TINGKAT KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN NILAI PERUSAHAAN: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA HERRY HAMIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINGKAT KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN NILAI PERUSAHAAN: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA HERRY HAMIN"

Transkripsi

1 TINGKAT KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN NILAI PERUSAHAAN: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA HERRY HAMIN Simposium Riset Ekonomi II

2 TINGKAT KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN NILAI PERUSAHAAN: BUKTI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA Abstract Inial analyses using panel data for none intercept model show a posive and significant effect of low level of managerial ownership on firm value and negative and significant effect of high level of managerial ownership on firm value. This conclusion is different when unobserved firm heterogeney controlled using firm fixed effects model. The fixed effects analyses suggest that managerial ownership doesn t have significant effect on firm value. The 2SLS analyses show that both managerial ownership and firm value are jointly endogenous. Managerial ownership has posively impacts on firm value, a higher firm value, on the other hand, inspires larger managerial ownership Keywords: Managerial Ownership, Firm Value, Tobin s Q 1. PENDAHULUAN Penelian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan penyebab krisis ekonomi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, adalah tidak berfungsinya mekanisme pengawasan dewan komisaris (board of director) dan kome aud (aud commtee) suatu perusahaan secara efektif untuk melindungi kepentingan pemegang saham. Penelian ADB ini juga menyimpulkan bahwa penyebab lain terjadinya krisis ekonomi tersebut adalah penerapan konsep good corporate governance di Indonesia yang belum sepenuhnya berjalan dengan baik sehingga menimbulkan rendahnya tingkat profesionalisme pengelola (eksekutif). Rendahnya tingkat profesionalisme ini terjadi pada perusahaan-perusahaan yang belum memisahkan pengelolaan perusahaan dengan kepemilikannya. Keadaan tersebut bertentangan dengan teori keagenan (agency theory) yang menekankan pentingnya pemilik perusahaan (principal) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional (agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Namun demikian dalam prakteknya, pemisahan ini tidak berarti tanpa menimbulkan dampak negatif. Berle dan Means (1932) dalam Himmelberg mengemukakan bahwa pengawasan (monoring) yang rendah terhadap manajer oleh pemegang saham dapat mengakibatkan aset perusahaan digunakan oleh manajer untuk kepentingannya sendiri dan bukan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham (shareholder value). Perbedaan informasi yang dimiliki oleh manajer dan pemilik (asimetri informasi) seringkali lebih menguntungkan pihak manajer karena mengetahui kegiatan perusahaan sehari-hari secara mendetil. Pemisahan tanpa disertai pengawasan yang baik dapat memberikan keleluasaan bagi pengelola perusahaan untuk memaksimalkan kepentingannya sendiri melalui pembebanan biaya yang danggung oleh pemilik perusahaan. Konflik kepentingan ini yang lebih kenal dengan istilah agency problem dapat terjadi ketika manajer sebuah perusahaan memiliki kurang dari 100 persen saham biasa perusahaan tersebut. Study yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling (1976) juga memperlihatkan kemungkinan terjadinya konflik kepentingan ketika level kepemilikan (ownership) manajer adalah rendah. Mereka menemukan bahwa manajer perusahaan cenderung gagal menjalankan tugasnya untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Hal ini disebabkan karena

3 jatahnya atas kekayaan tersebut telah berkurang karena sebagian diantaranya akan menjadi beban pemegang saham lainnya. Selain u insentif untuk mengkonsumsi dan menambah fasilas eksekutif (perquies) juga akan berkurang. Berbeda dengan temuan Jensen dan Meckling (1976), Stulz (1988) dalam Chen et al. (2003) mengembangkan sebuah model yang menunjukkan bahwa pada level tinggi dari kepemilikan managerial, manajer cenderung mengamankan (entrenched) pada posisinya yang mengakibatkan hubungan yang bersifat negatif antara kepemilikan managerial dan nilai perusahaan. Didukung oleh penelian-penelian terdahulunya yau Morck et al. (1988), McConnel dan Servaes (1990) dan Hermalin dan Weisbach (1991), Chen et al. (2003) yang menggunakan Tobin s q (Q) sebagai proksi dari firm value, menyimpulkan bahwa alignment of interest terjadi pada level rendah dari kepemilikan managerial tetapi entrenchment terjadi pada level tinggi dari kepemilikan managerial. Demsetz (1983) dan Demsetz dan Lehn (1985) dalam Demsetz dan Villalonga (2001) menemukan hasil yang berbeda dari penelian sebelumnya yau bahwa tidak ada hubungan antara struktur kepemilikan dan prof perusahaan sebagai proksi firm value. 2. TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA 2.1. Hubungan Keagenan Antara Pemegang Saham dengan Manajemen Manajer memperoleh upah dan insentif lainnya dari perusahaan karena mewakili pemilik perusahaan dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini, seorang manajer adalah seorang agen (agent) yang bertindak atas nama pemegang saham (principal). Hubungan antara principal dan agent ini disebut dengan hubungan keagenan (Rao, 1992:27) Apabila pengambil keputusan (decision maker) bukan seorang pemilik maka keputusan managerial akan dipengaruhi oleh faktor-faktor selain kesejahteraan pemilik perusahaan. Hal ini merupakan asal mula masalah keagenan (agency problem). Masalah keagenan ini tentu tidak diinginkan karena menimbulkan alokasi sumberdaya yang tidak efisien. Ketidakefisiensi ini menyebabkan kesejahteraan pemilik berkurang. Kerugian ini merupakan biaya keagenan (agency cost). Biaya keagenan ini merugikan perusahaan karena menyebabkan penurunan nilai perusahaan. Teori keagenan (agency theory) yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa umumnya semua pemegang saham yang termasuk dalam level manajemen memiliki kepentingan tersendiri. Namun, Demsetz dan Villalonga (2001) yang meneli dua dimensi dari kepemilikan saham yau lima pemegang saham terbesar dan kepemilikan managerial, mengemukakan pendapat yang berbeda. Menurut Demsetz dan Villalonga (2001), seorang yang mempunyai posisi sebagai anggota dewan (board member) bisa dikarenakan dia mempunyai atau mewakili seseorang di luar perusahaan yang memiliki saham perusahaan dalam jumlah besar. Anggota dewan seperti ini tidak memiliki kepentingan yang sama seperti para manajer perusahaan. Namun, konflik kepentingan bisa timbul apabila investor di luar perusahaan (outside investor) memiliki kepentingan tersendiri atas perusahaan tersebut. Teori keagenan ini telah menjadi tik tolak pengembangan topik dalam studi ini. Peneli bermaksud untuk mengetahui bahwa sejauh mana tingkat kepemilikan manajerial akan mempengaruhi nilai perusahaan dengan memperhatikan kemungkinan timbulnya konflik kepentingan antara pemilik dan manajer (pengelola). Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 2

4 2.1. Faktor Endogenas dalam Kepemilikan Manajerial dan Nilai Perusahaan Ketidakkonsistenan hasil penelian terdahulu kemungkinan disebabkan oleh faktor endogenas (endogeney) dari struktur kepemilikan. Demsetz (1983) dan Demsetz dan Lehn (1985) dalam Demsetz dan Villalonga (2001) mengusulkan bahwa struktur kepemilikan merupakan variabel endogen. Faktor endogenas ini memungkinkan terjadinya hubungan kausalas (causaly) antara struktur kepemilikan dan firm value, sehingga mengakibatkan mispecification model pada penelian yang tidak mempertimbangkan masalah endogenas. Pembuktian adanya faktor endogenas dalam kepemilikan dan nilai perusahaan telah dilakukan dalam beberapa studi. Studi Demsetz dan Lehn (1985), misalnya, meneli struktur kepemilikan yang berkaan dengan aspek perusahaan dan lingkungannya. Mereka menganggap struktur kepemilikan sebagai variabel endogen yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Namun dalam studinya, two stage least square (2SLS) menunjukkan struktur kepemilikan tidak mampu menjelaskan variasi kinerja perusahaan tetapi sebaliknya kinerja mempengaruhi struktur kepemilikan. Studi Demsetz dan Lehn ini diperkuat oleh kesimpulan Kole (1994) dalam Cho (1998) yang menunjukkan bahwa nilai perusahaan mempengaruhi struktur kepemilikan daripada dipengaruhi oleh struktur kepemilikan. Secara khusus temuan Kole (1994) mengindikasikan bahwa manajer menyukai kompensasi berupa saham ketika mereka mengetahui kinerja perusahaan di masa mendatang baik. Sekalipun demikian studi Morck et al. (1988) dalam Demsetz dan Villaonga (2001) tidak mengganggap struktur kepemilikan sebagai faktor endogen, namun hasil analisis Morck et al. menunjukkan bukti pengaruh signifikan struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan. Dalam tulisan ini, kami mempelajari hubungan antara struktur kepemilikan saham dan nilai perusahaan didasari pada hipotesis alignment of interest dan hipotesis entrenchment. Hipotesis alignment of interest yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Chen et al. (2003) menyatakan bahwa tindakan dan keputusan yang dibuat bersifat non-value maximizing timbul ketika manajer memiliki saham perusahaan dalam jumlah yang sangat sedik. Ketika jumlah kepemilikan saham manajer meningkat, manajer memiliki kepentingan (interest) sehingga tindakan manajer lebih bersifat value maximizing. Tindakan ini menyebabkan peningkatan nilai perusahaan. Hipotesis entrenchment yang dikemukakan oleh Stulz (1980) dalam Chen et al. (2003) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial yang semakin tinggi akan menyebabkan penurunan nilai perusahaan. Manajer yang memiliki jumlah saham yang besar akan cenderung entrench pada posisinya. Akibatnya keputusan yang diambil bersifat non-value maximizing sehingga nilai perusahaan menurun. 3. DATA DAN METODOLOGI Studi ini merupakan replikasi dari studi yang dilakukan oleh Chen et al (2003). Berbeda dengan yang dilakukan oleh Chen dan kawan-kawan dimana dalam peneliannya menggunakan data perusahaan dari 123 perusahaan di Jepang dari 1987 sampai dengan 1995, maka studi ini dilakukan pada 48 perusahaan publik di Indonesia yang memiliki data kepemilikan manajerial 3 tahun sejak 1998 sampai dengan Keterbatasan sampel disebabkan oleh perusahaan yang dipilih adalah harus memiliki data yang diperlukan dalam studi ini untuk selama yang meliputi: harga penutupan saham tahunan, struktur kepemilikan saham, jumlah saham yang beredar, total asset perusahaan, dividend yield, total utang, laba bersih, dan return saham Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 3

5 perusahaan yang listing di BEJ. Setelah data yang terkumpul tersebut diolah, maka dapat diperlihatkan hasil statistik deskriptif seperti yang terlihat pada Tabel 1. TABEL 1 DISINI Tobin s q (Q) memiliki nilai rata-rata sebesar 1,168 dan standar deviasi sebesar 0,632. Nilai rata-rata Q selama periode pengamatan menunjukkan angka lebih dari satu. Angka lebih dari satu ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang deli mempunyai nilai (value) yang lebih tinggi dibandingkan nilai aktiva (overvalued). Nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan perusahaan memiliki kesempatan investasi yang baik, kesempatan untuk bertumbuh dan kinerja manajemen yang baik. Kepemilikan manajerial (OWN) perusahaan yang deli cukup rendah. Rata-rata kepemilikan manajerial pada perusahaan di Indonesia sebesar 6,45% dan standar deviasi sebesar 8,09% lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kepemilikan manajerial pada perusahaan Jepang hanya sebesar 2,01% (Chen et al., 2003). Kepemilikan instusional (INST) memiliki nilai rata-rata 59,29% dan standar deviasi sebesar 18,24%. Tingginya kepemilikan intusional berarti kepemilikan saham perusahaan Indonesia terpusat pada instusional atau perusahaan tertentu yang berperan sebagai fungsi pengawasan eksternal (external monoring). Total asset (TA) memiliki nilai rata-rata 1,153,051 juta rupiah dan standar deviasi sebesar 502,798 juta rupiah. Total asset merupakan jumlah investasi yang dilakukan perusahaan dalam bentuk aktiva untuk menghasilkan prof bagi perusahaan. ROA memiliki nilai rata-rata sebesar 10,79% dan standar deviasi sebesar 1,16%. Angka tersebut berarti return yang diperoleh tidak sebanding dengan asset yang diinvestasikan oleh perusahaan. Rendahnya nilai ROA kemungkinan disebabkan oleh krisis ekonomi yang telah menurunkan kinerja perusahaan Indonesia secara drastis. Leverage memiliki nilai rata-rata yang tertinggi yau sebesar 85,19% dan standar deviasi sebesar 67,10%. Ini berarti selama periode pengamatan, sebagian besar modal perusahaan berasal dari utang. Jumlah utang yang tinggi ini disebabkan oleh depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika sehingga nilai utang perusahaan mengalami pembengkakkan. Dividend yield (Dyield) memiliki rata-rata 1,59% dan standar deviasi sebesar 5,88%. Rendahnya nilai dividen mengindikasikan bahwa perusahaan tidak banyak membayar dividen kepada pemegang saham. Market value of equy (MVE) merupakan nilai pasar saham biasa yang diperjualbelikan di bursa efek. MVE memiliki rata-rata 750,734 juta rupiah dan standar deviasi sebesar 3,415,847 juta rupiah. Sedangkan standar deviasi return saham merupakan ukuran risiko perusahaan, memiliki rata-rata sebesar 6,13% dan standar deviasi sebesar 5,88% Model Empiris Model empiris yang digunakan dalam penelian ini bersumber dari penelian Chen et al. (2003). Chen et al. (2003) menguji hipotesis alignment of interest yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) dan hipotesis entrenchment effect yang dikemukakan oleh Stulz (1988). Kedua hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan model panel data yau untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Sementara u two stage least square (2SLS) digunakan untuk menguji pengaruh simultan kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan apabila kepemilikan manajerial merupakan variabel endogen. Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 4

6 Model empiris panel data Model empiris panel data yang digunakan dalam penelian ini sebagai berikut: Q = α + β ( OWN + λ ( LEV ) + β ( OWN 2 ) + λ ( Dyield ϕ ( Dyear )( OWN ) + j t 3 1 ) + λ ( INST ) + λ ( TA ) + η ( Dyear )( OWN 2) + υ j 4 0 t ) + λ ( ROA ) 1 j δ ( Dyear ) t (1) Dimana: Dyear = Variabel dummy tahunan. Dyear bernilai 1 untuk tahun 2000, 2001, 2002, dan Dyear bernilai 0 untuk tahun 1998 dan 1999 (Dyear)(OWN) = Produk dummy tahunan dengan kepemilikan manajerial rendah (Dyear)(OWN 2 ) = Produk dummy tahunan dengan kepemilikan manajerial tinggi υ = Random error term Model empiris Two Stage Least Square (2SLS) Model empiris untuk persamaan simultan yang digunakan dalam penelian ini sebagai berikut: Q = α + β ( OWN + λ ( LEV ) + λ ( Dyield 2 0 ) + β ( OWN ) + λ ( TA ) + λ ( ROA ) ) + λ ( INST 4 0 ) + µ 1 OWN = α + β ( Q ) + λ ( MVE + λ ( Dyield ) + τ dimana: τ = Random error term ) + λ ( LEV 1 ) + λ ( STD 2 ) (2) 4. HASIL EMPIRIS Analisis panel data yang menggunakan model none intercept dan model fixed effects menunjukkan hasil yang berbeda. Pada pengujian none intercept demukan hubungan yang bersifat inverted U antara variabel kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan. Hubungan ini mengindikasikan efek interest alignment pada kepemilikan manajerial rendah dan efek entrenchment pada kepemilikan manajerial tinggi. Namun, hasil pengujian model fixed effects tidak mendukung hasil none intercept. Pada model fixed effects tidak demukan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan Analisis Model Non Intercept Model none intercept digunakan untuk menguji persamaan (1) dimana α (konstanta) perusahaan dianggap konstan antar perusahaan. Pengujian model none intercept disajikan dalam Tabel 2. Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 5

7 TABEL 2 DISINI Simposium Riset Ekonomi II Model 1 hanya memasukkan variabel kepemilikan manajerial (OWN) sebagai variabel independen. Hasil analisis menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh posif dan signifikan pada level 1% terhadap Q. Hasil ini menunjukkan efek interest alignment terjadi pada kepemilikan rendah. Efek interest alignment mengindikasikan peningkatan kepemilikan manajerial menyebabkan peningkatan nilai perusahaan. Model 2 memasukkan kepemilikan manajerial rendah (OWN) dan kepemilikan manajerial tinggi (OWN 2 ) sebagai variabel independen. Model 2 digunakan untuk menguji interest alignment effect dan entrechment effect. Koefisien OWN masih mempunyai nilai posif dan signifikan pada level 1% sedangkan OWN 2 mempunyai koefisien negatif dan signifikan pada level 1%. Hasil ini menunjukkan hubungan yang bersifat inverted U. Hubungan ini berarti ketika kepemilikan rendah, peningkatan jumlah kepemilikan manajerial menyebabkan peningkatan nilai perusahaan (interest alignment effect). Sedangkan ketika kepemilikan tinggi, peningkatan jumlah kepemilikan manajerial mengakibatkan penurunan firm value (entrechment effect). Model 3 menguji variabel kepemilikan manajerial pada level rendah dan variabel karakteristik perusahaan (firm characteristics) terhadap Q. Pada model 4 memasukkan variabel OWN, OWN 2 dan variabel karakteristik perusahaan. Pada model 3, variabel OWN masih berpengaruh posif dan signifikan pada level 1%, yang berarti alignment of interest timbul ketika jumlah kepemilikan saham meningkat. Pada model 4, variabel OWN masih memiliki koefisien posif dan signifikan dan variabel OWN 2 juga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Q. Pada model 4, variabel karakteristik perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap firm value kecuali variabel kepemilikan instusional (INST). Total asset (TA) berpengaruh posif dan signifikan terhadap Q. Temuan ini berbeda dengan penelian Chen et al. (2003), yang menemukan pengaruh negatif total asset terhadap Q. Pengaruh posif ini mengindikasikan peningkatan nilai perusahaan seiring dengan peningkatan ukuran perusahaan. Ini berarti perusahaan mampu mengelola assetnya secara efektif sehingga mampu menghasilkan prof yang akhirnya meningkatkan nilai perusahaan. Return on Asset (ROA) berpengaruh posif dan signifikan terhadap Q. Pengaruh ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi prof perusahaan maka nilai perusahaan juga semakin tinggi. Pengaruh leverage (LEV) berbeda dengan penelian Chen et al. (2003) dan Demsetz dan Villalonga (2001). Pengaruh posif ini berarti leverage menyebabkan peningkatan nilai perusahaan (value enchancing). Pengaruh ini disebabkan oleh penggunaan aktiva perusahaan yang sebagian besar dibiayai dengan utang secara efektif. Penggunaan secara efektif ini akan menghasilkan prof yang akhirnya berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Dividend yield (Dyield) berpengaruh posif dan signifikan terhadap Q. Pengaruh posif ini mengindikasikan bahwa pembagian dividen merupakan sinyal peningkatan nilai perusahaan. Variabel kepemilikan instusional (INST) berpengaruh posif tetapi tidak signifikan. Hal ini berarti pemilik instusional tidak melakukan fungsinya sebagai external monoring. Apabila fungsi external monoring yang dilakukan instusional berjalan secara efektif, maka nilai perusahaan akan meningkat (Chen et al., 2003). Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 6

8 Pada model 5 dimasukkan variabel dummy tahunan dan produknya dengan managerial ownership (OWN dan OWN 2 ). Chen et al. (2003) mengemukakan bahwa penggunaan variabel dummy tahunan sangat penting jika terdapat perubahan struktural antar waktu dalam model panel data. Peneli mengidentifikasi perubahan struktural ini berupa pemulihan ekonomi Indonesia pasca krisis tahun 1997 dan maraknya penerapan corporate governance pada perusahaan-perusahaan di Indonesia (Muhammad, 1999). Pemulihan ekonomi Indonesia ini dapat diamati dari peningkatan pertumbuhan ekonomi dari 0,8% pada tahun 1999 menjadi 4,9% pada tahun 2000, dan selanjutnya 4,1% pada tahun 2003 (Pikiran rakyat, 2004). Indikator lain seperti nilai tukar, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan indikator makro lainnya juga mengalami perbaikan setelah tahun Setelah mengontrol perubahan struktural antar waktu, pengaruh variabel OWN dan OWN 2 tetap konsisten dengan pengujian pada model sebelumnya. Namun, variabel total asset (TA) dan dividend yield (Dyield) tidak lagi berpengaruh secara signifikan terhadap Q. Hasil ini berarti variabel yang terabaikan (omted variables) bisa mempengaruhi fungsi persamaan regresi pada model yang diuji. Variabel yearly dummy berpengaruh posif dan signifikan, yang mengindikasikan bahwa perubahan struktural antar waktu memiliki pengaruh terhadap Q. Dari analisis panel data dengan menggunakan model none intercept dapat disimpulkan bahwa hubungan nilai perusahaan (Q) dan kepemilikan manajerial (OWN) adalah inverted U, Hubungan inverted U berarti pada kepemilikan manajerial rendah, peningkatan jumlah kepemilikan saham mengakibatkan peningkatan nilai perusahaan (interest of alignment effect) sedangkan pada kepemilikan manajerial tinggi, peningkatan jumlah kepemilikan saham mengakibatkan penurunan nilai perusahaan (entrenchment effect). Hubungan ini tetap konsisten baik pada model yang mengontrol maupun model yang tidak mengontrol karakteristik perusahaan dan variabel dummy tahunan Temuan ini berbeda dengan Chen et. al (2003), dimana hubungan antara Q dan OWN berupa U-shaped, yang berarti entrenchment effect pada kepemilikan manajerial rendah dan interest alignment effect pada kepemilikan manajerial tinggi. hubungan posif curvilinear antara Q dengan OWN (interest alignment effect) demukan pada model yang mengontrol perubahan struktural Analisis Model Firm Fixed Effects Hasil analisis panel data dengan menggunakan model none intercept menunjukkan hubungan variabel OWN dengan Q yang konsisten. Hubungan yang konsisten ini demukan baik pada spesifikasi model yang memasukkan karakteristik perusahaan maupun model yang mengontrol perubahan struktural antar waktu. Namun, hasil regresi tersebut bisa menjadi bias karena kehadiran heterogenas perusahaan yang tidak terobservasi (unobserved heterogeney). Variabel yang tidak terobservasi ini kemungkinan berkorelasi dengan variabel kepemilikan manajerial dan hasil regresi menjadi bias. Salah satu cara untuk mengatasi bias estimasi ini adalah dengan menggunakan model firm fixed effects (Chen et al., 2003). Model firm fixed effects menyatakan bahwa kehadiran heterogenas yang tidak terobservasi (unobserved heterogeney) bisa menyebabkan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan menjadi bias. Himmelberg et al. (1999) memberikan contoh unobserved heterogeney antara lain perbedaan derajat kekuatan pasar dan aset tak berwujud (intagible assets). Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 7

9 Model fixed effects mengasumsikan variasi antar perusahaan dan unobserved heterogeney konstan antar waktu (Himmelberg, 1999). Hasil pengujian persamaan (1) dengan α i menggunakan model fixed effects disajikan pada Tabel 3. Model 1 pada Tabel 3. menguji pengaruh variabel OWN terhadap Q. Variabel OWN masih memiliki koefisien posif dan signifikan pada level 5%. Nilai adjusted R 2 naik menjadi 36,47%. Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai adjusted R 2 pada model none intercept, yau 0,43% pada model 5. Adjusted R 2 pada hasil pengujian dengan fixed effects hampir sama yau 36%. Ini berarti variabel tidak terobservasi menjelaskan sekar 36% dari total variasi pada Q. Pengaruh posif dan signifikan variabel OWN mengindikasikan interest alignment effect. Model 2 menguji pengaruh variabel OWN dan INST terhadap Q. Variabel OWN berpengaruh posif dan signifikan yang mengindikasikan interest alignment effect sedangkan kepemilikan instusional (INST) berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan. Pengaruh variabel INST ini konsisten dengan hasil uji model none intercept. TABEL 3 DISINI Model 3 menguji pengaruh variabel OWN dan OWN 2 terhadap Q. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel OWN berpengaruh posif dan variabel OWN 2 berpengaruh negatifdan tidak signifikan. Hasil ini mengindikasikan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan ketika spesifikasi model mengontrol unobserved heterogeney perusahaan. Variabel INST pada model 4 memiliki hasil yang konsisten dengan model 2. Model 5 menguji variabel OWN, OWN 2, INST dan variabel karakteristik perusahaan yang terobservasi terhadap Q. Pengaruh variabel OWN, OWN 2, dan INST konsisten dengan model 4. Variabel karakteristik perusahaan hanya memberikan kontribusi sebesar 6% terhadap peningkatan nilai R 2. Hampir semua variabel karakteristik perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Q kecuali ROA. ROA berpengaruh posif dan signifikan pada level 1%. LEV berpengaruh posif dan signifikan pada level 1%. Pengaruh signifikan ROA dan LEV ini konsisten dengan model 5 pada pengujian model none intercept. Menurut Chen et al. (2003), efek dari firm fixed effects sangat kuat Akibatnya sebagian besar pengaruh variabel karakteristik perusahaan menjadi tidak signifikan terhadap Q. Model fixed effects menunjukkan hasil yang jauh berbeda dengan model none intercept yang dapat dilihat pada Tabel 3. Model none intercept menunjukkan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan bersifat interest alignment effect pada kepemilikan rendah dan entrenchment effect pada kepemilikan tinggi. Namun, pengaruh tersebut tidak demukan dalam spesifikasi model yang mengontrol unobserved firm heterogeney. Pengaruh posif dan signifikan variabel OWN hanya demukan pada model 1 dan 2 dari fixed effect. Pengaruh kepemilikan manajerial menjadi tidak signifikan ketika model yang diuji mengontrol karakteristik perusahaan terobservasi dan unobserved firm heterogeney seperti yang dunjukkan pada model 5. Temuan ini berbeda dengan pengujian yang dilakukan oleh Chen et al. (2003) pada perusahaan di Jepang. Chen et al. (2003) menemukan pengaruh OWN dan Q berubah menjadi linear ketika firm fixed effects dimasukkan dalam pengujian. Hasil pengujian fixed effects ini Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 8

10 sama dengan hasil penelian Himmelberg et al. (1999) pada perusahaan Amerika Serikat. Himmelberg et al. (1999) juga menemukan pengaruh tidak signifikan kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan pada model firm fixed effects. Hasil pengujian fixed effects ini sesuai dengan argumen Zhou (2001). Zhou (2001) mengkrik penggunaan firm fixed effects oleh Himmelberg et al. (1999) untuk mengkaji pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahan. Menurut Zhou (2001), pengaruh signifikan kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan sul diperoleh melalui penggunaan fixed effects. Penyebabnya karena kepemilikan manajerial bervariasi antar perusahaan dan berubah sedik demi sedik antar waktu dalam satu perusahaan. Perubahan kepemilikan yang kecil dalam satu tahun tidak mencerminkan perubahan insentif yang bisa mempengaruhi kinerja dalam tahun u. Seandainya terjadi perubahan kepemilikan saham dalam jumlah besar antar waktu, efeknya hanya dapat dilihat pada hasil analisis secara cross sectional. Karena firm fixed effects menghilangkan semua variasi cross sectional, maka analisis tidak menunjukkan adanya pengaruh insentif kepemilikan saham terhadap kinerja perusahaan. Dalam model fixed effects, faktor-faktor yang tidak terobservasi dianggap konstan antar waktu. Mengontrol karakteristik perusahaan yang terobservasi sama dengan mengasumsikan tidak ada perubahan antar waktu dalam lingkungan kontraktual (contractual environment) perusahaan. Menurut Zhou (2001), asumsi tersebut mengandung kerancuan karena tidak mungkin ada perubahan insentif manajerial tanpa adanya perubahan lingkungan kontraktual Analisis Hasil Two Stage Least Square (2SLS) Pada bagian di atas telah disebutkan bahwa variabel kepemilikan manajerial dapat bersifat endogen. Apabila memasukkan variabel endogen dari kepemilikan manajerial pada persamaan Q sebagai variabel sisi kanan persamaan, maka akan menghasilkan bias secara simultan (simultaney bias) dan estimasi OLS menjadi tidak konsisten. Model persamaan simultan dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat isu endogenas ini. Metode two stage least square (2SLS) digunakan untuk mengestimasi persamaan (1) dan persamaan (2) sebagai sebuah sistem persamaan simultan. Berdasarkan hasil analisis 2SLS, dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan (Q) dan kepemilikan manajerial adalah jointly endogenous. Kepemilikan manajerial berpengaruh posif terhadap nilai perusahaan yang mengindikasikan interest alignment effect. Sebaliknya nilai perusahaan yang semakin tinggi menjadi dorongan bagi manajer untuk memperoleh kepemilikan manajerial yang semakin besar. Hasil analisis 2SLS disajikan pada Tabel 4. Pada kolom pertama (persamaan Q), variabel OWN berpengaruh posif dan signifikan pada level 1% dan variabel OWN 2 berpengaruh negatif dan signifikan pada level 1%. Hasil ini menunjukkan hubungan yang bersifat inverted U. Ini berarti pada kepemilikan rendah, peningkatan jumlah kepemilikan manajerial akan meningkatkan nilai perusahaan (interest alignment effect) sedangkan ketika kepemilikan manajer semakin tinggi, maka peningkatan jumlah kepemilikan akan menyebabkan penurunan nilai perusahaan (entrenchment effect). Hasil ini juga menunjukkan bahwa Q akan mengalami peningkatan sebesar untuk setiap 1% kenaikan kepemilikan manajerial. Namun, pada level kepemilikan manajerial yang tinggi, Q akan mengalami penurunan sebesar 0.2 untuk setiap 1% peningkatan pada kepemilikan manajerial. Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 9

11 TABEL 4 DISINI Simposium Riset Ekonomi II Variabel karakteristik perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap Q kecuali kepemilikan instusional. Total asset (TA) dan return on asset (ROA), berpengaruh posif dan signifikan pada level 5%.Leverage (LEV) dan dividend yield (Dyield) berpengaruh posif dan signifikan pada level 1%. Pengaruh kepemilikan instusional konsisten dengan hasil panel data. Pengaruh tidak signifikan kepemilikan instusional, mengindikasikan bahwa kehadiran pemilik instusional bukan sebagai external monoring terhadap manajemen. Pengaruh signifikan kepemilikan manajerial dan karakteristik perusahaan yang terobservasi terhadap nilai perusahaan (Q) memperkuat dugaan bias estimasi penggunaan fixed effects seperti yang dikemukakan oleh Zhou (2001). Hasil fixed effects menunjukkan pengaruh kepemilikan manajerial yang tidak signifikan. Namun, 2SLS menghasilkan estimasi yang konsisten dengan pengujian model none intercept sekaligus membuktikan hipotesis interest alignment effect dan entrenchment effect. Kolom dua pada Tabel 4 merupakan hasil regresi persamaan kepemilikan manajerial (OWN). Variabel Q berpengaruh posif dan signifikan pada level 1%. Hasil ini sama dengan penelian Cho (1998) dan Chen et al. (2003). Pengaruh signifikan ini mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan yang semakin tinggi menjadi dorongan bagi manajer untuk memiliki kepemilikan yang lebih besar atas saham perusahaan. Peningkatan kinerja perusahaan merupakan suatu signal pertumbuhan perusahaan sehingga manajer tertarik untuk memperoleh kepemilikan yang lebih tinggi. Perbedaan informasi yang dimiliki insider dengan pelaku pasar atas kinerja perusahaan membuat manajemen mengubah persentase kepemilikan saham sesuai dengan kinerja mendatang. Namun, perlu diketahui bahwa ketika jumlah kepemilikan saham oleh manajemen semakin tinggi, maka manajer akan cenderung bersikap entrench sehingga nilai perusahaan menurun, seperti yang dunjukkan oleh hasil analisis persamaan Q. Variabel leverage (LEV) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepemilikan manajerial. Pengaruh ini berarti semakin tinggi leverage perusahaan maka kepemilikan manajerial akan semakin rendah. Tingkat leverage mencerminkan kemungkinan monoring yang dilakukan oleh kredor terhadap manajemen. Monoring yang dilakukan oleh kredor ini akan mengecilkan keinginan manajemen untuk meningkatkan kepemilikan saham (Chen et al., 2003). Variabel dividend yield (Dyield) tidak berpengaruh signifikan terhadap kepemilikan manajerial. Diduga pengaruh yang tidak signifikan ini disebabkan sebagian besar perusahaan yang deli tidak membagi dividen kepada pemegang saham setelah krisis ekonomi Market value saham biasa (MVE) dan risiko perusahaan (STD) tidak berpengaruh signifikan terhadap kepemilikan manajerial. Hasil ini berbeda dengan temuan Chen et al. (2003) dimana market value berpengaruh signifikan terhadap kepemilikan manajerial. Pengaruh tidak signifikan risiko perusahaan ini konsisten dengan Chen at al. (2003). Ini berarti peningkatan atau penurunan kepemilikan manajerial pada perusahaan Indonesia tidak tergantung pada kapalisasi saham biasa di pasar dan risiko perusahaan. 5. KESIMPULAN Kesimpulan yang diambil pada penelian ini didasari pada analisis panel data dan analisis 2SLS. Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa analsis panel data yang Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 10

12 digunakan dalam penelian ini terdiri dari model none intercept dan model fixed effects. Model fixed effects mengandung berbagai kelemahan seperti yang dikemukakan oleh Zhou (2001). Kelemahan-kelemahan tersebut menyebabkan hasil analisis fixed effects menjadi bias. Oleh karena u, kesimpulan dari analisis panel data diambil dari hasil model none intercept. Dari hasil analisis panel data model none intercept tersebut diperoleh disimpulkan sebagai berikut: 1. Analisis model none intercept dan 2SLS menunjukkan kepemilikan manajerial rendah berpengaruh posif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 2. Analisis model none intercept dan 2SLS menunjukkan kepemilikan manajerial tinggi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Analisis model none intercept menunjukkan ukuran perusahaan (total asset) dan dividend yield tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Leverage berpengaruh posif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun, analisis 2SLS menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, leverage, dan dividend yield berpengaruh posif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 4. Analisis model none intercept dan 2SLS menunjukkan bahwa ROA berpengaruh posif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan instusional tidak berpengaruh secara signfikan terhadap nilai perusahaan. 5. Analisis 2SLS menunjukkan bahwa nilai perusahaan berpengaruh posif dan signifikan terhadap kepemilikan manajerial. 6. Analisis 2SLS menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepemilikan manajerial. Market value dan risiko perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepemilikan manajerial. 7. Analisis 2SLS dividend yield tidak berpengaruh signifikan terhadap kepemilikan manajerial. REFERENSI Chen, C.R., Guo, W., Mande, V., 2003, Managerial Ownership and Firm Valuation: Evidence From Japanese Firms, Pacific-Basin Finance Journal 11, Cho, M.H., 1998, Ownership Structure, Investment, and The Corporate Value: An Empirical Analysis, Journal of Financial Economics 47, Davies, J. R., Hiller, D. McColgan, P., 2002, Ownership Structure, Managerial Behavior and Corporate Value, Universy of Strethelyde Working Paper Demsetz, H., Villalonga, B., 2001, Ownership Structure and Corporate Performance, Journal of Corporate Finance 7, Himmelber, C.P., Hubbard, R.G., Palia, D., 1999, Understanding The Determinants of Managerial Onwership and The Link Between Onwership and Performance, Journal of Financial Economics, 53, Jensen, M., Meckling, W., 1976, Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure, Journal of Financial Economics 3, Morck, R., Shleifer, A., Vishny, R. W., 1988, Management Ownership and Market Valuation: An Empirical Analysis, Journal of Financial Economics 20, Rao, R. K. S., 1992, Financial Management Concept and Application, Second Edion, MacMillan Publishing Company, Singapore Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 11

13 Zhou, X., 2001, Understanding The Determinants Of Managerial Ownership and The Link Between Onwership and Performance: Comment, Journal of Financial Economics 62, Tabel 1. Statistik Deskriptif Variabel Mean Median Std. Dev. Jarque-Bera Prob. Q OWN OWN TA 1,153, ,798 2,030, ROA LEV DYIELD INST MVE 750,734 97,710 3,415, STD Q = Tobin s Q, OWN = kepemilikan manajerial, OWN 2 = kuadrat dari kepemilikan manajerial, TA = total asset dalam juta rupiah, MVE = market value saham biasa dalam juta rupiah, ROA = return on asset, LEV = leverage, DYIELD = dividend yield, INST = kepemilikan instusional, STD = deviasi standar dari stock return Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 12

14 Tabel 2. Hasil Uji Model None Intercept Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5 OWN (0.0000)* (0.0000)* (0.0000)* (0.0000)* (0.0000)* OWN 2 (0.0000)* (0.0000)* (0.0000)* TA 6.45E E E-14 (0.0006)* (0.0022)* (0.1115) ROA (0.0024)* (0.0345)** (0.0345)** LEV (0.0000)* (0.0000)* (0.0000)* Dyield (0.0138)** (0.0219)** (0.1978) INST (0.4419) (0.6649) (0.9786) Dyear Yes (Dyear) (OWN) Yes (Dyear) (OWN 2 ) Yes R Adjusted R * Signifikan pada level 1%, ** Signifikan pada level 5% Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 13

15 Tabel 3. Hasil Uji Model Fixed Effects Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5 OWN (0.0183)** (0.0186)** (0.0685) (0.0689) (0.1320) OWN (0.4689) (0.4679) (0.6639) INST (0.9648) (0.9358) (0.9782) TA 3.52E-14 (0.4407) ROA (0.0076)* LEV (0.0000)* Dyield (0.6525) R Adjusted R * Signifikan pada level 1%, ** Signifikan pada level 5% Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 14

16 Tabel 4. Hasil Uji 2SLS Variabel Persamaan Q Persamaan OWN Q (0.0000)* OWN (0.0000)* OWN (0.0001)* TA 4.2E-14 (0.0392)** ROA (0.0131)** LEV (0.0000)* (0.0302)** Dyield (0.0003)* (0.1738) INST (0.3808) MVE -1.33E-15 (0.3994) STD (0.0974) * Signifikan pada level 1%, ** Signifikan pada level 5% Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 15

17 CURRICULUM VITAE Nama : Herry Instusi : Universas Kristen Duta Wacana Herry_wen02@yahoo.com Telp/Fax : Pendidikan Tinggi : S1: Universas Kristen Duta Wacana, Jogjakarta Simposium Riset Ekonomi II Karya Ilmiah 2 tahun terakhir: 2005 Teori Keagenan, Kepemilikan Manajerial, dan Nilai Perusahaan: Bukti Empiris Pada Perusahaan Publik di Indonesia 2004 Pengaruh Rasio Keuangan dan Leverage Terhadap Risiko Sistematis Saham di Bursa Efek Jakarta Nama : Hamin Instusi : Universas Kristen Duta Wacana hamin@ukdw.ac.id Telp/Fax : / Pendidikan Tinggi : S1: Universas Atma Jaya, Jogjakarta S2: Western Michigan Universy, Kalamazoo, MI S3: Macquarie Graduate School of Management, Sydney Karya Ilmiah 2 tahun terakhir: Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 16

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan pengelolaan perusahaan Pemisahan ini sejalan dengan teori

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan pengelolaan perusahaan Pemisahan ini sejalan dengan teori BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian modern menekankan pemisahan kepemilikan perusahaan dari manajemen dan pengelolaan perusahaan Pemisahan ini sejalan dengan teori keagenan (agency theory) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemilik

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemilik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemilik (shareholder) melalui kebijakan investasi, pendanaan dan dividen yang tercermin dalam harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaanperusahaan besar sangat diperlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham, 1996). Akan tetapi, di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara manajer ( agent) sebagai pengelola dengan pemegang saham ( principal)

BAB 1 PENDAHULUAN. antara manajer ( agent) sebagai pengelola dengan pemegang saham ( principal) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan sebagai tujuan utama perusahaan kadang tidak sejalan dengan tujuan pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan utama didirikannya perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri utama korporasi modern adalah the separation of ownership and control. Para pemilik perusahaan atau pemegang saham seringkali tidak dapat menjalankan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur kepemilikannya memiliki hak untuk memilih dewan komisaris UKDW

BAB I PENDAHULUAN. struktur kepemilikannya memiliki hak untuk memilih dewan komisaris UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investor sebagai pemegang saham suatu perusahaan publik yang struktur kepemilikannya memiliki hak untuk memilih dewan komisaris perusahaan. Selanjutnya, dewan komisaris

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) dipopulerkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori

Lebih terperinci

yang diangkat oleh pemegang saham bertindak atas kepentingan pemegang saham.

yang diangkat oleh pemegang saham bertindak atas kepentingan pemegang saham. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perusahaan adalah untuk menaikkan nilai perusahaan dengan cara memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Karena itu diharapkan manajer yang diangkat oleh

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan merupakan salah satu topik penelitian yang telah banyak dipelajari baik secara literatur maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era globalisasi seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. seringkali membuat adanya konflik kepentingan antara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. seringkali membuat adanya konflik kepentingan antara kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemisahan antara kepemilikan perusahaan dan manajemen perusahaan seringkali membuat adanya konflik kepentingan antara kedua belah pihak. Konflik yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, karena Corporate Governance merupakan tata kelola. Minow, 2001). Isu mengenai CG ini mulai mengemuka, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, karena Corporate Governance merupakan tata kelola. Minow, 2001). Isu mengenai CG ini mulai mengemuka, khususnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Corporate Governance (CG) banyak menjadi bahasan utama berbagai perusahaan, karena Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya dengan meningkatkan kemakmuran pemegang saham atau pemiliknya. Diperlukan tujuan dan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbul antara prinsipal (atau Equity Ownership of Outside Blockholders) dan agen

BAB I PENDAHULUAN. timbul antara prinsipal (atau Equity Ownership of Outside Blockholders) dan agen 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keagenan (Agency Problem) dapat timbul jika manajer suatu perusahaan memiliki kurang dari 100 persen saham biasa perusahaan tersebut. Definisi masalah keagenan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Dalam suatu organisasi, pemilik perusahaan (principal) memberikan kepercayaan kepada manajer (agen) untuk mengambil keputusan-keputusan finansial dan keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dunia bisnis, perusahaan dituntut untuk selalu berkembang dan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan eksternal perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai struktur kepemilikan saham

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai struktur kepemilikan saham BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi empiris yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai struktur kepemilikan saham perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan suatu perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan (agency problem) yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan-keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan-keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menentukan tujuan yang harus dicapai, pihak manajemen perusahaan perlu menentukan keputusan-keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate BAB I PENDAHULUAN Bab Iberisi penjelasan latar belakang penelitian yang dilakukan, yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate governance, dan agency cost. Selanjutnya, dalam bab ini

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Hasil pengujian data empiris membuktikan bahwa dari sembilan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, enam hipotesis dapat diterima atau terpenuhi. Beberapa simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Argumentasi mengenai pengaruh diversifikasi pada nilai perusahaan masih

BAB I PENDAHULUAN. Argumentasi mengenai pengaruh diversifikasi pada nilai perusahaan masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Argumentasi mengenai pengaruh diversifikasi pada nilai perusahaan masih bergulir dan menjadi perdebatan sampai saat ini. Beberapa penelitian terdahulu belum sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di dunia, dikawasan Asia,

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di dunia, dikawasan Asia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan corporate governance di Indonesia memang tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di dunia, dikawasan Asia, bahkan kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Keuangan Informasi mengenai kinerja keuangan sangat diperlukan investor dalam menentukan kebijakan investasi. Kinerja keuangan digunakan untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 14 BAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan pemegang saham. Dengan prinsip ini beberapa perusahaan mengabaikan pihak-pihak lain yang berkepentingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang manajer memiliki peran utama untuk memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Hal ini dilakukan juga untuk semakin meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diambil perusahaan, antara lain keputusan investasi, keputusan

BAB I PENDAHULUAN. yang diambil perusahaan, antara lain keputusan investasi, keputusan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manajemen keuangan menyangkut penyelesaian atas keputusan penting yang diambil perusahaan, antara lain keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Kebijakan Dividen Menurut preferensi investor ada tiga teori yang mendasari kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : 1. Teori Dividen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas pasar modal. Pasar modal menurut Bursa Efek Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas pasar modal. Pasar modal menurut Bursa Efek Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di negara berkembang seperti Indonesia dipengaruhi oleh aktivitas pasar modal. Pasar modal menurut Bursa Efek Indonesia merupakan pasar

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRUKTUR KEPEMILIKAN, TINGKAT UTANG, DIVIDEN, DAN NILAI PERUSAHAAN DALAM MENGURANGI KONFLIK KEAGENAN DI INDONESIA

HUBUNGAN STRUKTUR KEPEMILIKAN, TINGKAT UTANG, DIVIDEN, DAN NILAI PERUSAHAAN DALAM MENGURANGI KONFLIK KEAGENAN DI INDONESIA Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.18, No.1 Januari 2014, hlm. 29 39 Terakreditasi SK. No. 040/P/2014 http://jurkubank.wordpress.com HUBUNGAN STRUKTUR KEPEMILIKAN, TINGKAT UTANG, DIVIDEN, DAN NILAI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN

PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN 1. Pengertian manajemen keuangan 2. Tujuan manajemen keuangan 3. Fungsi manajemen keuangan 4. Teori keagenan 5. Teori asimetri informasi Muniya Alteza Pengertian Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Dividen Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengurangi konflik keganenan dapat melalui kebijakan dividen.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengurangi konflik keganenan dapat melalui kebijakan dividen. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tujuan manajemen keuangan terkait dengan keputusan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham, namun seringkali terjadi konfik antara pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat di mana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998). 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan manufaktur. Persaingan

Lebih terperinci

Keyword : Insider Ownership, debt policy, dividen policy, opportunistic behaviour, Fixed Asset, Risk, Size, Growth, Profit.

Keyword : Insider Ownership, debt policy, dividen policy, opportunistic behaviour, Fixed Asset, Risk, Size, Growth, Profit. 3 ANALISIS PERSAMAAN SIMULTAN INSIDER OWNERSHIP, KEBIJAKAN HUTANG DAN DIVIDEN DALAM PERILAKU OPORTUNISTIK MANAGERIAL (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaaan yang berhasil dan memiliki kinerja yang baik mengerti bagaimana beradaptasi dengan pasar yang berubah secara kesinambungan. Peningkatan tekanan

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI PERUSAHAAN TERHADAP KEPEMILIKAN BLOCKHOLDER: PERUSAHAAN DI BEI

PENGARUH NILAI PERUSAHAAN TERHADAP KEPEMILIKAN BLOCKHOLDER: PERUSAHAAN DI BEI 243 PENGARUH NILAI PERUSAHAAN TERHADAP KEPEMILIKAN BLOCKHOLDER: PERUSAHAAN DI BEI 2005-2008 Vivi Ariyani Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Widya Mandala Madiun ABSTRACT Value

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham, dengan pembagian dividen atau perolehan capital gain (Mahfoedz. dan Naim, 1996 dalam Purbandari, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. saham, dengan pembagian dividen atau perolehan capital gain (Mahfoedz. dan Naim, 1996 dalam Purbandari, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perusahaan mempunyai tujuan utama yaitu meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham, dengan pembagian dividen atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan saat ini telah merebut banyak perhatian dalam dunia bisnis di Indonesia. Sistem tata kelola perusahaan dianggap sebagai salah satu faktor penting

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF TEORI AGENSI DAN TEORI SIGNALING

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF TEORI AGENSI DAN TEORI SIGNALING PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF TEORI AGENSI DAN TEORI SIGNALING AMANDA WONGSO E-mail: amanda_wongso@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN SUBSTITUSI DEBT POLICY, INSIDER OWNERSHIP, DAN DIVIDEND POLICY DALAM MEKANISME PENGAWASAN MASALAH AGENSI DI INDONESIA

HUBUNGAN SUBSTITUSI DEBT POLICY, INSIDER OWNERSHIP, DAN DIVIDEND POLICY DALAM MEKANISME PENGAWASAN MASALAH AGENSI DI INDONESIA HUBUNGAN SUBSTITUSI DEBT POLICY, INSIDER OWNERSHIP, DAN DIVIDEND POLICY DALAM MEKANISME PENGAWASAN MASALAH AGENSI DI INDONESIA STEFANIE SUZANE fanny_suzanne@yahoo.com ABSTRAK Sebagian besar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Semenjak Modigliani dan Miller (1958) mengungkapkan tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Semenjak Modigliani dan Miller (1958) mengungkapkan tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semenjak Modigliani dan Miller (1958) mengungkapkan tentang ketidakrelevanan kebijakan hutang dan ketidakrelevanan kebijakan dividen, para peneliti ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pihak manajemen dengan penentuan membagikan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pihak manajemen dengan penentuan membagikan laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan yang penting yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan penentuan membagikan laba yang diperoleh dari perusahan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis finansial tercatat banyak terjadi hingga tahun 2013. Krisis tersebut menimpa perusahaan, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kegagalan menjaga likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring bertumbuhnya perekonomian di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini, secara tidak langsung kegiatan investasi di pasar modal Indonesia pun

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIJAKAN HUTANG, INSIDER OWNERSHIP DAN KEBIJAKAN DIVIDEN DALAM MEKANISME PENGAWASAN MASALAH AGENSI DI INDONESIA

HUBUNGAN KEBIJAKAN HUTANG, INSIDER OWNERSHIP DAN KEBIJAKAN DIVIDEN DALAM MEKANISME PENGAWASAN MASALAH AGENSI DI INDONESIA HUBUNGAN KEBIJAKAN HUTANG, INSIDER OWNERSHIP DAN KEBIJAKAN DIVIDEN DALAM MEKANISME PENGAWASAN MASALAH AGENSI DI INDONESIA D. Agus Harjito Nurfauziah Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia E-mail:

Lebih terperinci

perusahaan sering menimbulkan konflik antar kelompok atau sering juga disebut

perusahaan sering menimbulkan konflik antar kelompok atau sering juga disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perbedaan kepentingan antara pemilik, karyawan dan manajer suatu perusahaan sering menimbulkan konflik antar kelompok atau sering juga disebut sebagai agency problem.

Lebih terperinci

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan tempat yang didirikan untuk melakukan proses produksi barang atau jasa. Perusahaan yang telah berkembang secara baik, umumnya memutuskan untuk

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan memperoleh bukti empiris atas pengaruh variabel independen yang terdiri dari corporate governance, independensi auditor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang popular. Alasan Corporate Governancemenjadi topik yang popular adalah,

BAB I PENDAHULUAN. yang popular. Alasan Corporate Governancemenjadi topik yang popular adalah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun terakhir, Corporate Governance menjadi topik yang popular. Alasan Corporate Governancemenjadi topik yang popular adalah, pertama Corporate

Lebih terperinci

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, PROFIBILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA Shella Febri Priatama

Lebih terperinci

THEORY OF THE FIRM: MANAGERIAL BEHAVIOR, AGENCY COSTS AND OWNERSHIP STRUCTURE

THEORY OF THE FIRM: MANAGERIAL BEHAVIOR, AGENCY COSTS AND OWNERSHIP STRUCTURE THEORY OF THE FIRM: MANAGERIAL BEHAVIOR, AGENCY COSTS AND OWNERSHIP STRUCTURE MICHAEL C. JENSEN AND WILLIAM H. MECKLING (1976) Prepared by : Endah Tri Wahyuningtyas - 041042042 POINT OF VIEW 1. Ringkasan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan

BAB V PENUTUP. independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan 48 BAB V PENUTUP 5. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan menguji secara empiris pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. Variabel independen dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajer perusahaan merupakan pihak yang mengelola suatu perusahaan yang secara langsung banyak mengetahui informasi internal perusahaan di banding dengan pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajer perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).

Lebih terperinci

BAB III OBJEK / DESAIN PENELITIAN. 10 besar CGPI dan juga terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ada tiga kriteria yang

BAB III OBJEK / DESAIN PENELITIAN. 10 besar CGPI dan juga terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ada tiga kriteria yang BAB III OBJEK / DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang masuk dalam peringkat 10 besar CGPI dan juga terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laba, mengusahakan pertumbuhan perusahaan dan menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. laba, mengusahakan pertumbuhan perusahaan dan menjamin kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu perusahaan didirikan dengan tujuan utama untuk memaksimalkan laba, mengusahakan pertumbuhan perusahaan dan menjamin kelangsungan hidup perusahaan ke

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari analisis data serta pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, artinya perusahaan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN MANUFAKTUR

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN MANUFAKTUR ISSN : 2302 8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 9.3 (2014) : 709-716 PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Ni Putu Yunita

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

Lebih terperinci

Nurlaila

Nurlaila PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN BIAYA KEAGENAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) Nurlaila Email: nurlailae71@gmail.com Dwi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: Pertama, kepemilikan saham manajerial berpengaruh negatif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai meningkat tajam sejak negara-negara Asia dilanda krisis ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Dalam era

Lebih terperinci

Oleh: Doan Tegar Prastyawan, Dr. Erwin Saraswati, Ak.,CPMA.,CSRS.,CA.

Oleh: Doan Tegar Prastyawan, Dr. Erwin Saraswati, Ak.,CPMA.,CSRS.,CA. PENGARUH LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAN DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011) Oleh: Doan Tegar Prastyawan, Dr. Erwin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Hutang Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihakpihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara Indonesia, isu mengenai tata kelola perusahaan mengemuka setelah Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Sejak itulah,

Lebih terperinci

BAB I PENDUHULUAN. mengembangkan usahanya perusahaan harus mengembangkan perusahaannya

BAB I PENDUHULUAN. mengembangkan usahanya perusahaan harus mengembangkan perusahaannya BAB I PENDUHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi dan perdagangan bebas telah membuat persaingan usaha semakin ketat. Berbagai perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya dan mengembangkan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik (shareholder)

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik (shareholder) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik (shareholder) melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis dan pembahasan mengenai pengaruh kepemilikan terkonsentrasi, kepemilikan manajerial, set kesempatan investasi, leverage,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu daya tarik berinvestasi bagi investor dalam pasar primer maupun pasar sekunder adalah dividen. Dividen merupakan salah satu faktor yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan).

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan). 91 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Analisis 4.1.1. Pilihan Alat Analisis Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis fenomena ekonomi makro seperti liberalisasi keuangan dan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Baik kreditur maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu: 1. Komang Adik dan I Made (2016) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Kinerja keuangan diukur dengan profitabilitas, menurut Warsono (2003) Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi perusahaan yang besar, sehingga sistem pengelolaan perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi perusahaan yang besar, sehingga sistem pengelolaan perusahaan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Banyak perusahaan kecil di Indonesia berkembang menjadi

Lebih terperinci

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya pemisahaan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya pemisahaan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya pemisahaan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi pengendalian (control) dalam hubungan keagenan sering menimbulkan masalah masalah keagenan

Lebih terperinci

MASALAH DAN BIAYA KEAGENAN

MASALAH DAN BIAYA KEAGENAN MASALAH DAN BIAYA KEAGENAN NICKEN DESTRIANA STIE TRISAKTI ndestriana@stietrisakti.ac.id PENDAHULUAN D alam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang disebut agency theory. Agency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian di dunia terus mengalami berbagai perubahan dan hal ini memicu para pengusaha berusaha lebih keras dalam mengembangkan usahanya, apalagi

Lebih terperinci

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan permasalahan yang ada pada penelitian ini. Berikut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan permasalahan yang ada pada penelitian ini. Berikut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Banyak berbagai penelitian yang diharapkan oleh peneliti tidak lepas dari penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang disebut agency theory. Agency theory (teori keagenan) seperti yang dikemukakan oleh Jensen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan pendanaan, investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya dan meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham. Suatu perusahaan dikatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama semua perusahaan ialah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage, dan Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Untuk mencapai tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perusahaan go public sering terjadi masalah keagenan yang ditunjukkan dari adanya perbedaan kepentingan antara manajemen (agen) dan pemegang saham. Manajer

Lebih terperinci