Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi"

Transkripsi

1 MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VII DI SMP PROMASAN KALIBAWANG TAHUN AJARAN 2011/2012 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Oleh : Y. Purwanta NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012 i

2 ii

3 iii

4 Amicus certus in re incerta cernitur (Sahabat sejati ditentukan ketika ada hal yang tidak pasti) Kupersembahkan karya ini untuk : Tuhan Yesus Kristus yang telah mendampingi dalam setiap usahaku, terima kasih atas segala kebaikkan-mu. Bapak (Alm) dan Ibuku serta keluarga yang selalu mengiringi langkahku dengan do a dan cinta. Teman dan Sahabat tercinta, yang selalu memberi semangat dalam hidupku. iv

5 v

6 vi

7 ABSTRAK MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL ( CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VII DI SMP PROMASAN KALIBAWANG TAHUN AJARAN 2011/2012 Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar dalam penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Berdasarkan hasil observasi awal pembelajaran biologi di SMP Kemasyarakatan, Promasan, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo tahun ajaran 2011/ 2012 memperlihatkan adanya beberapa kendala dalam pelaksanaan KBM, yaitu metode pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga siswa merasa jenuh dan bosan untuk belajar khususnya mata pelajaran biologi dan hasil belajar yang tidak optimal. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar biologi agar menjadi lebih baik (maksimal) baik secara individu maupun klasikal. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu (1) Planning, dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran seperti mempersiapkan perangkat pembelajaran, membuat alat evaluasi dan instrumen penelitian. (2) Acting yaitu melaksanakan kegiatan KBM dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (3) Observing, yaitu pengambilan data tentang proses hasil belajar siswa. (4) Reflecting adalah kegiatan untuk menganalisa data hasil pengamatan. Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Kemasyarakatan Promasan, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo tahun ajaran 2011/ 2012 dengan jumlah siswa sebanyak 26 siswa yang terdiri dari 12 perempuan dan 14 laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai, baik nilai praktikum maupun nilai evaluasi setiap akhir siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 6,72 dengan ketuntasan belajar 61,53 %. Siklus II rata-rata siswa meningkat menjadi 7,46 dengan ketuntasan belajar 76,92 %. Pada siklus III nilai rata-rata siswa meningkat menjadi lebih baik lagi, yaitu 7,83 dengan ketuntasan belajar 92,30 %. Dalam hasil penelitian keaktifan siswa saat melakukan kegiatan praktikum juga meningkat selama KBM dari tiap siklusnya, ini ditunjukkan dengan semakin bertambahnya siswa yang memperoleh nilai yang lebih baik dari praktikum sebelumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan aktivitas dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa baik secara individu maupun klasikal dapat ditingkatkan dengan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), disarankan agar pembelajaran biologi dengan pendekatan ini dapat dipergunakan sebagai metode alternatif guru dalam menyampaikan materi pelajaran khususnya biologi. Kata Kunci : Pembelajaran Biologi; Metode Pendekatan Kontekstual; Penelitian Tindakan Kelas vii

8 ABSTRACT "IMPROVING LEARNING ACTIVITIES AND BIOLOGICAL APPROACHES subject ECOSYSTEM USING CONTEXTUAL (CTL) TO STUDENTS IN CLASS VII SMP PROMASAN KALIBAWANG ACADEMIC YEAR 2011/2012" This study aimed to determine the increase in the activity of learning and learning outcomes approach in the application of Contextual Teaching and Learning (CTL). Based on the preliminary observations of learning biology in junior Community, Promasan, Banjaroya, Kalibawang, Kulonprogo school year 2011/2012 showed that there are some obstacles in the implementation of teaching and learning, which are less varied teaching methods so that students feel bored and tired to study particular subjects of biology and learning outcomes are not optimal. This study aims to improve learning outcomes for the better biology (maximum) both individually and classical. Action research was carried out in 3 cycles. Each cycle consists of four activities: (1) Planning, conducted to identify problems and plan learning activities such as preparing learning device, making evaluation tools and research instruments. (2) Acting is conducting learning activities using a contextual approach Contextual Teaching and Learning (CTL) to improve student learning outcomes. (3) Observing, the data collection process of student learning outcomes. (4) Reflecting an activity to analyze the data observations. The study subjects were students of class VII SMP Community Promasan, Banjaroya, Kalibawang, Kulonprogo school year 2011/2012 the number of students by 26 students consisting of 12 women and 14 men. The results showed an increase in value, good value and practical value of the evaluation of the end of each cycle. In the first cycle the average value of 6.72 with a mastery learning students 61.53%. Cycle II students average increased to 7.46 with 76.92% mastery learning. In the third cycle the average value increased student becomes better, ie 7.83 to 92.30% mastery learning. In the research activity of students during practical activities also increased during a lecture of each cycle, as shown by the increasing number of students who obtain a better value than the previous lab. Thus we can conclude the activity in the learning process and student learning outcomes, both individually and classical approach to learning can be enhanced by Contextual Teaching and Learning (CTL), it is suggested that the learning of biology with this approach can be used as an alternative method of teachers in delivering the course material especially biology. Thus we can conclude the activity in the learning process and student learning outcomes, both individually and classical approach to learning can be enhanced by Contextual Teaching and Learning (CTL), it is suggested that the learning of biology with this approach can be used as an alternative method of teachers in delivering the course material especially biology. Keywords: Learning Biology; Methods Contextual Approach; Classroom Action Research viii

9 KATA PENGANTAR Segala puji syukur atas segala kebaikan, hikmat dan rahmat Tuhan Yesus Kristus selama pengerjaan skripsi ini dari awal sampai akhir, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem menggunakan Pendekatan Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning) pada Siswa Kelas VII di SMP Promasan Kalibawang Tahun Ajaran 2011/2012.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Rektor Universitas Sanata Dharma 2. Dekan FMIPA Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Ketua jurusan Biologi, yang telah memberi ijin penelitian. 4. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan dalam rangka penyelesaian skipsi ini. 5. Sr. M. Margreeth Widiyastuti selaku Kepala Sekolah SMP Kemayarakatan Promasan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo yang telah membeikan ijin untuk penelitian. 6. Bapak Melkias Putrawan Basuki selaku guru bidang studi Biologi kelas VII yang banyak memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian. 7. Pak Kristio, Pak Tri, terima kasih atas nasehat yang menginspirasi saya. 8. Mba Rini Erna yang telah membukakan jalan saya untuk bisa berkuliah. Terima Kasih banyak atas informasinya. 9. Para dosen dan laboran yang telah membantu baik dalam kuliah maupun dalam praktikum, terimakasih atas banyak ilmu dan bantuan yang telah saya dapat. 10. Bapak (Alm), Ibu, Ika, dan seluruh keluarga besar Madyawiharja atas segala dukungan, doa dan semangat yang selalu diberikan, sehingga walaupun dengan banyak pengorbanan dan rintangan, skripsi ini akhirnya selesai. 11. Sahabat yang sudah kudapat selama 4 tahun di Sanata Dharma, Siska, Alex, Mando, Iing, Lilik dan sahabat yang tidak bisa saya sebut satu per satu. Terimakasih atas bualanbualan kalian sehingga kebosanan saat mengerjakan skripsi ini tidak terasa berat. ix

10 12. Anak-anak Gema Kasih Choir dan Gereja Paroki Klepu : Desy, Intan, Suci, Renya, Bagus, Mas Mardi dan Dalipuk terima kasih atas dukungannya dalam doa dan karya. 13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan belum sempurna. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca sekalian. Yogyakarta, 06 Agustus 2012 Penulis Y. Purwanta x

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii HALAMAN PERSEMBAHAN. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..... vi ABSTRAK vii ABSTRACT.... viii KATA PENGANTAR ix DAFTAR ISI.... xi DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xiv BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Pembatasan Masalah 5 C. Rumusan Masalah 6 D. Tujuan Penelitian 6 E. Hipotesa... 6 F. Manfaat Penelitian 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8 A. Belajar dan Pembelajaran 8 B. Aktivitas Belajar 9 C. Hasil Belajar 9 D. Pendekatan Kontekstual 11 E. Belajar Biologi 14 F. Ekosistem 15 xi

12 BAB III METODE PENELITIAN 21 A. Jenis Penelitian B. Subjek Penelitian 21 C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. 21 D. Faktor yang Diteliti. 22 E. Rancangan Penelitian F. Pelaksanaan Penelitian Siklus I Siklus II Siklus III.. 31 G. Pengembangan Instrumen Penelitian H. Validasi Instrumen.. 33 I. Data dan Cara Pengambilan Data.. 33 J. Teknik Analisa Data 34 K. Indikator Keberhasilan Penelitian. 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.. 36 A. Deskripsi Umum Dan Kondisi Belajar SMS Promasan.. 36 B. Hasil Penelitian Siklus I Siklus II Siklus III 48 C. Pembahasan. 52 BAB V PENUTUP 56 A. Simpulan.. 56 B. Saran 56 DAFTAR PUSTAKA.. 57 LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Halaman TABEL 1. Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas. 23 TABEL 2. Hasil Ulangan Harian siswa kelas VII 37 TABEL 3. Hasil tes Siklus I TABEL 4. Hasil tes Siklus II TABEL 5. Hasil tes Siklus III.. 49 xiii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman GAMBAR 1. Grafik penyebaran hasil belajar Siklus I GAMBAR 2. Grafik Aktivitas siswa Siklus I GAMBAR 3. Grafik penyebaran hasil belajar Siklus II. 45 GAMBAR 4. Grafik Aktivitas siswa siklus II GAMBAR 5. Grafik penyebaran hasil belajar Siklus III. 49 GAMBAR 6. Grafik Aktivitas siswa Siklus III GAMBAR 7. Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar Siklus I III GAMBAR 8. Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siklus I III xiv

15 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi antara yang belajar (siswa) dengan pengajar (guru). Seorang siswa telah dikatakan belajar apabila ia telah mengetahui sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat mengetahuinya, termasuk sikap tertentu yang sebelumnya belum dimilikinya. Sebaliknya, seorang guru dikatakan telah mengajar apabila ia telah membantu siswa atau orang lain untuk memperoleh perubahan yang dikehendaki. Bidang pendidikan di sekolah peranan guru sangat penting. Kualitas kinerja sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu usaha meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran perlu mendapatkan perhatian dari penanggung jawab pendidikan. Banyak cara yang digunakan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran. Namun demikian banyak dijumpai bukti yang menunjukkan bahwa mutu proses di sekolah kurang memuaskan. Untuk itu perlu adanya inovasi berbagai strategi pendekatan agar proses pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan sehingga tujuan utama peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai secara optimal. 1

16 2 Peningkatan mutu pendidikan dapat dilihat salah satunya dari proses pembelajaran yang berlangsung pada sekolah tersebut, baik metode maupun pendekatan yang digunakan. Proses pembelajarannya yang masih cenderung monoton dan masih berpusat pada guru, banyak siswa yang ramai pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa pasif dalam penerimaan informasi maupun dalam proses pembelajaran, menganggap Biologi sebagai ilmu yang penuh hafalan. Metode maupun pendekatan yang digunakan guru kurang bervariasi sehingga siswa kurang diarahkan dan berinteraksi dengan objek dan lingkungan dunia nyata siswa. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian tindakan yang akar pemasalahannya muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan. Dalam hal ini pendidik dapat memperbaiki praktik-praktik pembelajaran yang lebih efektif ( Arikunto, 2001). Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu Metode yang digunakan guru sebelum ada penelitian ini adalah metode ceramah dan hafalan sehingga siswa cenderung ramai sendiri; asyik dengan teman sebangku; mengerjakan tugas lain seperti tugas menggambar yang bukan jamnya, bahkan ada yang bermain secara sembunyi-sembunyi saat guru menerangkan di depan. Setiap pembelajaran

17 3 hanya diisi dengan cerita dan sering diminta menulis serta menghafal dari buku paket yang sudah ada. Model hafalan ini menyebabkan siswa kurang kreatif, kurang kritis dan rendahnya siswa dalam menganalisis pertanyaan yang diberikan oleh guru saat proses belajar maupun saat diadakan ulangan harian. Untuk mengaktifkan belajar siswa dalam proses belajar mengajar guru harus menggunakan metode yang bervariasi, oleh sebab itu sangat dianjurkan agar guru menggunakan kombinasi metode mengajar setiap kali mengajar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan pemahaman dan minat siswa dalam mempelajari ekosistem adalah melalui pendekatan kontekstual. Dalam Pendekatan Kontekstual (CTL), guru berperan sebagai motivator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar bukan merupakan transfer pengetahuan dari guru ke siswa melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pendekatan kontekstual, yaitu: kontruktivisme ( contructivism), bertanya (questioning), menemukan ( inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan ( modeling), refleksi ( reflection), dan penilaian sebenarnya ( authentic assessment), masing-masing komponen tersebut saling terkait (Widodo, 2002). Melalui pendekatan CTL pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang mampu membawa

18 4 perubahan ke arah yang lebih baik, lebih memberdayakan siswa dan tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta tetapi lebih mendorong siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, pengetahuan awal yang mereka miliki, pengalaman dan lingkungan siswa. Pendekatan CTL menjadi pilihan karena kita menyadari bahwa kelas-kelas kita tidak produktif, sehari-hari kelas diisi dengan ceramah sementara siswa dipaksa menerima dan menghafal, maka dengan CTL pembelajaran akan lebih berpihak dan memperdayakan siswa. Pendekatan CTL merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas atau siswa diajak ke dunia nyata, sehingga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa akan berarti dalam proses pembelajarannya sehingga pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat menciptakan ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi aktif bukan hanya pasif. Dalam hal tersebut dengan melakukan kolaborasi dengan bidang studi biologi di SMP Promasan, Kalibawang untuk mencoba melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan CTL sebagai upaya untuk mengoptimalkan proses belajar siswa pada pokok bahasan ekosistem. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis terdorong untuk mengangkat permasalahan ini dalam bentuk penelitian dengan judul MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR

19 5 BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VII DI SMP PROMASAN KALIBAWANG TAHUN AJARAN 2011/2012 B. Pembatasan Masalah Agar permasalahan tidak berkembang dengan asumsi atau pengartian yang lain maka perlu adanya pembatasan masalah, yaitu menitikberatkan pada hasil belajar biologi siswa pada pokok bahasan ekosistem dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) di SMP Promasan, Kalibawang tahun ajaran 2011/ Aktivitas belajar siswa Merupakan kegiatan siswa yang dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung, baik aktivitas yang bersifat fisik/ jasmani maupun mental/ rohani. Dalam penelitian ini menitik beratkan pada komponen utama saat proses belajar mengajar berlangsung seperti bertanya dan menjawab. 2. Hasil Belajar siswa Hasil belajar siswa yang dimaksud adalah suatu perubahan yang menyangkut dengan pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis sehingga terjadi peningkatan pada hasil belajar, dalam hal ini peningkatan nilai dari siklus ke siklus.

20 6 3. CTL (Contextual Teaching and Learning) Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan CTL adalah pembelajaran yang menekankan aspek REACT yaitu Relating (mengaitkan), Experiencing (mengalami), Applying (menerapkan teori), Cooperating (kerjasama), dan Transfering (memperoleh pengetahuan baru). C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan dirumuskan sebagai berikut: Apakah Dengan Metode Contextual Teaching Learning (CTL) Dapat Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem pada Siswa Kelas VII SMP Promasan, Kalibawang tahun ajaran 2011/2012. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa pada pokok bahasan ekosistem dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) pada Siswa Kelas VII SMP Kemasyarakatan Promasan, Kalibawang tahun ajaran 2011/2012. E. Hipotesa Penerapan metode Contextual Teaching Learning (CTL) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi pokok bahasan ekosistem

21 7 pada siswa kelas VII SMP Promasan, Kalibawang tahun ajaran 2011/2012. F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Bagi siswa a. Meningkatkan minat, motivasi dan aktivitas belajar siswa. b. Membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep biologi karena materi dikaitkan dengan konteks keseharian siswa dan lingkungan dunia nyata siswa. 2. Bagi guru a. Mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. b. Membantu guru dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih menarik minat siswa. 3. Bagi Sekolah Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran guna peningkatan kualitas pembelajaran biologi. 4. Bagi Peneliti Sebagai sarana untuk mempraktekkan teori-teori yang diperoleh selama di bangku kuliah dengan kenyataan sehari-hari.

22 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Menurut Sudjana (2000) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Belajar akan bermakna jika dapat mengkaitkan relevansi bahan atau materi dengan kehidupan nyata, yaitu dengan belajar konteks materi secara langsung. Belajar yang bermakna akan memberikan dampak positif bagi siswa, karena dari proses belajarnya siswa dapat memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Tujuan pembelajaran adalah membantu para siswa agar memperoleh berbagai pengalaman. Perubahan yang diharapkan pada siswa yang belajar meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aktivitas membangun pengetahuan ini dapat dilakukan dengan diskusi dalam kelompok maupun dalam kelas. Tugas guru adalah menyediakan rangkaian kegiatan belajar yang bermakna dan mendorong siswa untuk mencari pengalaman-pengalaman belajarnya. Guru dituntut untuk mengembangkan strategi belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan latar belakang siswa, sehingga hasil belajar siswa dapat maksimal. Interaksi belajar yang dilakukan siswa dan mengajar yang dilakukan 9 guru, merupakan proses pembelajaran yang diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan potensi intelektualnya serta rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. 8

23 9 B. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan siswa yang dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung, baik aktivitas yang bersifat fisik/ jasmani maupun mental/ rohani. Menurut Hamalik (200 2), aktivitas siswa dapat berupa aktivitas visual seperti membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, dan melihat orang bekerja; aktivitas oral seperti mengemukakan pendapat, menghubungkan kejadian, bertanya, dan diskusi; aktivitas mendengar seperti mendengarkan penyajian, mendengar percakapan, dan mendengar dalam diskusi; aktivitas menulis seperti menulis laporan, menulis cerita, dan menulis kejadian; aktivitas mental seperti merenung, mengingat, memecahkan masalah, dan analisis; serta aktivitas emosional seperti minat, berani, dan tenang. Aktivitas belajar yang diharapkan dari penelitian ini adalah aktivitas yang menitik beratkan pada komponen primer saat proses belajar mengajar berlangsung seperti bertanya, menjawab, menulis, membaca, mendengarkan, diskusi. C. Hasil Belajar Menurut Sudjana (2000), hasil belajar merupakan perubahan kognitif siswa merupakan suatu perubahan yang menyangkut tujuan yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Perubahan kognitif siswa tersebut terdiri atas enam bagian sebagai berikut : 1. Pengetahuan Mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori sukar. 2. Pemahaman Mengacu pada kemampuan memahami makna materi 3. Penerapan

24 10 Mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut pada penggunaan aturan dan prinsip. 4. Analisis Mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponenkomponen atau faktor penyebab, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. 5. Sintesis Mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponenkomponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. 6. Evaluasi Mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Hasil belajar yang diharapkan pada perubahan psikomotorik berhubungan dengan kemampuan yang harus dikuasai siswa untuk mengerjakan sesuatu sebagai hasil penguasaan pengetahuan yang telah dipelajari. Hal tersebut dapat dilihat dari performance/ kinerja yang dilakukan siswa terhadap tugas yang diberikan, siswa diminta untuk dapat menunjukkan kinerja yang memperlihatkan keterampilan-keterampilan tertentu atau kreasi mereka untuk membuat produk tertentu yang berhubungan dengan materi. Hasil belajar yang diharapkan dari perubahan afektif adalah sikap yang berhubungan dengan aspek menerima, mananggapi, mengelola, dan menghayati yang dapat mempengaruhi pikiran dan tindakan siswa, misalnya sikap teliti dan cermat dalam mengerjakan tugas pengamatan di halaman sekolah. Menurut Sudjana (200 0), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:

25 11 1. Faktor dari dalam diri siswa, seperti kemampuan yang dimiliki siswa, motivasi belajar, minat dan perhatian, ketekunan, faktor fisik dan psikis. 2. Faktor dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, seperti kualitas pengajaran. D. Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang mengkaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa. Guru yang melaksanakan pendekatan kontekstual dalam pembelajarannya akan membantu siswa belajar bermakna, materi yang dipelajarinya disampaikan dalam konteks hubungan yang tidak asing dengan kehidupan siswa sehingga dapat meningkatkan asosiasi siswa (Sudjana, 2000) Menurut Rustana (2002) dalam pembelajaran kontekstual, siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi disekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok. Menurut Widodo (2002), ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (Constructivism), bertanya ( Questioning), menemukan ( Inquiry), masyarakat belajar ( Learning Community), pemodelan ( Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Tujuh komponen pendekatan kontekstual tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

26 12 1. Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme diartikan sebagai siswa aktif membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Tugas guru adalah memfasilitasi proses pembelajaran dengan cara: a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa. b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. 2. Menemukan (Inquiry) Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama pembelajaran dengan Inquiry adalah: a. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam pembelajaran, yang melibatkan mental intelektual dan sosial emosional siswa. b. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran. c. Mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukannya dalam proses inquiry. 3. Bertanya (Questioning) Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yaitu untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.

27 13 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Masyarakat belajar bisa terjadi bila ada proses komunikasi dua arah atau lebih yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kelas kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. 5. Pemodelan (Modeling) Pemodelan merupakan sebuah kegiatan pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu dengan melibatkan adanya model yang ditiru. Model dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu, melafalkan kata-kata, dan sebagainya. Model tidak hanya dari guru, tetapi bisa dengan melibatkan siswa ataupun dari orang ahli. 6. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Realisasi refleksi dalam pembelajaran dapat berupa: a. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, b. Catatan atau jurnal di buku siswa, c. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, d. Diskusi, e. Hasil karya. 7. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Karakteristik authentic assessment adalah sebagai berikut. a. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung,

28 14 b. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, c. Yang diukur keterampilan, dan performansi, bukan mengingat fakta, d. Berkesinambungan, e. Terintegrasi, dan f. Dapat digunakan sebagai feed back. Menurut Sudjana (2000) penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar mengajar. Adapun bentukbentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. E. Belajar Biologi Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pada dasarnya, pelajaran biologi berupaya untuk membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam. Biologi memiliki tipe penalaran verbal yang dapat dikembangkan melalui berbagai keterampilan ( proses, membaca) dan keterampilan dasar biologi pada tingkat sel. Pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar. Pendidikan biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar

29 15 dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data, dan mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. F. Ekosistem Adapun uraian materi pelajaran yang akan dipelajari adalah sebagai berikut : Pengertian Ekosistem Ekosistem merupakan hubungan saling mempengaruhi antara makhluk hidup dengan lingkungannya (makhluk tak hidup) membentuk suatu sistem. Sebuah kebun, halaman sekolah, kolam, parit, sungai, lahan kosong dan taman sekolah masing-masing merupakan suatu ekosistem. Ilmu yang mempelajari ekosistem adalah ekologi. Seluruh ekosistem di permukaan bumi membentuk suatu ekosistem yang sangat besar, yakni ekosistem dunia atau biosfer. Biosfer meliputi seluruh makhluk hidup yang ada di bumi beserta udara, air, dan tanah di sekitarnya. Satuan Makhluk Hidup dalam Ekosistem Di dalam ekosistem terdapat satuan-satuan makhluk hidup yang dinamakan individu, populasi, dan komunitas yang saling berinteraksi dengan komponen benda tak hidup, misanya air dan udara. 1. Individu Di dalam suatu habitat tidak hanya terdapat satu jenis makhluk hidup, melainkan ada berbagai jenis makhluk hidup. Pada habitat perairan terdapat makhluk hidup, yaitu ikan kecil, ikan lundu, ikan seluang, ikan gabus, ikan sepat, teratai, kangkung, salvinia sp, ganggang dan hydrilla sp. Jumlah setiap jenis makhluk hidup tersebut lebih dari satu.

30 16 Satu ekor ikan gabus atau satu ekor ikan sepat disebut individu. Satu ganggang disebut individu. Demikian juga dengan manusia. Seorang manusia disebut individu. Individu adalah satuan makhluk hidup tunggal. 2. Populasi Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup menetap di suatu daerah tertentu. Ikan lele yang hidup di kolam jumlahnya lebih dari satu. Demikian juga dengan tumbuhan air seperti Hydrilla sp, ganggang, Salvinia sp dan teratai. Semua ikan sepat yang hidup di kolam tersebut disebut populasi ikan sepat, semua Salvinia sp disebut populasi Salvinia sp, semua teratai disebut populasi teratai, dan semua tumbuhan Hydrilla sp disebut populasi Hydrilla sp, semua ganggang disebut disebut populasi ganggang. Kepadatan Populasi Jumlah individu sejenis atau anggota suatu popuasi pada suatu daerah dengan luas tertentu disebut kepadatan populasi. Kepadatan populasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Kepadatan popuasi = Banyaknya individu sejenis Luas daerah yang ditempati Kepadatan populasi dapat berubah karena beberapa hal berikut ini : a. Kelahiran dan kematian. Kelahiran menyebabkan kepadatan populasi meningkat, sedangkan kematian menyebabkan kepadatan populasi menurun. b. Perpindahan (migrasi). Migrasi y ang menambah populasi disebut migrasi masuk (imigrasi), sedangkan migrasi yang mengurangi populasi disebut migrasi keluar (emigrasi).

31 17 Pada umumnya, kepadatan populasi tetap, karena jumlah kelahiran biasanya diimbangi oleh jumlah kematian, dan migrasi keluar diimbangi oleh migrasi masuk. Akan tetapi, kadang-kadang terjadi perubahan yang besar pada kepadatan populasi. Salah satu penyebabnya ialah perubahan atau kerusakan lingkungan. Habitat adalah tempat hidup makhluk hidup. Jenis-jenis habitat antara lain : habitat air tawar, air asin, dan habitat darat. 3. Komunitas Semua populasi makhluk hidup yang hidup dalam suatu daerah atau lingkungan yang sama disebut komunitas. Misalnya populasi ikan gabus, populasi ikan kecil, ikan sepat, populasi teratai, dan populasi Hydrilla sp di kolam merupakan anggota komunitas air. Di antara anggota komunitas ini terjadi interaksi atau hubungan timbal balik. Komunitas adalah kumpulan populasi makhluk hidup yang hidup pada suatu daerah tertentu Saling hubungan antarkomponen ekosistem Setiap ekosistem tersusun oleh benda-benda tak hidup dan makhluk hidup. Benda-benda tak hidup merupakan komponen abiotik (a berarti tidak, bio bearti hidup ) dari suatu ekosistem, dan makhluk hidup merupakan komponen biotik dari ekosistem tersebut. 1. Peran komponen abiotik Komponen abiotik yang berpengaruh terhadap makhluk hidup antara lain tanah, air, udara, cahaya matahari dan suhu. 2. Peran komponen biotik Setiap jenis makhluk hidup mempunyai peran tertentu di dalam suatu ekosistem. Peran ini berhubungan dengan cara-cara makhluk hidup tersebut memenuhi kebutuhan makanannya. Ada makhluk

32 18 hidup yang dapat membuat sendiri makanannya, ada yang harus mengambil makanan dari makhluk hidup lain, dan ada pula yang memperoleh makanannya dengan jalan menguraikan makhluk yang telah mati. Berdasarkan cara memperoleh makanan itu, komponen biotik dari suatu ekosistem dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu produsen (penghasil), konsumen (pemakai), dan dekomposer (pengurai). Ketergantungan Antara Produsen, Konsumen, dan Pengurai. 1. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan a. Rantai makanan Hubungan antara komponen biotik yang saling makanmemakan dalam suatu rangkaian garis lurus tidak bercabang. Pola-pola makan-memakan yang berurutan memberikan kesan saling mengait seperti rantai. Oleh karena itu, pola seperti itu disebut rantai makanan. Dalam makanan terdapat energi, proses makan dan dimakan pada dasarnya merupakan proses perpindahan energi. Rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup satu ke makhluk hidup lain melalui proses makan dan dimakan dengan suatu rangkaian garis lurus tidak bercabang. Contoh : Rumput Tikus Ular Elang b. Jaring-jaring makanan Konsumen tidak hanya tergantung pada satu macam makanan saja. Misalnya, sapi tidak hanya makan rumput, tetapi dapat juga makan tumbuhan perdu. Demikian pula sebaliknya. Satu jenis makanan dapat dimakan oleh lebih dari satu macam konsumen. Misalnya, rumput tidak hanya dimakan oleh sapi, tetapi dimakan juga oleh kambing atau kerbau. Dengan demikian, konsumen pada suatu rantai makanan dapt menjadi

33 19 anggota rantai makanan yang berbeda. Hubungan antara komponen biotik yang saling makan-memakan dalam rangkaian yang bercabang-cabang. Jadi, kumpulan rantai makanan yang saling berhubungan disebut jaring-jaring makanan. Contoh : Ulat Singa Elang Konsumen II Kelinci Tikus Burung Kijan Konsumen I Rumput Semak Pohon Produsen Cacin Pengurai 2. Piramida Makanan dan Aliran Energi a. Piramida Makanan Dalam piramida makanan, produsen dan konsumen menduduki tingkat-tingkat tertentu. Tingkatan-tingkatan tersebut dinamakan tingkat tropik. Produsen menempati tingkat tropik 1, konsumen 1 menempati tingkat tropik 2, konsumen II menempati tingkat tropik 3, dan seterusnya. Piramida makanan adalah komposisi rantai makanan yang makin ke atas jumlahnya makin kecil.

34 20 b. Aliran Energi Dalam suatu ekosistem terjadi proses makan dan dimakan yang dilakukan organisme untuk memperoleh tenaga atau energi. Di dalam proses makan dan dimakan tersebut juga berlangsung aliran energi. Dalam jaring-jaring kehidupan, hanya sebagian kecil dari energi mengalami perpindahan dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya. Energi yang tersimpan dalam produsen tidak seluruhnya akan pindah ke dalam jaringan tubuh konsumen tingkat pertama. Dari sejumlah energi yang tersimpan dalam jaringan, yang disimpan dalam tubuh konsumen kira-kira 10% saja. Energi yang lain akan digunakan untuk gerak, aktivitas biologis, dan sebagian energi hilang sebagai panas, sedangkan sebagian lagi tetap tersimpan dalam makanan yang tidak tercena dan keluar sebagai kotoran. Pendek kata, setaip kali energi terlibat dalam suatu kegiatan hidup, selalu ada sebagian yang diepaskan ke alam bebas. Jadi, dalam proses makan dan dimakan terjadi aliran energi antarkomponen biotiknya

35 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan tekhnik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani dkk, 2007). B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Kemasyarakatan Desa Promasan, Kelurahan Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2011/ 2012 dengan jumlah siswa sebanyak 26 siswa yang terdiri dari 12 perempuan dan 14 laki-laki. C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, yaitu dari bulan Februari sampai dengan Juli yang bertempat di SMP Kemayarakatan Promasan, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo. 21

36 22 D. Faktor yang Diteliti Faktor siswa : yaitu hasil belajar siswa berupa peningkatan nilai setiap akhir siklus dan aktivitas siswa selama KBM berlangsung, seperti : bertanya, dan menjawab pertanyaan. E. Rancangan Penelitian Proses penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 3 siklus, tiap siklus sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai dan merupakan suatu alur proses kegiatan yang meliputi perencanaan ( Planning), pelaksanaan tindakan ( Acting), pengamatan (Observing), dan refleksi (reflecting).. Seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki awal dilakukan untuk mengetahui tindakan yang tepat diberikan dalam rangka meningkatkan sikap dan hasil belajar siswa. Dari hasil observasi awal maka dalam refleksi ditetapkan bahwa tindakan yang dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ekosistem adalah melalui pendekatan kontekstual (CTL) dalam proses pembelajaran di kelas. Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan perlu mengadakan persiapan-persiapan yang nantinya akan diperlukan dalam kegiatan penelitian. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap persiapan ini adalah : 1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan guru bidang studi biologi, kemudian bersama-sama guru tersebut menentukan bentuk pemecahan masalah berupa penerapan model pembelajaran kontekstual pada konsep ekosistem. 2. Mempersiapkan perangkat pembelajaran (membuat satuan pelajaran, rencana pembelajaran, LKS, menyiapkan alat dan bahan untuk praktikum ). 3. Menyususun instrumen lembar observasi untuk mengamati kegiatan siswa selanjutnya menyusun soal tes

37 23 Tabel 1. Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Tujuan Pembelajaran Siklus Indikator Khusus Materi Tempat (Pada produk) a. Siswa dapat menjelaskan pengertian ekosistem b. Siswa dapat menjelaskan 1 Mengidentifikas ikan satuansatuan dalam ekosistem tentang individu c. Siswa dapat menjelaskan tentang populasi d. Siswa dapat menjelaskan tentang komunitas Satuan-satuan makhluk hidup dalam ekosistem Di dalam kelas dan Luar Kelas e. Siswa dapat menjelaskan komponen biotik f. Siswa dapat menjelaskan komponen abiotik 2 matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan a. Siswa dapat menjelaskan tentang konsumen b. Siswa dapat menjelaskan tentang produsen Saling hubungan antarkompone n ekosistem Di Laboratu rium

38 24 a.siswa dapat menjelaskan rantai makanan. b.siswa dapat membuat 3 Menggambarkan dalam bentuk diagram rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan berdasar hasil pengamatan suatu ekosistem. diagram rantai makanan c.siswa dapat menjelaskan jaring-jaring makanan. d.siswa dapat membuat jaring-jaring makanan. e.siswa dapat menjelaskan piramida makanan. f. Siswa dapat membuat piramida makanan g.siswa dapat mengetahui Ketergantunga n antara produsen, konsumen, dan pengurai. Di kelas luar dalam proses makan dan dimakan berlangsung aliran energi.

39 25 F. Pelaksanaan Penelitian 1. SIKLUS I Pertemuan 1 Refleksi awal Berdasarkan hasil observasi dan pengalaman belajar guru, dapat diuraikan refleksi awal sebagai berikut : Siswa SMP secara umum memperoleh pembelajaran biologi dari gurunya melalui pendekatan konsep melalui ceramah, walaupun guru pernah membawa ke lingkungan namun hanya sebagai pengamatan saja tidak menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) 1) Tahap Perencanaan (Planning) Pada siklus 1 dibahas sub konsep satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan saling hubungan antarkomponen ekosistem melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang didahului oleh perencanaan yang meliputi : a) Peneliti melakukan penjelajahan/ observasi ke lingkungan sekitar sekolah SMP Promasan untuk dijadikan lokasi pembelajaran. b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang sub konsep satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan saling hubungan antarkomponen ekosistem melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. 19

40 26 c) Menyusun LKS tentang satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan saling hubungan antarkomponen ekosistem melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. d) RPP yang telah dibuat beserta perangkat pembelajarannya selanjutnya disampaikan kepada guru bidang studi untuk dipelajari, didiskusikan dan diperbaiki seperlunya dengan mempertimbangkan alokasi waktu yang tersedia. e) Menyusun soal-soal evaluasi yang akan diujikan secara tertulis kepada siswa pada setiap kali pertemuan 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting) Guru memberikan tindakan kelas dengan model kontekstual melalui tahaptahap sebagai berikut : a) Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengamati makhluk hidup dan makhluk tak hidup yang ada di kebun sekolah. b) Membagi kelas menjadi 8 kelompok, setiap kelompok mempunyai 3 anggota dan ada yang 4 anggota. Tiap kelompok kemudian menyebar di kebun sekolah. c) Siswa mengamati benda-benda yang ada di kebun sekolah baik benda hidup maupun tak hidup. d) Berdasarkan pengetahuannya siswa mengelompokkan benda-benda tersebut menjadi 2 komponen, yaitu komponen biotik dan komponen abiotik.

41 27 e) Hasil pengamatan dimasukkan ke dalam LKS. f) Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan didiskusikan bersama guna menghasilkan suatu kesimpulan. g) Sebagai kegiatan akhir siswa membuat laporan hasil pengamatan secara individu. 3) Pengamatan (Observing) a) Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai kerja sama dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan pekerjaan bersama kelompoknya. b) Peneliti menilai hasil laporan yang telah dikerjakan siswa secara individu. 4) Refleksi (Reflecting) Peneliti bersama guru bidang studi Biologi mendiskusikan hasil pengamatan untuk perbaikan guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pertemuan ke 2. Pertemuan 2 1) Perencanaan a) Membuat program pembelajaran yaitu, PR dan LKS untuk dapat menerapkan konsep ekosistem dengan memanfaatkan lapangan rumput sebagai sumber belajar. b) Mempersiapkan lembar observasi.

42 28 c) Siswa menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan KBM berlangsung. 2) Pelaksanaan Tindakan a) Membagi kelas menjadi 8 kelompok, tiap kelompok mempunyai 3 anggota dan ada yang 4 anggota. b) Per kelompok menyiapkan peralatan berupa tali rafia, patok, lup, dan plastik untuk materi kepadatan populasi. c) Masing-masing kelompok menyebar di lapangan untuk melemparkan plot kuadrat 1 x 1 m2 secara acak. d) Siswa mengamati populasi yang ada di dalam plot kuadrat, untuk serangga yang kecil dapat diamati dengan menggunakan lup. e) Kepadatan populasi di dalam kuadrat kemudian di hitung dan hasilnya dimasukkan kedalam tabel. f) Tiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan hasil pengamatan. g) Siswa membuat kaporan hasil pengamatan secara individu. h) Guru memberi tes pada akhir siklus I. 3) Pengamatan a) Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai kerjasama, keaktifan dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan pekerjaan bersama kelompoknya. b) Peneliti menilai hasil tes akhir siklus dan laporan yang telah dikerjakan siswa secara individu.

43 29 4) Refleksi Peneliti bersama guru bidang studi Biologi mendiskusikan hasil pengamatan sehingga kekurangan yang ada pada siklus I dapat dikurangi pada siklus berikutnya. Sehingga hasil yang dicapai pada siklus berikutnya menjadi lebih baik dari pada siklus sebelumnya. 2. SIKLUS II a. Perencanaan Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut : 1) Membuat program pembelajaran yaitu, PR dan LKS mengenai fotosintesis yang berkaitan tumbuhan hijau merupakan produsen yang mampu memproduksi makanan sendiri dengan bantuan sinar matahari untuk berfotosintesis. 2) Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum fotosintesis. 3) Mempersiapkan lembar observasi. 4) Siswa menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan KBM berlangsung. b. Pelaksanaan Tindakan 1) Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mengenai tujuan dan cara kerja fotosintesis. 2) Membagi kelas menjadi 6 kelompok.

44 30 3) Siswa mempersiapkan alat dan bahan untuk praktikum berupa daun yang sudah ditutup kertas timah sehari sebelum praktikum. 4) Daun tersebut dimasukkan ke dalam air panas hingga berwarna kuning pucat kemudian diangkat dan dimasukkan lagi ke dalam tabung reaksi yang berisi alkohol. Warna alkohol diamati setelah bercampur dengan daun tadi. 5) Daun diangkat kemudian ditetesi dengan larutan lugol, amati perubahan yang terjadi. 6) Siswa juga melakukan untuk daun yang tidak ditutupi kertas timah. 7) Perbedaan warna kedua daun tersebut diamati dan dicatat dalam tabel pengamatan. 8) Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan. 9) Guru membimbing siswa dalam mengerjakan soal pada LKS dilanjutkan berdiskusi untuk menarik suatu kesimpulan. 10) Siswa membuat laporan hasil pengamatan secara individu. 11) Guru memberi tes pada akhir siklus II. c. Pengamatan 1) Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai Kerjasama, keaktifan dan kemapuan siswa dalam menyelesaikan pekerjaan bersama kelompoknya. 2) Peneliti menilai hasil tes akhir siklus dan laporan yang telah dikerjakan siswa secara individu. d. Refleksi

45 31 Peneliti bersama guru bidang studi Biologi mendiskusikan hasil pengamatan sehingga kekurangan yang ada pada siklus II dapat dikurangi pada siklus berikutnya. Sehingga hasil yang dicapai pada siklus berikutnya menjadi lebih baik dari pada siklus sebelumnya. 3. SIKLUS III a. Perencanaan Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut : 1) Membuat program pembelajaran yaitu, PR dan LKS untuk menerapkan konsep organisme heterototrof dengan memanfaatkan gambar (charta) dan hewan-hewan yang ada di sekitar lingkungan sekolah. 2) Mempersiapkan lembar observasi. 3) Siswa menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan KBM berlangsung. b. Pelaksanaan Tindakan 1) Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengamati hewan-hewan yang terdapat pada charta yang telah disediakan secara berkelompok. 2) Membagi kelas dalam 6 kelompok. 3) Masing-masing kelompok mendapatkan satu charta yang harus diamati.

46 32 4) Berdasarkan pengetahuannya siswa mengelompokkan hewan-hewan yang ada pada charta menjadi 3 kelompok, yaitu herbivora, carnivora dan omnivora. 5) Hasil pengamatan dimasukkan dalam LKS. 6) Selain mengamati charta, siswa juga mengamati hewan-hewan yang ada di lingkungan sekitar sekolah maupun rumah masing-masing. Hasil pengamatan dimasukkan kedalam LKS, digabungkan dengan hasil pengamatan pada charta. 7) Tiap mempresentasikan hasil pengamatan, dilanjutkan dengan diskusi untuk mendapatkan suatu kesimpulan. 8) Siswa diminta membuat laporan hasil pengamatan secara individu. 9) Guru mengadakan tes akhir siklus III. c. Pengamatan 1) Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai Kerjasama, keaktifan dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan pekerjaan bersama kelompoknya. 2) Peneliti menilai hasil tes akhir silkus dan laporan yang telah dikerjakan siswa secara individu. d. Refleksi Peneliti bersama guru bidang studi Biologi mendiskusikan hasil pengamatan. Setelah siklus ke III berakhir tingkat pemahaman dan hasil belajar siswa akan siswa lebih meningkat dibandingkan siklus-siklus sebelumnya.

47 33 G. Pengembangan Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi LKS dan alat evaluasi hasil belajar yang berpedoman pada indikator masing-masing rencana pelaksanaan pembelajaran. Instrumen ini merupakan seperangkat tugas yang harus diselesaikan oleh siswa, langkah-langkah penyusunan instrumennya adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus berdasarkan rambu-rambu dalam silabus kurikulum IPA SMP Menyusun instrumen LKS sesuai dengan materi yang akan disampaikan. 3. Menyusun soal berdasarkan tujuan khusus yang telah dirumuskan dan kisi-kisi soal sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan dilengkapi dengan kunci jawaban. H. Validasi Instrumen Validasi instrumen dilakukan oleh guru mata pelajaran biologi dan dosen pembimbing. I. Data dan Cara Pengambilan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari : a. Sumber data Sumber data penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari : 1) Hasil belajar siswa melalui ulangan akhir siklus

48 34 2) Hasil pemahaman siswa melalui LKS pada setiap kali pertemuan. 3) Lembar observasi aktivitas oleh observer dan respon dari guru dalam kegiatan pembelajaran untuk melihat peningkatan aktivitas bertanya dan menjawab di setiap siklus. b. Jenis data 1) Jenis data : Jenis data dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data Kuantitatif terdiri atas ketrampilan siswa dan hasil belajar siswa. Sedang data kualitatif berupa hasil observasi yang dilakukan oleh observer. 2) Cara Pengambilan data : a) Data kualitatif diperoleh dari observasi setiap akhir siklus yang diambil oleh observer. b) Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar diambil dengan menggunakan alat evaluasi berupa tes tiap siklus. J. Teknik Analisis Data Analisis data terhadap hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut: 1. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil belajar dengan cara persentase yaitu dengan menghitung peningkatan ketuntasan belajar siswa secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 65 dan ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 65 ini jumahnya sekitar 85% dari jumlah seluruh siswa dan masing-masing dihitung dengan menggunakan

49 35 rumus : Analisis tersebut dilakukan dengan menghitung ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal dengan rumus sebagai berikut: Ketuntasan individu = Jumlah nilai Jumlah nilai maksimal x 100 % Ketuntasan klasikal = Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah seluruh siswa x 100 % Keterangan: Ketuntasan indiviual : Jika siswa mencapai ketuntasan KKM sekolah > 65 Ketuntasan klasikal : Jika > 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan > Data hasil pemahaman siswa terhadap soal-soal LKS. 3. Data kualitatif diperoleh dari penggunaan lembar observasi aktivitas dan respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara deskriptif. K. Indikator Keberhasilan Penelitian Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila ada peningkatan hasil dari setiap siklus. Indikator keberhasilan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Minimal 60 % siswa aktif dalam KBM. 2. Untuk perorangan, seorang siswa disebut tuntas belajar apabila telah mencapai skor 65 % atau nilai Tercapainya tuntas belajar klasikal yatu 85 % siswa mendapat nilai minimal 65.

50 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum dan Kondisi Belajar SMP Promasan Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian diperoleh data mengenai kondisi pembelajaran di SMP Kemasyarakatan di Dusun Promasan, Desa Banjaroya, Kecamatan Kali Bawang, Kabupaten Kulon progo. Proses pembelajaran yang berlangsung masih satu arah di mana guru masih berperan sebagai orang yang maha tahu dan sumber dari segala pengetahuan bagi siswa, sehingga selama proses pembelajaran berlangsung keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih kurang atau dapat dikatakan bahwa siswa cenderung pasif. Selain itu siswa juga kurang berantusias dalam mengikuti pelajaran yang ditunjukkan dengan masih sedikitnya siswa yang mengajukan pertanyaan maupun menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru. Metode yang digunakan guru dalam pengajaran adalah metode ceramah dan hafalan sehingga siswa cenderung ramai sendiri; asyik dengan teman sebangku; mengerjakan tugas lain seperti tugas menggambar yang bukan jamnya, bahkan ada pula yang bermain secara sembunyi-sembunyi saat guru menerangkan di depan kelas. Ketika peneliti mengkonfirmasi kapada siswa mengapa bertindak demikian secara sponton siswa menjawab bahkan proses pembelajaran sangat membosankan karena setiap pembelajaran hanya cerito wae dan sering diminta menulis dan menghafal dari buku paket yang sudah ada khan mboseni to mas, mending buat ngerjake liyane!. 36

51 37 Model hafalan ini menyebabkan siswa kurang kreatif, kurang kritis dan rendahnya siswa dalam menganalisis pertanyaan yang diberikan oleh guru saat proses belajar maupun saat diadakan ulangan harian. Data yang diperoleh dari observasi kondisi awal, hasil nilai ulangan harian siswa kelas VII, masih banyak siswa yang belum mencapai standar ketuntasan belajar. Rangkuman hasil belajar Ulangan Harian siswa kelas VII ditunjukkan pada tabel berikut ini : Tabel 2. Hasil Ulangan Harian siswa kelas VII No Hasil Ulangan Pencapaian 1. Nilai tertinggi 9,5 2. Nilai terendah 4 3. Rata-rata 7,18 4. Jumlah siswa yang tuntas belajar ( nilai 6,5) Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar (nilai < 6,5) 9 6. Presentase ketuntasan belajar secara klasikal 65,38% Berdasarkan data pada tabel dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas VII adalah 7,18 sedang ketuntasan belajar yang dicapai sebesar 65,38%. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal masih rendah.

52 38 B. Hasil Penelitian 1. Siklus I Perencanaan Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi pada saat observasi awal maka telah direncanakan model pembelajaran pada pokok bahasan Ekosistem melalui pendekatan kontekstual ( Contextual Teaching dan Learning). Kurangnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar seperti bertanya, menjawab pertanyaan, kurangnya percaya diri siswa dalam mengemukakan pendapat, dan hasil belajar yang masih rendah menjadi dasar peneliti untuk melakukan tindakan kelas dengan Metode Pendekataan Kontekstual (CTL). Dalam perencanaan siklus I peneliti mempersiapkan treatment khusus dalam pendekatan awal kepada siswa seperti menyiapkan guyonan-guyonan ringan agar siswa merasa tidak tegang dengan sosok guru yang baru. Hal ini dirasa sangat penting dilakukan karena sebagai langkah awal untuk pendekatan guru pada siswa supaya siswa tidak merasa takut untuk bertanya, mengemukakan pendapatnya dan guru sebagai rekan belajar. Dalam mengapresiasi siswa yang mampu bertanya, menjawab pertanyaan dari guru maupun dalam forum diskusi guru menyiapkan reward. Hal ini dilakukan supaya dalam proses pembelajaran selanjutnya siswa akan terbiasa aktif bertanya, menjawab dan mengemukakan pendapat. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yang dimulai pada tanggal 28 April Pertemuan I dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 April

53 dan pertemuan II dilaksanakan pada hari Rabu 2 Mei Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Awal pembelajaran peneliti memberikan salam dan menerangkan tentang materi yang akan dipelajari. Di awal pembelajaran peneliti berusaha mendekatkan diri pada siswa dengan cara menyisipkan candaan dan guyonan agar siswa tidak tegang disela-sela menerangkan materi. Selama pembelajaran berlangsung, aktivitas peneliti maupun siswa diamati oleh guru kolaborator maupun observer yang bertindak sebagai pengamat. Pokok bahasan yang menjadi fokus dari siklus I adalah membahas tentang satuan makhluk hidup dalam ekosistem. Pembelajaran dilakukan dengan model kontekstual dengan metode eksperimen di halaman sekolah dan sawah milik masyarakat. Pengamatan alam secara langsung menyadarkan siswa bahwa secara alami hewan maupun tumbuhan tidak dapat hidup sendiri-sendiri. Dalam melakukan pengamatan siswa mencatat apa saja yang dapat dimasukkan kedalam kelompok makluk hidup (biotik) dan makhluk tak hidup (abiotik) kedalam tabel yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Secara berkelompok siswa mendiskusikan hasil pengamatan tersebut dan mencoba untuk menarik kesimpulan dengan mendapat bimbingan dan pengawasan dari guru. Dengan mengadakan pengamatan lingkungan diluar kelas siswa dapat melihat gambaran secara langsung pola interaksi komponen biotik dan abiotik dalam bentuk rantai makanan, sehingga apa yang dilihat dan dirasakan tadi dapat masuk kedalam pikiran siswa dan menjadi suatu pengetahuan yang baru.

54 40 Pada akhir siklus I dilakukan tes akhir yang berfungsi untuk mengukur kemampuan belajar siswa. Dari hasil observasi pelaksanaan siklus I diperoleh hasil-hasil sebagai berikut : a. Hasil tes akhir siklus I. Hasil belajar merupakan suatu perubahan yang menyangkut tujuan yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Hasil tes setelah penelitian tindakan kelas pada siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 3 : Hasil tes Siklus I No 1. Nilai tertinggi 2. Nilai terendah 3. Rata-rata Hasil Ulangan Pencapaian 9 3 6,46 4. Jumlah siswa yang tuntas belajar ( nilai 6,5) 5. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar (nilai < 6,5) 6. Presentasee ketuntasan belajar secara klasikal ,53 % Siswa secara klasikal yang memperoleh nilai 6,5 ke atas adalah 16 siswa dengan ketuntasan belajar 61,53 %. Grafik penyebaran hasil belajar dapat dilihat pada gambar berikut ini : Prosentase Ketuntasan Belajar (%) ,53 % 38,47 % Tuntas Tidak Tuntas Siklus I Gambar 1. Penyebaran hasil belajar Siklus I

55 41 Dengan memperhatikan grafik tersebut dapat diketahuii bahwa dari 26 siswa, yang tuntas belajar secara individu 16 siswa dan yang belum tuntas belajar ada 10 siswa. Ketuntasan belajar klasikal hanya 61,53 % berarti belum memenuhi syarat ketuntasan belajar klasikal, karena ketuntasan belajar klasikal dicapai sekurang-kurangnya 85 % dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 6,5 atau lebih. b. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus I. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud adalah kegiatan siswa yang dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung, baik aktivitas yang bersifat fisik/ jasmani maupun mental/ rohani. Hasil penelitian ini menfokuskan pada aspek bertanya dan menjawab pertanyaan dikarenakan aspek membaca, menulis dan berdiskusi dalam hasil observasi yang dilakukan oleh observer dari siklus I siklus III menunjukkan aktivitas tersebut sudah memenuhi standar yaitu 60% siswa aktif kecuali bertanya dan menjawab. Grafik Keaktifan Siswa Prosentase Keaktifan (%) siswa (34,61%) 12 siswa (46,15%) Bertanya Menjawab Tidak Bertanya/ Menjawab Gambar 2. Aktivitas Siswa dalam KBM 11 siswa (42,30%) Gambar 2 : Hasil angket observasi siswa dalam proses pembelajaran siklus I

56 42 Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa aktivitas siswa dalam KBM masih kurang. Hal ini ditunjukkan dengan minat bertanya maupun menjawab para siswa yang masih sangat sedikit. Baru 9 siswa (34,61%) aktif bertanya, 12 siswa (46,15%) menjawab dan 11 siswa (42,30%) tidak melakukan aktivitas bertanya maupun menjawab. Bagi siswa yang malu untuk bertanya mereka masih mengalami kebinggungan tentang apa yang akan ditanyakan sedangkan bagi siswa yang belum berani menjawab kebanyakan siswa merasa malu bila jawabannya salah dan ditertawakan. Rendahnya aktivitas bertanya dan menjawab dalam siklus I ini berbanding lurus dengan nilai hasil LKS siswa saat KBM berlangsung. Siswa yang cenderung aktif memiliki daya pikir yang lebih luas sehingga nilai dalam LKS lebih baik daripada siswa yang pasif. Kenyataan yang terlihat di siklus ini meskipun kesan para siswa terhadap KBM Kontekstual menarik karena siswa dapat melihat dan berinteraksi dengan lingkungan di luar sekolah secara langsung dan mudah dipahami karena ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari tetapi belum mampu mendorong dan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam bertanya maupun menjawab dikarena sebelumnya memang belum terbiasa sehingga saat presentasi pun masih takut dan tidak percaya diri.

57 43 c. Refleksi siklus I Dilihat dari data hasil tes evaluasi akhir siklus I, hasilnya belum memuaskan, karena ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai, masih ada 10 ( 38,47 %) siswa yang belum tuntas belajar secara individu dengan nilai rata-rata kelas 6,72. Berdasarkan hasil angket yang diperoleh dari observer sebagian besar siswa merasa tertarik dengan pembelajaran kontektual. Siswa merasa lebih mudah untuk memahami materi karena siswa dapat melihat secara langsung obyek yang sedang dipelajari meskipun baru 9 siswa (34,61%) yang aktif bertanya dan 12 siswa (46,15%) menjawab dan 11 siswa (42,30%) siswa tidak melakukan aktivitas bertanya dan menjawab. Siswa belum terbiasa dengan aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan menjadi kendala utama dalam siklus I ini. Kegiatan praktikum siswa belum maksimal karena masih banyak siswa yang tidak memanfaatkan waktu praktikum dengan sebaik-baiknya. Masih banyak siswa yang tidak serius waktu praktik sehingga hasil yang diperoleh juga minimal. Pada saat diskusi juga terlihat banyak siswa yang kurang serius dan berbicara sendiri. Saat presentasi banyak siswa yang kurang lancar berbicara di depan kelas, ini terjadi karena siswa tidak terbiasa berbicara di depan kelas, sehingga siswa merasa malu dan canggung terhadap temanteman yang lain. Pada siklus I ini dapat diketahui kelebihan dan kekurangan menggunakan metode kontekstual. Kelebihan yang dapat dirasakan siswa

58 44 adalah siswa dapat membangun ingatannya sendiri karena siswa melakukan dan mengamati sendiri apa yang dipelajarinya sehingga apa yang dilihat dan yang dirasakan akan masuk dalam ingatan siswa lebih lama, daripada bila mereka harus menghafalkan materi sesuai dengan buku. Sedang kekurangannya adalah banyak waktu yang terbuang, karena banyak siswa yang tidak serius dalam melakukan penelitian, Waktu berdiskusi digunakan untuk ngobrol dan bermain sendiri dan masih malu untuk presentasi didepan kelas. Berdasarkan refleksi siklus I, langkah selanjutnya guru harus lebih memberikan motivasi kepada siswa agar dapat lebih serius ketika pelajaran sedang berlangsung, dan lebih percaya diri bila harus presentasi di depan kelas. Sehingga pada pelaksanaan sikuls II hasil yang diperoleh menjadi lebih baik dari siklus I. 2. Siklus II Pada siklus ini guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, terutama mengenai tujuan dan cara kerja praktikum fotosintesis. Praktikum fotosintesis ini berkaitan dengan materi tentang tumbuhan merupakan produsen yang mampu memproduksi makanan sendiri dengan bantuan sinar matahari. Guru memberikan motivasi pada siswa agar nantinya siswa tidak malu lagi ketika bertanya, menjawab pertanyaan saat presentasi di depan. Siswa dibagi dalam 6 kelompok. Tiap kelompok menyiapkan alat dan bahan untuk praktikum berupa daun yang ditutup kertas timah, alkohol, dan betadine sebagai zat pewarna. Siswa melakukan praktikum sesuai

59 45 dengan LKS yang telah dipersiapkan oleh guru. Dengan bimbingan guru siswa melakukan praktikum, mempresentasikan hasilnya, dan menarik kesimpulan. Dari hasil observasi pada siklus II diperoleh hasil-hasil sebagai berikut : a. Hasil tes akhir siklus II. Hasil tes setelah penelitian tindakan kelas pada siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 4 : Hasil tes Siklus II No 1. Nilai tertinggi 2. Nilai terendah 3. Rata-rata Hasil Ulangan Pencapaian ,36 4. Jumlah siswa yang tuntas belajar ( nilai 6,5) 5. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar (nilai < 6,5) 6. Presentasee ketuntasan belajar secara klasikal ,92 % Siswa secara klasikal yang memperoleh nilai 6,5 ke atas adalah 20 siswa dengan ketuntasan belajar 76,92 % Grafik penyebarann hasil belajar dapat dilihat pada gambar berikut ini : Prosentase Ketuntasan Belajar (%) ,92 % 23,08 % Tuntas Tidak Tuntas Siklus II Gambar 3. Penyebaran hasil belajar Siklus II

60 46 Dengan memperhatikan grafik tersebut dapat diketahuii bahwa dari 26 siswa, yang tuntas belajar secara individu ada 20 siswa (76,92 %) dan yang belum tuntas 6 siswa (23,08 %). Ketuntasan belajar secara klasikal baru mencapai 76,92 %, berarti belum memenuhi syarat ketuntasan belajar secara klasikal, karena suatu kelas disebut telah tuntas belajar apabila siswa dikelas tersebutt yang mendapat nilai 6,5 keatas ada 85 % atau lebih, sehingga ketuntasan klasikalnya mencapai 85 % atau lebih. b. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus II. Grafik Keaktifan Siswa Prosentase Keaktifan (%) siswa (53,84%) Bertanya 16 siswa (61,53%) Menjawab 9 siswa (34,61%) Tikak Bertanya/ Menjawab Gambar 4. Aktifvtas Siswa dalam KBM Gambar 4 : Hasil angket observasi siswa dalam proses pembelajaran siklus II Berdasarkan hasil angket observasi, menunjukkan bahwa ada 14 siswa (53,84%) berani bertanya karena siswa menyadari dengan bertanya mampu menggali pengetahuan yang belum didapat dari praktikum sebelumnya maupun yang sedang dilakukan. 16 siswa (61,53%) beran i menjawab meskipun tidak tahu jawabannya benar atau salah dan masih ada rasa malu. 9 siswa (34,61%) tidak melakukan aktivitas bertanya dan menjawab.

61 47 Kondisi KBM Kontekstual yang tidak membosankan dibandingan dengan KBM ceramah membuat materi menjadi mudah dimengerti dan tidak cepat lupa bagi siswa sehingga nilai pada LKS cukup baik. Ini menunjukkan bahwa siswa semakin perhatian dan dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan respons positif. c. Refleksi Siklus II Pada siklus II ini juga terjadi peningkatan nilai rata-rata yaitu 7,46 dibanding dengan siklus sebelumnya. Hasil belajar klasikal belum tuntas, karena baru mencapai 76,92 %. Dikatakan tuntas secara klasikal apabila siswa yang mendapat nilai 6,5 ke atas ada 85 % dari jumlah siswa. Berdasarkan hasil angket observer terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya. Ada 14 siswa (53,84%) bertanya karena siswa menyadari dengan bertanya mampu menggali pengetahuan yang belum didapat dari praktikum sebelumnya maupun yang sedang dilakukan. Berani menjawab 16 siswa (61,53%) meskipun tidak tahu jawabannya benar atau salah karena masih ada rasa malu. Tidak melakukan aktivitas 9 siswa (34,61%). Saat KBM berlangsung seluruh siswa merasa senang dengan pembelajaran ini, karena mereka dapat belajar sambil praktikum sehingga mereka tidak merasa bosan dan jenuh. Oleh karena itu siswa merasa mereka dapat membuktikan secara langsung apa yang ada dalam teori dengan apa yang mereka lihat, dan dapat memecahkan suatu masalah sendiri dengan berdiskusi secara berkelompok. Sehingga sikap siswa yang perlu dikembangkan adalah agar siswa menjadi lebih cermat, teliti, mau menerima

62 48 pendapat orang lain, bekerjasama dan lebih kritis terhadap suatu permasalahan. Untuk kegiatan praktikum selanjutnya siswa diminta untuk membawa berbagai jenis gambar hewan, baik yang hidup di daratan, di perairan maupun di udara. Di siklus II siswa sudah mulai percaya diri dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru maupun dari siswa pada saat presentasi. Hanya saja masih ada beberapa siswa memang yang ragu dalam mengutarakan pendapatnya bahkan masih ada yang belum beraktivitas dikarenakan siswa tersebut merasa apa yang dia pikirkan sudah dipakai oleh orang lain lebih dulu. 3. Siklus III Pada siklus ini siswa diminta untuk mengamati gambar berbagai jenis hewan, dan membedakannya berdasarkan jenis makanannya. Siswa bekerja secara berkelompok, masing-masing kelompok menyiapkan gambar-gambar hewan yang berbeda-beda, dengan bimbingan guru siswa memasukkan nama-nama hewan tersebut berdasarkan makanannya kedalam kelompok herbivora, karnivora dan omnivora, seperti yang telah dijabarkan dalam LKS. Guru memberikan kesempatan setiap siswa untuk mempresentasikan dari setiap gambar yang dibawa. Hal ini agar siswa mendapat kesempatan untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan dari antar siswa maupun dari guru. Dari hasil observasi pada siklus III diperoleh hasil-hasil sebagai berikut :

63 49 a. Hasil tes akhir siklus III. Hasil tes setelah penelitian tindakan kelas pada siklus III adalah sebagai berikut: Tabel 5 : Hasil tes Siklus III No 1. Nilai tertinggi 2. Nilai terendah 3. Rata-rata Hasil Ulangan Pencapaian ,78 4. Jumlah siswa yang tuntas belajar ( nilai 6,5) 5. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar (nilai < 6,5) 6. Presentasee ketuntasan belajar secara klasikal ,30 % Siswa secara klasikal yang memperoleh nilai 6,5 ke atas adalah 24 siswa dengan ketuntasan belajar 92,30 % Grafik penyebarann hasil belajar dapat dilihat pada gambar berikut ini : Prosentase Ketuntasan Belajar (%) ,3 % 7,7 % Tuntas Tidak Tuntas Siklus III Gambar 5. Penyebaran hasil belajar Siklus III

64 50 Dengan memperhatikan grafik tersebut dapat diketahuii bahwa dari 26 siswa yang tuntas belajar secara individu ada 24 siswa (92,3%) dan yang belum tuntas belajar adaa 2 siswa ( 7,7%). Ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 92,3 %, ini berarti sudah memenuhi syarat ketuntasan belajar klasikal. b. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus III. Grafik Keaktifan Siswa Prosentasi Keaktifan (%) siswa (65,38%) Bertanya 19 siswa (73,07%) Menjawab 5 siswa (19,23%) Tidak Bertanya/ Menjawab Gambar 6. Aktivitas Siswa dalam KBM. Gambar 6 : Hasil angket obsevasi siswa dalam proses pembelajaran siklus III Berdasarkan hasil angket dari observer 17 siswa (65,38%) berani bertanya karena siswa merasa terbantu dengan jawaban guru dari kesulitan yang dialami dan 19 siswa (73,07%) siswa berani menjawab dan percaya diri meskipun rasa ragu dengan jawabannya. 5 siswa (19,23%) tidak melakukan aktivitas. Dari hasil pengamatan praktikum pun pada siklus III siswa tampak semakin antusias untuk mengikuti kegiatan praktikum. Mereka merasa mendapat tantangan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Para siswa berlomba untuk menjadi

65 51 yang terbaik, baik secara individu maupun kelompok. Ini dapat dilihat dari hasil penilaian yang diperoleh siswa. c. Refleksi Siklus III Pada siklus III ini, siswa sudah dapat melakukan kegiatan praktikum dengan baik. Mereka cukup antusias ketika bekerjasama dengan tim satu kelompoknya, demikian pula ketika mempresentasikan hasilnya ke depan kelas. Para siswa tersebut sudah tidak malu dan canggung lagi untuk berbicara menyampaikan apa yang menjadi pendapatnya. Sehingga guru dapat mudah membimbing mereka untuk menarik kesimpulan dengan benar berdasarkan hasil diskusi kelompok. Ketuntasan belajar klasikal pada siklus III ini belum dapat mencapai 100 %, karena masih ada 2 siswa yang belum tuntas. Ini karena memang tingkat kemampuan mereka yang kurang dibanding dengan siswa yang lainnya. Tetapi dengan hasil ketuntasan belajar klasikal sebesar 92,30 %, ini cukup memuaskan karena sudah memenuhi syarat ketuntasan belajar klasikal. Berdasarkan hasil angket obsrvasi yang diperoleh dari observer, menunjukkan ada peningkatan aktivitas dalam KBM menjadi 65,38% atau 17 siswa aktif bertanya karena siswa lebih terbantu dengan jawaban guru dari kesulitan yang dialami siswa sebesar dan 73,07% atau 19 siswa menjawab dan siswa merasa ada kepuasan dari diri sendiri ketika bisa menjawab pertanyaan meskipun masih ada rasa takut bila jawabannya salah dan tinggal 5 siswa (19,23%) tidak melakukan aktivitas. Dengan demikian siklus III ini menunjukkan

66 52 bahwa ada peningkatan dibandingkan dengan aktivitas siklus sebelumnya sehingga dengan hal ini sudah memenuhi standar penelitian. Hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual telah membuat siswa termotivasii untuk belajar lebih memahami kehidupan satwa yang ada. Siswa merasa senang karena mereka dapat dengan jelas melihat gambar-gambar berbagai jenis hewan yang mungkin selama ini hanya ada dalam hayalannya saja. Walaupun tidak melihat secara langsung mereka cukup puas dengan melihat gambar dan penjelasan dari guru yang cukup jelas mereka dapat menerima meteri pelajaran dengan baik. C. Pembahasan Setelah selesai memberikan tindakan dari setiap siklusnya dapat dilihat adanya perubahan hasil belajar, berikutnya. yaitu hasil belajar siswa meningkat dari satu siklus ke siklus Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar 61,53% Tuntas 76,92% Tidak Tuntas 92,3% 38,47% 23,8% 7,7% Siklus I I Siklus II II Gambar 7. Peningkatan Ketuntasan Belajar Siklus klus IIIII

67 53 Pada siklus I nilai rata-rata siswa 6,72 dengan ketuntasan belajar 61,53 %. Siklus II rata-rata siswa meningkat menjadi 7,46 dengan ketuntasan belajar 76,92 %. Pada siklus III nilai rata-rata siswa meningkat menjadi lebih baik lagi, yaitu 7,83 dengan ketuntasan belajar 92,30 %. Dari hasil angket observasi siswa pada proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual yang diperoleh dari observer yang dilakukan pada tiap siklusnya menunjukkan adanya arah yang positif. Adapun hasil-hasilnya adalah sebagai berikut, pada siklus I siswa yang bertanya 34,61 % meningkat menjadi 53,84 % pada siklus II dan diakhir siklus III menjadi 65,35 %. Sedangkan siswa yang bertanya pada siklus I ada 46,15 % menjadi 61,53 % pada siklus II dan di akhir siklus III menjadi 73,07 % meskipun masih ada rasa takut bila jawabannya salah. Siswa yang tidak melakukan aktivitas bertanya dan menjawab pada siklus I sebanyak 42,30 % menjadi 34,61 % dan pada akhir siklus III menjadi 19,23 %. Berikut grafik peningkatan aktivitas bealajar dari siklus I sikluss III Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Bertanya Menjawab Tidak Bertanya/ Menjawab 34,61% 46,15% 42,3% 53,84% 61,53% 34,61% 73,07% 65,38% 19,23% Siklus I Siklus II Gambar 8. Peningkatan aktivitas Belajar Siswa Siklus III

68 54 Dari hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa pendekatan kontestual sangat cocok untuk digunakan pada pokok bahasan ekosistem. Ini dapat dilihat dari hasil-hasil penilaian yang dilakukan pada tiap siklus kegiatan pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Juga tanggapan siswa dari tiap siklusnya menunjukkan arah yang positif yang pada akhirnya mereka merasa tertarik dengan pendekatan kontekstual ini. Hasil rekapitulasi lembar observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh observer dari siklus I III menunjukkan bahwa ada 5 siswa yang belum melakukan aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan meskipun sudah melakukan aktivitas lainnya seperti membaca, menulis dan berdiskusi. Hal ini disebabkan pola belajar yang kurang baik dari/ semasa di Sekolah Dasar. Dari ke-5 siswa tersebut kesehariannya dalam mengikuti KBM masih wajar seperti siswa lainnya tetapi ketika ada kegiatan bertanya atau diberi pertanyaan langsung berdiam dan sibuk dengan catatannya untuk menghilangkan rasa takut. Hal yang memberi dorongan bagi siswa untuk melakukan aktivitas bertanya maupun menjawab karena siswa merasa tertarik, merasa senang dan tidak membosankan dalam pembelajaran kontekstual ini dan siswa tidak terbebani dengan jarak antara guru dan murid sehingga bisa melakukan diskusi bersama dengan penuh rasa ingin tahu. Gaya bicara guru (peneliti) dirasa siswa sangat simpel dan langsung pada pokok permasalahan membuat siswa mudah mengingat materi yang ditanyakan siswa. Bagi siswa belajar di luar kelas memberikan pengalaman belajar tersendiri karena siswa bisa melihat secara langsung kehidupan di alam bebas meskipun itu hanya hal yang

69 55 biasa, seperti ketika seorang siswa melihat laba-laba yang sedang membuat jaring untuk perangkap mangsanya, siswa sungguh terheran-heran dengan kegiatan laba-laba tersebut dan sebenarnya itu hal yang sangat mudah dijumpai karena kebanyakan siswa hidup di daerah pedesaan. Dari kegiatan tersebut siswa mampu menemukan, memecahkan masalah dengan ide-ide yang didapatnya sehingga siswa dapat menganalisis dan merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri dan berdampak pada prestasi yang didapatnya.

70 BAB IV PENUTUP A. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL) pada pokok bahasan ekosistem dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Promasan, Kalibawang tahun ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata dari 6,12 dengan ketuntasan belajar 61,53 % menjadi 7,83 dengan ketuntasan belajar 92,3 %. B. Saran Untuk menambah motivasi dan keaktifan belajar siswa perlu adanya strategi pembelajaran yang sesuai, misalnya dapat meningkatkan ketrampilan proses siswa melalui kegiatan praktikum yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati mengelompokkan, mengukur, dan melakukan percobaan dan berdiskusi dengan teman yang lain. Sehingga proses KBM menjadi lebih bervariasi dan tidak monoton. 56

71 57 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta. Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas. Hamalik, O Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung. Sinar Bumi Algensindo. Rustana, C. E Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. Sudjana, N Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Bumi Agensindo. Widodo, W Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (Versi Transparansi). Jakarta : Depdiknas. Wardhani, Igak, dkk Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka, Jakarta.

72 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Kemasyarakatan Promasan (Siklus I) Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : VII/ II Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (1 kali Pertemuan) A. Standar Kompetensi : Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem. B. Kompetensi Dasar : Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem. C. Indikator : Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem D. Tujuan Pembelajaran Kognitif Produk 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian ekosistem 2. Siswa dapat mengidentifikasi komponen pada ekosistem yang diamati 3. Siswa dapat menguraikan pengertian individu, populasi dan komunitas 4. Siswa dapat menentukan suatu jenis ekosistem yang diamati. 5. Siswa dapat menjelaskan tentang komponen biotik dan abiotik Kognitif Proses 1. Siswa melakukan pengamatan melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah. 2. Siswa dapat menjawab LKS yang diberikan secara berkelompok sesuai tugasnya masingmasing. 3. Siswa dapat mengkomunikasikan dengan bertanya, menjawab dan mendiskusikan hasil pengamatan. 4. Siswa dapat mencatat dari hasil yang diperoleh. Afektif 1. Siswa dapat menunjukkan pendapatnya secara tertulis dan lisan cara kerja kelompoknya dalam mengerjakan LKS melalui pengamatan mengenai satuan-satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan saling hubungan antarkomponen ekosistem. E. Materi Pembelajaran Satuan Makhluk Hidup dalam Ekosistem F. Model Pembelajaran Model pembelajaran Metode pembelajaran : Contextuan Teaching and Learning : Observasi, diskusi dan tanya jawab

73 G. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan I Kegiatan (waktu) Fase Kegiatan Guru dan Siswa Terlaksana/ Tidak Pendahuluan Menyiapkan kondisi 1. Guru mengucapkan salam (10 menit) belajar 2. Guru menanyakan adakah yang tidak masuk 3. Guru mengontrol kebersihan papan tulis dan kelas. Menyampaikan tujuan dan 4. Melakukan appersepsi dengan cara menggali kemampuan dasar siswa memotivasi siswa 5. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Inti Menyampaikan 6. Menyajikan informasi kepada siswa (60 menit) masalah dan mengenai pembelajaran kali ini siswa informasi dibawa keluar kelas untuk mengamati lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yaitu kebun, halaman sekolah, kolam, parit, sungai, lahan kosong dan taman sekolah Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar 7. Guru mengorganisasi siswa untuk belajar dengan membagi siswa dalam kelompokkelompok dengan lokasi pengamatan yang masing-masing pada setiap kelompok, kemudian membagi LKS kepada kelompok siswa untuk melakukan pengamatan. Membimbing 8. Membimbing dan mengawasi siswa kelompok melakukan pengamatan, mendeskripsikan hasil pengamatan dan menjawab pertanyaan 9. Guru membimbing siswa menyusun hasil pengamatannya kemudian melakukan diskusi. Evaluasi 10. Guru meminta salah seorang siswa yang mewakili kelompok menyampaikan hasil pengamatannya, sementara kelompok lain menanggapinya dengan tanya jawab.

74 Penutup (10 menit) Penghargaan 11. Memberikan penghargaan pada hasil belajar siswa, baik individu maupun keompok. 12. Membimbing siswa untuk merangkum butirbutir pembelajaran dengan melibatkan siswa. 13. Membimbing siswa untuk merefleksikan proses pembelajaran yang sudah berlangsung. 14. Memberikan tugas membaca materi yang akan dibahas minggu berikutnya. Pertemuan 2 Kegiatan (waktu) Fase Kegiatan Guru dan Siswa Terlaksana/ Tidak Pendahuluan Menyiapkan kondisi 1. Guru mengucapkan salam (10 menit) belajar 2. Guru menanyakan adakah yang tidak masuk 3. Guru mengontrol kebersihan papan tulis dan kelas. Menyampaikan tujuan dan 4. Melakukan appersepsi dengan cara menggali kemampuan dasar siswa memotivasi siswa 5. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Inti Menyampaikan 6. Menyajikan informasi kepada siswa (60 menit) masalah dan mengenai pembelajaran kali ini siswa informasi dibawa keluar kelas untuk mengamati lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yaitu halaman sekolah. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar 7. Guru mengorganisasi siswa untuk belajar dengan membagi siswa dalam kelompokkelompok dengan lokasi pengamatan yang masing-masing pada setiap kelompok, kemudian membagi LKS kepada kelompok siswa untuk melakukan pengamatan.

75 Penutup (10 menit) Membimbing kelompok Evaluasi Penghargaan 8. Membimbing dan mengawasi siswa melakukan pengamatan, mendeskripsikan hasil pengamatan dan menjawab pertanyaan 9. Guru membimbing siswa menyusun hasil pengamatannya kemudian melakukan diskusi. 10. Guru meminta salah seorang siswa yang mewakili kelompok menyampaikan hasil pengamatannya, sementara kelompok lain menanggapinya dengan tanya jawab. 11. Memberikan penghargaan pada hasil belajar siswa, baik individu maupun keompok. 12. Membimbing siswa untuk merangkum butirbutir pembelajaran dengan melibatkan siswa. 13. Membimbing siswa untuk merefleksikan proses pembelajaran yang sudah berlangsung. 14. Memberikan informasi ulangan siklus I H. Sumber Belajar 1. Modul IPA Biologi Kelas VII 2. Buku Biologi yang relevan 3. LKS I. Alat dan Bahan 1. Buku dan Polpen 2. Plastik, Rafia, patok dan lup. Yogyakarta, 05 April 2012 Y. Purwanta Peneliti

76 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Kemasyarakatan Promasan (Siklus III) Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : VII/ II Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (1 kali Pertemuan) A. Standar Kompetensi : Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem. B. Kompetensi Dasar : Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem. C. Indikator : Menggambarkan dalam bentuk diagram rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan berdasar hasil pengamatan suatu ekosistem. D. Tujuan Pembelajaran Kognitif Produk 1. Siswa dapat membuat diagram rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan berdasarkan pengamatan 2. Siswa dapat menguraikan pengertian rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan. 3. Siswa dapat menjelaskan dalam proses makan dan dimakan berlangsung aliran energi. Kognitif Proses 1. Siswa dapat menjawab LKS berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pertemuan pertama secara berkelompok. 2. Siswa dapat mengkomunikasikan dan mendiskusikan hasil pengamatan. Afektif 1. Siswa dapat menunjukkan pendapatnya secara tertulis dan lisan cara kerja kelompoknya dalam mengerjakan LKS melalui pengamatan mengenai satuan-satuan makhluk hidup dalam ekosistem. F.Materi Pembelajaran Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan F. Model Pembelajaran Model pembelajaran : Contextuan Teaching and Learning menggunakan charta Metode pembelajaran : diskusi dan tanya jawab

77 G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan (waktu) Fase Kegiatan Guru dan Siswa Terlaksana/ Tidak Pendahuluan Menyiapkan kondisi 1. Guru mengucapkan salam (10 menit) belajar 2. Guru menanyakan adakah yang tidak masuk 3. Guru mengontrol kebersihan papan tulis dan kelas. Menyampaikan 4. Melakukan appersepsi dengan cara tujuan dan menggali kemampuan dasar siswa memotivasi siswa 5. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Inti (60 menit) Menyampaikan masalah dan 6. Menyajikan informasi kepada siswa mengenai pembelajaran kali ini siswa informasi tetap di dalam kelas dengan mensimulasikan rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Mengorganisasikan 7. Guru mengorganisasi siswa untuk siswa dalam belajar dengan membagi siswa dalam kelompok belajar kelompok-kelompok dengan lokasi pengamatan yang masing-masing pada setiap kelompok, kemudian membagi LKS kepada kelompok siswa untuk melakukan pengamatan. Membimbing kelompok 8. Membimbing dan mengawasi siswa melakukan simulasi rantai makan dan jaring-jaring makanan. 9. Guru membimbing siswa menyusun hasil simulasi kemudian melakukan diskusi. Evaluasi 10. Melakukan evaluasi dengan meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil pengamatan dan kelompok lain menanggapinya dengan Tanya jawab.

78 Penutup (10 menit) Penghargaan 11. Memberikan penghargaan pada hasil belajar siswa, baik individu maupun keompok. 12. Membimbing siswa untuk merangkum butir-butir pembelajaran dengan melibatkan siswa. 13. Membimbing siswa untuk merefleksikan proses pembelajaran yang sudah berlangsung. 14. Memberikan informasi pertemuan selanjutnya ulangan akhir. H. Sumber Belajar 4. Modul IPA Biologi Kelas VII 5. Buku Biologi yang relevan 6. LKS I. Alat dan Bahan 3. Buku dan Polpen 4. Charta Yogyakarta, 14 Mei 2012 Y. Purwanta Peneliti

79 LEMBAR KERJA SISWA Siklus I # I. Indikator Mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem dan menyatakan bahwa matahari sebagai sumber energi utama pada sistem biologi II. Dasar Teori Ekosistem merupakan suatui nteraksi antara komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik terdiri dari makluk hidup dan komponen abiotik terdiri daari makluk tak hidup/ bendam mati. III. Prosedur 1. Pergilah ke sawah/ kebun di sekitar sekolah. 2. Amati dan catatlah semua benda di sekitarmu. 3. Kelompokkan benda di sekitarmu pada tabel hasil pengamatan. IV. Tabel Hasil Pengamatan No Nama Biotik Abiotik V. Pertanyaan 1. Berdasarkan pengamatanmu di lapangan, manakah yang termasuk komponen biotic dan komponen abiotik! 2. Apakah yang terjadi jika di bumi ini tidak ada produsen? Jelaskan jawabanmu! 3. Apakah yang dimaksud dengan dekomposer? Dan berilah contohnya! 4. Apa perbedaan antara jaring-jaring makanan dengan rantai makanan? Berilah contohnya! 5. Kesimpulan

80 LEMBAR KERJA SISWA Siklus I ## I. Indikator Mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem dan menyatakan bahwa matahari sebagai sumber energi utama pada sistem biologi II. Dasar Teori Satuan makhluk hidup dalam ekosistem meliputi individu, populasi dan komunitas. Tingkat organisasi penyusun ekosistem sebagai berikut : individu populasi komunitas. III. Prosedur 1. Kuadrat 2. Kantong Plastik IV. Tabel Hasil Pengamatan No Komunitas ke-1 Komunitas ke-2 Nama Organisme Jumlah Nama Organisme Jumlah V. Pertanyaan 1. Adakah kalian menemukan organisme yang jumlahnya hanya satu? Sebut apakah organisme tersebut? 2. Ada berapakah macam populasi yang mempengaruhi mahluk hidup yang kamu jumpai? Sebutkan! 3. Tuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan populasi? 4. Hitunglah masing-masing kepadatan populasi dari organisme yang kalian peroleh pada habitat I dan II. 5. Sebutkan komponen penyusun komunitas yang terdapat dalam habitat I dan II VI. Kesimpulan!

81 LEMBAR KERJA SISWA Siklus II ## Judul Tujuan : Pembuatan Makanan pada Tumbuhan Hijau : Membuktikan bahwa tumbuhan hijau dapat membuat makanan sendiri. Alat & Bahan: 6. Daun tumbuhan hijau 7. Cawan petri 8. Pinset 9. Pipet tetes 10. Iodin 1. Kaki tiga 2. Pembakar spritus 3. Gelas ukur 4. Tabung reaksi 5. Alkohol 70%

82 LEMBAR KERJA SISWA Siklus II ## Cara Kerja : 1. Sehari sebelum percobaan dilakukan, tutuplah sebagian dari daun pada kedua sisi dengan kertas timah. Biarkan daun terkena sinar matahari. Petik pada saat hendak melakukan percobaan. 2. Bukalah kertas timah yang menutupi daun dan guntinglah seperti tampak pada gambar A (pada buku paket). Bagian yang runcing merupakan bagian yang terkenan matahari. Bagian yang persegi merupakan bagian yang tertutup kertas timah. 3. Masukkan kedua bagian daun tersebut ke dalam air panas hinnga layu. 4. Kemudian, masukkan kedua bagian daun yang telah layu tersebut ke dalam tabung reaksi yang berisi alkohol. 5. Tabung reaksi yang berisi daun dan alkohol tersebut dimasukkan ke dalam air mendidih hingga alkohol dalam tabung reaksi menjadi panas. Gantilah alkohol dalam tabung jika sudah berwarna hijau. Tahapan ini dilakukan sampai daun tidak berwarna hijau lagi. 6. Jika daun sudah tidak berwarna hijau, angkat dan tetsilah dengan larutan iodine. Amati perbedaan apa yang terjadi pada bagian yang runcing dan bagian yang persegi. Pertanyaan : 1. Apa fungsi alkohol pada percobaan tersebut? 2. Apa fungsi larutan iodine pada percobaan tersebut? 3. Bagaimana warna kedua daun tersebut setelah ditetesi larutan iodine? Mengapa? 4. Diskusikan hasil eksperimen tersebut bersama teman sekelompokmu. 5. Buatlah kesimpulan dari percobaan yang kamu lakukan.

83 CHARTA SIKLUS III ##

84 CHARTA SIKLUS III ##

85 CHARTA SIKLUS III ##

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR EFFORTS TO INCREASE LEARNING OUTCOMES OF CHEMICAL ACID

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI 163086 TEBING TINGGI Helmina Siagian Surel: hrmnsiagian@gmail.com ABSTRACT This aim of this

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III Bainen, Syamsiati, Suryani PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak Email : ibu.bainen@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS II SDN SIDOTOPO WETAN I SURABAYA

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS II SDN SIDOTOPO WETAN I SURABAYA PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS II SDN SIDOTOPO WETAN I SURABAYA Mustokiyah PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya (mustokiyah@gmail.com)

Lebih terperinci

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD Suciono Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan, kab. Langkat Abstract: This study aims to determine whether

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) 50 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) Yunie Nurhazannah SMP Negeri 21 Pontianak E-mail: yunienurhazannah@gmail.com

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING Novitana Sundora, Teti Rostikawati, Triasianingrum Afrikani Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas

Lebih terperinci

Raihan SD Negeri 007 Bagan Besar

Raihan SD Negeri 007 Bagan Besar 30 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V A MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) SD NEGERI 007 BAGAN BESAR raihan007@yahoo.co.id SD Negeri

Lebih terperinci

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD N SABDODADI KEYONGAN

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD N SABDODADI KEYONGAN Peningkatan Contextual Teaching... (Marfianingsih) 229 PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD N SABDODADI KEYONGAN APPLICATION OF CONTEXTUAL

Lebih terperinci

Dewi Mayangsari dkk, Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas...

Dewi Mayangsari dkk, Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas... 27 Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI Pokok Bahasan Konduktor dan Isolator SDN Semboro Probolinggo Tahun Pelajaran 2012/2013 (The Application

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM SIRKULASI MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL SMP NEGERI 2 MEMPAWAH

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM SIRKULASI MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL SMP NEGERI 2 MEMPAWAH 1 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM SIRKULASI MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CTL SMP NEGERI 2 MEMPAWAH Syamswisna, M.Si 1, Titin, M.Pd 2, Evi Salvia Murdiana 3 Program Studi

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL Muryatin SDN Pakunden 1, Jalan Bogowonto 48A Kota Blitar E-mail: muryatin2@gmail.com Abstract: Improvement Efforts of Learning

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS INKUIRI DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XA SMA NEGERI PASIRIAN LUMAJANG Intan Fitriani 1, Dewi Iriana 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan bangsa yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DI SMP NEGERI 26 SURAKARTA KELAS VIII-B TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012 Skripsi Oleh: Yuang

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP ARTIKEL PENELITIAN Oleh : ULLY FAKHRUNI NIM : F15111023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA HERBARIUM DAN INSEKTARIUM

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA HERBARIUM DAN INSEKTARIUM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA HERBARIUM DAN INSEKTARIUM Cicilia Novi Primiani* dan Miwing Dwi Susianingsih Program Pendidikan Biologi FP

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN TEKNIK LISTRIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN TEKNIK LISTRIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN TEKNIK LISTRIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE SISWA KELAS X TEI DI SMK N 2 PENGASIH INCREASMENT OF STUDENT LEARNING ACTIVITIES

Lebih terperinci

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan. 8 BAB II KAMAN PUSTAKA A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah Manusia. Meningkatkan kemampuan siswa merupakan upaya meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa dalam memahami dan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LISTENING BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IX.E SMP NEGERI I BAJENG

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LISTENING BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IX.E SMP NEGERI I BAJENG STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LISTENING BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IX.E SMP NEGERI I BAJENG CONTEXTUAL LEARNING STRATEGY FOR IMPROVING LEARNING OUTCOMES

Lebih terperinci

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Sri Imawatin, Bambang Hari Purnomo Abstrak:

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Sri Imawatin, Bambang Hari Purnomo Abstrak: Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi (Studi Kasus pada Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar Menjelaskan Konsep PDB, PDRB, PNP, dan Pendapatan Nasional Kelas

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Biologi. Diajukan oleh :

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Biologi. Diajukan oleh : PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DISERTAI PENGGUNAAN HAND OUT SEBAGAI PENGUATAN KONSEP MATERI POKOK EKOSISTEM PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN ) Volume 1 No 4, Oktober 2015

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN ) Volume 1 No 4, Oktober 2015 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DENGAN METODEDISKUSI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMPN 2 LINGSAR TAHUN AJARAN 2014/2015 Ibrohim Mirgoni *, Hairunnisyah Sahidu, Hikmawati

Lebih terperinci

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed. PENDEKATAN KONTEKSTUAL Oleh : Toto Fathoni, Apakah CTL itu? Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH DASAR PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH DASAR Oleh: Venny Eka Putri vennyekaputri882@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok. 1 Pendahuluan Penerapan Teori Bruner dalam Metode Diskusi Kelompok untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pokok Bahasan Keliling dan Luas Persegi dan Persegi Panjang Siswa Kelas III SDN Kemuningsari

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN TENTANG KEBEBASAN BERORGANISASI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN TENTANG KEBEBASAN BERORGANISASI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN TENTANG KEBEBASAN BERORGANISASI Kanti Pristiwati Sekolah Dasar Negeri Rembang 2 Kota Blitar Jalan Akasia Nomor 17 Kota Blitar Email:

Lebih terperinci

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA Skripsi Oleh: TRY NESIA NURHEMY X4307053 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENINGKATAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN BUSANA MELALUI METODE PEMBELAJARAN EKSPOSITORI DI SMK NEGERI 6 PURWOREJO JURNAL Diajukan kepada Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32 Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32 MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

Lebih terperinci

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. DASAR FILOSOFI Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUNGAI SARIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN.

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUNGAI SARIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN. PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUNGAI SARIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN Suci Uliana 1), Hasnul Fikri 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Akbar et al., Peningkatan Minat dan Hasil Belajar...

Akbar et al., Peningkatan Minat dan Hasil Belajar... 1 Peningkatan Minat dan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Energi Panas dan Bunyi Melalui Penerapan Metode Eksperimen pada Siswa Kelas IV B MI Muhammadiyah Sidorejo Tahun Pelajaran 2013/2014 (Increased interest

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 27 SAGO PESISIR SELATAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 27 SAGO PESISIR SELATAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 27 SAGO PESISIR SELATAN Marya Dalva 1, Gusmaweti 2, Ashabul Khairi 3. 1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara I. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Gegne dalam Suprijono (2009 : 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

Lebih terperinci

Menyetujui : Dosen Pembimbing Skripsi. Drs. M. Yusuf Nasution, M. Si NIP Mengetahui :

Menyetujui : Dosen Pembimbing Skripsi. Drs. M. Yusuf Nasution, M. Si NIP Mengetahui : i Judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Pada Materi Pokok Ekosistem Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar di Kelas VII SMP Negeri 8 Medan Tahun Pembelajaran

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBING PROMPTING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 1 BANGKINANG BARAT TAHUN AJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFULL LEARNING

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFULL LEARNING PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFULL LEARNING PADA MATERI SISTEM GERAK PADA MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII A SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/

Lebih terperinci

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

Rahmawati et al., Metode Problem Solving... Penerapan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pokok Bahasan Menghargai Keputusan Bersama Di SD Darul Hikmah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN MEDIA KONKRET

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN MEDIA KONKRET PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG GERAK BENDA DAN ENERGI PADA SISWA KELAS III SDN GESIKAN TAHUN AJARAN 2016/2017 Laila

Lebih terperinci

A R T I K E L PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS IV SDN 09 KEPALA BUKIT KEC. SUNGAI PAGU KAB.

A R T I K E L PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS IV SDN 09 KEPALA BUKIT KEC. SUNGAI PAGU KAB. A R T I K E L PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS IV SDN 09 KEPALA BUKIT KEC. SUNGAI PAGU KAB. SOLOK SELATAN Oleh SULASTRI NPM. 1110013411566 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Pada Siswa Kelas V SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Pada Siswa Kelas V SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Pada Siswa Kelas V SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata Mustimah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Ulfatun Rohmah 1, Suhartono 2, Ngatman 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Kepodang 67A Panjer Kebumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat rendah hingga makhluk

Lebih terperinci

PENERAPAN GUIDED INQUIRY

PENERAPAN GUIDED INQUIRY PENERAPAN GUIDED INQUIRY DISERTAI MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : PURWO ADI NUGROHO K 4308109

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu kemampuan memperoleh, memilih

Lebih terperinci

: RAMADHAN FUAD SAE PRATAMA K

: RAMADHAN FUAD SAE PRATAMA K UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DI UDARA MELALUI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS X MIPA 1 SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : RAMADHAN FUAD

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dimaksudkan sebagai kajian, refleksi diri, dan tindakan terhadap proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognisi siswa kelas III

Lebih terperinci

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM Penerapan Model Pembelajaran Metakognitif untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas VII SMP Negeri 6 Singaraja Tahun Pelajaran 2011/2012 Oleh I Putu Budhi Sentosa, NIM 1015057117 Jurusan

Lebih terperinci

PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013

PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: Yohana Hiqmawati 1, Imam Suyanto 2, M. Chamdani

Lebih terperinci

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd. Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd. Kuiz 1. Contextual 2. Konstruktivisme 3. Inquiry 4. Questioning 5. Learning Community 6. Modeling 7. Refleksi 8. Authentic Assessment 9. Skenario CTL PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Contextual

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI JOHO 02 SUKOHARJO TAHUN 2015/2016

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI JOHO 02 SUKOHARJO TAHUN 2015/2016 PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI JOHO 02 SUKOHARJO TAHUN 2015/2016 NASKAH PUBLIKASI Skripsi Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP ARTIKEL PENELITIAN OLEH : SUCI SEKARWATI NIM F15111030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Dina Safitri, Masjudin, Eliska Juliangkary Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

Dina Safitri, Masjudin, Eliska Juliangkary Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATERI GARIS DAN SUDUT SISWA KELAS VII SMPN 1 UTAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Dina Safitri, Masjudin, Eliska

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM Motivasi dan Hasil Belajar Biologi pada PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM APPLICATION TYPE OF COOPERATIVE

Lebih terperinci

Machthumah et al., Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing...

Machthumah et al., Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing... 1 Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Pesawat Sederhana Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VA SDN Rogotrunan 01 Lumajang Tahun Pelajaran 2014/2015

Lebih terperinci

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian Jurnal Geografi Volume 12 No 1 (29 dari 114) Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS KOMPETENSI MEMAHAMI HUBUNGAN MANUSIA DAN BUMI MELALUI

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI IMPLEMENTASI

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI IMPLEMENTASI Peningkatan Aktivitas dan... (Dwi Wahyuningsih& Singgih Murwani) 65 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI IMPLEMENTASI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 OLEH EKO BUDIONO K4308085 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Sherli Malinda, Nyoman Rohadi dan Rosane Medriati

Sherli Malinda, Nyoman Rohadi dan Rosane Medriati PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI DI KELAS X MIPA.3 SMAN 10 BENGKULU Sherli Malinda, Nyoman Rohadi dan Rosane

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE GLOBAL PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KAPUKANDA ARTIKEL JURNAL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE GLOBAL PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KAPUKANDA ARTIKEL JURNAL PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE GLOBAL PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KAPUKANDA ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA Dedy Juliandri Panjaitan Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Jl. Garu II No. 93 Medan juliandri.dedy@yahoo.com

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BABADAN TAHUN PELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BABADAN TAHUN PELAJARAN UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BABADAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi 1 Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas VA Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Kegiatan Ekonomi di SDN Kepatihan 06 Jember (Implementation of

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL INVESTIGASI BISNIS DAN GAME ULAR TANGGA KOMBI DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KOMUNIKASI BISNIS

PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL INVESTIGASI BISNIS DAN GAME ULAR TANGGA KOMBI DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KOMUNIKASI BISNIS Nining Mariyaningsih 1 JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI DINAMIKA PENDIDIKAN Vol. VII, No. 2, Desember 2012 Hal. 154-167 PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL INVESTIGASI BISNIS DAN GAME ULAR TANGGA KOMBI DALAM UPAYA MENINGKATKAN

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN Hias Bersih Dakhi SD Negeri 074038, kota Gunungsitoli Abstract: Problems observed in this study is the low learning outcomes

Lebih terperinci

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri PENINGKATAN EFEKTIFITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA INDIKATOR KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN NGLETIH KABUPATEN KEDIRI YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat

Lebih terperinci

Noviana Kusumawati Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No 3 Pekalongan, ABSTRAK

Noviana Kusumawati Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No 3 Pekalongan, ABSTRAK PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TERHADAP OPERASI PERKALIAN BILANGAN MELALUI MEDIA BENDA KONGKRIT SISWA KELAS IV SD NEGERI SLAWI KULON 06 KABUPATEN TEGAL Noviana Kusumawati

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII A DI SMPN I GENENG NGAWI TAHUN AJARAN

PENGGUNAAN STRATEGI INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII A DI SMPN I GENENG NGAWI TAHUN AJARAN Jurnal Florea Volume 2 No. 1, April 2015 (18-22) PENGGUNAAN STRATEGI INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII A DI SMPN I GENENG NGAWI TAHUN AJARAN 2008 /

Lebih terperinci

Putri et al., Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual...

Putri et al., Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual... 1 Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IVA Pokok Bahasan Energi Panas dan Bunyi Di SDN Karangrejo 02 Jember

Lebih terperinci

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA CD PEMBELAJARAN DISERTAI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANJAR MARGO SUMBOGO B. M. SMP Negeri 1 Banjar Margo

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI SDN 2 KALIREJO KECAMATAN KARANGGAYAM TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI SDN 2 KALIREJO KECAMATAN KARANGGAYAM TAHUN AJARAN 2014/2015 PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI SDN 2 KALIREJO KECAMATAN KARANGGAYAM TAHUN AJARAN 2014/2015 Ida Rosita¹, Suripto², Ngatman³ 1 Mahasiswa PGSD FKIP

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS Sukarjo SMP Negeri 2 Satu Atap Batang Serangan, kab. Langkat Abstract: This research applies cooperative

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X.1 SMA NEGERI 1 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh: WARYANTO K4308061 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Suparmi SMP Negeri 25 Pekanbaru

Suparmi SMP Negeri 25 Pekanbaru PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS VII-1 SMPN 25 PEKANBARU 0823-8848-1697 SMP Negeri 25 Pekanbaru 98

Lebih terperinci

Pendahuluan. Eldayanti et al., Penerapan...

Pendahuluan. Eldayanti et al., Penerapan... 1 Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle (4E) dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPA Biologi (Siswa Kelas VIIE SMP Negeri 9 Jember Tahun Pelajaran 2013/2014) (The Implementation

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAT CAHAYA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAT CAHAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI SIFAT CAHAYA DENGAN METODE INKUIRI SISWA KELAS V SDN SOOKA 1 KECAMATAN PUNUNG KABUPATEN PACITAN TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 SKRIPSI Oleh : SINGGIH WINARSO K7108226

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK Suzana 1), Gusmaweti 2), Erwinsyah Satria 1) 1) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARANACTIVE KNOWLEDGE SHARINGUNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA BIOLOGISISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAKTAHUN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARANACTIVE KNOWLEDGE SHARINGUNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA BIOLOGISISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAKTAHUN PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARANACTIVE KNOWLEDGE SHARINGUNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA BIOLOGISISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAKTAHUN PELAJARAN 2011/ 2012 Skripsi Oleh: EvitaRosiliaDewi X

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DEMOKRASI PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS III SDNEGERI PENDOWOHARJO SLEMAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DEMOKRASI PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS III SDNEGERI PENDOWOHARJO SLEMAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DEMOKRASI PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS III SDNEGERI PENDOWOHARJO SLEMAN JURNAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-7 SMP NEGERI 1 KREMBUNG SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang

Lebih terperinci

LINDA ROSETA RISTIYANI K

LINDA ROSETA RISTIYANI K PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 JURNAL Oleh: LINDA ROSETA RISTIYANI

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM KELAS VII SMP NEGERI 2 BAKI TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MATERI PENGHANTAR PANAS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VI SDN JAMBUWER 02 KAB

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MATERI PENGHANTAR PANAS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VI SDN JAMBUWER 02 KAB PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MATERI PENGHANTAR PANAS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VI SDN JAMBUWER 02 KAB. MALANG TAHUN AJARAN 2016/2017 Oleh : Emmy Suaida, emisuaida@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Ulfatun Rohmah 1, Suhartono 2, Ngatman 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Kepodang 67A Panjer Kebumen

Lebih terperinci

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw 188 Nurdin SMA Negeri 3 Majene nurdin.chem@gmail.com Abstrak Penelitian ini adalah Penelitian Tidakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Febryanti* ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Febryanti* ABSTRAK PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Febryanti* ABSTRAK This research is a class action (classroom action research),

Lebih terperinci

PENGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BERMAIN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI PM SMK MURNI 2 SURAKARTA

PENGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BERMAIN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI PM SMK MURNI 2 SURAKARTA PENGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BERMAIN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI PM SMK MURNI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI OLEH: AHMAD MASHURI K4612008 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN 07 TUIK BATANG KAPAS

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN 07 TUIK BATANG KAPAS PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN 07 TUIK BATANG KAPAS Dahlia Ningsih 1, Gusmaweti 1, Zulfa Amrina 1. 1) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN GENERATIVE PADA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH KALIWIRO

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN GENERATIVE PADA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH KALIWIRO UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN GENERATIVE PADA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH KALIWIRO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

PEMANFAATAN HALAMAN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Oleh : Restuning Ropika Putri, S.Pd

PEMANFAATAN HALAMAN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Oleh : Restuning Ropika Putri, S.Pd PEMANFAATAN HALAMAN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Oleh : Restuning Ropika Putri, S.Pd Abstract : Salah satu metode pembelajaran yang memberdayakan siswa dan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE Burhanuddin, Syamswisna, Reni Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAN Pontianak

Lebih terperinci

Firdaus Daud dan Muhammad Mifta Fausan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar

Firdaus Daud dan Muhammad Mifta Fausan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar 40 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Konsep Ekosistem bagi Siswa Kelas VII.A, SMPN 5 Takalar The Implementation of

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER Zainal Abidin SMP Negeri 1 Meranti, kab. Asahan Abstract: This study uses classroom action research Application

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP Nuria, Edy Tandililing, Hamdani Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak Email:

Lebih terperinci