POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PEMELIHARAAN DOMBA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PEMELIHARAAN DOMBA"

Transkripsi

1 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PEMELIHARAAN DOMBA BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) Fax : (021) , tbtlkm@bi.go.id

2 DAFTAR ISI 1. Pendahuluan a. Prospek Pemeliharaan Domba b. Permasalahan Kemitraan Terpadu a. Organisasi b. Pola Kerjasama c. Penyiapan Proyek d. Mekanisme Proyek e. Perjanjian Kerjasama Aspek Pemasaran a. Karakteristik Produk b. Cara Pemasaran c. Penawaran d. Permintaan Daging e. Rantai Tata Niaga Aspek Produksi a. Populasi Lomba b. Pemilihan Domba c. Pakan d. Kandang dan Alat e. Cara Pemeliharaan Aspek Keuangan a. Data dan Asumsi Dasar Perhitungan b. Kesimpulan dari Analisa Keuangan LAMPIRAN Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 1

3 1. Pendahuluan a. Prospek Pemeliharaan Domba Sejak Pelita I, Pemerintah telah menyebarkan ternak kepada Petani kecil yang sampai pada tahun 1996 terdiri dari ekor sapi, ekor kerbau, ekor kambing dan ekor domba. Bantuan ternak dibiayai dengan dana APBN, APBD maupun bantuan dana luar negeri, misalnya bantuan dana size="2" face="verdana">kebutuhan daging domba sebagai salah satu produk pertanian (subsektor peternakan), diduga masih perlu ditingkatkan terutama untuk mensubsitusi impor daging domba maupun daging sapi. Sejak semester kedua tahun 1997 impor sapi maupun daging sapi maupun daging sapi, dikurangi karena krisis ekonomi. Meskipun begitu, permintaan daging masih relatif tinggi dan mantap dengan harga yang menguntungkan para peternak lokal. Departemen Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan setelah tahun 1995 mengembangkan proyek domba yang disebut Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Domba (SPAKU ternak Domba) di Sumatera Utara (Kab. Langkat) dan Jawa Barat (Kab. Garut). Proyek SPAKU ternak Domba diarahkan untuk mengembangkan sentra-sentra produksi yang berorientasi agrobisnis modern. Pola penyebaran domba kepada kelompok peternak tradisional dilaksanakan oleh Dinas Peternakan melalui dua bentuk yaitu : 1. Gerbang rukan (Gerakan Pengembangan Rumah Kandang) dimana rumah dan kandang milik peternakan peserta kelompok berada dalam lahannya. Pola gerbang rukan adalah kelanjutan dari pola pemeliharaan domba secara tradisional. Tujuan dengan pola ini untuk meningkatkan jumlah ekor domba milik masing-masing peserta kelompok, supaya usaha domba menjadi usaha sampingan bersifat semikomersial. 2. Gerbang Anak Desa (Gerakan Pengembangan Areal Peternakan Pedesaan) adalah satu sistem pemeliharaan ternak domba dalam kandang milik peternak anggota kelompok yang letaknya terpisah dari pemukiman/perumahan peserta kelompok. Oleh karena itu diperlukan lahan khusus untuk pemeliharaan domba. Biasanya dipergunakan tanah/fasilitas umum atau tanah milik desa yang dibangun untuk usaha peternakan domba secara bersama-sama. Tujuan dengan pola gerbang anak desa adalah pendekatan agribisnis, yaitu mengembangkan usaha ternak domba modern yang memanfaatkan tenaga kerja maupun sarana produksi serta teknologi pemeliharaan domba adaan induk dan pejantan domba maupun sarana produksi lainnya, seperti bahan bangunan kandang, konsentrat, obat-obatan, memasarkan hasil produksi domba oleh mitra usahanya serta mengadministrasi kredit untuk mengembangkan usaha domba milik anggota kelompok peserta proyek kemitraan terpadu. Dalam hal ini koperasi akan Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 2

4 bekerjasama dengan instansi lainnya, misalnya para pedagang domba, Dinas Peternakan, rumah potong hewan (RPH). Proyek ini akan melibatkan ketiga pelaku yaitu koperasi primer, para peternak domba anggota koperasi dan bank pemberi kredit KKPA dalam satu sistem manajemen proyek pemeliharaan domba yang terpadu dimana masing-masing pihak diberikan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang dituangkan dalam Nota Kesepakatan terlampir sebagai Lampiran III. b. Permasalahan Sebagian besar penduduk pedesaan bermata pencaharian sebagai petani, baik petani pemilik tanah, penggarap tanah maupun sebagai buruh tani. Berdasarkan tipologi wilayah usaha tani, lahan tani dapat dibagi dua jenis pokok, yaitu lahan yang beririgasi dan lahan kering. Usaha tani yang memliki lahan irigasi menerima pendapatan relatif tinggi dan pasti dibandingkan dengan usaha tani yang memanfaatkan lahan kering. Rata-rata petani lahan kering memperoleh pendapatan di bawah satu juta rupiah per tahun. Lahan kering cocok untuk usaha ternak baik sapi maupun domba pada umumnya merupakan daerah perbukitan yang terletak di atas 600 meter di atas permukaan laut. Di daerah ini tanah biasanya subur, beriklim sedang (15 s.d. 28 o C) dengan curah hujan di atas mm per tahun. Namun demikian karena padatnya penduduk, kondisi tanah tersebut sering mengalami erosi karena penggunaan lahan semakin intensif dan kurang memperhatikan kaidah-kaidah usaha tani konservasi. Ternak domba dan sapi mempunyai kontribusi yang sangat berarti dalam sistem usaha tani di lahan kering, karena ternak mempunyai fungsi ganda, yaitu memberikan nilai tambah dalam pendapatan petani dan dapat meningkatkan produktivitas tanah melalui penggunaan pupuk kandang. Di beberapa daerah lahan kering, usaha peternak domba agak lebih mudah dilaksanakan dengan jumlah biaya lebih rendah, dibandingkan dengan usaha peternakan sapi. Meskipun demikian usaha peternakan domba dilakukan oleh para petani sebagai usaha sampingan dengan teknik pemeliharaan yang bersifat tradisional, lebih banyak diarahkan untuk menghasilkan domba tangkas (aduan) yang konsumennya relatif sedikit. Di ln pihak permintaan daging domba terus meningkat, sehingga dikhawatirkan populasi domba unggulan di Indonesia terkuras apabila tidak ada usaha untuk melestarikannya. Berdasarkan pertimbangan di atas maka pola pengelolaan usaha domba perlu dikembangkan dari pola tradisional ke pola agribisnis dimana satu kelompok petani bersama koperasinya melaksanakan usaha pemeliharaan domba skala menengah di mana populasi domba per peternak naik rata-rata 3-5 ekor induk sampai 24 ekor domba betina per unit usaha. Kandang dapat dibangun di satu kawasan untuk para peternak yang akan melaksanakan usaha pemeliharaan domba induk dan tersebar untuk para peternak yang Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 3

5 akan melaksanakan penggemukan domba dengan dua siklus penggemukan setahun. Karena populasi domba masih relatif rendah salah satu kegiatan proyek yang diusulkan dalam Model KPKT ini diutamakan untuk memperbesar populasi domba, supaya sasaran jumlah ekor domba per peternak dapat dipenuhi. Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 4

6 2. Kemitraan Terpadu a. Organisasi Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) adalah suatu program kemitraan terpadu yang melibatkan usaha besar (inti), usaha kecil (plasma) dengan melibatkan bank sebagai pemberi kredit dalam suatu ikatan kerja sama yang dituangkan dalam nota kesepakatan. Tujuan PKT antara lain adalah untuk meningkatkan kelayakan plasma, meningkatkan keterkaitan dan kerjasama yang saling menguntungkan antara inti dan plasma, serta membantu bank dalam meningkatkan kredit usaha kecil secara lebih aman dan efisien. Dalam melakukan kemitraan hubunga kemitraan, perusahaan inti (Industri Pengolahan atau Eksportir) dan petani plasma/usaha kecil mempunyai kedudukan hukum yang setara. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan oleh perusahaan inti, dimulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran hasil produksi. Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang usaha melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha kecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi KKPA. Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan bidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil dengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma dan Perusahaan Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini kemudian dikenal sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya saling berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra. 1. Petani Plasma Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas (a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan dalam untuk itu memerlukan bantuan modal. Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek usaha. Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 5

7 Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok. 2. Koperasi Parapetani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadi anggota suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan kegiatan-kegiatan untuk membantu plasma di dalam pembangunan kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperoleh melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang mengusahakan KKPA harus sudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta fasilitas yang cukup baik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA para anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran koperasi primer tidak merupakan keharusan 3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuan dan fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan ekspor, serta bersedia membeli seluruh produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik dan atau diekspor. Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbingan teknis usaha dan membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk keperluan petani plasma/usaha kecil. Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk mengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkan dengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untuk diekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksi petani atau plasma. Meskipun demikian petani plasma/usaha kecil dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang kemudian harus dijual kepada Perusahaan Inti. Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan. Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 6

8 Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yang memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi. Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin besar pula honor yang diterimanya. 4. Bank Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak Petani Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportir sebagai inti, dapat kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal kerja pembangunan atau perbaikan kebun. Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspek budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan. Pihak bank di dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimana pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan sehingga dapat menunjang keberhasilan proyek. Skim kredit yang akan digunakan untuk pembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai dengan bentuk usaha tani ini, sehingga mengarah pada perolehannya pendapatan bersih petani yang paling besar. Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank. b. Pola Kerjasama Kemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra, dapat dibuat menurut dua pola yaitu : a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani mengadakan perjanjian kerjasama langsung kepada Perusahaan Perkebunan /Pengolahan Eksportir. Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 7

9 Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai Channeling Agent, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok tani. Sedangkan masalah pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan Mitra. b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui koperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakili anggotanya) dengan perusahaan perkebunan/ pengolahan/eksportir. Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab koperasi. c. Penyiapan Proyek Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai dari : a. Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi dan lahan pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau lahan kebun/usahanya sudah ada tetapi akan ditingkatkan produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha. Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 8

10 pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan untuk bekerja sama dengan perusahaan perkebunan/ pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit (KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha; b. Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yang bersedia menjadi mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantu memberikan pembinaan teknik budidaya/produksi serta proses pemasarannya; c. Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusaha perkebunan/pengolahan dan eksportir tersebut, untuk memperoleh kesepakatan di antara keduanya untuk bermitra. Prakarsa bisa dimulai dari salah satu pihak untuk mengadakan pendekatan, atau ada pihak yang akan membantu sebagai mediator, peran konsultan bisa dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan menghubungkan pihak kelompok tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan yang dipilih memiliki kemampuan tinggi memberikan fasilitas yang diperlukan oleh pihak petani/usaha kecil; d. Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para anggotanya oleh pihak koperasi. Koperasi harus memiliki kemampuan di dalam mengorganisasikan dan mengelola administrasi yang berkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan koperasi kurang, untuk peningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat pembinaan dari perusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah yang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam kaitannya dengan penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkan persetujuan dari para anggotanya, apakah akan beritndak sebagai badan pelaksana (executing agent) atau badan penyalur (channeling agent); e. Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihak instansi pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Kantor Badan Pertanahan, dan Pemda); f. Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam PKT ini, harus jelas statusnya kepemilikannya bahwa sudah/atau akan bisa diberikan sertifikat dan buka merupakan lahan yang masih belum jelas statusnya yang benar ditanami/tempat usaha. Untuk itu perlu adanya kejelasan dari pihak Kantor Badan Pertanahan dan pihak Departemen Kehutanan dan Perkebunan. d. Mekanisme Proyek Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini : Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 9

11 Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atau plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma ke rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih. e. Perjanjian Kerjasama Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu. Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 10

12 Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut kewajiban pihak Mitra Perusahaan (Inti) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain sebagai berikut : 1. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra (inti) a. Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penaganan hasil; b. Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan), penanaman serta pemeliharaan kebun/usaha; c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca panen untuk mencapai mutu yang tinggi; d. Melakukan pembelian produksi petani plasma; dan e. Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit bank (KKPA) dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalam rangka pemberian kredit bank untuk petani plasma. 2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma a. Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya;; b. Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganya yang lahan usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami; c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pascapanen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan; d. Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang disediakan dalam rencana pada waktu mengajukan permintaan kredit; e. Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi budidaya oleh pihak Dinas Perkebunan/instansi terkait setempat yang tidak termasuk di dalam rencana waktu mengajukan permintaan kredit; f. Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan perawatan sesuai petunjuk Perusahaan Mitra untuk kemudian seluruh hasil panen dijual kepada Perusahaan Mitra ; dan g. Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga produk sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih dahulu dipotong sejumlah kewajiban petani melunasi angsuran kredit bank dan pembayaran bunganya. Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 11

13 3. Aspek Pemasaran a. Karakteristik Produk Proyek Kemitraan Terpadu ini dimaksudkan untuk mendapatkan domba potong serta domba induk dengan kualitas daging dan kulit tinggi dengan pertumbuhan berat badan yang tinggi. Proyek SPAKU ternak domba mengembangkan jenis domba lokal (domba Garut) untuk daerah Jawa dan jenis domba ex. Barbados yang telah disilang (crossing) dengan domba lokal untuk daerah Sumatera. Jenis-jenis domba tersebut menurut Dirjen Peternakan telah menunjukkan perkembangan baik dari segi budidaya maupun dari segi hasil pendapatan untuk para peternak. Jenis domba yang cukup terkenal di Indonesia dan di luar negeri adalah sebagai berikut : 1. Domba Kampung yang memiliki tubuh kecil, lambat dewasa, warna bulunya maupun karakteristiknya tidak seragam dan hasil dagingnya relatif lebih sedikit. 2. Domba Periangan adalah domba yang banyak terdapat di Jawa Barat adalah hasil persilangan domba merino yang disebut domba Tanjung (Afrika Selatan) dengan domba kampung. Karakteristik jenis domba Periangan, badan kecil, warna bulunya bermacam-macam, daya tahan tubuh baik. 3. Domba Ekor Gemuk berasal dari Indonesia bagian Timur dengan karakteristik tubuh besar, panjang, lebar menampung lemak dengan jumlah banyak, warna bulu biasanya putih. 4. Domba Garut adalah domba persilangan ketiga jenis domba yang disebut diatas. Berat badan jantan sekitar kg, sedangkan betina berkisar kg, bulu halus, leher kuat sehingga digunakan sebagai domba aduan, tidak mengenal musim beranak dan menurut hasil penelitian mudah beradaptasi dengan lingkungan yang keras, warna bulu putih dan hitam. 5. Jenis-jenis domba yang cukup terkenal di luar negeri antara lain, domba merino, domba Hamspire, domba Southdown, domba Dosert semua domba Inggeris, domba Rambuillet dari Perancis dan domba Karakul dari daerah Turkestan/Afganistan. b. Cara Pemasaran Ternak domba mencapai berat badan optimal pada umur 18 bulan, yaitu usaha penggemukan domba yang dapat memelihara seekor domba sampai umur 18 bulan. Domba muda berumur di bawah 6 bulan biasanya jarang dijual karena harganya rendah. Penjualan domba hidup oleh para peternak pada umumnya dilakukan dengan cara sebagai berikut : Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 12

14 Menjual langsung kepada pembeli berupa peternak maupun pedagang domba dari kandang. Menjual di pasar ternak Menjual melalui pedagang perantara. Pedagang perantara biasanya mengambil keuntungan dari nilai kulit, kepala, jeroan dan kaki bawah. Harga satu buah kulit di RPH bervariasi antara Rp s.d. Rp tergantung pada berat badan seekor domba. Harga domba hidup cukup bervariasi dan berfluktuasi, tergantung umur, berat badan (kurus/gemuk) dan musim. Pada musim paceklik dan tahun ajaran baru anak-anak sekolah, karena pada musim paceklik dan tahun ajaran baru, banyak petani domba yang menjual ternaknya untuk tambahan biaya hidupnya dan biaya anak-anak sekolah. Harga jual domba hidup rata-rata pada bulan Agustus tahun 1998 berdasarkan umur domba dan berat badannya adalah sebagai berikut : Tabel 1. Harga Domba Menurut Umurnya Uraian Umur (bulan) Harga (Rp) 1. Anak domba cempe kecil l 3-4 bulan (10-15 kg) Domba muda 5-7 bulan (20-25 kg) Dara/pejantan bulan (35-45 kg) Dewasa bulan (50-80 kg) c. Penawaran Populasi domba di Indonesia sebesar ekor pada akhir tahun 1997 dengan kenaikan rata-rata 5,5% per tahun pada periode Berdasarkan perhitungan atas data dalam Tabel 2. Peningkatan populasi domba sebesar 8% pada tahun 1996 dan sekitar 3% pada tahun Tabel 2. Perkembangan total populasi domba dan total produksi daging domba di Indonesia pada Periode Uraian Jumlah domba Daging (ton) Ekor domba Sumber : Buku Statistik Peternakan Direktorat Bina Program Peternakan Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 13

15 Asumsi-asumsi untuk menyusun proyeksi kenaikan populasi domba serta penawaran jumlah ekor domba potong per tahun : 40% dari total populasi terdiri dari domba induk yang setiap tahun melahirkan 1,75 anak domba rata-rata 10% dari populasi domba terdiri dari domba jantan berumur 1 tahun atau lebih 20% dari jumlah ekor domba induk dan jantan tersebut, atau sekitar 11% dari jumlah populasi domba dewasa dipotong setiap tahun. Untuk memenuhi sasaran 6% peningkatan populasi domba per tahun dengan tingkat kematian anak domba 5% maka sekitar 28% dari jumlah populasi anak domba menjadi domba potong umur 8 s.d. 12 bulan. 31% dari jumlah populasi domba dapat dipotong setiap tahun. Berat badan seekor domba potong rata-rata 35 kg dan 45% atau 16 kg dari domba hidup menjadi daging domba yang dijual kepada konsumen. Sesuai dengan asumsi tersebut di atas perhitungan proyeksi peningkatan populasi domba serta jumlah domba potong per tahun proyeksi dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Proyeksi jumlah Populasi domba, jumlah ekor domba potong serta produksi daging domba Uraian Jumlah (ekor) popul, domba Jumlah (ekor) domba potong Proyeksi (ton) daging domba d. Permintaan Daging Menurut Widaya Karya Pangan dan Gizi Konsumsi daging per kapita di Indonesia sebesar 3,156 kg atau sebesar ribu ton pada tahun Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 14

16 Sebagian dari konsumen daging dipenuhi dengan daging impor atau sapi impor terutama dari Australia. Karena impor ternak hidup sementara dihentikan, jumlah populasi ternak yang berada di Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan daging dari masyarakat. Untuk tahun 1997 penawaran daging produksi dalam negeri dihitung sebesar ton atau sebesar 6,3% dari total konsumsi daging di Indonesia pada tahun Produksi daging domba dapat ditingkatkan melalui pengembangan jenis domba unggulan, yaitu jenis domba yang lebih berat dan besar dibandingkan dengan domba kampung yang merupakan jenis domba utama di Indonesia sekarang. Bilamana berat karkas domba yang dapat ditingkatkan dari 16 kg saat ini menjadi 18 kg rata-rata pada periode proyeksi total produksi daging domba akan naik sekitar 12,50% sebagai dampak dari peningkatan kualitas domba potong. Selain produksi daging domba dalam negeri persediaan daging domba dipengaruhi oleh impor dan ekspor domba. Menurut data statistik pada tahun 1997 Indonesia mengimpor ekor domba dan mengekspor ekor domba. Total ekspor menurun sebesar ekor domba dibandingkan dengan ekspor domba tahun Permintaan dari negara lain (ekspor) sebanyak s.d ekor per bulan. Dengan demikian peluang pasar domba potong selain untuk kebutuhan dalam negeri juga untuk ekspor yang diharapkan tiap tahunnya akan makin meningkat, sehingga terdapat peluang untuk meningkatkan populasi domba serta produksi daging domba. e. Rantai Tata Niaga Rantai tata niaga domba mulai dari peternakan sampai eksportir (sebelum PKT) adalah sebagai berikut : Rantai tata niaga dimulai dari peternakan cukup panjang, sehingga harga domba yang diterima peternak desa relatif rendah. Pada umumnya domba Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 15

17 hidup dibeli pedagang pengumpul tidak tunai, yaitu baru dibayar sesudah 1 sampai 2 minggu. Dengan adanya sistem PKT diharapkan rantai tata niaganya lebih pendek, sehingga harga yang diterima para peternak lebih tinggi. Misalnya peserta PKT dapat menjadi domba potong lansung kepada RPH maupun kepada perusahaan eksportir. Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 16

18 4. Aspek Produksi a. Populasi Lomba Domba merupakan ternak yang telah lama dipelihara oleh petani peternak di seluruh pelosok tanah air, karena domba memiliki toleransi tinggi terhadap bermacam-macam hijauan pakan ternak serta daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga memungkinkan dapat hidup dan berkembang biak sepanjang tahun. Sebagian besar dari peternak domba berada di pulau Jawa. Pembagian domba antar wilayah pada akhir tahun 1997 sebagai berikut : Tabel 4. Populasi Domba di Pulau Jawa Tahun 1997 Wilayah Jumlah Domba (ekor) Persentase Jabar ,7% Jateng/DI Yogya ,8% Jatim ,9% Sumatera ,4% NTT/NTB ,4% Timtim ,4% Propinsi Lainnya ,4% Jumlah ,0% Daerah yang baik untuk pemeliharaan domba secara intensif adalah : 1. Umumnya di dataran tinggi, yaitu 800 m m diatas permukaan laut. 2. Curah hujannya cukup tinggi ( 2,000 mm atau lebih) dengan musim kemaraunya pendek, sehingga rumput dapat tersedia sepanjang tahun. b. Pemilihan Domba Jenis domba yang dapat dikembangkan secara intensif oleh peternak peserta PKT adalah domba Garut serta jenis domba lainnya berupa persilangan antara domba lokal, misalnya domba Periangan, domba Ekor Garut dengan jenis domba dari luar negeri, antara lain domba Barbados, domba Merino dll sesuai dengan bimbingan dari Dinas Peternakan. Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 17

19 Produktivitas usaha peternak domba sangat ditentukan oleh kelahiran anak domba. Induk muda yang mampu melahirkan anak kembar pada kelahiran pertama ada kecendrungan bahwa tiap melahirkan selanjutnya juga akan kembar. Induk-induk seperti inilah yang dikehendaki dalam memilih bibit, karena bakatnya akan menurun kepada anaknya. Beberapa kriteria dalam pemelihan dara domba antara lain umur 8-10 bulan, berat badan kg, berasal dari keturunan yang baik, mampu melahirkan 2-3 anak setiap kelahiran, mampu melahirkan tiga kali dalam waktu dua tahun, daya pertumbuhan cepat, tidak bertanduk dan tidak cacat tubuh. Dalam memilih pejantan muda sebagai pemacak harus diperhatikan hal-hali sebagai berikut : dada lebar dan dalam, badan panjang dan punggung rata, otot kuat dan padat, keempat kaki kuat dan tidak bengkok dapat mempunyai tanduk. c. Pakan a). Pakan Hijau Bahan makanan yang dapat diberikan kepada domba adalah pakan hijauan dan konsentrat. Pakan hijau merupakan makanan kasar yang berupa rumput lapangan, limbah hasil pertanian dan rumput unggul dan berbagai jenis leguminosa. Hijauan pakan merupakan makanan utama bagi domba yang tidak hanya berfungsi sebagai pengisi perut, tetapi juga sebagai sumber gizi protein, vitamin dan mineral. Jenis rumput yang diberikan kepada termasuk domba adalah rumput raja, rumput gajah yang ditanam diatas lahan dengan curah hujan tinggi dan rumput benggala serta rumput setaria dan lahan kering. Jenis leguminosa antara lain lamtoro, jayanti, kaliandra dan turi. Sistem penanaman tanaman rumput dan leguminosa tersebut adalah antara lain tumpang sari dengan tanaman keras (pohon perkebunan), sistem lorong, sistem kebun pakan, sistem kebun pekarangan, sistem pagar dan sistem tiga strata. Bimbingan untuk menanam rumput dan leguminosa sesuai dengan sistem tersebut diberikan kepada peternak peserta PKT oleh Dinas Peternakan sesuai dengan petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Bina Produksi, Departemen Pertanian. b). Pakan Konsentrat Konsentrat merupakan makanan ternak penguat yang kaya karbohidrat dan protein seperti jagung, bekatul dan bungkil-bungkilan. Pakan konsentrat bisa dibeli dalam bentuk jadi maupun dapat dibeli dalam bentuk bahan makanan misalnya dedak, bekatul, jagung dll. Konsentrat digunakan terutama pada saat pertumbuhan, pada masa kebuntingan maupun saat menyusui bagi induknya. Konsentrat untuk ternak domba memiliki kandungan serat kurang Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 18

20 dari 18% dan mudah dicerna. Para peternak memberikan pakan hijauan bersama dengan pakan konsentrat supaya semua zat-zat makan yang diperlukan untuk pertumbuhan produksi dan reproduksi dapat terpenuhi. Bahan Konsentrat Tabel 5. Komposisi Makan Konsentrat Baku Pemeliharaan Semi-intensif Bekatul 60% 60% Bungkil kelapa 33% 18% Bungkil kedelai - 5% Jagung kuning giling - 10% Tepung tulang 5% 5% Garam 2% 2% Jumlah 100% 100% Pemeliharaan Intensif Tabel 6. Jumlah Pemberian Pakan untuk Domba Pemeliharaan Intensif Klasifikasi domba Makanan Hijau (kg) Domba pasca sapih (3-6 bln) 3 0,20 Domba muda (6-12 bln) 4 0,25 Domba Induk dewasa 6 0,25 Domba pejantan dewasa 8 0,50 Domba induk bunting 7 0,40 Domba induk laktasi (menyusui) 7 0,45 Konsentrat (kg) Disamping makanan kasar (rumput, daun) dan konsentrat domba juga diberikan zat-zat mineral (antara lain Ca, Mg, Na dan K). Pupuk urea dapat dicampurkan dalam makanan sebab urea berfungsi sebagai makanan tambahan untuk domba. Penggunaan antibiotika dalam usaha domba untuk pengobatan penyakit diberikan juga sebagai tambahan untuk memperbaiki efisiensi penggunaan makanan, meskipun antibiotikan adalah obat bukan makanan. Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 19

21 d. Kandang dan Alat Kandang domba terdiri dari dua type yaitu kandang panggung dan kandang lemprak. Kandang panggung lebih mahal dan lantainya dibuat sistem panggung untuk lebih mudah menghindari penyakit oleh parasit, serta lebih bersih dibandingkan dengan kandang lemprak yang tidak dilengkapi dengan alas kayu. Kandang panggung memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran dan tipe kandang ini adalah kandang ganda atau kandang tunggal. Kandang domba terbuat dari bahan yang tersedia di daerah setempat PKT dengan harga perolehan relatif murah. Lokasi kandang dipilih di atas tanah tidak lembab dengan sirkulasi udara baik. Luas kandang harus disesuaikan dengan jumlah ekor domba yang dipelihara. Sebagai patokan kebutuhan luas kandang domba per ekor sbb : Anak domba : 1 x 1,2 m2 / 2 ekor anak 3-6 bulan Pejantan/betina dewasa : 1 x 1,0 m 2 / 1 ekor Pejantan pemacak : 2 x 1,5 m 2 / 1 ekor Induk dan anak : 1 x 2,25 m 2 / 1 induk+ 2 anak 0-3 bln. a. Satu unit usaha pemeliharaan domba induk dengan 24 ekor induk 44 ekor anak domba serta 3 ekor pejantan pemancak rata-rata membutuhkan kandang sbb : 1 kandang kapasitas 12 ekor betina (12 m 2 ) 1 kandang kapasitas 12 betina serta 22 anak domba (27 m 2 ) 1 kandang kapasitas 32 anak domba umur 3-10 bulan (38 m 2 ) 1 kandang 3 ekor pejantan pemancak (9 m 2 ) b. Usaha penggemukan 30 ekor domba memerlukan 1 kandang (30 m 2 ) Selain kandang, peternak domba juga memerlukan peralatan, misalnya sekop, sabit, keranjang rumput dan lain-lain. e. Cara Pemeliharaan a. Siklus hidup Pengelolaan usaha peternakan domba merupakan serangkaian proses kegiatan yang berlangsung terus menerus secara berkesinambungan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan domba adalah : Masa birahi pertama kali datang pada domba berumur 8-10 bulan dengan siklus setiap 1-21 hari. Perkawinan domba betina dilaksanakan pada hari kedua masa birahi Masa kebuntingan domba antara 144 s.d. 156 hari. Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat domba betina sesudah masa bunting 2 bulan. Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 20

22 Induk domba serta pejantan domba diafkir pada umur 6 bulan. b. Cara perawatan Perawatan terhadap induk bunting yang sedang bunting tua perlu diperhatikan dengan pemberian makanan cukup dan bermutu termasuk 0,5 kg konsentrat per hari sampai beberapa hari menjelang kelahiran. Induk yang baru melahirkan dibiarkan beristirahat bersama anaknya di kandang, khusus yang kering dan bersih. Anak-anak domba harus mendapatkan air susu jolong (kolostrum dari induknya) sampai umur 2-3 bulan. Pada umur 2-3 bulan anak domba dipisahkan dari induknya dan kemudian ditempatkan ke kandang anak. Untuk menjaga kondisi domba pejantan pemancak harus dikandangkan terpisah dari betina. Makanan serta air minum untuk pejantan selalu harus tersedia dengan jumlah dan mutu cukup. Perkawinan dapat dilakukan 4-5 kali sehari dan diberi istirahat beberapa hari serta ransumnya ditambah. Domba jantan yang akan digemukkan sebaiknya dilakukan kastari lebih dahulu (umur sekitar 3 bulan) supaya domba lebih cepat tumbuh gerak badan (olah raga) untuk mempelacar peredaran darah serta menjaga bentuk dan postur agak tetap baik. Usaha pemeliharaan domba dapat dilakukan dengan dua cara : 1. Domba dibiarkan merumput di lapangan pengembalaan pada hari pukul s.d pukul dan diberikan konsentrat di halaman/kandang pagi-pagi dan sore (pola semi-intensif) 2. Cara kedua memelihara domba di kandang terus menerus, diberikan hijauan dan konsentrat sesuai dengan pola pemeliharaan intensif. c. Peremajaan Kelompok Domba Produktif Ternak domba mempunyai kemampuan menghasilkan anak yang baik dan terbanyak pada umur 3-6 tahun. Sebelum dan sesudah umur tersebut kemampuannya rendah. Karena itu perlu meremajakan kelompok induk dan pejantan secara teratur supaya hasil produksi dapat ditingkatkan dan tahan dari tahun ke tahun dengan jumlah induk yang sama jumlahnya. Peremajaan yang optimal adalah 20% dari jumlah induk pertahun. Berarti tiap tahun jumlah induk diganti sebanyak 4-5 ekor dari total populasi induk 24 per unit usaha pemeliharaan terpusat. Selain proses peremajaan terencana domba yang tidak produktif karena cacat tubuh, mandul sering sakit dll, perlu dikeluarkan secara berangsur-angsur disertai peremajaan kembali. d. Hasil Panen Hasil panen domba oleh para peternak peserta PKT adalah domba hidup yang siap dijual. Ada dua macam jenis hasil panen domba : 1. Domba potong dan afkir domba tidak produktif Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 21

23 2. Domba bibit yang dijual kepada peternak domba lainnya untuk menjadi induk. Domba bibit tersebut memenuhi persyaratan bibit dan dijual pada umur 4 bulan sebagai domba anak pasca sapih atau sebagai domba dara bunting pada umur sekitar 9-11 bulan. Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 22

24 5. Aspek Keuangan a. Data dan Asumsi Dasar Perhitungan Data dan asumsi dasar perhitungan aspek keuangan yang dipakai dalam Laporan KPKT ini, didasarkan atas perkembangan harga-harga pada triwulan ketiga tahun Dengan mengingat karakteristik usaha domba serta kebiasaan yang dilakukan oleh para peternak domba, peserta proyek SPAKU, maka laporan ini, menyajikan dua model pemeliharaan domba yakni : 1. Unit usaha pemeliharaan domba potong umur 6-8 bulan sampai bulan. 2. Unit usaha pemeliharaan domba induk terdiri dari 24 ekor domba betina dan tiga ekor domba pejantan serta sejumlah anak domba ratarata 44 ekor. 3. Siklus kelahiran anak domba 10 bulan, berarti 24 induk akan melahirkan sekitar 50 ekor domba per tahun. 4. Anak domba dipelihara sekitar bulan oleh usaha pemeliharaan domba induk. Asumsi-asumsi dasar yang dipakai dalam perhitungan aspek keuangan sbb : a. Asumsi tentang cara pemeliharaan domba 1. Pemeliharaan domba dilakukan oleh peternak bersama keluarganya, yaitu istri dan anak maupun saudaranya. 2. Pakan hijau, yaitu rumput, leguminosa dan dll, diambil oleh peternak beserta anggotanya keluarganya sendiri. Kapasitas memotong/ mengumpulkan pakan hijau oleh seorang laki-laki dewasa sekitar 100 kg per hari. 3. Konsentrat, obat dan mineral dibeli para peternak peserta PKT dari koperasi primer. 4. Kebutuhan pakan hijau 10% dan kebutuhan konsentrat 1% sehari dari berat badan seekor domba umur 3 bulan ke atas. 5. Peternak peserta PKT memiliki tanah kandang, biaya tanah tidak dihitung sebagai unsur biaya investasi maupun biaya operasional. 6. Domba jantan dan domba dara dijual secara kontinu setiap bulan sesudah tahun pertama dengan jumlah yang sama dengan jumlah ekor yang dilahirkan, yaitu sesuai prinsip FIFO (First in first Out ) dari usaha pemeliharaan domba induk. 7. Peternakan yang memelihara unit usaha penggemukan domba membeli domba muda dari pasar ternak atau langsung dari peternak domba. Domba muda tersebut digemukkan sekitar enam bulan sebelum dijual bekerjasama dengan koperasi kepada RPH atau kepada perusahaan eksportir domba. Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 23

25 b. Asumsi tentang penjualan domba 1. Para peternak peserta PKT menjual dombanya kepada para pembeli bekerjasama dengan koperasi. Dari setiap pendapatan penjualan koperasi akan memotong sejumlah uang untuk menutupi hutang kepada koperasi, angsuran bunga dan pokok serta tabungan peternak. 2. Koperasi akan membantu para peserta memasarkan domba kepada end-user berupa RPH, usaha eksportir domba maupun pembeli besar lainnya, supaya harga jual dapat ditingkatkan sebanyak mungkin. 3. Kelebihan antara harga jual yang diperoleh para peternak dan bekerjasama dengan koperasi dengan harga jual di pasar ternak lokal dibagi antara para peternak dan koperasi sesuai dengan persetujuan antara kedua belah pihak. c. Asumsi lain 1. Para peternak peserta PKT adalah petani yang telah mempunyai ternak domba dengan jumlah 2 sampai 5 ekor domba. 2. Tujuan dari proyek adalah untuk mengembangkan usaha domba para peserta dan usaha sampingan menjadi usaha pokok (usaha mandiri) 3. Populasi domba serta tanah berikut kandang adalah agunan pokok untuk bank pemberi kredit. Para peternak akan menjamin pembayaran tunggakan pinjaman seorang peserta dengan pola tanggung renteng, yaitu tunggakan disetor ke bank dari tabungan beku yang berada di rekening anggota kelompok penerimai kredit. Agunan tambahan dapat berikan bilamana diminta bank pemberi KKPA dari koperasi atau perusahaan pemberi hasil produksi domba. 4. Kredit yang dberikan kepada kelompok peternak peserta proyek adalah KKPA. b. Kesimpulan dari Analisa Keuangan Berdasarkan asumsi yang dikemukakan diatas, maka perhitungan analisa keuangan untuk kedua model usaha pemeliharaan domba dapat dilihat dalam Lampiran I (Tabel 1.1 s.d. 1.7) dan Lampiran II (Tabel 2.1. s.d. 2.7). Kesimpulan analisa aspek keuangan dapat dilihat dalam Tabel 7 dibawah sbb : Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 24

26 Tabel 7. Ringkasan Perhitungan Analisa Keuangan Uraian Model Usaha Penggemukan Domba Model Usaha Pemeliharaan domba Induk Biaya Investasi + IDC Rp Rp Modal Kerja Permanen Rp Rp Total biaya proyek Rp Rp Pinjaman KI Rp Rp Jangka waktu 5 tahun 6 tahun Pinjaman MK Rp Rp Jangka waktu 5 tahun 5 tahun Modal sendiri Rp Rp Jumlah domba induk.. 24 ekor Jumlah domba pejantan.. 3 ekor Jumlah Domba muda 30 ekor 44 ekor Pendapatan Penjualan Rata-rata pertahun Jumlah ekor domba dijual rata-rata pertahun Rp Rp ekor 50 ekor Internal Rate of Return (IRR) 57,97% 34,71% Net Present Value (NPV) Rp Rp Payback Period (PBP) 1 tahun 7 bulan 2 tahun 5 bulan Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 25

27 LAMPIRAN Bank Indonesia Pemeliharaan Domba 26

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGGEMUKAN PEDET SAPI PERAH

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGGEMUKAN PEDET SAPI PERAH POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGGEMUKAN PEDET SAPI PERAH BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax : (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan...

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGGEMUKAN SAPI POTONG

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGGEMUKAN SAPI POTONG BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax : (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan...

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI KERAJINAN KAYU

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI KERAJINAN KAYU POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI KERAJINAN KAYU BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI KERAJINAN ROTAN

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI KERAJINAN ROTAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI KERAJINAN ROTAN BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA AYAM RAS PETELUR

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA AYAM RAS PETELUR POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA AYAM RAS PETELUR BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax : (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA BAWANG MERAH (Pola Pembiayaan Konvensional)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA BAWANG MERAH (Pola Pembiayaan Konvensional) POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA BAWANG MERAH (Pola Pembiayaan Konvensional) BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI PEMINTALAN BENANG SUTERA ALAM

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI PEMINTALAN BENANG SUTERA ALAM POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI PEMINTALAN BENANG SUTERA ALAM BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1.

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PRODUKSI JAGUNG

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PRODUKSI JAGUNG POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PRODUKSI JAGUNG BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis menjadi salah satu faktor pendukung peternakan di Indonesia. Usaha peternakan yang berkembang

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA SAYURAN BERNILAI TINGGI

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA SAYURAN BERNILAI TINGGI POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA SAYURAN BERNILAI TINGGI BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan...

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program

Lebih terperinci

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG Oleh : Ir. BERTI PELATIHAN PETANI DAN PELAKU AGRIBISNIS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BONE TA. 2014 1. Sapi Bali 2. Sapi Madura 3.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) USAHA INDUSTRI ROTI

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) USAHA INDUSTRI ROTI POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) USAHA INDUSTRI ROTI BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA UBI KAYU

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA UBI KAYU POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA UBI KAYU BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumpun Domba Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu jenis yang mempunyai bentuk dan sifat keturunan yang sama. Jenis domba di Indonesia biasanya diarahkan sebagai domba pedaging

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA SALAK UNGGUL

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA SALAK UNGGUL POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA SALAK UNGGUL BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan sub sektor yang penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Komoditas peternakan mempunyai prospek

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN. Oleh :

BUKU PANDUAN. Oleh : BUKU PANDUAN MANAGEMENT MAKRO PERUSAHAAN PETERNAKAN SAPI POTONG Oleh : Drh. Nuky Rusianto PRIVO SAKURAZY MEDTECINDO (Perusahaan Inti Plasma) www.geocities.com/p3ide Email : KaizenMeiji@yahoo.com JEMBER

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA BAWANG MERAH (Pola Pembiayaan Syariah)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA BAWANG MERAH (Pola Pembiayaan Syariah) POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA BAWANG MERAH (Pola Pembiayaan Syariah) BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Peternakan Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar ambing. di antara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan LAPORAN PENYULUHAN DALAM RANGKA MERESPON SERANGAN WABAH PENYAKIT NGOROK (Septicae epizootica/se) PADA TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SAMOSIR BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya TINJAUAN PUSTAKA Gaduhan Sapi Potong Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya dilakukan pada peternakan rakyat. Hal ini terjadi berkaitan dengan keinginan rakyat untuk memelihara

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA KACANG TANAH

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA KACANG TANAH POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA KACANG TANAH BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan...

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan Secara umum kinerja produksi ternak sapi dan kerbau di berbagai daerah relatif masih rendah. Potensi ternak sapi dan kerbau lokal masih dapat ditingkatkan

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia Daging domba merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia, disamping produk daging yang berasal dari

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA TANAMAN MANGGA POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA TANAMAN MANGGA BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Sapi Perah Salah satu bidang usaha agribisnis peternakan yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kesejahtraan dan kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

DUKUNGAN PEMBIAYAAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA INTEGRASI SAPI KELAPA SAWIT

DUKUNGAN PEMBIAYAAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA INTEGRASI SAPI KELAPA SAWIT DUKUNGAN PEMBIAYAAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA INTEGRASI SAPI KELAPA SAWIT ALEXANDER F.H. ROEMOKOY Group Head Credit Recovery Group PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. PENDAHULUAN Sektor usaha pertanian nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan terhadap daging khususnya daging sapi di Propinsi Sumatera Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumatera Barat

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Bali adalah salah satu bangsa sapi murni yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) dan mempunyai bentuk

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI

PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 1 No. 2, Agustus 2014: 92-96 ISSN : 2355-6226 PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI 1* 2 Handian Purwawangsa, Bramada Winiar Putera 1 Departemen

Lebih terperinci

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana MS Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian I. PENDAHULUAN Populasi penduduk

Lebih terperinci

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA Suplemen 5 SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA Latar Belakang Sejak tahun 2008, Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan telah menginisiasi program pengembangan ternak sapi yang

Lebih terperinci

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) 28 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) Pendahuluan Latar Belakang Peraturan Presiden (PERPRES) Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki 15 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kendal, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki populasi kambing Jawarandu yang tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengelolaan usahatani pada hakikatnya akan dipengaruhi oleh prilaku petani yang mengusahakan. Perilaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.995, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyediaan dan Peredaran Susu. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMENTAN/PK.450/7/2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEREDARAN SUSU

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI Oleh : ETTY HARYANTI UTAMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu Berdasarkan hasil pendataan sosial ekonomi penduduk (PSEP) yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2005 diketahui jumlah keluarga miskin di Desa Sitemu 340 KK. Kriteria

Lebih terperinci

EKONOMI. Oleh Soedjana dan Atien Priyanti

EKONOMI. Oleh Soedjana dan Atien Priyanti EKONOMI Oleh Tjeppy D. Soedjana dan Atien Priyanti 19 1 Mengurangi Risiko Menurunnya Pendapatan Usaha tani di pedesaan biasanya dilakukan dengan lahan garapan yang kecil, modal yang terbatas, dan penyediaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA CABAI MERAH (Pola Pembiayaan Konvensional)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA CABAI MERAH (Pola Pembiayaan Konvensional) POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA CABAI MERAH (Pola Pembiayaan Konvensional) BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERBIBITAN KERBAU KALANG DALAM MENUNJANG AGROBISNIS DAN AGROWISATA DI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN PERBIBITAN KERBAU KALANG DALAM MENUNJANG AGROBISNIS DAN AGROWISATA DI KALIMANTAN TIMUR PENGEMBANGAN PERBIBITAN KERBAU KALANG DALAM MENUNJANG AGROBISNIS DAN AGROWISATA DI KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur Jl. P. M. Noor, Sempaja, Samarinda

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA KEDELAI

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA KEDELAI POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA KEDELAI BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........

Lebih terperinci

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit. BOKS LAPORAN PENELITIAN: KAJIAN PELUANG INVESTASI PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PROVINSI JAMBI I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan areal perkebunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Populasi ternak sapi di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga

Lebih terperinci

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. DAFTAR ISI ISI SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... ABSTRAK RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU MARZUKI HUSEIN Dinas Peternakan Provinsi RIAU Jl. Pattimura No 2 Pekanbaru ABSTRAK Sebagai usaha sampingan

Lebih terperinci