BAB III TINJAUAN TENTANG TRANSAKSI ELEKTRONIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TINJAUAN TENTANG TRANSAKSI ELEKTRONIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008"

Transkripsi

1 BAB III TINJAUAN TENTANG TRANSAKSI ELEKTRONIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 Seperti telah disebutkan dalam pendahuluan bahwa salah satu perubahan yang sangat besar dari berkembangnya teknologi informasi yaitu dalam bidang ekonomi. Perkembangan teknologi informasi secara signifikan telah mengubah sistem ekonomi konvensional menjadi sistem ekonomi digital. Sistem digital ini memungkinkan dunia usaha melakukan suatu transaksi dengan menggunakan media elektronik yang lebih menawarkan kemudahan, kecepatan dan efisiensi. Transaksi-transaksi yang dilakukan melalui media elektronik ini dikenal dengan transaksi elektronik. Media elektronik yang di bicarakan dalam penulisan ini difokuskan dalam hal penggunaan media internet, mengingat penggunaan internet yang saat ini paling populer digunakan oleh masyarakat. Penggunaan internet dipilih oleh kebanyakan orang sekarang ini karena keunggulan yang dimiliki oleh jaringan internet itu sendiri yaitu biaya yang murah, pemakaian yang lebih efektif dan efisien dengan akses yang mudah dan cepat, menggunakan data elektronik sebagai media penyampaian pesan/data sehingga dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan informasi secara mudah dan ringkas, baik dalam bentuk data elektronik analog maupun digital. Jika berbicara mengenai transaksi, maka sebenarnya membicarakan tentang hubungan hukum yang disepakati oleh para pihak ( Pasal 1338 jo Pasal 85

2 1320 KUHPerdata ). Mengenai keabsahan suatu transaksi maka akan selalu dikaitkan pada ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata yang menyatakan syarat sahnya perjanjian ada 4 ( empat ), yakni : 1. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya ; 2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan ; 3. suatu hal tertentu ; 4. suatu sebab yang halal. Suatu perjanjian atau transaksi dapat dikatakan sah bila telah memenuhi keempat syarat ini. Pasal 1320 KUHPerdata tidak mensyaratkan bentuk dan jenis media yang digunakan dalam bertransaksi. Oleh karena itu, pada dasarnya transaksi dapat dilakukan secara langsung maupun secara elektronik. 77 KUHPerdata juga ada menganut asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata, dimana para pihak bebas menentukan dan membuat suatu perikatan atau perjanjian dalam suatu transaksi yang dilakukan dengan itikad baik. Jadi, apapun bentuk dan media dari kesepakatan tersebut, kesepakatan tersebut tetap berlaku dan mengikat para pihak karena perikatan tersebut merupakan undang-undang bagi pihak-pihak yang membuatnya. 78 Oleh karena itu, keberadaan ketentuan-ketentuan hukum mengenai perikatan terhadap transaksi elektronik sebenarnya tetap valid karena ketentuanketentuan ini mencakup semua media yang digunakan untuk melakukan transaksi tersebut, baik dengan media kertas maupun dengan media sistem elektronik. Namun, sampai sekarang ini dalam praktek masyarakat sering salah paham bahwa 77 Sri Hariningsih, www. legalitas. org., Keabsahan Transaksi Elektronik dan Aspek Hukum Pembuktian Terhadap Data Elektronik di Indonesia, 16 Maret Ibid.

3 yang namanya transaksi harus dilakukan secara hitam di atas putih atau di atas kertas, dan harus bermaterai, padahal hal tersebut sebenarnya dimaksudkan agar ia lebih mempunyai nilai kekuatan pembuktian. Pada dasarnya, suatu permasalahan dapat timbul dari suatu transaksi apabila ada dari salah satu pihak yang ingkar janji. Penyelesaian permasalahan tersebut pada akhirnya selalu dikaitkan dengan apa yang menjadi bukti dari transaksi tersebut. Permasalahan yang lebih rumit dapat timbul dalam transaksi yang menggunakan sarana elektronik, hal ini karena penggunaan dokumen atau data elektronik sebagai akibat transaksi melalui media elektronik belum secara khusus diatur dalam hukum acara yang berlaku, baik dalam hukum acara perdata maupun dalam hukum acara pidana. Namun dengan dibentuknya UU ITE maka penggunaan dokumen atau data elektronik sebagai bukti dari suatu transaksi elektronik telah diterima secara sah dalam hukum Indonesia. Seperti dikatakan dalam Pasal 5 ayat ( 1 ) UU ITE : Informasi elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. Hal ini dipertegas lagi dengan ketentuan pada Pasal 5 ayat ( 2 ) UU ITE bahwa : Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia. Dan sebenarnya, sebelum dibentuknya UU ITE mengenai penggunaan dokumen atau data elektronik sebagai bukti dari suatu transaksi elektronik telah diatur secara tegas dalam Pasal 15 ayat ( 1 ) UU No. 8 Tahun 1997 yang menyatakan bahwa dokumen perusahaan yang telah dimuat dalam mikrofilm atau media

4 lainnya maupun hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah. Dan selanjutnya bila diperhatikan ketentuan dalam Pasal 1 angka 2 UU No. 8 Tahun 1997 mengenai pengertian dokumen dan dikaitkan juga dengan ketentuan Pasal 12 ayat ( 1 ) dan ( 2 ) UU No. 8 Tahun 1997 mengenai pengalihan bentuk dokumen perusahaan jo Pasal 1320 KUHPerdata mengenai syarat sahnya suatu perjanjian, maka transaksi melalui media elektronik adalah sah menurut hukum. Lingkup keperdataan khususnya dalam aspek perikatan akan merujuk kepada semua jenis dan mekanisme dalam melakukan hubungan hukum secara elektronik mencakup jual beli, lisensi, asuransi. Lelang dan perikatan-perikatan lainnya yang berkembang sesuai dengan perkembangan mekanisme perdagangan di masyarakat. Transaksi elektronik ini pada prakteknya dalam masyarakat sering digunakan dalam aspek perdagangan yang dikenal dengan istilah transaksi e- commerce yang banyak menghasilkan kontrak-kontrak elektronik. Maka transaksi elektronik yang dimaksudkan dalam penulisan ini adalah transaksi elektronik yang terjadi dalam e-commerce. E-commerce pada dasarnya merupakan suatu kontrak transaksi perdagangan antara penjual dan pembeli dengan menggunakan media internet. Jadi, proses pemesanan barang, pembayaran transaksi hingga pengiriman barang dikomunikasikan melalui internet, dan pusat e-commerce yang tidak diragukan lagi adalah adanya kontrak. Oleh karena itu, dalam bab ini akan diuraikan mengenai transaksi elektronik yang merupakan suatu kesepakatan elektronik dimana kesepakatan tersebut melahirkan bukti elektronik dalam pelaksanaannya dan dihubungkan dengan hukum kontrak elektronik.

5 A. Pengertian Transaksi Elektronik Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S. Poerwadarminta, transaksi merupakan istilah dagang yang diartikan sebagai pemberesan pembayaran dalam perdagangan atau persetujuan jual beli dalam perdagangan. 79 Dalam pengertian umum transaksi diartikan sebagai perjanjian jual beli antara para pihak yang bersepakat tersebut. Sedangkan dalam lingkup hukum sendiri, transaksi dapat diartikan sebagai penamaan terhadap keberadaan suatu perikatan ataupun hubungan hukum yang terjadi di antara para pihak. Dan dalam lingkup ilmu komunikasi ataupun teknologi sistem komunikasi, keberadaan transaksi dipahami sebagai suatu perikatan ataupun hubungan hukum antarpihak yang dilakukan dengan cara saling bertukar informasi untuk melakukan perdagangan Sementara itu transaksi elektronik diartikan sebagai setiap transaksi yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih melalui jaringan komputer atau media elektronik lainnya, dengan menggunakan sistem informasi elektronik yang menimbulkan hak dan kewajiban kepada masing-masing pihak yang bertransaksi. Dalam perkembangannya sekarang ini, transaksi elektronik yang sering disebut sebagai online contract sebenarnya merupakan perikatan atau hubungan hukum yang dilakukan secara elektronik dengan memadukan jaringan sistem informasi berbasiskan komputer, dengan sistem komunikasi yang berdasarkan atas jaringan jasa telekomunikasi dimana transaksi elektronik ini difasilitasi oleh keberadaan jaringan komputer global internet. Oleh karena itu, 79 W.J.S., Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1984, hlm

6 syarat sahnya perjanjian juga akan bergantung kepada inti dari sistem elektronik sebagai wujud bertemunya teknologi informasi, media dan telekomunikasi mencakup keberadaan content dari informasi itu sendiri, computing sebagai sistem informasinya, communication sebagai sarana pertukaran informasi serta community sebagai penggunanya, sehingga transaksi elektronik tersebut hanya dapat dikatakan sah bila dapat dipercaya dan/atau berjalan dengan seharusnya. 80 Dalam UU ITE pada Pasal 1 angka 2, dikatakan bahwa : Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Dengan kemudahan berkomunikasi secara elekronik, maka perdagangan pada saat ini mulai merambat ke dunia elektronik. Transaksi dapat dilakukan dengan kemudahan teknologi informasi, tanpa adanya halangan jarak. Sebelum melakukan transaksi elektronik, maka para pihak menyepakati terlebih dahulu sistem elektronik yang akan digunakan untuk melakukan transaksi tersebut. Setelah itu, transaksi elektronik baru terjadi jika ada penawaran yang dikirimkan oleh penawar kepada penerima dan ada persetujuan untuk menerima penawaran tersebut setelah penawaran diterima secara elektronik. Persetujuan dalam suatu transaksi elektronik harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara elektronik. B. Informasi, Dokumen dan Tanda Tangan Elektronik dalam Suatu Transaksi Elektronik 80 Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika Suatu Kompilasi Kajian, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 255.

7 1. Informasi Elektronik Yang dimaksud dengan informasi elektronik dalam suatu transaksi elektronik dapat berupa catatan elektronik, dokumen elektronik, kontrak elektronik, surat elektronik, atau tanda tangan elektronik, juga meliputi informasi elektronik tertentu yang merupakan rujukan dari suatu informasi elektronik. Informasi elektronik tersebut memiliki makna tertentu atau menjelaskan isi atau substansi yang dimaksud oleh penggunanya. Dalam bab terdahulu telah disebutkan bahwa dalam UU ITE diberikan defenisi dari Informasi elektronik yaitu dalam Pasal 1 angka 1 UU ITE. Dari defenisi tersebut, termuat 3 ( tiga ) makna dari suatu informasi elektronik : 1. Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik 2. Informasi elektronik memiliki wujud diantaranya tulisan, suara, gambar 3. Informasi elektronik memiliki arti dan dapat dipahami. Jadi, informasi elektronik dalam suatu transaksi elektronik adalah data elektronik yang memiliki wujud dan arti. Informasi elektronik yang tersimpan di dalam suatu media penyimpanan bersifat tersembunyi. Informasi elektronik dapat dikenali dan dibuktikan keberadaannya dari wujud dan arti dari informasi elektronik itu sendiri. Misalnya, si A mengaku kepada si B bahwa ia memiliki informasi elektronik yang disimpan dalam harddisk, agar si B dapat mempercayai bahwa si A memiliki informasi elektronik tersebut maka si A harus mampu menunjukkan keberadaan informasi elektronik tersebut, artinya informasi elektronik itu harus dapat diakses dan ditampilkan misalnya melalui monitor komputer. Informasi elektronik yang ditampilkan di monitor komputer tersebut

8 tentunya memiliki wujud, yaitu berupa tulisan. Dengan demikian si B dapat percaya dengan keberadaan informasi elektronik yang dimaksud oleh si A dengan melihat wujud dari informasi elektronik yang tampil di monitor komputer. Lalu, si B mencoba untuk mengenali informasi elektronik dengan mencoba memahami arti dari informasi elektronik yang dimaksudkan oleh si A, si A juga harus menjelaskan arti dari informasi elektronik tersebut kepada si B. Bila si A tidak dapat menunjukkan informasi elektronik yang dimaksud dan juga tidak mampu menjelaskan artinya maka si B dapat tidak mempercayai informasi elektronik yang dimaksudkan oleh si A. Penentuan waktu kejadian merupakan salah satu pertimbangan penting secara hukum. Oleh karena itu, dalam pengaturan teknologi informasi, penentuan masalah waktu pengiriman dan penerimaan harus diatur secara khusus agar dapat tercipta kepastian yang berkaitan dengan waktu kejadian. Hal ini mengingat bahwa suatu informasi yang dikirimkan belum tentu langsung dibaca, dilihat atau didengar oleh penerima. Oleh karena itu, suatu informasi elektronik dalam suatu transaksi elektronik dianggap telah dikirim apabila informasi tersebut telah dikirimkan ke alamat yang benar oleh pengirim ke suatu sistem elektronik yang digunakan oleh penerima dimana pesan berada di luar kendali pengirim setelah informasi memasuki sistem tersebut. Sementara suatu informasi dianggap telah diterima apabila informasi tersebut telah memasuki sistem elektronik dibawah kendali atau sistem elektronik yang telah ditunjuk oleh penerima yang dituju. Namun peraturan ini dapat dikesampingkan oleh pengirim atau penerima bila

9 mereka telah melakukan perjanjian untuk mempermudah komunikasi mereka. 81 Jika terdapat dua atau lebih sistem informasi yang digunakan dalam pengiriman ataupun penerimaan informasi elektronik dalam suatu transaksi elektronik, maka waktu pengiriman adalah ketika informasi elektronik memasuki sistem informasi pertama yang berada diluar kendali pengirim dan waktu penerimaan adalah ketika informasi elektronik memasuki sistem informasi terakhir yang berada di bawah kendali penerima Dokumen Elektronik Pengaruh globalisasi ekonomi dan informasi yang demikian luas saat ini karena perkembangan perekonomian dan perdagangan baik nasional maupun internasional yang bergerak cepat mengakibatkan meningkatnya penggunaan dokumen, sehingga mengharuskan dunia usaha memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan kemampuannya secara efektif dan efisien khususnya dalam pengelolaan dokumen perusahaan, sebab yang dipandang sering sekali melakukan suatu transaksi dalam perdagangan adalah perusahaan. Selain itu kewajiban perusahaan untuk menyimpan dokumen yang mereka miliki antara 10 ( sepuluh ) sampai dengan 30 ( tiga puluh ) tahun, sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan dewasa ini. Selain ketentuan wajib menyimpan dokumen perusahaan juga wajib memiliki tata cara penyimpanan, pemindahan, pemusnahan dan penyerahan arsip yang tentu saja menimbulkan beban yang berat bagi perusahaan karena pelaksanaannya memerlukan ruangan yang luas, tenaga, 81 Ahmad M. Ramli,dkk, op cit, hlm Ibid., hlm. 15.

10 waktu, perawatan dan biaya yang besar. Oleh karena itulah pemanfaatan teknologi IT yang berkembang saat ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengalih mediakan dokumen yang berupa kertas ( hard copy ) menjadi dokumen elektronik ( soft copy ) sehingga manajemen kearsipan di perusahaan akan menuju ke era paperless yang tentu saja akan memudahkan pihak perusahaan dalam menata, mengatur dan merawat dokumen yang mereka miliki. Dalam konsideran UU RI No. 8 tahun 1997 huruf f disebutkan bahwa kemajuan teknologi memungkinkan catatan dan dokumen yang dibuat di atas kertas dialihkan ke dalam media elektronik atau dibuat secara langsung dalam media elektronik. Hal ini selanjutnya lebih diperjelas dalam Pasal 15 UU No. 8 Tahun 1997 tersebut dengan menyebutkan : (1) Dokumen perusahaan yang dimuat dalam microfilm atau media lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat ( 1 ) dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah. (2) Apabila dianggap perlu dalam hal tertentu dan untuk keperluan tertentu dapat dilakukan legalisasi terhadap hasil cetak dokumen perusahaan yang telah dimuat dalam microfilm atau media lainnya. Dalam pendahuluan juga telah dijelaskan sekilas mengenai pengertian dari dokumen elektronik. Selain pengertian dokumen elektronik dalam pasal 1 angka 4 UU ITE, dokumen elektronik itu sendiri dapat disebut sebagai sesuatu materi atau isi yang disimpan dalam struktur yang dikenal, bermedia elektronik, dapat dimengerti yang dimaksud untuk digunakan dalam bentuk elektronik, tanpa dicetak walaupun pencetakan dimungkinkan untuk dilakukan. Media elektronik

11 yang dapat dipakai untuk menyimpan dan menampilkan dokumen elektronik tersebut yaitu komputer, dapat berupa komputer pribadi dengan sebuah monitor atau layar komputer, laptop atau komputer portabel, maupun sebuah Personal Digital Assistant. Adapun bentuk-bentuk dokumen elektronik ini dapat berupa file-file dalam program komputer, seperti tulisan, gambar, spreadsheet, video, suara, mikrofilm, , kontrak elektronik dan tanda tangan elektronik. Dalam penerapannya terdapat hal-hal yang mendukung maupun yang kurang mendukung penggunaan dokumen elektronik dalam suatu transaksi elektronik. 83 Hal-hal yang mendukung penggunaan dokumen elektronik dalam suatu transaksi elektronik, yaitu : 1. adanya online trading dalam kegiatan bursa efek, 2. pengakuan mikrofilm sebagai media penyimpanan seperti yang dinyatakan dalam Pasal 15 UU No. 8 Tahun 1997, 3. adanya UU ITE yang mendukung penggunaan dokumen elektronik, 4. diterbitkannya Keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor : 56/KEP/M.KOMINFO/12/2003 tentang Panduan Manajemen Sistem Dokumen Elektronik tanggal 29 Desember 2003 sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003, 5. dengan adanya teknologi yang cukup canggih, dokumen yang sengaja atau tidak sengaja terhapus dapat dilacak atau dikembalikan, 83 www. mti. ugm. ac. id., Dokumen Elektronik, 15 April 2009.

12 6. peranti lunak dokumen elektronik memudahkan kinerja banyak profesi, misalnya spreadsheet ( Excel ) untuk proses akuntansi, visio drawing juga autocad untuk menggambar atau untuk bidang-bidang arsitektur. Hal-hal yang kurang mendukung penggunaan dokumen elektronik dalam suatu transaksi elektronik, yaitu : 1. dokumen elektronik sangat mudah untuk diduplikasikan sehingga tidak diketahui lagi data mana yang asli, 2. dokumen elektronik sebagai alat bukti dikhawatirkan dapat dipalsukan dan nantinya akan timbul masalah tentang keotentikan dari dokumen elektronik tersebut. 3. Tanda Tangan Elektronik Mengingat transaksi elektronik sangat mudah disusupi atau diubah oleh pihak-pihak yang tidak berwenang, maka sistem keamanan dalam bertransaksi menjadi sangat penting untuk menjaga keaslian data tersebut, hal ini dapat dicapai dengan penggunaan tanda tangan elektronik. Tanda tangan elektronik merupakan salah satu isu spesifik dalam e- commerce. Tanda tangan elektronik pada prinsipnya berkenaan dengan jaminan integritas untuk message integrity yang menjamin bahwa si pengirim pesan (sender ) adalah benar-benar orang yang berhak dan bertanggung jawab untuk itu. Hal ini berbeda dengan tanda tangan biasa yang berfungsi sebagai pengakuan dan penerimaan atas isi pesan/dokumen. Tanda tangan elektronik merupakan sebuah item data yang berhubungan dengan sebuah pengkodean pesan digital yang dimaksudkan untuk memberikan

13 kepastian tentang keaslian data dan memastikan bahwa dokumen tidak termodifikasi. Tanda tangan elektronik sebenarnya bukan merupakan tanda tangan seperti yang dikenal selama ini, melainkan didasarkan dari isi pesan/dokumen itu sendiri. Sebuah tanda tangan elektronik harus mampu memberi jaminan integritas dari suatu dokumen elektronik. Adapun jaminan integritas terhadap dokumen elektronik ini dapat dicapai dengan menggunakan teknik kriptografi yaitu suatu teknik pengamanan serta penjaminan keotentikan data yang terdiri dari dua proses yaitu enkripsi dan deskripsi. Enkripsi adalah suatu proses yang dilakukan untuk membuat suatu data menjadi tidak dapat terbaca oleh pihak yang tidak berhak karena data-data tersebut telah dikonversikan ke dalam bahasa sandi atau kodekode tertentu. Sedangkan, Deskripsi merupakan kebalikan dari enkripsi, yaitu merupakan proses menjadikan suatu data atau informasi yang telah dienkripsi menjadi dapat terbaca oleh pihak yang berhak. 84 Ada beberapa keuntungan yang ditawarkan dari penggunaan tanda tangan elektronik dengan menggunakan teknik kriptorafi ini, yaitu antara lain : 85 1) Authenticity ( Ensured ) 84 www. kholil. staff. uns. ac.id., Isu-isu Hukum dalam E-commerce dan E-contract. 85 Ahmad M. Ramli,dkk, op cit, hlm. 49.

14 Dengan menggunakan tanda tangan elektronik maka dapat ditunjukkan dari mana data/dokumen elektronik tersebut sesungguhnya berasal. Penerima pesan dapat mengetahui dan mempunyai kepastian siapa pengirim pesan dan bahwa benar pesan tersebut dikirim oleh si pengirim pesan. Hal ini juga berhubungan dengan suatu proses verifikasi terhadap identitas seseorang. Integritas pesan terjamin karena adanya digital certificate yang diperoleh berdasarkan aplikasi yang disampaikan kepada certification authority oleh user/subscriber. Adapun digital certificate ini berisi informasi mengenai pengguna, antara lain : identitas, kewenangan, kedudukan hukum dan status dari user/pengguna. Dengan keberadaan digital certificate ini maka pihak ketiga yang berhubungan dengan pemegang digital sertificate tersebut dapat merasa yakin bahwa pesan yang diterimanya adalah benar dan berasal dari pengguna tersebut. 2) Integrity Penggunaan tanda tangan elektronik dapat menjamin bahwa pesan atau dokumen elektronik yang dikirimkan tersebut tidak mengalami suatu perubahan atau modifikasi oleh pihak-pihak yang tidak berwenang. Jaminan integrity ini dapat dilihat dari adanya fungsi hash yaitu suatu fungsi yang memetakan suatu dokumen asli ke suatu dokumen hasil pemetaannya, dalam sistem tanda tangan elektronik dimana penerima pesan/dokumen dapat melakukan pembandingan digest-nya. 86 Digest atau yang disebut juga dengan message data merupakan hasil pemetaan fungsi hash dari suatu data atau 86 Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 67.

15 pesan elektronik. 87 Jika digest-nya sama dan sesuai maka pesan tersebut benar-benar otentik, tidak termodifikasi sejak dikirimkan sehingga terjamin keasliannya. 3) Non-Repudiation Pengirim pesan tidak akan dapat menyangkal bahwa ia telah mengirimkan pesan tersebut. Ia juga tidak dapat menyangkal isi pesan tersebut. Hal ini disebabkan tanda tangan elektronik menggunakan enskripsi asimetris yang melibatkan kunci privat dan kunci publik. Suatu pesan yang telah di enskripsi dengan menggunakan kunci privat hanya dapat dibuka atau di deskripsi dengan kunci publik milik si pengirim. 4) Confidentiality Dengan mekanisme tanda tangan elektronik yang sedemikian rupa maka akan dapat terjamin kerahasiaan dari suatu pesan yang dikirimkan. Hal ini dimungkinkan karena tidak semua orang dapat mengetahui isi pesan/data/dokumen elektronik yang telah di-sign dan dimasukkan dalam amplop digital ( digital envelope ) yang berfungsi menjamin kerahasiaan pesan. 87 Ibid., hlm 68.

16 Pada prinsipnya suatu tanda tangan elektronik dalam transaksi elektronik harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut : otentik; 2. aman; 3. interoperabilitas dari perangkat lunak, maupun jaringan dari penyedia jasa; 4. konfidensialitas; 5. hanya sah untuk dokumen tersebut saja atau kopinya yang sama persis; 6. dapat diperiksa dengan mudah; 7. divisibilitas, berkaitan dengan spesifikasi praktis transaksi baik untuk volume besar maupun transaksi skala kecil. Tanda tangan elektronik menggunakan gabungan dua teknik kriptografi, yaitu hash dan kriptografi asimetris. Kriptografi asimetris disebut juga kriptografi kunci publik yaitu suatu fungsi yang melakukan enkripsi dan deskripsi dengan menggunakan dua buah kunci yaitu kunci publik dan kunci privat. Disebut asimetris karena ia memiliki sifat jika suatu dokumen dienkripsi menggunakan kunci publik, dokumen hasil enkripsinya hanya dapat dideskripsi menggunakan kunci privat, begitu juga sebaliknya. Kunci privat biasanya disimpan dan dirahasiakan oleh pengirim, sedangkan kunci publik disebarluaskan kepada caloncalon penerima Ahmad M. Ramli,dkk, op cit, hlm Budi Agus Riswandi, op cit, hlm. 69.

17 Dokumen yang akan ditandatangani terlebih dahulu dibuat digest-nya, setelah itu digest tersebut dienkripsi dengan teknik kriptografi asimetris menggunakan kunci privat, hasilnya adalah tanda tangan elektronik. Dokumen asli dan tanda tangan elektronik tersebut kemudian dikirim secara bersamaan. Dokumen dan tanda tangan elektronik yang diterima tersebut kemudian diverifikasi. Tanda tangan elektronik yang diterima tersebut mula-mula dideskripsi menggunakan kunci publik yang dimiliki oleh si penerima. Hasil dari deskripsi tersebut adalah digest disebut D1 ( digest yang diperoleh dari tanda tangan elektronik ). Langkah selanjutnya adalah membuat digest dari dokumen yang diterima hasilnya disebut D2 ( digest yang diperoleh dari dokumen ). Langkah terakhir adalah membandingkan keduanya, yaitu, D1 dan D2 yang kesemuanya ini harus sama. Maksud dari keduanya sama mengandung dua pengertian. Pertama, dokumen yang diterima terbukti otentik. Jika tanda tangan elektronik yang diterima dapat dideskripsi dengan kunci publik pengirim ( telah disebarluaskan kepada penerima ), pasti sebelumnya telah dienkripsi menggunakan kunci privat pengirim dan kunci privat tersebut hanya dimiliki oleh si pengirim. Kedua, dokumen yang diterima terbukti isinya tidak diubah di tengah jalan pada waktu dikirim. Jika

18 dokumen tersebut diubah ditengah jalan, D1 dan D2 tidak akan sama. 90 Tanda tangan elektronik ini terbatas masa berlakunya, di Amerika Serikat misalnya, kebanyakan penyelenggara Certification Authority ( CA ) memberi batas waktu 1 ( satu ) tahun untuk masa berlakunya suatu tanda tangan elektronik. Dengan demikian dokumen yang dibubuhi tanda tangan elektronik yang telah habis masa berlakunya tidak dapat diterima. Pembatasan masa berlaku tanda tangan elektronik dilakukan dengan time-stamp atau stempel waktu digital. Oleh karena itu, setiap kontrak elektronik harus didaftarkan untuk dibubuhi dengan stempel waktu digital pada saat ditandatangani. Dengan pembubuhan stempel waktu digital, maka tanda tangan elektronik ini dapat berlaku sampai berakhirnya masa berlaku tanda tangan elektronik tersebut. Apabila masing-masing pihak memegang salinan dari stempel waktu digital tersebut, maka masing-masing pihak dapat membuktikan bahwa kontrak tersebut ditandatangani dengan kunci yang sah. Pada prakteknya, stempel waktu digital ini dapat menjadi bukti keabsahan kontrak elektronik meskipun salah satu kunci dari penanda tangan mengalami perubahan setelah penandatanganan kontrak elektronik tersebut. Setiap kontrak 90 Ibid., hlm. 70.

19 yang ditandatangani secara elektronik dapat dibubuhi stempel waktu digital, untuk menjamin bahwa tanda tangan elektronik yang dibubuhkan di kontrak tersebut dapat diverifikasi setelah kunci masing-masing penanda tangan habis masa berlakunya. C. Prinsip-prinsip Hukum Kontrak Elektronik Sekalipun online contracting adalah fenomena baru, tetapi semua negara tetap memberlakukan prinsip dan peraturan hukum kontrak yang telah dianutnya. Kontrak elektronik dalam suatu transaksi elektronik harus memiliki kekuatan hukum yang sama dengan kontrak konvensional. Oleh sebab itu kontrak elektronik harus juga mengikat para pihak dan memperhatikan syarat sahnya perjanjian. Prinsip-prinsip hukum kontrak selain berlaku untuk kontrak konvensional, berlaku juga untuk kontrak-kontrak elektronik, karena pada dasarnya tidak ada perbedaan antara kontrak konvensional dengan kontrak elektronik, yang membedakan keduanya hanyalah media dari kontrak tersebut. Kontrak konvensional dilakukan dengan media kertas sedangkan kontrak konvensional dilakukan melalui internet. Oleh karena itu, berikut ini penulis akan menguraikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam hukum kontrak elektronik baik yang diatur dalam KUHPerdata maupun UU ITE. 1. Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata ( Burgerlijk Wetboek ) Dalam KUHPerdata, sebenarnya tidak ada diatur mengenai prinsip dalam kontrak elektronik, tetapi telah dijelaskan sebelumnya bahwa kontrak

20 konvensional tidak berbeda dengan kontrak elektronik kecuali medianya, maka prinsip-prinsip hukum kontrak yang diatur dalam buku III KUHPerdata juga berlaku bagi kontrak-kontrak elektronik. Prinsip-prinsip yang paling mendasar dalam hukum kontrak ada 5 ( lima ) yaitu : a. prinsip kebebasan berkontrak Kebebasan berkontrak adalah salah satu prinsip dalam hukum umum yang berlaku di seluruh dunia. Prinsip kebebasan berkontrak atau yang sering juga disebut dengan sistem terbuka adalah adanya kebebasan yang seluas-luasnya yang diberikan oleh undang-undang kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian atau kontrak tentang apa saja, diatur dengan cara apa saja dan perjanjian atau kontrak tersebut akan mengikat kepada para pihak sebagaimana halnya undangundang, asalkan hal tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan, kepatutan dan ketertiban umum. Hal ini diatur dalam Pasal 1338 ayat ( 1 ) KUHPerdata. Para pihak pembuat kontrak bebas untuk membuat kontrak dengan isi apa saja. Peraturan hukum yang tersirat dalam KUHPerdata hanya bersifat sebagai pelengkap dan akan berlaku bagi para pihak jika pihak-pihak yang membuat kontrak tersebut tidak mengaturnya sendiri di dalam kontrak, kecuali ketentuanketentuan yang bersifat memaksa yang memang wajib dan harus dipatuhi. Prinsip kebebasan berkontrak ini juga berlaku bagi kontrak elektronik, para pihak bebas untuk membuat kontrak elektronik tentang sesuatu hal dengan bentuk yang bebas pula dan kebebasan berkontrak juga dapat dilihat dalam suatu kontrak atau transaksi elektronik dimana para pihak bebas untuk memilih hukum

21 yang berlaku bagi transaksi elektronik Internasional yang dibuatnya dan para pihak juga bebas untuk menentukan forum pengadilan, arbitrase atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang berwenang untuk menangani sengketa yang mungkin saja timbul dari suatu transaksi elektronik Internasional yang dibuatnya. b. prinsip konsensualisme Dalam hukum perjanjian dikenal adanya prinsip konsensualisme yang berasal dari kata consensus yang berarti sepakat. Prinsip konsensualisme dapat disimpulkan dari Pasal 1320 ayat ( 1 ) KUHPerdata. Dalam pasal ini ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian yaitu adanya kesepakatan antara kedua belah pihak. Prinsip konsensualisme merupakan prinsip yang menyatakan bahwa pada dasarnya perjanjian dan perikatan sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan. Dengan kata lain, perjanjian tersebut telah sah jika telah tercapai kesepakatan mengenai hal-hal pokok dan tidak diperlukan lagi formalitas. Di dalam kontrak elektronik dikenal juga prinsip konsensulisme, namun berbeda dengan prinsip konsensualisme yang berlaku pada kontrak konvensional, dimana kata sepakat diperoleh bila para pihak telah bertemu dan sepakat untuk membuat suatu perjanjian, dalam suatu kontrak elektronik kata sepakat diperoleh apabila salah satu pihak telah menyetujui penawaran pihak lain dengan mengklik tombol OK atau menelepon atau mengirim ke si penawar. Sebagai contoh : Si A membuka website dari sebuah provider dan dia membaca welcome to XXX.com. We are delighted you have visited our site. By visiting here, you have

22 been entered as a subscriber to our newsletter XXXNews, which will be sent to you electronically every week at a cost of $ 5.00 per week. We will send you an invoice every month. You may cancel your subscription at any time......for a subscription, clik the OK button, or For a subscription, call and give your name and address at the tone, or send with the words aaa to subscribe@xxx.com 91 Pesan di atas berisikan suatu penawaran ( offer ) dari pihak XXX.com dengan ketentuan mengenai cara penerimaan, cara pembayaran dan penghentian kontrak serta kewajiban pihak pertama dan pihak kedua. Dalam hal ini pihak pertama adalah XXX.com dan pihak kedua adalah si A. Kesepakatan diterimanya penawaran kontrak akan terjadi bilamana A melaksanakan pesan di atas yaitu dengan menekan tombol OK atau dengan menelepon nomor yang telah diberikan pada pesan tersebut ataupun dengan mengirim ke alamat yang telah diberikan. Bila A tidak memberi respon apapun terhadap pesan yang berisi penawaran tersebut maka penerimaan ( acceptance ) tersebut tidak terwujud dan kesepakatan tidak tercapai. c. prinsip itikad baik Pasal 1338 ayat ( 3 ) KUHPerdata menyatakan bahwa semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik ( tegoeder trouw ). Prinsip itikad baik merupakan salah satu sendi penting dalam hukum perjanjian. Artinya, dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian harus mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan. Selain itu, setiap pihak yang membuat dan 91 Mieke Komar Kantaatmadja, et. al., op cit, hlm. 5.

23 melaksanakan perjanjian juga harus selalu melandasinya dengan niat baik. Jika kemudian hari ditemukan pelaksanaan yang dapat dikatakan sebagai hal yang wanprestasi ( ketiadaan prestasi ) terhadap kontrak, pihak yang melakukan hal tersebut telah melanggar prinsip itikad baik. Dalam pelaksanaan suatu kontrak elektronik juga diterapkan prinsip itikad baik. Pihak-pihak yang membuat kontrak tersebut harus dilandasi dengan niat yang baik dalam memuat hal-hal yang diperjanjikan. Misalnya penawar harus mengindahkan norma kepatutan dan kesusilaan dalam menawarkan produknya, dan pihak penawar juga tidak boleh berbohong kepada konsumen mengenai produknya tersebut. Demikian pula dengan pihak yang menerima penawaran, bila ia telah menyetujui suatu penawaran dan telah memperoleh suatu produk maka ia juga harus memenuhi kewajibannya. Prinsip itikad baik dalam suatu kontrak elektronik ini sangat penting sekali mengingat dalam suatu transaksi elektronik para pihak tidak harus bertatap muka satu sama lain untuk dapat melakukan suatu transaksi, sebab transaksi tersebut dapat dilakukan melalui media elektronik. Dan bila nantinya salah satu pihak menemukan bahwa pihak yang lain tidak mempunyai itikad baik dalam melaksanakan suatu kontrak maka pihak yang dirugikan tersebut dapat menggugat pihak lain tersebut ataupun kontrak dapat dibatalkan. d. prinsip kepastian hukum Prinsip kepastian hukum atau yang dikenal juga dengan istilah pacta sunt servanda diatur dalam Pasal 1338 ayat ( 1 ) KUHPerdata. Pasal ini menyatakan semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

24 pihak yang membuatnya. Dengan demikian, pasal tersebut juga menyatakan tentang kekuatan perjanjian, yaitu bahwa kekuatan perjanjian adalah sama dengan undang-undang dan kekuatan seperti itu diberikan kepada semua perjanjian yang dibuat secara sah. Melalui kontrak terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak pembuatnya. Dengan kata lain, para pihak pembuat kontrak terikat untuk mematuhi kontrak yang telah mereka buat. Dalam hal ini, fungsi kontrak sama dengan perundang-undangan, tetapi hanya berlaku khusus terhadap para pembuatnya. Demikian pula dalam suatu kontrak elektronik dimana kontrak yang telah dibuat oleh para pihak tersebut mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang telah membuat kontrak melalui internet tersebut. e. prinsip kepribadian Prinsip kepribadian adalah prinsip yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat suatu kontrak adalah hanya untuk kepentingan perseorangan. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 1315 KUHPerdata dan Pasal 1340 KUHPerdata. Pasal 1315 KUHPerdata menyatakan : Pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya sendiri. Pasal 1340 KUHPerdata menyatakan : Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat membawa rugi kepada pihak-pihak ketiga; tak dapat pihak-pihak ketiga mendapat manfaat karenanya. Artinya, kedua pasal ini menentukan bahwa perjanjian yang dibuat oleh para

25 pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya, tidak berlaku bagi pihak ketiga atau pihak-pihak diluar perjanjian tersebut. Namun, ada pengecualian dari ketentuan tersebut, sebagaimana yang dapat pada Pasal 1317 KUHPerdata. Pasal 1317 KUHPerdata menyatakan : Lagipun diperbolehkan juga untuk meminta ditetapkannya suatu janji guna kepentingan seorang pihak ketiga, apabila suatu penetapan janji, yang dibuat oleh seseorang untuk dirinya sendiri, atau suatu pemberian yang dilakukannya kepada seorang lain, memuat suatu janji yang seperti itu. Siapa yang telah memperjanjikan sesuatu seperti itu, tidak boleh menariknya kembali, apabila pihak ketiga tersebut telah menyatakan hendak mempergunakannya. Prinsip kepribadian ini tidak hanya berlaku bagi kontrak-kontrak konvensional tapi juga berlaku bagi kontrak elektronik dimana kontrak elektronik tersebut hanya berlaku bagi pihak-pihak yang membuatnya, dalam hal ini pihak penawar dan pihak yang menerima penawaran tersebut. Kontrak elektronik tersebut mereka perbuat untuk kepentingan mereka sendiri dan mengikat mereka selaku para pihak dalam kontrak elektronik tersebut. 2. Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Selain prinsip-prinsip kontrak yang terdapat dalam buku III KUHPerdata, UU ITE sendiri juga mengatur beberapa prinsip-prinsip dalam kontrak elektronik, walaupun tidak diatur secara jelas tetapi beberapa pasal dalam undang-undang ini secara tersirat mengatur mengenai prinsip-prinsip kontrak dalam suatu transaksi elektronik. a. prinsip kepastian hukum Dalam Pasal 18 ayat ( 1 ) UU ITE disebutkan bahwa : Transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik

26 mengikat para pihak. Suatu transaksi elektronik mengikat pihak-pihak yang saling terkait di dalamnya, artinya suatu kontrak elektronik merupakan undang-undang bagi para pihak yang membuatnya, apabila ada salah satu pihak yang melanggar kontrak elektronik tersebut maka pihak yang lain dapat mengajukan gugatan terhadap pihak yang melanggar kontrak tersebut. b. prinsip itikad baik Sama halnya seperti dalam KUHPerdata dalam UU ITE juga ada diatur mengenai prinsip itikad baik dalam melakukan suatu kontrak elektronik. Hal ini diatur dalam Pasal 17 ayat ( 2 ) UU ITE. Pasal ini menyatakan: para pihak yang melakukan transaksi elektronik wajib beritikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik selama transaksi berlangsung. Prinsip itikad baik berarti para pihak yang bertransaksi tidak bertujuan untuk secara sengaja mengakibatkan kerugian kepada pihak lainnya tanpa sepengetahuan pihak lain tersebut. Seperti telah disinggung sebelumnya dalam prinsip itikad baik dalam suatu kontrak elektronik menurut KUHPerdata, bahwa para pihak yang membuat suatu kontrak haruslah mempunyai itikad baik dalam melaksanakan kontrak elektronik tersebut, sebab dalam suatu kontrak elektronik para pihak dapat membuat suatu kontrak tanpa harus bertemu terlebih dahulu, hanya melalui perantaraan media elektronik. Dalam suatu kontrak elektronik para pihak tidak boleh mempunyai niatan yang buruk, pihak penawar harus jujur mengenai produknya dan produk yang diperjanjikan tersebut tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, norma kepatutan maupun

27 norma kesusilaan. Dalam suatu transaksi atau kontrak elektronik dilarang adanya tindakan yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen, hal ini diatur dalam Pasal 28 ayat ( 1 ) UU ITE, apabila hal ini terjadi maka pihak atau orang yang melakukannya dapat dikenai pidana penjara paling lama 6 ( enam ) tahun dan atau dikenai denda paling banyak Rp ,00 ( satu miliar rupiah ) sebagaimana diatur dalam Pasal 45 ayat ( 2 ) UU ITE. Dan bilamana pihak yang menerima penawaran tidak memiliki itikad baik dalam melaksanakan suatu kontrak, pihak penawar dapat mengajukan gugatan. c. prinsip konsensualisme Dalam UU ITE dalam Pasal 20 diatur mengenai kapan suatu transaksi elektronik dikatakan terjadi. Pasal 20 UU ITE ayat ( 1 ) menyatakan : Kecuali ditentukan lain oleh para pihak, transaksi elektronik terjadi pada saat penawaran transaksi yang dikirim pengirim telah diterima dan disetujui penerima. Pasal 20 UU ITE ayat ( 2 ) menyatakan : Persetujuan atas penawaran transaksi elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara elektronik. Dari Pasal ini dapat dilihat bahwa dalam UU ITE juga diatur mengenai prinsip konsensualisme dalam melakukan kontrak elektronik, dengan penerapan yang berbeda dengan kontrak konvensional, dimana dalam kontrak elektronik kesepakatan terjadi pada saat penawaran transaksi yang dikirim oleh pengirim diterima dan disetujui oleh penerima, dan persetujuan akan kesepakatan tersebut

28 harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara elektronik, misalnya dengan mengirimkan konfirmasi. d. prinsip keterbukaan atau transparansi Mengenai prinsip keterbukaan atau transparansi dalam suatu kontrak elektronik dalam UU ITE diatur dalam Pasal 9 yang menyatakan : Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui sistem elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan. Dengan adanya prinsip ini maka suatu perusahaan atau pihak yang menawarkan produk harus terbuka atas produk yang dikeluarkan dan isi kontrak yang dibuat tidak boleh mengandung unsur yang merugikan konsumen, bila hal ini dilakukan maka perusahaan atau pihak penawar tersebut dapat dikenai sanksi pidana sesuai Pasal 45 ayat ( 2 ) UU ITE. e. prinsip kebebasan kontrak yang terbatas Para pihak dalam melakukan kontrak dengan cara apa saja, dalam hal kontrak elektronik kontrak dibuat dengan menggunakan media elektronik dalam hal ini internet. Para pihak juga bebas membuat kontrak tentang apa saja, dan perjanjian atau kontrak tersebut akan mengikat kepada para pihak sebagaimana halnya undang-undang. Ini juga berlaku dalam kontrak elektronik hanya saja dalam kontrak elektronik ada barang-barang tertentu yang tidak boleh diperjualbelikan, seperti misalnya hewan. Ada juga barang-barang yang tidak dapat diperjualbelikan melalui transaksi elektronik, seperti tanah. Karena disyaratkan bahwa jual beli tanah harus dituangkan dalam akta, yaitu akta Pejabat Pembuat Akta Tanah ( PPAT ). Dari sini tampak adanya prinsip kebebasan

29 kontrak yang terbatas. Pasal yang menjadi dasar hukum prinsip kebebasan berkontrak yang terbatas ini adalah Pasal 18 ayat ( 1 ) dan Pasal 19 UU ITE. Bunyi dari Pasal 18 ayat ( 1 ) UU ITE ini adalah : Transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik mengikat para pihak. Pasal 19 menyatakan bahwa : Para pihak yang melakukan transaksi elektronik harus menggunakan sistem elektronik yang disepakati. Dari kedua pasal ini diberikan kebebasan kepada para pihak untuk dapat melakukan transaksi elektronik ke dalam kontrak elektronik dengan bentuk apa saja tetapi kontrak elektronik atau transaksi elektronik tersebut juga dibatasi, dimana para pihak harus menggunakan sistem elektronik yang telah disepakati. Adapun perjanjian atau kontrak yang dinyatakan sah adalah suatu perjanjian atau kontrak yang memenuhi keempat syarat dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa syarat sahnya perjanjian ini tidak hanya berlaku bagi perjanjian atau kontrak konvensional saja tapi juga bagi kontrak-kontrak elektronik. 1) Sepakat Mereka yang Mengikatkan Dirinya Suatu kesepakatan selalu diawali dengan adanya suatu penawaran oleh suatu pihak dan dilanjutkan dengan adanya tanggapan berupa penerimaan oleh pihak lain. Jika penawaran tersebut tidak mendapat tanggapan oleh pihak lain maka tidak akan ada kesepakatan. Dan untuk melahirkan suatu kesepakatan

30 diperlukan adanya dua pihak. Kesepakatan dalam kontrak adalah perasaan rela atau ikhlas di antara pihak-pihak yang membuat kontrak tersebut mengenai halhal yang dituangkan dalam kontrak. Kesepakatan dinyatakan tidak ada jika kontrak dibuat atas dasar penipuan, kesalahan, paksaan dan penyalahgunaan keadaan. Pada kontrak konvensional kesepakatan dapat dengan mudah diketahui karena kesepakatan dapat langsung diberikan baik secara lisan maupun tulisan. Akan tetapi, dalam transaksi elektronik, kesepakatan dalam kontrak diberikan tidak secara langsung melainkan melalui media elektronik dalam hal ini adalah internet. Dalam suatu transaksi elektronik, khususnya transaksi e-commerce, pihak yang memberikan penawaran adalah pihak penjual yang menawarkan barang dagangannya melalui website. Semua pihak pengguna internet yang disebut dengan netter dapat dengan mudah masuk untuk melihat barang-barang yang ada pada toko virtual tersebut ataupun untuk membeli barang yang mereka inginkan. Jika pembeli tertarik pada satu barang, ia hanya perlu mengklik barang yang sesuai dengan keinginannya. Biasanya setelah pesanan tersebut sampai di tempat penjual, maka penjual akan mengirim atau melalui telepon untuk mengkonfirmasi pesanan tersebut kepada konsumen dalam hal ini pihak pembeli. Dalam transaksi e-commerce, tidak ada proses tawar menawar seperti halnya pada transaksi jual beli secara langsung. Barang dan harga yang ditawarkan terbatas dan telah ditentukan oleh penjual. Jika pembeli tidak setuju atau tidak sepakat maka pembeli bebas untuk tidak melakukan transaksi, dan pembeli dapat mencari

31 website atau toko virtual lainnya yang lebih sesuai dengan keinginannya. Kesepakatan dihasilkan dalam suatu transaksi e-commerce jika pembeli menyepakati barang dan harga yang ditawarkan oleh penjual. Mengenai kesepakatan dalam transaksi e-commerce, negara-negara yang tergabung dalam masyarakat ekonomi Eropa telah memberikan garis-garis petunjuk kepada para negara anggotanya, dengan memberlakukan sistem 3 klik. Adapun cara kerja sistem ini, yaitu setelah calon pembeli melihat di layar komputer ada penawaran dari calon penjual ( klik pertama ), si calon pembeli memberikan penerimaan terhadap penawaran tersebut ( klik kedua ). Dan kemudian masih disyaratkan adanya peneguhan dan persetujuan dari calon penjual kepada pembeli perihal diterimanya penerimaan dari calon pembeli ( klik ketiga ). Sistem 3 klik ini dipandang jauh lebih aman dari sistem 2 klik, karena dalam sistem 2 klik penjual dapat mengelak dengan menyatakan kepada calon pembeli bahwa ia tidak pernah menerima penerimaan dari calon pembeli, dimana hal ini tentunya akan merugikan pembeli. 92 Mengenai ketentuan semacam ini di Indonesia belum ada diatur, tapi penulis yakin seiring dengan semakin berkembangnya transaksi e-commerce dan perlunya perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna e-commerce, pemerintah akan lebih berusaha lagi membentuk peraturan-peraturan yang memberikan kepastian atau jaminan hukum terhadap konsumen sehubungan dengan transaksi-transaksi elektronik ini. Transaksi e-commerce sebagai suatu kontrak atau perjanjian juga dapat dibatalkan. Pembeli yang telah menyepakati barang dan harga masih memiliki 92 Edmon Makarim, op cit, hlm. 267.

32 kesempatan untuk membatalkan perjanjian jual-beli dengan fasilitas cancel an order, tetapi dengan catatan bahwa barang belum masuk dalam tahap pengiriman. Penjual juga dapat membatalkan perjanjian bila ternyata yang melakukan transaksi terbukti tidak cakap atau ternyata ada unsur penipuan, kesalahan, paksaan dan penyalahgunaan keadaan 2) Kecakapan untuk Membuat Suatu Perikatan Orang-orang yang yang akan mengadakan transaksi haruslah orang-orang yang cakap dan mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum, sebagaimana yang ditentukan oleh UU. Orang yang cakap atau mempunyai wewenang dalam melakukan suatu perbuatan hukum dalam hal ini perikatan atau transaksi adalah orang yang sudah dewasa. Ukuran kedewasaan dalam hukum perdata adalah orang yang telah berumur 21 tahun dan atau sudah kawin. Dalam KUHPerdata Pasal 1330 ada juga diatur mengenai orang yang tidak cakap membuat suatu perikatan, yaitu : 1. anak di bawah umur, 2. orang yang di taruh di bawah pengampuan ( gila, dungu, lemah akal dan pemboros ), dan 3. istri. Akan tetapi, dalam perkembangannya istri dapat melakukan perbuatan hukum yang dalam hal ini adalah perikatan, sebagaimana diatur dalam Pasal 31 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan jo SEMA No. 3 Tahun Dalam transaksi e-commerce sangat sulit menentukan seseorang yang melakukan transaksi, telah dewasa atau tidak berada di bawah pengampuan karena

33 proses penawaran dan penerimaan tidak dilakukan secara langsung melainkan melalui media virtual yang rawan akan tindakan penipuan. Dan jika pada akhirnya diketahui bahwa ternyata orang yang melakukan transaksi adalah orang yang tidak cakap, maka pihak yang dirugikan dapat menuntut agar transaksi dibatalkan. 3) Suatu Hal Tertentu Hal tertentu mempunyai maksud bahwa objek yang diatur dalam kontrak harus jelas atau setidak-tidaknya dapat ditentukan. Jadi, tidak boleh mengambang atau samar-samar. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memberikan jaminan atau kepastian kepada para pihak dalam membuat dan melaksanakan kontrak. Selain itu, juga untuk mencegah munculnya kontrak fiktif. Misalnya, dalam jual beli sebuah sepeda motor harus jelas merek, tahun pembuatan, warna, nomor mesin, dan hal lain yang berkaitan dengan motor yang akan dijual tersebut. Hal yang harus dihindari adalah lupa mendefenisikan objek yang menjadi kesepakatan yang tertuang dalam suatu kontrak. Misalnya, sewa menyewa sebuah rumah tanpa menyebutkan tipe, luas tanah, letak, fasilitas yang didapat di rumah tersebut dan spesifikasi lainnya. Sehubungan dengan pokok perikatan yang justru menjadi isi dari kontrak, maka suatu kontrak harus mempunyai pokok atau objek barang yang setidak-tidaknya dapat ditentukan jenisnya. Sementara itu, mengenai jumlah dari objek kontrak tersebut dapat tidak ditentukan pada saat dibuatnya kontrak, asal nantinya dapat dihitung dan ditentukan jumlahnya ( Pasal 1333 KUHPerdata ). Dan perlu pula diingat bahwa suatu kontrak harus berisi objek yang dapat ditentukan agar kontrak mudah dilaksanakan tanpa perlu mengaturnya kembali, dan jika objek dari kontrak tidak dapat ditentukan maka kontrak tersebut menjadi

34 tidak sah atau batal demi hukum. Hal tersebut di atas juga berlaku dalam kontrak-kontrak elektronik hanya saja dalam transaksi atau kontrak elektronik ada barang-barang tertentu yang tidak boleh diperjualbelikan, seperti misalnya hewan. Ada juga barang-barang yang tidak dapat diperjualbelikan melalui transaksi online ini, seperti tanah. Karena disyaratkan bahwa jual beli tanah harus dituangkan dalam akta, yaitu akta Pejabat Pembuat Akta Tanah ( PPAT ). Untuk saat ini proses pembuatan akta tersebut tidak dimungkinkan di buat secara online sehingga harus dilakukan secara langsung dihadapan pejabat yang berwenang, kecuali jika dalam perkembangannya ada undang-undang yang mengatur bahwa semua pembuatan akta dapat dilakukan melalui media elektronik. 93 4) Suatu Sebab yang Halal Suatu sebab yang halal berarti bahwa kesepakatan yang tertuang dalam suatu kontrak tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan, ketertiban umum dan kesusilaan. Misalnya, perjanjian jual beli narkoba adalah tidak sah karena bertentangan perundang-undangan dan ketertiban umum. Mengenai suatu sebab yang halal dapat ditemukan di beberapa pasal dalam KUHPerdata, terutama Pasal 1336 KUHPerdata yang menyatakan bahwa jika tidak dinyatakan sesuatu sebab, tetapi terdapat sesuatu sebab yang halal ataupun jika ada suatu sebab lain yang dinyatakan, maka kontrak sebagaimana diatur demikian adalah sah. Kontrak yang tanpa sebab menjadi kontrak yang sah jika terdapat sesuatu yang diperbolehkan. 93 Ibid., hlm. 268.

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK 2 tahun ~ paling lama Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun setelah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BW JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perlindungan

Lebih terperinci

Perjanjian Jual Beli Barang Melalui Elektronik Commerce (E-Com)

Perjanjian Jual Beli Barang Melalui Elektronik Commerce (E-Com) Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Perjanjian Jual Beli Barang Melalui Elektronik Commerce (E-Com) Sri Anggraini Kusuma Dewi STMIK Asia Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan terutama dalam bidang teknologi, dimana dalam teknologi dapat dilihat dengan adanya perkembangan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

http://www.warungbaca.com/2016/12/download-undang-undang-nomor-19-tahun.html UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2016 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5952) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK A. Kekuatan Hukum Memorandum Of Understanding dalam Perjanjian Berdasarkan Buku III Burgerlijke

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/12.2014 TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PENGURUS BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa perbedaan pendapat

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK Sularto MHBK UGM PERISTILAHAN Kontrak sama dengan perjanjian obligatoir Kontrak sama dengan perjanjian tertulis Perjanjian tertulis sama dengan akta Jadi antara istilah kontrak,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK I. UMUM Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah baik perilaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer.

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu produk inovasi teknologi telekomunikasi adalah internet (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. Internet adalah seluruh jaringan

Lebih terperinci

HUKUM PERDATA DALAM JUAL BELI

HUKUM PERDATA DALAM JUAL BELI HUKUM PERDATA DALAM JUAL BELI BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini indonesia sedang memasuki era pembangunan nasional, dimana dalam masa tersebut Indonesia harus melakukan suatu proses

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS CACAT TERSEMBUNYI PADA OBJEK PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL YANG MEMBERIKAN FASILITAS GARANSI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO

Lebih terperinci

KEABSAHAN KONTRAK ELEKTRONIK DALAM PENYELENGGARAAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

KEABSAHAN KONTRAK ELEKTRONIK DALAM PENYELENGGARAAN TRANSAKSI ELEKTRONIK KEABSAHAN KONTRAK ELEKTRONIK DALAM PENYELENGGARAAN TRANSAKSI ELEKTRONIK SKRIPSI Oleh: FATMA ROOSDIYANA Nomor Mahasiswa : 06.410.175 Jurusan : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG- UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA MEMAHAMI UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) DAN PENERAPANNYA PADA DOKUMEN ELEKTRONIK SEPERTI E-TICKETING DI INDONESIA Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM 5540180013 Dosen DR.

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL Suluh Setiawan Sutarman Yodo Ratu Ratna Korompot ABSTRAK Jurnal ini berjudul Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap

Lebih terperinci

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. PERIKATAN & PERJANJIAN Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang berdasarkan mana yang satu berhak menuntut hal dari

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan A. Pengertian Perjanjian Jual Beli BAB II PERJANJIAN JUAL BELI Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama, artinya undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan pengaturan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini sudah semakin berkembang lantaran aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan transaksional

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ 2010. TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK 43 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di tingkat nasional

informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di tingkat nasional Kuliah Keamanan Komputer Disusun oleh : M. Didik R. Wahyudi, MT& Melwin Syafrizal, S.Kom., M.Eng. 1. Pembangunan nasional adalah suatu proses yang berkelanjutan yang harus senantiasa tanggap terhadap berbagai

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

KEABSAHAN PERJANJIAN JUAL-BELI BENDA BERGERAK MELALUI INTERNET (TINJAUAN DARI BUKU III KUH PERDATA DAN UU NO 11 TAHUN 2008)

KEABSAHAN PERJANJIAN JUAL-BELI BENDA BERGERAK MELALUI INTERNET (TINJAUAN DARI BUKU III KUH PERDATA DAN UU NO 11 TAHUN 2008) KEABSAHAN PERJANJIAN JUAL-BELI BENDA BERGERAK MELALUI INTERNET (TINJAUAN DARI BUKU III KUH PERDATA DAN UU NO 11 TAHUN 2008) Heru Kuswanto, SH., M.Hum. 1 ABSTRAK Berdasarkan syarat sahnya suatu perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk serba efektif dan efisien dalam pemanfaatan waktu akibat tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk serba efektif dan efisien dalam pemanfaatan waktu akibat tuntutan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin pesat memberikan dampak tidak langsung dalam perubahan pola kehidupan masyarakat. Masyarakat dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek ekonomi. Kondisi demikian tidak terlepas dari peran pelaku usaha. Pelaku usaha berperan penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-28/PM/2000 TENTANG

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-28/PM/2000 TENTANG KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-28/PM/2000 TENTANG Peraturan Nomor V.D.9 PERATURAN NOMOR V.D.9 TENTANG PEDOMAN PERJANJIAN AGEN PERUSAHAAN EFEK ANGGOTA BURSA EFEK KETUA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

Arsip Elektronik. Ditjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo 5 Desember 2017

Arsip Elektronik. Ditjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo 5 Desember 2017 Arsip Elektronik Ditjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo 5 Desember 2017 flagtracker.com/ Transformasi Digital Perusahaan taxi terbesar di dunia tidak punya taxi (Uber) Perusahaan terbesar dan

Lebih terperinci

PERJANJIAN ASURANSI MELALUI TELEMARKETING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

PERJANJIAN ASURANSI MELALUI TELEMARKETING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 PERJANJIAN ASURANSI MELALUI TELEMARKETING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 Didik Wahyu Sugiyanto Dosen Fakultas Hukum Universitas Sunan Bonang Tuban Jl. Wahidin Sudiro Husodo 798 Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR. A. Proses Pelaksanaan Jual Beli Online yang Dilakukan oleh Anak

BAB III PELAKSANAAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR. A. Proses Pelaksanaan Jual Beli Online yang Dilakukan oleh Anak BAB III PELAKSANAAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR A. Proses Pelaksanaan Jual Beli Online yang Dilakukan oleh Anak Dibawah Umur. Tehnologi internet mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN A. Dasar Hukum Memorandum Of Understanding Berdasarkan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi : Kemudian daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang pesat. Berbagai informasi telah dapat disajikan dengan canggih

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang pesat. Berbagai informasi telah dapat disajikan dengan canggih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi, dan informasi telah berjalan sedemikian rupa sehingga pada saat ini sudah sangat jauh berbeda, pemanfaatan teknologi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas. BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA A. Tinjauan Umum tentang Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas mengenai aturan jual beli saham dalam perseroan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Bahwa tinjauan yuridis atas sengketa kasus ini ditinjau dari Undang-undang Nomor 5 Tahun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Bahwa tinjauan yuridis atas sengketa kasus ini ditinjau dari Undang-undang Nomor 5 Tahun BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Bahwa tinjauan yuridis atas sengketa kasus ini ditinjau dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, Undang-undang No. 20 Tahun 2016, Undang-undang No. 19 Tahun 2016

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat, hal ini berdampak pada perubahan aktivitas dalam dunia bisnis. Perubahan tersebut mencakup

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan mengemukakan gambaran yang diperoleh dari hasil studi terhadap UU ITE dan UU Telekomunikasi. Diskripsi

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI -1- SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Sehubungan dengan amanat Pasal 51 Peraturan Otoritas

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM 1 KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ANTARA KEJAKSAAN TINGGI GORONTALO DENGAN PT. BANK SULAWESI UTARA CABANG GORONTALO DALAM PENANGANAN KREDIT MACET RISNAWATY HUSAIN 1 Pembimbing I. MUTIA CH. THALIB,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Disebarkan oleh djunaedird - 1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia. Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia Oleh : Lili Naili Hidayah 1 ABSTRAK Setiap perbuatan yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 UU Tentang Yayasan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

Perpustakaan LAFAI

Perpustakaan LAFAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional adalah suatu proses yang berkelanjutan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional adalah suatu proses yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku

Lebih terperinci

BAB IV. A. Akibat Hukum Dari Tindak Pidana Pemalsuan Faktur (Invoice) Bukti. Pengiriman Barang Pada Transaksi Jual Beli Di Internet

BAB IV. A. Akibat Hukum Dari Tindak Pidana Pemalsuan Faktur (Invoice) Bukti. Pengiriman Barang Pada Transaksi Jual Beli Di Internet BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PEMALSUAN FAKTUR (INOVICE) BUKTI PENGIRIMAN BARANG PADA TRANSAKSI JUAL BELI DI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 263 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA JUNTCO UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

SCHOTT Igar Glass Syarat dan Ketentuan Pembelian Barang (versi Bahasa Indonesia)

SCHOTT Igar Glass Syarat dan Ketentuan Pembelian Barang (versi Bahasa Indonesia) SCHOTT Igar Glass Syarat dan Ketentuan Pembelian Barang (versi Bahasa Indonesia) Syarat dan ketentuan pembelian barang ini akan mencakup semua barang dan jasa yang disediakan oleh PT. SCHOTT IGAR GLASS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1255, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI INFORMASI PUBLIK. Pengelolaan. Pelayanan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Lebih terperinci

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG - UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG - UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 DAN UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG - UNDANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Layanan Loketraja.com. (Terms and Conditions)

Syarat dan Ketentuan Layanan Loketraja.com. (Terms and Conditions) Syarat dan Ketentuan Layanan Loketraja.com (Terms and Conditions) Pemberitahuan 1. Perusahaan menyampaikan pemberitahuan kepada Anda melalui e-mail / sms notifikasi mengenai pemberitahuan umum di website

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Sumber: LN 1995/13; TLN NO. 3587 Tentang: PERSEROAN TERBATAS Indeks: PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN

ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN Selamat malam semua Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Asas-asas dalam Hukum Perjanjian ya.. Ada yang tahu asas-asas apa saja

Lebih terperinci

Sistematika Siaran Radio

Sistematika Siaran Radio Sistematika Siaran Radio Rabu, 24 Mei 2017 Tema: Penggunaan Perjanjian Tertulis (Kontrak) dalam Transaksi-Transaksi Bisnis Sehari-Hari Oleh: Dr. Bayu Seto Hardjowahono, S.H., LL.M. dan LBH Pengayoman UNPAR

Lebih terperinci

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik Akhirnya Rancangan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (RUU ITE) disetujui DPR menjadi Undang-Undang dua hari lalu. UU ini, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memegang peranan penting dalam pembangunan. Teknologi. menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (bordeless) dan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. yang memegang peranan penting dalam pembangunan. Teknologi. menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (bordeless) dan menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era teknologi telah membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan, termasuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang memegang peranan penting

Lebih terperinci

15 Februari apa isi rpm konten

15 Februari apa isi rpm konten 15 Februari 2010 http://www.detikinet.com/read/2010/02/15/125757/1299704/399/seperti apa isi rpm konten MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK MASUKAN/TANGGAPAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK MASUKAN/TANGGAPAN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK MASUKAN/TANGGAPAN Dasar Pertimbangan Pembentukan RPP untuk melaksanakan ketentuan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JUNCTO UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sehat. Tujuan dari disampaikannya iklan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sehat. Tujuan dari disampaikannya iklan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Untuk memasarkan produknya, pelaku usaha pada umumnya membuat promosi tentang barang dan / atau jasa yang akan diperdagangkan ke masyarakat melalui sarana media

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PEDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

BAB VII PERADILAN PAJAK

BAB VII PERADILAN PAJAK BAB VII PERADILAN PAJAK A. Peradilan Pajak 1. Pengertian Keputusan adalah suatu penetapan tertulis di bidang perpajakan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS

PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS 1 (satu) bulan ~ Notaris tidak membuat akta Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan Notaris tidak membuat akta, Notaris, secara sendiri atau melalui kuasanya menyampaikan

Lebih terperinci

2. Bagaimana Kami Menggunakan Informasi Anda

2. Bagaimana Kami Menggunakan Informasi Anda KEBIJAKAN PRIVASI Penidago.com dimiliki dan dioperasikan oleh Grup Perusahaan Penidago ("Penidago" atau "Kami"). Kebijakan Privasi ini menjelaskan bagaimana kami mengumpulkan, menggunakan, menyingkapkan,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini keamanan terhadap data yang tersimpan dalam komputer sudah menjadi persyaratan mutlak. Dalam hal ini, sangat terkait dengan betapa pentingnya data tersebut

Lebih terperinci

Perjanjian BlackBerry ID

Perjanjian BlackBerry ID Perjanjian BlackBerry ID Perjanjian BlackBerry ID atau "Perjanjian" merupakan suatu perjanjian hukum antara Research In Motion Limited, atau anak perusahaannya atau afiliasinya sebagaimana tertera dalam

Lebih terperinci

Mengingat : Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci