JURNAL PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DI SUMATERA BARAT PADA PT. SARANA SUMATERA BARAT VENTURA PADANG
|
|
- Teguh Suhendra Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JURNAL PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DI SUMATERA BARAT PADA PT. SARANA SUMATERA BARAT VENTURA PADANG Diajukan Oleh : Nama : MERI NOVITA NPM : PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG,
2 PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MODAL VENTURA PADA PT. SARANA SUMATERA BARAT VENTURA PADANG (Meri Novita, , Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Tamansiswa Padang, 2015, 88 halaman) ABSTRAK Modal ventura merupakan investasi aktif ke dalam suatu perusahaan, karena keberadaan modal sangat membantu perusahaan, baik dalam rangka memberikan bantuan permodalan maupun bimbingan manajemen agar perusahaan yang dibina dapat berkembang dengan baik. Modal Ventura di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1992 tentang Sektor-sektor Usaha Perusahaan Modal Ventura dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 Tentang Ketentuan dan tata cara pelaksanaan lembaga Pembiayaan, yang telah di ubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 448/KMK.017/2000 Tentang Perusahaan Pembiayaan. Dalam perakteknya, perusahaan pembiayaan memberikan pinjaman kepada siapa saja, namun untuk adanya kepastian hukum bagi para pihak, mereka mengadakan ikatan dalam bentuk perjanjian pembiayaan. Adanya perjanjian tersebut, jelas menjadi tanggungjawab, hak dan kewajiban para pihak. Pihak peminjam atau debitur berkewajiban menyerahkan kembali atau membayar pinjamannya berikut bunga yang telah ditentukan, sebaliknya penerima kredit berkewajiban menyerahkan pinjaman disamping dia berhak untuk menerima kembali uang yang telah dipinjamkannya. Hal ini menarik dilakukan penelitian dengan rumusan masalah tentang bagaimana pelaksanaan perjanjian pembiayaan modal ventura dan kendala yang terjadi serta cara mengatasi kendala. Untuk itu pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis empiris, yakni melihat bagaimana pelaksanaan pembiayaan modal ventura pada PT. Sarana Sumatera Barat Ventura. Data yang digunakan dalam hal ini adalah data sekunder dan data primer. Dalam Pembiayaan Modal Ventura antara PT. Sarana Sumatera Barat Ventura dengan perusahaaan pasangan usahanya, tidak saja berkaitan dengan pemberian bantuan dan pinjaman modal usaha tetapi juga bantuan manajemen dan pengelolaan usaha yang baik, sehingga pasangan usaha dimana usahanya diharapkan terus berkembang dan memperoleh keuntungan yang diharapkan. Sementara itu kendala yang ditemui dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan yakni masih lemahnya manajemen usaha sehingga mempengaruhi perkembangan usaha itu sendiri, disamping pengaruh hal lainnya, yakni persaiangan yang semakin kompetitif. Selanjutnya, dalam pemberian pinjaman kepada pasangan usaha juga menjadi faktor kendala lain, yakni mengenai besarnya jumlah pinjaman yang masih relatif rendah, karena faktor modal yang ditentukan untuk disalurkan, demikian juga pengaruh sektor perbankan yang dapat memberikan pinjaman modal yang lebih besar, namun persyaratan peminjaman juga sangat ketat, sehingga pasangan usaha dalam hal ini sebagian mengajukan permohonan bantuan kepada perusahaan modal ventura dengan jumlah yang terbatas. Dari kutipan di atas di sarankan adanya kerjasama yang baik antara perusahaan pasangan usaha dengan perusahaan modal ventura dalam melaksanakan hak dan kewajiban sehingga dalam pelaksanaan pembiayaan dengan pola bagi hasil dapat berjalan dengan lancar. i
3 A. Latar Belakang Masalah Badan usaha memerlukan modal atau barang modal tambahan untuk lebih mengembangkan kegiatan bisnisnya. Penambahan modal dalam suatu kegiatan bisnis umumnya dapat dilakukan melalui pinjaman dilembaga perbankan melalui fasilitas kredit. Namun, fasilitas kredit dari perbankan sangat terbatas dan tidak semua pelaku usaha punya akses untuk mendapatkan bantuan pendanaan dari bank. Selain itu lembaga perbankan ini juga memerlukan persyaratan administrasi yang kadang kala tidak bisa dipenuhi oleh pelaku usaha yang bersangkutan, maka perlu suatu upaya lain. Upaya lain tersebut dapat dilakukan melalui suatu jenis badan usaha yaitu melalui Lembaga Pembiayaan. Istilah lembaga pembiayaan mungkin belum sepopuler dengan istilah lembaga keuangan dan lembaga perbankan. Belum akrabnya dengan istilah ini bisa jadi karena dilihat dari eksistensinya lembaga pembiayaan memang relatif masih baru jika dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional, seperti perbankan. Bentuk badan usaha dibidang keuangan bukan bank yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembiayaan. Kegiatan lembaga pembiayaan ini dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Berarti kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting sebagai salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang pertumbuhan perekonomian nasional. 1 Lembaga pembiayaan tersebut diantaranya adalah modal ventura sebagai sumber pembiayaan alternatif karena diluar lembaga pembiayaan ini sebenarnya masih banyak lembaga keuangan lain yang dapat memberi bantuan dana. Namun dalam kenyataannya tidak semua pelaku usaha dapat dengan mudah mengakses dana dari setiap jenis sumber dana tersebut. Kesulitan memperoleh dana tersebut disebabkan oleh masing-masing lembaga keuangan ini menerapkan ketentuan yang tidak dengan mudah dapat dipenuhi oleh pihak yang membutuhkan dana. Disamping berperan sebagai sumber dana alternatif, modal ventura sebagai lembaga pembiayaan juga mempunyai peranan penting dalam hal pembangunan, yaitu menampung dan menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan. Lembaga pembiayaan dapat memberikan kontribusinya dalam bentuk bantuan dana guna menumbuhkan dan mewujudkan aspirasi dan minat masyarakat tersebut. Dalam hal ini lembaga pembiayaan bertindak sebagai faktor permodalan. Apapun kegiatan usaha yang dilakukan memegang prinsip mengharapkan adanya keuntungan yang sebesar-besarnya, hal tersebut memungkinkan akan terjadinya perbuatan yang tidak sesuai dengan prinsipprinsip ekonomi bahkan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau ketentuan hukum yang berlaku. Hlm Sri Redjeki Hartono, 2007, Hukum Ekonomi Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang, 1
4 Hal di atas berarti, bahwa keberadaan hukum diharapkan mampu menjaga dan melindungi kepentingan ekonomi atau kegiatan usaha masyarakat, demikian juga tidak merugikan para pelaku usaha lainnya, seperti halnya pembiayaan yang dilakukan dengan cara penyertaan modal ventura oleh PT. Sarana Sumatera Barat Ventura di Padang sebagai pasangan mitra usaha untuk mendapat bantuan atau pinjaman modal tersebut. Sri Redjeki, mengemukakan, bahwa modal ventura dapat diartikan sebagai usaha penyertaan saham dalam jangka waktu tertentu pada suatu proyek (perusahaan) yang dinilai mempunyai proyek cerah tanpa memerlukan jaminan/agunan (collateral). Di samping itu pemilik saham ikut serta dalam pengelolaan perusahaan yang dibiayainya. 2 Keberadaan perusahaan modal ventura sangat membantu perusahaan menengah dan kecil dalam rangka memberikan bantuan permodalan dan bimbingan manajemen agar perusahaan yang dapat pembinaan sehingga berkembang lebih baik. Dalam perakteknya, perusahaan pembiayaan dapat bertindak sebagai suatu jenis usaha dan sekaligus melakukan pembelian sesuatu produk. Memberikan kredit atau pinjaman kepada siapa saja, namun untuk adanya kepastian hukum bagi para pihak, mereka mengadakan ikatan dalam bentuk pengikatan perjanjian yang berlanjut pada perjanjian penjaminan. Adanya perjanjian tersebut, akan semakin jelas apa saja yang menjadi tanggungjawab para pihak. Pihak peminjam berkewajiban menyerahkan kembali atau membayar pinjamannya berikut bunga yang telah ditentukan, sebaliknya penerima pinjaman berkewajiban menyerahkan pinjaman disamping dia berhak untuk menerima kembali uang yang telah dipinjamkannya. Artinya, perjanjian antara para pihak bersifat timbal balik dengan hak dan kewajiban kreditur yang diharapkan seimbang. Gunawan Widjaya, menegaskan, bahwa selama perjanjian antara para pihak tidak menghadapi masalah, di mana kedua pihak melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan apa yang diperjanjikan, maka persoalan tidak akan muncul, seperti wanprestasi. Biasanya persoalan baru muncul jika debitur lalai mengembalikan uang pinjaman pada saat yang telah diperjanjikan. 3 Suatu utang piutang diberikan karena adanya integritas atau kemampuan debitur dan kepribadian yang menimbulkan rasa kepercayaan dalam diri kreditur, bahwa debitur akan memenuhi kewajibannya. Menurut Muhamad Djumhana, bahwa suatu ketika keadaan keuangan seseorang baik, belum menjadi jaminan bahwa nanti pada saat jatuh tempo untuk mengembalikan pinjaman, keadaan keuangannya masih tetap sebaik seperti keadaan semula. 4 Perusahaan pembiayaan akan mendapatkan keuntungan yang hendak dicapai dalam perjanjian pembiayaan sebagai wujud adanya kepastian hukum terhadap perjanjian yang telah diadakan atau disetujui para pihak. Dalam arti pengakuan perusahaan pembiayaan tentang penguasaan objek oleh debitur yang kepemilikannnya tetap di pegang oleh perusahaan pembiayaan, sehingga 2 Ibid. 3 Gunawan Widjaja, 2005, Jaminan Fidusia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hlm.5. 4 Muhamad Djumhana, 1996, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bhakti, Bandung, Hlm
5 melahirkan hak secara hukum bagi perusahaan untuk melakukan tindakan seperti eksekusi atas benda jaminan jika debitur melakukan wanprestasi, sebagaimana dilakukan penelitian pada perusahaan pembiayaan modal Sarana Sumatera Barat Ventura. B. Perumusan Masalah Melihat uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitiannya adalah : 1. Bagaimana pelaksanaan Pembiayaan Modal Ventura pada PT Sarana Sumatera Barat Ventura di Padang.? 2. Apakah kendala yang terjadi dalam pelaksanaan pembiayaan modal ventura pada PT. Sarana Sumatera Barat Ventura di Padang dan bagaimana solusinya. 3. C. Pembahasan 1. Pelaksanaan Pembiayaan Modal Ventura pada PT Sarana Sumatera Barat Ventura Pembiayaan yang diadakan dengan maksud bahwa para pelaku bisnis bisa mendapatkan dana atau modal yang dibutuhkan. Keberadaan lembaga pembiayaan ini sangat penting, karena fungsinya hampir mirip sama dengan bank. Dalam prakteknya sekarang ini lembaga pembiayaan banyak dimanfaatkan oleh pelaku bisnis ketika membutuhkan dana atau barang modal untuk kepentingan perusahaan. Sejalan dengan itu pemerintah sejak tahun 1988 pemerintah telah menempuh berbagai kebijakan untuk lebih memperkuat sistem lembaga keuangan nasional melalui pengembangan dan perluasan berbagai jenis lembaga keuangan, diantaranya lembaga pembiayaan, dengan tujuan memperluas penyediaan pembiayaan alternatif bagi dunia bisnis/usaha sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan dana untuk menunjang kegiatan usaha. Modal ventura sebagai suatu dana usaha dalam bentuk saham atau pinjaman yang biasa yang dialihkan menjadi saham. Sumber dana tersebut adalah perusahaan modal ventura yang mengharapkan keuntungan dari investasinya tersebut. Selanjutnya Keppres Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan dalam Pasal 1 ayat (11) menyebutkan bahwa lembaga modal ventura adalah Usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal. Sejalan dengan itu, menurut Keputusan Menteri Nomor 1251/KMK.013/1988, dalam Pasal 1 huruf (h), yang menentukan bahwa yang dimaksud dengan Perusahaan Modal Ventura adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal kedalamsuatu perusahaan pasangan usaha untuk jangka waktu tertentu. Bantuan keuangan yang diberikan bersifat sebagai penyertaan modal saham (equity share) yang ditambah dengan pinjaman jangka menengah dan panjang. Di samping itu diberikan juga bantuan manajemen secara lansgung maupun yang bersifat konsultasi. Dengan pola penyertaan saham dalam usaha kecil perusahaan modal ventura telah berperan secara nyata dalam memperkuat struktur permodalan perusahaan pasangan usaha. 3
6 Realisasi pembiayaan modal ventura harus selalu didahului dengan suatu perjanjian antara Perusahaan Modal Ventura dengan Perusahaan Pasangan Usaha. Perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil merupakan suatu perjanjian dalam hal mana pihak yang satu (pihak pertama) berkewajiban menyerahkan sejumlah uang dan atau barang tertentu kepada dan untuk dipergunakan oleh pihak yang lain (pihak kedua) sebagai modal atau tambahan modal usaha, dengan kewajiban bagi pihak lainnya, pada waktunya membayar kembali dan memberi imbalan pada pihak pertama menurut bentuk, cara, jumlah, jangka waktu serta syarat yang telah disepakati. Dalam perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil terdapat pihakpihak yang terlibat dalam proses pembiayaan modal ventura, yaitu : 1. Perusahaan Modal Ventura Perusahaan Modal Ventura merupakan salah satu pihak dalam suatu perjanjian, yakni pihak yang memberikan dana kepada pihak lainnya, yaitu pihak Perusahaan Pasangan Usaha. Yang dapat menjalankan Perusahaan Modal Ventura adalah hanya perusahaan pembiayaan. 2. Perusahaan Pasangan Usaha Perusahaan Pasangan Usaha haruslah berbentuk perusahaan. Dengan demikian, pihak perorangan tidak mungkin mendapatkan bantuan modal melalui bisnis modal ventura. Perusahaan Pasangan Usaha yang memperoleh bantuan dana lewat modal ventura, harus memenuhi : a) Mempunyai pangsa pasar dan prospektif b) Pemilik menguasai bidang usahanya c) Bidang usahanya mempunyai kekhususan, sehingga tidak mudah dimasuki oleh pendatang baru. Dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan modal ventura antara Perusahaan Modal Ventura dengan Perusahaan Pasangan Usaha harus melalui mekanisme operasional modal ventura, yakni : 1) Proses Seleksi Awal Tahap ini merupakan proses pendahuluan dari pencairan dana modal ventura, yaitu untuk mengetahui layak tidaknya calon Perusahaan Pasangan Usaha untuk didanai. Pada tahap ini, yang diteliti antara lain : hal-hal mengenai bentuk badan usaha, bidang bisnis, skala usaha, kepemilikan. 2) Proses Penjajakan Proses ini merupakan kegiatan evaluasi pendahuluan, yang meliputi kegiatan diskusi mengenai aspek-aspek, seperti permasalahan yang sudah dan atau akan ada, kewajiban usulan proyek, kebutuhan dana yang riil, prospek bisnis. 3) Proses Evaluasi Ini merupakan proses penilaian lebih lanjut dan rinci untuk memastikan apakah pendanaan lewat modal ventura itu pantas diberikan atau tidak, dan apakah prospek pemberian dana tersebut nantinya baik atau tidak. Aspek yang akan dievaluasi dalam proses ini, antara lain : aspek hukum, aspek teknis, aspek pemasaran, aspek keuangan serta aspek manajemen. 4
7 4) Proses Konfirmasi Dalam proses ini, sudah ada keputusan pendahuluan tentang diterima atau tidaknya proposal calon Perusahaan Pasangan Usaha yang bersangkutan. 5) Proses Persiapan Kerjasama Proses ini, meliputi kegiatan-kegiatan penentuan besarnya modal yang akan diberikan, pembuataan serta penandatanganan perjanjian pembiayaan modal ventura, verivikasi atas dokumen legal lainnya, dan penyusunan rencana implementasi. 6) Proses Pendirian Badan Hukum Apabila, perusahaan yang merupakan pasangan usaha belum terbentuk, maka terlebih dahulu dibentuk perusahaan yang berbentuk badan hukum, biasanya dalam bentuk Perseroan Terbatas. 7) Proses Implementasi Dalam tahap ini, rencana yang telah disepakati bersama direalisasi, yang dapat mencakup kegiatan-kegiatan, antara lain : pencairan dana, implementasi sistem keuangan, pembangunan fisik, evaluasi pelaksanaan pembangunan fisik. 8) Proses Komersial Terhadap proses yang telah ditempuh sebelumnya, dilakukan komersialisasi, yang jika investasinya berhasil akan dilakukan : - evaluasi perkembangan usaha dan pelaksanaan kerja, berdasarkan laporan keuangan - supervisi - penyusunan dan evaluasi rencana kerja - penanganan khusus (di luar rencana kerja) - Rapat Umum Pemegang Saham Dalam pada itu, jika investasinya tidak berhasil, maka terhadap komersialisasi ini hanya dapat dilakukan : - usaha melakukan tindakan pengamanan, dengan cara mengundang pihak ketiga lainnya untuk dapat berpartisipasi ke dalam Perusahaan Pasangan Usaha yang bersangkutan - pembubaran kerjasama 9) Proses Divestasi Proses divestasi ini wajib dilakukan oleh Perusahaan Modal Ventura, karena bukanlah tujuan pendanaan lewat modal ventura ini untuk tetap permanen di dalam Perusahaan pasangan Usahanya. Pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil modal ventura didasarkan dari isi perjanjian, namun semua hal tersebut diawali dengan adanya kata sepakat, sebagaimana bunyi ketentuan awal perjanjian yang menegaskan; para pihak PT. SSBV dan Perusahaan pasangan usaha, sama-sama sepakat untuk mengadakan perjanjian dengan pola bagi hasil dengan syarat-sayarat dan ketentuan sebagai berikut. 5 5 Wawancara dengan, Rivi Zulya, SH. Kabag. Legal, PT. SSBV Padang, pada hari Senin tanggal 8 Juni
8 Suatu perjanjian harus mempunyai objek yang jelas, seperti pembiayaan yang akan dilakukan dengan pola bagi hasil dan kewajiban yang harus dilakukan, seperti melakukan pembayaran atau pengembalian hasil yang diharapkan oleh perusahaan sarana ventura serta kewajiban-kewajiban lainnya yang telah ditentukan, diantaranya cara pengembalian dan denda jika terjadi ketrlambatan yang dilakukan oleh pasangan usaha. Artinya, bahwa perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil, jelas tentang apa yang dibiayai dan kewajiban pengembalian berupa jasa yang diharapkan oleh perusahaan ventura. Hal ini sesuai dengan penegasan Pasal 1 perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil yang menegaskan; Perjanjian pembiayaan ini dilaksanakan diantara kedua belah pihak dalam bentuk pembiayaan dengan pola bagi hasil, dalam mana Sarana Ventura setuju menyediakan sejumlah fasilitas pembiayaan dan perusahaan pasangan usaha setuju menerima sejumlah fasilitas pembiayaan tertentu dari sarana yang untuk nantinya manakala seluruh persyaratan yang termuat dalam perjanjian pembiayaan ini telah dipenuhi oleh perusahaan pasangan usaha, selanjutnya sarana menyerahkan fasilitas pembiayaan tersebut kepada dan untuk digunakan oleh perusahaan pasangan usaha guna pengembangan usahanya. Dalam Pasal 4 menegaskan juga, bahwa Atas penyediaan dan penyerahan jumlah fasilitas pembiayaan tersebut, perusahaan pasangan usaha berkewajiban untuk membayar kepada sarana imbalan jasa bagi hasil. Menurut Abdulkadir Muhammad, bahwa syarat bahwa barang atau atau pekerjaan atau kewajiban yang menjadi objek perjanjian harus tertentu atau dapat ditentukan, dimaksudkan agar dapat ditetapkan hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian. Demikian juga halnya dengan isi perjanjian yang tidak boleh bertenatngan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum sebagaimana ditegaskan dalam Paqsal 1337 KUHPerdata. Hal di atas dapat diartikan, meskipun kebebasan untuk berkontrak atau melakukan perjanjian diberikan kepada setiap subjek hukum, baik dengan akta otentik maupun akta dibawah tangan ataupun adanya kebebasan menentukan luasnya pekerjaan dalam perjanjian, namun ada batasan, aturan dan norma-norma tertentu yang harus diikuti. Pelarangan yang ditentukan dalam undang-undang merupakan salah satu dari sekian banyak contoh yang dapat dikemukakan. Larangan yang diberikan undang-undang merupakan larangan atas objek perjanjian, sehingga setiap perjanjian yang dilakukan oleh subjek hukum pelaku usaha yang memuat ketentuan-ketentuan yang dilarang adalah batal demi hukum dan tidak memiliki kekuatan mengikat sama sekali bagi para pihak yang berjanji. 6 Pihak-pihak yang telah menyetujui lahirnya perjanjian tersebut harus melaksanakan apa yang telah mereka sepakati, wujud adanya kesepakatan antara para pihak dalam bentuk perjanjian yang dilaksanakan secara tertulis maupun tidak tertulis adalah bahwa para pihak sepakat tentang apa yang telah ditentukan oleh para pihak tersebut. Para pihak akan mematuhi semua 6 Gunawan Widjaya, Op.Cit, Hlm
9 hal yang ada dalam ketentuan-ketentuan yang telah mereka sepakati atau tanda tangani tersebut, karena mengingkari atau tidak melaksanakannya, berarti para pihak dapat dikatakan telah melakukan wanprestasi. Pada dasarnya perjanjian lahir jika para pihak telah sama-sama sepakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan telah dipenuhinya semua persyaratan yang berkaitan dengan perjanjian, seperti persyaratan bagi pasangan usaha sebagaimana dikemukakan pada uraian di atas. Kata sepakat tersebut ditegaskan dalam Pasal 1320 ayat (1) yang mengatur tentang kata sepakat dalam mengadakan perjanjian. Demikian juga ketentuan Pasal 1338 ayat (1) menentukan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sabagi undang-undang bagi para pihak. Hal ini dikenal dengan asas facta sunt servanda. Artinya perjanjian yang telah disepakati tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan yang diperjanjikan. Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil dan Pasal 4 sebagaimana telah dikemukakan pada uraian di atas. Dalam pada itu, isi perjanjian juga tidak lepas dari bagian unsur perjanjian yakni unsur atau bagian yang esensil atau yang harus ada dari suatu perjanjian yang diadakan, tanpa unsur esensil tersebut, maka perjanjian batal demi hukum, artinya perjanjian tidak akan lahir tanpa adanya unsur tersebut pada waktu akan melahirnya perjanjian. Dalam perjanjian, unsur essensialia mewakili ketentuan-ketentuan berupa prestasiprestasi yang wajib dilakukan oleh salah satu atau lebih pihak, yang mencerminkan sifat dari perjanjian tersebut, yang membedakannya secara prinsip dari jenis perjanjian lainnya. Unsur esensialia merupakan unsur perjanjian yang salalu harus ada di dalam suatu perjanjian, unsur mutlak, dimana tanpa adanya unsur tersebut perjanjian tidak mungkin ada. 7 Unsur esensil tersebut dalam perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil adalah penyediaan pembiayaan berupa yang merupakan fasilitas yang disediakan perusahaan sarana sebaliknya kewajiban pengembalian oleh pasanagan usaha sebagaimana telah ditegaskan dalam Pasal 1 dan pasal 4 ketentuan perjanjian pembiayaan tersebut. Secara rinci, unsur esensil tersebut sebagaimana dikemukakan sebagai berikut : 8 a. Jumlah pembiayaan b. Cara penarikan atau pencarian c. Jadwal penggunaan bantuan d. Jangka waktu bantuan dana e. Bentuk balas jasa finansial f. Cara, jumlah, waktu pembayaran balas jasa finansial g. Cara penarikan kembali investasi (divestasi) h. Syarat divestasi yang dipercepat i. Perubahan atau perpindahan kepemilikan 7 J. Satrio, 1999, Hukum Perikatan, Perikatan yang lahir Dari Perjanjian, Buku II, Citra Aditya Bakti, Bandung, Hlm Wawancara dengan Rivi Zulya, SH. Kabag. Legal, PT. SSBV Padang, pada hari Senin tanggal 8 Juni
10 Perusahaan modal ventura menyediakan beberapa nilai tambah dalam bentuk masukan manajemen dan memberikan kontribusinya terhadap keseluruhan strategi perusahaan yang bersangkutan. Risiko yang relatif tinggi ini akan dikompensasikan dengan kemungkinan hasil yang tinggi pula, yang biasanya didapatkan melalui keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan penanaman modal. Pembiayaan modal ventura merupakan pembiayaan yang berisiko tinggi, tetapi juga merupakan pembiayaan yang memiliki potensi keuntungan yang tinggi pula yang biasanya didapatkan melalui keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan penanaman modal yang bersifat jangka menengah atau jangka panjang, yang dimungkinkan terjadinya perselisihan, seperti keterlambatan mengembalikan modal dan bagi hasil yang tidak terealisasikan sesuai dengan perjanjian yang telah diadakan. Untuk melakukan antisifasi terhadap perselisihan yang dimungkinkan terjadi pada masa pelaksanaan pembiayaan yang dilakukan, pihak PT. SSBV, dari hasil wawancara dengan bapak Iman Prasetio, diperoleh penjelasan, bahwa ada beberapa langkah yang dilakukan sebelum pembiayaan tersebut disetujui, antara lain : 9 a) Presentasi atau Temu Kemitraan b) Dialog antara PT. SSBV dengan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat c) Memberikan Pelatihan dan Pembinaan. Dalam pada itu, hak dan kewajiban para pihak sesuai dengan kesepakatan yang terdapat dalam perjanjian yang telah ditanda tangani, dimana hak Perusahaan Ventura dan Pasangan usaha antara lain : 1) Hak Perusahaan Ventura a) Menerima kembali pembayaran atau pengembalian jasa usaha melalui sistem bagi hasil b) Menerima penghasilan lainnya seperti denda jika terjadi keterlambatan pembayaran atau pengembalian c) Berhak menarik fasilitas jika pasangan usaha tidak melaksanakan apa yang telah disepakati sehingga merugikan perusahaan ventura d) Berhak atas informasi dan laporan kemajuan perusahaan pasangan usaha dan laporan pembukuan. e) Berhak mengakhiri perjanjian jika pasangan usaha melakukan wanprestasi dan melakukan upaya hukum yang telah ditentukan dalam perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil 2) Hak Pasangan Usaha a) Berhak atas fasilitas yang telah disepakati yakni pembiayaan dengan sistem bagi hasil b) Berhak atas bantuan pembinaan dan bantuan manajemen dari perusahaan ventura c) Berhak menentukan pilihan dalam penyelesaian perselisihan jika pasangan usaha tidak dapat menerima putusan yang dilakukan oleh perushaan ventura. 9 Wawancara dengan Rivi Zulya, SH. Kabag. Legal, PT. SSBV Padang, pada hari Senin tanggal 8 Juni
11 a. Kewajiban Perusahaan ventura dan Pasangan Usaha 1) Kewajiban Perusahaan Ventura a) Mematuhi semua ketentuan dalam perjanjian b) Memberikan fasilitas berupa pembiayaan c) Memberikan pembinaan dan bantuan manajemen usaha d) Melakukan pengawasan atas jalanya usaha pasangan usaha e) Berkewajiban menerima laporan kemajuan perusahaan 2) Kewajiban Pasangan Usaha a) Mematuhi semua perjanjian yang telah disepakati b) Membayar kembali jasa usaha bagi hasil c) Kewajiban memasang asuransi selama pembiayaan c) Membayar denda keterlambatan kepada perusahaan ventura d) Memberikan laporan kemajuan dan pembukuan Pada dasarnya setiap perselisihan diselesaikan oleh para pihak dalam usaha perkembangan usaha dan hubungan bisnis, namun jika terjadi perselisihan dalam penyelesaian perselisihan diselesaikan secara musyawarah untuk mendapatkan mufakat, namun jika hal tersebut tidak dapat diselesaikan oleh para pihak, maka para pihak dapat menyelesaikan melalui jalur hukum yang berlaku, kecuali secara tersirat yang ditentukan dalam Pasal 20 ayat (1) mengenai ketentuan lain yang menegaskan, bahwa hal-hal lain yang belum atau tidak cukup diatur dalam perjanjian pembiayaan ini akan diatur lebih lanjut oleh kedua belah pihak secara musyawarah untuk mencapai mufakat dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari dan hasilnya akan dituangkan secara tertulis yang merupakan addendum dari perjanjian pembiayaan ini dan merupakan satu kesatuan serta bagian yang tidak terpisahkan dengan perjanjian pembiayaan ini. Dalam pada itu, mengenai berakhirnya perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil munurut bapak Iman Prasetio, disebabkan berkahir atau diakhiri oleh para pihak, namun pada prinsipnya perjanjian berakhir disebabkan : 10 1) Sampainya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian, seperti 20 (dua puluh) bulan sejak perjanjian di tanda tangani 2) Pasangan usaha telah melaksanakan kewajiban pembayaran sesuai dengan jumlah fasilitas yang diberikan 3) Karena pasangan usaha melakukan wanprestasi dan diputuskan secara sepihak oleh perusahaan ventura 4) Terjadinya peristiwa overmacht atau force majeure (keadaan memaksa) yang mengakibatkan musnahnya fasilitas yang diberikan pembiayaan setelah adanya laporan pasangan usaha bahwa hal tersebut bukan kesalahan pasangan usaha 5) Terpenuhinya semua kewajiban para pihak yang ditentukan dalam perjanjian 10 Wawancara dengan, Rivi Zulya, SH. Kabag. Legal, PT. SSBV Padang, pada hari Senin tanggal 8 Juni
12 6) Pihak pasangan usaha mengundurkan diri atau menarik diri secara sukarela setelah semua kewajiban terpenuhi, seperti pengembalian semua pembiayaan dan hal lainnya sesuai dengan perjanjian misalnya denda. 7) Karena adanya putusan pengadilan, baik atas tuntutan perusahaan ventura maupun perusahaan pasangan usaha yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 2. Kendala pelaksanaan pembiayaan modal ventura Pada dasarnya untuk setiap perjanjian dapat saja tidak terlaksana sesuai dengan apa yang diperjanjian oleh para pihak, baik karena adanya unsur kesengajaan maupun diluar faktor kehendak para pihak. Hasil wawancara dengan bapak Iman Prasetio, 11 diperoleh penjelasan, bahwa kendala yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil antara perusahaan modal ventura dengan perusahaan pasangan usaha disebabkan : 1) Terjadinya keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan pasangan usaha, sehingga dikenakan denda 2) Perusahaan pasangan usaha terlambat memberikan laporan kemajuan usaha dan laporan pembukuan 3) Perusahaan pasangan usaha terlambat melengkapi dokumen yang diperlukan untuk dilakukan evaluasi sehingga perusahaan ventura juga terlambat memberikan bantuan pertambahan bantuan pendanaan untuk peningkatan kemajuan usaha pasangan usaha 4) Terlambatnya perusahaan ventura melakukan cek kelapangan dalam rangka evaluasi berjalannya usaha yang disebabkan terbatasnya SDM lapangan 5) Keterbatasan penyaluran pendanaan yang sesuai dengan plafon yang diusulkan oleh perusahaan pasangan usaha karena keterbatasan dana yang tersedia pada perusahaan ventura 6) Terlambatnya perkembangan usaha karena semakin kompetitifnya usaha yang sejenis dengan pasangan usaha dan faktor atau pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional Cara mengatasi kendala sebagaimana dimaksudkan, seperti terjadinya keterlambatan pembayaran, hal itu telah diberikan penyuluhan atau pembinaan kepada pasangan usaha agar memberikan laporan dan pembukuan atas kemajuan usaha sehingga dapat dilakukan pembinaan dan saran perbaikan manajemen pengelolaan usaha. Cara lain mengatasi kendala jika terjadi keterlambatan atau wanprestasi, perusahaan pasangan usaha dikenakan denda sesusi dengan perjanjian, walaupun hal tersebut merupakan pilihan terkahir yang dilakukan karena memang telah ditentukan dalam perjanjian pembiayaan. Selanjutnya yang dapat dilakukan dalam usaha mengatasi kendala tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dan evaluasi kelapangan serta bantuan manajemen usaha Wawancara dengan, Rivi Zulya, SH. Kabag. Legal, PT. SSBV Padang, pada hari Senin tanggal 8 Juni Wawancara dengan, Rivi Zulya, SH. Kabag. Legal PT. SSBV Padang, pada hari Senin tanggal 8 Juni
13 D. Kesimpulan Dari hasil pembahasan sebagaimana diuraikan di atas, dapat disimpulkan, antara lain : 1. Pelaksanaan pembiayaan modal ventura oleh PT. Sarana Sumatera Barat Modal Ventura memiliki ciri khas khusus, artinya pelaksanaan pembiayaannya dilaksanakan dengan adanya perjanjian yang tidak hanya terbatas dalam pemberian pinjaman dalam bentuk pembiayaan modal kepada perusahaan sebagai pasangan usaha yang dikenal dengan istilah perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil, Perusahaan ventura juga memberikan bantuan manajemen dalam pengelolaan terhadap perusahaan pasangan usaha. Sistem bagi hasil yang dikenalkan oleh perusahaan modal ventura tidak mengenal adanya bunga pinjaman, karena direalisasikan dalam bentuk imbal jasa dan penentuan denda jika terjadi keterlambatan pengembalian dana bagi hasil yang diakumulasikan dengan hitungan hari dengan pengembalian secara bulanan yang merupakan kewajiban pasangan usaha. Perjanjian yang dilakukan oleh para pihak dengan pola bagi hasil dilaksanakan dalam bentuk perjanjian di bawah tangan, namun diikuti dengan pengikatan jaminan dengan adanya akta notaris. Sementara itu, calon pasangan usaha PT. Sarana Sumatera Barat Ventura melingkupi wilayah Sumatera Barat yang telah terdaftar dalam daftar perusahaan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi maupun Kota/Kabupaten, memiliki izin usaha dan tempat usaha, di mana calon perusahaan pasangan usaha mengajukan permohonan bantuan pendanaan pembiayaan fasilitas ke perusahaan modal ventura, dan jika telah memenuhi semua persyaratan dan dievaluasi, selanjutnya diadakan perjanjian bagi hasil yang diikuti juga dengan pembinaan dan bantuan manajemen usaha. 2. Kendala dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan modal ventura melalui PT. Sarana Sumatera barat Modal Ventura, masih terbatasnya informasi terutama mengenai mekanis dan pelaksanaan perjanjian dengan pola bagi hasil modal ventura yang memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan pinjaman melalui perbankan yang dikenal dengan adanya bunga pinjaman. Pola bagi hasil dikenalkan dengan adanya denda jika terjadi keterlambatan pengembalian imbal jasa. Disamping itu, kendala yang terjadi adalah, masih terbatasnya sumber daya manusia pada pasangan usaha dalam pengelolaan usaha yang sistematis, artinya pasangan usaha memiliki perencanaan usaha yang baik, pembukuan yang transparan dan jelas, perhitungan laba rugi dan pemanfaatan fasilitas yang bsesuai dengan perencanaan pengelolaan usaha. Kendala lainnya adalah berkaitan dengan pengembalian hasil usaha dalam bentuk bagi hasil sehingga terjadi keterlambatan pengembalian yang berakibat pasangan usaha dikenakan denda. Dalam usaha mengatasi kendala yang terjadi, pihak perusahaan modal sarana melakukan evaluasi dan pemberian bantuan manajemen serta pembinaan usaha, sehingga pengembalian modal pembiayaan diharapkan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Untuk mengatasi terjadinya penunggakan pengembalian pinjaman atau wanprestasi, pihak sarana modal ventura juga mengisyaratkan adanya pengikatan jaminan dan asuransi yang harus 11
14 disediakan dan ditanggung oleh pasangan usaha, hal dilaksanakan untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam memberikan bantuan pinjaman modal pembiayaan dan sekaligus melihat itikad baiknya pasangan usaha dalam menjalankan usaha. 12
15 DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung; Djumhana, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bhakti, Bandung; Gunawan Widjaja, 2005, Jaminan Fidusia, Raja Grafindo Persada, Jakarta; J.Satrio, 1999, Hukum Perikatan, Perikatan yang lahir Dari Perjanjian, Buku II, Citra Aditya Bakti, Bandung; Kasmir, 2003, Manajemen Perbankan, Raja Grafindo, Jakarta; Mariam Darus Badrulzaman, 1994, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung;..., 1996, KUHperdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Alumni, Bandung; M.Chidir Ali, 2001, Pengertian-Pengertian Elementer Hukum Perjanjian Perdata, cetakan Kedua, CV.Niska Mandar Maju, Bandung; Munir Fuady, 1999, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti, Bandung; R.Setiawan, 1987, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, PT.Bina Cipta, Bandung; R.Subekti, 1988, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Alumni, Bandung;..., 1985, Pokok Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta; Sri Redjeki Hartono, 2007, Hukum Ekonomi Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang; Wiryono Projodikoro, 1981, Hukum Perdata tentang Persetujuan-persetujuan tertentu, Sumur Bandung, B. Peraturan Perundang-undangan KUHPerdata Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Bank Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.13/ Tanggal 20 Desember 1988 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 469/KMK.17/1995 tanggal 3 Oktober 1995 Tentang Pendirian dan Pemberian Modal Ventura. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1995 tentang Pajak Penghasilan bagi Perusahaan Modal Ventura. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 227/KMK.01/1994 tanggal 9 Juni 1994 Tentang Sektor-sektor Usaha Perusahaan Pasangan Usaha dari Perusahaan Modal Ventura. Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 1992 tentang sektor-sektor usaha Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) Perusahaan Modal Ventura. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 Tentang ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Kepres Nomor 61 tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan. 13
BAB I P E N D A H U L U A N. manusia merupakan aktifitas yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan,
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pada dasarnya kegiatan usaha dalam pemenuhan kebubutahan hidup, manusia merupakan aktifitas yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan, bahkan kegiatan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit merupakan suatu istilah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Akibat Hukum dari Wanprestasi yang Timbul dari Perjanjian Kredit Nomor 047/PK-UKM/GAR/11 Berdasarkan Buku III KUHPERDATA Dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Nomor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan paling pokok dalam kehidupan manusia. Rumah sebagai tempat berlindung dari segala cuaca sekaligus sebagai tempat tumbuh kembang
Lebih terperinciUndang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan
KEDUDUKAN TIDAK SEIMBANG PADA PERJANJIAN WARALABA BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN KONDISI WANPRESTASI Etty Septiana R 1, Etty Susilowati 2. ABSTRAK Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis antara para
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun bukan berarti didalam suatu perjanjian kredit tersebut tidak ada risikonya. Untuk menghindari wanprestasi
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM
BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku
Lebih terperinciBerdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan keterkaitan yang erat antara sektor riil dan sektor moneter, di mana kebijakan-kebijakan khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan yang sangat penting dan mendesak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Uraian Teori Beberapa teori akan dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini, yaitu pengertian perjanjian, pembiayaan leasing dan teori fidusia. 2.1.1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari
Lebih terperinciseperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri
seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi
142 PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT Deny Slamet Pribadi Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRAK Dalam perjanjian keagenan
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk
BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan
Lebih terperinciDAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA
DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Oleh Rizki Kurniawan ABSTRAK Jaminan dalam arti luas adalah jaminan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian Definisi perjanjian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Selanjutnya
Lebih terperinciPERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR. Aprilianti. Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung.
PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR Aprilianti Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung Abstrak Perjanjian sewa guna usaha (leasing) yang diadakan oleh Lessor dan Lesseen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.
BAB I PENDAHULUAN Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menentukan bahwa semua perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang. Oleh karena itu, para pihak dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari keperluan akan dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat yang kelebihan dana, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS. ataulebih. Syarat syahnya Perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata :
BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perjanjian Perjanjian menurut pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang ataulebih. Syarat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya. Seringkali
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015
PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada masa sekarang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan ekonomi guna mencapai kesejahteraan
Lebih terperinciBAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor
BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Menurut sistem terbuka yang mengenal adanya asas kebebasan berkontrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, bangsa Indonesia telah melakukan pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifatsifat hakiki yang dimaksud di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat perlu melakukan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi tidak semua masyarakat mempunyai modal yang cukup untuk membuka atau mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari pembayaran uang. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan negara di zaman sekarang begitu pesat dan cepat dari perkembangan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam, bahkan di negara Indonesia yang menganut
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2
BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Wanprestasi 1. Pengertian Wanprestasi Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah sekarang ini, tidak hanya harga kebutuhan sehari-hari yang semakin tinggi harganya, namun harga-harga produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat
Lebih terperincidisatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan, untuk itu melalui perjanjian utang piutang antara Pemberi utang (kreditur)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di segala bidang,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis
Lebih terperinciBAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit
BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit Kehadiran bank dirasakan semakin penting di tengah masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian terus berlangsung dimanapun dan oleh siapapun sebagai pelaku usaha, baik pribadi, badan hukum privat atau publik, bahkan oleh gabungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan
22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 2.1.1 Pengertian Lembaga Pembiayaan Istilah lembaga pembiayaan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI
PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI Oleh : ANGGA ZIKA PUTRA 07 140 077 PROGRAM KEKHUSUSAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal agar suatu kegiatan usaha atau bisnis tersebut dapat terwujud terlaksana. Dalam suatu kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya
36 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya Perjanjan memiliki definisi yang berbeda-beda menurut pendapat para ahli yang satu dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,
23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI 2.1 Pengertian Perjanjian Kredit Pasal 1313 KUHPerdata mengawali ketentuan yang diatur dalam Bab Kedua Buku III KUH Perdata, dibawah judul Tentang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang bersumber pada Pancasila dan bukan
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian terus berlangsung di manapun dan oleh siapapun sebagai pelaku usaha, baik pribadi, badan hukum privat atau publik, bahkan oleh gabungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tantangan terbesar bagi hukum di Indonesia adalah terus berkembangnya perubahan di dalam masyarakat yang membutuhkan perhatian dan pengaturan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja
BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK 1. Pengaturan Perjanjian Kredit Pengertian perjanjian secara umum dapat dilihat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu suatu perbuatan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan
BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang, ditegaskan bahwa setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk menghasilkan produk electronic yang semakin canggih dan beragam. Kelebihan-kelebihan atas
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata
23 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM A. Pengertian Pinjam Meminjam Perjanjian Pinjam Meminjam menurut Bab XIII Buku III KUH Pedata mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, pembangunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional. Salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini, peran perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu tujuan yaitu
23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT A. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit Di dalam memahami pengertian kredit banyak pendapat dari para ahli, namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu
Lebih terperinciHukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)
Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUHPerdata: Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Oleh: Nama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia, khususnya dunia perbankan saat ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat baik, walaupun kegiatan bisnis bank umum sempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi beberapa tahun terakhir ini telah membawa pengaruh sangat besar bagi bangsa Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Koperasi 1. Pengertian dan Dasar Hukum Koperasi Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal 1 Ayat 1, pengertian koperasi adalah badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kebutuhan masyarakat baik perorangan maupun badan usaha akan penyediaan dana yang cukup besar dapat terpenuhi dengan adanya lembaga perbankan yang
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D
TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D101 07 022 ABSTRAK Perjanjian kredit merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pemberian kredit. Tanpa perjanjian kredit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah dilakukan sejak lama, masyarakat mengenal uang sebagai alat pembiayaan yang sah. Dapat kita ketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya pembangunan berkelanjutan dewasa ini, meningkat pula kebutuhan akan pendanaan oleh masyarakat. Salah satu cara untuk mendapatkan dana
Lebih terperinciPENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN
PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN SKRIPSI Diajukan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Disusun Oleh : AGUSRA RAHMAT BP. 07.940.030
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks. 1 Peranan perbankan nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum perjanjian merupakan bagian daripada Hukum Perdata pada umumnya, dan memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting bagi masyarakat, terutama dalam aktivitas di dunia bisnis. Bank juga merupakan lembaga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya jumlah populasi manusia semakin meningkatkan kebutuhan. Untuk itu mereka melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)
TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah sebagai bagian dari pembangunan nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang
Lebih terperinciANALISIS YURIDIS WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN KREDIT BAGI USAHA KECIL DI PD. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR KABUPATEN LUMAJANG
SKRIPSI ANALISIS YURIDIS WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN KREDIT BAGI USAHA KECIL DI PD. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR KABUPATEN LUMAJANG JURIDICAL ANALYSIS OF DISAGREEMENT CREDIT FOR
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1. Pengertian Koperasi Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata co yang artinya bersama dan operation yang artinya bekerja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai negara agraris telah memberikan peluang bagi penduduknya untuk berusaha di bidang pertanian. Kegiatan di bidang usaha pertanian tidak terbatas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut
1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN
BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara tentu memerlukan suatu pembangunan untuk menjadi suatu Negara yang maju. Pembangunan yang dilaksanakan Bangsa Indonesia mengacu pada salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menyebutkan bahwa, Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2012 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam suasana abad perdagangan dewasa ini, boleh dikatakan sebagian besar kekayaan umat manusia terdiri dari keuntungan yang dijanjikan oleh orang lain yang akan
Lebih terperinciBAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI
BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI A. Perseroan Terbatas sebagai Badan Hukum Dewasa ini Perseroan Terbatas merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI A. Pengertian Perjanjian Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
Lebih terperinci