SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : MEINARLY GULTOM NIM :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : MEINARLY GULTOM NIM :"

Transkripsi

1 PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK BALITANYA, DI KECAMATAN BALIGE, KABUPATEN TOBA SAMOSIR, SUMATERA UTARA TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : MEINARLY GULTOM NIM : FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2009 Meinarly Gultom Pengetahuan, sikap dan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak pada ibu-ibu yang mempunyai anak balita di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara x + 51 halaman Perilaku orangtua terutama ibu sebagai orang yang terdekat dengan anak balita dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap sikap dan perilaku anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya. Jumlah sampel 150 orang ibu-ibu rumah tangga dan anak balitanya yang diambil secara purposif dari 3 kelurahan di Kecamatan Balige. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Dari 150 orang ibu-ibu rumah tangga yang diteliti, 67,33% mengetahui sikat gigi yang baik bagi anak balita, 54,67% mengetahui menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur, 61,33% mengetahui pemberian pasta gigi mulai usia 2 tahun dan 65,33% mengetahui peran dokter gigi sebagai tempat konsultasi

3 mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balita. Responden menunjukkan sikap yang baik untuk menyikat gigi anak sebelum tidur (98%), pemberian pasta gigi mulai usia 2 tahun (90,67%) dan tidak memberikan makanan dan minuman manis di luar jam makan (76%). Tindakan responden menyikat gigi anak pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur 38%, menggunakan sikat gigi khusus anak balita 46% dan memberikan makanan dan minuman manis di luar jam makan 46,67%. Sebanyak 49,33% anak balita menderita karies botol, gigi berlubang (24,67%), gusi berdarah (10,67%) dan gusi bengkak (8,67%). Sebagian besar responden tidak pernah membawa anak ke dokter gigi. Kebanyakan responden yang membawa anaknya ke dokter gigi karena ada keluhan pada anak. Daftar Rujukan : 18 ( ).

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah senantiasa mencurahkan kasih setianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara di Medan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan dan saran-saran serta masukan yang membangun dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. H. Ismet D. Nasution drg., Sp. Pros., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ijin penelitian dari fakultas untuk melakukan penelitian di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir. 2. Prof. Dr. Nurmala Situmorang, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen dan seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 3. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing akademik penulis dan dosen pembimbing skripsi yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5 4. Oktavia Dewi, drg., M.Kes dan Simson Damanik, drg., M.Kes selaku dosen penguji skripsi yang telah begitu banyak memberikan masukan-masukan yang membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 5. Kepala Dinas Kesehatan Toba Samosir dan Pemerintah di Kecamatan Balige yang telah memberi izin untuk dapat melakukan penelitian di Kecamatan Balige. Rasa terima kasih yang begitu besar juga penulis tujukan kepada Ayahanda tercinta Drs.A.Gultom, ibunda H.Naibaho tersayang atas segala doa, dukungan dan kasih sayang serta bantuan baik berupa moril maupun materil yang tidak akan dapat terbalas oleh penulis sampai kapan pun juga. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bang Kurlim, Bang Harly, Bang Kiut, Bang Henhen Kak Mesmes, Kak Bekbek, si Bontot Kris dan keponakanku tersayang Momos. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kelompok Kecil Kayla (Kak Dewi, Sally, Olin M), adik-adik penulis (Desy, Xtina, Lina, Ska) serta seluruh rekan stambuk 2005 yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu kesehatan gigi masyarakat. Medan, Juni 2009 Penulis, (Meinarly Gultom) NIM:

6 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iv vi viii ix x BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Kesehatan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balita Penyakit Gigi dan Mulut Anak Balita BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Jenis Rancangan Penelitian Populasi dan Sampel Variabel Penelitian Defenisi Operasional Cara Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisis Data... 24

7 BAB 4 HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Pengetahuan Responden Ibu-ibu Mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Balita Pengetahuan Responden Ibu-Ibu Mengenai Penyakit Gigi dan Mulut pada Anak Balita dan Akibatnya Pengetahuan Responden Mengenai Cara Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balita Pengetahuan Responden Mengenai Cara Pemberian Pasta Gigi pada Anak Balita Pengetahuan Responden Mengenai Peran Dokter Gigi Sikap Responden Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balita Tindakan Responden Dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balita Tindakan Responden dalam Memanfaatkan Peran Dokter Gigi Tindakan Responden dalam Menyikat Gigi Anak Balitanya Tindakan Responden dalam Pemberian Pasta Gigi pada Anak Balitanya Tindakan Responden dalam Pemberian Makanan dan Minuman Manis pada Anak Balita Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balita Pencarian Pengobatan Responden BAB 5 PEMBAHASAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN

8 DAFTAR TABEL Tabel Halaman P resentase distribusi responden ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai anak balita di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir, 2009 (n=150) P resentase distribusi anak balita di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir, 2009 (n=150) P engetahuan responden ibu-ibu rumah tangga mengenai penyakit gigi dan mulut pada anak balita dan akibatnya P engetahuan responden ibu-ibu rumah tangga mengenai cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balita P engetahuan responden ibu-ibu rumah tangga tentang pemberian pasta gigi pada anak balita (n=150) P engetahuan responden ibu-ibu rumah tangga mengenai dokter gigi S ikap responden ibu-ibu rumah tangga terhadap kesehatan gigi dan mulut anak balita T indakan responden ibu-ibu rumah tangga dalam memanfaatkan peran dokter gigi T indakan responden ibu-ibu rumah tangga dalam menyikat gigi anak balita T indakan responden ibu-ibu rumah tangga dalam pemberian pasta gigi pada anak balita (n=150)... 35

9 T indakan responden ibu-ibu rumah tangga dalam pemberian makanan dan minuman manis pada anak balita (n=150) H asil pemeriksaan gigi dan mulut anak balita (n=150) H asil pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut anak balita berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin (n=150) Pencarian pengobatan responden ibu-ibu rumah tangga pada balita yang mempunyai karies dan penyakit gusi... 39

10 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman S ikat gigi anak balita menurut American Dental Association Banyaknya pasta gigi yang dioleskan sebesar biji kacang polong... 14

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut balitanya. 2. Surat Keterangan ijin penelitian dari Pemerintah Kabupaten Toba Samosir Kecamatan Balige. 3. Surat Keterangan ijin penelitian dari Dinas Kesehatan Pemerintahan Kabupaten Toba Samosir. 4. Surat Keterangan telah melakukan penelitian dari Dinas Kesehatan Pemerintahan Kabupaten Toba Samosir.

12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya di dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Peranan rongga mulut sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Secara umum, seseorang dikatakan sehat bukan hanya tubuhnya yang sehat melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya. Oleh karena itu, kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan tubuh seseorang. 1,2 Di beberapa negara berkembang dilaporkan sudah ada perbaikan atau peningkatan kesehatan gigi dan mulut, akan tetapi masalah kesehatan gigi dan mulut tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat pada umumnya. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang rata-rata masih menjadi keluhan bagi masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi keenam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia. Namun, perilaku masyarakat Indonesia di dalam menjaga kesehatan rongga mulut masih rendah. 2 Tri Astuti, dalam penelitiannya menyatakan bahwa karies serta masalah gusi adalah penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai pada anak-anak. Di Jakarta, 90% anak mengalami masalah gigi berlubang dan 80% penyakit gusi. Angka

13 itu lebih parah pada anak-anak dari golongan ekonomi menengah ke bawah. 3 Hasil penelitian Yuyus R, dkk, di Jakarta pada 1000 orang anak balita menunjukkan anak balita yang bebas karies sebesar 14,1%, anak yang mempunyai karies lebih dari 4 gigi 85,9%, sedangkan DMFT 6,8 gigi. 4 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2007) menunjukkan bahwa prevalensi masalah gigi dan mulut pada kelompok umur 1-4 tahun mencapai 6,9% dan yang menerima perawatan 27,4%. 5 Pemeliharaan kesehatan gigi anak melibatkan interaksi antara anak, orangtua dan dokter gigi. Pada anak balita pengaruh orangtua sangat berperan dalam membentuk perilaku anak. Sikap dan perilaku orangtua terutama ibu yang biasanya orang terdekat dengan anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap sikap dan perilaku anak. Peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting diberdayakan mulai dari usia dini yaitu dengan mencegah, merawat dan memelihara kesehatan gigi. Di beberapa penelitian pada masyarakat Indonesia, kesadaran untuk merawat dan memelihara kesehatan gigi dan mulut dari berbagai tingkat usia masih perlu diperbaiki. 6 Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut akan menentukan status kesehatan gigi anak kelak. Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari pertumbuhan seorang anak. Orang tua harus mengetahui cara merawat gigi anaknya tersebut, dan orang tua juga harus mengajari anaknya cara merawat gigi yang baik. Walaupun masih memiliki gigi susu, seorang anak harus mendapatkan perhatian serius dari orang tua. Kondisi gigi susu akan menentukan pertumbuhan gigi permanen anak. Akan tetapi, banyak orangtua yang beranggapan

14 bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti oleh geligi tetap sehingga mereka sering menganggap bahwa kerusakan pada gigi susu yang disebabkan oleh oral higiene yang buruk bukan merupakan suatu masalah. 1,6 Seorang ibu sudah seharusnya mempunyai pengetahuan, sikap dan perilaku yang baik terhadap kesehatan gigi dan mulut agar dapat memberikan oral health education kepada anak. Hasil penelitian Suryawaty, dkk di Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Pasar Minggu menunjukkan bahwa 76,8% ibu anak balita memiliki pengetahuan yang kurang terhadap kesehatan gigi dan mulut anak, 84,1% memiliki sikap yang baik dan 89% memiliki perilaku yang kurang dalam usaha pemeliharaan kesehatan gigi anak. 7 Berdasarkan apa yang diuraikan diatas peneliti merasa tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku ibu serta keadaan kesehatan gigi dan mulut anak pada usia di bawah lima tahun di kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir. Kabupaten Toba Samosir memiliki visi TOBAMAS 2010 dimana salah satu pilarnya adalah peningkatan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di tempat ini. Kecamatan Balige adalah ibukota dari Kabupaten Toba Samosir. Kecamatan Balige terdiri dari 5 kelurahan, sampel diambil di 3 kelurahan yaitu Kelurahan Pardede Onan, kelurahan Haumabange, kelurahan Napitupulu yang merupakan kelurahan yang berada di tengah kota Balige menyebabkan keragaman tingkat pendidikan pada ibu-ibu yang akan turut mempengaruhi pengetahuan ibu mengenai kesehatan rongga mulut dan juga mempengaruhi perilaku kesehatan ibu.

15 1.2 Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu-ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya. 2. Mengetahui sikap ibu-ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya. 3. Mengetahui tindakan ibu-ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya. 4. Mengetahui kesehatan gigi dan mulut anak balita. 1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan: 1. Dapat memberi informasi kepada tenaga-tenaga kesehatan gigi dan mulut serta kepada pemerintah dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di masa yang akan datang. 2. Memberi kesempatan kepada penulis dalam menggali kemampuan untuk dapat mengetahui gambaran perilaku kesehatan gigi di masyarakat terutama pada ibuibu yang mempunyai anak usia balita.

16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Perilaku manusia terdapat dalam setiap aspek kehidupan manusia. Skiner (1938) seorang ahli psikologi, menyatakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. 4 Dari segi biologis perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku umumnya dapat diamati oleh orang lain, namun ada juga perilaku yang tidak dapat diamati orang lain atau disebut sebagai internal activities seperti persepsi, emosi, pikiran dan motivasi Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan yang mempengaruhi. Respon terhadap stimulus yang sama dapat berbeda-beda pada tiap-tiap orang yang berbeda tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. 9 Rogers (1974), menyatakan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku yang baru, di dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses, yakni: Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dimana terlebih dahulu mengetahui objek (stimulus) 2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada objek (stimulus)

17 3. Evaluation, yakni sikap responden sudah lebih baik. Responden mulai menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus itu bagi dirinya 4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru tersebut 5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap objek (stimulus) Faktor-faktor yang dapat membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda (determinan perilaku) dibedakan menjadi dua, yakni : Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan bersifat bawaan, misalnya: jenis kelamin, tingkat kecerdasan, tingkat emosional. 2. Determinan atau faktor eksternal, yakni faktor luar yang dapat mempengaruhi, misalnya: faktor lingkungan yang merupakan faktor yang dominan yang mempengaruhi perilaku seseorang, faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor sosial, budaya, ekonomi, politik. Perilaku merupakan totalitas aktivitas seseorang yang merupakan hasil dari beberapa faktor baik faktor eksternal maupun internal. Benyamin Bloom membagi perilaku manusia dalam 3 domain, yakni kognitif, efektif dan psikomotor. dalam kehidupan terdapat 3 tahap dalam mengadopsi suatu perilaku, yaitu: 9,11,12 a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil atau wujud dari penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera, yakni indera penglihatan, penciuman, perasa dan peraba. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh

18 melalui indera penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour). 13 Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif (pengetahuan) mempunyai enam tingkatan : Tahu (know), diartikan sebagai hal menginat suatu materi yang sebelumnya telah dipelajari. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat meninterpretasikan materi tersebut secara benar dan jelas. 3. Aplikasi (aplication), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang nyata atau sebenarnya. 4. Analisis (analysis), diartikan sebagai kemampuan dalam menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih berkaitan satu sama lainnya. 5. Sintesis (synthesis), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian pada suatu materi atau objek. Penilaian yang dilakukan berdasarkankan kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada. Sebagai orang tua terutama seorang ibu seharusnya memiliki pengetahuan mengenai pendidikan kesehatan gigi yang baik terutama di dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak. Pada anak-anak yang mempunyai kebiasaan meminum susu atau

19 minuman manis lainnya secara berkepanjangan dan diikuti dengan kebersihan rongga mulut yang jelek, ini akan mendukung terjadinya karies pada anak. Penyikatan gigi merupakan tindakan yang paling mudah dilakukan setiap harinya dengan tujuan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut, dan untuk mendapatkan hasil yang optimal harus diperhatikan frekuensi penyikatan gigi. Peranan orangtua hendaknya ditingkatkan dalam membiasakan menyikat gigi anak secara teratur guna menghindarkan kerusakan gigi anak dan penyakit mulut. 1 b. Sikap (attitude) Sikap merupakan suatu komponen dari perilaku, dimana sikap belum berupa suatu wujud yang nyata atau merupakan respon tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat secara langsung dilihat, akan tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perlaku yang tertutup. Sikap dalam kehidupan seharihari merupakan respon yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap dapat diperkuat dengan adanya suatu kepercayaan atau ketertarikan terhadap suatu objek. 11,12 Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak, juga merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap mempunyai tiga komponen : Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu stimulus atau objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi pada suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak. Sikap terdiri dari enam tingkatan:

20 1. Menerima (receiving), diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. 2. Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan melaksanakan tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan suatu masalah. 4. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya. Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan menanyakan secara langsung pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Sikap seorang ibu yang baik akan dipengaruhi oleh pengetahuan ibu mengenai pemeliharaan kesehatan gigi. Misalnya ibu yang selalu mencari pengetahuan mengenai pemeliharaan kesehatan gigi atau mendiskusikan mengenai kesehatan gigi dengan dokter gigi, ini adalah bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap kesehatan gigi anak. 12 c. Tindakan (practice) Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau berpendapat (sikap), proses selanjutnya adalah diharapkan ia akan melaksanankan atau mempraktekkan apa yang diketahuinya dan disikapinya (dinilai baik). Dalam memutuskan perilaku tetentu akan dibentuk atau tidak, seseorang selain mempertimbangkan informasi dan keyakinan tentang keuntungan atau kerugian yang akan didapat juga mempertimbangkan sejauh mana dia dapat

21 mengatur perilaku tersebut. Menurut Bandura, pengaturan diri dalam hal berperilaku secara efektif tidak akan dicapai hanya dengan kehendak atau sikap saja akan tetapi dituntut juga untuk memiliki keterampilan untuk memotivasi diri dan bimbingan diri, dengan kata lain memiliki pengetahuan yang baik. 10 Kesehatan gigi susu sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan gigi tetap. Oleh karena itu, peran serta orangtua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak kelak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. 1 Pengetahuan orangtua terutama seorang ibu terhadap bagaimana menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung kebersihan gigi dan mulut anak sehingga kesehatan gigi dan mulut anak dapat baik. Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya kelak. Seorang ibu memegang peranan penting dalam suatu keluarga, baik sebagai seorang isteri maupun sebagai seorang ibu dari anak-anaknya. Figur pertama yang dikenal anak begitu ia lahir adalah ibunya. Oleh karena itu perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh si anak. Namun, pengetahuan saja tidak cukup, perlu diikuti dengan sikap dan tindakan yang tepat Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Pertumbuhan gigi pada manusia dimulai pada saat bayi berusia 6-9 bulan dengan tumbuhnya dua gigi seri rahang bawah disusul dengan gigi seri rahang atas. Pada usia 7-10 bulan tumbuh dua gigi seri depan kedua (di samping gigi seri pertama) rahang atas maupun bawah. Kadang-kadang gigi seri kedua di rahang bawah tumbuh

22 lebih dulu sebelum gigi seri kedua rahang atas. Lalu, satu gigi geraham depan tumbuh pada usia bulan. Gigi taring juga mulai muncul pada usia yang sama. Gigi geraham kedua tumbuh pada usia bulan. Biasanya, anak akan punya gigi susu lengkap (20) pada usia 3 tahun. 6 Pada masa balita (2-5 tahun), perkembangan anak berubah dari otonomi ke inisiatif, timbul keinginan-keinginan yang baru dalam diri anak. Pada masa akhir anak, ia sudah mulai mempertanggungjawabkan perbuatannya sendiri. Perkembangan motorik dan keterampilan anak diperoleh melalui proses kematangan dan latihan. Masa balita dikaitkan dengan masa kemandirian atau disebut sikap kepala batu. Anak akan mulai membantah apa yang tidak sesuai dengan keinginannya. Sikap kepala batu ini dapat diubah bila orangtua atau pendidik konsisten memperlihatkan kewibawaan dan peraturan yang telah ditetapkan. Pada anak akan terlihat kemiripan dengan orangtua, ini disebut proses identifikasi. Proses identifikasi adalah proses mengadopsi sifat, sikap, pandangan orang lain dan dijadikan sifat, sikap dan pandangannya sendiri. Oleh karena itu, pada masa ini perlu ketegasan dari orangtua untuk membiasakan anak dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Pada usia ini adalah saat yang paling baik untuk mulai menggunakan sikat gigi. 14 Perilaku anak akan menentukan status kesehatan gigi mereka termasuk pola makan dan kebiasaan membersihkan gigi. Anak yang mengkonsumsi makanan yang manis di luar jam makan akan meningkatkan risiko karies. Keadaan ini diperburuk dengan anak yang malas untuk menyikat gigi. Hasil penelitian Eka Chemiawan, dkk (2004) yang melakukan penelitian pada anak usia bulan di Bandung menunjukkan bahwa 180 dari 317 anak (56,78%) mengalami Nursing Mouth Caries.

23 Anak yang menyikat gigi satu kali sehari sebanyak 31,55%, dua kali sehari 23,03%, tiga kali sehari 2,2%. Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi Nursing Mouth Caries menunjukkan angka yang sangat tinggi. Pada anak yang melakukan penyikatan gigi satu kali lebih tinggi dibandingkan yang menyikat gigi dua atau tiga kali. Peranan orangtua hendaknya ditingkatkan dalam membiasakan anak menyikat gigi secara teratur sejak dini dalam mencegah Nursing Mouth Caries. 13 Beberapa teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang dapat dilaksanakan dan merupakan peran dari orangtua terutama ibu pada usia ini adalah: 1 a. Membersihkan gigi Membersihkan gigi anak dapat dilakukan dengan penyikatan gigi. Penyikatan gigi bertujuan untuk menghindari plak. Plak dapat menyebabkan kerusakan gigi, misalnya gigi berlubang. Anak di atas dua tahun sudah dapat mulai diajarkan cara menyikat gigi. Pertama sekali orangtua memberikan contoh pada anak cara menyikat gigi setelah itu anak diminta untuk mengikutinya. 1 Mulai dari usia 2 tahun, anak sudah dapat diajarkan menyikat gigi dengan metode Schrob. Metode ini adalah suatu metode menyikat gigi yang mudah dan sederhana untuk diajarkan pada anak. Caranya, menyikat gigi bagian atas dan bawah dengan arah ke samping kanan dan kiri, kemudian seluruh gigi bagian samping dan seluruh gigi bagian belakang disikat, lalu anak berkumur dengan air bersih beberapa kali. 15 Pemilihan sikat gigi pada anak balita sebaiknya dipilih sikat gigi yang ukurannya kecil dengan tangkai yang mudah digenggam. Bulu sikatnya halus (soft). Bagian kepala sikat menyempit agar mudah menjangkau bagian dalam rongga mulut

24 anak. Anak usia 1-5 tahun bisa memakai sikat dengan 3 deret bulu. American Dental Association menganjurkan ukuran maksimal kepala sikat gigi balita adalah 18x7 mm. Gantilah sikat gigi kalau bulunya sudah tidak beraturan lagi atau mekar, karena dapat melukai gusi. 2 Gambar 1. Sikat gigi anak balita menurut American Dental Association 16 Waktu menyikat gigi sebaiknya dilakukan teratur, minimal 2 kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam. 2 Untuk menyikat gigi secara benar sebaiknya dilakukan lebih dari 2 menit. Walau demikian, yang terpenting bukan lamanya waktu dalam menyikat gigi, tetapi pembersihan gigi itu sendiri dari plak. Untuk membantu dalam kontrol plak dapat digunakan bahan pewarna plak. Bahan pewarna plak berguna untuk mengamati plak. Bahan pewarna plak berguna untuk mengamati plak masih ada atau tidak. Sebaiknya, bahan pewarna plak ini digunakan tiap 2 atau 3 hari sampai ditemukan bahwa plak tidak ada lagi pada bagian belakang dan depan gigi, di bagian dalam, di bagian leher gigi, setelah penyikatan gigi. Setelah itu, dapat digunakan sebulan sekali. 1,17

25 b. Pemakaian pasta gigi Menurut Standar Nasional Indonesia kadar fluor dalam pasta gigi yang baik untuk anak adalah ppm (SNI ). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.445/Menkes/Per/V/1998 Lampiran 1#34 disebutkan bahwa batas maksimum garam fluorida dan turunannya dalam sediaan higiene mulut adalah 0,15% (setara dengan 1500 ppm), jumlah ini sesuai dengan aturan Asean Cosmetic Directive 76/768/EEC Annex III Bagian 1, aturan FDA Amerika Serikat, serta ISO Pemakaian pasta sudah dapat dimulai pada usia dua tahun. 1 Pada anak terutama usia dibawah 2 tahun refleks menelan tinggi sehingga sering menelan pasta gigi juga karena pasta gigi anak memiliki rasa. Untuk menghindari fluorosis, banyaknya pasta yang diberikan pada anak-anak dianjurkan sebesar biji kacang polong. 2 Gambar 2. Banyaknya pasta gigi yang dioleskan sebesar biji kacang polong 16 Pasta akan memberi kesegaran pada mulut dan kebersihan gigi dan mulut yang lebih optimal. Pasta gigi sekarang ini memiliki variasi rasa dan warna yang

26 beredar di pasaran, dan ini akan mengundang perhatian anak dan diharapkan anak lebih tertarik dan rajin untuk menyikat gigi. 1 c. Diet sehat pada anak Makanan dan minuman manis dapat memperburuk kesehatan gigi, seperti biskuit, coklat, permen, kue, susu dan cemilan-cemilan yang mengandung gula. Makanan yang bersifat lengket dan mengandung gula yang sering dikonsumsi di luar jam makan berbahaya bagi kesehatan gigi anak. Frekuensi pemberian makanan manis yang sering atau di luar jam makan ini akan meningkatkan risiko terjadinya karies pada anak. Cara untuk mengatasi hal ini, orangtua atau ibu dapat melakukan: Tidak membiasakan memberikan makanan atau minuman yang mengandung gula sebagai hadiah kepada anak. 2. Cemilan manis dapat diganti dengan memberi cemilan dari buah atau sayuran. 3. Sehabis makan makanan yang manis, anak dibiasakan berkumur dengan air putih. 4. Tidak memberikan makanan atau minuman manis di luar jam makan, sebaiknya dibiasakan untuk memberi air putih matang yang telah didinginkan terutama saat anak mau tidur. d. Melakukan pemeriksaan ke dokter gigi American Academy of Pediatric Dentistry menyarankan agar kunjungan pertama ke dokter gigi dimulai pada erupsi gigi pertama atau dimulai saat anak usia 12 bulan. Walaupun demikian, anak-anak yang mempunyai kelainan sistemik dan

27 menderita trauma pada gigi sebaiknya melakukan kunjungan ke dokter gigi lebih awal agar perawatan dapat segera dilakukan. 1 Dokter gigi pada kunjungan pertama akan melakukan beberapa tindakan, seperti pemeriksaan gigi geligi dan jaringan periodontal anak, memberikan sediaan fluor misalnya tablet fluor, memberikan penyuluhan mengenai cara pemberian makanan dan minuman yang baik yang dapat menghindari terjadinya kerusakan gigi, memberikan beberapa penjelasan mengenai pemeliharaan kesehatan secara umum dan kesehatan gigi khususnya. Dengan mendapatkan pendidikan kesehatan gigi dari dokter gigi, pengetahuan orangtua atau biasanya seorang ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi semakin baik. Kunjungan ke dokter gigi yang dimulai sejak usia dini juga akan mengurangi kecemasan dan ketakutan anak kelak karena sudah diperkenalkan sejak awal. Pada kunjungan pertama dokter gigi akan mengupayakan cara untuk memperkenalkan anak lingkungan dokter gigi dengan upaya yang tidak menimbulkan rasa takut dan cemas pada anak. 1 Pemeriksaan rutin 3-6 bulan sekali sangat berguna terutama dalam memonitor pertumbuhan dan perkembangan gigi anak serta mendeteksi kelainan gigi anak sejak dini. 16 Memeriksakan gigi mulai dari usia dini sangatlah penting, akan tetapi banyak orangtua mengangap hal ini tidak perlu karena gigi susu akan diganti dengan gigi permanen sehingga sering membiarkan gigi susu anaknya berlubang. Gigi susu yang berlubang dapat menimbulkan beberapa masalah. Gigi susu yang berlubang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit, akibatnya anak menjadi rewel dan susah makan. Hal ini disebabkan gigi yang berlubang mengganggu fungsi pengunyahan dan apabila terganggu dapat mempengaruhi nutrisi anak. Gigi susu yang berlubang juga

28 dapat menyebabkan gigi tersebut goyang dan tanggal prematur atau terpaksa dicabut sebelum waktunya. Gigi susu berfungsi sebagai penuntun bagi pertumbuhan gigi permanen. Bila gigi susu tanggal prematur, pertumbuhan gigi permanen menjadi tidak teratur Penyakit Gigi dan Mulut Balita Pada usia anak penyakit gigi dan mulut yang paling sering adalah karies atau gigi berlubang dan peradangan gusi Karies Karies adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu , dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas mikroorganisme yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses terjadinya karies dipengaruhi oleh 4 faktor etiologi atau penyebab utama terjadinya karies, yang terdiri atas: 1,2 a. Faktor host (gigi geligi) Gigi geligi sebagai tuan rumah terhadap karies dipengaruhi oleh faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Gigi susu lebih mudah terkena karies dibanding gigi permanen. Hal ini disebabkan enamel gigi susu lebih banyak mengandung bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi permanen. Secara kristalografis kristal-kristal gigi permanen lebih padat daripada gigi susu. b. Faktor agen (mikroorganisme) Yang paling berperan penting dalam menyebabkan terjadinya karies adalah plak gigi. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme

29 yang berkembang biak di atas matriks yang terbentuk dan melekat erat pada gigi dengan oral higiene jelek (gigi yang tidak dibersihkan). c. Faktor substrat atau diet Diet atau makanan terutama golongan karbohidrat seperti gula, roti atau makanan sejenis lemak yang mudah lengket di gigi akan mempengaruhi pembentukan plak dimana akan membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme pada permukaan gigi. Sisa makanan yang melekat pada gigi dapat diubah oleh kuman menjadi asam yang dapat melarutkan gigi sehingga terjadi karies. Pada anak usia di bawah 6 tahun yang mempunyai kebiasaan minum air susu ibu, susu botol ataupun cairan bergula secara terus menerus sampai anak tertidur dan atau di luar jam makan biasanya akan memiliki karies, yang dikenal dengan Nurshing Mouth Caries. 6,18 d. Faktor waktu Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. 1 Faktor yang paling menentukan terjadinya Nurshing Bottle Caries adalah lamanya gigi kontak dengan larutan gula atau seringnya anak mengkonsumsi larutan gula. 18 Penelitian yang dilakukan Yuyus, dkk terhadap 1000 bayi di bawah lima tahun di 5 wilayah Jakarta (Utara, Barat, Timur, Selatan dan Pusat) menunjukkan 14,1% anak bebas karies dan 27,5% mempunyai karies 1-4 gigi dan mempunyai lebih dari 4 gigi yang karies 58,1%. Anak yang mempunyai oral higiene buruk 61,7 %. 4

30 2. Penyakit Gusi Penyakit pada gusi biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit pada gusi memiliki tanda-tanda sebagai berikut : 1 1. Rasa tidak enak pada gigi disertai bau mulut 2. Gusi terlihat memerah dan lunak sehingga mudah terjadi perdarahan 3. Tanggalnya gigi disertai rasa sakit dan sensitif 4. Terjadinya penimbunan karang gigi Untuk menghindari terjadinya penyakit gusi kebersihan rongga mulut harus dijaga dengan baik yaitu dengan kontrol plak atau menyikat gigi dan nutrisi yang seimbang. 1,2 Penelitian yang dilakukan Tri Astuti di Jakarta menunjukkan 80% anak menderita penyakit gusi dengan keadaan oral higiene yang buruk. 3

31 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Rancangan Penelitian Jenis rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif jenis survei dengan tujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pengetahuan, sikap, dan tindakan ibuibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya. 3.2 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai anak usia balita di kecamatan Balige kabupaten Toba Samosir sejumlah 1837 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan rumus: d = Z Keterangan : d : derajat ketepatan yang digunakan yaitu sebesar 5% atau 0,05 Z : standar deviasi normal. Standar deviasi untuk 1,96 dengan taraf kepercayaan 95% p : proporsi populasi digunakan 89% atau 0,89 (penelitian prevalensi penyakit gigi dan mulut anak Indonesia oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia) q : 1-p N : populasi ibu-ibu yang mempunyai anak balita di kecamatan Balige kabupaten Toba Samosir sebanyak 1837 orang n : sampel

32 Maka : d = Z 0,05 = 1,95 x 0,89 x 0,11 x 1837 n n 1836 n = 137 Berdasarkan perhitungan, diperoleh jumlah sampel minimum adalah 137 orang. Dalam penelitian ini besar sampel yang diambil peneliti adalah 150 orang ibuibu rumah tangga dan balitanya. Teknik pengambilan sampel kelurahan dengan metode purposive sampling. Sampel berasal dari tiga kelurahan, yaitu kelurahan Napitupulu, kelurahan Haumabange, kelurahan Pardede Onan. Pengambilan sampel responden secara quota sampling. 3.3 Variabel Penelitian 1. Pengetahuan ibu-ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balita 2. Sikap ibu-ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak balita 3. Tindakan ibu-ibu rumah tangga dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balitanya 4. Kesehatan gigi dan mulut anak balita 3.4 Definisi Operasional 1. Pengetahuan ibu, yaitu pemahaman ibu tentang : a. Pemeliharaan kesehatan gigi anak balita, yaitu menyikat gigi, kontrol ke dokter gigi, menghindari makanan dan minuman manis.

33 b. Kesehatan gigi susu sangat mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen anak, yaitu dapat menyebabkan gigi permanen tidak teratur. c. Penyakit gigi dan mulut, yaitu karies/gigi berlubang dan peradangan gusi (gusi berdarah, gusi bengkak). d. Penyebab gigi berlubang, yaitu malas sikat gigi, rongga mulut yang kotor dan makanan dan minuman manis. e. Pembersihan gigi pada anak balita, yaitu ibu memberikan contoh pada anak dan mengajarinya menyikat gigi. f. Frekuensi menyikat gigi, yaitu dua kali sehari pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. g. Sikat gigi yang baik bagi anak balita, yaitu sikat gigi ukuran kecil dan bulunya halus. h. Pemberian pasta gigi pada anak balita, yaitu mulai usia 2 tahun dengan ukuran sebesar biji kacang polong. i. Peran dokter gigi dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita, yaitu sebagai tempat konsultasi/diskusi mengenai pemeliharaan kesehatan gigi anak dan mengobati kalau gigi anak sakit. Kunjungan ke dokter gigi yang baik 3-6 bulan sekali. 2. Sikap: pendapat ibu mengenai menjaga kebersihan gigi anak balita, menyikat gigi anak balita sebelum tidur, pemberian pasta gigi mulai anak usia dua tahun, tidak memberikan makanan dan minuman manis di luar jam makan atau untuk menidurkan anak.

34 3. Tindakan: perilaku ibu di dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita, yaitu: a. Memeriksakan gigi anak balita ke dokter gigi. b. Menyikat gigi anak dua kali sehari pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. c. Pemilihan sikat gigi. Sikat yang dipilih yaitu yang ukurannya kecil dan bulu halus (khusus untuk anak balita), ukuran anak-anak, yang bentuknya lucu dan digemari anak atau sikat gigi orang dewasa. d. Tindakan pemberian pasta yang mengandung fluor dengan ukuran sebesar biji kacang polong atau sepanjang bulu sikat pada saat menyikat gigi. e. Membersihkan gigi atau memberikan air putih untuk berkumur setelah anak makan atau minum yang manis. f. Tindakan jika menjumpai adanya gigi berlubang atau gusi berdarah/gusi bengkak pada anak, yaitu tidak melakukan apa-apa, membawa ke dokter gigi, mengobati sendiri. 4. Kesehatan gigi dan mulut anak, dilihat dari kondisi gigi dan mulut anak balita yaitu ada atau tidaknya karies, karies botol, gigi hilang, gigi ditambal dan ada atau tidaknya gusi berdarah dan gusi bengkak. 3.5 Cara Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan kunjungan ke rumah. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dengan responden (ibu-ibu rumah tangga yang

35 mempunyai anak usia balita) dan dicatat dalam kuesioner. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut anak secara visual pada rongga mulut anak balita. 3.6 Pengolahan Data Semua isian dalam kuesioner diedit, diperiksa kembali apakah semua isian telah dijawab. Kemudian, dilakukan pengkodean dalam daftar pertanyaan berdasarkan jawaban yang telah diisi dalam kusioner. Data diolah menggunakan program MS. Excel. 3.7 Analisis Data 1. Dilakukan perhitungan persentase pengetahuan, sikap dan perilaku ibu-ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya. 2. Dilakukan perhitungan persentase kesehatan gigi dan mulut anak balita.

36 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden Pada penelitian ini, persentase responden paling banyak dijumpai pada kelompok umur tahun yaitu 54,67%. Persentase responden yang bekerja sebagai wiraswasta/petani/pedagang adalah 40,67%, persentase ini hampir sama dengan yang hanya sebagai ibu rumah tangga saja yaitu 39,33%. Pendidikan terakhir paling banyak SMA/DI/D2 yaitu 64% (Tabel 1). Tabel 1. PERSENTASE DISTRIBUSI RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA YANG MEMPUNYAI ANAK BALITA DI KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR, 2009 (n=150) Karakteristik ibu Jumlah (orang) Persentase(%) Usia (tahun) , ,33 Pekerjaan PNS/Peg.Swasta Wiraswasta/Petani/Pedagang 61 40,67 Ibu Rumahtangga 59 39,33 Pendidikan Tidak sekolah/tidak tamat SD 1 0,67 SD/SMP 20 13,33 SMA/DI/D D3/S1/S Pada penelitian ini, persentase anak balita yang paling banyak dijumpai pada kelompok umur 2-3 tahun yaitu 58,67%, dengan jenis kelamin perempuan sebanyak

37 55,33% sedangkan laki-laki 44,67%. Persentase anak balita terbanyak merupakan anak pertama dan kedua yaitu 64% (Tabel 2). Tabel 2. PERSENTASE DISTRIBUSI ANAK BALITA DI KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR, 2009 (n=150) Karakteristik anak balita Jumlah (orang) Persentase(%) Umur (tahun) , ,33 Jenis Kelamin Laki-laki 67 44,67 Perempuan 83 55,33 Urutan Anak % ,66% >5 14 9,34% 4.2 Pengetahuan Responden Ibu-ibu Mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balita Pengetahuan Responden Ibu-ibu Mengenai Penyakit Gigi dan Mulut pada Anak Balita dan Akibatnya Responden yang mengetahui penyakit gigi dan mulut pada anak balita adalah karies/gigi berlubang sebanyak 86,67%, gusi berdarah/gusi bengkak 60%, dan susunan gigi tidak teratur 52,67%. Tujuh puluh empat persen responden menyatakan makanan dan minuman manis sebagai penyebab gigi berlubang dan 67,33% karena malas sikat gigi. Responden yang mengetahui bahwa kesehatan gigi susu dapat mempengaruhi gigi permanen sebanyak 62,67% dengan akibat yang ditimbulkan adalah gigi permanen menjadi tidak teratur yaitu sebanyak 56% (Tabel 3).

38 Tabel 3. PENGETAHUAN RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA MENGENAI PENYAKIT GIGI DAN MULUT PADA ANAK BALITA DAN AKIBATNYA Pengetahuan mengenai penyakit gigi dan mulut pada anak balita dan akibatnya Jumlah (orang) Persentase (%) Penyakit gigi dan mulut pada anak balita Karies/gigi berlubang ,67 Gusi berdarah/gusi bengkak Susunan gigi tidak teratur 79 52,67 Tidak tahu 9 6 Penyebab gigi berlubang Malas sikat gigi ,33 Rongga mulut yang kotor 76 50,67 Makanan dan minuman manis Kesehatan gigi susu mempengaruhi gigi permanen Tahu 94 62,67 Tidak tahu 56 37,33 Akibat jika gigi susu anak balita rusak Gigi permanen tidak teratur Gigi anak tidak tumbuh lagi jika tanggal 5 3,33 Lainnya ( anak rewel/kesakitan) 5 3, Pengetahuan Responden Mengenai Cara Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balita Semua responden mengetahui bahwa memelihara kesehatan gigi anak balita adalah penting. Tindakan yang dapat dilakukan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut balita dengan menyikat gigi 97,33% dan menghindari makanan dan minuman manis 64,67%. Walaupun demikian, masih ada 1 orang responden (0,67%) yang tidak mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita. Responden yang mengetahui cara membersihkan gigi anak balita dengan mengajari dan memberi contoh menyikat gigi pada anak 47,34% dan menyikat gigi anak 45,33%. Responden yang mengetahui frekuensi menyikat gigi

39 anak balita dua kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur sebanyak 54,67% dan kadang-kadang/tidak setiap hari yaitu 7,33%. Responden yang menjawab sikat gigi yang baik bagi anak balita adalah sikat gigi khusus anak balita 67,33%. Masih ada 2 orang responden (1,33%) yang tidak tahu sikat gigi yang baik untuk anak balita. Sebagian besar responden 79,33% menyatakan alasan melakukan penyikatan gigi anak adalah agar gigi bersih dan mulut segar, gigi tidak berlubang 73,33%, gigi putih 60% dan napas tidak bau 59,33% (Tabel 4).

40 Tabel 4. PENGETAHUAN RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA MENGENAI CARA PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK BALITA Pengetahuan tentang cara memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita Jumlah (orang) Persentase (%) Tindakan memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita Menyikat gigi ,33 Kontrol ke dokter gigi Menghindari makanan dan minuman manis 97 64,67 Tidak tahu 1 0,67 Cara membersihkan gigi anak balita Menyikat gigi anak 68 45,33 Mengajari dan memberi contoh menyikat gigi pada anak 71 47,34 Anak menyikat gigi sendiri 11 7,33 Frekuensi menyikat gigi dalam 1 hari 2x, pagi setelah sarapan dan sebelum tidur 68 54,67 2x, sewaktu mandi x, sewaktu mandi 20 13,33 Kadang-kadang (tidak tiap hari) 11 7,33 Sikat gigi yang baik untuk anak balita Ukuran kecil, bulunya halus (khusus anak balita) ,33 Ukuran anak-anak Bentuk dan warna yang menarik 23 15,33 Tidak tahu 2 1,33 Alasan menyikat gigi anak balita Agar gigi tidak berlubang ,33 Agar napas tidak bau 89 59,33 Agar gigi putih Agar gigi bersih dan mulut segar , Pengetahuan Responden Mengenai Cara Pemberian Pasta Gigi pada Anak Balita Pada penelitian ini, persentase responden yang mengetahui bahwa pada anak balita dapat diberikan pasta gigi mulai anak usia 2 tahun sebanyak 61,33% dan pada saat gigi susu mulai tumbuh sebanyak 29,33%. Banyak pasta gigi yang diberi

41 sewaktu menyikat gigi anak balita sebesar biji kacang polong 83,33% dan sepanjang bulu sikat 16,67% (Tabel 5). Tabel 5. PENGETAHUAN RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA TENTANG PEMBERIAN PASTA GIGI PADA ANAK BALITA (n=150) Pemberian pasta gigi Jumlah (orang) Persentase (%) Waktu pemberian pasta gigi Bisa mulai gigi susu muncul 44 29,33 Bisa mulai anak 2 tahun 92 61,33 Tidak bisa 5 3,33 Tidak tahu 9 6 Banyaknya pasta gigi yang diberi sewaktu menyikat gigi anak balita Sepanjang bulu sikat 25 16,67 Sebesar biji kacang polong , Pengetahuan Responden Mengenai Peran Dokter Gigi Responden yang mengetahui peranan dokter gigi dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balita adalah untuk mengobati kalau gigi anak sakit sebanyak 78% dan sebagai tempat konsultasi/diskusi mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak 65,33%. Masih ada responden (8,67%) yang tidak mengetahui peran dokter gigi dalam memelihara kesehatan gigi anak. Responden yang tidak mengetahui waktu kunjungan ke dokter gigi yaitu 40%, 30% responden menjawab 3-6 bulan sekali dan 24,67% menjawab 1-3 bulan sekali (Tabel 6).

42 Tabel 6. PENGETAHUAN RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA MENGENAI DOKTER GIGI Pengetahuan tentang dokter gigi Jumlah (orang) Persentase (%) Peran dokter gigi Mengobati kalau gigi sakit Tempat konsultasi/diskusi mengenai 98 65,33 pemeliharaan kesehatan gigi anak Tidak tahu 13 8,67 Kunjungan ke dokter gigi 1-3 bulan sekali 37 24, bulan sekali Tiap tahun 8 5,33 Tidak tahu Sikap Responden Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balita Responden yang setuju membersihkan gigi anak balita 98,67%. Sembilan puluh delapan persen setuju menyikat gigi anak dilakukan sebelum tidur. Responden yang setuju dengan pemberian pasta saat menyikat gigi anak mulai dari umur 2 tahun 90,67%. Masih ada 7,33% responden yang tidak setuju dengan pemberian pasta gigi mulai dari anak usia 2 tahun. Sedangkan responden yang setuju dengan pendapat tidak memberi makanan dan minuman manis di luar jam makan atau pada waktu menidurkan anak sebanyak 76%. Walaupun demikian, masih ada 14% responden tidak setuju dengan pendapat tidak memberi makanan dan minuman manis di luar jam makan atau pada saat menidurkan anak balita (Tabel 7).

43 Tabel 7. SIKAP RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK BALITA Pendapat ibu Setuju (orang) Tidak ada pendapat (orang) Tidak setuju (orang) Membersihkan gigi anak balita Menyikat gigi anak balita sebelum tidur Pemberian pasta mulai dari anak usia 2 tahun Tidak memberi makanan dan minuman manis di luar jam makan atau ketika menidurkan anak balita 148 (98,67%) 147 (98%) 136 (90,67%) 114 (76%) 2 (1,33%) 3 (2%) 3 (2%) 15 (10%) (7,33%) 21 (14%) 4.4 Tindakan Responden Dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Balita Tindakan Responden dalam Memanfaatkan Peran Dokter Gigi Responden yang pernah memeriksakan gigi anak ke dokter gigi hanya 28,67%, umumnya dengan alasan karena anak ada keluhan 79,07%, hanya 11,63% kontrol kesehatan gigi susu anak (Tabel 8).

44 Tabel 8. TINDAKAN RESPONDEN IBU-IBU RUMAH TANGGA DALAM MEMANFAATKAN PERAN DOKTER GIGI Tindakan ibu dalam memanfaatkan dokter gigi Jumlah (orang) Persentase (%) Kunjungan anak ke dokter gigi Pernah 43 28,67 Tidak pernah ,33 Alasan ke dokter gigi Kalau anak ada keluhan 34 79,07 Ada kelainan dalam rongga mulut 4 9,30 Rutin untuk kontrol kesehatan gigi susu anak 5 11, Tindakan Responden dalam Menyikat Gigi Anak Balita Tindakan yang dilakukan ibu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak balitanya umumnya menyikat gigi anak sewaktu mandi 58,67%, bahkan 38% sudah menyikat gigi anak dua kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Responden yang selalu menyikat gigi anaknya sebanyak 46% dan yang tidak pernah menyikat gigi anaknya 14,67%. Responden yang mulai membersihkan gigi anak balita mulai umur 2-3 tahun sebanyak 49,33% dan mulai umur 6 bulan-1 tahun 36%. Empat puluh enam persen responden memilih sikat gigi pada anak balitanya dengan ukuran kecil dan bulunya halus, 45,34% memilih sikat gigi ukuran anak-anak dan 5,33% memilih sikat gigi yang bentuknya lucu dan digemari anak. Walaupun demikian, 3,33% responden masih menggunakan sikat gigi yang sama pada anak balitanya yaitu sikat gigi ukuran orang dewasa (Tabel 9).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat

Lebih terperinci

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Ibu dalam Kesehatan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini, peranan ibu sangat menentukan dalam mendidik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemasalahan gigi dan mulut merupakan salah satu pemasalahan kesehatan yang mengkhawatirkan di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, penyakit gigi dan mulut merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, penyakit gigi dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemeliharaan kesehatan mempunyai manfaat yang sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER ) Lampiran 1 Nomor Kartu DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 10 (sepuluh) kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu masalah di Indonesia yang perlu diperhatikan adalah masalah kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi mulut. Kebanyakan masyarakat Indonesia meremehkan masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih perlu mendapat perhatian. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevalensi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Early Childhood Caries (ECC) menggambarkan kerusakan yang terjadi pada gigi desidui dengan suatu pola lesi karies yang unik pada bayi, balita dan anak prasekolah. Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dirumuskan dalam visi dan misi Indonesia Sehat 2010. Usaha mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan gigi dan mulut yang tidak diperhatikan, akan menimbulkan masalah, salah satunya kerusakan pada gigi seperti karies atau gigi berlubang (Oktrianda, 2011).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 prevalensi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai dampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses tumbuh kembang sangat terkait dengan faktor kesehatan, dengan kata lain hanya pada anak yang sehat dapat diharapkan terjadi proses tumbuh kembang yang

Lebih terperinci

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. 1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. Fakta: Mungkin saja sebagian mitos ini benar. Biasanya, itu sudah cukup untuk menyikat gigi dua kali sehari, tapi jika Anda memiliki kesempatan

Lebih terperinci

SKOR PLAK PADA PASIEN PENGGUNA PIRANTI ORTODONTI CEKAT DI PRAKTEK DOKTER GIGI DENGAN MENGGUNAKAN ORTHO PLAQUE INDEX

SKOR PLAK PADA PASIEN PENGGUNA PIRANTI ORTODONTI CEKAT DI PRAKTEK DOKTER GIGI DENGAN MENGGUNAKAN ORTHO PLAQUE INDEX SKOR PLAK PADA PASIEN PENGGUNA PIRANTI ORTODONTI CEKAT DI PRAKTEK DOKTER GIGI DENGAN MENGGUNAKAN ORTHO PLAQUE INDEX SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN PENGALAMAN KARIES DAN INDEKS ORAL HIGIENE PADA MURID SMP

HUBUNGAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN PENGALAMAN KARIES DAN INDEKS ORAL HIGIENE PADA MURID SMP HUBUNGAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN PENGALAMAN KARIES DAN INDEKS ORAL HIGIENE PADA MURID SMP SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi dan gangguan gigi berlubang merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan banyak dijumpai pada penduduk dunia, terutama pada anak. Menurut hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia. Masalah utama kesehatan gigi dan mulut anak adalah karies gigi. 1 Karies gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan mulut. Apabila kesehatan

Lebih terperinci

*coret yang tidak perlu

*coret yang tidak perlu 44 Lampiran 1. Persetujuan Responden LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya, yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Umur / Kelamin : tahun, Laki-laki* / Perempuan* Alamat : Menyatakan dengan sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi HUBUNGAN ANTARA SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERILAKU MEMBERSIHKAN GIGI DENGAN PENGALAMAN KARIES PADA ANAK SINDROMA DOWN USIA 6-18 TAHUN DI SEKOLAH LUAR BIASA C (SLB-C) KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di dunia. Di negara maju dan negara yang sedang berkembang, prevalensi karies gigi cenderung meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies adalah masalah yang paling umum terjadi pada masyarakat, bukan hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan karies dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Early Childhood Caries (ECC) Early childhood caries merupakan suatu bentuk karies rampan pada gigi desidui yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang

Lebih terperinci

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I I. Pendahuluan A. Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang banyak dijumpai pada anak-anak di negara berkembang dan cenderung meningkat pada setiap dasawarsa. Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia, demikian juga dengan kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal meliputi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi. Kesehatan gigi sangat penting karena berpengaruh pada fungsi pengunyahan, fungsi bicara, kualitas hidup,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang masih harus mendapat perhatian khusus karena dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi. Pemeliharaan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENURUNAN SKOR PLAK ANTARA MENGUNYAH BUAH APEL DAN MENGUNYAH BUAH JAMBU BIJI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 10 MEDAN

PERBEDAAN PENURUNAN SKOR PLAK ANTARA MENGUNYAH BUAH APEL DAN MENGUNYAH BUAH JAMBU BIJI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 10 MEDAN PERBEDAAN PENURUNAN SKOR PLAK ANTARA MENGUNYAH BUAH APEL DAN MENGUNYAH BUAH JAMBU BIJI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 10 MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. 1 Gigi dan mulut dikatakan sehat apabila memiliki

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEADAAN SALIVA DENGAN RISIKO KARIES PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 9 MEDAN

HUBUNGAN KEADAAN SALIVA DENGAN RISIKO KARIES PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 9 MEDAN HUBUNGAN KEADAAN SALIVA DENGAN RISIKO KARIES PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 9 MEDAN SKRIPSI Diajukan guna memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: Carolin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang penting dalam menjaga keseimbangan fungsi tubuh. Kebersihan gigi yaitu keadaan gigi geligi yang berada di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang tua memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan anggota keluarga terutama anak. Orang tua harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan gigi dan mulut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang penting dari komponen kesehatan secara umum. Hal ini juga merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang paling sering ditemui dalam kesehatan gigi dan mulut yaitu karies gigi dan penyakit periodontal. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000,

Lebih terperinci

EROSI GIGI AKIBAT UDARA YANG MENGANDUNG ASAM PADA PEKERJA PABRIK BATERAI YUASA DI SUNGAI PETANI KEDAH MALAYSIA

EROSI GIGI AKIBAT UDARA YANG MENGANDUNG ASAM PADA PEKERJA PABRIK BATERAI YUASA DI SUNGAI PETANI KEDAH MALAYSIA EROSI GIGI AKIBAT UDARA YANG MENGANDUNG ASAM PADA PEKERJA PABRIK BATERAI YUASA DI SUNGAI PETANI KEDAH MALAYSIA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan

Lebih terperinci

EFEK PSIKOSOSIAL ANAK USIA 3-5 TAHUN DENGAN KARIES TINGGI DAN RENDAH

EFEK PSIKOSOSIAL ANAK USIA 3-5 TAHUN DENGAN KARIES TINGGI DAN RENDAH EFEK PSIKOSOSIAL ANAK USIA 3-5 TAHUN DENGAN KARIES TINGGI DAN RENDAH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : Dalia Harun NIM : 060600172

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk di dalamnya adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012). Pelayanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai hubungan pemberian ASI eksklusif dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian observational

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oral Higiene Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seseorang

Lebih terperinci

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TENTANG PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT TERHADAP OHI-S DAN TERJADINYA KARIES PADA SISWA/I KELAS IV SDN 101740 TANJUNG SELAMAT KECAMATAN SUNGGAL TAHUN 2014 Sri Junita Nainggolan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan bagian terpenting dalam rongga mulut, karena adanya fungsi gigi yang tidak tergantikan, antara lain untuk mengunyah makanan sehingga membantu pencernaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam tubuh manusia, sehingga secara tidak langsung berperan dalam status kesehatan perorangan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Rasa Takut terhadap Perawatan Gigi dan Mulut. Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Rasa Takut terhadap Perawatan Gigi dan Mulut. Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasa Takut terhadap Perawatan Gigi dan Mulut Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai unit pelayanan kesehatan gigi misalnya di praktek

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi HUBUNGAN ORAL HIGIENE DENGAN PENGALAMAN KARIES MENGGUNAKAN INDEKS DMF-T DAN SIC (WHO) ANAK USIA 12 TAHUN DI SD SWASTA AL-ULUM MEDAN DAN SD NEGERI DI KECAMATAN MEDAN KOTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gigi Mulut terdiri dari bibir atas dan bawah, gusi, lidah, pipi bagian dalam, langit-langit dan gigi. Lapisan gusi, pipi dan langit - langit selalu basah berlendir 7 oleh karena

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PERBANDINGAN ORAL HIGIENE DAN PENGETAHUAN ANTARA KELOMPOK SATU KALI PENYULUHAN DAN KELOMPOK DUA KALI PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA 12 19 TAHUN DI MEDAN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia dan dapat menjadi sumber infeksi yang dapat mempengaruhi beberapa penyakit sistemik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies gigi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies gigi 1. Pengertian Karies Gigi Gigi berlubang atau karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, sementum, yang disebabkan oleh aktifitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik observasi dengan rancangan penelitian cross-sectional. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih kurang. Hal tersebut disebabkan oleh sedikitnya sosialisasi tentang kesehatan gigi

Lebih terperinci

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

keluarga adalah tercapainya keluarga yang mandiri dalam menjaga dan memelihara

keluarga adalah tercapainya keluarga yang mandiri dalam menjaga dan memelihara Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2007 Kristina Imelda Sitorus Pelayanan kedokteran gigi keluarga sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah menyusun program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah menyusun program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah telah menyusun program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk membentuk perilaku masyarakat yang proaktif dalam memelihara dan

Lebih terperinci

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008 Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008 Pendahuluan Penyakit gigi dan mulut termasuk karies gigi merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN PENGALAMAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS III DAN IV SD ST.THOMAS 2 MEDAN

HUBUNGAN BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN PENGALAMAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS III DAN IV SD ST.THOMAS 2 MEDAN HUBUNGAN BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN PENGALAMAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS III DAN IV SD ST.THOMAS 2 MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan manusia, terutama dalam proses pencernaan makanan. Untuk itu kesehatan gigi dan mulut anak sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan balita adalah kesehatan pada anak umur 1-5 tahun sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan balita adalah kesehatan pada anak umur 1-5 tahun sesuai A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kesehatan balita adalah kesehatan pada anak umur 1-5 tahun sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah proses alamiah yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat cepat di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu masalah kesehatan yang membutuhkan penanganan yang berkesinambungan karena memiliki dampak yang sangat luas, sehingga

Lebih terperinci

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI Andri Setiya Wahyudi, Program Studi Diploma Kebidanan UNIJA Sumenep, e-mail; andry_remas@yahoo.co.id Sudarso,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering memengaruhi individu pada segala usia, karies gigi merupakan masalah oral yang utama pada anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan ortodontik akhir- akhir ini semakin meningkat karena semakin banyak pasien yang sadar akan

Lebih terperinci

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah.

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah. Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah. Kelainan yang sering dijumpai pada anak SD adalah karies gigi dan gingivitis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang unik pada bayi, balita, dan anak prasekolah. Dahulu Early Childhood Caries (ECC) dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. yang unik pada bayi, balita, dan anak prasekolah. Dahulu Early Childhood Caries (ECC) dikenal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Early Childhood Caries (ECC) merupakan istilah yang menjelaskan suatu pola lesi karies yang unik pada bayi, balita, dan anak prasekolah. Dahulu Early Childhood Caries

Lebih terperinci

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut Disusun oleh : Noval Agung Prasetyo : 1341177004163 Lidiana Syahrul : 1441177004048 Ratih Dewi Suranenggala : 1441177004054 Desi Wulandari : 1441177004122

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Early Childhood Caries (ECC) merupakan gabungan suatu penyakit dan kebiasaan yang umum terjadi pada anak dan sulit dikendalikan. 1 Istilah ini menggantikan istilah karies botol atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan bagian terpenting dalam rongga mulut, karena adanya fungsi gigi yang tidak tergantikan, antara lain untuk mengunyah makanan sehingga membantu pencernaan,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : THOMAS RIADI PURBA NIM:

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : THOMAS RIADI PURBA NIM: PERILAKU KEBERSIHAN GIGI DAN PERBEDAAN STATUS ORAL HIGIENE MURID KELAS V SD DI DAERAH RURAL KECAMATAN PANTAI CERMIN DAN DAERAH URBAN KECAMATAN MEDAN BARAT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008), berdasarkan Survei

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : KEBIASAAN MEMELIHARA KEBERSIHAN GIGITIRUAN PADA MASYARAKAT PEMAKAI GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KARIES GIGI PADA MURID SDN 1 RAHA KABUPATEN MUNA. Ratna Umi Nurlila Dosen STIKES Mandala Waluya Kota Kendari

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KARIES GIGI PADA MURID SDN 1 RAHA KABUPATEN MUNA. Ratna Umi Nurlila Dosen STIKES Mandala Waluya Kota Kendari FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KARIES GIGI PADA MURID SDN 1 RAHA KABUPATEN MUNA Ratna Umi Nurlila Dosen STIKES Mandala Waluya Kota Kendari Abstrak Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan

Lebih terperinci

KONDISI KEBERSIHAN MULUT DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TUNTUNGAN

KONDISI KEBERSIHAN MULUT DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TUNTUNGAN KONDISI KEBERSIHAN MULUT DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TUNTUNGAN SKRIPSI Ditujukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA Asmaul Husna 1 dan Budi Suryana 2 1,2 Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut yang baik merupakan komponen integral dari kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif karena dampaknya yang sangat luas sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karies gigi merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan tersebar luas di sebagian penduduk dunia. Karies merupakan suatu penyakit infeksi yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi masih merupakan penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak, tersebar luas terutama pada daerah yang tidak ada fluoridasi air minum sehingga merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 Data dan Analisa

BAB 2 Data dan Analisa 4 BAB 2 Data dan Analisa 2.1 Sumber Data Berdasarkan hasil survey wawancara pada Februari lalu yang diadakan di seputar wilayah Jakarta yaitu mengenai pengalaman para ibu menyikat gigi bersama anak. Dari

Lebih terperinci

Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan

Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan ABSTRACT Early childhood caries (ECC), also known as milk bottle caries is a syndrome of severe tooth decay, occurs in infants and children, is an infectious disease that develops rapidly and lead to health

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu), yaitu untuk mengetahui prevalensi karies

Lebih terperinci

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT. PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT. FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG OLAH RAGA ADALAH SERANGKAIAN GERAK TUBUH YANG TERATUR DAN TERENCANA SERTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Anak Usia Sekolah 1. Karakteristik Anak Usia Sekolah Menurut Depkes RI (2008) anak usia sekolah disebut juga periode intelektualitas, atau keserasian bersekolah. Pada umur

Lebih terperinci