ARTIKEL Judul Uang Periode ORI (Oeang Republik Indonesia) : Karakteristik dan Potensinya Sebagai Media Pembelajaran Sejarah di SMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARTIKEL Judul Uang Periode ORI (Oeang Republik Indonesia) : Karakteristik dan Potensinya Sebagai Media Pembelajaran Sejarah di SMA"

Transkripsi

1 ARTIKEL Judul Uang Periode ORI (Oeang Republik Indonesia) : Karakteristik dan Potensinya Sebagai Media Pembelajaran Sejarah di SMA Oleh Ni Made Dwipayani JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014

2 UANG PERIODE ORI (OEANG REPUBLIK INDONESIA) : KARAKTERISTIK DAN POTENSINYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA Oleh Ni Made Dwipayani, Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum, Drs. I Gusti Made Aryana, M.Hum Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui (1) Latar belakang munculnya ORI sebagai mata uang pertama di awal berdirinya RI, dan (2) Aspek - aspek yang terkandung dalam ORI yang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah di SMA. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap ; (1) teknik penentuan lokasi penelitian, (2) teknik penentuan informan, (3) Metode Pengumpulan data (observasi, wawancara, kajian dokumen), (4) teknik penjamin keaslian data (triangulasi data, triangulasi metode), dan (5) teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa, (1) Latar belakang dikeluarkannya ORI sebagai mata uang pertama di Indonesia disebabkan oleh faktor ekonomi, faktor politik, faktor kultural dan faktor historis. (2) Aspek-aspek yang terkandung dalam ORI yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran di SMA yaitu aspek bentuk, aspek fungsi, aspek seni dan aspek gambar. Materi uang ORI sebagai media pembelajaran Sejarah di SMA dapat dikaitkan ke dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembeajaran (RPP) yang berbasis kurikulum KTSP kelas XII semester ganjil. Kata Kunci: Aspek, factor, Media pembelajaran, Uang ORI ABSTRACT This study aims to know (1) The background of ORI as the first currency in the beginning of RI, and (2) The aspects contained in the ORI, which can be used as a learning media of history in senior high school. In this study, the data were collected by using qualitative methods within some stages, (1) field determination technique, (2) informant determination techniques, (3) data collection metode (observation, interview, documents review), (4) validity and reliability technique (data triangulation, triangulation method), and (5) data analysis technique. The findings of the study showed that, (1) there were historical events underlying the issuance of ORI as the first currency in Indonesia which was caused by economic factors, political factors, cultural factors and historical factors. (2) The aspects contained in the ORI, which can be used as a learning media in the senior high school were form aspects, function aspects, art and image aspects. Material of ORI money as a medium of learning history in senior high school can be attributed to the syllabus and lesson plan (RPP) based on the standard based curriculum (KTSP) of XII class in the first semester. Keywords: aspects, factors, learning media, ORI money.

3 PENDAHULUAN Uang mempunyai satu tujuan fundamental dalam sistem ekonomi, yaitu memudahkan pertukaran barang dan jasa, mempersingkat waktu dan usaha yang diperlukan untuk melakukan perdagangan. Jadi, dapat diketahui bahwa satu-satunya tujuan uang dalam sistem perekonomian adalah untuk memungkinkan perdagangan dilaksanakan semurah mungkin sehingga dapat mencapai tingkat spesialisasi optimum dengan disertai peningkatan produktivitas (Goldfeld&Lester, 1996 : 5). Uang mempunyai fungsi khusus yang utama. Fungsi-fungsi itu antara lain 1) Sebagai satuan nilai, 2) sebagai alat tukar, 3) standar pembayaran tertunda, dan 4) alat penimbun kekayaan (Goldfeld&Lester, 1996 : 3). Sedangkan jenis-jenis uang dapat dibedakan menjadi 2 yaitu uang kartal dan uang giral. Dalam catatan sejarah Indonesia, Negara Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan pada masa pasca kemerdekaan yang diakibatkan oleh banyaknya mata uang Jepang yang beredar di masyarakat serta blockade ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Belanda. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah perekonomian Indonesia tersebut, kemudian pada bulan Oktober 1946 pemerintah RI mengeluarkan uang kertas baru yang dikenal dengan nama ORI (Oeang Republik Indonesia) untuk mengganti mata uang Jepang (Marwati&Nugroho, 1984 : 175). Uang ini berlaku di tahun Meskipun masa berlaku uang ini sangat singkat tetapi uang ORI telah berhasil menyatukan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Sejarah Indonesia memang penting untuk diketahui dan dipelajari oleh masyarakat terutama para pelajar yang merupakan generasi muda bangsa ini. Dalam mempersiapkan dan mencetak generasi muda di masa yang akan datang, generasi muda yang kompeten, generasi penerus yang berkarakter tentunya dibentuk melalui proses pendidikan yang ia dapatkan. Dalam menjalankan proses pendidikan ini terdapat suatu pedoman sebagai acuan dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut. Pedoman tersebut adalah kurikulum seperti yang tertera dalam Undang- Undang Nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Ruhimat, 2009 : 9). Dalam kurikulum 1984 dan 1994 di tingkat SMA, misalnya mata pelajaran sejarah memiliki alokasi waktu 2 jam pelajaran per minggu untuk kelas 1, 2, dan 3. Selanjutnya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) khususnya di tingkat SMA, sejarah hanya diberikan 1 jam pelajaran untuk kelas X dan 1 jam pelajaran untuk kelas IPA serta 3 jam pelajaran untuk kelas IPS ( /mapel-sejarah-dalam-kurikulum- 2011). Seiring dengan hal tersebut dalam melakukan pembelajaran khususnya sejarah diharapkan dilakukan dengan memilih metode pembelajaran yang tepat dengan didukung oleh media yang menunjang proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Hakikat pembelajaran sejarah yang ideal adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil belajar yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran sejarah yang mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku atau

4 sikap baik religius maupun sosial dan mengaplikasikannya dalam kehidupan siswa. Pelajaran Sejarah pada umumnya kurang diminati oleh siswa, dikarenakan oleh beberapa faktor di antaranya; Pertama, faktor guru yang lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam mengajar sehingga mengakibatkan proses pembelajaran di dalam kelas menjadi kurang menarik. Kedua, faktor media yang digunakan kurang optimal, hal tersebut dapat dilihat dari keterampilan guru dalam menyajikan media yang dirasa sangat kurang. Terlebih lagi pemanfaatan peninggalan-peninggalan sejarah yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sangat kurang. Keterangan tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan salah seorang siswa SMA Negeri 1 Seririt kelas XII IPS 1 yang bernama I Putu Agus Darmawan (17 Tahun). Melihat kenyataan di atas sangat bertentangan dengan hakikat pendidikan, mengingat bahwa media pembelajaran sejarah sudah semakin berkembang. Dengan demikian peranan guru sejarah di sekolah harus ditingkatkan. Hal ini merupakan tugas wajib bagi para sejarawan terutama sejarawan pendidik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah di kelas. Bagaimana cara seorang guru sejarah mengelola kelas dan pembelajaran sehingga tidak citra buruk terhadap pelajaran sejarah tidak mengental pada siswa dan juga masyarakat. Dari adanya fenomena inilah seorang guru harus berusaha melakukan suatu pembenahan terhadap pembelajaran sejarah. Pembenahan yang dilakukan dapat dimulai dari penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang tepat serta pemanfaatan media pembelajaran yang digunakan sehingga dapat menarik perhatian para siswa untuk mengikuti pembelajaran sejarah tanpa mengesampingkan tujuan dari pembelajaran. Dengan pemanfaatan media pembelajaran yang lebih menarik akan membawa siswa untuk berpikir lebih kreatif dan juga dapat menguji seberapa luas wawasan siswa terhadap sejarah terutama sejarah bangsa ini. Sebagai alternatif lain, terdapat media pembelajaran sejarah yang lain yang bisa dicobakan dalam pembelajaran sejarah yaitu Uang. Dalam hal ini uang yang di gunakan adalah uang ORI (Oeang Republik Indonesia). Dikaitkan dengan proses pembelajaran di sekolah pemanfaatan uang ORI sebagai media belajar menciptakan suasana belajar dengan suasana yang berbeda dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan seperti biasanya. Uang ORI dapat dikaitkan dengan sejarah sebagaimana kita ketahui bahwa pengungkapan sejarah masa lalu memungkinkan untuk ditelusuri dari benda-benda peninggalan yang dapat kita temukan sampai saat ini. Uang merupakan salah satu benda peninggalan sejarah. Bidang studi yang mempelajari tentang mata uang, seperti koin, uang kertas, token, dan alat-alat tukar lainya itulah yang disebut numimastik (Hamid&Madjid, 2011 : 30). Melalui uang ORI ini dapat diketahui bagaimana perjalanan sejarah Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Wisnu Baskoro (56 th) yang merupakan Anggota Asosiasi Numismatik Indonesia mengatakan bahwa sejarah masa lalu bisa diungkapkan melalui penelusuran benda-benda peninggalan, seperti mata uang yang digunakan saat itu. Hal yang sama juga disampaikan oleh Pengamat Numismatik Puji Harsono (45 th).

5 Uang di Indonesia memang selalu mengalami perkembangan. Perkembangan uang dapat digunakan sebagai media pembelajaran sejarah mengingat bagaimana uang-uang tersebut menyimpan sejarah penting dalam setiap periodenya sehingga sangat menarik untuk dikaitkan dengan pembelajaran sejarah. Uang merupakan salah satu sumber sejarah yang berbentuk benda. Menurut Hamid dan Madjid (Pengantar Ilmu Sejarah, 2011; 23) menyatakan bahwa jenis sumber sejarah yang berbentuk benda adalah alat-alat kerja, alat-alat rumah tangga, bangunan, jenis senjata, perhiasan, arca/patung, mata uang dan sebagainya. Dengan demikian uang merupakan peninggalan sejarah yang berbentuk benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah. Bagi sejarah Indonesia khususnya, mata uang lama merupakan peninggalan penting karena menunjukkan adanya kegiatan ekonomi, hubungan politik dan kebudayaan (Sjamsuddin&Ismaun, 1996; 86). Peneliti mengkaji masalah tentang pembelajaran sejarah di SMA N 1 Seririt dan mencoba menemukan sebuah solusi yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam proses belajar mengajar di kelas dengan menggunakan uang ORI sebagai media pembelajaran sejarah karena mengandung beberapa hal penting tentang sejarah di balik uang ORI tersebut yang perlu menjadi perhatian. Uang ORI dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah di kelas XII tingkat SMA karena sesuai dengan silabus dengan standar kompetensi menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi sampai lahirnya Orde Baru. Serta dengan mengkaitkan kepada kompetensi dasarnya (KD) yaitu menganalisis perkembangan ekonomi-keuangan dan politik pada masa awal kemerdekaan Indonesia, dengan pokok bahasan kebijakan pemerintah Indonesia pada awal kemerdekaan RI. Mengacu pada hal tersebut berdasarkan hasil observasi ternyata guru belum memanfaatkan ORI sebagai media pembelajaran sejarah. Atas dasar itu maka persoalan atau masalah di atas menarik untuk diteliti. Dari berbagai keunikan yang dimiliki uang tersebut salah satu alasan yang dapat merepresentasikan bahwa uang memang relevan digunakan sebagai media pembelajaran sejarah di SMA adalah dalam pengelolaan bahan ajar dalam silabus, guru-guru banyak menemukan materi yang sulit dicari alat bantu pembelajarannya. Dalam hal ini uang ORI dapat dijadikan alternatif media pembelajaran sejarah yang mudah diperoleh di pelosok negeri.berdasarkan kajian pustaka dan hasil observasi, peneliti akan melakukan studi lebih mendalam mengenai uang terutama uang ORI dengan judul penelitian Uang Periode ORI (Oeang Republik Indonesia) : Karakteristik dan Potensinya Sebagai Media Pembelajaran Sejarah di SMA dengan tujuan mengetahui latar belakang munculnya ORI sebagai mata uang pertama di awal berdirinya RI, dan untuk mengetahui aspekaspek yang terkandung dalam ORI yang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah di SMA. METODE PENULISAN Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Tahap-tahap dari penelitian kualitatif adalah sebagai berikut. 1) Teknik Penentuan Lokasi Penelitian

6 Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 1 Seririt. Buleleng, Bali 2) Teknik Penentuan Informan Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.informan dalam penelitian ini adalah Drs. I Putu Wilasa (58 th), yang merupakan salah satu guru sejarah yang mengajar di SMA Negeri 1 Seririt dan siswa kelas XII IPS 1 Tahun pelajaran 2013/2014 di SMA Negeri 1 Seririt. 3) Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan tiga teknik, yaitu: 1) Teknik pengamatan langsung di lapangan atau sering disebut teknik observasi langsung; 2) Teknik pertanyaan mendalam atau teknik wawancara; dan 3) Teknik khusus yaitu teknik studi pustaka atau dokumen. 4) Teknik penjamin keaslian data Pada penelitian ini teknik penjamin keaslian data menggunakan teknik triangulasi data dan triangulasi metode. 5) Teknik Analisis Data Data analisis dengan melakukan berbagai kegiatan, yakni reduksi data, menyajikan, menafsirkan dan menarik kesimpulan (Sugiyono, 2006: 276). HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Munculnya ORI sebagai Mata Uang Pertama di Awal Berdirinya RI Dikeluarkanya ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai mata uang pertama yang dikeluarkan oleh pemerintah diawal berdirinya Republik Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, diantaranya : 1. Ekonomi Pada awal periode kemerdekaan terdapat berbagai macam mata uang yang digunakan sebagai alat pembayaran di masyarakat. Hal ini terjadi karena sebelum kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan, Indonesia mengalami beberapa kali kependudukan, yaitu Belanda dan Jepang. Mata uang yang dikeluarkan pada waktu pemerintahan Hindia Belanda dan pemerintahan pendudukan Jepang tetap digunakan pada awal kemerdekaan karena pemerintah Indonesia belum memiliki mata uang sendiri. Uang yang beredar dan berlaku sebagai alat pembayaran yang sah pada waktu itu adalah uang kertas De Javasche Bank, uang kertas pemerintah Hindia Belanda dan uang logam pemerintah Hindia Belanda, serta uang kertas pendudukan Jepang. Uang kertas Netherlands Indies Civil Administration (NICA) juga beredar di daerah-daerah pendudukan Belanda. Keadaan menjadi lebih parah karena mata uang tersebut mempunyai nilai tukar yang berbeda-beda sehingga mendorong timbulnya pasar gelap (Djiwandono, 2005 :238 ). Menjelang akhir Oktober 1946 kerja besar dan kerja keras Pemerintah untuk menerbitkan uang sendiri membuahkan hasil. Undang-Undang No. 17 Tahun 1946 tanggal 1 Oktober menetapkan pengeluaran Oeang Republik Indonesia, sedangkan melalui Undang-Undang No. 19 Tahun 1946 tanggal 25 Oktober

7 1946 ditetapkan patokan nilai 10 rupiah ORI=5 gram emas murni dan nilai tukar 1 rupiah ORI=50 rupiah Jepang di Jawa dan 1 rupiah ORI=100 rupiah Jepang di Sumatra. Sementara itu dengan Keputusan Menteri Keuangan No.SS/1/35 tanggal 29 Oktober 1946 ditetapkan berlakunya ORI secara sah pada tanggal 30 Oktober 1946 pukul Selain itu, ditentukan pula jangka waktu penarikan uang Hindia Belanda dan uang pendudukan Jepang dari peredaran (Djiwandono, 2005 :248). Pada awal peredaran ORI kepada setiap orang penduduk diberikan 1 rupiah ORI untuk mengganti sisa uang Jepang yang masih dapat dipakai pada tanggal 16 Oktober 1946, yaitu tanggal yang ditetapkan untuk penukaran simpanan di bank dengan ORI. Walaupun unsurunsur pengaman uang dan tehnik pencetakan yang digunakan masih sederhana, namun pada ORI sudah dicantumkan ciri-ciri umum uang secara lengkap, seperti tanda tangan, tanggal/tahun emisi, ketentuan hukum dan pernyataan sebagai alat pembayaran yang sah (Djiwandono, 2005 : ). Dari tahun telah diterbitkan lima emisi ORI. Emisi pertama, Djakarta 17 Oktober 1945 ditandatangani oleh Mr.A.A. Maramis, dalam 8 pecahan yaitu 1 sen, 5 sen, 10 sen, ½ rupiah, 1 rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah dan 100 rupiah. Emisi kedua, Djogjakarta 1 Januari 1947 ditandatangani oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara dalam 4 pecahan yaitu 5 rupiah, 10 rupiah, 25 rupiah dan 100 rupiah. Emisi ketiga, Jogjakarta 26 Djuli 1947 ditandatangani oleh Mr.A.A. Maramis dalam pecahan ½ rupiah, 2 ½ rupiah, 25 rupiah, 50 rupiah, 100 rupiah dan 250 rupiah. Emisi keempat, Djogjakarta 23 Agustus 1948 ditandatangani oleh Drs. Moh> Hatta dalam pecahan yang unik yaitu 40 rupiah, 75 rupiah, 100 rupiah dan 400 rupiah. Emisi kelima, Djogjakarta 17 Agustus 1949 ditandatangani oleh Mr. Loekman Hakim dan merupaka rupiah baru dalam pecahan 10 sen baru, ½ rupiah baru dan 100 rupiah baru. Percetakan uang ORI emisi pertama dilakukan pada tahun 1945 namun penggunaan uang ORI sebagai mata uang dan alat pembayaran yang sah di Indonesia diberlakukan mulai 30 Oktober Politik Setelah proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia menghadapi tiga masalah utama yaitu datangnya tentara sekutu

8 untuk menerima penyerahan dari Jepang, timbulnya perbedaan yang makin tajam diantara pemimpin-pemimpin bangsa, dan perundingan-perundingan dengan Belanda. Pasukan Sekutu mulai mendarat di Jawa pada akhir September Belanda datang membonceng pasukan Sekutu dengan keinginan untuk menduduki kembali negara bekas jajahannya. Dengan demikian gencarlah serbuan Belanda ke Jakarta. Kemudian pemerintah Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta pada tanggal 4 Januari Akibatnya, Indonesia terpecah menjadi dua wilayah, yaitu wilayah yang dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia dan wilayah yang diduduki oleh Belanda di bawah administrasi Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang kemudian membentuk negara-negara bagian yang tergabung dalam Bijeen vor Federal Overlag (BFO) (Djiwandono, 2005 : 5). Dengan pecahnya wilayah Indonesia tersebut, masing-masing pemerintah Republik Indonesia dan penguasa pendudukan Belanda menetapkan kebijakan di bidang ekonomi dan moneter di wilayah pendudukannya, termasuk kebijakan penerbitan dan pengedaran uang. Dalam wilayah pendudukan Belanda uang yang diedarkan dan dinyatakan berlaku oleh penguasa pendudukan Belanda setelah pendaratan Sekutu adalah uang kertas yang diterbitkan oleh De Javasche Bank (DJB), uang yang dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, dan uang invasi Jepang, serta uang NICA. Dalam wilayah Republik Indonesia, pemerintah mengeluarkan Oeang Republik Indonesia(ORI) yang diedarkan sejak tanggal 30 Oktober 1946 di wilayah Jawa dan Madura (Djiwandono, 2005 : 66). Dalam pemerintahan Republik Indonesia sendiri, perbedaan pendapat diantara pemimpin bangsa terus terjadi dan mengakibatkan perubahanperubahan kabinet yang silih berganti dalam waktu yang singkat. Terbaginya wilayah Indonesia secara de facto menjadi dua menyulitkan pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai satu kesatuan moneter melalui pengedaran uang rupiah yang di terbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia. Jumlah Oeang Rupiah Indonesia (ORI) yang dapat dicetak dan diedarkan tidak mencukupi karena kurangnya dana dan sulitnya mendistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk ke wilayah pendudukan Belanda. Bahkan pemerintah terpaksa memberikan otoritas kepada daerah dan mengijinkan daerah-daerah tertentu mengeluarkan uangnya sendiri yang kemudian disebut sebagai Oeang Republik Indonesia Daerah (ORIDA). Di samping itu, dalam kenyataannya di wilayah Republik Indonesia sendiri juga masih beredar uang rupiah Belanda dan uang rupiah Jepang (Djiwandono, 2005 : 73). Selain menerbitkan ORI, pemerintah Republik Indonesia juga mengeluarkan beberapa Undang-undang untuk mengendalikan peredaran uang kartal dalam rangka mengurangi tekanan inflatoir akibat peredaran

9 uang yang berlebihan di suatu daerah. Dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 1946 tanggal 1 Oktober 1946 tentang pengeluaran ORI, disebutkan bahwa dasar penukaran ORI dengan uang yang berlaku akan di tetapkan dalam Undang- Undang tersendiri. Tindakan pertama yang dilakukan pemerintah Republik Indonesia sebelum mengedarkan ORI adalah menarik uang invasi Jepang dan uang pemerintah Hindia Belanda dari peredaran. Penarikan kedua uang tersebut dilakukan secara berangsurangsur melalui pembatasan pemakaian uang dan larangan membawa uang dari satu daerah ke daerah lain. Untuk mempersiapkan ORI menjadi satu-satunya alat pembayaran yang sah dan dalam rangka menyehatkan nilai uang, mulai tanggal 15Juli 1946 uang invasi Jepang dan uang pemerintah Hindia Belanda yang dimiliki oleh masyarakat dan perusahaanperusahaan harus disimpan di bank-bank yang ditunjuk, yaitu : BNI, BRI, Bank Surakarta, Bank Nasional, Bank Tabungan Pos, serta Rumah Gadai. Pada tanggal 16 Oktober 1946 seluruh kelebihan uang tunai harus sudah disimpan pada salah satu bank yang ditunjuk tersebut (Djiwandono, 2005 : 70). Dalam pemerintahan Republik Indonesia sendiri, perbedaan pendapat diantara pemimpin bangsa terus terjadi dan mengakibatkan perubahanperubahan kabinet yang silih berganti dalam waktu yang singkat. Terbaginya wilayah Indonesia secara de facto menjadi dua menyulitkan pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai satu kesatuan moneter melalui pengedaran uang rupiah yang di terbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia. Jumlah Oeang Rupiah Indonesia (ORI) yang dapat dicetak dan diedarkan tidak mencukupi karena kurangnya dana dan sulitnya mendistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk ke wilayah pendudukan Belanda. Bahkan pemerintah terpaksa memberikan otoritas kepada daerah dan mengijinkan daerah-daerah tertentu mengeluarkan uangnya sendiri yang kemudian disebut sebagai Oeang Republik Indonesia Daerah (ORIDA). Di samping itu, dalam kenyataannya di wilayah Republik Indonesia sendiri juga masih beredar uang rupiah Belanda dan uang rupiah Jepang (Djiwandono, 2005 : 73). Selain menerbitkan ORI, pemerintah Republik Indonesia juga mengeluarkan beberapa Undang-undang untuk mengendalikan peredaran uang kartal dalam rangka mengurangi tekanan inflatoir akibat peredaran uang yang berlebihan di suatu daerah. Dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 1946 tanggal 1 Oktober 1946 tentang pengeluaran ORI, disebutkan bahwa dasar penukaran ORI dengan uang yang berlaku akan di tetapkan dalam Undang- Undang tersendiri. Tindakan pertama yang dilakukan pemerintah Republik Indonesia sebelum mengedarkan ORI adalah menarik uang invasi Jepang dan uang pemerintah Hindia Belanda dari peredaran. Penarikan kedua uang tersebut dilakukan secara berangsur-

10 angsur melalui pembatasan pemakaian uang dan larangan membawa uang dari satu daerah ke daerah lain. Untuk mempersiapkan ORI menjadi satu-satunya alat pembayaran yang sah dan dalam rangka menyehatkan nilai uang, mulai tanggal 15Juli 1946 uang invasi Jepang dan uang pemerintah Hindia Belanda yang dimiliki oleh masyarakat dan perusahaanperusahaan harus disimpan di bank-bank yang ditunjuk, yaitu : BNI, BRI, Bank Surakarta, Bank Nasional, Bank Tabungan Pos, serta Rumah Gadai. Pada tanggal 16 Oktober 1946 seluruh kelebihan uang tunai harus sudah disimpan pada salah satu bank yang ditunjuk tersebut (Djiwandono, 2005 : 70). 3. Kultural Uang ORI yang berupa uang kertas dengan kelima periode penerbitannya mengandung nilai kultural/budaya bangsa Indonesia. Dapat dilahat dari aspek gambarnya. Gambar ORI bagian depan adalah presiden pertama Republik Indonesia yaitu Soekarno disertai dengan gambar kebudayaan Indonesia serta tanda tangan dari menteri keuangan pada masa itu. Bagian belakang terdapat gambar yang berisi tulisan Undang-Undang Dasar Hal ini menunjukkan bahwa ORI sebagai Identitas bangsa, mengandung nilai kultural yang tinggi yang dapat menceritakan segala sesuatu tentang bangsa Indonesia. 4. Historis Penerbitan ORI merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan membanggakan dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pidato Wakil Presiden Moh.Hatta pada tanggal 29 Oktober 1946 melalui RRI Yogyakarta yang menyatakan Besok tanggal 30 Oktober 1946 adalah satu hari yang mengandung sejarah bagi tanaha air kita. Rakyat kita menghadapi penghimpunan baru. Besok mulai beredar uang Republik Indonesia sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah. (Sejarah Bank Indonesia Periode ). Aspek-Aspek yang Terkandung Dalam ORI yang Bisa Dijadikan sebagai Media Pembelajaran Sejarah ORI dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah karena mengandung aspek-aspek sebagai berikut, 1. Bentuk Dalam hal ini, ORI dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah karena bentuknya yang berupa kertas jadi sangat mudah dan praktis untuk disajikan kepada siswa di dalam kelas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dengan demikian guru maupun siswa dapat menggunakan ORI sebagai media pembelajaran tanpa ada resiko apapun. Serta dengan mejadikan ORI sebagai media pembelajaran akan menambah minat belajar siswa dan memperluas wawasannya sehingga anggapan bahwa pemebelajaran sejarah

11 yang membosankan dapat diminimalisasi. 2. Fungsi Uang ORI memiliki fungsi primer yaitu sebagai alat tukar yang sah pada masa pasca kemerdekaan, tahun yang menggantikan mata uang Jepang dan mata uang De Javasche Bank yang selama ini beredar di masyarakat (Djiwandono, 2005 :248 ). Selain fungsi primer tersebut, uang ORI juga memiliki fungsi sebagai alat perjuangan karena merupakan atribut kemerdekaan bangsa. Sejarah membuktikan bahwa Tentara Nasional Indonesia, selain dengan bedil dan peralatan lainnya juga menggunakan uang ORI sebagai senjata melawan Belanda. TNI mewajibkan rakyat pedesaan hanya menerima uang ORI atas penjualan hasil bumi di daerah pendudukan Belanda (Tim penyusun, 1991:4). Dengan demikian, dilihat dari aspek fungsinya ORI sangat relevan untuk dijadikan media pembelajaran sejarah karena mengandung nilai yang tinggi yang dapat mengungkapkan bagaimana perjalanan sejarah bangsa Indonesia pada masa pasca kemerdekaan terutama pada bidang Sosial, Politik, Ekonomi Keuangan. 3. Seni dan Gambar Uang memiliki nilai seni tersendiri. Mulai dari bahan pembuatannya hingga lukisan-lukisan dan gambarnya yang memiliki nilai seni, budaya dan sejarah yang tinggi. Demikian halnya dengan uang ORI. Apalagi uang ini merupakan uang pertama yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia tentu saja memiliki nilai seni yang tinggi serta nilai sejarah yang tinggi pula. Gambar yang tertera pada uang ORI dapat menceritakan peristiwa sejarah bangsa Indonesia serta nilai-nilai budaya bangsa yang menjadi ciri khas dari bangsa ini. Dalam setiap edisi ORI selalu terdapat gambar Ir.Soekarno yang merupakan Presiden RI dan undang-undang yang bunyinya : Gambar undangundang dan bunyinya sama dengan uang ORI lainnya yaitu Barang siapa jang meniru atau memalsu uang kertas Negara atau dengan sengadja mengedarkan, menjimpan ataupun memasukkan ke daerah Republik Indonesia uang kertas tiruan atau palsu, dapat dihukum menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 244, 245 dan 249 ORI sebagai Media Pembelajaran Sejarah Menurut Rossi dan Breidle (dalam Sanjaya, 2006: 161) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan di program untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran. Selain pengertian di atas, ada juga yang berpendapat bahwa media pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti overhead projector, radio, televisi, gambar dan sebagainya. Sedangkan software adalah isi program yang mengandung pesan atau informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahanbahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau materi

12 yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram, dan lain sebagainya (Sudirman, 1987: 205). Dengan berpacu pada hal itu, uang ORI yang terbuat dari kertas dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang relevan untuk diterapkan di dalam kelas. Dengan menggunakan ORI sebagai media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Penggunaan ORI sebagai media pembelajaran dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. ORI sebagai media pembelajar merupakan media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan media penglihatan karena hanya berupa contoh uang ORI yang bahannya terbuat dari kertas. Penggunaan ORI sebagai media pembelajaran sejarah di kelas XII semester ganjil sesuai dengan silabus dengan standar kompetensi (SK) menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi sampai lahirnya Orde Baru, dan kompetensi dasarnya (KD) yaitu menganalisis perkembangan ekonomi-keuangan dan politik pada masa awal kemerdekaan Indonesia, dengan pokok bahasan kebijakan pemerintah Indonesia pada awal kemerdekaan RI. SIMPULAN Uang ORI (Oeang Republik Indonesia) adalah uang pertama yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia sebagai alat pembayaran yang sah. Diberlakukan pada tahun untuk mengatasi masalahmasalah ekonomi-keuangan Negara sekaligus sebagai atribut Republik Indonesia sebagai alat pemersatuan bangsa. Factor-faktor dikeluarnya ORI terdiri dari factor ekonomi, faktor politik, faktor kultural dan faktor historis. Uang ORI dapat dijadikan sebagai media gambar dalam pembelajaran sejarah karena mengandung nilai sejarah yang tinggi. Uang ORI dapat menceritakan peristiwa-peristiwa sejarah yang penting yang harus diketahui oleh generasi muda. Pemanfaatan ORI sebagai media gambar dalam kegiatan pembelajaran di SMA kelas XII pada semester ganjil sesuai dengan silabus dengan standar kompetensi (SK) dan mengkaitkan kepada kompetensi dasarnya (KD) dengan pokok bahasan kebijakan pemerintah Indonesia pada awal kemerdekaan RI. DAFTAR RUJUKAN Bank Indonesia Katalog Koleksi Uang Kertas Bank Indonesia. Museum Artha Suaka. Djiwandono,dkk Sejarah Bank Indonesia Periode 1: Jakarta: Bank Indonesia. Hadiwijoyo, Suryo, Sakti Aspek Hukum Wilayah Negara Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hamid,Rahman,ABD dan Muhammad Saleh Madjid Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Moleong, Lexy Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakary. Nana, Sudjana,dkk Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algensindo.

13 Poesponegoro,Marwati,Djoened dan Nugroho Notosusanto Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta : Balai Pustaka. Sjamsuddin,Helius dan H, Ismaun Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Sugiono Metode Penelitian Pendididkan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B). Bandung : Alfabeta. Sugiyono Metodologi Penelitian Pendidikan.Bandung :Alfabeta. Tim Abdi Guru, IPS Terpadu untuk SMP Kelas IX. Jakarta : Erlangga. Tim Penyusun Banknotes and coins from Indonesia Jakarta : yayasan serangan umum 1 Maret&Perum Peruri. Pelaksanaan-Pembelajaran-sejarah (wajib)- dalam-kurikulum Diunduh 23 Januari 2013

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KABUPATEN SOLOK

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KABUPATEN SOLOK ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KABUPATEN SOLOK Leni Gusdenti, Mulyati, Siska Nerita Program Studi Pendidikan Biologi,

Lebih terperinci

MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA ( ) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia

MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA ( ) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA (1911 1989) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia MAKALAH Disampaikan dalam Seminar Nasional Pengusulan Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai Pahlawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia menjadi negara yang independen, negara yang seharusnya berdiri sendiri tanpa pengaruh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. faktor yang mempengaruhi didirikannya Bank Indonesia. Faktor yang paling

BAB V KESIMPULAN. faktor yang mempengaruhi didirikannya Bank Indonesia. Faktor yang paling 137 BAB V KESIMPULAN Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Terdapat beberapa hal yang penulis

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA KELAS XI OLAHRAGA di SMA NEGERI 5 KOTA MAGELANG ARTIKEL E-JOURNAL

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA KELAS XI OLAHRAGA di SMA NEGERI 5 KOTA MAGELANG ARTIKEL E-JOURNAL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA KELAS XI OLAHRAGA di SMA NEGERI 5 KOTA MAGELANG ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

Kilas Balik dan Album Emas Uang Republik Indonesia

Kilas Balik dan Album Emas Uang Republik Indonesia Kilas Balik dan Album Emas Uang Republik Indonesia - Konten pada halaman I : Jauh sebelum uang ada, manusia dalam memenuhi kebutuhannya melakukan pembayaran dengan cara tukar menukar atau lazim disebut

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara kesatuan negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jauh sebelum dikenalnya uang sebagai alat pembayaran, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jauh sebelum dikenalnya uang sebagai alat pembayaran, masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jauh sebelum dikenalnya uang sebagai alat pembayaran, masyarakat melakukan perdagangan dengan sistem barter, yaitu suatu sistem perdagangan dengan pertukaran antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI UANG DAN KEADAAN EKONOMI AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA. 2.1 Sekilas Peranan Uang Dalam Masyarakat dan Negara

BAB II FUNGSI UANG DAN KEADAAN EKONOMI AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA. 2.1 Sekilas Peranan Uang Dalam Masyarakat dan Negara BAB II FUNGSI UANG DAN KEADAAN EKONOMI AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA 2.1 Sekilas Peranan Uang Dalam Masyarakat dan Negara Kemajuan perekonomian dalam masyarakat mengantarkan pengenalan akan uang sebagai alat

Lebih terperinci

TEKNOLOGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN 1

TEKNOLOGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN 1 TEKNOLOGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN 1 Oleh: Delipiter Lase A. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi, sangar berpengaruh terhadap penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang kompeten dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang kompeten dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang kompeten dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan teknologi serta modernisasi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL Oleh I Kadek Dwipayana, (NIM. 0914021009), (e-mail: ikadek_dwipayana@yahoo.com) I Wayan Mudana *) Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN BUDAYA INDONESIA MELALUI METODE TALKING STICK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN BUDAYA INDONESIA MELALUI METODE TALKING STICK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN BUDAYA INDONESIA MELALUI METODE TALKING STICK Oktavia Indriani 1), M. Shaifuddin 2), Matsuri 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM TAHUN 2013 DALAM PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

IMPLEMENTASI KURIKULUM TAHUN 2013 DALAM PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN IMPLEMENTASI KURIKULUM TAHUN 2013 DALAM PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMP Negeri 3 Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato

I. PENDAHULUAN. Terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usaha perjuangan pembelaan kemerdekaan bangsa Indonesia yang dipikul oleh rakyat Indonesia dengan mengangkat dan siasat perang untuk mempertahankan hak

Lebih terperinci

Periode Pengakuan Kedaulatan RI s.d. Nasionalisasi DJB

Periode Pengakuan Kedaulatan RI s.d. Nasionalisasi DJB Periode Pengakuan Kedaulatan RI s.d. Nasionalisasi DJB Setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH DENGAN MEDIA KARTU KATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH DENGAN MEDIA KARTU KATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH DENGAN MEDIA KARTU KATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V Pratowo Wijatmoko 1, Wahyudi 2, Ngatman 3 1 Mahasiswa PGSD FKIP

Lebih terperinci

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh :

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh : Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh : Purwanto, S.Pd.SD SD Negeri 3 Slogohimo Multimedia Pembelajaran IPS Sekolah Dasar Kelas V B Skip >> SK/KD TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI. Agustina Dwi Respati Wahyu Adi Muhtar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI. Agustina Dwi Respati Wahyu Adi Muhtar PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI Agustina Dwi Respati Wahyu Adi Muhtar *) Pendidikan Ekonomi-BKK Akuntansi, FKIP Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK PADA KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh: SRI LESTARI K1212066 FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan babak baru bagi perjuangan rakyat Indonesia

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2015 1 KENDALA GURU MENGAJAR PENGINDERAAN JAUH DI SMA NEGERI 1 GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2014-2015 JURNAL Oleh: Nisa Aulia Ningsih PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1951 TENTANG PENGHENTIAN BERLAKUNYA "INDISCHE MUNTWET 1912" DAN PENETAPAN PERATURAN BARU TENTANG MATA UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PETILASAN MACAN PUTIH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL BAGI GENERASI MUDA. Tian Fitriara Huda

PEMANFAATAN PETILASAN MACAN PUTIH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL BAGI GENERASI MUDA. Tian Fitriara Huda Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-issn 2442-8728) PEMANFAATAN PETILASAN MACAN PUTIH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL BAGI GENERASI MUDA Tian Fitriara Huda Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. independen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. independen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank Indonesia merupakan Bank Sentral atau Lembaga Negara yang independen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

MUSEUM LAMPUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH. Umi Hartati

MUSEUM LAMPUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH. Umi Hartati Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-issn 2442-8728) MUSEUM LAMPUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH Umi Hartati Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana

Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana Bank Indonesia : Apa, Siapa dan Bagaimana 1. Banyak yang mengira tugas Bank Indonesia sama dengan tugas bank komersial. Apa benar begitu, dan apa perbedaan Bank Indonesia dengan bank lain? 2. Banyak juga

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU TERHADAP PENILAIAN AUTENTIK YANG TELAH DISEMPURNAKAN DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KOTTABARAT

PERSEPSI GURU TERHADAP PENILAIAN AUTENTIK YANG TELAH DISEMPURNAKAN DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KOTTABARAT PERSEPSI GURU TERHADAP PENILAIAN AUTENTIK YANG TELAH DISEMPURNAKAN DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KOTTABARAT Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa VII-5 SMP Lab Undiksha Singaraja Melalui Model Talking Stick

Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa VII-5 SMP Lab Undiksha Singaraja Melalui Model Talking Stick Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa VII-5 SMP Lab Undiksha Singaraja Melalui Model Talking Stick Oleh : Ni Luh Asri Mailani, (NIM 0914021067), (e-mail: may_girls91@yahoo.com) I Ketut Margi *)

Lebih terperinci

Nikmatu Rohma Universitas Negeri Malang

Nikmatu Rohma Universitas Negeri Malang PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KUIS INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA BAHASA JERMAN KELAS XI IPS 4 SMA NEGERI 1 DAMPIT TAHUN AJARAN 2011/2012 Nikmatu Rohma Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Buku Ajar Ekonomi Untuk SMA Kelas XII IPS Semester Ganjil

Analisis Kelayakan Buku Ajar Ekonomi Untuk SMA Kelas XII IPS Semester Ganjil 1 Analisis Kelayakan Buku Ajar Ekonomi Untuk SMA Kelas XII IPS Semester Ganjil Suliyanah, Bambang Hari Purnomo, Titin Kartini Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X UANG KTSP A. Definisi dan Syarat Uang Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X UANG KTSP A. Definisi dan Syarat Uang Tujuan Pembelajaran KTSP Kelas X ekonomi UANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami konsep dasar uang. 2. Memahami fungsi uang bagi masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

THE USE OF PROJECTION AS LEARNING MEDIA OF SOCIOLOGY AT CLASS XI IPS IN SMAN 12 PADANG Abdul Rahman 1 Adiyalmon 2 Faishal Yasin 3

THE USE OF PROJECTION AS LEARNING MEDIA OF SOCIOLOGY AT CLASS XI IPS IN SMAN 12 PADANG Abdul Rahman 1 Adiyalmon 2 Faishal Yasin 3 THE USE OF PROJECTION AS LEARNING MEDIA OF SOCIOLOGY AT CLASS XI IPS IN SMAN 12 PADANG Abdul Rahman 1 Adiyalmon 2 Faishal Yasin 3 Sociology Education Program STKIP PGRI West-Sumatera ABSTRACT The background

Lebih terperinci

AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA

AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA PASCA KEMERDEKAAN Tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang untuk pertama kalinya dengan keputusan: Mengesahkan

Lebih terperinci

Anggarini Puspitasari* ) Purwati Kuswarini* )

Anggarini Puspitasari* ) Purwati Kuswarini* ) IMPLEMENTATION OF THINK TALK WRITE TYPE COOPERATIVE LEARNING MODEL IN HUMAN EXCRETION SYSTEM CONCEPT IN 11 th GRADE SCIENCE CLASS OF 8 th PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOL AT TASIKMALAYA Anggarini Puspitasari*

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III Bainen, Syamsiati, Suryani PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak Email : ibu.bainen@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PKn BERBASIS KARAKTER BANGSA (Studi Situs SMA Negeri 1 Kaliwungu) TESIS

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PKn BERBASIS KARAKTER BANGSA (Studi Situs SMA Negeri 1 Kaliwungu) TESIS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PKn BERBASIS KARAKTER BANGSA (Studi Situs SMA Negeri 1 Kaliwungu) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara

Lebih terperinci

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai 2 Pendudukan atas pulau Sumatera juga dimaksudkan oleh Jepang untuk dijadikan pangkalan pengawasan terhadap kapal-kapal milik Sekutu di Samudera Hindia bagian barat, juga sebagai daerah pemasok bahan makanan,

Lebih terperinci

Keywords: Constraints Teacher, Media, Learning History PENDAHULUAN

Keywords: Constraints Teacher, Media, Learning History PENDAHULUAN 1 KENDALA GURU DALAM PENGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH DI KELAS XI IPS SMA N 1 BASA AMPEK BALAI TAPAN Pitriani D 1, Ranti Nazmi 2, Meldawati 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN GURU BIOLOGI SMA NEGERI DALAM MENGEMBANGKAN SILABUS DAN RPP

KAJIAN KEMAMPUAN GURU BIOLOGI SMA NEGERI DALAM MENGEMBANGKAN SILABUS DAN RPP KAJIAN KEMAMPUAN GURU BIOLOGI SMA NEGERI DALAM MENGEMBANGKAN SILABUS DAN RPP Rohim Rochein Kafear 1, Tri Jalmo 2, Rini Rita Marpaung 2 Email: rohimkafear@gmail.com HP : 085269473137 Abstract This research

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-1950 SKRIPSI Oleh Aprilia Nur Hasanah NIM 070210302089 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: ARISKA DEVIE PRADISTA A

Diajukan Oleh: ARISKA DEVIE PRADISTA A UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERPADU MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH (MENCARI PASANGAN) PADA SISWA KELAS VIII E SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

PERSIAPAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENYONGSONG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI

PERSIAPAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENYONGSONG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI PERSIAPAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENYONGSONG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI Ira Kusuma Wardani Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Program Studi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BROSUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS SMP KELAS VII DENGAN MATERI KEADAAN ALAM DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA

PENGEMBANGAN BROSUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS SMP KELAS VII DENGAN MATERI KEADAAN ALAM DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA PENGEMBANGAN BROSUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS SMP KELAS VII DENGAN MATERI KEADAAN ALAM DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA RINGKASAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan

BAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan BAB V KESIMPULAN Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan suatu bukti perwujudan dari tekad dan kehendak Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1 I. PENDAHULUAN A.Latar BelakangMasalah Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.Sebagai negara yang baru merdeka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Walaupun Indonesia sudah merdeka, Jepang belum mengakui kemerdekaan Indonesia.

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1 Peningkatan Hasil Belajar... (Lilik Endang Dewani) 1.353 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1 IMPROVING MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TALKING STICK DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MASA PENJAJAHAN JEPANG DI INDONESIA

PENERAPAN METODE TALKING STICK DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MASA PENJAJAHAN JEPANG DI INDONESIA PENERAPAN METODE TALKING STICK DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MASA PENJAJAHAN JEPANG DI INDONESIA Khusna Maulida 1), Siti Istiyati 2), Yulianti 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet

Lebih terperinci

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI DAN XII SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KOTA SAWAHLUNTO

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI DAN XII SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KOTA SAWAHLUNTO ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI DAN XII SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KOTA SAWAHLUNTO Oleh: Liza Ovtri Nanda, Renny Risdawati, Siska Nerita Program Studi

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA PERESMIAN PENERBITAN UANG RUPIAH KERTAS PECAHAN RP TAHUN EMISI AGUSTUS 2014

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA PERESMIAN PENERBITAN UANG RUPIAH KERTAS PECAHAN RP TAHUN EMISI AGUSTUS 2014 SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA PERESMIAN PENERBITAN UANG RUPIAH KERTAS PECAHAN RP100.000 TAHUN EMISI 2014 18 AGUSTUS 2014 Yang kami hormati, Pimpinan MPR/DPR/DPD Republik Indonesia, Pimpinan Komisi XI-DPR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perang Medan Area merupakan suatu peristiwa dimana perjuangan rakyat Medan melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia memproklamasikan

Lebih terperinci

MATA UANG. INDISCE MUNTWET PENGHENTIAN. PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

MATA UANG. INDISCE MUNTWET PENGHENTIAN. PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG. Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1953 (27/1953) Tanggal: 18 DESEMBER 1953 (JAKARTA) Sumber: LN 1953/77; TLN NO. 482 Tentang: Indeks: PENETAPAN "UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maya Nurhasni, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maya Nurhasni, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menyerahnya Jepang terhadap Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 telah menandai akhir Perang Dunia II. Dalam situasi demikian, tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA KELAS VII DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 DI SMP N 12 SURAKARTA

ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA KELAS VII DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 DI SMP N 12 SURAKARTA ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA KELAS VII DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 DI SMP N 12 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI SDIT MUHAMMADIYAH AL-KAUTSAR KARTASURA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI SDIT MUHAMMADIYAH AL-KAUTSAR KARTASURA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI SDIT MUHAMMADIYAH AL-KAUTSAR KARTASURA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Guru

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING INDEX CARD MATCH

PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING INDEX CARD MATCH PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING INDEX CARD MATCH SALAH SATU ALTERNATIF PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SDN 1 SUGIHMANIK KEC.TANGGUNGHARJO KAB. GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012-2013

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS V SD

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS V SD PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS V SD Oleh: Fajar Dwi Astuti 1), Imam Suyanto 2), H. Setyo Budi 3), Abstract: The Contextual Approach

Lebih terperinci

Ulpiyaturahmah, Purwati Kuswarini, Ai Sri Kosnayani ABSTRACT

Ulpiyaturahmah, Purwati Kuswarini, Ai Sri Kosnayani ABSTRACT PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT DAN MEDIA YANG SEBENARNYA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION (Studi Eksperimen pada Sub Konsep Mikroskop

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemahaman guru Sejarah Kebudayaan

Lebih terperinci

PERANAN OEANG REPUBLIK INDONESIA (ORI) DALAM PERIODE REVOLUSI KEMERDEKAAN Nani Maesaroh

PERANAN OEANG REPUBLIK INDONESIA (ORI) DALAM PERIODE REVOLUSI KEMERDEKAAN Nani Maesaroh PERANAN OEANG REPUBLIK INDONESIA (ORI) DALAM PERIODE REVOLUSI KEMERDEKAAN 1946-1950 Nani Maesaroh ORI merupakan uang pertama yang dicetak dan diterbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia. ORI mempunyai

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MUSEUM ISDIMAN AMBARAWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR

PEMANFAATAN MUSEUM ISDIMAN AMBARAWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR Vol. 3 No. 2 tahun 2014 [ISSN 2252-6641] Hlm. 17-21 PEMANFAATAN MUSEUM ISDIMAN AMBARAWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR Aninda Dratriarawati Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang historiaunnes@gmailcom

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA PONDOK PESANTREN KHALAFIAH DI KUDUS NASKAH PUBLIKASI. Pancasila dan Kewarganegaraan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA PONDOK PESANTREN KHALAFIAH DI KUDUS NASKAH PUBLIKASI. Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA PONDOK PESANTREN KHALAFIAH DI KUDUS (Studi Kasus Pada Madrasah Aliyah Di Pondok Pesantren Assalam Desa Tanjung Karang Kecamatan Jati Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau CAR (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang pada hakikatnya merupakan rangkaian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO (K ) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 commit to user

SKRIPSI. Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO (K ) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 commit to user PENINGKATAN SIKAP DAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI PENERAPAN MODEL EXAMPLE NON-EXAMPLE PADA SISWA KELAS XI KP SMK MURNI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS. (Jurnal Skripsi)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS. (Jurnal Skripsi) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS (Jurnal Skripsi) Oleh Sari Puspa Dewi Dr. H. Darsono, M.Pd. Dra. Hj. Yulina H., M.Pd. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. memungkinkan bagi kita untuk mengetahui tentang budaya yang berbeda

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. memungkinkan bagi kita untuk mengetahui tentang budaya yang berbeda 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/Semester : XII/1 Standar : 1. Menganalisis Perjuangan sejak Proklamasi hingga Lahirnya 1.1. Menganalisis

Lebih terperinci

278 Penerapan Metode Sosiodrama...

278 Penerapan Metode Sosiodrama... PENERAPAN METODE SOSIODRAMA DENGAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPS TENTANG PERANAN TOKOH DALAM MEMPROKLAMASIKAN KEMERDEKAAN PADA SISWA KELAS V SDN 4 KUTOSARI TAHUN AJARAN 2015/2016 Herlin

Lebih terperinci

Manfaat Mempelajari Sejarah

Manfaat Mempelajari Sejarah Manfaat Mempelajari Sejarah MODUL 2 MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS X SEMESTER 1 Penyusun : Yayan Syalviana, S.Pd. Wiwi Wiarsih, SS. SMA Negeri 26 Bandung Jalan Sukaluyu No. 26 Cibiru Bandung 40614 SMAN 26

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.2, Tahun 2015 Fidya Rizka Anggraeni & Sumarsih 14-22

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.2, Tahun 2015 Fidya Rizka Anggraeni & Sumarsih 14-22 PENGEMBANGAN KOMIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN AKUNTANSI PADA MATERI AKUN-AKUN PERUSAHAAN DAGANG DEVELOPING COMIC AS A LEARNING MEDIA OF THE MATERIAL OF TRADING COMPANIES ACCOUNTS Oleh: Fidya Rizka Anggraeni

Lebih terperinci

PERIODE TAHUN ABSTRACT

PERIODE TAHUN ABSTRACT PERIODE TAHUN 1951-2009 ABSTRACT Wimba, 1. PENDAHULUAN Mata uang pertama Indonesia adalah peredarannya bisa dibilang sangat singkat lebih lama akibat seringnya berpindah logam dari pecahan terkecil yaitu

Lebih terperinci

Kata kunci: perangkat pembelajaran, Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013

Kata kunci: perangkat pembelajaran, Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 TELAAH PERANGKAT DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GURU BIOLOGI SMA KELAS X DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BERDASARKAN PERMENDIKBUD NOMOR 65 DAN 81 A TAHUN 2013 Pramisya Indah Cahyahesti, Sri Endah Indriwati,

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA Vol. 3, No. 3, pp. 81-86, September. 2014 PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA IMPLEMENTATION OF SNOWBALLING

Lebih terperinci

PEMAHAMAN GURU TENTANG KONSEP PERENCANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS RENDAH DI SD 2 PADOKAN BANTUL

PEMAHAMAN GURU TENTANG KONSEP PERENCANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS RENDAH DI SD 2 PADOKAN BANTUL Perencanaan Pembelajaran Tematik... (Riberto Weni) 543 PEMAHAMAN GURU TENTANG KONSEP PERENCANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS RENDAH DI SD 2 PADOKAN BANTUL TEACHERS UNDERSTANDING OF CONCEPTS OF THEMATIC

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SEMEN PADANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN JURNAL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SEMEN PADANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN JURNAL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SEMEN PADANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN JURNAL ILMIAH diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Strata I) DESI MELIA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Agil Mirdiyanto¹, Joharman 2, Kartika Chrysti S 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah dasar merupakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan mengembangkan kemampuan,

Lebih terperinci

diartikan sebagai praktik menularkan informasi atau pengajaran. Untuk menjadikan pengajaran efektif, pembelajar hendaknya dipahami sebagai seseorang

diartikan sebagai praktik menularkan informasi atau pengajaran. Untuk menjadikan pengajaran efektif, pembelajar hendaknya dipahami sebagai seseorang PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TAKE AND GIVE DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS TENTANG PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA SISWA KELAS V SDN 3 KEDUNGWINANGUN TAHUN AJARAN 2016/2017

Lebih terperinci

PENGGUNAAN INSTRUMEN TES UNJUK KERJA PADA PEMBELAJARAN SENI TARI DI SMK NASIONAL 2x11 KAYUTANAM ARTIKEL DEWI FIOLINDA

PENGGUNAAN INSTRUMEN TES UNJUK KERJA PADA PEMBELAJARAN SENI TARI DI SMK NASIONAL 2x11 KAYUTANAM ARTIKEL DEWI FIOLINDA PENGGUNAAN INSTRUMEN TES UNJUK KERJA PADA PEMBELAJARAN SENI TARI DI SMK NASIONAL 2x11 KAYUTANAM ARTIKEL DEWI FIOLINDA JURUSAN SENDRATASIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL NHT DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn JURNAL. Oleh ASEP KURNIAWAN Rapani Asmaul Khair

PENERAPAN MODEL NHT DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn JURNAL. Oleh ASEP KURNIAWAN Rapani Asmaul Khair PENERAPAN MODEL NHT DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn JURNAL Oleh ASEP KURNIAWAN Rapani Asmaul Khair FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode 1953-1959 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 2 Periode 1953-1959 2. Pengedaran Uang di Indonesia Periode

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE BRAINSTORMING JURNAL OLEH SEPTI WULANDARI SUGIYANTO SYAIFUDDIN LATIF

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE BRAINSTORMING JURNAL OLEH SEPTI WULANDARI SUGIYANTO SYAIFUDDIN LATIF 1 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE BRAINSTORMING JURNAL OLEH SEPTI WULANDARI SUGIYANTO SYAIFUDDIN LATIF FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2014

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 1953 TENTANG PENETAPAN "UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PENGHENTIAN BERLAKUNYA "INDISCHE MUNTWET 1912" DAN PENETAPAN PERATURAN BARU TENTANG MATA UANG" (UNDANG-UNDANG DARURAT

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL MEANS ENDS ANALYSIS (MEA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITAMATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL MEANS ENDS ANALYSIS (MEA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITAMATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR PENERAPAN MODEL MEANS ENDS ANALYSIS (MEA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITAMATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Jafar Sidik Nugroho 1), Hasan Mahfud 2), Karsono 3) PGSD

Lebih terperinci

No.14/ 29 /DPU Jakarta, 16 Oktober 2012 SURAT EDARAN

No.14/ 29 /DPU Jakarta, 16 Oktober 2012 SURAT EDARAN No.14/ 29 /DPU Jakarta, 16 Oktober 2012 SURAT EDARAN Perihal : Tata Cara Penitipan Sementara Surat yang Berharga dan Barang Berharga pada Bank Indonesia Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KABUPATEN SIJUNJUNG

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KABUPATEN SIJUNJUNG ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KABUPATEN SIJUNJUNG Oleh : Suci Fiantika, Renny Risdawati, Siska Nerita Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015 PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh : Erin Megasusilowati 1, Triyono 2, Warsiti 3 1 Mahasiswa PGSD FKIP

Lebih terperinci

Kata kunci: cooperative script, peningkatan, IPS

Kata kunci: cooperative script, peningkatan, IPS PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI WIDARAPAYUNG WETAN 02 TAHUN AJARAN 2013/2014 Ipnu Eko Yulianto 1, Ngatman 2, H. Setyo

Lebih terperinci