II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perubahan Iklim 2.2. Pencemaran Logam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perubahan Iklim 2.2. Pencemaran Logam"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perubahan Iklim Cuaca adalah kondisi atmosfer yang kita alami berdasarkan hari per harinya atau musim per musimnya. Iklim adalah rata-rata jangka panjang cuaca yang terjadi, yaitu sekitar tahun atau lebih. Anomali adalah suatu kondisi cuaca yang berbeda dari rata-rata iklim yang ada. Tahun atau periode yang lebih hangat, dingin, basah, atau pun lebih kering dari iklim yang ada dikategorikan sebagai anomali (Soon and Baliunas 2003). Permukaan bumi, yaitu laut, daratan, dan lapisan es, berperan penting dalam penentuan jumlah panas yang diserap dan dipantulkan. Iklim merupakan hasil interaksi antara atmosfer, hidrosfer, kriosfer, lithosfer, dan biosfer (Lucarini 2002). Laut dengan luasan 70% dari permukaan bumi tentunya banyak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh iklim. Hal ini membuat suhu permukaan laut merupakan indikator penting dalam mempelajari cuaca dan iklim yang terjadi. Lautan memegang peran penting dalam pengaturan iklim karena karakter uniknya yang menyimpan panas lebih lama dan mentransfernya ke belahan bumi lainnya (Byatt et al. 2001) 2.2. Pencemaran Logam Pencemaran secara umum dapat didefinisikan sebagai masuknya suatu bahan atau energi ke dalam suatu lingkungan yang menyebabkan dampak negatif (Lasut and Kumurur 2001). Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat disertai dengan pertumbuhan pertanian dan industri akan menghasilkan peningkatan limbah dan perkembangan tipe bahan pencemar (Gomez et al dalam Lasut and Kumurur 2001). Pencemaran ini dapat berupa gas, padatan, dan limbah cair. Pencemaran dapat menyebabkan berbagai macam masalah di perairan, disimpulkan dalam Tabel 1 (Manahan 1992). Sementara dampak polutan terhadap ekosistem terumbu karang dapat dilihat pada Tabel 2 (Gomez et al dalam Lasut and Kumurur 2001).

2 Tabel 1. Jenis polutan dan dampaknya di perairan Jenis Polutan Dampak Trace elements Logam berat Logam terikat secara organik Radionuklida Polutan anorganik Asbestos Nutrien alga Keasaman, alkalinitas, dan salinitas Polutan trace organic Polychlorinated biphenyls Pestisida Limbah minyak Limbah manusia dan hewan Biochemical oxygen demand Patogen Detergen Karsinogen kimia Sedimen Rasa, bau, dan warna Kesehatan manusia, biota akuatik Kesehatan manusia, biota akuatik Pemindahan logam Toksisitas Toksisitas, biota akuatik Kesehatan manusia Eutrofikasi Kualitas perairan, kehidupan perairan Toksisitas Kemungkinan efek biologis Toksisitas, biota akuatik, kehidupan liar Dampak kepada kehidupan liar, estetika Kualitas perairan, kandungan oksigen Kualitas perairan, kandungan oksigen Dampak kesehatan Eutrofikasi, kehidupan liar, estetika Kemungkinan kanker Kualitas perairan, biota aquatik, kehidupan liar Estetika Logam didefinisikan sebagai elemen yang di dalam larutan air dapat melepaskan satu atau lebih elektron dan menjadi kation, sedangkan yang dikategorikan sebagai logam berat adalah logam yang memiliki berat jenis lebih besar dari 5 gr/cm 3 (Soemirat 2003). Limbah-limbah yang ada dapat mengandung logam berat, dengan kadar dan jenisnya tergantung pada jumlah dan aktivitas industri. Secara alamiah unsur logam berat memang terdapat dalam air laut, namun dalam jumlah yang sangat rendah berkisar antara ppm (Waldichuk 1974 dalam Hutagalung 1991). Kadar ini dapat meningkat bila limbah yang banyak mengandung unsur logam berat masuk ke dalam lingkungan laut.

3 Tabel 2. Jenis polutan dan dampaknya terhadap ekosistem terumbu karang Polutan Dampak Sedimen Limbah kronis Limbah (pada saat awal masuk) Nitrogen dan fosfor terlarut Limbah pertambangan - mengendap di sekitar terumbu karang - dapat membunuh karang - mengurangi intensitas cahaya untuk fotosintesis - mengurangi tingkat pertumbuhan karang - mengurangi luasan substrat yang cocok bagi penempelan larva karang - eutrofikasi lokal - tingkat keberadaan bakteri dan virus yang tinggi - infeksi pada mucus karang - tingkat pertumbuhan alga yang sangat tinggi - penurunan penutupan karang Acropora spp. - Perubahan karang dominan - peningkatan makroalga - peningkatan alga hijau - peningkatan kepadatan bintang seribu - limbah logam berat menyebar sejauh hingga 5 km dan bereaksi dengan skeleton karang Unsur-unsur logam berat ini umumnya dibutuhkan organisme perairan untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya, tetapi akan bersifat racun bila berlebihan (Phillips 1980 dalam Hutagalung 1991). Logam kemungkinan adalah racun yang paling tua dikenal oleh umat manusia. Penggunaan timbal telah dimulai pada tahun 2000 SM ketika manusia mulai mengekstrasi perak dari ore. Terdapat 80 elemen dari 105 elemen dalam tabel periodik yang dikategorikan sebagai logam, namun kurang dari 30 elemen saja yang dilaporkan memberikan dampak racun kepada manusia (Casarett and Doull 1986). Enam logam yang dipelajari dalam penilitian ini, yaitu: a. Antimoni (Sb) Antimoni (Sb) biasa digunakan dalam campuran logam dan juga untuk memproduksi kimia anti api, keramik, perangkat gelas, dan zat warna. Unsur Sb juga digunakan di dunia medis sebagai zat antiparasit. Keracunan dapat

4 menyebabkan sakit pencernaan yang parah seperti muntah-muntah dan diare (Casarett and Doull 1986). Dampak dari Sb dapat bersifat akut terhadap manusia, menyebabkan rhinitis dan pulmonary edema. Pemaparan secara kronis pada manusa juga dapat menyebabkan rhinitis, pharynghitis, tracheitis, bronchitis, dan akhirnya pneumoconiosis yang menyebabkan penyakit paru-paru dan emphysema (Elinder and Friberg 1977 dalam Casarett and Doull 1986). b. Arsenik (As) Arsenik (As) sulit untuk dikategorikan sebagai elemen tunggal karena sifat kimianya yang sangat kompleks dan terdapat banyak bentuk senyawa arsenik. Unsur As biasanya masuk ke dalam lingkungan melalui air, namun ada juga yang melalui udara berasal dari industri (Casarett and Doull 1986). Unsur As kebanyakan berasal dari hasil lain (by-product) kegiatan pertambangan dan juga dari limbah kimia (Manahan 1992). Arsenik dapat mematikan dalam dosis tinggi (Valee et al dalam Casarett and Doull 1986), dengan tanda-tanda seperti demam, anorexia, hepatomegalia, melanosis, dan kekacauan ritme jantung hingga menyebabkan gagal jantung. Organ lain yang diserang adalah jaringan saraf tepi, hati, dan pembuluh darah. Unsur As juga dapat meningkatkan risiko karsinogenesis. c. Timbal (Pb) Timbal (Pb) adalah logam beracun yang terdapat dimana-mana dan dapat dideteksi dalam berbagai macam fase, baik dalam lingkungan maupun dalam sistem biologis. Unsur Pb bersifat racun kepada hampir semua mahluk hidup pada tingkat pemaparan yang tinggi, dan tidak ada tanda-tanda kebutuhan biologis terhadap logam ini (Casarett and Doull 1986). Timbal (Pb) anorganik berasal dari beberapa jenis industri dan pertambangan, yang kemudian masuk ke dalam perairan. Industri yang menggunakan Pb adalah industri cat. Unsur Pb juga terdapat pada gas buangan industri dan kendaraan bermotor. Batuan yang mengandung Pb juga berkontribusi atas keberadaan Pb dalam perairan (Manahan 1992). Keracunan Pb akut pada manusia menyebabkan disfungsi parah pada ginjal, sistem reproduksi, hati, dan otak serta sistem saraf pusat. Keracunan Pb

5 menyebabkan penyakit dan kematian. Keracunan Pb diduga sebagai faktor yang menyebabkan keterbelakangan mental dari banyak anak-anak. Keracunan Pb yang ringan menyebabkan anemia dengan gejala pusing, pegal, kelelahan dan gampang marah (Manahan 1992). d. Cadmium (Cd) Cadmium (Cd) adalah logam racun modern, baru ditemukan sebagai elemen pada tahun 1817 dan penggunaan industri baru pada 60 tahun belakangan. Akan tetapi sekarang Cd telah dimanfaatkan oleh berbagai macam industri. Penggunaan utamanya adalah electroplating atau galvanizing karena sifatnya yang antikorosif. Unsur Cd digunakan pula sebagai zat warna pada cat, plastik, dan juga sebagai katoda pada batere nickel-cadmium. Unsur Cd merupakan by-product penambangan dan pengolahan logam seng dan timbal (Casarett and Doull 1986). Efek akut keracunan Cd sangatlah serius, diantaranya tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, dan kerusakan pada jaringan testikular dan sel darah merah. Dampak fisiologis pada mahluk hidup dipercaya disebabkan oleh kemiripan sifat kimia Cd terhadap seng (Zn), sehingga Cd dapat menggantikan Zn dalam beberapa jenis enzim. e. Cobalt (Co) Cobalt (Co) merupakan elemen esensial dalam pembentukan vitamin B12 untuk produksi sel darah merah, serta pencegahan anemia. Unsur Co merupakan logam yang jarang, diproduksi sebagai by-product logam lain terutama tembaga. Unsur Co digunakan dalam campuran metal bertemperatur tinggi dan dalam magnet permanen. Masuknya Co dalam jumlah sangat besar ke dalam tubuh mamalia, termasuk manusia, menyebabkan polycythemia (meningkatnya konsentrasi hemoglobin dalam darah). Keracunan Co dapat menyebabkan muntah-muntah, diare, meningkatkan tekanan darah, memperlambat respirasi, pusing, kuping berdengung (tinnitus), dan ketulian akibat kerusakan saraf (Browning 1969 dalam Casarett and Doull 1986). Unsur Co juga dapat menyebabkan penyakit gondok, dimana para epidemiologis mendapatkan bahwa penyakit gondok lebih banyak terjadi di daerah yang kandungan Co dalam tanah dan airnya lebih tinggi (Wills

6 1966 dalam Casarett and Doull 1986). Cardiomyopathy (kelainan otot jantung) juga disebabkan oleh masuknya Co ke dalam tubuh dalam jumlah yang besar. f. Krom (Cr) Krom (Cr) adalah elemen yang terdapat pada kerak bumi dalam jumlah yang melimpah. Sumber utama Cr adalah ore krom, diproduksi dengan proses pemurnian logam. Kegunaan Cr adalah sebagai pewarna krom, pewarna kulit, pengawet kayu, dan sebagai zat anti-korosif pada alat masak, boiler, saluran pipa pengeboran minyak. Dampak akut utama dari keracunan Cr adalah renal tubular necrosis (matinya sebagian besar jaringan pada ginjal) (Casarett and Doull 1986). Pemaparan terhadap Cr pada industri produksi krom dan industri pewarna krom dapat menyebabkan kanker paru-paru Terumbu Karang Pengertian Karang dan Simbiotik Alga Karang merupakan nama lain dari ordo Scleractinia yang memiliki jaringan batu kapur yang keras. Ordo Scleractinia dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok karang pembentuk terumbu (reef building) dan kelompok karang bukan pembentuk terumbu (non reef building). Karang pembentuk terumbu merupakan karang hermatipik yang memerlukan cahaya matahari untuk hidup, sedangkan kelompok bukan pembentuk terumbu adalah karang ahermatipik yang hidup tanpa cahaya matahari di dasar laut (Veron 1993; Nybakken 1993; Tomascik et al. 1997). Karang hermatipik hanya ditemukan di daerah tropis, sedangkan karang ahermatipik tersebar luas di seluruh dunia. Perbedaan utama antara karang hermatipik dan karang ahermatipik adalah terdapatnya simbiose mutualisma dengan zooxanthellae, tumbuhan alga bersel tunggal (dinoflagellata uniselular) - Gymnodinium microadriatum, yang terdapat di dalam jaringan karang. Karang hermatipik bersimbiose dengan alga tersebut sedangkan hampir semua karang ahermatipik tidak bersimbiose (Ditlev 1980; Nybakken 1993). Menurut Barnes (1980) terdapat lebih dari 60 genera karang yang bersimbiose dengan zooxanthellae.

7 Asosiasi simbiotik antara zooxanthellae dengan karang sedemikian erat sehingga sangat menentukan proses metabolisme, kemampuan untuk membentuk kerangka dan sebaran vertikalnya hewan tersebut. Selain itu zooxanthellae juga terdapat dalam berbagai jenis invertebrata di daerah terumbu karang sehingga memberikan petunjuk bahwa peranan alga tersebut sangat penting dalam ekosistem terumbu karang (Nybakken 1993; Nontji 1984). Oleh karena itu karang hermatipik mempunyai sifat yang unik, yaitu perpaduan antara sifat hewan dan tumbuhan, sehingga arah pertumbuhannya selalu bersifat fototropik positif. Kebutuhan akan cahaya matahari adalah untuk kepentingan zooxanthellae (Nybakken 1993). Goreau (1961) dalam Nybakken (1993) menyatakan bahwa zooxanthellae meningkatkan laju proses kalsifikasi (pembentukan kapur) yang dilakukan oleh karang dan laju pertumbuhan koloni karang. Namun hingga kini mekanisme zooxanthellae meningkatkan laju pertumbuhan kerangka karang belum diketahui secara jelas. Barnes (1980) menjelaskan bahwa adanya proses fotosintesis oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan karbondioksida dan merangsang reaksi kimia, seperti diterangkan oleh persamaan reaksi sebagai berikut: Ca(HCO 3 ) 2 CaCO 3 + H 2 CO 3 H 2 O + CO 2 Fotosintesa oleh alga yang bersimbiose membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan deposit cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat kirakira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiose dengan zooxanthellae (Ditlev 1980) Faktor Pembatas Kehidupan Karang Penyebaran terumbu karang tergantung pada kondisi lingkungannya, dimana kondisi ini tidak selalu tetap dan sering kali berubah karena adanya berbagai gangguan baik yang disebabkan oleh alam atau manusia (antropogenis). Faktor faktor alam yang membatasi penyebaran terumbu karang dapat berupa faktor fisik-kimia dan biologi. Faktor-faktor pembatas bagi kehidupan, distribusi dan stabilitas ekosistem terumbu karang adalah suhu, cahaya matahari, salinitas, kejernihan air, arus (pergerakan) air dan substrat (Gambar 2) (Barnes 1980; Nybakken 1993; Berwick

8 1983; Castro and Huber 2000). Beberapa faktor pembatas kehidupan karang adalah sebagai berikut: Gambar 2. Faktor-faktor pembatas bagi kehidupan, distribusi dan stabilitas ekosistem terumbu karang (Nybakken 1993). a. Suhu Suhu merupakan faktor pembatas utama bagi kehidupan terumbu karang. Oleh karena itu, penyebaran geografis terumbu karang dipengaruhi oleh suhu dan hampir semuanya hanya ditemukan pada perairan dengan suhu permukaan isotermal 20 C (Barnes 1980; Nybakken 1993). Terumbu karang dapat berkembang secara optimal pada perairan yang suhu rata-rata tahunannya C (Nybakken 1993). Suhu maksimum yang masih dapat ditoleransi untuk kehidupan terumbu karang adalah C (Berwick 1983; Nybakken 1993), walaupun hal ini juga tergantung pada jenis karangnya. Perubahan suhu secara drastis dapat menghambat pertumbuhan hewan karang, bahkan dapat menyebabkan kematian. Menurut Sukarno (1996) menyebutkan bahwa hewan karang pada daerah tropis selalu dihadapkan pada suhu yang relatif konstan sepanjang tahun dan semua proses metabolisme berlangsung pada suhu yang realtif tetap, sehingga

9 perubahan suhu sebesar 1-3 C saja akan mengganggu proses metabolisme hewan karang b. Cahaya matahari Cahaya matahari mempunyai peranan penting dalam pembentukan terumbu karang, karena cahaya matahari dibutuhkan oleh alga yang bersimbiosa di dalam jaringan karang untuk melakukan fotosintesis (Berwick 1983; Nybakken 1993). Oleh karena itu distribusi vertikal terumbu karang dibatasi oleh kedalaman efektif sinar yang masuk. Barnes (1980) menyatakan bahwa terumbu karang dapat hidup sampai kedalaman 60 m, namun pada perairan yang jernih - di sekitar samudera - terumbu karang dapat mencapai kedalaman lebih dari 80 m (Ditlev 1980). Pada kedalaman lebih dalam lagi cahaya terlalu lemah untuk kehidupan zooxanthellae. Kebanyakan terumbu karang hidup pada kedalaman 25 m atau kurang. Tanpa cahaya yang cukup, maka laju fotosintesis akan berkurang sehingga secara langsung akan mempengaruhi kemampuan karang dalam menghasilkan kalsium karbonat (Nybakken 1993). c. Salinitas Salinitas di laut secara fisiologi mempengaruhi kehidupan hewan karang karena adanya proses tekanan osmosis pada jaringan tubuhnya, dan hewan ini peka terhadap perubahan salinitas (Pariwono et al. 1996). Karang hermatipik adalah organisma laut sejati dan kebanyakan spesies sangat sensitif terhadap perubahan salinitas yang lebih tinggi atau lebih rendah dari salinitas normal air laut (30 35 ppt) (Nybakken 1993). Terumbu karang juga masih dapat berkembang di daerah dengan salinitas tinggi, seperti di Teluk Persia yang salinitasnya 42 (Nybakken 1993). d. Kejernihan air dan sedimen Kehidupan karang juga memerlukan air laut yang bersih dari sedimen, karena sedimen tersebut akan menghalangi masuknya cahaya matahari yang diperlukan oleh zooxanthellae. Jadi tingkat kekeruhan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari sehingga menentukan laju pertumbuhan dan produksi karang (Berwick 1983). Bahan-bahan tersuspensi dengan berbagai ukuran dapat mengganggu kehidupan hewan karang terutama yang mempunyai polip kecil dapat menutupi dan mematikan hewan karang. Partikel yang menempel pada

10 tubuh hewan karang akan mengakibatkan kontraksi polip, menipisnya jaringan, meningkatnya sekresi mucus, menghilangnya zooxanthellae, serta berkurangnya gerakan silium pada polip dan akhirnya mengakibatkan kematian (Pariwono et al. 1996). Menurut Siswandono (1994) menyatakan bahwa kondisi perairan karang Kepulauan Seribu sangat dipengaruhi oleh sedimentasi dan turbiditas. e. Arus Arus diperlukan oleh karang untuk tersedianya aliran suplai makanan (plankton) dan oksigen serta terhindarnya karang dari timbunan sedimen (Nybakken 1993). Menurut Pariwono et al. (1996) menyebutkan bahwa aliran massa air merupakan faktor utama yang mengatur dinamika komunitas plankton. Massa air dari Laut bagian timur ketika mencapai daerah Kepulauan Seribu memiliki kecepatan arus rerata tahunan sekitar cm/detik Struktur Karang Karang dapat hidup berkoloni maupun soliter. Individu karang terdiri dari polip (bagian yang lunak) dan kerangka kapur (bagian yang keras). Polip karang (Gambar 3), mulutnya terletak di bagian atas dan sekaligus berfungsi sebagai anus. Makanan yang masuk dicerna oleh filamen mesentary dan sisa makanan dikeluarkan melalui mulut. Jaringan tubuh karang terdiri dari ektoderm, mesoglea dan endoderm. Ektoderm merupakan jaringan terluar yang mempunyai silia, kantung lendir (mucus) dan sejumlah nematokis (nematocyst). Mesoglea adalah jaringan yang terletak antara ektoderm dan endoderm, bentuknya seperti agar-agar (jelly). Endoderm merupakan jaringan yang paling dalam dan sebagian besar berisi zooxanthellae (Nybakken 1993), tetapi menurut Barnes (1980) zooxanthellae yang bersimbiose juga berada di dalam jaringan gastroderm. Ukuran diameter polip Karang yang berbentuk koloni umumnya adalah 1-3 mm, sedangkan jenis yang soliter ada yang mencapai 25 cm (Barnes 1980). Rangka Karang terdiri dari kristal kalsium karbonat dan disekresikan oleh epidermis yang berada di pertengahan bawah polip. Proses sekresi ini meghasilkan rangka cawan (skeletal cup), dimana polip Karang menetap. Cawan tersebut dinamakan calyx, dinding yang mengelilingi cawan disebut theca dan lantai cawan disebut lempeng basal (basal plate). Pada bagian lantai terdapat

11 dinding septa yang terbuat dari kapur tipis (radiating calcareous septa). Disamping memberikan tempat hidup bagi polip karang, cangkang (terutama sklerosepta/septa) juga memberikan perlindungan. Bila berkontraksi, polip menjadi kecil dan berada dalam cangkang sehingga menyulitkan predator yang akan memangsanya (Barnes 1980). Gambar 3. Anatomi polip karang dan kerangka kapur (Veron 1993) Pertumbuhan Karang Batu Terumbu karang merupakan endapan masif dari kalsium karbonat yang utamanya dihasilkan dari hewan karang skleraktinia, dan beberapa tambahan alga berkapur dan organisme-organisme lainnya yang mengeluarkan kalsium karbonat (Nybakken 1993). Fungsi ekologis dari terumbu karang adalah sebagai tempat tinggal, berlindung, tempat mencari makan, dan berkembang biak bagi biota-biota yang hidup di lingkungan terumbu karang maupun dari lingkungan sekitarnya (Sukarno et al. 1983; Castro & Huber 2000; Sale 1991; Lowe-McConnell 1987). Setiap jenis karang dari genus yang sama dapat mempunyai bentuk pertumbuhan (growth form) yang berbeda pada suatu lokasi pertumbuhan (Gambar 4). Kondisi fisik yang sama dapat mempunyai pertumbuhan yang mirip

12 walaupun secara taksonomis berbeda. Berikut beberapa bentuk pertumbuhan karang batu (English et al. 1997): a. Bercabang (Branching) Karang ini memiliki cabang lebih panjang daripada ketebalan atau diameter yang dimiliki. Banyak terdapat disepanjang tepi terumbu dan bagian atas lereng terutama yang terlindung atau setengah terbuka. b. Padat (Massive) Berbentuk seperti bola dengan ukuran yang bervariasi, permukaan karang halus dan padat, biasanya ditemukan disepanjang tepi terumbu dan bagian atas lereng terumbu yang dewasa yang belum terganggu atau rusak. Dapat mencapai ukuran sampai beberapa meter. Bersifat memberikan perlindungan yang sangat baik dan berperan sebagai daerah pencarian makan bagi ikan dan hewan lain. c. Mengerak (Encrusting) Karang ini tumbuh menyerupai dasar terumbu dengan permukaan kasar dan keras serta berlubang-lubang kecil. Banyak terdapat pada daerah-daerah yang terbuka atau berbatu-batu, terutama yang mendominasi sepanjang lereng terumbu. d. Meja (Tabulate atau plate-like) Menyerupai meja dengan permukaan yang lebar dan datar. Karang ini ditopang dengan batang yang berpusat dan bertumpu pada satu sisi membentuk sudut atau datar. e. Daun (Foliaceous) Karang ini tumbuh dalam bentuk lembaran-lembaran yang menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan dan melingkar. Terutama ditemukan pada lereng terumbu dan daerah-daerah yang terlindung. Bersifat memberikan perlindungan bagi ikan dan hewan lain. f. Jamur (Mushroom atau free-living) Berbentuk oval dan tampak seperti jamur, memiliki banyak tonjolan seperti punggung bukit beralur dari tepi hingga pusat mulut.

13 Gambar 4. Beberapa jenis bentuk pertumbuhan karang batu (Castro and Huber 2000) Gambar 5. Organisme yang berasosiasi dengan terumbu karang (Castro and Huber 2000) Organisme yang Berasosiasi Kondisi fisik terumbu karang yang kompleks memberikan andil bagi keragaman dan produktivitas biologinya. Banyaknya lubang dan celah di terumbu karang memberikan tempat tinggal, perlindungan, tempat mencari makan dan

14 berkembangan biak bagi ikan dan invertebrata yang ada di perairan terumbu karang maupun yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Biota yang hidup di daerah terumbu karang merupakan suatu komunitas yang meliputi kumpulan kelompok biota dari berbagai tingkat tropik (Gambar 5). Masing-masing komponen dalam komunitas ini mempunyai ketergantungan yang erat satu dengan yang lain (Nybakken 1993) Sclerochronology Pertumbuhan terumbu karang adalah bertambahnya lapisan kapur pembentuk terumbu, menutupi lapisan sebelumnya, yang merupakan hasil sekresi metabolisme hewan karang (Nybakken 1993; Druffel 1997). Hewan karang ini mensekresikan kalsium karbonat, komponen utama skeleton terumbu karang, sebagai mineral aragonite (Druffel 1997). Pembentukan lapisan kapur yang dikenal juga sebagai proses kalsifikasi akan memerangkap mineral-mineral yang berada di perairan tempat hidup terumbu karang tersebut (St. John 1974). Proses kalsifikasi ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, yakni: suhu, salinitas, dan intensitas sinar matahari (Barnes 1980; Nybakken 1993; Berwick 1983). Faktor-faktor ini tentunya berubah mengikuti musim, dimana skeleton terumbu karang ini membentuk semacam lingkar tahun (Goreau et al. 1979). Lingkar tahun ini dapat diidentifikasi oleh terbentuknya lapisan dengan kepadatan tinggi dan rendah. Knutson et al. (1972) dalam Al-Ouran (2005) menyatakan bahwa lingkar tahun karang masif dapat merekontruksi kronologi yang akurat. Tanda-tanda keberadaan elemen isotopik, trace element, dan elemen minor di terumbu karang dapat bervariasi tergantung dari kondisi lingkungan seperti suhu, salinitas, penutupan awan, dan up-welling. Hal ini membuat skeleton terumbu karang dapat digunakan sebagai bahan untuk merekontruksi paleoklimat daerah tropis (Grottoli 2001). Druffel (1997) juga menyatakan bahwa skeleton karang menyediakan perekaman kondisi kimia dan fisik perairan sekitarnya ketika pengakresian kalsium karbonat skeletonnya. Alasan-alasan lain penggunaan terumbu karang sebagai indikator lingkungan adalah (Hanna and Muir 1990; Allison 1996;Lough and Barnes 1997): 1. Karang mengakumulasi polutan dalam tingkatan relatif tinggi yang terjadi di laut.

15 2. Karang adalah hewan yang menetap sehingga mewakili area tempat tinggalnya. 3. Karang adalah kelompok organisme pembentuk karbonat yang jamak dan tersebar luas, sehingga memberikan kontribusi penting bagi kajian palaeoenvironmetal. 4. Karang adalah hewan berumur cukup panjang. 5. Karang dalam ukuran tertentu memberikan jaringan dan skeleton yang cukup untuk analisis. 6. Karang memiliki lapisan-lapisan kronologis yang menyimpan rekaman sejarah lingkungannya. Jenis terumbu karang yang paling sesuai untuk sclerochronology adalah karang masif (Al-Ouran 2005; Grottoli 2001; Druffel 1997). Karakter dari terumbu karang dari jenis ini sehingga sesuai untuk sclerochronology adalah: a. Bentuknya yang bulat dan tahan terhadap gelombang sehingga dapat hidup ratusan tahun. b. Hidup di lapisan campuran permukaan laut, sehingga laju akresi kalsium karbonatnya jauh lebih cepat daripada karang di laut dalam. Karang masif dalam kondisi optimalnya dapat tumbuh mm/tahun. Kation divalen, seperti Mg; Sr; dan Ba, terdapat banyak di air laut dan muncul sebagai elemen minor pada terumbu karang. Kation divalen lainnya yang keberadaannya sedikit sekali muncul sebagai trace element. Rasionya terhadap Ca dapat menggambarkan konsentrasi elemen tersebut di perairan, dengan asumsi kadar Ca tak berubah di air laut (Druffel 1997). Schneider and Smith (1982) dalam Druffel (1997) menemukan rasio Sr/Ca pada karang di perairan Hawai bervariasi menjadi fungsi dari SST. Flor and Moore (1977) dalam Druffel (1997) menyimpulkan bahwa ada korelasi antara U/Ca dan δ 18 O dalam skeleton karang, sehingga juga bisa merekontruksi SST. Sementara Stephan et al. (2004) menyimpulkan bahwa kemampuan reproduksi data skeleton terumbu yang cukup tinggi membuat satu inti skeleton karang saja dapat menjadi bahan untuk rekontruksi kondisi perairan masa lalu.

PEREKAMAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KANDUNGAN LOGAM DENGAN TEKNIK SCLEROCHRONOLOGY TERUMBU KARANG RAMADIAN BACHTIAR

PEREKAMAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KANDUNGAN LOGAM DENGAN TEKNIK SCLEROCHRONOLOGY TERUMBU KARANG RAMADIAN BACHTIAR PEREKAMAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KANDUNGAN LOGAM DENGAN TEKNIK SCLEROCHRONOLOGY TERUMBU KARANG RAMADIAN BACHTIAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PEREKAMAN SUHU PERMUKAAN LAUT

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem laut dangkal yang terbentuk dari endapan-endapan masif terutama kalsium karbonat (CaCO 3 ) yang dihasilkan terutama

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Kondisi alami sampel karang berdasarkan data (Lampiran 1) dengan kondisi tempat fragmentasi memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

Lebih terperinci

JAKARTA (22/5/2015)

JAKARTA (22/5/2015) 2015/05/22 14:36 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan SELAMATKAN TERUMBU KARANG JAKARTA (22/5/2015) www.pusluh.kkp.go.id Istilah terumbu karang sangat sering kita dengar, namun belum banyak yang memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Chlorella SP 1. Klasifikasi Penamaan Chlorella sp karena memiliki kandungan klorofil yang tinggi dan juga merupakan produsen primer dalam rantai makanan (Sidabutar, 1999).

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA Oleh: WIDYARTO MARGONO C64103076 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan hidup rakyat melalui pembangunan di bidang industri, nampak memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan perairan pesisir dan laut karena

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kadmium (Cd) merupakan logam berat yang banyak ditemukan di lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi pada konsentrasi yang rendah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Wilayah Penelitian Wilayah tempat substrat batu berada bersampingan dengan rumah makan Nusa Resto dan juga pabrik industri dimana kondisi fisik dan kimia perairan sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terumbu adalah serangkaian struktur kapur yang keras dan padat yang berada di dalam atau dekat permukaan air. Sedangkan karang adalah salah satu organisme laut yang tidak

Lebih terperinci

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Keterangan: A = Agen (Agent) P = Pejamu (Host) L = Lingkungan

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER) 1. Pengertian Atmosfer Planet bumi dapat dibagi menjadi 4 bagian : (lithosfer) Bagian padat

Lebih terperinci

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Panggang adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu yang memiliki berbagai ekosistem pesisir seperti ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PLANKTON Plankton merupakan kelompok organisme yang hidup dalam kolom air dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas (Wickstead 1965: 15; Sachlan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai Batang Toru Sungai Batang Toru merupakan salah satu sungai terbesar di Tapanuli Selatan. Dari sisi hidrologi, pola aliran sungai di ekosistem Sungai Batang

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang Cara Makan dan Sistem Reproduksi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang Cara Makan dan Sistem Reproduksi 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang Suharsono (1996) menyatakan karang termasuk binatang yang mempunyai sengat atau lebih dikenal sebagai cnidaria (Cnida = jelatang) yang dapat menghasilkan kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dan merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peranan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya,

Lebih terperinci

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI LINGKUNGAN Adaptasi : Proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 T

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 T 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Terumbu karang (coral reef) merupakan endapan masiv dari kalsium karbonat (CaCO 3 ) yang dihasilkan sekumpulan organisme karang yang hidup didasar d perairan yang

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Pulau Karya Tabel 2. Data parameter fisika dan kimia lokasi transplantasi di perairan Pulau Karya bulan September 2010 sampai dengan Juli

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata Dekstruksi Basah Lampiran 1. Lanjutan Penyaringan Sampel Air Sampel Setelah Diarangkan (Dekstruksi Kering) Lampiran 1. Lanjutan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Alat dan Bahan Penelitian DO Meter ph Meter Termometer Refraktometer Kertas Label Botol Sampel Lampiran 1. Lanjutan Pisau Cutter Plastik Sampel Pipa Paralon Lampiran 2. Pengukuran

Lebih terperinci

EKOSISTEM. Yuni wibowo

EKOSISTEM. Yuni wibowo EKOSISTEM Yuni wibowo EKOSISTEM Hubungan Trofik dalam Ekosistem Hubungan trofik menentukan lintasan aliran energi dan siklus kimia suatu ekosistem Produsen primer meliputi tumbuhan, alga, dan banyak spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

macroborer seperti polychae~a, sponge dan bivalva yang mengakibatkan bioerosi PENDAHULUAN

macroborer seperti polychae~a, sponge dan bivalva yang mengakibatkan bioerosi PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Terumbu karang mempakan habitat laut yang penting di perairan tropis yang berfungsi sebagai tempat hidup dan berlindung, mencari makan, memijah dan berkembang biak serta sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedugul adalah pusat produksi pertanian hortikultura dataran tinggi di Bali yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang adalah salah satu ekosistem yang paling kompleks dan khas di daerah tropis yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi. Ekosistem

Lebih terperinci

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas Keadaan yang mendekati atau melampaui batas toleransi. Kondisi batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke perairan yang menyebabkan pencemaran. Limbah tersebut

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu merupakan salah satu kawasan pesisir terletak di wilayah bagian utara Jakarta yang saat ini telah diberikan perhatian khusus dalam hal kebijakan maupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan 5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH Hidup ikan Dipengaruhi lingkungan suhu, salinitas, oksigen terlarut, klorofil, zat hara (nutrien)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) 1 RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) Angga Yudhistira, Dwi Rian Antono, Hendriyanto Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA II. TELAAH PUSTAKA Limbah cair tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dari tahap pengkanjian, penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan.

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi. MINGGU 3 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 1 Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian ekosistem b. Karakteristik ekosistem c. Klasifikasi ekosistem Pengertian Ekosistem Istilah ekosistem merupakan kependekan dari

Lebih terperinci

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR)

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR) MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR) Benteng, Selayar 22-24 Agustus 2006 TRANSPLANTASI KARANG Terumbu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kijing, kaung-kaung, kapal kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kijing, kaung-kaung, kapal kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerang Hijau (Perna Viridis ) Kerang hijau (Perna virisis) memiliki nama yang berbeda di Indonesia seperti kijing, kaung-kaung, kapal kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Sungai Air merupakan salah satu sumber daya alam dan kebutuhan hidup yang penting dan merupakan sadar bagi kehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Benar adanya bahwa air telah ada di planet ini jauh sebelum kehidupan

Lebih terperinci

SIKLUS OKSIGEN. Pengertian, Tahap, dan Peranannya

SIKLUS OKSIGEN. Pengertian, Tahap, dan Peranannya SIKLUS OKSIGEN Pengertian, Tahap, dan Peranannya Apa yang terbesit dalam pikiran anda bila mendengar kata oksigen? Seperti yang kita tahu, oksigen bagian dari hidup kita yang sangat kita butuhkan keberadaannya.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi dan Variasi Temporal Parameter Fisika-Kimiawi Perairan Kondisi perairan merupakan faktor utama dalam keberhasilan hidup karang. Perubahan kondisi perairan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem terbesar kedua setelah hutan bakau dimana kesatuannya

Lebih terperinci

2.2. Struktur Komunitas

2.2. Struktur Komunitas 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobentos Hewan bentos dibagi dalam tiga kelompok ukuran, yaitu makrobentos (ukuran lebih dari 1,0 mm), meiobentos (ukuran antara 0,1-1 mm) dan mikrobentos (ukuran kurang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Perairan disebut danau apabila perairan itu dalam dengan tepi yang umumnya curam.air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Estuari Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, karena area ini merupakan area ekoton daerah pertemuan dua ekosistem berbeda (tawar dan laut)

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. NAMA : KELAS : NO : SOAL PENCEMARAN AIR Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. 1. Perhatika pernyataan di bawah ini : i. Perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

Pengertian Pencemaran Laut dan Penyebab Terjadinya Pencemaran Laut

Pengertian Pencemaran Laut dan Penyebab Terjadinya Pencemaran Laut Pencemaran Laut Pengertian Pencemaran Laut dan Penyebab Terjadinya Pencemaran Laut Pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fisika Kimia Perairan Lokasi budidaya rumput laut diketahui memiliki dasar perairan berupa substrat pasir dengan serpihan karang mati. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA NAMA : KELAS : SOAL PENCEMARAN AIR NO : Pilihlah salah satu jawaban

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp. Spirulina sp. merupakan mikroalga yang menyebar secara luas, dapat ditemukan di berbagai tipe lingkungan, baik di perairan payau, laut dan tawar. Spirulina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indramayu merupakan salah satu daerah yang penduduknya terpadat di Indonesia, selain itu juga Indramayu memiliki kawasan industri yang lumayan luas seluruh aktivitas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut dan hampir sepertiga penduduknya mendiami daerah pesisir pantai yang menggantungkan hidupnya dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Laut Belawan Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia yang berjarak ± 24 km dari kota Medan berhadapan dengan Selat Malaka yang sangat padat lalu lintas kapalnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut Saeni

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Sektor perikanan memang unik beberapa karakter yang melekat di dalamnya tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian penanganan masalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan bagian dari siklus logam berat. Pembuangan limbah ke tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan mengakibatkan pencemaran tanah.

Lebih terperinci

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA Pengelolaan lingkungan diperlukan agar lingkungan dapat terus menyediakan kondisi dan sumber daya yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Lingkungan abiotis terdiri dari atmosfer,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan Selat merupakan perairan relatif sempit yang menghubungkan dua buah perairan yang lebih besar dan biasanya terletak di antara dua daratan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perairan Laut Belawan Perairan Laut Belawan yang berada di Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara banyak digunakan oleh masyarakat setempat untuk berbagai aktivitas.

Lebih terperinci

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA http://7.photobucket.com Oleh: Rizka Widyarini Grace Lucy Secioputri

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekosistem Terumbu Karang

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekosistem Terumbu Karang 7 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Terumbu Karang 2.1.1 Biologi Karang Terumbu karang (coral reef) merupakan organisme yang hidup di dasar laut dangkal terutama di daerah tropis. Terumbu adalah endapan-endapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan

Lebih terperinci

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme : TANAH Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah Hubungan tanah dan organisme : Bagian atas lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 1. Akhir-akhir ini suhu bumi semakin panas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena efek rumah kaca. Faktor yang mengakibatkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah

Lebih terperinci

12/3/2015 PENGELOLAAN SDA PENGELOLAAN SDA PENGELOLAAN SDA

12/3/2015 PENGELOLAAN SDA PENGELOLAAN SDA PENGELOLAAN SDA DEFINISI Usaha manusia dalam mengubah ekosistem sumberdaya alam agar manusia memperoleh manfaat maksimal dengan mengusahakan kontinuitas produksinya Suatu proses mengalokasikan sumberdaya alam dalam ruang

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemon laut merupakan hewan invertebrata atau hewan yang tidak

2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemon laut merupakan hewan invertebrata atau hewan yang tidak 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemon Laut Anemon laut merupakan hewan invertebrata atau hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Anemon laut ditemukan hidup secara soliter (individual) dengan bentuk tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci