BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Utami Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian audit Boynton dkk. (2003) memberikan penjelasan bahwa pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah disebutkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Definisi tersebut menunjukkan beberapa karakteristik audit yaitu: 1. Audit merupakan suatu proses yang sistematis, yang terdiri dari serangkaian langkah atau prosedur yang disusun secara terstruktur 2. Membandingkan informasi perusahaan yang dapat dikuantisir dengan kriteria yang ditetapkan 3. Mengumpulkan dan mengevaluasi secara objektif bukti-bukti yang diperlukan untuk menilai kesesuaian antara informasi yang terkuantisir dengan kriteria yang ditetapkan 4. Dilakukan oleh seorang yang berpengetahuan cukup untuk dapat mengerti kriteria yang ditetapkan, dan cukup kompeten untuk menentukan jenis dan jumlah bukti-bukti yang diperlukan agar dapat menarik kesimpulan yang tepat. 13
2 14 Seorang auditor juga harus mempunyai mental yang bebas (independent). 5. Mengkomunikasikan hasil temuan selama pemeriksaan kepada para pemakai yang berkepentingan, sehingga pemakai dapat mengetahui sampai seberapa besar tingkat kesesuaian antara apa yang telah diperiksa dengan kriteria yang telah diterapkan Kualitas audit Kualitas audit merupakan suatu isu yang kompleks. Ada begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit tergantung dari sudut pandang masing-masing pihak. Seperti diketahui, bahwa Standar Auditing-Ikatan Akuntan Indonesia dan pernyataan standar auditing, meskipun memiliki kekuatan hukum untuk mengikat auditor, namun tidak memberikan peraturan-peraturan mengenai prosedur auditing secara spesifik dan tidak ada aturan spesifik mengenai keputusan yang harus dibuat oleh seorang auditor karena auditing merupakan proses mekanisme yang kompleks dengan pertimbangan profesional auditor. Oleh karena itu, kualitas audit merupakan hal yang sulit diukur sehingga membuatnya menjadi suatu hal yang sensitif bagi perilaku individual yang melakukan pekerjaan audit. Secara teoritis, kualitas pekerjaan auditor biasanya dihubungkan dengan kualifikasi keahlian, ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan, kecukupan bukti pemeriksaan yang kompeten pada biaya yang paling rendah, serta sikap independensinya dengan klien. DeAngelo (1981) mengembangkan dua (2) dimensional dari kualitas audit. DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewangan dalam sistem akuntansi klien. Probabilitas penemuan penyelewengan ini tergantung pada
3 15 kemampuan teknis seorang auditor (misalnya: pengalaman, pendidikan, profesionalisme, beban kerja, supervise, karakteristik tim audit, dan struktur audit perusahaan), sedangkan probabilitas pelaporan penyelewengan ini tergantung pada independensi auditor tersebut. Schroeder et al. (1986) dan Carcello et al. (1992) juga melakukan penelitian yang terkait dengan kualitas audit, namun lebih menekankan pada pengujian faktor-faktor yang terkait dengan kualitas audit dari sudut pandang perilaku. Schroeder et al. (1986) mencoba membandingkan perspektif dari auditcommittee chairpersons dan audit partners dalam menilai kualitas audit. Carcello et al. (1992) mengembangkannya dengan membandingkan perspektif dari partner, pembuat dan pengguna laporan keuangan. Schroeder et al. (1986) menemukan bahwa audit team factors (misalnya: tingkat keterlibatan partner/manajer, perencanaan dan perilaku anggota tim audit) dianggap lebih penting daripada firm-wide factors (misalnya: prosedur pengendalian mutu, lokasi dan size dari KAP, dan litigasi KAP dengan klien). Hal ini didukung oleh Carcello et al. (1992) yang melaporkan empat faktor yang paling penting dalam menentukan kualitas audit, yaitu pengalaman audit team dan perusahaan dengan klien, industry expertise, responsiveness to client needs, dan ketaatan pada standar auditing yang berlaku umum. Keempat faktor ini merupakan karakteristik dari anggota tim audit, yaitu auditor sendiri secara individual. Kualitas audit sebenarnya melekat pada auditor sebagai pihak pelaksana dari audit. Menurut Otley dan Pierce (1996) kualitas audit sangat tegantung pada judgment dan integritas dari auditor. Jika auditor adalah seseorang yang berkuali-
4 16 tas tinggi dan melakukan pekerjaan dengan profesional, maka akan menghasilkan output yang berkualitas pula. Auditor yang berkualitas tinggi diasumsikan mampu mencegah dan mendeteksi praktik-praktik akuntasi yang dipertanyakan, dan melaporkan error dan irregularities dalam sistem akuntansi klien. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik simpulan bahwa kualitas audit dapat diartikan sebagai derajat dimana auditor menerapkan standar auditing dengan baik dan benar. Dengan menerapkan standar auditing secara baik dan benar maka dapat dipastikan auditor akan menemukan kesalahan-kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja dalam laporan keuangan, sehingga salah saji material dapat diidentifikasi dengan baik dan pastinya akan dapat mengurangi dan memperbaiki laporan keuangan. Dengan penerapan standar auditing secara baik dan benar, kesalahan auditor dalam membuat keputusan audit dan pemberian opini audit tidak akan terjadi, ini disebabkan auditor akan selalu mematuhi ramburambu dalam standar auditing dan menekankan kehati-hatian dalam pembuatan keputusan audit Auditor tenure Auditor Tenure merupakan jangka waktu pemberian jasa audit atas laporan keuangan yang diberikan oleh auditor pada kliennya. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik pasal 3, diatur tentang auditor tenure. Dalam peraturan ini mengatur pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan 3 (tiga) tahun buku-buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor
5 17 akuntan publik boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien tersebut. Selain itu, pemberian jasa non audit tertentu, seperti menjadi konsultan pajak, konsultan manajemen, di samping pemberian jasa audit kepada seorang klien tidak diperkenankan karena dapat mengganggu independensi auditor. Badan regulator di beberapa negara termasuk negara Indonesia telah mengeluarkan regulasi untuk membatasi masa perikatan auditor dengan klien. Dengan adanya regulasi tersebut meningkatkan dan mempertahankan independensi, kualitas dan kompetensi yang dimiliki auditor. Pembatasan audit dirasa penting bagi kepentingan semua pihak-pihak baik internal maupun pihak eksternal perusahaan sehingga pemerintah sebagai pihak regulator mengeluarkan peraturan tentang pembatasan audit Identifikasi klien Untuk melakukan proses auditing yang efektif dan efisien, maka auditor harus memahami bisnis klien, sistem informasi akuntansi serta mengetahui siapa yang menjadi karyawan inti atau karyawan kunci (AICPA Professional Standards, AU 311). Teori Identitas Sosial menurut Bamber dan Iyer (2005) memprediksikan bahwa pegawai dalam sebuah perusahaan jasa yang memiliki identifikasi langsung dengan klien akan menjadi bagian utama dalam pekerjaan mereka dan akan menjadi awal dari sebuah proses identifikasi terhadap klien. Auditor mungkin akan bekerja dengan klien untuk periode waktu yang sangat lama dan dilakukan berulang-ulang dengan basis tahunan, sehingga auditor akan lebih mudah melakukan identifikasi klien.
6 Pengaruh auditor tenure terhadap kualitas audit Isu mengenai auditor tenure sering dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap independensi auditor. Johnson et al. (2002) mencatat bahwa adanya pemahaman mengenai klien yang tidak cukup baik selama awal-awal penugasan akan menurunkan kemampuan auditor untuk mendeteksi kesalahan yang material. Knechel dan Vanstraelen (2007) menemukan bahwa tenur yang lama tidak mengurangi independensi dan faktanya justru meningkatkan kualitas audit. Berbeda dengan pendapat tersebut, Carey et al. (2006) menyimpulkan bahwa kualitas audit semakin menurun terkait dengan masa yang panjang pada kebijakan audit partner rotation. Hal ini didukung oleh Al-Thuneibat et al. (2011) yang menyatakan bahwa lama waktu hubungan antara auditor dengan klien berpengaruh negatif terhadap kualitas audit yang dilaporkan oleh perusahaan di Yordania. Penelitian terakhir tentang auditor tenure dilakukan oleh Siregar dkk. (2012). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masa audit yang lama berpengaruh negatif terhadap kualitas audit untuk periode setelah rotasi auditor, namun sebaliknya untuk periode sebelum itu, lama masa audit dapat meningkatkan kualitas audit Due Professional Care Due professional care memiliki arti kemahiran professional yang cermat dan seksama (PSA No.4 SPAP 2011). Singgih dan Bawono (2010), kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesional menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Sikap auditor yang berpikir kritis ter-
7 19 hadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional (professional judgment), meskipun dapat saja terjadi penarikan simpulan yang tidak tepat ketika audit sudah dilakukan dengan seksama. Standar umum ketiga menghendaki auditor independen dalam melaksanakan tugasnya. Kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap petugas audit yang bekerja pada suatu Kantor Akuntan Publik untuk mendalami standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan dengan semestinya. Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan dilakukannya review secara kritis pada setiap tingkat supervise terhadap pelaksanaan audit. Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaan yang telah dihasilkan Pengaruh Due Professional Care terhadap Kualitas Audit Due Professional Care menjadi hal yang penting yang harus diterapkan setiap Akuntan Publik dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya agar dicapai kualitas audit yang memadai. Due professional care menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme profesional dan keyakinan yang memadai. Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan dilakukannya
8 20 review secara kritis pada setiap tingkat supervise terhadap pelaksanaan audit. Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang dikerjakan auditor dilakukan pada berbagai aspek audit dan kesempurnaan pekerjaan, seperti evaluasi risiko audit, penentuan signifikan tidaknya risiko yang diidentifikasi dalam audit dan dampaknya, evaluasi bukti audit, pemilihan pengujian dan hasilnya, penentuan kompetensi, integritas dan kesimpulan yang diambil pihak lain yang berkaitan dengan penugasan audit Akuntabilitas Menurut kamus besar Akuntansi (2004) akuntabilitas merupakan tanggung jawab individu atau bagian/departemen terhadap kinerja suatu fungsi tertentu. Akuntabilitas bisa ditetapkan atau diformulasikan melalui aturan hukum perjanjian. Menurut Ghozali (2001) akuntabilitas didefinisikan sebagai kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Ada beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur akuntabilitas yang telah dikembangkan oleh Kalbers dan Fogarty (1995), yaitu : 1. Kewajiban sosial 2. Pengabdian pada profesi 3. keyakinan Peran dan tanggung jawab auditor telah diatur dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Adapun
9 21 peran dan tanggung jawab auditor sebagai berikut : 1. Tanggung jawab mendeteksi dan melaporkan kecurangan (fraud), kekeliruan, dan ketidakberesan dapat berupa kekeliruan dan pengumpulan dan pengolahan data akuntansi, kesalahan estimasi akuntansi, kesalahan penafsiran prinsip akuntansi tentang jumlah, klasifikasi dan cara penyajian laporan keuangan yang menyesatkan serta penyalahgunaan aktiva. 2. Tanggung jawab mempertahankan sikap independensi dan menghindari konflik. Dalam SPAP seksi 220 dijelaskan bahwa auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepada kepentingan siapapun, auditor memiliki kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan auditor independen. 3. Tanggung jawab mengkomunikasikan informasi yang berguna tentang sifat dan hasil proses audit. Dalam SPAP seksi 341 menyatakan bahwa hasil evaluasi yang dilakukan mengindikasikan adanya ancaman terhadap kelangsungan hidup perusahaan, auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen untuk memperbaiki kondisi tersebut. 4. Tanggung jawab menemukan tindakan melanggar hukum dari klien. Dalam SPAP seksi 317 menjelaskan bahwa auditor harus waspada adanya kemungkinan unsur pelanggaran hukum yang terjadi. Jika ada informasi spesifik yang menarik perhatian auditor adanya kemungkinan unsur tindakan pelanggaran hukum yang mungkin dapat menimbulkan dampak material tidak langsung terhadap laporan keuangan, maka auditor wajib
10 22 melaksanakan prosedur audit yang dirancang secara khusus untuk meyakinkan apakah unsur tindakan pelanggaran hukum dilakukan atau tidak. Dengan demikian, akuntabilitas terlahir dari dorongan psikologi untuk mempertanggungjawabkan hasil kinerja terhadap seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Prasyarat utama mewujudkan akuntabilitas harus berada pada situasi dan kondisi lingkungan yang mengutamakan keterbukaan (transparansi) sebagai landasan pertanggungjawaban serta lingkungan yang demokratis dalam menyampaikan pendapat, saran, kritik, maupun argumentasi terhadap perbaikan kondisi kinerja atau kegiatan yang lebih baik dan terarah Pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit Auditor harus memiliki tanggung jawab yang berasal dari dalam dirinya sendiri bahwa apa yang mereka kerjakan akan berdampak pada pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang telah diaudit auditor. Dengan adanya akuntabilitas dari para auditor dalam menyelesaikan pekerjaannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas auditnya. 2.2 Penelitian Sebelumnya Keseragaman pemilihan penelitian terdahulu menimbulkan persamaan dan perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan. Persamaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada penggunaan variabel kualitas audit sebagai variabel dependen. Perbedaannya sendiri terletak pada Perusahaan yang menjadi objek penelitian, di mana penelitian yang akan dilakukan berfokus pada kantor akuntan
11 23 publik yang terdapat di Surabaya, sedangkan penelitan-penelitian terdahulu dilakukan terhadap kantor akuntan publik di Bandung (Supardi dan Mutakin, 2009), kantor akuntan publik di Jawa Tengah (Badjuri, 2011), KAP Big Four di Indonesia (Singgih dan Bawono, 2011), China (Zhengdan et al., 1997), Perusahaan di Australia (Carey dan Simnett, 2006), Belgia (Knechel dan Vanstraelen, 2007), Malaysia (Nasser et al., 2006) dan Yordania (Al-Thuneibat et al., 2011); Periode penelitian yaitu untuk penelitian yang akan dilakukan mengambil periode tahun ; serta perbedaaan Lingkup negara penelitian yang tentu saja memiliki nilai-nilai dan kebjaksanaan yang berbeda antara masing-masing negara. Penelitian Supardi dan Mutakin (2009) mengambil objek kantor akuntan publik di Bandung pada tahun Mereka menganalisis pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor pada kantor akuntan publik dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Analisis statistik dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang sedang, searah, dan signifikan. Artinya jika tingkat akuntabilitas naik maka kualitas hasil kerja auditor juga akan naik. Penelitian Carey dan Simnett (2006) mengambil objek Perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Australia pada tahun Mereka meneliti hubungan antara kualitas audit dan lamanya hubungan auditor dengan klien. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa terjadi penurunan kualitas audit terkait hubungan yang lama antara auditor dengan klien. Penelitian Hoitash et al. (2007) mengambil objek perusahaan yang terdaftar Standar and Poor s Audit Fee Database tahun , yang menganalisis hubungan antara gaji yang dibayarkan kepada au-
12 24 ditor dan kualitas audit. Penelitian ini menunjukkan bahwa gaji yang dibayarkan pada auditor selama periode berpengaruh terhadap kualitas auditnya. Penelitian Badjuri (2011) mengambil objek kantor akuntan publik di Jawa Tengah pada tahun Dalam penelitian ini Badjuri menganalisis pengaruh independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas terhadap kualitas audit. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden di 15 KAP di kota Semarang dan Solo, serta menggunakan alat analisis regresi berganda untuk menguji hipotesisnya. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa independensi dan akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit, sehingga semakin tinggi sikap independensi dan akuntabilitas yang dimiliki auditor maka akan meningkatkan kualiras audit, sedangkan pengalaman dan due professional care tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian Knechel dan Vanstraelen (2007) mengambil objek perusahaanperusahaan swasta di Belgia pada tahun Mereka menganalisis hubungan antara auditor tenure dengan kualitas audit yang diterapkan pada opini going concern. Hasil penelitian ini membantah pernyataan bahwa tenur audit berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Penelitian Zhengdan et al. (1997) mengambil objek kantor akuntan publik di Shanghai, China pada tahun 1997 dan menganalisis penerapan due professional care di kota tersebut. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa konsep due professional care dipengaruhi oleh aturan hukum yang terkadang melampaui standar profesional. Penelitian yang dilakukan Al-Thuneibat et al. (2011) mengambil objek perusahaan-perusahaan yang listing di Amman Stock Exchange pada periode
13 Mereka menganalisis hubungan antara lamanya perikatan auditor (hubungan auditor-klien) dengan kualitas audit serta pengaruh ukuran perusahaan audit terhadap hubungan tersebut. Audit Tenure diukur dengan melihat berapa jumlah tahun sebuah KAP memberi jasa audit pada laporan keuangan perusahaan tertentu. Kualitas audit diukur dengan menggunakan pendekatan Kebijaksanaan akrual (discretionary accruals). Ukuran perusahaan audit diukur dengan menghitung nilai pasar saham. Hasil penelitian mereka adalah bahwa audit tenure (hubungan auditor-klien) mempengaruhi kualitas audit secara negatif. Penelitian Singgih dan Bawono (2010) mengambil objek kantor akuntan publik big four di Indonesia pada tahun Mereka menganalisis faktorfaktor dalam diri auditor dan kualitas audit dengan menggunakan metode survei dengan kuesioner serta menggunakan model regresi ganda untuk menganalisis datanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas mempengaruhi kualitas audit secara berkelanjutan. Selain itu, penelitian ini membuktikan bahwa independensi, due professional care dan akuntabilitas secara parsial mempengaruhi kualitas audit namun pengalaman tidak berpengaruh pada kualitas audit. Penelitian Siregar dkk. (2010) menganalisis pengaruh dari rotasi auditor dan masa audit akuntan publik terhadap kualitas audit sebelum dan sesudah rotasi auditor. Hasil penelitian ini tidak mendukung pernyataan bahwa kewajiban untuk melakukan rotasi auditor dapat meningkatkan kualitas audit atau bahwa masa audit yang lebih pendek dapat meningkatkan kualitas audit. Dengan kata lain, masa audit yang lama berpengaruh negatif terhadap kualitas audit untuk periode
14 26 setelah rotasi auditor, namun sebaliknya untuk periode sebelum itu, lama masa audit dapat meningkatkan kualitas audit. Nasser et al. (2006) menelaah hubungan auditor-klien dan kegiatan switching serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan metode kemungkinan maksimal (maximum-likelihood method) dan menggunakan regresi logistik mereka mengukur bagaimana pengaruh ukuran klien, jenis kantor audit, dan financial distress terhadap praktek switching yang dilakukan. Objek penelitian mereka adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE) pada periode Hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan untuk melakukan praktek switching akan lebih besar bagi perusahaan-perusahaan besar yang sedang mengalami tekanan dan praktek switching lebih dipengaruhi oleh jenis Kantor audit. Mereka menambahkan bahwa kesimpulan tersebut menyiratkan auditor pada lingkungan tertentu cenderung untuk mengorbankan independensi dan objektivitas mereka, karena timbulnya ketakutan kehilangan hubungan dengan klien dan dirotasi. Tabel yang menjelaskan penelitian sebelumnya di atas dapat dilihat pada Lampiran Hipotesis Auditor tenure terhadap kualitas audit Tenur adalah masa seorang auditor dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Ketentuan mengenai auditor tenure telah dijelaskan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 yaitu masa pemberian jasa auditor terhadap kliennya paling lama tiga tahun buku berturut-turut. Perdebatan yang sering berkembang adalah bagaimana auditor tenure
15 27 mempengaruhi kualitas audit. Para pendukung rotasi auditor wajib menyatakan bahwa masa kerja auditor yang panjang mengikis independensi, yang selanjutnya menurunkan kualitas audit. Hubungan yang lama antara auditor dengan klien mempunyai potensi untuk menjadikan auditor puas pada apa yang telah dilakukan, melakukan prosedur audit yang kurang tegas dan selalu tergantung pada pernyataan manajemen. Pihak lain menyatakan bahwa independensi dan kualitas audit meningkat dengan masa kerja yang lebih panjang karena meningkatnya keahlian auditor dari pengetahuan identifikasi klien yang lebih spesifik. Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Carey dan Simnett (2006), Al-Thuneibat et al. (2011), Nasser et al. (2006), serta Siregar dkk. (2012) yang juga menunjukkan bahwa auditor tenure berpengaruh negatif terhadap kualitas audit, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis adalah sebagai berikut: H1 : Auditor Tenure berpengaruh signifikan negatif terhadap kualitas audit Due Professional Care terhadap Kualitas Audit Zhengdan (1997) menyatakan bahwa due professional care merupakan suatu konsep penting yang harus diperhatikan oleh semua profesi. Meskipun tidak ada aturan resmi yang mengaturnya, namun di China telah disepakati untuk menggunakan konsep tersebut dalam praktek pengauditan. Singgih dan Bawono (2011) dalam penelitiannya menunjukkan secara parsial dan simultan variabel due professional care berpengaruh terhadap kualitas audit. Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama menuntut
16 28 auditor untuk melaksanakan skeptisme professional. Skeptisme professional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Oleh karena bukti audit dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, skeptisme professional harus digunakan selama proses tersebut. Kesalahan dapat dideteksi jika auditor yang memiliki keahlian dan kecermatan. Temuan kesalahan pada laporan keuangan klien merupakan salah satu hal yang menunjukkan kualitas audit dan menunjukkan keahlian yang dimiliki oleh auditor. Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu di atas, dapat diindikasikan bahwa seorang auditor yang menggunakan kemahiran profesional yang dimilikinya akan menghasilkan kualitas audit yang baik, sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 : Due Professional Care berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk mempertanggungjawabkan sesuatu yang telah mereka kerjakan kepada lingkungannya atau orang lain (Tetcock, 1987). Jika seorang akuntan menyadari akan betapa besar perannya bagi masyarakat dan bagi profesinya, maka ia akan memiliki sebuah keyakinan bahwa dengan melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, maka ia akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi ma - syarakat dan profesinya tersebut (Singgih dan Bawono, 2010). Menurut Singgih dan Bawono (2010) akuntabilitas berpengaruh terhadap
17 29 kualitas audit dan didukung Supardi dan Mutakin (2009) yang menunjukan bahwa akuntabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Dengan akuntabilitas yang ditunjukkan oleh auditor selama proses audit, diharapkan dapat mendukung kualitas audit yang baik. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : H3 : Akuntabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit 2.4. Model Analisis Model Analisis yang digunakan bertujuan untuk melihat adanya pengaruh antara auditor tenure, due professional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit, yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini. Gambar 2.1 Model Analisis Variabel Bebas : Auditor Tenure (X 1) Variabel Bebas : Due Professional Care (X 2 ) Variabel Terikat : Kualitas Audit (Y) Variabel Bebas : Akuntabilitas (X 3 ) Gambar 2.2 menjelaskan secara garis besar alur pemikiran dalam penelitian yang dilakukan. Dari model analisis tersebut terlihat bagaimana variabel-variabel bebas seperti auditor tenure, due professional care dan akuntabilitas dapat mempengaruhi kualitas audit.
BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Agusti dan Pratistha (2013) membuktikan melalui penelitiannya bahwa variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh signifikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan dan posisi keuangan perusahaan kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan memiliki peran dan fungsi yang sangat penting. Manajemen bertanggung jawab untuk melaporkan hasil kegiatan operasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi tidak keselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga perusahaan harus semakin
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan dunia usaha semakin ketat, termasuk persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik. Untuk dapat bertahan di tengah persaingan yang ketat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik atau auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam mengkomunikasikan fakta-fakta mengenai perusahaan dan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengauditan merupakan bagian dari assurance service dari kantor akuntan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengauditan merupakan bagian dari assurance service dari kantor akuntan publik (KAP), sehingga jelas bahwa pengauditan melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi akuntansi keuangan menunjukkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan yang digunakan oleh para pemakainya sesuai dengan kepentingan masing-masing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan suatu perusahaan, setiap perusahaan ingin terlihat baik dari perusahaan lain. Laporan keungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau menghasilkan barang maupun jasa kepada masyarakat. Sebagian besar perusahaan memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang ada di Indonesia. Dari profesi akuntan publik, masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Adanya hubungan keagenan, ketika terjadi kontrak antara satu pihak, yaitu pemilik (principals)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaaan tugasnya, yang bertentangan
Lebih terperinci: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang : Kuesioner : Hasil Uji Deskriptif : Hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan publik adalah akuntan profesional yang menyediakan jasa kepada masyarakat terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada kepercayaan publik. Salah satu jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Laporan keuangan sebuah perusahaan, selain dibutuhkan oleh pihak internal perusahaan, juga dibutuhkan oleh pihak eksternal seperti calon investor, investor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai saran pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pemakai dalam pembuatan keputusan akuntansi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan berisi mengenai informasi keuangan suatu perusahaan dalam satu periode akuntansi tertentu, yang menampilkan hasil kinerja dari perusahaan tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Audit merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan.audit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Watkins dkk. (2004) telah mengidentifikasi empat buah definisi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kualitas Audit DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan publik sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap aktivitas dan kinerja perusahaan. Jasa akuntan publik sering digunakan oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan harus melaporkan hasil laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah diaudit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Audit dalam bentuk umum yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditing adalah suatu proses pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan klien yang dilakukan oleh seseorang yang independen dan kompeten. Audit dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini dengan semakin berkembangnya perusahaan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini dengan semakin berkembangnya perusahaan, semakin besar pula kebutuhannya akan hubungan bisnis dengan pihak luar, baik hubungan itu berupa
Lebih terperinciakuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
14 keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan
Lebih terperinciBAB II KUALITAS AUDIT, BATASAN WAKTU AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL CARE. dikatakan berkualitas, jika memenuhi ketentuan atau standar
BAB II KUALITAS AUDIT, BATASAN WAKTU AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL CARE 2.1. Kualitas Audit Kualitas audit dapat diartikan sebagai bagus tidaknya suatu pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dalam bentuk variabel-variabel yang diteliti di bawah ini:
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai kualitas audit mempunyai penyajian yang berbedabeda, dalam bentuk variabel-variabel yang diteliti di bawah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Audit Auditing berasal dari bahasa latin, yaitu audire yang berarti mendengar atau memperhatikan. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. A. Latar Belakang Masalah Akuntan publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataanpernyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompetensi global. Dengan begitu BUMN memiliki tanggung jawab yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara atau BUMN merupakan salah satu pelaku ekonomi dengan misi dan peran yang dimilikinya saat ini menghadapi tantangan kompetensi global. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan. pihak luar untuk memberikan pe nilaian atas laporan keuangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini kasus korupsi atau penyelewengan keuangan makin marak terjadi di perusahaan sehingga jasa akuntan publik semakin dibutuhkan. Akuntan publik profesional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan kepada pihak luar, dimana pihak luarpun memerlukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal di Indonesia dapat diukur dengan adanya peningkatan jumlah perusahaan yang menjual sahamnya di pasar modal. Perkembangan pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media yang memiliki informasi penting mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek perusahaan dimasa sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Diharapkan semakin banyaknya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kantor Akuntan Publik (KAP) melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Diharapkan semakin banyaknya profesi akuntan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan dan mencari informasi tentang kehandalan laporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang berguna dalam pengambilan keputusan untuk penggunanya. Sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir sangat berarti bagi profesi akuntan khususnya para auditor. Munculnya beberapa kasus mengenai profesi auditor di awal abad ini mempengaruhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditing sektor publik memiliki peran penting dan strategis dalam perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui auditing sektor publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit merupakan pengumpulan data dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia mengharuskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia mengharuskan manajemen perusahaan yang go public memberikan informasi yang memadai kepada pihak pemakai laporan keuangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) adalah lembaga tinggi negara yang di dalamnya memiliki anggota yang merupakan pejabat negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbisnisan pastilah memiliki data keuangan (transaksi) perusahaan kemudian dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya skandal-skandal keuangan yang terjadi di Indonesia akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya skandal-skandal keuangan yang terjadi di Indonesia akibat kecurangan yang dilakukan dalam penyajian laporan keuangan tidak kalah maraknya dengan skandal-skandal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Auditor adalah salah satu profesi yang disoroti oleh masyarakat luas. Hal yang menjadi sorotan masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu diperlukan pihak ketiga (Akuntan
Lebih terperinciJudul : Pengaruh Fee audit,
Judul : Pengaruh Fee audit, Pengalaman Auditor dan Due Professional Care Pada Kualitas audit (Studi pada Kantor Akuntan Publik Di Bali) Nama : Ni Komang Sutrisni NIM : 0906305123 Abstrak Perusahaan saat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan agent untuk memberikan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Jensen & Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal penelitian maupun sumber-sumber lainnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan tidak memihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam bidang auditing, jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik (AP) adalah melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat (opini)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wiratama dan Budiartha (2015), laporan keuangan memiliki dua. karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan, sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan audit laporan keuangan suatu organisasi. Menurut FASB dalam Wiratama dan Budiartha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit pada sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan global. Bersamaan dengan kemampuan mereka menciptakan dan menawarkan seluruh rentang instrument
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu Negara maka persaingan pasar tidak dapat dihindari dan akan semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, dan seiring dengan berkembangnya ekonomi di suatu Negara maka persaingan pasar tidak dapat dihindari dan akan semakin kompleks khususnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory)
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory) merupakan teori
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi menghasilkan laporan keuangan dan informasi penting lainnya, sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Malang merupakan salah satu kota yang jumlah penduduknya cukup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Malang merupakan salah satu kota yang jumlah penduduknya cukup banyak. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya instansi-instansi pemerintah maupun swasta yang telah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir, terutama pada perusahaan go public yang harus memberikan informasi berupa laporan
Lebih terperinciKUESIONER Profil Responden KOMPETENSI Dimensi Pernyataan Alternatif Jawaban STS TS N S SS
KUESIONER Profil Responden 1. Nama : 2. Umur : tahun 3. Jenis Kelamin : L / P 4. Masa Kerja : tahun 5. Golongan : 6. Pendidikan terakhir : 7. Pendidikan dan pelatihan tentang audit yang pernah diikuti:
Lebih terperinciSTANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga
STANDAR AUDITING SA Seksi 200 : Standar Umum SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga SA Seksi 500 : Standar Pelaporan Keempat STANDAR UMUM 1.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan pemilik selaku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang auditor disamping memiliki pemahaman mengenai akutansi, auditor juga harus memiliki keahlian dalam mengumpulkan dan menafsirkan bahan bukti audit. Keahlian
Lebih terperinciSTANDAR UMUM DAFTAR I SI. 201 Sifat Standar Umum Tanggal Berlaku Efektif 02
Daftar Isi Standar Umum SA Seksi 200 STANDAR UMUM Sifat standar umum; pelatihan dan keahlian auditor; independensi; penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama dalam pelaksanaan pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998). Para auditor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Independensi merupakan kunci utama bagi profesi akuntan publik. Independensi ini mutlak harus ada pada diri auditor ketika ia melakukan audit. Sikap independensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik adalah profesi yang bertanggung jawab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik adalah profesi yang bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan. Salah satu jasa akuntan publik adalah memberikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi akuntan publik juga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi akuntan publik juga merupakan profesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu entitas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap Kantor Akuntan Publik menginginkan untuk memiliki auditor yang dapat bekerja dengan baik dalam melakukan audit. Salah satu yang merupakan pekerjaan auditor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari kompetitor atau perusahaan lain. Laporan keungan diperlukan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi atas kondisi keuangan suatu perusahaan, setiap perusahaan ingin terlihat baik dari kompetitor atau perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang keadaan perusahaan. Hassan & Ahmed (2012) menyatakan bahwa laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Auditing Agoes (2008:3), menyatakan bahwa auditing merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari pengaruh. Mulyadi (2002) dalam Febriyanti dan Mertha (2014) pendapatnya dengan pertimbangan yang objektif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya kepentingan yang berbeda antara dua pihak yang berkepentingan, baik dari pihak manajemen maupun pihak pemegang saham menyebabkan adanya konflik kepentingan.
Lebih terperinciPerencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang
Pada Standar Pekerjaan Lapangan #1 (PSA 05) menyebutkan bahwa Pekerjaan (audit) harus direncanakan sebaik-baiknya, dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya Perencanaan audit meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam mengkomunikasikan fakta-fakta mengenai perusahaan dan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Independensi Berdasarkan teori keagenan menjelaskan peran auditor dalam memberikan jasa atestasi atas laporan keuangan yang dibuat oleh pihak agen dan dijadikan dasar pembuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini, audit terhadap laporan keuangan sangatlah diperlukan. Hal ini dikarenakan laporan keuangan selain digunakan untuk memberikan informasi tentang keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri bergerak dengan cepat dan bervariasi yang membuat persaingan antar pengusaha semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.
Lebih terperinciPengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik
Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Auditing 2015-12-11 Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pemilik perusahaan dan pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi yang digunakan oleh beberapa pihak untuk mengambil keputusan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang go public mempunyai kewajiban untuk melaporkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan salah satu alat tanggung jawab dari aktivitas
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris tentang pengaruh antara due professional care, time budget pressure, pengalaman auditor terhadap kualitas audit. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk melindungi kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dan menyediakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal membutuhkan informasi terkait bisnis, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi Akuntan Publik adalah profesi yang saat ini dibutuhkan dalam masalah perekonomian. Negara yang perekonomiannya berkembang pesat akan merasakan masalah ekonomi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Peraturan Pemerintah Indonesia Mengenai Rotasi Wajib Auditor. Keraguan mengenai independensi auditor menjadi isu yang banyak diperbincangkan kalangan profesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak memihak terhadap informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diaudit dapat dihandalkan dan manajemen juga akan mendapat keyakinan dan. melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu audit atas laporan keuangan, auditor harus berinteraksi dan menjalin hubungan profesional tidak hanya dengan manajemen tetapi juga dengan dewan komisaris
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Salah satu fungsi dari akuntan publik adalah menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai kinerja auditor yang dapat dijadikan sebagai referensi peneliti dalam melakukan penelitian
Lebih terperinci