BAB II TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN DAERAH, PERIJINAN, IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN. mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam Pasal 1 ayat (6) undang undang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN DAERAH, PERIJINAN, IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN. mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam Pasal 1 ayat (6) undang undang"

Transkripsi

1 23 BAB II TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN DAERAH, PERIJINAN, IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN 2.1 Kewenangan Pemerintahan Daerah Pemberian otonomi daerah bertujuan mempermudah Daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam Pasal 1 ayat (6) undang undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut UU No. 23 Tahun 2014) menyatakan bahwa Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan republik Indonesia. Dalam pasal 1 ayat 3 peraturan pemerintah No. 38 Tahun 2007 menyatakan bahwa daerah otonom selanjutnya di sebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara kesatuan Republik Indonesia. Agar otonomi daerah itu dapat dijalankan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai, pemerintah wajib melakukan pembinaan yang berupa pemberian pedoman, seperti dalam penelitian, supervise, pengendalian, koordinasi, pemantauan dan evaluasi. 1 Oleh karena itu, diperlukan kerja sama yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Jakarta,hal.9. 1 Sunarno, Siswanto, 2008, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, sinar grafika, 23

2 24 Istilah otonomi menurut Ateng syafrudin mempunyai makna kebebasan atas kemandirian tetapi bukan kemerdekaan, melainkan kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu terwujud pemberian kesempatan yang harus dapat dipertanggung jawabkan. 2 Sedangkan Syarif saleh memiliki pendapat yang berbeda, menurutnya otonomi itu sebagai hak mengatur dan memerintah Daerah sendiri, atas inisiatif dan kemauan sendiri. 3 Selanjutnya F. Sugeng Istianto mempunyai pendapat yang senada bahwa Otonomi Daerah diartikan sebagai hak atau wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga Daerah. 4 Penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilaksanakan asas asas Pemerintah daerah. Asas asas tersebut antar lain asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan. 5 yang terdiri dari Dearah provinsi, daerah, Kabupaten dan daerah Kota. Daerah Otonom ini berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut caranya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan demikian maka kebijakan kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah Daerah selalu didukung oleh masyarakat setempat. Berdasarkan asas umum pemerintahan ini, yang menjadi urusan pemerintahan daerah salah satunya adalah dalam bidang legislasi, yakni atas prakarsa sendiri membuat peraturan daerah dan peraturan Kepala daerah yang meliputi Perda provinsi dan kabupaten / Kota. 6 2 Ateng Syafrudin,1985, Pasang Surut Otonomi Daerah, Bina Cipta, Bandung,hal Syariff Saleh, 1993, Otonomi dan Daerah Otonom, Endang, Jakarta, hal Sugeng Istianto, 1973, Beberapa segi hubungan Pemerintah Pusat dan daerah dalam Negara Kesatuan republik Indonesia, Karya Putera, Yogyakarta, hal Jum Anggriani, 2012, Hukum Administrasi Negara, Ed.I, cet.i, Graha Ilmu Yogyakarta, hal Sunarno, Siswanto, loc.cit.

3 25 Dalam Pasal 1 ayat (6) UU No. 23 Tahun 2014 disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya, salah satu kewenangan adalah Pemerintah Kota Denpasar berhak membentuk dan menetapkan perda yang didalamnya mengatur Ijin Bangun - Bangunan di Kota Denpasar yang ditaati oleh masyarakat di Kota Denpasar untuk dapat membuat Ijin Mendirikan Bangunan. Arti kewenangan yang berkaitan dengan otonomi daerah adalah : kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang undangan. Adapun kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi secara kongkritnya dapat kita lihat dalam : PP 38 Tahun 2007 tentang pemerintah daerah dalam Pasal 17 disebutkan : ayat (2) urusan wajib yang menjadi kewenangan daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi : Urusan pemerintahan yang menjadi kewenanangan provinsi yang penyelenggaraannya ditugaskan kepada pemerintahan daerah kabupaten/kota berdasarkan asas tugas pembantuan, secara bertahap dapat diserahkan untuk menjadi urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersangkutan apabila pemerintahan daerah kabupaten/kota telah menunjukan kemampuan untuk memenuhi norma standar, prosedur, dan kriteria yang di persyaratkan. Undang - Undang No 23. Tahun 2014 mengatur mengenai pemerintahan Daerah ( selanjutnya di sebut UU No.23 Tahun 2014 ) dalam pasal 13 Ayat (2)

4 26 berdasarkan prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kriteria urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat adalah : a. Urusan pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah, Provinsi atau lintas Negara. b. Urusan pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah provinsi atau Lintas Negara. c. Urusan pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah provinsi atau lintas Negara. d. Urusan pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh pemerintah pusat : dan / atau. e. Urusan pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional. Kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah merupakan suatu kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu seperti tindakan tindakan yang menimbulkan akibat hukum serta mencakup mengenai timbul dan lenyapnya akibat hukum. Begitupun kewenangan dari pemerintah Daerah dalam mengatur dan mengurus masalah pemerintahan seperti yang diatur dalam undang undang Nomor 23 Tahun 2014 ( selanjutnya di sebut UU No.23 Tahun 2014 ) ini mencakup 3 proses pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yaitu secara desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Menurut Pasal 1 angka 8 Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Desentralisasi adalah penyerahan Urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah Otonom berdasarkan asas Otonomi.

5 27 Menurut Pasal 1 angka 9 Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, kepada instansi vertical di wilayah tertentu, dan/ atau kepada gubernur dan Bupati/Walikota sebagai penanggung jawab urusan pemrintahan umum. Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1 angka 11 yang di maksud dengan tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat atau dari pemerintah Daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintah yang menjadi kewenangan Daerah provinsi Pengertian Perizinan Kata perizinan di peroleh atau dengan sepintas lalu kata perizinan mengandung arti yang sederhana yaitu pemberian izin terhadap sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas atau kegiatan, namun bila kita telusuri lebih jauh mengenai pengertian perizinan itu tidaklah semudah apa yang kita sebutkan tadi. Lalu apa sebanarnya perizinan tersebut. Perizinan berasal dari kata izin atau licere dalam bahasa latin, perizinan merupakan kata benda yang dibentuk dari kata izin dengan mendapat imbuhan per-an. 7 Perizinan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian arti yang sederhana yaitu pemberian izin yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan maksudnya dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, sertifikat, penentuan hal Hasan Alwi, 2000, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa, edisi ketiga, Balai pustaka, Jakarta,

6 28 Kuota dan izin untuk melaksanakan sesuatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan. Setelah di pahami arti dari perizinan maka timbul suatu pertanyaan arti daripada perizinan, maka timbul suatu pertanyaan apa yang dimaksud dengan hukum perizinan? Hukum perizinan adalah ketentuan yang berkaitan dengan pemberian izin atau bentuk lain yang berkaitan dengan itu yang dikeluarkan oleh pemerintah sehingga dengan pemberian izin tersebut melahirkan hak bagi pemegang izin baik terhadap seseorang, badan usaha, LSM, dan sebagainya untuk beraktifitas. Hukum perizinan merupakan hukum publik yang pelaksaannya dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah di pusat maupun daerah sebagai aparatur penyelenggaraan Negara mengingat hukum perizinan termasuk ilmu Hukum Administrasi Negara atau hukum Tata pemerintahan seperti yang kita ketahui pemerintah adalah sebagai pembinaan dan pengendalian dari masyrakat dan salah satu fungsi pemerintah di bidang pembinaan dan pengendalian izin kepada masyarakat dan organisasi tertentu yang merupakan mekanisme pengendalian administratif yang harus di lakukan di dalam praktek pemerintahan. Izin merupakan tindakan sepihak dari pemerintah yang menimbulkan hak dan kewajiban terhadap pemiliknya. Dikatakan sepihak karena terdapat satu kehendak yang ditentukan dan berasal dari satu pihak, yaitu pemerintah. Sedangkan pemilik izin hanya mengikuti saja kehendak pemerintah selaku pemberi izin izin yang dikeluarkan. Tetapi sebaliknya, bila izin yang

7 29 dimohonkan bertentangan dengan peraturan perundang undangan yang berlaku, maka terhadap permohonan tersebut di tolak. Mengenai pengertian izin itu sendiri, sampai saat ini belum ada suatu pengertian yang baku. Namun sebagai pegangan izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan peraturan perundang undangan. 8 Persetujuan disini dapat diartikan bahwa pejabat yang berwenang untuk mengeluarkan izin, memperkenankan atau memperbolehkan tindakan ini dilakukan harus secara limitative mencantumkan batasan batasannya. Hal ini untuk menghindari kemungkinan terjadinya suatu permasalahan dikemudian hari. N.M. Spelt dan J.B.J.M ten Berge membagi pengertian izin dalam arti luas dan sempit sebagai berikut : 9 izin adalah : salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai saran yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan ketentuan larangan perundangan, Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan tindakan tertentu sebenarnya dilarang. Ini menyangkut bagi suatu tindakan yang demi 8 Spelt N.M dan J.B.J ten Berge, Pengantar Hukum perizinan,cet.i,disunting Philipus M Hadjon,Yurika,Surabaya,1993,hal Ibid.

8 30 kepentingan umum mengaharuskan pengawasan khusus atasnya. Ini adalah paparan luas dari pengertian Izin. Sedangkan izin ( dalam arti sempit ) adalah pengikatan pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya didasrkan pada keinginan pembuat undang undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan keadaan yang buruk. Tujuannya ialah mengatur tindakan tindakan yang oleh pembuat undang undang tidak seluruhnya di anggap tercela, namun dimana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekedarnya. Sedangkan izin dalam arti luas (perizinan) ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang undang atau peraturan pemerintah. Untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan ketentuan larangan perundangan. Izin izin yang di keluarkan oleh pemerintah, pada hakekatnya mengikatkan tindakan tindakan masyarakat pada peraturan perundang undangan yang berlaku. Tujuannya adalah untuk mengarahkan warga masyarakat agar mematuhi anjuran anjuran yang diberikan oleh pemerintah, guna mencapai suatu tujuan tertentu. Adapun tujuan mengguanakan sistem perizinan antara lain : 10 Mengarahkan aktifitas aktifitas Mencegah timbulnya bahaya terhadap lingkungan hidup Melindungi obyek obyek tertentu Menyeleksi orang orang dan aktifitas aktifitas yang dilakukan 10 Ibid hal.4.

9 31 Perizinan dapat berbetuk pendaftaran, rekomendasi sertikasi, penentuan kuota, dan izin untuk melakukan suatu usaha yang biasanya dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Sejalan dengan hal tersebut, Ateng Syafrudin membedakan menjadi 4 (empat) macam yakni : a. Izin, bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal dilarang menjadi boleh,dan penolakan atas permohonan izin memerlukan perumusan yang limitative. b. Dispensasi, bertujuan untuk menembus rintangan yang sebenarnya secara formal tidak diizinkan. Jadi dispensasi merupakan hal yang khusus. c. Lisensi, adalah izin memberikan hal untuk menyelenggarakan suatu perusahaan. d. Konsensi, merupakan suatu izin sehubungan dengan pekerjaan besar dan berkenaan dengan kepentingan umum yang seharusnya menjadi tugas pemerintah, namun oleh pemerintah diberikan hak penyelengaraannya kepada pemegang izin yang bukan pejabat pemerintah. Bentuknya dapat berupa kontraktual, atau bentuk kombinasi atau lisensi dengan pemberian status tertentu dengan hak dan kewajiban serta syarat syarat tertentu. 11 Kalau dibandingkan izin ( vergunning ) dengan dispensasi, maka keduanya mempunyai pengertian yang hampir sama. Perbedaan antara keduanya menurut W.F Prins bahwa pada ijin, memuat uraian yang limitatief tentang hal hal yang 11 Ridwan, HR, 2002, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, hal.106.

10 32 untuknya itu dapat diberikan dipensasi tetapi perbedaannya itu tidak selamanya jelas. 12 Dari uraian pandangan sarjana diatas, maka wujud perizinan ada 4 (empat) yaitu : dispensasi, Izin, Lisensi, dan kosensi. Sedangkan kalau di lihat dari sisi karakter hukum masing masing wujud perizinan tersebut maka konsensi karakter hukumnya bias seperti izin, lisensi, atau dapat pula seperti dispensasi. Izin tersebut diterapkan oleh pejabat yang berwenang. Dengan demikian,dilihat dan penetapannya, izin merupakan instrument pengendalian dan alat pemerintah untuk mencapai apa yang terjadi sasarannya, yang paling penting dalam persoalan izin adalah persoalan siapa yang paling berwenang menerbitkan izin. Hal ini sangat penting, karena izin merupakan bentuk keputusan Tata usaha Negara yaitu pemerintah atas permohonan yang di ajukan oleh badan hukum perdata atau pererongan. Pemerintah yang dalam hal ini yang merupakan pejabat Tata Usaha Negara, yaitu pemerintah atas permohonan yang diajukan oleh badan hukum perdata atau pererongan. Pemerintah yang dalam hal ini merupakan pejabat tata Usaha Negara, karena ia melaksanakan fungsi untuk menyelennggarakan urusan pemerintahan baik pusat maupun daerah, berdasrkan peraturan perundang undangan yang berlaku. Menurut Sjachran Basah mengartikan izin / perizinan sebagai perbuatan hukum administrasi bersegi satu yang mengapliksasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana di tetatapkan oleh ketentuan perundang undangan yang berlaku. 13 Dengan karakteristik yuridisnya 12 Marbun, SF & Mahfud MD, Moh, 2006, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty Yogyakarta.hal Achmad Ichsan, 1976, Tata Administrasi kekaryawanan, Jembatan, Jakarta.hal.136.

11 33 sebagai perbuatan hukum publik bersegi satu, maka pemerintah melalui perizinan dapat membebankan kewajiban kewajiban tertentu kepada masyarakat. Perizinan adalah suatu pernyataan dari pihak penguasa yang memberikan izin kepada pihak lain untuk melakukan tindakan / perbuatan / kegiatan yang tanpa adanya izin ini kekuasaan untuk melakukan tidak diperkenankan, mengenai hal tersebut E. Ultrecht memberikan penjelasan bahwa, bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang di tentukan masing masing hal yang kongkrit, maka keputusan Administrasi Negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin ( vergunning ). 14 Jadi dapat diartikan bahwa perbuatan yang perlu dimintai izin adalah perbuatan perbuatan tertentu saja, perbuatan mana tidak merupakan larangan dari peraturan perundang undangan yang berlaku tetapi karena sesuatu hal dan alasan lain maka perbuatan yang dimkasud harus dilakukan dengan syarat- syarat tertentu. Dalam hal pengertian perizinan sebagai salah satu syarat untuk pendirian tempat usaha, perizinan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki pemerintah terhadap kegiatan kegiatan dilakukan masyarakat. 15 Pemerintah merupakan organisasi yang menjalankan pemerintahan yang berdasarkan atas peraturan perundang undangan. Keberhasilan pemerintah 14 E. Ultrecht, 1986, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia cet IV, pustaka Tinta Mas Surabaya, hal Daan Sugandha,1996, Koordinasi Alat penentu Administrasi, Intermedia, Jakarta, hal- 97.

12 34 dalam menjalankan pemerintahan salah satunya dapat dilihat dalam hal memberikan pelayanan dilihat melalui kinerjanya yang menurut Lembaga Administrasi Negara terdiri dari Indikator : 1. Waktu dan prosedur pelayanan 2. Hasil pelayanan 3. Biaya pelayanan 4. Pemberi pelayanan. 16 Menurut R.H.D Koesoemahatmaja, izin merupakan bentuk bantuan pemerintah yang di golongkan menjadi empat golongan yaitu : 1. Dispensasi sebagai tindakan dalam lapangan bestuur yang menghapuskan daya laku dari peraturan perundang undangan terhadap suatu peristiwa atau hal yang bersifat khusus. 2. Izin nampaknya tepat bagi dispensasi terhadap suatu larangan dan dalam kenyataannya memang dipergunakan juga untuk pengertian semacam itu. Tetapi izin tidak lagi dipergunakan sebagai penghapus daya laku dari peraturan umum untuk kejadian khusus. 3. Lisensi nampaknya tetap di artikan sebagai izin yang memberikan kebebasan untuk menjalankan suatu perusahaan. 4. Konsensi itu menunjukkan sifat kontraktul yang mengandung hak dan kewajiban yang luas, nampaknya konsesi ini seakan akan sebagai kombinasi dari lisensi dan pemberian status. 17 yaitu : Menurut van Der Pot yang membedakan perizinan kedalam tiga klasifikasi 1. Dispensasi adalah keputusan administrasi Negara yang membebankan suatu perbuatan dari kekuasaan sesuatu peraturan yang menolak perbuatan tersebut. 2. Bila pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing masing hal yang kongkrit, maka keputusan Bandung.hal Syamsi Ibnu, 1999, Analisis Kebijakan Publlik dan sistem, UGM, Yogyakarta, hal R.H.D Koesoemahtmaja, 1975, Penghantar Hukum Tata Usaha Negara, Alumni

13 35 Adnistrasi Negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu Izin ( vergunning ). 3. Kadang kadang pembuat peraturan beranggapan bahwa suatu perbuatan yang penting bagi umum sebaiknya tetap dengan turut campur pihak pemerintah. Suatu keputusan Administrasi Negara yang memperkenankan ini membuat suatu konsesi. 18 Dibandingkan izin (vergunning) dengan dispensasi maka keduanya mempunyai pengertian yang sama. Perbedaan keduanya menurut W.F. prins bahwa pada izin memuat uraian yang limitatif tentang alasan alasan penolakannya, sedangkan bebas syarat atau dispensasi memuat uraian limitatif tentang hal hal yang untuknya dapat diberikan dispensasi tetapi perbedannya itu tidak selamanya jelas. 19 Dibandingkan izin (vergunning) dengan dispensasi maka keduanya mempunyai pengertian yang hampir sama. Perbedaan keduanya menurut W.F. Prins bahwa pada izin memuat uraian yang limitatif tentang alasan alasan penolakannya, sedangkan bebas syarat atau dispensasi memuat uraian limitatif tentang hal hal yang untuknya dapat diberikan dispensasi tetapi perbedaannya itu tidak selamanya jelas. 20 Izin atau vergunning adalah dispensasi dari suatu larangan Rumusan yang demikian membedakan dispesasi dengan izin, dispensasi beranjak dari ketentuan yang pada dasarnya tidak melarang suatu perbuatan. Sebaliknya izin beranjak dari ketentuan yang pada dasarnya tidak melarang suatu perbuatan tetapi untuk dapat melakukannya diisyaratkan prosedur tertentu harus dilalui. 21 Dalam hal pengertian perizinan sebagai salah satu syarat untuk pendirian tempat usaha, perizinan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan fungsi 18 E. Utrecht,Op.cit.,hal Philipus M.Hadjon, et. Al., 1993 Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.hal Bachsan Mustafa, 1985, Pokok Pokok Administrasi Negara, alumni Bandung,hal Philipus M. Hadjon, loc.cit.

14 36 pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki pemerintah terhadap kegiatan kegiatan yang dilakukan masyarakat. Dari beberapa definisi izin tersebut dapat dikatakan bahwa izin dalam konteks mendirikan bangunan dapat diartikan sebagai pernyataan mengabulkan atau perbuatan yang tidak melarang atau dengan persetujuan membolehkan dari penguasa atau pemerintah berdasarkan peraturan perundang undangan, kepada orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang sebenarnya dilarang hak dan kewajiban yang membuatnya dapat menikmati dan mengambil manfaat keuntungan usahanya. Namun demikian pemerintah dapat pula mengambil langkah pertimbangan keterbatasan dalam mendirikan bangunan untuk memelihara lingkungan yang ada di sekitarnya dan membatasi pemberian Izin Mendirikan Bangunan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 mengenai Izin Mendirikan Bangunan, dalam peraturan pemerintah tersebut dijelaskan bahwa Izin Mendirikan Bangunan adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten/Kota kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun. Ketentuan ketentuan tentang perizinan ini sangat menyangkut perihal kepentingan Hukum Administrasi Negara Fungsi Perizinan Izin sebagai instrument yang digunakan oleh pemerintah untuk mempemgaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkan guna mencapai suatu tujuan konkret 22.Hal ini berati lewat izin dapat diketahui 22 N.M. Spelt dan J.B.ten Berge,op.cit.,hal 5

15 37 bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur itu terwujud. Ini berarti pesyaratan persyaratan yang terkandung dalam izin merupakan pengendali dalam memfungsikan izin itu sendiri. Adapun mengenai tujuan perizinan secara umum dapat disebutkan sebagai berikut : a. Keinginan mengarahkan (mengendalikan sturen ) aktifitas aktifitas tertentu (izin membangun). b. Izin mencegah bahaya bagi lingkungan ( izin izin lingkungan ) c. Keinginan untuk melindungi objek objek tertentu ( izin terbang, izin membongkar pada monument monument ). d. Pengarahan dengan menyeleksi orang orang dan aktivitas aktivitas. 23 Izin dari sudut kepastian hukum diberikan hampir selalu dalam bentuk tertulis, unsur unsur tertentu dapat ditemukan dalam setiap izin dalam izin ini dinyatakan organ pemerintahan mana yang memberikannya dan siapa yang memperoleh izin tersebut dan dinyatakan untuk apa izin diberikan dan alasan alasan yang mendasari pemberiannya. Pencatuman motif untuk sistim izin dalam undang undang mempunyai konsekuensi penting bagi organ penguasa yang berwenang. Di dalam memutuskan pemberian izin, organ ini tidak boleh menggunakan alasan yang tidak sesuai dengan tujuan peraturan yaitu diantaranya menghindari terjadinya kerugian, bahaya atau gangguan bagi semua pihak, baik pemerintah ataupun masyarakat pengguna. Suatu Izin dapat ditarik kembali atau pengubahan pemberlakuannya hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya : 23 Ibid hal 4-5

16 38 - Penyimpangan perizinan - Pandangan kebijaksanaan yang berubah - Keadaan nyata yang berubah - Penarikan kembali sebagai sanksi. Jadi dalam hal ini pemerintah dituntut untuk ikut campur dalam segala aspek kehidupan masyarakatnya. Turut campurnya pemerintah tersebut dilakukan melalui perbuatan/tindakan seperti : a. Perbuatan peraturan perundangan b. Pelayanan kepentingan umum c. Perbuatan adminstratif Apabila bilamana dilihat dari pengertian keputusan Tata Usaha Negara, izin memiliki sifat sifat keputusan tersebut, yaitu bahwa izin bersifat konkret. Artinya, obyek yang diputuskan dalam Tata Usaha Negara itu tidak abstrak, akan tetapi berwujud, tertentu dan di tentukan. Izin tersebut harus disebutkan secara jelas siapa yang di berikan izin. Izin bersifat final. Artinya bahwa dengan izin tersebut seseorang telah mempunyai hak untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum sesuai dengan izin tersebut seseorang telah mempunyai hak untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum sesuai dengan isinya yang secara definitif dapat menimbulkan akibat hukum tertentu, sehingga dengan perijinan ada sesuatu yang dituju atau berfungsi yaitu : a. Keinginan mengarahkan aktifitas tertentu.

17 39 b. Mencegah bahaya yang mungkin akan timbul, sebagai contoh dalam ijin lingkungan. Dengan keluarnya ijin, pembuangan limbah yang berlebihan dapat di cegah. c. Untuk melindungi obyek obyek tertentu, seperti cagar budaya, dan lain sebagainya. d. Membagi benda benda yang sedikit. e. Mengarahkan orang orang tertentu untuk dapat melakukan aktifitas. 24 Berdasarkan uraian di atas, dapat disebutkan bahwa izin merupakan suatu perangkat Hukum Administrasi Negara yang digunakan oleh pemerintah untuk mengendalikan warganya. Adanya kegiatan perizinan yang dilaksanakan atau diselenggarakan oleh pemerintah Daerah, pada intinya adalah untuk menciptakan kondisi aman, tertib yakni agar sesuai dengan peruntukan, pemanfaatan, dan agar lebih berdaya guna dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Di samping tujuannya, melalui sistem perizinan diharapkan dapat tercapainya tujuan tujuan, yang diantaranya adalah : a. Adanya kepastian hukum b. Perlindungan kepentingan umum c. Pencegahan kerusakan atau pencemaran lingkungan d. Pemeretaan distribusi barang tertentu. Motif atau fungsi perizinan lebih di arahkan kepada perlindungan obyek izin. Motif fungsi izin juga berkaitan dengan perlindungan subyek atau pihak yang menerima izin. Sebagai bagian dari produk hukum, izin tentunya juga dapat 24 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik,2007 Hukum Tata Ruang Dalam konsep kebijakan Otonomi Daerah Nuansa, bandung.hal.108.

18 40 memberikan jaminan kepastian bagi pihak yang menjadi subyek atau penerima izin berkenaan dengan keberlangsungan kegiatan dan / atau usaha yang menjadi obyek izin dari gangguan pihak lain. Terlepas dari keadaan seperti itu, berdasarkan motif atau fungsi izin di atas dapat disimak bahwa izin merupakan instrument pemerintah yang berupaya memberikan perlindungan terhadap kepentingan masyarakat. Izin tidak hanya memberikan perkenaan dalam keadaan keadaan tertentu, akan tetapi agar tindakan tindakan yang diperkenankan dilakukan dengan cara tertentu sehingga dicantumkan berbagai persyaratan dalam ketentuan ketentuan yang bersangkutan. Penolakan izin hanya dilakukan jika kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah tidak dipenuhi Pengertian Ijin Mendirikan Bangunan Menurut Perda Kota Denpasar No 6 Tahun 2001 tentang Ijin Bangun Bangunan. Perkembangan Kota Denpasar dikategorikan sebagai wujud nyata proses Pembangunan yang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari permohonan masyarakat untuk mengajukan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) terus meningkat. Kegiatan mendirikan Bangunan hunian (rumah) tempat tinggal, gedung dan pembangunan bangunan lainnya di Kota Denpasar telah berkembang dengan cukup pesat, Kota Denpasar sebagai Kota Budaya berwawasan lingkungan, dipandang perlu mengatur dan mengendalikan berdirinya bangunan serta menjaga pelestarian, bangun bangunan yang mempunyai nilai sejarah, sehingga untuk setiap mendirikan, merubah ataupun merobohkan harus memenuhi persyaratan

19 41 sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku, sehingga diperlukannya peraturan Daerah Kota Denpasar tentang Ijin bangunan. Kota Denpasar masih terbuka untuk pembangunan, baik itu pembangunan untuk hunian ataupun pembangunan lainnya seperti ruko ruko (rumah toko), sepanjang hal pembangunan tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pembangunan hunian atau pembangunan lainnya tentunya masih dimungkinkan dan diijinkan. 25 Denpasar adalah Kota Pariwisata, namun sekaligus juga telah berkembang menjadi Kota pusat jasa, pemukiman, dan perdagangan. Hal ini tidak di hindarkan dari dampak kemajuan tersebut adalah berdirinya berbagai fasiliatas penunjang aktivitas tersebut. Saat ini Kota Denpasar khusunya sedang berusaha untuk mewujudkan program Denpasar sebagai Kota Budaya, dalam hal ini dalam usaha menertibkan wujud dari pembangunan tersebut, Pemerintah melalui Perda Kota Denpasar No 6 Tahun 2001 Tentang Ijin Bangun Bangunan dalam Pasal 6 menyebutkan bahwa bangunan yang didirikan di wilayah Kota Denpasar, termasuk untuk hunian ataupun bangunan lainnya, harus dapat mencerminkan arsitektur tradisional Bali. Bahan bahan bangunan yang di gunakan juga diarahkan mengandung komponen lokal, seperti batu bata. Ketinggian bangunan juga tidak boleh lebih dari 15 meter. Setiap pembangunan yang akan dilakukan khusunya pembangunan dalam bentuk hunian atupun bangunan lainnya seperti ruko haruslah mengantongi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) terlebih dahulu dan dilengkapi dengan perijinan lainnya yang diperlukan, Ijin IMB ini tidaklah keluar dengan sendirinya atau 25 Erwin Suryadharma Badung-Denpasar Dikepung Ruko, Plt Kabag Humas Pemkod Denpasar, harian Denpost, Rabu 26 agustus 2015,hal 1, 10

20 42 keluar begitu saja, ada proses proses penyaringan yang harus diikuti oleh tiap pemohon dan kelengkapan persyaratan lainnya yang terkait dengan permohonan IMB tersebut, hal ini penting sebagai pengaturan agar tidak terjadi dampak dampak negatif yang dimungkinkan timbul karena perkembangan tersebut, kususnya dampak terhadap lingkungan sekitar. Dari pemikiran tersebut maka pemerintah mengeluarkan suatu perijinan yang mempunyai pengertian, Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Denpasar adalah : 1. Perda No 6 Tahun 2001 Tentang Ijin Bangun Bangunan 2. Perda No 27 Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Denpasar. Dalam Perda No 6 Tahun 2001 Tentang Ijin Bangun-Bangunan, salah satu perijinan yang di terbitkan adalah IMB hak ini karena didalam Ijin bangunan terdapat 4 perijinan yang berhubungan dengan bangun bangunan yaitu : 1. Ijin Lokasi 2. Ijin Prinsif Membangun 3. Ijin Kavling 4. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Pengertian Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah Ijin yang di perlukan oleh warga masyarakat baik pererongan maupun Badan Hulum perdata yang akan mendirikan, membuat, memperbahurui,memperluas, mengubah, menambah, atau membongkar bangunan atau bagian dari bangunan termasuk melaksanankan pekerjaan yang dilakukan pada tanah bangunannya. Surat Ijin Mendirikan Bangunan merupakan sarana yang dipergunakan oleh Pemerintah Daerah untuk mempermudah dalam memantau setiap perkembangan pembangunan yang terjadi.

21 43 Ijin Mendirikan Bangunan diberikan dengan tujuan penataan bangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang kota atau secara umum untuk mengatur dan mengendalikan serta meningkatkan pemanfaatan ruang dan penataan bangunan guna mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan tertib bangunan dilihat dari segi tata rung, tata lingkungan, tata bangunan dan konstruksi bangunan yang memenuhi pesyaratan. Pemberian ijin untuk mendirikan suatu bangunan. Termasuk dalam pemberian ijin ini adalah kegiatan peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap memperhatikan koefisien Dasar Bangunan (KDB), koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB), Dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut. Dapat kita simak dalam ketentuan Undang Undang No. 28 Tahun 2002, Tentang Bangunan Gedung, Pasal 8 huruf c disebutkan, Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah, surat bukti dari Pemerintah Daerah bahwa pemilik bangunan gedung dapat mendirikan bangunan sesuai fungsi yang telah ditetapkan berdasarkan rencana teknis bangunan gedung yang telah di setujui oleh Pemerintah Daerah. Perijinan ini diberikan guna mengatur dan mengontrol pola pembangunan yang merata, indah dan tertata demi keselamatan, keserasian lingkungan dan kenyamanan pengguna bangunan dan lingkungan sekitar.maksud dan tujuan pada pemberian IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) ini adalah sebagai :

22 44 1. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota dengan melihat dan memantau apakah lokasi bangunan sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota, 2. Menyesuaikan Rencana Pembangunan tersebut dengan Rencana Penataan Ruang Kota (RUTK dan RDTRK), seperti: - Garis sempadan bangunan - Bentuk bangunan - Peruntukan - Aturan Aturan yang lain Dengan mengantongi Ijin Mendirikan Bangunan Masyarakat dapat memiliki keuntungan dan kemudahan sekaligus keamanan didalam melaksanakan tujuan pembangunannya. Perumahan dan atau bangunan gedung lainnya memiliki arti penting dan menentukan bagi kehidupan seseorang dalam membangun dan mengembangkan pribadi mereka, oleh karenanya setiap pribadi perlu diusahakan untuk dapat memiliki dan menikmati perumahan yang layak huni, tetapi tentunya tujuan ini tidak akan tercapai dengan sendirinya, apabila masyarakat ataupun tiap tiap pribadi tidak turut serta aktif mengusahakan baik dalam menjaga ketertiban pembangunannya, penggunaannya, maupun dalam pemeliharaan lingkungan sekitar, kebersihan, ketentraman hidup didalam lingkungannya sekaligus memperhatikan aturan aturan ataupun ketentuan ketentuan yang telah dibuat dan ditetapkan didalam pelaksaannya baik oleh pemerintah setempat ataupun pemerintah daerahnya.

23 45 Perumahan adalah merupakan salah satu sarana guna memenuhi keperluan hidup dan mewujudkan kesejahteraan dalam pergaulan bermasyarkat, untuk itulah pemerintah turut terlibat didalam urusan pembangunan perumahan dan bangunan gedung lainnya dari aspek pelaksaannya. Untuk mewujudkan pelaksanaan dan kesejahteraan yang tertib dan teratur diperlukan. Kegiatan kegiatan, Pemikiran, perencanaan, dan aturan pelaksanaan yang menjadi tugas berbagai departement terkait dan kepatuhan masyarakat akan peraturan tersebut, agar penyelenggaraan urusan pembangunan perumahan dan bangunan lainnya tersebut dapat di jalankan sebaiknya sebaiknya. Koordinasi pelaksanaan urusan pembangunan di daerah daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat dengan atau berpedoman atas kebijaksanaan Pemerintah Pusat dan disesuaikan dengan adat kebiasaan masyarakatnya. Dengan demikian dapat diharapkan segala masalah pembangunan dapat dilaksanakan sesuai denga kepentingan semua pihak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berita AIPI (1997) mengatakan bahwa pelaksanaan berasal dari kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berita AIPI (1997) mengatakan bahwa pelaksanaan berasal dari kata 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelaksanaan Pengertian pelaksanaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perihal pembuatan atau usaha dan sebagainya (Poerwodarminto, 1986). Soemardjan dalam

Lebih terperinci

PENGAWASAN TERHADAP PERIZINAN INDUSTRI DI KABUPATEN BADUNG

PENGAWASAN TERHADAP PERIZINAN INDUSTRI DI KABUPATEN BADUNG PENGAWASAN TERHADAP PERIZINAN INDUSTRI DI KABUPATEN BADUNG OLEH: I NENGAH SUHARTA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang John Locke menganggap bahwa negara merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH, PENEGAKAN HUKUM, PERIZINAN, DAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH, PENEGAKAN HUKUM, PERIZINAN, DAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH, PENEGAKAN HUKUM, PERIZINAN, DAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) 2.1 Pemerintahan Daerah Sebagai daerah otonomi, pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan

Lebih terperinci

BAB II IZIN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

BAB II IZIN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA BAB II IZIN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA D. Pengertian Izin Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan tingkah laku warga. Menurut Spelt dan Ten Berge, izin adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. itu, hal ini disebabkan oleh antara para pakar tidak terdapat persesuaian paham,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. itu, hal ini disebabkan oleh antara para pakar tidak terdapat persesuaian paham, 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Izin Izin sangat sulit untuk di definisikan, hal ini dikemukakan oleh Van der Pot yang mengatakan, sangat sukar membuat definisi untuk menyatakan pengertian izin

Lebih terperinci

BAB II PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN. Di dalam kamus istilah hukum, izin (vergunning) dijelaskan sebagai

BAB II PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN. Di dalam kamus istilah hukum, izin (vergunning) dijelaskan sebagai BAB II PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN A. Pengertian Perizinan Di dalam kamus istilah hukum, izin (vergunning) dijelaskan sebagai perkenaan/izin dari pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal-hal yang berkenaan dengan melaksanakan (Bambang Martijianto, 1992:345).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal-hal yang berkenaan dengan melaksanakan (Bambang Martijianto, 1992:345). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelaksanaan 1. Pengertian Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti perbuatan untuk melakukan suatu kegiatan, sedangkan pelaksanaan menurut Kamus Bahasa

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN IZIN PENDIRIAN TVRI

BAB II PENGATURAN IZIN PENDIRIAN TVRI BAB II PENGATURAN IZIN PENDIRIAN TVRI A. Pengertian Perizinan Dalam suatu negara hukum modren, dimana pemerintah ikut campur dalam segala lapangan kehidupan masyarakat, maka kepada administrasi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk

BAB I PENDAHULUAN. administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Izin adalah suatu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin juga diartikan sebagai

BAB III TINJAUAN TEORITIS. untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin juga diartikan sebagai 1 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Izin Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemeiintahan menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan

Lebih terperinci

Izin Mendirikan Bangunan

Izin Mendirikan Bangunan Izin Mendirikan Bangunan Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Izin Mendirikan Bangunan atau biasa dikenal dengan IMB adalah perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik bangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH. Sebelum membahas mengenani pengelolaan air tanah, maka akan dibahas mengenai

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH. Sebelum membahas mengenani pengelolaan air tanah, maka akan dibahas mengenai BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH 2.1 Pengertian Pengelolaan Air Tanah Sebelum membahas mengenani pengelolaan air tanah, maka akan dibahas mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pemerintah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pemerintah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern sekarang ini, banyak sekali dilakukan pembangunan dalam berbagai sektor kehidupan. Pembangunan terjadi secara menyeluruh diberbagai tempat hingga

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN IZIN MENDIRIKAN PERUMAHAN DI INDONESIA. yang akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya

BAB II PENGATURAN IZIN MENDIRIKAN PERUMAHAN DI INDONESIA. yang akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya BAB II PENGATURAN IZIN MENDIRIKAN PERUMAHAN DI INDONESIA A. Pengertian Izin Mendirikan Perumahan Perumahan dan permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, juga mempunyai fungsi yang

Lebih terperinci

KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN DI BIDANG IZIN PEMANFAATAN RUANG (IPR) (DI KABUPATEN BADUNG-BALI) GUSTI AYU RATIH DARMAYANTI

KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN DI BIDANG IZIN PEMANFAATAN RUANG (IPR) (DI KABUPATEN BADUNG-BALI) GUSTI AYU RATIH DARMAYANTI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN DI BIDANG IZIN PEMANFAATAN RUANG (IPR) (DI KABUPATEN BADUNG-BALI) GUSTI AYU RATIH DARMAYANTI Fakultas Hukum Universitas Islam Al-Azhar Mataram e-mail : gek_ratihdarmayanti@yahoo.com

Lebih terperinci

Sanksi Administrasi Terhadap Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan. Oleh: Fitria 1

Sanksi Administrasi Terhadap Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan. Oleh: Fitria 1 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 74 Sanksi Administrasi Terhadap Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Oleh: Fitria 1 ABSTRAK Dalam upaya melestarikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DARI KEBERADAAN MINIMARKET

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DARI KEBERADAAN MINIMARKET BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DARI KEBERADAAN MINIMARKET 2.1 Perlindungan Hukum Dan Perizinan 2.1.1 Perlindungan Hukum Menurut Satjipto Raharjo, Teori perlindungan hukum bahwa hukum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994;768) dalam buku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994;768) dalam buku BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peran Menurut Soerjono Soekanto ( 2002;243 ) adalah Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan

Lebih terperinci

Ketetapan atau Keputusan Tata Usaha Negara

Ketetapan atau Keputusan Tata Usaha Negara Ketetapan atau Keputusan Tata Usaha Negara Di Belanda istilah Ketetapan atau Keputusan disebut dengan istilah Beschikking (Van Vollenhoven). Di Indonesia kemudian istilah Beschikking ini ada yang menterjemahkan

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN PANGGUNG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN PANGGUNG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN PANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa agar pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN. Hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN. Hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat, BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN A. Pengertian Tempat Hiburan Hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA, PERIZINAN, DAN PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA, PERIZINAN, DAN PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI 25 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA, PERIZINAN, DAN PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI 2.1 Pengertian Dan Peranan Satuan Polisi Pamong Praja Satuan Polisi Pamong Praja atau yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Otonom disebut daerah yang memiliki kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN UMUM TENTANG PENERAPAN HUKUM DAN PENATAAN RUANG. Pengertian ruang menurut D.A. Tisnaatmadjaja adalah wujud fisik wilayah

BAB II TUJUAN UMUM TENTANG PENERAPAN HUKUM DAN PENATAAN RUANG. Pengertian ruang menurut D.A. Tisnaatmadjaja adalah wujud fisik wilayah BAB II TUJUAN UMUM TENTANG PENERAPAN HUKUM DAN PENATAAN RUANG Dalam bab ini akan dijabarkan pokok-pokok bahasan yang meliputi: Pengertian penataan ruang, Pengaturan dan penegakan hukum dalam penataan ruang,

Lebih terperinci

dalam penulisan ini khususnya properti.

dalam penulisan ini khususnya properti. 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Dalam berbagai bentuk usaha yang berkembang di Indonesia, tidak akan pernah terlepas dari campur tangan pemerintah, yang akan mengeluarkan semua keputusan berupa ijin,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara adalah suatu organisasi yang memilki tujuan. Pada konteks Negara Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang- Undang Dasar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DITEMPUH INVESTOR. Menurut H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, beschikking (keputusan tata

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DITEMPUH INVESTOR. Menurut H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, beschikking (keputusan tata BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DITEMPUH INVESTOR 3.1. Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) Menurut H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, beschikking (keputusan tata usaha negara) merupakan keputusan pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa air permukaan mempunyai peran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki pejabat atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki pejabat atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kewenangan Kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang dimiliki pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku, dengan demikian kewenangan juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berintegrasi dengan lingkungan dimana tempat mereka hidup. Dengan demikian

I. PENDAHULUAN. berintegrasi dengan lingkungan dimana tempat mereka hidup. Dengan demikian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan sekitarnya. Manusia dalam hidupnya baik secara pribadi maupun sebagai kelompok masyarakat selalu berintegrasi dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PELAYANAN PERIZINAN DI DAERAH

TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PELAYANAN PERIZINAN DI DAERAH BAB II TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PELAYANAN PERIZINAN DI DAERAH 1.1 Pengertian dan Prinsip Pemerintahan Yang Baik a. Pengertian pemerintahan yang baik Proses demokratisasi politik dan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengidentifikasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara adalah suatu organisasi yang memilki tujuan. Pada konteks Negara Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang- Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN PENDIRIAN KLINIK. Dalam kamus hukum, izin (vergunning) diartikan sebagai;

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN PENDIRIAN KLINIK. Dalam kamus hukum, izin (vergunning) diartikan sebagai; 43 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN PENDIRIAN KLINIK 2.1 Perizinan 2.1.1 Pengertian Perizinan Dalam kamus hukum, izin (vergunning) diartikan sebagai; Overheidstoestemming door wet of verordening

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas. Persoalan lalu lintas yang dihadapi oleh kota-kota besar antara lain, yaitu kemacetan,

Lebih terperinci

kemandirian dan kemajuan suatu bangsa. rata-rata negara dengan kekayaan sejahtera. Namun, hal ini harus diiringi dengan pengelolaan yang baik dan

kemandirian dan kemajuan suatu bangsa. rata-rata negara dengan kekayaan sejahtera. Namun, hal ini harus diiringi dengan pengelolaan yang baik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan mineral dan batubara dapat menjadi salah satu tolak ukur kemandirian dan kemajuan suatu bangsa. rata-rata negara dengan kekayaan mineral dan batubara yang

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa keberadaan Penyelenggaraan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28 H ayat (1) menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KONTRAK DAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR Ir. Saroni Soegiarto, ME Kasubdit Pemanfaatan SDA Makassar, 23 Maret 2016 Subdit Pemanfaatan SDA Direktorat

Lebih terperinci

L/O/G/O. Biro Hukum dan Humas Penulisan Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Firdaus Alim Damopolii, ST., MM.

L/O/G/O. Biro Hukum dan Humas Penulisan Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Firdaus Alim Damopolii, ST., MM. L/O/G/O Biro Hukum dan Humas Penulisan Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Firdaus Alim Damopolii, ST., MM. KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP 2014 Outline 1. Ilustrasi Izin 2. Rasionalisasi Penerapan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.365, 2015 INDUSTRI. Kawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5806) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perizinan 1. Pengertian Perizinan Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha.

Lebih terperinci

PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN. Oleh : Nopyandri 1. Abstrak

PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN. Oleh : Nopyandri 1. Abstrak PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN Oleh : Nopyandri 1 Abstrak Dalam hukum administrasi negara, penggunaan sanksi administrasi merupakan penerapan kewenangan

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN - 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa demi terpeliharanya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Abstrak tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (UU PWP -PPK)

Abstrak tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (UU PWP -PPK) HAK PENGELOLAAN PERAIRAN PESISIR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Indra Lorenly

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan, 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Perizinan 2. 1. 1 Pengertian Izin Izin menurut definisi yaitu perkenan atau pernyataan mengabulkan. Izin secara khusus adalah suatu persetujuan penguasa untuk dalam keadaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 12 TAHUN 2009 SERI E NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Penegakan Hukum Administrasi Terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL) Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2009 Di Kota Jambi

Penegakan Hukum Administrasi Terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL) Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2009 Di Kota Jambi Penegakan Hukum Administrasi Terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL) Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2009 Di Kota Jambi Oleh : Fitria 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk:1. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hakikat diterbitkannya Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hakikat diterbitkannya Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat diterbitkannya Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Tahun 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PENGEBORAN DAN PENGAMBILAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, dimana perkembangan ini akan dibarengi dengan. lebih pesat dari pada pranata hukum yang mengiringinya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, dimana perkembangan ini akan dibarengi dengan. lebih pesat dari pada pranata hukum yang mengiringinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jaman merupakan suatu konsekuensi logis bagi kehidupan manusia, dimana perkembangan ini akan dibarengi dengan peningkatan kebutuhan-kebutuhan aturan sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN Disebarluaskan Oleh: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan tentang Penataan Ruang di Indonesia telah diatur dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tersebut, aktivitas atau perbuatan itu dibedakan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tersebut, aktivitas atau perbuatan itu dibedakan menjadi dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbuatan Pemerintah menurut Van Poelje merupakan tindakan hukum publik yang tindakan-tindakan hukum tersebut dilakukan oleh penguasan dalam menjalankan fungsi

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016 TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PEMBERIAN IZIN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) 1 Oleh: Sonny E. Udjaili 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 13 2016 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 13 TAHUN 2016 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BEKASI,

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

JURNAL LOGIKA, Volume XII, No 3 Tahun 2014 ISSN : ASPEK HUKUM PERIZINAN DI BIDANG BANGUNAN

JURNAL LOGIKA, Volume XII, No 3 Tahun 2014 ISSN : ASPEK HUKUM PERIZINAN DI BIDANG BANGUNAN ASPEK HUKUM PERIZINAN DI BIDANG BANGUNAN Nining Suningrat (Universitas Swadaya Gunung Jati) Abstrak Aspek hukum perizinan dibidang bangunan sangatlah penting, karena sebelum melakukan proyek pembangunan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.207, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Hak Guna Air. Hak Guna Pakai. Hak Guna Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5578) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT

Lebih terperinci

KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA Rizkyana Zaffrindra Putri 1, Lita Tyesta A.L.W. 2 litatyestalita@yahoo.com ABSTRAK Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam pasal 10 ayat 2 Undang Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam pasal 10 ayat 2 Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pemerintah pusat telah memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri melalui otonomi daerah, sebagaimana diatur dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.207, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Hak Guna Air. Hak Guna Pakai. Hak Guna Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5578) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PEMBAGIAN WEWENANG PEMBERIAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

PEMBAGIAN WEWENANG PEMBERIAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL PEMBAGIAN WEWENANG PEMBERIAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL Dr. Indradefi, S.H.,M.H Abstract Efforts to increase investment from the government

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.292, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Pemerintahan. Penyelengaraan. Kewenangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601) UNDANG UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar terhadap tata bangunannya. Bangunan-bangunan tersebut banyak yang

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar terhadap tata bangunannya. Bangunan-bangunan tersebut banyak yang BAB I PENDAHULUAN Studi ini dilatarbelakangi oleh realita yang terjadi di Jalan Teuku Umar Denpasar terhadap tata bangunannya. Bangunan-bangunan tersebut banyak yang menyimpang dari perijinan yang disetujui

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Perizinan 2. 1. 1 Pengertian Izin Izin menurut definisi yaitu perkenan atau pernyataan mengabulkan. Izin secara khusus adalah suatu persetujuan penguasa untuk dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah untuk menuju Negara yang berkembang. Dengan adanya Undang- Undang 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. daerah untuk menuju Negara yang berkembang. Dengan adanya Undang- Undang 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, masing-masing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan salah satu upaya dari setiap pemerintah daerah untuk menuju Negara yang berkembang. Dengan adanya Undang- Undang 32 Tahun 2004 Tentang

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI 30 BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI 1. Pembangunan Unit Pengolahan dan Pemurnian Guna Melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN PEMBANGUNAN HOTEL. mengendalikan tingkah laku para warganya. Selian itu, izin juga sebagai

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN PEMBANGUNAN HOTEL. mengendalikan tingkah laku para warganya. Selian itu, izin juga sebagai BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERIZINAN PEMBANGUNAN HOTEL A. Tinjauan Umum Tentang Perizinan 1. Pengertian Perizinan Izin merupakan instrument paling banyak digunakan dalam hukum administrasi, pemerintah

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA 1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN BANGUNAN BERCIRIKAN ORNAMEN DAERAH KALIMANTAN TENGAH DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci