BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DAN HAK MILIK MENURUT ISLAM. maala-yamiilu-mailan, yang berarti condong, cenderung dan miring.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DAN HAK MILIK MENURUT ISLAM. maala-yamiilu-mailan, yang berarti condong, cenderung dan miring."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DAN HAK MILIK MENURUT ISLAM A. Pengertian Harta dan Hak Milik Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal yang berasal dari kata: maala-yamiilu-mailan, yang berarti condong, cenderung dan miring. 1 Secara etimologi harta adalah segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi maupun dalam manfaat. 2 Sedangkan arti harta secara terminologi adalah: Artinya: Harta adalah sesuatu yang digandrungi tabiat manusia dan memungkinkan untuk disimpan hingga dibutuhkan. (Ibnu Abidin dari golongan Hanafi) 3 Sedangkan oleh ulama Hanafi yang lain disebutkan: Artinya: Harta adalah segala sesuatu yang dapat dihimpun, disimpan (dipelihara) dan dapat dimanfaatkan menurut adat (kebiasaan). Definisi lain menyebutkan bahwa: 1 H. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. ke-1, 2002, hlm M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. ke-1, 2003, hlm Ibid.

2 Artinya: Harta adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai, dan diwajibkan ganti rugi atas orang yang merusak atau melenyapkannya.(jumhur ulama selain Hanafiyah) 4 Dari definisi tersebut di atas, terdapat perbedaan mengenai esensi harta. Oleh jumhur ulama dikatakan, bahwa harta tidak saja bersifat materi, tetapi juga termasuk manfaat dari suatu benda, karena yang dimaksud adalah manfaat, bukan zatnya (bendanya). 5 Menurut Hanafiyah bahwa harta mesti dapat disimpan, maka sesuatu yang tidak dapat disimpan tidak dapat disebut harta, maka manfaat menurut Hanafiyah tidak termasuk harta, tetapi manfaat termasuk milik. Hanafiyah membedakan harta dengan milik, yaitu: 6 Milik adalah sesuatu yang dapat digunakan secara khusus dan tidak dicampuri penggunaannya oleh orang lain. Harta adalah segala sesuatu yang dapat disimpan untuk digunakan ketika dibutuhkan, dalam penggunaannya bisa dicampuri oleh orang lain. Jadi menurut Hanafiyah yang dimaksud harta hanyalah sesuatu yang berwujud. 7 Dari sekumpulan definisi yang telah dikemukakan oleh para fuqaha, dapat diambil kesimpulan bahwa: 4 Ibid., hlm Ibid. 6 H. Hendi Suhendi, Op. Cit., hlm Ibid., hlm. 10.

3 1. Harta (mal) adalah nama bagi yang selain manusia, yang ditetapkan untuk kemaslahatan manusia, dapat dipelihara pada suatu tempat, dapat dilakukan tasharruf dengan jalan ikhtiyar Sesuatu yang dapat dimiliki oleh setiap manusia, baik oleh seluruh manusia maupun oleh sebagian manusia. 3. Sesuatu yang sah untuk diperjualbelikan. 4. Sesuatu yang dapat dimiliki dan mempunyai nilai. 5. Sesuatu yang dapat disimpan dalam waktu yang lama atau sebentar dan dapat diambil manfaatnya ketika dibutuhkan. 9 Dengan dikemukakannya definisi di atas, kiranya dapat dipahami bahwa para ulama masih berbeda pendapat dalam menentukan definisi harta, maka terjadi perselisihan-perselisihan pendapa para ulama dalam pembagian harta karena berbeda dalam pendefinisian harta tersebut. Hasbi Ash Shiddieqy menyebutkan bahwa harta adalah nama bagi selain manusia, dapat dikelola, dapat dimiliki, dapat diperjualbelikan dan berharga, konsekuensi logisnya dari perumusan ini adalah: 1. Manusia bukanlah harta sekalipun berwujud. 2. Babi bukanlah harta, karena babi bagi seorang muslim haram diperjualbelikan. 3. Sebiji beras bukanlah harta, karena sebiji beras tidak memiliki nilai (harga) menurut urf Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, Cet. ke-3, 2001, hlm H. Hendi Suhendi, Op. Cit., hlm Ibid.

4 Menurut para fuqaha bahwa harta bersendi pada dua unsur, unsur ainiyah dan unsur urf. Yang dimaksud dengan unsur ainiyah adalah bahwa harta itu ada wujudnya dalam kenyataan (a yan), maka manfaat seluruh rumah yang dipelihara manusia tidak disebut harta, tetapi masuk milik atau hak. 11 Unsur urf adalah segala sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh manusia atau sebagian manusia, dapat diberi atau tidak diberi. Maka sesuatu yang tidak berlaku demikian, tidak dipandang harta walaupun benda, seperti manusia yang merdeka, sepotong roti dan secupak tanah. Maka manusia itu walaupun merupakan suatu benda, suatu tubuh, namun tidak bisa dikatakan harta. 12 Harta mempunyai kedudukan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Hartalah yang dapat menunjang segala kegiatan manusia, termasuk untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia (sandang, papan dan pangan). Harta adalah termasuk ke dalam lima kebutuhan pokok manusia, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, kehormatan (keturunan) dan harta. 13 Kemudian seseorang diberi kesempatan oleh Allah memiliki harta, banyak atau sedikit, seseorang tidak boleh sewenang-wenang dalam menggunakan (memfungsikan) hartanya. Kebebasan seseorang untuk memiliki dan memanfaatkan hartanya adalah sebatas yang dibenarkan oleh syara. 11 Ibid. 12 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op. Cit., hlm Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, Cet. ke-2, 2001, hlm. 345.

5 Karena harta sebagai titipan, maka manusia tidak memiliki harta secara mutlak, karena itu dalam pandangan tentang harta, terdapat hak-hak orang lain, seperti zakat harta, sedekah dan infaq. 14 Sebagaimana firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat: 19 yaitu: Artinya: Dan pada harta-harta mereka, ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (Adz- Dzariyat: 19) 15 Di dalam hadits Rasulullah juga dinyatakan: Artinya: Sesungguhnya pada setiap harta (seseorang), ada hak (orang lain) selain zakat. (H.R. Tirmidzi) 16 Sekalipun harta seseorang melimpah tidak diperbolehkan untuk maksiyat, membelanjakannya secara berlebihan (boros, mubazir) atau menelantarkannya sehingga tidak bermanfaat. Akan tetapi diupayakan, supaya harta itu benar-benar berfungsi sosial (untuk kemaslahatan umum). Sedangkan Istilah hak milik terdiri dari dua kata, yaitu: hak dan milik. 1. Secara lughawi, kata Hak berasal dari bahasa arab, yaitu:, yang artinya: (sesuatu yang tetap) H. Hendi Suhendi, Op. Cit., hlm QS. Adz-Dzariyat: M. Ali Hasan, Op. Cit., hlm Jamaluddin Muhammad, Al-Anshori Lisanul Arab XI, Darul Misriyah, t. th, hlm. 333.

6 2. Secara istilahi, pengertian Hak ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh ulama fiqih: 18 a. Menurut sebagian para ulama mutaakhirin: Artinya: Hak adalah suatu hukum yang telah ditetapkan secara syara. b. Menurut Syekh Ali Al-Khafifi (Asal Mesir): Artinya: Hak adalah kemaslahatan yang diperoleh secara syara. c. Ustadz Mustafa Ahmad Az-Zarqa (ahli fikih Yordania asal Suriah) mengatakan: Artinya: Hak adalah suatu keharusan yang padanya ditetapkan syara suatu kekuasaan atau taklif. d. Ibnu Nujaim (ahli fikih Mazhab Hanafi) mengatakan: Artinya: Hak adalah suatu kekhususan yang terlindungi. 19 Menurut Wahbah Az-Zuhaili (ahli fikih Suriah), bahwa definisi yang dikemukakan oleh Ibnu Nujaim dan Mustafa Ahmad az-zarqa adalah definisi yang komprehensif, karena dari kedua definisi itu tercakup 18 M. Ali Hasan, Op. Cit., hlm Ibid.

7 berbagai macam hak, seperti hak Allah kepada hamba-nya dan hak-hak umum (hak negara dan hak harta benda). 20 Pengertian hak sama dengan arti hukum dalam istilah ahli ushul yaitu: Artinya: Sekumpulan kaidah dan nas yang mengatur atas dasar harus ditaati untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik mengenai orang maupun mengenai harta. 21 Namun pengertian yang umum bahwa hak itu ialah: Artinya: Suatu ketentuan yang digunakan oleh syara untuk menetapkan kekuasaan atau suatu beban hukum. 22. Sedangkan kata Milik berasal dari bahasa Arab: 1. Secara lughawi, pengertian Milik adalah Artinya: Memiliki sesuatu dan sanggup bertindak secara bebas terhadapnya. 2. Secara istilah, pengertian milik adalah Artinya: Suatu ikhtisas yang menghalangi yang lain, menurut syara yang membenarkan si pemilik ikhtisas itu bertindak 20 Ibid., hlm H. Hendi Suhendi, Op. Cit., hlm Ibid.

8 terhadap barang yang dimilikinya sekehendaknya, kecuali ada penghalang. Sedangkan maksud haiz yang terdapat dalam definisi diatas adalah Artinya: Sesuatu yang mencegah orang yang bukan pemilik barang (sesuatu) memanfaatkan dan bertindak tanpa izin si pemilik. 23 Dari beberapa definisi diatas dapat disimplkan bahwa hak milik seseorang adalah suatu ketentuan atau aturan yang menurut syara seseorang itu boleh mengambil manfaat dari barang yang ia miliki terhadap barang miliknya sepanjang tidak melanggar aturan-aturan syara dan tidak mengganggu hak orang lain. B. Dasar-Dasar Tentang Pemilikan Hak milik pada manusia itu merupakan pemberian dari Allah. Dalam ayat-ayat Al-Qur an banyak dijumpai penegasan-penegasan bahwa alam semesta, termasuk manusia adalah ciptaan Allah. Oleh karena itu Al-Qur an banyak menyebutkan bahwa segala sesuatu yang ada di bumi adalah kepunyaan Allah. Tetapi dalam waktu yang sama, Al-Qur an juga menegaskan bahwa manusia diciptakan Allah berkedudukan sebagai kholifah, berfungsi untuk memakmurkan kehidupan di bumi. 23 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op. Cit., hlm. 11.

9 Oleh karena itu al-qur an menegaskan bahwa alam semesta ini ditundukkan kepada manusia agar dimanfaatkan bagi kebtuhan manusia. Guna dapat terselenggaranya fungsi itu, manusia dianugerahi berbagai macam kekuatan dan kemampuan naluriah maupun akal budi. Manusia dianugerahi naluriah untuk mempertahankan eksistensinya, baik perorangan maupun kelompok. Naluriah manusia untuk mempertahankan eksistensinya secara perorangan itu amat menonjol, hal ini dicerminkan dengan adanya naluriah ingin memiliki segala sesuatu yang menjadi kebutukan hidupnya. Adapun dasar hukum pemilikan adalah: 1. Al-Qur an Artinya: Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada didalamnya, dan dia maha kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Maidah: 120). 24 Hak milik pada manusia itu merupakan pemberian dari Allah yang bersumber dari Allah secara mutlak. Hak tersebut tiada lain adalah hak untuk memanfaatkan benda-benda yang ada dilangit dan dibumi untuk kebutuhan manusia. Dalam ayat lain Allah berfirman dalam Surat Al-Jasiyat ayat 13: 24 Departemen Agama RI., Al-Qur an dan Terjemahannya, Semarang: CV. Toha Putra, 1989, hlm. 184.

10 Artinya: Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada dilangit dan di bumi dan apa yang ada dibumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Al-Jasiyat: 13). 25 Jadi kekuasaan Allah disini tetap langit, bumi dan segala yang ada didalamnya adalah milik Allah secara mutlak yang tidak dipunyai oleh makhluknya. Sedangkan manusia dalam hal ini adalah memanfaatkan, melestarikan harta yang merupakan titipan dari Allah. 26 Dijelaskan lagi dalam ayat lain: Artinya: Sesungguhnya bumi ini untuk Allah, dipusakakannya kepada hamba yang dikehendakinya,. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al-A raf: 129) 2. Al-Hadits Dasar hukum tentang pemilikan terhadap sesuatu adalah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Aisyah, yaitu perihal pemilikan tanah. Hadits tersebut adalah: 25 Ibid., hlm Abd al- Adzim Ma ani dan Ahmad al-ghundur, Hak-Hak dari Al-Qur an dan Hadis Secara Etimologi, Sosial dan Syari at, Jakarta: Pustaka Firdaus, Cet. ke-1, 2003, hlm. 469.

11 Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah R.A dari Nabi SAW bersabda; barang siapa menghidupkan tanah yang bukan milik seseorang, maka dia berhak atas tanah itu (HR. Bukhori) 27 Kemudian dalam riwayat lain disebutkan sebagai berikut: Artinya: Diriwayatkan dari Said bin Zaid, dari Nabi SAW bersabda: barang siapa menghidupkan tanah yang mati, maka dia berhak atas tanah itu, dan tidak ada hak bagi keringat orang lain yang didzolimi. (HR. Abu Daud) 28 C. Macam-Macam Hak Milik Keterkaitan antara manusia dengan hartanya berbeda dengan keterkaitan manusia dengan kepemilikan. Dalam Islam kepemilikan menimbulkan legalisasi dari syara sehingga dalam pengoperasian harta dan dalam mengembangkannya sesuai aturan. 29 Karena pada hakikatnya harta kekayaan itu bukanlah milik sepenuhnya manusia, tapi harta kekayaan itu milik Allah. Dari kepemilikan yang nisbi inilah manusia yang diberi amanat untuk mengatur dan memanfaatkan segala sesuatu diatas bumi ini terdapat kewajiban tertentu terhadap orang lain mengenai hak milik perorangan. Seperti dalam Al-Qur an surat An-Nuur ayat 33: 27 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Bukhori, Shohih Bukhori, Juz. III, Beirut: Darul Fikr, t. th., hlm Ibid., hlm M. Faruq an-nabahan, Sistem Ekonomi Islam: Pilihan Setelah Kegagalan Sistem Kapitalis dan Sosialis, Yogyakarta: UUI Press, Cet. ke-2, 2000, hlm. 38.

12 Artinya: Dan berikanlah kepada mereka sebagian harta Allah yang dikaruniakannya kepadamu. (QS. An-Nuur: 33) 30 Disamping hak milik pribadi, terdapat pula pemilikan bersama. Maka pemilikan terhadap sesuatu itu dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Hak Milik Pribadi Menurut definisi, hak milik pribadi adalah sebagai berikut: Artinya: Maka adapun kepemilikan pribadi (individu adalah kepemilikan yang mana pemilik itu menguasai benda itu secara jelas atau masing-masing individu itu dengan jelas memiliki benda-benda yang berkaitan dengan hak milik umum. Menurut definisi lain, hak milik individu ini didefinisikan sebagai berikut: Artinya: Kepemilkan individu adalah suatu hak yang mengelilingi (memberikan kewenangan) terhadap seseorang untuk mentasharrufkan sesuatu dan memanfaatkan sesuatu itu dengan ketentuan sendiri QS. An-Nuur ayat Muhammad Al-Mubarok, Nidlomu al Islam al Iqtishod, Makah al-mukarromah, Darul Fikr, 1972, hlm. 103.s

13 Dari pemilikan pribadi yang tidak mutlak inilah akan timbul hak-hak lain yang selalu berkaitan erat dengan pemilikan tersebut, hak-hak tersebut antara lain: a. Hak tetap atas benda tersebut ( ) Hak tetap disini maksudnya adalah Artinya: Tetapnya pemilikan sepanjang benda yang dimiliki itu masih berada ditangan orang itu. 32 b. Kebebasan mentasyarufkan benda itu ( ) Kebebasan mentayarufkan benda disini mempunyai makna: Artinya: Pemilik itu mempunyai hak untuk bertindak terhadap barang kepemilikan sekehendaknya dan berhak pula membiarkan barang miliknya dengan tidak berbuat sesuatu terhadap barang itu Hak Milik Bersama / Umum Yang dimaksud dengan hak milik umum disini terdapat banyak definisi yang disampaikan oleh beberapa ulama, definisi tersebut adalah: a. Menurut Dr. Ahmad Muhammad al- Assal dan Dr. Fathi Ahmad Abdul Karim 32 Ali Abdul Wafi, al-musaawatu fi al Islam, Darul Ma arif, t. th., hlm Ibid., hlm. 68.

14 Yang dimaksud hak milik umum adalah harta, apabila dikhususkan untuk kepentingan umum atau jamaah kaum muslimin. 34 b. Menurut Thohir Abdul Mukhsin Sulaiman Hak milik umum maksudnya pemilikan seluruh masyarakat atas suatu benda atau harta untuk kemanfaatkan umum, yang bisa dimiliki secara umum. 35 c. Menurut Dr. Ali Abdul Wahid Wafi Artinya: Adapun kepemilikan umum adalah kepemilikan yang mana pemilik benda tidak jelas memiliki benda secara individu dan masing-masing individu tidak jelas pula memiliki benda yang berkaitan dengan hak milik umum. 36 Dengan berbagai pendapat yang disampaikan oleh para ulama, maka jelaslah bahwa Islam juga mengakui hak milik secara umum demi tercapainya kemakmuran bersama. Oleh karena pemerintah wajib menumbuhkan hak milik umum dan menggunakannya untuk kemaslahatan kaum muslimin. Dan dalam hal ini pemerintah tidak berpilih kasih kepada seseorang dan harus berusaha benar-benar memilih cara yan baik, supaya hak milik umum ini bermanfaat dan menjadi salah satu faktor produksi. Adapun dasar disyari atkannya pemilikan umum adalah: 34 Ahmad Muhammad al- Assad dan Fathi Ahmad Abdul Karim, an-nidzamul Ictishaadi fil Islam Mabaadi Uhu Wahdafuhu, Terj. PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1980, hlm Thohir Abdul Muhsin Sulaiman, Ilaajul Musyilah al-ichtishodiyah bil Islam, Terj. PT. Al-Ma arif, Bandung, t. th., hlm Abdul Wahid Wafi, Op. Cit., hlm. 66.

15 a. Firman Allah dalam surat Al-Hasyr: Artinya: Apa saja harta rampasan (Fa i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota, maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, anak-anak yatim, orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta ini tidak hanya beredar diantara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya. (QS. A-l-Hasyr: 7) 37 Dari ayat diatas maka jelas bahwa harta kekayaan yang sifatnya milik umum ini tidak boleh hanya berada di tangan sekelompok kecil masyarakat saja, dan perlunya penciptaan keadilan dalam situasi dimana hal seperti itu terjadi, agar harta tidak beredar dikalangan orang-orang kaya saja. b. Hadits Nabi yang menceritakan tentang seorang sahabat dari kaum Muhajirin, orang tersebut berkata: 37 Al-Qur an surat al-hasyr ayat 7.

16 Artinya: Saya ikut berperang dengan Nabi, tiga kali saya mendengar Nabi bersabda: Orang-orang muslim berserikat dalam tiga hal: dalam hal air, rumput dan api. (HR. Abu Daud). 38 D. Cara-Cara Memperoleh Hak Milik Sebab-sebab memiliki (tamalluk) yang ditetapkan syara ada empat: Ihrazul Mubahat (memilik benda-benda yang boleh dimiliki) Salah satu sebab memiliki (tamalluk) adalah ihrazul mubahat. Maka yang dikatakan mubah itu ialah: Artinya: Harta yang tidak masuk ke dalam milik orang yang dihormati (milik seseorang yang tidak sah) dan tak ada pula suatu penghalang yang dibenarkan syara untuk memilikinya. 40 Inilah yang dikatakan mubah. Seperti air yang tidak dimiliki seseorang, binatang buruan dan ikan di laut, rumput dan pepohonan di hutan belantara yang tidak dimiliki orang. Semua orang dapat memiliki apa yang disebutkan itu. Apabila dia telah menguasai dengan maksud memiliki maka menjadi miliknya. Menguasai dengan maksud memiliki itu dikatakan ihraz. Syarat untuk memiliki bendabenda yang mubah dengan jalan ihraz ada dua yaitu: 38 Abi Abdilah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim Al-Bukhori, Shoheh Bukhori, Juz III, Beirut, Darul Fikr, t. th., hlm Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op. Cit., hlm Ibid.

17 a. Benda itu tidak dikuasai orang lain lebih dahulu. Umpamanya seseorang mengumpulkan air hujan dalam suatu wadah dan dibiarkan, tidak diangkat ketempat yang lain, maka orang lain tidak berhak mengambil air dalam wadah itu. Karena air ini tidak lagi merupakan benda mubah lantaran telah dikuasai oleh seseorang. 41 Maka karena itu kaidah berkata: Artinya: Barang siapa mendahului orang lain sesuatu yang mubah bagi semua orang, maka sesungguhnya ia telah memilikinya. b. Maksud tamalluk (untuk memiliki). Jika seseorang memperoleh suatu benda mubah, dengan tidak bermaksud memilikinya, benda itu tidak menjadi miliknya Al Uqud (Akad) Akad menurut istilah fuqaha, ialah: Artinya: Perikatan ijab dengan Kabul secara yang disyari atkan agama nampak, bekasannya pada yang diakadkan itu. Masuk ke dalam uqud, dari segi menjadi sebab milkiyah yaitu: a. Uqud Jabariyah, yaitu: akad-akad yang harus dilakukan berdasarkan kepada keputusan hakim, seperti menjual harta orang yang berhutang secara paksa. Maka penjualan itu sah walaupun 41 H. Hendi Suhendi, Op. Cit., hlm Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op. Cit., hlm. 13.

18 dia menjual karena dipaksa oleh hakim, dan hakim memaksa menjual barang itu untuk membayar hutang kepada orang lain. Dan masuk kedalam uqud ini, tamalluk jabri, yaitu seperti syuf ah. b. Istimlak untuk maslahat umum. Umpamanya tanah-tanah di samping masjid, kalau diperlukan untuk masjid, harus dapat dimiliki oleh masjid dan pemilik harus menjualnya. Ini dikatakan tamalluk bil jabri (pemilikan dengan paksa) Al Kholafiyah (pewarisan) Tata aturan harta pusaka antara para waris, adalah manifestasi dari pengakuan adanya hak milik perorangan, baik terhadap harta bergerak, maupun terhadap harta yang tidak bergerak, dan suatu manifestasi pula bahwasannya harta milik seseorang setelah mati berpindah kepada ahli warisnya. 44 Adapun pembahasan soal waris, sebagai sarana memperoleh hak milik, adalah didasarkan pada hadits Nabi yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra berkata: Artinya: Serahkanlah bagian-bagian tertentu (dari harta pusaka) kepada yang berhak menerimanya. Adapun sisanya adalah untuk ahli waris laki-laki yang terdekat. (HR. Muttafaq Alaih) 43 Ibid., hlm Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqh Mawaris, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, Cet. ke-3, 2001, hlm. 6.

19 Khalafiyah ada dua macam, yaitu: a. Khalafiyah syakhsy an syakhsy, yaitu si waris menempati tempat si muwaris dalam memiliki harta-harta yang ditinggalkan oleh muwaris, harta yang ditinggalkan oleh muwaris disebut tirkah. b. Khalafiyah syai an syai in, yaitu apabila seseorang merugikan milik orang lain atau menyerobot barang orang lain, kemudian rusak ditangannya atau hilang, maka wajiblah dibayar harganya dan diganti kerugian-kerugian pemilik hartanya. Maka khalafiyah syai an syai in ini disebut tadlmin atau ta widl (menjamin kerugian) Attawalludu minal mamluk (berkembang biak) Attawalludu minal mamluk yaitu segala yang terjadi dari benda yang telah dimiliki, menjadi hak bagi yang memiliki benda tersebut. Misalnya anak binatang menjadi milik pemilik binatang dan bulu domba menjadi milik pemilik domba. 46 Milik secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Milk Tam, yaitu suatu pemilikan yang meliputi benda dan manfaatnya sekaligus, artinya bentuk benda (zat benda) dan kegunaannya dapat dikuasai, pemilikan tam bisa diperoleh dengan banyak cara, misalnya jual beli. 45 H. Hendi Suhendi, Op. Cit., hlm Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op. Cit., hlm. 16.

20 b. Milk Naqishah, yaitu bila seseorang hanya memiliki salah satu dari benda tersebut, memiliki benda tanpa memiliki manfaatnya atau memiliki manfaat (kegunaannya) saja tanpa memiliki zatnya. Milik naqish yang berupa penguasaan terhadap zat barang (benda) disebut milik raqabah, sedangkan milik naqish yang berupa penguasaan terhadap kegunaannya saja disebut milik manfaat atau hak guna pakai, dengan cara I arah, seperti wakaf dan wasiyat. 47 Dari segi mahall, milik dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 48 a. Milk al- Ain dinamakan juga milk raqabah, ialah memiliki semua benda, baik benda tetap (ghair mankul) maupun benda-benda yang dapat dipindahkan (manqul) seperti pemilikan terhadap rumah, kebun, mobil dan motor, pemilikan terhadap benda-benda disebut milk al- ain. b. Milk al-manfaah, yaitu seseorang yang hanya memiliki manfaatnya saja dari suatu benda, seperti benda hasil meminjam, wakaf dan lainnya. c. Milk al-dayn, yaitu pemilikan karena adanya hutang, seperti sejumlah uang dipinjamkan kepada seseorang atau pengganti benda yang dirusakkan, hutang adalah sesuatu yang wajib dibayar oleh orang yang berhutang H. Hendi Suhendi, Op. Cit., hlm Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op. Cit., hlm H. Hendi Suhendi, Op. Cit., hlm. 41.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid BAB IV ANALISIS A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid Mazhab Syafi i dan mazhab Hanbali berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari

Lebih terperinci

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab RASCAL321RASCAL321 BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian Jual Beli Seperti yang kita ketahui jual beli terdiri dari dua kata yaitu jual dan beli. Jual berasal dari terjemahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA 24 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA A. Pengertian Harta Secara Etimologi Harta dalam bahasa arab dikenal dengan al-mal. Secara etimologi, al-mal berasal dari mala yang berarti condong atau berpaling

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis Terhadap Proses Jual Beli Mesin Rusak Dengan Sistem Borongan Penulis telah menjelaskan

Lebih terperinci

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG Djamila Usup ABSTRAK Kegiatan ekonomi yang sering dilakukan kebanyakan masyaraka adalah jual beli, karena jual beli adalah suatu usaha untuk mencari keuntungan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP MILKIYAH ( PEMILIKAN ) MENURUT HUKUM ISLAM. dan sanggup bertindak secara bebas terhadapnya.

BAB II KONSEP MILKIYAH ( PEMILIKAN ) MENURUT HUKUM ISLAM. dan sanggup bertindak secara bebas terhadapnya. BAB II KONSEP MILKIYAH ( PEMILIKAN ) MENURUT HUKUM ISLAM A. Konsep Dasar Milkiyah dalam Islam 1. Pengertian Milkiyah a. Menurut Bahasa Milik dalam lughat (arti bahasa ) dapat diartikan memiliki sesuatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPEMILIKAN HARTA. Milik dalam buku Pokok- pokok Fiqh Muamalah dan Hukum Kebendaan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPEMILIKAN HARTA. Milik dalam buku Pokok- pokok Fiqh Muamalah dan Hukum Kebendaan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPEMILIKAN HARTA A. Pengertian Kepemilikan Harta Milik dalam buku Pokok- pokok Fiqh Muamalah dan Hukum Kebendaan dalam Islam 1 didefinisikan sebagai berikut:!" &$%# Kekhususan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Penarikan Kembali Hibah Oleh Ahli Waris Di Desa Sumokembangsri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Jual Beli Air Irigasi Di Desa Rejosari Kecamatan Deket

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG A. Analisis Praktek Jual Beli Emas di Toko Emas Arjuna Semarang Aktivitas jual beli bagi umat Islam sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR. Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira. yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR. Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira. yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NADZIR A. Pengertian dan Dasar Hukum Nadzir 1. Pengertian Nadzir Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira yandzaru yang berarti menjaga dan mengurus. 1 Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengatur dengan peraturan pertanahan yang dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraris (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960. UUPA Bab XI pasal 49 (3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya semua isi alam ini diciptakan oleh Allah swt. untuk kepentingan seluruh umat manusia. Keadaan tiap manusia berbeda, ada yang memiliki banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar kebutuhan masyarakat baik secara individu maupun sosial dapat terpenuhi secara proposional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah nama bagi yang selain manusia yang ditetapkan untuk kemaslahatan manusia, dapat dipelihara pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN A. Analisis terhadap Praktik Utang Piutang dalam Bentuk Uang dan Pupuk di

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA 54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER)

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER) KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER) MASALAH YANG TERKAIT DENGAN ZAKAT DESKRIPSI MASALAH Terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Analisis Terhadap Hibah Sebagai Pengganti Kewarisan Bagi Anak Laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Jual Beli Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Kandang di PT. Juang Jaya Abdi Alam Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulunya, bahwa jual beli yang terjadi di PT. Juang Jaya

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN (MUI) setelah: Menimbang : 1. bahwa seiring dengan dinamika yang terjadi di masyarakat, beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Islam merupakan hukum Allah. Dan sebagai hukum Allah, ia menuntut kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari keimanannya kepada Allah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani, BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Ba i Al-wafa di Desa Sungai Langka Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harta selama yang demikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI TENTANG ASH SHIHHAH WA AL BUTHLAN. sehat, tidak sakit, sembuh, benar dan selamat. 1

BAB II TEORI TENTANG ASH SHIHHAH WA AL BUTHLAN. sehat, tidak sakit, sembuh, benar dan selamat. 1 17 BAB II TEORI TENTANG ASH SHIHHAH WA AL BUTHLAN A. Shihhah (Sah) Kata shihhah berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa berarti sehat, tidak sakit, sembuh, benar dan selamat. 1 Adapun dalam istilah

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pembiayaan Multijasa Kontribusi dari Administrator Thursday, 18 May 2006 Terakhir kali diperbaharui Thursday, 18 May 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al 48 BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al Qardh Pada dasarnya ijab qabul harus dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang akan saling membutuhkan satu sama lain sampai kapanpun, hal tersebut dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan. Maka dari itu mau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktik Tukar-Menukar Rambut di Desa Sendangrejo Lamongan Dari uraian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA 51 BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA A. Aplikasi Pemberian Upah Tanpa Kontrak Di UD. Samudera Pratama Surabaya. Perjanjian (kontrak) adalah suatu peristiwa

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN Kehidupan manusia selalu mengalami perputaran, terkadang penuh dengan

Lebih terperinci

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk BAB III Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) A. Pengertian Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) Koperasi adalah suatu kerja sama dalam lapangan perekonomian. Kerjasama ini karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama.

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama. BAB V PENUTUP A. Simpulan 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota Banjarmasin tentang harta bersama. a. Harta bersama menurut pendapat ulama Muhammadiyah kota Banjarmasin. - Harta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Upah Sistem Tandon Di Toko

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL Penulis telah memaparkan pada bab sebelumnya tentang pusaka (waris), baik mengenai rukun, syarat, penghalang dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURAbah}ah Yang Direalisasi Sebelum Barang Yang Dijual

Lebih terperinci

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai subyek hukum pada dasarnya dipandang. mempunyai kecakapan yang berfungsi untuk mendukung hak dan kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai subyek hukum pada dasarnya dipandang. mempunyai kecakapan yang berfungsi untuk mendukung hak dan kewajiban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai subyek hukum pada dasarnya dipandang mempunyai kecakapan yang berfungsi untuk mendukung hak dan kewajiban sejak manusia menjadi dewasa. Dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Bunga Kamboja Kering

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH

BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH A. Pengertian Maslah}ah} Maslah}ah} berasal dari kata s}alah}a yang secara arti kata berarti baik lawan dari kata buruk atau rusak. Maslah}ah} adalah kata masdar s}alah}

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan disajikan pada bab III,

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle L/C Impor Syariah Kontribusi dari Administrator Sunday, 16 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN JI A>LAH DAN PANDANGAN PENDUDUK DI DESA NGRANDULOR KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG A. Analisis Pelaksanaan Ji a>lah dan pandangan penduduk di Desa

Lebih terperinci

*** Tunaikanlah Amanah

*** Tunaikanlah Amanah Tunaikanlah Amanah Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan

Lebih terperinci

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis implementasi Hukum Islam terhadap ahli waris non-muslim dalam putusan hakim di Pengadilan Agama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA A. Analisis Pelaksanaan Transaksi Jual Beli Tanah Milik Anak yang Dilakukan

Lebih terperinci

Apa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH

Apa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH Pertanyaan: Apa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH Pertanyaan Dari: Dani, Sulawesi Selatan (disidangkan pada hari Jum at, 23 Jumadilakhir 1432 H / 27 Mei 2011 M) As-salaamu alaikum wr. wb. Divisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangan beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Dan juga Ibn. Abbas r.a dalam Laroche (1996) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. jangan beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Dan juga Ibn. Abbas r.a dalam Laroche (1996) mengatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Al-Quran surat Al-Hasyr ayat 7 telah disebutkan bahwa harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Dan juga Ibn Abbas r.a dalam Laroche

Lebih terperinci

BAB IV ISTINBATH HUKUM DAN NATIJAH. nash yang menerangkan tentang pembagian waris seorang transseksual yang

BAB IV ISTINBATH HUKUM DAN NATIJAH. nash yang menerangkan tentang pembagian waris seorang transseksual yang BAB IV ISTINBATH HUKUM DAN NATIJAH A. Istinbath Hukum Dan Natijah Status kewarisan bagi para pelaku transseksual yang mengoperasi ganti kelamin dalmam perspektif ushul fiqih ini merupakan masalah baru

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG WAKAF

BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG WAKAF BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG WAKAF A. Pengertian Wakaf Kata wakaf atau wacf berasal dari bahasa arab Wakafa. Asal kata Wakafa berarti menahan atau mencegah. Dalam peristilahan syara wakaf adalah sejenis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG A. Analisis Faktor Pendorong Jual Beli Cegatan di Desa Gunungpati Kecamatan Gunungpati

Lebih terperinci

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR A. Analisis Terhadap Tradisi Penitipan Beras Di Toko

Lebih terperinci

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Waris Tanpa Anak WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Pertanyaan: Kami lima orang bersaudara: 4 orang laki-laki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO A. Produk Kepemilikan Logam Mulia (KLM) di PT. BRI Syari ah KCP Sidoarjo Memiliki logam mulia (LM)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis terhadap praktik utang piutang berhadiah di Desa Sugihwaras Kecamatan

Lebih terperinci

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan: PEMBAGIAN WARISAN Pertanyaan dari: EJ, di Cirebon (nama dan alamat diketahui redaksi) (Disidangkan pada Jum at, 13 Zulqa'dah 1428 H / 23 November 2007 M) Pertanyaan: Sehubungan kami sangat awam masalah

Lebih terperinci

Dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kep

Dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kep DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 39/DSN-MUI/X/2002 Dewan Syari ah Nasional, setelah Tentang ASURANSI HAJI Menimbang : a. bahwa perjalanan haji mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mafqud (orang hilang) adalah seseorang yang pergi dan terputus kabar beritanya, tidak diketahui tempatnya dan tidak diketahui pula apakah dia masih hidup atau

Lebih terperinci

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 46/DSN-MUI/VII/2005 Tentang POTONGAN TAGIHAN MURABAHAH (AL-KHASHM FI AL-MURABAHAH) Dewan Syariah Nasional setelah, Menimbang : a. bahwa sistem pembayaran dalam akad murabahah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM. Hibah secara etimologi adalah bentuk masdar (hubungan antara manusia

BAB II TINJAUAN UMUM HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM. Hibah secara etimologi adalah bentuk masdar (hubungan antara manusia BAB II TINJAUAN UMUM HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian Hibah Hibah secara etimologi adalah bentuk masdar (hubungan antara manusia dengan Tuhan) dari kata wahaba, yang berarti pemberian, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni 15 BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH A. PENGERTIAN SYIRKAH Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai jenis hak dapat melekat pada tanah, dengan perbedaan prosedur, syarat dan ketentuan untuk memperoleh hak tersebut. Di dalam hukum Islam dikenal banyak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Samlawi selaku sesepuh desa Tanjung Anom, dan masyarakat setempat lainnya. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia. 1 Dalam surat Adz-Dzariyat ayat

Lebih terperinci

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian Ijarah Upah dibahas pada bab ijarah, yaitu sewa menyewa. Kata ijarah diderivasi dari bentuk fi il ajara-ya juru-ajran. Ajran semakna dengan kata al-iwad

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo. BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD IJA>RAH MULTIJASA UNTUK SEGALA MACAM BENTUK PEMBIAYAAN DI BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO A. Analisis Terhadap Praktek Akad Ija>rah Multijasa

Lebih terperinci

KOPERASI SIMPAN PINJAM

KOPERASI SIMPAN PINJAM KOPERASI SIMPAN PINJAM A. PENGERTIAN Koperasi Indonesia adlah organisasi rakyat berwatak sosial, beranggotakan orangorang atau badan-badan hokum koperasi yang merupakan suatu tata susunan ekonomi sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang 59 BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang Berdasarkan Landasan teori dan Penelitian yang peneliti peroleh di Kelurahan Ujung Gunung

Lebih terperinci

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan KAIDAH FIQHIYAH Pendahuluan Jika dikaitkan dengan kaidah-kaidah ushulliyah yang merupakan pedoman dalam mengali hukum islam yang berasal dari sumbernya, Al-Qur an dan Hadits, kaidah FIQHIYAH merupakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM A. Pengertian Harta Dalam Perkawinan Islam Menurut bahasa pengertian harta yaitu barang-barang (uang dan sebagainya) yang menjadi kekayaan. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Seperti: orang kaya membutuhkan orang miskin, orang miskin membutuhkan orang kaya, orang kuat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN 63 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis terhadap Praktik Kerjasama Budidaya Lele

Lebih terperinci

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Sahih Sunan Ibnu Majah, Vol, 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), h

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Sahih Sunan Ibnu Majah, Vol, 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013), h 169 Al-Qur an / BAB Hadist I al-zukhruf/ 43: 32 Lampiran Terjemahan Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP KEPEMILIKAN, AKAD DAN SEWA-MENYEWA DALAM HUKUM ISLAM. kewenangan khusus untuk melakukan transaksi terhadap harta tersebut

BAB II KONSEP KEPEMILIKAN, AKAD DAN SEWA-MENYEWA DALAM HUKUM ISLAM. kewenangan khusus untuk melakukan transaksi terhadap harta tersebut BAB II KONSEP KEPEMILIKAN, AKAD DAN SEWA-MENYEWA DALAM HUKUM ISLAM A. Konsep Kepemilikan a. Pengertian hak milik Hak milik (kepemilikan) adalah hubungan antara manusia dengan harta yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) Majelis Ulama Indonesia, setelah MENIMBANG :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala bentuk praktek perdagangan atau jual beli pada suatu pasar saat ini telah membentuk karakter manusia yang saling ketergantungan sama lain untuk saling

Lebih terperinci

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul. RINGKASAN Manusia sebagai hamba Allah yang statusnya makhluk sosial, dalam rangka melaksanakan kewajiban untuk memenuhi haknya diperlukan adanya suatu tatanan hukum yang mampu mengatur dan mengayomi hubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang BAB II LANDASAN TEORI Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang mendasari dan mendukung penelitian. A. Pengertian Koperasi Di dalam ilmu ekonomi, pengertian Koperasi adalah suatu

Lebih terperinci

Apa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo. Orang-orang wajib mengeluarkan zakat jika telah memiliki beberapa syarat berikut :

Apa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo. Orang-orang wajib mengeluarkan zakat jika telah memiliki beberapa syarat berikut : Apa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo Umat Islam adalah umat yang mulia. Umat yang dipilih Allah unuk mengemban risalah, agar mereka menjadi saksi atas segala umat. Tugas umat Islam adalah mewujudkan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat melangsungkan hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA 54 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA A. Analisis Pelaksanaan Komersialisasi Doa di Pemakaman Umum Jeruk Purut Jakarta Komersialisasi doa dalam

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA A. Analisis Tradisi Pelaksanaan Kewarisan Tunggu Tubang Adat Semende di

Lebih terperinci

BAB IV YANG BERHUTANG. dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB IV YANG BERHUTANG. dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh BAB IV ANALISIS TERHADAP DALIL DALIL QAWL QADIM DAN QAWL JADIm dan qawl jadi>d Imam Sha>fi i> dibedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Mereka saling tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli merupakan salah satu aktivitas bisnis yang sudah berlangsung cukup lama dalam masyarakat. Namun demikian, tidak ada catatan yang pasti kapan awal mulanya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA 65 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA A. Analisis Hukum Islam Terhadap Bursa Efek Indonesia Surabaya Ada dua jenis perdagangan di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6 BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupannya dalam semua hal, termasuk dalam pengembangbiakan

Lebih terperinci

BAB IV. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM dan UU NO.7 TAHUN 2011 TERHADAP PENUKARAN MATA UANG RUSAK

BAB IV. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM dan UU NO.7 TAHUN 2011 TERHADAP PENUKARAN MATA UANG RUSAK 55 BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM dan UU NO.7 TAHUN 2011 TERHADAP PENUKARAN MATA UANG RUSAK A. Urgensi Penukaran Uang dalam Hukum Islam dan UU No.7 Tahun 2011. Tukar menukar secara istilah

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Murabahah Kontribusi dari Administrator Saturday, 15 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Kasus Perkasus Dari hasil penelitian dilapangan yang telah penulis lakukan melalui wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH A. Persamaan Pendapat Mazhab H{anafi Dan Mazhab Syafi i Dalam Hal Status Hukum Istri Pasca Mula> anah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pesanan Makanan Dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG AKAD QIRAD}{ DI GERAI DINAR SURABAYA

BAB IV ANALISIS TENTANG AKAD QIRAD}{ DI GERAI DINAR SURABAYA BAB IV ANALISIS TENTANG AKAD QIRAD}{ DI GERAI DINAR SURABAYA A. Analisis Hukum Islam terhadap Investasi Dinar di Gerai Dinar Surabaya Allah SWT menurunkan ajaran Islam sebagai tuntunan hidup yang senantiasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Pengaturan Wasiat 1. Pengertian Wasiat Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat merupakan pesan terakhir dari seseorang yang mendekati

Lebih terperinci