STUDI PENAMBAHAN ABU BATUBARA SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN BERASPAL (186M)
|
|
- Susanti Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STUDI PENAMBAHAN ABU BATUBARA SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN BERASPAL (86M) Syaiful, Setiana Mulyawan Dosen Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor ABSTRAK Bahan bakar batu bara digunakan pada pembangkit listrik dan industri termasuk pada unit Asphalt Mixing Plant (AMP) menyisakan limbah abu batu bara yang sangat banyak dan menjadi masalah bagi lingkungan. Pemanfaatan limbah batu bara dilakukan dalam berbagai macam keperluan termasuk untuk konstruksi yaitu sebagai filler pada campuran aspal. Penelitian menunjukkan nilai stabilitas semua campuran memenuhi syarat spesifikasi, yaitu minimal 800 kg, hanya pada campuran variasi,0% Filler dengan kadar aspal,% nilai stabilitasnya minim yaitu 890 kg, diperkirakan karena kurangnya kadar aspal. Nilai stabilitas yang paling tinggi didapat dari campuran varian, agregat dari coldbin tanpa filler, dengan kadar aspal 6,0%. Nilai stabilitas didukung oleh gradasi agregat, bentuk dan tekstur agregat dan kadar aspal campuran. Penambahan prosentase filler menurunkan stabilitas pada campuran dengan kadar aspal minim, tetapi menambah nilai stabilitas pada campuran dengan kadar aspal yang tinggi dan optimum. Semua variasi campuran menunjukkan nilai stabilitas tertinggi pada kadar aspal 6,0%. Nilai stabilitas tertinggi pada variasi campuran dari coldbin murni tanpa filler dimungkinkan karena gradasi agregat yang ada sudah sangat baik. Variasi campuran 6 yang merupakan campuran dengan material dari hotbin dimana materialnya dipengaruhi oleh abu batubara dari pembakaran/agregat pada pengering (driyer), menunjukkan nilai stabilitas yang tinggi. Kata kunci : Stabilitas campuran, hot bin, filler, cold bin.. PENDAHULUAN Penggunaan bahan bakar batu bara pada pembangkit listrik dan industri termasuk pada unit Asphalt Mixing Plant (AMP) menyisakan limbah abu batu bara yang sangat banyak dan menjadi masalah bagi lingkungan. Upaya pemanfaatan limbah ini telah dilakukan untuk berbagai macam keperluan termasuk untuk konstruksi. Abu batu bara yang berupa abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) dapat digunakan sebagai mineral filler untuk pengisi voids dan memberikan contact point antar agregat pada campuran asphalt concrete. (Prijatama, Herry, Eko TS, 996) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai Marshall (kekuatan, rongga antar agregat (VMA), rongga dalam campuran (VIM), kelelahan (flow) dan hasil bagi marshall (MQ) akibat pengaruh penggunaan abu batubara sebagai substitusi filler pada campuran beraspal, beton aspal lapis aus (asphalt concrete-wearing course/ac-wc). (Sukirman, Silvia, 99).. METODOLOGI. Tinjauan Struktur Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu struktur perkerasan diletakkan di atas tanah dasar yang berfungsi untuk menampung beban lalu-lintas yang melewatinya. Secara struktural lapisan perkerasan jalan harus dapat menerima dan menyebarkan beban lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan itu sendiri Fungsi utama perkerasan jalan adalah :. Menyediakan lahan untuk pergerakan barang dan manusia dengan rasa aman, nyaman dan sesuai dengan kebutuhan serta irit.. Melindungi subgrade dengan lapisan kedap air untuk mencegah air permukaan menginfiltrasi ke dalam subgrade dan melemahkannya.. Menahan tegangan regangan yang disebabkan oleh beban lalu lintas dan cuaca dan memindahkannya pada subgrade dengan batas-batas tertentu, dengan kata lain perkerasan melindungi bagian dibawahnya dari distribusi beban lalu lintas yang terkonsentrasi sehingga terhindar dari tegangan yang berlebih. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, -6 Oktober 0 M -
2 Memenuhi tuntutan di atas dalam upaya mendukung beban lalu lintas, konstruksi perkerasan jalan harus mempunyai kekuatan yang cukup pada setiap lapisan, dengan kekuatan makin ke atas daya dukungnya akan makin besar. (Kurniaji, 00).. Kriteria Konstruksi Perkerasan Jalan Kriteria konstruksi perkerasan jalan bersifat lentur yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pemakai jalan haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu secara garis besar dikelompokkan menjadi (dua) yaitu syarat keamanan dan kenyamanan dan syarat kekuatan/struktural.. Syarat-syarat keamanan dan kenyamanan. Konstruksi perkerasan lentur dipandang dari segi keamanan dan kenyamanan berlalu lintas harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : ) Permukaan rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang. ) Permukaan cukup fleksibel, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja diatasnya. ) Permukaan cukup kesat, sehingga dapat memberikan gaya gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan sehingga tidak mudah selip. ) Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika terkena sinar, baik sinar matahari maupun sinar lainnya.. Syarat-syarat kekuatan/struktural. Konstruksi perkerasan jalan dipandang dari segi ketahanan dan kemampuan memikul dan menyebarkan beban lalu lintas, harus memenuhi syarat-syarat : ) Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan lalu lintas ke tanah dasar. ) Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan di bawahnya yang akan mengakibatkan perlemahan. ) Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya dapat cepat dialirkan. ) Perkerasan mampu memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti. (Prijatama, Herry, Eko TS, 996). Abu Batubara Secara umum abu batubara dapat didefinisikan sebagai materi sisa atau pengotor dari batu bara (lempung, kuarsa, feldspar) yang tidak habis terbakar dan berfusi dalam proses pembakaran karbon, hidrogen, sulfur, oksigen dan penguapan air yang terkandung dalam batubara. Terdapat dua macam abu batubara, yaitu abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Abu dasar hanya merupakan 0-0% dari total abu batubara dan biasanya terkumpul di dasar atau sekitar tungku pembakar karena terlalu berat untuk dibawa oleh gas buang. Abu dasar biasanya berwarna gelap dan ukuran butirnya bervariasi dari ukuran pasir hingga kerikil (pebble). Komposisi kimia abu dasar didominasi SiO dan Al O dan kadar CaO. Dibandingkan dengan abu terbang, abu dasar umumnya mengandung kadar sisa karbon yang lebih tinggi. Abu terbang merupakan bagian terbesar (80% atau lebih)) dari abu batubara. Abu tersebut mempunyai ukuran butir yang lebih halus (lebih kecil dari 00 mm) dan berwarna lebih terang (keabu-abuan) bila dibandingkan dengan abu dasar. Abu terbang ditangkap dengan menggunakan presipitator elektrostatik, filter atau siklon. Efisiensi dari penyaringan abu terbang bisa mencapai 99,9% (dengan presipitator elektrostatik) dan sisanya, berupa butiran yang sangat halus, terbang ke udara. Seperti halnya abu dasar abu terbang juga didominasi oleh alumina dan silica (aluminosilikat), sedangkan unsur lain yang juga berperan adalah oksida besi dan kalsium. Pada dasarnya abu terbang mempunyai komposisi kimia yang menyerupai aluminosilikat lainnya, seperti lempung. Berat jenisnya berkisar antara,9,9 g/cm dan komposisi mineraloginya terutama terdiri dari fasa gelas. Sebagai filler untuk aspal telah banyak digunakan di beberapa Negara Eropa dengan komposisi agregat kasar/halus, filler (abu batubara) dan aspal, tetapi hal ini belum dilakukan di Indonesia. Sedangkan sebagai fondasi jalan beberapa penelitian telah dilakukan oleh LIPI dan Departemen Pekerjaan Umum. Puslitbang Geoteknologi telah melakukan penelitian untuk membuat fondasi jalan yang stabil dengan campuran abu terbang dan lempung di daerah Purwodadi, dengan hasil sementara cukup baik. (Prijatama, Herry, Eko TS, 996). Pemeriksaan Dengan Alat Marshall Pengujian dengan alat Marshall konvensional. Pemeriksaan dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal dan agregat. Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,0. Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring (cincin penguji) yang berkapasitas 00 kg atau 000 pon. Proving ring dilengkapi dengan arloji pengukur yang berguna untuk mengukur stabilitas campuran. Disamping itu terdapat arloji kelelehan untuk mengukur kelelehan plastis (flow). M - 6 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, -6 Oktober 0
3 . Pembuatan Benda Uji Benda uji berbentuk silinder (briket) dengan diameter atau 0,6 cm dan tinggi 6, cm, dibuat dengan cetakan dan ditumbuk mempergunakan hammer (penumbuk) dengan berat 0 pon (,6 kg) dan tinggi jatuh 8 inchi (,7 cm). Berikut ditampilkan alat uji Marshall dan jarum uji Marshall pada Gambar dan Gambar. Gambar. Alat uji Marshall Gambar. Jarum uji Metode pemadatan dengan Marshall konvensional atau normal yang dirancang dengan jumlah tumbukan normal tertentu dianggap belum cukup untuk menjamin kinerja campuran beraspal yang digunakan untuk lalu lintas berat dan padat dengan temperatur tinggi. Untuk mengevaluasi kerusakan perkerasan jalan beraspal berbentuk retak dan deformasi plastis berupa alur dikontrol dengan uji kepadatan sampai kondisi membal. Kepadatan membal adalah masa per satuan volume termasuk rongga contoh uji yang dipadatkan sampai membal. (Ditjen Bina Marga, 999)..6 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menggunakan tahapan sebagai berikut:. Penyediaan bahan material meliputi, a. agregat, skrining dan abu batu dari colbin. b. Agregat : Coarse dan Fine Agregat dari hotbin. c. Filler Abu Batubara dari Suplayer. d. Aspal Pen 60/70 ex. Pertamina.. Pemeriksaan berat jenis dan gradasi agregat.. Penggabungan agregat dan pemeriksaan berat jenis serta gradasi agregat gabungan.. Analisis campuran.. Penyiapan benda uji, dibuat bentuk briket ukuran diameter 0,6 cm tinggi 7,6 cm, dengan variasi dan proporsi campuran berbeda. 6. Pemeriksaan berat jenis benda uji dan pengujian dengan alat Marshall. 7. Perhitungan hasil uji Marshall dengan program Excel dan penggambaran grafik stabilitas, density, flow, rongga udara, rongga terisi aspal, kadar aspal dan penentuan kadar aspal optimum. 8. Hasil dan pembahasan.. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Pengujian Agregat Pengujian agregat berupa pemeriksaan berat jenis dan analisa saringan atau analisis gradasi yang dilakukan terhadap material yang akan digunakan untuk percobaan campuran yaitu dari coldbin dan hotbin, diperoleh hasil sebagaimana disajikan berturut-turut pada Tabel dan Tabel. Tabel. Berat jenis dan absorbsi material agregat dari cold bin. Uraian coldbin- coldbin- (Skrining) (Abu batu). Berat Jenis Bulk g/cm,7,. Berat Jenis Kering Jenuh SSD g/cm,66,68. Berat Jenis Semu g/cm,7,79. Absorbsi %,,08 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, -6 Oktober 0 M - 7
4 Tabel. Berat jenis dan absorsi material agregat dari hotbin. Uraian hotbin- hotbin- hotbin- (6- mm) (- mm) (0- mm). Berat Jenis Bulk g/cm,8,9,7. Berat Jenis Kering Jenuh g/cm,607,60,80 SSD. Berat Jenis Semu g/cm,707,7,669. Absorsi %,0,7, Gambar. Benda uji Berdasarkan hasil analisis saringan atau analisis gradasi masing-masing material agregat, dilakukan analisis penggabungan agregat dengan cara coba-coba (triall and error) dan diperoleh variasi dan proporsi campuran sebagaimana ditunjukkan pada Tabel. Varian Tabel. Variasi dan proporsi campuran Perbandingan Campuran ( % ) Coldbin Coldbin Hotbin Hotbin Hotbin Filler Coldbin ,0 Coldbin, , Coldbin - - -,0 Coldbin, - - -, Coldbin - - -,0 6 Hotbin ,0 Hasil analisis gradasi agregat gabungan dimana semua variasi campuran mempunyai nilai yang hampir sama, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel. memenuhi batasan spesifikasi dan Tabel. Hasil analisa gradasi gabungan Ukuran saringan Persen lolos saringan (%) dia (mm) 6 Spesifikasi. 9,,7 9,,78,8,9 0,9 0,97 0,9 0,07 00,00 9,87 86,90 6,8,,6,70 0,00, 9, 00,00 9,87 88,90 6,8,,8,99 0,,8 9,7 00,00 9,87 88,90 6,8,8,0,8 0,6, 9,0 00,00 9,97 89,6 6,,,8,97,0,6 9,6 00,00 9,87 88,90 6,9,6,8,87,9,7 9, 00,00 97, 86, 60,9,60,9,97 7,,99 7, ,,6 0, 0, 9 0. Hasil Pengujian Campuran Hasil pengujian campuran dengan metode pengujian Marshall yang dilakukan pada semua variasi benda uji diperoleh nilai-nilai stabilitas, rongga diantara agregat (VMA), pelelehan (flow) dan hasil bagi marshall (MQ) memenuhi persyaratan spesifikasi. Sedangkan rongga dalam campuran (VIM) pada semua variasi dengan kadar aspal.% -.0% dan.% mempunyai nilai diatas.0% dan pada kadar aspal 7.0% dan sebagian variasi pada M - 8 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, -6 Oktober 0
5 kadar aspal 6.% nilai VIM dibawah.%, sehingga tidak memenuhi syarat spesifikasi yaitu minimal.% dan maksimal.0%. Rongga terisi aspal (VFA) pada semua variasi dengan kadar aspal.% dan.0% tidak memenuhi syarat spesifikasi karena mempunyai nilai dibawah minimal 6%. Dengan demikian semua variasi campuran dengan kadar aspal.%,.0%,.% dan 7.0% tidak memenuhi nilai yang disyaratkan. Hasil pengujian Marshall cara biasa (konvensional) dan cara kepadatan membal (precentag revusel density, PRD) yang memenuhi syarat sesuai spesifikasi beberapa variasi campuran ditunjukkan pada Tabel, Tabel 6, Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel. Nilai stabilitas (Kg) Penambahan Filler (%) 0,0 0,,0, Kadar aspal dalam campuran Uji Marshall Biasa,% 6,0% 6,%,% 6,0% 6,% ,0 6 Hot Bin 0, Spesifikasi Umum 00 Minimum Tabel 6. Nilai Rongga Dalam Campuran ( VIM), (%). Kadar aspal dalam campuran Penambahan Uji Marshall Biasa Filler (%),% 6,0% 6,%,% 6,0% 6,% 0,0,0,0,6,,80,0 0,,68,7,6,,7,,0,,,8,60,70,,,9,7,7,00,07,,0,0,0,8,,78,7 6 Hot Bin 0,0,0,08,6,6,7,7 - Spesifikasi Umum 00, -,0 Min, Tabel 7. Nilai rongga terisi aspal (VFA), (%). Kadar aspal dalam campuran Penambahan Uji Marshall Biasa Filler (%),% 6,0% 6,%,% 6,0% 6,% 0,0 69,8 7,9 79,8 76,9 8,06 8,76 0, 7, 77,76 8,80 76,98 8,8 8,0,0 67,7 7,8 78,7 76,7 8,78 8,76, 68,0 7, 78,98 7,60 80,7 8,6,0 70,0 76,7 8,8 77,6 8, 8,66 6 Hot Bin 0,0 68, 7,80 79,7 7,90 8, 8, - Spesifikasi Umum 00 Minimum 6 - Tabel 8. Kelelehan (Flow), (mm). Kadar Aspal Dalam Campuran Penambahan Uji Marshall Biasa Filler (%),% 6,0% 6,%,% 6,0% 6,% 0,0,,67,70,7,70,80 0,,,6,70,7,67,8,0,00,78,8,8,70,80,,6,,6,0,,70,0,0,,6,8,6,68 6 Hot Bin 0,0,,6,70,7,70,80 - Spesifikasi Umum 00 Minimum - Berdasarkan hasil pengujian marshall tersebut diperoleh nilai kadar aspal optimum semua variasi campuran yang dihitung secara grafis, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 9. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, -6 Oktober 0 M - 9
6 Tabel 9. Kadar aspal optimum (%). Variant Penambahan Filler (%) Kadar Aspal Optimum 0,0 0,,0,,0,9, Hot Bin 0,0,9. Pembahasan Hasil Pengujian Campuran Pembahasan hasil pengujian campuran dalam penelitian menunjukkan nilai stabilitas semua campuran memenuhi syarat spesifikasi, yaitu minimal 800 kg, hanya pada campuran variasi.0% Filler dengan kadar aspal.% nilai stabilitasnya minim yaitu 890 kg, diperkirakan karena kurangnya kadar aspal. Nilai stabilitas yang paling tinggi didapat dari campuran varian, agregat dari coldbin tanpa filler, dengan kadar aspal 6.0%. Nilai stabilitas didukung oleh gradasi agregat, bentuk dan tekstur agregat dan kadar aspal campuran. Penambahan prosentase filler menurunkan stabilitas pada campuran dengan kadar aspal minim, tetapi menambah nilai stabilitas pada campuran dengan kadar aspal yang tingi dan optimum. Semua variasi campuran menunjukkan nilai stabilitas tertinggi pada kadar aspal 6.0%. Nilai stabilitas tertinggi pada variasi campuran dari coldbin murni tanpa filler dimungkinkan karena gradasi agregat yang ada sudah sangat baik. Variasi campuran 6 yang merupakan campuran dengan material dari hotbin dimana materialnya dipengaruhi oleh abu batubara dari pembakaran/agregat pada pengering (driyer), menunjukkan nilai stabilitas yang tinggi, hal tersebut dimungkinkan karena:. Batubara yang dipakai merupakan bahan batubara yang berkalori tingi sehingga menghasilkan panas yang tinggi.. Batubara dihancurkan menjadi sangat halus sehingga dapat terbakar habis.. Driyer dilengkapi dengan burner yang memiliki pasokan bahan bakar solar untuk membantu menyempurnakan pembakaran.. Jumlah blower ditambah untuk menyempurnakan pembakaran,dimana blower pertama berfungsi mendorong batubara yang sudah membara dan yang kedua membuat turbulensi udara terhadap api yang dihasilkan sampai sejauh mungkin sehingga menghasilkan panas yang cukup tinggi di dalam driyer.. halus/ debu dan abu terbang dikeluarkan melalui bukaan exaust yang cukup, sehingga material filler yang di pasok ke hotbin tidak berlebihan atau sesuai keperluan. Nilai rongga dalam campuran (Va) atau (voids in mix/vim) yang kecil membuat lapisan menjadi kedap air, tetapi dengan nilai kadar aspal yang tinggi lapisan perkerasan akan menjadi bleeding. Berdasarkan uraian diatas, hasil pengujian campuran semua variasi menunjukkan nilai paling tinggi atau optimum untuk campuran beraspal lapis aus (asphalt concrete-wearing course/ac-wc) adalah dengan kadar aspal 6.0%. Sebagai gambaran perbandingan antara variasi campuran pada kadar aspal 6.0% ditunjukkan pada Tabel 0. Tabel 0. Hasil uji Marshall pada kadar aspal 6.0%. Stabilitas (Kg) Rongga diantara Agregat (VMA) (%) Rongga dalam Campuran (VIM) (%) Rongga terisi Aspal (VFA) (%) Kelelehan (mm) Hasil bagi Marshall ,0 6,7 7,8 7,08 6,97,0,7,,7,0 7,9 77,76 7,8 7, 76,7,67,6,78,, 6. 6,9,08 7,80,6 Spc.. min. 800 min.,,0 min. 6 min. min M - 0 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, -6 Oktober 0
7 . KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :. Penggunaan abu batubara sebagai filler pada campuran beraspal,beton aspal lapis aus (asphalt concretewearing course/ac-wc) dalam batas tertentu dapat dilakukan sehingga mencapai gradasi agregat yang dikehendaki.. Variasi campuran dengan penambahan.% filler abu batubara, mempunyai nilai stabilitas lebih tinggi, nilai VIM ideal, rongga dalam campuran pada kepadatan membal mempunyai nilai terbesar, menunjukkan durabilitas cukup tinggi. DAFTAR PUSTAKA Ditjen Bina Marga. (999). Tata Cara Penentuan Kepadatan Mutlak, Jakarta, Departemen Pekerjaan Umum. Kurniaji. (00). Perkerasan dan Kinerja Jalan Secara Umum. Bandung, Departemen Pekerjaan Umum, Balai Bahan dan Perkerasan Jalan. Prijatama, Herry, Eko TS.(996). Mengubah Limbah Menjadi Rupiah Pemanfaatan Limbah Abu Batubara. Bandung, LIPI, Puslitbang Geoteknologi. Sukirman, Silvia. (99). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: Nova. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, -6 Oktober 0 M -
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Agregat Penelitian ini menggunakan agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya yang berlokasi di Kecamatan Bongomeme. Agregat dari lokasi ini kemudian diuji di Laboratorium Transportasi
Lebih terperinciPENGGUNAAN ABU BATU BARA SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC
PENGGUNAAN ABU BATU BARA SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC Zulfhazli 1), Wesli 2), Said Jalalul Akbar 3) Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh email: zulfhazli.abdullah@gmail.com;
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:
KAJIAN PERBEDAAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS ANTARA JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS (HRS-WC) BERGRADASI SENJANG DENGAN YANG BERGRADASI SEMI SENJANG Giavanny Hermanus Oscar H. Kaseke, Freddy
Lebih terperinciAlik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang
PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU (BAGASSE ASH OF SUGAR CANE) SEBAGAI BAHAN PENGISI (FILLER) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS ATB (ASPHALT TREATD BASE) Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara
BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi,
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG
PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG Fergianti Suawah O. H. Kaseke, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat ditemukan pertama kali di Babylon pada tahun 625 SM, tetapi perkerasan jenis ini tidak berkembang,
Lebih terperinciPENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1
PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1 Windi Nugraening Pradana INTISARI Salah satu bidang industri yang
Lebih terperincisampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang terletak di atas tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung beban lalulintas dan meneruskannya sampai
Lebih terperinciPENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC
PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC Januardi 1) Abstrak Dalam Ditjen (2011), khusus pada sifat-sifat campuran perkerasan hanya terdapat standar untuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Material Dasar 1. Agregat dan Filler Material agregat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari batu pecah yang berasal dari Tanjungan, Lampung Selatan. Sedangkan sebagian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil dan Analisa Pengujian Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal keras yang mempunyai nilai penetrasi 60/70. Pengujian aspal di laboratorium Jalan
Lebih terperinciAgus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4
STUDI KOMPARASI PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN NILAI KONSTANTA ASPAL RENCANA TERHADAP NILAI STABILITAS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (HRSWC) TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B
PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B Sabaruddin Fakultas Teknik Universitas Khairun Kampus Gambesi Kotak Pos 53 - Ternate 97719 Ternate Selatan Telp. (0921)
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN FILLER GRANIT DAN KERAMIK PADA CAMPURAN LASTON AC-WC TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL
PENGARUH PENAMBAHAN FILLER GRANIT DAN KERAMIK PADA CAMPURAN LASTON AC-WC TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL Fasdarsyah, Mukhlis, Sulaiman Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Lapis
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Pengujian Material 1. Agregat Kasar dan Steel Slag Agregat kasar merupakan agregat yang tertahan diatas saringan 2.36 mm (No.8), menurut saringan ASTM. a. Berat Jenis Curah
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:
PENGARUH PERUBAHAN GRADASI DAN RATIO ANTARA PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO. #200 DENGAN BITUMEN EFEKTIF, TERHADAP BESARAN MARSHALL QUOTIENT PADA CAMPURAN ASPAL LATASTON Maria Rainy Lengkong Oscar H. Kaseke,
Lebih terperinciPEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON
PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik - Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Penelitian ini menggunakan agregat kasar, agregat halus, dan filler dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pengujian agregat ditunjukkan
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:
PENGARUH JUMLAH KANDUNGAN FRAKSI BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS BERGRADASI HALUS Windy J. Korua Oscar H. Kaseke, Lintong Elisabeth
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC
PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC Ronni Olaswanda 1 Anton Ariyanto, M.Eng 2 dan Bambang Edison, S.Pd, MT 2 Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang tinggi memberikan tantangan tersendiri bagi pelayanan fasilitas umum yang dapat mendukung mobilitas penduduk. Salah satu
Lebih terperinciKAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS
KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS Prylita Rombot Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas
Lebih terperinciBerdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:
17 BABUI LANDASAN TEORI 3.1 Perkerasan Jalan Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas: 1. Konstmksi perkerasan lentur ("fleksibel pavement"), yaitu perkerasan yang menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum
25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODE MARSHALL Konsep dasar dari metode campuran Marshall adalah untuk mencari nilai kadar aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat
Lebih terperinciNILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL
NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL M. Aminsyah Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas Abstrak Dalam rangka peningkatan dan pengembangan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAFTAR
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG
PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG ( LIMBAH BAJA ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERTAHAN SARINGAN / DAN 3/8 TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN AC-WC Afif Ghina Hayati INTISARI Semakin banyaknya industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspal sebagai salah satu bahan bitumen atau perekat untuk konstruksi jalan sudah lama digunakan secara luas dalam konstruksi jalan raya. Hal ini disebabkan aspal memiliki
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS
PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS Praesillia Christien Ator J. E. Waani, O. H. Kaseke Fakultas Teknik, Jurusan
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2
PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/ dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan INTISARI Jalan merupakan sarana penghubung mobilisasi dari satu
Lebih terperinciAkhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT
Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT STUDI PENGGUNAAN PASIR PANTAI BAKAU SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON JENIS HOT ROLLED SHEET (HRS) AKHMAD BESTARI Dosen
Lebih terperinci3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat pesat. Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan ekonomi hal ini mengakibatkan peningkatan mobilitas
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Agregat Kasar A. Hasil Pengujian Agregat Agregat kasar yang digunakan dalam percobaan ini berasal dari desa Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pemeriksaan bahan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR
KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR Senja Rum Harnaeni 1), Isyak Bayu M 2) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciTINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR
TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR Senja Rum Harnaeni 1, Arys Andhikatama 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciSumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)
BAB III LANDASAN TEORI A. Parameter Marshall Alat Marshall merupakan alat tekan yang di lengkapi dengan proving ring yang berkapasitas 22,5 KN atau 5000 lbs. Proving ring dilengkapi dengan arloji pengukur
Lebih terperinciNASKAH SEMINAR INTISARI
NASKAH SEMINAR PENGARUH VARIASI PEMADATAN PADA UJI MARSHALL TERHADAP ASPHALT TREATED BASE (ATB) MODIFIED MENURUT SPESIFIKASI BINA MARGA 2010 (REV-2) 1 Angga Ramdhani K F 2, Anita Rahmawati 3, Anita Widianti
Lebih terperinciPENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS
PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS Dwinanta Utama Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unversitas Borobudur Jl. Raya Kali Malang No. 1,
Lebih terperinciKamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI
STUDI PERBANDINGAN NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN AGREGAT SUNGAI GRINDULU, SUNGAI LESTI, DAN BENGAWAN SOLO UNTUK LALULINTAS SEDANG Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:
PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON LAPIS AUS GRADASI SENJANG Risky Aynin Hamzah Oscar H. Kaseke, Mecky M. Manoppo
Lebih terperinciVol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X
KAJIAN CAMPURAN PANAS AGREGAT ( AC-BC ) DENGAN SEMEN SEBAGAI FILLER BERDASARKAN UJI MARSHALL Oleh: Hendri Nofrianto*), Zulfi Hendra**) *) Dosen, **) Alumni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan
Lebih terperinciABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum
PENGGUNAAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI FILLER PADA PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA Muhammad Zainul Arifin Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Lebih terperinciGambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Pada penelitian ini untuk pengujian agregat, aspal, pembuatan benda uji dan pengujian Marshall dilakukan di Laboratorium Bahan Perkerasan Jalan, Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Mulai Identifikasi Masalah Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Aspal Pengujian Agregat Pengujian filler Syarat Bahan Dasar Tidak Memenuhi Uji Marshall
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian
BAB III METODOLOGI Dalam bab ini peneliti menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan selama penelitian tentang Studi komparasi antara beton aspal dengan aspal Buton Retona dan aspal minyak Pertamina
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Aspal Beton Menurut Sukirman (1999) aspal beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran merata antara
Lebih terperinciMETODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas
III. METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung untuk pembuatan Arang Tempurung Kelapa, dan Laboratorium
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
56 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan 1. Pengujian agregat Hasil Pengujian sifat fisik agregat dan aspal dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 5.1. Hasil Pengujian Agregat Kasar dan
Lebih terperinciI Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)
PENGGUNAAN LIMBAH BONGKARAN BANGUNAN (BATAKO) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS DAN FILLER PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASBUTON I Made Agus Ariawan 1 Program Studi
Lebih terperinciBATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji
BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji Abstract : Daerah Baturaja merupakan kawasan penghasil batu kapur yang ada
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.
PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T. ABSTRAK Hot rolled sheet Wearing Course (HRS WC) adalah campuran lapis tipis
Lebih terperinciKAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS
KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS Steward Paulus Korompis Oscar H. Kaseke, Sompie Diantje Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciTINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.
Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 90 TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT Raden Hendra Ariyapijati Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODE PENGUJIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 31 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode marshall dan dilakukan di Laboratorium Jalan Raya PT Subur
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur,
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)
PENGARUH PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC) Kiftheo Sanjaya Panungkelan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai pengaruh variasi suhu pada proses pemadatan dalam campuran beton aspal yang dilakukan di Laboratorium Transportasi Program Studi
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISA DAN DATA
BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA 4.1 Hasil dan Analisa Pengujian Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal keras yang mempunyai nilai penetrasi 60/70, serat alam berupa sabut kelapa, Asbuton
Lebih terperinciPENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS
PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS Sumarni Hamid Aly Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jln. Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar, 90445 Telp: (0411) 587636 marni_hamidaly@yahoo.com
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran lapis aspal
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar
Lebih terperinciGRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT
Persentase Lolos (%) GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT Nomor Saringan 00 30 8 3/8 / 3/4 90 80 70 60 50 40 30 0 0 0 No 00 No. 30 No.8 "3/8" /" 3/4" Grafik Pasir Grafik abu Batu Grafik kasar Garis Diagonal ANALISA
Lebih terperinciKARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE
KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASBUTON DAN LIMBAH BONGKARAN BANGUNAN (BATAKO) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS DAN FILLER I Made Agus Ariawan 1 Program
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:
PENGARUH PERUBAHAN RATIO ANTARA PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO. #200 DENGAN BITUMEN EFEKTIF, TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LATASTON JENIS LAPIS PONDASI DAN LAPIS AUS Tri Utami Wardahni Oscar H.
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-
41 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak yaitu 3.452.390 jiwa pada sensus tahun 2010, belum lagi saat ini Daerah Istimewa Yogyakarta mulai
Lebih terperinciANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH
ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH Sri Sunarjono 1, Robby Samantha 2 1 Dosen Pengajar Program Pascasarjana
Lebih terperinciPERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR Michael Kevindie Setyawan 1, Paravita Sri Wulandari 2, Harry Patmadjaja
Lebih terperinciM. M. ADITYA SESUNAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2010
PENGARUH ADITIF ARANG TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI PENGGANTI MATERIAL FILLER TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN ASPAL (Seminar Usul Penelitian) Oleh M. M. ADITYA SESUNAN 0415011019 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KADAR AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL
ENGARUH VARIASI KADAR AGREGAT HALUS TERHADA NILAI KARAKTERISTIK CAMURAN ANAS ASAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN ENGUJIAN MARSHALL Oleh : M i s b a h Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan erencanaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC WC), terlebih dahulu melakukan uji coba dalam skala kecil terhadap agregat, aspal dan asbuton yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat. Dengan melihat peningkatan mobilitas penduduk yang sangat tinggi
Lebih terperinciPENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )
PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 ) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Polsri Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 1 ) E-mail:cecesumi@yahoo.com
Lebih terperinciPENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG
PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG Stevan Estevanus Rein Rumagit Oscar H. Kaseke, Steve Ch. N. Palenewen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.
31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS
ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS TUGAS AKHIR Oleh : Putu Anggi Wedayanti (0719151037) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil pengujian agregat kasar dan halus No Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalulintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspal beton (Laston) sebagai bahan untuk konstruksi jalan sudah lama dikenal dan digunakan secara luas dalam pembuatan jalan. Penggunaannya pun di Indonesia dari tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. aspal dan bahan tambah sebagai filler berupa abu vulkanik.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. BAHAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini agregat kasar, agregat halus, aspal dan bahan tambah sebagai filler berupa abu vulkanik. a. Agregat kasar: Agregat kasar
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBATU BARA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK PADA CAMPURAN ASPAL PANAS
BATU BARA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK PADA CAMPURAN ASPAL PANAS Lintong Elisabeth Dosen Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado Oscar H. Kaseke Dosen Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL
Jurnal Teknik Sipil IT Vol. No. Januari 05 ISSN: 354-845 ENGARUH VARIASI KADAR ASAL TERHADA NILAI KARAKTERISTIK CAMURAN ANAS ASAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN ENGUJIAN MARSHALL Oleh : Misbah Dosen Teknik Sipil
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS
PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS M. Zainul Arifin Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jln. Mayjen Haryono
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1. Pengujian Aspal Pada pengujian material aspal digunakan aspal minyak (AC Pen 60/70) atau aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall
98 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 15, No. 2, 98-107, November 2012 Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall (Effect of Using
Lebih terperinciSTABILITAS LAPIS ASPAL BETON AC-WC MENGGUNAKAN ABU SEKAM PADI
STABILITAS LAPIS ASPAL BETON AC-WC MENGGUNAKAN ABU SEKAM PADI Said Jalalul Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh email: jaakidani@gmail.com 1), ir_wesli@yahoo.co.id 2) Abstrak AC-WC (Asphal Concrete-Wearing
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BB III LNDSN TEORI. Metode Pengujian gregat dapun dasar perhitungan yang menjadi acuan dalam pengujian material yaitu mengacu pada spesifikasi Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 3) sebagai berikut: 1. gregat
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penelitian ini
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan
Lebih terperinciKAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON
KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON Louis Christian Lagonda O. H. Kaseke, S.V. Pandey Fakultas Teknik,
Lebih terperinciANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi
ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perhatian terhadap masalah lingkungan mulai meningkat beberapa tahun belakangan ini. Kesadaran akan lingkungan telah mendorong usaha daur ulang untuk keperluan tertentu,
Lebih terperinciTINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER
TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER Senja Rum Harnaeni 1, Pancar Endah Kirnawan 2 1Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinci