1. Pengertian kejadian diare

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. Pengertian kejadian diare"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kejadian Diare 1. Pengertian kejadian diare Kejadian diare merupakan Suatu kejadian dimana terjadi buang air besar cair atau mencret dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari (Wardhani, 2012). Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrintestinal atau penyakit lain diluar sistem pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan penyakit diare, karena dengan sebutan diare akan mempercepat tindakan penanggulangannya. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005). Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2006). Gangguan terjadinya diare sangat beragam dapat disebabkan oleh pengaruh oleh pengaruh salah satu atau gabungan dari 3 mekanisme yang terdiri dari proses osmotis, gangguan transport air elektrolit dan perubahan mortilitas usus. 2. Jenis-jenis diare Menurut Hidayat (2008) ada 3 jenis diare : a. Diare cair akut Diare cair akut memiliki 3 ciri utama, gejalanya dimulai secara tiba-tiba, tinjanya encer dan cair, pemulihan biasanya terjadi dalam waktu 3-7 hari. Kadang kala gejalanya bisa berlangsung sampai 14 hari. Lebih dari 37% orang yang terkena diare mengalami diare cair akut. b. Disentri 8

2 Disentri memiliki 2 ciri utama yaitu, adanya darah dalam tinja, mungkin disertai kram perut, berkurangnya nafsu makan dan penurunan berat badan yang cepat, sekitar 10-15% anak-anak dibawah usia 5 tahun (balita) mengalami disentri. c. Diare Kronik Diare yang menetap atau persisten memiliki 3 ciri utama yaitu, pengeluaran tinja encer disertai darah, gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari dan ada penurunan berat badan. Derajat dehidrasi akibat diare menurut Widoyono (2008) dibedakan menjadi 3, yaitu : 1) Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masi bisa bermain seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, anak masi mau makan dan minum seperti biasa, 2) Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan anak rewel atau gelisah. Mata sedikit cekung, turgor masi kembali dengan cepat jika dicubit. 3) Dehidrasi berat, anak apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada cubitan kulit turgor kembali lambat, nafas cepat, anak terlihat lemah. 3. Tanda dan gejala diare Menurut Schowartz (2004) tanda dan gejala diare pada anak antara lain: a. Gejala umum 1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare. 2) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut. 3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare. 4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulitmenurun, apatis bahkan gelisah. b. Gejala spesifik 1) Vibrio Cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis. 2) Disenterifrom : tinja berlendir dan berdara.

3 4. Epidemiologi Diare pada Balita Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memebrikan gambaran tentang hubungan antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Segitiga ini merupakan interaksi anatara tiga faktor yakni host (tuan rumah), agent (faktor penyebab) dan environmet (lingkungan). Interaksi host, agent dan environment merupakan suatu sistem dinamis yang berada dalam keseimbangan (equilibrium) pada seseorang (individu) yang sehat (Bustan, 2002). a. Host kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui faecal oral antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita. Faktor infeksi Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya meneyrang sebagai berikut (Widjaja, 2004). 1) Infeksi bakteri oleh kuman E. Coli Salmonella, Vibrio Cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik (memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah) seperti pseudomonas. 2) Infeksi basil (disentri) 3) Infeksi virus enterovirus dan adenovirus. 4) Infeksi parasit oleh cacing (askari) 5) Infeksi jamur (candidiasis). 6) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronkhitis, dan radang tenggorokan 7) Keracunan makanan Faktor Malabsorbsi 1) Malabsorbsi karbohidrat. Pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau

4 sangat khas asam, sakit daerah perut. Jika sering tertekan diare ini pertumbuhan anak terganggu. 2) Malabsorbsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut dengan triglyserida. Triglyserida denga bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare terjadi karena lemak tidak terserap dengan baik, gejalanya adalah tinja mengandung lemak. Agent (faktor penjamu yang meningkatkan kerentetan terhadap diare). Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden, beberpa penyakit dan lamanya diare. 1) Status gizi Beratnya penyakit, lama dan resiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang mnederita gangguan gizi, terutama gizi buruk. Pada penderita kurang gizi serangan diare terjadi lebih sering terjadi, semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering dan berat diare yang diderita. 2) Pemberian ASI eksklusif Bayi harus disusui secara penuh sampai 6 berumur 6 bulan. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang terkandung di dalamnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberikan ASI secara penuh, pada bulan pertama kehidupan, resiko mendapat diare adalah 30x lebih besar (Roesli, 2005) 3) Perilaku hidup sehat bersih Masyarakat dapat menurangi resiko terhadap serangan diare dengan cara : a) kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan sabun, teruatama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi anak, dan sesuda makan. Hal ini memepunyai dampak dalam kejadian diare. b) Kebiasaan membuang tinja, membuang tinja harus dilakukan secara bersih

5 dan benar, karena tinja bayi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar dan dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. c) Pemberian pemberian imunisasi campak, diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. d) penimbangan balita, hal ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita. Apabila ada balita pertanyaan adalah apakah sudah ditimbang secara teratur ke posyandu minimal 8 kali setahun. e) menggunakan air bersih yang cukup, masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah. Faktor lingkungan (environment) Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yan dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta beakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. 5. Pencegahan diare Menurut Widoyono (2008) penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, anata lain : a. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih ada 3 yaitu, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. b. Memasak air mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit. c. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan sesudah buang air besar (BAB). d. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun e. Menggunakan jamban yang sehat. f. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.

6 B. Status gizi 1. Pengertian Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Suparisa, 2001). Almatsier (2002) menyatakan bahwa status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur prosesproses kehidupan. Status gizi adalah keadaan seimbang antara asupan (intake) dan kebutuhan (requirements) zat besi (Soegianto, 2007). Status gizi balita adalah tingkat kecukupan gizi yang diukur melalui indeks berat badan menurut umur dan kategorinya ditentukan dengan menggunakan standar WHO-NCHS yang dibagi berdasarkan Z-score yaitu gizi lebih (Z-score +2), gizi normal (-2<Z-score<+2), gizi kurang (-3<Z-score<-2), dan gizi buruk (Zscore -3). 2. Penilaian status gizi Menurut Suparisa (2001), Penilaian status gizi di bagi menjadi dua yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung. a. Penilaian secara langsung 1) Penilaian secara Antropometri Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudu pandang manusia, maka antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi. Antropometri secara umum di gunakan untuk untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Proporsi ini terlihat pada pola

7 pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Indeks antropometri yang biasanaya digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Tabel 2.1 Status Gizi Berdasarkan Indikator Antropometri Satus Gizi Indeks BB/U TB/U BB/TB Gizi Baik >80% >90% >90% Gizi Sedang 71-80% 81-90% 81-90% Gizi Kurang 61-70% 71-80% 71-80% Gizi Buruk >60% <70% <70% Sumber : Supriasa ) Penilaian secara Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini di dasarkan pada atas perubahan-perubahan yang terjadi dan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Penggunaan metode ini umumnyauntuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan kejala (symptom) atau riwayat penyakit. 3) Penilaian secara Biokimia Penilaia status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain, darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini di lakukan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang yang kurang spesifik, maka penentuan

8 kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. 4) Penilaian secara Biofisik penetuan sattus gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes), cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. b. Penilaian secara tidak langsung. Penilaian secra tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. 1) Survei konsumsi makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penetuan status gizi secara tidak langsung dengan melihatjumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. 2) Statistik vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagaian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. 3) Faktor ekologi Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, bilogis dan lingkungan budaya, jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan intervensi gizi (Schrimshaw 1964 dalam supriasa, 2002).

9 Di masayarakt cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah cara antropometri (Supriasa, 2002). Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan dengan berbagai macam pengukuran, yaitu pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan sebagainya. Dari beberapa pengukuran tersebut, pengukuran berat badan dan lingkar lengan atas sesuai umur adalah pengukuran yang sering dilakukan dalam survei gizi (Soekirman, 2000). 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita terbagi menjadi 2 meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, yang meliputi status kesehatan, umur, jenis kelamin, dan ukuran rubuh. Status kesehatan berkaitan dengan adanya hambatan reaksi imunologis dan berhubungan dengan terjadinya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi, seperti marasmus, sering dijumpai pada taraf yang yang sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare (Santosa, 2004). Sedangkan faktor-faktor datang yang atau ada dari luar anak itu sendiri, meliputi faktor-faktor pendidikan, pengetahuan, infeksi dan pendapatan (Radiansyah, 2007). Berdasarkan Almatsier (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi meliputi : a. Program Pemberian Makanan Merupakan program untuk menambah nutrisi pada balita, biasanya diperoleh saat mengikuti posyandu. Adapun pemberian tambahan makanan tersebut berupa makanan pendamping ASI yang bisa didapat di puskesmas setempat. b. Tingkat Pendapatan Keluarga Dinegara Indonesia yang jumlah penduduk sebagian besar adalah golongan rendah atau menengah, hal ini akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi. c. Pemeliharaan Kesehatan Perilaku sehubungan denga peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, misalnya makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya termasuk juga perilaku

10 pencegahan penyakit yang merupakan respon untuk melakukan pencegahan penyakit. d. Pola Asuh Keluarga Pola asuh adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua kepada anakanaknya. Setiap anak membutuhkan cinta, perhatian, kasih sayang yang akan berdampak terhadap perkembangan fisik, mental dan emosional. C. Makanan Pendamping ASI 1. Pengertian Makanan pendampnig ASI (MP-ASI) adalah makanan yang secara berangsur diberikan kepada bayi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi menjelang dan sesudah disapih sebelum bayi diberikan makanan anak (Kristiyanasari, 2010). Makanan pendamping Air susu ibu adalah makanan dan minuman yang mengandung zat gizi, yang diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI, 2006). Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi yang menjadi makanan pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Makanan pendamping ASI diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan, jadi selain makanan pendamping, ASI harus tetap diberikan kepada bayi paling tidak sampai berusia 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan untuk melengkapi ASI (Waryana, 2010). Memasuki usia 4-6 bulan, bayi telah siap menerima makanan bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan padat serta lambung juga sudah lebih baik mencerna zat tepung. Jika kemudian bayi disapih pada usia 4 atau 6 bulan, tidak berarti karena bayi telah siap menerima makanan selain ASI, tetapi juga karena kebutuhan gizi bayi tidak lagi cukup dipasok hanya oleh ASI. Bayi merupakan bagian dari keluarga, karena itu sepanjang proses penyapihan, kepada mereka sebaiknya diberikan makan yang lazim disantap oleh anak yang lebih besar dan orang dewasa dalam keluarga itu. Sehingga perlu diingat,

11 bahwa makanan yang diberikan bukan untuk menggantikan, melainkan mendampingi ASI (Arisman, 2004). 2. Manfaat dan Tujuan Makanan Pendamping ASI Manfaat maknan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi karena ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi secara terus-menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui denga cara melihat dan memantau kondisi berat badan seorang anak, jika anak tidak mengalami peningkatan maka menunjukan bahwa kebutuhan energi bayi tidak terpenuhi (Diah, 2001). Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah melengkapi nutrien yang kurang pada ASI, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima makanan dengan berbagai tekstur, mengembangkan kemampuan bayi, mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan, dan melatih anak melakukan adaptasi terhadap makanan mengandung energi tinggi (Kristiyanasari, 2010). Menjelag usia 9 bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasukan benda ke dalam mulut, hal ini dapat dijadika sebagai indikator bahwa bayi sudah siap mengkonsumsi makanan padat, selain itu dapat diacu pada parameter seperti berat badan mencapai 2 kali berat badan lahir, setelah minum susu formula sebanyak 240 cc dan 4 jam kemudian bayi merasa lapar atau 964 cc susu formula selama 24 jam namun masi kurang, dan bayi telah berusia 6 bulan (Arisman, 2004). 3. Waktu Pemberian MP-ASI ASI sebagai makanan tunggal untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan sampai anak berusia 6 bulan, antara umur 6-24 bulan anak tumbuh dengan cepat sehingga kebutuhan energi, vitamin dan mineralnya meningkat (Waryana, 2010) Memasuki usia 4-6 bulan, bayi telah siap menerima makanan bukan cair, karena gigi sudah mulai tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan padat, dan lambung juga telah lebih baik mencerna zat tepung (Arisman, 2004).

12 Waktu yang baik untuk memberikan makanan tambahan pada bayi adalah umur 6 bulan, pemberian makanan bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan resiko sebagai berikut (Ariani, 2008) : a. Seorang anak belum memerlukan makanan tambahn pada umur kurang dari 6 bulan, makanan ini dapat dijadikan sebagai pengganti ASI, sehingga apabila makanan diberikan, maka anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibu akan memproduksi ASI lebih sedkit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. b. Anak mendapat faktor pelindung ASI lebih sedikit sehingga resiko infeksi meningkat. c. Resiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI. d. Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer sehingga mudah dicerna bayi, makanan ini memang membuat lambung penuh tetapi memberikan nutrient sedikit. Akibat tidak diberikan makanan pendamping ASI yang tepat adalah : a. Anak tidak mendapat makanan tambahan yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan nutrient dan energi. b. Pertumbuhan anak terhenti atau lambat. c. Resiko malnutrisi dan defisiensi mikro nutrient meningkat pada anak. 4. Syarat-syarat pemberian makanan pendamping ASI Makanan pendamping ASI sebaiknya memenuhu persyaratan sebagai berikut : a. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi. b. Memilki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup. c. Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik d. Harganya relatif murah e. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal. f. Bersifat padat gizi.

13 5. Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI a. Umur Pemberian MP-ASI Memasuki usia 4-6 bulan bayi telas siap menerima makanan bukan cair, karena gigi telah tumbuh, lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat, dan lambung juga lebih baik dalam mencerna zat tepung (Arisman, 2004). Pemberian MP-ASI yang terlalu dini (<4 bulan) maka asupan gizi yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhannya. Biasanya bayi yang sudah diberi makanan setengah padat pada umur <4 bulan akan menyusu lebih sedikit, hal ini disebabkan ukuran perut bayi yang masih kecil sehingga mudah penuh., sedangkan kebutuhan gizi bayi terpenuhi, selain itu, sistem pencernaan bayi akan mengalami gangguan seperti diare, sembelit, dan alergi (Krisnatuti & Yenrina, 2000), sebaliknya penundaan pemberian makanan dapat menghambat pertumbuhan jika energi dan zat gizi yang dihasilkan oleh ASI tidak mencukupi lagi kebutuhan bayi (Pudjiadi, 2008). b. Jenis makanan pendamping ASI Cara memberikan makanan tambahan bagi bayi adalah proses dari makanan berbentuk cair ke kental lalu bertahap menjadi keras seiring dengan proses dan umur juga perkembangan bayi, sehingga usus bayi terlatih dengan sendirinya terhadap makanan yang diterimanya (Chintia, 2008). Menurut Arisman (2004) makanan pendamping yang ideal harus mengandung 1) makanan pokok, 2) kacangkacangan, sayuran berdaun hijau atau kuning, 3) buah, 4) daging, dan 5) minyak atau lemak. Kemudian bahan ini dibuat menjadi bubur untuk disuapkan kepada bayi sebagai makanan tambahn selain ASI. Jenis-jenis makanan tambahan menurut Chintia (2008) : 1) Makanan lunak yaitu semua makanan yang termasuk yang disajikan dalam bentuk halus dan diberika pada bayi yang pertama kali, misalnya bubur susu dan sari buah. 2) Makanan lembek yaitu makanan peralihan dari maknan lunak ke makanan biasa seperti nasi tim. 3) Makanan biasa yaitu termasuk makanan orang dewasa yang disajikan seperti nasi.

14 Makanan padat pertama yang diberikan pada anak harus mudah dicerna dan bukan makanan yang mempunyai resiko alergi yang tinggi. Makanan yang diberikan kepada bayi sebaiknya tidak diberikan tambahan apapun seperti garam dan gula karena garam dapat merusak ginjal bayi, sedangkan gula dapat membuat bayi menyukai makanan manis yang dapat merusak gigi (Luluk, 2005). c. Frekuensi pemberian makanan pendamping ASI Sesuai dengan bertambahnya umur anak, perkembangan dan kemampuan dalam menerima makanan, maka pola pemberian makanan pada anak yaitu : 1) Makanan pendamping bayi 6-9 bulan, pemberian ASI tetap diteruskan, dan ASI diberikan terlebih dahulu sebelum MP-ASI. Bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 kali sehari. Sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/margarin dapat ditambah sedikit demi sedikit untuk mempertinggi nilai gizi makanan. 2) Makanan bayi umur 9-12 bulan, pemberian ASI tetap diteruskan. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Bentuk makanan adalah lunak dan diberikan 3 kali sehari. Makanan selingan yang bernilai gizi tinggi seperti bubur kacang ijo dan buah berikan 1 kali sehari. 3) Makanan anak umur bulan, pemberian ASI juga tetap diteruskan, dan pemberian MP-ASI dengan bentuk makanan seperti makanan keluarga diberikan 3 kali sehari dan pemberian makanan selingan 2 kali sehari (Depkes & Kesos RI, 2000).

15 Tabel 2.2 Jadwal pengaturan makanan anak Umur (bulan) Jenis Makanan Frekuensi Sehari 0-4 ASI Sesuka bayi 4-6 ASI Sesuka bayi Sari Buah 2x Bubur susu 2x 6-9 ASI Sari Buah Bubur susu Tim Saring 9-12 ASI Buah Nasi Tim Bubur susu Sumber : waryana (2010) Sesuka bayi 2x 1x 2x Sesuka bayi 2x 2x 1x Jam dan dan dan dan dan dan Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI Menurut penelitian yang dilakukan oleh Faturahman (2007) faktor-faktor yang berhubungan pemberian MP-ASI antara lain sikap ibu, pendidikan dan jumlah anak. Sedangkan penelitiann yang dilakukan oleh Indrawati (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI antara lain, pengetahuan gizi ibu dan pendidikan ibu.

16 D. Kerangka teori Faktor yang mempengaruhi kejadian diare : a.faktor internal Faktor infeksi - infeksi bakteri, misalnya E coli salmonella. - Infeksi basil. - Infeksi virus (dll) Faktor Malabsorbsi - Malabsorbsi karbohidrat. - Malabsosrbsi lemak Kejadian diare b.faktor eksternal - Status gizi - Pemberian ASI eksklusif - Ketepatan Pemberian MP-ASI - Perilaku hidup sehat bersih - Lingkungan Gambar 2.3 Kerangka teori Sumber : Widjaja (2004), Waryana (2010), Supriasa dkk (2001) E. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Variabel Bebas Variabel teriktak - Ketepatan pemberian MP- ASI - Status Gizi Kejadian Diare

17 F. Hipotesis Penelitian Dari uraian di atas dan berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Ada hubungan ketepatan pemberian mankanan pendamping ASI dan status gizi dengan kejadian diare pada anak usia 1-2 tahun di wilayah kerja puskesmas Kedungmundu Semarang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Ibu Dalam Pemberian MP-ASI 1. Perilaku Ibu a. Pengertian Respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu Sejak lahir makanan pokok bayi adalah Air Susu Ibu. Air Susu Ibu merupakan makanan paling lengkap, karena mengandung zat pati, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan akan zat-zat gizi dan penggunaannya dalam tubuh. Status gizi dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Makanan Bayi

TINJAUAN PUSTAKA. Makanan Bayi TINJAUAN PUSTAKA Makanan Bayi Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) merupakan gizi terbaik bagi bayi karena komposisi zat gizi di dalamnya secara optimal mampu menjamin pertumbuhan tubuh bayi, selain itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi Balita 2.1.1 Pengertian Status gizi adalah Status gizi status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 Bulan 1. Pengertian Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada

Lebih terperinci

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Kesehatan Bayi Sub Pokok Bahasan : Penyuluhan MP ASI Sasaran : Ibu yang mempunyai Bayi usia 0-2 tahun di Puskesmas Kecamatan Cilandak Waktu : 30 menit (08.00-08.30)

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE I. PENDAHULUAN Hingga saat ini penyakit Diare maerupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jenis-jenis Makanan Anak Usia 0-24 Bulan 1. Air Susu Ibu (ASI) ASI adalah makanan lengkap yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Definisi diare Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Status Gizi Status Gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare 1. Definisi penyakit diare Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi encer, dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare atau gastroenteritis. Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam faeces (Ngastiyah,

Lebih terperinci

6

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare A.1. Definisi Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Untuk hidup dan meingkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin dan Mineral) dalam jumlah yang cukup,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan pendamping air susu ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping air susu ibu, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan Pendamping Air Susu Ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi di samping air susu ibu kecuali air putih, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali Anak bukan miniatur orang dewasa Anak sedang tumbuh dan berkembang Anak membutuhkan energi per kg BB lebih tinggi Anak rentan mengalami malnutrisi Gagal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

Pola buang air besar pada anak

Pola buang air besar pada anak Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia ratarata akan mengalami diare 23 kali per tahun. Dengan diperkenalkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya umur, tingkat pendidikan, status gizi balita dan sanitasi

Lebih terperinci

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah. Kata pengantar Saat akan makan, pertama-tama yang kamu lakukan melihat makananmu. Setelah itu, kamu akan mencium aromanya kemudian mencicipinya. Setelah makanan berada di mulut, kamu akan mengunyah makanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas periode pertumbuhan (Golden Age Periode) dimana pada usia ini sangat baik untuk pertumbuhan otak

Lebih terperinci

IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO

IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO pasien masuk Skrening PENGKAJIAN GIZI Riwayat diet Antropometri Laboratorium Klinis-fisik Riwayat pasien Diagnosis medis PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit diare 1. Definisi Diare merupakan buang air besar dengan konsistensi cair atau lembek dan dapat berupa air saja dengan frekuensi buang air besar lebih dari normalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Keempat faktor tersebut saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu masalah yang mendunia. Seperti sebagian besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih banyak dan sering terjadi di negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. AIR SUSU IBU 1. ASI Sebagai Makanan Bayi ASI merupakan emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang diekresi oleh kedua belah kelenjar mammae dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diare a. Pengertian diare Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima tahun (balita) dengan disertai muntah dan buang air besar

Lebih terperinci

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD Disusun oleh : Cristin Dita Irawati/ 111134027/ PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Standar Kompetensi Makhluk Hidup dan Proses kehidupan 1. Mengidentifikasi fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersedian sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik tangguh, mental

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Diare 2.1.1 Pengertian Diare Diare atau penyakit diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroia yang berarti mengalir terus (to flow trough), merupakan keadaan abnormal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) 2.1.1 Pengertian MP-ASI MP-ASI adalah makanan tambahan selain ASI yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi badannya. Pendek atau yang dikenal dengan istilah stunting masih menjadi masalah gizi yang prevalensinya

Lebih terperinci

Adapun fungsi zat gizi bagi tubuh adalah:

Adapun fungsi zat gizi bagi tubuh adalah: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gizi Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi 2.1.1. Pengertian Status Gizi Istilah gizi dapat diartikan sebagai proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (Sulastri, 2004

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat

Lebih terperinci

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita KAPAN SAATNYA BALITA MULAI MEMERLUKAN MAKANAN NON ASI? Masa ketergantungan bayi terhadap ASI dimulai sejak bayi lahir sampai usia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping ASI a. Pengertian Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) merupakan makanan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Diare adalah BAB (Buang Air Besar) lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali dalam sehari) (Depkes RI, 2000).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Balita Balita didefinisikan sebagai anak dibawah lima tahun dan merupakan periode usia setelah bayi dengan rentang 0-5 tahun (Gibney, 2009). Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010),

Lebih terperinci

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini menyimpulkan, sebaiknya makanan pendamping (MP) ASI diberikan paling cepat pada usia 6 bulan. Hal ini sesuai dengan anjuran WHO untuk memberikan ASI eksklusif selama

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN POLA PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU MENUR IV KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Primer 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang biasa menyerang paru tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Gizi pada Balita Gizi (nutrients) merupakan ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, penumonia (post

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, penumonia (post BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyapihan 1. Pengertian Penyapihan adalah suatu proses berhentinya masa menyusui secara berangsur-angsur atau sekaligus. Proses tersebut dapat disebabkan oleh berhentinya sang

Lebih terperinci

GIZI KURANG PADA BALITA BAB I

GIZI KURANG PADA BALITA BAB I GIZI KURANG PADA BALITA BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fungsi puskesmas seperti yang telah disebutkan dalam keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) 0 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Namun dengan tatalaksana diare yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping ASI 1. Pengertian Makanan Pendamping ASI Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi mulai usia 4-6 bulan untuk memenuhi kebutuhan energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena banyak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh bayi dan sangat penting bagi pertumbuhan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Balita (1 5 Tahun) Anak balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun. Pada kelompok usia ini, pertumbuhan anak tidak sepesat masa bayi, tapi aktifitasnya lebih banyak (Azwar,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI Diajukan Oleh : Devi Pediatri J500040023 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebababkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah periode bayi baru lahir selama dua minggu. Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka kesakitan diare pada tahun 2011

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) a. Pengertian MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24 bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikan ASI dari kedua payudara, berikan ASI dari satu payudara sampai kosong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikan ASI dari kedua payudara, berikan ASI dari satu payudara sampai kosong BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Pemberian Makanan Pada Bayi 2.1.1. Makanan Bayi Umur 0-6 Bulan Berikan hanya ASI saja sampai berumur enam bulan (ASI Eksklusif). Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedekatan dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedekatan dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Asuh Anak Pola asuh anak berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatan dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih sayang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN.. ii KATA PENGANTAR. iii HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv ABSTRAK v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL.... xii DAFTAR GRAFIK... xvi DAFTAR LAMPIRAN...... xvii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare 9) 1. Definisi Diare Secara operasional, didefinisikan bahwa diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup manusia dimulai sedini mungkin sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu makanan yang dikonsumsi dan kesehatan anak itu sendiri. Kualitas dan kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Konsep Batita atau Tooddler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Konsep Batita atau Tooddler BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Batita atau Toddler a. Konsep Batita atau Tooddler Toodler atau batita merupakan anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun), dimana pada periode ini anak berusaha

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J 500 040 043 Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Uji jenjang bertanda Wilcoxon yang diperkenalkan oleh Frank Wilcoxon dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Uji jenjang bertanda Wilcoxon yang diperkenalkan oleh Frank Wilcoxon dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxon Uji jenjang bertanda Wilcoxon yang diperkenalkan oleh Frank Wilcoxon dalam tahun 1945 merupakan penyempurnaan dari Uji Tanda yakni di samping memperhatikan tanda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun Keterampilan motorik kasar adalah kemampuan anak dalam menggerakkan otot besar atau sebagian tubuh atau seluruh tubuh dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakit). Bila kurangnya pengetahuan tentang zat gizi pemberian terhadap anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. sakit). Bila kurangnya pengetahuan tentang zat gizi pemberian terhadap anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang memerlukan jumlah makanan (zat gizi) berbeda-beda, tergantung usia, berat badan, jenis kelamin, keadaan tertentu (misalnya keadaan sakit). Bila kurangnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Air Susu Ibu (ASI) ASI adalah salah satu zat terbaik yang dimiliki manusia sebagai makanan bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama hidupnya (Gupte,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Definisi Diare Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan BAB I KONSEP DASAR A. Konsep Medis Kurang Energi Protein (KEP) 1. Pengertian Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atua lebih. Di Indonesia dengan masih tinggi angka kejadian

Lebih terperinci