TRADISI BECEKAN. (Studi Kasus Pada Masyarakat Jawa Di Desa Bandung Rejo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo) ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TRADISI BECEKAN. (Studi Kasus Pada Masyarakat Jawa Di Desa Bandung Rejo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo) ABSTRAK"

Transkripsi

1 1

2 TRADISI BECEKAN (Studi Kasus Pada Masyarakat Jawa Di Desa Bandung Rejo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo) ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tradisi Becekan yang ada di masyarakat desa Bandung Rejo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo saat ini yakni dengan menggunakan teori pertukaran (resiprositas) dan metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tradisi becekan ini merupakan wujud dari kegiatan untuk melestarikan budaya yang diwariskan para leluhur terdahulu dengan tujuan agar teciptanya rasa solidaritas atau kepedulian diantara sesama atau prinsip masyarakat Jawa yaitu paseduluran masih dipegang teguh. Namun pada kenyataannya perubahan yang terjadi yang semula dikenal dengan nyumbang dan menjadi mbecek telah mengarah dan menunjukkan perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat serta adanya unsur paksaan atau timbal balik untuk saling memberi tanpa masyarakat itu melihat bagaimana kondisi atau ekonomi sosial masyarakat lainnya. Sehingga kegiatan membalas untuk saling memberi baik dikehendaki atau tidak dikehendaki adalah menjadi hal yang paling penting dari tradisi ini meskipun tanpa adanya suatu perjanjian. Karena pembicaraan negatif akan tetap ada di tengah-tengah masyarakat khususnya bagi mereka yang tidak mau mengembalikan sementara sebelumnya telah diketahui menerima pemberian. Kata Kunci: Tradisi Becekan dan Perubahan Masyarakat Kamisah, 1 Nim Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo. Di bawah bimbingan bapak Dr. Rauf A. Hatu, M.Si 2 dan Sainudin Latare, S.Pd.,M.Si 3 1 Peneliti 2 Dosen Pembimbing I (Satu) 3 Dosen Pembimbing II (Dua) 2

3 Masyarakat Jawa dikenal sebagai masyarakat yang kental akan tradisi dan budayanya. Diantaranya adalah tradisi nyumbang. Yaitu kegiatan memberikan sesuatu kepada orang lain pada waktu tertentu ketika mengadakan hajatan. Dalam hal ini, tradisi nyumbang dibeberapa daerah memiliki cara penyebutan yang berbeda-beda. Sebagian masyarakat Jawa menyebutnya dengan mbecek, buwoh, atau ewuh. Dan jika dilihat dari realitas kehidupan sosial yang ada di desa Bandung Rejo kecamatan Boliyohuto kabupaten Gorontalo yang terdiri dari masyarakat Jawa, Sunda, Jawa Tondano, dan Gorontalo dengan didominasi oleh masyarakat Jawa tradisi nyumbang sering dilaksanakan. Akan tetapi istilah ini sekarang sudah jarang bahkan tidak digunakan lagi. Masyarakat lebih cenderung menyebutnya dengan mbecek/becekan. hal ini karena adanya anggapan bahwa antara nyumbang dan mbecek kini memiliki makna yang berbeda. Dalam tradisi becekan kini justru mengandung unsur paksaan. Entah dari segi pelaksanaanya oleh pihak yang hendak mengadakan hajatan karena sebelumnya telah mengadakan tradisi mbecek tersebut kepada masyarakat lain sehingga mengaharap kembali pemberiannya itu, atau bahkan sebagai upaya untuk memperoleh keuntungan. Dan bagi masyarakat yang mengadakan tradisi mbecek itu juga seolah-olah dituntut untuk mengembalikan sesuai jumlah yang diterimanya atau lebih. Dalam hal ini, apabila dalam proes pengembaliannya dengan jumlah lebih sedikit atau tidak sesuai dengan apa yang diterima sebelumnya atau bahkan sama sekali tidak membalasnya dalam artian ketika ada masyarakat yang mengadakan hajatan dan ada masyarakat tertentu tidak mengadakan tradisi tersebut sementara sebelumnya telah diketahui ia mendapat sesuatu atau pemberian gawan (barang bawaan baik berupa bahan makanan atau uang), maka orang atau masyarakat yang tidak mengembalikan akan memperoleh bahan gunjingan dari pihak yang mempunyai hajatan tersebut atau masyarakat lain. Ini dapat dilihat dari aktivitas becekan tersebut yang mengandung kerjasama resiprositas (hubungan timbal balik) seperti sekarang ini. 3

4 Melihat realitas tersebut, peneliti menemukan suatu permasalahan yakni tentang perubahan tradisi becekan di desa Bandung Rejo Kec. Boliyohuto Kab. Gorontalo serta faktor pendorong terjadinya perubahan tradisi tersebut. Dan dengan penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan dan menambah pengetahuan kepada pembaca atau masyarakat yakni dengan menjelaskan tradisi becekan seperti pada perayaan dalam rangka perkawinan (mantu), khitanan (sunatan), dan kelahiran bayi (sepasaran bayen) serta perubahan yang ada saat ini. Tradisi merupakan adat kebiasaan yang turun-temurun yang dari dahulu sampai dengan sekarang masih terus dilaksanakan dan memiliki penilaian dan anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang baik dan benar dalam pandangan hidup mereka. Seperti halnya menurut James Dananjaja berbagai unsur kebudayaan misalnya filsafat, kepercayaan, kesenian, kesusteraan, mode pakaian, dan adat istiadat popular mencerminkan pandangan hidup suatu masyarakat. 4 Sedangkan menurut Frans Magnis Suseno, pandangan hidup Jawa misalnya tercermin dalam kehidupan sehari-hari orang Jawa berpandangan bahwa wong ngalah luhur wekasane (orang yang suka mengalah akan memperoleh kebahagiaan kelak) dan alon-alon waton kelakon (perlahan tapi pasti). Sabar, sungkan (merasa enggan) dan isin (malu) merupakan pandangan hidup yang harus diugemi (dipatuhi) dan diuri-uri (dilestarikan) sehingga rasa isin dan sungkan tersebut menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sikap dan perilaku manusia Jawa. 5 Dalam hal ini, terlihat dari kegiatan masyarakat Jawa seperti mengadakan suatu bentuk tradisi yaitu becekan dimana yang kesemuannya itu pada dasarnya diadakan sebagai wujud dari pelestarian tradisi, memupuk rasa solidaritas, dan karena adanya rasa sungkan atau rikuh (enggan) jika tidak dilaksanakan. Perubahan sosial akan melibatkan dimensi ruang dan waktu. Dimensi ruang menunjukkan pada wilayah terjadinya perubahan sosial serta kondisi yang 4 Dalam Maryaeni Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm Dalam Maryaeni Ibid. Hlm

5 melingkupinya. Dimensi ini mencakup pula konteks historis yang terjadi pada wilayah tersebut. Dimensi waktu dalam studi perubahan meliputi konteks masa lalu (past), sekarang (present), dan masa depan (future). 6 Dengan demikian Terkait akan hal itu, perubahan tradisi yang terjadi pada masyarakat dapat dilihat terlebih dahulu dengan memperhatikan bagaimana tradisi itu sendiri seperti Becekan tersebut yakni di masa lalu dengan masa sekarang. Contoh dari suatu nilai-budaya, terutama dalam masyarakat kita adalah konsepsi bahwa hal yang bernilai tinggi adalah apabila manusia itu suka bekerjasama dengan sesamanya berdasarkan rasa solidaritas yang besar. Konsep ini yang biasanya kita sebut nilai gotong royong, mempunyai ruang lingkup yang amat luas karena memang hampir semua karya manusia itu biasanya dilakukannya dalam rangka kerjasama dengan orang lain. 7 Ini dapat kita lihat dari berbagai kegiatan masyarakat seperti sambatan dalam membangun rumah, kegiatan bersih desa, termasuk adanya tradisi-tradisi tertentu seperti rewang, nyumbang/mbecek, dan lain sebagainya yang kesemuannya itu merupakan wujud daripada kegiatan gotong-royong. Suatu hal yang hingga sekarang masih mendapat perhatian adalah menyumbang berupa uang pada waktu diadakan pesta perkawinan, khitanan dan lain-lain. Besar kecilnya sumbangan itu tergantung dari kedudukan si penyumbang. 8 Kegiatan menyumbang seperti ini oleh masyarakat di desa Bandung Rejo sekarang di sebut dengan mbecek. Dengan melihat fenomena tradisi becekan sekarang ini, dapat merujuk pada teori pertukaran sosial. Dimana konsep perubahan sosial Peter Blau terbatas pada tindakan-tindakan yang sementara, yang tergantung, pada reaksi-reaksi dari 6 Nanang Martono Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hlm Koentjaraningrat Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hlm Abu Ahmadi Antropologi Budaya. Semarang: C.V. Pelangi. Hlm

6 orang lain yang memberi penghargaan, tindakan-tindakan yang berhenti ketika reaksi-reaksi yang diharapkan tidak datang. Orang tertarik satu sama lain karena beragam alasan yang menyebabkan mereka membangun asosiasi-asosiasi sosial. Sekali ikatan-ikatan awal ditempa, penghargaan-penghargaan yang mereka berikan satu sama lain membantu memelihara dan meningkatkan ikatan-ikatan itu. Situasi yang berlawanan juga mungkin: dengan penghargaan yang tidak memadai, suatu asosiasi akan melemah atau pecah. Penghargaan yang dipertukarkan dapat besifat intrinsik (misalnya cinta, kasih sayang, penghargaan) atau ekstrinsik (contohnya uang, pekerjaan fisik). 9 Sementara itu menurut Mauss Tukar-menukar hadiah tidak sama tujuan dan maksudnya dengan perdagangan dan barter dalam komunitas-komunitas yang lebih berkembang maju. Tujuan dan maksudnya adalah untuk suatu kepentingan moral. Sasaran dari tukar-menukar adalah untuk menghasilkan persahabatan di antara dua orang yang bersangkutan; dan jika ini tidak terlaksana maka maksud dan tujuan tersebut telah gagal. tidak seorang pun mempunyai kebebasan untuk menolak sebuah hadiah yang ditawarkan kepadanya. 10 Sehingga tidak dapat dipungkiri untuk terbentuknya suatu hubungan timbal balik atau resiprositas diantara individu maupun kelompok yang ada dalam masyarakat tersebut. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus. Menurut Stakes studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan Dalam George Ritzer Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm Marcel Mauss Pemberian. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hlm Dalam John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm

7 Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Boliyohuto kabupaten Gorontalo tepatnya di desa Bandung Rejo yang merupakan hasil pemekeran desa Sidodadi pada tahun Dengan luas wilayah keseluruhan adalah mm 2 atau 16,4 km 2. Dimana sebelah Utara berbatasan dengan desa Paris, sebelah Timur berbatasan dengan desa Sidomukti, sebelah Selatan berbatasan dengan desa Sidodadi, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan desa Potanga. Adapun Desa Bandung Rejo ini terdiri atas empat dusun yaitu dusun I Mekar Sari, dusun II Margo Mulyo, dusun III Mulya Jati, dan dusun IV Makaryo Jaya. Terdiri dari suku Gorontalo, Jawa, Sunda, dan Jawa Tondano. Namun lebih didominasi oleh masyarakat Jawa yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sawah. Dalam penelitian ini, sampel sumber data yaitu dipilih dengan purposive dan bersifat snowball sampling. Dimana penentuan sampel sumber data masih bersifat sementara dan akan berkembang kemudian setelah melakukan penelitian di lapangan. Sementara teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga tahap yaitu dengan teknik observasi, wawancara, dan teknik dokumentasi. Selanjutnya menurut data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan pendekatan kualitatif model interaktif, yaitu terdiri dari tiga hal utama yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi) sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. 12 Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. 13 Hal ini berarti seperti halnya pada saat peneliti melakukan wawancara sudah melakukan analisis terhadap jawaban responden. Jika jawaban 12 Dalam Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga. Hlm Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Hlm

8 yang ada dirasa belum memuaskan, maka peneliti dapat melakukan atau melanjutkan pertanyaan lagi sampai memperoleh data yang dianggap kredibel. PEMBAHASAN Perubahan Tradisi Becekan Kegiatan gotong royong di masyarakat sudah ada sejak zaman dahulu. Prinsip paseduluran (persaudaraan) inilah yang mendasari masyarakat untuk mengadakan gotong royong. Gotong royong yang dilaksanakan biasanya berupa kegiatan untuk membangun rumah, jembatan, bersih desa 14, gotong royong dalam mengadakan hajatan, dan lain sebagainya. Masyarakat Jawa khususnya yang ada di desa Bandung Rejo ini ketika ada masyarakat yang sedang mengadakan hajatan selalu berbondong-bondong untuk menghadirinya termasuk masyarakat etnis Gorontalo, maupun Jawa Tondano pun ikut berbaur di dalamnya. Baik itu hajatan yang diselenggarakan oleh saudaranya, tetangga dekat dan jauh, sahabat, ataupun oleh orang atau masyarakat yang dipandang baik oleh masyarakat lainnya yaitu dengan memberikan makanan pokok yang umumnya seperti beras, gula. mihun, teh, dan lain sebagainya. Ini merupakan salah satu wujud kepedulian dan rasa solidaritas sesama anggota masyarakat yang merupakan tradisi nyumbang atau yang sekarang ini lebih dikenal dengan mbecek. a) Nyumbang Bukan hanya dalam suatu hajatan, akan tetapi secara umum nyumbang adalah memberikan sesuatu kepada orang lain secara ikhlas. Hal ini bersifat umum, entah memberi kepada seseorang, kegiatan memberi untuk pembangunan desa, ataupun pembangunan mesjid, dan lain sebagainya. Di sini peneliti dapat memahami bahwasannya antara nyumbang dan mbecek adalah bentuk kegiatan 14 Dalam kegiatan bersih desa yaitu dengan diadakannya syukuran atau memanjatkan doa (slametan) untuk keselamatan setiap manusia dari datangnya mara bahaya atau malapetaka. Diselenggarakan di Pendopo setiap bulan Safar oleh masyarakat Jawa desa Bandung Rejo. Biasanya disertai pergelaran wayang kulit, kuda kepang dan reog ponorogo, campursari, dan berbagai macam perlombaan yang diikuti oleh masyarakat setempat. 8

9 yaitu sama-sama memberikan sesuatu kepada orang lain. Nyumbang berlaku secara umum. Dimana pemberian yang didasarkan atas suka rela sebagai wujud dari usaha masyarakat dalam menciptakan sikap solidaritas diantara sesama. Sedangkan mbecek dikhususkan kegiatan memberi dalam suatu hajatan yang kelak harus dikembalikan dan inilah yang dapat dipahami sebagai bentuk pertukaran. Akan tetapi dahulu masyarakat Jawa lebih memahami kegiatan membantu masyarakat yang sedang punya hajatan oleh para tetangga dengan memberikan bahan-bahan makanan juga merupakan kegiatan nyumbang dengan tanpa memikirkan bahkan mengharap pengembalian. b) Mbecek/Becekan Transmigrasi masyarakat Jawa ke daerah Gorontalo terjadi pada tahun Banyak tradisi atau kebudayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi masih terus dilaksanakan sampai saat ini. Untuk tradisi becekan ini sebenarnya sudah ada sejak tahun Akan tetapi masih jarang sekali masyarakat menggunakan istilah mbecek tersebut. Sebagian besar masyarakat Jawa yang tinggal di daerah Gorontalo lebih mengenal dengan istilah nyumbang. Di daerah Gorontalo khususnya di kecamatan Boliyohuto kabupaten Gorontalo yaitu desa Bandung Rejo yang sebelumnya telah mengadakan tradisi nyumbang seperti di daerah Jawa pada umumnya. Kemudian pada tahun 1990-an masyarakat sedikitnya mulai menggunakan istilah mbecek. Sementara itu, istilah nyumbang lambat laun tidak digunakan lagi dan itu terjadi sekitar tahun 1999 dalam artian kegiatan memberikan bantuan berupa bahan makanan dalam suatu hajatan itu masyarakat sudah lebih banyak mengartikan sebagai kegiatan mbecek. Kemudian pada tahun 2000 seluruh masyarakat sudah menggunakan istilah dan melaksanakan kegiatan mbecek tersebut. sementara istilah nyumbang sudah tidak digunakan lagi. 9

10 c) Arisan Segelintir orang menganggap bahwa tradisi mbecek sama dengan arisan. Ini dikarenakan karena melihat becekan saat ini yang dilakukan secara bergilir dan seolah-olah dituntut untuk mengembalikan sesuai jumlahnya yakni minimal sama dengan jumlah yang dulu telah diterimanya yaitu kepada pihak yang akan atau sedang menyelenggarakan hajat. Dapat dilihat bahwa kegiatan mbecek saat ini sudah mirip seperti layaknya arisan. Diadakan secara bergiliran. Dan seakan-akan dituntut untuk dikembalikan meskipun tidak adanya suatu perjanjian. Semakin kita sering atau banyak mbecek di rumah yang punya hajat, maka semakin besar peluang untuk kita mendapatkan material karena banyaknya tamu yang datang untuk menghadiri hajatan yang bersangkutan. Walaupun pada kenyataannya juga tak jarang ada yang meleset dari perhitungan semula. Faktor Pendorong Terjadinya Perubahan Tradisi Becekan a) Perilaku dan Kebiasaan Perubahan setiap perilaku dan kebiasaan dari masyarakat juga berimbas pada perubahan persepsi mengenai tradisi yang selama ini masyarakat anut. Tradisi mbecek yang marak jadi perbincangan ini terdapat perubahan yang cukup menonjol yang semula berawal dari kegiatan nyumbang. Perubahan yang ada dapat dilihat dari beberapa hal seperti perubahan niat dan tata cara. Jika dahulu masyarakat nyumbang dengan niat untuk membantu meringankan keluarga yang berhajat dengan cara memberi sesuai keinginan dan kemampuan tanpa adanya ketentuan dari segi banyaknya barang bawaan, namun sekarang ini tujuan dari kegiatan memberi kepada keluarga yang berhajat adalah untuk memperoleh balasan ketika si pemberi kelak mengadakan hajatan dengan jumlah minimal sama dengan jumlah yang diterima sebelumnya dan kemudian hasil dari perolehan (gawan) para tetangga digunakan untuk keperluan hidup atau membeli barang yang bukan merupakan kebutuhan primer. Di sinilah perubahan telah nampak jelas yang bermula kegiatan nyumbang menjadi kegiatan mbecek. 10

11 Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari setiap orang atau masyarakat memiliki pendapat, niat, dan kebiasaan yang berbeda dari yang sebelumnya yaitu kegiatan menyumbang dengan didasarkan atas suka rela, kemudian mengarah kepada hubungan timbal balik yakni menjadi kegiatan mbecek yang sampai saat ini masih terus dilaksanakan oleh masyarakatnya. Sehingga perlunya kesadaran bagi setiap masyarakat, jika menerima bantuan atau pemberian berarti memperoleh peluang untuk membalasnya. Karena sesungguhnya seseorang datang dalam suatu perhelatan dengan memberikan sesuatu kepada keluarga yang berhajat bermaksud agar memperoleh pemberian ketika kelak menyelenggarakan hajatan. Hal tersebut telah membuktikan sebagaimana dasar kehidupan sosial menurut Simmel yakni para individu atau kelompok individu yang sadar, yang saling berinteraksi karena bermacam motif, maksud, dan kepentingan. 15 b) Ekonomi Terjadinya perubahan yang semula dikenal dengan kegiatan nyumbang dan saat ini menjadi tradisi mbecek disebabkan karena perkembangan zaman dimana telah terjadi perubahan dari segi pola pikir atau cara pandang setiap masyarakat yang berbeda tentang tradisi tersebut yang berkaitan erat dengan usaha penyesuaian akan kebutuhan manusia terutama dalam hal ekonomi atau material. Suatu titik tolak untuk ekonomi Marxian ada di dalam konsep-konsep mengenai nilai guna dan nilai tukar. Orang selalu menciptakan nilai guna: yakni, mereka selalu menghasilkan benda-benda yang secara langsung memuaskan keinginan mereka. Suatu nilai guna didefinisikan secara kualitatif, yaitu dengan melihat apakah suatu benda berguna atau tidak. Akan tetapi, suatu nilai tukar didefinisikan secara kuantitatif. Nilai tersebut didefinisikan oleh jumlah pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyediakan kualitas-kualitas yang bermanfaat. Sementara nilai guna dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan orang itu sendiri, nilai tukar dihasilkan untuk dipertukarkan dengan nilai-nilai guna yang 15 Dalam George Ritzer. Ibid. Hlm

12 lain. 16 Ini sesuai dengan realita sikap masyarakat saat ini. Dimana becekan ternyata telah mengarah kepada usaha masyarakat untuk memperoleh bahkan mengolah dari hasil material yang diterima dari para tetangga. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi dijadikan sebagai nilai lebih seperti modal usaha. Secara tidak langsung, penyelenggaraan tradisi becekan ini juga terdapat upaya masyarakat untuk mencari keuntungan. Mungkin ketika masyarakat dipertanyakan tentang hal ini akan lebih menguraikan makna yang terkandung dari tradisi tersebut adalah sebatas untuk saling memberi, menerima, dan mengembalikan serta keinginan saling membantu. Akan tetapi realita sikap masyarakat terlihat ketika akan menyelenggarakan hajatan dengan mencari rewangan dengan jumlah yang sangat banyak dengan mengundang beberapa ratus kepala keluarga, usaha mencari atau memperoleh keuntungan yang cukup besar ternyata telah masuk ke dalamnya. Karena semakin besar pihak yang berhajat mencari rewangan, maka semakin besar pula gawan yang akan diterimanya. Karena sebelumnya juga telah dijelaskan bahwa gawan bagi mereka yang rewang lebih besar jumlahnya daripada mereka yang hanya sekedar datang untuk mbecek. Ketika hal ini terjadi, pihak yang sedang berhajat akan diklaim oleh masyarakat sebagai usaha untuk mencari keuntungan melalui penyelenggaraan hajatan. Tentu saja secara tidak langsung hal ini telah menunjukkan akan adanya keterkaitan dan telah terjadi kapitalisasi dalam tradisi becekan. Membuktikan pernyataan Weber bahwa semangat kapitalisme dapat dilihat sebagai suatu sistem normatif yang meliputi sejumlah ide yang saling berhubungan. Contohnya, tujuannya ialah menanamkan sikap yang mencari keuntungan secara rasional dan secara sistematik. 17 Itulah sedikitnya sikap masyarakat saat ini terkait dengan penyelenggaraan tradisi becekan tersebut. 16 George Ritzer. Ibid. Hlm Dalam George Ritzer. Ibid. Hlm

13 Dengan demikian, perubahan yang terjadi dari tradisi ini juga adalah sebagai hasil usaha masyarakat dengan menyesuaikan kebutuhan hidup yang terus meningkat dan mengarah pada usaha untuk memperoleh material yang lebih besar (keuntungan) yang kesemuannya itu terangkum dalam kegiatan ekonomi dan rupanya telah menuju kearah kapitalisasi. Dan inilah faktor penyebab utama terjadinya perubahan dari nyumbang menjadi kegiatan mbecek. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tradisi becekan merupakan salah satu bentuk tradisi masyarakat Jawa yang sampai saat ini masih terus dilestarikan oleh masyarakatnya. Bukan hanya dalam kehidupan masyarakat dengan etnis suku Jawa saja, tetapi masyarakat di sekitarnya seperti Sunda, Jawa Tondano, dan Gorontalo ikut berbaur dengan tradisi tersebut. Sebelumnya masyarakat masih mengenal dan menggunakan istilah nyumbang. Pada tahun 1990 tradisi becekan/mbecek ini sudah mulai hadir di tengah-tengah masyarakat. Akan tetapi masih sangat sedikit bahkan jarang yang menggunakan istilah ini. Kemudian pada tahun 1994 sampai 1999 hampir keseluruhan masyarakat menggunakan istilah mbecek, dan akhirnya istilah nyumbang sudah tidak digunakan lagi bahkan hilang dari kehidupan masyarakat yakni pada tahun 2000 sampai dengan sekarang. Tradisi becekan ini selalu menjadi perbincangan di tengah-tengah kehidupan sosialnya. Di samping menjadi salah satu wujud dari kepedulian diantara sesama, namun tidak dipungkiri akan adanya perspektif yang berbedabeda di setiap individu terkait akan tradisi tersebut. Karena dikehendaki atau tidak, keinginan untuk menerima atau menolak, pemberian oleh para tetangga atau masyarakat sekitar tidak dapat dielakkan lagi keberadaannya ketika ada keluarga yang berhajat.yang pada akhirnya meskipun tidak adanya suatu perjanjian, 13

14 membalas atau mengembalikan pemberian itu sudah menjadi keharusan. Karena sanksi berupa pembicaraan negatif akan selalu ada ketika kita tidak mau mengembalikan. Bahkan bisa saja dibalas dengan tidak memberi jika diketahui sebelumnya telah diberi tetapi tidak membalas. Hal tersebut menunjukkan suatu perbedaan yang cukup jelas dari sebelumnya. Dimana masyarakat Jawa desa Bandung Rejo yang sebelumnya menggunakan istilah nyumbang sebagai bentuk kegiatan memberi yang didasarkan atas suka rela untuk saling meringankan beban khususnya keluarga yang berhajat dan kesemuanya itu adalah upaya untuk menciptakan rasa solidaritas diantara sesama anggota masyarakat sesuai pernyataan Durkheim dalam teori solidaritasnya. Seiring berjalannya waktu dengan melihat realitas kehidupan sosial yang terus meningkat dari segi kebutuhan maupun pola pikir yang berbeda pula maka berubah menjadi tradisi mbecek. Dimana segala sesuatu yang diberikan harus dikembalikan minimal sama dengan jumlah yang diterima. Sehingga hubungan timbal balik (resiprositas) menjadi point yang paling penting dan utama dari tradisi becekan ini. Dan rupanya telah terjadi kapitalisasi yang disebabkan oleh sebagian sikap masyarakat untuk mencari keuntungan bahkan modal usaha atau melakukan penimbunan material sebagai perolehan dari hasil pelaksanaan tradisi becekan tersebut. Saran Melihat fenomena tradisi becekan di tengah kehidupan sosial khususnya di desa Bandung Rejo saat ini ketika maraknya suatu hajatan menjadi sebuah perbicangan yang tak ada habisnya di kalangan masyarakat itu sendiri yakni tentang hubungan timbal balik terkait dengan kegiatan saling memberi oleh saudara, kerabat, atau para tetangga. 14

15 Kegiatan memberi, menerima, dan membalas tak kan terlepas dari tradisi becekan ini. Menjadi suatu keharusan meskipun tanpa adanya perjanjian. Oleh karena itu di sini seharusnya masyarakat harus lebih memahami keadaan hidup atau ekonominya agar segala sesuatu yang dilaksanakan tidak akan memberatkan hidupnya kelak. Karena kenyataan sekarang ini, banyak dijumpai masyarakat yang berusaha memaksakan dirinya untuk memberi kepada keluarga yang berhajat dengan cara meminjam atau hutang kepada keluarga dekatnya. Pentingnya dan menjadi kewajiban untuk selalu menjaga dan melestarikan tradisi yang diwarisi para leluhur. Akan tetapi masyarakat juga harus bisa menyesuaikan dengan kondisi sosialnya dalam melestarikan tradisi tersebut. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu Antropologi Budaya. Semarang: C.V. Pelangi. Creswell, John.W Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Idrus, Muhammad Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga. Koentjaraningrat Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Martono, Nanang Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Maryaeni Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Mauss, Marcel Pemberian. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Ritzer, George Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Yin, Robert. K Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 15

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi yang berkaitan dengan peristiwa kelahiran, kematian dan perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi masyarakat Jawa berbagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kehidupan masyarakat Jawa di Dusun Jatirejo tidak dapat dilepaskan dari serangkaian kegiatan upacara yang berkaitan dengan siklus daur hidup, dimana dalam siklus daur hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa pulau-pulau besar, yang salah satunya adalah Pulau Jawa yang merupakan pulau besar yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM BERGOTONG ROYONG DI MASYARAKAT DESA

IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM BERGOTONG ROYONG DI MASYARAKAT DESA IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM BERGOTONG ROYONG DI MASYARAKAT DESA (Studi Kasus pada Kegiatan Sambatan di Desa Sendangrejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam upacara perkawinan masyarakat Jawa, penyumbang adalah orangorang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam upacara perkawinan masyarakat Jawa, penyumbang adalah orangorang BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Dalam upacara perkawinan masyarakat Jawa, penyumbang adalah orangorang yang diundang baik secara lisan ataupun tertulis oleh pemangku hajat. Kedatangan penyumbang

Lebih terperinci

ETOS KERJA PETANI. (Studi DiDesa Sukamaju Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo) SUMIATI PAKAYA DR. RAUF A HATU M.SI

ETOS KERJA PETANI. (Studi DiDesa Sukamaju Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo) SUMIATI PAKAYA DR. RAUF A HATU M.SI ETOS KERJA PETANI (Studi DiDesa Sukamaju Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo) SUMIATI PAKAYA DR. RAUF A HATU M.SI YOWAN TAMU S.Ag MA PROGRAM STUDI SI SOSIOLOGI ABSTRAK SUMIATI PAKAYA. 281 409 106. Etos

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat memiliki kebudayaan. Kebudayaan merupakan salah satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh sebab itu kebudayaan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BUDAYA SAMBATAN DI ERA MODERNISASI (Study Kasus Di Desa Gumukrejo, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali)

BUDAYA SAMBATAN DI ERA MODERNISASI (Study Kasus Di Desa Gumukrejo, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali) BUDAYA SAMBATAN DI ERA MODERNISASI (Study Kasus Di Desa Gumukrejo, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali) Sri Maryani Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM BUWUHAN PADA PERNIKAHAN DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT. A. Analisis Komparasi Hukum Islam Dan Hukum Adat Tentang Buwuhan

BAB IV ANALISIS SISTEM BUWUHAN PADA PERNIKAHAN DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT. A. Analisis Komparasi Hukum Islam Dan Hukum Adat Tentang Buwuhan BAB IV ANALISIS SISTEM BUWUHAN PADA PERNIKAHAN DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT A. Analisis Komparasi Hukum Islam Dan Hukum Adat Tentang Buwuhan Pada Pernikahan Di Desa Gesikan Kabupaten Tuban Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya yang menghubungkan dan mengikat anggota masyarakat satu dengan yang lain. Tradisitradisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kesenian Sebagai Unsur Kebudayaan Koentjaraningrat (1980), mendeskripsikan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keberadaan gotong royong tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat pedesaan. Secara turun temurun gotong royong menjadi warisan budaya leluhur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mempunyai ciri khas dan bersifat kompleks, sebuah kebudayaan yang lahir di dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal atau budi dan dapat diartikan sebagai hal-hal

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN 37 BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN A. Gambaran Umum Desa Kombangan 1. Letak Lokasi Desa Kombangan merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Adanya konflik yang melibatkan warga sipil dengan TNI menimbulkan berbagai perubahan pada bidang sosial maupun bidang budaya bagi kehidupan masyarakat Desa Setrojenar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang masingmasing memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri.kekhasan dan keunikan itulah yang pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa

BAB I PENDAHULUAN. kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Jawa pada umumnya mempunyai aktivitas yang pada dasarnya kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa terhadap adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BUDAYA MBECEK DALAM PERSPEKTIF AGAMA, SOSIAL DAN EKONOMI DI KABUPATEN PONOROGO. Oleh : SUNARTO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO ABSTRAK

BUDAYA MBECEK DALAM PERSPEKTIF AGAMA, SOSIAL DAN EKONOMI DI KABUPATEN PONOROGO. Oleh : SUNARTO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO ABSTRAK BUDAYA MBECEK DALAM PERSPEKTIF AGAMA, SOSIAL DAN EKONOMI DI KABUPATEN PONOROGO Oleh : SUNARTO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah awal mula budaya

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma budaya masyarakat, baik secara horisontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki

BAB 5 RINGKASAN. Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki BAB 5 RINGKASAN Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi yang bernama Koentjaraningrat (1990:180) mengatakan bahwa, kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun

I. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Jawa adalah salah satu suku di Indonesia yang banyak memiliki keunikan seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun perhubungan-perhubungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan keanekaragaman kebudayaan, setiap suku bangsa memiliki bermacam-macam tradisi dan keunikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. diterapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

III. METODE PENELITIAN. diterapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan dalam suatu penelitian. Menurut Maryaeni (2005 : 58) metode adalah cara yang ditempuh peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI Oleh : UMI NURROISAH NIM. 10413244010 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang merupakan bagian dari masyarakat, dan hidup dalam masyarakat dengan beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,

Lebih terperinci

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat terdahulu di suatu daerah tertentu yang terus berkembang secara turun temurun, dan terus dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan yang tumbuh di negara kita. Dalam bidang seni kerajinan yang

Lebih terperinci

FUNGSI BUDAYA MESOKO DALAM SOLIDARITAS MASYARAKAT TOLAKI (Studi Pada Masyarakat di Desa Kosebo Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan)

FUNGSI BUDAYA MESOKO DALAM SOLIDARITAS MASYARAKAT TOLAKI (Studi Pada Masyarakat di Desa Kosebo Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan) FUNGSI BUDAYA MESOKO DALAM SOLIDARITAS MASYARAKAT TOLAKI (Studi Pada Masyarakat di Desa Kosebo Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan) Oleh: Dewianti, H. Sulsalman Moita, dan Bakri Yusuf Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak 53 BAB II Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak Untuk menjelaskan fenomena yang di angkat oleh peneliti yaitu ZIARAH MAKAM Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi merupakan suatu hal terpenting dalam kehidupan. Banyak cara untuk mendapatkan informasi, melalui media televisi maupun radio. Majalah dan koran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk semacam itu yakni yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk semacam itu yakni yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Desa Pertanian Desa merupakan suatu daerah yang dijadikan tempat tinggal masyarakat yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian bersumber dari alam. Di

Lebih terperinci

II. Tinjauan Pustaka. masyarakat (Johanes Mardimin, 1994:12). Menurut Soerjono Soekanto, tradisi

II. Tinjauan Pustaka. masyarakat (Johanes Mardimin, 1994:12). Menurut Soerjono Soekanto, tradisi II. Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tradisi Menurut Mardimin, tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun dalam suatu masyarakat dan merupakan kebiasaan kolektif dan kesadaran kolektif sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi atau kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam masyarakatnya yang majemuk, tentunya masyarakat Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari keadaan lingkungan yang mulai tidak terjaga kebersihannya.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat manusia secara keseluruhan. Ajaran Islam dapat berpengaruh bagi umat manusia dalam segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Solidaritas sosial menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat

Lebih terperinci

BAB VIII KELEMBAGAAN MAKANAN POKOK NON BERAS

BAB VIII KELEMBAGAAN MAKANAN POKOK NON BERAS 92 BAB VIII KELEMBAGAAN MAKANAN POKOK NON BERAS Kelembagaan menurut Uphoff (1993) dikutip Soekanto (2009) adalah seperangkat norma dan perilaku yang bertahan dari waktu ke waktu dengan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar  4.2 Sistem Sosial BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar Kebudayaan merupakan proses dan hasil dari kehidupan masyarakat. Tidak ada mayarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan, hanya saja kebudayaan yang dimiliki masyarakat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG Bangsa Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki beraneka ragam suku bangsa dan budaya. Masing-masing budaya memiliki adat-istiadat, kebiasaan, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan merupakan cara mendekati atau menjinakkan, sehingga hakikat objek dapat diungkap sejelas mungkin. Pendekatan memegang peranan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah suatu upacara daur hidup manusia yang dilakukan secara turun-temurun untuk melanjutkan roda kehidupan. Dalam Undang- Undang Perkawinan no. 1 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA. Oleh: Etty S.Suhardo*

EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA. Oleh: Etty S.Suhardo* EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA Oleh: Etty S.Suhardo* Ketika bangsa ini resah karena banyak karya seni kita diklaim negara tetangga, kini kita lega, bahagia dan bangga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya terdapat berbagai macam keragaman budaya, budaya merupakan satu cara hidup yang berkembang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pertanian berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, terutama pada wilayah-wilayah di pedesaan. Sektor pertanian juga memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang

Lebih terperinci

Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material. dengan Struktur Sosial

Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material. dengan Struktur Sosial Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material dengan Struktur Sosial disusun oleh : DWI YANTI SARWO RINI D 0311025 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, mengingat saat ini kehidupan masyarakat sudah dilanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sangat kaya dengan limpahan budaya yang bernilai tinggi, beraneka ragam dan unik. Budaya yang menyatu membentuk suatu kearifan manusia dalam mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengenai desa, masyarakat, atau komunitas desa, serta solidaritasnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengenai desa, masyarakat, atau komunitas desa, serta solidaritasnya. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu pembahasan mengenai gotong royong di pedesaan ditinjau dari perspektif sejarah tidak hanya dapat dilakukan secara jelas tanpa harus menggunakan kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak ketinggalan dalam perkembangan zaman. Seseorang harus memiliki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak ketinggalan dalam perkembangan zaman. Seseorang harus memiliki kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa sekarang ini generasi muda diharuskan memiliki pengetahuan yang tinggi sehingga tidak ketinggalan dalam perkembangan zaman. Seseorang harus memiliki kualitas

Lebih terperinci

sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala

sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internsional, memiliki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat Jember merupakan percampuran dari berbagai suku. Pada umumnya masyarakat Jember disebut dengan masyarakat Pandhalungan. 1 Wilayah kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci

PENDEKATAN SOSIOLOGIS TENTANG EKONOMI

PENDEKATAN SOSIOLOGIS TENTANG EKONOMI PENDEKATAN SOSIOLOGIS TENTANG EKONOMI Konsep Aktor (ekonomi) Titik tolak analisis ekonomi adalah individu Individu adalah makhluk yang rasional, senantiasa menghitung dan membuat pilihan yang dapat memperbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya hukum di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dimulai dari zaman sebelum penjajahan sampai dengan zaman di mana Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masuknya berbagai agama sebelum kedatangan Islam di pulau Jawa berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara hidup, maupun praktik keagamaan sehari-hari orang Jawa.

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano Menurut Hertz, kematian selalu dipandang sebagai suatu proses peralihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah satu dalam pangkuan NKRI. Dengan demikian, sangat

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah satu dalam pangkuan NKRI. Dengan demikian, sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita negara Bineka tunggal ika, yang terdiri dari beberapa suku Bangsa dengan berbagai adat istiadat, bahasa dan kebudayaanya.namun kesemuanya adalah

Lebih terperinci