PEDOMAN PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN LKM-A TA. 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN LKM-A TA. 2016"

Transkripsi

1 PEDOMAN PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN LKM-A TA DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016

2 KATA PENGANTAR Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) telah dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian dari tahun 2008 sampai dengan Kegiatan program ini adalah penyaluran dana sebesar Rp. 100 juta kepada petani melalui Gapoktan PUAP yang digunakan untuk penguatan modal usaha. Dana yang telah disalurkan sebesar Rp 5,2 Triliun kepada Gapoktan/Desa di 34 Provinsi seluruh Indonesia. Tahun 2016 Kementerian Pertanian melakukan moratorium terhadap Program BLM-PUAP, namun pembinaan terhadap program ini tetap dilakukan baik oleh pusat maupun daerah penerima program. Pembinaan, pemberdayaan dan penguatan kelembagaan Gapoktan dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan, agar potensi yang dimiliki baik potensi Sumberdaya Manusia yang ada maupun sumberdaya lainnya dapat dimaksimalkan dengan berbagai pendekatan. Indikator keberhasilan dari pembinaan dan pemberdayaan yang dilakukan adalah terbentuknya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A), sebagai lembaga yang berfungsi untuk membantu kebutuhan modal usaha bagi petani di perdesaan. Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A ini merupakan hasil kajian yang dilakukan oleh Pokja LKM-A Pusat dengan Otoritas Jasa Keuangan Pusat, BBP2TP dan Instansi terkait lainnya. Pedoman ini terdiri dari 6 Bab, Bab pertama sebagai pendahuluan, dua Bab membahas topik utama dan diakhiri dengan Bab enam sebagai penutup. Pedoman ini dibuat sebagai acuan bagi Pokja LKM-A PUAP Provinsi dan Pokja LKM-A Kabupaten/Kota serta instansi teknis lainnya dalam melaksanakan pembinaan dan menumbuh kembangkan LKM-A sesuai dengan kondisi dan budaya masyarakat setempat. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A, namun demikian sudah barang tentu pedoman ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu diharapkan masukan dan sumbang sarannya untuk penyempurnaan pedoman ini. Jakarta, 2016 Direktur Pembiayaan Pertanian, Ir. Mulyadi Hendiawan, MM. Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA i

3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR v I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sasaran... 2 II. RUANG LINGKUP KEGIATAN DAN PENGERTIAN Ruang Lingkup Kegiatan Dasar Hukum Pengertian... 3 III. PELAKSANAAN PEMBINAAN, PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN LKM-A Pembentukan Kelompok Kerja Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A Identifikasi LKM-A Validasi Profil Gapoktan Transformasi LKM-A Implementasi dan Pemberdayaan LKM-A Fasilitasi Pemberdayaan LKM-A... 9 IV. ORGANISASI LKM-A Struktur Organisasi Pendiri, Pengawas dan Pengelola Persyaratan LKM-A Sistem Pelayanan LKM-A V. PENGURUSAN ADMINISTRASI BADAN HUKUM LKM-A Menyiapkan Proposal Permohonan Pengajuan badan hukum Koperasi Menyiapkan Permohonan Akta Notaris Badan Hukum LKM-A Bentuk Badan Hukum Manfaat Badan Hukum LKM-A Izin Usaha LKM-A VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Monitoring dan Evaluasi Pelaporan Bentuk dan Materi Pelaporan Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA ii

4 VII. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA iii

5 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi LKM-A/Gapoktan PUAP Gambar 2. Struktur Organisasi Gapoktan PUAP yang sudah memiliki LKM-A Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA iv

6 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) adalah lembaga yang memberikan jasa keuangan bagi usaha agribisnis berskala mikro di perdesaan. Lembaga ini merupakan pemberdayaan dari Gapoktan Penerima dana BLM PUAP dan atau salah satu unit usaha LKM-A yang berada didalam Gapoktan, LKM-A dibentuk dalam rangka memberikan solusi bagi petani agar dapat lebih mudah akses dan mendapatkan pelayanan keuangan dalam rangka meningkatkan usaha mereka. Pemberdayaan LKM-A merupakan upaya Kementerian Pertanian dalam menjalankan amanat dari point 3 Nawacita pada Kabinet Kerja Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Selain itu Pemberdayaan LKM-A merupakan exit stategi dari program PUAP, karena mulai tahun 2016 program PUAP telah berakhir, oleh sebab itu sebagai tindak lanjut dari Program tersebut maka Penumbuhan LKM-A ini merupakan program berkesinambungan dari program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). sebagaimana diketahui bahwa program PUAP telah dimulai dari tahun dana yang telah disalurkan sebesar Rp.5,2 Triliun, atau Desa/Gapoktan. Sesuai dengan Undang Undang Nomor : 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan Undang Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian, maka Pemberdayaan LKM-A akan dikembangkan sesuai dengan ke 2 (dua) Undang tersebut. Dimana dalam Undang Undang Nomor 1 Tahun 2013 disebutkan bahwa untuk menumbuhkembangkan perekonomian rakyat menjadi tangguh, berdaya, dan mandiri yang berdampak kepada peningkatan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Selain itu juga masih terdapat kesenjangan antara permintaan dan ketersediaan atas layanan jasa keuangan mikro yang memfasilitasi masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah, juga untuk memberikan kepastian hukum. Dalam Undang Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian termaktub bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas dan tanggung jawab Pemeintah dan seluruh rakyat. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan LKM-A ini sangat diperlukan sinergitas dan koordinasi dengan baik di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota antara Kementerian Pertanian dengan Kementerian/Lembaga terkait lainnya. Komponen pendukung yang tidak kalah pentingnya adalah peran Pendampingan di lapangan yang dilaksanakan oleh Penyelia Mitra Tani (PMT) dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dalam rangka Pemberdayaan LKM-A. PMT berperan sebagai fasilitator dalam pemberdayaan LKM-A dan Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

7 antara lain membangun kapasitas organisasi, mendampingi dalam aspek manajemen keuangan, pengurusan badan hukum dan izin usaha dan sistem pelaporan serta linkage program dengan lambaga keuangan. Pedoman Pemberdayaan dan penguatan LKM-A disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terlibat (stake holder) dalam persiapan dan pelaksanaan penumbuhan LKM-A dilapangan Tujuan Tujuan Pedoman Pemberdayaan dan penguatan LKM-A adalah : 1. Memberikan arah dan pokok-pokok kebijakan teknis pemberdayaan Gapoktan sebagai kelembagaan ekonomi petani di perdesaan; 2. Mendorong dan mempercepat penumbuhan LKM-A agar dapat memberikan pelayanan keuangan kepada petani sebagai anggotanya Sasaran 1. Tumbuh dan berkembangnya LKM-A yang berbadan hukum; 2. Peningkatan kinerja Penyelia Mitra Tani (PMT) dalam pendampingan LKM-A. Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

8 BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN DAN PENGERTIAN 2.1 Ruang Lingkup kegiatan Ruang lingkup kegiatan Pemberdayaan LKM-A antara lain: (1) Pelaksanaan Pembinaan, Pemberdayaan, dan Penguatan LKM-A; (2) Organisasi LKM-A; (3) Pengurusan Administrasi Badan Hukum LKM-A; dan (4) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. 2.2 Dasar Hukum Dasar hukum pemberdayaan LKM-A adalah : 1. Undang-Undang Nomor : 1 Tahun 2013 tentang Lembaga keuangan Mikro (LKM); 2. Undang Undang Koperasi Nomor : 25 tahun 1992 tentang perkoperasian; 3. Keputusan Bersama :Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Koperasi dan UKM dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Nomor 351.1/KMK.010/2009; Nomor A tahun 2009; Nomor 01/SKB/M.KUKM/IX/2009; dan Nomor 11/43A/KEP.GBI/ 2009 tanggal 7 September 2009 Tentang Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro; 4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani; 5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 168/PMK.05/2015 tentang mekanisme pelaksanaan anggaran bantuan pemerintah pada Kementerian/Lembaga. Kerangka hukum dan pengaturan pelayanan keuangan mikro/lkm-a dibutuhkan dalam rangka: 1. Melindungi kepentingan petani dan masyarakat tani yang meminjam dan menyimpan uang di LKM-A; 2. Sebagai azas legalitas dalam upaya melindungi operasionalisasi LKM-A; 3. Sebagai azas legalitas mengembangkan pola linkages (jejaring) usaha dengan lembaga keuangan lainnya; dan 4. Penguatan serta pengembangan usaha LKM-A. 2.3 Pengertian Beberapa pengertian yang berkaitan dengan penumbuhan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis adalah : 1. Aset adalah kekayaan Kelompoktani yang masih dikelola untuk kepentingan kelompok, baik yang berasal dari dana swadaya kelompok, bantuan pemerintah, maupun program yang ditujukan untuk pemberdayaan Kelompoktani. Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

9 2. Kelompoktani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas kebutuhan bersama yang mempunyai struktur organisasi dan mempunyai basis tujuan bersama. 3. Gapoktan adalah kumpulan beberapa Kelompoktani yang bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. 4. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah Lembaga Keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan. 5. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada LKM dalam bentuk tabungan dan/atau deposito berdasarkan perjanjian penyimpanan dana. 6. Pinjaman adalah penyediaan dana oleh LKM kepada masyarakat yang harus dikembalikan sesuai dengan yang diperjanjikan. 7. Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh LKM kepada masyarakat yang harus dikembalikan sesuai dengan yang diperjanjikan dengan prinsip syariah. 8. Penyimpan adalah pihak yang menempatkan dananya pada LKM berdasarkan perjanjian. 9. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) adalah salah satu unit usaha otonom yang didirikan dan dimiliki oleh Gapoktan penerima dana BLM-PUAP dalam bentuk LKM guna memecahkan masalah/kendala akses untuk mendapatkan pelayanan keuangan. LKM-A akan melaksanakan fungsi pelayanan kredit/pembiayaan dan simpanan di lingkungan petani dan pelaku usaha agribisnis sesuai dengan prinsip-prinsip LKM. 10. Magang adalah proses pematangan kelompok yang telah dilatih melalui kegiatan belajar sambil bekerja dalam waktu tertentu di Lembaga Keuangan Mikro yang sudah berhasil melayani petani. 11. Nasabah adalah petani atau masyarakat desa yang berhubungan dengan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis baik sebagai penabung maupun peminjam dana untuk berusaha agribisnis. 12. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan atau Pemerintah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat pelaku usaha pertanian sehingga dapat mandiri dalam mencapai tujuan yang dikehendaki sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya. 13. Pendampingan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk membantu, mengarahkan dan mendukung individu/kelompok masyarakat dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi dalam mengembangkan organisasi yang dilakukan oleh masyarakat dan berorientasi pada kemajuan untuk meningkatkan pemberdayaan usaha kelompok. 14. Resiko adalah kondisi/kejadian yang dapat mengakibatkan terjadinya kerugian kepada para pihak yang terikat dalam pinjam meminjam atau antara petani sebagai nasabah dengan lembaga keuangan. 15. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

10 aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. 16. Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu satunya usaha. 17. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang. 18. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. 19. Notaris menurut Pasal 1 ayat 4 Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi, menyebutkan bahwa pengertian Notaris Pembuat Akta Koperasi adalah: pejabat umum yang diangkat berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris yang diberi wewenang antara lain untuk membuat akta pendirian, akta perubahan anggaran dasar dan akta-akta lainnya yang terkait dengan kegiatan Koperasi. 20. Akta Notaris adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh notaris menurut KUH Perdata pasal 1870 dan HIR pasal 165 (Rbg 285) yang mempunyai kekuatan pembuktian mutlak dan mengikat. Akta Notaris merupakan bukti yang sempurna sehingga tidak perlu lagi dibuktikan dengan pembuktian lain selama ketidakbenarannya tidak dapat dibuktikan. Berdasarkan KUH Perdata pasal 1866 dan HIR 165, akta notaris merupakan alat bukti tulisan atau surat pembuktian yang utama sehingga dokumen ini merupakan alat bukti persidangan yang memiliki kedudukan yang sangat penting. 21. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Pemerintah. Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

11 BAB III PELAKSANAAN PEMBINAAN, PEMBERDAYAAN, DAN PENGUATAN LKM-A Pada prinsipnya LKM-A yang diberdayakan berasal dari Gapoktan penerima dana BLM PUAP dari tahun , dengan modal awal bersumber dari pendiri dan anggota. Untuk modal usaha dapat bersumber dari pihak luar terutama dana BLM- PUAP, selain itu untuk mempercepat penambahan modal LKM-A dapat menghimpun dana melalui simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela atau saham dari pihak lainnya. Pemberdayaan dan penguatan LKM-A dilakukan melalui tahapan sebagai berikut; 1. Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A; 2. Identifikasi Unit Simpan Pinjam/LKM-A pada Gapoktan PUAP; 3. Validasi profil USP/LKM-A, dan; 4. Implementasi dan penumbuhan USP/LKM-A. 3.1 Pembentukan Kelompok kerja (Pokja) Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A Kelompok kerja (Pokja) terdiri dari Pokja LKM-A Pusat, Pokja Provinsi dan Pokja Kabupaten/Kota Pokja LKM-A Pusat Pokja Pusat ialah Kelompok Kerja yang dibentuk berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, yang terdiri dari pengarah dan pelaksana. Pokja pusat bertugas melakukan koordinasi baik ditingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota dalam rangka merencanakan, mempersiapkan kebijakan umum untuk penumbuhan LKM-A pada Gapoktan PUAP. Pembinaan LKM-A yang ditumbuhkan dari Gapoktan PUAP dilakukan secara berjenjang mulai dari pusat sampai ke Kabupaten/Kota dan terkoordinasi di bawah kendali pokja LKM-A pusat cq. Direktorat Pembiayaan Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Pokja LKM-A Provinsi Pokja Provinsi ialah Pokja yang dibentuk oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi (Sekretaris Pokja adalah Kepala BPTP), bertugas melakukan validasi, membina LKM-A pada Gapoktan PUAP dan melaksanakan koordinasi dengan Pokja Pusat maupun dengan instansi terkait (OJK, Dinas Koperasi dan UKM, dan Notaris) di tingkat Provinsi dan Pokja Kabupaten/Kota. Pembinaan Kelembagaan LKM-A dan persiapan badan hukum serta Pembinaan kelembagaan keuangan dalam rangka pengembangan pola Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

12 Linkage atau jejaring bisnis dengan lembaga keuangan bank dan non bank dilaksanakan oleh Pokja LKM-A Provinsi Pokja LKM-A Kabupaten/Kota Pokja LKM-A Kabupaten/Kota ialah Pokja yang dibentuk oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota (Pejabat yang menangani PUAP diutamakan), susunan Pokja LKM-A Kabupaten/Kota terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota dan salah satu ialah Penyelia Mitra Tani (PMT). Tugas Pokja LKM-A Kabupaten/Kota sebagai berikut : a. Melakukan koordinasi dengan Pokja LKM-A Pusat, Pokja Provinsi maupun dengan instansi terkait (OJK, Dinas Koperasi dan UKM, dan Notaris) di tingkat Kabupaten/Kota; b. Membina keberlanjutan LKM-A yang sudah terbentuk; c. Melakukan Identifikasi calon LKM-A pada Gapoktan PUAP; d. Membuat Profil LKM-A; e. Menyiapkan registrasi LKM-A. Registrasi dinyatakan dalam bentuk Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Hasil registrasi LKM-A dilaporkan kepada Pokja LKM-A Provinsi dan Pokja LKM-A pusat; f. Mendorong dan mengawal LKM-A memiliki status badan hukum. Pembinaan teknis manajemen Keuangan LKM-A dan penyiapan registrasi serta pembinaan teknis proses pembuatan badan hukum dilakukan oleh Pokja LKM-A Kabupaten/Kota Dinas Pertanian dan Penyelia Mitra Tani (PMT) bersama Instansi teknis lainnya. 3.2 Identifikasi LKM-A Identifikasi LKM-A merupakan tahapan untuk menentukan kapasitas Gapoktan yang mempunyai prospek untuk diberdayakan sebagai LKM-A dan atau unit usaha LKM-A yang merupakan salah satu unit dalam Gapoktan PUAP. Untuk melakukan identifikasi Gapoktan PUAP ada beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai alat bantu antara lain yaitu : Aspek Organisasi Kapasitas organisasi Gapoktan yang dijadikan sebagai pertimbangan adalah; (a) aturan (AD/ART) yang sudah dimiliki; (b) pelaksanaan dan pengorganisasian rapat-rapat; (c) peningkatan jumlah anggota; (d) pendidikan pengurus; dan (e) mekanisme pengawasan dan pengendalian Pembukuan Gapoktan Penilaian terhadap pembukuan yang dilakukan oleh Gapoktan merupakan salah satu persyaratan yang sangat penting untuk menentukan layak atau tidaknya diberdayakan menjadi LKM-A dan atau Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

13 unit usaha LKMA yang ada pada Gapoktan PUAP, ukuran penilaian pembukuan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan adalah minimal memiliki: (a) buku kas umum (b) buku simpan pinjam tentang pemanfaatan dan pengelolaan dana BLM- PUAP Kinerja Gapoktan PUAP Kapasitas dan kinerja Gapoktan yang dijadikan bahan pertimbangan adalah: (a) Dana keswadayaan; (b) sarana dan prasarana kantor/tempat usaha; (c) kemampuan Gapoktan dalam mengoptimalkan dana masyarakat; (d) kemampuan dalam menghasilkan laba. 3.3 Validasi Profil Gapoktan Tahap validasi profil Gapoktan merupakan tahap lanjutan setelah tahap identifikasi. Format profil LKM-A pada Gapoktan PUAP disiapkan Oleh Pokja LKM-A Pusat, sedangkan data dan informasi tentang profil Gapoktan disiapkan oleh Pokja LKM-A Kabupaten/Kota dengan mengisi format yang disiapkan oleh Pokja LKM-A pusat. Data profil tersebut disampaikan kepada Pokja LKM-A Provinsi untuk dilakukan validasi. Pengambilan data profil Gapoktan dilakukan oleh Pokja Kabupaten/Kota LKM- A bersama dengan Penyelia Mitra Tani (PMT) sebagai anggota Pokja LKM-A. Melakukan kunjungan lapangan (site visit). Hal ini sangat penting dilaksanakan untuk memastikan apakah data yang disampaikan sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya dilapangan. Pada saat site visit juga ditanyakan pengetahuan kelompok (pengurus dan anggota) mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan LKM-A. 3.4 Transformasi LKM-A Tahapan ini merupakan tahapan lanjutan setelah Gapoktan yang memenuhi persyaratan dan layak untuk diberdayakan menjadi LKM-A dan atau unit usaha LKM-A yang ada pada Gapoktan PUAP layak diberdayakan, maka perlu adanya langkah-langkah sebagai berikut: Sosialisasi LKM-A Pokja Penumbuhan LKM-A Kabupaten/Kota melaksanakan sosialisasi kepada pengurus dan anggota Gapoktan PUAP, dengan menitikberatkan pada pemahaman tentang pentingnya pengelolaan aset dari dana BLM- PUAP secara berkelanjutan dan transparan dalam bentuk unit usaha otonom yaitu LKM-A Musyawarah/Rapat Anggota Pokja Penumbuhan LKM-A Kabupaten/Kota memfasilitasi pertemuan/musyawarah anggota Gapoktan PUAP dalam menentukan aturan-aturan untuk mencapai kesepakatan dalam hal antara lain : Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

14 a. Penggunaan dana dari aset Gapoktan serta penetapan besaran dan pengumpulan dana keswadayaan anggota, serta penyediaan dana (saham) dari calon pendiri sebagai dana awal pendirian LKM-A; b. Menyusunan aturan pengelolaan LKM-A dan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga LKM-A secara musyawarah; c. Menentukan dan menetapkan struktur organisasi LKM-A serta menentukan pendiri, pengawas dan pengurus/pengelola LKM-A; d. Persiapan untuk membentuk badan Hukum dan ijin usaha LKM-A 3.5 Implementasi dan Pemberdayaan LKM-A Pada tahapan ini merupakan tahap dari sebuah proses pemberdayaan untuk pendirian LKM-A. Terdapat beberapa kegiatan kunci dalam proses pemberdayaan dan kemampuan operasional LKM-A yaitu : Pendampingan Untuk memberikan efek kepercayaan bagi anggota Gapoktan maka aspek pendampingan sangat menentukan, untuk memberikan informasi, maksud dan tujuan serta pemahaman megenai langkahlangkah dan tatacara pembentukan LKM-A termasuk struktur organisasi serta kegiatan usaha LKM-A, Pendampingan ini dilakukan oleh Pokja Penumbuhan LKM-A PUAP Kabupaten/Kota bersama PMT selaku anggota Magang Magang yaitu proses belajar teori dan praktek langsung tentang pengelelolaan keuangan yang dilakukan oleh calon pengelola LKM-A kepada LKM-A yang sudah maju, hal ini merupakan salah satu langkah yang diperlukan bagi pengurus dan pengelola untuk meningkatkan pengetahuan Penguatan dan peningkatan likuiditas/modal. Dalam menjalankan LKM-A diperlukan modal tambahan dari pihak luar (linkages) baik dari lembaga perbankan maupun Non bank Pengurusan Badan Hukum dan izin usaha sesuai dengan Undang- Undang Koperasi nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian dan Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang LKM. 3.6 Fasilitasi Pemberdayaan LKM-A Pemerintah memfasilitasi pemberdayaan LKM-A melalui : Menyelenggarakan pelatihan bagi pengurus dan pengelola LKM-A oleh Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pelatihan ini dilaksanakan bekerjasama dengan Konsultan yang bergerak dibidang Pemberdayaan kelembagaan Keuangan Mikro dan Otoritas Jasa Keuangan serta lembaga terkait lainnya. Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

15 Pelatihan ini difokuskan pada substansi pembelajaran tentang pemahaman pengurus/pengelola LKM-A tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan, transparansi dan akuntabilitas serta proses pembuatan badan hukum dan izin usaha LKM-A yang mencakup : a. Kebijakan Penghimpun Dana sesuai standar lembaga keuangan mikro; b. Produk Penghimpun Dana; c. Prosedur Penghimpunan Dana; d. Penghitungan distribusi SHU/bagi hasil. e. Proses pembuatan badan hukum dan izin usaha KLM-A Pendampingan bagi pengurus/pengelola LKM-A, Pemerintah Pusat melaksanakannya melalui tenaga Penyelia Mitra Tani (PMT) dengan melakukan kontrak kerja. Pendampingan yang dilaksanakan dititikberatkan pada substansi : a. Aspek Manajemen Keuangan Pengelolaan managemen keuangan harus dilakukan dengan baik dan transparan, khususnya bagi pengelola (Manajer) LKM-A harus profesional. Sehingga mampu meningkatkan kinerja LKM-A yang mereka pimpin serta mampu meningkatkan partisipasi anggota serta membangun kerjasama yang sinergis mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sehingga resiko usaha dapat diminimalisir. b. Aspek Teknis Lembaga Untuk membangun pola dan budaya kerja LKM-A yang standar. Untuk itu diperlukan proses magang pada LKM yang sudah berhasil. Hasil yang harus dicapai dari pendampingan adalah sebagai berikut : Terbentuknya Visi, Misi dan Tujuan lembaga; Terbentuknya sistem akuntabilitas pengelolaan lembaga; Terbangunnya saling ketergantungan antara LKM-A dengan petani sebagai anggota; Terbentuknya sistem pelaporan keuangan LKM-A. Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

16 BAB IV ORGANISASI LKM-A Pemberdayaan dan penguatan kepada LKM-A merupakan amanat dari Undang- Undang Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dan Undang- Undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Oleh sebab itu LKM-A yang dikembangkan berasal dari Gapoktan penerima dana BLM PUAP dari tahun Struktur Organisasi Struktur Organisasi LKM-A dapat digambarkan dalam diagram 1 dan 2 alur dibawah ini: Gambar 1.Struktur Organisasi LKM-A/Gapoktan PUAP Sumber : Permentan Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, dimodifikasi. Gambar 2. Struktur Organisasi Gapoktan PUAP Yang Sudah memiliki unit usaha LKM-A Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

17 4.2 Pendiri, Pengawas dan Pengelola Pendiri Pendiri LKM-A diperlukan beberapa kriteria yang digunakan antara lain : a. Tokoh tokoh masyarakat, pemuda, ulama dan petani sebagai anggota Gapoktan penerima BLM-PUAP yang memiliki kesetiakawanan kelompok yang tinggi (solidaritas kelompok yang tinggi), dilandasi oleh rasa persaudaraan dan kebersamaan serta semangat untuk membela kepentingan petani kecil (mikro); b. Mempunyai usaha dibidang Agribisnis dan memiliki kemampuan ekonomi cukup sehingga dapat menitipkan dana sebagai tambahan modal awal pendirian LKM-A; c. Mempunyai kedudukan pada satu wilayah desa dimana Gapoktan penerima dana BLM-PUAP berada Pengawas Pengawas LKM-A adalah pengurus Gapoktan yang diangkat dan diberhentikan oleh rapat anggota (RAT). Prinsip dasar dari pengawas adalah : a. Pengawas wajib menjalankan tugas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan LKM-A; b. Pengawas bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada anggota LKM-A; c. Pengawas LKM-A dilarang merangkap sebagai Pengurus Pengurus (Pengelola LKM-A). Pengurus LKM-A diangkat dan diberhentikan oleh Pengawas LKM-A dengan persyaratan antara lain : a. Memiliki kemampuan mengelola LKM-A secara profesional, mempunyai komitmen penuh dalam waktu dan sepenuh hati untuk mengembangkan LKM-A; b. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan yang berkaitan dengan sektor keuangan; c. Memiliki sikap dan perilaku yang dapat diterima oleh anggota maupun masyarakat sekitar; d. Jujur dan amanah, serta mampu mengayomi semua kepentingan anggota dalam mengembangkan usaha pertanian. Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

18 4.3 Persyaratan LKM-A Persyaratan yang harus dipenuhi adalah : 1. Mempunyai Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga LKM-A dan peraturan lainnya. 2. Pengelolaan LKM-A memiliki pembukuan dan neraca laporan keuangan. 3. Mempunyai anggota yang terdaftar dan berusaha dibidang agribisnis 4. Memiliki kantor/tempat usaha dan kelengkapan, antara lain papan nama LKM-A, stempel LKM-A. 5. Apabila telah memenuhi 4 (empat) persyaratan di atas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dapat menyiapkan registrasi LKM-A. Registrasi dinyatakan dalam bentuk Keputusan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. 4.4 Sistem Pelayanan LKM-A Sistem pelayanan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) kepada anggota LKM-A dapat menentukan sistem pelayanan yang cocok dan sesuai dengan kondisi setempat, antara lain adalah: Sistem/pola Pelayanan Keuangan Syariah Sistem/pola Pelayanan keuangan syariah atau bagi hasil antara LKM-A dengan anggota atau para pihak yang terkait dengan penyimpanan dana dan atau pembiayaan yang dinyatakan dengan sistem/pola syariah, antara lain pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan dengan penyertaan modal (Musyarakah) dan prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah) dll Sistem Pelayanan Keuangan Konvensional Sistem Pelayanan keuangan menggunakan prinsip konvensional adalah pelayanan pemberian pinjaman/kredit dan penyediaan jasa-jasa terkait dengan pelayanan kebutuhan anggota dengan menggunakan sistem bunga (persentase). Penentuan sistem pelayanan keuangan yang dilakukan oleh LKM-A ditentukan melalui musyawarah antara pengurus dengan anggota, tentu dengan memilih sistem mana yang terbaik dan mudah dilaksanakan oleh LKM-A dan dapat dipahami oleh anggota. Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

19 BAB V PENGURUSAN ADMINISTRASI BADAN HUKUM LKM-A Tata cara pengurusan badan hukum LKM-A sebagai berikut : 5.1 Menyiapkan Proposal Permohonan pengajuan badan hukum Koperasi Proposal pengajuan badan hukum disiapkan oleh Pengurus/Pengelola LKM-A Kabupaten/Kota dapat dibimbing dan didampingi oleh Pokja LKM-A Kabupaten/Kota. Adapun proposal yang harus disiapkan adalah: a. Surat permohonan badan hukum koperasi yang ditujukan kepada Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten/ Kota; b. Notulen Rapat Pembentukan Koperasi; c. Daftar hadir Pembentukan Koperasi; d. Daftar nama-nama pendiri minimal 20 orang ; e. Daftar Simpanan anggota; f. Neraca awal g. Daftar susunan pengurus dan pengawas; h. Program kerja; i. Data Akta Pendirian Koperasi j. Surat kuasa usulan badan hukum koperasi. 5.2 Menyiapkan Permohonan Akta Notaris Penyiapan Pembuatan akta Notaris, yaitu Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Penyelia Mitra Tani melakukan koordinasi dengan Notaris setempat untuk membantu Memfasilitasi LKM-A dalam pembuatan akta notaris, adapun isi dari akta notaris antara lain memuat : a. Nama dan tempat kedudukan LKM-A; b. Landasan, asas dan prinsip; c. Maksud dan tujuan; d. Jangka waktu berdirinya LKM-A e. Jenis LKM-A f. Keanggotaan LKM-A g. Modal LKM-A h. Alat Kelembagaan/Perangkat organisasi; i. Pengawasan Internal; j. Usaha k. Pembagian SHU; l. Pengelolaan; m. Akuntansi Keuangan LKM-A; n. Penggabungan dan Peleburan LKM-A; o. Pembubaran; p. Sanksi; q. Ketentuan Penutup. Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

20 5.3 Badan hukum LKM-A Pembuatan Badan hukum LKM-A, Pokja LKM-A Kabupaten/Kota dan Notaris melakukan koordinasi dengan Dinas Koparasi UKM untuk membantu Memfasilitasi LKM-A dalam pembuatan badan hukum LKM-A, adapun yang dipersiapkan adalah kelengkapan persyaratan yang terdapat pada poin 5.1 secara keseluruhan. Setelah seluruh kelengkapan tersebut dipenuhi Kementerian Koparasi akan menerbitkan Keputusan tentang pengesahan akta pendirian Koperasi LKM-A. 5.4 Bentuk badan hukum Bentuk Badan Hukum LKM-A sesuai dengan Undang Undang Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro terdiri dari: a. Koperasi; atau b. Perseroan Terbatas (PT). Untuk LKM-A berbadan hukum Koperasi Serba Usaha (KSU) maka izin usahanya dikeluarkan oleh Dinas Koperasi dan UKM sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Untuk LKM-A berbadan hukum Koperasi LKM (Koperasi Jasa Keuangan) maka izin usahanya dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan, sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro. Apabila LKM-A menginginkan badan hukumnya PT maka beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah: a. Sahamnya paling sedikit 60% (enam puluh persen) dimiliki oleh Pemerintah kabupaten/kota atau Badan Usaha Milik Desa/Kelurahan; b. Sisa kepemilikan saham Perseroan Terbatas dapat dimiliki oleh WNI dan/atau Koperasi; c. Kepemilikan setiap WNI atas saham Perseroan Terbatas paling banyak sebesar 20% (dua puluh persen). 5.5 Manfaat Badan Hukum LKM-A Dengan LKM-A memiliki badan hukum maka akan didapat beberapa kemudahan, diantaranya : a. Membangun kredibilitas lembaga; b. Membangun kepercayaan menjadi lembaga yang bisa dipertanggungjawabkan; c. Membuka peluang adanya kerjasama atau kemitraan dengan lembaga lain (linkage program); d. Lebih terjamin keberlanjutan program PUAP dalam rangka pengembangan usaha agribisnis di perdesaan. Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

21 Dalam rangka mempercepat proses pengurusan badan hukum dan izin usaha LKM-A, Pokja LKM-A Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Penyelia Mitra Tani (PMT) agar membantu dan mendampingi pengurus/pengelola LKM-A dalam proses percepatan pengurusannya. 5.6 Izin Usaha LKM-A Penyiapan izin Usaha LKM-A adalah tindak lanjut dari setelah dikeluarkannya badan hukum oleh Dinas Koperasi hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah : a. Akta pendirian badan hukum dan anggaran dasar LKM-A; b. Struktur Organisasi; c. Sistem dan prosedur kerja; d. Rencana kerja 2 tahun pertama; e. Bukti pelunasan modal disetor atau sempanan pokok, wajib dan hibah; f. Bukti kesiapan operasional; g. Proyeksi laporan posisi dan kinerja keuangan 2 tahun pertama; h. Laporan keuangan 2 tahun terakhir; i. Laporan posisi keuangan penutupan dan pembukaan; j. Laporan kinerja pembiayaan 2 tahun terakhir. Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

22 BAB VI MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 6.1. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi difokuskan pada pengelolaan administrasi dan keuangan terutama perkembangan aset yang dikelola oleh LKM-A dan Gapoktan. Kegiatan monev dilakukan melalui mekanisme pelaporan, kunjungan kerja dan pertemuan koordinasi yang dilaksanakan di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Pelaksanaan kegiatan monev dilakukan minimal dua kali dalam setahun oleh Tim Pokja LKM-A Pelaporan Laporan perkembangan kinerja USP/LKM-A dibuat oleh PMT yang dikoordinir oleh BPTP setiap bulan sekali (format laporan sesuai dengan laporan excel PMT), serta dilaporkan secara berjenjang dan berkala ke Pusat cq Direktorat Pembiayaan Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dengan alamat Kantor Pusat Kementerian Pertanian Gedung D lantai 8, Jl Harsono RM Nomor 3, Ragunan, Pasarminggu, Jakarta Selatan pada tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya Bentuk dan Materi Pelaporan Bentuk laporan yang disampaikan adalah berupa matrik isian sesuai dengan data yang tersedia. Materi pelaporan berisi antara lain : a. Identitas Gapoktan : Nama Gapoktan, Nama Desa, Nama Kecamatan, Nama Kabupaten, dan Nama Provinsi b. Tahun penerimaan dana BLM PUAP oleh Gapoktan; c. Aset awal Gapoktan; d. Aset saat laporan; e. Penyaluran dana PUAP terbesar; f. Pembentukan LKM-A; g. Aktifitas Gapoktan; dan h. Nama PMT yang bersangkutan. Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

23 BAB VI PENUTUP Petani hingga saat ini masih belum mendapatkan layanan permodalan usaha dari lembaga keuangan formal secara memadai. Untuk itu lembaga ekonomi petani seperti USP/LKM-A fungsinya agar lebih ditingkatkan guna mengurangi kendala kesulitan pembiayaan usaha. Kementerian Pertanian dalam mengatasi permasalahan tersebut telah menyalurkan dana BLM PUAP sebesar Rp. 5,2 Triliyun atau kepada lebih dari Gapoktan. Dalam upaya untuk pengembangan modal dan kemitraan usaha maka lembaga ekonomi petani perlu memiliki badan hukum. Pada tahun 2016 direncanakan akan dilakukan exit strategy program PUAP berupa keberlanjutan pembinaan dan pengendalian Gapoktan penerima PUAP kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Khusus untuk keberlanjutan lembaga ekonomi petani yang memiliki status berbadan hukum diperlukan pembinaan dan pendampingan dari Pokja LKM-A Kabupaten/Kota dan Pokja LKM-A Provinsi. Koordinasi, monitoring dan evaluasi serta pelaporan yang harus disampaikan oleh PMT dan dikoordinir BPTP diteruskan ke Pusat secara rutin setiap bulan. Pedoman ini merupakan acuan bagi Pokja LKM-A Kabupaten/Kota dan Pokja LKM-A Provinsi dalam keberlanjutan pembinaan dan pengendalian serta pemberdayaan dan penguatan LKM-A di wilayah masing-masing. Pedoman ini merupakan acuan bagi Pokja LKM-A Kabupaten/Kota dan Pokja LKM- A Provinsi dalam keberlanjutan pembinaan dan pengendalian serta pemberdayaan dan penguatan LKM-A di wilayah masing-masing. Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

24 DAFTAR PUSTAKA 1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro; 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani; 3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 Tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani; 4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/4/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani; 5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 06/Permentan/OT.140/2/2015 tentang Pedoman Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) 2015; Pedoman Pemberdayaan dan Penguatan LKM-A TA

KATA PENGANTAR. Pedoman Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Gapoktan PUAP

KATA PENGANTAR. Pedoman Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Gapoktan PUAP KATA PENGANTAR Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah sebagai bagian dari pelaksanaan program PNPM Mandiri. Program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian telah

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN LKM-A GAPOKTAN PUAP

PEDOMAN PENGEMBANGAN LKM-A GAPOKTAN PUAP PEDOMAN PENGEMBANGAN LKM-A GAPOKTAN PUAP DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menumbuhkembangkan perekonomian

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi Oleh : Ade Permana (H34096001), Desy Kartikasari (H34096017), Devi Melianda P (H34096020), Mulyadi(H34096068)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.12, 2013 EKONOMI. Lembaga. Keuangan. Mikro. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5394) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menumbuhkembangkan perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.52, 2010 Kementerian Pertanian. Pelatihan. Pertanian Swadaya. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.52, 2010 Kementerian Pertanian. Pelatihan. Pertanian Swadaya. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.52, 2010 Kementerian Pertanian. Pelatihan. Pertanian Swadaya. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/PP.410/1/2010 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian

Lebih terperinci

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015 No.257, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KUKM. USP oleh Koperasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 /PER/M.KUKM/ II /2017 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2012 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

, No Usaha Kecil dan Menengah Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi sudah ti

, No Usaha Kecil dan Menengah Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi sudah ti BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1494, 2015 KEMENKOP-UKM. Koperasi. Usaha. Simpan Pinjam. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

2 dan Luas Cakupan Wilayah Usaha Lembaga Keuangan Mikro) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 321, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 dan Luas Cakupan Wilayah Usaha Lembaga Keuangan Mikro) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 321, Tambahan Lembaran Negara Republik I LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.342, 2014 KEUANGAN. OJK. Perizinan. Usaha. Kelembagaan. Mikro. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5621) OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5394 EKONOMI. Lembaga. Keuangan. Mikro. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan pertanian yang berbasis agribisnis dimasa yang akan datang merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro,

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN, DAN PEMBINAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 4 Oktober 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 3/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENILAIAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/PERMENTAN/OT.140/4/2013 A. Latar Belakang PEDOMAN PENILAIAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN Sektor pertanian

Lebih terperinci

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM Draft PETUNJUK PELAKSANAAN Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM I. Pendahuluan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya penanganan masalah kemiskinan di

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO. Otoritas Jasa Keuangan 2017

PENGUATAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO. Otoritas Jasa Keuangan 2017 PENGUATAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO Otoritas Jasa Keuangan 2017 Sekilas Tentang Otoritas Jasa Keuangan Otoritas Jasa Keuangan Lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN LEMBAGA PERKREDITAN KECAMATAN MENJADI PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE SALINAN WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang cepat

Lebih terperinci

PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT -0- LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19 /SEOJK.03/2016 TENTANG PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2014 OJK. Perusahaan Pembiyaan. Kelembagaan. Perizinan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5637) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/PP.410/1/2010 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PELATIHAN PERTANIAN SWADAYA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/PP.410/1/2010 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PELATIHAN PERTANIAN SWADAYA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 0/Permentan/PP.4//0 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PELATIHAN PERTANIAN SWADAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: 28/Per/M.KUKM/VII/2007

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: 28/Per/M.KUKM/VII/2007 Draft Tanggal 5 Juli 2007 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 28/Per/M.KUKM/VII/2007 TENTANG PEDOMAN PROGRAM SARJANA PENCIPTA KERJA MANDIRI (PROSPEK

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi merupakan wadah usaha bersama yang

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN

PNPM MANDIRI PERKOTAAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN Sleman, 7 JANUARI 2014 2 PHASE PELAKSANAAN PNPM TAHAP KEMANDIRIAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA KOPERASI

PEDOMAN PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA KOPERASI 7 Lampiran : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor : 10/Per/M.KUKM/XII/2011 Tentang : Pedoman Penyelenggaraan Rapat Anggota Koperasi PEDOMAN PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BANJAR Menimbang : a. Pasal

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN. No.261, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pelaksanaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5958) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang PerKoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tam

2015, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang PerKoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1496, 2015 KEMEN-KUKM. Koperasi. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH I. UMUM Pembangunan Daerah bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2016 EKONOMI. Penjaminan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5835) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul

Lebih terperinci

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas).

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas). KOPERASI.. Nomor : 12 Pada hari ini, Kamis, tanggal 10-09-2015 (sepuluh September dua ribu lima belas). Pukul 16.00 (enam belas titik kosong-kosong) Waktu Indonesia Bagian Barat. ------- - Hadir dihadapan

Lebih terperinci

CHECKLIST PERMOHONAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI

CHECKLIST PERMOHONAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI PERMOHONAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN KOPERASI 1 Dua rangkap salinan Akta Pendirian Koperasi bermaterai cukup 2 Data Akta Pendirian Koperasi yang dibuat dan ditandatangani oleh Notaris Pembuat Akta Koperasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.487, 2015 KEMENKOP-UKM. Bantuan Sosial. Pengembangan Koperasi. Mikro. Kecil. Wirausaha. Lembaga Pendidikan. Non Pemerintah. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG Draft Htl Maharani 9 September 2008 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN, PERUBAHAN ANGGARAN DASAR, DAN PEMBUBARAN KOPERASI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 24 2011 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 02/MBU/7/ 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI BADAN

Lebih terperinci

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA bitheula.blogspot.com I. PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA PINJAMAN BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a. bahwa koperasi sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

FAQ LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN

FAQ LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN FAQ LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Apa itu BLU LPMUKP? BLU LPMUKP adalah Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan 2. Apa Pengertian BLU? BLU adalah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 1 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 TENTANG

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT MENTERI KEUANGAN, Menimbang: a. bahwa peningkatan akses dunia usaha pada sumber

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMEBERIAN INSENTIF DAN PEMEBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KONAWE SELATAN i! DITERBITKAN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan perubahan struktur ekonomi tidak bisa dipisahkan dari

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Transformasi Lembaga Keuangan Mikro/Lembaga Keuangan Mikro Syariah menjadi Bank Perkreditan Rakyat/ Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN GABUNGAN KELOMPOK TANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar

Lebih terperinci