BAB II DASAR HUKUM PEMBERIAN IWADH DALAM PERCERAIAN KHULU DALAM HUKUM ISLAM. A. Dasar Hukum Menurut Al Qur an dan Hadist
|
|
- Sri Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 27 BAB II DASAR HUKUM PEMBERIAN IWADH DALAM PERCERAIAN KHULU DALAM HUKUM ISLAM A. Dasar Hukum Menurut Al Qur an dan Hadist Al Qur an mengajarkan apabila dalam hidup perkawinan tidak ada kesesuaian antara suami isteri setelah kedua belah pihak menyabarkan diri, tetapi akhirnya tidak sanggup untuk melanjutkan hidup pernikahan, maka apabila yang menginginkan bercerai adalah pihak isteri, perceraian dapat dilakukan dengan jalan talak tebus (khulu ) yaitu isteri meminta kepada suaminya untuk mentalaknya dengan memberikan kepada suami harta yang pernah diterimanya sebagai mahar. Mahar atau maskawin adalah suatu pemberian wajib bagi suami kepada isteri dalam kaitannya dengan pernikahan. 56 Islam tidak membatasi jumlah mahar. Islam hanya memberikan prinspi pokok yaitu secara ma ruf, artinya dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan kemampuan dan kedudukan suami yang dapat diperkirakan isteri. 57 Tidak ada dosa bagi isteri untuk mengeluarkan tebusan itu kepada suaminya dan tidak ada dosa pula bagi suaminya atas tebusan yang diterimanya. Bila seorang wanita tidak menyukai suaminya, mungkin karena akhlaknya bentuk tubuh, agama, ketuaan, kelemahannya atau karena khawatir tidak bisa 56 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hal.55 27
2 28 menjalankan perintah Allah berupa ketaatan kepada suami, maka ia boleh meminta cerai kepada suaminya dengan memberi penggantian sebagai penebus dirinya. 58 Sebelumnya telah diuraikan bahwa Khulu merupakan salah satu bentuk dari putusnya perkawinan, namun berbeda dengan bentuk lain dari putusnya perkawinan itu, didalam khulu terdapat uang tebusan atau ganti rugi atau iwadh. Khulu ialah penyerahan harta yang dilakukan oleh isteri untuk menebus dirinya dari (ikatan) suaminya. 59 Selain dari kata khulu para ulama menggunakan beberapa kata yaitu fidyah, shulh dan mubaraah. Meskipun dalam makna yang sama, namun dibedakan dari segi jumlah ganti rugi atau iwadh yang digunakan. Apabila ganti rugi untuk putusnya hubungan perkawinan itu adalah seluruh mahar yang diberikan pada waktu nikah disebut khulu. Apabila ganti rugi adalah separuh dari mahar maka disebut shulh dan apabila ganti rugi adalah lebih banyak dari mahar yang diterima pada waktu nikah disebut fidyah. Sedangkan bila isteri bebas dari ganti rugi disebut mubaarah. 60 Isteri diperbolehkan memberikan uang tebusan kepada suami untuk menceraikannya dalam keadaan yang membahayakan dirinya. Tebusan itu sebaiknya tidak melebihi mahar yang diterimanya dari suami. Suami tidak boleh meminta tebusan lebih tinggi daripada mahar yang diberikannya kecuali jika permintaan cerai itu diajukan oleh isteri yang membangkang. 61 Khulu boleh dilakukan karena manusia membutuhkannya akibat adanya pertikaian dan persengketaan diantara suami isteri dan tidak ada lagi keharmonisan diantara suami isteri tersebut. 58 Ensiklopedi Ijmak, Pustaka Firdaus, hal Muhammad Jawad Mughniyah, Op.cit, hal Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, hal Muhammad Mutawalli Sya wari, Fiqih Wanita, Pena, Jakarta, 2006, hal. 198.
3 29 Seorang wanita yang membenci suaminya karena keburukan akhlak, fisik, ketaatannya terhadap agama, karena kesombongan atau karena hal yang lain. Si isteri merasa takut jika dia tidak melaksanakan hak Allah untuk mentaati suaminya, oleh karena itu Islam menetapkan jalan untuknya dalam upaya mengimbangi hak talak yang dimiliki oleh laki-laki untuk membuatnya terbebas dari ikatan perkawinan, dan untuk menghilangkan keburukan darinya, maka diperbolehkan baginya untuk mengkhulu dengan cara memberikan ganti rugi berupa tebusan untuk menebus dirinya dari suaminya. Secara harfiah khulu yang berarti lepas itu didefinisikan oleh para ulama adalah perceraian dengan tebusan (dari pihak isteri kepada pihak suami) dengan menggunakan lafaz talak atau khulu 62 Khulu sebagai salah satu jalan keluar dari kemelut rumah tangga yang diajukan oleh pihak isteri didasarkan atas firman Allah SWT yang terdapat dalam Surah Al Baqarah ayat 229 yang artinya: 63.Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Al Qur an menjelaskan bahwa seorang isteri berhak menuntut cerai dari suaminya (khulu ) jika ia khawatir kekejamannya. Sebagaimana dalam Surah An Nisa ayat 128 yang artinya: Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, hal Ensiklopedi Hukum Islam, hal.934.
4 30 Dan jika seorang wanita khawatir akan nuzyus (kekejaman) atau sikap acuh tak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan bila kamu menggauli isterimu dengan baik dan memelihara dirimu, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Kemudian pula apabila seorang isteri merasa khawatir apabila suaminya tidak dapat menunaikan kewajibannya dalam masa perkawinan sebagaimana yang ditetapkan oleh syari ah, maka dia dapat melepaskan diri dari ikatan pernikahan itu dengan mengembalikan sebahagian ataupun seluruh yang telah diterimanya kepada suaminya. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadist yang artinya: 65 Seorang wanita menghadap Nabi Muhammad SAW dan berkata: Aku benci pada suamiku dan ingin berpisah darinya. Nabi Muhammad SAW bertanya: sudikah engkau mengembalikan kebun yang telah ia berikan sebagai mahar kepadamu? Dia menjawab: ya, bahkan lebih dari itu (kalau perlu). Maka nabi Muhammad SAW bersabda: Adapun selebihnya tidak usah. Tetapi tidak ada alasan apapun bagi seorang isteri untuk meminta cerai kemudian ia meminta tebusan bagi suaminya. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda yang artinya: 66 Wanita mana saja yang meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan yang dibenarkan, maka diharamkan baginya bau surga. Pengganti khulu adalah tebusan yang diberikan isteri kepada suaminya sebagai penukar talak terhadapnya dan kebebasannya. Hukum pengganti ini berbeda-beda Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur an Dan Terjemahannya, hal Abdul Rahman I.Doi, Perkawinan Dalam Syariah Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal 66 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, hal.306
5 31 sesuai dengan perbedaan yang dialami oleh pasangan suami isteri dan khulu yang ditimbulkannya. Adapun kondisi tebusan tersebut tidak terlepas dari salah satu dari tiga kondisi berikut antara lain: 1. Isteri yang tidak suka untuk tetap tinggal bersama suaminya, tanpa ada tindakan menyakitkan dan kemudharatan dari suami terhadapnya. Dalam kondisi demikian, suami boleh mengambil harta dari pihak isteri sebagai pengganti dari talak dan kebebasan yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini, suami tidak berdosa bila yang diambilnya dari pihak isteri tidak melebihi apa yang diberikannya kepada isteri. Mayoritas ulama membolehkan apabila yang diambilnya itu lebih banyak dari apa yang diberikan kepadanya. 67 Sebagaimana dalam Al Quran Surah al Baqarah ayat 229 yang artinya: Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak data menjalankan hukum-hukum Allah maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untik menebus dirinya Ketidaksenangan dan keberpalingan pihak suami saja. Suami ingin melepaskan diri dari isterinya agar bisa menikah lagi dengan perempuan lain. Dalam situasi ini, suami tidak boleh mengambil apapun dari isterinya sebagai tebusan talak terhadapnya baik banyak maupun sedikit, sebesar apapun mahar yang telah diberikan kepadanya. 69 Sebagaimana dalam Al Qur an Surah An-Nisa ayat 20 yang artinya: Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak maka janganlah kamu mengambil kembali daripadanya barang 67 Abdul Majid Mahmud Mathlub, Op.cit, hal Al Qur an Dan Terjemahannya, Op.cit,hal Abdul Majid Mahmud Mathlub, Op.cit, hal.410.
6 32 sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan (menanggung) dosa yang nyata? 70 Suami yang membenci isterinya lalu mempersulitnya dalam berinteraksi agar isteri terdesak nuntik cerai dan bebas darinya dengan memberikan harta tebusan kepadanya maka dalam hal ini suami tidak halal mengambil apapun dari isterinya secara agama. 71 Sebagaimana dalam Al Quran Surah Al-Baqarah ayat 231 yang artinya: Janganlah kamu rujuki mereka umtuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya. 72 Selain juga firman Allah SWT dalam Al Qur an An Nisa ayat 19 yang artinya: Dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil sebahagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya Kebencian itu terdapat pada kedua belah pihak dimana rasa kasih sayang di antara suami isteri menjadi tidak sepurna, sementara keduanya pun takut bertindak ceroboh dalam melaksanakan hak-hak suami isteri. Dalam situasi seperti ini, isteri boleh melepaskan diri dari kehidupan rumah tangga dengan memberikan harta kepada suami, sementara suami boleh mengambil harta tersebut sebagai pengganti dari kebebasan yang diberikan kepadanya. Dalam situasi ini, lebih diutamakan suami tidak mengambil harta lebih banyak dari mahar yang diberikan kepadanya karena nusyuz tersebut berasal dari keduanya Al Qur an Dan Terjemahannya, Op.cit, hal Abdul Majid Mahmud Mathlub, Op.cit, hal Ibid, hal Ibid, hal Abdul Majid Mahmud Mathlub, Op.cit, hal.410.
7 33 Iwadh atau tebusan yang dibayarkan isteri kepada suami dalam khulu ini dapat berupa apapun yang memenuhi syarat untuk menjadi mahar, tetapi biasanya berupa sejumlah harta. Dalam hal sejumlah harta dapat berupa pengembalian mahar yang pernah diterima oleh isteri dari suami, baik seluruhnya maupun sebahagian. Wujud iwadh itu bergantung kepada persetujuan bersama antara suami dan isteri. Tebusan khulu atau iwadh tidak diisyaratkan berupa uang yang dipergunakan oleh banyak orang saja, melainkan juga dibolehkan berupa setiap harta yang bernilai atau bermanfaat yang dapat ditukar dengan harta, seperti ditimbang, ditakar atau berupa rumah. 75 Demikian pula dengan rumah untuk ditempati, garapan tanah dalam waktu yang telah ditentukan dan tebusan dengan menyusui anak dari sang suami, mengasuhnya, menafkahinya juga termasuk dalam iwadh. B. Dasar Hukum Menurut Kompilasi Hukum Islam Perkawinan pada prinsipnya untuk selama-lamanya dan dilakukan dalam rangka terciptanya keluarga bahagia, sesuai dengan Hadist Riwayat Ibnu Majah, Sesuatu yang halal dan yang sangat dibenci adalah perceraian. 76 Kehidupan pernikahan hanya bisa tegak di atas ketenangan dan kasih sayang, perlakuan baik dan masing-masing suami isteri saling melaksanakan kewajibannya. Namun terkadang jika suami membenci isteri dan sebaliknya. Ketika kebencian berasal dari pihak suami, maka ia memiliki kuasa untuk menjatuhkan talak, hal Abdul Majid Mahmud Mathlub, Op.cit, hal E. Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, Rajawali Press, Jakarta, 2008,
8 34 sedangkan apabila kebencian muncul dari pihak isteri, Islam membolehkan yang bersangkutan untuk melepaskan diri dari ikatan perkawinan dengan cara khulu. Khulu adalah salah satu perceraian yang dibolehkan dalam syariat. Khulu merupakan salah satu bentuk putusnya perkawinan. Menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 1 huruf i yang dimaksud dengan khulu adalah perceraian yang terjadi atas permintaan isteri dengan memberikan tebus atau iwadh kepada suami dan atas persetujuan suami. Masalah khulu diatur dalam pasal pasal 148 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam tahun 1991 yang berbunyi Seorang istri yang mengajukan gugatan perceraian dengan jalan khulu, menyampaikan permohonannya kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggalnya disertai alasan atau alasan-alasannya. Selanjutnya dalam pasal 124 Kompilasi Hukum Islam berbunyi Khulu harus berdasarkan atas alasan perceraian sesuai ketentuan pasal 116. Adapun Kompilasi Hukum Islam pasal 116 disebutkan bahwa yang menjadi alasan perceraian tersebut antara lain : a. salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; b. salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya; c. salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
9 35 d. salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain; e. salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri; f. antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga; g. Suami melanggar taklik talak; k. peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga. Sehingga bila dilihat dalam uraian pasal 116 Kompilasi Hukum Islam tersebut bahwa salah satu alasan terjadinya khulu karena adanya perselisihan dan pertengkaran antara suami isteri dan tidak ada harapan untuk rukun kembali dalam kehidupan rumah tangga. Tujuan diperbolehkannya khulu adalah untuk menghindarkan isteri dari kesulitan dan kemudharatan yang dirasakannya apabila perkawinan dilanjutkan dan tanpa merugikan pihak suami karena ia telah mendapat iwadh dari isterinya atas permintaan cerai dari isterinya. Baik dalam fiqih maupun dalam Kompilasi Hukum Islam menempatkan khulu sebagai salah satu jalan yang ditempuh untuk melakukan perceraian dari pihak isteri. Khulu bukan alasan bagi isteri untuk menanggalkan ikatan perkawinan, tetapi khulu sebagai suatu jalan keluar yang ditetapkan syari at bagi isteri sebagaimana syariat menetapkan talak bagi suami.
10 36 C. Pandangan Para Ulama Fiqih Tentang Hukum Khulu dan Iwadh Kata Khulu yang terdiri dari lafaz kha-la-a yang berasal dari bahasa Arab secara etimologi berarti menanggalkan atau membuka pakaian. 77 Dalam suatu ikatan perkawinan diibaratkan bahwa suami itu sebagai pakaian dari isterinya dan isteri merupakan pakaian bagi suaminya. Menurut mazhab Hanafi bahwa khulu memiliki lima lafal yaitu: khulu, almubaara ah (pembebasan), talak, al-mufaaraqah (perpisahan) dan syiraa (membeli). Mazhab Hanafi kemudian berpendapat bahwa Khulu adalah penghilangan kepemilikan ikatan pernikahan yang bergantung kepada penerimaan si isteri dengan lafal khulu dan kalimat lain yang memiliki makna yang sama. 78 Kalimat kepemilikan ikatan pernikahan membuat keluar khulu yang terjadi akibat pernikahan yang fasid dan khulu yang terjadi setelah talak ba in dan kemurtadan karena khulu pada kondisi yang seperti ini tidak ada artinya. Mazhab Maliki berpendapat bahwa khulu mempunyai empat lafal yaitu: khulu, al-mubaara ah, ash-shulhu (perdamaian), al-fidyah atau al-mufaadaah (tebusan). Semuanya ditafsirkan dengan satu makna, yaitu isteri memberikan iwadh untuk penalakannya. 79 Menurut mazhab Maliki bahwa khulu mencakup perpisahan yang terjadi dengan iwadh atau dengan tanpa iwadh. 77 Amir Syarifuddin, Op.cit, hal Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Penterjemah Abdul Hayyie al-kattani, Gema Insani, Jakarta, 2007, hal Ibid, hal.420.
11 37 Menurut mazhab Syafi i dan Hambali menyebutkan bahwa khulu sah dengan lafal talak yang bersifat sindiran, terang-terangan, sindiran dengan diiringi niat dan dengan bahasa selain bahasa Arab. Mazhab Syafi i menyebutkan definisi khulu adalah perpisahan antara suami isteri dengan iwadh dengan lafal talak atau khulu. 80 Seperti ucapan seorang suami kepada isterinya, Aku talak kamu atau aku khulu kamu berdasarkan ini. Maka si isteri menerima. Menurut mazhab Hambali yang dimaksud dengan khulu adalah perpisahan suami dengan isterinya dengan iwadh yang dia ambil dari si isteri, atau dari orang yang selain isteri dengan lafal khusus. 81 Khulu menghilangkan kuasa pernikahan dengan kompensasi sejumlah harta. Tanpa kompensasi maka tidak ada khulu. Mazhab Syafi i berpendapat bahwa tidak ada bedanya antara kebolehan khulu dengan kompensasi mahar, sebahagian dari mahar, atau dengan harta lain, baik nilainya lebih rendah atau lebih tinggi dari mahar. 82 Sehingga apapun yang boleh dijadikan mahar maka boleh dijadikan kompensasi dalam khulu. Secara terminologi, mahar adalah pemberian yang wajib dari calon suami kepada calon isteri sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang isteri kepada calon suaminya Wahbah Az-Zuhaili, Op.cit, hal Ibid, hal Sulaiman al Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah, Beirut Publishing, Jakarta, 2014, hal Abdul Rahman Ghazali, Fiqih Munakahat, Kencana Pernada Media, Jakarta, 2010, hal.84.
12 38 Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa boleh hukumnya suami mendapatkan kompensasi lebih dari yang dia berikan kepada isterinya. Sebagaimana berdasarkan Firman Allah yang artinya: Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. ( QS Al- Baqarah ayat 229). 84 Sebahagian ulama berpendapat bahwa iwadh itu tidak boleh melebihi ukuran mahar yang diberikan suami sewaktu akad nikah. Suami tidak boleh mengambil sesuatu melebihi apa yang pernah ia diberikan kepada istrinya. 85 Ini berdasarkan riwayat Daruquthni dengan sanad shahih bahwa Abu Zubair memberi mahar isterinya berupa kebun. Nabi bertanya kepada isteri Abu Zubair, Maukah kamu mengembalikan kebun yang Abu Zubair berikan kepadamu? Dia menjawab, Ya dan lebih. Nabi bersabda, Adapun lebih dari itu maka tidak boleh, bahkan hanya kebunnya saja. Dia berkata, Baik. 86 Suami haram untuk menyakiti isteri dengan tidak memberikan sebahagian hak isteri agar isterinya marah dan menghkulu dirinya. Hal tersebut dilarang agar wanita tidak menanggung dua kerugian sekaligus yaitu berpisah dengan suaminya dan tanggungan harta yang harus dibayarkan kepada suaminya. 84 Al Qur an Dan Terjemahannya, hal Amir Syarifuddin, Op.cit, hal Sulaiman al Faifi, Op.cit, hal.561
13 39 1. Rukun dan Syarat Khulu Di dalam khulu terdapat beberapa unsur yang merupakan rukun yang menjadi karakteristik dari khulu itu. Adapun dalam khulu terdapat beberapa rukun yang harus dipenuhi: a. suami. Syarat suami yang menceraikan isterinya dalam bentuk khulu sebagaimana yang berlaku dalam talak adalah seseorang yang ucapannya telah dapat diperhitungkan secara syara yaitu akil, baligh dan bertindak atas kehendaknya sendiri dan dengan kesengajaan. Berdasarkan atas syarat ini suami yang belum dewasa atau suami dalam keadaan gila, maka yang akan menceraikan dengan nama khulu adalah walinya. Demikian pula keadaan seseorang yang berada di bawah pengampuan yang menerima permintaan khulu isterinya adalah walinya. b. Isteri yang di khulu Isteri yang akan mengajukan khulu kepada suaminya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Ia adalah seseorang yang berada dalam wilayah si suami dalam arti isterinya atau yang telah diceraikan, namun masih berada dalam talak raj i. 2. Ia adalah seorang yang telah dapat bertindak atas harta, karena untuk keperluan mengajukan khulu ini ia harus menyerahkan harta. Untuk syarat ini ia harus seorang yang telah baligh, berakal dan tidak berada di bawah pengampuan serta cerdas bertindak atas harta. Apabila tidak memenuhi persyaratan ini maka yang melakukan khulu adalah walinya, sedangkan uang iwadh dibebankan kepada hartanya sendiri kecuali keinginan datang dari pihak wali. 87 Amir Syarifuddin, Op.cit, hal.235
14 40 Khulu boleh terjadi dari pihak ketiga, seperti walinya dengan persetujuan isteri. Khulu seperti ini disebut khulu ajnabi. Pembayaran iwadh dalam khulu seperti ini ditanggung oleh pihak ajnabi tersebut. c. Adanya uang tebusan atau ganti rugi atau iwadh Terdapat perbedaan tentang iwadh pada para ulama. Mayoritas ulama menempatkan iwadh sebagai rukun yang tidak boleh ditinggalkan untuk sahnya khulu. Menurut Ahmad dan Imam Malik mengatakan bahwa boleh terjadi khulu tanpa iwadh. Alasannya karena khulu merupakan salah satu bentuk dari putusnya perkawinan, oleh karenanya boleh tanpa iwadh sebagaimana dalam talak. 88 d. Shighat atau ucapan cerai yang disampaikan suami yang dalam ungkapan tersebut dinyatakan ganti uang atau iwadh. Tanpa menyebutkan ganti ini ia menjadi talak biasa. Saya ceraikan kamu dengan tebusan sebuah sepeda motor. Tentang pelaksanaan khulu yang harus menggunakan ucapan shighat tertentu, para ulama memiliki pendapat yang berbeda. Mayoritas ulama berpendapat bahwa sighat merupakan suatu rukun yang tidak boleh ditinggalkan. Dalam arti apabila tertinggal maka khulu itu batal sehingga terjadi talak biasa. Menurut ulama ucapan khulu terbagi dua macam: Menggunakan lafaz yang jelas dan terang atau sharih. Yang termasuk dalam lafaz yang sharih untuk khulu itu yaitu: pertama, lafaz khulu seperti ucapan suami : Saya khulu kamu dengan iwadh sebuah sepeda motor. Kedua, lafaz tebusan seperti ucapan suami: Saya 88 Ibid, hal Ibid, hal.237.
15 41 bercerai denganmu dengan tebusan sekian. Ketiga, lafaz fasakh, seperti ucapan suami: Saya fasakh kamu dengan iwadh sebuah kitab Al-Qur an. 2. Menggunakan lafaz kinayah yaitu lafaz lain yang tidak langsung berarti perceraian tapi dapat digunakan untuk itu. Terjadinya khulu dengan lafaz kinayah ini diisyaratkan harus disertai dengan niat. Misal ucapan suami: Pergilah pulang ke rumah orang tuamu dan kamu membayar iwadh sebanyak sejuta rupiah. Beberapa ulama ada salah satunya Ahmad yang tidak menempatkan shighat sebagai rukun dalam arti khulu telah berlangsung dengan semata suami telah menerima iwadh dari isterinya. Adapun alasan yang digunakan adalah peristiwa yang terjadi tentang Tsabit bin Qeis dalam pisahnya dengan isterinya setelah menerima tebusan dari isterinya tanpa mengucapkan apapun. e. Alasan untuk terjadinya khulu Adanya alasan terjadinya khulu yang terdapat dalam Al Qur an dan hadist yaitu kekhawatiran isteri yang tidak akan melaksanakan kewajibannya sebagai isteri yang menyebabkan dia tidak dapat menegakkan hukum Allah SWT. Terdapat dua pendapat dikalangan ulama: Menurut jumhur ulama terjadinya khulu tidak harus setelah terjadinya kekhawatiran tidak akan menegakkan hukum Allah dengan arti sah khulu walaupun tidak terjadi alasan demikian. Khulu ini hukumnya makruh. Bahkan Imam Ahmad mengatakan bahwa hukumnya adalah haram. 90 Ibid, hal.238.
16 42 Alasannya bahwa yang terdapat dalam Al Qur an maupun hadist Nabi tentang terjadinya khulu itu bukan merupakan syarat. 2. Sebahagian ulama di antaranya Zhahiriy dan Ibnu al Munzir berpendapat bahwa khulu adalah sah apabila didahului dengan alasan tidak dapat menegakkan hukum Allah, sedangkan tanpa alasan tidak dapat dilakukan khulu. Adapun alasan yang digunakan oleh ulama ini adalah zhahir ayat yang menyatakan adanya kekhawatiran tidak menegakkan hukum Allah. Kalau tidak demikian keadaannya tidak boleh suami mengambil kembali apa yang telah diberikannya kepada isterinya dalam bentuk mahar. Pengertian khulu menurut mazhab Maliki adalah talak dengan iwadh, baik talak ini berasal dari isteri maupun dari orang lain yang selain isteri yang terdiri dari wali ataupun orang lain, atau talak yang diucapkan dengan lafal khulu. 91 Dari pengertian diatas menunjukkan bahwa ada dua macam khulu yaitu : 1. khulu yang terjadi adalah yang berdasarkan iwadh harta. 2. Talak yang terjadi dengan lafal khulu meskipun tidak berdasarkan iwadh apa-apa. Misal: suami berkata kepada isteri Aku khulu kamu atau Kamu terkhulu. Dengan perkataan lain si isteri ataupun orang lain memberikan harta kepada si suami agar mentalak si isteri, atau membuat jatuh hak si isteri yang harus dipenuhi oleh si suami, maka dengan khulu ini jatuh talak ba in. Syarat-Syarat khulu Persyaratan khulu harus diperhatikan dengan baik. Sebab khulu tidak boleh terjadi apabila alasan yang diajukan tidak sesuai dengan tuntunan agama. Beberapa persyaratan khulu tersebut antara lain: Wahbah Az-Zuhaili, Op.cit, hal.418.
17 43 a. Di dalam rumah tangga ada bahaya yang mengancam bagi sang isteri, serta rasa takut akan keduanya karena tidak dapat melaksanakan perintahperintah Allah SWT dengan baik. b. Berlangsung hingga selesai tanpa adanya sikap yang menyakiti (penganiayaan) dari suami kepada isterinya. Apabila terjadi maka suami tidak berhak ataupun mengambil sesuatu apa pun dari isterinya. c. Khulu berasal dari isteri dan bukan dari suami. Suami yang tidak menyukai isterinya ataupun tidak hidup senang bersama isterinya, maka ia tidak berhak mengambil apapun harta isterinya. d. Kedudukan khulu sama dengan talak ba in, dimana seorang suami tidak bisa mengajak isterinya, kecuali seorang isteri telah menikah dengan lakilaki lain secara sah dan melalui sebuah akad pernikahan yang baru. Mazhab Maliki berpendapat bahwa khulu tidak boleh dilakukan kecuali dengan syarat-syarat berikut ini: 1. Apa yang dibayarkan kepada si suami adalah sesuatu yang sah untuk dimiliki dan dijual, yang berarti diluar minuman keras, babi dan barangbarang sejenisnya. 2. Jangan sampai menyeret kepada sesuatu yang tidak boleh seperti khulu berdasarkan pinjaman ataupun berdasarkan pengakhiran yang berupa hutang atau kondisi mempercepat dan yang sejenisnya itu yang merupakan jenis riba. 3. Khulu yang dilakukan oleh isteri berdasarkan kehendak si isteri atau berdasarkan keinginan untuk berpisah dengan suaminya dengan tanpa unsure paksaan dan tindakan buruk kepada suami. Apabila salah satu dari kedua syarat ini dilanggar maka jatuh talak dan tidak jatuh khulu. 93 Adapun syarat khulu menurut mazhab Hambali sebagai berikut: 1. Membayar iwadh. 2. Dari orang yang sah untuk memberikan sumbangan dan dari suami yang sah untuk menjatuhkan talak. 3. Keduanya tidak bergurau. 4. Tidak mengahalanginya jika si isteri membayar iwadh. 5. Jatuh khulu dengan lafal yang bersifat terang-terangan ataupun sindiran. Pertama, Aku lakukan khulu dan Aku batalkan dan Aku tebus. Kedua, Aku bebaskan kamu dan Aku membebaskanmu dan Aku buat kamu tertalak ba in. 92 Honey Miftahulljannah, A-Z Ta aruf, Khitbah, Nikah dan Talak Bagi Muslimah, PT Grasindo, Jakarta, 2014, hal Wahbah Az-Zuhaili, Op.cit, hal.432.
18 44 6. Tidak memancangkan niat untuk menjatuhkan talak. 7. Bersifat langsung. 8. Dapat terjadi pada semua isteri. 9. Tidak ada tipu daya. Khulu mengharamkan terjadinya tipu daya untuk menjatuhkan sumpah talak atau ta liq-nya dan tidak sah khulu dengan tipu daya ini. 94 Khulu dianggap sumpah dari pihak suami, sebab suami menggantungkan talak isterinya kepada penerimaan harta, sementara menggantungkan kepada sesuatu (ta liq) dianggap sumpah menurut fuqaha. Khulu juga dianggap mu awadhah (tukar menukar) dari pihak isteri, sebab ia wajib memberikan sejumlah harta sebagai pengganti kebebasannya dari suaminya. Namun mu awadhah tersebut bukanlah mu awadhah mahdhah (pengganti murni), tetapi ada unsur kesamaan dari sumbangan. 95 Jumhur ulama berpendapat bahwa khulu adalah talak ba in seperti yang disebutkan dalam hadist Rasullah SAW : Ambillah kebun itu dan talaklah dia. 96 Menurut jumhur ulama tidak tepat memasukkan khulu ke dalam fasakh, karena dalam khulu terdapat unsur ikhtiar ( kesadaran untuk melakukan), sedangkan dalam fasakh unsur ikhtiar tersebut tidak ada. 97 Namun sebahagian ulama diantaranya Abu Dawud, Ibnu Abbas, Utsman bin Affan dan Ibnu Umar berpendapat bahwa khulu adalah fasakh. 98 Konsekwensi perbedaan pendapat ini tampak pada penghitungan jumlah talak. Bagi ulama yang menilai khulu sebagai talak maka itu terhitung sebagai talak ba in. dan bagi yang menilainya sebagai fasakh maka tidak terhitung sebagai talak. Suami yang menjatuhkan talak dua kepada isterinya setelah itu di khulu, kemudian dia ingin 94 Wahbah Az-Zuhaili, Op.cit, hal Abdul Majid Matlub, Op.cit, hal, Sulaiman Al-Faifi, Op.cit, hal Ensiklopedi Hukum Islam, hal Sulaiman Al-Faifi, Op.cit, hal.564.
19 45 menikahinya maka dia bisa melakukan hal tersebut selama isterinya belum menikah dengan laki-laki lain. Karena dia hanya memiliki dua talak saja, sedangkan khulu nya nilainya sia-sia. Adapun bagi ulama yang menilai khulu sebagai talak, mereka mengatakan bahwa suami tidak boleh merujuk kembali isterinya hingga ia menikah dengan laki-laki lain, sebab dengan khulu itu talaknya sudah lengkap menjadi talak tiga. Menurut jumhur ulama ada beberapa akibat hukum yang ditimbulkan oleh Khulu yaitu sebagai berikut: Terjadinya talak ba in apabila ganti ruginya terpenuhi. Apabila ganti rugi tidak ada maka perceraian tersebut menjadi talak biasa. 2. Isteri harus membayar ganti rugi. 3. Seluruh hak dan kewajiban antara suami isteri menurut Imam Abu Hanifah menjadi gugur. Sedangkan utang piutang dengan orang lain tidak gugur. Tetapi menurut jumhur ulama termasuk Muhammad bin Hasan asy- Syaibani (sahabat Imam Abu Hanifah) menyatakan bahwa seluruh hak dan kewajiban tidak gugur, kecuali ada kesepakatan antara keduanya sebelumnya. 4. Menurut jumhur ulama suami yang mengkhulu isterinya tidak berhak untuk rujuk kepada isterinya dalam masa iddahnya. Tetapi jumhur ulama mengatakan bahwa mantan suami tersebut boleh menikahinya kembali pada masa iddahnya. Khulu merupakan perceraian dengan kehendak isteri. Ibnu Sirin dan Abi Qalabah mengatakan bahwa tidak boleh khulu kecuali bila jelas di perut isteri itu telah terdapat janin dalam arti dia sudah membuat suatu perbuatan keji. 100 Sebagaimana dalam QS An Nisa ayat 19 yang artinya : 99 Ensiklopedi Hukum Islam, hal D.A Pakih Sati,Op.cit, hal.241
20 46 Janganlah kamu enggan terhadapnya suaya kamu mendapat kembali apa yang telah kamu berikan, kecuali ia telah jelas memperbuat suatu perbuatan keji Hukum Khulu Hidup dalam hubungan perkawinan itu merupakan sunnah Allah dan sunnah Rasul. Melepaskan diri dari kehidupan perkawinan adalah menyalahi sunnah Allah dan sunnah Rasul dan menyalahi kehendak Allah untuk menciptakan rumah tangga yang sakinah mawwadah dan warahmah. Hubungan suami isteri yang tidak dapat lagi untuk diperbaiki dan terjadi konflik terus menerus dan keduanya sudah tidak mampu untuk bersabar, maka keduanya diperbolehkan untuk bercerai. Islam memberi hak kepada suami untuk mengakhiri kehidupan suami isteri dengan talak, dan memberikan kepada isteri dengan jalan khulu. Terdapat beberapa alasan dimana isteri dapat menuntut cerai dengan wewenang Qodhi. Apabila isteri memiliki hak tafriq, maka suami tidak akan memperoleh ganti rugi. Adapun perceraian yang diberikan oleh Qodhi karena: Perlakuan menyakitkan yang biasa diterima oleh isteri. 2. Tidak dipenuhi kewajiban-kewajiban dalam ikatan perkawinan. 3. Sakit ingatan. 4. Ketidakmampuan yang tidak dapat disembuhkan. 5. Suami pindah tempat tinggal tanpa memberitahu isteri. 101 Al Qur an Dan Terjemahannya, Op.cit, hal Abdul Rahman I.Doi, Op.cit, hal.116.
21 47 6. Sebab-sebab lain yang serupa yang menurut pendapat qodhi dapat dibenarkan untuk bercerai. Khulu hanya dibolehkan ketika ada sebab yang mengharuskan, misalnya suami memiliki cacat pada fisik, tidak menunaikan hak isteri atau isteri khawatir tidak dapat menegakkan hukum-hukum Allah yang wajib baginya untuk berlaku dengan baik. Namun apabila tidak ada sebab, khulu tidak boleh dilakukan. Sebagaimana halnya dengan talak, maka khulu hukumnya ada kalanya wajib, haram, makruh, sunat maupun mubah Wajib. Khulu wajib dilakukan ketika permintaan isteri karena suami tidak mau memberi nafkah atau menggauli isterinya sehingga isteri menjadi tersiksa. 2. Haram. Hal ini dapat terjadi dari dua pihak antara suami dan isteri. Pertama dari pihak suami, Khulu itu hukumnya haram jika dimaksudkan untuk menyengsarakan isteri dan anak-anaknya. Dimana suami menyusahkan isterinya sehingga pada akhirnya isteri tidak tahan dan menggugat suami melalui tebusan atau iwadh. Dan apabila suami menceraikan isteri maka suami tidak berhak untuk mengambil iwadh tersebut. Kecuali isteri melakukan perbuatan keji seperti berzina atau perbuatan maksiat maka suami dapat membuat kondisi dimana membayar tebusan melalui jalan khulu. 103 Jamaluddin, Hukum Perkawinan Empat Mazhab, Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Pada Masyarakat, Medan, hal.124
22 48 Sebagaimana dalam Surah An Nisa ayat 19 yang artinya: 104 Tidak diperbolehkan bagi suami untuk melakukan sesuatu yang membahayakan isterinya, dan tidak menggauli isterinya dengan baik, dengan tujuan agar dia meminta khulu darinya dan agar menembalikan harta yang diberikan kepadanya, baik keseluruhan atau sebahagiannya, selama isteri tidak melakukan perbuatan keji yang nyata. Dalam hal ini Allah berfirman, Dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebahagian kecil dari apa yang telah kamu berikan kepadanya. Kedua dari pihak isteri, dimana isteri yang meminta cerai padahal keadaan rumah tangganya berjalan baik dan tidak ada alasan syar i yang membenarkan perceraiannya melalui jalan khulu. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda yang artinya: 105 Siapa yang meminta cerai kepada suaminya tanpa ada alasan apa-apa (yang sah), maka bau surga diharamkan baginya. Sebahagian ulama diantaranya Abu Bakar bin Abdullah al Muzanniy berpendapat tidak bolehnya khulu tersebut, bahkan bila dilakukan maka yang berlangsung adalah talak bukanlah khulu. Alasan yang dikemukakan oleh ulama ini adalah bahwa khulu yang pada hakikatnya si suami mengambil kembali mahar yang telah diberikannya kepada isterinya dalam bentuk iwadh Al Qur an Dan Terjemahannya, hal Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Shahih Fiqih Wanita, Akbarmedia, Jakarta,2009,hal Amir Syarifuddin,Op.cit, hal.233.
23 49 3. Makruh. Khulu menjadi makruh hukumnya jika tidak ada keperluan untuk itu kecuali ada kekhawatiran bahwa ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Allah tidak akan dapat ditunaikan kalau tidak dengan melepaskan diri (bercerai). Menurut mazhab Syafi i bahwa hukum asal melakukan khulu itu adalah makruh dan ia hanya dapat menjadi sunat apabila isteri ternyata tidak baik dalam bergaul dengan suaminya Sunat. Khulu menjadi sunat hukumnya jika dimaksudkan untuk mendatangkan maslahat yang lebih bagi kedua suami isteri. 5. Mubah. Sedangkan menurut Al-Dasuqi bahwa khulu hukumnya mubah bukan makruh. 108 Khulu dilakukan atas keridhaan kedua belah pihak (suami dan isteri). Ketika tidak ada keridhaan antara kedua belah pihak, hakim bisa mengharuskan suami untuk memberlakukan khulu. Berdasarkan riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengharuskan Tsabit bin Qais menerima kebun dan menalak isterinya setelah keduanya mengadukan permasalahannya kepada beliau. 107 Jamaluddin, Op.cit, hal Abdul Rahman I. Doi, Op.cit, hal.116.
BAB I PENDAHULUAN. menjadi utuh. Dalam syariat Islam ikatan perkawinan dapat putus bahkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam perkawinan merupakan suatu ikatan yang harus diupayakan terjalin keutuhannya, namun secara manusiawi ikatan ini mustahil untuk selalu menjadi utuh.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM MENGABULKAN CERAI GUGAT DENGAN SEBAB PENGURANGAN NAFKAH TERHADAP ISTERI
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM MENGABULKAN CERAI GUGAT DENGAN SEBAB PENGURANGAN NAFKAH TERHADAP ISTERI A. Pertimbangan Hakim Mengabulkan Cerai Gugat dengan Sebab Pengurangan Nafkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan Pengadilan Agama berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006, merupakan salah satu badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah SWT. menciptakan manusia berpasang-pasangan. Dalam Al Qur an, Allah SWT. berfirman :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah SWT. dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan manusia adalah melengkapi kekurangan manusia lainnya. Salah satunya yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perceraian dalam istilah ahli Fiqih disebut talak atau furqah. Adapun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perceraian dalam istilah ahli Fiqih disebut talak atau furqah. Adapun arti dari pada talak adalah membuka ikatan membatalkan perjanjian. Sedangkan furqah artinya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan
BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan Syariat Islam telah menjadikan pernikahan menjadi salah
Lebih terperinciBAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan
BAB IV ANALISIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SIDOARJO MENGENAI PENOLAKAN GUGATAN NAFKAH MAD{IYAH DALAM PERMOHONAN CERAI TALAK NOMOR : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda A. Analisis Undang-Undang Perkawinan dan
Lebih terperinciSOAL SEMESTER GANJIL ( 3.8 )
SOAL SEMESTER GANJIL ( 3.8 ) Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Kompetensi Dasar : Pernikahan dalam Islam ( Hukum, hikmah dan ketentuan Nikah) Kelas : XII (duabelas ) Program : IPA IPS I. Pilihlah
Lebih terperinciMunakahat ZULKIFLI, MA
Munakahat ZULKIFLI, MA Perkawinan atau Pernikahan Menikah adalah salah satu perintah dalam agama. Salah satunya dijelaskan dalam surat An Nuur ayat 32 : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974.
BAB IV ANALISIS A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974. Di dalam Undang-Undang Perkawinan tidak mengatur masalah nafkah secara terperinci.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH
BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH A. Persamaan Pendapat Mazhab H{anafi Dan Mazhab Syafi i Dalam Hal Status Hukum Istri Pasca Mula> anah
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN Dalam memahami batasan usia seseorang mampu menikah menurut Undang- Undang No.1 Tahun 1974 dan Mazhab Syafi i, maka harus diketahui terlebih dahulu mengenai pengertian
Lebih terperinciBAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD
BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD A. Analisis Persamaan antara Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Status Perkawinan Karena Murtad Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perempuan dalam ikatan yang sah sebagaimana yang diatur dalam Islam,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua pribadi antara laki-laki dan perempuan dalam ikatan yang sah sebagaimana yang diatur dalam Islam, yakni separuh nyawa antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. HASIL PENELITIAN 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan Perkara Nomor 1061/Pdt.G/2016/PA.Bwi di Pengadilan Agama Banyuwangi) perspektif UU No.
Lebih terperinciOleh: Hj. Sasa Esa Agustiana S.H. PROBLEMATIKA RUMAH TANGGA
Oleh: Hj. Sasa Esa Agustiana S.H. PROBLEMATIKA RUMAH TANGGA Rumah Tangga adalah tempat berseminya: Sakinah, mawaddah dan rahmah (Q.S. Ar-Rum 21) Mitsaqan ghalizha, perjanjian yang agung antara suami dan
Lebih terperinciBAB II TALAK DALAM HUKUM ISLAM. pemutusan itu terjadi pada masa kini (jika talak itu berupa talak bain) maupun
22 BAB II TALAK DALAM HUKUM ISLAM A. Pengertian Talak Secara etimologis, talak berarti melepas ikatan talak berasal dari kata iṭla>q yang berarti melepaskan atau meninggalkan. 1 Dalam terminologi syariat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan dan kemudian dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar supaya saling kenal-mengenal
Lebih terperinciWAWANCARA KEPADA PELAKU TALAK DI LUAR PENGADILAN
WAWANCARA KEPADA PELAKU TALAK DI LUAR PENGADILAN NAMA ALAMAT : Siti (Nama Samaran) : Desa Boja Kecamatan Boja 1. Apakah ibu pernah di talak oleh suami ibu? Iya, saya pernah di talak suami saya 2. Berapa
Lebih terperinciija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana
Lebih terperinciH.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6
BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupannya dalam semua hal, termasuk dalam pengembangbiakan
Lebih terperinciWANITA DAN PEMBUBARAN Perkahwinan dalam Islam Oleh : Abd. Muhsin Ahmad Majalah Sinar Rohani Disember 2001
WANITA DAN PEMBUBARAN Perkahwinan dalam Islam Oleh : Abd. Muhsin Ahmad Majalah Sinar Rohani Disember 2001 Perkahwinan adalah akad yang ditentukan oleh syarak yang menghalalkan hubungan jenis antara lelaki
Lebih terperinciBAB IV HUKUM PERKAWINAN BAGI PENDERITA PENYAKIT IMPOTENSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV HUKUM PERKAWINAN BAGI PENDERITA PENYAKIT IMPOTENSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis Pandangan Hukum Islam Dan Imam Madzhab Terhadap Perkawinan Bagi Penderita Impotensi Dalam sebuah perkawinan,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN A. Analisis Status Anak Dari Pembatalan Perkawinan No: 1433/Pdt.G/2008/PA.Jombang Menurut Undang-Undang Perkawinan Dan Menurut
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PANDANGAN TOKOH MUI JAWA TIMUR TERHADAP PENDAPAT HAKIM PENGADILAN AGAMA PASURUAN TENTANG STATUS ISTRI SETELAH PEMBATALAN NIKAH
75 BAB IV ANALISIS PANDANGAN TOKOH MUI JAWA TIMUR TERHADAP PENDAPAT HAKIM PENGADILAN AGAMA PASURUAN TENTANG STATUS ISTRI SETELAH PEMBATALAN NIKAH A. Analisis Pendapat Hakim Tentang Status Istri Setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan menimbulkan kewajiban nafkah atas suami untuk istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang menjelaskan bahwa
Lebih terperinciBAB III DEFINISI IJBAR, DASAR HUKUM DAN SYARAT IJBAR. Kata ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan. 2 Sedangkan Ijbar
29 BAB III DEFINISI IJBAR, DASAR HUKUM DAN SYARAT IJBAR A. Pengertian Ijbar Ijbar berarti paksaan, 1 yaitu memaksakan sesuatu dan mewajibkan melakukan sesuatu. Kata ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN
55 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN A. Analisis Tentang Praktik Penjatuhan Talak Seorang Suami Melalui
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kerangka Teori 1. Tinjauan tentang Perceraian a. Pengertian Perceraian Perceraian sering diartikan oleh masyarakat luas adalah suatu kegagalan yang terjadi di rumah tangga. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan Agama adalah salah satu dari peradilan Negara Indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, berwenang dalam jenis perkara perdata Islam tertentu,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG NOMOR 2055/ PDT. G/ 2012/ PA. SMG. TENTANG TALAK RAJ`I KEPADA ISTERI YANG MURTAD
BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG NOMOR 2055/ PDT. G/ 2012/ PA. SMG. TENTANG TALAK RAJ`I KEPADA ISTERI YANG MURTAD A. Analisis Terhadap Hukum Acara (hukum Formal) dalam Putusan Pengadilan
Lebih terperinciMAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI NAFKAH MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA A. Tinjuan Hukum Islam Terhadap Penarikan Kembali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an surat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah menciptakan manusia di dunia ini menghendaki dan mengangkatnya menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah:30 Artinya:
Lebih terperinciBAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan perkawinan adalah hukum
Lebih terperinci1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT menciptakan manusia laki-laki dan perempuan yang diciptakan berpasang-pasangan. Maka dengan berpasangan itulah manusia mengembangbiakan banyak laki-laki dan
Lebih terperinciAmir Syarifudin, Garis-Garis Besar FIQIH, (Jakarta:KENCANA. 2003), Hal-141. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: AMZAH.
I. PENDAHULUAN Pada dasarnya perkawinan itu dilakukan untuk waktu selamanya sampai matinya salah seorang suami-istri. Inlah yang sebenarnya dikehendaki oleh agama Islam. Namun dalam keadaan tertentu terdapat
Lebih terperinciA. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Perkara Perceraian Putusan. mediator yang tujuannya agar dapat memberikan alternatif serta solusi yang terbaik
BAB IV ANALISIS TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA PERCERAIAN MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM NO.0255/Pdt.G/2013/PA.Pas. di PENGADILAN AGAMA PASURUAN A. Pertimbangan Hukum Hakim dalam
Lebih terperinciMUNAKAHAT : IDDAH, RUJUK, FASAKH,KHULU DISEDIAKAN OLEH: SITI NUR ATIQAH
MUNAKAHAT : IDDAH, RUJUK, FASAKH,KHULU DISEDIAKAN OLEH: SITI NUR ATIQAH IDDAH PENGERTIAN Iddah adalah hari-hari di mana seorang wanita berpisah (bercerai) dengan suaminya menjalani masa menunggu. Selama
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG A. Analisis Praktek Jual Beli Emas di Toko Emas Arjuna Semarang Aktivitas jual beli bagi umat Islam sudah menjadi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK
BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK A. Analisis Terhadap Prosedur Pernikahan Wanita Hamil di Luar Nikah di Kantor Urusan Agama
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI
AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI Oleh : DODI HARTANTO No. Mhs : 04410456 Program studi : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM
62 BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM CUKUP UMUR DI DESA BARENG KEC. SEKAR KAB. BOJONEGORO Perkawinan merupakan suatu hal
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,
BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Ba i Al-wafa di Desa Sungai Langka Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harta selama yang demikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagaimana yang dinyatakan pada Pasal
Lebih terperinciMENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki
MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki Perkawinan atau pernikahan merupakan institusi yang istimewa dalam Islam. Di samping merupakan bagian dari syariah Islam, perkawinan memiliki hikmah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi dapat juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ta rif pernikahan adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan pembatasan hak dan kewajiban serta tolong menolong antara seorang laki-laki dan perempuan yang
Lebih terperinciP U T U S A N NOMOR; 210/Pdt.G/2011/PTA.Bdg.
P U T U S A N NOMOR; 210/Pdt.G/2011/PTA.Bdg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu
Lebih terperincifurqah artinya bercerai yaitu lawan dari berkumpul. 2
BAB II PERCERAIAN DAN NAFKAH MENURUT HUKUM ISLAM A. Perceraian Menurut Hukum Fiqih dan KHI 1. Perceraian menurut hukum fiqih a. Pengertian perceraian Perceraian menurut ahli fiqih disebut talak atau furqah.
Lebih terperinciPerzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA
Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Pertanyaan Dari: Ny. Fiametta di Bengkulu (disidangkan pada Jum at 25 Zulhijjah 1428 H / 4 Januari 2008 M dan 9 Muharram 1429 H /
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.
81 BAB IV ANALISIS HUKUM FORMIL DAN MATERIL TERHADAP PUTUSAN HAKIM TENTANG NAFKAH IDDAH DAN MUT AH BAGI ISTRI DI PENGADILAN AGAMA BOJONEGORO (Study Putusan Perkara No. 1049/Pdt.G/2011/PA.Bjn) A. Analisis
Lebih terperinciBolehkah istri diperlakukan sebagai properti, seperti yang diakui oleh Manohara?
{mosimage}tiba-tiba Kasus Manohara kembali menghangat paska kepulangannya ke Indonesia beberapa waktu lalu. Berita, infotainment, masyarakat luas trerutama ibu-ibu rumah tangga banyak membahasnya. Namun
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau
14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu
Lebih terperinciTAFSIR AL BAQARAH Talak (Cerai) dalam Islam. Varyzcha
TAFSIR AL BAQARAH 228-231 Talak (Cerai) dalam Islam Varyzcha 228. Istri-istri yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan apa yang diciptakan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan
BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH A. Isbat Nikah 1. Pengertian Isbat Nikah Kata isbat berarti penetapan, penyungguhan, penentuan. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan
Lebih terperinciWaris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)
Waris Tanpa Anak WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Pertanyaan: Kami lima orang bersaudara: 4 orang laki-laki
Lebih terperinciBAB III Rukun dan Syarat Perkawinan
BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan Rukun adalah unsur-unsur yang harus ada untuk dapat terjadinya suatu perkawinan. Rukun perkawinan terdiri dari calon suami, calon isteri, wali nikah, dua orang saksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena dalam suatu pernikahan mengandung nilai-nilai vertical ( hamba dengan Allah swt
Lebih terperinciHukum Cerai Tanpa Sebab
Hukum Cerai Tanpa Sebab Syaikh Muhammad bin al-utsaimin rahimahullah Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2012-1433 حكم الطالق بدون سبب «باللغة اإلندونيسية» الشيخ حممد بن
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghilangkan nikah yang mengandung banyak kemashlahatan yang. dianjurkan, maka perceraian hukumnya makruh. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perceraian itu sesungguhnya dibenci tanpa adanya hajat. Akan tetapi Nabi menyebutnya sebagai barang halal. Dikarenakan perceraian itu menghilangkan nikah yang
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor: 0133/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor: 0133/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sungai Penuh yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IMPLIKASI HUKUM PERKAWINAN AKIBAT PEMALSUAN STATUS CALON SUAMI DI KUA
BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IMPLIKASI HUKUM PERKAWINAN AKIBAT PEMALSUAN STATUS CALON SUAMI DI KUA KECAMATAN SUKODONO MENURUT KHI DAN FIQIH MADZHAB SYAFI I 1. Analisis Implikasi Hukum perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia diatas permukaan bumi ini pada umumnya selalu menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi miliknya. Sesuatu kebahagiaan itu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy- Syafi i telah diuraikan dalam bab-bab yang lalu. Dari uraian tersebut telah jelas mengungkapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI PERKARA PUTUSAN NOMOR 1708/pdt.G/2014/PA.bjn. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri M dalam Putusan Nomor:
Lebih terperinciANALISIS YURIDIS PEMBERIAN IWADH DALAM GUGATAN CERAI MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO.248/K/AG/2011) MASWIWIN
MASWIWIN 1 ANALISIS YURIDIS PEMBERIAN IWADH DALAM GUGATAN CERAI MENURUT HUKUM ISLAM (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO.248/K/AG/2011) MASWIWIN ABSTRACT Allah SWT determines the marriage
Lebih terperinciA. Analisis Pertimbangan Hukum dan Dasar Hukum Putusan PA Nomor. Agama Pasuruan, yang mana dalam bab II telah dijelaskan tentang sebab
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM DAN DASAR HUKUM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA PASURUAN NOMOR : 0530/Pdt.G/2013/PA.PAS TENTANG CERAI GUGAT YANG DISEBABKAN SUAMI MELALAIKAN TANGGUNG JAWAB
Lebih terperinciPEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:
PEMBAGIAN WARISAN Pertanyaan dari: EJ, di Cirebon (nama dan alamat diketahui redaksi) (Disidangkan pada Jum at, 13 Zulqa'dah 1428 H / 23 November 2007 M) Pertanyaan: Sehubungan kami sangat awam masalah
Lebih terperinciIDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TIDAK DITETAPKANNYA NAFKAH IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI ATAS PUTUSAN NOMOR 2542/PDT.G/2015/PA.LMG) A. Pertimbangan Hukum Hakim yang Tidak Menetapkan Nafkah
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ
59 BAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ A. Kedudukan Mediator dan Hakam Dalam Menyelesaikan Perkara Syiqaq 1) Kedudukan Mediator Dalam Penyelesaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mîtsâqan ghalîdhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan sangat dianjurkan dalam Islam, terutama bagi mereka yang secara lahir dan batin telah siap menjalankannya. Tidak perlu ada rasa takut dalam diri setiap muslim
Lebih terperincidigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.
DAMPAK PEMBATALAN PERKAWINAN AKIBAT WALI YANG TIDAK SEBENARNYA TERHADAP ANAK DAN HARTA BERSAMA MENURUT HAKIM PENGADILAN AGAMA KEDIRI (Zakiyatus Soimah) BAB I Salah satu wujud kebesaran Allah SWT bagi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu belaka, namun langgeng dan harmonisnya sebuah rumah tangga sangatlah di tentukan oleh sejauh mana
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KHULU. diusulkan oleh isteri kepada suami dan isteri sanggup membayar ganti rugi atau
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KHULU A. Pengertian Khulu Khulu disebut juga dengan istilah thalak tebus, yaitu perceraian yang diusulkan oleh isteri kepada suami dan isteri sanggup membayar ganti rugi atau
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor 0804/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor 0804/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu dalam tingkat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI
BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Alasan-Alasan Izin Poligami Di Pengadilan Agama Pasuruan Fitrah yang diciptakan Allah atas manusia mengharuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki harapan untuk membentuk sebuah keluarga dan untuk
BAB I PENDAHULUAN Perkawinan memiliki arti penting bagi setiap orang, didalam kehidupan setiap orang memiliki harapan untuk membentuk sebuah keluarga dan untuk membentuk sebuah keluarga itu maka setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak memungkinkan lagi untuk mewujudkan perdamaian, maka hukum Islam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan rumah tangga suatu permasalahan terkadang dapat diatasi, sehingga antara kedua belah pihak dapat berbaikan kembali, tetapi adakalanya perselisihan
Lebih terperinciBAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Wasiat Kepada Non Muslim Perspektif Hukum Islam. 1. Syarat-syarat Mushii a. Mukallaf (baligh dan berakal
Lebih terperinciP U T U S A N SALINAN
P U T U S A N SALINAN Nomor :133 /Pdt.G/2008/PA.Slk. BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara Cerai Gugat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG A. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim Pengadilan Agama Malang dalam Penolakan Izin Poligami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah berhimpun atau wata, sedangkan menurut syara artinya adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan dalam Islam disebut nikah, arti nikah menurut bahasa Arab adalah berhimpun atau wata, sedangkan menurut syara artinya adalah suatu akad yang memperbolehkan
Lebih terperinciKONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY
KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY Ya Allah, cukupkanlah diriku dengan rizki-mu yang halal dari rizki-mu yang haram dan cukupkanlah diriku dengan keutamaan-mu dari selain-mu. (HR. At-Tirmidzi dalam Kitabud
Lebih terperinciApa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH
Pertanyaan: Apa itu Nadzar dan Sumpah? NADZAR DAN SUMPAH Pertanyaan Dari: Dani, Sulawesi Selatan (disidangkan pada hari Jum at, 23 Jumadilakhir 1432 H / 27 Mei 2011 M) As-salaamu alaikum wr. wb. Divisi
Lebih terperinciISTRI-ISTRI PENGHUNI SURGA
I. PENDAHULUAN ISTRI-ISTRI PENGHUNI SURGA Allah melebihkan kaum laki-laki dibanding para wanita dalam firman-nya : [ 34 : ] { Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia. 1 Dalam surat Adz-Dzariyat ayat
Lebih terperinciTAFSIR AL QUR AN UL KARIM
TAFSIR AL QUR AN UL KARIM aku berlindung kepada Allah dari godaan Setan yang terkutuk. Tafsir : I. Makna Kalimat Ta awdudz Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata dalam tafsinya : Al Istiadzah adalah berlindung
Lebih terperinciMBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH ANAK PODO MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Tradisi Larangan Nikah Anak Podo Mbarep Masyarakat desa
Lebih terperinciTINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN
1 TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN (Studi Komparatif Pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi i dalam Kajian Hermeneutika dan Lintas Perspektif) Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk selamanya. Tetapi adakalanya karena sebab-sebab tertentu bisa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan lembaga yang melahirkan keluarga, tempat seluruh hidup dan kehidupan manusia berputar. Awalnya perkawinan bertujuan untuk selamanya. Tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insan (yang berlainan jenis) untuk selama-lamanya sampai ajal menjemput,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesungguhnya keharmonisan dalam berumah tangga merupakan salah satu tujuan yang diinginkan oleh Islam. Akad nikah diharapkan dapat menyatukan dua insan (yang
Lebih terperinciPenyuluhan Hukum Hukum Perkawinan: Mencegah Pernikahan Dini
Penyuluhan Hukum Hukum Perkawinan: Mencegah Pernikahan Dini Oleh: Nasrullah, S.H., S.Ag., MCL. Tempat : Balai Pedukuhan Ngaglik, Ngeposari, Semanu, Gunungkidul 29 Agustus 2017 Pendahuluan Tujuan perkawinan
Lebih terperinciBAB III PUTUSNYA PERKAWINAN KARENA MURTAD MENURUT HUKUM POSITIF. A. Putusnya Perkawinan karena Murtad dalam Hukum Positif di Indonesia
BAB III PUTUSNYA PERKAWINAN KARENA MURTAD MENURUT HUKUM POSITIF A. Putusnya Perkawinan karena Murtad dalam Hukum Positif di Indonesia Di Indonesia, secara yuridis formal, perkawinan di Indonesia diatur
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON A. Analisis Hukum Islam terhadap Alasan KUA Melaksanakan Pernikahan dengan Menggunakan Taukil Wali Nikah via Telepon Setelah mengetahui
Lebih terperinciFAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H
Status Perkawinan Orang Murtad (Studi Komparatif Mazhab Syafi'i dan KHI) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Fakultas Syari'ah/Jurusan Ahwal Asy-Syakhsiyah
Lebih terperinciA. Analisis Implementasi Pemberian Mut ah dan Nafkah Iddah dalam Kasus Cerai Gugat Sebab KDRT dalam Putusan Nomor 12/Pdt.G/ 2012/PTA.Smd.
62 BAB IV IMPLEMENTASI PEMBERIAN MUT AH DAN NAFKAH IDDAH SERTA PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA (PTA) SAMARINDA Nomor 12/Pdt.G/ 2012/Pta.Smd. A. Analisis Implementasi Pemberian
Lebih terperinci