Rancang Bangun Detektor Geiger Mueller

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rancang Bangun Detektor Geiger Mueller"

Transkripsi

1 Rancang Bangun Detektor Geiger Mueller Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Jurusan Fisika Disusun Oleh: SUJADMOKO NIM : PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 010

2 Design of Geiger Mueller Detector A THESIS Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain The Sains Degree In Physics Department by : SUJADMOKO NIM : PHYSICS STUDY PROGRAM PHYSICS DEPARTMENT FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 010 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 HALAMAN PERSEMBAHAN Perjalanan sejauh apapun dimulai dengan satu langkah pertama. Tanpa mengambil langkah pertama tersebut, perjalanan tidak akan bisa dimulai. ~ C hinese Proverb ~ Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada indahnya mimpi-mimpi mereka. ~ Eleanor Roosevelt~ Kupersembahkan karya ini kepada : Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai setiap langkah hidupku dan selalu mendengarkan permohonanku Bunda Maria penolongku Ayahanda Sambio dan Ibunda Cicilia Juminem S.Pd. tercinta Masku Sudarwoko,S.H. beserta keluarganya Mbakku Sri Pawanti,S.Pd. beserta keluarganya Keluaga besarku Penjaga Hatiku Universitas Sanata Dharma almamaterku vi

7 vii

8 viii

9 Rancang Bangun Detektor Geiger Mueller ABSTRAK Tugas akhir dengan topik rancang bangun detektor Geiger Mueller tipe side window dengan gas isian Argon-Alkohol telah dirancang, dibuat dan diuji. Tabung dibuat dari pipa Stainless steel dengan diameter 16 mm, panjang 10 mm dan tebal 0.4 mm. Anoda dibuat dari kawat tungsten dengan ukuran diameter 0.08 mm. Bahan jendela dan katoda yang digunakan dalam pembuatan detektor Geiger-Muller adalah stainless steel. Proses pembuatannya meliputi perencanaan, pembuatan tabung dan penutup, perakitan tabung detektor, pemasangan anoda, pemvakuman tabung detektor, pengisian gas, dan pengujian detektor. Gas isian terdiri dari Argon dan Alkohol dengan perbandingan 90 : 10. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa daerah plateau-nya ternyata tidak bergeser selama 4 hari penelitian yaitu pada tegangan antara volt dari sumber radiasi yang sama, dengan slope sebesar (4,34 ± 0,30) % per 100 volt hari pertama, (4,84 ± 0,0) % per 100 volt hari kedua, (,66 ± 0,0) % per 100 volt hari ketiga, (,78 ± 0,0) % per 100 volt hari keempat. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada detektor tersebut dapat disimpulkan bahwa pembuatan detektor dinyatakan berhasil, terlihat dari panjang plateau yang lebih dari 00 volt dan slope yang kurang dari 10% per 100 volt. ix

10 Design of Geiger Mueller Detector Abstract Final design topics Geiger Mueller detector type side window with filled Argon- Alcohol has been designed, made and tested. The tube was made from stainless steel pipe in 16 mm diameter, 10 mm long, and 0,4 mm thick. The anode was made from tungsten wire with a diameter 0,08 mm. The window and cathode materials which were used in the manufacture of Geiger-Muller detector are made from stainless steel. The experiment process are designing, making the tube and its side covers, assembling the tube-detector, the installation of anode, making the vacuum tube-detector, filling gas and testing the detectors. The filled gas consists of argon and alcohol in the ratio 90: 10. The results show that the plateau area was not moved during in 4 days of research on the voltage between volt from the same radiation source, with a slope which is (4,34 ± 0,30) % per 100 volt for the first day, (4,84 ± 0,0)% per 100 volt for the second day, (,66 ± 0,0)% per 100 volt for the third day, (,78 ± 0,0) % per 100 volt for the fourth day. From the results of research can be concluded that the detector making process is successfull, it can be seen from a plateau lenght which is more than 00 volt and the slope which is less than 10% per 100 volt. x

11 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, kasih karunia serta penyertaan-nya yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi yang berjudul RANCANG BANGUN DETEKTOR GEIGER MUELLER Penyusunan skripsi ini merupakan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi program sarjana di Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ir. Sri Agustini M.Si, selaku dosen pembimbing I dan ketua program studi Fisika yang telah bersedia meluangkan banyak waktu untuk membimbing, mendampingi, memberikan masukan yang sangat berarti, dan memberikan semangat bagi penulis dalam pengerjaan makalah tugas akhir ini.. Drs. B.A. Tjipto Sujitno, M.T. selaku dosen pembimbing II serta dosen penguji yang penuh kesabaran telah membimbing, membantu, menyemangati serta meluangkan waktunya kepada penulis selama penelitian dan proses penulisan skripsi ini. 3. Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si., yang telah meluangkan waktu untuk menguji penulis serta memberikan masukan yang berharga bagi penulis. 4. Dr. Asan Damanik, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik xi

12 5. Dr. Ir. Widi Setiawan, Kepala PTAPB-BATAN Yogyakarta, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di lingkungan PTAPB- BATAN Yogyakarta. 6. Ir. Suprapto, Kepala Bidang Teknologi Akselerator dan Fisika Nuklir, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dalam lingkup Bidang Teknologi Akselerator dan Fisika Nuklir PTAPB-BATAN Yogyakarta. 7. Bapak Iriyanto, Bapak Sumarmo, Bapak Sayono dan Bapak Isa yang telah bersedia dengan sabar membimbing dalam pelaksanan penelitian ini. 8. Segenap Dosen prodi Fisika, FST Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan membagikan ilmunya selama penulis menyelesaikan studi. 9. Kedua Orang tuaku tercinta (Ayahanda Sambio dan Ibunda Cicilia Juminem,S.Pd.), yang selalu memberikan dukungan, doa serta kasih sayang kepada penulis. 10. Kedua Kakakku tercinta (Sudarwoko,S.H. dan Sri Pawanti,S.Pd.) beserta keluarganya, kalian selalu menjadi motivasiku dalam pengerjaan tugas akhir ini. 11. Bapak Gito, Bapak Ngadiono dan Mas Sis yang telah memberikan keleluasaan kepada penulis untuk pemakaian laboratorium fisika guna membantu selama masa studi. 1. Bunda Rosalia, Mas Alex dan Eustalia Wigunawati, S.Psi. atas dukungan dan segala bantuannya. xii

13 13. Teman seangkatan dan seperjuangan B. Ade Dirgandara, Fransiska Endang Kinasih,S.Si., Erlyna Ekawati dan Ekawati Watini,S.Si. yang senantiasa saling menyemangati dan mewarnai angkatan 004. I made Wira Adi Santika,S.Si. yang juga banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Martinus Radityo Adi, S.Si atas diskusi, persahabatan dan motivasi yang kalian berikan. 14. Keluarga besar Sant Egidio yang selama ini telah mengajarkanku banyak hal. Joanes Heri Purnama, Beatriks Lyan Jani, Andrea Lita serta semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu makasih atas dukungan, motivasi dan bantuannya. 15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis selama menyelesaikan studi di jogja. Penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidaklah sempurna, untuk itu penulis mengharapkan seegala kritik dan saran yang membangun. Dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan memberikan sedikit sumbangan buat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta, 11 Januari 010 Penulis xiii

14 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN.. HALAMAN PERSEMBAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ABSTRAK..... ABSTRACT. KATA PENGANTAR..... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL..... BAB I. PENDAHULUAN.. A. Latar Belakang.. B. Perumusan Masalah... C. Batasan Masalah... D. Tujuan Masalah. E. Manfaat Penulisan F. Sistematika Penulisan. BAB II. DASAR TEORI. A. Radiasi Nuklir... B. Detektor Isian Gas... i iii iv vi vii viii ix x xi xiv xvi xvii xiv

15 C. Detektor Geiger Muller... D. Efek Fotolistrik... E. Hamburan Compton... F. Efek Produksi Pasangan... G. Tipe Detektor Geiger Muller Tipe Side Window.... Tipe End Window... H. Karakteristik Detektor Geiger Muller Plateau dan Slope.... Umur Detektor Geiger Muller... BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..... A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan.. C. Diagram Alir Penelitian..... D. Prosedur Kerja E. Metode Analisis Data. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... A. Hasil Penelitian.. B. Pembahasan... BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... B. Saran.. DAFTAR PUSTAKA xv

16 DAFTAR GAMBAR Gambar.1 Grafik Nomor Neutron Terhadap Nomor Atom Z... 6 Gambar. Kurva Karakteristik Detektor Isian Gas (Tsoufanidis,1983) Terjadinya Gambar.3 Efek Fotolistrik Gambar.4 Terjadinya Hamburan Compton Gambar.5 Pembentukan Pasangan Gambar.6 Detektor Geiger Muller tipe side window Gambar.7 Detektor Geiger Muller tipe end window... 0 Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian... 5 Gambar 3. Stainless Steel... 6 Gambar 3.3 Rangkaian sistem uji detektor... 9 Gambar 3.4 Kurva Antara Jumlah Cacah per Menit Vs Tegangan Gambar 4.1 Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap Cacah keluaran Gambar 4. Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap Cacah keluaran Gambar 4.3 Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap Cacah keluaran Gambar 4.4 Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap Cacah keluaran.. 40 xvi

17 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tabel 4. Tabel 4.3 Tabel 4.4 Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran... Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran... Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran... Pengaruh Tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran xvii

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang terjadi saat ini sangat pesat, dimana salah satunya adalah teknologi nuklir yang banyak dimanfaatkan dalam aspek kehidupan. Penerapannya telah digunakan dalam bidang kedokteran, pertanian, peternakan,dan industri. Tetapi keberadaan teknologi nuklir mengundang pro dan kontra dalam masyarakat. Dari satu sisi teknologi nuklir sangat diperlukan tetapi disisi lain teknologi nuklir tidak bisa terlepas dari radiasi nuklir yang sangat berbahaya bila mengenai manusia dalam dosis yang tinggi. Dengan perkembangan teknologi yang tinggi, maka resiko kecelakaan yang mungkin terjadi pun akan semakin besar. Penerapan teknologi nuklir yang baik harus memperhatikan seberapa jauh manfaat, keselamatan dan resiko kecelakaan untuk kepentingan umum yang mungkin terjadi akibat pemakaian teknologi tersebut. Radiasi nuklir merupakan radiasi yang dipancarkan oleh bahan radioaktif. Radiasi ini tidak dapat dilihat dengan panca indra, maka untuk mengetahui ada dan tidaknya, serta untuk mengukur energi dan intensitasnya digunakan detektor radiasi nuklir. Detektor radiasi nuklir berfungsi sebagai pengubah gejala radiasi menjadi gejala listrik sehingga mudah diamati. Pengawasan terhadap radiasi yang diterima pengguna radiasi menjadi masalah yang perlu diperhatikan sehingga tidak melebihi ambang batas yang diijinkan. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan pengawasan pada daerah lingkungan yang sering dipakai aktivitas manusia. Dengan 1

19 demikian alat bantu detektor radiasi nuklir pengukur radiasi menjadi penting dan mutlak dibutuhkan. Ada beberapa jenis detektor radiasi nuklir, diantaranya adalah detektor Geiger Mueller. Prinsip kerja detektor jenis ini berdasarkan ionisasi dari atom-atom gas isian sebagai medium aktifnya karena berinteraksi dengan partikel radiasi yang datang. Untuk dapat membuat detektor jenis ini diperlukan penguasaan teknologi pembuatan detektor yang mencakup teknik pembentukan tabung, teknik pemvakuman, pengisian gas serta pemilihan bahan pembuat detektor maupun jenis gas isiannya. Detektor tabung Geiger-Mueller, tabung Ionisasi, tabung Proporsional adalah sekeluarga, karena bentuk dasarnya sama. Masing-masing detektor menggunakan ruang tertutup yang diisi gas atau campuran gas. Pulsa yang dihasilkan oleh tabung Geiger-Mueller jauh lebih tinggi, yakni berkisar beberapa volt, seribu kali lebih besar dibandingkan tabung proporsional. Hal ini menyederhanakan alat elektronik yang diperlukan. Detektor Geiger Mueller dioperasikan pada tegangan operasi di daerah plateau yaitu antara sekitar 1000 volt sampai 100 volt. Bila tabung Geiger Mueller diberi tegangan dibawah daerah plateau mempunyai sifat mendekati tabung proporsional. Akan tetapi jika diberi tegangan lebih tinggi dari daerah tegangan plateau, maka akan terjadi lucutan kontinu yang dapat merusak susunan molekul gas di dalam tabung. Detektor Geiger Mueller termasuk jenis detektor isian gas dengan tipe yaitu tipe end window dan tipe side window. Detektor Geiger Mueller tipe end window disamping dapat merespon partikel gamma juga dapat merespon partikel beta,

20 3 maupun partikel alfa. Bahan yang digunakan biasanya millar, alumunium dan plastik (Sarwono,009). Sedangkan detektor Geiger Mueller tipe side window adalah untuk pengukuran radiasi gamma, biasanya bahan yang digunakan stainless steel, gelas, tembaga, nikel dan perak. Di dalam pembuatan detektor Geiger Mueller tipe end window mengalami kesulitan pada pemasangan window di tabung karena bahan window itu tipis dan harus kuat supaya sinar beta, alfa, gamma bisa masuk, maka pada penelitian ini dilakukan pengembangan pada pembuatan detektor Geiger Mueller tipe side window dari bahan stainless steel. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah proses pembuatan detektor Geiger-Mueller yang menggunakan stainless steel?. Bagaimana karakteristik detektor Geiger-Mueller yang dibuat ditinjau dari tegangan kerja, panjang plateau dan slope-nya? C. Batasan Masalah Penelitian hanya difokuskan pada pembuatan Detektor Geiger Mueller jenis side window dari bahan stainless steel yang berdiameter 16 mm, panjang 10 mm, tebalnya 0.4 mm dan karakterisasi detektor Geiger-Mueller yang ditinjau yang meliputi tegangan kerja, panjang plateau dan slope.

21 4 D. Tujuan Penelitian Untuk dapat merancang bangun Detektor Geiger Mueller beserta karakterisasinya. E. Manfaat Penulisan 1. Menambah wawasan bagi penulis tentang Pembuatan Detektor Geiger Mueller tipe Side Window (jendela samping) dan cara mengkarakterisasinya.. Sebagai bahan referensi bagi IPTEKS.

22 5 F Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Pada bab I akan diuraikan tentang latar belakang masalah yang diangkat, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II. Dasar Teori Pada bab II akan diuraikan tetang dasar-dasar teori pendukung dalam pembuatan detektor Geiger Mueller. BAB III. Metodologi Penelitian Dalam bab III akan diuraikan tentang susunan alat dan bahan yang akan digunakan saat penelitian serta langkah-langkah yang dilakukan saat penelitian. BAB IV. Hasil dan Pembahasan Pada bab IV akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. BAB V. Penutup Pada bab V berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran. Selain itu disertakan pula lampiran-lampiran untuk melengkapi uraian-uraian sebelumnya.

23 BAB II DASAR TEORI A. Radiasi Nuklir Radiasi Nuklir adalah suatu berkas foton yang dipancarkan dari suatu sumber yang mengalami proses perubahan inti atom dari keadaan tidak stabil menjadi stabil (Sayono,1991). Kestabilan suatu inti diantaranya disebabkan oleh jumlah neutron dan proton dalam suatu inti. Pada inti ringan jumlah proton hampir sama dengan jumlah neutron (N Z) sedangkan pada inti berat jumlah neutron lebih banyak dari jumlah proton (N>Z). Gambar.1 Grafik Nomor Neutron N Terhadap Nomor Atom Z. Lingkaran hitam diisi menyatakan nuklida stabil, lingkaran kelabu yang diisi menyatakan nuklida yang relatif stabil. 6

24 7 Inti-inti atom yang tidak stabil, baik karena komposisi jumlah proton dan neutronnya yang tidak seimbang ataupun karena tingkat energinya yang tidak berada pada keadaan dasarnya (berada dalam keadaan tereksitasi), cenderung untuk berubah menjadi stabil. Bila ketidakstabilan inti disebabkan karena komposisi jumlah proton dan neutronnya yang tidak seimbang, maka inti tersebut akan berubah dengan memancarkan radiasi alpha atau radiasi beta. Kalau ketidakstabilannya disebabkan karena tingkat energinya yang berada pada keadaan tereksitasi maka akan berubah dengan memancarkan radiasi gamma. Proses perubahan inti atom yang tidak stabil menjadi atom yang lebih stabil tersebut dinamakan peluruhan radioaktif. bermuatan. Radiasi Nuklir ada jenis yang meliputi radiasi bermuatan dan radiasi tak Radiasi bermuatan meliputi: 1. Radiasi Alpha Radiasi ini pada umumnya terjadi pada elemen berat, yaitu atom yang nomor massanya besar (jumlah proton dan neutron) dan energi ikatnya rendah. Inti-inti berat umumnya berubah menjadi inti lain dengan memancarkan partikel alpha. A Z X A Z 4 Y + 4 He 94Pu 39 > He U 35 ( He 4 = radiasi Alpha)

25 8 Radiasi Alpha pada umumnya diikuti juga oleh radiasi Gamma. Contoh peluruhan Alpha adalah peluruhan Plutonium menjadi Uranium yang reaksinya sebagai berikut: * 94 Pu He+ 9U * 0 9 U 0 γ Radiasi Beta 35 9 U a. Radiasi beta negatif Radiasi beta negatif disamakan dengan pemancaran elektron dari suatu inti atom. Bentuk peluruhan ini terjadi pada inti yang kelebihan neutron. Pada radiasi beta negatif, dihasilkan partikel lain dengan nomor atom akan bertambah 1, sedangkan nomor massanya tetap. Contoh peluruhan radiasi beta negatif adalah : A Z X Z A + Y e 56Ba 140 > -1 e La 140 ( -1 e 0 = elektron negatif) b. Radiasi beta positif Radiasi ini sama dengan pancaran positron (elektron positif) dari inti atom. Bentuk peluruhan ini terjadi pada inti yang kelebihan proton. Pancaran positron dapat terjadi bila perbedaan energi antara inti semula dengan inti hasil perubahan (reaksi inti) paling tidak sama dengan 1,0 MeV. Radiasi beta positif akan selalu diikuti dengan peristiwa annihilasi atau peristiwa penggabungan, karena begitu terbentuk zarah Beta (+) akan langsung bergabung dengan elektron (-) yang banyak terdapat di alam ini dan menghasilkan radiasi Gamma yang lemah. Contoh radiasi beta positif : A Z X A 0 Z 1 Y + 1 e 7N 13 > +1 e C 13 ( +1 e 0 = elektron positif/positron)

26 9 c. Tangkapan elektron Elektron dalam kulit K ada kalanya masuk kedalam inti dan ditangkap. Proses reaksinya adalah: X + e A 0 A Z 1 Z 1 Y Elektron yang ditangkap itu meninggalkan lubang dalam kulit K, sehingga terjadi transisi elektron dari kulit L untuk mengisi lubang tersebut sambil menghasilkan sinar X. Radiasi tak bermuatan meliputi: 1. Sinar Gamma Sinar γ merupakan partikel radiasi tak bermuatan ( γ ). Sinarγ terjadi karena proses transisi inti atom dari tingkat energi tinggi (tingkat eksitasi) ke energi yang lebih rendah (tingkat dasar). Sinar γ memiliki energi berkisar antara 0.1 MeV- 10 MeV. Nilai tersebut sesuai dengan 0 0 panjang gelombang dari sekitar 10 4 fm hingga 100 fm. Radiasi sinar γ tidak bermuatan dan tak bermassa maka mempunyai daya tembus yang sangat kuat.. Sinar X Sinar X adalah gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh elektron yang mengalami perpindahan dari suatu tingkat energi tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah. Sinar X mempunyai jangkau energi 100 ev hingga 100 kev. Sinar X mempunyai daya tembus yang besar karena tidak bermassa dan tidak bermuatan.

27 10 B. Detektor Isian Gas Detektor isian gas merupakan detektor yang paling sering digunakan untuk mengukur radiasi. Detektor ini terdiri dari dua elektroda positif dan negatif serta berisi gas di antara kedua elektrodanya. Prinsip kerja detektor isian gas adalah terciptanya elektron bebas dan ion positif sebagai akibat interaksi radiasi dengan atom-atom isian gas baik proses efek fotolistrik, hamburan Compton maupun pembentukan pasangan. Kebanyakan detektor ini berbentuk silinder dengan sumbu yang berfungsi sebagai anoda dan dinding sebagai katoda. Radiasi foton yang masuk akan mengionisasi gas dalam tabung dan menghasilkan ion-ion positif dan ion-ion negatif (elektron). Detektor isian gas terdiri dari katoda berbentuk tabung dan di tengahnya anoda yang berupa kawat. Partikel atau foton radiasi yang masuk akan mengionisasi gas dalam tabung. Medan listrik yang timbul akibat adanya tegangan tinggi antara anoda dan katoda akan menyebabkan ion-ion yang terbentuk bergerak ke arah kutub yang berlawanan dengan muatannya. Apabila radiasi melalui gas dalam tabung detektor, maka akan terjadi interaksi dengan atom-atom gas melalui proses efek fotolistrik, hamburan Compton dan pembentukan pasangan. Interaksi tersebut menghasilkan elektron bebas dan ion positif. Apabila tidak ada medan listrik, elektron akan bergabung kembali dengan ion positif, tetapi jika ada medan listrik, elektron akan bergerak menuju kawat anoda dan ion positif menuju katoda. Jumlah ion-elektron yang terbentuk bergantung pada besar energi yang datang pada detektor tersebut.

28 11 Sedangkan hubungan antara jumlah pasangan ion-elektron yang terjadi terhadap tegangan ditunjukkan pada Gambar (.) berikut: Gambar. Kurva Karakteristik Detektor Isian Gas (Tsoulfanidis, 1983: 68) Keterangan : I Daerah Rekombinasi IV Daerah Geiger-Mueller II Daerah Ionisasi V Daerah Kritis III Daerah Proposional I. Daerah Rekombinasi Pada daerah ini tegangan yang diberikan masih rendah, sehingga ion positif dan negatif yang terbentuk akan bergabung kembali. Demikian pula jika beda tegangan kecil, sebagian besar ion akan bergabung kembali, sehingga pasangan elektron ion yang terjadi bergantung kepada kekuatan energi partikel radiasi. Sinyal keluaran pada daerah ini sangat lemah. II. Daerah Ionisasi Di daerah ini bila tegangan dinaikkan lagi, maka medan listrik menjadi lebih kuat. Elektron akan bergerak menuju anoda, dengan mendapat tambahan energi kinetik dari medan listrik yang ada. Karena energinya cukup, maka elektron akan berhasil mencapai anoda, tetapi belum mampu menimbulkan

29 1 ionisasi sekunder pada molekul gas yang dilaluinya. Oleh karena itu elektronelektron yang mencapai anoda hanyalah elektron-elektron primer. III. Daerah Proposional Pada daerah ini tegangan cukup kuat sehingga terbentuk ionisasi sekunder. Elektron hasil ionisasi sekunder ini menuju ke anoda juga, sehingga jumlah elektron yang sampai anoda bertambah. Tetapi jumlah pelipatan elektron yang sampai anoda ini masih sebanding dengan energi partikel radiasi yang datang. Sinyal keluaran detektor pada daerah ini bergantung pada ionisasi primer. IV. Daerah Geiger-Mueller Pada daerah ini bila tegangan dinaikkan lagi, elektron-elektron dipercepat, sehingga terjadi proses ionisasi tersier. Jumlah elektron tidak lagi tergantung kepada energi dan jenis radiasi yang datang, melainkan tergantung pada intensitas sumber radiasi. Detektor hanya bisa merasakan adanya radiasi tanpa bisa membedakan energinya. V. Daerah Kritis Pada daerah ini apabila tegangan terus dinaikkan akan terjadi lucutan listrik secara terus menerus (continous discharge) dalam tabung gas dan akibatnya detektor menjadi rusak. C. Detektor Geiger-Mueller Pencacah Geiger-Mueller adalah salah satu dari detektor radiasi yang ada, diperkenalkan oleh Geiger-Mueller pada tahun 198. Detektor Geiger Mueller adalah sebuah detektor ionisasi gas dengan volume gas konstan yang bekerja pada

30 13 daerah tegangan Geiger Mueller. Prinsip kerja detektor ini dimulai pada saat partikel radiasi memasuki detektor melalui jendela di bagian samping detektor dan diarahkan menuju tabung detektor. Di dalam tabung ini partikel radiasi mengionisasi gas dalam tabung, sehingga terbentuk ion-ion positif dan elektron. Detektor Geiger-Mueller terdiri dari suatu tabung logam atau gelas dilapisi logam yang biasanya diisi gas seperti argon, neon, helium atau lainnya (gas mulia) dengan perbandingan tertentu. Detektor Geiger-Mueller merupakan salah satu jenis detektor isian gas. Detektor isian gas bekerja berdasarkan ionisasi oleh radiasi yang masuk terhadap molekul yang berada dalam detektor. Karakter detektor sangat dipengaruhi oleh besarnya tegangan yang diterapkan pada detektor untuk membantu proses ionisasi dan pengumpulan muatan. Lebar tegangan plato pada tabung Geiger-Mueller yang baik mencapai daerah 00 volt. Beda tegangan antara anoda dan katoda pada tabung Geiger- Mueller jauh lebih tinggi daripada tabung ionisasi untuk jenis campuran gas yang sama. Pulsa yang dihasilkan oleh tabung Geiger-Mueller jauh lebih tinggi, yakni berkisar beberapa volt, seribu kali lebih besar dibandingkan dengan tabung proporsional. Hal ini menyederhanakan alat elektronik yang diperlukan. Tabung Geiger-Mueller untuk sinar gamma dapat terbuat seluruhnya dari logam atau dari gelas tebal yang dilapisi logam. Tabung Geiger-Mueller untuk partikel jenis elektron dan proton harus dilengkapi dengan dinding yang sangat tipis agar elektron dan proton dapat masuk ke dalam ruang gas (Yusman Wiyatmo, 006: 6).

31 14 D. Efek Fotolistrik Efek fotolistrik merupakan interaksi antara sinar γ dengan elektron yang terikat kuat dalam atom yaitu elektron pada kulit bagian dalam suatu atom, biasanya kulit K atau L. Akibat interaksi itu foton γ akan kehilangan seluruh energinya dan membebaskan satu elektron orbital sebagai elektron bebas dan disebut foton elektron. Foton γ akan menumbuk elektron tersebut dan karena elektron tersebut terikat kuat, maka elektron akan menyerap seluruh energi sinar γ. Elektron dapat terlepas dari materi karena menyerap seluruh energi dari gelombang elektromagnetik yang datang. Jika sebuah elektron terikat dalam materi dengan energi ikat W yang disebut fungsi kerja, maka untuk melepaskan sebuah elektron dari permukaan materi diperlukan energi sekurang-kurangnya W, seperti pada persamaan (.1): E e = E γ - W (.1) Ee = energi kinetik elektron Eγ = energi foton-γ W = energi ikat elektron Jika foton radiasi mempunyai frekuensi (υ ) maka besar energi : E = h.υ (.) dengan h = konstanta planck (6,63 x J.s) Secara skematis efekfotolistrik dapat digambarkan sebagai berikut:

32 15 Gambar.3 Terjadinya efek fotolistrik E. Hamburan Compton Hamburan compton terjadi sebagai akibat interaksi foton γ dengan sebuah elektron yang terikat paling lemah. Apabila γ menumbuk elektron jenis ini, maka berdasarkan hukum kekekalan momentum tidak mungkin elektron akan dapat menyerap seluruh energi foton γ. Foton γ hanya akan menyerahkan sebagian energinya kepada elektron dan kemudian terhambur menurut sudut θ terhadap arah gerak foton γ mula-mula. Dalam proses hamburan Compton, foton tidak akan hilang seperti pada efek fotolistrik, hanya saja arah dan besar energinya yang berubah. Secara skematis peristiwa efek compton dapat digambarkan pada Gambar.3:

33 16 Gambar.4 Terjadinya hamburan Compton Energi foton γ yang terhambur setelah tumbukan merupakan fungsi energi foton γ mula-mula dan sudut hamburan : dengan : E0 E γ = (.3) E0 1+ ( )(1 cosθ ) m C 0 E γ = Energi foton γ (joule) E 0 = Energi foton mula-mula (joule) m 0 = Masa diam elektron (kg) C = Kecepatan cahaya dalam hampa (m/s) θ = Sudut hamburan Berdasarkan hukum kekekalan energi, tentu saja energi elektron Compton E c adalah selisih antara energi sinar γ mula-mula dan enegi foton γ terhambur : E c = E 0 E γ (.4)

34 17 didapatkan: Apabila harga E γ disubstitusikan dalam persamaan (.4) maka akan E c E0 (1 cosθ ) m0c = E0[ ] (.5) E0 1+ (1 cosθ ) m c 0 Foton γ akan kehilangan energi maksimumnya apabila terjadi tumbukan frontal dengan sudut hamburan θ = (cos = -1) terhadap elektron, maka pada kondisi ini energi elektron Compton maksimumnya adalah sebesar : 0 (max) = (.6) m0c E c 1+ E E 0 F. Efek Produksi Pasangan Efek produksi pasangan merupakan interaksi antara foton γ dengan medan inti atom. Akibatnya seluruh energi foton hilang dan sebagai gantinya akan muncul pasangan elektron dan positron. Peristiwa ini dinamakan efek pembentukan pasangan. Pembentukan anti materi positron dapat dipandang sebagai pemancaran sebuah elektron dari suatu tingkat energi negatif menuju ke suatu tingkat energi positif dengan meninggalkan suatu positron dalam daerah yang biasanya diisi oleh tingkat energi negatif.

35 18 Gambar.5 Pembentukan pasangan Massa elektron dan positron masing-masing setara dengan energi sebesar 0,511 MeV. Hal itu dapat dihitung melalui persamaan: E= mc dengan E= energi m = massa elektron c= kecepatan cahaya Dengan demikian, efek pembentukan pasangan tidak akan terjadi kecuali jika energi sinar γ yang berinteraksi lebih besar dari x 0,511 MeV yang memenuhi persamaan : E + 0 = m c 0 + E k + Ek (.7) dengan E 0 = energi mula-mula m 0 = massa diam elektron c = kecepatan cahaya + E k = energi kinetik positron E k = energi kinetik elektron

36 19 Positron merupakan partikel yang tidak stabil dan mempunyai umur paro yang sangat pendek. Setelah terbentuk kedua pasangan positron dan elektron tersebut akan diubah menjadi dua buah foton yang masing-masing berenergi 0,511 MeV dan dipancarkan pada arah yang bertolak belakang (180 0 ) satu terhadap yang lain. G. Tipe Detektor Geiger-Mueller 1. Tipe Side Window Aplikasi utama dari Geiger Mueller tipe Side Window adalah untuk pengukuran radiasi gamma. Meskipun dinding Geiger Mueller tipe Side Window cukup tipis, memungkinkan masuknya sinar γ dengan energi yang tinggi ( > 300 kev). Pada umumnya Geiger Mueller tipe Side Window berupa tabung silinder yang berfungsi sebagai katoda adalah dinding tabung dan pada porosnya terdapat kawat (biasanya tungsten) sebagai anoda. Dinding Geiger Mueller silinder mempunyai density thickness 30 mg/cm. Density thickness merupakan cara tepat untuk menyatakan ketebalan dari material yang sangat tipis. Gambar.6 Detektor Geiger Mueller tipe side window

37 0. Tipe End Window Berbeda dengan Geiger Mueller Tipe side window, bahan katoda yang digunakan untuk detektor Geiger Mueller Tipe End Window adalah silinder stainless steel. Jendela salah satu ujung tabung biasanya terbuat dari mika dan mempunyai density thickness 1.5 mg/cm sampai.0 mg/cm Geiger Mueller End Window disamping dapat merespon partikel gamma juga dapat merespon partikel beta, maupun partikel alfa. Gambar.7 Detektor Geiger Mueller tipe end window H. Karakteristik Detektor Geiger-Mueller 1. Plateau dan Slope Daerah kerja detektor Geiger Mueller adalah daerah plateau. Panjang plateau merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas detektor. Detektor Geiger Mueller yang baik harus memiliki plateau yang panjang dan

38 1 slope yang kecil. Bila detektor dioperasikan pada tegangan rendah, pulsa yang dihasilkan masih sedikit sehingga belum tercacah oleh pencacah, karena elektron dan ion yang terjadi dari ionisasi masih banyak yang mengalami penggabungan kembali atau rekombinasi. Bila tegangan makin tinggi maka pulsa yang dihasilkan makin banyak dan tercacah counter. Pada tegangan tertentu banyaknya pulsa yang tercacah tidak berbeda jauh atau relatif sama bila tegangan dinaikkan. Daerah tegangan ini disebut plateau. Bila di daerah plateau tegangan dinaikkan lagi maka akan terjadi pelucutan yang sangat banyak dan sudah tidak sebanding lagi dengan intensitas radiasi yang datang, ini terjadi karena apabila tegangannya dinaikkan akan menambah energi untuk menarik elektron dan ion. Daerah plateau Detektor Geiger Mueller dihitung mulai dari tegangan ambang sampai pada batas permulaan tegangan yang menyebabkan terjadinya lucutan yang tak terkendali. Kurva yang menyatakan hubungan antara jumlah cacah persatuan waktu terhadap tegangan kedua elektroda ditampilkan pada Gambar.8: Gambar.8 Kurva antara jumlah cacah per menit Vs tegangan

39 Keterangan gambar: A = tegangan awal (starting voltage) B = tegangan ambang (theshold voltage) C = tegangan batas, dimulai timbul lucutan yang tak terkendali B-C = daerah plateau detektor Starting Voltage adalah tegangan dimana mulai tercatat adanya pulsa, tegangan ambang adalah tegangan terendah pada permulaan daerah plateau. Mulai tegangan ambang inilah jumlah cacah yang terbaca tidak menunjukan perbedaan yang besar dan dapat dikatakan hampir sama. Bila tegangan diperbesar sampai melebihi C, maka jumlah cacah yang tercacat melonjak tinggi lucutan yang tak terkendali. Detektor Geiger Mueller paling baik dioperasikan pada daerah plateau yang agak miring. Kemiringan plateau ini disebut slope. Detektor yang baik mempunyai slope kecil (< 10 % / 100 volt). Untuk menghitung besarnya slope yang dinyatakan dalam % per 100 Volt dalam persamaan berikut: ( N N1) Slope = x100% (.9 ) ( V V )(100) 1 dimana: = Jumlah cacah persatuan waktu pada tegangan = Jumlah cacah persatuan waktu pada tegangan = besar tegangan awal terjadinya plateau = besar tegangan batas akhir plateau

40 3. Umur Detektor Geiger Mueller Detektor Geiger-Mueller dikatakan mati (rusak) apabila detektor tak mampu lagi mendeteksi partikel radiasi. Umur detektor biasanya dilihat dari panjang plateau-nya, semakin lama suatu detektor digunakan akan semakin pendek plateau-nya dan detektor dikatakan mati bila panjang plateau-nya nol.

41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian dilakukan di PTAPB-BATAN yaitu di Gedung Akselerator Batan Yogyakarta dimulai bulan Agustus sampai dengan akhir Desember 008. B. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan: a) Sistem uji fungsi detektor: 1. Pembalik pulsa GM DN 900. Pencacah tipe Pengatur waktu model Sumber tegangan tinggi 5. Sumber tegangan rendah 6. Osiloskop b) Sistem vakum pelapisan tabung dan pengisian gas c) Sistem alat las gelas dan pembentuk tabung gelas d) Alat pelacak kebocoran vakum e) Hair dryer. Bahan yang digunakan: a) Gelas kaca lunak 4

42 5 b) Pipa Stainless steel c) Lem d) Kawat fernico e) Kawat tungsten f) Sumber Cs 137 g) Argon dan Alkohol C. Diagram Alir Penelitian Diagram alir penelitian ini secara singkat disajikan pada Gambar 3.1 : mulai Perencanaan Pembuatan tabung detektor dan penutup Perakitan Tabung Detektor Pemasangan Anoda Pemvakuman Proses Pengisian Gas Pengujian dan pengambilan data Baik Pembuatan Laporan Bocor Selesai Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

43 6 D. Prosedur Kerja a. Persiapan bahan 1. Mempersiapkan pipa stainless steel. Mempersiapkan Lem 3. Mempersiapkan gelas kaca lunak 4. Mempersiapkan kawat fernico 5. Mempersiapkan kawat tungsten b. Pembuatan Tabung Detektor Tabung dibuat dari pipa stainless steel yang berdiameter 16 mm, panjang 10 mm, ketebalannya 0.4 mm. Tabung detektor dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3. Stainless Steel c. Perakitan Komponen Detektor Pertama-tama semua bagian-bagian detektor dicuci terlebih dahulu agar bersih dan selanjutnya dikeringkan. Memasang anoda di dalam detektor dan selanjutnya tabung detektor disambungkan dengan unit vakum dan siap divakumkan.

44 7 d. Pemasangan Anoda 1. Memotong kawat tungsten diameter 0,08 mm yang panjangnya disesuaikan dengan panjang tabung detektor. Memasang per dari bahan tungsten diameter 0,5 mm pada kawat tungsten tersebut diatas agar kawat anoda tetap lurus dan kuat terpasang pada tabung detektor. 3. Memberi pengait pada salah satu ujung kawat dengan potongan pipa gelas yang dipipihkan dengan tang pada saat dipanaskan, sedangkan ujung lain disambungkan ke salah satu ujung per. 4. Menyambung kawat fernico ke ujung lain dari per anoda. Kemudian memasukkan kawat anoda ketabung detektor dari salah satu ujung tabung sampai kawat fernico keluar dari ujung lainnya. 5. Memanaskan ujung tabung detektor agar anoda terpasang kuat pada tabung. 6. Tabung detektor Geiger-Mueller telah jadi dan siap disambungkan dengan unit vakum dan pengisian gas. e. Proses Pemvakuman Tabung Proses pemvakuman tabung detektor Geiger Mueller diawali dengan penyambungan ke-unit vakum pengisian. Proses pemvakuman: 1. Menghidupkan pompa rotari untuk pemvakuman detektor sampai pada tingkat kevakuman 10 3 torr.

45 8. Bila tingkat kevakuman sudah mencapai 10 3 torr guna pemvakuman yang lebih tinggi maka pompa difusi dijalankan sehingga kevakumannya dapat mencapai 10 5 torr. 3. Untuk mengetahui tingkat kevakuman dapat dilihat pada vakum meter. 4. Melakukan cek kebocoran dengan menggunakan alat pelacak kebocoran vakum. 5. Apabila tekanan vakum telah mencapai sekitar x 10 5 torr, maka pemvakuman dihentikan dan detektor siap diisi dengan gas argon dan uap alkohol murni. f. Pengisian Gas Pengisian gas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Tabung detektor yang telah divakumkan diisi dengan uap alkohol murni dan gas argon dengan perbandingan 1 : 9. Pertama-tama diisi uap alkohol terlebih dahulu, kemudian diisi dengan gas argon pada tekanan 10 cmhg.. Untuk mengetahui perbandingan tekanan gas-gas tersebut diamati pada manometer air raksa. 3. Setelah diisi tabung detektor dibiarkan beberapa saat agar gas-gas dalam tabung detektor tercampur homogen. 4. Dilakukan pengukuran karakteristik detektor dengan suatu sistem pencacah pulsa.

46 9 5. Apabila detektor memberikan sifat karakteristik yang baik maka detektor tersebut dapat diambil dan diputuskan dari sistem vakum. Apabila detektor tersebut tidak memberikan sifat karakteristik yang baik maka dilakukan pemvakuman dan pengisian kembali. g. Pengujian Karakteristik Detektor a) Merangkai peralatan sistem uji Detektor Gambar 3.3 Rangkaian sistem uji Detektor Keterangan: 1. Sumber radioaktif 137 Cs 10 μ Ci : sebagai sumber untuk pengujian detektor yang dibuat.. Detektor Geiger Mueller : sebagai transduser yang mengubah energi radiasi menjadi sinyal listrik. 3. Sumber tegangan tinggi : sebagai penyedia daya detektor Geiger- Mueller dengan jangkauan 0 sampai 3000 volt. 4. Sumber tegangan rendah : untuk mencatu daya pembalik pulsa, pengala dan pencacah sumber 5. Pembalik pulsa : sebagai pembalik pulsa keluaran detektor Geiger- Mueller.

47 30 6. Penampil : sebagai alat untuk menampilkan hasil pencacahan pulsa keluaran detektor Geiger Mueller. 7. Pengala : sebagai pembatas waktu pencacahan. 8. osciloskop : untuk menampilkan pulsa keluaran detektor Geiger- Mueller. b) Menghidupkan semua sistem dan meletakkan sumber Cs 137 dengan jarak kurang lebih cm. c) Memberi tegangan rendah mulai dari nol sampai ada pulsa yang tercacah dengan cara menaikkan pelan-pelan pada alat pencacah. d) Menentukan pengala tiap menit, agar terbaca cacah pulsa setiap menit (cpm). e) Mencatat hasil pengukuran sebanyak tiga kali untuk memperoleh data yang baik. f) Menaikkan tegangan tiap 5 volt. Penambahan tegangan Detektor dihentikan setelah terjadi kenaikkan cacah yang terlalu tinggi. g) Dari data yang dihasilkan dibuat grafik hubungan antara tegangan dengan jumlah cacah per menit (cpm). E. Metode Analisis Data Data yang telah didapat pada penelitian ini adalah data uji fungsi detektor Geiger Mueller dengan memvariasikan tegangan (volt) terhadap perubahan cacah per menit, sehingga diperoleh daerah plateau/slope dan tegangan ambang. Panjang plateau merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas detektor. Detektor Geiger Mueller yang baik harus memiliki plateau yang panjang

48 31 dan slope yang kecil. Daerah plateau detektor Geiger Mueller dihitung mulai dari tegangan ambang sampai pada batas permulaan tegangan yang menyebabkan terjadinya lucutan yang tak terkendali. Kurva yang menyatakan hubungan antara jumlah cacah persatuan waktu terhadap tegangan kedua elektroda ditampilkan pada Gambar 3.4: Gambar 3.4 Kurva antara jumlah cacah per menit Vs tegangan Keterangan gambar: A = tegangan awal (starting voltage) B = tegangan ambang (theshold voltage) C = tegangan batas, dimulai timbul lucutan yang tak terkendali B-C = daerah plateau detektor Mulai tegangan ambang inilah jumlah cacah yang terbaca tidak menunjukan perbedaan yang besar dan dapat dikatakan hampir sama. Bila tegangan diperbesar sampai melebihi C, maka jumlah cacah yang tercacat melonjak tinggi lucutan yang tak terkendali. Detektor Geiger Mueller paling baik dioperasikan pada daerah plateau yang agak miring. Kemiringan plateau ini disebut slope. Detektor yang baik mempunyai slope kecil (< 10 % / 100 volt). Untuk menghitung

49 3 besarnya slope yang dinyatakan dalam % per 100 Volt dalam persamaan berikut: ( N N1) Slope = x100% ( V V )(100) 1 ( 3.1 ) dimana: = Jumlah cacah persatuan waktu pada tegangan = Jumlah cacah persatuan waktu pada tegangan = besar tegangan awal terjadinya plateau = besar tegangan batas akhir plateau

50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil karakterisasi dari tabung Geiger Mueller yang telah berhasil dibuat disajikan pada Tabel 4.1, Tabel 4., Tabel 4.3, dan Tabel 4.4 atau Gambar 4.1, Gambar 4., Gambar 4.3, dan Gambar 4.4: Tabel 4.1 Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran Tegangan Cacah 1 Cacah Cacah 3 Cacah rata-rata ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± 70 33

51 cacah Tegangan (volt) Gambar 4.1Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran Dari kurva dan data diatas bahwa daerah plateau dari detektor dengan sumber dimulai dari tegangan = 1100 Volt (pada cacah = 397,00 ± 80) sampai = 1375 Volt ( pada cacah = 51 ± 30), sehingga panjang plateau-nya adalah 75 volt. Besarnya slope dapat dihitung dengan persamaan.9 yaitu : ( N N1) Slope = x100% ( V V )(100) 1 (51-397) = x100% ( )(100) = 4,34 % per 100 volt

52 35 Besarnya deviasi standar dari slope sebagai berikut: ( N N1) Slope = x100% ( V V )(100) Mis: S= V N 1 N= N - N 1 = = 1195 V= V - V 1 = = 75 volt S N = S + S ( N ) ( N1 ) = ( 30) + (80) = S S = S S N ( ) N SV + ( ) V = 4, ) 1195 ( + ( 0 75 ) = 0,30 Jadi slope-nya adalah (4,34 ± 0,30) % per 100 Volt.

53 36 Tabel 4. Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran Teg ( volt ) Cacah 1 Cacah Cacah 3 Cacah rata-rata ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± cacah tegangan (Volt) Gambar 4. Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran Dari kurva dan data diatas bahwa daerah plateau dari detektor dengan sumber dimulai dari tegangan = 1100 Volt (pada cacah = 3058 ± 40) sampai =

54 Volt (pada cacah = 4391 ± 50), sehingga panjang plateau-nya adalah 75 volt. Besarnya slope dapat dihitung dengan persamaan.9 yaitu : ( N N1) Slope = x100% ( V V )(100) 1 ( ) = x100% ( )(100) = 4,84 % per 100 volt Besarnya deviasi standar slope sebagai berikut: ( N N1) Slope = x100% ( V V )(100) Mis: S= V N 1 N= N - N 1 = = 1333 V= V - V 1 = = 75 volt S N = ( S N ) + ( S N1 ) = ( 50) + (40) = S S = S S N ( ) N SV + ( ) V = 4, ( ) + ( 0 75 ) = 0,0 Jadi slope-nya adalah (4,84 ± 0,0) % per 100 Volt.

55 38 Tabel 4.3 Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran Teg (Volt) cacah 1 cacah cacah 3 cacah rata-rata ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± 10 Cacah Tegangan (Volt) Gambar 4.3 Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran Dari kurva dan data diatas bahwa daerah plateau dari detektor dengan sumber dimulai dari tegangan = 1100 Volt (pada cacah = 791 ± 10) sampai

56 39 = 1375 Volt (pada cacah = 354 ± 80), sehingga panjang plateau-nya adalah 75 volt. Besarnya slope dapat dihitung dengan persamaan.9 yaitu : ( N N1) Slope = x100% ( V V )(100) 1 ( ) = x100% ( )(100) =,66 % per 100 volt Besarnya deviasi standar slope sebagai berikut: ( N N1) Slope = x100% ( V V )(100) Mis: S= V N 1 N= N - N 1 = = 733 V= V - V 1 = = 75 volt S N = S + S ( N ) ( N1 ) = ( 80) + (10) = S S = S S N ( ) N SV + ( ) V =, ) 733 ( + ( 0 75 ) = 0,0 Jadi slope-nya adalah (,66 ± 0,0 ) % per 100 Volt.

57 40 Tabel 4.4 Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran Teg (Volt) cacah 1 cacah cacah 3 cacah rata ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± Cacah Tegangan (Volt) Gambar 4.4 Pengaruh tegangan yang diberikan terhadap cacah keluaran Dari kurva dan data diatas bahwa daerah plateau dari detektor dengan sumber dimulai dari tegangan = 1100 Volt (pada cacah = 689 ± 70) sampai = 1375 Volt (pada cacah = 3455 ± 40), sehingga panjang plateau-nya adalah 75 volt. Besarnya slope dapat dihitung dengan persamaan.9 yaitu :

58 41 ( N N1) Slope = x100% ( V V )(100) 1 ( ) = x100% ( )(100) =,78 % per 100 volt Besarnya deviasi standar slope sebagai berikut: ( N N1) Slope = x100% ( V V )(100) Mis: S= V N 1 N= N - N 1 = = 766 V= V - V 1 = = 75 volt S N = ( S N ) + ( S N1 ) = ( 40) + (70) = S S = S S N ( ) N SV + ( ) V =, ( ) + ( 0 75 ) = 0,0 Jadi slope-nya adalah (,78 ± 0,0) % per 100 Volt.

59 4 B. Pembahasan 1. Pembuatan Detektor Proses perakitan komponen detektor memerlukan kecermatan dan juga faktor kebersihan. Kecermatan diperlukan pada pemasangan anoda dan proses pengeleman. Pemasangan anoda yang baik adalah jika anoda terpasang tepat pada poros tabung. Proses penghampaan bertujuan menghilangkan atau menekan sedikit mungkin unsur-unsur lain di dalam tabung detektor dan diharapkan setelah diisi gas hanya gas isian yang ada di dalam tabung. Untuk mendapatkan hal tersebut, tekanan vakum sangat berpengaruh pada karakteristik detektor. Kevakuman yang dicapai harus tinggi agar sisa-sisa molekul gas yang terdapat dalam tabung detektor semakin kecil atau menjaga kemurnian gas dalam tabung sehingga unsur udara di dalam tabung benar-benar tidak ada. Menjaga kemurnian gas sangat penting, agar pada saat pengisian dan pencampuran gas argon dengan uap alkohol tidak tercampur dengan gas lain. Tingkat kevakuman akhir yang dicapai pada pompa hanya x 10 5 torr. Hal ini disebabkan karena pompa hanya mampu bekerja pada tingkat kevakuman tersebut. Tidak adanya kebocoran dalam sistem vakum sangat menentukan keberhasilan tersebut. Pelacakan untuk mencari ada tidaknya kebocoran pada saat proses penghampaan perlu dilakukan secara periodik. Bila ada kebocoran pada rangkaian vakum, berkas muatan yang tampak seperti berkas api berbentuk benang yang akan terkumpul pada titik kebocoran. Kebocoran sistem vakum disebabkan karena banyaknya sambungan dari sistem

60 43 vakum ke tabung detektor yang kurang rapat sehingga molekul gas yang ada diluar masuk. Proses pemvakuman awal dilakukan dengan menghidupkan pompa rotari hingga mencapai tekanan 10 3 torr. Ketika proses pemvakuman awal tersebut, katub dan kran yang menghubungkan pompa difusi dan tabung detektor dibuka dan katub utama pompa difusi ditutup. Sistem pemanas minyak difusi dan pendingin pompa difusi dihidupkan juga. Setelah itu dilakukan pemvakuman lanjutan yaitu dengan menutup katub pas tabung detektor dengan pompa rotari dan membuka katub utama pompa difusi. Kemudiaan dalam pengisian gas, yang digunakan adalah argon dan uap alkohol dengan perbandingan 90 : 10. Tekanan yang dilakukan pada tekanan 10 cmhg. Gas pertama yang diisi terlebih dahulu adalah uap alkohol, karena tekanan uap alkohol yang diperlukan mempunyai tekanan yang sangat rendah (0.1 cmhg). Selanjutnya gas mulia yang diisikan yaitu argon dengan tekanan 0.9 cmhg. Ketika antara argon dan uap alkohol tercampur secara homogen maka detektor siap diuji karakterisasinya.. Karakteritik Detektor Pengujian detektor ini dilakukan untuk mengetahui apakah detektor yang dibuat memiliki kemampuan untuk melakukan deteksi terhadap radiasi dan memiliki daerah plateau dan slope yang baik. Pada proses pengujian, detektor digunakan untuk mencacah radiasi sinar γ. Pencacahan dilakukan tanpa sumber radiasi dan dengan menggunakan sumber radiasi, dalam interval waktu 1 menit

61 44 dengan penambahan tegangan setiap 5 volt. Sumber radiasi yang digunakan dalam pengujian dan pengambilan data penelitian ini adalah Cs 137. Hasil Pengujian Detektor Dari data berdasarkan Gambar 4.1, pada tegangan antara volt menunjukkan daerah rekombinasi karena pada daerah ini cacah radiasi sama dengan nol, ion positif dan negatif yang terbentuk akan bergabung kembali, pada daerah ini, sinyal keluaran sangat lemah. Pada tegangan antara volt merupakan daerah ionisasi karena di daerah ini cacah mulai ada meskipun kecil. Elektron akan bergerak menuju anoda, dengan mendapat tambahan energi kinetik dari medan listrik yang ada. Karena energinya cukup, maka elektron akan berhasil mencapai anoda, tetapi belum mampu menimbulkan ionisasi sekunder pada molekul gas yang dilaluinya. Oleh karena itu elektron-elektron yang mencapai anoda hanyalah elektron-elektron primer. Pada tegangan antara volt menunjukkan daerah proporsional karena di daerah ini cacah naik dengan begitu pesat dan tegangan cukup kuat sehingga terbentuk ionisasi sekunder. Elektron hasil ionisasi sekunder ini menuju ke anoda juga, sehingga jumlah elektron yang sampai anoda bertambah. Pada tegangan antara volt menunjukkan daerah Geiger Mueller karena di daerah ini cacah hampir sama (konstan) dan bila tegangan dinaikkan lagi, elektron-elektron dipercepat, sehingga terjadi proses ionisasi tersier. Jumlah elektron tidak lagi tergantung kepada energi dan jenis radiasi yang datang, melainkan tergantung pada intensitas sumber radiasi.

PENGARUH TEKANAN GAS ISIAN ARGON ALKOHOL TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER-MÜLLER TIPE SIDE WINDOW CARI RISTIANI M

PENGARUH TEKANAN GAS ISIAN ARGON ALKOHOL TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER-MÜLLER TIPE SIDE WINDOW CARI RISTIANI M PENGARUH TEKANAN GAS ISIAN ARGON ALKOHOL TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER-MÜLLER TIPE SIDE WINDOW CARI RISTIANI M0204021 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak Telah dibuat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN ISIAN GAS ALKOHOL, METANA DAN ARGON

PENGEMBANGAN DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN ISIAN GAS ALKOHOL, METANA DAN ARGON Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor PENGEMBANGAN DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN ISIAN GAS ALKOHOL, METANA DAN

Lebih terperinci

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ). PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar

Lebih terperinci

PEMBUATAN TABUNG DETEKTOR GEIGER MULLER TIPE JENDELA SAMPING

PEMBUATAN TABUNG DETEKTOR GEIGER MULLER TIPE JENDELA SAMPING PEMBUATAN TABUNG DETEKTOR GEIGER MULLER TIPE JENDELA SAMPING Tony Rahardjo, Sumber W, Bambang L. -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 Email:ptapb@batan.go.id ABSTRAK PEMBUATAN TABUNG DETEKTOR GEIGER MULLER

Lebih terperinci

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si. DETEKTOR RADIASI INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Alat deteksi sinar radioaktif atau sistem pencacah radiasi dinamakan detektor radiasi. Prinsip: Mengubah radiasi menjadi

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi VII. PELURUHAN GAMMA Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi 7.1. PELURUHAN GAMMA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mempelajari Sub-pokok

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI suatu emisi (pancaran) dan perambatan energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel 2 3 Peluruhan zat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MATERIAL WINDOW UNTUK DETEKTOR GEIGER-MUELLER TIPE END WINDOW

PENGEMBANGAN MATERIAL WINDOW UNTUK DETEKTOR GEIGER-MUELLER TIPE END WINDOW rianto., dkk. SSN 216-3128 115 PENGEMBANGAN MATERAL WNDOW UNTUK DETEKTOR GEGER-MUELLER TPE END WNDOW rianto, Sayono, Tjipto Sujitno, Suprapto Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN, Yogyakarta

Lebih terperinci

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021) ALAT UKUR RADIASI Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta 10350 Telepon : (021) 230 1266 Radiasi Nuklir Secara umum dapat dikategorikan menjadi: Partikel bermuatan Proton Sinar alpha

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R1 EKSPERIMEN DETEKTOR GEIGER MULLER Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 Pokok Bahasan STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM A. Struktur Atom B. Inti Atom PELURUHAN RADIOAKTIF A. Jenis Peluruhan B. Aktivitas Radiasi C. Waktu

Lebih terperinci

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT FISIKA MODERN Radiasi Benda Hitam 1. Suatu benda hitam pada suhu 27 0 C memancarkan energi sekitar 100 J/s. Benda hitam tersebut dipanasi sehingga suhunya menjadi 327 0 C.

Lebih terperinci

Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller

Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller Jurnal Sains & Matematika (JSM) ISSN Artikel 0854-0675 Penelitian Volume 15, Nomor 2, April 2007 Artikel Penelitian: 73-77 Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller M. Azam 1,

Lebih terperinci

EFEK MATERIAL KATODE TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER MUELLER TIPE JENDELA SAMPING

EFEK MATERIAL KATODE TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER MUELLER TIPE JENDELA SAMPING rianto, dkk. SSN 216-3128 147 EFEK MATERAL KATODE TERHADAP KARAKTERSTK DETEKTOR GEGER MUELLER TPE JENDELA SAMPNG rianto, Sayono, Wiwien Andriyanti Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, Badan Tenaga

Lebih terperinci

Dualisme Partikel Gelombang

Dualisme Partikel Gelombang Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah

Lebih terperinci

PENENTUAN TEGANGAN OPERASIONAL PADA DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN PERBEDAAN JARI-JARI WINDOW DETEKTOR

PENENTUAN TEGANGAN OPERASIONAL PADA DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN PERBEDAAN JARI-JARI WINDOW DETEKTOR PENENTUAN TEGANGAN OPERASIONAL PADA DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN PERBEDAAN JARI-JARI WINDOW DETEKTOR F. Shoufika Hilyana Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Elektro Universitas Muria Kudus Email: farah.hilyana@umk.ac.id

Lebih terperinci

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS 1 - Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang - " Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan

Lebih terperinci

PEMBUATAN DETEKTOR GEIGER-MUELLER TIPE JENDELA SAMPING DENGAN GAS ISIAN ARGON -ETANOL

PEMBUATAN DETEKTOR GEIGER-MUELLER TIPE JENDELA SAMPING DENGAN GAS ISIAN ARGON -ETANOL SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 009 PEMBUATAN DETEKTOR GEIGER-MUELLER TIPE JENDELA SAMPING DENGAN GAS ISIAN ARGON -ETANOL SURAHKMAN 1, SAYONO 1 STTN BATAN, PTAPB BATAN Yogyakarta Abstrak PEMBUATAN

Lebih terperinci

DETEKTOR RADIASI. NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

DETEKTOR RADIASI. NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id DETEKTOR RADIASI NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn@uns.ac.id - Metode deteksi radiasi didasarkan pd hasil interaksi radiasi dg materi: proses ionisasi & proses eksitasi -

Lebih terperinci

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil (massa mobil dan isinya adalah 1000 kg) dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan 72 km/jam adalah... (gesekan diabaikan) A. 1,25 x 10 4 J B. 2,50 x 10 4 J

Lebih terperinci

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi Radiasi adalah pancaran energi yang berasal dari proses transformasi atom atau inti atom yang tidak stabil. Ketidak-stabilan atom dan inti atom mungkin

Lebih terperinci

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh-

Lebih terperinci

PELURUHAN SINAR GAMMA

PELURUHAN SINAR GAMMA PELURUHAN SINAR GAMMA Pendahuluan Radioaktivitas disebut juga peluruhan radioaktif, yaitu peristiwa terurainya beberapa inti atom tertentu secara spontan yang diikuti dengan pancaran partikel alfa (inti

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

PERCOBAAN PEMBELOKAN RADIASI SINAR BETA OLEH MEDAN MAGNET

PERCOBAAN PEMBELOKAN RADIASI SINAR BETA OLEH MEDAN MAGNET PANDUAN PENGGUNAAN KIT ATOM-INTI Oleh : Sukardiyono dan Yusman Wiyatmo Disampaikan pada Pelatihan Kepala Laboratorium Fisika SMA Kabupaten Kebumen dan Purworejo 11 Agustuas 2012 PERCOBAAN PEMBELOKAN RADIASI

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2 Xpedia Fisika Soal Fismod Doc. Name: XPPHY050 Version: 013-04 halaman 1 01. Peluruhan mana yang menyebabkan jumlah neutron di inti berkurang sebanyak satu? 0. Peluruhan mana yang menyebabkan identitas

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER TABUNG KATODA TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER MUELLER TIPE END WINDOW

PENGARUH DIAMETER TABUNG KATODA TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER MUELLER TIPE END WINDOW PENGARUH DIAMETER TABUNG KATODA TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER MUELLER TIPE END WINDOW Irianto, Emy Mulyani, Sumarmo, BATAN,Yogyakarta irianto57@yahoo.com ABSTRAK PENGARUH DIAMETER TABUNG KATODA

Lebih terperinci

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN TEORI FOTON Gelombang Elektromagnetik termasuk cahaya memiliki dwi-sifat (Dualisme)

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil

Lebih terperinci

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif Oleh : Arif Novan Fitria Dewi N. Wijo Kongko K. Y. S. Ruwanti Dewi C. N. 12030234001/KA12 12030234226/KA12 12030234018/KB12 12030234216/KB12

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN GAS ISIAN ARGON-ETANOL DAN ARGON-BROM TERHADAP UNJUK KERJA DETEKTOR GEIGER-MUELLER ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH TEKANAN GAS ISIAN ARGON-ETANOL DAN ARGON-BROM TERHADAP UNJUK KERJA DETEKTOR GEIGER-MUELLER ABSTRAK ABSTRACT PENGARUH TEKANAN GAS ISIAN ARGON-ETANOL DAN ARGON-BROM TERHADAP UNJUK KERJA DETEKTOR GEIGER-MUELLER Sayono, BA. Tjipto Sujitno PTAPB BATAN Yogyakarta Jl Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb, Yogyakarta 5581 Diterima

Lebih terperinci

MODUL 2 STATISTIKA RADIOAKTIVITAS

MODUL 2 STATISTIKA RADIOAKTIVITAS MODUL STATISTIKA RADIOAKTIVITAS Muhammad Ilham, Rizki, Moch. Arif Nurdin,Septia Eka Marsha Putra, Hanani, Robbi Hidayat. 008, 000, 000, 00, 00, 00. Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia

Lebih terperinci

PELURUHAN RADIOAKTIF

PELURUHAN RADIOAKTIF PELURUHAN RADIOAKTIF Inti-inti yang tidak stabil akan meluruh (bertransformasi) menuju konfigurasi yang baru yang mantap (stabil). Dalam proses peluruhan akan terpancar sinar alfa, sinar beta, atau sinar

Lebih terperinci

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20 PREDIKSI UN FISIKA 2013 1. Perhatikan gambar berikut Hasil pengukuran yang bernar adalah. a. 1,23 cm b. 1,23 mm c. 1,52mm d. 1,73 cm e. 1,73 mm* 2. Panjang dan lebar lempeng logam diukur dengan jangka

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 2 Doc. Name: AR12FIS02UAS Version : 2016-09 halaman 1 01. Batas ambang frekuensi dari seng untuk efek fotolistrik adalah di daerah sinar ultraviolet. Manakah peristiwa

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) Veetha Adiyani Pardede M0209054, Program Studi Fisika FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah email: veetha_adiyani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Fisika Kuantum - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0799 Version: 2012-09 halaman 1 01. Daya radiasi benda hitam pada suhu T 1 besarnya 4 kali daya radiasi pada suhu To, maka T 1

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id SINAR KATODE Penemuan sinar katode telah menginspirasi penemuan sinar-x dan radioaktivitas Sinar katode ditemukan oleh J.J Thomson

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id APA ITU KIMIA INTI? Kimia inti adalah ilmu yang mempelajari struktur inti atom dan pengaruhnya terhadap kestabilan inti serta reaksi-reaksi

Lebih terperinci

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi yang lebih tinggi dari sinar alpha. Partikel sinar beta memiliki massa yang lebih ringan dibandingkan partikel alpha. Sinar β merupakan

Lebih terperinci

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di dengan memasukkan kode 5976 ke menu search. Copyright 2017 Zenius Education

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di  dengan memasukkan kode 5976 ke menu search. Copyright 2017 Zenius Education 01. Batas ambang frekuensi dari seng untuk efek fotolistrik adalah di daerah sinar ultraviolet. Manakah peristiwa yang akan terjadi jika sinar-x ditembakkan ke permukaan logam seng? (A) tidak ada elektron

Lebih terperinci

EFEK GAS ISIAN BROMINE SEBAGAI QUENCHING TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER MUELLER

EFEK GAS ISIAN BROMINE SEBAGAI QUENCHING TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER MUELLER Wiwien Andriyanti, dkk. ISSN 0216-3128 121 EFEK GAS ISIAN BROMINE SEBAGAI QUENCHING TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER MUELLER Wiwien Andriyanti, Irianto, Sayono, Emy Mulyani Pusat Teknologi Akselerator

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA) Veetha Adiyani Pardede M2954, Program Studi Fisika FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah email: veetha_adiyani@yahoo.com ABSTRAK Aras-aras inti dipelajari

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1993

Fisika EBTANAS Tahun 1993 Fisika EBTANA Tahun 1993 EBTANA-93-01 Dimensi konstanta pegas adalah A. L T 1 B. M T C. M L T 1 D. M L T M L T 1 EBTANA-93-0 Perhatikan kelima grafik hubungan antara jarak a dan waktu t berikut ini. t

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter

Lebih terperinci

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R3 EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza Andiana

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

Ringkasan Efek Fotolistrik

Ringkasan Efek Fotolistrik Ringkasan Eek Fotolistrik A. Pengertian Eek otolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan logam ketika logam dikenai cahaya. Gejala tersebut dapat dijelaskan oleh Einstein. B. Susunan

Lebih terperinci

PEMBUATAN DETEKTOR GEIGER-MUELLER TIPE JENDELA SAMPING DENGAN GAS ISIAN ARGON-ET ANOL DAN ARGON-BROM

PEMBUATAN DETEKTOR GEIGER-MUELLER TIPE JENDELA SAMPING DENGAN GAS ISIAN ARGON-ET ANOL DAN ARGON-BROM Pembuatan detektor geiger-mueller tipe jendela samping dengan... (Sayono, S. T.) PEMBUATAN DETEKTOR GEIGER-MUELLER TIPE JENDELA SAMPING DENGAN GAS ISIAN ARGON-ET ANOL DAN ARGON-BROM Sayono Pusat Teknologi

Lebih terperinci

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1 Diameter maksimum dari pengukuran benda di atas adalah. A. 2,199 cm B. 2,275 cm C. 2,285 cm D. 2,320 cm E. 2,375 cm 2.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 3 BAB II STRUKTUR DAN INTI ATOM 5 A Struktur Atom 6 B Inti atom 9 1. Identifikasi Inti Atom (Nuklida) 9 2. Kestabilan Inti Atom 11 Latihan 13 Rangkuman Bab II. 14 BAB III PELURUHAN

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 12 Fisika

Kurikulum 2013 Kelas 12 Fisika Kurikulum 2013 Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 2 Fisika Kelas 12 Kurikulum 2013 Doc. Name: K13AR12FIS02UAS Version: 2016-04 halaman 1 01. Batas ambang frekuensi dari seng untuk efek fotolistrik adalah di

Lebih terperinci

Kecepatan Korosi Oleh 3 Bahan Oksidan Pada Plat Besi

Kecepatan Korosi Oleh 3 Bahan Oksidan Pada Plat Besi Jurnal Gradien Vol. 2 No. 2 Juli 2006 : 161-166 Kecepatan Korosi Oleh 3 Bahan Oksidan Pada Plat Besi Zul Bahrum Caniago Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu,

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh 1. Energi getaran selaras : A. berbanding terbalik dengan kuadrat amplitudonya B. berbanding terbalik dengan periodanya C. berbanding lurus dengan kuadrat amplitudonya. D. berbanding lurus dengan kuadrat

Lebih terperinci

BAB II RADIASI PENGION

BAB II RADIASI PENGION BAB II RADIASI PENGION Salah satu bidang penting yang berhubungan dengan keselamatan radiasi pengukuran besaran fisis radiasi terhadap berbagai jenis radiasi dan sumber radiasi. Untuk itu perlu perlu pengetahuan

Lebih terperinci

EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA

EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R4 EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR

RANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 RANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR NOGROHO TRI SANYOTO, SUDIONO, SAYYID KHUSUMO LELONO Sekolah

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer)

Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer) Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer) 1 Mei Budi Utami, 2 Hanu Lutvia, 3 Imroatul Maghfiroh, 4 Dewi Karmila Sari, 5 Muhammad Patria Mahardika Abstrak

Lebih terperinci

1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan

1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan 1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan setiap benda akan memancarkan cahaya bila dipanaskan, contoh besi yang dipanaskan warna yang terpancar tidak bergantung pada jenis bahan atau warna asalnya, melainkan

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Program Studi : Fisika : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 24 April 2008 Jam : 08.00 0.00 PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN)

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM I. SOAL PILIHAN GANDA

BAB FISIKA ATOM I. SOAL PILIHAN GANDA FISIK TOM I. SOL PILIHN GND 0. Pernyataan berikut yang termasuk teori atom menurut Dalton adala... agian terkecil suatu atom adala elektron. lektron dari suatu unsur sama dengan elektron dari unsure lain.

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1994

Fisika EBTANAS Tahun 1994 Fisika EBTANAS Tahun 1994 EBTANAS-94-01 Diantara kelompok besaran di bawah ini yang hanya terdiri dari besaran turunan saja adalah A. kuat arus, massa, gaya B. suhu, massa, volume C. waktu, momentum, percepatan

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-16 CAKUPAN MATERI 1. INTI ATOM 2. BILANGAN ATOM DAN BILANGAN MASSA 3. MASS DEFECT 4. RADIOAKTIVITAS 5. WAKTU PARUH

Lebih terperinci

PAKET SOAL LATIHAN FISIKA, 2 / 2

PAKET SOAL LATIHAN FISIKA, 2 / 2 PAKET SOAL LATIHAN FISIKA, 2 / 2 1. Pada rangkaian berikut, masing - masing hambatan adalah 6. Tegangan baterai 9 Volt, sedangkan hambatan dalam baterai diabai kan. Arus I adalah. a. 0,5 I A b. 1 A c.

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1991

Fisika EBTANAS Tahun 1991 Fisika EBTNS Tahun 99 EBTNS-9-0 Sebuah benda dijatuhkan dari ujung sebuah menara tanpa kecepatan awal. Setelah detik benda sampai di tanah (g = 0 m s ). Tinggi menara tersebut. 40 m B. 5 m C. 0 m D. 5

Lebih terperinci

D. 15 cm E. 10 cm. D. +5 dioptri E. +2 dioptri

D. 15 cm E. 10 cm. D. +5 dioptri E. +2 dioptri 1. Jika bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dengan jari-jari lengkungan 20 cm adalah nyata dan diperbesar dua kali, maka bendanya terletak di muka cermin sejauh : A. 60 cm B. 30 cm C. 20 cm Kunci

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. a. Pompa Vakum Rotary (The Rotary Vacuum Pump) Gambar 1.10 Skema susunan pompa vakum rotary

PEMBAHASAN. a. Pompa Vakum Rotary (The Rotary Vacuum Pump) Gambar 1.10 Skema susunan pompa vakum rotary PENDAHULUAN Salah satu metode yang digunakan untuk memperoleh lapisan tipis adalah Evaporasi. Proses penumbuhan lapisan pada metode ini dilakukan dalam ruang vakum. Lapisan tipis pada substrat diperoleh

Lebih terperinci

Fisika Modern (Teori Atom)

Fisika Modern (Teori Atom) Fisika Modern (Teori Atom) 13:05:05 Sifat-Sifat Atom Atom stabil adalah atom yang memiliki muatan listrik netral. Atom memiliki sifat kimia yang memungkinkan terjadinya ikatan antar atom. Atom memancarkan

Lebih terperinci

Terdiri atas inti atom dan elektron yang berada diluar atom. Inti atom tersusun atas proton dan netron.

Terdiri atas inti atom dan elektron yang berada diluar atom. Inti atom tersusun atas proton dan netron. PARTIKEL-PARTIKEL DASAR ATOM (Sumber : www.chem-is-try-org) Kimia SMAN 113 Jakarta (www.kimiavegas.wordpress.com) Guru Mata Pelajaran : Gianto, SPd Facebook: multios2009@gmail.com Terdiri atas inti atom

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi. PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi. PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M. Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.Si Septia Kholimatussa diah* (891325), Mirza Andiana D.P.*

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB XIV ARUS BOLAK BALIK Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Soal Fismod 1

Xpedia Fisika. Soal Fismod 1 Xpedia Fisika Soal Fismod 1 Doc. Name: XPPHY0501 Version: 2013-04 halaman 1 01. Pertanyaan 01-02 : Sebuah botol tertutup berisi 100 gram iodin radioaktif. Setelah 24 hari, botol itu berisi 12,5 gram iodin

Lebih terperinci

PEMrnUATANTABUNGDETEKTOR GEIGER MULLER TIPE SIDE-WINDOWS. Gunarwan Prayitno Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir - BATAN

PEMrnUATANTABUNGDETEKTOR GEIGER MULLER TIPE SIDE-WINDOWS. Gunarwan Prayitno Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir - BATAN Prosiding Pertemuan I1miah Nasional Rekayasa Perangkat Nuklir Serpong,20 Nopember 2007 PEMrnUATANTABUNGDETEKTOR GEIGER MULLER TIPE SIDE-WINDOWS Gunarwan Prayitno Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir - BATAN

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id PELURUHAN RADIOAKTIF NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id 081556431053 Istilah dalam radioaktivitas Perubahan dari inti atom tak stabil menjadi inti atom yg stabil: disintegrasi/peluruhan

Lebih terperinci

RADIASI BENDA HITAM DAN TEORI PLANCK

RADIASI BENDA HITAM DAN TEORI PLANCK RADIASI BENDA HITAM DAN TEORI PLANCK OLEH : I WAYAN SUPARDI RADIASI KALOR Benda-benda yang dipanasi mengemisikan gelombang yang tidak nampak (sinar ultra ungu dan infra merah). Radiasi dari benda-benda

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM. a) Tetes minyak diam di antara pasangan keping sejajar karena berat minyak mg seimbang dengan gaya listrik qe.

BAB FISIKA ATOM. a) Tetes minyak diam di antara pasangan keping sejajar karena berat minyak mg seimbang dengan gaya listrik qe. BAB FISIKA ATOM Contoh 9. Hitungan mengenai percobaan Milikan. Sebuah tetes minyak yang beratnya,9-4 N diam di antara pasangan keping sejajar yang kuat medan listriknya 4, 4 N/C. a) Berapa besar muatan

Lebih terperinci

A. 5 B. 4 C. 3 Kunci : D Penyelesaian : D. 2 E. 1. Di titik 2 terjadi keseimbangan intriksi magnetik karena : B x = B y

A. 5 B. 4 C. 3 Kunci : D Penyelesaian : D. 2 E. 1. Di titik 2 terjadi keseimbangan intriksi magnetik karena : B x = B y 1. x dan y adalah dua kawat yang dialiri arus sama, dengan arah menuju pembaca. Supaya tidak dipengaruhi oleh medan magnetik, sebuah kompas harus diletakkan di titik... A. 5 B. 4 C. 3 Kunci : D D. 2 E.

Lebih terperinci

Materi. Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi

Materi. Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi Fisika Radiasi Materi Radioaktif Radiasi Proteksi Radiasi PENDAHULUAN kecil dan berbeda, sama atom- Perkembanagn Model Atom : * Model Atom Dalton: - Semua materi tersusun dari partikel- partikel yang sangat

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Version : 0-06 halaman 0. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,8 mm (B) 4,90 mm (C) 4,96 mm (D) 4,98

Lebih terperinci

C20 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut.

C20 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. 1 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. Rentang hasil pengkuran diameter di atas yang memungkinkan adalah. A. 5,3 cm sampai dengan 5,35 cm

Lebih terperinci

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1 Diameter minimum dari pengukuran benda di atas A. 5,685 cm B. 5,690 cm C. 5,695 cm D. 5,699 cm E. 5,700 cm 2. Sebuah partikel

Lebih terperinci

DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ

DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ Oleh : Agus Purwanto Sumarna JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII 1. Tumbukan dan peluruhan partikel relativistik Bagian A. Proton dan antiproton Sebuah antiproton dengan energi kinetik = 1,00 GeV menabrak proton

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh.

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh. 1. Pendahuluan Sinar X adalah jenis gelombang elektromagnetik. Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen pada tanggal 8 November 1895, ia menemukan secara tidak sengaja sebuah gambar asing dari generator

Lebih terperinci

C17 FISIKA SMA/MA IPA

C17 FISIKA SMA/MA IPA 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. Diameter minimum dari pengukuran benda di bawahadalah. A. 2,085 cm B. 2,275 cm C. 2,285 cm D. 2,290 cm E. 2,305 cm 1 2. Seorang

Lebih terperinci

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar! Pilihlah Jawaban yang Paling Tepat! Pilihlah jawaban yang benar!. Sebuah pelat logam diukur menggunakan mikrometer sekrup. Hasilnya ditampilkan pada gambar berikut. Tebal pelat logam... mm. 0,08 0.,0 C.,8

Lebih terperinci