BAB III PANDANGAN ULAMA TENTANG ASURANSI JIWA. masyarakat melalui premi asuransi dan memberi perlindungan kepada anggota
|
|
- Widya Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 31 BAB III PANDANGAN ULAMA TENTANG ASURANSI JIWA A. Asuransi Jiwa dan manfaatnya Berdasarkan pembahasan yang sudah dikemukakan jelas bahwa asuransi adalah jasa keuangan yang pola kerjanya menghimpun dana masyarakat melalui premi asuransi dan memberi perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup matinya seseorang. Dapat dipahami bersama bahwa dalam asuransi terlibat dua belah pihak, yaitu penanggung dan tertanggung. Pihak pertama biasanya berwujud lembaga atau perusahaan asuransi (penaggung). Sedangkan pihak kedua adalah tertanggung atau orang yang akan menderita karena suatu peristiwa yang belum terjadisebagai kontrak pertanggungan ini pihak tertanggung berkewajiban berkewajiban membayar uang premi kepada pihak penaggung (perusahaan asuransi). Dewasa ini asuransi bagi sebagian masyrakat Islam Indonesia masih belum terlalu akrab, khususnya bagi masyarakat menengah kebawah, tetapi untuk Negara Negara maju memiliki asuransi telah menjadi hal yang umum dan bahkan wajib untuk dimiliki, ada pepatah yang mengatakan sedia payung sebelum hujun yang berarti bahwa semua orang harus mempersiapkan segala sesuatu untuk mengantisipasi hal hal yang terjadi di
2 32 masa depan, jadi saat musibah yang menghampiri kita sudah siap dengan segala sesuatu hal yang sudah persiapkan yaitu asuransi. Sedangangkan untuk manfaat asuransi jiwa yang dapat dirasakan yaitu: 1) Manfaat tafakuli pada produk tabungan Yaitu jika peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian maka ahli waris akan memperoleh dana tabungan yang telah disetor, bagian keuntungan atas hasil investasi mudharabah dari rekening tabungan dan selisih dari manfaat tafakul awal (rencana menabung) dengan premi yang sudah dibayar. Tetapi apabila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir maka peserta hanya memperoleh dana rekening yang telah disetor dan bagian keuntungan atas hasil atas hasil investasi mudharabah dari rekening tabungan. Sistem inilah sebagai implementasi dari akad tafakuli dan akad mudharabah, sehingga asuransi terhindar dari unsur gharar dan maisir. 2) Manfaat tafakuli pada produk non saving Yang dimaksud hal ini yaitu bila peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian maka ahli warisnya akan memperoleh dana santunan meninggal dari perusahaan, sesuai dengan jumlah yang direncanakan oleh peserta, sedangkan bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir maka peserta akan mendapatkan bagian keuntungan atas rekening
3 33 tabarru yang telah ditentukan oleh perusahaan dengan sekema mudharabbah. 1 3) Asuransi jiwa Pengganti program jaring pengaman Sosial pemerintah. Beberapa pemerintah di dunia menyediakan jaring pengaman atau program kesejahteraan sosial untuk mengatasi masalah pengangguran manusia lanjut usia dan para pengungsi (untuk di indonesia saat ini program kesejahteraan tersebut belum berlaku) Jika mayoritas penduduk di negara tersebut memiliki program asuransi jiwa,maka permasalahan kesejahteraan sosial di negara tersebut akan berkurang. Hal ini memungkinkan pemerintah menggunakan sejumlah dana untuk dialokasikan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan baik. 4) Asuransi jiwa dan stabilitas Masyarakat Seperti telah kita lihat bersama di topik sebelumnya,yaitu asuransi jiwa dapat meredam rasa cemas tiap individu,terhadap permasalahan keuangan mereka dimasa depan, terhadap kemungkinan kerugian keuangan jika terjadi resiko. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan stabilitas perekonomian masyarakat. jadi memiliki asuransi jiwa tentunya meningkatkan rasa aman terhadap kemungkinan terjadi kebangkrutan secara ekonomi jika musibah atau resiko buruk terjadi. 5) Asuransi jiwa sebagai sebuah sumber keuangan Syakir Sula Muhammad, Asuransi syari ah, Jakarta: Gema Insani, 2004, hlm.
4 34 Perusahaan asuransi jiwa menyediakan dana untuk bisnis bisnis baru,mereka juga menyalurkan dana bagi pemerintah untuk membiayai pembangunan perumahan, alat-alat pertanian, alan-jalan dan insfratuktur lainnya yang bersifat jangka panjang. Jadi sebagai tambahan,selain adanya jaminan jumlah dana,perusahaan-perusahaan juga menawarkan pinjaman.hal ini dapat anda tekankan ketika anda berusaha menjual 6) Asuransi jiwa untuk kebahagian masyarakat Masyrakat yang bahagia akan membentuk individu yang bahagia dan sebaliknya. Asuransi jiwa berusaha keras untuk menciptakan hal tersebut dengan memberikan kompensasi keuangan jika seorang individu mengalami resiko maka masalah kebangkrutan keuangan oleh karena resiko tersebut dapat teratasi. B. Metode Penanganan Resiko Hubungan antara resiko dan asuransi merupakan hubungan yang erat satu dengan yang lain. Yang satu akan selalu melekat dan mengikuti yang lain, dalam asuransi resiko selalu dipergunakan untuk dalam arti pesimis sebagaimana yang ditegaskan oleh D.S Hansell. Oleh karena itu sangat tepat ungkapan dari S.S Huebner Cs yang mengatakan Risk is traditionally referred to as the raw material of insurance. Jadi adalah tidak mungkin apabbila kita berbicara mengenai asuransi tanpa kita berbicara mengenai risiko, karena risiko merupakan pengertian dalam asuransi. Salah satu cara penanganan resiko yang lazim dilakukan adalah dengan mengalihkannya atau mentransfernya kepada pihak lain yang bersedia untuk menerimanya.
5 35 Risiko merupakan suatu hal yang selalu melekat dan megikuti seluruh kegiatan manusia di dunia ini maka manusia juga berusaha bagaimana caranya agar hidup dan kehidupan ini menjadi aman tentram dan tetap dalam keadaan yang diinginkan. Mengingat hal tersebut maka menimbulkan motivasi manusia untuk mengatasinya, A. Maslow menggambarkan lima hal. Yaitu sebagai upaya upaya manusia untuk tetap dalam keadaan rasa aman. Keadaan merasa aman merupakan salah satu kebutuhan manusia. Pada hakikatnya meniadakan risiko seluruhnya adalah tidak mungkin bagi setiap kejadian atau peristiwa, oleh karena itu mau tidak mau beberapa risiko tetap harus diterima/ di tanggung sendiri yaitu apabila: 2 1. Tidak ada cara praktis untuk menghindari, hal ini dapat terjadi pada suatu risiko pada suatu risiko yang sulit dideteksi. 2. Tidak mengetahui sama sekali tentang adanya suatu risiko tertentu. 3. Adanya akibat akibat yang timbul yang tidak begitu serius. 4. Adanya akibat akibat tertentu dalam rangka mungkin dari risiko yang dapat diterima. 5. Risiko risiko tertentu secara aktif memang diinginkan oleh yang berkepentingan (misalnya yang berkaitan dengan hobi) Manajemen risiko mempunyai pengertian sebagai langkah langkah manajemen pada umumnya dengan tujuan untuk menghadapi risiko dengan cara berikut: 2 D. S Hansell, Elementof insurance, Great Britain: mocdonal & Evans Ltd, hal.3.
6 36 1) Menemukan kemungkinan adanya suatu risiko dengan pengamatan dan imajinasi 2) Pengadaan istimidasi terhadap kemungkinan berdasarkan perkiraan semula dan potensi kerugian. 3) Mempertimbangkan metode untuk menghadapi risiko risiko. 4) Menyediakan sarana dan mengevakuasi keputusan yang diambil. guna: Tindakan tindakan di atas dapat dilakukan dengan tujuan lebih lanjut 1) Mengurangi biaya dengan memilih perangkat alat alat untuk manajemen risiko paling ekonomis. 2) Mengurangi rasa khawatir terhadap risiko umum. 3) Dapat menyelamatkan perusahaan dari kemungkinan kegagalan, paling tidak dapat mengadakan stabilitas keuntungan. Secara umum orang orang yang memang mempunyai tanggung jawab atas pengelolaan risiko menggunakan manjemen risiko dengan proses atau langkah lanhkah sebagai berikut: 1) Mengadakan identifikasi risiko. 2) Mengadakan evaluasi risiko. 3) Mengadakan seleksi dengan metode yang terbaik antara lain. Mencegah kerugian dan mengadakan pengawasan. Menghindari Menahan
7 37 Transfer 4) Melaksanakan progam 5) Melaksanakan pemeriksaan ulang. Kemungkinan tidakan tindakan diatas dalam banyak hal dapat diandalkan sebagai suatu metode atau atau cara yang baik dan tepat untuk pemindahan risiko.masing masing mempnyai kekurangan dan kelebihan, sehingga orang tetap mencari cara yang paling tepat dan aman untuk menghindarinya atau paling tidak untuk mengurangi akibat yang timbul, khusus terhadap akibat. Salah satu metode yang paling baik untuk penanganan risiko tidak lainadalah dengan cara mentransfernya atau mengalihkannya kepada pihak lain dengan jalan mengadakan perjanjian asuransi. 3 C. Pendapat Ulama Tentang Asuransi Jiwa Sebelum kita lebih jauh membahas mengenai pendapat ulama mengenai asuransi jiwa, maka sebelumnya kita mengerti dulu arti dari ulama itu sendiri. Dalam ensilopedia islam bahwa pengertian ulama adalah orang orang yang sangat tahu dan orang orang yang banyak ilmunya dengan demikian arti lugawi. Sedangkan dalam pengertian istilah yang berkembang dalam pemahaman umat islam, Ulama adalah orang yang ahli dalam ilmu agama 3 Dr. Hartono Sri Rejeki, S.H. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta: Sinar Grafik, 2001, hal,
8 38 islam dan mempunya intregitas kepribadian yang tinggi dan mulia serta berakhlkul karimah dan sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. 4 Syaikh Ibnu Abidin dari Mazhab Hanafi. 5 Orang yang pertama kali berbicaa tentang asuransi dikalangan fiqh islam adalah Muhammad Amin ibnu umar yang terkenal dengan sebutan Ibnu Abidin Addimasyqi dalam kitabnya yang terkenal, Hasyiyah Ibnu Abidin, bal Al-jihad, pasal isti man al-kafir, ia menulis, telah menjadi kebiasaan bila para pedagang menyewa kapal dari seorang harby, mereka membayar upah pengangkutannya. Disamping itu ia juga membayar sejumlah uang untuk seorang Harby yang berada di Negara asal penyewa kapal yang disebut sukarah premi asuransi dengan ketentuan bahwa barang barang pemakai kapal yang berada di kapal yang di sewa itu, apabila musnah karna kebakaran, kapal tenggelam atau dibajak dan sebaginya. Maka penerima uang premi asuransi itu menjadi penanggung, sebagai imbalan dari uang yang diambil dari pedagang itu. Kemudian ia mengatakan, yang jelas menurut saya, tidak boleh (tidak halal) bagi pedagang itu mengambil uang pengganti dari barang barangnya yang telah musnah, karena yang demikian itu iltizamu ma lam yalzam mewajibkan sesuatu yang tidak lazim/ wajib, dengan ungkapan inilah, sehingga Ibnu Abidin dianggap orang pertama di kalangan fuqaha yang membahas masalah asuransi. Mizan, hal, Departemen Agama RI, Ensiklopedia Islam, Jakarta: CV.Anda Utama,tt, hlm Ali Yafie, Asuransi Dalam Pandangan Islam, Mengagas Fiqih Sosial, Bandung:
9 39 Selain Syaikh Ibnu Abidin, ulama yang mengharamkan asuransi lainya adalah Syekh Muhammad Al-Ghajali 6, ulama dan tokoh haraki dari mesir. Dalam kitabnya Al-Islam Wal Munahijji Al-Isytiraakiyah (islam dan pokok pokok ajaran sosialisme) menyatakan bahwa asuransi itu mengandung riba karena beberapa hal, diantaranya yaitu: 1. apabila waktu perjanjian telah habis, maka uang premi dikembalikan kepada terjamin dengan disertai bunganya dan ini adalah riba. Apabila jangka waktu yang tersebut dalam polis belum habis dan perjanjian diputus, maka uang premi dikembalikan dengan dikurangi biaya biaya administrasi dan muamalah semacam itu dilarang oleh hukum agama (syara ) 2. ganti kerugian yang diberikan kepada terjamin pada waktu terjadinya peristiwa yang disebut di dalam polis, juga tidak dapat diterima oleh syara, karena orang orang yang mengajarkan asuransi bukan syarikat didalam untung rugi, sedangkan orang orang lain ikut memberikan sahamnya dalam uang yang diberikan kepada terjamin. 3. Maskapai asuransi di dalam kebanyakan usahanya. Menjalankan pekerjaan riba seperti pinjaman berbunga. 4. Perusahaan asuransi didalam usahanya mendekati pada usaha lotere. Dimana hanya sebagian kecil dari yang membutuhkan dapat mengambil manfaat. 2004, hal, Ir. Sula Muhammad syakir, AAIJ, FIIS, asuransi Syariah, Jakarta: Gema Insani,
10 40 5. Asuransi dengan arti ini merupakan salah satu alat untuk berbuat dosa. Banyak alasan uang dicari cari guna mengorek keuntungan dengan mengharap datangnya peristiwa yang tiba tiba. Ulama yang ketiga yang mengharamkan asuransi adalah guru besar Universitas Qatar, syekh Muhammad Yusuf Al-Qaradhawi dalam kitabnya Al- Halal Wal Haram Fil Islam (halal dan haram dalam islam) mengatakan bahwa asuransi dalam praktik sekarang ini bertentangan dengan prinsip prinsip syariah islam. Beliau mencontohkan dalam asuransi kecelakaan, yaitu seorang anggota membayar sejumlah uang setiap bulan, apabila dia bisa lolos dari kecelakaan maka uang jaminan itu hilang atau hangus, sedangkan si pemilik perusahaan akan menguasai sejumlah uang tersebut dan sedikitpun ia tidak mengembalikan kepada anggota asuransi tersebut. Tetapi bila terjadi suatu kecelakaan, maka perusahaan akan membayar sejumlah uang yang telah diperjamjikan bersama, Usaha semacam ini sama sekali jauh dari watak perdagangan dan solidaritas bersyarikat. Ulama lain yang mengharamkan adalah Syekh Abu Zahro Ulama fiqh termasyur dan banyak menulis karya ilmiah tentang hukum islam, guru besar Universitas kairo mesir 7, menyimpulkan bahwa asuransi sosial (saling menolong) adalah halal dan sebagai perkara alami yang perlu diadakan, sedangkan asuransi yang semata mata bersifat komersial/ nonsosial hukumnya haram, dapat disimpulkan sebagai berikut: 7 Ir. Sula Muhammad syakir, AAIJ, FIIS, op.cit, hal 62
11 41 1. Asuransi yang bersifat perkumpulan dengan tujuan sosial adalah halal dan tidak ada syubhah di dalamnya 2. Tidak menyetujui akad akad asuransi yang tidak bersifat perkumpulan dengan alasan ada syubatu qimar dan gharar di dalamnya sehingga gharar itu menjadi penyebab tidak sahnya semua akad. 3. Tidak menyetujui akad akad asuransi yang tidak bersifat perkumpulan dengan alasan ada syubatu qimar dan gharar di dalamnya sehingga gharar itu menjadi penyebab tidak sahnya semua akad. 4. Merupakan aqd al sharf persetujuan jual beli uang dan aqd al sharf itu tidak sah bila tidak tunai. 5. Tidak ada keadaan memaksa (dharuah) dalam bidang perekonomian yang mewajibkan Dr. Muhammad muslehuddin guru besar hukum islam universitas London dalam desertasi doktonya yang berjudul Insurance And Islamic Law mengatakan bahwa kontrak asuransi konvensional ditolak oleh ulama atau kalangan cendikiawan muslim dengan berbagai alasan, sementara penyokong modernis islam berkeras bahwa asuansi boleh menurut hokum islam, keberatan para ulama terutama adalah sebagai berikut: 1. Asuransi merupakan kontrak perjudian 2. Asuransi hanyalah pertaruhan 3. Asuransi bersifat tidak pasti 4. Asuransi jiwa adalah alat dengan mana suatu usaha dilakukan untuk menggantikan kehendak tuhan
12 42 5. Dalam asuransi jumlah jiwa premi tidak tentu, karena peserta asuransi tidak tahu berapa berapa kali cicilan yang hatrus dibayarkan sampai meninggal. 6. Perusahaan asuransi menginvestasikan uang yang dibayarkan oleh peserta asuransi dalam surat surat berharga (sekuritas) berbunga. Sedangkan dalam asuransi jiwa, peserta atas kematiannya berhak mendapat jauh lebih banyak dari jumlah yang telah dibayarkan, yang itu merupakan riba 7. Seluruh bisnis asuransi di dasarkan pada riba yang hukumnya haram. Karena itulah ulama dengan keras menyatakan perang terhadap asuransi dan dengan tegas berpendapat bahwa kontrak asuransi secara diametric bertentangan dengan standart standart yang ditetapkan oleh hokum islam. Asuransi berbahaya, tidak adil dan tidak pasti. Sedangkan menurut mantan ketua MUI, Rais Am NU, guru besar ilmu fiqih prof, KH. Ali Yafie merupakan salah satu ulama yang sangat independen pendapatnya di Indonesia dan berperan besar dalam BMI, asuransi Takaful, bank dan asuransi syari ah pertama di Indonesia setelah membahas dan mengkaji lebih dalam apa itu asuransi, bentuk bentuk, tujuan dan kaitannya dengan perundang undangan di Indonesia serta menelaah pendapat ulama ulama ternama yang dikutip dalam tulisannya, kemudian berkesimpulan bahwa: 1. Masalah asuransi penting mendapat perhatian para ulama karena merupakan suatu kenyataan (waqi ah) yang mempunyai peranan banyak dalam segi hukum kehidupan masyarakat dan melibatkan banyak orang dan golongan.
13 43 2. Asuransi diciptakan di dunia barat dan diatur oleh hukum sehingga mempunyai watak, bentuk, sifat dan tujuan sendiri yang membedakan ia (dalam kebutuhannya) dari wujud muamalat yang dikenal dalam fiqih yang beredar dalam dunia islam. 3. Dari tiga jenis asuransi, dua diantaranya yaitu asuransi perkumpulan (atta min at-ta awuni) dan asuransi wajib (at-ta min al-ilzami) dapat memperoleh tempat dalam lingkungan patokan patokan muamalah yang di tetapkan oleh hukum syara. karena layak diberi perhatian kearah pengembangan menjadi wasilah masyru ah Dikemukakan pula Pandangan ulama yang dituangkan dalam pendapat internasional maupun nasional, muktamar atau fatwa oleh majelis majma dan atau ormas islam salah satunya dalam: 1. Muktamar ekonomi islam, yang bersidang pertama kali pada tahun 1976 di mekah yang dihadiri 200 ulama, profesor syari ah dan pakar pakar okonomi dari berbagai Negara muslim, dalam keputusannya tentang asuransi menyimpulkan bahwa asuransi konvensional hukumnya haram, karena mengandung riba dan gharar. 2. Majma Al-fiqih al-islami al- Alami (kesatuan ulama fiqih dunia) yang bersidang pada tahun 1979 di Mekah al Mukkaramah. Keputusan mayoritas ulama adalah asuransi jenis perniagaan haram hukumnya, baik asuransi jiwa maupun lainnya. 3. Majelis kesatuan ulama besar dalam musyawarah pada tahun 1977 di Arab Saudi memutuskan bahwa asuransi jenis perniagaan hukumnya haram.
14 44 4. Fatwa jawatan kuasa kebangsaan Malaysia, pada tanggal 15 juni 1972, Insurance Nyawa (asuransi jiwa) sebagaimana yang dijalankan oleh perusahaan asuransi sekarang ini adalah muamalat yang fasid karena tidak sesuai dengan prinsip prinsip islam, derimana akan\tnya mengandung gharar, judi dan riba maka hukumnya menurut islam adalah haram. Meskipun ulama diatas menganggap bahwa asuransi hukumnya haram, tetapi ada pula pendapat pendapat ulama yang membolehkan asuransi, diantaranya yaitu Syaikh Abdur Rohman Isa adalah seorang guru besar Universitas Al-Azhar dengan tegas menyatakan bahwa asuransi merupakan praktek muamalah dengan gaya baru yang belum dijumpai imam imam terdahulu, demikian juga para sahabat Nabi. Pekerjaan ini menghasilkan kemaslahatan ekonomi. Ulama telah menetapkan bahwa kepentingan umum yang selaras dengan hukum syara yang patut diamalkan. Karena asuransi menyangkut kepentingan umum maka halal menurut syara. Selanjutnya Syaikh Abdur Rohman Isa mengataka bahwa sesungguhnya perusahaan asuransi dengan nasabahnya saling mengikat dalam perbuatan ini atas dasar saling meridhai merupakan perbuatan yang melayani kepentingan umum, memelihara harta milik orang orang dan menolak resiko harta benda yang terancam bahaya. Sebaliknya perusahaan asuransi memperoleh laba yang memadai yang disepakati oleh kedua belah pihak. Kedua belah pihat sepakat atas perbuatan yang mengandung maslahat yang
15 45 berhubungan dengan apa yang telah diciptakan oleh Allah Swt bagi kepentingan manusia 8. Ulama yang selanjutnya yang memperbolehkan asuransi adalah Syekh Abdul Wahab kholaf yang merupakan guru besar hokum islam universitas kairo, beliau mengatakan bahwa asuransi itu boleh sebab termasuk akad mudharabah. Akad mudharabah dalam syariat islam adalah perjanjian persekutuan dalam keuntungan dengan modal yang diberikan oleh satu pihak dan dengan tenaga di pihak yang lain. Demikian pula dalam asuransi, nasabah memberikan memberikan hartanya dengan jalan membayar premi, sementara dari pihak lain (perusahaan asuransi) memutarkan harta tadi, sehingga dapat menghasilkan keuntunga timbale balik baik bagi nasabah maupun perusahaan sesuai dengan perjanjian mereka. Dalam hubungan ini ada yang memandang bahwa pembagian keuntungan yang dilakukan oleh perusahaan asuransi dengan menetapkan (bunga kredit) sebesar misalnya 3% atau 4% (di Indonesia biasanya sekitar 7% sampai9%) adalah mudhorobah yang tidsk sah, maka Syekh Abdul Wahab memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1) Tafsir ayat riba dalam surat Al-Baqarah adalah, Tiadalah termasuk riba yang diharamkan dalam nash (yang sudah jelas keharamannya), apabila seseorang memberikan modalnya kepada orang lain (untuk dijadikan modal usaha) dengan menetapkan bagian keuntungan tertentu dari modal itu. Memang hal ini berbeda dengan pendapat fuqaha yang menetapkan 8 Konsep Asuransi Menurut Islam, Lampiran Keputusan Munas Alim Ulama Nahdlatul Ulama 1992, No.03/Munas/1992
16 46 keuntungan pemilik modal, berdasarkan keuntungan yang diperoleh dalam perusahaan. Namun atas dasar kepentingan mashlahah, maka yang demikian itu tidak mengandung suatu dosa atau kesalahan. Selain itu kerja sama semacam ini bermanfaat bagi keduanya, baik bagi pemilik modal maupun pengusaha sendiri. 2) Persyaratan dalam mudharabah bahwa bagian keuntungan berdaskan laba dan keuntungan tertentu (presentase dari modal) belu diterima oleh sebagian mujtahidin fuqaha dan hal itu bukanlah merupakan suatu hokum yang telah disepakati. Dalam majalah Hiwaul Islam Syekh Abdul Wahab menyimpulkan bahwa perikatan asuransi jiwa adalah akad yang sah, berguna bagi para anggota (nasabah), bagi perusahaan asurnsi, bagi masyarakat dan tidak merusak seseorang, juga tidak memakan harta seseorang dengan cara tidak benar, malainkan marupakan tabungan, koprasi dan memberikan kecukupan kecukupan bagi nasabah yang umurnya telah lanjut dan kepentingan ahli waris, ketika tiba tiba meninggal dunia. Syariat islam hanya mengharamkan yang merusak atau bahayanya lebih besar dari manfaatnya. Sarjana dan pakar ekonomi Pakistan, Syaikh Muhammad, MA, LLB juga membolehkan asuransi jiwa dan asuransi konvensional lainnya dengan alasan: 1) Persetujuan asuransi tidak menghilangkan arti tawakal kepada allah. 2) Di dalam asuransi tidak ada pihak yang dirugikan dan merugikan.
17 47
BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari agama Islam
BAB I PENDAHULUAN Hukum Islam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari agama Islam merupakan hukum yang secara empirik hidup dalam masyarakat Indonesia (the living law) sejak masuknya Islam ke Nusantara.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Akad Tabarru Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga
91 BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Akad Tabarru Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga Bandar Lampung Harta Hak milik dalam arti sebenarnya tidak hanya sekedar aset biasa, akan tetapi memiliki arti yang sangat
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI (studi tentang ketentuan yang berlaku pada PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Surabaya) A. Analisis Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2014, hlm.viii. 2 Nurul Ichsan Hasan, Pengantar Perbankan Syariah, Gaung Persada Pers Group, Cet ke-1, Jakarta, 2014, hlm.100.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Umat Islam pada zaman sekarang ini semakin bersemangat untuk merealisasikan syariat di dalam kehidupan mereka sehingga dapat sesuai dengan tuntutan al-qur an dan al-sunnah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri asuransi jiwa di Indonesia berkembang cukup pesat dan memainkan peranan yang cukup besar dalam perekonomian di Indonesia dewasa ini. Seiring dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan Pembayaran Imbalan yaitu Sukuk Negara Ritel mencerminkan besaran sewa yang mejadi hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan non bank yang bergerak dalam bidang usaha (bisnis) pengelolaan atau penanggulangan risiko, pada hakikatnya bertujuan
Lebih terperinciPT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH
PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH Always Listening, Always Understanding 10 PENGENALAN SYARIAH Syariah Syariah = Undang-undang Islam Definisi : Jalan yang lurus Sumber : Al Quran (45:18) ~ kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita sebagai manusia tidak seorangpun mengetahui tentang apa yang akan terjadi di masa datang secara sempurna walaupun menggunakan berbagai alat analisis. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasuransi, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dalam ajaran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Islam sebagai norma yang mengatur tata kehidupan manusia yang telah sempurna dan mencapai seluruh aspek kehidupan manusia baik yang berkenaan dengan politik, hukum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahaya.resiko yang mengancam manusia sangatlah beragam, mulai dari kecelakaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia pada zaman modern ini sarat dengan beragam macam resiko dan bahaya.resiko yang mengancam manusia sangatlah beragam, mulai dari kecelakaan transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan khususnya kehidupan ekonomi sangat besar baik itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini bahaya kerusakan dan kerugian adalah kenyataan yang harus dihadapi manusia di dunia. Sehingga kemungkinan terjadi risiko dalam kehidupan khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan utama lembaga keuangan adalah menghimpun dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit (Konvensional) atau pembiayaan (Syariah) kepada masyarakat yang membutuhkan
Lebih terperinciLahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat
BAB IV ANALISIS PANDANGAN TOKOH NAHDLATUL ULAMA (NU) DAN MUHAMMADIYAH KOTA MADIUN TENTANG BPJS KESEHATAN A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Nahdlatul Ulama NU) Dan Muhammadiyah Kota Madiun
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA A. Analisa Terhadap Penerapan Sistem Mud{a>rabah Musya>rakah Pada PT. Asuransi
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bagian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itulah cita-cita Negara dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itulah cita-cita Negara dan Bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pancasila pasal ke-5. Tentunya adalah keadilan dalam
Lebih terperinciInsurans dan Takaful: Suatu Perbandingan dan Perbahasan Hukum
Insurans dan Takaful: Suatu Perbandingan dan Perbahasan Hukum Dato Mohd. Mokhtar bin Shafii Ahli Jawatankuasa Fatwa Negeri Selangor Pengerusi Jawatankuasa Syariah Takaful IKHLAS Sdn. Bhd. Insurans Dan
Lebih terperinciBAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM A. Aplikasi Reasuransi pada Tabungan Investasi di Bank Syariah Bukopin Sidoarjo PT Bank Syariah Bukopin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atau pertanggungan timbul karna kebutuhan manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini, manusia selalu dihadapkan
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA
BAB III PELAKSANAAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA A. PENJELASAN SINGKAT TENTANG PT. ASURANSI TAKAFUL SURABAYA 1. Sejarah berdirinya PT. Asuransi Takaful Keluarga
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Pengelolaan dana tabarru pada AJB Bumiputra 1912 kantor cabang
52 BAB IV ANALISIS A. Pengelolaan dana tabarru pada AJB Bumiputra 1912 kantor cabang syariah di Semarang Berikut ini akan dijelaskan pengelolaan dana tabarru yang terdapat pada AJB Bumiputera Unit Syariah
Lebih terperinciBAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota
BAB IV PRODUK SANTUNAN MUAWANAH BMT UGT SIDOGIRI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN KEPMEN NO 91 TAHUN 2004 (PETUNJUK KEGIATAN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH) 1. Analisis Produk Santunan Muawanah dan Asuransi
Lebih terperinciReligion Pandangan Islam Mengenai Asuransi
Religion Pandangan Islam Mengenai Asuransi Keyakinan kita sebagai muslim adalah bahwa dalam dunia ini segala sesuatu terjadi berdasarkan atas kehendak Allah subhanahu wa ta ala (SWT). Dengan demikian,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO A. Aplikasi Akad Mura>bah}ah pada Pembiayaan di BMT UGT Sidogiri Cabang Larangan
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pendapat-pendapat Ulama Tentang Asuransi Jiwa Syariah
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pendapat-pendapat Ulama Tentang Asuransi Jiwa Syariah 1. Pendapat Ulama yang Mengharamkan a. Syekh Muhammad al-ghazali, ulama dan tokoh haraki dari Mesir. Muhammad
Lebih terperinciBAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL
BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL DI PT ASURANSI SINAR MAS SYARIAH PEKALONGAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai akad yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ialah meningkatnya kesadaran masyarakat tentang perencanaan dan kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu di antara pengaruh kemajuan di bidang teknologi informasi, ialah meningkatnya kesadaran masyarakat tentang perencanaan dan kebutuhan adanya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi syariah merupakan prinsip perjanjian berdasarkan hukum islam antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak lain, dalam menerima amanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,
BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Ba i Al-wafa di Desa Sungai Langka Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harta selama yang demikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang
Lebih terperinciAKUNTANSI ASURANSI SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.
AKUNTANSI ASURANSI SYARIAH Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Pengertian Asuransi Syariah Asuransi dalam bahasa Arab disebut At ta min yang berasal dari kata amanah yang berarti memberikan perlindungan,
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR Desentralisasi/ Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi
LAPORAN AKHIR Desentralisasi/ Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Urgensi Sertifikasi Kelembagaan Asuransi Syariah (Takaful) Dalam Rangka Perlindungan Hukum Nasabah Tahun ke 1 dari Rencana 2 Tahun Dr.
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH A. Analisis Terhadap Klaim Asuransi Dalam Akad Wakalah Bil Ujrah. Klaim adalah aplikasinya oleh peserta untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus. masyarakat sebagai calon peserta asuransi.
BAB V PEMBAHASAN A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus Sebagai sebuah perusahaan asuransi, maka asuransi syariah menawarkan produk-produk perasuransiannya. Produk asuransi yang dimaksud di sini adalah
Lebih terperinciPersepsi Ulama di Banjarmasin Terhadap Asuransi Oleh: Tim Peneliti Dari Jurusan Asuransi Syariah
Persepsi Ulama di Banjarmasin Terhadap Asuransi Oleh: Tim Peneliti Dari Jurusan Asuransi Syariah A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia menyadari bahwa dalam kehidupannya tidak selalu berjalan mulus,
Lebih terperinciBAB II ASURANSI JIWA DALAM HUKUM ISLAM
BAB II ASURANSI JIWA DALAM HUKUM ISLAM A. Pengertian Asuransi Jiwa Dalam bahasa Arab, asuransi dikenal dengan istilah at-ta mi>n, penanggung disebut mu ammin, tertanggung disebut mu amman lahu atau musta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari risiko, bahaya atau kerugian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuransi merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran penting, karena setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari risiko, bahaya atau kerugian material dan
Lebih terperinci4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D
DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 31/DSN-MUI/VI/2002 Dewan Syari ah Nasional, setelah Tentang PENGALIHAN HUTANG Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk jasa
Lebih terperinciRIBA DAN BUNGA BANK Oleh _Leyla Fajri Hal. 1
Hal. 1 MAKALAH Oleh : Leyla Fajri BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak tahun 1960-an perbincangan mengenai larangan riba bunga Bank semakin naik ke permukaan. Setidaknya terdapat dua pendapat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. misalnya kematian, sakit atau risiko dipecat dari pekerjaannya. Dalam dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari-hari manusia tidak akan terlepas dari risiko, karena tidak seorangpun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang secara
Lebih terperinciMAQA>S{ID SHARI> AH DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN
BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI DENGAN PERSPEKTIF MAQA>S{ID SHARI> AH DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN NASABAH PRODUK TAKAFULINK SALAM DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA A. Penyelesaian
Lebih terperinciSharing (berbagi resiko). Cara pembayarannya sesuai dengan kebutuhan
62 BAB IV ANALISIS FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 81/DSN- MUI/III/2011 TERHADAP MEKANISME PENGEMBALIAN DANA TABARRU BAGI PESERTA YANG BERHENTI SEBELUM MASA PEMBAYARAN BERAKHIR PADA PRODUK PRULINK SYARIAH
Lebih terperinciHalal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle
Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Murabahah Kontribusi dari Administrator Saturday, 15 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah suatu pandangan atau cara hidup yang mengatur semua sisi kehidupan manusia, maka tidak ada satu pun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari ajaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penggunaan Asuransi Pembiayaan Pada Bank Syariah Mandiri Pasar
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penggunaan Asuransi Pembiayaan Pada Bank Syariah Mandiri Pasar Aur Kuning Bukittinggi Sejak berdirinya Bank Syariah Mandiri Pasar Aur Kuning bersaing dengan Bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih lagi menyangkut lembaga perekonomian umat Islam. Hal ini karena agama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai ajaran rahmatan lil `alamin, pada dasarnya membuka peluang kepada siapapun untuk mengembangkan usaha di bidang perekonomian, lebih lagi menyangkut
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.
LAMPIRAN Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang PEDOMAN
Lebih terperinciAsuransi Syariah. Insurance Goes To Campus. Oleh: Subchan Al Rasjid. Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013
Insurance Goes To Campus Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013 Asuransi Syariah Oleh: Subchan Al Rasjid Sharia Division Sharia - Marketing Manager PT. BNI Life Insurance Pengertian Asuransi-text
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, dunia Islam dihadapkan pada keadaan yang menggelisahkan, dimana pada era ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
Lebih terperinciMURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI
22 BAB II MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI A. Mura>bah}ah 1. Pengertian Mura>bah}ah Terdapat beberapa muraba>h}ah pengertian tentang yang diuraikan dalam beberapa literatur, antara lain: a. Muraba>h}ah adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagai mana diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 : a. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jadi wajar jika terjadinya sesuatu di masa datang hanya dapat direkayasa semata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kita sebagai manusia tak seorang pun mengetahui tentang apa yang akan terjadi di masa datang secara sempurna walaupun menggunakan berbagai alat analisis. Hal
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. PERSEPSI DAN SIKAP PESANTREN TERHADAP BANK SYARI AH
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. PERSEPSI DAN SIKAP PESANTREN TERHADAP BANK SYARI AH Sudah menjadi keharusan bagi bank syari ah untuk menerapkan prinsip keadilan dalam pengelolaannya. Prinsip keadilan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis terhadap praktik utang piutang berhadiah di Desa Sugihwaras Kecamatan
Lebih terperinci(ASURANSI SYARIAH) PADA PT. ASURANSI TAKAFUL DI KANTOR CABANG PERWAKILAN SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN
ASPEK-ASPEK YURIDIS ASURANSI TAKAFUL (ASURANSI SYARIAH) PADA PT. ASURANSI TAKAFUL DI KANTOR CABANG PERWAKILAN SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perjalanan hidup manusia di dunia ini dikepung oleh masalah-masalah yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan hidup manusia di dunia ini dikepung oleh masalah-masalah yang sangat bervariasi adanya, terkadang manusia selalu dicekam kegelisahan atas keresahan rezeki dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan Allah SWT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Blakang Masalah Telah menjadi sunnatullah bahwa manusia harus bermasyarakat, tolong menolong, atau saling membantu antara satu dengan lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, sistem keuangan dinegara kita telah mengalami kemajuan. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia bisnis. Kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merugikan ( pure risk), seperti resiko bisnis, resiko kecelakaan, dan resiko sakit.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melakoni hidup dan kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai macam resiko, terutama resiko yang tidak disenangi dan bersifat merugikan ( pure
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Risiko akan selalu ada dan mengikuti kehidupan manusia. Salah satu. pembangunan, terbakarnya bangunan dan lain sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risiko akan selalu ada dan mengikuti kehidupan manusia. Salah satu risiko yang kerap terjadi dan menimpa kehidupan manusia adalah terkait harta benda. Adapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, manusia secara naluri adalah makhluk yang senantiasa bergantung dan terikat serta saling membutuhkan kepada yang lain.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang masing-masing menghadapi kerugian kecil sebagai sesuatu yang tidak dapat diduga. Apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat ini umat Islam dihadapkan pada persoalan-persoalan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini umat Islam dihadapkan pada persoalan-persoalan ekonomi kontemporer, akibat dari perkembangan peradaban manusia dan iptek (ilmu pengetahuan dan
Lebih terperinci$!%#&#$ /0.#'()'*+, *4% :;< 63*?%: #E Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 32/DSN-MUI/IX/2002 Dewan Syari ah Nasional, setelah Tentang OBLIGASI SYARIAH Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk instrumen
Lebih terperinci4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti
DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 30/DSN-MUI/VI/2002 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARI AH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang : a. bahwa salah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis Hedging Terhadap Dampak Kenaikan Harga BBM Ditinjau Dari Hukum Islam. Sebagaimana dijelaskan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Pemberian Komisi Kepada
Lebih terperinciUnsur Fatwa Ketentuan dalam fatwa Implementasi di AJB tijarah tabarru
Asuransi Syariah (Ta min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru yang memberikan
Lebih terperinciyang berakad dapat mengambil pengganti dari apa yang telah diberikannya.
Definisi asuransi adalah sebuah akad yang mengharuskan perusahaan asuransi (muammin) untuk memberikan kepada nasabah/klien-nya (muamman) sejumlah harta sebagai konsekuensi dari pada akad itu, baik itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakmengertianya akan masalah metafisis. Manusia tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusiasaat ini sudah sedemikian sarat dengan beragam ancaman dan resiko bahaya, yang dipicu sendiri oleh kelemahanya, kesalahan-kesalahanya, kealpaanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah Satu faktor penting dalam pembangunan suatu negara adalah adanya dukungan sistem keuangan yang sehat dan stabil, demikian pula dengan negara Indonesia ini. Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dalam mewujudkan cita-cita atau tujuan pembangunan nasional, sub sektor ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perbankan sebagai salah satu sub sektor ekonomi sangat besar peranannya dalam mendukung aktivitas dan pelaksanaan pembangunan yang merupakan alat di dalam mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konvensional. Namun, orang awam dan orang-orang mengenal bank syari ah dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak dapat dibantah, bahwa bank syariah tidaklah sama dengan bank konvensional. Namun, orang awam dan orang-orang mengenal bank syari ah dari kulit saja, selalu berpandangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami musibah, dan ia tidak memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti akan mengalami musibah, dan ia tidak memiliki sedikit pun kemampuan untuk menolak kedatangannya. Salah satu usaha yang dapat dilakukannya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA A. Tata Cara Pelaksanaan Akad Pelaksanaan akad deposito di BNI Syari ah dimulai pada waktu pembukaan rekening
Lebih terperinciSukuk Ijarah. 1 Al Ma'ayir as Syar'iyyah, hal Dr. Hamid Mirah, Sukuk al Ijarah, hal
Sukuk Ijarah Sukuk berasal dari bahasa Arab bentuk jamak dari kata Shakk yang berarti surat berharga. Secara terminologi AAOIFI mendefinisikan Sukuk dengan, "Beberapa lembar sertifikat dengan nilai sama
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR. A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah
BAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah Setiap umat Islam dimanapun berada tidak ada yang tidak rindu untuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI
BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI A. Analisis Persepsi Masyarakat Muslim Mengenai Bunga dalam Kegiatan Ekonomi
Lebih terperinciHalal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle
Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pembiayaan Multijasa Kontribusi dari Administrator Thursday, 18 May 2006 Terakhir kali diperbaharui Thursday, 18 May 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi ancaman yang sama (Alfred Manes, 1930). sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan perlindungan (proteksi) atas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika rumusan ekonomi secara singkat sebagai ilmu tentang usaha manusia mencari kepuasan memenuhi kebutuhannya menuju kesejahteraan, maka jelas, bahwa asuransi yang bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membuat pemanfaatan lembaga keuangan baik bank maupun non bank sulit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu dihadapkan pada berbagai persoalan hidup yang di dalamnya mengandung berbagai kemungkinan risiko yang harus dihadapi, baik yang bersifat material
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Skripsi ini dengan judul Kontribusi Pemikiran Adiwarman Karim Terhadap
KATA PENGANTAR بسم اهلل الرحمن الرحيم Dengan mengucapkan alhamdulillah, segala puji berserta syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kekuatan dan kesempatan kepada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh orang lain. Penulis ingin melakukan pembahasan dan penelitian terhadap pengaruh prinsip jual
Lebih terperinciBAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014tentang Perasuransi memuat. Usaha perasuransian adalah segala usaha yang menyangkut jasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014tentang Perasuransi memuat perjanjian antara dua belah pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis yang menjadi dasar bagi penerimaan
Lebih terperinciHalal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle
Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pengalihan Hutang Kontribusi dari Administrator Sunday, 16 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi adalah an everchangging discipline, berubah terus menerus sepanjang masa (Morgan 1988, Hines 1989 dan Francis 1990). Akuntansi adalah proses mengidentifikasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menimpa mereka. Dalam industri jasa yang bergerak di bidang sektor. satu yang paling banyak diatur lewat regulasi pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu dihadapkan pada berbagai persoalan hidup yang di dalamnya mengandung berbagai kemungkinan risiko yang harus dihadapi, baik yang bersifat material
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Istilah syariah adalah sesuatu yang bisa dikatakan sedang marak sejak
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Istilah syariah adalah sesuatu yang bisa dikatakan sedang marak sejak beberapa tahun terakhir. Bila mendengar kata syariah, kita praktis akan mengaitkannya
Lebih terperinci4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):278 45)& %*('! Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang b
DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 37/DSN-MUI/IX/2002 Tentang PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARI AH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kaitan dengan Muamalah, sebenarnya syariat Islam cukup terbuka dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kaitan dengan Muamalah, sebenarnya syariat Islam cukup terbuka dan mudah dipahami atau dalam bahasa yang sederhana dapat dikatakan semuanya boleh, kecuali yang
Lebih terperinciManfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak
Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential Ratna Syamsiar Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung Abstrak PT Prudential Life Assurance memberikan perlindungan bagi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA A. Pelaksanaan Sewa Mobil Pada Usaha Transportasi Maju Jaya di Banyuates
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan asuransi dalam sejarah Islam sudah lama terjadi. Istilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan asuransi dalam sejarah Islam sudah lama terjadi. Istilah yang digunakan tentunya berbeda-beda, tetapi masing-masing memiliki kesamaan, yaitu adanya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA
65 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Bursa Efek Indonesia Surabaya Ada dua jenis perdagangan di Bursa Efek Indonesia
Lebih terperincib. Undang-undang RI. Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. c. Surat dari PT. Danareksa Investment Management, nomor S-09/01/DPS- DIM. d. Pendapat pe
DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 20/ DSN-MUI/IX/2000 Tentang PEDOMAN PELAKSANAAN INVESTASI UNTUK REKSA DANA SYARIAH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang
Lebih terperinciPedoman Pelaksanaan Reksadana Syariah
Pedoman Pelaksanaan Reksadana Syariah Kontribusi dari Administrator Sunday, 16 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Fatwa
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL
BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL 1. Analisis Praktek Jual Beli Hasil Bumi Dengan Sistem Panjar Di Desa Jenarsari Gemuh Kendal
Lebih terperinci