Indonesia belum optimal
|
|
- Widya Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Avanti Fontana. 6 Oktober Catatan Diskusi Panel Inovasi Nasional Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia: Perlu Kepemimpinan Inovatif untuk Bangun Ekosistem Inovasi Indonesia. Yayasan Planet Inovasi dan The Ary Suta Center. Peran kepemimpinan yang inovatif diperlukan untuk membangun ekosistem yang kondusif dan terintegrasi agar inovasi dapat berkembang dan memberikan kontribusi lebih besar terhadap pembangunan nasional. Pemerintah berperan krusial dalam membangun ekosistem inovasi nasional lewat perannya dalam menciptakan lingkungan politik, lingkungan regulasi, dan lingkungan bisnis yang kondusif. Selain itu, kecerdasan kolektif pada tatanan pembuat kebijakan juga diperlukan untuk menjamin pertumbuhan demokrasi dan kedaulatan nasional dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat. Kebijakan membangun ekosistem inovasi nasional perlu diikuti dengan perumusan strategi dan upaya yang terperinci yang siap diimplementasikan oleh para pemangku kepentingan sistem inovasi nasional. Demikian benang merah diskusi panel Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia yang diselenggarakan oleh Yayasan Planet Inovasi (Planet Inovasi Foundation) bekerja sama dengan The Ary Suta Center for Leadership, Strategy, and Critical Thinking, di Jakarta, Selasa (6/10). Para panelis diskusi ini adalah President, Strategic Center for Indonesia Innovation, Moeldoko; Chairman, The Ary Suta Center, I Putu Gede Ary Suta; Ketua Umum Planet Inovasi dan Dosen Strategi dan Manajemen Inovasi Universitas Indonesia, Avanti Fontana; Pendiri Bina Swadaya dan Pelaku Wirausaha Sosial, Bambang Ismawan; dan Pengembang Bidang Energi Terbarukan dan General Manager Canadian Solar South East Asia Pte Ltd, Insan Boy; dengan moderator Direktur Eksekutif Kiran Resources, Soebowo Musa. Para panelis melihat peran kepemimpinan yang inovatif pada semua tingkat pemangku kepentingan, yaitu pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, dan komunitas serta komponen bangsa lainnya, merupakan faktor fundamental yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan sistem inovasi yang terintegrasi bagi penguatan daya saing bangsa. Moeldoko menyampaikan, perlunya perubahan paradigma tentang inovasi pada tatanan pimpinan nasional dan daerah dengan menjadikan inovasi sebagai pola pikir dan pola tindak. Hal itu bisa dilakukan dengan memperbaharui struktur organisasi pemerintah termasuk meninjau pentingnya keberadaan Innovation National Agency yang berperan koordinatif dalam ekosistem inovasi nasional. Pembaruan struktur organisasi pemerintah perlu dilakukan agar kita 1
2 memiliki kemampuan dan fleksibilitas dalam berinovasi serta menghadapi tantangan-tantangan strategis di masa depan. Juga mendorong pengembangan sumber daya manusia sebagai agenagen pembangunan utama yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi untuk melakukan inovasi di berbagai bidang, ungkap mantan Panglima TNI itu. I Putu Gede Ary Suta mengatakan, faktor kepemimpinan dan intelijen kolektif merupakan faktor fundamental yang diperlukan guna mendukung pembangunan nasional berbasis inovasi. Diskusi panel ini, paparnya, merupakan upaya nyata di tingkat pemikiran strategis untuk melihat peluang dan tantangan dalam bangunan ekosistem inovasi nasional guna menunjang pembangunan berbasis inovasi dalam upaya mencapai tujuan nasional. Avanti Fontana menjelaskan, ekosistem inovasi yang kondusif memungkinkan terjadinya jejaring kerja sama inovasi di antara seluruh komponen bangsa dan organisasiorganisasi untuk menghasilkan dan memanfaatkan karya-karya inovasi itu sendiri. Lingkungan institusional yang kondusif untuk inovasi mencakup antara lain lingkungan politik, lingkungan regulasi, lingkungan bisnis. Lingkungan ini perlu dirancang bangun untuk memfasilitasi inovasi di berbagai bidang dan tingkatan usaha serta organisasi. Pendidikan dan riset, infrastruktur, kematangan pasar serta bisnis termasuk di sini adalah keberadaan sumber daya manusia yang ahli dan terampil dalam berinovasi, menjadi faktor penting lainnya yang harus disiapkan secara komprehensif nasional. Hal ini menuntut produk-produk kebijakan dan peraturan perundangundangan yang kondusif, menyeluruh dan menyentuh semua tingkat makro dan mikro nasional. Interaksi sistematis dan kondusif antar pelaku inovasi nasional, yaitu pemerintah, bisnis/industri, lembaga riset/universitas, dan komunitas perlu menjadi praktik keseharian pembangunan nasional berbasis inovasi. Bambang Ismawan mengungkapkan, keterkaitan antara sumber daya dan pelaku pembangunan seperti dana, peralatan, fasilitas, sumber daya manusia, peneliti dan perwakilan industri mencerminkan komponen sistem inovasi nasional yang terintegrasi. Hal ini memungkinkan terjadinya pembangunan dan perkembangan teknologi dan inovasi, melalui interaksi universitas, bisnis, kapitalis ventura, pusat riset universitas bekerja sama dengan dunia usaha dan industri, pengambil kebijakan, serta lembaga pendanaan. Peluang membangun ekosistem inovasi nasional terbuka untuk mendorong lahirnya grassroot-types of innovation pada tingkatan komunitas/masyarakat secara berkesinambungan. Insan Boy mengatakan, kebijakan inovasi pemerintah, insentif dan komitmen pemerintah untuk mendorong dan mendukung inovasi perlu diwujudkan secara nyata dan menyeluruh dan menyangkut berbagai sektor. Hal ini menuntut adanya ekosistem inovasi 2
3 nasional yang kondusif. Dalam hal ini, ekosistem inovasi nasional sebagai pelaku dan entitas pelaksana proses inovasi nasional. Peran best practices nasional/internasional dalam konteks pembangunan berbasis inovasi penting dalam mendukung bangunan ekosistem inovasi yang memadai. Indonesia belum optimal Planet Inovasi dan ASC menyajikan data kinerja Inovasi Indonesia menurut Data Indeks Inovasi Global 2015 (Cornell University, INSEAD, and WIPO 2015: The Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for Development, Fontainebleau, Ithaca, and Geneva). Data menunjukkan kinerja inovasi Indonesia belum optimal. Indeks Inovasi Global 2015 menunjukkan peringkat Indonesia dalam perbandingan dunia 141 negara (Cornell University, INSEAD, and WIPO 2015: The Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for Development, Fontainebleau, Ithaca, and Geneva). Indonesia ada pada peringkat ke 97 dari 141 negara. Peringkat tersebut ditunjukkan oleh skor inovasi Indonesia pada angka 29,8 dari skor maksimum angka 100 atau baru sekitar 30% dari skor total. Hal itu dapat memproksi aktualitas dan potensi kapasitas produktif inovasi Indonesia. Sementara untuk kinerja input atau kinerja faktor-faktor pendukung proses inovasi nasional, Indonesia ada di peringkat 114. Sub-indeks input inovasi tersebut terdiri dari lima faktor yang terkait erat dengan bangunan ekosistem inovasi nasional, bangunan yang memungkinkan interaksi antar aktor/pelaku dan entitas pemerintah, lembaga riset, universitas, pelaku usaha bisnis dan industri mikro hingga besar, serta komunitas. Lima faktor tersebut (lihat Tabel 1) perlu mendapat perhatian serius karena skor dan peringkatnya menunjukkan kondisi Indonesia yang belum optimal: menurut Indeks INovasi 2015 (1) faktor institusi ada pada peringkat 130; (2) SDM dan riset ada pada peringkat 87; (3) infrastruktur peringkat 85; (4) lingkungan pasar peringkat 86; dan (5) lingkungan bisnis peringkat 124. Faktor institusional atau kelembagaan berhubungan dengan lingkungan politik, hukum dan peraturan serta bisnis. Faktor SDM dan Riset berkaitan dengan pendidikan, penelitian dan pengembangan. Faktor infrastruktur berkaitan tengan teknologi informasi dan komunikasi, infrastruktur umum serta lingkungan ekologi yang berkelanjutan keberadaannya. Tingkat kemuktahiran pasar (market sophistication) berhubungan dengan kredit, investasi, perdagangan 3
4 dan kompetisi. Tingkat kemuktahiran bisnis terkait dengan pengetahuan tenaga kerja (keahlian dan keterampilan tenaga kerja), lingkaran inovasi bisnis dan pemangku kepentingannya, serta daya serap pengetahuan dan valuasinya. Lima faktor tersebut merupakan faktor-faktor dalam input inovasi yang diperlukan untuk menghasilkan output inovasi. Indeks Inovasi Global mengukur dua jenis output yaitu (1) output pengetahuan dan teknologi, yang berhubungan dengan penciptaan pengetahuan, dampak dan penyebaran pengetahuan, dan (2) output kreatif yang berhubungan dengan aset nirwujud, produk-produk kreatif, dan kreativitas online. Tabel 1. Peringkat Inovasi Indonesia dalam Indeks Inovasi Global No. Indeks Inovasi 2013 (142 Negara) 2014 (143 Negara) 2015 (141 Negara) 1. Indeks Inovasi Global untuk Indonesia Sub Indeks Output Inovasi Output Pengetahuan & Teknologi Output Kreatif Sub Indeks Inovasi Faktor Institusi Lingkungan Politik Stabilitas Politik Efektivitas Pemerintah Kebebasan Pers Lingkungan Regulasi Kualitas Regulasi Peraturan Hukum Biaya Biaya redundansi pemberhentian, minggu gaji Lingkungan Bisnis Kemudahan Memulai Bisnis Kemudahan Menyelesaikan Kepailitan Kemudahan Membayar Pajak Faktor SDM & Riset Faktor Infrastruktur Faktor Pasar (Market Sophistication) Faktor Bisnis (Business Sophistication) Rasio Efisiensi Inovasi Sumber: Planet Inovasi dan ASC berdasarkan Data Indeks Inovasi Global Tahun 2013, 2014, 2015 (Cornell University, INSEAD, and WIPO 2015: The Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for Development, Fontainebleau, Ithaca, and Geneva). 4
5 Mari kita ambil contoh faktor institusi yang terdiri dari lingkungan politik, lingkungan regulasi dan lingkungan bisnis. Peringkat dari tahun menunjukkan situasi yang jauh dari optimal dengan peringkat berturutan 138, 137, dan 130, atau ada sekitar 129 negara di atas kita yang lebih baik kondisi institusionalnya. Lingkungan regulasi merupakan subfaktor institusi yang paling memprihatinkan dalam hal ini. Kondisi ini tentu berpengaruh besar pada pembentukan ekosistem inovasi nasional yang kondusif sebagai stimulator berjalannya proses inovasi di berbagai sektor dan tingkatan entitas di Indonesia. Tabel 2. Peringkat, Output, dan Indeks Inovasi Global : ASEAN ASEAN Institusi SDM & Riset Infrastruktur Kemuktahiran Pasar Kemuktahiran Bisnis Output Pengetahuan & Teknologi Output Kreatif Indeks Inovasi Global Singapore Malaysia Viet Nam Thailand Philippines Cambodia Indonesia Myanmar NA NA NA NA NA NA NA NA Sumber: Planet Inovasi dan ASC berdasarkan Data Indeks Inovasi Global Tahun 2013, 2014, 2015 (Cornell University, INSEAD, and WIPO 2015: The Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for Development, Fontainebleau, Ithaca, and Geneva). Jika kita bandingkan dengan kinerja lingkungan institusional dari 129 negara lainnya di dunia dan Negara-negara di kawasan ASEAN yaitu Singapura, Malaysia, Viet Nam, Thailand, Filipina, dan Kamboja, kinerja lingkungan inovasi Indonesia masih jauh dari optimal. Keberadaan faktor input inovasi yang belum kondusif ini tentunya berdampak pada kinerja output inovasi Indonesia. Untuk indeks output inovasi tahun 2015 dalam bentuk pengetahuan 5
6 dan teknologi, Indonesia ada pada urutan 100 dari 141 dan untuk output kreatif urutan 78 dari 141 negara. Peringkatnya dari bahkan menunjukkan peringkat yang merendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat yang sama dunia berubah, Negara-negara yang tadinya tidak masuk dalam kategori berkinerja secara inovasi sekarang muncul di kancah inovasi dunia seperti untuk ASEAN muncul pelaku baru Vietnam dan Kamboja serta Kenya dan Uganda di Afrika. Faktor pemicunya adalah bangunan ekosistem inovasi nasional lewat lingkungan institusional yang kondusif (lihat Tabel 2 Institusi). Tabel 3. Peringkat, Output, dan Indeks Inovasi Global : Negara BRICS, Kenya dan Uganda NEGARA Institusi SDM & Riset Infrastruktur Kemuktahiran Pasar Kemuktahiran Bisnis Output Pengetahuan & Teknologi Output Kreatif Indeks Inovasi Global Brazil Russia India China South Africa Kenya Indonesia Uganda Sumber: Planet Inovasi dan ASC berdasarkan Data Indeks Inovasi Global Tahun 2013, 2014, 2015 (Cornell University, INSEAD, and WIPO 2015: The Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for Development, Fontainebleau, Ithaca, and Geneva). Saat melihat peringkat kinerja inovasi Indonesia di tengah Negara-negara BRICS, Kenya dan Uganda, peringkat Indonesia ada pada urutan di bawah (Lihat Tabel 3). Dalam konteks membangun ekosistem inovasi nasional, kita dapat pertama-tama memfokuskan pada tampilan 6
7 data input institusi, input SDM dan riset, input infrastruktur, input pasar dan bisnis sebagai faktor yang mempengaruhi lingkungan interaksi para pelaku dan entitas sistem inovasi nasional. Kita pun dapat membandingkannya dengan kinerja input Negara-negara lain tersebut. Diskusi Panel Inovasi Nasional ini bertujuan memberi masukan strategis kepada para pemangku kepentingan inovasi nasional tentang pentingnya membangun ekosistem atau lingkungan interaktif yang kondusif untuk efektivitas inovasi nasional di tengah lingkungan yang semakin dinamis dan kompleks. Masukan strategis diperoleh dari diskusi yang mengangkat gambaran peluang dan tantangan serta usulan solusi nyata tentang sistem inovasi nasional yang terintegrasi dalam suatu ekosistem yang kondusif. Diskusi Panel Inovasi Nasional tentang Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia ini dapat memberi gambaran peluang dan tantangan ekosistem inovasi Indonesia yang kinerjanya belum optimal serta langkah nyata yang dapat segera dilakukan adalah Pemerintah bekerja sama dengan para pemangku kepentingan sistem inovasi nasional. Pemerintah perlu segera melakukan evaluasi kebijakan, strategi, dan upaya yang ada selama ini dalam bidang sistem inovasi nasional dan menyempurnakan kebijakan, strategi, dan upaya dengan melibatkan semua pemangku kepentingan. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara sistematis kinerja inovasi suatu Negara antara lain terkait dengan kualitas lingkungan politik, lingkungan regulasi, lingkungan bisnis, tingkat pendidikan, riset dan pengembangan, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, infrastruktur umum, fasilitas kredit dan investasi untuk semua jenis dan besaran usaha, kualitas tenaga kerja, kualitas interaksi pelaku inovasi, daya serap pengetahuan pelaku dan entitas inovasi. (**) TENTANG PENYELENGGARA YAYASAN PLANET INOVASI (PLANET INOVASI) & THE ARY SUTA CENTER (ASC) 7
8 TENTANG PENYELENGGARA YAYASAN PLANET INOVASI (PLANET INOVASI) & THE ARY SUTA CENTER (ASC) PLANET INOVASI Planet Inovasi didirikan di Jakarta pada tanggal 9 Januari Maksud: Planet Inovasi sebagai penggagas dan/atau penggerak inovasi nasional yang menyangkut delapan bidang geografi, demografi, sumber kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Tujuan: Planet Inovasi menciptakan dan/atau mewujudkan inovasi-inovasi dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Visi: Planet Inovasi memfasilitasi perwujudan sistem inovasi nasional guna mendukung pencapaian citacita dan tujuan nasional. Misi: Planet Inovasi menumbuhkembangkan semangat kebangsaan, mengidentifikasi permasalahan dan persoalan bangsa menurut skala prioritas, mendorong lahir dan berkembangnya inisiatif-inisiatif pemecahan masalah bangsa berdasarkan skala prioritas kepentingan pembangunan, membantu dan/atau bekerja sama dengan seluruh komponen bangsa dalam memecahkan masalah bangsa, dan membantu Pemerintah dalam menggerakkan sistem inovasi nasional termasuk sistem inovasi daerah serta sistem inovasi komunitas lewat pembangunan jejaring-jejaring kerja sama inovasi secara terintegrasi. Kegiatan: Panggung Pemuda Kebangsaan I (Maret 2014), Workshop Inovasi Kebangsaan I (Sejak 2014), Talk Show RRI, Penjurian Kreativitas & Inovasi RRI, Pembicara pada Rakor Inovasi, Panglima TNI Innovation Award (Agustus-Oktober 2014), Cerita Inovasi Tanah Air (CINTA) Indonesia (Sejak 2015), Diskusi Panel Inovasi Nasional (Sejak 2015). Yayasan Planet Inovasi bersifat terbuka, non partisan, dan membangun jejaring keanggotaan seluruh komponen bangsa serta mengundang dan merekrut mitra yang berdedikasi untuk mengelola gerakangerakan inovasi di berbagai bidang dan berwawasan kebangsaan (inovasi kebangsaan). Sekretariat: Jl. Raya Gongseng 2A, Cijantung, Jakarta 13780, Tel
9 THE ARY SUTA CENTER FOR LEADERSHIP, STRATEGY, AND CRITICAL THINKING (ASC) Misi: (1) Membangun kompetensi, penciptaan nilai, dan daya saing bangsa; (2) melakukan penelitian yang berkualitas terhadap pemikiran masyarakat untuk menciptakan "fair mindness" dan kecerdasan eksekutif; (3) melakukan kajian yang komprehensif tentang kepemimpinan yang cocok dan berkualitas untuk Indonesia; (4) melakukan penelitian dengan fokus untuk meningkatkan kompetensi bangsa; (5) melakukan penelitian di bidang inovasi guna penciptaan nilai yang berkelanjutan dalam meningkatkan daya saing bangsa. Visi: Menempatkan ASC sebagai leading institusi yang dapat ikut mencerdaskan bangsa khususnya di bidang kepemimpinan, strategi dan pemikiran kritis melalui penelitian, karya tulis, konsep-konsep intelektual, dan penerbitan buku guna meningkatkan kecerdasan dan kapasitas bangsa. Sekretariat: Jl. Prapanca III No. II, Jakarta 12160, Indonesia, Telepon
ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014
ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciLeading In Turbulance Times With Economic Leadership
Leading In Turbulance Times With Economic Leadership ielf o r um. id 6 Latar Belakang 8 Tujuan Program 11 Segmentasi 14 Target Pencapaian 16 Indikator Keberhasilan 20 Aktivitas Utama 20 Sumber Daya 20
Lebih terperinciReview Naskah Akademik dan Raperda Kewirausahaan DI Yogyakarta
Review Naskah Akademik dan Raperda Kewirausahaan DI Yogyakarta Oleh. Dr. Rizal Yaya SE., M.Sc. Ak. CA Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disampaikan pada FGD Raperda
Lebih terperinciLeading In Turbulance Times With Economic Leadership
Leading In Turbulance Times With Economic Leadership ielforum.id 6 Latar Belakang 8 Tujuan Program 11 Segmentasi 14 Target Pencapaian 16 Indikator Keberhasilan 20 Aktivitas Utama 20 Sumber Daya 20 Anggaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciMenghubungkan Masyarakat dan Budaya
Yayasan Temasek Laporan Singkat Tahun 2015/2016 1 Menghubungkan Masyarakat dan Budaya Membangun Masa Depan Bersama di Asia Laporan Singkat Yayasan Temasek Tahun 2015/2016 Lembaran Baru Sejak Mei 2007,
Lebih terperinciTANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts
TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS Garment Factory Automotive Parts 1 Tantangan eksternal : persiapan Negara Lain VIETNAM 2 Pengelolaaan ekspor dan impor Peningkatan pengawasan produk ekspor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 maka ada beberapa kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, di antaranya: (1)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor
Lebih terperinciPRESS RELEASE. LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017
PRESS RELEASE LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017 Pada tanggal 1 Juni 2017, International Institute for Management Development (IMD) telah meluncurkan The 2017 IMD World
Lebih terperinciVI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN
VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN Paradigma pembangunan saat ini lebih mengedepankan proses partisipatif dan terdesentralisasi, oleh karena itu dalam menyusun
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH
Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisasi atau perusahaan memerlukan sumber daya untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi atau perusahaan memerlukan sumber daya untuk mencapai tujuannya. Sumber daya merupakan sumber energi, tenaga, kekuatan yang diperlukan untuk menciptakan daya,
Lebih terperinciPeran Strategis Sentra KI dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia
Peran Strategis Sentra KI dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia oleh: Mhd Hendra Wibowo 1 Indonesia Kreatif dan Mandiri Teknologi melalui Pendayagunaan Kekayaan Intelektual (KI) adalah cita-cita yang wajar
Lebih terperinciMENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1
MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara-negara. Agenda berskala internasional yang diadakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi di berbagai negara semakin meluas dalam berbagai aspek dan dimensi. Globalisasi membuka peluang dan menjadi tantangan bagi perekonomian
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun
1 1 PENDAHULUAN Daya saing merupakan suatu hal yang mutlak dimiliki dalam persaingan pasar bebas. Perkembangan daya saing nasional di tingkat internasional juga tidak terlepas dari perkembangan daya saing
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,
Lebih terperinciMUHIDIN M. SAID KOMISI V DPR RI
RAPAT KONSULTASI REGIONAL (KONREG) BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2015 DUKUNGAN DPR RI TERHADAP PROGRAM PEMBANGUNAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT JAKARTA, 21 APRIL 2015 MENINGKATKAN
Lebih terperinci2011 Petunjuk Teknis Program HIBAH MITI
2011 Petunjuk Teknis Program HIBAH MITI Departemen Pendayagunaan IPTEK MITI Mahasiswa 2011 PETUNJUK TEKNIS Program Hibah MITI untuk Pemberdayaan Masyarakat LATAR BELAKANG Bangsa Indonesia adalah Negara
Lebih terperinciUNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan industri kreatif di Kota Bandung menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan. Kota Bandung memiliki kawasan produksi yang strategis diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai
Lebih terperinci8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI
8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi
Lebih terperinciMenuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi:
Menuju Revolusi Ketiga Sains Teknologi: Pengembangan Ekonomi Kreatif Prof. Dr. Bustanul Arifin barifin@uwalumni.com Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri/Ekonom Senior INDEF Anggota Komite
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama
Lebih terperinciKetua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI
PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan
Lebih terperinciPetunjuk Teknis Program HIBAH MITI
2010 Petunjuk Teknis Program HIBAH MITI Tim Community Development MITI Mahasiswa 2010 PETUNJUK TEKNIS Program Hibah MITI untuk Pemberdayaan Masyarakat LATAR BELAKANG Tingkat daya saing Indonesia pada tahun
Lebih terperinciBAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan
Lebih terperinciPENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago
PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia
Lebih terperinciNARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas
NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan
Lebih terperinciLAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013
LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciKESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013
KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan
Lebih terperinciKursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktivitas dan kondisi kerja UKM RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM
Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktivitas dan kondisi kerja UKM RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM 2016-2025 RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM 2016-2025
Lebih terperinciBAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai
Lebih terperinciCUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG
CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia menghadapi persoalan dalam membangun ekonomi maka suatu daerah harus membangun perekonomian yang
Lebih terperinciNo Upaya untuk menyelenggarakan Standardisasi Industri melalui perencanaan, penerapan, pemberlakuan, pembinaan dan pengawasan Standar Nasional
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6016 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Sarana. Prasarana. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 9) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciKEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 20/SK/K01-SA/2010 TENTANG FOKUS RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 20/SK/K01-SA/2010 TENTANG FOKUS RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Menimbang : Mengingat : (a) bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya sekolah yang kuat merupakan suatu kekuatan yang dapat menyatukan tujuan, menciptakan motivasi, komitmen dan loyalitas seluruh warga sekolah, serta memberikan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH Diskusi dan Peluncuran Buku Inovasi 17 Bank
KEYNOTE SPEECH Diskusi dan Peluncuran Buku Inovasi 17 Bank Integrasi Ekonomi ASEAN 2015: Peluang atau Ancaman Bagi Perbankan Nasional DR. DARMIN NASUTION Pusat Data Analisa Tempo & Independent Research
Lebih terperinciTERM OF REFERENCE (TOR)
TERM OF REFERENCE (TOR) WorkshopKetahananEkonomidanSosial Memperkuat Ketahanan Dan Stabilitas Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Ditengah Tantangan Nasional Dan Global Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Lebih terperinciMUFG, grup jasa keuangan terbesar di Jepang, akan membuat investasi strategis di Bank Danamon di Indonesia
The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Ltd. A member of MUFG, a global financial group For Immediate MUFG, grup jasa keuangan terbesar di Jepang, akan membuat investasi strategis di Bank Danamon di Indonesia
Lebih terperinciTantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015
Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat. Umumnya sorotan itu ditujukan pada rendahnya mutu pendidikan, rendahnya budi pekerti, rendahnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan merupakan pusat terkumpulnya berbagai informasi dan ilmu pengetahuan baik berupa buku maupun bahan rekaman lainnya yang diorganisasikan untuk dapat memenuhi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBambang P.S Brodjonegoro FEUI & KPPOD
DAYA SAING DAERAH Bambang P.S Brodjonegoro FEUI & KPPOD Desentralisasi Sebagian besar kewenangan pemerintahan sudah beralih ke daerah Daerah menjadi unit ekonomi yang mandiri dan bertanggung g jawab terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia pada saat ini berada di bawah negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina dalam hal pengembangan sumber daya manusia. Hal ini terlihat dari Human
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas pokok Bank Indonesia (BI) sebagaimana ditetapkan dalam Undang undang tentang Bank Sentral, memiliki fungsi yang sangat strategis yaitu mencapai dan memelihara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan merancang suatu sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan metode balanced scorecard yang sesuai dengan visi dan misi
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa setiap Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyusun RPJPD
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciProgram Kewirausahaan Mahasiswa. Indonesia (PKMI) 2017
Program Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (PKMI) 2017 TUJUAN PKMI Pertama membentuk karakter wirausaha mahasiswa berupa proses pengintegrasian antara hardskill dan softskill (knowledge, skill, personal
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inti dari adanya MEA adalah untuk
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia akan memasuki era baru perdagangan bebas Asia Tenggara yang telah disepakati sejak satu dekade lalu atau saat ini dikenal dengan nama Masyarakat Ekonomi ASEAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun ini diperkirakan akan mencapai 6,4% dan terus meningkat menjadi 6,6% pada tahun 2014, hal ini berdasarkan publikasi Asia
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA TASIKMALAYA, : a. bahwa penanaman modal
Lebih terperinciKERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta
KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta Oleh: Satoto E. Nayono Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan - Universitas Negeri Yogyakarta Jalan Colombo 1, Yogyakarta
Lebih terperinciBerdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)
Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN I TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator
Lebih terperinciBELAJAR DI ERA DIGITAL: BAHASA INGGRIS BERBASIS LOKALITAS MELALUI MEDIA SOSIAL SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF MENYONGSONG 0 KM JAWA
BELAJAR DI ERA DIGITAL: BAHASA INGGRIS BERBASIS LOKALITAS MELALUI MEDIA SOSIAL SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF MENYONGSONG 0 KM JAWA Winda Candra Hantari, Ali Imron Abstrak Perubahan kecil dalam sebuah konteks
Lebih terperinciDAFTAR INVENTARISASI MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEWIRAUSAHAAN NASIONAL
DAFTAR INVENTARISASI MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEWIRAUSAHAAN NASIONAL DAFTAR INVENTARISASI MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEWIRAUSAHAAN NASIONAL NO 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperincidan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peran perbankan yang profesional semakin dibutuhkan guna
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran perbankan yang profesional semakin dibutuhkan guna mendukung kebutuhan akan finansial yang juga semakin beragam ditengah tumbuh dan berkembangnya perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membuat perusahaan merasa tidak aman bahkan di wilayah negaranya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar ekonomi dunia yang semakin terbuka di era globalisasi sekarang ini menuntut para pelaku usaha untuk lebih kreatif dan inovatif dalam rangka memenangkan
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Lebih terperinciBAB III VISI, MISI DAN NILAI
BAB III VISI, MISI DAN NILAI VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SIAK Dalam suatu institusi pemerintahan modern, perumusan visi dalam pelaksanaan pembangunan mempunyai arti yang sangat penting mengingat semakin
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM
Lebih terperinciPERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi
PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kota yang dimaksudkan
Lebih terperinciIndeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi
KOPI, Jakarta Kinerja industri nasional kembali menunjukkan agresivitasnya seiring dengan peningkatan permintaan pasar domestik dan adanya perluasan usaha. Capaian ini terungkap berdasarkan laporan indeks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap
Lebih terperinciTantangan & Peluang Peningkatan Kontibusi Teknologi di Bidang Pertanian
Tantangan & Peluang Peningkatan Kontibusi Teknologi di Bidang Pertanian Benyamin Lakitan WORKSHOP KERJASAMA PENELITIAN APLIKASI NUKLIR DI BIDANG PERTANIAN BALITBANG KEMTAN, 16 OKTOBER 2013 Persoalan Simptomatik
Lebih terperinciKERANGKA STRATEGIS Jejaring Asia-Pasifik untuk Kepemimpinan Global
KERANGKA STRATEGIS 2012-2015 Jejaring Asia-Pasifik untuk Kepemimpinan Global Pertemuan Tahunan Para Presiden APRU ke 16 Universitas Oregon 27-29 Juni 2012 Draf per 24 Mei 2012 APRU: Sekilas Pandang 42
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi agenda penting pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi agenda penting pemerintah dalam beberapa tahun belakangan ini. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran betapa
Lebih terperinciLAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35
LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang
Lebih terperinciLD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus
Lebih terperinciBerdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)
Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator
Lebih terperinciSIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia
SIARAN PERS Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia Pada Dialog Bisnis Uni Eropa - Indonesia (EIBD) keempat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sekilas Tentang Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sekilas Tentang Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Sejarah Singkat Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Berdasarkan undangundang Nomor 22
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, tingkat pengangguran di Indonesia di antara Negara-negara Asociation of South Asean Nation (ASEAN) paling tinggi. Banyak sarjana di Indonesia berstatus
Lebih terperinciKemitraan Dalam. Ringkasan Laporan 2012/2013
Kemitraan Dalam Membangun Masa Depan BERSAMA di Asia Ringkasan Laporan 2012/2013 YAYASAN TEMASEK Yayasan Temasek adalah organisasi kemanusiaan Singapura yang didirikan oleh Temasek, sebuah perusahaan Asia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Bappenas,2006)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Apabila dikatakan bahwa sumber daya manusia merupakan sumber daya terpenting yang dimiliki oleh suatu organisasi, salah satu implikasinya ialah bahwa investasi
Lebih terperinciPerencanaan dan Perjanjian Kerja
BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kerja 2.1 Rencana Strategis Renstra Bappeda Litbang disusun adalah dalam rangka mewujudkan visi dan misi daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015
PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA
Lebih terperinciLANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS
LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS KEBUTUHAN AKAN INOVASI DAN KREATIVITAS Pengenalan barang dan jasa baru Metode produksi baru Sumber bahan mentah baru Pasar-pasar baru Organisasi industri baru Kreativitas,
Lebih terperinci