Makalah Sejarah Sastra Indonesia Angkatan 1945

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Makalah Sejarah Sastra Indonesia Angkatan 1945"

Transkripsi

1 Makalah Sejarah Sastra Indonesia Angkatan 1945 Dosen Pembimbing : Ismalinar, SS Oleh: Ahmad Ubaydillah FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG Jl. Perintis Kemerdekaan I No. 33 Cikokol Tangerangg Telp. / Fax : (021)

2

3 Kata Pengantar Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dzat yang Maha Sempurna, pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan ridho- Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu makalah tentang SASTRA ANGKATAN Dengan harapan semoga tugas makalah ini bisa berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Tak lupa pula kami samapaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas makalah ini, karena kami sadar sebagai makhluk sosial yang tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia - Nya. Akhirnya walaupun kami telah berusaha dengan secermat mungkin. Namun sebagai manusia biasa yang tak luput dari salah dan lupa. Untu itu kami mengharapkan koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan- Nya Tangerang. 9 Desember 2013 Penulis

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... i ii A. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rumusan Masalah Tujuan Masalah Metode Penulisan... 2 B. BAB II. PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Sastra Indonesia Angkatan Aliran Angkatan Proses Kelahiran angkatan Konsepsi Estetik angkatan Ciri ciri Karya sastra Indonesia Angkatan Nama-nama lain sastra angkatan Tokoh tokoh Sastra Angkatan a) Chairil Anwar... 9 b) Asrul Sani c) Sitor Situmorang d) Idrus e) Hamzah Fansuri f) Rivai Apin g) Achdiat Karta Mihardja h) Pramoedya Ananta Toer i) Mukhtar Lubis j) Utuy Tatang Sontani k) Usmar Ismail l) El Hakim m) Maria Amin n) Rosihan Anwar Karakteristik Karya Angkatan Fenomena Karya Angkatan Beberapa Pendapat Tentang Angkatan C. BAB III. PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah angkatan sastra tak lepas dari kaitannya dengan penulisan sejarah sastra Indonesia atau penulisan sejarah sastra Indonesia tak lepas dari pembicaraan masalah angkatan dan periodisasi. Angkatan sastra haruslah dihubungkan dengan adanya persamaan ciri ciri instrinsik sekumpulan karya sastra yang dihasilkannya. Kehadiran karya sastra merupakan sebuah manifestasi atas kebudayaan yang ada pada saat itu. Terbentuknya karya sastra angkatan 45 yang kita baca dan ketahui pada saat sekarang ini bukanlah ada dengan sendirinya. Karya karya tersebut merupakan imajinasi para sastrawan yang terdesak oleh tantangan zaman pada masa itu. Yaitu masa pendudukan Jepang dan masa revolusi di Indonesia. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa bangsa Jepang adalah bangsa terakhir yang menjajah negara kita Indonesia sampai akhirnya Indonesia merdeka. Para sastrawan yang ada pada masa itu selain ikut berjuang dengan fisik dalam perang kemerdekaan, mereka juga menyibukan diri untuk mencoba merumuskan dan mencari orientasi pada berbagai kemungkinan bangunan kebudayaaan bagi Indonesia kedepannya. Setelah merdeka Indonesia memasuki era revolusi, yakni masa pembaharuan baik dari segi pemerintahan, sosial, kebudayaan dan kenegaraan. Hal ini tentu memberi dampak pada sastrawan dan hasil karya sastra mereka pada saat itu. Sehingga angkatan 45 memiliki konsepsi estetik tersendiri. Untuk mengetahui konsepsi dan sejarah sastra angkatan 45, kita perlu mengetahui proses kelahiran angkatan 45 itu sendiri. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah sastra Indonesia angkatan 45? 2. Bagaiman proses terbentuknya sastra Indonesia angkatan 45? 3. Seperti apa konsepsi estetik angkatan 45? 4. Apa ciri ciri karya sastra Indonesia angkatan 45? 5. Siapa saja tokoh tokoh dalam sastra Indonesia angkatan 45? 6. Apa saja karya sastra Indonesia angkatan 45? 1.3 Tujuan Masalah Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memenuhi penilaian tugas mata kuliah Sejarah Sastra. 2. Untuk mengetahui sejarah sastra Indonesia angkatan Untuk mengetahui proses terbentuknya sastra Indonesia angkatan Agar memahami konsepsi estetik angkatan Untuk mengetahui ciri ciri karya sastra Indonesia angkatan 45.

6 6. Untuk mengetahui tokoh tokoh dalam sastra Indonesia angkatan Untuk mengetahui karya sastra Indonesia angkatan Metode Penulisan Dalam penyusuna makalah ini, pengumpulan data merupakan salah satu hal yang harus dilakukan guna mencapai tujuan penulisan. Adapun meteode penulisan data yang kami gunakan dalam makalah ini adalah: a. Study Pustaka Yaitu usaha pengumpulan data informasi yang relevan dengan topik dan masalah yang akan sedang dibahas atau diteliti. 2. Melalui media buku Buku adalah suatu sumber ilmu yang tak terbatas untuk itu kami jadi kan buku sebagai sumber informasi dalam bahasan penulisan makalah ini. 3. Melalui media internet. Globalisasi yang terjadi pada masa saat ini membawa dampak yang baik untuk kita dalam hal media informasi melalui elektronika yaitu dengan media internet kita dapat mendapatkan informasi yang sangat cepat sebagi bahan kajian.

7 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Sastra Indonesia Angkatan 45 Jika diruntut berdasarkan periodesasinya, sastra Indonesia Angkatan 45 bisa dikatakan sebagai angkatan ketiga dalam lingkup sastra baru Indonesia, setelah angkatan Balai Pustaka dan angkatan Pujangga Baru. Munculnya karya-karya sastra Angkatan 45 yang dipelopori oleh Chairil Anwar ini memberi warna baru pada khazanah kesusastraan Indonesia. Bahkan ada orang yang berpendapat bahwa sastra Indonesia baru lahir dengan adanya karya-karya Chairil Anwar, sedangkan karya-karya pengarang terdahulu seperti Amir Hamzah, Sanusi Pane, St.Takdir Alisjahbana, dan lain-lainnya dianggap sebagai karya sastra Melayu. Pada mulanya angkatan ini disebut dengan berbagai nama, ada yang menyebut Angkatan Sesudah Perang, Angkatan Chairil Anwar, Angkatan Kemerdekaan, dan lain-lain. Baru pada tahun 1948, Rosihan Anwar menyebut angkatan ini dengan nama Angkatan 45. Nama ini segera menjadi populer dan dipergunakan oleh semua pihak sebagai nama resmi. Meskipun namanya sudah ada, tetapi sendi-sendi dan landasan ideal angkatan ini belum dirumuskan. Baru pada tahun 1950 Surat Kepercayaan Gelanggang dibuat dan diumumkan. Ketika itu Chairil Anwar sudah meninggal. Surat kepecayaan itu ialah semacam pernyataan sikap yang menjadi dasar pegangan perkumpulan Selayang Seniman Merdeka. Masa Chairil Anwar masih hidup. Angkatan 45 lebih realistik dibandingkan dengan Angkatan Pujangga Baru yang romantik idealistik. Semangat patriotik yang ada pada sebagian besar sastrawan Angkatan 45 tercermin dari sebagian besar karya-karya yang dihasilkan oleh parasastrawan tersebut. Beberapa karya Angkatan 45 ini mencerminkan perjuangan menuntut kemerdekaan. Banyak pula di antaranya yang selalu mendapatkan kecaman, di antaranya Pramoedya Ananta Toer. Pramoedya dengan keprofesionalannya masih eksis menghasilkan karya-karya terutama mengenai perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia. Bahkan sampai saat ini karya-karya Pramoedya masih digandrungi khususnya oleh penikmat sastra. Sebegitu banyak orang yang memproklamasikan kelahiran dan membela hak hidup Angkatan 45, sebanyak itu pulalah yang menentangnya. Armijn Pane berpendapat bahwa Angkatan 45 ini hanyalah lanjutan belaka dari apa yang sudah dirintis oleh angkatan sebelumnya, yaitu Angkatan Pujangga Baru. Sutan Takdir Alisyahbana pun berpendapat demikian. Rosihan Anwar dalam sebuah tulisannya dimajalah Siasat tanggal 9 Januari 1949, memberikan nama angkatan 45 bagi pengarang-pngarang yang muncul pada tahun 1940-an. Yakni sekitar penjajahan Jepang, zaman Proklamasi dan berikutnya. Diantara mereka yang lazim digolongkan sebagai pelopornya adalah Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, Idrus, Pramudya, Usmar Ismail dsb. Nmaun sesungguhnya, tidak hanya itu saja saja alasan untuk memasukkan mereka kedalam angkatan yang lebih baru dari Pujanga Baru. Jelasnya, terlihat sekali pada karya-karya Chairil dimana ia telah membebaskan diri dari kaidah-kaidah tradisional kita dalam bersajak. Lebih dari itu, jiwa yang terkandung dalam sajak-sajaknya terasa adanya

8 semacam pemberontakan. Kendatipun demikian tak lepas dari pilihan kata-kata yang jitu, yang mengena, sehingga terasa sekali daya tusuknya. Dibidang Prosa, Idrus dianggap sebagai pendobraknya dan sebagai pelanjut dari Pujangga Baru, bersama kawan-kawannya ia berkumpul dalam Angkatan 45.Landasan yang digunakan adalah humanisme universal yang dirumuskan HB Jassin dalam Suat kepercayaan Gelanggang. Jadi angkatan 45 merupakan gerakan pembaharuan dalam bidang sastra Indonesia, dengan meninggalkan cara-cara lama dan menggantikannya dengan yang lebih bebas, lebih lugas tanpa meninggalkan nilai-nilai sastra yang telah menjadi kaidah dalam penciptaan sastra. Tahun 1942 (9 Maret = pengambilalihan kekuasaan Jepang di Indonesia) merupakan tahun yang sangat penting dalam sejarah kebudayaan Indonesia, termasuk kesusastraannya. Sejak tahun itu terjadilah perubahan besar-besaran, revolusi kebudayaan dimulai tahun itu. Segala hal yang mengingatkan budaya Barat harus dilenyapkan. Bahasa Belanda tidak boleh dipergunakan lagi. Sebagai gantinya dipakai bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di kantor-kantor dan surat-surat keputusan. Pada tahun itu Pujangga Baru berhenti karena Jepang tidak menginginkan sifatnya yang kebaratbaratan. Sastra Balai Pustaka juga terhenti karena pemerintah Belanda (sebagai pendukung kesusastraan ini) telah tumbang. Kemudian muncullah angkatan sastra baru, Angkatan 45, yang didahului dengan masa pertunasan (sastra zaman Jepang). Angkatan 45 melahirkan karya-karya sastra yang bersifat romantis realistik (berbeda dengan Pujangga Baru yang bersifat romatis idealistik = HB Jassin). Dalam waktu yang singkat, Indonesia menghasilkan banyak karya sastra besar pada angkatan ini. Sajak-sajak Chairil Anwar, roman-roman Pramoedya Ananta Toer, Mochtar Lubis dan Achdiat Kartamihardja merupakan tonggak-tonggak penting dalam perjalanan sastra Indonesia. Pengalaman kehidupan nyata merekalah yang membuat karya-karya angkatan ini menjadi besar. Angkatan 45 rata-rata terganggu pendidikan formalnya. Kaum sastrawan Angkatan 45 masih termasuk golongan masyarakat menengah, terdidik, dan kaum muda pada zamannya. Sastra Indonesia menemukan identitas dirinya sejak angkatan ini. Sastra Zaman Jepang Pada bulan April 1943 terbentuklah Keimin Bunka Shidoso atau Kantor Pusat Kebudayaan. Dalam badan ini duduk berbagai seniman dari segala lapangan. Dalam zaman Jepang terbitlah majalah-majalah baru yang dikelola oleh Pusat Kebudayaan: Jawa Baru ( ) dan Kebudayaan Timur ( ), di samping Panji Pustaka yang merupakan peninggalan Balai Pustaka, hanya dipergunakan demi kepentingan Jepang. Para sastrawan dalam Pusat Kebudayaan diminta menciptakan karya-karya sastra yang mengandung cita-cita cinta tanah air, mengobarkan semangat kepahlawanan dan semangat bekerja. Karya sastra harus membimbing masyarakat. Indonesia harus memihak kebudayaan Timur, menjauhi kebudayaan Barat. Banyak sajak dan cerpen dihasilkan pada masa ini.

9 Dua roman yang dihasilkan pada masa ini (Cinta Tanah Air oleh Nur Sutan Iskandar dan Palawija oleh Karim Halim) lebih cenderung sebagai propaganda Jepang. Banyak sastrawan seperti Armijn Pane, Nur Sutan Iskandar, Karim Halim, Usmar Ismail yang bersemangat membantu Jepang. Merekalah sastrawansastrawan resmi zaman Jepang. Ada sejumlah sastrawan yang menentang Jepang seperti Chairil Anwar, Idrus, dan Amal Hamzah. Ada juga yang lebih kompromistis seperti karya-karya Maria Amin. Ada juga yang bimbang seperti Bakri Siregar. Sastrawan yang banyak menulis pada zaman Jepang: Usmar Ismail Amal Hamzah Rosihan Anwar Bakri Siregar Anas Ma ruf M.S. Ashar Maria Amin Nursyamsu HB Jassin Abu Hanifah (El Hakim) Kotot Sukardi Idrus Kelahiran Angkatan Baru Sejak kekalahan Jepang kepada Sekutu (14 Agustus 1945) dan kemerdekaan Indonesia, kehidupan kegiatan kebudayaan (termasuk sastra) mempunyai tonggak yang penting. Suasana jiwa dan penciptaan yang sebelumnya terkekang, kini mendapatkan kebebasan yang nyata. Para sastrawan Indonesia merasakan sekali kemerdekaan dan tanggung jawab untuk mengisinya. Individualitas yang diidamkan oleh Pujangga Baru (Sutan Takdir Alisjahbana) dilaksanakan penuh konsekuen oleh Angkatan Aliran Angkatan 45. Ekspresionisme merupakan aliran seni yang berkembang setelah kemerdekaan diproklamasikan. Ekspresionisme yang mendasari Angkatan 45 sebenarnya sudah berkembang lama di Eropa (penghujung abad ke-19) seperti Baudelaire, Rimbaud, Mallarme (Prancis), F.G. Lorca (Spanyol), G. Ungaretti (Italia), T.S Eliot (Inggris), G.Benn (Jerman), dan H. Marsman (Belanda). Aliran ekspresionisme timbul sebagai reaksi terhadap aliran impresionisme. Dalam sastra Indonesia, Pujangga Baru bersifat impresionistik dan Angkatan 45 mereaksinya dengan aliran ekspresionistik.

10 Penyair ekspresionis tidak ditentukan oleh alam, justru penyairlah yang menentukan gambaran alam. Kritikus pertama yang dapat memahami sajak-sajak Chairil Anwar ialah HB Jassin. Kritikus ini pulalah yang membela dan menjelaskan karya-karya Chairil yang bersifat ekspresionis itu. Berbeda dengan Pujangga Baru yang beraliran romantik impresionistik sehingga melahirkan sajak-sajak yang harmonis, Angkatan 45 melahirkan sajaksajak yang penuh kegelisahan, pemberontakan, agresif dan penuh kejutan. Vitalisme dan individualisme melahirkan sajak-sajak penuh pertentangan semacam itu. Karya-karya Penting Angkatan 1945 : 1. Deru Campur Debu, Kerikil Tajam (Chairil Anwar) 2. Atheis (Achdiat Kartamihardja) 3. Jalan Tak Ada Ujung (Mochtar Lubis) 4. Keluarga Gerilya (Pramoedya Ananta Toer) 2.3 Proses Kelahiran Angkatan 1945 Angkatan 1945 tidak dapat dilepaskan dari lingkungan kelahirannya, yakni masa penduduk Jepang dan masa revolusi Indonesia. Perjuangan bangsa yang mencapai titik puncak pada Proklamasi 17 Agustus 1945 beserta gejolak politik yang mengawali maupun mengikutinya, memberi pengaruh sangat besar pada corak sastra. Generasi yang aktif pada masa revolusi 1945 dipaksa oleh keadaan untuk merumuskan diri dan tampil menjawab tantangan-tantangan zaman yang mereka hadapi. Selain ikut berjuang secara fisik dalam perang kemerdekaan, mereka juga menyibukkan diri untuk merumuskan dan mencari orientasi pada berbagai kemungkinan bangunan kebudayaan bagi Indonesia kedepan. Latar belakang perubahan politik yang sangat mendadak pada masa pendudukan Jepang ( ) menjadi awal kelahiran karya sastra Angkatan 45. Kehadiran Angkatan 45 serta karya sastra Angkatan 45 meletakkan pondasi kokoh bagi sastra Indonesia, karena angkatan sebelumnya dinilai tidak memiliki jati diri ke- Indonesiaan. Jika Angkatan Balai Pustaka dinilai tunduk pada Volkslectuur, lembaga kesustraan kolonial Belanda, dan Angkatan Pujangga Baru dinilai menghianati identitas bangsa karena terlalu berkiblat ke Barat, maka Angkatan 45 adalah reaksi penolakan terhadap ankatan-angkatan tersebut. Sebagai salah satu hasil dari pergolakan, karya sastra Angkatan 45 menjadi sebuah karya yang lahir dengan identitas baru yang penuh kontroversia. Kehadirannya sebagai pendobrak nilai-nilai serta aturan-aturan sastra terdahulu membuat karya sastra Angkatan 45 menjadi pusat perhatian para sastrawan. Para sastrawan penggerak karya sastra angkatan 45 adalah mereka yang menaruh perhatian besar pada karya sastra Indonesia. Mereka seolah ingin lepas dari pengaruh asing yang saat itu masih kuat pengaruhnya terhadap karya sastra Indonesia.Nama angkatan 45 sendiri dimunculkan oleh Rosihan Anwar pertama kali pada lembar kebudayaan Gelanggang. Sejak itu, penamaan yang dibuat Rosihan Anwar diakui dan disepakati banyak kalangan sebagai nama angkatan sastra periode-40-an.

11 Angkatan 1945 memperoleh saluran resmi melalui penerbitan majalah kebudayaan Gema Suasana, Januari Majalah ini diasuh oleh dewan redaksi yang terdiri dari Asrul Sani, Chairil Anwar, Mochtar Apin, Riva I Apin dan Baharudin. Majalah ini dicetak dan diterbitkan oleh percetakan Belanda Opbouw (Pembangun). Dalam konfrotasi dengan Belanda, mereka kemudian pindah ke Gelanggang, sebuah suplemen kebudayaan dari jurnal mingguan, siasat yang muncul pertama kali pada Februari 1948 dengan redaktur Chairil Anwar dan Ida Nasution. Disuplemen inilah mereka kemudian menerbitkan kredo Angkatan 45, yang dikenal luas dengan nama Surat Kepercayaan Gelanggang. Nama Angkatan 45 baru diberikan pada tahun 1949 oleh Rosihan Anwar, meski tidak disetujui banyak sastrawan. Keberatan itu karena nama itu kurang pantas ditujukan pula kepada para pengarang, yang notabene berbeda dengan para pejuang kemerdekaan (yang diberi predikat sebelumnya sebagai Angkatan 45). Ada 4 tokoh utama yang sering dianggap sebagai pelopor Angkatan 45: Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, Idrus. Chairil seorang individualis dan anarkhis. Asrul aristokrat dan moralis. Idrus penuh dengan sinisme. Rivai lebih dikenal sebagai nihilis. Surat Kepercayaan Gelanggang adalah pernyataan sikap dari beberapa sastrawan Indonesia yang kemudian hari dikenal sebagai Angkatan '45. Di antara para sastrawan ini yang paling menonjol adalah Chairil Anwar, Asrul Sani dan Rivai Apin. Surat ini diterbitkan oleh majalah Siasat pada tanggal 22 Oktober Surat Kepercayaan Gelanggang berbunyi sebagai berikut: Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. Kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur-baur dari mana dunia baru yang sehat dapat dilahirkan. Keindonesiaan kami tidak semata-mata karena kulit kami yang sawo matang, rambut kami yang hitam atau tulang pelipis kami yang menjorok ke depan, tetapi lebih banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud pernyataan hati dan pikiran kami. Kami tidak akan memberi kata ikatan untuk kebudayaan Indonesia, kami tidak ingat akan melap-lap hasil kebudayaan lama sampai berkilat dan untuk dibanggakan, tetapi kami memikirkan suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat. Kebudayaan Indonesia ditetapkan oleh kesatuan berbagai-bagai rangsang suara yang disebabkan oleh suara yang dilontarkan kembali dalam bentuk suara sendiri. Kami akan menentang segala usaha yang mempersempit dan menghalangi tidak betulnya pemeriksaan ukuran nilai. Revolusi bagi kami ialah penempatan nilai-nilai baru atas nilai-nilai usang yang harus dihancurkan. Demikian kami berpendapat, bahwa revolusi di tanah air kami sendiri belum selesai. Dalam penemuan kami, kami mungkin tidak selalu asli; yang pokok ditemui adalah manusia. Dalam cara kami mencari, membahas, dan menelaahlah kami membawa sifat sendiri.

12 Penghargaan kami terhadap keadaan keliling (masyarakat) adalah penghargaan orang-orang yang mengetahui adanya saling pengaruh antara masyarakat dan seniman. Angkatan 45 tidak hanya terdiri dari kaum sastrawan, tetapi juga seniman lain, termasuk para pelukis seperti: S. Sudjojono, Affandi, Henk Ngantung, Mochtar Apin, Baharuddin; juga para musikus seperti: Binsar Sitompul dan Amir Pasaribu. Karya-karya sastra kala itu masih diterbitkan bersama dengan sketsa para pelukis, partitur musik, esai musik-lukis-drama-tari. Hal ini menunjukkan bahwa para sastrawan memiliki wawasan luas dalam bidang seni dan budaya pada umumnya. Perkembangan Angkatan 45 Melalui majalah-majalah : a. Panca Raya ( ) b. Pembangunan ( ) c. Pembaharuan ( ) d. Nusantara ( ) e. Gema Suasana ( ) f. Siasat ( ) dgn lampiran kebudayaan: Gelanggang g. Mimbar Indonesia ( ) dgn lampiran: Zenith h. Indonesia ( ) i. Pujangga Baru (diterbitkan lagi 1948; berganti Konfrontasi: 1954) j. Arena (di Yogya, ) k. Seniman (di Solo ) 2.4 Konsepsi Estetik angkatan 45 Konsepsi estetik Angkatan 45 tergambar dalam Surat Kepercayaan Gelanggang. Dengan Surat Kepercayaan Gelanggang inilah para penyair Angkatan 45 mendefenisikan diri dan konsep estetik budayanya. Pendefenisian ini dilakukan sastrawan Angkatan 45 lewat pemisahan diri dan kritik keras terhadap generasi sastra sebelumnya, khususnya kritik dan pemisahan diri dengan visi budaya yang ditegakkan Sutan Takdir Alisjahbana. Yang menjadi fokus pemisahan diri disini adalah pada ideologi yang digunakan serta orientasi budaya. Pemisahan konsep sastra dan visi inilah yang kemudian dijadikan banyak pengamat sastra sebagai ciri utama angkatan 45 dibanding angkatan sebelumnya. H.B. Jassin dalam banyak tulisannya mengemukakan terhadap pemisahan yang tegas antara konsepsi sastrawan Pujangga Baru dengan konsepsi sastrawan generasi 45. Andaian ini pulalah yang dianut dan dipercayai banyak sastrawan angkatan 45. Karya sastra Angkatan 45 memiliki kedekatan yang intim dengan realitas politik. Ini sangat berbeda dengan karya sastra Angkatan Pujangga Baru yang cenderung romantik-idealistik. Karena lahir dalam lingkungan yang keras dan memprihatikan karya sastra Angkatan 45 lebih terbuka, pengaruh unsur sastra asing lebih luas dibandingkan angkatan sebelumnya, isinya bercorak realis dan naturalis, meninggalkan corak romantis, sastrawan periode lebih individualisme, dinamis dan

13 kritis, adanya penghematan kata dalam karya, lebih ekspresif dan spontan, terlihat sinisme dan sarkasme, didominasi puisi dan prosa berkurang. Pada periode Angkatan 45 berkembang jenis-jenis sastra puisi, cerita pendek, novel dan drama. Keadaan perang pada saat itu mempengaruhi penciptaan sastra dalam permasalahan dan gayanya. Ada beberapa ciri stuktur estetik Angkatan 45 baik pada karya sastra puisi maupun prosa. Pada karya sastra puisi ciri struktur estetiknya yaitu, pertama, puisinya bebas, tidak terikat pada pembagian bait, jumlah baris dan persajakan. Kedua, gaya alirannya ekspresionisme dan realisme. Ketiga, pilihan kata (diksi) untuk mencerminkan pengalaman batin yang dalam dan untuk intensitas arti. Ketiga, bahasa kiasannya dominan metafora dan simbolik, kata, frasa dan kalimatnya ambigu sehingga multitafsir. Keempat, gaya sajaknya prismatis dengan kata-kata yang ambigu dan simbolik, hubungan baris-baris dan kalimatkalimat implisit. Kelima, gaya pernyataan pikiranya berkembang yang nantinya menjadi gaya sloganis. Keenam, gaya ironi dan sinisme menonjol. Pada karya sastra prosa, ciri stuktur estetiknya adalah banyak alur sorot balik, walaupun ada juga alur lurus, digresi dihindari sehingga alurnya padat, pada penokohan analisis fisik tidak dipentingkan, yang ditonjolkan analisis kejiwaan, tetapi tidak dengan analisis langsung melainkan dengan cara dramatik melalui arus kesadaran dan percakapan antar tokoh, banyak menggunakan gaya ironi dan sinisme, gaya realisme dan naturalisme, menggambarkan kehidupan sewajarnya secara mimetik. Inilah ciri struktur estetik dari karya sastra puisi dan prosa Angkatan 45, yang membuat karya sastra Angkatan 45 menjadi karya sastra yang fenomenal dalam sejarah sastra Indonesia. 2.5 Ciri ciri Karya sastra Indonesia Angkatan 1945 o o o o o o o o o Terbuka. Pengaruh unsur sastra asing lebih luas dibandingkan angkatan sebelumnya. Bercorak isi realis dan naturalis, meninggalkan corak romantic. Sastrawan periode ini terlihat menonjol individualismenya. Dinamis dan kritis, berani menabrak pakem sastra yang mapan sebelumnya. Penghematan kata dalam karya. Lebih ekspresif dan spontan. Terlihat sinisme dan sarkasme. Didominasi puisi, sedangkan bentuk prosa tampak berkurang. 2.6 Nama-nama lain untuk angkatan sastra periode ini adalah: Angkatan Kemerdekaan Angkatan Chairil Anwar Angkatan Perang Angkatan Sesudah Perang Angkatan Sesudah Pujangga Baru Angkatan Pembebasan Generasi Gelanggang

14 2.7 Tokoh tokoh Sastra Angkatan 45. Para sastrawan yang menjadi motor dan pelopor Angkatan 45 adalah para pencipta karya sastra Angkatan 45 yang begitu fenomenal di dunia sastra. Mereka adalah: a) Chairil Anwar Chairil Anwar lahir di Medan, 22 Juli Sekolahnya hanya sampai MULO (SMP) dan itu pun tidak tamat. Kemudian ia pindah ke Jakarta. Ia merupakan orang yang banyak membaca dan belajar sendiri, sehingga tulisan-tulisannya matang dan padat berisi. Chairil Anwar berusaha memperbarui penulisan puisi. Puisi yang diubahnya berbentuk bebas, sehingga disebut puisi bebas. Ia diakui sebagai pelopor Angkatan 45 di bidang sebagai alat untuk mencapai isi. Chairil Anwar termasuk penyair yang penuh vitalitas (semangat hidup yang menyalanyala) dan individualistis (kuat rasa akunya). Puisi gubahannya berirama keras (bersemangat), tetapi ada juga yang bernafas ketuhanan seperti Isa dan Do a. Karya-karya Chairil Anwar antara lain: Deru Campur Debu (kumpulan puisi) Tiga Menguak Takdir (kumpulan puisi karya bersama Rivai Apin dan Asrul Sani) Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Yang Putus (kumpulan puisi) Pulanglah Dia Si Anak Hilang (terjemahan dari karya Andre Gide) Kena Gempur (terjemahan dari karya Steinbeck) b) Asrul Sani Asrul Sani lahir di Rao, Sumatera Barat, 10 Juni Ia seorang dokter hewan. Pernah memimpin majalah Gema dan harian Suara Bogor. Tulisannya berpegang pada moral dan keluhuran jiwa. Asrul Sani adalah seorang sarjana kedokteran hewan, yang kemudian menjadi direktur Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) dan menjadi ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (LESBUMI), juga pernah duduk sebagai anggota DPRGR/MPRS wakil seniman. Asrul Sani juga dikenal sebagai penulis skenario film hingga sekarang. Karya-karya Asrul Sani antara lain: Sahabat Saya Cordiaz (cerpen) Bola Lampu (cerpen) Anak Laut (sajak) On Test (sajak) Surat dari Ibu (sajak)

15 c) Sitor Situmorang Lahir di Tapanuli Utara, 21 Oktober Ia cukup lama bermukim di Prancis. Sitor juga diakui sebagai kritikus sastra Indonesia. Karya-karya Sitor Situmorang antara lain: Surat Kertas Hijau (1954) Jalan Mutiara (kumpulan drama) Dalam Sajak (1955) Wajah Tak Bernama (1956) Zaman Baru (kumpulan sajak) Pertempuran dan Salju di Paris Peta Pelajaran (1976) Dinding Waktu (1976) Angin Danau (1982) Danau Toba (1982) d) Idrus Lahir di Padang, 21 September Idrus dianggap sebagai salah seorang tokoh pelopor Angkatan 45 di bidang prosa, walaupun ia selalu menolak penamaan itu. Karyanya bersifat realis-naturalis (berdasarkan kenyataan dalam alam kehidupan) dengan sindiran tajam. Karya-karyanya antara lain: Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (novel) A K I (novel) Hikayat Puteri Penelope (novel, terjemahan) Anak Buta (cerpen) Perempuan dan Kebangsaan Jibaku Aceh (drama) Dokter Bisma (drama) Keluarga Surono ( drama ) Kereta Api Baja (terjemahan dari karya Vsevold Iyanov, sastrawan Rusia) e) Hamzah Fansuri Dalam karya-karyanya tampak pengaruh dari kakaknya, Amir Hamzah dan R. Tarogo. Karya-karyanya antara lain: Teropong (cerpen) Bingkai Retak (cerpen) Sine Nomine (cerpen) Buku dan Penulis (kritik) Laut (sajak) Pancaran Hidup (sajak)

16 f) Rivai Apin Penyair yang seangkatan Chairil Anwar, yang bersama-sama mendirikan Gelanggang Seniman Merdeka ialah Asrul Sani dan Rival Apin. Ketiga penyair itu, Chairil-Asrul-Rivai, dianggap sebagai trio pembaharu puisi Indonesia, pelopor Angkatan 45. Ketiga penyair itu menerbitkan kumpulan sajak bersama, Tiga Menguak Takdir. Rivai Apin menulis tidak selancar Asrul Sani. Selain menulis sajak, ia pun menulis cerpen, esai, kritik, skenario film, menerjemahkan, dan lain-lain. Tahun 1954 ia sempat mengejutkan kawan-kawannya, ketika keluar dari redaksi Gelanggang dan beberapa waktu kemudian ia masuk ke lingkungan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), serta beberapa waktu sempat memimpin majalah kebudayaan Zaman Baru yang menjadi organ kebudayaan PKI. Setelah terjadi G 30 S/PKI, Rivai termasuk tokoh Lekra yang karya-karyanya dilarang. g) Achdiat Karta Mihardja Ia menguasai ilmu politik, tasawuf, filsafat, dan kemasyarakatan. Pernah menjadi staf Kedubes RI di Canberra, Australia. Karya-karyanya antara lain: Atheis (roman) Bentrokan Dalam Asmara (drama). Polemik Kebudayaan (esai) Keretakan dan Ketegangan (kumpulan cerpen) Kesan dan Kenangan (kumpulan cerpen) h) Pramoedya Ananta Toer Lahir di Blora, 2 Februari Meskipun sudah mulai mengarang sejak jaman Jepang dan pada awal revolusi telah menerbitkan buku Kranji dan Bekasi Jatuh (1947), namun baru menarik perhatian dunia sastra Indonesia pada tahun 1949, yaitu ketika cerpennya Blora, yang ditulis dalam penjara diumumkan, serta ketika romannya Perburuan (1950) mendapat hadiah sayembara mengarang yang diselenggarakan oleh Balai Pustaka. Karya-karyanya antara lain: Bukan Pasar Malam (1951) Di Tepi Kali Bekasi (1951) Gadis Pantai Keluarga Gerilja (1951) Mereka yang Dilumpuhkan (1951) Perburuan (1950) Tjerita dari Blora (1963)

17 i) Mukhtar Lubis Lahir di Padang, 7 Maret Sejak jaman Jepang ia sudah bekerja di bidang penerangan. Idenya bersifat kritik-demokrasi-konstruktif (membangun). Di bidang kewartawanan ia pernah mendapat hadiah Ramon Magsay-say dari Filipina. Karyanya banyak menggambarkan perjuangan pada masa revolusi, terutama aksi polisional Belanda. Karya-karyanya antara lain: Tak Ada Esok (roman) Jalan Tak Ada Ujung (roman jiwa) Tanah Gersang (novel) Si Jamal (cerpen) Perempuan (cerpen) Kisah dari Eropah (terjemahan) Manusia Indonesia Maut dan Cinta (novel) Penyamun Dalam Rimba (novel) j) Utuy Tatang Sontani Pada saat-saat pertama Jepang menginjakan kaki di bumi Indonesia, pengarang kelahiran Cianjur tahun 1920 ini, telah mulai menulis beberapa buah buku dalam bahasa Sunda, di antaranya sebuah roman yang berjudul Tambera (1943). Karya-karyanya antara lain: Suling (1948) Bunga Rumah Makan (1948) Awal dan Mira (1952) Manusia Iseng Sayang Ada Orang Lain Di Langit Ada Bintang Saat yang Genting Selamat Jalan Anak Kufur k) Usmar Ismail Selain dikenal sebagai sastrawan, Usmar Ismail juga dikenal sebagai sutradara film. Tahun 1950 ia mendirikan Perfini. Karyanya bernafas ketuhanan sejalan dengan pendapatnya bahwa seni harus mengabdi kepada kepentingan nusa, bangsa, dan agama.

18 Karya-karyanya antara lain: Permintaan Terakhir (cerpen) Asokamala Dewi (cerpen) Puntung Berasap (kumpulan puisi) Sedih dan Gembira (kumpulan drama yang terdiri atas: Citra, Api, dan Liburan Seniman ) Mutiara dari Nusa Laut (drama) Tempat Yang Kosong Mekar Melati Pesanku (sandiwara radio) Ayahku Pulang (saudara dari cerita Jepang) l) El Hakim El Hakim merupakan nama samaran dari Dr. Abu Hanifah. Karyanya bernuansa ketuhanan dan kesusilaan. Di bidang kebudayaan ia berpendapat bahwa Timur yang idealis harus berkombinasi dengan Barat, tanpa menghilangkan ketimurannya. Karya-karyanya antara lain: Taufan di Atas Asia (kumpulan) Dokter Rimbu (roman) Kita Berjuang Soal Agama Dalam Negara Modern m) Maria Amin Hasil karya pengarang wanita ini bercorak simbolik. Karyanykaryanya antara lain: Tinjaulah Dunia Sana Penuh Rahasia ( puisi ) Kapal Udara ( puisi ) n) Rosihan Anwar Rosihan Anwar dikenal juga sebagai jurnalis (wartawan). Banyak tulisannya tentang tanggapan sosial, yaitu mengupas masalah yang timbul dalam kehidupan. Ia pernah memimpin harian Merdeka Asia Raya dan Mingguan Siasat. Karya-karyanya antara lain: Radio Masyarakat (cerpen) Raja Kecil, Bajak Laut di Selat Malaka (roman) Manusia Baru (sajak) Lukisan (sajak) Seruan Nafas (sajak)

19 2.8 Karakteristik Karya Angkatan 45. o Bercorak lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga Baru yang romantik-idealistik. o Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya mewarnai karya sastrawan Angkatan 45. o Bahasanya lugas, hidup dan berjiwa serta bernilai sastra. o Sastrawannya lebih berjiwa patriotik. o Bergaya ekspresi dan revolusioner (H.B.Yassin). o Bertujuan universal nasionalis. o Bersifat praktis. o Sikap sastrawannya tidak berteriak tetapi melaksanakan. o Revolusioner dalam bentuk dan isi. Membuang tradisi lama dan menciptakan bentuk baru sesuai dengan getaran sukmanya yang merdeka. o Mengutamakan isi dalam pencapaian tujuan yang nyata. Karena itu bahasanya pendek, terpilih, padat berbobot. Dalam proses mencari dan menemukan hakikat hidup. Seni adalah sebagai sarana untuk menopang manusia dan dunia yang sedalam-dalamnya. o Ekspresionis, mengutamakan ekspresi yang jernih. o Individualis, lebih mengutamakan cara-cara pribadi 2.9 Fenomena Karya Angkatan 45. Dalam menuangkan karyanya, Chairail Anwar menggunakan bahasa Indonesia yang terbebas dari pola bahasa Melayu. Ia menciptakan bahasa yang lebih demokratis. Sebagai contoh, ia tidak lagi menyatakan beta seperti dalam puisi salah satu penyair Pujangga Baru, tetapi menyebut dirinya aku. Hal ini dapat kita lihat dalam sajak Aku yang benar-benar bercorak baru. Meski puisinya banyak diilhami puisi asing, namun puisi-puisinya memiliki gaya khas yang hanya dimiliki oleh Chairil Anwar Beberapa Pendapat Tentang Angkatan 45. Menurut : 1) Armijn Pane. Pujangga Baru menentang adanya Angkatan 45 dan menganggap bahwa tak ada yang disebut Angkatan 45. 2) Sutan Takdir Alisyahbana. Angkatan 45 merupakan sambungan dari Pujangga Baru. 3) Teeuw. Memang berbeda Angkatan 45 dengan Angkatan Pujangga Baru, tetapi ada garis penghubung, misalnya Armijn Pane dengan Belenggunya. (puncak-puncak kesusastraan Indonesia).

20 4) Sitor Situmorang. Pujangga Baru masih terikat oleh zamannya, yaitu zaman penjajahan, sedangkan Angkatan 45 dalam soal kebudayaan tidak membedakan antara Barat dan Timur, tetapi yang penting hakikat manusia. Perjuangan Pujangga Baru baru mencapai kepastian dan ilmu pengetahuan. 5) Pramoedya Ananta Toer. Angkatan Pujangga Baru banyak ilmu pengetahuannya tetapi tidak banyak mempunyai penghidupan (pengalaman). Angkatan 45 kurang dalam ilmu pengetahuan (karena perang) tetapi sadar akan kehidupan.

21

22 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Karya sastra Angkatan 1945 lahir pada masa peralihan bangsa yaitu dari masa penjajahan Jepang menuju kemerdekaan. Pada Angkatan 1945 karya sastra didominasi oleh puisi, prosa tampak berkurang. Konsepsi estetik Angkatan 1945 tergambar dalam Surat Kepercayaan Gelanggang. Karya Angkatan 1945 memiliki kedekatan yang intim dengan realitas politik. Ini sangat berbeda dengan Angkatan Pujangga Baru yang cenderung romantikidealistik. Lahir dalam lingkungan yang sangat keras dan memprihatinkan Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Para penggerak Angkatan 1945 yaitu para sastrawan yang ada pada masa itu seperti Chairil Anwar, Idrus, Asrul Sani, Sitor Situmorang, Muhammad Ali, Toto Sudarto Bachtiar. Para sastrawan Angkatan 1945 ini memiliki ciri khas masingmasing. 3.2 Saran Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi bahan pengetahuan dari makalah Sejarah Sastra Angkatan 1945 ini. Agar materi yang disampaikan menjadi lebih lengkap dan jelas. Kemudian menambahkan jika ada kekurangan yang mungkin perlu untuk di diskusikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. Karyanya mengambarkan ideologi atau pemikiranya yang besar mengenai puisi. warna bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Karyanya mengambarkan ideologi atau pemikiranya yang besar mengenai puisi. warna bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Chairil Anwar merupakan salah seorang penulis sajak atau puisi di Indonesia. Karyanya mengambarkan ideologi atau pemikiranya yang besar mengenai puisi seperti

Lebih terperinci

Sastra Lama dan Sastra Modern. Oleh: Valentina Galuh X-9/21

Sastra Lama dan Sastra Modern. Oleh: Valentina Galuh X-9/21 Sastra Lama dan Sastra Modern Oleh: Valentina Galuh X-9/21 Periodisasi Kesusastraan di Indonesia Sastra Lama Angkatan Balai Pustaka Zaman Peralihan Sastra modern Angkatan Pujangga Baru Angkatan 45 Angkatan

Lebih terperinci

oleh Halimah FPBS Universitas Pendidikan Indonesia

oleh Halimah FPBS Universitas Pendidikan Indonesia oleh Halimah FPBS Universitas Pendidikan Indonesia SEJARAH SINGKAT NOVEL INDONESIA A. Masa Awal Novel Indonesia (1870-1900) Masa ini didorong oleh kebutuhan menyediakan bahan bacaan bagi pribumi, Indo-Belanda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam perjalanan suatu bangsa pasti melewati banyak proses sejarah dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam perjalanan suatu bangsa pasti melewati banyak proses sejarah dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perjalanan suatu bangsa pasti melewati banyak proses sejarah dan arus pergerakan yang dialami oleh bangsa tersebut. Dalam proses memperjuangakan bangsa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Namun dalam dasawarsa pertama abad ke-20, pola perjuangan memasuki titik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Namun dalam dasawarsa pertama abad ke-20, pola perjuangan memasuki titik 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perjuangan Perjuangan itu mengambil banyak bentuk dan varian, dalam skema perjuangan dominan dilakukan lewat cara-cara peperangan dan adu pasukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1

Lebih terperinci

SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA

SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA Surat Kepercayaan Gelanggang SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. kami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Puisi merupakan salah satu bentuk sastra yang lahir dari perasaan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Puisi merupakan salah satu bentuk sastra yang lahir dari perasaan serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puisi merupakan salah satu bentuk sastra yang lahir dari perasaan serta pemikiran sastrawan atas pengalaman diri dan kondisi masyarakat yang terjadi pada saat

Lebih terperinci

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI Dalam kritik yang diberikan Teeew atas karya sastra SUDAH LARUT SEKALI : Kawanku dan Aku karya Chairil Anwar ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Sejarah peradaban bangsa Indonesia mencatat dan membuktikan bahwa

1. PENDAHULUAN. Sejarah peradaban bangsa Indonesia mencatat dan membuktikan bahwa 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah peradaban bangsa Indonesia mencatat dan membuktikan bahwa penjajahan Kolonial Belanda yang memakan waktu ratusan tahun lamanya, telah mengakibatkan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyawa beribu-ribu rakyat dan pahlawan-pahlawanya.

BAB I PENDAHULUAN. nyawa beribu-ribu rakyat dan pahlawan-pahlawanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan dan pergerakan menantang sebuah penjajahan.kemerdekaan Indonesia tidak diperoleh sebagai hadiah, tetapi melalui perjuangan

Lebih terperinci

KONVENSI SASTRA DAN KESUSASTRERAAN DI INDONESIA. Oleh : Drs. Syahrudin M. Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan

KONVENSI SASTRA DAN KESUSASTRERAAN DI INDONESIA. Oleh : Drs. Syahrudin M. Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan KONVENSI SASTRA DAN KESUSASTRERAAN DI INDONESIA Oleh : Drs. Syahrudin M. Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan Pendahuluan Menurut Prof. A. Teeuw (1984:100-101) istilah konvensi masuk bidang sastra dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari lahirnya berbagai macam sastra yang tentu tidak terlepas dari peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra Indonesia telah bermula sejak abad 20 dan menjadi salah satu bagian dari kekayaan kebudayaan Indonesia. Sastra Indonesia telah mengalami perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan juga pengalaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Keindahan

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu, pelajaran

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Setelah menganalisis struktur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Atheis

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Setelah menganalisis struktur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Atheis BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah menganalisis struktur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Atheis karya Akhdiat Kartamihardja dengan menggunakan kajian strukturalisme genetik penulis dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk karya sastra mempunyai bahasa yang khas salah satunya yaitu puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan oleh penulisnya. Menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan pada umumnya selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Demikian halnya dengan kesusastraan Indonesia. Perkembangan kesusastraan Indonesia sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Plato,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD 1. Goenawan Mohamad Goenawan Mohamad atau GM lahir di Batang, pada tanggal 29 Juli 1941. Saat masih duduk di bangku SMA dalam usia 17 tahun GM menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI 0 KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA MATAMU KARYA SYAIFUL IRBA TANPAKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan merupakan ekspresi kehidupan manusia. Karya sastra lahir di tengahtengah

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan merupakan ekspresi kehidupan manusia. Karya sastra lahir di tengahtengah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan tanggapan penciptanya (pengarang) terhadap dunia dan merupakan ekspresi kehidupan manusia. Karya sastra lahir di tengahtengah mayarakat sebagai

Lebih terperinci

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. 13. Mata Pelajaran Sejarah Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Drama memiliki alur seperti halnya prosa. Plot drama ada yang lurus dan ada yang

BAB II KAJIAN TEORI. Drama memiliki alur seperti halnya prosa. Plot drama ada yang lurus dan ada yang 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1.Landasan Teori Plot adalah alur atau jalan cerita. Alur ini akan mengantarkan lakon menjadi semakin menarik. Tanpa garapan alur yang matang, drama sering terasa memuakkan. Drama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia) menyatakan dalam Artikel Sastra

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada puisi Pesanku Karya Asmara Hadi puisi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada puisi Pesanku Karya Asmara Hadi puisi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada puisi Pesanku Karya Asmara Hadi puisi Pesan Prajurit karya Trisno. Penelitian difokuskan pada struktur batin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa peran perempuan pengarang dalam sejarah sastra Indonesia masih sukar untuk dipetakan,

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM.

PEDOMAN PRAKTIKUM. PEDOMAN PRAKTIKUM 1 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH Oleh : SUPARDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang sastra dalam kurikulum adalah agar (1) peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penulisan sebuah karya sastra tidak dapat dilepaskan dari latar belakang situasi saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penulisan sebuah karya sastra tidak dapat dilepaskan dari latar belakang situasi saat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penulisan sebuah karya sastra tidak dapat dilepaskan dari latar belakang situasi saat karya itu diciptakan, termasuk pula latar belakang pengarang yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai karena ada pembaca yang memberikan nilai. Sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai karena ada pembaca yang memberikan nilai. Sebuah karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sangat erat hubungannya dengan pembaca, karena karya sastra ditujukan kepada kepentingan pembaca sebagai penikmat karya. Selain itu, pembaca juga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra, yaitu puisi, prosa (cerpen dan novel), dan drama adalah materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memang tidak luput dari masalah. Permasalahan tersebut meliputi masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dan sesama, interaksinya dengan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya mengalami perubahan baik dari segi isi maupun bahasanya. Salah satu perubahan di dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra dari berbagai macam karya sastra yang ada. Dalam perkembangannya, puisi mengalami pasang surut sesuai pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Secara umum karya sastra terbagi atas tiga jenis yaitu puisi, prosa dan drama. Menurut Kosasih (2012:1), ketiga jenis karya sastra tersebut dibedakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbahagialah kita bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap daerah di seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis

BAB I PENDAHULUAN. Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis cerita anak-anak sekaligus penulis novel wanita terkenal dari negara Jepang yang bernama Tsuboi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Keadaan tersebut mengakibatkan adanya kontak bahasa sehingga. pengaruh bahasa lain masuk ke dalam bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Keadaan tersebut mengakibatkan adanya kontak bahasa sehingga. pengaruh bahasa lain masuk ke dalam bahasa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat terbuka. Bahasa ini mampu menerima unsur-unsur asing maupun daerah sehingga semakin memperkaya kosakata yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada pembaca hakikatnya untuk menghibur, memberikan hiburan yang menyenangkan. Sastra menampilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan sastra di Indonesia diawali dari era sastra Melayu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan sastra di Indonesia diawali dari era sastra Melayu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah perkembangan sastra di Indonesia diawali dari era sastra Melayu Rendah atau Sastra Melayu Pasar yang dimulai pada tahun 1870 hingga 1942. Kemudian berlanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa Negara sangat strategis dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Sebagai salah satu pilar pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melalui karya sastra dapat diketahui eksistensi kehidupan suatu masyarakat di suatu tempat pada suatu waktu meskipun hanya pada sisi-sisi tertentu. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi cipta, rasa, dan karsa manusia tentang kehidupan. Refleksi cipta artinya karya sastra merupakan hasil penciptaan yang berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimatangkan oleh berbagai pergerakan yang bersifat nasional di daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dimatangkan oleh berbagai pergerakan yang bersifat nasional di daerah-daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah lokal mempunyai fungsi utama untuk menyempurnakan faktafakta yang berguna dalam menyusun sejarah nasional, terutama sejarah perjuangan pergerakan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Bahasa Indonesia Modul ke: Ragam Bahasa Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Hakikat Bahasa Kedudukan Bahasa Kedudukannya Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial karena manusia tidak akan bisa hidup sendiri. Manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang melingkupinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan kini telah berkembang searah dengan kebutuhan masyarakat yang dinamis. Perkembangan ini tentunya mempengaruhi berbagai disiplin ilmu yang telah ada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Kelahiran Lesbumi faktor eksteren. Pertama, dikeluarkanya. politik Indonesia pada awal tahun 1960-an, dan Ketiga perkembangan

BAB V PENUTUP. 1. Kelahiran Lesbumi faktor eksteren. Pertama, dikeluarkanya. politik Indonesia pada awal tahun 1960-an, dan Ketiga perkembangan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan yang diuraikan pada bab terdahulu, yakni pada bab pertama hingga pada bab terakhir, sebagai jawaban dari rumusan masalah setidaknya dapat dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu karya sastra di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut dibuktikan dari banyaknya karya sastra yang mucul dalam kalangan

Lebih terperinci