PERAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DALAM MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DI KABUPATEN ANAMBAS TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DALAM MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DI KABUPATEN ANAMBAS TAHUN"

Transkripsi

1 PERAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DALAM MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DI KABUPATEN ANAMBAS TAHUN NASKAH PUBLIKASI Oleh : SYAFARINA EVIOLIN NIM : PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

2 PERAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DALAM MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DI KABUPATEN ANAMBAS TAHUN SYAFARINA EVIOLIN Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada hakekatnya didasarkan prinsip sistem pemerintahan dimana daerah mempunyai kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam sistem politik demokrasi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah pemegang kedaualatan rakyat di daerah dimana eksekutif dibentuk dan harus bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Namun pada kenyataanya masa lalu masa lalu menunjukkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana digariskan dalam peraturan perundang-undangan belum terlaksana dengan baik. Tujuan dalam penelitian ini untuk untuk mengetahui Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Dalam Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik di Kabupaten Anambas tahun Operasionalisasi konsep yang di gunakan dalam penelitian ini mengacu kepada konsep Sedarmayanti (2004:7) untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance), ada beberapa unsur penting antara lain akuntabilitas, transparansi, keterbukaan dan aturan hukum. Informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 5 orang. Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif. Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya diketahui bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas belum menyelenggarakan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik. Hal ini dapat dilihat dari : sudah adanya peraturan daerah yang dihasilkan. Adanya prosedur pengaduan masyarakat. Walaupun dalam penyebarluasan produk-produk dan informasi yang berkaitan dengan pembahasan APBD setiap tahunnya tersebut memang anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas periode terkesan tidak transparan dalam hal penyebarluasan hasil produk-produk atau informasi berkaiatan dengan pembahasan APBD Kabupaten Kepulauan Anambas pada waktu itu dengan alasan bersifat rahasia. Kemudian Dalam pelaksanaannya anggota dewan ini memliki aturan hukum terbukti adanya penanganan oleh Badan Kehormatan DPRD mengenai praktek KKN dan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas periode Kata Kunci : Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 1

3 THE ROLE OF THE HOUSE OF REPRESENTATIVES IN THE ANAMBAS ISLANDS REGENCY AREA REALIZING GOOD GOVERNANCE IN THE ANAMBAS IN SYAFARINA EVIOLIN Students of Science Of Government, FISIP, UMRAH The establishment of the regional House of representatives virtually based principle system of Government where the region has the authority to take care of its own bylaws. In the political system of democracy, Regional Representatives is the holder of the kedaualatan peoples in the area where the Executive is formed and must be accountable to the House of representatives of the region. But in fact the past past shows the roles and functions of the regional House of representatives as outlined in the legislation have not been done properly. The goal in this research to know the role of the House of representatives in the Anambas Islands Regency Area Realizing Good Governance in the Anambas in Operasionalisasi concepts in use in this study refers to the concept of Sedarmayanti (2004:7) for the realization of good governance (good governance), there are several essential elements include accountability, transparency, openness and the rule of law. Informants in this study that is as much as 5 people. The analysis of the data used in this study is the analysis of qualitative data. Based on the results of the analysis in the previous chapter is known that House of representatives District Anambas Islands have not hosted the Governance good governance. It can be seen from the presence of local regulations: it has been generated. The existence of public complaints procedure. Although in the dissemination of products and information relating to the deliberations of the BUDGETS each year is a member of the DPRD Anambas Islands Regency period impressed not transparent in terms of dissemination of the results of the products or information berkaiatan with the deliberations of the BUDGETS Anambas Islands Regency at that time with the reason is confidential. Then Board members in practice has proved the existence of a rule of law handling by the Honour of PARLIAMENT regarding the practice of KKN and violations of the law committed by members of the DPRD Anambas Islands Regency period Key Words: Good Governance, Representatives Area 2

4 PERAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DALAM MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DI KABUPATEN ANAMBAS TAHUN A. Latar Belakang Pemberian otonomi daerah kepada daerah otonom dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, didasarkan pada asas desentralisasi, dimana daerah-daerah diberikan kewenangan dan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan berpedoman kepada Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, maka Indonesia dibagi atas daerah besar, yaitu Propinsi dan daerah Propinsi di bagi dalam daerah yang lebih kecil, yaitu Kabupaten dan Kota sejalan dengan kehendak dari Undang-Undang Dasar 1945, yaitu sebagai perwujudan dari apa yang disebut Badan Perwakilan Daerah, ini berarti bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah mengikut sertakan rakyat melalui wakil-wakilnya yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada hakekatnya didasarkan prinsip sistem pemerintahan dimana daerah mempunyai kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Penerapan asas desentralisasi tersebut telah terkandung dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi : Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa. 3

5 Dalam lembaga itulah wakil rakyat daerah setempat bekerja untuk merumuskan kebijakan daerah atas nama pemilihnya serta menggerakkan masyarakat dalam proses politik, pemerintahan dan pembangunan. Dalam sistem politik demokrasi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah pemegang kedaualatan rakyat di daerah dimana eksekutif dibentuk dan harus bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Namun pada kenyataanya masa lalu masa lalu menunjukkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana digariskan dalam peraturan perundang-undangan belum terlaksana dengan baik. Menjalankan pemerintahan dengan baik, DPRD dituntut untuk bekerja dengan baik untuk mewujudkan Good Governance atau tata pemerintahan yang baik. Good Governance (tata pemerintahan yang baik) merupakan konsep pada otonomi daerah dalam rangka mewujudkan suatu pemerintahan yang sehat dan bersih merupakan suatu hal yang perlu diimplementasikan pada era otonomi daerah saat ini dalam rangka mewujudkan suatu pemerintahan yang baik dan bersih dengan lebih mengedepankan prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka hal tersebut, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem partisipasi, transparansi dan akuntabilitas yang tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab. 4

6 Pada dasarnya, konsep tata pemerintahan yang baik memberikan rekomendasi pada sistem pemerintahan yang menekankan kesetaraan antara lembaga-lembaga Negara baik di tingkat pusat maupun daerah, sektor swasta, dan masyarakat madani (civil society). Tata pemerintahan yang baik berdasarkan pandangan itu berarti suatukesepakatan menyangut pengaturan Negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani (civil society) dan sektor swasta. Kesepakatan tersebut mencakup keseluruhan bentuk mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok masyarakat mengutarakan kepentingannya, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan di antara mereka. Governance sebagaimana didefinisikan UNDP adalah pelaksanaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah bangsa. Pelaksanaan kewenangan tersebut t erhadap kebutuhan rakyat, dalam suasana demokratis, akuntabel serta transparan. Sesuai dengan pengertian di atas, maka pemerintahan yang baik itu adalah pemerintahan yang baik dalam ukuran proses maupun hasil-hasilnya. Semua unsure dalam pemerintahan bias bergerak secara sinergis, tidak saling benturan, memperoleh dukungan dari rakyat dan leas dari gerakan-gerakan anarkis yang bisa menghambat proses dan lajunya pembangunan. Pemerintahan juga bisa dikatakan baik jika pembangunan itu dapat dilakukan dengan biaya yang sangat minimal menuju cita kesejahteraan dan kemakmuran sebagai basis modal dari pemerintahan. 5

7 Semua unsur dalam pemerintahan diwajibkan untuk menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik termasuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas terbentuk tahun 2009 yang lalu melalui mekanisme pemilihan secara langsung oleh masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas yang di ikuti oleh beberapa peserta pemilihan legislatif tersebut dan mereka diusung oleh beberapa partai politik sebagai sarana mereka untuk mengikuti pemilihan legislatif di tingkat daerah, karena salah satu syarat peserta pemilu adalah partai politik maka calon peserta pemilu legislatif harus diusung oleh partai politik. Penyelenggaraan pemerintahan di daerah, diperlukan perangkat-perangkat dan lembaga-lembaga untuk menyelenggarakan jalannya pemerintahan di daerah sehari-hari. Sebagaimana hanya di pusat negara, perangkat-perangkat dan lembaga-lembaga daerah biasanya merupakan refleks dari sistem yang ada di pusat negara. Untuk memenuhi fungsi perwakilan dalam menjalankan kekuasaan legislatif daerah sebagaimana di pusat negara di daerah dibentuk pula Lembaga Perwakilan Rakyat, dan lembaga ini biasa dikenal atau dinamakan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dewan Perwakilan Daerah adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. ecara umum peran ini diwujudkan dalam tiga fungsi, yaitu: 1. Regulator. Mengatur seluruh kepentingan daerah, baik yang termasuk urusanurusan rumah tangga daerah (otonomi) maupun urusan-urusan pemerintah pusat yang diserahkan pelaksanannya ke daerah (tugas pembantuan). 6

8 2. Policy Making. Merumuskan kebijakan pembangunan dan perencanaan programprogram pembangunan di daerahnya. 3. Budgeting. Perencanaan angaran daerah (APBD) Sebagai lembaga aspirasi masyarakat formal serta mempunyai kapabilitas dalam mengawasi jalannya roda pemerintahan yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas yang ada harus mampu bekerja secara teknis sesuai dengan kebutuhan yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas. DPRD sebagai lembaga legislatif yang kedudukannya sebagai wakil rakyat tidak mungkin melepaskan dirinya dari kehidupan rakyat yang diwakilinya. Oleh karena itu secara material mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kepada rakyat atau publik yang diwakilinya. DPRD sebagai wakil rakyat dalam tindakan dan perbuatan harus menyesuaikan dengan norma-norma yang dianut dan berlaku dalam kebudayaan rakyat yang diwakilinya. Dengan demikian DPRD tidak akan melakukan perbuatan yang tidak terpuji, menguntungkan pribadi dan membebani anggaran rakyat untuk kepentingannya. Dengan memahami etika pemerintahan diharapkan dapat mengurangi tindakan-tindakan yang tercela, tidak terpuji dan merugikan masyarakat. Untuk itu perlu kiranya dibuatkan kode etik untuk para anggota DPRD yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan peran dan fungsinya, sehingga kewenangan yang besar juga disertai dengan tanggung jawab yang besar pula. Dalam menjalankan perannya sebagai wakil rakyat, DPRD melakukan tiga fungsi utama, yaitu: a. Fungsi legislasi. 7

9 b. Fungsi penganggaran c. Fungsi pengawas Sosok ideal DPRD yang bermoral, aspiratif dengan kepentingan rakyat, dan selalu memperjuangkan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. Kuncinya baik eksekutif maupun legislatif harus terjalin komunikasi timbal balik dan adanya keterbukaan diantara para pihak dalam penyelesaian segala permasalahan dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya Penelitian ini ingin melihat pemerintahan di Kabupaten Anambas yaitu DPRD Kabupaten Anambas. Peran DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas dalam konteks tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance ) masih belum melaksanakan peran sebagaimana mestinya. Dari hasil pengamatan sementara, penulis memandang bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas belum dapat mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik, beberapa fenomena atau gejala-gejala dapat dilihat dari: 1. Berdasarkan hasil pengamatan sementara di tinjau dari proses pembuatan kebijakan, terutama peraturan daerah-peraturan daerah sejauh ini Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas pada periode dapat dikatakan relatif belum melibatkan komponen masyarakat yang terkait. 2. Adanya indikasi temuan dari Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau terhadap penyalahgunaan anggaran oleh anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2010 yang lalu dimana hal tersebut dilakukan melalui modus perjalanan dinas atau SPPD fiktif 8

10 (tidak melakukan perjalanan dinas tetapi bukti perjalanan dinas seperti tiket pesawat, kwitansi menginap di hotel serta sertifikat kegiatan dinas tersebut ada) hal ini berdasarkan data yang di himpun dari Radar Kepri.com tanggal 25 Agustus Pada periode tahun peraturan daerah yang dihasilkan rata-rata berasal dari usulan eksekutif, serta badan atau dinas terkait yang ada di lingkungan pemerintahan Kabupaten Kepulauan Anambas, tidak ada satupun peraturan daerah yang berasal dari inisiatif anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas pada periode tersebut. 4. Pada periode tahun ada anggota Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas telah meninggalkan cacat atau pelanggaran hukum seperti skandal korupsi, pemalsuan ijazah sekolah/kuliah, dan penyalahgunaan wewenang dalam pengadaan barang dan jasa di lingkungan pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas. Bertitik tolak dari gejala-gejala masalah serta melihat arti pentingnya kemampuan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas dalam menunjang organisasi agar berfungsi secara optimal, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu kajian dengan judul: Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Dalam Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik di Kabupaten Anambas tahun

11 B. Landasan Teoritis Cita negara berdasarkan hukum, dimana masyarakatnya merupakan self regulatory society. Dengan demikian, pemerintah sudah dapat mereduksi perannya sebagai pembina dan pengawas implementasi visi dan misi bangsa dalam seluruh sendi-sendi kenegaraan melalui pemantauan terhadap masalahmasalah hukum yang timbul dan menindaklanjuti keluhan-keluhan masyarakat dan sebagai fasilitator yang baik. Dengan pengembangan sistem informasi yang baik, kegiatan pemerintahan menjadi lebih transparan, dan akuntabel, karena pemerintah mampu menangkap feedback dan meningkatkan peran serta masyarakat. Dalam konteks lain (hukum), Pemerintahan yang baik merupakan suatu asas yang dikenal sebagai Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, yang merupakan jembatan antara norma hukum dengan norma etika. Menurut MM Billah, istilah ini mengartikan pada makna aslinya, yaitu Governing yang berarti mengarahkan atau mengendalikan atau yang mempengaruhi masalah publik dalam suatu Negeri. Karena itu Good Governance dapat diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku yang berdasarkan pada nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi masalah publik untuk mengwujudkan nilainilai tersebut dalam tindakan dan kehidupan keseharian. Dengan demikian ranah Good Governance tidak terbatas pada negara atau birokrasi pemerintahan, tetapi juga pada ranah masyarakat sipil yang direpresentasikan oleh Organisasi Non Pemerintah (ORNOP) seperti Lembaga Swadaya Masyarakat dan juga sektor swasta. 10

12 Singkatnya, tuntutan pada Good Governance tidak selayaknya di tujukan kepada penyelenggara Negara atau pemerintahan, melainkan juga pada masyarakat di luar struktural birokrasi pemerintahan secara bersemangat menuntut penyelenggaraan Good Governance pada negara. Menurut Dwiyanto (2004;21), pemerintahan yang baik (good governance) sebagai sistem administrasi yang melibatkan banyak pelaku (multi stakeholders) baik dari pemerintah maupun di luar pemerintah, sedangkan Sedarmayanti (2003;2) menyatakan bahwa good governance merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan Negara dalam melaksanakan penyediaan publik goods and service. Untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) salah satu unsur yang harus terpenuhi adalah adanya komitmen dari semua anggota dalam satuan organisasi / lembaga dalam mewujudkan kepemerintahan yang bersih, mengedepankan dan mempertimbangkan unsur-unsur efektivitas, efisiensi dan ekonomis dalam memberikan layanan prima kepada publik. Keberadaan governance menurut Subarsono (2003;39) digunakan karena institusi pemerintah (government) tidak lagi memadai jika diperlakukan sebagai satu-satunya institusi untuk menjalankan fungsi goverming. Model-model untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik, UNDP dalam Sedarmayanti, (2004;37) antara lain : 1. Model kepemerintahan ekonomi (economic governance model) meliputi proses pembuatan keputusan yang memfasilitasi kegiatan ekonomi di dalam negeri dan interaksi di antara penyelenggara ekonomi. 11

13 2. Model kepemerintahan politik (political governance model) : mencakup proses pembuatan berbagai keputusan untuk perumusan kebijakan. 3. Model kepemerintahan administratif (administrative governance model) : sistem implementasi kebijkan. Implementasi dari good governance di era reformasi ditandai adanya kelembagaan dalam governance yang melibatkan secara aktif keberadaannya terhadap 3 komponen yaitu Negara, sektor swasta dan masyarakat yang saling berinteraksi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Negara menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif, sektor swasta menciptakan pekerjaan dan pendapatan, adapun masyarakat memfasilitasi interaksi sosial budaya politik, menggerakkan kelompok masyarakat untuk ambil bagian dalam kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Pada dasarnya konsep Good Governance memberikan rekomendasi pada sistem pemerintahan yang menekankan pada kesetaraan antara lembaga-lembaga Negara baik pusat maupun daerah, sektor swasta, dan masyarakat madani (Civil Society). Good Governance juga mempunyai arti pandangan dari sebuah kesepakatan menyangkut pengaturan Negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani (Civil Society), dan sektor swasta. Good Governance adalah policy stakeholders forum artinya kelompok kelompok masyarakat yang dilibatkan adalah perwakilan elemen-elemen yang terpengaruh oleh kebijakan publik yang sedang proses. Kesepakatan itu mencakup keseluruhan bentuk mekanisme, proses dan lembaga-lembaga (elemen-elemen) di mana kelompok masyarakat mengutarakan kepentingannya. 12

14 Kooiman dalam Sedarmayanti (2004:2) mengemukakan bahwa ialah serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut. Pada dasarnya, istilah governance bukan hanya berarti kepemerintahan sebagai suatu kegiatan saja, melainkan juga mengacu kepada arti pengurusan, pengarahan, pengelolaan, dan pembinaan penyelenggaraan. Dan berdasarkan dari apa yang diungkapkan oleh Kooiman di atas, dapat dipahami bahwa keterlibatan masyarakat dalam sistem pemerintahan merupakan semangat yang terdapat dalam konsep good governance. Good Governance adalah pelaksanaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah bangsa. Pelaksanaan dilakukan dengan efektif dan efisien, responsive terhadap kebutuhan rakyat, dalam suasana demokratis, akuntabel dan serta transparan (Santosa, 2001: 86) Sesuai dari interprestasi di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa, maka pemerintah yang baik itu adalah pemerintah yang baik dalam ukuran proses maupun hasil hasilnya. Semua unsurunsur dalam pemerintahan biasa bergerak secara sinergis, tidak saling berbenturan, memperoleh dukungan rakyat serta menglibatakan semua elemen untuk mengambil kebijakan publik, menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat terwujudnya masyarakat madani (Civil Society). Menurut Sedarmayanti (2004:7) untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance), ada beberapa unsur penting antara lain: 13

15 1. Akuntabilitas yaitu adanya kewajiban bagi aparatur pemerintahan untuk bertindak selaku penanggung jawab dan penanggung gugat atas segala tindakan dan kewajiban yang ditetapkan. 2. Transparansi, kepemerintahan yang baik akan bersifat transparan terhadap rakyatnya, baik pada tingkat pusat maupun daerah. 3. Keterbukaan yaitu menghendaki terbukanya kesempatan bagi rakyat untuk mengajukan tanggapan dan kritik terhadap pemerintah yang dinilainya tidak transparan. 4. Aturan hukum: kepemerintahan yang baik mempunyai karakteristik berupa jaminan kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan publik yang ditempuh. Governance, yang diterjemahkan menjadi tata pemerintahan, adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusanurusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka. Menurut Sedarmayanti (2004:7) untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) 14

16 C. Hasil Penelitian 1. Akuntabilitas Adanya peraturan daerah yang dihasilkan oleh anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas periode sesuai dengan kepentingan masyarakat tersebut memang anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas periode telah berupaya semaksimal mungkin dalam berperan serta didalam merancang, merumuskan, dan menetapkan peraturan daerah yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas dengan memperhatikan dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas sehingga hal tersebut bisa dijadikan acuan atau dasar dalam pengambilan keputusan yang ada di DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas serta ada unsur-unsur kebijakan yang memihak rakyat tentunya 2. Transparansi Adanya petunjuk penyebarluasan produk-produk dan informasi yang berkaitan dengan pembahasan APBD setiap tahunnya tersebut memang anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas periode sebagian besar kurang pro-aktif serta kurang transparan dalam memberikan keterangan baik kepada kalangan pers (wartawan) baik dari media cetak maupun media elektronik berkaitan dengan hasil pembahasan APBD Kabupaten Kepulauan Anambas pada periode yang lalu selain disebabkan permasalahan secara internal DPRD dalam hal ini Ketua DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas pada masa periode tersangkut kasus hukum sehingga mengganggu stabilitas peran dan kinerja DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas selain itu juga dikarenakan 15

17 minimnya akses kedalam organisasi DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas oleh para pencari berita (pers) disebabkan belum adanya kejelasan peraturan tentang jurnalistik serta adanya pemberlakukan tindakan kode etik oleh DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas dalam memberikan keterangan terhadap pers serta adanya sikap dari sebagaian anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas yang beranggapan bahwa dalam pembahasan APBD Kabupaten Kepulauan Anambas pada periode yang lalu bersifat rahasia dan bukan merupakan bagian dari konsumsi publik pada umumnya. 3. Keterbukaan Adanya pedoman-pedoman pemerintahan partisipatif yang mengakomodasi hak masyarakat dalam penyampaian pendapat dalam segala proses perumusan kebijakan yang menyangkut kepentingan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung tersebut memang rata-rata anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas periode yang lalu bisa dikatakan telah sesuai dengan peraturan dan kaidah yang ada di DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas pada periode yang lalu dimana masing-masing anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas tersebut telah mendengar dan mengakomodir aspirasi masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas. Pada umumnya dan didaerah pemilihan masing-masing pada khususnya dan wujud dari hasil perumusan kebijakannya pun setidaknya mewakili kepentingan masyarakat yang ada seperti pembangunan fasilitas umum dan fassilitas sosial serta pemberdayaan masyarakat baik dari segi ekonomi maupun sosial sehingga peran dan kinerja DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas tersebut dapat dirasakan 16

18 manfaatnya bersama-sama oleh masyarakat yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas. 4. Aturan Hukum Adanya penanganan oleh Badan Kehormatan DPRD mengenai praktek KKN dan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas periode tersebut memang ada kasuss pelanggaran hukum yang dilakukan oleh oknum DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas di masa itu, hal tersebut terbukti di pengadilan negeri Ranai dalam kasus penyalahgunaan narkoba dan juga ijazah palsu, dan dalam hal ini Badan Kehormatan DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai salah satu bidang yang bertugas sebagai pihak yang berwenang dalam memproses kasus-kasus yang berkaitan dengan pelanggaran tata tertib di DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas pada masa itu memberikan sanksi berupa rekomendasi pemecatan atau pemberhentian terhadap anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas yang terbukti melakukan korupsi agar segera diberhentikan oleh pimpinan DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas dan segera dilakukan prose PAW agar tidak menganggu peran dan kinerja dari komisi yang ditinggalkan oleh oknum anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas yang bermasalah tersebut selain itu hal ini juga merupakan bukti nyata komitemen DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas dalam mendukung dan menjunjung tinggi penegakkan hukum secara adil dan seksama tanpa membeda-bedakan atau melihat latarbelakang jabatan atau golongan pelaku tindak pidana hukum tersebut karena pada dasarnya hukum 17

19 hanya melihat dua hal saja yakni salah dan benar dan tidak ada kata ragu-ragu dalam menjalankan hukum yang sesungguhnya. D. Penutup 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya diketahui bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas belum menyelenggarakan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik. Hal ini dapat dilihat dari : sudah adanya peraturan daerah yang dihasilkan oleh anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas periode sesuai dengan kepentingan masyarakat tersebut memang anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas periode telah berupaya semaksimal mungkin dalam berperan serta didalam merancang, merumuskan, dan menetapkan peraturan daerah yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas dengan memperhatikan dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas sehingga hal tersebut bisa dijadikan acuan atau dasar dalam pengambilan keputusan yang ada di DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas serta ada unsur-unsur kebijakan yang memihak rakyat tentunya. Adanya prosedur pengaduan masyarakat mengenai indikasi penyalahgunaan wewenang oleh anggota DPRD dalam pembahasan APBD hasilnya hampir keseluruhan informan menyatakan memang ada beberapa cara atau prosedur pengaduan masyarakat yang terjadi di DPRD Kabupaten Kepulauan Anambas pada masa periode yang lalu baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam hal ini pengaduan secara langsung 18

20 biasanya ditunjukkan dalam bentuk demonstrasi atau aksi damai dengan melakukan orasi-orasi. 2. Saran Adapun saran-saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah mengenai Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Dalam Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik agar berlangsung secara lebih optimal, maka perlu diperhatikan beberapa hal, seperti : 1. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas tahun sebaiknya melakukan sosialisasi kepada masyarakat khususnya memberikan pemahaman terhadap keterbukaan publik, sehingga nasyarakat tidak merasa anggota dewan sengaja menutupi hal-hal yang memang harusnya dirahasiakan. 2. Adanya pengawasan lebih ketat terhadap kinerja para anggota dewan agar tetap melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. 19

21 DAFTAR PUSTAKA BUKU-BUKU : Ali, hasyimi. A Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktek. Yogyakarta : Rineka Cipta. Budiardjo, Miriam Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta :Gramedia. Dwiyanto, Agus Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Gajah. Mada University press, Yogyakarta Ganie Rochman, 2000, Good Governance, prinsip, komponen, dan penerapannya dalam HAM. Komnas HAM : Jakarta. Kartono, Kartini Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: CV Rajawali. Kaho, Yosef Riwu Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia. Yogyakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Koswara,E Menyongsong Pelaksanaan Otonomi Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Dalam Analisis CSIS No.1 Tahun XXIX. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Kuncoro, Mudrajad Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta : Erlangga. Labolo, Muhadam Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta : Grafindo Persada. Meuthia Ganie-Rochman Dalam Artikel Berjudul Good Governance : Prinsip, Komponen dan Penerapannya, yang dimuat dalam buku HAM : Penyelenggaraan Negara Yang Baik & Masyarakat Warga, Jakarta : Komnas HAM. Moleong, Lexy J Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung. Remaja Rosda Karya. Nazir, Moh Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia. Ndraha, Taliziduhu Metodologi Ilmu Pemerintahan. Jakarta : Rineka Cipta. 20

22 Pamudji S Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Pandji Santosa Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi Good Governance, Bandung: PT. Reflika Aditama. Poerwadarminta, WJS Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Sedarmayanti, Good Governance. Bandung: Mandar Maju., 2004, Good Government (Pemerintahan yang baik); Bandung: CV. Mandar Maju Siagian, Sondang P Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar,cet ke 6. Jakarta: Yayasan Penerbit UI. Subarsono Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suhardono, Edy.2005.Teori Peran.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sunarto, Kamanto Pengantar Sosiologi Edisi Revisi. Jakarta. FEUI. Susanto, Astrid S Peranan Staf Dalam Managemen. Jakarta: PT. Gunung Agung. Sugiyono Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta. Syakrani Implementasi Otonomi Daerah Dalam Perspektif Good Governance. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. DOKUMEN-DOKUMEN : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 21

23 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah. Tap MPR Nomor : XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah; Pengaturan; Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik. Komisi pemberantasan Korupsi Kedudukan Peran dan Kelembagaan DPRD Dalam Konteks Good Governance. Jakarta. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 2 Tahun 2003 tentang pembentukkan organisasi dan tata kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Kepulauan Anambas. Dikutip dari Skripsi Rizki Prima Yunas, Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang Dalam Pelaksanaan Fungsi Legislasi Periode Universitas Negeri Andalas Padang. Dikutip dari Skripsi Nurul Fitri Amalia, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Kasus Pada DPRD Kabupaten Purworejo) Universitas Negeri Semarang. Dikutip dari artikel Dokumen Kebijakan UNDP : Tata Pemerintahan Menunjang Pembangunan Manusia Berkelanjutan. Dalam buletin informasi Program Kemitraan untuk Pembaharuan Tata Pemerintahan di Indonesia. Pedoman Teknik Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi Serta Ujian Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang tahun Website : kepri.com; didownload tanggal 25 Agustus

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro)

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) Oleh MELANI DWIYANTI SELAMAT Abstraksi Berkembangnya

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) Oleh MELANI DWIYANTI SELAMAT Abstraksi Berkembangnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 12 TAHUN 2011 T E N T A N G KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATEN

Lebih terperinci

PERANAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN SILIAN RAYA DALAM PELAKSANAAN (GOOD GOVERNANCE) O l e h : DOLFI AKAY

PERANAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN SILIAN RAYA DALAM PELAKSANAAN (GOOD GOVERNANCE) O l e h : DOLFI AKAY PERANAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN SILIAN RAYA DALAM PELAKSANAAN (GOOD GOVERNANCE) O l e h : DOLFI AKAY ABSTRAK Dalam UU No. 6 Tahun 2014 mengamanatkan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan desa mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah merubah tatanan demokrasi bangsa Indonesia dengan diberlakukannya sistem otonomi daerah,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE OLEH APARATUR PEMERINTAH PADA KELURAHAN TANJUNGPINANG BARAT NASKAH PUBLIKASI

PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE OLEH APARATUR PEMERINTAH PADA KELURAHAN TANJUNGPINANG BARAT NASKAH PUBLIKASI PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE OLEH APARATUR PEMERINTAH PADA KELURAHAN TANJUNGPINANG BARAT NASKAH PUBLIKASI Oleh : LINAWATI SHARANI NIM : 080565201032 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,

Lebih terperinci

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik KOSKIP, KAJIAN RUTIN - Sejak lahir seorang manusia pasti berinteraksi dengan berbagai kegiatan pemerintahan hingga ia mati. Pemerintahan merupakan wujud

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah.

Lebih terperinci

FUNGSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI BALI MENERIMA ASPIRASI RAKYAT DI DALAM MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG DEMOKRATIS

FUNGSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI BALI MENERIMA ASPIRASI RAKYAT DI DALAM MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG DEMOKRATIS FUNGSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI BALI MENERIMA ASPIRASI RAKYAT DI DALAM MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG DEMOKRATIS Oleh Agus Pradnyana I Nengah Suantra I Wayan Suarbha HTN Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi yang diperjuangkan oleh seluruh lapisan masyarakat membawa perubahan dalam kehidupan politik nasional maupun di daerah. Salah satu agenda reformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya krisis ekonomi diindonesia antara lain disebabkan oleh tatacara penyelenggaraan pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan baik. Akibatnya

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 14 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Good Governance : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dipercaya sebagai kunci utama dalam sistem informasi manajemen. Teknologi informasi ialah seperangkat alat yang sangat penting untuk bekerja

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat peraturan perundang-undangan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia karena sejak berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Good Corparate Governance Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam pengertian yang dikembangkan oleh UNDP. Berdasarkan dokumen kebijakan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK I. UMUM Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tatacara penyelenggaraan pemerintah mengelola dan mengatur pemerintah sangat mempengaruhi baik atau buruknya suatu pemerintahan berjalan. Pemerintah yang dikelola

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POLEWALI MANDAR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan reformasi, istilah Good Governance begitu popular. Salah satu yang cukup penting dalam proses perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paradigma baru yang berkembang di Indonesia saat ini. Menurut Tascherau dan

BAB I PENDAHULUAN. paradigma baru yang berkembang di Indonesia saat ini. Menurut Tascherau dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Good governance atau tata kelola pemerintahan yang baik merupakan paradigma baru yang berkembang di Indonesia saat ini. Menurut Tascherau dan Campos yang dikutip Thoha

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

PENJELASAN ATAS UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK PENJELASAN ATAS UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK I. UMUM Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 F disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, pemerintah dituntut untuk melakukan perubahan mendasar pada sistem pemerintahan yang ada. Salah satu perubahan mendasar yang dimaksud

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN

IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN Arpi R. Rondonuwu Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia KOMISI B KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia Mukadimah Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk menyelenggarakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk menyelenggarakan pelayanan pemerintahan yang baik kepada masyarakat atau publik sebagai bagian dari hak masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi, demokratisasi, terlebih dalam era reformasi. Bangsa dan negara Indonesia menumbuhkan

Lebih terperinci

16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia

16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG TRANSPARANSI, PARTISIPASI DAN AKUNTABILITAS DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA MUKADIMAH Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi masyarakat dalam segala proses perubahan membutuhkan pendekatan dan pentahapan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semangat para Penyelenggara Negara dan pemimpin pemerintahan. 1 Penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. semangat para Penyelenggara Negara dan pemimpin pemerintahan. 1 Penyelenggara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan negara mempunyai peran penting dalam mewujudkan citacita perjuangan bangsa. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Penjelasan Undang- Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi merupakan instrumen untuk bekerjanya suatu administrasi, dimana birokrasi bekerja berdasarkan pembagian kerja, hirarki kewenangan, impersonalitas

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

APA ITU DAERAH OTONOM?

APA ITU DAERAH OTONOM? APA OTONOMI DAERAH? OTONOMI DAERAH ADALAH HAK DAN KEWAJIBAN DAERAH OTONOM UNTUK MENGATUR DAN MENGURUS SENDIRI URUSAN PEMERINTAHAN DAN KEPENTINGAN MASYARAKATNYA SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada era Orde Baru, pemerintah daerah tidak mempunyai kemandirian untuk berkembang. Semua kebijakan pemerintah daerah dikontrol oleh pemerintah pusat. Reformasi diawal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang sudah ditentukan. Saat ini good governance sangat ramai. yang dipimpin oleh seorang atasan terhadap pegawai-pegawainya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang sudah ditentukan. Saat ini good governance sangat ramai. yang dipimpin oleh seorang atasan terhadap pegawai-pegawainya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Good Governance adalah suatu tata kelola pemerintahan yang baik yang harus diterapkan untuk mencapai sebuah kesuksesan dalam setiap organisasi, sehingga akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia sejak tahun 1990-an dan semakin populer pada era tahun 2000-an. Pemerintahan yang baik diperkenalkan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatkan peranan publik ataupun pembangunan, dapat dikembangkan melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita yang kompleks namun

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi. 1996, Prosedur penelitian, Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, Bina Aksara

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi. 1996, Prosedur penelitian, Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, Bina Aksara DAFTAR PUSTAKA Ambar T. Sulistiyani & Rosidah, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan Pembangunan dalam Konteks Organisasi Publik, Graha Ilmu, Yogyakarta Arikunto, Suharsimi. 1996, Prosedur

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta caracara

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta caracara V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Akuntabilitas Akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik. Dalam hubungan ini, diperlukan evaluasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang terjadi dalam perkembangan otonomi daerah di Indonesia saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan tata kelola pemerintahan

Lebih terperinci

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu prasyarat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah desa merupakan simbol formil kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa sebagai badan kekuasaan terendah selain memiliki wewenang asli untuk mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntabilitas (accountability) merupakan salah satu prinsip atau asas dari paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN setujui. Substansi Prosedur Tetap tentang Penanganan Pengaduan Masyarakat telah saya Disetujui di Jakarta pada tanggal Februari 2011 SEKRETARIS UTAMA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI KANTOR CAMAT SUNGAI PINANG KOTA SAMARINDA

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI KANTOR CAMAT SUNGAI PINANG KOTA SAMARINDA ejournal Administrasi Negara, Volume 4, Nomor 2, 2016 : 4119-4131 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI KANTOR CAMAT SUNGAI PINANG KOTA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PRINSIP TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TANJUNGPINANG TAHUN

PELAKSANAAN PRINSIP TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TANJUNGPINANG TAHUN PELAKSANAAN PRINSIP TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2009-2014 (Studi Pada Komisi I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN telah menghasilkan perubahan iklim pemerintahan. Akuntabilitas dan

BAB I PENDAHULUAN telah menghasilkan perubahan iklim pemerintahan. Akuntabilitas dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dan Reformasi Keuangan yang telah dilakukan mulai awal tahun 2000 telah menghasilkan perubahan iklim pemerintahan. Akuntabilitas dan transparansi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan

Lebih terperinci

GOOD GOVERNANCE & TRANSPARANSI

GOOD GOVERNANCE & TRANSPARANSI GOOD GOVERNANCE & TRANSPARANSI Ari Wibowo, M.Pd LATAR BELAKANG Reformasi 1998 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Perkembangan teknologi Informasi dan Komunikasi PRINSIP GOOD GOVERNANCE Partisipasi Masyarakat

Lebih terperinci

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg No.1748, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik dan Pedoman Perilaku. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Terdapat tiga

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Terdapat tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Terdapat tiga aspek utama yang mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpolitik di Indonesia baik secara nasional maupun regional. Salah satu agenda

BAB I PENDAHULUAN. berpolitik di Indonesia baik secara nasional maupun regional. Salah satu agenda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan bergulirnya era reformasi telah membawa perubahan dalam kehidupan berpolitik di Indonesia baik secara nasional maupun regional. Salah satu agenda reformasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga 22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan, dimana didalam negara kesatuan dibagi menjadi 2 bentuk, yang pertama adalah negara kesatuan dengan sistem sentralisasi

Lebih terperinci

Implementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder

Implementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder Implementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder Oleh : Reyvan Pandey ABSTRAKSI Salah satu ukuran keberhasilan pelaksanaan otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhirakhir ini, membawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hal yang melekat di dalamnya seperti kartu tanda penduduk atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hal yang melekat di dalamnya seperti kartu tanda penduduk atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kependudukan Banyak hal yang terkait bilamana kita akan membahas topik kependudukan terlebih pada wilayah administrasi kependudukan dengan berbagai hal yang melekat di dalamnya

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DI KECAMATAN MOROTAI SELATAN BARAT. Oleh Alfrits Labage.

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DI KECAMATAN MOROTAI SELATAN BARAT. Oleh Alfrits Labage. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN DI KECAMATAN MOROTAI SELATAN BARAT Oleh Alfrits Labage 090813224 Abstrak Infrastruktur atau prasarana dan sarana fisik, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan salah satu upaya guna menciptakan keteraturan dan kesinambungan dalam sistem tata pemerintahan.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Achwan, Rochman, 2000, Good Governance: Manifesto Politik Abad ke 21,

DAFTAR PUSTAKA. Achwan, Rochman, 2000, Good Governance: Manifesto Politik Abad ke 21, DAFTAR PUSTAKA Buku Achwan, Rochman, 2000, Good Governance: Manifesto Politik Abad ke 21, Kompas, Adisasmita, Raharjo, 2011, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Derah, Graha Ilmu, Yogyakarta. Asshiddiqie,

Lebih terperinci

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG HUBUNGAN TATA KERJA ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR Disusun oleh : BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA. Oleh

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA. Oleh PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA Oleh I Ketut Asmara Jaya I Wayan Parsa Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Demokratisasi mengandung

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE 2009-2014 TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT Diajukan untuk

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU No.547, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DPR-RI. Kode Etik. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

BAHAN PENUNJANG MATERI MATA DIKLAT SANKRI

BAHAN PENUNJANG MATERI MATA DIKLAT SANKRI BAHAN PENUNJANG MATERI MATA DIKLAT SANKRI Oleh : Ir. Supriyanto, M.Si Disampaikan pada Diklat Kepemimpinan Tk. IV angkatan 101 Provinsi Jawa Tengah tanggal 10 Mei 2017 BADAN PENGEMBANGAN SDM DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semangat otonomi daerah dan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi di Indonesia banyak membawa perubahan yang secara langsung mempengaruhi segala bentuk kebijkan yang diambil baik pemerintah maupun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)

IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi PEMERINTAHAN DAERAH Harsanto Nursadi Beberapa Ketentuan Umum Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah pembangunan yang bertumpu pada peningkatan sumber daya aparatur pemerintah sebagai kunci pokok

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SUMENEP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI SUMENEP

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 32 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci