BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA. penulis akan mengkaji dan menganalisis data-data yang diperoleh.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA. penulis akan mengkaji dan menganalisis data-data yang diperoleh."

Transkripsi

1 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA Dalam bagian ini penulis akan mengkaji dan menganalisa data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan pada Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon. Tentang Sterilisasi Keluarga Berencana (KB)(Suatu Kajian Perspektif Jender terhadap penggunaan alat KB dalam keluarga Kristen di RSUD Ambon). Data yang diperoleh adalah melalui cara yang dilakukan kepada responden dari dokter, suster, pengguna sterilisasi dan tokoh agama. Selanjutnya penulis akan mengkaji dan menganalisis data-data yang diperoleh. 3.1 Gambaran Umum tentang Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon Rencana pembangunan Rumah Sakit di prakarsai oleh tiga orang dokter, masing-masing Dr. D. P. Tahitu, Dr. K. A. Staa dan Dr. L. Huliselan Pada tahun Pada tahun 1947 di mulailah penggusuran tanah, sedangkan pembangunan baru di mulai tahun Pada tahun 1950 sudah di bangun ruangan lelaki, ruangan wanita dan ruangan menular, masing-masing 391,56 m 2. 1 Belum sempat rumah sakit di fungsikan terjadi pendaratan Tentara Nasional Indonesia(TNI) di Ambon, sehingga rakyat di daerah Kudamati, Benteng dan Sekitarnya mengungsi dan tinggal di rumah sakit. Setelah keadaan pulih kembali, rakyat yang mengungsi kembali ke rumah mereka. Bangunan rumah sakit ini di manfaatkan lagi oleh TNI dan keluarganya sebagai asrama. Tahun 1951

2 bangunan rumah sakit di kosongkan namun dalam keadaan rusak berat sehingga perlu di perbaiki lagi. Di samping perbaikan di bangun pula asrama bagi siswa juru rawat wanita, laboratorium, klinik OK, ruang interne sementara seluas 391,56 m 2, dapur, gudang, tempat cuci, ruangan rontgen, kamar operasi sementara seluas 627,40 m 2, kamar mayat seluas 78 m 2, garasi seluas 72 m 2,, dan kamar mesin listrik seluas 35 m 2. Rumah sakit baru di resmikan pada tanggal 3 Maret 1954 dengan nama Rumah Sakit Umum Ambon dan di pimpin oleh Dr. L. Huliselan sebagai kepala Rumah Sakit Umum Ambon yang pertama. 2 Jumlah tenaga para medis yang ada pada waktu itu sebanyak 51 orang. Mereka adalah pegawai DKR (Djawatan Kesehatan Rakyat yang bekerja di Rumah Sakit Tentara dan di pindahkan ke Rumah Sakit Umum Ambon. Setelah pengresmian secara bertahap di bangun pula: 3 - Kantor Tata Usaha : Tahun Ruang Anak : Tahun Ruang Kebidanan : Tahun 1957 Selanjutnya mulai pada tahun anggaran 1981/1982 di bangun pula gedunggedung baru. A.Visi Rumah Sakit Mandiri dengan Pelayanan Profesional 2013! "#! $%!!!! "#! $%!!!

3 B. Misi menyelenggarakan Pelayanan Prima yang di tunjang oleh: 1. Sumber daya Manusia yang berkualitas. 2. Kerja sama antar profesi Dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 51/Men.Kes/SK/II/79, tanggal Tanggal 22 february 1979, Rumah Sakit Umum Ambon di tetapkan menjadi Rumah Sakit klas C. Kemudian dalam perkembangannya setelah di lengkapi dengan berbagai fasilitas baik peralatan maupun tenaga spesialis, maka terhitung mulai tanggal 22 Desember 1994, kelas Rumah sakit di tingkatkan menjadi kelas B Non pendidikan sesuai SK Menteri Kesehatan No 1069/Menkes/SK/XI/1992 dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah propinsi Dati I Maluku (PERDA) No:06 tahun 1994 tanggal 22 Desember Namun sebelumnya pada tanggal 14 Desember 1994 Rumah sakit Umum Ambon di rubah namanya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.M.Haulusy (Keputusan DPRD Tingkat I Maluku tanggal 14 desenber 1994) Keluarga melakukan KB sebagai anjuran pemerintah Peningkatan jumlah penduduk rakyat Indonesia sangat tinggi untuk 5 Tahun terakhir, hal ini dinilai akan mengakibatkan beberapa hal yang membuat masyarakat miskin hidup semakin sulit termasuk di Ambon. Dari data yang ditemukan jumlah penduduk dari 273 Juta akan meningkat sebanyak 1, 27 %! "#! $%!!!

4 pertahun, maka pada tahun 2015 akan menjadi 308 Juta jiwa. 5 Hal ini akan tidak sesuai dengan jumlah pangan yang ada. Secara sosial hal ini akan membuat kemiskinan di Indonesia semakin bertambah. Berkaitan dengan hal tersebut maka pemerintah mengeluarkan surat Keputusan melalui Menteri Kesehatan No 122/ MENKES/ SK/ II/ 2008 mengenai penggunaan Alat Kontrasepsi. Program keluarga berencana nasional merupakan programpelayanan dasar yang mempunyai kontribusi yang sangat berarti bagi pembangunan sumber daya manusia. Karena dengan keluarga berencana diupayakan terus peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia kawin, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, serta peningkatan kesejahteraan keluarga guna terwujudnya keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Di Indonesia angka kematian ibu karena hamil dan bersalin masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu memperlihatkan bahwa kualitas kesehatan dan kehidupan wanita, terutama kondisi wanita hamil dan melahirkan masih sangat memprihatinkan dan keadaan ini dikhawatirkan akan mengancam keutuhan keluarga dan kualitas keluarga. Berbagai upaya telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak terkait termasuk BKKBN.Salah satu upaya yang dilakukan oleh BKKBN adalah melalui kegiatan sosialisasi tentang KB.Sosialisasi ini juga meningkatkan partisipasi pria dalam program KB untuk dapat mengayomi isterinya, terutama pada masa kehamilan danpersalinan, agar kehamilan dan persalinannya dapat dilalui dengan aman dan sehat. & '()##)*&

5 Keadaan ini juga disadari oleh para medis terutama yang berkaitan dengan bagian KB di RSUD Haulussy Ambon Pandangan para medis Kesadaran membentuk Keluarga Kecil yang berkualitas ini muncul melalui program Keluarga Berencana yang coba ditawarkan oleh pemerintah bagi masyarakat. Program KB merupakan upaya untuk peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. 6 Hal ini menurut wawancara dengan Dr YM adalah faktor ketidaksadaran yang dimiliki oleh masyarakat Maluku sehingga tingkat kepadatan penduduk masyarakat di Ambon sangat meningkat. Di samping itu juga ada pengaruh lain, misalnya aspek pergaulan bebas, psikologi anak dan ibu pasca konflik, dan beberapa hal lain. Untuk itu perlu adanya kesadaran akan penggunaan alat kontrasepsi. Secara umum kontrasepsi yang sering digunakan di Indonesia itu terbagi atas 2 bentuk; Kedua bentuk kontrasepsi ini adalah cara yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Kontarsepsi Hormonal adalah kontrasepsi yang mengandung hormon esterogen dan hormon progesterogen yang diberikan kepada peserta KB untuk mencegah kehamilan (suntikan, Pil, Implant). Sementara Kontrasepsi Non hormonal adalah bentuk kontrasepsi yang dilakukan tanpa menggunakan kedua hormon itu + %,-.-(/%0#1,2

6 tetapi memakai alat untuk mencegah kehamilan (Kondom, IUD, Vaksektomi, Tubektomi, MAL). 7 Menurut bidan AT, Vasektomi: sterilisasi untuk laki-laki ternyata tidak ada yangmelakukannya. Vasektomi adalah operasi sederhana untuk memotong saluran pembawa sperma dari kantongnya (zakar) ke penis, dan tidak lama untuk melakukannya. Sementara Tubektomi operasi yang dilakukan untuk perempuan dan caranya itu, mengikat dan memotong saluran telur, sehingga mengahambat pertemuan antara sperma dan sel telur. 8 Hal yang sama juga di sampaikan oleh bidan LT: Vasektomi itu merupakan operasi yang dilakukan untuk laki-laki.ia tidak memakanwaktu yang lama dan bukan merupakan sebuah operasi yang besar, dan karena itu hanya memakan waktu beberapa menit saja Vasektomi itu merupakan pemotongan saluran pembawa sperma dari kantong penis. Sementara Tubektomi pengikatan atau pemotongan tuba fallopi kiri dan kanan pada wanita untuk mencegah transport ovum dari ovarium melalui tuba ke arah uterus. Caranya dibuat dua irisan kecil saja dibagian bawah perut perempuan, lalu saluran telurnya diikat atau dipotong tujuannya supaya sel telur tidak menuju ke rahim. 9 Sterilisasi KB merupakan cara yang digunakan untuk mengurangi kapasitas penduduk, selain itu digunakan juga untuk perempuan yang tidak cocok dengan semua metode KB yang lain. 10 Pandangan yang sama juga disampaikan oleh bidan MN bahwa ; Sterilisasi KB merupakan cara terbaik yang seringkali digunakan oleh keluarga-keluarga yang telah memiliki banyak anak. Ada tiga hal penting tentang sterilisasi KB yang berkaitan dengan kapasitas penduduk, yakni: 3.2 %%! 4 0'! +5 0% )#%

7 menurunkan angka kematian dalam proses melahirkan, merupakan cara KB yang paten, tidak memerlukan biaya banyak (sekali dilakukan untuk selamanya) Pandangan pengguna Pelaksanaan program KB di dalam masyarakat bukan hanya menyangkut kinerja yang hendak menjawab program pemerintah.akan tetapi hal ini berkaitan erat dengan persepsi dan pemahaman masyarakat, khususnya pasangan suami-istri mengenai pentingnya KB. Selama ini program KB hanya menjadi sebuah wacana yang selalu disampaikan, namun dalam proses aplikasinya sangat sulit untuk dilaksanakan. Oleh sebab itu wacana yang ditampilkan perlu selalu disampaikan kepada masyarakat melalui cara-cara penyuluhan, maupun melalui hasil kerjasama dengan institusi-institusi sosial di dalam masyarakat, seperti gereja, pendidikan, bahkan berbagai aspek yang dapat dipandang sebagai sarana evaluasi pembentukan karakter kehidupan masyarakat. 12 Sterilisasi KB merupakan sarana yang baik dan dapat digunakan untuk mengantisipasi kepadatan penduduk (masyarakat/keluarga), sekaligus mengurangi tingkat kematian (bayi/ibu). Menurut Ibu PW : Operasi yang saya lakukan adalah sterilisasi KB bagi perempuan yaitu Tubektomi.Hal ini sudah saya lakukan beberapa bulan yang lalu, yakni 23 Agustus 2011.Saat itu operasinya berlangsung kurang lebih 30 menit.hal ini dilakukan oleh saya dengan berbagai pertimbangan yang telah )2 *% "! &6$7778$" &

8 dipikirkan.operasinya berjalan baik dan saat itu yang saya tahu hasilnya adalah Pemotongan saluran sel telur agar tidak terjadi pembuahan. 13 Sementara menurut Ibu YM : Operasi ini telah saya lakukan sejak tahun 1999 operasinya berlangsung tidak terlalu lama yakni 30 menit.sebelum operasi ini dilakukan telah ada pembicaraan dengan dokter dan disampaikan dalam operasi ini bahwa akan dilakukan pemotongan sel telur agar tidak menuju ke rahim Pandangan Tokoh Agama Menurut pendeta AG : Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal dan bertakwa kepada Tuhan. Sterilisasi KB sendiri dilakukan untuk kesejahteraan keluarga.dalam hal ini sterilisasidibenarkan secara Kristiani, karena dapat mencegah terjadinya halhal yang tidak diinginkan, misalnya aborsi dan lain-lain. 15 Secara tingkat kesehatan KB dinilai sangat penting bagi ibu, sebab dengan KB perempuan dapat memiliki tempat di dalam masyarakat dan beraktivitas (tidak sekedar menjaga anak). Selain itu dengan KB dapat meningkatkan tingkat kehidupan anak dan ibu yang selama ini sangat tinggi tingkat kematiannya di indonesia. Dari hasil wawancara dengan para medis,para pengguna sterilisasi dan pendeta, KB dinilai sangat penting bagi sebuah keluarga. Verkuyl dalam bukunya Etika Seksuil antara lain mengatakan, bahwa keluarga adalah suatu bentuk kehidupan persekutuan. 16 Di mana keluarga sendiri adalah bagianterkecil dari masyarakat.akan tetapi keluarga itu hidup ditengah-tengah persekutuan yang 1/ %" & /9'! %! + '5:-"'()/#&3 +

9 luas.kehidupan yang harmonis merupakan dambaan setiap keluarga.begitupun dengan keluarga Kristen.Keluarga Kristen yang harmonis akan memberikan kedamaian dan kebahagiaan, baik didalam keluarga itu sendiri, maupun orang yang ada di sekeliling keluarga tersebut. Keharmonisan dalam keluarga akan tercipta ketika setiap anggota keluarga yang menjadi bagian didalamnya dapat berperan dengan baik sesuai dengan perannya masing-masing. Seorang ayah dapat menjadi ayah yang baik dengan cara menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Seorang ibu yang baik dapat menjalankan perannya sebagai ibu yang penuh kasih sayang dan bijaksana, begitu pula halnya dengan seorang anak.anak adalah anugerah Tuhanyang terindah yang diberikan Tuhan sebagai pelengkap kebahagiaan dalam rumah tangga. Namun banyak pasangan di masyarakat saat ini khususnya di Ambon, telah memilih untuk membatasi jumlah anak, karena berbagai alasan dengan mengikuti program Sterilisasi KB.Malthus sebagaimana dikutip oleh Verkuyl dalam buku Etika Seksuil mengatakan, bahwa haruslah diadakan sistem dua anak. 17 Pandangan Neo- Malthusianisme ini berpokok pada pembatasan pertumbuhan penduduk dengancara pembatasan kelahiran. Konsep ini bisa diterima, melihat fakta yang ada selama ini bahwa jumlah penduduk yang besar justru menimbulkan berbagai masalah, seperti kelangkaan sumber daya alam, kerusakan ekologi, kekurangan pangan, bahkan banyaknya pengangguran yang berdampak pada kriminalitas, kemiskinan, kesehatan, menurunnya kualitas sumber daya manusia bahkan pergaulan bebas yang banyak terjadi sekarang. Oleh karena itu, menurut Dr YM

10 dengan membatasi jumlah kelahiran penduduk, dapat menjadi solusi yang kongkrit pada saat ini. 18 Ibu PW mengatakan bahwa ia melakukan sterilisasi KB dengan berbagai pertimbangan yang telah ia pikirkan. Hal itu dikarenakan ia sendiri memikirkan bagaimana kehidupan dankesejahteraan 5 orang anaknya ke depan. 19 Hal serupa juga disampaikan oleh ibu YM, dimana ia sendiripun memikirkan kesejahteraan keluarganya. 20 Sterilisasi KB menurut Pendeta AG dibenarkan secara Kristiani karena dapat mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan misalnya aborsi dan lainlain. 21 Aborsi terjadi karena ketidaksiapan perempuan untuk memiliki anak, dalam hal ini lewat hubungan intim diluar nikah.bahkan aborsi sendiri juga bisa terjadi karena adanya perencanaan dari pasangan suami isteri yang belum mau untuk memiliki anak karena ketidaksiapanmereka, entahitu karena faktor ekonomi, maupun kesibukan pekerjaan mereka sendiri.menurutnya keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, memiliki anak yang ideal dan bertakwa kepada Tuhan.Keluarga sejahtera diarahkan kepada terwujudnya kehidupan keluarga sebagai wahana dari nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga dan membina ketahanan keluarga. Karena itu untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera, pasangan suami isteri dianjurkan untuk mengikuti program sterilisasi KB, dimana program ini untuk mencegah dan membatasi kelahiran.program ini merupakan suatu hal yang 4.2 %%! 1/ %" 1.2 /9'! %! 4

11 positif, asalkan sarana yang digunakan tidak merugikan peserta bahkan keturunannya. 3.3 Berbagai Pandangan tentang pelaksanaan KB GBHN 1988 mengamanatkan agar kebijaksanaan kependudukan diarahkan pada pengembangan kualitas penduduk sebagai sumber daya manusia dalam rangka mewujudkan mutu kehidupan masyarakat yang semakin meningkat. Upaya penurunan tingkat kelahiran dan kematian serta peningkatan taraf hidup terus dilaksanakan di samping usaha penyebaran penduduk. Jika keluarga berkualitas, maka masyarakat pun akan berkualitas, kalau masyarakat berkualitas maka negara pun akan berkualitas Pandangan para medis Menurut Dr YM : Sterilisasi KB merupakan sebuah gambaran penting pada masa kini, hal ini disebabkan fakta aborsi ada pada tahapan 2/3 dari 100 % kehamilan perempuan. Hal ini disebabkan antara lain kehamilan itu tidak diinginkan (KTD). Dari 2/3 % itu ada sebagian yang melakukan aborsi secara tidak aman yang akhirnya berujung pada kematian. Ada beberapa alasan sampai aborsi itu dilakukan karena beberapa faktor yaitu ekonomi, kesiapan ( umur, status, dan lain-lain), dan adanya hubungan luar. 22 Sterilisasi KB bukan lalu menjadi legitimasi dapat melakukan hubungan intim di luar nikah tetapi lebih dilihat pada keamanan perempuan agar tidak melakukan tindakan yang keliru seperti aborsi dan lain sebagainya. Menurut Dr YM, ada juga kerugian atau dampak dari sterilisasi KB yaitu :.2 %%!

12 Bila situasi berubah dan ingin punya anak lagi peluangnya sangat kecil sekali oleh karena itu pertimbangkanlah baik-baik bila akan menjalani operasi, dan jangan memutuskan ketika sedang kalut atau krisis misalnya setelah keguguran atau melahirkan. 23 Menurut bidan NN, sterilisasi KB memiliki fungsi yaitu : Sebagai program yang permanen dan aman, merupakan sarana untuk dapat mengatur kapasitas anak didalam keluarga, tidak menyulitkan sebab sekali dipakai untuk seterusnya. Dampak yang sering kali muncul adalah : Jika perempuan muda yang melakukan hal ini, kelak ia akan kesulitan untuk kembali dapat memiliki anak, untuk itu perlu adanya komunikasi yang jelas didalam keluarga. Setelah melahirkan dan mengambil keputusan untuk mencengah kehamilan, hal ini sulit untuk langsung dilakukan, karena dinilai kurang baik. 24 Menurut bidan KR, sterilisasi memiliki beberapa fungsi yaitu : Untuk menjarangkan jarak anak, untuk mengatur jumlah anak yang diinginkan, dan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Dampaknya secara kesehatan: harus dipertimbangkan secara matang sebab sekalipun saluran telur yang tadinya diputuskan dapat disambung kembali akan tetapi tingkat keberhasilan untuk hamil lagi sangatlah kecil. 25 Dari pendapat para medis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa para pengguna KB melakukan sterilisasi karena anjuran pemerintah.meskipun demikian, menurut Dr YM untuk KB juga ada kerugiannya.untuk itu harus berhati-hati dalam mengambil keputusan sebelum melakukan sterilisasi Pandangan pengguna Menurut ibu PW yang merupakan seorang ibu rumah tangga dengan 5 orang anak : Saya melakukan sterilisasi KB karena saya kesulitan dalam biaya pemenuhan kebutuhan hidup, selain itu suami saya hanya bekerja sebagai.2 %%! **% & #% &

13 seorang tukang ojek. Hal ini secara ekonomi membuat saya merasa sangat kesulitan, bagaimana pendidikan anak itu? bagaimana pemenuhan kesehatannya? dan bagaimana memenuhi kebutuhan pribadi ia kelak. Inilah dasar yang membuat sehingga saya melakukan sterilisasi KB. 26 Hal yang serupa juga disampaikan oleh ibu DG yang memiliki 7 orang anak: Saya berfikir bahwa banyak anak, banyak keuntungan kelak. Sama seperti orang tua saya dahulu yang memiliki banyak anak. Akan tetapi dari konsep seperti itu, membuat sampai anak-anak saya tumbuh dalam situasi yang sulit, sebab dari segi ekonomi saya dan suami tidak mampu untuk memberikan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak bagi anak-anak kami. Untuk itu saya memilih untuk melakukan tindakan tersebut. 27 Sementara menurut Ibu KS yang adalah seorang pegawai negeri mengungkapkan bahwa : Saya mesti melakukan sterilisasi KB karena saya dan suami sulit untuk membagi waktu, hal itu dikarenakan kami memiliki aktivitas yang padat. 28 Dari hasil wawancara, ketiga responden ini hendak menekankan bahwa Sterilisasi KB menjadi sesuatu yang penting karena 4 faktor antara lain : faktor ekonomi keluarga, kapasitas anggota keluarga, hak layak kehidupan anak, dan aktivitas yang padat Pandangan Tokoh Agama Menurut Pendeta AG tentang penggunaan KB, keluarga pada umumnya berfikir positif: Secara iman Kristen, masyarakat banyak yang terkurung dalam konsep tradional yang berpegang pada Kej 1 : 28 a yang menyatakan bahwa Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka : Beranakcuculah dan bertambah banyak; Pandangan ini menjurus bahwa Anak adalah Sumber Kesejahtraan Keluarga. Karena itulah dengan memiliki + 1/ %" 3 1 9#! %! 4 1#%'! %! &

14 banyak anak, maka telah ada kesejahtraan bagi keluarga tersebut kelak. Namun hal ini terbantahkan secara etik Kekeristen yang memandang pada kesiapan orang tua untuk memberikan hak layak hidup bagi sang anak (Pendidikannya, Kesehatannya, Ekonominya, dan Pribadi sang anak). Hal inilah yang perlu diperhatikan, sebuah keluarga dapat dikatakan sejahtera jika keluarga itu mampu memberikan penghidupan yang layak bagi anggota keluarganya. 29 Dari sudut pandang agama, terutama yang dikatakan oleh Pendeta AG, dapat disampaikan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, dan selalu berhubungan satu dengan lainnya. Karena kebutuhan akan hal itu, maka manusia dituntut untuk selalu berkembang baik dalam perilaku, norma-norma maupun dalam hal jumlah. Manusia berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan untuk saling mengasihi, peduli, memperhatikan, berkembang biak, dan menambah jumlah. Dalam upaya berkembang biak ini, laki-laki dan perempuan berpasang-pasangan yang dikemas dalam suatu ikatan yaitu Perkawinan. Perkawinan bukan merupakan suatuikatan yang sembarangan atau formalitas saja, melainkan perkawinan juga merupakan suatu ikatan yang berlaku seumur hidup.perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Horton dan Hurt dalam buku Bimbingan Konseling Keluarga mengatakan bahwa keluarga tidak hanya terdiri dari suami, isteri dan anak-anak, melainkan termasuk juga orang-orang yang ada hubungan darah dengan mereka, misalnya kakek, nenek, paman, bibi, kemenakan dan sebagainya. 30 Hal ini bagi pihak medis merupakan penggambaran keluarga yang sejahtera. Menurut Dr. YM pengaruh /9'! %! 30 Kristiana Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga (Salatiga: Widya Sari Press, 2004), 7 &

15 ketidaksadaran akan KB membuat sampai munculnya pengabaian terhadap peran perempuan dari situasi yang sebenarnya. 31 Perempuan dengan perannya tidak hanya menjadi pengasuh anak-anak tetapi juga berperan sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga (kerja). Ketika perempuan hanya dibatasi perannya sebagai pengasuh anak maka akan ada diskriminasi dari pihak laki-laki sebagai pihak pencari nafkah. Situasi ini menurut feminis radikal yang kemudian membentuk sistem patriakhi dalam keluarga dimana laki-laki dianggap lebih tinggi derajatnya dibandingkan perempuan.patriakhi juga merupakan sebuah sistem yang diatur oleh laki-laki yang kekuasaannya dijalankan melalui keluarga, politik dan negara sementara perempuan diabaikan dalam konteks tersebut. 32 Menurut ibu KS inilah alasan mengapa sampai ia melakukan sterilisasi KB, sebab ia takut kehilangan perannya dalam keluarga. Bagi ia perempuan punya posisi yang sama dengan laki-laki. 33 Dalam segi pemenuhan kebutuhan hidup, peran serta perempuan seringkali dibatasi dengan pola pikir yang sempit dengan banyak anak banyak rejeki.hal ini yang menurut ibu DG merupakan sarana diskriminasi bagi kaum perempuan dengan 7 anak yang dimiliki, maka peran sertanya dalam pemenuhan kebutuhan hidup terabaikan. 34 Konsep kerja yang ditawarkan kepadanya adalah manjadi pengasuh anak-anak. Menurut feminis radikal-libertarian Gayle Rubin, sistem seks atau jender adalah suatu rangkaian pengaturan yang digunakan oleh masyarakat untuk.2 %%!! #%'! %! 9#! %! &

16 mentraformasi seksualitas biologis menjadi produk kegiatan manusia. 35 Gambaran ini membentuk pembagian antara maskulin dan feminim dimana peran laki-laki lebih sentral ketimbang peran perempuan. Sifat maskulin dan feminin ini pada akhirnya akan melahirkan suatu pola pemilahan kerja domestik dan publik. Hal ini merugikan laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki diharuskan melindungi dan memberikan keperluan rumah tangganya, padahal laki-laki belum tentu bisa melakukan hal itu sepenuhnya. Disisi lain sifat feminin seringkali dianggap lebih lemah dan membutuhkan perlindungan dari yang dianggap lebih kuat yaitu sifat maskulin. Melalui hal inilah kemudian muncul dominasi sifat maskulin (laki-laki) terhadap yang feminin (perempuan).mengenai perbedaan seperti ini menurut bidan KR, perbedaan yang muncul akibat warisan biologis dalam keluarga dimana perempuan dalam ranah pekerjaantidak memiliki tempat yang sebanding dengan laki-laki sebab peran perempuan dibatasi oleh banyak anak dalam keluarga. 36 Hal ini yang menurut Sumiyatiningsih dalam bukunya Ringkasan disertasi Kepemimpinan Pendidikan dalam Perspektif Jender, merupakan teori nature dimana secara kodrat wanita menjadi lemah dan tergantung kepada laki-laki dalam banyak hal untuk hidupnya. Situasi perempuan yang sulit untuk keluar dari posisi ketergantungan dialami oleh ibu PW yang menyatakan bahwa ia tidak punya pilihan untuk keluar dari situasi tersebut dengan 5 orang anak yang dimiliki olehnya dan peran yang ia miliki juga terbatasi. Situasi ini membuat sampai suaminya menjadi satu-satunya &! /! 0" #)('"3 + #% &

17 harapan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. 37 Gambaran ini dalam teori Konflik Analitik merupakan bentuk penindasanstruktur sosial, ekonomi, serta peran serta perempuan dalam kerja. Untuk menghilangkan keterpurukan yang dialami oleh perempuan, menurut pendeta AG mesti dimulai dengan penumbuhan kesadaran bahwa keturunan bukanlah alat perubahan sosial ataupun anak bukanlah satu-satunya sumber rejeki bagi kehidupan keluarga. Karena itulah sangat dibutuhkan pemahaman yang baik akan keluarga yang hendak dibangun. Keluarga yang bukan bertumpu pada anak sebagai sarana perubahan sosial, tetapi keluarga yang mensejahterakan kehidupan anggota-anggota keluarganya. 38 Oleh karena itu melalui program Sterilisasi KB yang dijalankan maka HAK hidup yang layak untuk kehidupan perempuan dan anak lebih terjamin. Dari gambaran ini maka kesadaran akan KB melalui Sterilisasi KB dapat membuat perempuan tidak hanya diberikan tugas sebagai alat pewaris keturunan tetapi kedudukan perempuan dapat dipersiapkan mulai dari tingkat pendidikan, ekonomi, kesehatan, bahkan mendapatkan pekerjaan sebagai bentuk kedudukan didalam masyarakat. Fungsi dan dasar keluarga akan berjalan dengan baik ketika adanya kesadaran akan peran serta perempuan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Dengan demikian maka keluarga sejahtera dapat terpenuhi dan berjalan dengan baik ketika keluarga memaknai sterilisasi KB sebagai sarana pemenuhan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam lingkup keluarga. 3 / %" 4 /9'! %! &&

18 3.4Cara KB dipilih karena merupakan cara yang paling aman untuk tidak mempunyai anak Cara KB yang dipilih menjadi satu penggambaran yang penting dalam proses evaluasi terhadap keberhasilan tingkat kepadatan dan keberhasilan Program Keluarga Sejahtera yang hendak dicapai. Hal ini dapat diperhatikan melalui hasil wawancara yang dilakukan: Pandangan Pengguna Menurut Ibu PW, sterilisasi KB dilakukan karena ada banyak fungsinya yaitu : Alat kontrasepsi yang permanen dan sangat aman, tidak mahal dan hanya dilakukan sekali, tidak perlu sesuatu yang sulit untuk menjaga. 39 Menurut Ibu DG sterilisasi KB dilakukan karena : Kapasitas anggota keluarga saya sudah terlalu banyak (anak), dan karena itu sterilisasi KB dinilai sebagai sesuatu yang aman, sekaligus permanen sebab hanya dilakukan sekali. Secara ekonomi sterilisasi KB dinilai dapat dijangkau dan tidak terlalu memberatkan sebab sterilisasi di lakukan hanya sekali, berbeda dengan alat kontrasepsi yang lain yang mesti di gunakan berulang kali, ataupun sesuai bulan dan saya memang tidak lagi ingin memiliki anak. 40 Menurut Ibu YM sterilisasi KB dilakukan karena : Saya tidak lagi takut akan kehamilan sebab sangat aman, kesibukan membuat sterilisasi KB merupakan solusi terbaik dan juga jangka panjang, dan tidak merepotkan harus konsultasi selalu dengan pihak rumah sakit, untuk alat kontrasepsi yang digunakan. 41 1PW, Selasa 23 Agustus #! %! 1.2 &+

19 3.4.2 Pandangan Tokoh Agama Menurut Pendeta AG : Bertumbuh dari Kejadian 1:28a yang menyatakan bahwa Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak. Pandangan seperti ini yang seringkali dipakai dalam masyarakat bahwa banyak anak, banyak rejeki. Pandangan seperti ini membuat keluargakeluarga yang ideal dan sejahtera sangat sulit untuk di tampilkan. Terkait dengan persoalan ini maka penyuluhan terhadap pandangan yang melekat didalam masyarakat tidak perlu membentuk sebuah keluarga yang besar jika tidak memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Bagaimana mungkin sebuah keluarga akan sejahtera lahir dan batin, jika banyak anak, sementara pendapatan-pendapatan yang dihasilkan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kebutuhan keluarga bukan hanya pangan saja, tetapi juga sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, bahkan pendidikan masa depan. Karena itulah seruan keluarga yang sejahtera harus dimulai dari kesadaran untuk membentuk keluarga kecil yang ideal, namun berkualitas. 42 Data yang diperoleh diatas melalui teknik wawancara dapat di katakan bahwa sterilisasi KB adalah programresmi dari pemerintah, yang dari segi ekonomi dapat dijangkau oleh keluarga yang kurang mampu sekalipun. Dari segi agama, Pendeta AG mengatakan bahwa bertumbuh dari Kejadian 1:28a yang menyatakan bahwa Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak. Ini merupakan amanat dari Tuhan kepada manusia, dimana laki-laki dan perempuan diciptakan untuk membentuk suatu keluarga.maksud Allah dalam ciptaan yang dinyatakan ini menunjukkan bahwa bagi-nya keluarga yang saleh dan mengasuh anak-anak merupakan prioritas utama di dunia ini. Orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya, entah itu itu ekonomi, pendidikan, kesehatan, bahkan masa depan mereka. Karena itu, perlu adanya kesadaran untuk membentuk suatu keluarga yang sejahtera(keluarga kecil /9'! %! &3

20 yang ideal),namun berkualitas. Oleh karena itu, sterilisasi KB merupakan salah satu program yang sangat penting di dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia, serta menciptakan penduduk yang berkualitas dan sumber daya manusia yang bermutu. Dari apa yang ditulis di atas, dapat disimpulkan bahwa sterilisasi merupakan program pilihan keluarga berencana. Sterilisasi KB adalah suatu metode yang paling efektif dalam KB. Sterilisasi juga mempunyai fungsi untuk mengatur jumlah anak dan menurunkan angka kematian ibu dan anak. Dari segi ke- Kristenan, sterilisasi KB dapat dibenarkan dan dilakukan oleh umat karena salah satu tujuannya adalah untuk kesejahteraan umat sendiri. Dari sisi etika (Kristen), sterilisasi juga diterima karena adanya kekhawatiran terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan misalnya aborsi dan lain-lain. Sterilisasi menjadi suatu sarana atau alat yang juga berperan penting untuk membentuk suatu persamaan hak yang menciptakan keadilan. Alasannya karena seharusnya tidak hanya perempuan yang terus melakukan sterilisasi namun seharusnya baik suami maupun istri harus terlibat bersama-sama dan ini adalah bentuk kesetaraan. Sterilisasi dilakukan oleh laki-laki dan perempuan untuk menekan angka kelahiran. Oleh sebab itu dengan melakukan sterilisasi sudah tentu menimbulkan suatu kesamaan hak dan kewajiban dalam hal tidak memiliki keturunan lagi guna menekan angka kelahiran dan kepadatan penduduk yang tujuannya adalah untuk kesejahteraan keluarga dan bangsa dalam pengertian yang lebih luas. &4

BAB 4 PENUTUP. pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon.

BAB 4 PENUTUP. pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon. BAB 4 PENUTUP Pada bab ini akan di tulis kesimpulan dan saran untuk Gereja, para Medis, pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon. 4.1 KESIMPULAN 1. Sterilisasi dipilih oleh kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Identifikasi Permasalahan. Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu fenomena sosial yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Identifikasi Permasalahan. Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu fenomena sosial yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Identifikasi Permasalahan Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu fenomena sosial yang selalu menjadi perhatian banyak kalangan, khususnya pemerintah dalam rangka mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun

Lebih terperinci

METODE KONTRASEPSI. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

METODE KONTRASEPSI. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH METODE KONTRASEPSI Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami tentang jenis jenis metode kontrasepsi beserta keuntungan dan kerugian dari masing masing metode tersebut

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: ) ABSTRAK Pemilihan kontrasepsi dalam rumah tangga merupakan kesepakatan antara suami dan istri sesuai dengan kebutuhan dan keinginan bersama. Peningkatan partisipasi pria dalam penggunaan Keluarga Berencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk setelah perang dunia kedua sangat cepat meningkat, oleh karena penemuan dalam bidang kesehatan diantaranya usia harapan hidup makin panjang, angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat pertambahan penduduk yang demikian telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas tidak memadai merupakan salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari masalah pengangguran, kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 228 juta jiwa. Dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi penduduk yang termasuk empat atau lima besar di dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian Indonesia. Sejak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi

BAB I PENDAHULUAN. Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi untuk wanita disebut juga sebagai oklusi tuba atau sterilisasi. Indung telur akan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan peraturan pemerintah (No.6/1960; No.7/1960) Sensus penduduk dilaksanakan setiap sepuluh tahun. Dalam pelaksanaannya, sensus penduduk menggunakan dua tahap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Lebih terperinci

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami mempunyai tanggung jawab yang berat. PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi menyangkut : Pencari Nafkah Pelindung

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 248,8 juta jiwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Keluarga Berencana Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian KB MOW b. Prinsip KB MOW c. Syarat Melakukan KB MOW d. Waktu Pelaksanaan KB MOW e. Kontraindikasi KB MOW

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA 1. Pendahuluan Kaum laki-laki (suami) adalah pelindung bagi wanita (isteri) oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (suami)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang suci, yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, sebagai rahmat untuk semesta alam. Setiap makhluk hidup mempunyai hak untuk menikmati kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan

Lebih terperinci

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan modal dasar utama dalam pembangunan suatu negara. Penduduk yang besar dan berkualitas merupakan investasi yang berharga dengan produktifitasnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi.. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI KELUARGA TERHADAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA PUS DI DESA BLANG LANCANG KECAMATAN JEUNIEB KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2016 Dewi Lisnianti 1*) dan Desi Safriani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cakupan pelayanan KB yang telah mencapai 60,3% pada tahun (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. cakupan pelayanan KB yang telah mencapai 60,3% pada tahun (Depkes RI, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru program keluarga berencana adalah mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 dan bertujuan memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas masyarakat. Penduduk yang besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan berharga

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA PARIPURNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, dan peningkatan

Lebih terperinci

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA 1. DATANG KE BALAI PENYULUH KB DI MASING-MASING KECAMATAN TEMUI PETUGAS PENYULUH KB ATAU PEMBANTU PENYULUH KB DESA ATAU LANGSUNG KE TEMPAT PELAYAN KESEHATAN/PUSKESMAS/RUMAH SAKIT 2. PILIH KONTRASEPSI YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN). Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebarannya merupakan tantangan yang harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari masalah kependudukan. Secara garis besar masalah masalah pokok di bidang kependudukan yang dihadapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Bintarto dan Hadisumarno (1987:9) menyatakan bahwa geografi adalah suatu ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak masalah kependudukan dan belum bisa teratasi hingga saat ini. Hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT Agustina Tri W, M.Pd Manusia dilahirkan o Laki-laki kodrat o Perempuan Konsekuensi dg sex sbg Laki-laki Sosial Konsekuensinya dg sex sbg Perempuan 2 Apa Pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Medis Operasi Pria (MOP) atau yang sering dikenal vasektomi adalah merupakan salah satu teknik kontrasepsi mantap. MOP merupakan suatu metode kontrasepsi operatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun bagi negara. Manfaat-manfaat tersebut antara lain; dengan

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun bagi negara. Manfaat-manfaat tersebut antara lain; dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Berencana banyak manfaat yang bisa dirasakan baik secara individual maupun bagi negara. Manfaat-manfaat tersebut antara lain; dengan adanya program Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). sejahtera. Sejalan dengan arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). sejahtera. Sejalan dengan arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai jenis masalah yaitu jumlah ledakan penduduk yang tinggi. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai penyebab banyaknya jumlah

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai penyebab banyaknya jumlah 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi dan Keluarga Berencana Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penentuan jarak kehamilan adalah upaya untuk menetapkan atau memberi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penentuan jarak kehamilan adalah upaya untuk menetapkan atau memberi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penentuan Jarak Kehamilan Penentuan jarak kehamilan adalah upaya untuk menetapkan atau memberi batasan sela antara kehamilan yang lalu dengan kehamilan yang akan datang (Alwi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari keluarga seringkali dihadapkan pada masalah pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan anggota keluarganya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) bukanlah hal baru karena menurut catatan-catatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Tiongkok Kuno serta India,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER Buku informasi alat kontrasepsi pegangan untuk kader diperuntukkan bagi kader PPKBD dan Sub PPKBD atau Posyandu yang dipelajari secara berdampingan

Lebih terperinci

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright 2000 BPHN PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA *33776 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 21 TAHUN 1994 (21/1994) Tanggal: 1 JUNI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebaranya merupakan tantangan yang berat yang harus diatasi bagi tercapainya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Sterilisasi Pada Wanita (Tubektomi) 1. Defenisi Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pemikiran lahirnya Keluarga Berencana di Indonesia adalah adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya berada pada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belarkang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN Menimbang: a. bahwa pembangunan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008, jumlah penduduk di Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah penduduk pada tahun 2009 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepadatan penduduk menjadi masalah pemerintah yang menjadi problem dalam pertumbuhan penduduk. Usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah satunya adalah keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang pesat merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh Negara berkembang termasuk Negara Indonesia. Negara Indonesia mempunyai masalah yang komplek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dampak buruk akan segera terjadi. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. maka dampak buruk akan segera terjadi. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk sudah seharusnya menjadi perhatian. Hal tersebut dikarenakan, pertumbuhan penduduk dapat menjadi hal yang menakutkan. Dimana ketika pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga,

Lebih terperinci

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI I. Pendahuluan Salah satu tujuan dari membentuk keluarga agar mempunyai keturunan yang sehat jasmani dan rohani. Orang tua menginginkan anaknya sehat jasmani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk yang pesat merupakan masalah demografis yang penting dewasa ini. Indonesia menjadi negara ke-4 sebagai penduduk terbanyak di dunia setelah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran yang penting

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 162 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan, hingga saat ini Indonesia masih menduduki peringkat empat di dunia dengan Jumlah penduduk Indonesia sebanyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati oleh rakyat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat merupakan masalah besar bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH

PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH I. Pendahuluan Allah SWT menurunkan Agama Islam sebagai rahmatan lil alamin, Agama Islam merupakan tuntunan dan petunjuk bagi umat dalam memelihara hubungan dengan Allah, hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia. dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia. dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai masalah tentang peningkatan jumlah penduduk. Hal ini dibuktikan dengan jumlah penduduk Indonesia menduduki peringkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun 2015. Indonesia merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu sebesar 255,993,674

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan penduduk tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Kata gender berasal dari kata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia dalam jangka panjang akan selalu dibayangi oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena itu, usaha langsung untuk melakukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan Pembangunan jangka Panjang Bidang Kesehatan adalah pembangunan keluarga sejahtera termasuk meningkatkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di seluruh dunia. Di negara-negara yang maju keluarga berencana bukan lagi merupakan suatu program atau gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU Oleh BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI MALUKU 2013 KATA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi pembangunan, sebab penduduk merupakan subjek serta objek pembangunan

I. PENDAHULUAN. bagi pembangunan, sebab penduduk merupakan subjek serta objek pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk suatu negara pada hakikatnya merupakan sumber yang sangat penting bagi pembangunan, sebab penduduk merupakan subjek serta objek pembangunan (Soekanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti menghindari kelahiran yang

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 1 2 TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penelitian di Pengadilan Agama Kota Gorontalo) Nurul Afry Djakaria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. KB (Keluarga Berencana) adalah salah satu usaha yang dilakukan untuk mencegah

BAB 2 LANDASAN TEORI. KB (Keluarga Berencana) adalah salah satu usaha yang dilakukan untuk mencegah BAB LANDASAN TEORI. Pengertian Keluarga Berencana KB (Keluarga Berencana) adalah salah satu usaha yang dilakukan untuk mencegah kehamilan, baik secara tradisional dan modern yang tujuannya adalah meningkatkan

Lebih terperinci