PERBEDAAN ANTARA PENGAPIAN KONVENSIONAL DENGAN PENGAPIAN ELEKTRONIK CDI TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN TOYOTA KIJANG SERI 5 K

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN ANTARA PENGAPIAN KONVENSIONAL DENGAN PENGAPIAN ELEKTRONIK CDI TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN TOYOTA KIJANG SERI 5 K"

Transkripsi

1 PERBEDAAN ANTARA PENGAPIAN KONVENSIONAL DENGAN PENGAPIAN ELEKTRONIK CDI TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN TOYOTA KIJANG SERI 5 K Wahyudi ( ) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengungkap kadar emisi karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC) gas buang yang dihasilkan pada sistem pengapian konvensional seri 5 K; (2) mengungkap kadar emisi karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC) gas buang yang dihasilkan mesin toyota kijang seri 5 K setelah diubah menjadi pengapian elektronik CDI;(3) mengungkap perbedaan kadar emisi karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC) gas buang yang dihasilkan setelah adanya modifikasi pada sistem pengapian konvensional menjadi sistem pengapian elektronik CDI. Jenis penelitian ini adalah ekperimen dengan tiga variabel yaitu variabel bebas pengapian standar konvensional dan pengapian elektronik CDI, variabel terikat jumlah kadar emisi gas buang pengapian konvensional dan jumlah kadar emisi gas buang pengapian elektronik CDI, dan variabel kontrol celah busi (0,88 mm) dan variasi putaran mesin yang dikondisikan sama yaitu 1000, 1200, 1400, 1600, 1800, 2000, 2200, 2400, 2600, dan 2800 rpm. Objek penelitian adalah mesin toyota kijang 5 K dengan spesifikasi isi silinder 1486 cc. Instrumen yang digunakan adalah alat uji gas analyzer tipe stargas 898 dan tool set. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Kadar emisi gas buang yang dihasilkan sistem pengapian konvensional untuk CO mengalami grafik penurunan dari putaran 1000 rpm sebesar 2,476 %.vol menjadi 1,933 %.vol pada putaran 2800 rpm. Sedangkan kadar HC yang dihasilkan mengalami grafik peningkatan dari putaran 1000 rpm sebesar 206 ppm.vol menjadi 458 ppm.vol pada putaran 2800 rpm. Hal ini disebabkan olehperbedaan pembakaran yang kurang sempurna.; (2) Kadar emisi gas buang yang dihasilkan sistem pengapian CDI untuk karbon monoksida (CO) mengalami grafik penurunan dari putaran 1000 rpm sebesar 2,771 %.vol menjadi 1,707 %.vol pada putaran 2800 rpm. Begitu pula pada kadar HC yang dihasilkan mengalami grafik penurunan dari putaran 1000 rpm sebesar 336 ppm.vol menjadi 171 ppm.vol pada putaran 2800 rpm.; (3) Perbedaan kadar emisi karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC) gas buang yang dihasilkan setelah adanya modifikasi pada sistem pengapian konvensional menjadi sistem pengapian elektronik CDI adalah untuk CO yaitu (0,13 < 2,26) dan untuk HC (1,20 < 2,26). Keduanya harga t hitung lebih kecil dari t tabel sehingga perbedaan kadar emisi karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC) gas buang yang dihasilkan setelah adanya modifikasi pada sistem pengapian konvensional menjadi sistem pengapian elektronik CDI kurang signifikan. Perbedaan dapat dilihat pada rata-rata kadar CO yang dihasilkan pengapian CDI lebih rendah dari pengapian konvensional yaitu 1,94 %.vol < 1,95 %.vol dan juga rata-rata kadar HC yang dihasilkan pengapian CDI lebih rendah dari pengapian konvensional yaitu 220,9 ppm.vol < 262,7 %.vol. Hal ini menunjukan bahwa modifikasi pada sistem pengapian konvensional menjadi sistem pengapian elektronik CDI menghasilkan kadar emisi gas buang lebih rendah pada kadar CO dan HC gas buang. Kata Kunci : pengapian konvensional, pengapian elektronik cdi, emisi co dan hc gas buang. PENDAHULUAN Pada motor bensin campuran bahan bakar dan udara dikompresikan didalam silinder harus dibakar untuk menghasilkan tenaga.pembakaran campuran bahan bakar dengan udara diperoleh dari percikan bunga api dari busi. Bunga api dihasilkan oleh suatu rangkaian listrik yang disebut sistem pengapian. Gardan. Vol. 4 No. 2, Nopember

2 Sistem pengapian ini berfungsi untuk merubah arus listrik 12 volt yang diterima dari baterai menjadi tegangan tinggi (10 KV atau lebih) sehingga terjadi loncatan bunga api pada elektroda busi membakar campuran udara dan bahan bakar.dengan adanya pembakaran ruang diatas piston mengalami peningkatan tekanan selanjutnya tekanan ini untuk menekan piston untuk dapat bergerak turun-naik. Gerakan ini selanjutnya dirubah menjadi gerak putar melalui mekanisme batang piston sehingga poros engkol dapat berputar sebagai wujud dari energi hasil pembakaran.energi hasil pembakaran selanjutnya digunakan untuk menggerakan kendaraan atau melaju. Sisa pembakaranatau gas buang dikeluarkan melalui knalpot yang biasa disebut emisi gas buang. Menurut Reynol Basrie pada situs blognya di informasi.com/2013/10/pengertian-emisi-dan-efeknya-bagi.html mengatakan : Emisi gas buang merupakan sisa hasil pembakaran mesin kendaraan baik itu kendaraan berroda, perahu/kapal dan pesawat terbang yang menggunakan bahan bakar. Biasanya emisi gas buang ini terjadi karena pembakaran yang tidak sempurna dari sistem pembuangan dan pembakaran mesin serta lepasnya partikel-partikel karena kurang tercukupinya oksigen dalam proses pembakaran tersebut. Emisi gas buang merupakan salah satu penyebab terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini. Kualitas gas buang banyak ditentukan oleh sistem pengapian, karena proses pembakaran yang terjadi berakibat langsung terhadap timbulnya bermacam-macam unsur dari gas bekas. Sudut pengapian yang optimal dengan mempertimbangkan emisi gas buang.(yayat, Supriatna & Sumarsono 1998 : 56). Gas buang kendaraan umumnya terdiri dari gas yang tidak beracun nitrogen (N 2 ), karbondioksida(co 2 ) dan uap air (H 2 O) sebagian kecil merupakan gas beracun seperti NO x, HC, dan CO. (Arifin Zainal, Sukoco 2009 : 34).Untuk pembakaran yang sempurna gas buangnya adalah CO 2 dan H 2 O. Namun kenyataannya pembakaran sempurna tidak sepenuhnya bisa diwujudkan, karena sebenarnya reaksi pembakaran itu menghasilkan zat N2, O 2, CO, HC yang tidak terbakar, bermacam NOx dan sebagainya. Diantaranya gas buang zat CO dan HC diketahui dapat membahayakan manusia, dan sudah menjadi standar buku peraturan pembatasan gas buang disetiap negara. Gas CO dan HC ini mempunyai presentase konsentrasi yang relatif besar dalam setiap emisi gas buang bermotor khususnya berbahan bakar bensin. Karbon monoksida merupakan hasil utama pembakaran bensin sebagai akibat dari proses pembakaran yang kurang sempurna, sedangkan hidrokarbon merupakan emisi yang timbul karena bahan bakar belum terbakar tetapi sudah keluar bersama-sama gas buang.efeknya bagi kesehatan manusia adalah apabila CO terhisap ke dalam paruparu akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen dalam tubuh. Sedangkan HC yang tinggi dapat merusak sistem pernafasan penyebab kanker dan menimbulkan kabut asap yang membuat iritasi dan menyebabkan radang tenggorokan. Gardan. Vol. 4 No. 2, Nopember

3 TINJAUAN PUSTAKA Pengapian Konvensional 1. Komponen Sistem Pengapian Konvensional Pada motor bensin campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan di dalam silinder harus dapat dibakar untuk menghasilkan tenaga. Campuran bahan bakar dan udara dikompresikan dengan tekanan kompresi rendah, yakni : 8 13 bar ( 0,8 13 Mpa ) sehingga temperatur naik C, kemudian busi meloncatkan bunga api dan terjadilah pembakaran di ruang bakar. Pembakaran dengan loncatan bunga api pada motor bensin dilakukan sistem pengapian. Sistem pengapian yang digunakan adalah sistem pengapian listrik, dimana untuk menghasilkan percikan api digunakan tegangan listrik sebagai pemercik api. Jadi sistem pengapian berfungsi untuk membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar pada akhir langkah kompresi. Agar hasil yang diperoleh sistem pengapian sempurna, maka rangkaian ini harus dapat : a. Menaikkan tegangan rendah menjadi tegangan tinggi. b. Beroperasi pada sumber tegangan yang berbeda ( tegangan baterai dan altenator ). c. Mengalirkan tegangan tinggi ke busi busi sesuai dengan urutan pengapian. d. Waktu pembangkitan tegangan tinggi harus tepat sesuai dengan putaran mesin. (Supriatna, Yayat& Sumarsono 1998 : 55 ) Sistem pengapian konvensional mempunyai beberapa komponen antara lain kunci kontak, sekering, ekternal resistor, koil, ditributor, kondensator, busi, kabel tegangan tinggi, dan kabel penghubung. Gamba r 1. Sistem Pengapian Konvensional Berikut fungsi dari masing-masing komponen : a. Baterai Menyediakan arus listrik tegangan rendah untuk ignition coil. b. Sekering ( fuse ) Sebagai pengaman arus listrik. c. Kunci kontak ( switch ignition ) Menghubungkan atau memutuskan arus listrik dari baterai ke coil. Gardan. Vol. 4 No. 2, Nopember

4 d. Eksternal resistor Mengurangi penurunan tegangan pada kumparan sekunder pada saat putaran mesin tinggi. e. Ignition coil Menaikkan tegangan yang diterima dari baterai menjadi tegangan tinggi yang diperlukan untuk pengapian. f. Distributor Membagikan ( mendistribusikan ) arus tegangan tinggi yang dihasilkan ( dibangkitkan ) oleh kumparan sekunder pada ignition coil ke busi pada tiap tiap silinder sesuai dengan urutan pengapian. Distributor terdiri dari : 1) Cam ( Nok ) Membuka breaker point ( platina ) pada sudut crankshaft ( poros engkol ) yang tepat untuk masing masing silinder. 2) Breker point ( platina ) Memutuskan arus listrik mengalir melalui kumparan primer dari ignition coil untuk menghasilkan arus listrik tegangantinggi pada kumparan sekunder dengan cara induksi magnet listrik ( electromagnetic induction ). 3) Condensator ( kapasitor ) Menyerap loncatan bunga api yang terjadi antara breker point ( platina ) pada saat membuka dengan tujuan untuk menaikkan tegangan coil sekunder. 4) Centrifugal governor advancer Memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin. 5) Vacuum advancer Memajukan saat pengapian sesuai dengan beban mesin ( vacuum intake manifold ). 6) Rotor Membagikan arus listrik tegangan tinggi yang dihasilkan oleh ignition coil ke tiap tiap busi. 7) Distributor cap Membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel tegangan tinggi untuk masing masing silinder. g. Kabel tegangan tinggi ( high tension cord ) Mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignition coil ke busi. h. Busi ( spark plug ) Mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi loncatan bunga api melalui elektrodanya. 2. Ignition Coil Konstruksi ignition coil Gardan. Vol. 4 No. 2, Nopember

5 Gambar 2. Konstruksi Coil Pengapian yang umum Koil pengapian terdiri dari rumah logam yang meliputi lembar pelapislogamuntuk mengurangi kebocoran medan magnet. Lilitan sekunder, yang mempunyai lilitan lebih kurang lilitan kawat tembaga halus dililitkan secara langsung keinti besi yang dilaminasi dan disambungkan keterminal tegangan tinggi yang terdapat pada bagian tutup coil. Karena tegangan tinggi diberikan pada intibesi, inti harus diisolasi oleh tutup dan insolator tambahan diberikan di bagian dasar. Lilitan primer, terdiri dari lilitan kawat tembaga yang relatif tebal, ditempatkan dekat dengan bagian luar sekelililng lilitan sekunder. Panjang dan lebar kawat akan menyebabkan resistansi lilitan primer berubah tergantung pada penggunaannya. Koil pengapian adalah transformator peningkat tegangan. Koil menghasilkan pulsa-pulsa tegangan tinggi yang dikirimkan kebusi- busi untuk menyulut campuran bahan bakar/udara di tabung engine. Lilitan primer coil, menyimpan energy dalam bentuk medan magnet. (Supriatna, Yayat & Sumarsono 1999 : 60 ). Pada waktu yang ditentukan kontak pointer buka, arus primer berhenti mengalir dan medan magnet kolap memotong coil sekunde rmenghasilkan tegangan tinggi kedalamnya. Tegangan sekunder menyalakan busi. Sistem pengapian elektronik diciptakan untuk mengatasi kekurangan yang terjadi pada sistem pengapian mekanik atau masih menggunakan kontak pemutus platina. Dengan penyempurnaan ini, tegangan yang dihasilkan oleh kumparan koil dapat mencapai volt. Induksi tegangan dapat terjadi dalam waktu singkat ( 2-5 mikro detik ), bila dibandingkan dengan pengapian mekanik ( mikro detik ). Sehingga dapat dipastikan emisi gas buang yang dihasilkan pengapian CDI akan lebih rendah dibanding dengan pengapian konvensional. ( Wahyu Hidayat 2012 : 153 ). Gardan. Vol. 4 No. 2, Nopember

6 Gambar 3. Perbandingan Sistem pengapian konvensional (A) dan Sistem Pengapian Elektronik (B). (Yunan Ginting, 1999 :12) Modifikasi Pengapian Konvensional ke Pengapian Elektronik CDI Pengapian konvensional yang masih menggunakan kontak pemutus platina untuk menghasilkan tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan memutus dan menghubungkan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer pada ignition coil secara mekanis.sedangkan pengapian CDI untuk menghasilkan tegangan tinggi untuk membakar campuran bahan bakar melalui percikan elektroda busi diatur secara elektronik METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan jenis penelitian dengan mengadakan percobaan secara langsung di laboratorium tentang pemeriksaan, pengukuran emisi gas buang antara sistem pengapian konvensional dengan pengapian elektronik CDI. Metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi terkontrol. (Sugiyono, 2010 : 107). Bentuk penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan memaparkan hasil eksperimen dalam bentuk angka-angka. Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian ini adalah di Laboratorium Teknik Mesin Otomotif BP. Dikjur, Jl. Brotojoyo No.1 semarang dan waktu pelaksanaan penelitian pada bulan April sampai dengan bulan Juni Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sistem pengapian konvensional yang menggunakan platina dan sistem pengapian elektronik CDI pada mesin Toyota Kijang seri 5K. Spesifikasi Mesin : Merk/ Type : Toyota Kijang KF40 Super Short. Gardan. Vol. 4 No. 2, Nopember

7 Jenis/ Model : MPNP/ Stationwagon Isi Silinder : 1486 CC Tahun Pembuatan : 1990 Tahun Perakitan : 1991 No Rangka : KF Nomor Mesin : 5K Alur Penelitian Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut : Mesin Toyota Kijang 5 K Pengapian Konvensional Pengapian Elektronik CDI Pengujian dengan Gas Analizer Pengujian dengan Gas Analizer Emisi Gas buang CO dan HC Emisi Gas buang CO dan HC Analisis Data Analisis Data Kesimpulan Gambar 4. Alur Penelitian Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. ( Sugiyono, 2010 : 60 ). Dalam penelitian ini ada tiga macam variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. 1. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa variabel bebas merupakan variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel terikat dan variabel bebas dalam penelitian ini adalah sistem pengapian standar dan sistem pengapian elektronik CDI yang dipakai mesin Toyota Kijang seri 5K. Gardan. Vol. 4 No. 2, Nopember

8 2. Variabel terikat ini muncul sebagai akibat dari variabel bebas, sebagai indikator variabel terikat dalam penelitian ini yaitu jumlah kadar emisi gas buang sistem pengapian konvensional (X1) dan jumlah kadar emisi gas buang sistem pengapian elektronik CDI (X2). Variabel kontrol adalah faktor diluar variabel penelitian yang tidak tidak termasuk diteliti tetapi dapat mempengaruhi hasil penelitian. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah celah busi (0,8 mm) dan variasi putaran mesin yang dikondisikan sama pada setiap perlakuan. HASIL PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen mengadakan percobaan secara langsung di laboratorium tentang pemeriksaan dan pengukuran emisi karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC) gas buang yang dihasilkan antara sistem pengapian konvensional dengan pengapian elektronik CDI pada mesin toyota kijang 5K dengan variasi putaran mesin (Rpm) yang dikondisikan sama tiap perlakuannya. Tabel 1. Hasil Eksperimen Data hasil pengukuran karbon monoksida (CO) dan hidrocarbon (HC) gas buang seperti ditunjukkan pada tabel 1 diatas, diperoleh berdasarkan angka atau skala nominal yang terukur pada alat gas analyzer (Stargas). Alat ini menunjukkan satuan ukuran kadar monoksida (CO) dalam % volume dan hidrokarbon (HC) dalam ppm. Satuan %.Volume adalah satuan kadar atau konsentrasi suatu zat dalam campurannya dengan dimensi volume. Satuan %.Volume tersebut di dapat dari rumus : %(v/v) x 100 Sedangkan ppm adalah satuan konsentrasi atau kadar yang menunjukan bahwa satu ppm sama dengan 1 bagian zat yang bersangkutan di dalam 1 juta bagian campurannya. Untuk konversi dari % Gardan. Vol. 4 No. 2, Nopember

9 volume ke ppm, dengan cara mengalikan jumlah dalam % volume dikalikan dengan sepuluh ribu.(sularto, 1. Jumlah kadar emisi gas buang sistem pengapian konvensional Kadar CO yang dikeluarkan oleh proses pembakaran mesin sistem pengapian konvensional pada putaran awal 1000 Rpm adalah sebesar 2,476 %.Vol, putaran mesin dinaikkan secara berkala dengan selisih 200 rpm. Pada putaran berikutya yaitu 1200 Rpm kadar emisi CO mengalami penurunan menjadi 2,385 %.Vol, kemudian mengalami penurunankadar emisi CO lagi menjadi 2,043 %.Vol pada putaran 1400 Rpm, pada putaran 1600 Rpm mengalami kenaikan kadar emisi CO menjadi 2,113 %.Vol, pada putaran 1800 Rpm mengalami penurunan kadar emisi CO menjadi 2,066 %.Vol, kemudian mengalami penurunan kadar emisi CO pada putaran 2000 Rpm menjadi 1,763 %.Vol, begitu pula pada putaran selanjutnya yaitu putaran 2200 Rpm kadar emisi CO mengalami penurunan menjadi 1,517 %.Vol, pada putaran 2400 Rpm kadar emisi CO mengalami kenaikan menjadi 1,570 %.Vol, begitu pula pada putaran selanjutnya yaitu putaran 2600 Rpm kadar emisi CO mengalami kenaikan menjadi 1,670 %.Vol dan pada putaran 2800 kadar emisi CO mengalami kenaikan menjadi 1,933 %.Vol. Kadar HC (hidrocarbon) yang dikeluarkan oleh sistem pengapian konvensional pada putaran 1000 Rpm yaitu sebesar 206 Ppm.Vol, pada putaran 1200 Rpm kadar emisi HC mengalami peningkatan menjadi 226 Ppm.Vol, begitu pula pada putaran berikutnya yaitu putaran 1400 Rpm kadar emisi HC mengalami peningkatan lagi menjadi 248 Ppm.Vol, pada putaran 1600 Rpm kadar emisi HC mengalami penurunan lagi menjadi 225 Ppm.Vol, kemudian pada putaran 1800 Rpm kadar emisi HC mengalami kenaikan menjadi 240 Ppm.Vol, putaran 2000 Rpm kadar emisi HC mengalami penurunan menjadi 215 Ppm.Vol, kemudian putaran 2200 Rpm Kadar emisi HC mengalami peningkatan menjadi 258 Ppm.Vol, pada putaran 2400 Rpm kadar emisi HC mengalami peningkatan lagi menjadi 292 Ppm.Vol, pada putaran 2600 Rpm kadar emisi HC mengalami penurunan yaitu 259 Ppm.Vol, dan mengalami peningkatan kadar emisi HC lagi sebesar 458 pada putaran 2800 Ppm.Vol. Dengan demikian kadar emisi gas buang sistem pengapian konvensional untuk CO dan HC dapat disimpulkan : kadar emisi CO pada pengapian konvesional putaran 1000 Rpm sampai dengan 1400 Rpm mengalami penurunan, kemudian mengalami peningkatan kadar emisi CO pada putaran 1600 Rpm, pada putaran 1600 Rpm sampai dengan 2200 Rpm kadar emisi yang dihasilkan relatif tidak stabil atau mengalami naik-turun, kemudian pada putaran 2200 sampai dengan 2800 kadar emisi yang dihasilkan menunjukan terus mengalami peningkatan,sedangkan kadar HC mengalami kenaikan pada putaran 1000 sampai dengan 1400, kemudian mengalami penurunan kadar emisi pada putaran 1600 Rpm, pada putaran 1600 Rpm sampai dengan 2000 Rpm kadar emisi HC yang dihasilkan relatif tidak stabil atau naik-turun, pada putaran 2000 sampai dengan 2400 Rpm kadar emisi HC yang dihasilkan terus mengalami peningkatan, pada putaran 2600 Rpm Gardan. Vol. 4 No. 2, Nopember

10 kadar emisi HC yang dihasilkan kembali turun namun naik kembali pada putaran 2800 Rpm.Hal ini disebabkan oleh perbedaan pembakaran yang kurang sempurna. 2. Jumlah kadar emisi gas buang sistem pengapian CDI Kadar emisi CO yang dikeluarkan oleh sistem pengapian CDI pada putaran 1000 Rpm yaitu 2,771 %.Vol, kemudian mengalami peningkatan kadar emisi CO menjadi 2,844 %.Vol pada putaran 1200 Rpm, pada putaran 1400 Rpm kadar emisi CO mengalami penurunan menjadi 1,691 %.Vol, pada putaran berikutnya yaitu putaran 1600 Rpm kadar CO mengalami peningkatan menjadi 2,011 %.Vol, pada putaran 1800 Rpm kadar emisi CO mengalami penurunan menjadi 1,992 %.Vol, begitu pula putaran berikutnya yaitu putaran 2000 Rpm kadar emisi CO mengalami penurunan menjadi 1,326 %.Vol, pada putaran 2200 Rpm kadar emisi CO mengalami peningkatan menjadi 2,182 %.Vol, pada putaran 2400 Rpm kadar emisi CO mengalami penurunan menjadi 1,332 %.Vol, begitu pula pada putaran berikutnya yaitu putran 1600 Rpm kadar emisi CO mengalami penurunan menjad 1,264 %.Vol dan pada putaran 2800 Rpm kadar emisi CO kembali mengalami peningkatan menjadi 1,707 %.Vol. sedangkan kadar emisi HC yang dihasilkan oleh sistem pengapian CDI pada putaran 1000 Rpm yaitu 336 Ppm.Vol, mengalami penurunan sampai pada putaran 1800 Rpm yaitu 197 Ppm.Vol, pada putaran 2000 Rpm mengalami peningkatan kadar HC menjadi 218 Ppm.Vol, pada putaran 2200 Rpm mengalami penurunan kadar HC yaitu 189 Ppm.Vol, pada putaran 2400 Rpm kadar HC mengalami penurunan menjadi 193 Ppm.Vol, kemudian mengalami peningkatan kadar HC menjadi 201 Ppm.Vol pada putaran 2600 Rpm, dan mengalami penurunan kadar HC pada putaran 2800 Rpm menjadi 171 Ppm.Vol. Dengan demikian kadar emisi gas buang sistem pengapian CDI untuk CO dan HC dapat disimpulkan : kadar emisi CO pada putaran 1000 sampai dengan 1400 Rpm relatif tidak stabil atau naik-turun, pada puatran 1600 sampai dengan 2000 kadar emisi CO yang dihasilkan mengalami penurunan, kemudian pada putaran 2200 Rpm sampai dengan 2800 Rpm kadar emisi CO yang dihasilkan relatif tidak satabil atau mengalami naik-turun. Sedangkan kadar emisi HC yang dari putaran 1000 Rpm yaitu 336 Ppm.Vol sampai dengan 1800 Rpm mengalami penurunan, kemudian pada putaran 2000 Rpm sampai dengan 2800 Rpm kadar HC yang dihasilkan tidak stabil atau mengalami naik-turun. Kadar HC tertinggi oleh pengapian CDI pada putaran 1000 yaitu 336 Ppm.Vol sedangkan kadar terkecil pada putaran 2800 Rpm yaitu sebesar 171 Ppm.Vol. Untuk mengetahui perbedaan emisi gas buang (CO dan HC) yang dihasilkan antara sistem pengapian konvensional dan sistem pengapian CDI pada setiap variasi putaran mesin dapat lihat pada grafik berikut : Gardan. Vol. 4 No. 2, Nopember

11 KADAR EMISI GAS BUANG (PPM.VOLUME) KADAR EMISI GAS BUANG (%.VOLUME) KADAR EMISI GAS BUANG (CO) Pengapian Konvensional Pengapian CDI 0 PUTARAN MESIN (RPM) Grafik 1. Perbandingan kadar emisi gas buang (CO) antara pengapian konvensional dengan pengapian elektronik CDI. Pada grafik diatas tergambar perbedaan kadar emisi gas buang pada setiap variasi putarannya. Untuk emisi CO yang dihasilkan pengapian CDI relatif lebih besar dari putaran 1000 sampai dengan 1200 Rpm tetapi mengalami penurunan mulai dari putaran 1200 sampai dengan 2000 Rpm. Mengalami kenaikan pada putaran 2200 Rpm namun mengalami penurunan kadar emisi CO sampai putaran 2800 Rpm lebih rendah daripada konvensional.dapat disimpulkan meski kadar emisi CO yang dihasilkan CDI pada awal putaran mesin lebih besar daripada konvensional namun kadar emisi CDI menunjukan penurunan sampai putaran 2800 Rpm lebih rendah dari pengapian konvensional KADAR EMISI GAS BUANG (HC) Pengapian Konvensional Pengapian CDI PUTARAN MESIN (RPM) Grafik 2. Perbandingan kadar emisi gas buang (HC) antara pengapian konvensional dengan pengapian elektronik CDI. Pada grafik emisi gas buang HC sistem pengapian konvensional pada putaran awal 1000 Rpm sampai dengan putaran 1200 Rpm menunjukan kadar emisi HC yang lebih rendah daripada kadar emisi HC yang dihasilkan CDI namun kadar emisi HC yang dihasilkan konvensional terus mengalami Gardan. Vol. 4 No. 2, Nopember

12 peningkatan sampai putran 2800 Rpm. Sebaliknya kadar emisi HC yang dihasilkan CDI putaran semakin tinggi maka kadar emisi HC yang dihasilkan semakin rendah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada BAB IV dengan mengacu pada rumusan masalah, maka dapat disimpulkan beberapa hals ebagai berikut : 1. Kadar emisi gas buang sistem pengapian konvensional untuk CO dan HC dapat disimpulkan : kadar emisi CO pada pengapian konvesional putaran Rpm mengalami penurunan dari 2,476 % vol menjadi 2,043 % vol, kemudian pada putaran Rpm kadaremisi yang dihasilkan tidak stabil, pada putaran Rpm kadar emisi yang dihasilkan mengalami peningkatan dari 1,517 % vol menjadi 1,933 % vol. Sedangkan kadar HC pada putaran Rpm kadar emisi yang dihasilkan relatif tidak stabil, kemudian pada putaran kadar emisi yang dihasilkan terus meningkat dari 215 ppm. vol menjadi 458 ppm.vol. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pembakaran yang kurang sempurna. 2. Kadar emisi gas buang sistempengapian CDI untuk CO dan HC dapat disimpulkan :kadar emisi CO pada putaran Rpm tidak stabil, kemudian pada putaran Rpm kadar emisi CO yang dihasilkan mengalami penurunan dari 2,001 %.vol menjadi 1,326 %.vol. Pada putaran rpm kadar yang dihasilkan mengalami penurunan dari 2,182 %.vol menjadi 1,707 %.vol.sedangkan kadar HC dari putaran Rpm mengalami grafik penurunan dari 336 ppm.vol menjadi 171 ppm.vol. Untuk kadar CO tertinggi yaitu 2,844 %.Vol dan kadar CO terendah yaitu 1,264 %.Vol, sedangkan Kadar HC tertinggi oleh pengapian CDI pada putaran 1000 yaitu 336 Ppm.Vol sedangkan kadar terkecil pada putaran 2800 Rpm yaitu sebesar 171 Ppm.Vol. DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Anonymus. New Step 1. Semarang : PT. Toyota Astra Motor Jakarta. Anonymus Pedoman Reperasi Mesin seri K.PT. Toyota Astra Motor Jakarta Arifin, Zainal & Sukoco Pengendalian Polusi Udara. Bandung : Alfabeta. IKIP Veteran Semarang Buku Pedoman Skripsi. Semarang. IKIP Veteran Semarang. Racth Bonaventura Perbedaan jumlah kadar Emisi Gas Buang antara sistem pengapian konvensional toyota kijang 5K dengan sistem pengapian transistor toyota kijang 7K. Semarang : Skripsi. Sugiyono Metode penelitian pendidikan. Bandung : Alfabeta. Suhasimi Arikunto Prosedur penelitian (suatu pendekatan praktik). Jakarta : Rineka Cipta. Supriatna, Yayat & Sumarsono Listrik Otomotif. Bandung : Angkasa. Tresna Sastrawijaya Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta. Gardan. Vol. 4 No. 2, Nopember

13 Wahyu Hidayat Motor Bensin Modern. Jakarta : Rineka Cipta. Yunan Ginting Listrik Otomotif 2. Bandung : Angkasa. Sumber Internet Anonymus. (2007). Megazines Autospeed, diakses senin, 11 November 2013 dari Anonymus. (2009). Persiapan uji emisi, diakses senin, 11 November 2013 dari Prancana Muhhamad.(2011).diakses senin, 11 November 2013 dari blogspot.com/2011/09/komponen-cdi-mobil.html Reynol Basrie. (2013). Sharing Informasi, diakses senin, 11November 2013 darihttp:// Sularto. (2004). Pengaruh jenis sistem pengapian CDI terhadap kadar monoksida (co) gas buang pada sepeda motor honda supra tahun 2003, diakses senin, 11 November2013 dari Gardan. Vol. 4 No. 2, Nopember

Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara

Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara Joko Suwignyo Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, IKIP Veteran Semarang Email: jokosuwignyu@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 25 BAB IV PENGUJIAN ALAT Pembuatan alat pengukur sudut derajat saat pengapian pada mobil bensin ini diharapkan nantinya bisa digunakan bagi para mekanik untuk mempermudah dalam pengecekan saat pengapian

Lebih terperinci

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada.

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada. SISTIM PENGAPIAN Pada motor bensin, campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan di dalam silinder harus untuk menghasilkan tenaga. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN KOMPETENSI 1. Menjelaskan prinsip kerja motor 2 tak dan motor 4 tak. 2. Menjelaskan proses pembakaran pada motor bensin 3. Menjelaskan dampak saat pengapian yang tidak

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR Bibid Sarifudin, Agung Nugroho Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT)

Lebih terperinci

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN Pengaruh penggantian koil pengapian sepeda motor dengan koil mobil dan variasi putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Honda Supra x tahun 2002 Oleh: Nuryanto K. 2599038 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK (CDI) DAN PENGAPIAN KONVENSIONAL

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK (CDI) DAN PENGAPIAN KONVENSIONAL ANALISIS PERBANDINGAN KADAR GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SISTEM ELEKTRONIK (CDI) DAN Ir. Adnan Surbakti MT Dosen Tetap ATI Immanuel Medan Abstrak Sistem pengapian CDI (capacitor discharge ignition) merupakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER DAN VARIASI JENIS BUSI TERHADAP TORSI DAN DAYA MESIN PADA YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010 Ilham Fahrudin, Husin Bugis, dan Ngatou Rohman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Nurdianto dan Ansori, (2015), meneliti pengaruh variasi tingkat panas busi terhadap performa mesin dan emisi gas buang sepeda motor 4 tak.

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Sistem Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor

Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Sistem Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 3 No. 1, April 2009 (87-92) Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor I Wayan Bandem Adnyana Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K Adi Purwanto 1, Mustaqim 2, Siswiyanti 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor NAMA : MUHAMMAD ABID ALBAR KELAS : IX E Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor Sistem pengapian pada sepeda motor berfungsi untuk mengatur proses terjadinya pembakaran campuran udara dan

Lebih terperinci

Imam Mahir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka, Jakarta

Imam Mahir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka, Jakarta Pengaruh Sistem Pengapian Capasitive Discharge Ignition(CDI) dengan Sumber Arus yang Berbeda Terhadap Kandungan Karbon Monoksida (CO) Gas Buang Sepeda Motor 110 cc Imam Mahir Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR

PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR Khabiburrahman 1, Supraptono 2, Dwi Widjanarko 3 123 Jurusan Teknik Otomotif, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

K BAB I PENDAHULUAN

K BAB I PENDAHULUAN Pengaruh variasi resistansi ballast resistor cdi dan variasi putaran mesin terhadap perubahan derajat pengapian pada sepeda motor honda astrea grand tahun 1997 Oleh: Wihardi K. 2599051 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang semakin lama semakin beraneka ragam dan kemampuan yang semakin tinggi membuat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin modern

Lebih terperinci

TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK

TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK B.7 TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK Edy Susilo Widodo 1 dan Eko Surjadi 2 1 Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Surakarta, Jl.

Lebih terperinci

TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN Abstrak

TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN Abstrak TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN 1997 Indra Joko Sumarjo 1, Agus Suprihadi 2, Muh. Nuryasin 3 DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram

Lebih terperinci

OPTIMASI DAYA MESIN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MESIN TOYOTA SERI 5K MELALUI PENGGUNAAN PENGAPIAN BOOSTER

OPTIMASI DAYA MESIN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MESIN TOYOTA SERI 5K MELALUI PENGGUNAAN PENGAPIAN BOOSTER ISSN: 1410-2331 OPTIMASI DAYA MESIN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MESIN TOYOTA SERI 5K MELALUI PENGGUNAAN PENGAPIAN BOOSTER Mardani Ali Sera Program Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jl.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KAPASITANSI ELECTROSTATIC CAPACITOR PADA CAPACITOR DISCHARGE IGNITION

PENGARUH VARIASI KAPASITANSI ELECTROSTATIC CAPACITOR PADA CAPACITOR DISCHARGE IGNITION JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 24, NO. 2, OKTOBER 2016 1 PENGARUH VARIASI KAPASITANSI ELECTROSTATIC CAPACITOR PADA CAPACITOR DISCHARGE IGNITION (CDI) TIPE DIRECT CURRENT (DC) TERHADAP DAYA MOTOR DAN EMISI

Lebih terperinci

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN Wachid Yahya, S.Pd, M.Pd Mesin Otomotif, Politeknik Indonusa Surakarta email : yahya.polinus@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Rekondisi dan modifikasi

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Rekondisi dan modifikasi BAB II DASAR TEORI Pendekatan pemecahan masalah dapat digunakan untuk merekondisi sepeda motor Honda C86 tahun 1986. Salah satu hal yang menyangkut pendekatan pemecahan masalah adalah dasar teori. Dasar

Lebih terperinci

Spark Ignition Engine

Spark Ignition Engine Spark Ignition Engine Fiqi Adhyaksa 0400020245 Gatot E. Pramono 0400020261 Gerry Ardian 040002027X Handoko Arimurti 0400020288 S. Ghani R. 0400020539 Transformasi Energi Pembakaran Siklus Termodinamik

Lebih terperinci

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 4, No. 1, November 212 1 Pengaruh Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin Syahril Machmud 1, Untoro Budi Surono 2, Yokie Gendro Irawan 3 1, 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2. 1 Sistem Pengapian Sistem pengapian sangat berpengaruh pada suatu kendaraan bermotor, karena berfungsi untuk mengatur proses pembakaran campuran antara bensin dan udara di dalam ruang

Lebih terperinci

Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 ABSTRAK

Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 ABSTRAK Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 Kusnadi D-III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Tegal. ABSTRAK Sistem pengapian merupakan sistem yang menghasilkan tegangan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM)

BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM) 30 BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM) 1. Dasar Pada motor bakar yang menggunakan bahan bakar bensin, yang masuk keruang bahan bakar adalah gas campuran udara dan bensin, sedangkan untuk pembakarannya

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR

PENGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR PENGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR 110cc SILINDER TUNGGAL/MENDATAR DENGAN SISTEM PENGAPIAN DC (Direct Current) Nur Musfirah 1, Bualkar Abdullah 1, Sri

Lebih terperinci

Beni Setya Nugraha, S.Pd.T. Joko Sriyanto, MT. (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif F.T. UNY)

Beni Setya Nugraha, S.Pd.T. Joko Sriyanto, MT. (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif F.T. UNY) PERBANDINGAN KINERJA SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK TIPE MAGNETO (AC-CDI) DAN TIPE BATTERY (DC-CDI) DITINJAU DARI KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR Beni Setya Nugraha, S.Pd.T. Joko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pembakaran yang lebih cepat dan mengurangi emisi gas buang yang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pembakaran yang lebih cepat dan mengurangi emisi gas buang yang di BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan pustaka Ismail Altin dan Atilla Bilgin (2009), melakukan penelitian mengenai perbandingan efisiensi performa motor menggunakan 1 busi dan 2 busi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Marlindo (2012) melakukan penelitian bahwa CDI Racing dan koil racing menghasilkan torsi dan daya lebih besar dari CDI dan Koil standar pada

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR Komponen sistem pengapian dan fungsinya

BAB II TEORI DASAR Komponen sistem pengapian dan fungsinya BAB II TEORI DASAR 2.1 Teori Dasar Pengapian Sistem pengapian pada kendaraan Honda Supra X 125 (NF-125 SD) menggunakan sistem pengapian CDI (Capasitor Discharge Ignition) yang merupakan penyempurnaan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepeda motor merupakan alat transportasi yang paling efektif untuk masyarakat Indonesia, selain harganya terjangkau sepeda motor dapat digunakan di berbagai

Lebih terperinci

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER Oleh : Rolando Sihombing, ST Dosen Universitas Simalungun, P. Siantar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), maka di butuhkan kendaraan yang memiliki unjuk kerja yang baik

Lebih terperinci

PEGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR

PEGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR PEGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR 150cc DENGAN SISTEM PENGAPIAN CDI (Capasitor Discharge Ignition) DC (Direct Current) Pratiwi Setiawati 1, Sri Suryani

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI UNJUK DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP KERJA MESIN

PENGARUH VARIASI UNJUK DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP KERJA MESIN PENGARUH VARIASI UNJUK DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP KERJA MESIN Syahril Machmud 1, Untoro Budi Surono 2, Leydon Sitorus 3 1,2 Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta 3

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC AALISA PEGARUH CAMPURA PREMIUM DEGA KAPUR BARUS (APTHALE) TERHADAP EMISI GAS PADA MESI SUPRA X 125 CC Tinus Ginting ST, MT Dosen Akademi Teknologi Industri Immanuel Medan Abstrak Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan transportasi mulai dirasakan setelah revolusi industri dan bangsa asing berdatangan ke Indonesia. Di Indonesia sepeda motor adalah salah satu alat transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang terjadi saat ini banyak sekali inovasi baru yang tercipta khususnya di dalam dunia otomotif. Dalam perkembanganya banyak orang yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Pengapian Perkembangan sistem pengapian yang ditawarkan setiap keluaran mobil baru patut dibanggakan. Salah satu keunggulan sistem pengapian eletronik atau CDI adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor Sistem pengisian adalah gabungan dari beberapa komponen pengisian seperti generator (alternator), regulator dan baterai

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPASITOR DISCHARGE IGNITION) PADA MOTOR HONDA CB 100CC

OPTIMALISASI SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPASITOR DISCHARGE IGNITION) PADA MOTOR HONDA CB 100CC OPTIMALISASI SISTEM PENGAPIAN CDI (CAPASITOR DISCHARGE IGNITION) PADA MOTOR HONDA CB 100CC Muhamad Nuryasin, Agus Suprihadi Program Studi D III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No.

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan pengumpulan data meliputi durasi standard camshaft dan after market camshaft, lift standard camshaft dan after market

Lebih terperinci

Gambar 9.1. Sistem pengapian

Gambar 9.1. Sistem pengapian BAB 9 SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM) 9.1. Pendahuluan Sistem pengapian merupakan sistem yang berfungsi untuk menghasilkan percikan bunga api pada busi yang kuat dan tepat untuk memulai pembakaran campuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Ludfianto (2013), meneliti penggunaan twin spark ignition dengan konfigurasi berhadapan secara Horizontal pada Motor Yamaha F1ZR dua langkah

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol., No., Oktober ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO cc Sachrul Ramdani Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI CELAH BUSI DAN JENIS BUSI TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA KENDARAAN RODA DUA 110CC

PENGARUH VARIASI CELAH BUSI DAN JENIS BUSI TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA KENDARAAN RODA DUA 110CC PENGARUH VARIASI CELAH BUSI DAN JENIS BUSI TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA KENDARAAN RODA DUA 110CC Oleh : Sabar Pasaribu Dosen Akademi Teknologi Industri Immanuel Medan ABSTRAK Bedasarkan rumusan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang  . BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan bahan bakar yang meningkat dengan semakin bertambahnya industri dan jumlah kendaraan bermotor baru, 5 juta unit sepeda motor dan 700.000 mobil per tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dari waktu ke waktu mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama dalam bidang transportasi khususnya kendaraan bermotor. Dalam bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas buang motor bensin mengandung nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO 2 ) (NO 2 dalam

Lebih terperinci

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Darwin Rio Budi Syaka a *, Umeir Fata Amaly b dan Ahmad Kholil c Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Darwin Rio Budi Syaka, Furqon Bastian dan Ahmad Kholil Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Aliran Pengujian Proses pengambilan data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 bagian yang dapat ditunjukan pada gambar gambar dibawah ini : A. Diagram

Lebih terperinci

V-Max, Volume 1 Nomer 1, Nopember 2016

V-Max, Volume 1 Nomer 1, Nopember 2016 RANCANG BANGUN SISTEM PENGAPIAN SEMI ELEKTRONIK DOUBLE TRIGGER SEBAGAI PENGEMBANGAN SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL Hasan Holik, Haris Mujianto, Gatut Rubiono Universitas PGRI Banyuwangi, Jl. Ikan Tongkol

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Motor Pembakaran Dalam Motor pembakaran dalam (internal combustion engine) adalah motor bakar yang fluida kerjanya dihasilkan di dalam pesawat itu sendiri. Motor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN BAKAR Warsono Rohmat Subodro (UNU Surakarta, rohmadsubodro@yahoo.com) ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Surya Didelhi, Toni Dwi Putra, Muhammad Agus Sahbana, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 23-28

Surya Didelhi, Toni Dwi Putra, Muhammad Agus Sahbana, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 23-28 STUDI PENGARUH ACTIVE TURBO CYCLONE TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN 4 TAK 1 SILINDER Surya Didelhi 1), Toni Dwi Putra 2), Muhammad Agus Sahbana 3) ABSTRAK Semakin banyaknya jumlah kendaraan

Lebih terperinci

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 Diagnosa Ignition Control Sistem Tujuan Umum : Peserta dapat mengidentifikasi fungsi, konstruksi, cara kerja sistem control ngine Peserta dapat mendiagnosa dan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus, terutama pada kota-kota besar. Pencemaran udara berasal dari berbagai sumber, antara lain asap

Lebih terperinci

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium.

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan dan pembahasan dari proses pengambilan data dan pengumpulan data yang dikumpulkan meliputi data spesifikasi obyek penelitian dan hasil pengujian. Data-data tersebut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. commit to user 3

BAB II DASAR TEORI. commit to user 3 BAB II DASAR TEORI Rekondisi sepeda motor Honda C86 tahun 1986 bertujuan untuk mengembalikan performa mesin dan memperbaiki semua komponen. Dasar teori yang membantu dalam melakukan rekondisi didapat dari

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK SPESIFIK UNTUK REDUKSI EMISI GAS BUANG O 2 MOTOR BAKAR (SEPEDA MOTOR) 4 TAK

KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK SPESIFIK UNTUK REDUKSI EMISI GAS BUANG O 2 MOTOR BAKAR (SEPEDA MOTOR) 4 TAK TUGAS SARJANA KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK SPESIFIK UNTUK REDUKSI EMISI GAS BUANG O 2 MOTOR BAKAR (SEPEDA MOTOR) 4 TAK Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademis Dalam Menyelesaikan Pendidikan Strata

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung UJIAN TEORI PRAKTEK ENGINE

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE Darwin R.B Syaka 1*, Ragil Sukarno 1, Mohammad Waritsu 1 1 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Kajian Teori a. Sistem Pengapian Motor bensin membutuhkan adanya nyala api listrik untuk membakar campuran udara dan bahan bakar

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN DAYA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA PENGAPIAN STANDAR DENGAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER PADA MESIN TOYOTA KIJANG SERI 7K

ANALISA PERBANDINGAN DAYA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA PENGAPIAN STANDAR DENGAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER PADA MESIN TOYOTA KIJANG SERI 7K ANALISA PERBANDINGAN DAYA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA PENGAPIAN STANDAR DENGAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER PADA MESIN TOYOTA KIJANG SERI 7K Oleh: Akhmad Ali Fadoli, Mustaqim, Zulfah Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM PENGAPIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG. Rosehan

PENGARUH SISTEM PENGAPIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG. Rosehan PENGARUH SISTEM PENGAPIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG Rosehan Abstract Emisi gas buang adalah hasil reaksi pembakaran campuran udara-bahan bakar di dalam ruang bakar yang membentuk dissosiasi baru. Emisi

Lebih terperinci

USAHA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM PENGAPIAN CDI. Ireng Sigit A ) Abstrak

USAHA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM PENGAPIAN CDI. Ireng Sigit A ) Abstrak USAHA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM PENGAPIAN CDI Ireng Sigit A ) Abstrak Dewasa ini semua kendaraan yang beroperasi diharapkan harus mengacu pada standar Euro 2000 dan hemat bahan bakar. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar merupakan salah satu alat (mesin) yang mengubah tenaga panas menjadi tenaga mekanik, motor bakar umumnya terdapat dalam beberapa macam antara lain : mesin

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN KOIL RACING TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN

PENGARUH PENGGUNAAN KOIL RACING TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN PENGARUH PENGGUNAAN KOIL RACING TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN Subroto Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta JL. A. Yani Pabelan-Kartasura Tromol Pos 1 Telp. (0271) 715448

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN. Yamaha Mio di Laboratorium, Program Vokasi Universitas Muhammadiyah

BAB III METODE PELAKSANAAN. Yamaha Mio di Laboratorium, Program Vokasi Universitas Muhammadiyah BAB III METODE PELAKSANAAN 1.1 Tempat Pelaksanaan Dalam pelaksanaan serta pengujian tugas akhir ini, penulis melakukan pengerjaan merangkai dan menguji sistem pengapian dan pengisian sepeda motor Yamaha

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Mesin UMY

Jurnal Teknik Mesin UMY PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI 3 JENIS BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX 95 Erlangga Bagus Fiandry 1 Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Edi Sarwono, Toni Dwi Putra, Agus Suyatno (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

Edi Sarwono, Toni Dwi Putra, Agus Suyatno (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal STUDY EXPERIMENTAL PENGARUH SPARK PLUG CLEARANCE TERHADAP DAYA DAN EFISIENSI PADA MOTOR MATIC Edi Sarwono 1, Toni Dwi Putra 2, Agus Suyatno 3 ABSTRAK Pada internal combustion engine dipengaruhi oleh proses

Lebih terperinci

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar 2

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar 2 PENGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR BERDASARKAN TAHUN PEMBUATAN DENGAN SISTEM PENGAPIAN AC DAN DC Satriyani 1,Bualkar Abdullah 1, Sri Suryani 1, Abdul

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor. 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor. 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor Yamaha Mio 4.1.1 Sistem Pengapian Yamaha Mio ( DC ) 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio Pada

Lebih terperinci

Fakultas Teknik UNY. Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif SISTEM PENGAPIAN. Penyusun : Beni Setya Nugraha, S.Pd.T.

Fakultas Teknik UNY. Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif SISTEM PENGAPIAN. Penyusun : Beni Setya Nugraha, S.Pd.T. KODE MODUL SPD. OTO 225-01 Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif SISTEM PENGAPIAN Penyusun : Beni Setya Nugraha, S.Pd.T. Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran (SP4) Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA Penambahan gas hasil elektrolisa air pada motor bakar 4 langkah ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan BBM sebagai bahan bakarnya. Pengaruh penambahan gas hasil elektrolisa

Lebih terperinci

Analisis Distribusi Tegangan Listrik ke Busi dari Rangkaian Electronic Ignition Berdasarkan Kecepatan Putar Flywheel Mesin

Analisis Distribusi Tegangan Listrik ke Busi dari Rangkaian Electronic Ignition Berdasarkan Kecepatan Putar Flywheel Mesin Analisis Distribusi Tegangan Listrik ke Busi dari Rangkaian Electronic Ignition Berdasarkan Kecepatan Putar Flywheel Mesin Parlindungan P. Marpaung 1* 1 Institut Teknologi Indonesia, Jln. Raya Puspiptek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. stand dari pengapian ac dan pengisian dc yang akan di buat. Dalam metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. stand dari pengapian ac dan pengisian dc yang akan di buat. Dalam metode BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Perancangan Proses perancangan adalah proses pembuatan sketsa atau gambar awal bentuk stand dari pengapian ac dan pengisian dc yang akan di buat. Dalam metode perancangan

Lebih terperinci

JST/OTO/OTO318/02 LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

JST/OTO/OTO318/02 LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK LAPORAN PRAKTIK SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK JST/OTO/OTO318/02 LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF Disusun oleh : CHAMDAN NOR ICHWAN TS 13504241036 DWI PRASETYO 13504241040 MUHAMMAD

Lebih terperinci

Petunjuk : Berilah Tanda Silang (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat

Petunjuk : Berilah Tanda Silang (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat Petunjuk : Berilah Tanda Silang (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat 1. Menurut gambar di bawah ini jaket air (water jacket) ditunjukkan oleh 1 5 7 2 8 9 6 3 4 a. No. 1 b. No. 2 c. No. 3 d. No.

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Busi Terhadap Prestasi Genset Motor Bensin

Pengaruh Penggunaan Busi Terhadap Prestasi Genset Motor Bensin Pengaruh Penggunaan Busi Terhadap Prestasi Genset Motor Bensin Ma ruf Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian busi terhadap prestasi genset mesin bensin yang meliputi konsumsi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM PENGAPIAN DIRECT IGNITION SYSTEM PADA MESIN 1 TR-FE TOYOTA KIJANG INNOVA

TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM PENGAPIAN DIRECT IGNITION SYSTEM PADA MESIN 1 TR-FE TOYOTA KIJANG INNOVA TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM PENGAPIAN DIRECT IGNITION SYSTEM PADA MESIN 1 TR-FE TOYOTA KIJANG INNOVA Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Diploma III Guna Menyandang Gelar Ahli Madya Oleh: PRASETYO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,

Lebih terperinci

ANALISA DAN CARA MENGATASI GANGUAN SISTEM PENGAPIAN MAZDA MR 90

ANALISA DAN CARA MENGATASI GANGUAN SISTEM PENGAPIAN MAZDA MR 90 ANALISA DAN CARA MENGATASI GANGUAN SISTEM PENGAPIAN MAZDA MR 90 LAPORAN Disusun untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III dengan gelar Ahli Madya Teknik Mesin Oleh Ali Agsa 5250304539 PENDIDIKAN TEKNIK

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI LARUTAN WATER INJECTION PADA INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR

PENGARUH VARIASI LARUTAN WATER INJECTION PADA INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR PENGARUH VARIASI LARUTAN WATER INJECTION PADA INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR Dedi Antoni 1, M. Burhan Rubai Wijaya 2, Angga Septiyanto 3 123 Jurusan Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara yang diakibatkan oleh gas buang kendaraan bermotor pada akhir-akhir ini sudah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan dan memberikan andil yang

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram alir percikan bunga api pada busi

Gambar 3.1. Diagram alir percikan bunga api pada busi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Pengujian Proses pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi 3 bagian yang dapat ditunjukkan pada gambar-gambar di bawah ini : 1.1.1. Diagram

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ANALISA PADA PERTAMAX 4.1.1 Pengujian Pertamax Pada Gear 1 Analisa perbandingan emisi gas buang CO,HC,CO2 dan NOx pada sepeda motor dengan kapasitas 150 cc dengan bahan

Lebih terperinci

BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI

BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI Motor penggerak mula adalah suatu alat yang merubah tenaga primer menjadi tenaga sekunder, yang tidak diwujudkan dalam bentuk aslinya, tetapi diwujudkan dalam

Lebih terperinci

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 130 ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT Muhammad Arsyad Habe, A.M. Anzarih, Yosrihard B 1) Abstrak: Tujuan penelitian ini ialah

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN WAKTU PENGAPIAN (IGNITION TIMING) TERHADAP TORSI, DAYA, DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN HONDA G200 DENGAN BAHAN BAKAR GAS LPG

PENGARUH PERUBAHAN WAKTU PENGAPIAN (IGNITION TIMING) TERHADAP TORSI, DAYA, DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN HONDA G200 DENGAN BAHAN BAKAR GAS LPG PENGARUH PERUBAHAN WAKTU PENGAPIAN (IGNITION TIMING) TERHADAP TORSI, DAYA, DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN HONDA G200 DENGAN BAHAN BAKAR GAS LPG Moh Afif Afroni¹, Mustaqim², Hadi Wibowo³ Mahasiswa,

Lebih terperinci

Oong Hanwar (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang

Oong Hanwar (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang KAJIAN EKSPERIMENTAL SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI ASPEK PERAWATAN PREDIKTIF TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA ENGINE TOYOTA KIJANG TYPE 5K. Oong Hanwar (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DAMPAK KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODE BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 TAK

DAMPAK KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODE BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 TAK DAMPAK KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODE BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 TAK Syahril Machmud 1, Yokie Gendro Irawan 2 1 Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta Alumni

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC Abdul Rohman studi Strata-1 Pada Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS LPG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR 4 LANGKAH 100cc

TUGAS AKHIR. PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS LPG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR 4 LANGKAH 100cc TUGAS AKHIR PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS LPG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR 4 LANGKAH 100cc Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik

Lebih terperinci