BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari"

Transkripsi

1 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber antara lain: 1. literatur : buku, artikel elektronik 2. wawancara (Ibu Nani Supolo, sekretaris umum PERWATUSI/ Persatuan Warga Tulang Sehat Indonesia, dr. Irwan Santoso) 3. quesioner (100 lembar, disebarkan di sekolah Bina Tunas Bangsa; responden usia tahun, golongan A,B,C+) 2.2 Gambaran Umum Osteoporosis Apa itu Osteoporosis? Kata osteoporosis, berasal dari bahasa Yunani, yang artinya tulang dan lubang. Osteoporosis berarti tulang keropos, apa pun penyebabnya, dan terjadi pada kebanyakan lansia. Tulang berlubang-lubang pada strukturnya dan berkurang komposisinya. meskipun tetap sama dan tampak normal dari luar. Pengurangan massa tulang akibat penuaan memang gejala biasa, namun menjadi penyakit bila massa tulang mencapai tingkat yang membuatnya mudah patah. Pada orang dewasa normal, tulang kuat dan hanya patah apabila mengalami trauma berat, misalnya kecelakaan lalu lintas. Dengan bertambahnya usia dan 4

2 penyakit tertentu, tulang menjadi lebih tipis dan rapuh sehingga lebih mudah patah. Patahnya tulang karena kerapuhan merupakan pertanda osteoporosis yang sering terjadi pada pergelangan tangan, tulang belakang, dan tulang pinggul. Penyakit ini dimulai lebih dini daripada yang anda sadari, nyaris tidak kentara, dan berkembang dengan sangat perlahan, menghasilkan gejala-gejala di usia lebih lanjut hampir tidak pernah menyebabkan serangan yang jelas. Kejadiannya serupa dengan menuang air ke dalam gelas : tidak terjadi apa-apa dalam waktu yang lama, tetapi jika air mencapai tepian gelas maka akan tumpah. Pembentukan Osteoporosis Tulang adalah jaringan hidup yang harus terus diperbaharui untuk menjaga kekuatannya. Tulang yang tua selalu dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat. Bila proses ini, yang terjadi di permukaan tulang dan disebut peremajaan tulang, tidak terjadi, rangka kita akan rusak karena keletihan ketika kita masih muda. Ada dua jenis sel utama dalam tulang, yakni osteoklast, yang merusak tulang, dan osteoblast, yang membentuk tulang baru. Kedua sel dibentuk dalam sumsum tulang. Saat kita bertambah tua osteoklast lebih aktif dan osteoblast kurang aktif, sehingga tulang lebih banyak dirusak dan lebih sedikit dibentuk, dan terjadi pengurangan massa tulang menyeluruh. Pada osteoporosis, massa tulang padat dan berongga berkurang. Menipisnya lapisan tulang padat sangat mengurangi kekuatan tulang dan meningkatkan kemungkinan patah tulang. Pengurangan massa tulang pada 5

3 tulang berongga menyebabkan lempeng dan serabut tulang yang tebal menjadi tipis dan terputus-putus. Perubahan ini menambah lemahnya tulang. Selama masa kanak-kanak dan remaja, tulang tumbuh dan bertambah padat. Pada usia sekitar 25-30an tahun, massa tulang pada rangka tubuh mencapai tingkat maksimum dan kondisi ini dikenal sebagai massa tulang tertinggi. Massa tulang tertinggi berbeda pada tiap orang, biasanya lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita. Massa tulang akan lebih besar pada orang yang berbadan besar dibandingkan orang yang berbadan kurus dan kecil. Berkurangnya massa tulang pria dan wanita akibat usia dimulai sekitar usia tahun sampai akhir hayat. Sekitar 35 persen tulang padat dan 50 persen tulang berongga pada wanita akan hilang, sedangkan pria hanya kehilangan sekitar dua per tiga dari jumlah tersebut. Wanita kehilangan lebih banyak tulang dibandingkan laki-laki, karena selama menopause laju berkurangnya tulang meningkat selama beberapa tahun. Bila sejak semula tulangnya lebih sedikit, laju pengurangan yang meningkat selama menopause dan usia yang lebih panjang, maka wanita tersebut berisiko menderita osteoporosis. Jenis-Jenis Osteoporosis Beberapa jenis osteoporosis antara lain: 1. Osteoporosis menopausal Osteoporosis yang terjadi pada wanita yang telah mengalami menopause. Pada usia antara 45 dan 55 tahun, indung telur wanita mulai pensiun dan 6

4 berhenti menghasilkan hormon-hormon seks. Termasuk di antara hormonhormon ini adalah estron, androsteron, testosteron, progesteron dan estrogen. Penurunan kadar estrogen merangsang siklus pergantian tulang dan ketimpangan antara hilangnya dan pembentukan tulang baru pada setiap siklus menyebabkan hilangnya tulang sebesar 2 sampai 3 persen per tahun. Meningkatnya kecepatan hilangnya tulang ini terus berlanjut selama empat sampai delapan tahun setelah menstruasi anda berhenti, kemudian kembali pada kecepatan semula yang lebih lambat. Untuk sementara akan terjadi banjir kalsium dalam sistem tubuh akibat resorpsi tulang, ini terlihat pada pemeriksaan kemih dan darah. Semua ini normal karena semua wanita mengalami perubahan, tetapi tidak menguntungkan karena menjurus ke osteoporosis. 2. Osteoporosis yang berkaitan dengan penuaan usia Hal ini terjadi karena terjadinya penurunan pembentukan tulang dibandingkan dengan resorpsi tulang. Perbandingan antara pria dan wanita yang menderita osteoporosis ini adalah 1 : 2. Hilangnya tulang akibat usia terjadi dengan kecepatan yang setara antara pria dan wanita sejak usia tahun, tetapi wanita telah memiliki awal yang lebih buruk akibat menopause. Tanda dan gejala yang khas adalah terjadinya penurunan tinggi tubuh yang kentara dan kifosis dengan punggung menonjol serta bungkuk, kepala menjorok ke depan. 7

5 3. Osteoporosis pada anak-anak Perkembangan tulang terjadi paling cepat di masa bayi dan remaja; paling sedikit setengah dari massa tulang puncak didapatkan dalam dekade kehidupan kedua. Ibarat uang di bank tulang, cadangan untuk keperluan mendadak. Ukuran tulang sebagian besar memang (60 80 %) ditentukan oleh gen, tetapi tulang hanya bisa mencapai potensi sepenuhnya jika terutama di saat percepatan pertumbuhan di masa remaja mendapatkan gizi yang baik dan seimbang. Osteoporosis di masa anak-anak bisa berkembang sebelum lahir. Bayi prematur kehilangan massa tulang yang seharusnya mereka dapatkan selama tiga bulan terakhir di dalam rahim. Untungnya jika semua berjalan dengan baik, mereka mencapai tingkat kepadatan mineral tulang yang normal pada usia satu atau dua tahun, dan tidak menghadapi resiko khusus untuk terkena osteoporosis di kemudian hari. Sindrom Turner, kistik fibrosis, dan setiap penyakit yang diobati dengan steroid dosis tinggi, serta kekurangan kalsium dan vitamin d dalam diet berhubungan dengan rendahnya massa tulang pada anak-anak dan resiko terkena osteoporosis. Namun karena massa kanak-kanak dan remaja adalah periode yang paling dinamis untuk pertumbuhan, akan ada periode mengejar ketinggalan jumlah massa tulang dan kekuatannya apabila ada pasokan bahan dasar yang memadai. Akibat jangka panjang tidak perlu ditakuti meskipun telah terjadi fraktur karena osteoporosis. 8

6 4. Osteoporosis karena anorexia nevosa, diet serta olah raga yang berlebihan Anorexia nevosa adalah wabah psikosomatik yang mengenai remaja putri. Diet yang mereka lakukan mengakibatkan kekurangan hormon wanita dan tidak terjadinya menstruasi. Jika hal ini berlangsung dalam waktu yang lama maka kondisinya akan sama seperti menopause. Kurangnya estrogen, ditambah dengan buruknya gizi, bisa menjurus ke osteoporosis dan frakturnya sebelum usia 20 tahun. Diet pengurusan tubuh yang terus menerus mirip dengan anorexia juga mendatangkan efek buruk pada tulang baik pada wanita dewasa dan remaja. Pada kasus ini osteoporosis juga bisa membuat tulang patah tanpa penyebab yang memadai. Begitu juga dengan latihan balet atau atletik yang serius bisa menghentikan produksi hormon seks pada wanita dan mengakibatkan osteoporosis. 5. Osteoporosis pada ibu yang hamil dan menyusui Hal ini sangat jarang terjadi karena pada normalnya tubuh pandai menyesuaikan diri sehingga bisa memasok mineral pada janin sekaligus melindungi tulang dari kekurangan mineral. 6. Osteoporosis pada pria Pria memang memiliki resiko osteoporosis yang lebih rendah daripada wanita, tetapi mereka tidak imun terhadap osteoporosis, dan jika mereka terkena pada umumnya mereka terkena osteoporosis yang berkenaan dengan usia. Sampai usia 44 tahun pria mengalami lebih banyak patah tulang 9

7 dibanding wanita karena gaya hidupnya, tetapi pada usia tahun perbandingan ini berubah. 7. Osteoporosis sekunder Osteoporosis sekunder merupakan osteoporosis yang biasa muncul dari efek suatu obat, yang biasanya diberikan untuk pengobatan suatu penyakit, dan efek dari suatu penyakit itu sendiri. Obat yang bisa menyebabkan osteoporosis antara lain : steroid, alkohol, obat-obat hormon anti seks, heparin, litium, metotreksat dan obat sitotoksik lainnya, kelebihan vitamin D. Penyakit yang meningkatkan efek osteoporosis antara lain: ginjal, intoleransi terhadap produk susu (kekurangan laktase), artritis reumatoid, penyakit pada sistem pencernaan, hemofilia, dan lain-lain. Siapa yang Mengalami Osteoporosis? Siapa pun bisa terserang osteoporosis, namun tingkat resikonya berbeda. Resiko terserang osteoporosis tergantung pada sejumlah faktor, termasuk usia, jenis kelamin dan ras. Faktor Genetika Osteoporosis merupakan bagian dari proses penuaan, namun tidak semua orang terserang. Walau tidak sekuat hemofilia, peran faktor genetik pada osteoporosis tidak diragukan lagi. Besarnya massa tulang tertinggi sangat ditentukan oleh gen, namun semakin lanjut usia peranan faktor lain semakin besar dan mungkin menentukan timbulnya osteoporosis. Bedasarkan penelitian, orang Asia dan Eropa memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan orang Afrika. 10

8 Faktor Risiko Penting : 1. Menopause dini Menopause dini terjadi apabila seorang wanita mengalaminya sebelum usia 45 tahun, baik itu secara alami ataupun akibat pengangkatan indung telur, radiasi ataupun pengobatan kanker. Seorang wanita yang mengalami menopause dini mempunyai resiko lebih besar terkena osteoporosis. 2. Amenore Amenore atau tidak mendapatkan haid sebelum menopause bisa terjadi karena banyak hal, misalnya wanita dengan anorexia nervosa, wanita kurus yang melakukan olah raga berat seperti atlet profesional, wanita dengan penyakit kronis, ataupun karena gangguan yang disebabkan oleh penyakit sistem reproduksi. Amenore dikaitkan dengan rendahnya produksi hormon seks estrogen dan merupakan faktor resiko penting terjadinya osteoporosis. 3. Terapi steroid Terapi steroid banyak banyak dilakukan untuk pengobatan berbagai penyakit. Semakin tinggi dosis steroid semakin tinggi kemungkinan terkena osteoporosis. 4. Penyakit Beberapa penyakit dihubungkan dengan resiko osteoporosis, antara lain: penyakit tiroid (kelebihan hormon tiroksin yang diproduksi kelenjar tiroid mengakibatkan massa tulang berkurang dan mengakibatkan osteoporosis), kanker (salah satu jenis kanker yang menimbulkan osteoporosis yaitu kanker sunsum tulang), penyakit hati kronis, gagal ginjal, dan lain-lain 11

9 5. Faktor gaya hidup Banyak aspek kehidupan sehari-hari yang mempengaruhi tulang kita, termasuk pola makan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan merokok. Faktor-faktor ini bisa kita ubah untuk mengurangi resiko osteoporosis. 6. Pola Makan Banyak faktor dalam pola makan yang mempengaruhi tulang. Kecilnya asupan kalsium semasa kecil dan remaja bisa menyebabkan rendahnya masa tulang tertinggi, dan kurangnya kalsium dalam makanan menambah penurunan massa tulang. Kekurangan vitamin D yang terkait dengan kekurangan kalsium, membuat tulang tulak dan meningkatkan penurunan massa tulang dan resiko patah tulang. 7. Alkohol Konsumsi alkohol yang berlebihan meningkatkan resiko patah tulang. 8. Merokok Wanita perokok mengalami menopause lebih awal dan mempunyai kadar estrogen yang lebih rendah daripada bukan perokok. Rokok juga dipercayai berpengaruh buruk pada sel pembentuk tulang (osteoblas). 9. Kurang gerak Kurang aktif secara fisik di masa kanak-kanak dan remaja bisa mengurangi massa tulang tertinggi, sedangkan kurang gerak secara umum akan mempercepat turunnya massa tulang. 12

10 Gejala dan Tanda-Tanda Osteoporosis Osteoporosis hanya menunjukkan gejala bila ada tulang yang patah. Perlu disadari bahwa menurunnya massa tulang tidak menimbulkan rasa sakit atau gejala lain. Patah pergelangan, tulang belakang dan tulang pinggul sering terjadi pada osteoporosis. Patah tulang belakang dapat menyebabkan berkurangnya tinggi badan, melengkungnya tulang belakang, dan disertai perubahan bentuk badan yang lain. Patah pergelangan dan tulang pinggul perlu dirawat di rumah sakit dan hampir semua patah pinggul perlu dioperasi. Konsekuensi jangka panjang sekitar persen pasien meninggal dalam enam bulan setelah patah tulang pinggul. Hanya sekitar seperempatnya bisa melakukan aktivitas seperti semula, sepertiganya perlu dibantu orang lain, dan selebihnya bahkan memerlukan bantuan orang untuk beraktivitas sehari-hari. Diagnosis Osteoporosis Tidak ada program skrinning untuk osteoporosis pada wanita sehat, namun pemeriksaan tulang dianjurkan bagi orang dengan faktor resiko kuat. Penanganan Umum Osteoporosis Belum ada terapi yang membalikkan efek osteoporosis, tetapi banyak yang dapat dilakukan untuk menekan atau memperlambat turunnya massa tulang (seperti berolah raga, mengubah pola makan, mencegah jatuh) serta mengurangi sakitnya. Dan dengan fisioterapi dapat mengembalikan percaya diri dan mobilitas. 13

11 Perawatan Diri Sejumlah langkah bisa kita ambil untuk menjaga kesehatan tulang sehingga mengurangi resiko osteoporosis, antara lain: 1. Atur pola makan Makanan seimbang yang kaya kalsium membuat tulang sehat dan kuat. Sumber kalsium yang utama dan terbaik adalah susu dan produk susu. Selain itu banyak juga suplemen kalsium yang dijual, tetapi kebanyakan kandungan kalsiumnya tidak cukup untuk melindungi tulang dari osteoporosis. Berikut ini adalah anjuran asupan kalsium per hari: Dibawah lima tahun mg Anak-anak sampai 11 tahun Remaja Pria usia tahun Wanita usia tahun Ibu hamil dan menyusui Ibu remaja yang hamil dan menyusui Wanita di atas 45 tahun tanpa terapi sulih hormon Wanita di atas 45 tahun yang menjalani terapi sulih hormon Pria di atas 60 tahun 800 mg 1000 mg 1000 mg 1000 mg 1200 mg 1200 mg 1500 mg 1000 mg 1500 mg Daftar asupan kalsium ini leibh besar daripada dosis yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan, tetapi masih sejalan dengan anjuran National 14

12 Osteoporosis Society di Inggris dan National Osteoporosis Foundation di Amerika Serikat. 2. Olah raga 3. Hindari merokok dan alkohol 4. Hindari resiko terjatuh Efek Osteoporosis Osteoporosis sering menimbulkan depresi, kehilangan percaya diri dan menarik diri dari aktivitas sosial, karena malu akan postur tubuh mereka yang berubah. Osteoporosis juga sering menimbulkan trauma akibat jatuh dan patah tulang yang dialami sehingga mereka takut untuk beraktivitas dan mengalami hal serupa lagi. Selain itu sulit sekali untuk melakukan aktivitas seperti semula secara normal dan bahkan banyak yang perlu bantuan orang lain. Dan tidak jarang pasien osteoporosis yang terjatuh dan mengalami patah tulang berakibat sampai meninggal dunia. Konsekuensi osteoporosis Fisik Nyeri di punggung atau akibat fraktur Psikologis Stress dalam menghadapi kesulitan Berkurangnya aktivitas karena terpaksa Kurang tidur karena cemas dan tidak nyaman Punggung yang membungkuk, Depresi, citra diri yang rendah Hilangnya ketinggian tubuh 15

13 Kelemahan otot Perasaan tidak berguna, bahkan mengganggu Mudah lelah, kurang energi Takut pada masa depan Hilangnya kemandirian Perasaan marah, tidak berdaya Osteoporosis di Indonesia Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Departemen Kesehatan (Depkes) menyebutkan bahwa 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki resiko osteoporosis, satu dari tiga wanita dan satu dari lima pria Indonesia memiliki kecenderungan menderita keropos tulang (osteoporosis) pada usia 45 tahun ke atas. 29,7 persen dari penduduk Indonesia usia tahun memiliki kecenderungan percepatan menderita keropos tulang. Sedangkan data penderita keropos tulang di seluruh dunia saat ini 1,7 juta jiwa dan akan meningkat menjadi 6,3 juta orang pada tahun Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Departemen Kesehatan bekerja sama dengan PT Fonterra Brands Indonesia di 16 kota pada tahun 2005 menyebutkan dari sampel yang diperiksa 41,7 persen diantaranya beresiko terkena osteoporosis. Tingginya angka osteoporosis tersebut menurut Menkes Siti Fadillah Supari berjalan seiring meningkatnya angka harapan hidup masyarakat Indonesia. Pada tahun 2005, tercatat 65,68 tahun angka harapan hidup manusia Indonesia. Konsekuensinya tentu saja menaikkan jumlah manusia lanjut usia 60 16

14 tahun ke atas. Saat ini, jumlahnya mencapai 18,4 juta atau 8,4 persen dari total penduduk Indonesia. Faktor utama yang menyebabkan tingginya angka osteoporosis adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencegah datangnya penyakit itu sendiri. Hal ini ditandai dengan rendahnya konsumsi kalsium rata-rata orang Indonesia, yakni hanya 254 mg perhari. Jumlah itu hanya seperempat dari yang menjadi standar kebutuhan kalsium secara internasional yakni 1200 mg per hari. Rendahnya konsumsi kalsium tersebut juga tercermin melalui rendahnya tingkat konsumsi susu, sebagai salah satu sumber kalsium utama. Dengan hanya 7 liter per kapita per tahun, artinya Indonesia masih kalah dari negeri tetangga seperti Malaysia yang konsumsi susunya telah mencapai lebih dari 20 liter per kapita per tahun. Sumbangan susu terhadap kecukupan kalsium cuma 20 mg karena kalau dirata-rata kita hanya minum susu 15 tetes sehari. 2.3 Gambaran Umum Susu Susu merupakan cairan putih yang merupakan sumber kalsium dan fosfor yang sangat penting untuk pembentukan tulang. Itulah sebabnya sumber nutrisi susu tidak hanya baik bagi terpeliharanya kebugaran tubuh tapi juga untuk kesehatan tulang. Berikut ini adalah beberapa hal tentang susu, seperti dijelaskan Prof. DR. Made Astawan, Guru Besar Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IPB. Susu adalah sumber protein (kasein), lemak (asam lemak miristat, palmitat, stearat, oleat, lenoleat, dan linolenat), karbohidrat (laktosa), 17

15 vitamin (A,D,E), serta mineral (kalium, kalsium, klor, fluor, natrium, magnesium) Laktosa adalah sejenis gula yang hanya terdapat pada susu hewani dan dibentuk dalam kelenjar susu. Laktosa terdiri dari glukosa dan galaktosa yang membentuk asimilasi kalsium dan fosfor, sehingga membentuk tulang dan gigi yang lebih baik. Karena itu bisa menurunkan kebutuhan vitamin D. Syarat makanan yang baik, selain mengandung semua komponen gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air), juga harus mudah dicerna. Dengan begitu, lebih banyak bagian yang dapat diserap dan digunakan oleh tubuh. Susu merupakan makanan yang daya cernanya sangat tinggi. Hampir 100 persen protein, karbohidrat, dan lemak susu, dapat diserap dan digunakan oleh tubuh. Kandungan protein dalam 100 gram susu tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan daging, ikan, telur dan beberapa jenis kacang-kacangan. Namun protein susu mengandung semua asam amino esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Itu sebabnya susu digolongkan sebagai protein bermutu tinggi. Sayangnya terkadang ada orang yang tidak memiliki toleransi terhadap laktosa ( intolerance lactase), tidak dapat mencerna laktosa (gula dalam susu) sehingga mereka tidak dapat minum susu atau memakan produk-produk yang berhubungan dengan susu tanpa menderita beberapa gejala di bawah ini: - gas dalam usus bawah - diare 18

16 - kram dan nyeri perut - muntah muntah - kembung Gangguan usus bisa terjadi setelah memakan suatu makanan yang mengandung laktosa dan dapat berlangsung selama berjam-jam. Timbulnya masalah itu disebabkan defisiensi lactase, enzim yang bertanggung jawab mencerna laktosa, dan kurangnya aktivitas enzim laktase di dalam tubuh. Satusatunya cara untuk menyembuhkan ketidaktoleranan laktosa tersebut adalah diet bebas susu. Tapi karena susu dan produk-produk dari susu adalah sumber penting kalsium, menghindari makanan itu bisa menyebabkan kekurangan mineral yang esensial itu. Menurut Prof. DR. Ir. Made Astawan, dosen jurusan teknologi pangan dan gizi IPB kebiasaan minum susu sejak dini dapat mencegah kekurangan enzim laktase secara drastis. Kebiasaan minum susu harus dipertahankan, sejak bayi hingga dewasa agar kelak di usia lansia aktivitas enzim laktase tetap dapat dipertahankan, dan tidak mengalami intolerance lactose. Supaya perut bisa menerima dan juga mencerna susu, berikut ini usahausaha yang dapat dilakukan: - Perhatikan makanan yang sulit dicerna oleh perut. Sebagian orang yang tidak tahan akan laktosa perutnya masih bisa menerima produk-produk tertentu yang berhubungan dengan susu jika mereka memakannya sedikit demi sedikit. - Hindari produk yang mengandung susu, susu kental atau susu yang sudah diambil sarinya. 19

17 - Belilah susu dengan enzim lactase, yang di pasaran tersedia dalam bentuk bubuk atau kapsul sebagai Lactaid. Bila ditambahkan ke dalam susu 24 jam sebelum anda meminumnya, lactase akan mencernanya lagi. Juga tersedia tablet-tablet lactase sebagai alat bantu pencernaan. - Belilah susu yang merknya : actaid, es krim dan produk keju yang telah diberi lactase, dan bisa dibeli di pasar swalayan. Selain usaha di atas ada alternatif susu yang dianjurkan bagi penderita lactose intolerance, dan juga orang di atas usia 40 tahun karena tidak mengandung kolesterol, yaitu susu kedelai. Susu kedelai juga sangat bagus untuk mencegah osteoporosis karena pada susu kedelai terdapat senyawa alami mirip estrogen. Berikut ini adalah daftar kandungan kalsium dari berbagai jenis susu : Susu ( 150 ml) Susu berlemak penuh Susu skim, termasuk susu bubuk Susu lansia Susu evaporasi Susu skim yang dipadatkan Susu kambing 180 mg (98 kalori) 195 mg (50 kalori) 180 mg (98 kalori) 420 mg (237 kalori) 570 mg (400 kalori) 100 mg (100 kalori) 2.4 Membudayakan Minum Susu untuk Mencegah Osteoporosis Pada usia muda pembentukan tulang berlangsung lebih intensif dibandingkan resorpsinya. Sementara pada usia tua, resorpsi berlangsung lebih 20

18 cepat dibandingkan formasinya. Itulah sebabnya pada usia tua terjadi proses kehilangan massa tulang, yang nantinya dapat berlanjut ke keadaan keropos tulang (osteoporosis). Karena pembentukan tulang yang terus menerus tersebut maka hal pertama yang diperlukan adalah asupan kalsium yang cukup. Walaupun faktor lain juga akan berpengaruh pada terjadinya proses pembentukan tulang tapi jika tidak ada suplai kalsium maka pembentukan tulang itu sendiri tidak akan terjadi. Demi mencegah keropos tulang, mengingat susu adalah salah satu sumber kalsium tertinggi dengan resiko kecil terhadap penyakit lain, dibutuhkan keteraturan minum susu sejak dini hingga usia lanjut (lansia). Konsumsi itu juga mesti sesuai dengan kebutuhan tubuh, di mana mengingat susu masih jadi barang mahal, ada saja orang yang bisa teratur mengkonsumsi, tapi dalam jumlah yang kurang, misalnya minum susu yang encer. Lalu kenapa susu harus dikonsumsi sepanjang hayat? Pada bayi dan anak-anak susu berfungsi sebagai bahan baku pembangunan dasar tulang yang kokoh sehingga mencapai puncaknya pada usia sebelum pubertas (sekitar 10 tahun). Pada usia sampai dengan 30 tahun, formasi tulang masih berlangsung (remodeling). Proses pembentukan tulang lebih cepat dibandingkan perusakan tulang. Oleh sebab itu susu pada masa ini juga sangat dibutuhkan untuk membentuk kepadatan massa tulang, sehingga ketika di atas usia 30 tahun, massa tulang sudah mencapai kepadatan yang tertinggi dengan stabil. Massa tulang puncak inilah yang bisa dikatakan sebagai jaminan melindungi terhadap osteoporosis di kemudian hari. Pada usia di atas 30 tahun, di mana proses 21

19 perusakan lebih cepat dari pada pembentukan, susu tetap harus dikonsumsi. Walaupun berjalan dengan lambat kalsium masih berfungsi untuk pembentukkan massa tulang. Selain itu kalsium juga dibutuhkan untuk berbagai hal lain di dalam tubuh, dan bila tidak ada suplai kalsium, tubuh akan mengambilnya dari tulang. Hal ini akan memperparah tingkat kehilangan massa tulang alami. Jadi susu sebagai sumber kalsium yang tinggi adalah perawatan pertama yang dapa digunakan untuk mencegah osteoporosis, dan bagi penderita osteoporosis itu sendiri. 2.5 Rangkuman Hasil Quesioner Berikut ini adalah hasil angket yang disebarkan sebanyak 100 lembar kepada remaja usia % remaja tidak teratur mengkonsumsi susu, mulai dari dua kali seminggu sampai dengan sebulan sekali, bahkan 2% mengaku sudah tidak pernah minum susu sama sekali, dan hanya 34% yang masih menyatakan rutin minum susu dengan mayoritas minum susu sekali sehari. Dari 75% remaja yang tidak teratur minum susu mereka mengaku mulai tidak teratur minum susu pada usia 0-12 tahun sebanyak 24,66%, tahun sebanyak 42,47% dan sisanya 32,87% tidak ingat. Alasan mereka tidak teratur mengkonsumsi susu adalah tidak merasa penting untuk mengkonsumsi susu sebanyak 38,36%, kurang nge-trend dibandingkan minuman lain sebanyak 10,96%, tidak suka sebanyak 10,96%, takut gemuk sebanyak 9,22%, alergi 4,1% dan sisanya sebanyak 26,4 % tidak menjawab. 22

20 Sedangkan dari 34% yang menyatakan masih rutin mengkonsumsi susu alasan mereka adalah baik untuk kesehatan sebanyak 79,44%, disuruh oleh orang tua sebanyak 11,76%, karena suka rasanya sebanyak 8,8%. Dari keseluruhan responden sebanyak 80% menjawab mereka mengetahui bahwa susu bermanfaat bagi kesehatan tulang, dan sisanya 20% tidak menjawab. Dari responden yang menyatakan tidak mengkonsumsi susu secara teratur didapatkan data bahwa 73% menyatakan tahu mengenai osteoporosis, dan 13% menyatakan tidak tahu. Dari 73% yang menyatakan tahu mengenai osteoporosis, 76,7% berpendapat bahwa osteoporosis harus dicegah sedari dini salah satunya dengan cara minum susu, 12,33% menyatakan osteoporosis perlu diperhatikan ketika sudah tua nanti, 6,85% menyatakan tidak tahu cara mencegahnya, 4,12% tidak menjawab. 2.6 Permasalahan Umum 1. Kurangnya perhatian masyarakat terutama kaum muda mengenai bahaya osteoporosis yang akan mengancam mereka di usia tua kelak sehingga kurang kesadaran untuk mencegah osteoporosis semenjak dini. 2. Rendahnya tingkat konsumsi susu sebagai sumber kalsium utama untuk perawatan pertama dan salah satu pencegahan utama osteoporosis, terutama di kalangan kaum muda. 23

21 2.7 Kampanye Minum Susu untuk Mecegah Osteoporosis Sejak Dini Kampanye ini diadakan untuk mengajak para muda minum susu dan membudayakan kebiasaan minum susu, sehingga diharapkan tulang menjadi lebih kuat dan mencegah atau meminimalisir resiko osteoporosis ketika tua nanti. 2.8 Target Audience Kampanye minum susu untuk mencegah osteoporosis sejak dini ini ditujukan kepada remaja dan kaum muda sekitar usia tahun, yang berdomisili di kota besar, khususnya Jakarta, dengan golongan ekonomi A,B,C+. Mengapa kampanye ini ditujukan kepada kaum muda golongan A,B,C+? Kampanye ini ditujukan kepada kaum muda karena pencegahan osteoporosis harus dilakukan sedini mungkin, dan seharusnya kaum muda dari golongan A,B,C+ tidak memiliki kesulitan secara ekonomi untuk mengkonsumsi susu, tetapi pada realitasnya kaum muda golongan A,B,C+ pada umumnya tidak minum susu secara teratur. Hal ini disinyalir terjadi karena masih adanya persepsi bahwa susu hanya ditujukan untuk bayi, anak, dan orang lanjut usia, di samping adanya ketakutan kaum muda bahwa susu mengakibatkan kegemukan, dan kalah pamornya susu dibandingkan dengan berbagai jenis minuman lain yang sangat beraneka ragam dengan beraneka rasa. 24

22 2.9 Data Penyelenggara 1. PT Australian Indonesian Milk Industries (Indomilk) Jln. Jakarta Bogor Raya Km 26,6 Jakarta Sejarah Perusahaan ini didirikan pada tahun 1967 sebagai penanam modal asing pertama serta pelopor dalam pembuatan Susu Kental Manis secara modern di Indonesia. PT Indomilk memperoleh status PMDN di tahun 1986 setelah terjadinya alih teknologi dan permodalan. Berawal dengan 200 karyawan, kini bersama lebih dari 1000 orang, kapasitas produksi jauh meningkat, serta ragam produk berkembang lebih banyak dan lengkap. Selama lebih dari 30 tahun, Indomilk dikenal sebagai produsen susu bermutu international dan pelopor susu kental manis di Indonesia. Ragam produknya kini mencangkup Susu Kental Manis, Susu Pasteurisasi, Susu Cair, Susu Bubuk, Susu Steril, Yoghurt hingga Mentega. Pada tahun 1994 Indomilk adalah perusahaan susu pertama di Indonesia yang memperoleh rekomendasi untuk mencatumkan label 'HALAL' pada semua produknya setelah memenuhi persyaratan ketat yang diterapkan oleh Departemen Kesehatan dan Departemen Agama RI dalam hal bahan baku, formulasi, pengolahan, peralatan, ujicoba kontaminasi dan radiasi, kebersihan sarana kerja, control mutu dan kemasan serta penanganan limbah. 25

23 Pada tahun 2001 Indomilk mendapat sertifikat ISO 9002 dibidang industri pengolah susu dari lembaga Setifikat International SGS dan UKAS Quality Management dengan No Certificate :Q53616 Berkat reputasi dan kualitas standar internasional, sejak 1988 Susu Kental Manis Indomilk telah di ekspor ke berbagai negara, seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Bangladesh, Vietnam, Myanmar, Taiwan, Timur Tengah, Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Latin. Produk Produk-produk Indomilk antara lain: Indomilk Bio Kids UHT Indomilk Cap Enaak Omega 3 UHT Kids Indomilk Kremer Calci skim UHT Calci skim Tiga Sapi Fresh Milk Indomilk Nice Yogurt Drink Crima Sterilized Milk Indomilk Orchid Butter Salah satu produk terbaru dari Indomilk adalah Calci skim. Calci skim dapat ditemukan dalam bentuk susu bubuk dan susu cair. Setiap 100 gram Indomilk Calci skim mengandung: Kalsium 1600 mg Vitamin D3 350 I.U Vitamin C 40 mg Vitamin B1 0,75 mg Vitamin A1 500 I.I Makro nutrient seperti kabohidrat 53,2 gram 26

24 Protein 34,5 gram Lemak susu yang hanya 1 mg 2. PERWATUSI (Persatuan Warga Tulang Sehat Indonesia) Jalan BDNII no.77 Cilandak, Jakarta Selatan Telepon : nsupolo@yahoo.com Ketua : Ibu Soeharti Soesilo Hardjoprakoso Pengurus : 7 orang Sejarah 27

25 Osteoporosis baru dikenal sejak kira-kira 10 tahun yang lalu. Dengan meningkatnya usia hidup manusia Indonesia, osteoporosis yang merupakan salah satu penyakit degeneratif, jumlah penderitanya meningkat, namun kesadaran masyarakat akan bahaya osteoporosis masih sangat rendah. Atas dasar pemikiran tersebut, beberapa orang Ibu merasa terpanggil untuk membentuk Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia yang disingkat PERWATUSI, dengan visi dan misinya sebagai berikut: Visi: Sadar Dini Cegah Osteoporosis menuju Masyarakat Indonesia bertulang sehat dan kuat. Misi: 1. Menggalakkan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi dengan berbagai cara dan melalui berbagai kesempatan. 2. Merekrut tenaga relawan sebagai kader yang terdidik. Kegiatan PERWATUSI berkonsentrasi dalam bidang penyebaran dan pengubahan kesadaran masyarakat mengenai pencegahan osteoporosis sejak dini. Banyak event yang diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia mengenai bahaya osteoporosis dan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pencegahan osteoporosis sejak dini. Dalam penyelenggaraan kegiatan, Perwatusi biasa bekerja sama dengan PEROSI ( Persatuan Osteoporosis Indonesia), dan sponsor-sponsor lain. Beberapa kegiatan nyata PERWATUSI antara lain: 28

26 - PERWATUSI bekerja sama dengan Perosi mengembangkan dokumen informatif mengenai tiga tahun program untuk mencari sponsor dalam rangka berperang melawan osteoporosis di Indonesia. - Mengadakan PERWATUSI s Outreach Education pada tahun 2005 yang terdiri dari tiga sesi training, untuk memberikan edukasi pengajar mengenai osteoporosis. - Menyelenggarakan berbagai event informatif seperti seminar setiap bulan Osteoporosis, di bulan September Faktor Pendukung dan Penghambat Faktor Pendukung 1. Susu terbukti sebagai konsumsi yang mengandung kalsium tinggi dan berbagai gizi lain yang bagus untuk pencegahan dan penanganan awal osteoporosis dan berbagai penyakit lainnya. 2. Susu dibuktikan berbagai penelitian tidak mengakibatkan kegemukan, di samping sudah tersedianya berbagai produk susu low fat Faktor Penghambat 1. Kaum muda tidak suka minum susu. 2. Kaum muda sangat mengikuti trend pergaulan, sayangnya minum susu bukan sesuatu yang disebut gaul oleh mereka, jika dibandingkan dengan berbagai jenis minuman lain. 29

27 3. Sulitnya mengubah persepsi yang sudah lama tertanam bahwa peminum susu hanya bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia. 4. Kaum muda pada umumnya melakukan tindakan tanpa memikirkan hal-hal yang jauh ke depan seperti kesehatan masa tua nanti, sehingga sulit meyakinkan mereka minum susu demi pencegahan osteoporosis yang mungkin mereka alami di usia tua. 30

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang

Lebih terperinci

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT Tulang yang kuat benar-benar tidak terpisahkan dalam keberhasilan Anda sebagai seorang atlet. Struktur kerangka Anda memberikan kekuatan dan kekakuan yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai kemajuan dalam segala aspek kehidupan manusia saat ini telah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi maupun dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani siklus hidupnya membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi bagi tubuh meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan

Lebih terperinci

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium softgel mampu mencegah terjadinya Osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembentukan tulang didalam tubuh disebut Osteogenesis. Pembentukan tulang terdiri dari penyerapan dan pembentukan yang terjadi secara terus menerus atau selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis sering menyerang mereka yang telah berusia lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada tulang, penyakit ini ditandai dengan penurunan kepadatan tulang dan peningkatan risiko terjadinya patah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daur hidup manusia akan melewati fase usia lanjut (proses penuaan). Proses penuaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari, dimana mulai terjadi perubahan fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini menghadapi berbagai permasalahan yang mendesak/akut, yang memerlukan penanggulangan dengan seksama

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Konsumsi pangan merupakan faktor penentu yang penting dalam menentukan status kepadatan tulang khususnya pada saat pertumbuhan seperti pada masa remaja.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima. Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni kumpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Isni Utami I., FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Isni Utami I., FKM UI, 2009 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi yang cukup memiliki peran yang penting selama usia sekolah untuk menjamin bahwa anak-anak mendapatkan pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang maksimal.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Responden. Berdasarkan karakteristik responden pada Tabel 1, kelompok usia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Responden. Berdasarkan karakteristik responden pada Tabel 1, kelompok usia HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik profil responden pada penelitian ini dapat diketahui dari distribusi responden berdasarkan umur, jenis kelamin, jenjang studi, tempat tinggal,

Lebih terperinci

MEDIA INFORMASI TENTANG MANFAAT SUSU SAPI

MEDIA INFORMASI TENTANG MANFAAT SUSU SAPI BAB II MEDIA INFORMASI TENTANG MANFAAT SUSU SAPI 2.1 Definisi Susu Susu adalah cairan bergizi yang dihasilkan oleh mamalia. Yang termasuk mamalia diantaranya adalah sapi, kambing, kuda, kerbau dan lain-lain.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA 1 Yasinta Ema Soke, 2 Mohamad Judha, 3 Tia Amestiasih INTISARI Latar Belakang:

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA HIDUP TERHADAP KEJADIAN BUNGKUK OSTEOPOROSIS TULANG BELAKANG WANITA USIA LANJUT DI KOTA BANDAR LAMPUNG Merah Bangsawan * Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban manusia telah melewati berbagai macam waktu, hal ini diikuti dengan segala macam perkembangannya. Seiring dengan berkembangnya waktu, manusia melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

Apa itu Kalsium (Ca)?

Apa itu Kalsium (Ca)? 19 Sumber Makanan yang Mengandung Kalsium Tinggi Selain Susu - Selama ini kita mengenal bahwa susu adalah sumber kalsium tertinggi. Tapi tahukah anda, masih banyak makanan lainnya yang mengandung kalsium

Lebih terperinci

OSTEOPOROSIS DEFINISI

OSTEOPOROSIS DEFINISI OSTEOPOROSIS DEFINISI Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman anggota kacang-kacangan yang memiliki kandungan protein nabati yang paling tinggi jika dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik kasus menopause..., Herdiana Christanty Sihombing, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik kasus menopause..., Herdiana Christanty Sihombing, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis merupakan masalah kesehatan dunia (global issue). Hal ini dikarenakan, meskipun prevalensi osteoporosis tertinggi diderita oleh wanita usia lanjut, namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI

MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mendapatkan gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa anak-anak menjadi masa kritis untuk membangun masa tulang. Tulang yang kuat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Kurangnya asupan kalsium pada anak-anak

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Berdasarkan hasil analisis pada akar permasalahan di Bab II, dapat disimpulkan bahwa permasalahan bagi PT Ultrajaya pada saat ini adalah minimnya pengetahuan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN 135 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tinggi badan lansia dapat diprediksi dari tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk. Panjang depa memberikan nilai korelasi tertinggi pada lansia lakilaki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja mengalami peningkatan kebutuhan gizi karena pertumbuhan yang sangat cepat. Tetapi masukan zat gizi mereka sering tidak sesuai dengan kebiasaan makan karena kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu 1. Pengertian ASI ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garamgaram organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi dan bertambahnya tingkat pendapatan mayarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu sapi merupakan bahan pangan yang dapat dikatakan memiliki kandungan gizi yang hampir sempurna kelengkapan gizinya. Selain air, susu sapi yang mengandung protein,

Lebih terperinci

Bab IV Memahami Tubuh Kita

Bab IV Memahami Tubuh Kita Bab IV Memahami Tubuh Kita Pubertas Usia reproduktif Menopause Setiap perempuan pasti berubah dari anak-anak menjadi dewasa dan perubahan dari dewasa menjadi dewasa yang lebih tua Sistem Reproduksi Perempuan

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prioritas sasaran program gizi adalah pada kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja. (Sediaoetomo,1999). Kelompok remaja

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Gambaran Kesehatan Reproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial antara lain meningkatnya angka rata-rata usia harapan hidup penduduk

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalsium merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu kalsium disebut sebagai makro mineral. Kalsium juga merupakan

Lebih terperinci

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI PERSYARATAN UNTUK MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS ILMU TERAPAN FISIOTERAPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu. Di negara Swiss terdapat lukisan pada tahun 1850 yang memperlihatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. lalu. Di negara Swiss terdapat lukisan pada tahun 1850 yang memperlihatkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Susu sebagai minuman kaya protein telah ditemukan sejak ribuan tahun yang lalu. Di negara Swiss terdapat lukisan pada tahun 1850 yang memperlihatkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan di bahas yang pertama mengenai ASI Eksklusif, air susu ibu yang meliputi pengertian ASI, komposisi asi dan manfaat asi. Kedua mengenai persepsi yang meliputi

Lebih terperinci

Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol

Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol Lecithin softgel mengandung 60% atau sekitar 720mg natural sari kedelai konsentrat yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Manusia telah makan kedelai sejak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk lanjut usia pria lebih rendah dibanding wanita. Terlihat dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi dan proyeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3.

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. Ikan baik untuk tambahan diet karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia berkembang pesat. Muncul berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan tersebut

Lebih terperinci

Tulang dan sendi merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak,

Tulang dan sendi merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak, WIJUMA CL Tulang dan sendi merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak, Tempat melekatnya otot-otot sehingga memungkinkan jalannya pembuluh darah, Tempat sumsum tulang dan syaraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis LEMBARAN KUESIONER Judul Penelitian : Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis pada wanita premenopause di Komplek Pondok Bahar RW 06 Karang Tengah Tangerang

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.

PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM. 1 PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS Susilowati, SKM, MKM. 2 Masih ingat pebasket internasional Earvin Johnson? Pemain NBA tersohor itu membuat berita mengejutkan dalam karier bermain basketnya. Bukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar mengingat banyaknya kasus gizi buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di Indonesia. Asupan zat gizi yang mempunyai peran penting dalam masalah pangan dan gizi adalah kalsium.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tulang yang sehat adalah tulang yang kuat dan tidak mudah patah. Kekuatan tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus terjadi seiring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id Manfaat utama : Sumber energi untuk seluruh aktivitas dan metabolisme tubuh. (Lihat Tabel I : Sumber Makanan) Akibat bagi kesehatan Kelebihan :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup pada masa dewasa awal sebagai masa transisi dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu perhatian khusus adalah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan. Produk dapat dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan. Produk dapat dibedakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yang (2008), produk merupakan apapun yang dapat ditawarkan ke pasar yang dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan. Produk dapat dibedakan menjadi dua tipe,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah salah satu faktor kehidupan yang sangat penting untuk diperhatikan. Menurut data Puslitbang Gizi dan Makanan Depkes RI pada 2002, konsumsi kalsium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kopi 1. Pengertian kopi Kopi merupakan salah satu minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman psikostimulant

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis merupakan masalah kesehatan nomor dua di dunia seperti yang dinyatakan oleh WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis merupakan masalah kesehatan nomor dua di dunia seperti yang dinyatakan oleh WHO (World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis merupakan masalah kesehatan nomor dua di dunia seperti yang dinyatakan oleh WHO (World Health Organization) (Salma, 2013: 9). Osteoporosis berasal dari

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi dan ketidakteraturan dalam pola makan misalnya makan terlalu banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini menghadapi berbagai permasalahan yang mendesak/akut, yang memerlukan penanggulangan dengan seksama

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) Pokok Pembahasan : Masalah Kesehatan penyakit tidak menular (PTM) Sasaran : komunitas dewasa pekerja di RT 3 dan 5 Jam : 16.00 WIB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN 85 LAMPIRAN 1 LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN Penelitian yang berjudul : Penilaian Asupan Kalsium Berdasarakan Jenis Kelamin, Tingkat Pengetahuan, Aktivitas Olahraga, dan Tingkat Pendidikan Orang Tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perimenopause adalah suatu fase dalam proses menua (aging) yaitu ketika seorang wanita mengalami peralihan dari masa reproduktif ke masa nonreproduktif. Pada fase ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. Osteoporosis merupakan penyakit ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu jenis organisme laut yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Berdasarkan data DKP (2005), ekspor rajungan beku sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu

Lebih terperinci