PRINSIP-PRINSIP PERILAKU APIP DAN KUALITAS AUDIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRINSIP-PRINSIP PERILAKU APIP DAN KUALITAS AUDIT"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id i PRINSIP-PRINSIP PERILAKU APIP DAN KUALITAS AUDIT TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : ADI JUNIARSO NIM : S FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 i

2 digilib.uns.ac.id ii ii

3 digilib.uns.ac.id iii iii

4 digilib.uns.ac.id iv iv

5 digilib.uns.ac.id v HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan ucapan terimakasih, tesis ini dipersembahkan kepada : Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Orang tua, saudara-saudariku, serta Inspektorat Kabupaten Boyolali v

6 digilib.uns.ac.id vi HALAMAN MOTTO Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. (1 Korintus 13:1-6) vi

7 digilib.uns.ac.id vii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan judul Prinsip-Prinsip Perilaku APIP dan Kualitas Audit sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi dan mencapai derajat Magister Program Studi Magiaster Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari penelitian ini tidak sempurna dan tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan akibat dari kurangnya pengetahuan dan pengalaman. Penyelesaian tesis ini bukan hasil jerih payah sendiri, akan tetapi melibatkan beberapa pihak yang memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Kepala Badan Pengawasan, Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Republik Indonesia yang telah berkenan memberikan bantuan kepada peneliti berupa Beasiswa STAR BPKP dalam menyelesaikan studi di program studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret 2. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebalas Maret Surakarta. 5. Dr. Payamta, M.Si., CPA, Ak., selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebalas Maret Surakarta. vii

8 digilib.uns.ac.id viii 6. Dra. Y. Anni Aryani, M.Prof.Acc., Ph.D., Ak., CA selaku Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebalas Maret Surakarta 7. Dra. Y. Anni Aryani, M.Prof.Acc., Ph.D., Ak., CA, selaku dosen pembimbing telah memberikan bimbingan dengan sabar, meluangkan waktu dan pikiran, serta memotivasi dan membagikan ilmunya untuk keberhasilan penulisan tesis ini. 8. Tim Penguji tesis yang telah berkenan memberikan saran dan masukan. 9. Inspektur Inspektorat Kabupaten Boyolali, atas semangat dan bantuanya, dan teman-teman di Inspektorat Kabupaten Boyolali. 10. Teman-teman Beasiswa STAR BPKP Kelas A. Terima kasih atas persahabatan dan rasa kekeluargaan yang terjalin selama ini semoga selalu menjadi saudara untuk selama-lamanya. 11. Pihak-pihak lain yang telah berkenan membantu pelaksanaan penelitian hingga selesainya penulisan tesis. Surakarta, Mei 2015 Penulis viii

9 digilib.uns.ac.id ix DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iii iv v vi vii ix xiii xv xvi xii xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka Stewardship Theory Integritas Obyektivitas ix

10 digilib.uns.ac.id x 4. Kerahasiaan Kompetensi Kualitas Audit Pengawasan Keuangan Daerah B. Penelitian Terdahulu C. Pengembangan Hipotesa Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Audit Pengaruh Obyektivitas Terhadap Kualitas Audit Pengaruh Kerahasiaan Terhadap Kualitas Audit Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit D. Kerangka Berfikir BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Populasi, Sampel dan Pengambilan Sampel C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Integritas Obyektivitas Kerahasiaan Kompetensi Kualitas Audit D. Penyusunan Kuesioner Final E. Indikator Reflektif dan Formatif F. Teknik Analisa Data Alat Analisis x

11 digilib.uns.ac.id xi 2. Pengujian Instrumen a. Uji Validitas dan Reliabilitas b. Uji Asumsi Multivariat c. Uji Normalitas BAB IVANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden B. Analisa Data 1. Uji Validitas dan Reliabilitas pilot test a. Hasil Uji Validitas pilot test b. Hasil Uji Reliablitas pilot test C. Penyusunan kuesioner final penelitian D. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas kuesioner final Hasil Uji Validitas kuesioner final Hasil Uji Reliabilitas kuesioner final E. Uji Normalitas Data F. Evaluasi Model SEM dengan SmartPLS Prosedur Bootstrapping Evaluasi Outer Model/Model Pengukuran Indikator Formatif 67 a. Evaluasi outer model konstruk Integritas b. Evaluasi outer model konstruk Obyektivitas c. Evaluasi outer model konstruk Kompetensi d. Evaluasi outer model konstruk Kerahasiaan Evaluasi outer model/model Pengukuran Indikator Reflektif Evaluasi inner model/model struktural Uji Hipotesis xi

12 digilib.uns.ac.id xii 6. Pembahasan a. Integritas berpengaruh positif terhadap Hasil Audit b. Obyektivitas berpengaruh positif terhadap Hasil Audit c. Kerahasiaan berpengaruh positif terhadap Hasil Audit d. Kompetensi berpengaruh positif terhadap Hasil Audit BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Keterbatasan Penelitian C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 digilib.uns.ac.id xiii DAFTAR TABEL Tabel 1 Dalil Teori Stewardship Tabel 2 Penyebaran Kuesioner Penelitian Tabel 3 Deskripsi Responden Penelitian Tabel 4 Hasil Uji Validitas Pilot Test Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas Pilot Test Tabel 6 Hasil Uji Validitas Kuesioner Final Tabel 7 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Final Tabel 8 Hasil Uji Normalitas Data Tabel 9 Signifikansi Outer Weight dan Outer Loading Konstruk Integritas Tabel 10 Hasil Uji Multikolinieritas Konstruk Integritas Tabel 11 Signifikansi Outer Weight dan Outer Loading Konstruk Integritas Tabel 12 Hasil Uji Multikolinieritas Konstruk Obyektivitas Tabel 13 Signifikansi Outer Weight dan Outer Loading Konstruk Kompetensi Tabel 14 Hasil Uji Multikolinieritas Konstruk Kompetensi Tabel 15 Signifikansi Outer Weight dan Outer Loading Konstruk Kerahasiaan Tabel 16 Hasil Uji Multikolinieritas Konstruk Kerahasiaan Tabel 17 Hasil AVE Tabel 18 Cross Loading Aantara Indikator dengan Konstruk Tabel 19 Hasil Cronbachs Alpha dan Composite Reliability Tabel 20 Hasil Uji Multikolinieritas commit Model to Struktural user xiii

14 digilib.uns.ac.id xiv Tabel 21 Estimasi Koefisien Jalur Tabel 22 Hasil uji effect size f Tabel 23 Hasil uji Stone-Geisser Q 2 test Tabel 24 Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Signifikansi Nilai t-statistic Tabel 25 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis xiv

15 digilib.uns.ac.id xv DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Model Awal Kerangka Berfikir Penelitian Gambar 2 Perbedaan Indikator Refleksif dan Formatif Gambar 3 Contoh Path Model PLS Gambar 4 Model Struktural menggunakan SmartPLS Gambar 5 Full Model Hasil Proses Bootstrapping SmartPLS Gambar 6 Full Model Hasil Proses PLS Algorithm SmartPLS Gambar 7 Model Akhir Penelitian xv

16 digilib.uns.ac.id xvi DAFTAR LAMPIRAN 1. Justifikasi kuesioner Sukriah, et al. (2009) untuk penyusunan kuesioner pilot test variabel Laten Integritas Justifikasi kuesioner Sukriah, et al. (2009) untuk penyusunan kuesioner pilot test variabel Laten Obyektivitas Justifikasi kuesioner Sukriah, et al. (2009) untuk penyusunan kuesioner pilot test variabel Laten Kompetensi Justifikasi kuesioner Sukriah, et al. (2009) untuk penyusunan kuesioner pilot test variabel Laten Kualitas Audit Penyusunan kuesioner Final penelitian berdasarkan feedback hasil pilot tes Daftar Variabel Laten dan Variabel Indikator Hasil Uji Validitas (pilot test) Hasil Uji Reliabilitas (pilot test) Hasil Uji Validitas Hasil Uji Reliabilitas Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Hasil Uji Normalitas Berdasarkan Skewness dan Kurtosis Hasil Uji Multikolinieritas Konstruk Hasil Uji Multikolinieritas Full Model Struktural Kuesioner Penelitian xvi

17 digilib.uns.ac.id xvii PRINSIP-PRINSIP PERILAKU APIP DAN KUALITAS AUDIT Adi Juniarso NIM : S ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Prinsip- Prinsip Perilaku APIP yang mengacu kepada aturan Permenpan No:PER/04/M.PAN/03/2008 terhadap Kualitas Audit. Dilakukan pengujian terhadap 140 Auditor Internal Pemerintah Kabupaten/Kota yang terdiri dari Pejabat Fungsional Auditor dan P2UPD pada wilayah eks Karesidenan Solo Raya. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner serta analisis pengujian menggunakan program SmartPLS 2.0.M3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 Prinsip perilaku yaitu Integritas, Kerahasiaan dan Kompetensi berpengaruh terhadap Kualitas Audit, namun hasil pengujian menunjukkan bahwa Prinsip perilaku Obyektivitas tidak berpengaruh. Hasil pengujian tersebut kemungkinan disebabkan adanya konteks kesantunan jawa ewuh-pakewuh yang menjadi penyebab APIP tidak memahami serta menerapkan prinsip Obyektivitas. Kata kunci : APIP, Kualitas Audit, Prinsip perilaku, ewuh pakewuh, SmartPLS. xvii

18 digilib.uns.ac.id xviii PRINCIPLES OF BEHAVIOUR OF INTERNAL AUDIT ON AUDIT QUALITY Adi Juniarso NIM : S ABSTRACT This study intended to determine the effect of Principles of Behaviour of APIP, which refers to the Permenpan No: PER / 04 / M.PAN / 03/2008, over Audit Quality. Tests were performed on 140 Internal Auditor consisting of Auditor and P2UPD in the former residency Solo Raya region. Datas were collected using questionnaire and analyzed using SmartPLS 2.0.M3 program. The results showed that the three principles of behavior of Integrity, Confidentiality and Competence affected audit quality, but the test results showed that the principle of objectivity has no effect. The test results are likely due to the context of Java politeness "ewuh-pakewuh" which became the cause of APIP could not understand and apply the principles of objectivity. Keywords: APIP, Audit Quality, Principles of Behaviour, ewuh pakewuh, SmartPLS. xviii

19 digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Government Auditing Standards edisi revisi tahun 2011 yang disusun oleh US Govarnment Accountability Office menjelaskan konsep akuntabilitas atas penggunaan sumber daya publik dan otoritas pemerintah merupakan kunci untuk proses pengelolaan suatu bangsa. Manajemen dan pejabat yang memiliki otoritas terhadap sumber daya publik bertanggung jawab untuk melaksanakan fungsi pelayanan publik dan memberikan layanan kepada masyarakat secara efektif, efisien, ekonomis, beretika, dan adil. Kebutuhan akuntabilitas telah menyebabkan permintaan untuk informasi lebih lanjut tentang program-program pemerintah dan jasa. Pejabat publik, legislator, dan warga ingin dan perlu mengetahui apakah dana pemerintah ditangani dengan benar dan sesuai dengan hukum dan peraturan. Mereka juga ingin dan perlu mengetahui apakah organisasi pemerintah, program, dan jasa mencapai tujuan mereka dan apakah organisasi, program, dan layanan beroperasi secara ekonomis dan efisien. Menurut Mardiasmo (2003) agar tidak terjadi penyimpangan dan penyelewengan, pemberian wewenang dan keleluasaan harus diikuti dengan pengawasan dan pengendalian yang kuat, serta pemeriksaan yang efektif. Pengawasan dilakukan oleh pihak luar eksekutif (dalam hal ini DPRD dan masyarakat); pengendalian, yang berupa pengendalian internal dan pengendalian 1

20 digilib.uns.ac.id 2 manajemen, berada di bawah kendali eksekutif (pemerintah daerah) dan dilakukan untuk memastikan strategi dijalankan dengan baik sehingga tujuan tercapai; sedangkan pemeriksaan (audit) dilakukan oleh badan yang memiliki kompetensi dan independensi untuk mengukur apakah kinerja eksekutif sudah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Sebuah tugas telah dianggap kompeten ketika telah dilakukan di tingkat kompetensi tertentu sesuai dengan syarat-syarat yang mengikutinya. Menurut Institute of Chartered Accountants in Australia dalam Auditing Competency Standard for Registered Company Auditors (2004), standar kompetensi menunjukkan tugas-tugas khusus yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu secara kompeten dengan mempertimbangkan kinerja, faktor lingkungan dan keahlian individu yang ditunjukkan dengan performa tugas. Hal ini juga diamanatkan dengan adanya Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan Nomor : PER-211/K/JF/2010 Tentang Standar Kompetensi Auditor. Audit internal membantu suatu organisasi dalam mencapai tujuannya melalui pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas proses tata kelola organisasi, pengendalian, dan manajemen risiko (the effectiveness of risk management, control, and governance processes). Auditor selain bertanggung jawab kepada pimpinan instansi pengawasan yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, juga memiliki tanggung jawab profesi dan kewajiban moral kepada masyarakat pemakai jasa sesuai standar yang berlaku umum.

21 digilib.uns.ac.id 3 Di Pemerintah Kabupaten Boyolali, auditor internal telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali No 16 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali. Sebagai auditor internal, inspektorat mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan pemerintahan desa. Pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat adalah pengawasan intern sebagai audit internal untuk memastikan tercapainya tujuan organisasi dari Pemerintah Kabupaten Boyolali secara keseluruhan. Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang diterbitkan IAPI (2008), menuliskan bahwa setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh Praktisi untuk keuntungan pribadinya atau pihak ketiga. Adapun contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana informasi rahasia dapat diungkapkan yaitu apabila pengungkapan dijinkan dengan persetujuan penerima jasa, pengungkapan diharuskan oleh hukum, dan ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkannya. Institute of Internal Auditor (1999) yang dikutip oleh Goodwin dan Yeo (2001) menyatakan bahwa audit internal merupakan jasa assurance dan konsultasi yang

22 digilib.uns.ac.id 4 obyektif dan independen, yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi untuk membantu pencapaian tujuan organisasi dengan mengevaluasi efektivitas manajemen risiko, pengendalian serta proses tata kelola. Hal tersebut juga ditegaskan didalam Lampiran Permenpan No:PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah menyatakan bahwa Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi pemerintah telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana, kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Pengawasan intern atas penyelenggaraan pemerintahan diperlukan untuk mendorong terwujudnya good governance dan clean government dan mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel serta bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Menurut Mardiasmo 1, aparat pengawas internal pemerintah merupakan garda depan bagi pencegahan dan pemberantasan korupsi. Hal tersebut dimungkinkan dapat dicapai dengan adanya kualitas hasil audit dalam pelaksanaan audit pengawasan keuangan daerah, sehingga APIP dapat lebih berperan dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi dan menciptakan good governance. Dengan adanya audit yang berkualitas yang dilakukan oleh APIP, diharapkan semakin baiknya pencegahan korupsi keuangan daerah. 1 Lihat

23 digilib.uns.ac.id 5 Beberapa kasus yang berkaitan dengan praktik korupsi keuangan daerah terjadi di beberapa pemerintah daerah. Namun yang menjadi perhatian penulis adalah kasus korupsi yang terjadi di Boyolali, yaitu antara lain pemanfaatan dana bantuan sosial yang melibatkan ratusan sekolah dan LSM tahun 2010 dan , Bendung Penggung Kecamatan Wonosegoro 3, kasus korupsi pengadaan bibit lele 4. Perkembangan yang terbaru di Boyolali berkaitan dengan Bendung Penggung Kecamatan Wonosegoro adalah seorang kepala dinas aktif dan 3 orang PNS yang dinyatakan sebagai terdakwa oleh Kejaksaan Negeri Boyolali 5. Bahkan Asosiasi Auditor Internal Pemerintah Indonesia (AAIPI) menyatakan bahwa sebanyak 94 persen Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) di pusat dan daerah tak bisa mendeteksi terjadinya korupsi 6. Permenpan No:PER/04/M.PAN/03/2008 merupakan sebuah peraturan yang mengatur adanya kode etik bagi Aparat Pengawasan Internal Pemerintah, dengan maksud menciptakan adanya pengawasan oleh APIP yang berkualitas dan auditor yang profesional dengan budaya etis dalam profesi APIP. Untuk itu disyaratkan diberlakukan dan dipatuhinya aturan perilaku yang menuntut disiplin dari auditor APIP yang melebihi tuntutan peraturan perundang-undangan berupa Kode Etik yang mengatur nilai-nilai dasar dan pedoman perilaku, yang dalam pelaksanaannya memerlukan pertimbangan yang seksama dari masing-masing auditor, sehingga diharapkan supaya hasil audit dari APIP dapat bermanfaat bagi pimpinan dan unit 2 Lihat 3 Lihat 4 Lihat Lihat ( Lihat

24 digilib.uns.ac.id 6 kerja serta pengguna lainnya untuk dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Permenpan tersebut menyebutkan adanya 4 prinsip-prinsip perilaku bagi auditor/apip yaitu Integritas, Obyektifitas, Kerahasiaan dan Kompetensi. Tujuan dari kode etik tersebut adalah mendorong sebuah budaya etis dalam profesi APIP, memastikan bahwa seorang profesional akan bertingkah laku pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan PNS lainnya serta mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian audit sehingga dapat terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan audit sehingga hasil audit APIP yang diperoleh juga dapat maksimal. Maka APIP harus dapat memahami dan menjadikannya sebagai pedoman prinsip-prinsip perilaku auditor dalam pelaksanaan audit yang dilakukan sehingga diharapkan kasus-kasus yang dimuat dalam surat kabar seharusnya tidak perlu terjadi. Pada sektor publik, sesuai dengan amanat Permenpan No:PER/05/M.PAN/03/2008, proses audit yang dilakukan oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah harus berpedoman pada standar audit dalam Permenpan tersebut. Standar tersebut merupakan sebuah pedoman minimal yang wajib menjadi pedoman bagi APIP dalam melaksanakan audit, yang mampu menjamin terlaksananya pengawasan internal yang efektif, efisien dan tentunya berkualitas. Kualitas audit menurut Francis (2011) digambarkan dengan 6 buah level unit analisis yang ada dalam penelitian-penelitian dalam bidang Audit, yaitu audit input (input level), audit process (next level), accounting firms, audit industry dan audit

25 digilib.uns.ac.id 7 market, institution, serta economic consequences of audit outcomes. Beliau mengatakan bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh masing-masing level tersebut. Audit memiliki kualitas pada input level apabila auditor yang menerapkannya kompeten dan independen, serta pengujian prosedur yang dilakukan dapat menghasilkan bukti yang relevan dan andal. Kualitas dari audit input mengalir menuju proses audit, dimana audit memiliki kualitas apabila personil audit yang terlibat dalam audit dapat mengambil keputusan mengenai pengujian tertentu yang akan dipergunakan dan secara tepat mengevaluasi bukti yang didapatkan dari tahap sebelumnya untuk selanjutnya dihasilkan laporan hasil audit. Kualitas audit dipengaruhi oleh institusi/kap dimana auditor bekerja. Hal tersebut dapat nampak apabila pada institusi tersebut mengembangkan prosedur pengujian yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan audit serta dapat memotivasi auditor. Kemudian, dorongan dari KAP dan auditornya untuk dapat menghasilkan audit yang berkualitas dipengaruhi oleh institusi yang mengatur audit dan memberikan hukuman bagi auditor dan KAP apabila menghasilkan audit yang tidak berkualitas dan disalahgunakan. Disimpulkan oleh beliau bahwa untuk mencapai kualitas audit dapat dilakukan dengan keterbukaan dari praktisi dan pembuat regulasi, serta bekerja sama dengan akademisi untuk mencapai apa yang disebut dengan tujuan bersama, yaitu pemahaman yang lebih baik dari beragamnya pemicu kualitas audit yang mampu membuat audit menjadi lebih baik, serta membantu perumusan aturan oleh regulator yang mengatur bidang auditing untuk menyusun kebijakan yang cost-effective untuk meningkatkan kualitas hasil audit.

26 digilib.uns.ac.id 8 Ada 2 hal yang memotivasi auditor untuk menghasilkan audit yang berkualitas menurut Skinner dan Srinivasan (2012), yaitu (1) dorongan litigation/insurance; dan (2) dorongan insentif. Dalam kondisi (1), apabila auditor secara hukum bertanggung jawab terhadap kegagalan dari audit yang dilaksanakan, maka auditor akan termotivasi untuk menghasilkan audit yang berkualitas, demi menghindari biaya yang timbul atas permasalahan hukum. Peran sebagi insurance muncul karena investor lebih menyukai KAP yang besar, karena KAP tersebut lebih dapat memenuhi kepentingan hukum dari investor, serta menyediakan jaminan keuangan terhadap adanya audit yang tidak berkualitas. Dalam kondisi (2), auditor memiliki insentif untuk mendapatkan nama baik untuk menghindari kegagalan audit, karena kualitas audit merupakan hal yang sangat penting bagi klien dan pasar sangat menghargai jasa audit. Ketika reputasi KAP menurun karena tidak mampu menghasilkan audit yang berkualitas, maka klien akan cenderung menggantinya dengan auditor/kap lain. Knechel, Krishnan, Pevzner, Shefchik dan Velury (2012) mengatakan bahwa kualitas audit sering diperdebatkan namun sedikit dipahami. Sudah lebih dari 20 tahun sejak dilakukannya penelitian tentang kualitas audit namun tidak banyak kesepakatan yang dicapai tentang bagaimana mendefinisikan kualitas, namun memberikan masing-masing pihak pemahaman tentang kualitas audit. Disimpulkan bahwa audit yang baik adalah audit yang dilaksanakan berdasarkan perencanaan proses audit yang baik oleh auditor yang termotivasi dan terlatih, yang memahami ketidakpastian pada proses audit dan dapat memahami kondisi unik yang ada pada auditee.

27 digilib.uns.ac.id 9 Deis dan Giroux (1992) mengungkapkan pendapatnya mengenai kualitas audit. Menurut mereka, kualitas audit masih menjadi permasalahan dalam profesi akuntan. Sebuah celah kredibilitas dalam laporan keuangan pemerintah muncul ketika ditemukan bahwa praktek akuntansi yang buruk menimbulkan krisis keuangan di New York dan kota-kota lain pada tahun Sebagai tanggapan, pemerintah mengeluarkan peraturan baru yang bertujuan meningkatkan perbaikan terhadap praktik pelaporan keuangan, meningkatkan pertanggungjawaban pelaporan auditor serta mengadakan program untuk memonitor kualitas audit. Sama halnya dengan kegagalan audit pada sektor bisnis, kurangya kualitas audit pada sektor publik mengakibatkan ketidak percayaan masyarakat terhadap profesi akuntan. Penelitian Rubin (1988) yang disajikan oleh Deis dan Giroux (1992) menyatakan bahwa kualitas audit sektor bisnis dapat digeneralisasikan kepada sektor publik. Hasil penelitian Deis dan Giroux (1992) yaitu semakin panjang tenure maka kualitas audit akan semakin menurun (Carey dan Simnet 2006; Chen, Elder dan Liu, 2005) dan semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit semakin baik (Giroux & Jones, 2011). Carey dan Simnet (2006); Chen, et al, 2005 beranggapan bahwa semakin lama tenure dari partner audit, maka relasi yang terjalin akan berdampak pada independensi, serta mampu mengurangi kemampuan partner audit untuk melakukan critical appraisal. Penelitian Carey dan Simnet (2006) juga mengungkapkan didalam Code of Ethic yang dikeluarkan IFAC tahun 2001 telah diatur bahwa perpanjangan tenure partner dalam sebuah audit mampu menimbulkan familiarity threat (Firth, Rui dan Wu, 2012). Normalnya, partner

28 digilib.uns.ac.id 10 audit dirotasi setelah beberapa periode yang ditentukan sebelumnya, paling lama 7 tahun. Dengan kewajiban adanya rotasi partner audit tersebut diharapkan kualitas audit akan dapat dipertahankan pada level yang sama. Namun penelitian Ghosh dan Moon (2005) tentang Audit Tenure and Perceptions of Audit Quality memberikan hasil yang berbeda. Dengan menggunakan investor, independence rating agencies dan financial analysts sebagai subyek penelitian, hasil penelitiannya adalah tenure yang semakin lama akan meningkatkan kualitas audit. Komite audit yang efektif juga dapat menentukan kualitas audit (Abbot, Parker, Peters dan Gary, 2007; Al-Ajmi, 2009), yaitu komite audit yang independen, melakukan pertemuan secara rutin serta memiliki keanggotan seorang ahli keuangan, dimana komite audit merupakan key stakeholder dalam pengauditan. Komite audit tersebut tidak akan memberikan tugas-tugas audit yang dilakukan oleh auditor internal untuk dilakukan outsourcing kepada auditor eksternal. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga independensi auditor, karena tugas-tugas yang rutin tersebut memiliki karakteristik yang berulang, dan dapat mengakibatkan ketergantungan ekonomi. Abbot, et al. (2007) juga berpendapat bahwa aktivitas audit internal yang berhubungan dengan kerahasiaan klien sebaiknya tidak dilakukan outsoucing kepada pihak eksternal. Al-Ajmi (2009) juga menyatakan bahwa kualitas audit adalah sebuah hasil dari berfungsinya sebuah tim audit, dan mungkin dapat memberikan hasil yang terbaik berdasarkan ketersediaan dari sumber daya yang cukup (DeAngelo,1981b; Frantz, 1999 yang diacu oleh Al-Ajmi (2009), serta adanya sistem pengendalian yang berkualitas.

29 Terkait dalam hal rotasi partner audit, dalam penelitian eksperimental dengan subyek loan officer pada bank di Amerika oleh Daniels dan Booker (2011) memberikan hasil bahwa kebijakan rotasi dari firma audit akan meningkatkan persepsi para loan officers terhadap independensi auditor, namun tidak meningkatkan persepsi terhadap kualitas audit. Hasil penelitian yang sama juga diberikan oleh Firth, et al (2012). Mengambil lokasi penelitian di Tiongkok, dengan menggunakan kecenderungan auditor untuk mengeluarkan opini audit termodifikasi (MAO) sebagai proksi untuk kualitas audit, ditemukan bahwa KAP yang mewajibkan rotasi parter audit, lebih banyak berhubungan dengan adanya MAO, dibanding KAP yang tidak menggunakan rotasi partner audit pada daerah yang kurang berkembang. Artinya adalah pada KAP yang menerapkan kebijakan rotasi partner audit akan lebih sering mengeluarkan perubahan atas opini audit dimana hal tersebut ditunjukkan oleh Modified Audit Opinion yang diberikan kepada klien. Dalam menentukan kualitas audit, Chen, Elder dan Liu (2005) berpendapat bahwa penolakan terhadap tekanan dari pihak manajemen klien ketika pihak manajemen menginginkan adanya negosiasi terhadap permasalahan-permasalah dalam pelaporan keuangan dapat menggambarkan kualitas audit. Mereka menggunakan dua proksi untuk menguji hal tersebut, yaitu keahlian auditor dan besarnya KAP. Semakin auditor memiliki keahlian tertentu dan semakin besar firma audit, maka negosiasi yang dikehendaki manajemen klien tersebut akan mendapatkan penolakan dari auditor, sehingga kualitas audit akan meningkat. Ketika pihak auditor dan klien melakukan negosiasi terhadap permasalahan- perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11

30 digilib.uns.ac.id 12 permasalahan yang ditemukan terkait dengan pelaporan keuangan klien, menjaga integritas dari audit merupakan kewajiban bagi auditor dan hal itu dipersyaratkan dalam standar profesi akuntansi. Hasil penelitian hanya mendukung keahlian tertentu dari auditor yang memiliki hubungan dengan kualitas audit, sedangkan ukuran KAP tidak berhubungan dengan kualitas audit. Hal ini sesuai dengan penelitian Lowensohn, Johnson, Elder dan Davies (2007) yang mengambil lokasi penelitian pada Pemerintah Daerah di Florida. Integritas, oleh Netherland Court of Audit (NCA) dalam The Concept of Integrity, digambarkan sebagai suatu keadaan yang utama (virtue), tidak merusak (incorruptibility), serta tidak adanya pelemahan (being unimpaired). Integritas juga lebih dari sekedar hanya mematuhi hukum dan peraturan. Integritas menurut The Auditing Practices Board (APB) Ethical Standard (2011) merupakan sebuah prasyarat bagi semua bidang pekerjaan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak. Dalam profesi audit, integritas mewajibkan bagi auditor untuk tidak terpengaruhi oleh konflik kepentingan. BPKP (2008) juga menyebutkan bahwa sikap jujur, berani, bijaksana dan bertanggungjawab diperlukan dalam meningkatkan integritas. Kompetensi adalah kemampuan, kecakapan yang dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan suatu pekerjaan/tugas tertentu. Mengacu kepada Institute of Chartered Accountants in Australia dengan standarnya yaitu Auditing Competency Standard for Registered Company Auditors (2004), kompetensi berhubungan dengan pengetahuan dan keahlian dalam melakukan berbagai tugas dalam konteks pekerjaan tertentu. Untuk mengevaluasi kompetensi dapat dilakukan dengan

31 digilib.uns.ac.id 13 penilaian terhadap input (memiliki pengetahuan dan keahlian untuk melaksanakan suatu tugas) serta penilaian terhadap output (secara kompeten mampu menyelesaikan suatu tugas tertentu). Dengan adanya kompetensi terhadap suatu bidang/keahlian, maka didalam menjalankan suatu pekerjaan/tugas tertentu, diharapkan penyelesaian tugas tersebut dapat lebih efektif dan efisien. Prinsip kerahasiaan menurut IFAC (2006) Seksi 140 menimbulkan kewajiban untuk tidak mengungkapkan informasi yang didapatkan dari sebuah aktivitas/tugas tertentu, atau relasi dengan klien, tanpa adanya otorisasi yang khusus, ataupun ada sebuah kewajiban hukum untuk mengungkapkannya; serta memanfaatkan informasi penting dan rahasia, yang dihasilkan dari sebuah aktivitas, tugas atau relasi dengan klien, untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan pihak lain. Sebuah profesi juga wajib menjaga kerahasiaan sebuah informasi perusahaan ataupun organisasi, kecuali adanya kewajiban hukum untuk mengungkapkan informasi tersebut. Dengan prinsip kerahasiaan, maka profesi tidak memberikan informasi yang sifatnya rahasia, yang didapatkan dari pelaksanaan tugasnya dan berhubungan dengan klien Obyektifitas dalam APB (2011) dinyatakan sebagai suatu keadaan pikiran yang tidak memiliki bias, prasangka, dan kompromi, sehingga keadaan tersebut mampu memberikan pertimbangan yang wajar dan tidak berat sebelah, terhadap semua permasalahan yang timbul dari tugas-tugas yang dijalankan. Sama halnya dengan integritas, obyektivitas merupakan prinsip etika yang fundamental, dan mewajibkan auditor dalam memberikan pertimbangan terkait dengan permasalahan yang timbul tersebut tidak terpengaruh dengan konflik kepentingan yang dialami.

32 digilib.uns.ac.id 14 Beberapa peneliti telah menguji pengaruh prinsip-prinsip perilaku kompetensi, obyektifitas, integritas, kerahasiaan, seperti yang diamanatkan dalam Permenpan No:PER/04/M.PAN/03/2008, terhadap kualitas audit. Namun tidak semua dari prinsip-prinsip perilaku tersebut telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Tjun Tjun, Marpaung dan Setiawan (2012); Effendy (2010); Sukriah, Akram dan Inapty (2009); Badjuri (2012), dan semuanya mendapatkan kesimpulan yang sama bahwa kompetensi berpengaruh terhadap hasil audit, sementara penelitian Sujana (2013) serta Kisnawati (2012) ternyata menghasilkan kesimpulan yang berbeda yaitu bahwa kompetensi tidak berpengaruh terhadap hasil audit. Hal tersebut masih menimbulkan pertanyaan apakah benar kompetensi tidak berpengaruh terhadap hasil audit. Untuk prinsip perilaku Obyektivitas dan Integritas telah diteliti oleh Sukriah, et al. (2009), Mabruri dan Winarna (2010), serta Badjuri (2012). Kesimpulan terkait dengan obyektivitas masih terdapat perbedaan, yaitu Sukriah, et al. (2009), serta Mabruri dan Winarna (2010) menyatakan bahwa obyektivitas berpengaruh terhadap hasil audit, sedangkan Badjuri (2012) menyatakan sebaliknya. Untuk kesimpulan terkait dengan Integritas masih terdapat perbedaan hasil, yaitu Sukriah, et al. (2009) menyatakan integritas tidak berpengaruh terhadap hasil audit, sedangkan Mabruri dan Winarna (2010) serta Badjuri (2012) menyatakan sebaliknya. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang masih inkonsisten, menurut penulis seharusnya sesuai dengan konsideran Permenpan No:PER/04/M.PAN/03/2008 bahwa dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik, berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab diperlukan adanya pengawasan oleh

33 digilib.uns.ac.id 15 APIP yang berkualitas dan auditor yang profesional dimana untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan suatu budaya etis dalam profesi APIP seperti yang tercantum dalam prinsip-prinsip perilaku yaitu Integritas, Obyektivitas, Kerahasiaan dan Kompetensi, sehingga terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian audit sehingga dapat terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan audit. Sesuai dengan informasi dari APIP Inspektorat Jendral Kementrian, Kelautan dan Perikanan 7, di dalam pelaksanaan tugasnya, terdapat 2 jabatan fungsional yang menjadi penopang tugastugas Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) sebagai audit internal pemerintah daerah, yaitu auditor dan P2UPD yang saling bersinergi untuk melaksanakan tugas sebagai audit internal. Diharapkan oleh penulis, dengan mempedomani aturan tersebut, dalam melaksanakan tugasnya APIP dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih optimal. Sebagian dari instrumen penelitian ini menggunakan instrument penelitian dari Sukriah, et al. (2009) dengan beberapa penyesuaian. Sukriah, et al. (2009) menggunakan 5 buah variabel independen yaitu pengalaman kerja auditor, independensi auditor, obyektivitas auditor, integritas auditor dan kompetensi auditor dan 1 variabel dependen yaitu kualitas hasil pemeriksaan. Sebelum kuesioner disebarkan, dilakukan pilot kuesioner terlebih dahulu. Kuesioner yang digunakan untuk pilot merupakan penyesuaian dari instrument Sukriah, et al (2009). Dalam melakukan penyesuaian kuesioner, penulis dibantu oleh 1 orang 7 Lihat

34 digilib.uns.ac.id 16 Pengendali Teknis tim audit dan 2 orang Ketua Tim pada Inspektorat Kabupaten Boyolali serta 1 orang mahasiwa S3 Akuntansi UNS. Penulis beranggapan bahwa kuesioner penelitian Sukriah, et al. (2009) sudah mampu mengukur variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini, karena penyusunan kuesioner penelitian tersebut telah mengacu pada standar yang ditetapkan oleh BPKP dan Permenpan. Namun menurut penulis instrumen tersebut kurang sederhana sehingga berpotensi menyebabkan bias bagi responden dalam menjawab serta berpotensi membuat responden memiliki pemahaman yang berbeda. Selain itu penggunaan kata auditor dalam kuesioner penelitian Sukriah, et al (2009) kurang tepat karena dalam penelitian ini respondennya adalah APIP (auditor dan pejabat P2UPD). Justifikasi dalam penyesuaian kuesioner Sukriah, et al. (2009) akan disajikan pada lampiran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah : 1. Penelitian ini menambahkan prinsip Kerahasiaan seperti yang diamanatkan dalam Permenpan No: PER/04/M.PAN/03/2008 sehingga prinsip-prinsip perilaku yang diuji ada 4 (empat) yaitu Integritas, Obyektifitas, Kerahasiaan dan Kompetensi terhadap kualitas audit APIP. 2. Penelitian ini menggunakan teknik analisis SEM (Structural Equation Modelling) dalam menganalisis variabel-variabel yang tidak dapat diukur secara langsung (variabel laten/variabel unobserved) dan memerlukan beberapa indikator untuk mengukurnya (variabel manifest/variabel indikator). Indikator dalam penelitian ini bertipe formatif dan reflektif. Indikator bertipe formatif digunakan untuk mengukur variabel Integritas, Obyektivitas,

35 digilib.uns.ac.id 17 Kerahasiaan dan Kompetensi dikarenakan indikator-indikator tersebut merupakan substansi yang menyusun variabel-variabel laten dalam Permenpan No: PER/04/M.PAN/03/2008. Sedangkan indikator bertipe reflektif digunakan untuk mengukur variabel Kualitas Audit seperti yang diamanatkan dalam Permenpan No: PER/05/M.PAN/03/2008 karena menurut penulis, sesuai dengan pendapat Fornell dan Bookstein (1982) yang dikutip oleh Ghozali (2014), variabel Kualitas Audit dapat dipandang sebagai faktor yang menimbulkan sesuatu yang diamati. B. PERUMUSAN MASALAH Masih adanya inkonsistensi atas hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terhadap pengaruh Integritas, Obyektivitas dan Kompetensi terhadap hasil audit, serta dengan adanya prinsip-prinsip perilaku APIP yaitu Integritas, Obyektivitas, Kerahasiaan dan Kompetensi yang diamanatkan secara wajib dalam Permenpan No: PER/04/M.PAN/03/2008, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Apakah integritas berpengaruh positif terhadap kualitas audit APIP. 2. Apakah obyektivitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit APIP. 3. Apakah kerahasiaan berpengaruh positif terhadap kualitas audit APIP. 4. Apakah kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit APIP. C. TUJUAN PENELITIAN

36 digilib.uns.ac.id 18 Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diberikan diatas : 1. Mengetahui apakah terdapat pengaruh integritas terhadap kualitas audit APIP sebagai pengawas keuangan daerah. 2. Mengetahui apakah terdapat pengaruh obyektivitas terhadap kualitas audit APIP sebagai pengawas keuangan daerah. 3. Mengetahui apakah terdapat pengaruh kerahasiaan terhadap kualitas audit APIP sebagai pengawas keuangan daerah. 4. Mengetahui apakah terdapat pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit APIP sebagai pengawas keuangan daerah. D. MANFAAT PENELITIAN Diharapkan hasil dari penelitian ini bermanfaat sebagai : 1. Bahan pengambilan kebijakan bagi para pemegang kebijakan setelah hasil dari penelitian ini diketahui, sehingga dapat diberikan langkah-langkah yang perlu di dalam pengembangan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah di Pemerintah Daerah se Subosukowonosraten. 2. bahan evaluasi dan masukan di dalam proses untuk meningkatkan kualitas hasil audit dan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah pada Pemerintah Kabupaten/Kota yang lain. 3. dapat menambah referensi di dalam pengembangan kualitas hasil audit terkait dengan prinsip-prinsip perilaku APIP. BAB II

37 digilib.uns.ac.id 19 TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Stewardship Theory Donaldson dan Davis (1989, 1991) seperti yang diacu oleh Davis, Schoorman dan Donaldson (1997) menyatakan bahwa dalam stewardship theory, manajer/eksekutif bertindak sebagai steward / pelayan yang berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi prinsipal. Hal tersebut dikarenakan model dari teori tersebut mengambil gambaran seorang pelayan / steward yang memiliki karakteristik pro terhadap organisasi, perilaku kolektif lebih tinggi dari perilaku individual yang cenderung mementingkan diri sendiri. Perilaku pelayan tidak akan bertentangan dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam organisasi, tidak akan menggunakan cara-cara yang mementingkan diri sendiri melainkan perilaku yang kooperatif bagi organisasi. Menurut Muth dan Donaldson (1991), stewardship theory memberikan pemahaman yang lebih luas terhadap motivasi non financial dalam perilaku manajerial, antara lain kebutuhan pencapaian dan pengakuan, kepuasan atas kinerja yang baik, memberikan rasa hormat terhadap wewenang, dan etika dalam bekerja. Selanjutnya dalam Davis, et al. (1997) dijelaskan bahwa perilaku kolektif tersebut disebabkan karena steward berusaha mencapai tujuan dari organisasi, dimana hal ini akan membantu prinsipal yang merupakan shareholder ataupun stakeholder karena tujuan mereka telah dilaksanakan oleh steward melalui kinerja 19

38 digilib.uns.ac.id 20 organisasi yang baik. Seorang steward yang berhasil meningkatkan kinerja organisasi akan memuaskan banyak pihak, termasuk para shareholder dan stakeholder dari organisasi tersebut. Tentu saja steward memiliki motivasi pribadi, yaitu dengan cara memahami bahwa adanya trade-off antara kebutuhan pribadi dan tujuan organisasi, serta dengan cara bekerja demi tujuan organisasi, maka steward mampu mencapai motivasi pribadi. Hal tersebut karena steward memiliki persepsi bahwa hasil yang diperoleh dari perilaku kolektif lebih besar daripada hasil yang diperoleh dari perilaku individual, sehingga kepentingan dan motivasi seorang steward lebih terarah kepada tujuan organisasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Podrug, N. (2011) dan Davis, et al. (1997) terdapat ringkasan berupa tabel dari dalil stewardship theory dimana manajer selalu bertindak untuk memaksimalkan tujuan organisasi, dengan adanya manajemen lingkungan aktivitas bisnis yang beretika, responsive, inovatif dan profitable sebagai berikut: Tabel 1 Dalil Teori Stewardship Manajer sebagai Pelayan (steward) Pendekatan governance Sosiologis dan Psikologis Model perilaku manusia Kolektivistik, pro-organisasi, dapat dipercaya Manajer termotivasi oleh Tujuan prinsipal Motivasi Aktualisasi diri, pertumbuhan Kepentingan manajerprinsipal Konvergen Kerangka Memfasilitasi dan memperkuat Tujuan Perbaikan kinerja Hubungan prinsipal-manajer Kepercayaan Budaya Kolektivisme Sumber : Diolah oleh penulis dari Podrug, N (2011), dan Davis, et al. (1997)

39 digilib.uns.ac.id 21 Di sektor publik, yang menjadi prinsipal adalah masyarakat dan APIP berperan sebagai steward bagi prinsipal. Kewajiban APIP sebagai steward bagi prinsipal terletak pada tugas-tugas audit yang dijalankan, karena dalam melakukan tugastugas tersebut perilaku dari APIP tidak boleh bertentangan dengan tujuan organisasi dalam menjalankan tugas-tugas pengauditan, karena motivasi dari APIP sebagai steward adalah pencapaian dan pengakuan, kepuasan atas kinerja yang baik, hormat terhadap wewenang, dan etika dalam bekerja. Tugas-tugas APIP sebagai audit internal sangat penting bagi kepentingan masyarakat karena tugas-tugas tersebut kadang memiliki hubungan dengan kasus-kasus korupsi yang juga merugikan kepentingan masyarakat. 2. Integritas US GAO (2011) seperti yang tercantum dalam Government Auditing Standarts edisi revisi tahun 2011 menjelaskan mengenai konsep integritas. Hal tersebut berhubungan dengan kepercayaan publik kepada pemerintah, dimana kepercayaan publik tersebut dipertahankan dan diperkuat oleh auditor dalam melaksanakan tanggung jawab profesional mereka. Integritas meliputi sikap yang obyektif, berdasarkan fakta, non-partisan, dan tidak terkait dengan ideologi tertentu, serta mempertimbangkan entitas yang diaudit dan pengguna auditor laporan. Tuntutan bagi auditor dalam prinsip perilaku integritas menurut BPKP (2008) dalam Modul Kode Etik dan Standar Audit yaitu memiliki kepribadian yang dilandasi kejujuran, keberanian, kebijaksanaan, serta tanggung jawab untuk menciptakan kepercayaan guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang handal. Sikap jujur juga

40 digilib.uns.ac.id 22 didukung oleh keberanian untuk menegakkan kebenaran serta tidak mudah diancam dengan berbagai ancaman. Sikap bertanggung jawab dapat dinilai berdasarkan pengumpulan bukti temuan hasil pemeriksaan yang cukup, kompeten dan relevan dalam penyampaian hasil pengawasannya. 3. Obyektivitas US GAO (2011) melalui Government Auditing Standarts (2011) memberikan pemahaman mengenai obyektifitas, dimana kredibilitas audit di sektor pemerintah didasarkan pada obyektivitas auditor dalam melaksanakan tanggung jawab profesional mereka. Objektivitas termasuk menjadi independence in fact dan independence in appearance ketika memberikan audit, menjaga sikap ketidakberpihakan, memiliki kejujuran intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan. Dalam prinsip perilaku obyektivitas menurut BPKP (2008) dalam Modul Kode Etik dan Standar Audit, auditor harus menjunjung tinggi ketidakberpihakan profesional dalam proses pengumpulan, pengevaluasian, dan melakukan pemrosesan data/informasi yang berhubungan dengan audit, dan dapat membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang relevan serta tidak dipengaruhi kepentingan pribadi maupun orang lain dalam pengambilan keputusan. Untuk itu diharapkan auditor supaya tidak berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang mungkin mengganggu atau dianggap mengganggu penilaian yang tidak memihak atau menyebabkan conflict of interest serta menolak pemberian dari auditi yang terkait dengan pertimbangan profesionalnya. 4. Kerahasiaan

41 digilib.uns.ac.id 23 Mengambil penjelasan dari BPKP (2008) dalam Modul Kode Etik dan Standar Audit mengenai prinsip perilaku kerahasiaan bagi auditor, auditor harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterima serta tidak mengungkapkan informasi tanpa ada otoritas yang memadai kecuali diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Informasi hanya diungkapkan kepada pihakpihak yang berhak sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku. Ardelean (2013) menuliskan bahwa dengan kerahasiaan, auditor tidak akan membocorkan segala informasi klien yang diperoleh ketika melakukan audit, kepada pihak lain. Hal tersebut juga dinyatakan di dalam Code of Ethics yang dikeluarkan oleh Chartered Institute of Internal Auditors, yaitu bahwa auditor internal wajib menghargai nilai informasi serta kepemilikan dari informasi tersebut, sehingga tidak mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak lain, kecuali ada kewajiban hukum yang mengaturnya. IFAC (2006) juga menegaskan bahwa seorang profesional harus menjaga kerahasiaan dalam lingkungan sosial, termasuk adanya pengungkapan karena ketidak hati-hatian, khususnya kepada rekan kerja non tim audit ataupun keluarga dekat. 5. Kompetensi US GAO (2011) dalam Government Auditing Standards menegaskan bahwa kompetensi berasal dari campuran dari pendidikan dan pengalaman. Dalam melakukan audit, kompetensi tidak selalu diukur dengan tahun pengalaman audit karena pengukuran kuantitatif seperti mungkin tidak secara akurat mencerminkan jenis pengalaman yang diperoleh oleh auditor dalam jangka waktu tertentu.

42 digilib.uns.ac.id 24 Mempertahankan kompetensi melalui komitmen untuk belajar dan pembangunan di seluruh kehidupan profesional auditor merupakan elemen penting bagi auditor. Kompetensi memungkinkan auditor untuk membuat penilaian profesional yang baik. Mengutip BPKP (2008) dalam Modul Kode Etik dan Standar Audit yang menjelaskan prinsip perilaku kompetensi bagi auditor, auditor dituntut untuk memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugas, dimana tuntutan ini tidak hanya dilakukan instansinya namun juga dilakukan juga secara mandiri oleh yang bersangkutan. 6. Kualitas Audit Dang (2004) mengatakan bahwa kualitas audit menggambarkan sebaik apa sebuah audit dapat mendeteksi dan melaporkan adanya salah saji material dari laporan keuangan, mengurangi adanya asimetri informasi antara manajemen dan stockholder, serta membantu melindungi kepentingan dari stockholder. Kualitas audit yang baik erat kaitannya dengan kualitas dari laporan keuangan karena laporan keuangan yang diaudit oleh auditor yang berkualitas seharusnya tidak memiliki salah saji dalam penyajiannya. Penelitian Palmrose (1988) yang diacu oleh Dang (2004) mendefinisikan kualitas audit dalam konteks level of assurance, sejauh mana tingkat keyakinan yang dapat diberikan oleh auditor terhadap laporan keuangan yang telah diaudit. Berdasarkan penelitian Efendy (2010), beberapa penelitian seperti DeAngelo (1981); Goldman & Barlev (1974); Nichols & Price (1976) umumnya mengasumsikan bahwa auditor dengan kemampuannya akan dapat menemukan

43 digilib.uns.ac.id 25 suatu pelanggaran dan kuncinya adalah auditor tersebut harus independen. Tetapi tanpa informasi tentang kemampuan teknik (seperti pengalaman audit, pendidikan, profesionalisme, dan struktur audit perusahaan), kapabilitas dan independensi akan sulit dipisahkan. Peraturan BPK No 1 Tahun 2007 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyebutkan dalam pengukuran kualitas audit atas laporan keuangan, khususnya yang dilakukan oleh APIP, wajib menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Dalam lampiran III PSP 02 paragraf 17 dapat disimpulkan bahwa manfaat atau kualitas yang diperoleh dari audit tidak diperhitungkan dari banyaknya temuan hasil pemeriksaan atau jenis rekomendasi yang dibuat, namun terletak pada efektivitas penyelesaian temuan audit yang ditempuh oleh auditee. Standar audit APIP sesuai dengan amanat Permenpan No:PER/05/M.PAN/03/2008, audit merupakan proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektifitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Dengan adanya standar tersebut diharapkan APIP dapat menghasilkan audit yang berkualitas, sesuai dengan tujuan audit yang ditetapkan, memiliki pedoman dalam melaksanakan audit, serta memiliki dasar penilaian keberhasilan pelaksanaan audit. Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan ukuran kualitas audit adalah persepsi APIP terhadap kualitas audit yang dikembangkan sesuai dengan Permenpan No:PER/05/M.PAN/03/2008.

44 digilib.uns.ac.id Pengawasan Keuangan Daerah Pengertian keuangan daerah dalam penjelasan pasal 156 ayat 1 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah merupakan semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Hak dan kewajiban daerah tersebut berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas pelayanannya bagi masyarakat. Makna dari dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang adalah hak dan kewajiban tersebut dapat diukur dalam satuan moneter (mata uang rupiah) sehingga dapat ditentukan besaran rupiah yang berhubungan dengan hak dan kewajiban tersebut. Sesuai dengan UU Nomor 33 Tahun 2004, keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Menurut BPKP (2011) dalam Modul Sistem Administrasi Keuangan Daerah II, yang termasuk dengan hak daerah antara lain hak menarik pajak dan retribusi daerah, hak mengadakan pinjaman dan hak untuk memperoleh dana perimbangan dari pemerintah pusat. Sedangkan yang termasuk kewajiban daerah adalah bagian dari pelaksanaan tugas-tugas pemerintah pusat sesuai dengan pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

45 digilib.uns.ac.id 27 ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pengawasan keuangan daerah merupakan salah satu dari tahap pelaksanaan keuangan daerah. Pengawasan keuangan daerah dilakukan oleh APIP sebagai internal audit Pemerintah Daerah. Hal tersebut dilakukan dalam rangka pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah, diadakan kegiatan pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah; dan pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Pengawasan sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh aparat pengawas intern Pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk juga dalam hal keuangan daerah (Murwanto, Budiarso dan Ramadhana, 2014). Pengawasan merupakan fungsi yang menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat menghasilkan seperti yang diinginkan dan berhubungan dengan perbandingan antara pelaksanaan secara aktual dengan rencananya (Palupi, 2012). B. Penelitian Terdahulu Tjun Tjun, et al. (2012) melakukan penelitian dengan obyek dari penelitian adalah Kantor Akuntan Publik di Jakarta Pusat. Ada 3 sudut pandang kompetensi yang dapat digunakan, yaitu kompetensi auditor individual, kompetensi tim audit dan kompetensi dari sudut pandang KAP, namun dalam penelitian ini menggunakan kompetensi dari sudut pandang auditor individual. Hal ini dikarenakan auditor adalah subyek yang melakukan audit secara langsung dan berhubungan langsung dalam proses audit sehingga diperlukan kompetensi yang baik untuk menghasilkan

46 digilib.uns.ac.id 28 audit yang berkualitas. Penelitian yang dilakukan Kisnawati (2012) untuk variabel kompetensi terdiri dari dua subvariabel/proksi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Dalam penelitian tersebut Kisnawati (2012) memberikan penjelasan rinci mengenai kompetensi yaitu pengetahuan dengan sub indikator latar belakang pendidikan, kompetensi teknis dan sertifikasi jabatan, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan serta pengalaman dengan sub indikator lama melakukan audit, jumlah auditi yang sudah diaudit dan jenis obyek yang pernah diaudit. Hasil penelitian Tjun Tjun, et al. (2012) menunjukkan bahwa kompetensi yang diproksikan dengan pengalaman dan pengetahuan berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang dimiliki agar mampu memaksimalkan penerapan pengetahuan dalam pelaksanaannya dan selaras dengan semakin bertambahnya pengetahuan dari auditor dalam melakukan audit. Hasil yang berbeda dihasilkan dari penelitian Kisnawati (2012), yang menyimpulkan bahwa kompetensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Efendy (2010) mengambil lokasi penelitian di Pemerintah Kota Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi, berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sehingga semakin baik tingkat kompetensi, maka akan semakin baik kualitas audit yang dilakukannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kualitas audit, kita perlu untuk meningkatkan kompetensi melalui sarana-sarana yang ada antara lain pendidikan dan pelatihan, pelatihan kantor sendiri, seminar, workshop maupun bimbingan teknis.

47 digilib.uns.ac.id 29 Sukriah, et al. (2009) menyusun instrument penelitian berdasarkan Modul Kode Etik dan Standar Audit BPKP (2008), Permenpan No:PER/04/M.PAN/03/2008 serta Permenpan No:PER/05/M.PAN/03/2008. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kesimpulan bahwa obyektifitas dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan sedangkan integritas tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Dengan demikian, semakin banyak pengalaman kerja, semakin obyektif auditor melakukan pemeriksaan dan semakin tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin meningkat atau semakin baik kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukannya. Mabruri dan Winarna (2010) melakukan pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Sukriah, et al. (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa obyektifitas dan integritas auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit di lingkungan pemerintah daerah. Dengan demikian, semakin obyektif auditor, dan semakin tinggi integritas seorang auditor maka semakin baik kualitas hasil audit yang dilakukannya. Badjuri (2012) melakukan penelitian dengan menggunakan kuesioner yang telah dikembangkan oleh Sukriah, et al., (2009). Hasil yang didapat berbeda, karena berdasarkan penelitian Badjuri (2012) menunjukkan bahwa integritas dan kompetensi berhubungan dengan kualitas hasil audit sedangkan obyektivitas tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Hasil penelitian tersebut menimbulkan kesimpulan bahwa dalam menjalankan penugasan audit, auditor tidak perlu bersikap obyektif untuk meningkatkan hasil audit.

48 digilib.uns.ac.id 30 Wardoyo, Anthonius dan Silaban (2011) memberikan kesimpulan yang berbeda dimana kompetensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Analisis dari peneliti adalah karena variabel kompetensi diproksikan dalam dua hal yaitu pengetahuan dan pengalaman yang tidak selamanya berpengaruh terhadap kualitas audit. Peneliti menyimpulkan bahwa kualitas audit tidak tergantung kepada pengetahuan dan pengalaman karena auditor yang berpengalaman berperilaku sama dengan akuntan yang tidak berpengalaman. C. Pengembangan Hipotesa 1. Pengaruh Integritas terhadap kualitas audit Integritas berhubungan dengan kepercayaan publik kepada pemerintah, dimana kepercayaan publik tersebut harus dipertahankan dan diperkuat oleh auditor dalam melaksanakan tanggung jawab profesional mereka dalam melaksanakan audit. Integritas meliputi sikap yang obyektif, berdasarkan fakta, non-partisan, dan tidak terkait dengan ideologi tertentu, serta mempertimbangkan entitas yang diaudit dan pengguna laporan auditor. APIP yang memiliki integritas dalam melakukan audit, diharapkan mampu untuk meningkatkan kualitas hasil audit karena menurut BPKP (2008) dengan integritas maka auditor akan mampu melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh; mampu menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi dan organisasi dalam melaksanakan tugas; mampu mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan dan mengungkapkan segala hal yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan

49 digilib.uns.ac.id 31 dan profesi yang berlaku; mampu menjaga citra dan mendukung visi dan misi organisasi; mampu untuk tidak ikut serta dalam kegiatan ilegal atau pada tindakantindakan yang dapat merugikan profesi APIP ataupun organisasinya; mampu menjalin dan membuat kerjasama yang sehat diantara sesama auditor dalam pelaksanaan audit; serta mampu untuk saling membimbing dan mengingatkan perilaku antara sesama profesi auditor. Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan integritas, yaitu Sukriah, et al. (2009), dan Mabruri dan Winarna (2010) dimana kesimpulan yang didapatkan Sukriah, et al. yaitu bahwa integritas tidak berpengaruh terhadap hasil audit berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Mabruri dan Winarna (2010) dimana integritas berpengaruh terhadap kualitas hasil audit di lingkungan pemerintah daerah. Berdasarkan inkonsistensi beberapa hasil penelitian dan teori yang telah diungkapkan, maka penulis mengusulkan hipotesis sebagai berikut : H1 : Integritas berpengaruh positif terhadap kualitas audit APIP 2. Pengaruh Obyektivitas terhadap kualitas audit Objektivitas digambarkan dengan menjaga sikap ketidakberpihakan, memiliki kejujuran intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan. Dalam prinsip perilaku obyektivitas, BPKP (2008) memberikan pedoman bagi auditor yaitu mengungkapkan semua fakta material yang diketahuinya, yang apabila tidak diungkapkan mungkin dapat mengubah pelaporan kegiatan-kegiatan yang diaudit; tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan-hubungan yang mungkin mengganggu atau dianggap mengganggu penilaian yang tidak memihak atau yang

50 digilib.uns.ac.id 32 mungkin menyebabkan terjadinya benturan kepentingan; serta menolak suatu pemberian dari auditi yang terkait dengan keputusan maupun pertimbangan profesionalnya. Prinsip perilaku Obyektivitas juga diteliti oleh Sukriah, et al. (2009), Mabruri dan Winarna (2010), serta Badjuri (2012). Kesimpulan terkait dengan obyektivitas masih terdapat perbedaan, yaitu Sukriah, et al. (2009) serta Mabruri dan Winarna (2010) menyatakan bahwa obyektivitas berpengaruh terhadap hasil audit, sedangkan Badjuri (2012) menyatakan sebaliknya. Berdasarkan inkonsistensi beberapa hasil penelitian dan teori yang telah diungkapkan, maka penulis mengusulkan hipotesis sebagai berikut : H2 : Obyektivitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit APIP 3. Pengaruh Kerahasiaan terhadap kualitas audit Ketetapan kedua dari Permenpan No PER/04/M.PAN/03/2008 mengamanatkan bahwa Kode Etik APIP tersebut wajib dipergunakan sebagai acuan untuk mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis sehingga terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan audit. Prinsipprinsip perilaku yang wajib dipatuhi oleh auditor dan PNS/petugas yang diberi tugas untuk melaksanakan pengawasan dan pemantauan tindak lanjutnya antara lain adalah Kerahasiaan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa Auditor harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan oleh peraturan perundang-undangan. Informasi yang diterima oleh auditor tidak boleh

51 digilib.uns.ac.id 33 diungkapkan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan selain yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan. Selain itu tindakan yang tidak sesuai dengan Kode Etik tidak dapat diberi toleransi meskipun dengan alasan tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan organisasi, atau diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi. Peraturan BPK No 1 Tahun 2007 juga mengungkapkan bahwa kerahasiaan harus diterapkan bagi pemeriksa di dalam melaksanakan pemeriksaan. Hal itu dilakukan untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik. Pemeriksa harus bersikap jujur dan terbuka kepada entitas yang diperiksa dan para pengguna laporan hasil pemeriksaan dalam melaksanakan pemeriksaannya dengan tetap memperhatikan batasan kerahasiaan yang dimuat dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya pemeriksa harus berhati-hati dalam menggunakan informasi yang diperoleh selama melaksanakan pemeriksaan serta tidak boleh menggunakan informasi tersebut diluar pelaksanaan pemeriksaan kecuali ditentukan lain. Dalam Peraturan BPK No 2 Tahun 2011 juga memberikan pertimbangan akan diterapkannya kerahasiaan dalam pelaksanaan pemeriksaannya bagi pemeriksa dan pelaksana BPK lainnya untuk wajib menjaga kerahasiaan hasil pemeriksaan kepada pihak yang tidak berkepentingan. Di dalam audit sektor privat, Arens, et al. (2012) menyatakan bahwa penting bagi praktisi untuk tidak mengungkapkan informasi rahasia yang telah didapatkan dalam perikatan tanpa persetujuan/ijin dari klien karena dapat menyebabkan kerugian dari manajemen. Namun terdapat 4 pengecualian terhadap pengungkapan informasi rahasia dari klien yaitu : kewajiban yang berhubungan dengan standar

52 digilib.uns.ac.id 34 teknis audit, keterkaitan dengan ketaatan hukum, peer review dan tanggapan terhadap divisi etika. Institut Akuntan Publik Indonesia (2008) juga mengatur kerahasiaan di dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Prinsip kerahasiaan mengatur bahwa Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh Praktisi untuk keuntungan pribadinya atau pihak ketiga. Selain itu setiap Praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan sosialnya. Setiap praktisi harus waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan bisnis maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya. Berdasarkan teori yang ada, maka penulis mengusulkan hipotesis sebagai berikut : H3 : Kerahasiaan berpengaruh positif terhadap kualitas audit APIP 4. Pengaruh Kompetensi terhadap kualitas audit Auditor dituntut untuk memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas pengauditan.

53 digilib.uns.ac.id 35 Dengan memiliki kompetensi yang dibutuhkan, diharapkan pelaksanaan audit akan lebih cepat dan lebih berkualitas karena dengan kompetensi dapat dilihat kecakapan seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya. Umumnya auditor memiliki persyaratan khusus yang harus ditempuh untuk mendapatkan kompetensi. Dalam melaksanakan audit, biasanya kompetensi tidak selalu diukur dengan lamanya melakukan audit. Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 210 yang diterbitkan IAI (2008) juga mengatur tentang kompetensi, menyimpulkan bahwa pencapaian keahlian untuk kompetensi tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, pelatihan-pelatihan teknis, yang dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Penelitian Tjun Tjun, et al. (2012), Effendy (2010), Sukriah, et al. (2009) serta Badjuri (2012) semuanya mendapatkan kesimpulan yang sama bahwa kompetensi berpengaruh terhadap hasil audit, sementara penelitian Wardoyo, et al. (2011) serta Kisnawati (2012) menghasilkan kesimpulan yang berbeda bahwa kompetensi tidak berpengaruh terhadap hasil audit. Berdasarkan inkonsistensi beberapa hasil penelitian dan teori yang telah diungkapkan, maka penulis mengusulkan hipotesis sebagai berikut : H4 : Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit APIP D. KERANGKA BERPIKIR Adanya kasus-kasus korupsi keuangan daerah yang melibatkan PNS seharusnya tidak terulang lagi apabila APIP berpedoman kepada Permenpan No :

54 digilib.uns.ac.id 36 PER/04/M.PAN/03/2008. Dalam peraturan tersebut terkandung unsur-unsur yang melandasi prinsip perilaku APIP sehingga diharapkan apabila unsur-unsur tersebut terpenuhi maka akan meningkatkan kualitas audit APIP sehingga APIP mampu lebih menjalankan fungsinya sebagai auditor internal pemerintah dalam mencegah terjadinya korupsi. Berdasarkan hipotesa yang telah diberikan, maka model kerangka berpikir dalam penelitian ini diusulkan sebagai berikut : Integritas Obyektivitas Kerahasiaan Kompetensi H1 + H2 + H3 + H4 + KUALITA S AUDIT Gambar 1 Model awal Kerangka Berfikir Penelitian Sumber : diolah oleh penulis (2014) BAB III METODE PENELITIAN

55 digilib.uns.ac.id 37 A. Jenis Penelitian Penelitian berjudul Prinsip Perilaku APIP dan Kualitas Audit ini merupakan penelitian dengan tipe basic research, yang bertujuan untuk menghasilkan suatu pengetahuan terhadap sebuah fenomena tertentu. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara memberikan kuesioner secara langsung dari peneliti kepada responden (personally administered questionnaires). Selain menggunakan data primer, peneliti juga menggunakan data sekunder yaitu data kepegawaian yang meliputi pendidikan terakhir, jabatan fungsional, masa kerja serta data berupa peraturan-peraturan yang terkait dengan penelitian. B. Populasi, Sampel dan Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Aparat Pengawas Internal Pemerintah di Jawa Tengah. Sedangkan sampel yang digunakan yaitu Aparat Pengawas Internal Pemerintah di Pemerintah Daerah se-subosukowonosraten (Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Karanganyar). Sampel tersebut dipilih karena pertimbangan berikut: 1. Pemerintah Daerah se-subosukowonosraten memiliki latar belakang akar budaya yang sama, dikarenakan satu daerah asal Soloraya (sebagai eks karesidenan Surakarta). 37

56 digilib.uns.ac.id APIP pada Pemerintah Daerah se-subosukowonosraten memiliki forum pertemuan rutin antar APIP sebagai media tukar menukar informasi dan pengalaman dalam melakukan pemeriksaan. Pengambilan sampel menggunakan sampling non probabilitas dengan metode purposive sampling, dengan kriteria APIP yang memiliki sertifikat kompetensi APIP & calon APIP, serta pejabat fungsional P2UPD. Menurut informasi dari rekan-rekan mahasiwa Maksi Star BPKP yang rata-rata juga merupakan APIP di masing-masing Instansi di Subosukowonosraten, jumlah APIP dan Calon APIP se- Subosukowonosraten per tanggal 16 Desember 2014 adalah 172 personil. C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Integritas (X1) Konsep integritas menurut United States Government Accountability Office (US GAO) tahun 2011 yaitu meliputi sikap yang obyektif, berdasarkan fakta, nonpartisan, dan tidak terkait dengan ideologi tertentu, serta mempertimbangkan entitas yang diaudit dan pengguna auditor laporan. Tuntutan bagi auditor dalam prinsip perilaku integritas menurut BPKP (2008) dan Permenpan No:PER/04/M.PAN/03/2008 antara lain yaitu mampu melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh; mampu menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi dan organisasi dalam melaksanakan tugas; mampu mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan dan mengungkapkan segala hal yang ditentukan oleh

57 digilib.uns.ac.id 39 peraturan perundang-undangan dan profesi yang berlaku; mampu menjaga citra dan mendukung visi dan misi organisasi; mampu untuk tidak ikut serta dalam kegiatan illegal atau pada tindakan-tindakan yang dapat merugikan profesi APIP ataupun organisasinya; mampu menjalin dan membuat kerjasama yang sehat diantara sesama auditor dalam pelaksanaan audit; serta mampu untuk saling membimbing dan mengingatkan perilaku antara sesama profesi auditor. Variabel ini diukur menggunakan skala Likert 5 poin dengan skala interval. Jawaban 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju) menggunakan instrument penelitian yang digunakan Sukriah, et al. (2009) dengan penyesuaian. Untuk menyesuaikan dengan penelitian ini, penulis dibantu oleh Pengendali Teknis Tim Audit dan Ketua Tim Audit melakukan justifikasi dari instrument penelitian Sukriah, et al. (2009). Sebagai contoh dalam pernyataan nomer 1 : Auditor harus taat pada peraturanperaturan baik ketika diawasi maupun tidak diawasi. Justifikasi yang diberikan oleh penulis yaitu perubahan kata auditor dengan saya karena penelitian ini ingin mengetahui persepsi diri responden, bukan penilaian responden terhadap auditor. Sehingga pernyataan hasil justifikasi yang digunakan untuk pilot kuesioner adalah dalam pemeriksaan, saya harus taat pada peraturan-peraturan bahkan ketika sedang tidak diawasi. Setelah dilakukan justifikasi terhadap semua instrument dari variabel Integritas Sukriah, et al. (2009), instrument kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel laten integritas untuk pilot test terdiri dari 6 pernyataan dari yang sebelumnya 14 pernyataan. Justifikasi lengkap untuk variabel laten Integritas disajikan dalam lampiran 1.

58 digilib.uns.ac.id Obyektivitas (X2) Mengambil definisi dari BPKP (2008) dan Permenpan No:PER/04/M.PAN/03/2008, obyektivitas dalam pemeriksaan merupakan sikap ketidak berpihakan profesional dalam mengumpulkan, mengevaluasi dan memproses data/informasi audit. APIP harus mampu membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan sendiri atau orang lain dalam mengambil keputusan dalam suatu permasalahan. Variabel ini diukur menggunakan skala Likert 5 poin dengan skala interval. Jawaban 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju). Jawaban 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju) menggunakan instrumen penelitian yang digunakan Sukriah, et al. (2009) dengan penyesuaian. Untuk menyesuaikan dengan penelitian ini, penulis dibantu oleh Pengendali Teknis Tim Audit dan Ketua Tim Audit melakukan justifikasi dari instrument penelitian Sukriah, et al. (2009). Sebagai contoh dalam pernyataan nomer 1 : Auditor dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu yang berkepentingan atas hasil pemeriksaan. Justifikasi yang diberikan oleh penulis yaitu perubahan kata auditor dengan saya karena penelitian ini ingin mengetahui persepsi diri responden, bukan penilaian responden terhadap auditor. Sehingga pernyataan hasil justifikasi yang digunakan untuk pilot kuesioner adalah Saya dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu yang berkepentingan atas hasil pemeriksaan. Setelah dilakukan justifikasi terhadap semua instrument dari variabel Obyektivitas Sukriah, et al. (2009), instrument kuesioner yang digunakan

59 digilib.uns.ac.id 41 untuk mengukur variabel laten integritas untuk pilot test terdiri dari 5 pernyataan dari yang sebelumnya 8 pernyataan. Justifikasi lengkap untuk variabel laten Obyektivitas disajikan dalam lampiran Kerahasiaan (X3) Menggunakan definisi dari BPKP (2008) dan Permenpan No:PER/04/M.PAN/03/2008, kerahasiaan dalam pemeriksaan merupakan sikap auditor dalam menghargai dan menjaga nilai kepemilikan informasi yang diterimanya dan tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan oleh peraturan perundang-undangan. Auditor hanya mengungkapkan informasi yang diperolehnya kepada yang berhak untuk menerimanya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Variabel ini dukur menggunakan skala Likert 5 poin dengan skala interval. Jawaban 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju). Instrumen penelitian dikembangkan oleh penulis menggunakan referensi dari Permenpan No : PER/04/M.PAN/03/2008, Modul Kode Etik dan Standar Audit (BPKP, 2008), Kode Etik Profesi Akuntan Publik (IAPI, 2008), Government Auditing Standards, December 2011 Revision (US GAO, 2011) serta Peraturan BPK No 2 Tahun Kompetensi (X4) Menggunakan definisi dari BPKP (2008) dan Permenpan No:PER/04/M.PAN/03/2008, dalam melaksanakan tugasnya auditor dituntut untuk memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas. Tuntutan ini bukan saja dilakukan berdasarkan

60 digilib.uns.ac.id 42 penugasan keikutsertaan dalam seminar, lokakarya atau pelatihan dari instansinya saja melainkan juga dilakukan secara mandiri oleh auditor yang bersangkutan. Variabel ini diukur menggunakan Skala Likert 5 poin dengan skala interval. Jawaban 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju) menggunakan instrumen penelitian yang digunakan Sukriah, et al. (2009) dengan penyesuaian. Untuk menyesuaikan dengan penelitian ini, penulis dibantu oleh Pengendali Teknis Tim Audit dan Ketua Tim Audit melakukan justifikasi dari instrument penelitian Sukriah, et al. (2009). Sebagai contoh dalam pernyataan nomer 1 : Auditor harus memiliki rasa ingin tahu yang besar, berpikiran luas dan mampu menangani ketidakpastian. Justifikasi yang diberikan oleh penulis yaitu perubahan kata auditor dengan saya karena penelitian ini ingin mengetahui persepsi diri responden, bukan penilaian responden terhadap auditor. Sehingga pernyataan hasil justifikasi yang digunakan untuk pilot kuesioner adalah Saya memiliki rasa ingin tahu yang besar, berpikiran luas dan mampu menangani ketidakpastian. Setelah dilakukan justifikasi, instrument kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel laten Kompetensi untuk pilot test terdiri dari 6 pernyataan dari yang sebelumnya 10 pernyataan. Justifikasi lengkap untuk variabel laten Obyektivitas disajikan dalam lampiran Kualitas Audit (Y) Dang (2004) mengatakan bahwa kualitas audit menggambarkan sebaik apa sebuah audit dapat mendeteksi dan melaporkan adanya salah saji material dari

61 digilib.uns.ac.id 43 laporan keuangan, mengurangi adanya asimetri informasi antara manajemen dan stockholder, serta membantu melindungi kepentingan dari stockholder. Kualitas audit yang baik erat kaitannya dengan kualitas dari laporan keuangan karena laporan keuangan yang diaudit oleh auditor yang berkualitas seharusnya tidak memiliki salah saji dalam penyajiannya. Karena penelitian ini dilakukan pada sektor publik, maka kualitas audit berpedoman pada standar audit APIP yang telah diamanatkan dalam Permenpan Nomor : PER/05/M.PAN/03/2008 Tentang Standar Audit APIP dan definisi dari BPKP (2008). Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan ukuran kualitas audit adalah persepsi APIP terhadap kualitas audit yang dikembangkan sesuai dengan Permenpan No:PER/05/M.PAN/03/2008. Variabel ini diukur menggunakan Skala Likert 5 poin dengan skala interval. Jawaban 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju) menggunakan instrumen penelitian yang digunakan Sukriah, et al. (2009) dengan penyesuaian. Untuk menyesuaikan dengan penelitian ini, penulis dibantu oleh Pengendali Teknis Tim Audit dan Ketua Tim Audit melakukan justifikasi dari instrument penelitian Sukriah, et al. (2009). Sebagai contoh dalam pernyataan nomer 1 : Saat menerima penugasan, auditor menetapkan sasaran, ruang lingkup, metodelogi pemeriksaan. Justifikasi yang diberikan oleh penulis yaitu perubahan kata auditor dengan saya karena penelitian ini ingin mengetahui persepsi diri responden, bukan penilaian responden terhadap auditor. Sehingga pernyataan hasil justifikasi yang digunakan untuk pilot kuesioner adalah : Saat menerima penugasan, saya menetapkan sasaran, ruang lingkup, metodelogi pemeriksaan. Setelah dilakukan justifikasi, instrument

62 digilib.uns.ac.id 44 kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel laten Kualitas Audit untuk pilot test terdiri dari 6 pernyataan dari yang sebelumnya 10 pernyataan. Justifikasi lengkap untuk variabel laten Obyektivitas disajikan dalam lampiran 4. D. Penyusunan kuesioner final Setelah pilot test selesai dilakukan terhadap 15 responden, semua responden memberikan masukan-masukan terkait dengan perbaikan-perbaikan kuesioner pilot test. Perbaikan-perbaikan tersebut termasuk adanya penyederhanaan kalimat, kalimat yang mengandung kata-kata yang membingungkan, serta penambahan kalimat pernyataan negatif. Penjelasan mengenai hal ini akan disajikan pada Bab IV. E. Indikator Reflektif dan Formatif Haenlein dan Kaplan (2004) menjelaskan dengan referensi dari Bollen dan Lennox (1991) bahwa ada 2 jenis indikator yang digunakan untuk mengukur variabel laten yaitu indikator reflektif dan indikator formatif (disebut dengan model causal). Hal tersebut juga dinyatakan dalam Henseler, Ringle dan Sinkovics (2009) bahwa istilah formatif dan reflektif memiliki konotasi yang sama dengan klasifikasi causal dan effect yang menunjukkan perbedaan karakterisasi dari model pengukuran variabel laten. Dalam penjelasan Jarvis, MacKenzie dan Podsakoff (2003) indikator reflektif memiliki arah kausalitas berasal dari variabel laten menuju variabel indikator serta perubahan variabel laten akan menyebabkan perubahan variabel indikator, sedangkan indikator formatif memiliki arah

63 digilib.uns.ac.id 45 kausalitas dari variabel indikator menuju variabel laten, serta perubahan dalam variabel indikator akan menyebabkan perubahan pada variabel laten. Gambar 2 Perbedaan Indikator Refleksif dan Indikator Formatif Sumber : Jarvis, et al. (2003:p.201) Menurut Haenlein dan Kaplan (2004) indikator formatif digunakan ketika konstruk yang digunakan dalam penelitian dipersepsikan sebagai gabungan atas penjelasan dari indikator yang ada. Pendapat senada dikemukakan oleh Peng dan Lai (2012) bahwa perbedaan mendasar yang dimiliki oleh indikator formatif yaitu indikator tersebut menentukan variabel laten. Menurut Jarvis, et al. (2003), dalam indikator formatif, perubahan dalam variabel manifest dapat menyebabkan perubahan dalam variabel konstruk, sehingga disebut juga indikator kausal. Model indikator formatif memiliki asumsi bahwa variabel manifest dapat berdampak (atau menjadi sebab) dari variabel konstruk. Lebih jauh lagi Jarvis, et al. (2003) juga menambahkan bahwa karena indikator formatif mempengaruhi konstruk laten, maka indikator tersebut dapat berkorelasi, namun tidak diperlukan. Akan menjadi konsisten bagi indikator formatif untuk sama sekali tidak berkorelasi satu sama lain.

64 digilib.uns.ac.id 46 Penelitian ini menggunakan indikator formatif dan reflektif dalam menyusun variabel laten (konstruk). Sebagai contoh indikator formatif adalah variabel laten Obyektivitas dengan indikator : Bertindak adil tanpa tekanan, Menolak penugasan apabila ada hubungan, Dapat diandalkan dan dipercaya, Sulit mengungkapkan pendapat dan tidak mencari kesalahan. Sedangkan untuk indikator reflektif adalah variabel laten Kualitas Audit dengan indikator : Menetapkan sasaran, ruang lingkup & metodologi pemeriksaan, Tidak setuju adanya reviu berjenjang, menjalankan proses pengumpulan dan pengujian bukti, Laporan memuat temuan secara obyektif dan rekomendasi, Laporan akurat, lengkap, tepat waktu serta Laporan mengemukakan tanggapan obyek pemeriksaan. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran. Konstruk Integritas, Obyektivitas, Kerahasiaan dan Kompetensi menggunakan indikator formatif dalam pengukurannya. Hal tersebut menurut penulis sesuai dengan rule of thumb penentuan indikator formatif/reflektif (Jarvis, et al., 2003), antara lain bahwa indikator-indikator yang digunakan dalam pengukuran konstruk tersebut tidak memiliki tema/pokok yang sama. Selain itu antar indikator yang digunakan oleh penulis diasumsikan juga tidak saling berkorelasi dan mutually exclusive serta perubahan pada variabel indikator akan menyebabkan adanya perubahan pada konstruk. Sedangkan penggunaan indikator reflektif digunakan untuk mengukur konstruk Kualitas Audit karena sesuai dengan rule of thumb Jarvis, et al. (2003) bahwa indikator harus memiliki tema/pokok yang sama/mirip, perubahan pada indikator tidak menyebabkan perubahan pada konstruk, serta indikator tersebut merupakan perwujudan dari konstruk. Sebagai contoh indikator

65 digilib.uns.ac.id 47 reflektif pada konstruk laten Kualitas audit dengan 6 indikator dalam penelitian ini merupakan penjabaran dari prinsip Kualitas audit sesuai dengan Permenpan No:PER/04/M.PAN/03/2008. F. Teknik Analisis Data 1. Alat Analisis Structural Equation Modelling (SEM) memiliki kemampuan untuk mengukur variabel vang tidak teramati (konstruk laten) dengan menggunakan variabel indikator (variabel manifest). Ghozali (2008) menyatakan model persamaan ini memiliki keunggulan karena memasukkan nilai kesalahan pengukuran dalam model pada variabel laten yang digunakan. Hal ini disebabkan karena tidak ada model pengukuran yang mampu mengukur suatu konsep secara sempurna tanpa ada kesalahan pengukuran atau error. Menurut Ferdinand (2002), SEM adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan relatif "rumit" secara simultan. Haenlein dan Kaplan (2004) menyatakan bahwa secara umum ada 2 pendekatan untuk mengestimasi parameter dari SEM yaitu pendekatan berbasis kovarian dan pendekatan berbasis varian (pendekatan component-based). Penelitian dari Hashim (2012) memberikan rule of thumb dalam menentukan penggunaan SEM berbasis kovarian dan varian, yaitu mula-mula peneliti harus menentukan apakah tujuan penelitian tersebut karena SEM berbasis kovarian merupakan metode yang sesuai untuk menguji atau mengkonfirmasi teori, sedangkan SEM berbasis varian sesuai apabila tujuan penelitian untuk prediksi dan

66 digilib.uns.ac.id 48 pengembangan teori, dimana hal tersebut dinamakan soft modelling. Ghozali (2014) menambahkan bahwa SEM berbasis varian merupakan solusi terbaik untuk menjelaskan hubungan antar variabel berdasarkan keterbatasan data yang ada. Selanjutnya Hashim (2012) juga menjelaskan bahwa rule of thumb yang lain adalah SEM berbasis kovarian hanya terbatas dapat digunakan untuk konstruk dengan pengukuran indikator reflektif, karena penggunaan indikator formatif dapat menyebabkan penjelasan atas kovarian dari semua indikator tidak memungkinkan. Dengan SEM berbasis varian, dimampukan penggunaan indikator refleksif dan formatif dalam pengukuran konstruk. Selain itu juga adanya keharusan bagi SEM berbasis kovarian untuk memenuhi asumsi normalitas data secara multivariat serta jumlah sampel yang besar. Berkaitan dengan persyaratan jumlah sampel bagi SEM berbasis kovarian, Aryani (2009) mengacu Hair, et al. (2006) menjelaskan bahwa jumlah sampel yang disarankan yaitu sebesar Penelitian ini menggunakan SEM berbasis varian dengan software SmartPLS versi 2.0.M3 (Ringle, Wende dan Will, 2005). Pemilihan SEM berbasis varian dikarenakan indikator-indikator yang menyusun variabel laten bertipe formatif dan refleksif. Selain itu jumlah sampel yang relatif kecil (172 responden) dan adanya kemungkinan respon rate yang kurang serta kesalahan yang dilakukan responden dalam pengisian kuesioner yang mampu menyebabkan jumlah sampel < 172 juga menjadi pertimbangan penulis menggunakan software ini. Ghozali (2014) mengutip penjabaran dari Chin (1998) bahwa PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk menguji signifikansi parameter tidak diperlukan sehingga model

67 digilib.uns.ac.id 49 evaluasi PLS bersifat non parametrik. Menurut Ghozali (2014) model analisis variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga langkah yaitu: a. outer model yang menunjukkan hubungan antara variabel laten dengan variabel indikator/manifestnya (disebut juga model pengukuran/measuremen model); b. inner model yang menunjukkan hubungan antara variabel laten (disebut juga model struktural/structural model); dan c. weight relation untuk mengestimasi nilai kasus dari nilai variabel laten. Gambar 3 Contoh Path Model PLS Sumber : Henseler, et al. (2009:p.285) Henseler, et al. (2009) menyatakan bahwa model path PLS secara formal disusun berdasarkan 2 set linear equation yaitu inner model/model struktural dan outer model/model pengukuran. Inner model menyatakan relasi antara variabel laten unobserved dan outer model menunjukkan relasi antara variabel laten laten dengan variabel observed/manifesnya. Selanjutnya Ghozali (2014) memberikan penjelasan mengenai masing-masing model PLS yaitu : a. Measurement model/outer model/model pengukuran

68 digilib.uns.ac.id 50 Menggunakan penjelasan dari Chin (1998), Ghozali (2014) mengatakan bahwa model pengukuran/measurement model/outer model dengan indikator refleksif dievaluasi dengan convergent validity dan discriminant validity dari indikatornya serta composite reliability untuk blok indikator. Untuk outer model indikator formatif dievaluasi berdasarkan pada substantive content-nya yaitu dengan membandingkan besarnya relatif weight dan melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut. Convergent validity dari indikator refleksif dinilai berdasarkan korelasi item score/component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS. Ukuran indikator refleksif individual dikatakan tinggi apabila berkorelasi > 0.7 dengan konstruk yang ingin diukur, namun untuk penelitian tahap awal pengembangan, skala pengukuran nilai loading 0.5 s/d 0.6 dianggap cukup. Berdasarkan penjelasan Fornell dan Larcker (1981) yang diacu oleh Ghozali (2014), discriminant validity dari model pengukuran dengan indikator refleksif dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, disimpulkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran pada blok lainnya. Solusi lain menilai discriminant validity adalah membandingkan nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Metode untuk menilai Composite reliability dari blok indikator yang diacu oleh Ghozali (2014) merupakan hasil penelitian Werts, Linn dan Joreskog (1974). Composite reliabilty blok indikator yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi

69 digilib.uns.ac.id 51 dengan dua macam ukuran yaitu internal consistency dan Cronbach s Alpha. Selain itu juga harus diuji apakah terdapat multikolinieritas pada variabel manifest/variabel indikator didalam blok indikator formatif dengan menggunakan nilai variance inflation factors/vif (Henseller, et al. 2009). b. Structural model/inner model/model struktural Ghozali (2014) menjelaskan bahwa model struktural atau inner model dievaluasi dengan menggunakan R-square (R 2 ) untuk konstruk laten dependen, Stone-Geisse Q-square test untuk predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat nilai R-square (R 2 ) untuk setiap variabel laten dependen. Cara melakukan interpretasi sama dengan interpretasi pada analisis regresi. Disamping melihat nilai R-square (R 2 ), evaluasi model PLS dilakukan dengan melihat Q- square predictive relevance untuk model konstruk, karena Q-square mengukur seberapa baik nilai observasi yang dihasilkan oleh model serta estimasi parameternya. 2. Pengujian Instrumen Penelitian Sar I, Irsadsyah dan Djamil (2010) menyatakan bahwa untuk kuesioner yang digunakan dalam penelitian, sebelum disebarkan kepada responden, mula-mula dilakukan pilot testing untuk menguji kuesioner. Pilot testing digunakan untuk mengetahui pemahaman para responden terhadap materi kuesioner yang akan digunakan dan mendapatkan feedback terhadap materi kuesioner. Pilot testing kuesioner penelitian ini diberikan kepada 13 (tiga belas) mahasiswa Jurusan Magister Akuntansi UNS Surakarta Program Star-BPKP yang mayoritas

70 digilib.uns.ac.id 52 merupakan APIP yang telah mengikuti diklat dan memiliki sertifikat kompetensi pada masing-masing APIP. Pilot testing juga diberikan kepada Ketua Tim Audit pada Inspektorat Kabupaten Boyolali sebanyak 2 (dua) orang. Total responden yang berpartisipasi dalam pilot testing sebanyak 15 (lima belas) responden. a. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji reliabilitas dan validitas dilakukan baik pada pilot test kuesioner dan setelah kuesioner disebar kepada responden. Uji reliabilitas dilakukan dengan software SPSS. Ghozali (2011) mengatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator variabel atau konstruk. Kuesioner disebut reliable atau handal jika responden menjawab dengan konsisten atau stabil dalam menjawab kuesioner penelitian. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel apabila nilai batas Cronbach Alpha yang dapat diterima adalah > 0,70 (Ferdinand, 2002). Uji validitas juga dilakukan menggunakan software SPSS versi 19. Uji validitas dalam Ghozali (2011) dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan melakukan korelasi bivariate antara tiap-tiap skor indikator dengan total skor konstruk. Apabila total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan maka indikator pernyataan yang digunakan adalah valid. Instrumen penelitian ini menggunakan skala Likert 5 poin yaitu Sangat tidak setuju/sts (skor : 1); Tidak setuju/ts (skor : 2); Netral/N (skor : 3), Setuju/S (skor : 4) dan Sangat setuju/ss (skor : 5). Penyusunan instrument

71 digilib.uns.ac.id 53 penelitian ini dilengkapi dengan kalimat pernyataan negatif, sehingga pada pengolahan data menggunakan SPSS versi 19, skor yang diberikan untuk pernyataan negatif akan dibalik/di-reverse. Misalnya dalam sebuah pernyataan negatif apabila responden menjawab Sangat setuju/ss yang seharusnya memiliki skor : 4 maka dalam pengolahannya skor tersebut akan dibalik/di-reverse sehingga mendapat pernyataan tersebut mendapat skor : 2. b. Uji Asumsi Multivariat Chin (1998) yang diacu oleh Ghozali (2014) menyatakan bahwa model evaluasi SEM yang berbasis varian bersifat non parametrik, sehingga tidak diperlukan teknik statistik parametrik. Hashim (2012) menambahkan bahwa SEM berbasis varian mampu menganalisis data dengan distribusi tidak normal. Meskipun demikian menurut pendapat Hair, et al., (2006) yang diacu oleh Aryani (2009) bahwa SEM adalah teknik statistik multivariat yang menggabungkan regresi multivariat dan analisis faktor untuk menjelaskan hubungan antara beberapa variabel, maka salah satu asumsi penting dalam SEM adalah data memiliki distribusi normal multivariat. Sehingga menurut penulis meskipun penelitian ini menggunakan SEM berbasis varian, penulis menambahkan pengujian dengan uji normalitas untuk membuktikan bahwa data dalam penelitian ini tidak normal dan hal tersebut sesuai dengan karakteristik SEM berbasis varian yang bersifat non parametrik. c. Uji Normalitas Aryani (2009) menegaskan bahwa sangat penting untuk memenuhi syarat uji normalitas karena dapat berpengaruh terhadap penarikan kesimpulan dari sampel

72 digilib.uns.ac.id 54 yang diobservasi dan hasil statistiknya. Uji normalitas dilakukan untuk menguji variabel pengganggu atau residual di dalam persamaan regresi memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Uji normalitas menurut Ghozali (2011) yaitu dengan melihat distribusi dari variabel-variabel penelitian. Normalitas dari variabel sering diketahui dengan grafik atau uji statistik, dan normalitas dari residual sering diketahui dengan metode grafik. Secara statistik terdapat dua komponen normalitas yaitu kurtosis dan skewness. Skewness berkaitan dengan simetri distribusi dimana variabel yang skewed adalah variabel yang memiliki nilai mean tidak berada tepat di tengah-tengah distribusi, sementara kurtosis berhubungan dengan puncak dari suatu distribusi. Mengutip referensi dari Coakes, et al. (2008), Aryani (2009) menjelaskan bahwa apabila variabel penelitian memiliki distribusi normal maka nilai skewness dan kurtosis sama dengan nol.

73 digilib.uns.ac.id 55 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Responden pada penelitian ini merupakan APIP dan calon APIP se-solo Raya/Subosuko Wonosraten (Kabupaten Sukoharjo, Kab Boyolali, Kota Solo, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten) dengan total sampel sebanyak 172 (seratus tujuh puluh dua) personil. Calon APIP yang telah mengikuti diklat maupun melakukan tugas-tugas pemeriksaan juga menjadi sampel dari penelitian ini karena penulis beranggapan bahwa dengan melakukan tugas-tugas pemeriksaan, para calon APIP memiliki dasar-dasar yang memadai akan prinsip perilaku APIP. Kuestioner dalam penelitian ini sebagian besar menggunakan instrument penelitian Sukriah, et al (2009) kecuali untuk konstruk Kerahasiaan yang disusun oleh penulis berdasarkan Permenpan No.PER/04/M.PAN/03/2008 serta BPKP (2008). Penulis meminta bantuan dari 1 orang Pengendali Teknis Tim Audit dan 2 56

74 digilib.uns.ac.id 56 Orang Ketua Tim audit Inspektorat Boyolali serta 1 orang Mahasiswa S3 Akuntansi UNS untuk menyederhanakan kuesioner Sukriah, et al (2009) serta menyesuaikan dengan feedback yang didapatkan dari pilot kuesioner penelitian sebeum menjadi kuesioner final. Hal ini dilakukan supaya pernyataan-pernyataan dalam kuesioner dapat lebih disederhanakan untuk mengurangi bias. Kemudian untuk mengurangi bias dalam pengisian kuesioner, responden dalam penelitian ini dibatasi pada APIP yang terdiri dari Pejabat Fungsional Auditor dan Pejabat Fungsional P2UPD. Penulis juga menggunakan sarana forum komunikasi APIP se- Subosukowonosraten sebagai media informasi akan dilakukannya penelitian ini. Dalam proses penyebaran kuesioner, peneliti membagi kuesioner sebanyak 30 (tiga puluh) kuesioner kepada rekan APIP yang menjadi koordinator pelaksanaan penelitian di masing-masing APIP, dengan pertimbangan jumlah tersebut mencukupi sebagai kuesioner cadangan. Sehingga jumlah total kuesioner yang disebarkan sebanyak 210 (dua ratus sepuluh) eksemplar. Adapun jumlah kuesioner yang kembali adalah 152 kuesioner dengan respon rate sebesar 72,39%. Pengiriman kuesioner dilakukan secara personally administered questionnaire. Adapun pemilihan kuesioner berdasarkan jumlah kuesioner yang kembali disajikan dalam tabel berikut. Tabel 2 Penyebaran Kuesioner Penelitian No Keterangan Jumlah Satuan 1 Kuesioner yang disebarkan 210 Eksemplar 2 Kuesioner yang dikembalikan 152 Eksemplar 3 Respon Rate pengembalian kuesioner 72,39% - 4 Kuesioner yang tidak lengkap/rusak 12 Eksemplar 5 Kuesioner yang dapat digunakan 140 Eksemplar

75 digilib.uns.ac.id 57 6 Rate kuesioner yang dapat digunakan 66,67% - Sumber : diolah penulis dari data primer penelitian (2014) Untuk meminimalkan terjadinya bias dalam proses pengisian kuesioner, selama proses pembagian dan pengisian kuesioner di masing-masing Inspektorat se-subosukowonosraten, penulis meminta bantuan dari rekan APIP yang bekerja pada Inspektorat se-subosukowonosraten untuk menjadi koordinator pelaksanaan penelitian. Dengan bantuan dari rekan APIP tersebut, diharapkan bahwa rekan tersebut, setelah diberi pemahaman oleh penulis, mampu menjadi sarana informasi bagi para responden di masing-masing lokasi penelitian. Sebagai tambahan dalam langkah-langkah untuk meminimalkan bias, di dalam kuesioner penulis juga memberikan penjelasan mengenai definisi dari variabel-variabel penelitian yang digunakan. Selain itu dalam pengukuran variabel, penulis juga mempergunakan pernyataan negatif dalam kuesioner untuk mengetahui tingkat ketelitian responden. Untuk memberikan gambaran tentang responden dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang diolah menggunakan software IBM SPSS versi 19. Karena keterbatasan informasi yang diberikan oleh responden dalam melengkapi informasi data diri, maka penulis hanya mampu menyajikan deskripsi mengenai jabatan responden serta jabatan responden dalam tim audit. Menurut penulis keterbatasan informasi tersebut disebabkan desain kuesioner pada bagian Informasi Responden membuat responden enggan mengisi Data diri dengan lengkap seperti misalnya Pangkat/Jabatan responden, berapa masa kerja responden, serta berapa lama menjadi APIP. Dalam desain kuesioner penelitian pada bagian Informasi Responden, commit untuk menjawab to user data diri tersebut penulis tidak

76 digilib.uns.ac.id 58 memberikan opsi-opsi tertentu bagi responden sehingga responden dapat langsung memilih salah satu jawaban dengan mudah dan praktis, namun penulis meminta responden untuk mengisi data informasi responden secara manual. Deskripsi mengenai informasi jabatan responden dengan komposisi terbanyak adalah auditor sebanyak 56,4% dan komposisi terbanyak dari jabatan responden dalam tim audit adalah anggota tim sebanyak 47,1%. Selengkapnya disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3 Deskripsi Responden Penelitian No Keterangan Jumlah % 1 Jabatan Responden a. Auditor b. P2UPD c. Calon APIP ,4 32,1 11,4 2 Jabatan Responden dalam Tim a. Anggota Tim b. Ketua Tim c. Pengendali Teknis d. Staf Pemeriksa Total ,1 30,7 15,7 6,4 Total Sumber : diolah penulis dari data primer penelitian (2014) B. Analisa Data 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Pilot Test Periode pelaksanaan pilot testing ini pada pertengahan bulan Desember Pengujian instrument kuesioner menggunakan software IBM SPSS Versi 19.

77 digilib.uns.ac.id 59 Kuesioner yang disebarkan merupakan kuesioner hasil penyesuaian dari instrument penelitian Sukriah, et al. (2009). a. Hasil uji validitas pilot test Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2011) karena suatu kuesioner dikatakan valid apabila pernyataan yang diungkapkan dalam kuesioner mampu untuk mengupkan sesuatu yang akan diukur dalam kuesioner. Dari 3 cara pengujian validitas menurut Ghozali (2011), penelitian ini menggunakan uji validitas dengan melakukan korelasi bivariate antara tiap-tiap skor indikator dengan total skor konstruk. Apabila total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan maka menurut Ghozali (2011) indikator pernyataan yang digunakan adalah valid. Setelah uji validitas selesai tahap selanjutnya adalah uji reliabilitas. Pengujian validitas berdasarkan nilai signifikansi, dimana : Jika nilai signifikansi > 0,05 maka konstruk dinyatakan tidak valid. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka konstruk dinyatakan valid. No Pernyataan Tabel 4 Hasil Uji Validitas Pilot Test Koefisien Korelasi Pearson Integritas Obyektivitas Kerahasiaan Kompetensi Kualitas Audit Keterangan 1 0,555* 0,760** 0,716** 0,532* 0,572* valid 2 0,673** 0,899** 0,861** 0,706** 0,678** valid 3 0,758** 0,636** 0,637** 0,675** 0,863** valid 4 0,791** 0,780** 0,675** 0,765** 0,896** valid 5 0,838** 0,686** 0,613** 0,739** 0,784** valid

78 digilib.uns.ac.id ,650** - - 0,486* 0,805** valid Sumber : Pengolahan output SPSS (2015) *. Signifikan pada 0,05 **. Signifikan pada 0,01 Digunakan pengujian satu arah (one tailed) karena hipotesis yang digunakan memiliki arah. Berdasarkan output SPSS diatas, diketahui bahwa keseluruhan variabel memiliki tingkat signifikansi < 0,05 dan < 0,01 sehingga dikatakan semua variabel valid secara statistik b. Hasil uji reliabilitas pilot test Reliabilitas (Ghozali, 2011) adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator variabel atau konstruk. Pengukuran reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan nilai batas Cronbach Alpha dimana konstruk dikatakan reliabel jika nilai batas Cronbach Alpha yang dapat diterima adalah > 0,70 (Ferdinand, 2002). Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas Pilot Test Nama Variabel Cronbach's Alpha Based Jml Jml on Standardized Items pernyataan responden Integritas 0, Obyektivitas 0, Kerahasiaan 0, Kompetensi 0, Kualitas Audit 0, Sumber : Pengolahan output SPSS (2015) Dari output SPSS diatas diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha dalam pengujian reliabilitas adalah > 0,70 sehingga memenuhi asumsi dari Ferdinand

79 digilib.uns.ac.id 61 (2002) yang menyatakan bahwa konstruk nilai Cronbach Alpha > 0,70 dikatakan reliabel. C. Penyusunan Kuesioner Final Penelitian Setelah pilot test selesai diuji validitas dan reliabilitasnya, penulis memulai tahapan penyusunan kuesioner penelitian final. Beberapa responden penelitian memanfaatkan kolom feedback yang disediakan penulis pada kuesioner pilot untuk memberikan masukan dan saran bagi pengembangan kuesioner. Masukan dan saran tersebut kemudian didiskusikan oleh penulis bersama dengan seorang Pengendali Teknis dan Ketua tim audit pada Inspektorat Kabupaten Boyolali serta seorang mahasiswa S3 Akuntansi UNS untuk dianalisis lebih lanjut. Beberapa masukan dari feedback telah ditindaklajuti antara lain dengan menyederhanakan pernyataanpernyataan dalam kuesioner, kesalahan ketik/typo error, perubahan susunan kalimat untuk mempermudah pemahaman responden, dan adanya perubahan dari pernyataan positif menjadi pernyataan negatif. Selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran. D. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Final Pengolahan data penelitian mulai dilakukan pada pertengahan Januari Sebelum diolah menggunakan software SmartPLS 2.0 M3 maka data primer hasil kuesioner penelitian final diuji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu menggunakan software IBM SPSS versi 19.

80 digilib.uns.ac.id Hasil uji Validitas kuesioner final No Pernyataan Tabel 6 Hasil Uji Validitas Kuesioner Final Koefisien Korelasi Pearson Integritas Obyektivitas Kerahasiaan Kompetensi Kualitas Audit Keterangan 1 0,727** 0,747** 0,646** 0,775** 0,679** valid 2 0,741** 0,689** 0,698** 0,803** 0,635** valid 3 0,828** 0,668** 0,638** 0,734** 0,716** valid 4 0,768** 0,741** 0,635** 0,655** 0,770** valid 5 0,631** 0,671** 0,748** 0,774** 0,745** valid 6 0,706** - - 0,572** 0,862** valid Sumber : Pengolahan output SPSS (2015) *. Signifikan pada 0,05 **. Signifikan pada 0,01 Digunakan pengujian satu arah (one tailed) karena hipotesis yang digunakan memiliki arah. Berdasarkan output SPSS diatas, diketahui bahwa keseluruhan variabel memiliki tingkat signifikansi < 0,05 dan < 0,01 sehingga menurut Ghozali (2011) semua variabel dikatakan valid secara statistik. 2. Hasil uji reliabilitas kuesioner final Tabel 7 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Final Nama Variabel Cronbach's Alpha Based Jml Jml on Standardized Items pernyataan responden Integritas 0, Obyektivitas commit 0,745 to user 5 140

81 digilib.uns.ac.id 63 Kerahasiaan 0, Kompetensi 0, Kualitas Audit 0, Sumber : Pengolahan output SPSS (2015) Dari output SPSS diatas diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha dalam pengujian reliabilitas konstruk Kualitas Audit sebesar 0,831 sehingga menurut Ferdinand (2002) apabila nilai Cronbach Alpha > 0,70 konstruk dikatakan reliabel. E. Uji Normalitas Data Untuk menunjukkan bahwa data yang dipakai dalam penelitian ini melanggar asumsi normalitas, dilakukan uji normalitas data menggunakan software IBM SPSS 19 berdasarkan pengujian Kolmogorov-Smirnov serta Skewness dan Kurtosis. Hasil dari uji normalitas sebagai berikut : Variabel Komolgorov Smirnov Tabel 8 Hasil Uji Normalitas Data Keterangan ZSkewness ZKurtosis Keterangan Integritas 0,00 Tdk normal 1, ,74129 Tdk normal Obyektivitas 0,00 Tdk normal 2, , Tdk normal Kerahasiaan 0,00 Tdk normal 1, ,13516 Tdk normal Kompetensi 0,00 Tdk normal 2, ,52884 Tdk normal Kualitas Audit 0,00 Tdk normal 3, ,28732 Tdk normal Sumber : Pengolahan output SPSS (2015) Berdasarkan tabel 8 diatas dapat diketahui nilai signifikansi untuk pengujian normalitas berdasarkan Kolmogorov-Smirnov dan nilai Skewness-Kurtosis. Untuk pengujian Kolmogorov-Smirnov nilai signifikansi semua variabel sebesar 0,000 dan nilai tersebut < 0,005 sehingga memenuhi asumsi distribusi tidak normal

82 digilib.uns.ac.id 64 menurut Ghozali (2011). Untuk pengujian berdasarkan Skewness dan Kurtosis hasil z-score berdasarkan rumus Ghozali, (2011) sebagai berikut: dan dimana nilai Skewness dan Kurtosis diperoleh dari hasil SPSS serta N adalah jumlah sampel. Menurut Ghozali (2011) untuk tingkat signifikansi 5% maka nilai ZSkewness dan nilai ZKurtosis diasumsikan normal apabila berada di rentang ±1,96 (- 1,96 < ZSkewness / ZKurtosis < 1,96). Hasilnya menunjukkan bahwa nilai skewness dan kurtosis tidak normal. Dari kedua pengujian tersebut disimpulkan bahwa data yang diolah dalam penelitian ini melanggar asumsi normalitas, namun hal ini mendukung penggunaan SmartPLS yang tidak membutuhkan pengolahan data dengan distribusi normal. F. Evaluasi Model SEM dengan SmartPLS Model penelitian ini menggunakan 4 konstruk laten eksogen yaitu Integritas, Obyektivitas, Kerahasiaan, Kompetensi serta 1 konstruk laten endogen yaitu Kualitas Audit. Jumlah total indikator yang digunakan sebanyak 28 (dua puluh delapan) indikator dengan 22 (dua puluh dua) indikator formatif dan 6 indikator reflektif. Model penelitian ini bertujuan mengetahui apakah Integritas, Obyektivitas, Kerahasiaan dan Kompetensi berpengaruh secara positif terhadap Kualitas Audit. Model tersebut disajikan pada gambar berikut :

83 digilib.uns.ac.id 65 Integritas Obyektivitas Kerahasiaan KUALITA S AUDIT Kompetensi Gambar 4 Model Struktural menggunakan SmartPLS 1. Prosedur Bootstrapping Wong (2013) menyatakan SmartPLS dapat menghasilkan nilai t-statistic untuk pengujian signifikansi structural model dan measurement model dengan prosedur bootstrapping. Menurut Hair, et al. (2014) PLS-SEM menggunakan prosedur bootstrap untuk menguji signifikansi terhadap koefisien serta mengevaluasi measurement model dan structural model, dimana prosedur bootstrap disebut juga dengan nonparametric evaluation criteria. Dalam prosedur bootstrapping, sejumlah subsampel diambil secara acak dari sampel asli dengan replacement. Selanjutnya masing-masing subsampel dipakai untuk mengestimasi model. Proses ini diulang sampai sejumlah subsampel random telah dihasilkan (sekitar 5000). Dari 5000 subsampel tersebut dihasilkan 5000 model path PLS. Dengan proses ini t- values dikalkulasi untuk menilai signifikansi masing-masing indicator weight.

84 digilib.uns.ac.id Evaluasi Outer Model / Model Pengukuran Indikator Formatif Outer model menggambarkan relasi antara variabel laten dengan variabel observed/manifest. Berdasarkan Henseler, et al. (2009) yang mengacu dari pendapat Bollen (1989) dan Bagozzi (1994) dalam indikator formatif tidak bisa dilakukan pengujian validitas (convergent validity, discriminant validity) dan reliabilitas (internal consistency) seperti halnya pengujian untuk indikator reflektif. Hal tersebut disebabkan adanya asumsi measurement yang error-free dalam model indikator formatif. Henseler, et al. (2009) mengambil pendapat dari Diamantopoulos (2006) bahwa untuk mengetahui kualitas measurement dari indikator formatif tidaklah relevan apabila digunakan pengujian reliabilitas, oleh karena itu validitas menjadi hal yang penting dalam mengevaluasi indikator formatif. Kemudian untuk mengukur validitas indikator formatif, Henseler, et al. (2009) menyetujui pendapat dari Rossiter (2002) bahwa diperlukan rasionalisasi teori dan opini para ahli. Pengukuran validitas secara statistik dapat dilakukan dengan melihat outer weight dan adanya multikolinieritas (Ghozali, 2014; Wong, 2013). Namun ditekankan oleh Henseler, et al. (2009) dan Mohamad (2012) bahwa indikator formatif tidak dapat dieliminasi hanya berdasarkan output statistik, karena peneliti harus tetap mempertahankan indikator formatif baik yang signifikan maupun tidak signifikan dalam evaluasi model pengukuran, selama indikator tersebut dapat dijustifikasi secara teori.

85 digilib.uns.ac.id 67 Gambar 5 Full model Hasil Proses Bootstrapping SmartPLS Sumber : output SmartPLS (2015) a. Evaluasi outer model konstruk INTEGRITAS Evaluasi outer model dilakukan dengan Bootstraping. Hasilnya diketahui bahwa nilai outer weight untuk indikator INT1-INT6 berturut-turut adalah 1,529; 4,293; 0,475; 0,358; 1,039 dan 3,894. Untuk melihat signifikansi outer weight indikator diketahui dari Bootstraping, commit yaitu to melihat user nilai T-Statistic. Wong (2013)

86 digilib.uns.ac.id 68 mengatakan indikator akan dihapuskan apabila outer weight dan outer loading tidak signifikan (masing-masing < 1,6558). 1,6558 adalah critical value uji one-tail untuk signifikansi 5% (Ghozali, 2011). Hasil Bootstrapping sebagai berikut : Tabel 9 Signifikansi outer weight dan outer loading konstruk Integritas Indikator Formatif Outer Weights Outer Loading Ket T Statistics T Statistics INT1 -> INTEGRITAS 1,5289 9,4312 Valid INT2 -> INTEGRITAS 4, ,7442 Valid INT3 -> INTEGRITAS 0,4747 8,5543 Valid INT4 -> INTEGRITAS 0,3575 5,1302 Valid INT5 -> INTEGRITAS 1,0395 5,7157 Valid INT6 -> INTEGRITAS 3, ,0914 Valid Sumber : hasil pengolahan output SmartPLS (2015) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa meskipun nilai T-Statistic untuk Outer weight indikator INT3, INT4 dan INT5 < 1,6558 namun Outer loading seluruh indikator > 1,6558 sehingga menurut Wong (2013) indikator tersebut valid untuk mengukur konstruk Integritas. Untuk mengetahui multikolinieritas antar indikator, Hair, et al. (2014) menggunakan regresi untuk melihat nilai VIF dan tolerance. Hal ini dilakukan untuk menguji validitas dalam evaluasi indikator formatif. Regresi dilakukan dengan menggunakan seluruh indikator pada Konstruk Integritas sebagai variabel independen dan salah satu indikator pada Konstruk yang lain (yang tidak termasuk dalam model pengukuran suatu konstruk) sebagai variabel dependen. Dalam pengujian ini dilakukan regresi dari seluruh indikator konstruk Integritas dengan indikator Obyektivitas Auditor 1. Hasilnya sebagai berikut :

87 digilib.uns.ac.id 69 Tabel 10 Hasil uji multikolinieritas konstruk Integritas Indikator Collineary Statistic Konstruk Tolerance VIF Keterangan Integritas Auditor 1 0,614 1,629 Tdk terdapat multikolinieritas Integritas Auditor 2 0,621 1,61 Tdk terdapat multikolinieritas Integritas Auditor 3 0,477 2,095 Tdk terdapat multikolinieritas Integritas Auditor 4 0,578 1,73 Tdk terdapat multikolinieritas Integritas Auditor 5 0,784 1,275 Tdk terdapat multikolinieritas Integritas Auditor 6 0,65 1,539 Tdk terdapat multikolinieritas Sumber : output SPSS (2015) Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10 (Ghozali, 2011) yang mengindikasikan tidak ada multikolinieritas antar indikator formatif dalam konstruk INTEGRITAS. b. Evaluasi outer model Konstruk OBYEKTIVITAS Evaluasi outer model dengan menggunakan metode Bootstraping. Hasilnya diketahui bahwa nilai outer weight untuk indikator OBY1-OBY5 berturut-turut adalah 2,085; 1,248, 2,457, 1,618 dan 5,935. Kemudian untuk melihat signifikansi didalam outer weight indikator tersebut dapat diketahui dengan metode Bootstrapping, yaitu melihat nilai T-Statistic. Wong (2013) mengatakan bahwa indikator akan dihapuskan apabila outer weight dan outer loading tidak signifikan (masing-masing < 1,6558 untuk tingkat signifikansi 5% dengan uji one-tailed). Hasil dari Bootstrapping sebagai berikut :

88 digilib.uns.ac.id 70 Tabel 11 Signifikansi outer weight dan outer loading konstruk Obyektivitas Indikator Formatif Outer Weights Outer Loading Ket T Statistics T Statistics OBY1 -> OBYEKTIVITAS 2,0847 8,0567 Valid OBY2 -> OBYEKTIVITAS 1,2479 6,7315 Valid OBY3 -> OBYEKTIVITAS 2,4567 6,7251 Valid OBY4 -> OBYEKTIVITAS 1,6177 5,6707 Valid OBY5 -> OBYEKTIVITAS 5,935 15,176 Valid Sumber : hasil pengolahan output SmartPLS (2015) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa meskipun nilai T-Statistic untuk Outer weight indikator OBY2 dan OBY4 < 1,6558 namun Outer loading masing-masing indikator > 1,6558, sehingga menurut Wong (2013) indikatorindikator tersebut valid untuk mengukur konstruk Obyektivitas. Untuk mengukur adanya multikolinieritas antar indikator, Hair, et al. (2014) menggunakan teknik regresi untuk melihat nilai VIF dan tolerance. Regresi dilakukan dengan menggunakan seluruh indikator pada Konstruk Obyektivitas sebagai variabel independen dan salah satu indikator pada Konstruk yang lain (yang tidak termasuk dalam model pengukuran suatu konstruk) sebagai variabel dependen. Dalam pengujian ini dilakukan regresi terhadap seluruh indikator konstruk Obyektivitas dengan indikator Integritas Auditor 1. Hasilnya sebagai berikut : Tabel 12 Hasil uji multikolinieritas konstruk Obyektivitas Collineary Statistic Indikator Konstruk Ket Tolerance VIF Obyektivitas Auditor 1 0,632 1,581 Tdk terdapat multikolinieritas Obyektivitas Auditor 2 0,744 commit 1,344 to user Tdk terdapat multikolinieritas

89 digilib.uns.ac.id 71 Tabel 12 (Lanjutan) Hasil uji multikolinieritas konstruk Obyektivitas Indikator Konstruk Collineary Statistic Tolerance VIF Ket Obyektivitas Auditor 3 0,757 1,321 Tdk terdapat multikolinieritas Obyektivitas Auditor 4 0,711 1,405 Tdk terdapat multikolinieritas Obyektivitas Auditor 5 0,746 1,341 Tdk terdapat multikolinieritas Obyektivitas Auditor 6 0,632 1,581 Tdk terdapat multikolinieritas Sumber : hasil pengolahan output SPSS (2015) Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10 (Ghozali, 2011) yang mengindikasikan tidak ada multikolinieritas antar indikator formatif dalam konstruk OBYEKTIVITAS. c. Evaluasi outer model Konstruk KOMPETENSI Evaluasi outer model dilakukan dengan metode Bootstraping. Hasilnya diketahui bahwa nilai outer weight untuk indikator KPT1-KPT6 berturut-turut adalah 0,453; 2,478; 1,218; 4,616 dan 0,522. Kemudian untuk melihat signifikansi dari outer weight indikator tersebut dapat diketahui dengan metode Bootstraping, yaitu melihat nilai T-Statistic. Wong (2013) mengatakan bahwa indikator akan dihapuskan apabila outer weight dan outer loading tidak signifikan (masing-masing < 1,6558). Hasil dari Bootstrapping sebagai berikut : Tabel 13 Signifikansi outer weight dan outer loading konstruk Kompetensi Indikator Formatif Outer Weights Outer Loading Ket T Statistics T Statistics KPT1 -> KOMPETENSI 0,4532 5,9246 Valid KPT2 -> KOMPETENSI 2, ,135 Valid

90 digilib.uns.ac.id 72 Tabel 13 (Lanjutan) Signifikansi outer weight dan outer loading konstruk Kompetensi Indikator Formatif Outer Weights Outer Loading Ket T Statistics T Statistics KPT3 -> KOMPETENSI 1,2177 6,2107 Valid KPT4 -> KOMPETENSI 4, ,0378 Valid KPT5 -> KOMPETENSI 0,5217 7,2367 Valid KPT6 -> KOMPETENSI 3,5817 6,3335 Valid Sumber : hasil pengolahan output SmartPLS (2015) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa meskipun nilai T-Statistic untuk Outer weight KPT1, KPT3 dan KPT5 < 1,6558 namun Outer loading semua indikator > 1,6558, sehingga menurut Wong (2013) indikator-indikator tersebut valid untuk mengukur konstruk Kompetensi. Untuk mengetahui adanya multikolinieritas antar indikator, Hair, et al. (2014) menggunakan teknik regresi untuk melihat nilai VIF dan tolerance. Regresi dilakukan dengan menggunakan seluruh indikator pada Konstruk Kompetensi sebagai variabel independen dan salah satu indikator pada Konstruk yang lain (yang tidak termasuk dalam model pengukuran suatu konstruk) sebagai variabel dependen. Dalam pengujian ini dilakukan regresi dari seluruh indikator konstruk Kompetensi dengan indikator Obyektivitas Auditor 1. Hasilnya sebagai berikut : Tabel 14 Hasil uji multikolinieritas konstruk Kompetensi Indikator Konstruk Collineary Statistic Tolerance VIF Ket Kompetensi Auditor 1 0,515 1,941 Tdk terdapat multikolinieritas Kompetensi Auditor 2 0,442 2,263 Tdk terdapat multikolinieritas Kompetensi Auditor 3 0,522 1,917 Tdk terdapat multikolinieritas

91 digilib.uns.ac.id 73 Tabel 14 (Lanjutan) Hasil uji multikolinieritas konstruk Kompetensi Indikator Konstruk Collineary Statistic Tolerance VIF Ket Kompetensi Auditor 4 0,683 1,464 Tdk terdapat multikolinieritas Kompetensi Auditor 5 0,449 2,229 Tdk terdapat multikolinieritas Sumber : hasil pengolahan output SPSS (2015) Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10 (Ghozali, 2011) yang mengindikasikan tidak ada multikolinieritas antar indikator formatif dalam konstruk Kompetensi. d. Evaluasi outer model Konstruk KERAHASIAAN Evaluasi outer model dilakukan menggunakan metode Bootstraping. Hasilnya diketahui bahwa nilai outer weight untuk indikator RHS1-RHS5 berturut-turut adalah 3,679; 4,796; 0,545; 2,189 dan 4,461. Kemudian untuk melihat signifikansi dari outer weight indikator tersebut dapat diketahui dengan metode Bootstraping, yaitu melihat nilai T-Statistic. Wong (2013) mengatakan bahwa indikator akan dihapuskan apabila outer weight dan outer loading tidak signifikan (masing-masing < 1,6558). Hasil dari Bootstrapping sebagai berikut : Tabel 15 Signifikansi outer weight dan outer loading konstruk Kerahasiaan Indikator Formatif Outer Weights Outer Loading Ket T Statistics T Statistics RHS1 -> KERAHASIAAN 3,6788 9,2391 Valid RHS2 -> KERAHASIAAN 4, ,1957 Valid RHS3 -> KERAHASIAAN 0,5453 4,1796 Valid

92 digilib.uns.ac.id 74 Tabel 15 (Lanjutan) Signifikansi outer weight dan outer loading konstruk Kerahasiaan Indikator Formatif Outer Weights Outer Loading Ket T Statistics T Statistics RHS4 -> KERAHASIAAN 2,1894 5,6789 Valid RHS5 -> KERAHASIAAN 4,461 12,1955 Valid Sumber : hasil pengolahan output SmartPLS (2015) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa meskipun nilai T-Statistic untuk Outer weight indikator RHS3 < 1,6558 namun Outer loading seluruh indikator > 1,6558, sehingga menurut Wong (2013) indikator-indikator tersebut valid untuk mengukur konstruk Kerahasiaan. Untuk mengukur adanya multikolinieritas antar indikator, Hair, et al. (2014) menggunakan teknik regresi untuk melihat nilai VIF dan tolerance. Regresi dilakukan dengan menggunakan seluruh indikator pada Konstruk Kerahasiaan sebagai variabel independen dan salah satu indikator pada Konstruk yang lain (yang tidak termasuk dalam model pengukuran suatu konstruk) sebagai variabel dependen. Hasilnya sebagai berikut : Tabel 16 Hasil uji multikolinieritas konstruk Kerahasiaan Indikator Konstruk Collineary Statistic Tolerance VIF Ket Kerahasiaan Auditor 1 0,729 1,372 Tdk terdapat multikolinieritas Kerahasiaan Auditor 2 0,667 1,499 Tdk terdapat multikolinieritas Kerahasiaan Auditor 3 0,801 1,248 Tdk terdapat multikolinieritas Kerahasiaan Auditor 4 0,849 1,177 Tdk terdapat multikolinieritas Kerahasiaan Auditor 5 0,718 1,393 Tdk terdapat multikolinieritas Sumber : hasil pengolahan output SPSS (2015)

93 digilib.uns.ac.id 75 Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10 (Ghozali, 2011) yang mengindikasikan tidak ada multikolinieritas antar indikator formatif dalam konstruk Kerahasiaan. 3. Evaluasi Outer model / model Pengukuran indikator reflektif Uji validitas untuk model indikator reflektif dilakukan dengan mengukur nilai convergent validity, discriminant validity dan untuk menguji reliabilitas dilakukan dengan mengukur composite reliability dan cronbach alpha (Ghozali, 2014). Untuk melakukan evaluasi outer model dilakukan dengan prosedur PLS Algorithm.

94 digilib.uns.ac.id 76 Gambar 6 Full model Hasil Proses PLS Algorithm SmartPLS Sumber : output SmartPLS (2015) Untuk konstruk KUALITAS_AUDIT, Convergent validity untuk indikator reflektif dilihat dengan mengamati korelasi score item dengan score konstruk. Berdasarkan output diatas diketahui bahwa outer loading antara konstruk dengan indikator berkisar antara 0,554 sampai dengan 0,795. Ghozali (2014) mengatakan bahwa nilai loading antara 0,5 s/d 0,6 dapat diterima. Kesimpulannya konstruk

PRINSIP-PRINSIP PERILAKU APIP DAN KUALITAS AUDIT

PRINSIP-PRINSIP PERILAKU APIP DAN KUALITAS AUDIT digilib.uns.ac.id i PRINSIP-PRINSIP PERILAKU APIP DAN KUALITAS AUDIT TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi

Lebih terperinci

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBYEKTIVITAS, INTEGRITAS, DAN KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS REKOMENDASI AUDIT

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBYEKTIVITAS, INTEGRITAS, DAN KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS REKOMENDASI AUDIT PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBYEKTIVITAS, INTEGRITAS, DAN KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS REKOMENDASI AUDIT TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

PENGARUH TUNTUTAN BERSIKAP ETIS DAN FAKTOR-FAKTOR PERSONAL TERHADAP PERILAKU AUDITOR PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI TEKANAN KERJA

PENGARUH TUNTUTAN BERSIKAP ETIS DAN FAKTOR-FAKTOR PERSONAL TERHADAP PERILAKU AUDITOR PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI TEKANAN KERJA PENGARUH TUNTUTAN BERSIKAP ETIS DAN FAKTOR-FAKTOR PERSONAL TERHADAP PERILAKU AUDITOR PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI TEKANAN KERJA TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan hukum terutama berkaitan dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan segala praktiknya seperti penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aparatur pemerintah yang berkompeten dalam menjalankan tugas sebagai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. aparatur pemerintah yang berkompeten dalam menjalankan tugas sebagai fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan dimasa demokrasi seperti saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin transparan dan akuntabel terhadap pengelolaan dana keuangan negara. Tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DAN KETERANDALAN LAPORAN KEUANGAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS)

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DAN KETERANDALAN LAPORAN KEUANGAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) digilib.uns.ac.id i SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DAN KETERANDALAN LAPORAN KEUANGAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH TIME BUDGET PRESSURE, KOMPLEKSITAS TUGAS, KOMPETENSI DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN ENTITAS TERHADAP AUDIT JUDGMENT

PENGARUH TIME BUDGET PRESSURE, KOMPLEKSITAS TUGAS, KOMPETENSI DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN ENTITAS TERHADAP AUDIT JUDGMENT PENGARUH TIME BUDGET PRESSURE, KOMPLEKSITAS TUGAS, KOMPETENSI DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN ENTITAS TERHADAP AUDIT JUDGMENT TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

PENGARUH PENGENDALIAN INTERN TERHADAP AKUNTABILITAS MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH

PENGARUH PENGENDALIAN INTERN TERHADAP AKUNTABILITAS MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH PENGARUH PENGENDALIAN INTERN TERHADAP AKUNTABILITAS MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 (pasal 24) pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin transparan dan akuntabel terhadap pengelolaan dana keuangan negara. Semakin tingginya permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Atribusi Menurut Fritz Heider pencetus teori atribusi, teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penelitian Terdahulu Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu: Batubara (2008) melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK AUDITOR DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengunaan dana sehingga efektivitas dan efisien penggunaan dana

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengunaan dana sehingga efektivitas dan efisien penggunaan dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era sekarang ini Pemerintah memerlukan biaya yang sangat besar dalam mengelola Negara. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PENGARUH TUNTUTAN BERSIKAP ETIS DAN FAKTOR-FAKTOR PERSONAL TERHADAP PERILAKU AUDITOR PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI TEKANAN KERJA

PENGARUH TUNTUTAN BERSIKAP ETIS DAN FAKTOR-FAKTOR PERSONAL TERHADAP PERILAKU AUDITOR PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI TEKANAN KERJA PENGARUH TUNTUTAN BERSIKAP ETIS DAN FAKTOR-FAKTOR PERSONAL TERHADAP PERILAKU AUDITOR PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI TEKANAN KERJA TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR : PER/04/M.PAN/03/2008 TENTANG

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR : PER/04/M.PAN/03/2008 TENTANG MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/04/M.PAN/03/2008 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu : penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1041, 2014 KEMENKOPOLHUKAM. Kode Etik. Auditor. Aparat Pengawas Intern Pemerintah. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara yang dikelola oleh pemerintah mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian sasaran sesuai dengan upaya untuk mewujudkan suatu iklim pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat menjalankan amanah

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Kota Surakarta dan Yogyakarta) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

SERVICE QUALITY DAN KEPUASAN NASABAH (PADA BANK JATENG KOTA SURAKARTA)

SERVICE QUALITY DAN KEPUASAN NASABAH (PADA BANK JATENG KOTA SURAKARTA) SERVICE QUALITY DAN KEPUASAN NASABAH (PADA BANK JATENG KOTA SURAKARTA) TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara yang dikelola oleh pemerintah mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu lembaga pemerintahan salah satunya adalah tindakan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Banyaknya

Lebih terperinci

Oleh : FITRI ROHMAH IZZATI NIM : S

Oleh : FITRI ROHMAH IZZATI NIM : S HUBUNGAN SEBAB AKIBAT ANTARA PERSPEKTIF PENGUKURAN KINERJA DALAM BALANCED SCORECARD (StudiKasus pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah di Pemerintah Kota Surakarta) TESIS Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam mengelola negara sangat memerlukan biaya atau dana yang sangat besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL MUKADIMAH Dalam melaksanakan fungsi audit internal yang efektif, Audit Internal berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam Standar Pelaksanaan Fungsi Audit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Agensi Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory. Pihak kepala unit organisasi berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin berkembang, dan dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan tersebut membuat permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti kebutuhan zaman. APIP diharapkan menjadi agen perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri dari

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PARTISIPASI ANGGARAN DAN KINERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MADIUN

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PARTISIPASI ANGGARAN DAN KINERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MADIUN PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PARTISIPASI ANGGARAN DAN KINERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MADIUN TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator bagi kemajuan suatu negara. Suatu negara dikatakan maju bukan saja dihitung dari pendapatan domestik

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai BAB1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengawasan Intern Pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui bahwa suatu instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam suatu organisasi dan merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN, KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN NOMOR : /IJ-DAG/KEP/01/2017 TENTANG KODE ETIK AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI APARAT PENGAWASAN INTERNAL PEMERINTAH (APIP) SE- SUBOSUKAWONOSRATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI APARAT PENGAWASAN INTERNAL PEMERINTAH (APIP) SE- SUBOSUKAWONOSRATEN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI APARAT PENGAWASAN INTERNAL PEMERINTAH (APIP) SE- SUBOSUKAWONOSRATEN TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Drajat

Lebih terperinci

ABSTRAK. : kompetensi, independensi, etik, kualitas audit

ABSTRAK. : kompetensi, independensi, etik, kualitas audit Judul : Analisis Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Etik pada Kualitas Audit di Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Bali Nama : Murtapa NIM : 1415 35 1213 ABSTRAK Kompetensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan Intern Pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui bahwa suatu

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADDED INTERNAL AUDIT PADA INSPEKTORATT DAERAH (Studi pada Inspektorat di Karesidenan Madiun dan

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADDED INTERNAL AUDIT PADA INSPEKTORATT DAERAH (Studi pada Inspektorat di Karesidenan Madiun dan FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VALUE- ADDED INTERNAL AUDIT PADA INSPEKTORATT DAERAH (Studi pada Inspektorat di Karesidenan Madiun dan Surakarta) TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia yang semakin meningkat berimplikasi pada sistem pengelolaan keuangan secara akuntabel dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Karena itu masyarakat mengharapkan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik atau auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 21 SERI E

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 21 SERI E BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 21 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTEREN PEMERINTAH (APIP) DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KOTA BOGOR DENGAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK INSPEKTORAT DAERAH DAN KETEPATWAKTUAN PENETAPAN APBD PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

KARAKTERISTIK INSPEKTORAT DAERAH DAN KETEPATWAKTUAN PENETAPAN APBD PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA KARAKTERISTIK INSPEKTORAT DAERAH DAN KETEPATWAKTUAN PENETAPAN APBD PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA T E S I S Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan global. Bersamaan dengan kemampuan mereka menciptakan dan menawarkan seluruh rentang instrument

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan daerah. Pemerintah harus melakukan reformasi dalam segala aspek pengelolaan keuangan daerah. Salah

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A M A D I U N

P E M E R I N T A H K O T A M A D I U N P E M E R I N T A H K O T A M A D I U N INSPEKTORAT Jl. Letjend Panjaitan No.17 Madiun, Kode Pos 63137 Jawa Timur Telepon ( 0351 ) 458322 Faximili (0351) 458322 e-mail: inspektorat@madiunkota.go.id KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi membawa konsekuensi terhadap makin besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan dapat meningkatkan kualitas audit

Lebih terperinci

Oleh: DESHINTA WIJAYANTI NIM: S

Oleh: DESHINTA WIJAYANTI NIM: S PENGARUH DUKUNGAN MANAJEMEN TERHADAP VALUE-ADDED INTERNAL AUDIT (Studi atas Persepsi Aparat Pengawas Internal Pemerintah pada Inspektorat Kementerian/Lembaga di Indonesia) TESIS Diajukan untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau menghasilkan barang maupun jasa kepada masyarakat. Sebagian besar perusahaan memiliki

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Umum... 3 1.2 Visi, Misi, Dan Tujuan... 3 1.2.1 Visi Fungsi Audit Internal...

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADDED INTERNAL AUDIT PADA INSPEKTORATT DAERAH (Studi pada Inspektorat di Karesidenan Madiun dan

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADDED INTERNAL AUDIT PADA INSPEKTORATT DAERAH (Studi pada Inspektorat di Karesidenan Madiun dan FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VALUE- ADDED INTERNAL AUDIT PADA INSPEKTORATT DAERAH (Studi pada Inspektorat di Karesidenan Madiun dan Surakarta) TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berbagai diskusi ilmiah, korupsi diakui sebagai musuh bersama bagi masyarakat Indonesia, karena dampak nyata kegiatan korupsi bukan hanya menimbulkan high cost

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Irtama 2016 1 Irtama 2016 2 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan internal adalah

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK AUDITOR DI KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk auditor, kualitas kerja dilihat dari kualitas yang dihasilkan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. Untuk auditor, kualitas kerja dilihat dari kualitas yang dihasilkan yang dinilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas hasil kerja berhubungan dengan seberapa baik sebuah pekerjaan diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk auditor, kualitas kerja

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai kinerja auditor yang dapat dijadikan sebagai referensi peneliti dalam melakukan penelitian

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG 1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981). Deis dan Groux

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Auditing Seperti yang telah di jelaskan pada latar belakang masalah, Kode Etik Akuntan merupakan salah satu faktor penting dalam profesi akuntan,

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, TRANSPARANSI, DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH

PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, TRANSPARANSI, DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, TRANSPARANSI, DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 7 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori Agensi (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) menjelaskan mengenai hubungan agensi dengan menggunakan metamorfosa dari sebuah kontrak. Agensi teori bertujuan

Lebih terperinci

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Non-Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia)

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Non-Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia) FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Non-Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia) TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi di segala bidang.

BAB I PENDAHULUAN. mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi di segala bidang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Semua pihak termasuk pemerintah mencoba mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan atau organisasi.

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL TBK ( Perseroan )

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL TBK ( Perseroan ) PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL TBK ( Perseroan ) Piagam Audit Internal ini disusun dengan mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 56/POJK.04/2015 Tahun 2015 tanggal

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG SALINAN NOMOR 35/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI, PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS, INTEGRITAS, DAN OBYEKTIVITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT

PENGARUH KOMPETENSI, PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS, INTEGRITAS, DAN OBYEKTIVITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT PENGARUH KOMPETENSI, PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS, INTEGRITAS, DAN OBYEKTIVITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Inspektorat Pemerintah se-eks Karesidenan Surakarta) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja pemerintah saat ini menjadi sorotan masyarakat. Hal tersebut diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai demonstran-demonstran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Auditor independen ialah merupakan suatu akuntan publik yang bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas keuangan komersial maupun non

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan negara pada dasarnya harus dikelola secara transparan dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian: Legal Framework Akuntan > Prinsip Etika Akuntan KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA Pemberlakuan dan Komposisi Pendahuluan Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 11 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Sikap dan Perilaku Etis Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakan untuk bertindak, menyertai manusia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERNAL PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI MALUKU GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa pengawasan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan laporan hasil audit. Agar pemerintah puas dengan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan laporan hasil audit. Agar pemerintah puas dengan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas audit merupakan bagian yang sangat penting dalam menyajikan laporan hasil audit. Agar pemerintah puas dengan pekerjaan seorang auditor maka diperlukan sikap-sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Sudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beberapa kasus keuangan yang terjadi di perusahaan besar baik di dalam maupun diluar negeri manjadikan kualitas audit untuk tetap diperhatikan. Kasus Enron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya usaha-usaha dalam berbagai bidang menimbulkan persaingan yang cukup ketat. Manajemen perusahaan bersaing merebut perhatian para investor agar

Lebih terperinci

1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal

1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal Piagam Audit Intern 1.0 PENDAHULUAN 2.0 VISI 3.0 MISI 1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal a. Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penugasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi Sumatera Barat ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat,

Lebih terperinci