BAB III JUAL BELI BARANG-BARANG BERMELAMIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III JUAL BELI BARANG-BARANG BERMELAMIN"

Transkripsi

1 BAB III JUAL BELI BARANG-BARANG BERMELAMIN A. Pengertian dan Sejarah Melamin 1. Sejarah Melamin Melamin pertama kali disintesis oleh Liebig pada tahun Pada produksi awal, kalsium sianamida diubah menjadi disiandiamida, kemudian dipanaskan di atas titik leburnya untuk menghasilkan melamin. Cikal bakal melamin dimulai tahun 1907 ketika ilmuwan kimia asal Belgia, Leo Hendrik Baekeland, berhasil menemukan plastik sintesis pertama yang disebut bakelite. Penemuan itu merupakan salah satu peristiwa bersejarah keberhasilan teknologi kimia awal abad ke-20. Namun, pada zaman sekarang, kebanyakan pabrik industri menggunakan urea untuk menghasilkan melamin melalui reaksi berikut: 1 6 (NH 2 ) 2 CO C 3 H 6 N NH CO 2 Pertama-tama, urea terurai menjadi asam sianat pada reaksi endotermik: (NH 2 ) 2 CO HCNO + NH 3. Kemudian asam sianat berpolimerisasi membentuk melamina dan karbon dioksida: 6 HCNO C 3 H 6 N CO 2. Reaksi kedua adalah eksotermik, namun keseluruhan proses reaksi bersifat endotermik. 1 www. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.co.id, 11 Juni

2 53 Kalau sekitar tahun an melamin masih terbatas warna maupun coraknya, maka kini desain melamin bisa bersaing dengan barang pecah belah lainnya. Pada awalnya bakelite banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan telepon generasi pertama. Namun, pada perkembangannya kemudian, hasil penemuan Baekeland dikembangkan dan dimanfaatkan pula dalam industri peralatan rumah tangga. Salah satunya adalah sebagai bahan dasar peralatan makan seperti: sendok, garpu, piring, gelas, cangkir, mangkuk, sendok sup, dan tempayan. Di banyak toko yang menjual perabot rumah tangga, peralatan makan dan minum yang disebut melamin relatif mudah ditemukan. Produk pecah belah tersebut begitu banyaknya sehingga barang ini tidak hanya bisa dibeli di toko tertentu, tetapi juga di pasar tradisional sampai di pedagang kaki lima. 2. Pengertian Barang-barang bermelamin Melamin adalah senyawa organik yang sering dikombinasikan dengan formaldehida untuk memproduksi melamin resin, yang sintetis polimer yang tahan api dan panas toleran. 2 Melamin resin adalah bahan yang sangat fleksibel dengan struktur yang sangat stabil. Istilah "melamin" juga digunakan untuk merujuk pada resin melamin, yakni plastik yang dibuat dari melamin dan formaldehida Februaru 2009

3 54 Polimer atau makromolekul adalah molekul raksasa (giant) dimana paling sedikit seribu atom terikat bersama oleh ikatan kovalen. 3 Polimer alamiah mencakup protein (seperti sutera, serat otot dan enzim), polisakarida (pati dan selulosa), karet dan asam-asam nukleat. Polimer buatan manusia hampir sama anekaragamnya dengan polimer alam. 4 Melamin merupakan senyawa polimer yang merupakan gabungan monomer formaldehida (formalin) dan fenol yang apabila komponen penyusun melamin tersebut dalam komposisi yang seimbang kelihatan aman tetapi harus diwaspadai seringkali dalam pembuatan melamin proses pencampurannya sering kali tidak terkontrol. 5 Formaldehida (formalin) sendiri adalah suatu larutan yang tidak berwarna berbau logam yang biasanya mengandung lebih kurang 37 % formaldehida. Apabila komposisi antara formaldehida dengan fenol tidak seimbang maka akan terjadi residu, yaitu monomer formaldehida atau fenol yang tidak bersenyawa sempurna. Sisa monomer formaldehida inilah yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. 6 Selain itu senyawa melamin rentan terhadap panas dan sinar ultravilet yang dapat mendepolimerisasi melamin menjadi monomer formaldehida dan fenol. Meski tahan direntang suhu 120 derajat celcius sampai 30 derajat C di bawah nol, tapi karena menyerap panas, melamin tidak tahan dipapar panas terlalu tinggi. 3 Harold Hart, Kimia Organik, h Stevent, Pengantar Kimia Organik dan HayatinyaI, h Erlangga. Malcolm, Kimia Organik, h Kompas, Jakarta 11 Juli 2005

4 55 Apalagi terpapar dalam jangka waktu lama. Oleh sebab itu melamin tidak bisa digunakan dalam microwave. Gesekan terhadap peralatan melamin juga berpotensi melepaskan residu formaldehida yang terperangkap sebelumnya. Sehingga meskipun kontrol pembuatan peralatan melamin sudah baik masih menyimpan bahaya bagi kesehatan. Formaldehida atau yang kita kenal sebagai formalin merupakan desinfektan yang sering pula digunakan sebagai bahan pengawet mayat yang sangat mudah masuk ke dalam tubuh lewat jalur oral/mulut, saluran pernafasan dan pembuluh darah. Formaldehida yang masuk ke dalam tubuh dapat mengganggu fungsi sel, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian sel. Berdasarkan acuan kesehatan di Inggris, paparan maksimumnya 2 ppm atau 2 mg/l. Sedangkan Amerika Serikat (AS) menetapkan paparan maksimum untuk jangka panjang 1 ppm dan jangka pendek 2 ppm. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. 7 Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa barang-barang bermelamin adalah setiap benda dalam bentuk apapun yang dihasilkan dari persenyawaan zat kimia dan umumnya barang tersebut mengandung zat kimia berbahaya yakni melamin dan formaldehida (formalin). 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, h. 4

5 56 B. Mekanisme Jual Beli Barang-barang Bermelamin Dalam prakteknya, jual beli barang-barang bermelamin sering kita jumpai di tengah-tengah masyarakat umum, baik toko tertentu di pasar tradisional sampai di pedagang kaki lima dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat dan konsumen akan bahaya yang ditimbulkan dari pemakaian barang-barang bermelamin dalam interval waktu yang lama dan terus-menerus. Cikal bakal melamin dimulai tahun 1907 ketika ilmuwan kimia asal Belgia, Leo Hendrik Baekeland pada dasarnya melamin digunakan sebagai bahan dasar pembuatan plastik, pupuk dan produk pembersih di tangan para pelaku usaha melamin digunakan sebagai peralatan rumah tangga yang bisa dijumpai dimana saja dan masyarakatpun tidak bisa menghindar dari praktek jual beli tersebut. Praktek jual beli dalam hukum Islam sangat dianjurkan dalam hal ini Allah telah menjelaskan dalam firman-nya agar manusia tidak mudah terbawa adanya kebebas dalam bertransaksi. Jual beli sendiri dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. Sedangkan cara memperoleh dan mendapatkan harta juga harus sesuai dengan syara, jangan demi kepentingan pribadi memakan harta sesama dengan jalan yang dilarang. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 29 sebagaimana berikut:

6 tã οt pgïb šχθä3s? βr& HωÎ) È ÏÜ t6ø9$î/ Μà6oΨ t/ Νä3s9 uθøβr& (#þθè=à2ù's? Ÿω (#θãψtβ#u š Ï%!$# $yγ ƒr' tƒ 8 $VϑŠÏmu öνä3î/ tβ%x.!$# βî) öνä3 à Ρr& (#þθè=çfø)s? Ÿωuρ öνä3ζïiβ <Ú#t s? Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Sedangkan cara pelaksanaan jual beli barang-barang bermelamin tersebut harus sesuai dengan aturan syara dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh pihak pemerintah mana saja produk yang boleh dijualbelikan dan mana produk yang dilarang beredar. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 188 sebagaiman berikut: ô ÏiΒ $Z)ƒÌ sù (#θè=à2ù'tgï9 ÏΘ$ 6çtø:$# n<î)!$yγî/ (#θä9ô è?uρ È ÏÜ t6ø9$î/ Νä3oΨ t/ Νä3s9 uθøβr& (#þθè=ä.ù's? Ÿωuρ 9 tβθßϑn= ès? óοçfρr&uρ ÉΟøOM}$Î/ Ä $ Ψ9$# ÉΑ uθøβr& Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui. Pemerintah telah membuat aturan untuk produk-produk bermelamin. Departemen Perindustrian (Depperin) telah menetapkan peraturan yang mewajibkan produk bermelamin memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu Peraturan Menteri Perindustrian No. 55/M-IND/PER/5/2009 tentang 8 Depag RI. Al-Qur an dan Terjemahannya, h Ibid, h. 46.

7 58 Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berisi kewajiban kepada para pihak terutama pelaku usaha untuk menyantumkan hasil produksinya baik makan dan minum serta peralatan makan terbebas dari melamin. Tujuan utama pemberlakuan regulasi wajib SNI produk melamin perlengkapan makan dan minum itu untuk menciptakan kompetisi sehat dan melindungi konsumen maka pemerintah menerbitkan standar batas kandungan Melamin, yaitu: European Food Safety Agency (EFSA) dan U.S. Food and Drug Administration (FDA) untuk batas kandungan melamin dalam produk makanan, selain makanan bayi adalah kurang dari 2.5 ppm. 2. Hong Kong untuk batasan maksimum konsentrasi melamin pada makanan bayi adalah 1 ppm dan makanan lain 2.5 ppm. 3. FDA menetapkan batasan konsentrasi melamine yang terkonsumsi per hari yang dapat ditoleransi adalah 0.63 mg / kg berat badan. Adapun perbedaan Melamine Sensitive Assay (cat.no. COKAQ9400) dengan Melamine Assay (cat.no. COKAQ9300) adalah sebagai berikut: No Melamine Sensitive Assay Melamine Assay 1 Telah tervalidasi untuk sample susu/susu bubuk, yogurt dan minuman yogurt. Lebih ditujukan untuk sample pakan hewan, pet food, wheat gluten walaupun bisa juga untuk susu. 10 www. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.co.id, 11 Juni 2005

8 59 No Melamine Sensitive Assay Melamine Assay 2 Pengenceran hanya 5x untuk sample susu dan 25x untuk Pengenceran 100x untuk sample susu dan 500x untuk sample susu bubuk. sample susu bubuk. 3 Prosedur penyiapan sample lebih cepat, karena tidak perlu methanol dan inkubasi setelah Memerlukan methanol 60% dan inkubasi setelah penambahan substrat 30 menit. penambahan susbtrat hanya 20 menit. 4 Larutan standard yang digunakan 0, 20, 100 dan 1000 Larutan standard yang digunakan 0, 20, 100 dan 500 ppb. ppb. 5 Kisaran kuantifikasi untuk produk susu adalah 0,1 4 ppm dan untuk susu bubuk 0,5 25 Kisaran kuantifikasi untuk produk susu adalah 2-50 ppm dan untuk susu bubuk ppm. ppm. Dan dapat mendeteksi sampai 8 ppb melamine dalam susu atau 150 ppb melamine dalam susu bubuk.

9 60 Berdasarkan hasil pengawasan terhadap peralatan makan Melamin, Badan POM RI mengeluarkan peringatan (Public Warning) tentang peralatan makan "Melamin" Nomor: KH tanggal 1 Juni 2009 sebagai berikut: 1. Bahwa Badan POM RI telah melakukan pengujian laboratorium terhadap 62 sampel peralatan makan Melamin. Dari hasil pengujian tersebut ditemukan 30 positif melepaskan formalin. 2. Bahwa 30 jenis peralatan makan Melamin yang melepaskan formalin (terlampir) berpotensi menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan bila digunakan untuk mewadahi makanan yang berair atau berasa asam, terlebih dalam keadaan panas. 3. Bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Layanan Pengaduan Konsumen Badan POM RI dengan nomor telepon dan atau ulpk@pom.go.id dan Peralatan Makan Melamin yang Positif Melepaskan Formalin 1. Gelas t : 10 cm, Ø atas : 7,3 cm, Ø bawah : 5,5 cm (terdapat tulisan VGS 4-05A Melamine ware tercetak di bagian bawah gelas). 2. Gelas t : 10 cm, Ø atas : 7,3 cm, Ø bawah : 5,5 cm (terdapat tulisan VGS 4-05A Melamine ware tercetak di bagian bawah gelas) tampak atas tampak bawah tampak atas tampak bawah.

10 61 3. Gelas t : 7,9 cm, Ø atas : 7,3 cm, Ø bawah : 5,2 cm (terdapat tulisan SAYOTA MELAMINE WARE tercetak di bagian bawah gelas). 4. Sendok p : 18,3 cm (terdapat tulisan MADE IN CHINA NO.2117 yang tercetak di bagian belakang sendok) tampak atas tampak bawah tampak depan tampak belakang. 5. Sendok p : 18,3 cm (terdapat tulisan MELAMINE WARE ADS 7007 yang tercetak di bagian belakang sendok). 6. Sendok p : 18,3 cm (terdapat tulisan 8057 yang tercetak di bagian belakang sendok) tampak depan tampak belakang tampak depan tampak belakang. 7. Sendok P : 18,1 cm (terdapat tulisan MADE IN CHINA yang tercetak di bagian belakang sendok). 8. Sendok P : 15,3 cm (terdapat tulisan Zak Designs CHINA yang tercetak di bagian belakang sendok) tampak depan tampak belakang tampak depan tampak belakang. 9. Sendok Nasi p : 21,3 cm(terdapat tulisan MELAMINE WARE yang tercetak di bagian belakang sendok). 10. Sendok Nasi p : 21,3 cm (terdapat tulisan MELAMINE WARE yang tercetak di bagian belakang sendok) tampak depan tampak belakang tampak depan tampak belakang. 11. Sendok Sayur p : 27 cm (terdapat tulisan IM 508 dan logo merk yang tercetak di bagian belakang sendok) tampak depan tampak belakang.

11 Sendok Sayur p : 18,2 cm tampak depan tampak belakang. 13. Sodet p : 28,5 cm tampak depan tampak belakang. 14. Garpu Besar p : 29,2 cm tampak depan tampak belakang. 15. Garpu P : 13,8 cm (terdapat tulisan HUAFENG NO.204 yang tercetak di bagian belakang sendok). 16. Mangkok t : 3,7 cm, Ø atas : 12,4 cm, Ø bawah : 7,5 cm (terdapat tulisan SAYOTA MELAMINE tampak belakang tampak atas tampak bawah. 17. Mangkok t : 4,5 cm, Ø atas : 15 cm, Ø bawah : 7 cm (terdapat tulisan VGS 1-83 tercetak di bagian bawah mangkok). 18. Mangkok t : 6 cm, Ø atas : 17,7 cm, Ø bawah : 9,2 cm (terdapat tulisan MeiShing melamine tercetak di bagian bawah mangkok) tampak atas tampak bawah tampak atas tampak bawah. 19. Mangkok t : 8 cm, Ø atas : 20,4 cm, Ø bawah : 9,3 cm (terdapat tulisan H.K Melamine No. 889 tercetak di bagian bawah mangkok). 20. Mangkok t : 5,3 cm, Ø atas : 17,4 cm, Ø bawah : 8,2 cm (terdapat tulisan ADS-W07-2 tercetak di bagian bawah mangkok) tampak atas tampak bawah tampak atas tampak bawah. 21. Mangkok t : 3,8 cm, Ø atas : 13 cm, Ø bawah : 8 cm (terdapat tulisan ADS W06-8B tercetak di bagian bawah mangkok). 22. Mangkok t : 5,1 cm, Ø atas : 12,2 cm, Ø bawah : 5,8 cm (terdapat tulisan ADS T001 tercetak di bagian bawah mangkok) tampak atas tampak bawah tampak atas tampak bawah.

12 Mangkok t : 5,2 cm, Ø atas : 11,9 cm, Ø bawah : 6,3 cm (terdapat tulisan MELAMINE WARE MADE IN CHINA yang tercetak di bagian bawah mangkok). 24. Mangkok t : 3,8 cm, Ø atas : 12,8 cm, Ø bawah : 8,4 cm (terdapat tulisan MELAMINE WARE ESTELLA DISNEY MADE IN CHINA NOT FOR MICROWAVE USE DISHWASHER SAFE yang tercetak di bagian bawah mangkok) tampak atas tampak bawah tampak atas tampak bawah. 25. Mangkok t : 5,9 cm, Ø atas : 15,3 cm, Ø bawah : 9,2 cm (terdapat tulisan Mei Shin Melamine 9066 tercetak di bagian bawah mangkok) tampak atas tampak bawah. 26. Mangkok t : 4,4 cm, Ø atas : 13,7 cm, Ø bawah : 6,9 cm tampak atas tampak bawah. 27. Piring Ø atas : 20,4 cm, Ø bawah : 9,3 cm (terdapat tulisan HUAMEI NO. 2210P tercetak di bagian bawah piring). 28. Piring Ø atas : 22,8 cm, Ø bawah : 11,4 cm (terdapat tulisan ADS P09-1 tercetak di bagian bawah piring) tampak atas tampak bawah tampak atas tampak bawah. 29. Piring Ø atas : 22,4 cm, Ø bawah : 10,6 cm (terdapat tulisan MELAMINE WARE T109 tercetak di bagian bawah piring). 30. Piring Ø atas : 22,4 cm, Ø bawah : 10,7 cm (terdapat tulisan Mei Shing melamine 109 tercetak di bagian bawah piring) tampak atas tampak bawah tampak atas tampak bawah.

13 64 Sedangkan tahapan-tahapan dalam transaksi jual beli dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu tahap prantransaksi, tahap transaksi dan tahap purna transaksi. a. Tahap Prantransaksi Yang dimaksud dengan tahap prantransaksi adalah tahapan sebelum adanya perjanjian/transaksi konsumen, yaitu keadaan-keadaan atau peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum konsumen memutuskan untuk membeli dan memakai produk yang diedarkan pelaku usaha. b. Tahap Transaksi Tahapan ini adalah tahapan dimana para konsumen setelah memperoleh informasi yang cukup mengenai kebutuhanya, kemudian mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. c. Tahap Purna Transaksi Transaksi (perjanjian, kontrak) yang sudah dibuat antara produsenpenjual dan konsumen-pembeli tentunya masih harus direalisasikan, yaitu diikuti dengan pemenuhan hak dan kewajiban di antara mereka sesuai dengan perjanjian yang dibuat. Tahapan ini juga disebut tahapan akhir dalam jual beli. C. Akibat Penggunaan Barang-barang Bermelamin Bagi Kesehatan Berdasarkan kerja sama penelitian antara Universitas Indonesia dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), diketahui kandungan formaldehida dalam perkakas melamin mencapai 4,76?9,22 miligram per liter.

14 65 Permasalahannya, dalam polimerisasi yang kurang sempurna dapat terjadi residu, yaitu sisa monomer formaldehida atau fenol yang tidak bersenyawa sehingga terjebak di dalam materi melamin. Sisa monomer formaldehida inilah yang berbahaya bagi kesehatan apabila masuk dalam tubuh manusia. Dalam sistem produksi melamin yang tidak terkontrol, bahan formaldehida yang digunakan cenderung tidak sebanding dengan jumlah fenol. Maka, kerap terjadi residu. Ini bukan berarti proses produksi yang sudah menerapkan well controlled dan tidak menghasilkan residu terbebas dari potensi mengeluarkan racun. Formaldehida di dalam senyawa melamin dapat muncul kembali karena adanya peristiwa yang dinamakan depolimerisasi (degradasi). Dalam peristiwa itu, partikel-partikel formaldehida kembali muncul sebagai monomer dan otomatis menghasilkan racun. Senyawa melamin sangat rentan terhadap panas dan sinar ultraviolet. Keduanya sangat berpotensi memicu terjadinya depolimerisasi. Selain itu, gesekan-gesekan dan abrasi terhadap permukaan melamin juga berpotensi mengakibatkan lepasnya partikel formaldehida, formaldehida sangat mudah masuk ke tubuh manusia, terutama secara oral (mulut). Formaldehida juga dapat masuk melalui saluran pernapasan dan cairan tubuh. Monomer formaldehida yang masuk ke tubuh manusia berpotensi membahayakan kesehatan. Formalin akan berfungsi untuk membunuh bakteri. Kalau bakteri saja tidak bisa hidup, berarti tinggal selangkah lagi meracuni makhluk yang lain. Formaldehida yang masuk ke dalam tubuh dapat mengganggu fungsi sel, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian sel. Dalam jangka pendek, hal ini bisa mengakibatkan gejala berupa

15 66 muntah, diare, dan kencing bercampur darah. Sementara untuk jangka panjang, akumulasi formaldehida yang berlebih dapat mengakibatkan iritasi lambung, gangguan fungsi otak dan sumsum tulang belakang. Bahkan, fatalnya dapat mengakibatkan kanker (karsinogenik), menghentikan potensi ginjal produksi air kencing, kegagalan ginjal dan kematian. Ciri-ciri orang atau hewan yang terkena racun melamin atau formalin: Pengaruh akut atau segera pada mereka yang teracuni formalin adalah gejala iritasi dan alergi misalnya: mata berair, kemerahan, mual, muntah, diare, kencing campur darah, rasa terbakar, gatal, pusing bahkan bisa tidak sadarkan diri. 2. Pengaruh kronis dari keracunan formalin dapat mengakibatkan iritasi yang parah, kerusakan fungsi hati, ginjal, syaraf dan organ lainnya. Pada hewan, coba formalin mempunyai efek karsinogenik (menyebabkan kanker atau keganasan), pada manusia diyakini akan menimbulkan efek serupa. Sebagai efek kronis, efek ini tidak tampak segera tapi baru muncul setelah terjadi akumulasi formalin karena konsumsi atau terpapar cemaran formalin dalam jangka lama. Bagi mereka yang menampakkan gejala akut keracunan formalin, berikan pertolongan pertama dengan pemberian karbon aktif (norit), jangan rangsang untuk muntah karena bisa menyebabkan iritasi yang berat. Setelah itu segera bawa korban ke rumah sakit. 11 www. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.co.id

16 67 Pencampuran melamin pada susu atau produk susu dan peralatan makan sungguh merupakan suatu kejahatan serius, selain mereka telah mengencerkan kandungan susu dengan harapan keuntungan yang berlipat, hal tersebut juga membahayakan kesehatan para konsumen. Mudah-mudahan pemerintah dapat mengatasi kasus ini dengan tepat dan kiranya masyarakat perlu diberikan penjelasan tentang kandungan berbahaya dari zat-zat lainnya bila bercampur dengan makanan.

PERINGATAN/PUBLIC WARNING TENTANG PERALATAN MAKAN "MELAMIN" NOMOR: KH TANGGAL 1 JUNI 2009

PERINGATAN/PUBLIC WARNING TENTANG PERALATAN MAKAN MELAMIN NOMOR: KH TANGGAL 1 JUNI 2009 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERINGATAN/PUBLIC WARNING TENTANG PERALATAN MAKAN "MELAMIN" NOMOR: KH.00.01.1.23.2258 TANGGAL 1 JUNI 2009 Berdasarkan hasil pengawasan terhadap peralatan

Lebih terperinci

PERINGATAN/PUBLIC WARNING TENTANG PERALATAN MAKAN MELAMIN NOMOR: KH TANGGAL 1 JUNI 2009

PERINGATAN/PUBLIC WARNING TENTANG PERALATAN MAKAN MELAMIN NOMOR: KH TANGGAL 1 JUNI 2009 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERINGATAN/PUBLIC WARNING TENTANG PERALATAN MAKAN MELAMIN NOMOR: KH.00.01.1.23.2258 TANGGAL 1 JUNI 2009 Berdasarkan hasil pengawasan terhadap peralatan

Lebih terperinci

Pemilihan Peralatan Makan Berbahan Melamin yang Aman Bagi Kesehatan

Pemilihan Peralatan Makan Berbahan Melamin yang Aman Bagi Kesehatan 1 Pendahuluan Pemilihan Peralatan Makan Berbahan Melamin yang Aman Bagi Kesehatan Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Kebutuhan makan bagi makhluk hidup

Lebih terperinci

1. Analisis Hukum Islam Terhadap Bentuk Dan Tata Cara Akad Ija>rah Sale. menghadapi resiko-resiko yang disebabkan karena suatu musibah yang

1. Analisis Hukum Islam Terhadap Bentuk Dan Tata Cara Akad Ija>rah Sale. menghadapi resiko-resiko yang disebabkan karena suatu musibah yang 59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN IJA>RAH SALE AND LEASE BACK PADA OBLIGASI SYARIAH NEGARA RITEL DI BANK MANDIRI SYARIAH CABANG SURABAYA 1. Analisis Hukum Islam Terhadap Bentuk Dan Tata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BAGI HASIL PADA AKAD APLIKASI MULTI SUKUK DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS BAGI HASIL PADA AKAD APLIKASI MULTI SUKUK DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM 78 BAB IV ANALISIS BAGI HASIL PADA AKAD APLIKASI MULTI SUKUK DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis Implementasi bagi hasil pada Akad Aplikasi Multi Sukuk (sukuk campuran) di Bursa Efek Indonesia Apabila

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG KOTA SEMARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG KOTA SEMARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG KOTA SEMARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Skripsi Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PRULINK. SYARIAH RUPIAH FIXED INCOME FUND di PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE SYARIAH SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PRULINK. SYARIAH RUPIAH FIXED INCOME FUND di PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE SYARIAH SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PRULINK SYARIAH RUPIAH FIXED INCOME FUND di PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE SYARIAH SURABAYA A. Analisis aplikasi penetapan pendapatan tetap atau fixed income

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA DAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGGELAPAN JABATAN PNS PEMKAB BANYUWAGI

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA DAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGGELAPAN JABATAN PNS PEMKAB BANYUWAGI 57 BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA DAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGGELAPAN JABATAN PNS PEMKAB BANYUWAGI A. Analisis Hukum Pidana Terhadap Penggelapan Jabatan PNS Pemkab Banyuwangi Penggelapan jabatan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POLA KERJASAMA PEMBUATAN BATU BATA DI DESA GEMEKAN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POLA KERJASAMA PEMBUATAN BATU BATA DI DESA GEMEKAN MOJOKERTO 62 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POLA KERJASAMA PEMBUATAN BATU BATA DI DESA GEMEKAN MOJOKERTO A. Analisis Pola Kerjasama Pembuatan Batu Bata Di Desa Gemekan Mojokerto Praktik kerjasama pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERBEDAAN PERLAKUAN PEMBELI SEPEDA MOTOR SECARA KREDIT DAN TUNAI

BAB IV TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERBEDAAN PERLAKUAN PEMBELI SEPEDA MOTOR SECARA KREDIT DAN TUNAI 59 BAB IV TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP PERBEDAAN PERLAKUAN PEMBELI SEPEDA MOTOR SECARA KREDIT DAN TUNAI A. Analisis perbedaan Perlakuan Pembeli Sepeda Motor Secara Kredit dan Tunai di dealer PT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial bagi pengelola bisnis untuk memasarkan produk-produknya.

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial bagi pengelola bisnis untuk memasarkan produk-produknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menjadi pasar yang sangat potensial bagi pengelola bisnis untuk memasarkan produk-produknya. Perusahaan dalam negeri maupun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SALE AND LEASE BACK (BA I DAN IJA>RAH) DI BEI (BURSA EFEK INDONESIA) DI SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SALE AND LEASE BACK (BA I DAN IJA>RAH) DI BEI (BURSA EFEK INDONESIA) DI SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SALE AND LEASE BACK (BA I DAN IJA>RAH) DI BEI (BURSA EFEK INDONESIA) DI SURABAYA A. Analisis terhadap sale and lease back (ba i ijarah) di BEI (Bursa Efek Indonesia)

Lebih terperinci

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan Zat Kimia berbahaya pada makanan sering kita temui pada berbagai jenis produk seperti makanan yang diawetkan, penyedap rasa, pewarna makanan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA NASABAH YANG MELUNASI HUTANG SEBELUM MASA JATUH TEMPO DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA NASABAH YANG MELUNASI HUTANG SEBELUM MASA JATUH TEMPO DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM 59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA NASABAH YANG MELUNASI HUTANG SEBELUM MASA JATUH TEMPO DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM A. Analisis Terhadap Penerapan Penalti Pada Nasabah Bank Danamon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Susu 1. Pengertian Susu Susu segar merupakan cairan yang berasal dari sekresi ambing sapi sehat, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, which are part of human diet. Artinya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik banyak digunakan untuk berbagai hal, di antaranya sebagai pembungkus makanan, alas makan dan minum, untuk keperluan sekolah, kantor, automotif dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP AKAD SEWA KAMAR (KOST) BAGI MAHASISWA DI JEMURWONOSARI WONOCOLO SURABAYA SKRIPSI Diajukan kepada Institut

Lebih terperinci

Hidrokinon dalam Kosmetik

Hidrokinon dalam Kosmetik Hidrokinon dalam Kosmetik Kita ketahui bahwa kosmetik sangat beragam jenisnya, mulai dari kosmetik untuk wajah, kulit, rambut, hingga kuku. Namun diantara ragam jenis kosmetik tersebut, yang sering menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan bahan makanan yang banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia. Tahu yang kaya akan protein, sudah sejak lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai

Lebih terperinci

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN Formalin Formalin merupakan larutan 40 % formaldehid, termasuk golongan senyawa aldehid atau alkanal, yang mengandung satu atom karbon.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang dalam proses pembuatannya telah dicampur dengan bahan kimia. Bahan kimia tersebut beraneka

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.5

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.5 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.5 1. Zat berikut yang merangsang berkembangnya sel kanker adalah... Alkohol Formalin Rhodamin-B Kunci Jawaban : D Rhodamin-B

Lebih terperinci

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri patogen atau bakteri pembusuk. Kerusakan tersebut dapat diminimalir dengan penambahan bahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu atom oksigen (O) yang berikatan secara kovalen yang sangat penting fungsinya. Dengan adanya penyediaan

Lebih terperinci

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA Penjelasan gambar Zat aktif + pencampur Pestisida Sebagian besar pestisida digunakan di pertanian,perkebunan tetapi bisa digunakan di rumah tangga Kegunaan : - Mencegah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar

Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar Sampah plastik sangat banyak dijumpai di Indonesia. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sudah dijejali plastik, bahkan hingga ditimbun dalam tanah. Sampah plastik juga terbawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di sektor industri menengah dan industri kecil atau industri rumah tangga. Perkembangan industri

Lebih terperinci

A. Analisis Terhadap Sanksi Pidana Pelanggaran Program Komputer / Software. Tanpa Izin dalam Pasal 72 UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

A. Analisis Terhadap Sanksi Pidana Pelanggaran Program Komputer / Software. Tanpa Izin dalam Pasal 72 UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta BAB IV ANALISIS YURIDIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN PROGRAM KOMPUTER / SOFTWARE TANPA IZIN DALAM PASAL 72 UU NO. 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA A. Analisis Terhadap Sanksi Pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi manusia dan diminati berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kepadatan penduduk tertinggi. Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia menurut provinsi tahun 2011 sekitar 241.182.182

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak dan relatif murah harganya. Daging ayam mengandung 22 persen protein dan 74 persen air dalam 100 gram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buah-buahan sangat penting bagi kesehatan. Mengkonsumsi buah-buahan setiap. secara kuantitatif maupun kualitatif (Rukmana, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Buah-buahan sangat penting bagi kesehatan. Mengkonsumsi buah-buahan setiap. secara kuantitatif maupun kualitatif (Rukmana, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan buah-buahan. Berdasarkan data Departemen Pertanian, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak,

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan protein. Protein dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan ataupun penggantian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jenis makanan yang terdapat di masyarakat tidak jarang mengandung bahan kimia berbahaya serta tidak layak makan, penggunaan bahan kimia berbahaya yang marak digunakan

Lebih terperinci

BAB IV. A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Barang Promo di Sophie Martin Bc Kho Pwee Bing Surabaya

BAB IV. A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Barang Promo di Sophie Martin Bc Kho Pwee Bing Surabaya BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JUAL BELI BARANG PROMO DI SOPHIE MARTIN BC KHO PWEE BING SURABAYA A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan di sekolah menyita waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di sekolah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat cukup membahayakan kehidupan. Salah satu logam berbahaya yang menjadi bahan pencemar tersebut adalah Timbal (Pb). Timbal

Lebih terperinci

mem bentuk formasi yang khas. Pada air biasa sejumlah gaya yang memungkinkan molekul H

mem bentuk formasi yang khas. Pada air biasa sejumlah gaya yang memungkinkan molekul H ALMARHUM DR. Mu SHIK JHON, ahli struktur air Korea Selatan pernah melakukan riset terhadap penduduk Himalaya, Pa kistan Utara, dan Okinawa yang dikenal memiliki harapan hidup tinggi alias awet muda. Ternyata

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA PADANG. Skripsi

PERBEDAAN KADAR FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA PADANG. Skripsi PERBEDAAN KADAR FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA PADANG Skripsi Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan watak yang berbeda-beda. Namun, kesemuanya itu telah diciptakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan watak yang berbeda-beda. Namun, kesemuanya itu telah diciptakan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan manusia dengan berbagai jenis, ciri, bentuk dan watak yang berbeda-beda. Namun, kesemuanya itu telah diciptakan dengan sempurna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan setiap insan baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologis. Pangan selalu terkait

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting bagi umat manusia. Pangan juga tak lepas dari kaitannya sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting bagi umat manusia. Pangan juga tak lepas dari kaitannya sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan pokok yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia dan harus dilengkapi manusia tiap harinya. Manusia tidak hanya membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan makhluk hidup. Seperti struktur yang membentuk makhluk hidup, komponen yang dibutuhkan

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Sutrisno Koswara, Bahaya di balik Kemasan Plastik, <ebookpangan.com> 2 Ibid.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Sutrisno Koswara, Bahaya di balik Kemasan Plastik, <ebookpangan.com> 2 Ibid. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik merupakan bahan kemasan pangan yang paling populer digunakan. Banyak pelaku usaha yang memilih plastik sebagai kemasan bagi produk mereka. Hal ini karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika dikenal sebagai penunjang penampilan agar tampak lebih menarik. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, beragam kosmetika muncul di pasaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh. Proses biologis di dalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh. Proses biologis di dalam tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sangat vital bagi kehidupan karena air adalah komponen utama cairan tubuh. Seseorang dapat bertahan hidup selama 8 minggu tanpa makan, tetapi tanpa air hanya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keamanan pangan, dalam UU RI no 7 tahun 1996 didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan

Lebih terperinci

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa digunakan sebagai pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan dari etanol dalam proses denaturasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde,

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Formalin (CH 2 O) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari hidrogen, oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde, methanal, methylen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

k = A. e -E/RT Secara sistematis hubungan suhu dan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut: v 2 = 2n x v 1 dan t 2 = t 1/ 2 n

k = A. e -E/RT Secara sistematis hubungan suhu dan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut: v 2 = 2n x v 1 dan t 2 = t 1/ 2 n POKOK BAHASAN I. LAJU REAKSI 1.1 Pengertian Laju Reaksi Laju reaksi didefinisikan sebagai laju berkurangnya konsentrasi zat pereaksi (reaktan) atau laju bertambahnya hasil reaksi (produk) tiap satu satuan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GARANSI DALAM JUAL BELI HARDWARE KOMPUTER

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GARANSI DALAM JUAL BELI HARDWARE KOMPUTER TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GARANSI DALAM JUAL BELI HARDWARE KOMPUTER (Studi Kasus di Toko Elfi Komputer Pabelan) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah zat di alam yang dalam kondisi normal di atas permukaan bumi ini berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah nol derajat celcius dan mendidih pada suhu

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik telah menjadi bagian kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan secara luas baik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

MEMAHAMI HARTA PENINGGALAN SEBAGAI WARISAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Naskur 1

MEMAHAMI HARTA PENINGGALAN SEBAGAI WARISAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Naskur 1 1 MEMAHAMI HARTA PENINGGALAN SEBAGAI WARISAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Naskur 1 Abstrak Harta peninggalan adalah segala sesuatu yang ditinggalkan oleh orang meninggal dunia apakah harta tersebut menjadi

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK PADA BAKSO DAGING SAPI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan, tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA 1417031006 Tabel Bahan Kimia Berbahaya No Nama Bahan Kimia Simbol Keterangan 1 Natrium Peroxide Oksidasi Korosif 2 Acrylamide 3 Sodium Hidroxide Korosif 4 Napthalene

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FORMALDEHID DALAM PERALATAN MINUM MELAMIN YANG MENDAPAT PERLAKUAN PEMANASAN DENGAN BERBAGAI MACAM SUHU KARYA TULIS ILMIAH OLEH

IDENTIFIKASI FORMALDEHID DALAM PERALATAN MINUM MELAMIN YANG MENDAPAT PERLAKUAN PEMANASAN DENGAN BERBAGAI MACAM SUHU KARYA TULIS ILMIAH OLEH IDENTIFIKASI FORMALDEHID DALAM PERALATAN MINUM MELAMIN YANG MENDAPAT PERLAKUAN PEMANASAN DENGAN BERBAGAI MACAM SUHU KARYA TULIS ILMIAH OLEH ARIFIN SHOLEH NIM.06.002 AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA

Lebih terperinci

INTISARI ANALISIS KUALITATIF FORMALIN DALAM TAHU MENTAH DI PASAR ANTASARI KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH

INTISARI ANALISIS KUALITATIF FORMALIN DALAM TAHU MENTAH DI PASAR ANTASARI KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH INTISARI ANALISIS KUALITATIF FORMALIN DALAM TAHU MENTAH DI PASAR ANTASARI KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH Nurul Aulia 1 ; Ratih Pratiwi Sari 2 ; Noor Aisyah 3 Tahu merupakan produk makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN MAHMUD SYALTUT TENTANG HUKUM OBLIGASI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN MAHMUD SYALTUT TENTANG HUKUM OBLIGASI 53 BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN MAHMUD SYALTUT TENTANG HUKUM OBLIGASI A. Analisis Terhadap Konsep Pemikiran Mahmud Syaltut Tentang Hukum Obligasi Tujuan utama dalam menentukan hukum Islam adalah

Lebih terperinci

PONDOK PESANTREN WIRAUSAHA AGROBISNIS ABDURROHMAN BIN AUF

PONDOK PESANTREN WIRAUSAHA AGROBISNIS ABDURROHMAN BIN AUF PONDOK PESANTREN WIRAUSAHA AGROBISNIS ABDURROHMAN BIN AUF (Analisa Relevansi Kurikulum Pesantren dengan Kebutuhan Masyarakat) SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini cukup pesat, terutama di kawasan pusat industri Bangil. Hampir setiap

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini cukup pesat, terutama di kawasan pusat industri Bangil. Hampir setiap ( ( 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di kawasan Kabupaten Pasuruan dan sekitarnya dewasa ini cukup pesat, terutama di kawasan pusat industri Bangil. Hampir setiap tahunnya mengalami

Lebih terperinci

Roadmap Pengawasan Kemasan Pangan. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya 2015

Roadmap Pengawasan Kemasan Pangan. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya 2015 Roadmap Pengawasan Kemasan Pangan Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya 2015 Latar Belakang Merupakan salah satu prioritas harmonisasi standar dalam Asean Economic Comunity (AEC) Sangat dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bukan sebagai penolong yang dapat menyelesaikan semua permasalahan,

BAB I PENDAHULUAN. dan bukan sebagai penolong yang dapat menyelesaikan semua permasalahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Harta dalam pandangan Islam adalah sebagai jalan yang mempermudah manusia untuk menuju kesejahteraan. 1 Harta bukanlah satu-satunya tujuan hidup dan bukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas hidup manusia akan meningkat jika kualitas pangan, pendidikan dan ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa kriteria yang harus

Lebih terperinci

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT KARYA ILMIAH BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Asmorojati Kridatmaja NIM : 10.11.3641 Kelas : SI-TI 2B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isi dari dasar-dasar pembangunan kesehatan di Indonesia adalah adil dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang

Lebih terperinci

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax. Jl. Raya Merak Km. 7 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Telp. (0254) 570-42, Fax. (0254) 57-458 0 April 2007 7 November 204 PAGE OF 6 BAGIAN- : IDENTIFIKASI PERUSAHAAN DAN PRODUK KIMIA Nama produk Kimia :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik adalah bahan yang banyak sekali di gunakan dalam kehidupan manusia, plastik dapat di gunakan sebagai alat bantu yang relative kuat, ringan, dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik diolah maupun tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MURABAHAH. kata ribh yang artinya keuntungan. Sedangkan secara istilah, pengertian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MURABAHAH. kata ribh yang artinya keuntungan. Sedangkan secara istilah, pengertian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MURABAHAH A. Pengertian Secara bahasa, kata murabahah berasal dari bahasa Arab dengan akar kata ribh yang artinya keuntungan. Sedangkan secara istilah, pengertian murabahah

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo Material Safety Data Sheet Resin Pinus Oleo Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Resin Pinus Oleo Sinonim : Pinus Resin Turpentin Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal 3.2

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal 3.2 1. Rhodamin-B termasuk bahan kimia yang bersifat... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal 3.2 Korosif Beracun Karsingenik Radioaktif Rhodamin B termasuk bahan kimia yang bersifat

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap perubahan/kondisi lingkungan yang dengan sifatnya tersebut dapat

Lebih terperinci

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Keterangan: A = Agen (Agent) P = Pejamu (Host) L = Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi

Material Safety Data Sheet. : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi Material Safety Data Sheet Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4 1. Perubahan energi yang trjadi didalam kloropas adalah.... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4 Energi cahaya menjadi energi potensial Energi kimia menjadi energi gerak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. Penggemar makanan jajanan ini merata mulai dari anak-anak sampai orang dewasa sehingga pedagang makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat keamanan dan dapat membahayakan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat keamanan dan dapat membahayakan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan masyarakat harus dilindungi dari pangan yang tidak memenuhi syarat keamanan dan dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Pemerintah, industri

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok

Lebih terperinci