BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
|
|
- Harjanti Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak merupakan bagian dari pembangunan sumber daya manusia, dan ditujukan untuk meningkatkan status, posisi dan kondisi perempuan agar dapat mencapai kemajuan yang setara dengan laki-laki, serta membangun anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, bertakwa, dan terlindungi. Pembangunan pemberdayaan perempuan merupakan salah satu prioritas pembangunan. Kualitas hidup dan partisipasi perempuan dalam pembangunan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan politik, masih rendah, di samping masih adanya berbagai bentuk praktek diskriminasi dan eksploitasi. Pembangunan anak juga perlu memperoleh perhatian, karena masih rendahnya kesejahteraan dan perlindungan anak. Disadari sudah banyak kemajuan yang dicapai dalam pembangunan pemberdayaan perempuan, yang antara lain ditandai dengan semakin meningkatnya status dan peran perempuan di berbagai aspek kehidupan, tetapi bila dibandingkan dengan kemajuan laki-laki, status dan peran perempuan masih tertinggal.
2 I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan pemberdayaan perempuan dapat dilihat dari tingginya angka Gender-related Development Index (GDI). Berdasarkan Human Development Report 2005, angka GDI Indonesia adalah sebesar 0,691. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, kecuali Kamboja dan Laos. Namun, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (0,685), angka GDI Indonesia sedikit mengalami peningkatan. Untuk meningkatkan angka GDI diperlukan berbagai upaya peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan, terutama melalui penyusunan kebijakan dan kegiatan afirmasi (affirmative actions) di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, yang merupakan tiga komponen GDI. Rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan di bidang pendidikan antara lain dapat dilihat dari masih tingginya jumlah penduduk perempuan usia 15 tahun ke atas yang buta huruf diperkirakan sebesar 13,2 persen, atau dua kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki yang hanya 6,0 persen (Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004), dan apabila dilihat dari lokasi tempat tinggalnya maka penduduk perempuan usia 15 tahun ke atas yang buta aksara di daerah perdesaan jauh lebih besar dibandingkan di perkotaan. Sementara itu, angka partisipasi kasar (APK) sekolah dasar hingga perguruan tinggi, angkanya tidak jauh berbeda antara perempuan dan laki-laki. Di bidang kesehatan, rendahnya kualitas hidup perempuan dapat dilihat dari masih tingginya angka kematian ibu melahirkan, yaitu 307 per kelahiran hidup (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun ). Selain itu, persalinan dengan tenaga medis juga masih rendah, meskipun menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya (71,5 persen pada tahun 2004 dan 77,0 persen pada tahun 2005). Di bidang ekonomi, berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2005 tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan meningkat dibanding tahun sebelumnya, namun masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki (50,65 persen berbanding 85,55 persen). Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, yang sebagian besar adalah tenaga kerja perempuan dan bekerja di sektor informal, tidak memiliki perlindungan sosial, sehingga banyak menjadi korban 12-2
3 kekerasan dan eksploitasi. Di bidang politik, data Komisi Pemilihan Umum (KPU) tahun 2005 menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan di lembaga legislatif masih rendah, yaitu sekitar 11,6 persen di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan sekitar 19,8 persen di Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Keterlibatan perempuan dalam jabatan publik dan pengambilan keputusan juga masih rendah, dapat dilihat antara lain dari persentase perempuan pegawai negeri sipil (PNS) yang menjabat sebagai Eselon I, II, dan III, masing-masing 9,6 persen, 6,7 persen, dan 13,5 persen (data Badan Kepegawaian Negara tahun 2005). Sementara itu, peran perempuan pada lembaga yudikatif juga masih rendah, masing-masing sebesar 24 persen sebagai hakim dan 27 persen sebagai jaksa pada tahun Masalah lain adalah masih tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan lembaga swadaya masyarakat nampaknya belum cukup untuk menekan tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak. Menurut catatan Komnas Perempuan jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun, dan mencapai lebih dari 20,3 ribu kasus pada tahun Angka tersebut diperkirakan jauh dari keadaan sesungguhnya, karena merupakan fenomena gunung es, banyak korban atau keluarga korban yang enggan melaporkan kejadian kekerasan yang dialami. Dari jumlah kasus tersebut, sekitar 82 persen adalah kasus kekerasan dalam rumah tangga, dan sekitar 45 persen korban adalah ibu rumah tangga, serta berpendidikan SLTP dan SLTA. Upaya pemerintah yang telah dilakukan selama ini belum sepenuhnya mampu meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak. Di bidang pendidikan, data Susenas 2004 menunjukkan bahwa belum semua anak dapat mengenyam pendidikan. Angka partisipasi sekolah (APS) anak perempuan usia 7 12 tahun, tahun, dan tahun masing-masing 97 persen, 84 persen, dan 53 persen; sedangkan APS anak laki-laki relatif sama yaitu masing-masing 97 persen, 83 persen, dan 54 persen. Sementara itu, dari sekitar 28,3 juta anak berusia 0 6 tahun, yang tertampung di berbagai jenis satuan pendidikan anak usia dini (PAUD) baru sebanyak 7,9 juta anak atau sebesar 28 persen. Rendahnya daya tampung pendidikan anak usia 12-3
4 dini terutama disebabkan oleh terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan pelayanan PAUD dibandingkan dengan jumlah anak usia 0 6 tahun yang perlu dilayani. Selanjutnya, fasilitas dan layanan pendidikan khusus bagi anak-anak yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki kecerdasan dan bakat istimewa belum tersedia secara memadai. Di bidang kesehatan, angka kematian bayi, angka kematian balita, prevalensi gizi kurang pada anak balita, dan prevalensi gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) pada anak SD masih tinggi. Hasil Survei Konsumsi Garam Yodium Rumah Tangga tahun 2003, menyebutkan bahwa status gizi balita buruk di daerah perdesaan sebesar 9,46 persen, lebih tinggi dari daerah perkotaan (7,16 persen). Masalah lainnya adalah masalah perlindungan anak, yang antara lain dapat dilihat dari masih banyaknya pekerja anak. Berdasarkan Sakernas Februari 2005, persentase anak yang bekerja sekitar 5,5 persen dari jumlah anak umur tahun; dan sebagian terbesar dari mereka (73 persen) bekerja lebih dari 35 jam/minggu, dan bekerja di sektor pertanian (70 persen). Masalah lainnya adalah masih terdapat sekitar 58,4 persen anak yang tidak memiliki akte kelahiran (Susenas 2004). Masalah lain adalah banyaknya hukum dan peraturan perundang-undangan yang bias gender, diskriminatif terhadap perempuan, dan belum peduli anak. Perangkat hukum pidana yang ada belum cukup lengkap dalam melindungi setiap individu, terutama dari tindak kekerasan dalam rumah tangga dan eksploitasi. Di samping itu, peraturan perundang-undangan yang ada juga belum dilaksanakan secara konsekuen untuk menjamin dan melindungi hak-hak perempuan dan anak, termasuk memberikan perlindungan bagi perempuan dan anak dari tindak kekerasan dan eksploitasi. Dari hasil kajian yang dilakukan oleh berbagai lembaga masih ditemukan peraturan perundang-undangan yang bias gender dan/atau diskriminatif terhadap perempuan, serta belum peduli anak. Pelaksanaan desentralisasi yang dimulai tahun 2001 membawa implikasi pada masalah kelembagaan dan jaringan kerja di daerah. Kelembagaan yang menangani masalah-masalah pemberdayaan perempuan dan anak di tingkat provinsi dan kabupaten/kota tidak memiliki posisi yang kuat, sehingga mempengaruhi proses koordinasi perencanaan dan pelaksanaan program-program, karena pembangunan 12-4
5 pemberdayaan perempuan dan anak merupakan program lintasbidang. Di tingkat provinsi, hanya 10 provinsi yang memiliki kelembagaan pemberdayaan perempuan dan anak setingkat eselon II, dan 23 provinsi lainnya bergabung dengan unit kerja Biro/Badan setingkat eselon III, sedangkan di tingkat kabupaten/kota kelembagaan tersebut sangat bervariasi nomenklaturnya dan sebagian besar setingkat eselon III dan IV. Masalah lainnya adalah masih terbatasnya data pembangunan yang terpilah menurut jenis kelamin, sehingga sulit menemukenali masalah-masalah gender yang ada. Selain itu, partisipasi masyarakat belum maksimal dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan dan meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak. II. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL-HASIL YANG DICAPAI Dengan memperhatikan permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta mengupayakan pencapaian sasaran pembangunan yang telah ditetapkan, maka langkah kebijakan yang dilakukan adalah: (1) meningkatkan kualitas hidup perempuan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, serta peran perempuan di bidang politik; (2) meningkatkan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak di tingkat provinsi dan kabupaten/kota; (3) menyempurnakan perangkat hukum yang melindungi setiap individu dari berbagai tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi, termasuk kekerasan dalam rumah tangga; (4) meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan hukum; (5) memperkuat kelembagaan, koordinasi, dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak dalam perencanaan pembangunan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota; dan (6) melanjutkan penyusunan data dan statistik gender di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Hasil-hasil yang telah dicapai dapat diuraikan sebagai berikut. Di bidang pendidikan, hasil yang telah dicapai antara lain penyelenggaraan koordinasi dan kerja sama pendidikan bagi perempuan buta aksara sebagai tindaklanjut Surat Kesepakatan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan Nasional, 12-5
6 dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan tentang Pemberantasan Buta Aksara Perempuan (PBAP). Dalam kaitan itu, telah disusun rencana aksi nasional (RAN) berikut pedomannya, serta advokasi PBAP di beberapa provinsi yang memiliki angka buta aksara tertinggi. Sementara itu, terkait dengan pelaksanaan Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women/CEDAW) telah dilakukan sosialisasi dan pelatihan di tingkat provinsi. Advokasi dan sosialisasi tentang pendidikan keluarga yang berperspektif gender juga telah dirintis di beberapa provinsi dan kabupaten/kota. Di bidang kesehatan, hasil-hasil yang telah dicapai antara lain pembentukan dan penguatan jejaring kerja guna meningkatkan kesadaran keluarga dan masyarakat akan pentingnya gizi anak balita, kesehatan ibu hamil dan remaja putri, bekerja sama dengan Tim Penggerak PKK. Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) di tingkat kecamatan dilanjutkan dan diperluas melalui fasilitasi pembentukan model Kecamatan Sayang Ibu khususnya di kecamatan yang memiliki angka kematian ibu melahirkan tinggi, serta diikuti dengan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif yang melibatkan organisasi perempuan. Pada tahun 2006 diadakan Pekan ASI 2006 dengan tujuan untuk mengingatkan kepada seluruh perempuan dan keluarga akan pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi usia 0 6 bulan. Selanjutnya, dalam membantu upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA), telah dilakukan sosialisasi tentang pencegahan penyalahgunaan NAPZA dan penyebaran HIV/AIDS bagi organisasi perempuan di seluruh provinsi dan bagi kelompok anak, baik melalui sekolah maupun melalui media. Di bidang ekonomi, hasil-hasil yang telah dicapai antara lain: (1) penyempurnaan kebijakan perlindungan perempuan yang bekerja di dalam dan di luar negeri; (2) koordinasi dan pemantauan pemberangkatan dan pemulangan tenaga kerja perempuan di tujuh embarkasi, yaitu Belawan, Batam, Tanjung Balai Karimun, Tarakan, Nunukan, Tanjung Perak, dan Entikong; (3) pembentukan Forum Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP), yang merupakan wadah kegiatan untuk berkoordinasi, bersinergi dan menghimpun berbagai masukan untuk mempercepat upaya 12-6
7 penanggulangan kemiskinan melalui berbagai kegiatan ekonomi produktif bagi perempuan; (4) pengembangan Model Desa Prima (Perempuan Indonesia Maju Mandiri). Model Desa Prima merupakan penjabaran kebijakan PPEP dalam mensinergikan program-program sektor dalam satu wilayah; dan (5) revitalisasi program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS), melalui pengaktifan kembali kegiatan-kegiatan pemberdayaan perempuan di tingkat lokal di berbagai bidang pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, terutama di perdesaan. Untuk meningkatkan peran perempuan dalam usaha kecil dan mikro, maka sejak tahun 2003 diselenggarakan Pameran Produk Usaha Kecil dan Mikro Perempuan, yang bekerja sama dengan dunia usaha. Di bidang hukum, hasil-hasil yang telah dicapai antara lain: (1) pengesahan revisi UU Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, yang antara lain memberikan perlindungan maksimal bagi anak dari perkawinan perempuan WNI dengan laki-laki WNA; (2) pengesahan PP No. 4 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT); (3) pembahasan RUU tentang Anti Pornografi dan Pornoaksi dengan DPR RI; (4) penyusunan RUU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang; (5) penyusunan sistem pencatatan dan pelaporan KDRT; dan (6) sosialisasi UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak terutama bagi aparat penegak hukum di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Di bidang sosial dan politik, hasil-hasil yang telah dicapai antara lain: (1) penanganan masalah perempuan dan anak di daerah bencana pascagempa di Provinsi NAD, Kabupaten Nias Provinsi Sumatera Utara, Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Jawa Tengah, dan Provinsi Jawa Barat; (2) penyusunan Panduan Rencana Aksi Peningkatan Partisipasi Politik Perempuan; (3) pelatihan pendidikan politik bagi organisasi perempuan di daerah; (4) peningkatan kerja sama dengan perguruan tinggi, organisasi perempuan, dan institusi terkait dalam hal pendidikan politik bagi perempuan; (5) pelaksanaan Program Nasional bagi Anak Indonesia (PNBAI) 2015, antara lain berupa pembentukan Forum Indonesia yang Layak bagi Anak; dan pelatihan bagi pelatih PNBAI di seluruh provinsi; (6) sosialisasi dan 12-7
8 advokasi Rencana Aksi Nasional (RAN) Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (RAN-P3A), terutama di daerah-daerah miskin dan perbatasan; (7) penyusunan info kit teknologi tepat guna yang responsif gender; (8) pelaksanaan Gerakan Masyarakat Bersih Pornografi dan Pornoaksi di tingkat Nasional dan provinsi; dan (9) penyusunan naskah akademis usulan revisi UU No. 31 Tahun 2003 tentang Partai Politik dan UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu. Dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak telah dilakukan fasilitasi penanganan permasalahan gizi balita melalui kegiatan Peningkatan Kepedulian Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan, terutama di daerah-daerah terpencil, bekerja sama dengan organisasi masyarakat. Selain itu, juga dilakukan sosialisasi Panduan Pola Pengasuhan Anak yang berlandaskan pada UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan melanjutkan pelaksanaan kampanye hak-hak sipil anak, termasuk pemberian akte kelahiran gratis bagi anak Indonesia sebagai pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2002 di tingkat nasional dan daerah. Saat ini sedang dilakukan uji publik RAN Penghapusan Kekerasan terhadap Anak, yang melibatkan anak-anak dari seluruh pelosok tanah air. Pusat Advokasi dan Fasilitasi Kesejahteraan dan Perlindungan Anak juga telah dibentuk di 20 provinsi sebagai lembaga yang membantu menangani permasalahan anak di daerah, yang didukung dengan jejaring kerja penegak hukum dalam penanganan anak yang berhadapan dengan hukum. Pemetaan anak bermasalah dengan hukum (ABH) telah disusun di 3 provinsi yaitu Sumatera Utara, DKI Jakarta, dan Sulawesi Selatan. Saat ini juga sedang disusun naskah akademis RPP tentang Anak dalam Kalangan Minoritas, dan RPP tentang Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat, yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan di tingkat nasional dan daerah. Selanjutnya, dalam upaya perlindungan anak, telah dikembangkan Telepon Layanan Anak Indonesia dengan nomor 129 di Jakarta, Makasar, Surabaya, dan Banda Aceh atas kerjasama dengan dunia usaha. Hasil lainnya adalah dikembangkannya kebijakan perlindungan khusus bagi anak korban bencana, dan disusunnya beberapa panduan seperti panduan pengembangan kota layak anak, panduan pemberdayaan ekonomi kaluarga anak jalanan. Pemberian penghargaan bagi pemimpin muda dilakukan setiap tahun, dan pada tahun 2006 diberikan pada saat peringatan Hari Anak Nasional (HAN) tanggal 23 Juli
9 Dalam rangka penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak, hasil-hasil yang telah dicapai antara lain adalah: (1) sosialisasi, advokasi, dan fasilitasi guna penguatan unit kerja yang menangani pemberdayaan perempuan dan anak di tingkat nasional, 32 provinsi, dan 272 kabupaten/kota; (2) penyusunan sistem dan mekanisme kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak, termasuk data gender dan profil anak di 32 provinsi; (3) advokasi bagi aparat penegak hukum tentang UU No 23 Tahun 2002; (4) penguatan kelembagaan pusat-pusat studi wanita/gender (PSW/PSG) di beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta; (5) pembentukan Gugus Tugas Anti Traficking, Penjaja Seks Komersial, dan Eksploitasi Seks Komersial Anak; (6) sosialisasi perlindungan anak bagi tokoh agama, LSM, organisasi profesi dan penegak hukum; (7) sosialisasi dan advokasi tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM) Model Kesejahteraan dan Perlindungan Anak (KPA) ke seluruh provinsi dan kabupaten/kota; (8) pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan/Anak (P2TP2/A) di 17 provinsi/kabupaten/kota, dan dilanjutkan dengan pelatihan bagi para pengelola P2TP2/A dalam penanganan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak; dan (9) penguatan jejaring kerja di tingkat internasional melalui partisipasi aktif pada forum-forum internasional baik secara bilateral (dengan Afghanistan, Afrika Selatan, dan Malaysia) maupun multilateral (UNESCAP dan APEC). Selanjutnya, hasil-hasil yang telah dicapai dalam upaya penyerasian kebijakan pemberdayaan perempuan dan anak antara lain: (1) sosialisasi UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT dan RAN Trafiking di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; (2) penyusunan sistem dan mekanisme kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak, termasuk data gender dan profil anak; (3) penyusunan Sistem Perlindungan Perempuan terhadap Tindak Kekerasan; (4) penyusunan materi advokasi UU No. 23 Tahun 2004 dan penyelesaian RPP tentang Penghapusan KDRT; dan (5) pelaksanaan kampanye publik tentang penghapusan perdagangan perempuan dan anak, melalui media massa, dengan melibatkan organisasi yang bergerak di bidang pemberdayaan perempuan dan anak. 12-9
10 III. TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang masih akan dihadapi di masa mendatang, tindak lanjut yang diperlukan adalah melanjutkan berbagai upaya yang telah dilakukan selama ini, yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan perlindungan perempuan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik dan pengambilan keputusan, khususnya di tingkat kabupaten/ kota. Untuk meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak, tindak lanjut yang diperlukan adalah dalam rangka pemenuhan hakhak anak di berbagai bidang, yaitu tumbuh-kembang anak, perlindungan anak, partisipasi anak, hak sipil dan kebebasan, dan penciptaan lingkungan yang ramah anak, termasuk penanganan perdagangan anak, anak jalanan, dan anak korban bencana. Sementara itu, untuk memperkuat kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak, tindak lanjut yang diperlukan antara lain meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan lembaga masyarakat dan swasta, melaksanakan pengarusutamaan gender terutama pada tahap perencanaan, dan memperkuat kelembagaan anak, di tingkat daerah (provinsi dan kabupaten/kota). Tindak lanjut lainnya adalah melakukan penyerasian berbagai kebijakan dan peraturan perundangundangan yang mendukung peningkatan kualitas perempuan dan anak, termasuk penjabaran Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) 2015 ke dalam rencana aksi yang lebih rinci untuk dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha
BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN
BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Permasalahan mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang terjadi selama ini adalah
Lebih terperinciBAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak merupakan salah satu prioritas pembangunan dan menjadi bagian
Lebih terperinciBAB 11 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK A. KONDISI UMUM
BAB 11 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK A. KONDISI UMUM Upaya peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan
Lebih terperinciBAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan anak merupakan bagian
Lebih terperinciBAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik perempuan maupun laki-laki, merupakan salah satu tujuan
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NOMOR : 27 /KEP /MEN.PP /IV /2005 TENTANG
SURAT KEPUTUSAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NOMOR : 27 /KEP /MEN.PP /IV /2005 TENTANG PENETAPAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN TAHUN 2005 2009 MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender
XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.
KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
Lebih terperinci2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.320, 2017 KEMENPP-PA. Pembangunan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Partisipasi Masyarakat. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA MASYARAKAT DI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
Lebih terperinciBUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,
SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciTujuan program ini untuk meningkatkan kelancaran pelayanan administrasi perkantoran dan aparatur. Kegiatan pokok yang dilakukan antara lain:
PRAGRAM KERJA a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Tujuan program ini untuk meningkatkan kelancaran pelayanan administrasi perkantoran dan aparatur. Kegiatan pokok yang dilakukan antara lain:
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a.
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI BIDANG POLITIK MENYONGSONG PEMILU 2009
KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI BIDANG POLITIK MENYONGSONG PEMILU 2009 Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015
PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Lebih terperinciIV.B.14. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
14. URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Pembangunan daerah Kabupaten Wonosobo ditujukan untuk seluruh penduduk tanpa membedakan laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun orang dewasa.
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2014
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 I. Ruang lingkup pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak meliputi antara lain
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR
BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 285 TAHUN 2017 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 285 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN GUGUS TUGAS KOTA LAYAK ANAK KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. b.
Lebih terperinciKEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA
KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA Penduduk Indonesia 231 Juta 49,9% Perempuan Aset dan Potensi,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciLatar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan
Latar Belakang KLA 1. Definisi dan Tujuan KLA Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN POSO
PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN, PELAYANAN DAN PEMULIHAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPress Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010
RAKORNAS PP DAN PA 2010 Jakarta, 29 Juni 2010 Jakarta, KLA.Org - Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010 Rakornas PP dan PA Tahun 2010
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN TAHUN 2016-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK
BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN BULUNGAN BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa sebagai
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG TAHUN 2016-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKB dan PP)
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKB dan PP) 1. Profil BKKB dan PP Kota Bandar Lampung Upaya pemerintah dalam hal mengendalikan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.169, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Indikator. Kabupaten/ Kota. Layak Anak PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
Lebih terperinci2015, No f. bahwa untuk mewujudkan pemenuhan hak dan perlindungan bagi perempuan dan anak sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan huruf c, Kement
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.814, 2015 KEMEN-PPPA. Sarana Kerja. Peduli Anak. Responsif Gender. Penyediaan. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciLembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita
+ Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan dan Kolaborasi untuk Mewujudkan Keadilan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciKOTA LAYAK ANAK. Yang bertujuan untuk:
KOTA LAYAK ANAK Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, yang terencana secara
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciDISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)
DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) JAKARTA, 3 APRIL 2014 UUD 1945 KEWAJIBAN NEGARA : Memenuhi, Menghormati dan Melindungi hak asasi
Lebih terperinci(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber
I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.
No.20, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep penting yang harus dipahami dalam membahas kaum perempuan adalah membedakan antara konsep seks (Jenis Kelamin) dan konsep gender. Pemahaman dan pembedaan terhadap
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1488, 2014 KEMENPPA. Pengarusutamaan Gender. Hak Anak. Organisasi Keagamaan. Rencana Aksi Nasional. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinci: Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada diktum kedua, Pusat Pelayanan Terpadu tersebut dibantu oleh Sekretariat Tetap dan 3 (tiga) Divisi
BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/172/KEP/429.011/2017 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN BANYUWANGI Menimbang :
Lebih terperinciDEPUTI PERLINDUNGAN PEREMPUAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK RI
DEPUTI PERLINDUNGAN PEREMPUAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK RI PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Sakernas BPS Sep 2010, Jumlah angkatan kerja : 116,5 juta Jumlah yang bekerja sebesar
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH DALAM MENGATASI PERKAWINAN ANAK. OLEH SRI DANTI ANWAR Kemen PP-PA
KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH DALAM MENGATASI PERKAWINAN ANAK OLEH SRI DANTI ANWAR Kemen PP-PA DATA & FAKTA DI INDONESIA Hasil Susenas 2012 mencatat 11,13% perempuan menikah di usia 10-15 tahun dan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 19 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN PERANAN PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN BERBASISKAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBidang Perlindungan Anak tertuang dalam Bab 2 Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama.
Bidang Perlindungan Anak tertuang dalam Bab 2 Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama. Permasalahan dan Isu Strategis Ada tiga isu strategis di Bidang Perlindungan Anak yang mendapatkan perhatian
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN PADA PELAYANAN TERPADU KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH,
Lebih terperinciGUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015
1 GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA BARAT,
PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang a. bahwa dalam rangka mewujudkan kesetaraan
Lebih terperinciDeputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Masih rendahnya perlindungan terhadap perempuan dan anak dari tindak kekerasan
Lebih terperinciKEJAHATAN SEKSUAL Lindungi Hak Korban. Masruchah Komnas Perempuan 11 Januari 2012
KEJAHATAN SEKSUAL Lindungi Hak Korban Masruchah Komnas Perempuan 11 Januari 2012 KOMNAS PEREMPUAN Mei 1998 : kerusuhan dibeberapa kota besar, dengan berbagai bentuk kekerasan Kekerasan seksual menjadi
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN MEKANISME PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB 29 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA
BAB 29 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA A. KONDISI UMUM Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas serta pemuda dan olahraga merupakan salah
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT
PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 19-W TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 19-W TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
- 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciTATA CARA PENYELENGGARAAN SISTEM DATA DAN INFORMASI ANAK
LAMPIRAN IV PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK TATA
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL TAHUN 2016-2018 DENGAN
Lebih terperinciNOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 26/MPP- PA/D-III/07/2011 NOMOR : B/22/VII/2011 TENTANG
Lebih terperinciProgram Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1. Meningkatnya APK jenjang pendidikan tinggi
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1. Pendidikan Anak Usia Dini 1. Meningkatnya angka partisipasi pendidikan anak usia dini 2.
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.1048, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Perdagangan Orang. Pencegahan. Penanganan. Panduan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1048, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Perdagangan Orang. Pencegahan. Penanganan. Panduan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019
DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROVINSI SUMATERA UTARA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019 Drs. Jumsadi Damanik, SH, M. Hum
Lebih terperinciTUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,
WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, KELUARGA BERENCANA DAN KETAHANAN PANGAN WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciWALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK
WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG { PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK
SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 2 TAHUN 2013 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperincic) Bagian Perlindungan dan Kualitas Hidup Perempuan, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perlindungan Perempuan 2. Sub Bagian Kualitas Hidup Perempuan
BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...
DAFTAR TABEL Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan... 40 Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... 54 Tabel IV.3 Komposisi pegawai berdasarkan golongan kepangkatan...
Lebih terperinciBUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 15 TAHUN : 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KABUPATEN LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang
Lebih terperinciPenilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP
Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN KELOMPOK RENTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBENUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PENYEDIA LAYANAN TERPADU PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBENUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PENYEDIA LAYANAN TERPADU PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN Lampiran : 1 (satu) GUBENUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciMewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender
Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,
PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa banyak anak yang perlu mendapat perlindungan
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA KOTA PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciRenstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kab. Soppeng Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rencana strategis () Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan perangkat daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang berisi tujuan, sasaran, strategi, kebijakan,
Lebih terperinciKEPUTUSAN BUPATI MALANG NOMOR: 180/ 291 /KEP/421
BUPATI MALANG KEPUTUSAN BUPATI MALANG NOMOR: 180/ 291 /KEP/421.013/2009 TENTANG GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci