarat tertentu. Pemilihan baja sebagai acuan perancah dikarenakan oleh : a. Pemakaian dalam jumlah yang sangat banyak. b. Membutuhkan toleransi kesalahan yang sangat kecil. c. Melibatkan tegangan (stress) yang tinggi. d. Memerlukan beberapa tingkat mekanisasi pada sistem pekerjaan konstruksi. 13

6 2.1.3 ANALISIS DAN PENCEGAHAN KERUNTUHAN Berikut analisis kemungkinan penyebab keruntuhan dari penggunaan perancah scaffolding : 1. Ketidakmampuan acuan dalam menerima beban. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan yang dirancang, maka penggunaan bahan baku dengan kualitas baik menjadi mutlak diperlukan. Selain itu juga diperlukan biaya pemeliharaan (maintenance) yang cukup, agar seluruh alat dan bahan yang digunakan dapat sesuai dengan kualitas yang diharapkan (sesuai perancangan). 2. Kesalahan pemilihan metode kerja Pemilihan metode kerja pada proses pelaksanaan pembangunan, juga memegang peranan penting, termasuk dalam efisiensi dan efektifitasan waktu kerja, bahan bangunan, tenaga kerja, penggunaan alat kerja (ringan dan berat), yang berujung pada biaya yang harus dikeluarkan. Hal hal khusus yang perlu diperhatikan ketika melakukan pengecoran dengan kondisi miring adalah : a. Pengecoran dilakukan dari bagian bawah, hal tersebut untuk menghindari pergeseran acuan akibat beban beton saat penuangan. b. Untuk menghindari keruntuhan guling dari konstruksi perancah, maka penuangan beton campuran disarankan dengan cara vertical atau tegak lurus plat acuan. 14

7 c. Hindari adanya pembebanan titik akibat penumpukan penuangan pada satu titik, karena dapat menyebabkan lendutan yang berujung pada keruntuhan. d. Kondisi campuran beton lebih kental (menggunakan admixture bila diperlukan) dari saat pengecoran biasa, hal tersebut untuk mempercepat proses pengerasan dan menghindari kelongsoran campuran. e. Untuk syarat syarat campuran beton yang lain, sama dengan aturan campuran pada umumnya. 3. Kondisi lahan yang kurang mendukung juga mempengaruhi pada proses pelaksanaan pembangunan, terutama pada pelaksanaan konstruksi perancah. Kondisi lahan yang tidak rata, dapat mempengaruhi ketegakan, dan kesamarataan ketinggian dari konstruksi perancah. Meskipun pada konstruksi perancah ketinggian dapat diatur sesuai keinginan. Selain itu penggunaan tanah urug yang belum sepenuhnya padat, juga turut mempengaruhi hasil dari pekerjaan konstruksi perancah. Kurangnya pemadatan pada saat pengurugan tanah, akan dapat menyebabkan keruntuhan struktur pada saat pelaksanaan pengecoran konstruksi. Hal itu disebabkan karena tambahan beban (beban bahan dan beban kerja) yang cukup besar dan datang secara tiba tiba pada saat pengecoran, dapat berdampak pada penurunan ketinggian konstruksi perancah, yang kemudian berujung pada keruntuhan struktur. 15

8 2.1.4 Tindakan Pencegahan Beberapa tindakan yang dapat menjadi alternatif pencegahan pada pekerjaan konstruksi perancah scaffolding : 1. Konstruksi perancah harus direncanakan dan dihitung dengan faktor keamanan dan satu unit perancah scaffolding dengan satu kaki < 1,5 ton (spesifikasi teknis material pabrik ). 2. Perancah harus cukup kuat dengan pemberian meja scaffolding dan bracing / crossing dalam menerima gaya momen, lintang maupun normal (lateral). 3. Bahan bahan perancah harus menggunakan bahan yang baik sebelum dilakukan pemasangan perancah. 4. Perancah harus diperiksa oleh seorang tenaga ahli yang berwenang. 5. Kerangka siap pasang ( Pre-fabricated frames) yang digunakan untuk perancah harus memenuhi jepitan sambungan sempurna pada kedua muka. 6. Perancah harus diberi penguat (diagonal / horizontal) untuk memberikan kekakuan dan kekuatan. 7. Perancah harus didirikan di dasar tumpuan yang kuat dan rata. 8. Kejutan gaya yang besar ( beban titik ) tidak boleh dibebankan pada perancah. 9. Semua perancah tempat tenaga kerja bekerja, harus dilengkapi dengan platform untuk bekerja dan cukup kuat. 10. Setiap bagian dari tempat bekerja yang dimungkinkan tenaga kerja terjatuh dari bagian yang terbuka 2 m atau lebih diberi pagar pengaman. 16

9 11. Hal hal yang harus perhatikan bila menggunakan perancah kayu : a. Bahan yang digunakan harus baik (mutu kayu kelas II). b. Desain dimensi, dan jarak perancah kayu harus dihitung sesuai dengan gaya maksimum yang diterima. c. Paku harus mempunyai panjang, dan diameter yang cukup. d. Paku harus ditancapkan penuh pada kayu. e. Perancah kayu harus diberi palang penguat untuk memberikan kekakuan, dan kekuatan. f. Dimensi, dan jarak kayu melintang harus mampu menahan beban yang dipikulnya. g. Pada konstruksi yang mempunyai sudut / miring, balok melintang harus terpasang kestabilannya pada penerimaan beban lateral / horizontal. h. Tiang tiang kayu yang berdiri bebas harus dikopel secara diagonal / horizontal dengan menggunakan palang penguat. Hal hal teknis yang dapat menyebabkan keruntuhan perancah (1) : 1. Tidak adanya tangga penghubung antara elevasi elevasi frame scaffolding, hal itu dapat menyebabkan kesulitan bagi pekerja yang berujung pada kurang stabilnya kondisi perancah. 2. Tata letak perancah harus diperhatikan, agar tidak mengganggu pergerakan dan aktivitas pekerja. 17

10 3. Penggunaan pengamanan bagi pekerja menjadi penting untuk struktur perancah yang tinggi. 4. Masa perawatan perancah pasca pemakaian, mutlak diperlukan agar kondisi perancah tetap terjaga baik sesuai dengan asumsi perancangan. 5. Adanya beban tambahan (beban kejut) diluar perancangan yang dapat menyebabkan struktur kelebihan beban kerja. 6. Khusus mobile scaffolding, rasio ketinggian dengan lebar alas adalah 3 : 1. (1) Construction Bullettin, Occupational Safety and Health Service, Department of Labour, Wellington, New Zealand, No 11 - December Jenis-Jenis Scaffolding Menurut Gunanusa Utama Fabricators 2010 Ada banyak jenis scaffolding yang saat ini banyak digunakan pada pekerjaan konstruksi bangunan, antara lain : a) Modular scaffold Adalah scaffolding yang seluruh perlengkapannya dibuat melalui pabrukasi termasuk rangka yang menyilang b) Frame scaffold Rangka scaffolding yang dibuat secara pabrikasi termasuk rangka menyilang dan perlengkapannya c) Independent scaffold Scaffolding yang dilengkapi dengan tiang sebanyak dua atau lebih 18

11 dihubungkan satu dengan yang lain secara melintang dan membujur d) Hanging scaffold Scaffolding Independent yang digantungkan pada salah satu struktur tetap dan tidak dapat diangkat dan diturunkan e) Mobile scaffold Scaffolding yang berdiri sendiri dan dapat berpindah dan dilengkapi roda pada bagian bawah tiang f) Single pole scaffold Scaffolding terdiridari tiang satu deret yang disambung dengan ledger, putlog diikat pada ledger dan diperkuat pada salah satu dinding struktur tetap atau bangunan g) Tube scaffold Scaffolding yang mempergunakan pipa sebagai tiang, rangka menyilang, pengikat dan lain-lain, yang disambung dengan klamp h) Scaffolding Overhead Scaffolding yang dipasang disuatu ketinggian tertentu pada bagian luar suatu bangunan yang sifatnya dibangun keatas atau kebawah yang berdii sendiri dengan bantuan batang penopang 19

12 Gambar jenis-jenis Perancah Pipa ( Single Tube Scaffolding ) : Gambar 2.1 : Scaffolding Independent (Sumber : HSE Departemen PT. Gunanusa Utama Fabricators, tahun 2011) Gambar 2.2 : Scaffolding Modular (Sumber : HSE Departemen PT. Gunanusa Utama Fabricators, tahun 2011) 20

13 Gambar 2.3 : Scaffolding Hanging (Sumber : HSE Departemen PT. Gunanusa Utama Fabricators, tahun 2011) Gambar 2.4 : Scaffolding Mobile (Sumber : HSE Departemen PT. Gunanusa Utama Fabricators, tahun 2011) 21

14 Gambar 2.5 : Spur Scaffold (Sumber : HSE Departemen PT. Gunanusa Utama Fabricators, tahun 2011) Gambar 2.6 : Cantilever Scaffold (Sumber : HSE Departemen PT. Gunanusa Utama Fabricators, tahun 2011) 22

15 Gambar.2.7 : Drop Scaffold (Sumber : HSE Departemen PT. Gunanusa Utama Fabricators, tahun 2011) Gambar.2.8 : Tower Scaffold (Sumber : HSE Departemen PT. Gunanusa Utama Fabricators, tahun 2011) 23

16 Gambar.2.9 : Bird Cage Scaffolding (Sumber : HSE Departemen PT. Gunanusa Utama Fabricators, tahun 2011) Gambar.2.10 : Gambar Perancah Frame (Frame Scaffolding) (Sumber : HSE Departemen PT. Gunanusa Utama Fabricators, tahun 2011) 24

17 Gambar.2.11 : Gambar Perancah Kayu Bulat (Round Pole Scaffolding) (Sumber : HSE Departemen PT. Gunanusa Utama Fabricators, tahun 2011) Gambar.2.12 : Gambar Perancah Bamboo (Sumber : HSE Departemen PT. Gunanusa Utama Fabricators, tahun 2011) 25

18 Gambar.2.13 : Gambar perlengkapan perancah pipa (coupler scaffold) (Sumber : HSE Departemen PT. Gunanusa Utama Fabricators, tahun 2011) Gambar.2.14 : Gambar macam-macam clamp scaffolding (Sumber : HSE Departemen PT. Gunanusa Utama Fabricators, tahun 2011) 26

19 2.2.1 Komponen-komponen dari scaffolding Menurut Alkon 1997 dalam struktur pendirian scaffold ada banyak macam bagian bagian yang tidak dapat dipisahkan dari scaffold, komponen-komponen tersebut antara lain : 1) Tiang vertical ( standart ) Adalah merupakan tiang utama dari konstruksi scaffolding, tiang vertical harus berdiri dengan dilandasi / diatas Base plates atau Jack Base pada dasar yang tidak rata, pipa harus lurus dengan ukuran medium (22mm X 1 ó X 6m) 2) Ledger ( Gelagar memanjang ) Ledger berfungsi sebagai pengikat antara tiang vertical dan untuk membentuk lift pada perancah dan sebagai tumpuan transom, antara standart dan ledger harus diikat dengan clamp mati ( right angle coupler ). Jarak standart dengan ledger 1.60 m. 3) Transom ( Gelagar melintang ) Transom terpasang diatas ledger gunanya untuk penumpu platform / pelataran kerja. Jarak standart dari transom adalah 3.4 feet ( 1 m ) pada ketebalan papan 38 mm, tidak diperbolehkan memasang transom di bawah ledger, dan harus menggunakan clamp mati ( right angle coupler ). 4) Bracing ( pipa silang ) Adalah pipa silang yang harus disediakan pada setiap konstruksi perancah, 27

20 yang berfungsi sebagai penguat / membuat kekakuan pada konstruksi perancah. Harus diikat dengan clamp hidup ( Swivel Coupler ). 5) Guardrail / Handrail ( palang pengaman ) Handrail dipasang diatas midrail dan harus diikat dengan clamp mati ( Right angle coupler ), berfungsi sebagai palang pengaman agar orang tidak jatuh saat berada di atas pelataran. 6) Midrail ( Palang Tengah ) Midrail terpasang pada guardrail post dibawah dari Handrail dan di atas toe board, fungsinya adalah untuk menjaga agar orang tidak jatuh pada saat berada di bawah handrail. 7) Toe Board ( papan kaki ) Toe Board ditempatkan diatas platform atau pelataran kerja dibawah midrail, minimum ketinggian toe board adalah 15 cm dari lantai kerja. Fungsinya adalah untuk menjaga agar peralatan atau material yang berada diatas platform tidak jatuh apabila tidak sengaja tertendang. 8) Timber Sole / Sole plate ( papan Alas ) Timber sole ditempatkan dibawah dari tiang vertical, di bawah base plates atau jack base. Fungsinya adalah untuk menahan agar tiang vertical tidak ambles pada permukaan yang lembek, dan juga berfungsi untuk menyalurkan beban pada tiang vertical, tersebar merata kelandasan yang lebih luas. 28

21 9) Base Plates ( plat dasar ) Base Plates dipasang diatas timber sole dan dibawah sebagai alas tiangvertical. Fungsinya adalah untuk menjaga kerusakan pada ujung tiang vertical dan menjaga agar tiang vertical tidak bergeser dan di pakukan ke timber sole. 10) Jack Base Jack Base digunakan untuk landasan tiang vertical apabila dasar dari perancah / scaffolding tidak rata, karena jack base bisa diajas untuk menaikkan dan menurunkan tiang vertical. 11) Swivel Coupler ( clamp hidup ) Swivel Coupker hanya digunakan untuk mengikat pipa silang atau menyambung pipa, tidak diperbolehkan untuk mengikat pipa horizontal dengan pipa vertical. 12) Right Angle Coupler ( clamp mati ) Right Angle Coupler hanya digunakan untuk mengikat pipa horizontal dengan pipa vertical, tidak diperbolehkan untuk mengikat pipa silang. 13) Joint Pin ( penyambung ) Joint Pin digunakan sebagai penyambung antara ujung pipa. 29

22 Gambar Beban Rancang Bangun / Desain AS mengenalkan 3 ( tiga ) elemen beban dengan melibatkan perhitungan beban desain, yaitu : a. Beban Mati ( Dead Loads ) Beban ini adalah berat scaffolding dan perlengkapannya, seperti : Landasan / dek, pengaman tepi landasan, tali gantungan, pegangan tangan, tangga, jala pengaman, tali berjalan, komponen pengikat / kunci, hoist, kabelkabel listrik dan lain - lain yang terkait. b. Beban Tambahan ( Environmental Loads ) Beban yang timbul akibat pengaruh dari luar terhadap scaffolding, yaitu : kekencangan angin, beban hujan, beban salju dan lain-lain. 30

23 c. Beban Hidup ( Live Loads ) Beban hidup yang dimaksudkan dalam penggunaan scaffolding adalah : 1) Berat pelaksana / pekerja yang tidak boleh lebih dari 80 kg setiap orang 2) Berat barang / material dan komponen yang diperlukan 3) Berat perkakas dan peralatan yang digunakan oleh pekerja 4) Berat beban tumbukan / benturan Adapun kategori berat beban hidup yang dapat ditanggung oleh scaffolding sesuai dengan schedule 6 AS ( Australia Standart ) adalah sebagai berikut : a) scaffolding penggunaan ringan ( Light duty ) dengan beban maksimum 225 kg/bay b) scaffolding penggunaan sedang ( medium duty ) dengan beban maksimum 450 kg/bay c) scaffolding penggunaan berat ( heavy duty ) dengan beban maksimum 675 kg/bay Gambar 2.16 Scaffolding Duty 31

24 Menurut Alkon 1997 hal-hal terpenting yang harus dilakukan dalam penggunaan scaffolding / perancah, adalah : 1) Distribusi gaya muatan untuk perancah harus merata, untuk mencegah bahaya dan menjaga keseimbangan 2) Dalam penggunaan perancah, harus dijaga bahwa beban / gaya muatan tidak boleh melebihi kapasitas yang ditentukan ( over loaded ) 3) Perancah tidak boleh dipakai untuk menyimpan bahan-bahan ( material ) kecuali bahan-bahan yang akan segera dipakai / dipasang 4) Karyawan tidak boleh bekerja di dekat bangunan perancah sewaktu angin kencang 5) Kejutan gaya yang besar tidak boleh dibebankan kepada perancah / scaffolding 2.4 Prosedur keselamatan kerja scaffolding Menurut Gunanusa Utama Fabricators 2010, Agar proses pendirian dan pemakaian scaffolding aman dan tidak mengalami kecelakaan pada pekerja yang bekerja pada / diatas scaffolding, maka prosedur keselamatan kerja scaffolding harus diterapkan yaitu : a. memakai pakaian kerja yang rapi, tidak sempit atau terlampau longgar b. memakai topi pengaman ( safety helmet ) c. memakai sepatu keselamatan ( safety shoes ) 32

25 d. memakai sarung tangan kulit ( hand gloves ) e. memakai sarung kunci scaffolding ( scaffold key house ) f. memakai full body harness 2.5 Perundang-undangan Banyak kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan konstruksi adalah karena penggunaan scaffolding yang tidak tepat. Dan didalam peraturan pemerintah telah disahkan undang-undang yang mengatur tentang scaffolding. diantaranya adalah : 1) Permenaker dan trans No.PER-01/MEN/1980 tentang keselamatan dan kesehatan kerja : a) Pasal 1 (e) Perancah (scaffolding) adalah bangunan pelataran (platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan, serta alat-alat pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan termasuk pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran. b) Bab II, Pasal 12 Perancah yang aman harus disediakan untuk semua pekerjaan yang tidak dapat dilakukan dengan aman oleh seorang yang berdiri diatas konstruksi yang kuat dan permanen kecuali apabila pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan aman dengan mempergunakan tangga. 33

26 c) Bab II, Pasal 13 (1) ayat 1) Perancah harus diberi lantai papan yang kuat dan rapat sehingga dapat menahan dengan aman tenaga kerja, alat-alat dan bahanbahan yang dipergunakan (2) ayat 2) Lantai perancah harus diberi pagar pengaman apabila tinggi lantai lebih dari 2 meter 2) Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 3) Occupational Health Safety & Welfare ACT 1984 (the ACT) 4) Occupational Health Safety & Welfare Regulator ( Standart Australia ) Menurut Slamet Eko W 2010 tentang jenis perlindungan terjatuh (fall protection) yang paling penting yaitu: a) Sistem Pelindung Utama (Primary Fall Arrest System) adalah pelindung sisi platform, lantai dan lorong jalan (walkways). Pelindung jatuh jenis ini terdiri dari: (1) Guard rails (pegangan tangan): rail atas (tinggi: 42 inchi atau sekitar 107 cm), rail tengah (tinggi 21 inchi atau sekitar 53 cm), dan toe board (rail pada sisi lantai lebar 4 inchi atau sekitar 10 cm). 34

27 (2) Floor opening atau hole covers (penutup lobang lantai): harus betulbetul menutup bagian yang terbuka untuk mencegah accidental displacement. b) Sistem Pelindung Jatuh Secondary (Secondary Fall Arest System) (1) Full Body Harness harus dilengkapi dengan D-ring mounted pada bagian belakang dari harness. (2) Penggunaan safety belts atau sabuk safety (bukan full body harness) dilarang. (3) Inspeksi dilaksanakan mengikuti cheklist yang disediakan oleh supleyer. (4) Pemeriksaan sebaiknya dilaksanakan oleh P2K3 atau safety atau personil yang ditugaskan. (5) Dokumentasi hasil pemeriksaan harus tersimpan dala file. c) Lanyard (1) Harus dilengkapi dengan locking snaphooks. (2) Harus dipasangkan pada D-ring mounted di bagian belakang harness. (3) D-ring depan dan samping hanya digunakan untuk positioning saja. 35

28 (4) Ujung yang lain pada lanyard harus di kaitkan pada tempat kaitan atau gantungan atau titik jangkar (anchor point) pada batas atau di atas pinggang si pekerja. (5) Snap hook dari ujung lanyard yang dikaitkan pada anchor point harus dari jenis double-locking (double action); dalam hal ini jenis carabiner atau karabiner dapat digunakan untuk sambungan dengan D-ring belakang. (6) Panjang ideal lanyard adalah 4 feet (1.24m) dan tidak melebihi 6 feet (1.8m) (7) Sebelum digunakan lanyards harus dicek untuk mengetahui adanya yang rapuh, robek atau tanda-tanda kerusakan lainnya. (8) Lanyard yang sudah terkena impact atau akibat dari jatuh sebaiknya tidak digunakan lagi. (9) Lanyard harus disimpan di tempat yang terjaga baik suhu serta kelembabannya. 36

29 d) Anchor Point (1) Harus mampu menahan berat minimal 2270 kg (500 lbs). (2) Palang pipa pada struktur dapat digunakan sebagai anchor point, tetapi yang berikut ini tidak diijinkan untuk digunakan sebagai anchor point: (a) Conduits (pipa penyalur, kabel listrik) (b) Spouts (pipa air atau penyalur air) (c) Pipa-pipa sprinkler (sprinkler lines) seperti pipa plastic (plastic pipe) (3) Sesuatu yang memiliki sisi atau pinggiran yang tajam tidak dapat digunakan sebagai anchor point karena dapat mengakibatkan lanyard terkoyak Perundang-Undangan Inspeksi scaffolding Untuk ketentuan dalam pemerikasaan scafolding agar ditaati maka harus ada Undang-undangnya, yaitu : 1) Occupational Health Safety & Welfare Regulation Scaffolding dan perlengkapannya harus diperiksa secara regular oleh inspektor selambat-lambatnya 3 bulan sekali ( Regulation 209 ) 37

30 2) Occupational Health Safety & Welfare ACT 1984 Inspektor memiliki wewenang terhadap pemeriksaan tempat kerja sewaktu-waktu dan mewajibkan scaffolder untuk menjawab pertanyaan yang di lontarkan sehubungan dengan kondisi tempat kerja. 2.6 Cara Pemasangan, Perawatan dan Pembongkaran Scaffolding Proses pemasangan, perawatan dan pembongkaran di Guna nusa Fabricators diperhatikan cara-cara atau prosedur yang harus dijalankan seorang scaffolder. a. Pemasangan scaffolding 1) Sebelum memulai erection ( pendirian ) scaffolding, yang perlu pertama kali diperhatikan adalah kondisi dasar ( ground ) pastikan tidak akan longsor / tenggelam apabila kondisi dasar adalah tanah, kalau dasar konkret beton periksa ketebalannya. 2) Periksa semua kondisi material (pipa, clamp, papan, coupler dll) sebelum dibawa ke lapangan. Material kontrol juga ikut bertanggung jawab di dalam pemeriksaan kondisi material. 3) Sebelum mulai mendirikan scaffolding, pastikan kondisi sekitarnya aman, tidak ada kabel power di atasnya, tidak terlalu dekat lobanglobang galian, 38

31 tidak ada pekerjaa-pekerjaan pengangkatan di sekitarnya (lifting) di sekitar lokasi pemasangan perancah. 4) Petugas keselamatan kerja / safety bekerja sama dengan supervisor sebelumnya memberikan pengarahan-pengarahan tentang peraturan-peraturan dan cara-cara kerja yang aman (tool box meeting), juga memeriksa semua peralatan kerja dan peralatan keselamatan kerja setiap scaffolder. 5) Lokasi sekitar pendirian perancah harus di barricade dan tempatkan papan pemberitahuan (notice board). 6) Semua kunci-kunci perancah harus di beri tali pengaman. 7) Tidak dibenarkan melempar ke atas semua material perancah, di dalam pemasangannya harus menggunakan tambang untuk menurunkan dan menaikkan material. Untuk scaffolding yang di gantung atau di atas bangunan konstruksi, misal hanging scaffold yang harus dilakukan adalah membuat penahan atau pengikat dulu dengan struktur konstruksi. Komponen dari scaffolding yang bisa digunakan sebagai pengikat bisa dari hand drail, transom, ledger tergantung dari posisi scaffolding dengan bangunan induk. 39

32 Ketentuan penggunaan tangga portable pada scaffolding : 1) Tangga yang terbuat dari metal dengan batas ketinggian 9 meter dan 15 meter, tangga tunggal atau yang dapat disetel kepanjangan nya 2) Tidak dianjurkan penguat tangga di pasang pada lantai kerja 3) Prinsip utama dalam penggunaan tangga diatur pula sebagai berikut : a) Tangga lipat dibuat hanya untuk tempat yang betul-betul terbuka dan posisi tangga di kunci b) Tangga harus diperiksa sebelum dipakai. Perhatikan kondisi tiang samping, karet anti slip, anak tangga, tali pengikat, dll c) Semua tangga harus bersandar di bagian atas untuk untuk menambah ke setabilan.seorang harus memegang tangga pada waktu teman lain mengikat bagian atasnya sampai selesai. Jadi untuk mendirikan tangga harus dua orang d) Ujung tangga paling tidak harus tiga anak tangga dari titik penyangga diatas platform e) Menghadaplah kearah tangga sewaktu naik atau turun, jangan membelakangi 40

33 f) Dilarang keras untuk untuk memperggunakan tangga yang terbuat dari logam dilingkungan suatu instalasi listrik. Gunakan tangga dari kayu g) Setiap tangga harus memiliki spesifikasi, jangan menggunakan tangga sembarangan untuk menjamin keselamatan pemakai h) Tangga hanya dipasang pada jalur masuk ke lantai scaffolding i) Hanya satu orang pekerja yang dianjurkan berada pada tangga dalam waktu menaiki atau menuruni j) Tangga yang sudah rusak tidak boleh di gunakan lagi, dan keluarkan tangga yang rusak dari tempat kerja / lapangan b. Perawatan dari Perancah Perawatan scaffolding di Gunanusa Fabricators mutlak diperlukan guna menjaga kondisi scaffolding agar tidak mengalami kerusakan dan senantiasa dapat dipakai dalam kondisi aman. Perawatan scaffolding sebelum digunakan : 1) Perancah harus sebelumnya diperiksa oleh petugas yang berwenang / ahli untuk memastikan scaffolding sudah layak pakai atau belum. 2) Perancah harus diperiksa ulang seminggu (7 hari) sekali atau sesudah angin kencang / cuaca buruk. Agar dapat diketahui lebih dini jika mengalami kerusakan. 41

34 3) Perancah harus diperiksa si pemakai setiap harinya untuk memastikan kondisi lantai kerja tetap terikat dan tidak lepas atau hilang. 4) Scaffolding yang sudah layak pakai harus di lengkapi dengan scaffold tag yang berwarna hijau ( green tag ) yang berarti aman untuk digunakan. 5) Perancah yang belum siap pakai atau ada salah satu dari bagian scaffolding tersebut yang hilang atau terlepas harus dilengkap dengan tanda merah ( red tag) yang berarti tidak aman untuk digunakan. 6) Scaffolding harus dilengkapi dengan papan pemberitahuan keselamatan ( notice board ). 7) Semua material scaffolding harus diberi tanda ( dicat ) untuk mempermudah pengawasan dan pencarian kalau hilang. c. Pembongkaran Scaffolding Dalam melakukan pembongkaran kita tidak boleh asal melepas bagian-bagian scaffolding yang terpasang, karna bila dilakukan pembongkaran tanpa / tidak sesuai dengan ketentuan maka akan bisa terjadi kecelakaan. Yang perlu dilakukan : 1. Sebelum memulai pembongkaran scaffolding, lokasi sekitar pembongkaran harus di beri barricade dan papan-papan pemberitahuan. 42

35 2. Pembongkaran perancah harus dilakukan oleh orang yang memasangnya, dan harus dimulai dari atas. 3. Jangan sekali-kali membongkar perancah dimulai dari bawah atau tengah, dari konstruksi scaffolding. 4. Perancah tidak boleh dibongkar salah satu dari konstruksinya, kecuali bila masih tetap menjamin keselamatan pemakainya, atau atas ijin dari pengawas yang berwenang. 5. Didalam menurunkan material perancah pada pembongkarannya harus menggunakan tambang satu persatu diturunkan. 6. Tidak dibenarkan melemparkan kebawah semua material perancah pada pembongkarannya. 7. Semua material yang telah dibongkar harus disusun rapi tidak boleh dibiarkan berserakan. 2.7 Pengujian Papan Scaffold Pengujian papan mutlak dilakukan, khususnya apabila melakukan penggantian papan yang akan digunakan. Cara pengujian ada 2 macam cara, yaitu : 1. Pengujian Statis 43

36 Pengujian ini dilaksanakan terhadap sebuah papan dengan jalan meletakkan ujung papan pada dua buah tumpuan yang berjarak 1,8 meter, beban diletakkan pada bagian tengah papan dengan beban tumpuan 300 kg Disamping kerusakan yang mungkin terjadi, perlu pula diukur kelengkungan papan dengan ketentuan : a. Tebal papan 30 mm,kelengkungan max 63 mm b. Tebal papan 32 mm, kelengkungan max 60 mm c. Tebal papan 38 mm, kelengkungan max 44 mm 2. Pengujian Dinamis Pada pengujian ini papan diletakkan pada dua buah tumpuan dengan jarak 3,4 meter pada ketinggian papan 150 mm dari permukaan lantai. Beban dinamis yang diberikan adalah loncatan satu atau dua orang pada papan dengan jarak 2,7 atau 2 meter dari masing-masing penumpu. Sehingga terjadi kelengkungan dan kemudian diukur dengan ketentuan maximal adalah : a. 95 mm untuk beban dua orang b. 52 mm untuk beban satu orang 44

KERUNTUHAN PERANCAH SCAFFOLDING SAAT PELAKSANAAN PENGECORAN

KERUNTUHAN PERANCAH SCAFFOLDING SAAT PELAKSANAAN PENGECORAN VOLUME 14, NO. 1, EDISI XXXIV PEBRUARI 2006 KERUNTUHAN PERANCAH SCAFFOLDING SAAT PELAKSANAAN PENGECORAN Sumargo 1, Ario Raja Nata 2 ABSTRACT In the construction process either for multy story building

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN SCAFFOLDING TUBULAR DI PT GUNANUSA UTAMA FABRICATORS SERANG BANTEN

ANALISA PENGGUNAAN SCAFFOLDING TUBULAR DI PT GUNANUSA UTAMA FABRICATORS SERANG BANTEN 1 LAPORAN KHUSUS ANALISA PENGGUNAAN SCAFFOLDING TUBULAR DI PT GUNANUSA UTAMA FABRICATORS SERANG BANTEN Ardi Nugroho NIM. R0008090 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat PBI 1971 N 1-2 dan Recomended Practice

Lebih terperinci

1. Mengenal dan memahami standar dan prosedur serta prinsip-prinsip dasar bekerja di ketinggian. 2. Melakukan penilaian dan pengendalian resiko untuk

1. Mengenal dan memahami standar dan prosedur serta prinsip-prinsip dasar bekerja di ketinggian. 2. Melakukan penilaian dan pengendalian resiko untuk 1. Mengenal dan memahami standar dan prosedur serta prinsip-prinsip dasar bekerja di ketinggian. 2. Melakukan penilaian dan pengendalian resiko untuk bekerja di ketinggian. 3. Mengerti bahaya bekerja di

Lebih terperinci

JENIS PERANCAH JENIS PERANCAH MODUL 5 MODUL 5

JENIS PERANCAH JENIS PERANCAH MODUL 5 MODUL 5 1 2 Perancah Frame Fabricated frame scaffold (tubular-welded frame scaffold) 3 4 5 Two point adjustable suspension scaffold 6 7 8 9 10 SCAFFLDING SELECTION 11 Scaffolding Options 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Independent

Lebih terperinci

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (METODE KERJA BEKISTING ALUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PELAT)

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (METODE KERJA BEKISTING ALUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PELAT) BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (METODE KERJA BEKISTING ALUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PELAT) 7.1 Uraian Umum Pada umumnya penggunaan bahan bangunan struktur gedung bertingkat proyek di Indonesia menggunakan bahan

Lebih terperinci

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian A. Pendahuluan Seseorang yang bekerja di ketinggian sekitar 1.8 meter atau lebih termasuk aktivitas Bekerja di Ketinggian. Bekerja di Ketinggian merupakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari beberapa pekerjaan dasar. Yaitu pekerjaan pengukuran, pembesian,

Lebih terperinci

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Tinjauan Umum Dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, baik itu perencana, pemberi tugas, pengawas maupun pelaksana karena

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN / PERENCANAAN STRUKTUR SCAFFOLDING SEBAGAI ALAT PENYOKONG BEKISTING BETON TUGAS AKHIR FRANSISKA

ANALISIS DAN DESAIN / PERENCANAAN STRUKTUR SCAFFOLDING SEBAGAI ALAT PENYOKONG BEKISTING BETON TUGAS AKHIR FRANSISKA ANALISIS DAN DESAIN / PERENCANAAN STRUKTUR SCAFFOLDING SEBAGAI ALAT PENYOKONG BEKISTING BETON TUGAS AKHIR Disusun oleh: FRANSISKA 100404044 DOSEN PEMBIMBING Ir. Sanci Barus, M.T. NIP 19520310 198003 1

Lebih terperinci

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA 1. Umum Secara umum metode perakitan jembatan rangka baja ada empat metode, yaitu metode perancah, metode semi kantilever dan metode kantilever serta metode sistem

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB VII TINJAUAN KHUSUS BAB VII TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Dalam pelaksanaan kerja praktik yang berlangsung selama kurang lebih 2 bulan (terhitung sejak 1 Maret s/d 30 April 2017) dan penulisan laporan akhir yang membutuhkan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN Pekerjaan Bekisting Raka Pratama

METODE PELAKSANAAN Pekerjaan Bekisting Raka Pratama METODE PELAKSANAAN Pekerjaan Bekisting Raka Pratama 1. Pekerjaan Bekisting Kolom 1.1. Bahan: Kayu Suri 6/12 Plywood FF 4 x 8 x 15 mm Balok ganjal Minyak Bekisting Paku 5, 7, 10 cm 1.2. Alat-alat: Gergaji/

Lebih terperinci

BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI

BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI Pasal 1 : Material Plafond 1. Material utama plafond adalah GYPSUM BOARD 9 MM DAN ACRILYC 5 MM dengan ukuran panel standard adalah 1220 mm x 2440 mm. 2. Material

Lebih terperinci

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian : Pengertian struktur Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban dalam bangunan ke dalam tanah. Fungsi struktur dalam bangunan adalah untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim, bahayabahaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Untuk mendapat data di dalam penelitian ini digunakan teknik pengamatan langsung, wawancara dan meminta data data dari proyek. Tolok ukur dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS. Proyek pembangunan Aeropolis Lucent Tower dibangun dengan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS. Proyek pembangunan Aeropolis Lucent Tower dibangun dengan Proyek Aeropolis Lucent Tower BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1 Tinjauan Umum Proyek pembangunan Aeropolis Lucent Tower dibangun dengan ketinggian 8 lantai pada lahan seluas 3500 m 2. Struktur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Pondasi Tiang digunakan untuk mendukung bangunan yang lapisan tanah kuatnya terletak sangat dalam, dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat

Lebih terperinci

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI 5.1 Uraian Umum Pada Setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan, maka makin

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN Apartemen Casa de Parco BSD BabV Pelaksanaan Pekerjaan BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan bangunan besar lainnya (Wikipedia). Perancah merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan bangunan besar lainnya (Wikipedia). Perancah merupakan konstruksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perancah Perancah merupakan suatu struktur sementara yang digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan besar lainnya

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH Pelatihan Tukang Bekisting dan Perancah Nomor Modul SBW 07 Judul Modul TEKNIK PEMASANGAN DAN PEMBONGKARAN BEKISTING DAN PERANCAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari struktur suatu bangunan. Fungsi kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Beton Precast Beton precast adalah suatu produk beton yang dicor pada sebuah pabrik atau sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek bangunan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya.

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya. BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT 7.1 Uraian Umum Dalam konstruksi bangunan bertingkat seperti halnya pada Proyek Puri Mansion Apartment

Lebih terperinci

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder 1 PEKERJAAN JEMBATAN (Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan 1. Tipe Jembatan a) Jembatan Pelat Beton Berongga b) Jembatan Pelat c) Jembatan Girder d) Jembatan Beton Balok T e) Jembatan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

Lebih terperinci

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Pendahuluan POKOK BAHASAN 1 PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya.

Lebih terperinci

Kata kunci : metode bekisting table form

Kata kunci : metode bekisting table form 1 Perbandingan Waktu dan Biaya Konstruksi Pekerjaan Bekisting Menggunakan Metode Semi Sistem Dengan Metode Table Form (Studi Kasus: Proyek FMipa Tower ITS Surabaya) Muhammad Fandi, Yusroniya Eka Putri,

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.2 Umum Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

Lebih terperinci

Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai

Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai Soft cor ini dipasang sepanjang keliling area yang akan dicor, dengan kata lain pembatas area yang sudah siap di cor dengan area yang belum siap. 46 Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan Muhammad Fandi (2011) yaitu membandingkan penggunaan metode bekisting yang berbeda yaitu metode bekisting sistem table form dengan metode

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN RAMP. proses pelaksanaan dari suatu item pekerjaan yang harus direncanakan terlebih

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN RAMP. proses pelaksanaan dari suatu item pekerjaan yang harus direncanakan terlebih BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN RAMP 7.1. Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan merupakan salah satu proses pelaksanaan dari suatu item pekerjaan yang

Lebih terperinci

PEKERJAAN PEMASANGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN

PEKERJAAN PEMASANGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN PEKERJAAN PEMASANGAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN http//: www.salmanisaleh.wordpress.com A. STANDAR KOMPETENSI Melaksanakan pekerjaan konstruksi baja ringan. B. KOMPETENSI DASAR Melaksanakan pekerjaan pemasangan

Lebih terperinci

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB)

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB) BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB) 6.1 Uraian Umum Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul beban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II Bahan Kuliah Ke-I Pengenalan Kolom Struktur Beton II Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh September 2008 Materi Kuliah Definisi Pembuatan Kolom Apa yang dimaksud dengan Kolom?

Lebih terperinci

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) 7.1 Uraian umum Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Umum Jembatan adalah suatu struktur yang melintasi suatu rintangan baik rintangan alam atau buatan manusia (sungai, jurang, persimpangan, teluk dan rintangan lain) dan

Lebih terperinci

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (BEKISTING) memikul berat sendiri, beton basah, beban hidup dan peralatan kerja.

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (BEKISTING) memikul berat sendiri, beton basah, beban hidup dan peralatan kerja. Bab VIl Tinjauan Khusus BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (BEKISTING) 7.1 Uraian umum Formwork atau Bekisting merupakan sarana struktur beton untuk mencetak beton baik ukuran baik ukuran atau bentuknya sesuai dengan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material. Material Konstruksi meliputi seluruh bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses konstruksi, dari

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Berat Jenis dan Kerapatan Kayu Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara 0.2-1.28 kg/cm 3. Berat jenis kayu merupakan suatu petunjuk dalam menentukan kekuatan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Estika 1 dan Bernardinus Herbudiman 2 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

PROSES PEMASANGAN PORTAL BAJA

PROSES PEMASANGAN PORTAL BAJA PROSES PEMASANGAN PORTAL BAJA A. PEMAHAMAN GAMBAR KERJA Konsep pemahaman gambar-gambar Baja / Gambar Pelaksanaan sebelum masuk bengkel seperti denah keseluruhan, ukuran -ukuran total bangunan, jarak dan

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Tinjauan Umum Metode pelaksanaan yang dilakukan pada setiap proyek konstruksi memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan proyek lainnya. Metode pelaksanaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bekisting Bekisting atau cetakan beton adalah suatu sarana pembantu struktur beton untuk mencetak beton sesuai ukuran, bentuk, rupa ataupun posisi yang dikehendaki.

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari suatu struktur suatu bangunan. Fungsi Kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu sistem manajemen yang baik. Berbagai metode dilakukan oleh pihak pelaksana dengan

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM SNI 03-6798-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi prosedur pembuatan dan perawatan

Lebih terperinci

BAB V PERALATAN DAN MATERIAL

BAB V PERALATAN DAN MATERIAL BAB V PERALATAN DAN MATERIAL 5.1 Peralatan Dalam pekerjaan proyek konstruksi peralatan sangat diperlukan agar dapat mencapai ketepatan waktu yang lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi teknis yang telah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan di atas tanah yang lembek. Pondasi ini umumnya dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar, salah

Lebih terperinci

BAB XIV PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAP

BAB XIV PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAP BAB XIV PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAP Pasal 1 : Kuda-Kuda Rangka Baja Ringan 1. Bentuk kuda-kuda baja ringan baik bentang, tinggi dan kemiringanya sesuai dengan Gambar Bestek. 2. Kuda-kuda dirakit/dipasang

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu diharapkan hasil dengan kualitas yang baik dan memuaskan, yaitu : 1. Memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( ) BAB 4 STUDI KASUS Struktur rangka baja ringan yang akan dianalisis berupa model standard yang biasa digunakan oleh perusahaan konstruksi rangka baja ringan. Model tersebut dianggap memiliki performa yang

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan Plat untuk di teruskan ke Pondasi. Tujuan penggunaan kolom yaitu : Gambar 5.1 : Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA STRUKTUR ATAS. Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA STRUKTUR ATAS. Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA STRUKTUR ATAS 5.1 Tahapan Pekerjaan Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN

PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN Oleh: Hulfi Mirza Hulam Ahmad 2109100704 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M.Eng Latar Belakang Prototype box yang dibuat

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Prosedur Pemasangan dan Pembongkaran Scaffolding December 18, 2014 Armein Hutagaol Procedure 1 Comment

Prosedur Pemasangan dan Pembongkaran Scaffolding December 18, 2014 Armein Hutagaol Procedure 1 Comment Prosedur Pemasangan dan Pembongkaran Scaffolding December 18, 2014 Armein Hutagaol Procedure 1 Comment Semua sistem perancah (Scaffolding) harus diperiksa oleh HSE inspektur sebelum digunakan di tempat

Lebih terperinci

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN 8.1 Umum Dalam bab pelaksanaan ini akan diuraikan mengenai itemitem pekerjaan konstruksi dan pembahasan mengenai pelaksanaan yang berkaitan dengan penggunaan material-material

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang memindahkan

Lebih terperinci

luas lantai bangunan dikalikan satuan harga per m2 nya. Satuan harga bangunan

luas lantai bangunan dikalikan satuan harga per m2 nya. Satuan harga bangunan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Perhitungan rencana anggaran biaya diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi, sehingga diperoleh biaya total yang diperlukan

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA Roland Martin S 1*)., Lilya Susanti 2), Erlangga Adang Perkasa 3) 1,2) Dosen,

Lebih terperinci

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR PERHITUNGAN STRUKTUR V-1 BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR Berdasarkan Manual For Assembly And Erection of Permanent Standart Truss Spans Volume /A Bridges, Direktorat Jenderal Bina Marga, tebal pelat lantai

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB III TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN 1. Nama Kegiatan : Penataan Listrik Perkotaan 2. Nama pekerjaan : Penambahan Lampu Taman (65 Batang) 3. Lokasi : Pasir Pengaraian Pasal 2 PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift. BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Selama 2 bulan pelaksanaan kerja praktik (KP) yang terhitung mulai dari tanggal 16 Oktober 2013 sampai dengan 16 Desember 2013, kami melakukan

Lebih terperinci

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7-1 BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7.1 Pekerjaan Persiapan Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut itu meliputi

Lebih terperinci

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang BAB II TINJAUAN PIISTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dapat dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap (Senol,Utkii,Charles,John Benson, 1977), yaitu : 2.1.1 Tahap perencanaan (Planningphase)

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013 BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Dalam kegiatan Kerja Praktik (KP) yang kami jalankan selama 2 bulan terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember

Lebih terperinci

JUDUL MODUL II: PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BETON DI LABORATORIUM MODUL II.a MENGUJI KELECAKAN BETON SEGAR (SLUMP) A. STANDAR KOMPETENSI: Membuat Adukan Beton Segar untuk Pengujian Laboratorium B. KOMPETENSI

Lebih terperinci

FONDASI DALAM BAB I PENDAHULUAN

FONDASI DALAM BAB I PENDAHULUAN FONDASI DALAM BAB I PENDAHULUAN A. FUNGSI FONDASI PENDAHULUAN Meneruskan beban yang diterima ke tanah dasar fondasi kepada tanah, baik beban dalam arah vertical maupun horizontal. Fungsi fondasi tiang

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK Pemasangan keramik pada suatu gedung terdiri dari pemasangan keramik didinding dan dilantai. Pemasangan keramik lantai dan dinding sebaiknya pada tahap akhir, untuk

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON F.45...... 04 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M B A D

Lebih terperinci

KEGAGALAN STRUKTUR DAN PENANGANANNYA

KEGAGALAN STRUKTUR DAN PENANGANANNYA Jurnal INTEKNA, Tahun XII, No. 2, Nopember 2012 : 103-108 KEGAGALAN STRUKTUR DAN PENANGANANNYA Joni Irawan (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Bangunan yang

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL 7.1 Uraian Umum Shear Wall merupakan komponen dari pekerjaan struktur pada bangunan, biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan

Lebih terperinci

TATA CARA PERENCANAAN TEKNIK JEMBATAN GANTUNG UNTUK PEJALAN KAKI

TATA CARA PERENCANAAN TEKNIK JEMBATAN GANTUNG UNTUK PEJALAN KAKI TATA CARA PERENCANAAN TEKNIK JEMBATAN GANTUNG UNTUK PEJALAN KAKI I. DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan Fasilitatr dalam membuat perencanaan teknik jembatan gantung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor resiko

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

Panduan Keselamatan dan Pengoperasian

Panduan Keselamatan dan Pengoperasian PUN M Alat Pemotong Berbentuk Jari Manual 300-600 - 900 Panduan Keselamatan dan Pengoperasian Hanya untuk memotong material belt termoplastik. PERINGATAN Penggunaan alat ini secara TIDAK BENAR ATAU TIDAK

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. kebutuhan sarana akomodasi tempat tinggal. Bangunan ini didesain untuk

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. kebutuhan sarana akomodasi tempat tinggal. Bangunan ini didesain untuk BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Konsep Perencanaan Pembangunan proyek Apartement Wang Residence ini berdasarkan dari pertimbangan beberapa aspek, salah satunya pertimbangan karena meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Peralatan Dalam pekerjaan proyek konstruksi peralatan sangat diperlukan agar dapat mencapai ketepatan waktu yang lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab IV Analisis dan Pembahasan 4.1 Pendahuluan Pada bab ini akan memaparkan tahapan pelaksanaan pekerjaan kolom precast dan konvensional, dan membandingkan biaya dan waktu

Lebih terperinci

Ada dua jenis tipe jembatan komposit yang umum digunakan sebagai desain, yaitu tipe multi girder bridge dan ladder deck bridge. Penentuan pemilihan

Ada dua jenis tipe jembatan komposit yang umum digunakan sebagai desain, yaitu tipe multi girder bridge dan ladder deck bridge. Penentuan pemilihan JEMBATAN KOMPOSIT JEMBATAN KOMPOSIT JEMBATAN KOMPOSIT adalah jembatan yang mengkombinasikan dua material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan sifat

Lebih terperinci

BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN. Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat

BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN. Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat signifikan dalam menentukan proses pelaksanaan pekerjaan tersebut dengan baik, benar, dan

Lebih terperinci

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M) KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M) Hazairin 1, Bernardinus Herbudiman 2 dan Mukhammad Abduh Arrasyid 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional (Itenas), Jl. PHH. Mustofa

Lebih terperinci