P U T U S A N. Perkara Nomor: 15/KPPU-L/2006

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "P U T U S A N. Perkara Nomor: 15/KPPU-L/2006"

Transkripsi

1 P U T U S A N Perkara Nomor: 15/KPPU-L/2006 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (selanjutnya disebut Komisi) yang memeriksa dugaan pelanggaran terhadap Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999), yang dilakukan oleh: PT Pertamina (Persero) yang beralamat kantor di Jalan Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta, (selanjutnya disebut Terlapor) ; telah mengambil Putusan sebagai berikut: Majelis Komisi: Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini; Setelah mendengar keterangan Terlapor; Setelah membaca Berita Acara Pemeriksaan (selanjutnya disebut BAP); TENTANG DUDUK PERKARA 1. Menimbang bahwa pada tanggal 28 Maret 2006, Komisi menerima laporan mengenai adanya dugaan pelanggaran Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang berkaitan dengan pendistribusian Elpiji di Sumatera Selatan ; Menimbang bahwa setelah Sekretariat Komisi melakukan penelitian dan klarifikasi, laporan dinyatakan lengkap dan jelas; Menimbang bahwa atas laporan yang lengkap dan jelas tersebut, Rapat Komisi tanggal 7 September 2006 menetapkan tindak lanjut laporan tersebut ke tahap Pemeriksaan Pendahuluan; Menimbang bahwa selanjutnya, Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 28/PEN/KPPU/IX/2006 tanggal 18 September 2006, untuk melakukan Pemeriksaan Pendahuluan terhitung sejak tanggal 2 Oktober 2006 sampai dengan 17 November 2006; Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Pendahuluan, Komisi menerbitkan Keputusan Nomor 128/KEP/KPPU/IX/2006 tanggal 18 September 2006

2 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 15/KPPU-L/2006; Menimbang bahwa untuk membantu Tim Pemeriksa dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Direktur Eksekutif menerbitkan Surat Tugas Nomor 297/SET/DE/ST/IX/2006 tanggal 18 September 2006 yang menugaskan Sekretariat Komisi; Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa telah mendengar keterangan dari Pelapor dan Terlapor; Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa menemukan adanya bukti awal yang cukup terhadap pelanggaran Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999; Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Terlapor memberikan tanggapan dan penjelasan tertulis terhadap Perkara No. 15/KPPU-L/2006; Menimbang bahwa berdasarkan Hasil Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa merekomendasikan kepada Rapat Komisi agar pemeriksaan dilanjutkan ke tahap Pemeriksaan Lanjutan; Menimbang bahwa atas dasar rekomendasi Tim Pemeriksa Pendahuluan tersebut, Komisi menyetujui dan menerbitkan Penetapan Komisi Nomor 37/PEN/KPPU/XI/2006 tanggal 20 Nopember 2006 tentang Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 15/KPPU-L/2006 terhitung sejak tanggal 20 Nopember 2006 sampai dengan tanggal 13 Februari 2007; Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi menerbitkan Keputusan Nomor 170/KEP/KPPU/XI/2006 tanggal 20 Nopember 2006 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi dalam Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 15/KPPU-L/2006; Menimbang bahwa untuk membantu Majelis Komisi dalam Pemeriksaan Lanjutan, Direktur Eksekutif Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Direktur Eksekutif Nomor 405/SET/DE/ST/XI/2006 tanggal 20 Nopember 2006; Menimbang bahwa Ketua Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 41/PEN/KPPU/XII/2006 tanggal 29 Desember 2006, tentang Pemberhentian Sementara Proses Penanganan Perkara di KPPU yang menyesuaikan jangka waktu penanganan perkara No. 15/KPPU-L/2006 dalam tahap Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan yang semula adalah 20 Nopember 2006 sampai dengan 13 Februari 2007 disesuaikan menjadi 20 Nopember 2006 sampai dengan 1 Maret 2007; hal. 2 dari 21

3 15. Menimbang bahwa berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59/P Tahun 2006 tanggal 12 Desember 2006, telah diangkat 13 (tiga belas) orang anggota Komisi periode 2006 sampai dengan 2011; Menimbang bahwa untuk menyesuaikan formasi anggota Komisi yang ditugaskan sebagai Tim Pemeriksa untuk menangani perkara Nomor 15/KPPU-L/2006, maka diterbitkan Surat Keputusan Nomor 07/KEP/KPPU/I/2007 tanggal 18 Januari 2007 tentang penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa Lanjutan dalam Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 15/KPPU-L/2006, yang mencabut Keputusan Nomor 170/KEP/KPPU/XI/2006 tanggal 20 November 2006 dan selanjutnya menugaskan 3 (tiga) Anggota Komisi periode sebagai Tim Pemeriksa Lanjutan dalam Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 15/KPPU-L/2006; Menimbang bahwa berdasarkan hasil Rapat Majelis Komisi tanggal 27 Februari 2007 yang memutuskan untuk melakukan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi menerbitkan Surat Keputusan Nomor 42/KEP/KPPU/III/2007 tentang Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 15/KPPU-L/2006; Menimbang bahwa Peraturan Komisi Nomor 1 Tahun 2006 mulai berlaku efektif sejak tanggal 18 November 2006, maka istilah Majelis Komisi yang digunakan bagi anggota Komisi yang ditugaskan untuk melakukan Pemeriksaan Lanjutan dan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan disesuaikan menjadi Tim Pemeriksa Lanjutan; Menimbang bahwa untuk melaksanakan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi menerbitkan Surat Keputusan Nomor 42.1/KEP/KPPU/III/2007 tanggal 2 Maret 2007 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Tim Pemeriksa Lanjutan dalam Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 15/KPPU-L/2006; Menimbang bahwa untuk membantu Majelis Komisi dalam Pemeriksaan Lanjutan, Direktur Eksekutif Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Direktur Eksekutif Nomor 76/SET/DE/ST/III/2007 tanggal 5 Maret 2007; Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa telah mendengar keterangan Terlapor, dan para Saksi; Menimbang bahwa identitas serta keterangan Terlapor dan Para Saksi telah dicatat dalam BAP yang telah ditandatangani oleh Terlapor dan Para Saksi; Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa telah mendapatkan, meneliti dan menilai sejumlah surat dan atau dokumen, BAP serta bukti-bukti lain yang telah diperoleh selama pemeriksaan dan penyelidikan; Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Lanjutan, Tim Pemeriksa Lanjutan membuat Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan yang berisi: Identitas Terlapor: hal. 3 dari 21

4 Bahwa Terlapor adalah pelaku usaha yang berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia berupa suatu Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian Nomor 20 tanggal 17 September 2003 yang dibuat oleh Notaris Lenny Ishak S.H. dan disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM Republik Indonesia No. C H.T TH.2003 tanggal 9 Oktober 2003 dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 93 tanggal 21 November 2003 yang salah satu kegiatan usaha antara lain adalah menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil dan Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas (selanjutnya disebut LNG) dan produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG; Tentang kegiatan usaha Terlapor di bidang Liquified Petroleum Gas (selanjutnya disebut LPG): Bahwa Terlapor merupakan satu-satunya pelaku usaha yang memproduksi LPG untuk dipasarkan di Indonesia; Bahwa LPG hasil produksi Terlapor dipasarkan dengan merek dagang Elpiji; Bahwa selama periode pemeriksaan, belum ada pelaku usaha lain yang mau masuk ke pasar LPG di Indonesia karena harga jual LPG di pasar Indonesia lebih rendah dari harga beli LPG atau ongkos produksinya sehingga secara ekonomi tidak menguntungkan bagi pelaku usaha lain untuk memasuki pasar LPG di Indonesia; Bahwa pasokan Elpiji Terlapor diperoleh dari pasokan kilang Cilacap, Balongan dan Plaju dengan tingkat produksi (delapan ratus ribu) sampai (sembilan ratus ribu) ton per tahun; Bahwa untuk memenuhi kebutuhan LPG sebesar ± (satu juta seratus ribu) ton per tahun maka Terlapor harus membeli dari dari kontraktor production sharing dan impor dengan total pembelian sebesar 20% dari total kebutuhan LPG Terlapor; Bahwa selain Elpiji milik Terlapor terdapat 2 (dua) merek LPG lain yang beredar di Indonesia yaitu My Gas dan Blue Gas, tetapi kedua merek tersebut diproduksi oleh perusahaan yang memperoleh bahan baku LPG dari Terlapor dengan jumlah penjualan 15 (lima belas) ton per hari dan hanya dipasarkan di wilayah Jawa Barat; hal. 4 dari 21

5 24.3. Tentang harga jual Elpiji milik Terlapor: Bahwa Elpiji merupakan produk yang tidak disubsidi oleh Pemerintah dan harga jual Elpiji ditetapkan oleh Terlapor berdasarkan SK Direksi Terlapor; Bahwa kewenangan untuk menentukan harga jual Elpiji sampai di tingkat agen berada di tangan Terlapor; Bahwa Terlapor hanya mengontrol harga dan margin keuntungan penjualan Elpiji sampai pada tingkat agen (harga ex agen), sedangkan harga jual di tingkat pengecer hingga konsumen tidak diatur oleh Terlapor; Bahwa Terlapor menjual Elpiji ke pasar di bawah harga beli atau ongkos produksinya yang besarannya berkisar antara Rp 6.000,- (enam ribu rupiah) sampai dengan Rp 7.000,- (tujuh ribu rupiah) per kg; Bahwa sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Utama Terlapor No. Kpts-063/C00000/2004-S3 tanggal 17 Desember 2004, Elpiji dijual kepada Agen dengan harga Rp 3.850,- (tiga ribu delapan lima puluh rupiah) per kg, yang kemudian dijual Agen kepada sub Agen atau retailer dengan harga Rp 4.250,- (empat ribu dua lima puluh rupiah) per kg Bahwa akibat menjual Elpiji dibawah ongkos produksinya menyebabkan Terlapor menderita kerugian mencapai Rp ,- (dua triliun empat ratus milyar rupiah) setiap tahun dan tidak ada subsidi dari Pemerintah atas kerugian yang diderita oleh Terlapor; Bahwa meskipun Pemerintah tidak campur tangan dalam menentukan harga jual Elpiji, tetapi Terlapor harus berkonsultasi dengan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut Meneg BUMN) dalam rangka menaikkan harga jual Elpiji; Bahwa pada tanggal 28 Desember 2005 Terlapor mengajukan surat No. 1538/C00000/2005-S3 kepada Meneg BUMN yang pada pokoknya berisi tentang kondisi bisnis Elpiji Terlapor dan permohonan ijin untuk menyesuaikan/menaikkan harga jual Elpiji pada tahun 2006; Bahwa atas permohonan tersebut di atas Terlapor hanya mendapat jawaban secara lisan yang pada prinsipnya tidak memperbolehkan Terlapor untuk menaikkan harga jual Elpiji; hal. 5 dari 21

6 24.4. Distribusi Elpiji Terlapor: Bahwa pasokan LPG Terlapor yang berasal dari 3 (tiga) sumber yaitu kilang milik Terlapor, Kontraktor Production Sharing dan impor dikirim ke Depot Supply Point (selanjutnya disebut DSP) Terlapor, yang kemudian di angkut menggunakan truk dan atau kapal untuk didistribusikan kepada Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (selanjutnya disebut SPPBE) dan Agen Pengisian dan Pengangkutan Elpiji (selanjutnya disebut APPEL) serta langsung kepada agen Elpiji; Bahwa SPPBE dan APPEL adalah pihak ketiga yang ditunjuk oleh Terlapor dalam menyalurkan Elpiji ke pada agen; Bahwa SPPBE dibangun apabila Depot LPG Terlapor sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen di daerah dimana SPBBE dibangun dan apabila pengangkutan Elpiji bulk dari Depot Elpiji ke lokasi SPPBE dapat ditempuh dengan angkutan darat secara layak; Bahwa APPEL dibangun apabila pengangkutan Elpiji bulk dari Depot LPG Terlapor ke lokasi APPEL memerlukan tambahan biaya angkutan air atau kondisi jalan darat yang tidak layak; Bahwa alasan lain Terlapor mendirikan APPEL adalah untuk menekan biaya angkut tabung Elpiji karena mengangkut dalam jumlah besar/bulk dapat menghemat biaya angkut serta untuk meminimalkan resiko kecelakaan dalam pengangkutan di atas kapal; Bahwa secara umum APPEL menanggung resiko usaha yang lebih besar dibanding SPPBE dengan perbedaan sistem distribusi Elpiji sebagai berikut: Keterangan SPPBE APPEL Pembelian komoditi bulk Elpiji Biaya angkutan dari Depot Pertamina ke lokasi SPPBE/APPEL & Filling Fee Sistem Pembelian Agen Harga beli Elpiji oleh Agen Konsinyasi Membeli dari Pertamina dengan harga yang sama dengan harga agen Elpiji Ditanggung Pertamina Ditanggung APPEL, dan dibebankan kepada harga jual APPEL ke Agen. Agen mengisi elpiji di SPPBE atas dasar DO dari Pertamina Ditetapkan oleh Pertamina, besarnya sama dengan harga beli Agen di Depot Pertamina Harga Eceran dari Agen Ditetapkan Pertamina untuk radius 60 KM SPPBE di seluruh Agen dapat membeli langsung ke APPEL atau DSP Pertamina terdekat Ditetapkan Pertamina, besarnya sama dengan harga beli Agen di Depot LPG + Filling Fee + Transportation Fee + Tunjangan Operasional Ditetapkan Pertamina untuk radius 60 Km dari APPEL sama hal. 6 dari 21

7 Lama Perjanjian Indonesia (one price policy) dengan harga jual dari APPEL + margin Agen Perjanjian Pengusahaan SPPBE Perjanjian Pengusahaan APPEL maksimal 10 tahun maksimal 20 Tahun Bahwa SPPBE mengisi Elpiji ke dalam tabung-tabung yang dibawa oleh Agen berdasarkan delivery order yang telah ditebus oleh agen Elpiji ke Terlapor untuk kemudian dijual kepada masyarakat melalui sub agen atau retailer; Bahwa ongkos kirim dan ongkos pengisian ke tabung yang dilakukan oleh SPPBE ditanggung oleh Terlapor; Bahwa APPEL membeli Elpiji secara putus dari Terlapor, dan ongkos kirim serta biaya pengisian ke tabung ditanggung oleh APPEL dan akan dibebankan kedalam harga jual kepada agen Elpiji; Bahwa selama proses pemeriksaan berlangsung hanya 2 (dua) APPEL yang ditunjuk oleh Terlapor yaitu di Lombok dan Pulau Bangka, sedangkan yang di Pontianak masih dalam proses pendirian; Perjanjian keagenan Elpiji antara Terlapor dengan agen Elpiji: Bahwa Terlapor menunjuk agen sebagai penyalur Elpiji untuk lokasi atau daerah tertentu dan agen tidak diperbolehkan menjual Elpiji di luar batas-batas daerah pemasaran yang ditetapkan Terlapor, terkecuali terlebih dahulu mendapat ijin tertulis dari Terlapor; Bahwa pengawasan yang dilakukan Terlapor terhadap peredaran Elpiji dilakukan dengan memberi tanda di tiap segel sehingga diketahui sumber pasokan Elpiji; Bahwa agen tidak diperkenankan membeli Elpiji dari agen lain dan atau perusahaan lain kecuali mendapat ijin tertulis dari Terlapor; Bahwa setelah Elpiji diserahkan Terlapor kepada agen maka segala resiko kerugian dan sebagainya menjadi beban dan tanggung jawab agen Pedoman Penyelenggaraan APPEL: Bahwa pengusahaan APPEL diberikan kepada pihak swasta nasional dibawah pengawasan Terlapor dan diutamakan badan hukum yang berdomisili di daerah APPEL berada; Bahwa dalam penyelenggaraan pengusahaan APPEL antara Terlapor dengan APPEL diikat dengan Surat Perjanjian hal. 7 dari 21

8 Pengusahaan Agen Pengangkutan dan Pengisian Elpiji yang belaku untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun; Bahwa seluruh biaya pembangunan, perbaikan dan biaya pemeliharaan atas peralatan dan kelengkapan APPEL termasuk perijinan sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab APPEL; Bahwa APPEL wajib mempunyai working stock (Elpiji yang bisa disalurkan dan sudah siap dalam tabung) sekurang-kurangnya 25% dari jumlah penjualan dalam tabung; Bahwa APPEL tidak diperkenankan melakukan pengisian dan penjualan langsung kepada konsumen baik industri maupun rumah tangga yang bukan agen resmi Terlapor; Distribusi Elpiji di Pulau Bangka Sebelum adanya APPEL: Bahwa Sebelum APPEL berdiri di Pulau Bangka, Terlapor menunjuk 3 (tiga) agen untuk memasarkan Elpiji di Pulau Bangka yaitu PT Sinar Mercu Kencana, PT Niaga Utama Pura Prima dan PT Rahardja Wira Sakti; Bahwa ketiga agen tersebut pada butir membeli Elpiji di DSP Pulau Layang; Bahwa Terlapor melalui surat GM UPMS II No. 022/E22000/2005- S3 tanggal 2 Maret 2005 mengatur tentang harga penjualan Elpiji dari Pertamina kepada agen di Sumatera Bagian Selatan (termasuk agen di Pulau Bangka-Belitung), dengan perincian sebagai berikut:- No. Uraian Per Kg Tabung Isi (Rp) 6 Kg (Rp) 12 Kg (Rp) 50 Kg (Rp) 1 Harga Pokok 3.243, , , ,00 2 Margin Pertamina 282, , , ,00 3 Harga ex Pertamina sebelum pajak 3.526, , , ,00 4 PPN 10% 352, , , ,00 5 Harga jual Pertamina kepada Agen 3.879, , , ,00 6 Margin agen Elpiji 337, , , ,00 7 PPN atas Margin 33,72 202,32 404, ,00 8 Harga jual ex agen Elpiji 4.250, , , , Bahwa dalam mengangkut elpiji dari DSP Pulau Layang ke pelabuhan Muntok di Pulau Bangka, agen menggunakan jasa pihak transporter dengan ongkos angkut tertinggi pada bulan Desember hal. 8 dari 21

9 2005 sebesar Rp ,- (tujuh belas ribu lima ratus rupiah) per tabung 12 Kg; Bahwa dengan mempertimbangkan ongkos angkut tersebut, maka Terlapor menetapkan harga jual Agen sebesar Rp ,- (enam puluh delapan ribu rupiah) per tabung. Namun harga yang terbentuk di tingkat konsumen sebesar Rp ,- (tujuh puluh lima ribu rupiah) per tabung 12 Kg; Keberadaan APPEL di Pulau Bangka: Latar Belakang Pendirian APPEL di Pulau Bangka; Bahwa untuk menurunkan harga beli agen di Pulau Bangka dan alasan keamanan atas tabung Elpiji, Terlapor menyetujui proposal/usulan PT Bina Mulia Jaya Abadi agar ditunjuk sebagai APPEL di Pulau Bangka; Bahwa sebelum ditunjuk sebagai APPEL PT Bina Mulia Jaya Abadi mengajukan proposal bisnis dan setelah dinilai kelayakannya oleh Terlapor, diberikan ijin persetujuan Prinsip Pengusahaan APPEL pada tanggal 19 Maret 2003; Bahwa APPEL di Pulau Bangka mulai beroperasi pada tanggal 3 Maret 2006 dengan kronologis sebagai berikut: Tanggal 23 Oktober 2002 mengajukan permohonan kepada Terlapor untuk mendirikan APPEL di Pulau Bangka; Tanggal 12 Nopember 2002 memo dari GM LPG & Produk Khusus Terlapor kepada GM UPMS II Palembang untuk mengkaji kemungkinan pendirian APPEL di Pulau Bangka; Proposal permohonan PT Bina Mulia Jaya Abadi sebagai APPEL di Pulau Bangka mendapat dukungan dari Gubernur Propinsi Bangka Belitung melalui surat No. 542/948/III/02 tanggal 27 Nopember 2002 yang pada intinya mendukung rencana pembangunan APPEL PT Bina Mulia Jaya Abadi; hal. 9 dari 21

10 Tanggal 19 Maret 2003 Terlapor melalui Direktur Hilir memberikan persetujuan prinsip pengusahaan APPEL di Pulau Bangka kepada PT Bina Mulia Jaya Abadi; Tanggal 17 Pebruari 2006 Terlapor mengeluarkan ijin operasi APPEL PT Bina Mulia Jaya Abadi di Muntok Pulau Bangka; Kondisi setelah Penunjukan PT Bina Mulia Jaya Abadi sebagai APPEL di Pulau Bangka; Bahwa PT Bina Mulia Jaya Abadi ditunjuk sebagai APPEL berdasarkan Surat Perjanjian Pengusahaan dan Penggunaan Agen Pengangkutan dan Pengisian Elpiji No. SPB-2958/F10000/2006-S3 tanggal 10 Nopember 2006 antara Terlapor dengan PT Bina Mulia Jaya Abadi; Bahwa APPEL mengangkut Elpiji dalam bulk dengan sarana Skid Tank yang rata-rata berkapasitas (tujuh ribu lima ratus) Kg; Bahwa sesuai dengan SK 058/E22000/2006-S3 maka harga jual elpiji dari Terlapor kepada agen di Pulau Bangka diatur dengan rincian sebagai berikut: No. Uraian Per Kg Tabung Isi (Rp) 6 Kg (Rp) 12 Kg (Rp) 50 Kg (Rp) 1 Penebusan Elpiji APPEL di Depot 3.879, , , ,00 2 Biaya Pengisian / Filling fee 152,00 912, , ,00 3 Biaya Transport fee darat eks P. Layang 24,00 144,00 288, ,00 4 Transport Laut (penyeberangan) 600, , , , Tunjangan Operasi termasuk profit APPEL Total harga jual APPEL di Muntok ke Agen 193, , , , , , , ,50 7 Margin Agen 463, , , , Total harga jual ke konsumen di Muntok Pembulatan harga Jual Elpiji di Muntok Transport darat Muntok - Pkl. Pinang Harga jual Agen Elpiji di Pkl. Pinang Pembulatan harga jual Agen di Pkl. Pinang 5.312, , , , , , ,00 215, , , , , , , , , , , , Larangan Terlapor kepada agen di Pulau Bangka untuk membeli Elpiji di DSP Pulau Layang: hal. 10 dari 21

11 Bahwa melalui Surat GM UPMS II Terlapor mengeluarkan surat No. 057/E22000/2006-S3 tanggal 3 Maret 2006 yang pada pokoknya menyampaikan terhitung mulai tanggal 3 Maret 2006 APPEL di Muntok, Pulau Bangka resmi beroperasi dan kebutuhan Elpiji untuk Agen di Pulau Bangka dilayani oleh APPEL dan tidak lagi dilayani di DSP Pulau Layang; Bahwa Surat No. 057/E22000/2006-S3 berupa larangan pembelian Elpiji di DSP Pulau Layang diterbitkan karena Terlapor pada intinya mengharuskan agen di Pulau Bangka dapat membeli Elpiji di APPEL Muntok Pulau Bangka dengan pertimbangan harga yang lebih murah dibanding membeli di DSP Pulau Layang; Bahwa setelah terbitnya Surat No. 057/E22000/2006-S3 harga ex agen yang ditetapkan oleh Terlapor turun menjadi Rp ,- (enam puluh tiga ribu tujuh ratus empat puluh tujuh rupiah) per tabung 12 Kg. Hal ini disebabkan karena agen tidak lagi menanggung biaya tambahan sebesar Rp ,- (tujuh belas ribu lima ratus rupiah) namun turun menjadi Rp ,40,- (sebelas ribu enam ratus tiga puluh sembilan koma empat puluh rupiah) dengan rincian sebagai berikut: No. Uraian 12 Kg (Rp) 1 Biaya Pengisian / Filling fee 1.824,00 2 Biaya Transport fee darat eks P. Layang 288,00 3 Transport Laut (penyeberangan) 7.200,00 4 Tunjangan Operasi termasuk profit APPEL 2.327, Bahwa berdasarkan surat GM No. 058/E22000/2006-S3 agen di Pulau Bangka akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 5.560,44,- (lima ribu lima ratus enam puluh koma empat puluh empat rupiah) per tabung 12 Kg tetapi kenyataan di lapangan, keuntungan yang diperoleh agen lebih rendah dari yang ditetapkan oleh Terlapor. Hal ini terjadi karena: APPEL melakukan penjualan langsung melalui tokotoko dengan harga berkisar antara Rp ,- (enam puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp ,- (enam puluh satu ribu rupiah); hal. 11 dari 21

12 Salah satu pemegang saham PT. Niaga Utama Pura Prima membeli elpiji secara langsung dari agen di Palembang dan memasarkannya ke Pulau Bangka dengan harga antara Rp ,- (enam puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp ,- (enam puluh tiga ribu rupiah) per tabung 12 kg; Sejak beroperasinya APPEL, PT. Niaga Utama Pura Prima sebagai salah satu agen di pulau Bangka tidak lagi mendistribusikan Elpiji dengan alasan sebagai berikut: Adanya kerugian yang ditanggung oleh PT. Niaga Utama Pura Prima karena DO (delivery order) terakhir sebanyak (lima ribu) tabung yang seharusnya diambil di DSP Pulau Layang dialihkan ke APPEL dengan jumlah yang berbeda yaitu sebanyak (empat ribu dua belas) tabung; Adanya elpiji yang beredar di pasaran dengan harga yang lebih rendah dibanding dengan harga beli dari APPEL sehingga PT Niaga Utama Pura Prima merasa kesulitan memasarkan elpiji dari APPEL; Kesulitan dalam memasarkan Elpiji karena APPEL menjual secara langsung kepada konsumen dengan harga Rp ,- (enam puluh ribu rupiah); Pencabutan Surat No. 057/E22000/2006-S3; Pada tanggal 14 Pebruari 2007 Terlapor menerbitkan surat No. 153/F12000/2007-S3 yang berisi sebagai berikut: Terhitung mulai tanggal 14 Pebruari 2007 surat No. 057/E22000/2006-S3 tanggal 3 Maret 2006 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi; Dengan dicabutnya surat tersebut, selanjutnya agen Elpiji di Propinsi Bangka Belitung dapat membeli Elpiji di LPG Filling Plant Pulau Layang atau mengisi/membeli di APPEL Bangka; Setelah keluarnya surat No. 153/F12000/2007-S3 tersebut di atas, PT Raharja Wira Sakti dan PT Sinar Mercu Kencana selaku agen masih mengambil pasokan Elpiji di APPEL Muntok, sedangkan PT Niaga Utama Pura Prima akan mempertimbangkan apakah akan membeli Elpiji di DSP Pulau Layang atau di APPEL Muntok; hal. 12 dari 21

13 Fakta-fakta lain: Bahwa sejak beroperasinya APPEL di Pulau Bangka hingga pemeriksaan ini berlangsung, salah satu agen yaitu PT Niaga Utama Pura Prima tidak pernah melakukan pengisian dan pendistribusian elpiji dari APPEL; Bahwa hal tersebut disamping disebabkan oleh alasan sebagaimana butir , juga disebabkan adanya konflik pribadi antara salah satu pemilik PT Niaga Utama Pura Prima dengan pemilik APPEL; Bahwa tidak berjalannya fungsi agen yang seharusnya dilakukan oleh PT Niaga Utama Pura Prima menyebabkan APPEL melakukan inisiatif untuk menjual langsung elpiji ke toko-toko dengan mengatasnamakan agen PT Rahardja Wira Sakti; Bahwa tindakan sebagaimana dijelaskan pada butir merupakan pelanggaran terhadap Surat Perjanjian yang telah dibuat atau disepakati antara PT Niaga Utama Pura Prima dengan Terlapor dan APPEL dengan Terlapor; Bahwa pelanggaran tersebut telah berlangsung selama kurang lebih 10 bulan dan Terlapor hanya memberikan surat peringatan; Bahwa Wira Penjualan LPG & Produk Gas UPMS II yang mempunyai tugas merespon bentuk-bentuk pelanggaran di lapangan, telah lalai melaksanakan fungsi dan tugasnya untuk mengawasi pendistribusian Elpiji di wilayah Palembang dan Pulau Bangka; Bahwa Terlapor mengakui adanya Elpiji yang berasal dari retailer yang membeli dari agen di Palembang dan memasarkannya di Pulau Bangka; Bahwa Terlapor tidak mengetahui struktur ongkos angkut yang ditanggung oleh retailer Elpiji di Pulau Bangka yang membeli dari agen di Palembang sehingga tidak bisa memastikan bagaimana cara penentuan harga jual retailer tersebut; Bahwa menurut PT Sekar Musi Eka Raya struktur ongkos transportasi terakhir setelah beroperasinya APPEL sebesar Rp ,- (sepuluh ribu rupiah) dengan perincian sebagai berikut; NO Keterangan Nilai (Rp) Satuan 1 Ongkos buruh menaikkan tabung Elpiji dari 250,00 Tabung Gudang agen ke Truk 2 Ongkos Truk dari gudang ke pelabuhan di 1.000,00 Tabung Muntok 3 Ongkos buruh menurunkan tabung Elpiji dari Truk ke kapal 250,00 Tabung hal. 13 dari 21

14 4 Ongkos kapal berlayar dari pelabuhan 1.100,00 Tabung Muntok ke pulau layang 5 Ongkos buruh menurunkan tabung Elpiji dari 250,00 Tabung kapal ke Truk 6 Ongkos Truk dari pelabuhan ke tangki 1.000,00 Tabung pengisian 7 Ongkos Truk dari pengisian ke pelabuhan di 1.000,00 Tabung pulau Layang 8 Ongkos buruh turun dari Truk ke kapal 250,00 Tabung 9 Ongkos kapal berlayar dari pulau Layang ke 2.000,00 Tabung pelabuhan di Muntok 10 Ongkos buruh menurunkan tabung dari kapal 250,00 Tabung ke Truk 11 Ongkos Truk dari pelabuhan di Muntok ke 2.400,00 Tabung gudang Agen 12 Ongkos menurunkan dari Truk ke gudang 250,00 Tabung TOTAL ,00 Tabung 25. Menimbang bahwa Tim Pemeriksa Lanjutan telah menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan kepada Komisi untuk dilaksanakan Sidang Majelis Komisi; Menimbang bahwa selanjutnya, Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 15/PEN/KPPU/IV/2007 tanggal 16 April 2007, untuk melaksanakan Sidang Majelis Komisi terhitung sejak tanggal 17 April 2007 sampai dengan 30 Mei 2007; Menimbang bahwa untuk melaksanakan Sidang Majelis Komisi, Komisi menerbitkan Keputusan Nomor 80/KEP/KPPU/IV/2007 tanggal 16 April 2007 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi dalam Sidang Majelis Komisi Perkara Nomor 15/KPPU-L/2006; Menimbang bahwa untuk membantu Majelis Komisi dalam Sidang Majelis Komisi, maka Direktur Eksekutif Sekretariat Komisi menerbitkan Surat Tugas Nomor 157/SET/DE/ST/II/2007 tanggal 14 Februari 2007; Menimbang bahwa resume Hasil Pemeriksaan Lanjutan telah disampaikan kepada Terlapor; Menimbang bahwa pada tanggal 10 Mei 2007 Majelis Komisi telah menerima pendapat atau pembelaan dari Terlapor yang pada pokoknya berisi; Bahwa tujuan Terlapor mendirikan atau membuat APPEL dalam rangka pemasaran/penjualan dan pendistribusian Elpiji adalah untuk menciptakan suatu produk yang kualitas dan kuantitasnya terjamin serta harganya terjangkau oleh masyarakat; Dalam hal penyimpangan dalam pelaksanaan di lapangan sesuai resume hasil pemeriksaan lanjutan yang menyebutkan adanya konflik pribadi antar pemilik, maka hal tersebut adalah diluar skema bisnis Terlapor; hal. 14 dari 21

15 30.3. Apabila Terlapor dengan adanya surat GM No. 057/E22000/2006-S3 tanggal 3 Maret 2006 dianggap melanggar pasal 15 ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang No. 5 tahun 1999, maka surat tersebut telah dicabut dengan diterbitkannya surat No. 153/F12000/2007-S3 tanggal 14 Februari 2007; Menimbang bahwa selanjutnya Majelis Komisi menilai telah mempunyai bukti dan penilaian yang cukup untuk mengambil Putusan; TENTANG HUKUM 1. Menimbang bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan, pendapat atau pembelaan Terlapor, surat, dokumen dan alat bukti lainnya Majelis Komisi menilai dan menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: Bahwa Terlapor adalah PT Pertamina (Persero) sebagaimana telah diuraikan pada butir tentang Duduk Perkara yang menjalankan kegiatan usaha dibidang minyak dan gas bumi merupakan subyek hukum yang memenuhi persyaratan untuk dijadikan sebagai Terlapor dalam perkara a quo; Pasar Bersangkutan; Bahwa pasar bersangkutan dalam perkara ini adalah pendistribusian elpiji di Pulau Bangka yang masuk dalam wilayah operasional PT Pertamina (Persero) UPMS II Palembang, Sumatera Selatan; Posisi dominan Terlapor dalam penjualan Elpiji di Pulau Bangka; Bahwa Terlapor merupakan satu-satunya pelaku usaha yang memproduksi Elpiji untuk dipasarkan di Pulau Bangka; Perjanjian keagenan LPG antara Terlapor dengan agen; Bahwa agen di Pulau Bangka memperoleh ijin dari Terlapor untuk hanya mendistribusikan dan memasarkan Elpiji di wilayah Pulau Bangka; Bahwa agen di Pulau Bangka membeli dengan sistem beli putus dari Terlapor, tetapi Terlapor menetapkan harga jual tertinggi yang diperbolehkan bagi para agen; Bahwa penetapan harga jual tertinggi oleh Terlapor terkait dengan tindakan pemerintah yang tidak menyetujui usulan kenaikan harga jual Elpiji; Bahwa Elpiji merupakan komoditas bebas, namun pada kenyataannya Pemerintah mengatur atau setidak-tidaknya ikut mengatur pemasaran Elpiji terutama dalam penentuan harga jual tertinggi; hal. 15 dari 21

16 1.4.5 Bahwa dengan demikian perjanjian antara Terlapor dengan agen bukan merupakan bentuk perjanjian yang bertujuan untuk membatasi agen dalam mendistribusikan dan memasarkan Elpiji; Perjanjian Pengusahaan dan Penggunaan Agen Pengangkutan dan Pengisian Elpiji antara Terlapor dengan APPEL; Bahwa PT. Bina Mulia Jaya Abadi selaku APPEL hanya diperkenankan menjual Elpiji kepada agen yang ditunjuk oleh Terlapor dan dilarang melakukan penjualan langsung kepada konsumen baik industri maupun rumah tangga; Bahwa keberadaan APPEL bertujuan untuk mendistribusikan Elpiji di Pulau Bangka kepada konsumen melalui agen agar tercapai harga jual yang lebih murah dibandingkan sebelum adanya APPEL; Bahwa pengaturan penjualan Elpiji yang dilakukan oleh Terlapor kepada APPEL dimaksudkan untuk menjaga ketersediaan Elpiji di masing-masing agen dengan harga yang lebih murah; Bahwa dengan demikian perjanjian pengusahaan dan penggunaan agen pengangkutan dan pengisian elpiji antara Terlapor dengan APPEL dalam hal pengaturan penjualan Elpiji yang dilakukan oleh Terlapor kepada APPEL bukan merupakan bentuk pembatasan penjualan; Larangan pengisian Elpiji di DSP Pulau Layang; Bahwa pelarangan pengisian Elpiji di DSP diberlakukan setelah APPEL beroperasi di Pulau Bangka, namun sejak 14 Februari 2007 Terlapor mencabut surat larangan tersebut dan mengijinkan agen di Pulau Bangka untuk memilih pengisian di DSP Pulau Layang atau di APPEL; Bahwa dengan demikian larangan pengisian Elpiji di DSP sudah tidak berlaku lagi; Harga jual Elpiji di Pulau Bangka; Bahwa keberadaan APPEL dimaksudkan untuk menurunkan harga beli Elpiji oleh agen sehingga harga jual dari agen ke konsumen menjadi lebih murah dibandingkan sebelum adanya APPEL; Bahwa sebelum ada APPEL harga beli agen untuk tabung 12 kg sebesar Rp ,- (enam puluh empat ribu rupiah) dan harga jual ex agen yang ditetapkan Terlapor sebesar Rp ,- (enam puluh delapan ribu rupiah), sedangkan harga yang terbentuk di tingkat hal. 16 dari 21

17 konsumen berkisar Rp ,- (tujuh puluh lima ribu rupiah) per tabung; Bahwa setelah ada APPEL harga beli agen sebesar Rp ,- (lima puluh delapan ribu rupiah), sedangkan harga jual ex agen yang ditetapkan oleh Terlapor Rp ,- (enam puluh tiga ribu rupiah), dan harga yang dijual ditingkat konsumen berkisar Rp ,- (enam puluh lima ribu rupiah) per tabung 12 kg ; Bahwa dengan demikian keberadaan APPEL di Pulau Bangka menyebabkan harga jual Elpiji di tingkat konsumen menjadi lebih murah; Menimbang bahwa Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau tempat tertentu ; Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi mempertimbangkan unsur-unsur dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 sebagai berikut: Pelaku usaha: Bahwa yang dimaksud pelaku usaha dalam Pasal 1 angka 5 Undangundang Nomor 5 Tahun 1999 adalah orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; Bahwa berdasarkan Akta Pendirian Terlapor Nomor 20 tanggal 17 September 2003, dibuat dihadapan Lenny Janis Ishak SH Notaris di Jakarta dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman dan HAM RI nomor. C HT TH 2003 tanggal 9 Oktober 2003 adalah pelaku usaha sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999; Bahwa dengan demikian unsur pelaku usaha terpenuhi; Unsur Perjanjian yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau tempat tertentu; hal. 17 dari 21

18 3.2.1 Bahwa Terlapor membuat perjanjian dengan PT Bina Mulia Jaya Abadi selaku APPEL yang mengharuskan APPEL menjual Elpiji hanya kepada agen yang berada di pulau Bangka dan dilarang menjual kepada pihak yang bukan agen di Pulau Bangka; Bahwa sebagaimana dijelaskan pada butir 1.4 dan 1.5 maka perjanjian antara Terlapor dengan agen dan Terlapor dengan APPEL bukan merupakan perjanjian sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999; Bahwa dengan demikian unsur perjanjian yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau tempat tertentu tidak terpenuhi Menimbang bahwa karena unsur perjanjian yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau tempat tertentu tidak terpenuhi maka Majelis Komisi tidak perlu membuktikan unsur lainnya; Menimbang bahwa Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk: a. Menetapkan syarat-sarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing baik dari segi harga maupun kualitas; Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi mempertimbangkan unsur-unsur dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 sebagai berikut: Pelaku Usaha; Bahwa yang dimaksud pelaku usaha dalam Pasal 1 angka 5 Undangundang Nomor 5 Tahun 1999 adalah orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; Bahwa berdasarkan Akta Pendirian Terlapor Nomor 20 tanggal 17 September 2003, dibuat dihadapan Lenny Janis Ishak SH Notaris di hal. 18 dari 21

19 Jakarta dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman dan HAM RI nomor. C HT TH 2003 tanggal 9 Oktober 2003 adalah pelaku usaha sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999; Bahwa dengan demikian unsur pelaku usaha terpenuhi; Posisi dominan; Bahwa yang dimaksud posisi dominan dalam Pasal 1 angka 4 Undangundang Nomor 5 Tahun 1999 adalah keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti dipasar yang bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha yang mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu; Bahwa Terlapor merupakan satu-satunya pemasok Elpiji di Indonesia, termasuk didalamnya wilayah Pulau Bangka; Bahwa dengan demikian unsur posisi dominan terpenuhi; Menetapkan syarat-syarat perdagangan; Bahwa Terlapor telah menerbitkan surat No. 057/E22000/2006-S3 yang pada pokoknya melarang agen Elpiji di Pulau Bangka untuk membeli dan mengisi Elpiji di DSP Pulau Layang dan harus mengisi di APPEL Muntok terhitung mulai tanggal 3 Maret 2006; Bahwa sebagaimana dijelaskan pada butir 1.6 Terlapor telah mencabut surat larangan pengisian Elpiji di DSP Pulau Layang dan memberikan kebebasan kepada agen di Pulau Bangka untuk memilih tempat pengisian Elpiji; Bahwa dengan demikian unsur menetapkan syarat-syarat perdagangan tidak terpenuhi; Menimbang bahwa karena unsur menetapkan syarat-syarat perdagangan tidak terpenuhi maka Majelis Komisi tidak perlu membuktikan unsur lainnya; Menimbang bahwa berdasarkan temuan-temuan dalam pemeriksan dan Sidang Majelis, Majelis Komisi merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: Bahwa Elpiji merupakan komoditas bebas (yang harganya tidak ditetapkan oleh Pemerintah), namun Pemerintah masih turut campur dalam penentuan harga Elpiji; hal. 19 dari 21

20 6.2. Bahwa berdasarkan hal tersebut, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk menyampaikan saran pertimbangan kepada Pemerintah tentang kebijakan yang tegas dalam hal pendistribusian dan penetapan harga Elpiji; Bahwa akibat kurang tanggapnya Wira Penjualan UPMS II Palembang dalam merespon permasalahan pendistribusian Elpiji di Pulau Bangka mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap perjanjian yang dilakukan oleh APPEL dan agen, sehingga menyebabkan keterlambatan Terlapor mengambil tindakan; Bahwa berdasarkan hal tersebut, Majelis Komisi merekomendasikan kepada Komisi untuk menyampaikan kepada Terlapor agar memberikan sanksi administratif kepada Wira Penjualan UPMS II Palembang atas kelalaiannya dalam menjalankan tugas pengawasan pendistribusian Elpiji di wilayah Pulau Bangka, sesuai dengan ketentuan yang berlaku; Menimbang bahwa Majelis Komisi tidak menemukan bukti pelanggaran yang dilakukan Terlapor; Menimbang bahwa berdasarkan fakta serta kesimpulan di atas, dan dengan mengingat Pasal 43 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, Majelis Komisi: MEMUTUSKAN Menyatakan bahwa Terlapor tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999; Demikian putusan ini ditetapkan dalam Rapat Musyawarah Majelis Komisi pada hari Selasa tanggal 22 Mei 2007 dan dibacakan di muka persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Rabu tanggal 23 Mei 2007 oleh kami, anggota Majelis Komisi, Ir. H. Mohammad Iqbal sebagai Ketua Majelis Komisi, Dr. Sukarmi, S.H., M.H. dan Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar, M.S. masing-masing sebagai Anggota Majelis Komisi, dibantu oleh Akhmad Muhari, S.H., dan Endah Widwianingsih, S.H masingmasing sebagai Panitera. Ketua Majelis, Anggota Majelis, t.t.d. t.t.d. Ir. H. Mohammad Iqbal Anggota Majelis, t.t.d. Dr. Sukarmi, S.H., M.H. Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Ramadhan Siregar, M.S. hal. 20 dari 21

21 Panitera, t.t.d. Akhmad Muhari, S.H. t.t.d. Endah Widwianingsih, S.H. hal. 21 dari 21

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENETAPAN HARGA ECERAN TERTINGGI LIQUEFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 KILOGRAM DI KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan transparansi dan

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK, BAHAN BAKAR GAS DAN LIQUEFIED PETROLEUM GAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TERTUTUP LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) TERTENTU DI WILAYAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) LIQUEFIED PETROLIUM GAS (LPG) TABUNG 3 (TIGA) KILOGRAM PADA TINGKAT PANGKALAN DAN PENGECER DI WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN DISTRIBUSI LIQUIFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 (TIGA) KILOGRAM BERSUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Penyediaan. Pendistribusian. LPG.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Penyediaan. Pendistribusian. LPG. No.333, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Penyediaan. Pendistribusian. LPG. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGENAAN DENDA KETERLAMBATAN PEMBERITAHUAN PENGGABUNGAN ATAU PELEBURAN BADAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN KOMISI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2016 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) TABUNG 3 KILOGRAM DI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) TABUNG 3 KILOGRAM PADA

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia \ Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA PELAKSANAAN KEMITRAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN PENYALURAN LIQUEFLED PETROLEUM GAS

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN PENYALURAN LIQUEFLED PETROLEUM GAS MENTERI ENEROI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK, BAHAN BAKAR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PT. VITALITAS GAYA MANDIRI. Nomor : 110. h)

PT. VITALITAS GAYA MANDIRI. Nomor : 110. h) AKTA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PT. VITALITAS GAYA MANDIRI Nomor : 110. h).----------------------------------------------------------------------------------------------- - Hadir dihadapan saya, HARTONO,

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor 09/KPPU-M/2012

P U T U S A N. Perkara Nomor 09/KPPU-M/2012 P U T U S A N Perkara Nomor 09/KPPU-M/2012 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 09/KPPU-M/2012 tentang dugaan pelanggaran Pasal 29

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU, Menimbang : a. bahwa minyak dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan. No.223, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan. PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM. A. Penerapan Tanggal Efektif Yuridis dalam Pengambilalihan Saham. yang Dilakukan PT Bumi Kencana Eka Sejahtera atas PT Andalan

BAB IV ANALISIS HUKUM. A. Penerapan Tanggal Efektif Yuridis dalam Pengambilalihan Saham. yang Dilakukan PT Bumi Kencana Eka Sejahtera atas PT Andalan 46 BAB IV ANALISIS HUKUM A. Penerapan Tanggal Efektif Yuridis dalam Pengambilalihan Saham yang Dilakukan PT Bumi Kencana Eka Sejahtera atas PT Andalan Satria Lestari Pasal 29 UU No.5 Tahun 1999, mewajibkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A14012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MEDCO POWER INDONESIA OLEH PT SARATOGA POWER

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A14012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MEDCO POWER INDONESIA OLEH PT SARATOGA POWER PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A14012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MEDCO POWER INDONESIA OLEH PT SARATOGA POWER LATAR BELAKANG 1. Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

P U T U S A N Perkara Nomor: 10/KPPU-L/2005

P U T U S A N Perkara Nomor: 10/KPPU-L/2005 P U T U S A N Perkara Nomor: 10/KPPU-L/2005 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa dugaan pelanggaran terhadap Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 6,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, pres-lambang01.gif (3256 bytes) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1),

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005.

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005. MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005 Tentang PERSYARATAN DAN PEDOMAN PELAKSANAAN IZIN USAHA DALAM KEGIATAN USAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG KETENTUAN IMPOR LIQUEFIED PETROLEUM GAS/LPG DAN TABUNG LPG 3 KILOGRAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1),

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DI KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DI KABUPATEN SERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR 08/KPPU-M/2012 TERKAIT UNSUR-UNSUR DUGAAN TERHADAP PELANGGARAN PASAL 29 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

BAB III ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR 08/KPPU-M/2012 TERKAIT UNSUR-UNSUR DUGAAN TERHADAP PELANGGARAN PASAL 29 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 BAB III ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR 08/KPPU-M/2012 TERKAIT UNSUR-UNSUR DUGAAN TERHADAP PELANGGARAN PASAL 29 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 Dari pertamakali dibentuk hingga sekarang KPPU sudah banyak

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA PELAKSANAAN KEMITRAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG SUBSIDI BENIH PADI, KEDELAI, JAGUNG HIBRIDA DAN JAGUNG KOMPOSIT BERSERTIFIKAT HASIL

Lebih terperinci

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 17/P/BPH Migas/VIII/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TERTUTUP JENIS MINYAK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban

Lebih terperinci

P E N E T A P A N No. 29/G/2016/PTUN-Pbr

P E N E T A P A N No. 29/G/2016/PTUN-Pbr P E N E T A P A N No. 29/G/2016/PTUN-Pbr DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 LAMPIRAN : Keputusan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia Nomor : Kep-04/BAPMI/11.2002 Tanggal : 15 Nopember 2002 Nomor : Kep-01/BAPMI/10.2002 Tanggal : 28 Oktober 2002 PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE

Lebih terperinci

TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN DAN PENANGANAN DUGAAN PELANGGARAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999

TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN DAN PENANGANAN DUGAAN PELANGGARAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999 TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN DAN PENANGANAN DUGAAN PELANGGARAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999 (Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 05/KPPU/Kep/IX/2000 tanggal 8 September 2000) KOMISI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.511, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Pupuk Bersubsidi. Pengadaan. Penyaluran. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/M-DAG/PER/4/2013 TENTANG PENGADAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR 25297.K/l0/DJM.S/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS

Lebih terperinci

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11711 DAN A11811

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11711 DAN A11811 PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11711 DAN A11811 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT PELAYARAN SANDITIA PERKASA MARITIM DAN PT MUTIARA TANJUNG LESTARI OLEH PT BERAU COAL ENERGY

Lebih terperinci

P U T U S A N 10/PID.SUS-LH/2017/PT.PBR

P U T U S A N 10/PID.SUS-LH/2017/PT.PBR Nomor P U T U S A N 10/PID.SUS-LH/2017/PT.PBR DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Pekanbaru yang mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.169, 2018 KEMEN-ESDM. Pengusahaan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUSAHAAN GAS

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 57 TAHUN 2010 TENTANG PENGGABUNGAN ATAU PELEBURAN BADAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN YANG DAPAT MENGAKIBATKAN TERJADINYA PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 081 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 081 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 081 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2010 TENTANG PENGGABUNGAN ATAU PELEBURAN BADAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN YANG DAPAT MENGAKIBATKAN TERJADINYA PRAKTIK MONOPOLI DAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.291, 2017 KEMENDAG. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/M-DAG/PER/2/2017 TENTANG BADAN PENYELESAIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 21 Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

1 of 6 18/12/ :13

1 of 6 18/12/ :13 1 of 6 18/12/2015 16:13 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 218/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN,

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG PENILAIAN PEMBERITAHUAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PT PERKASA MELATI OLEH PT UNITED

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In No.1817, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bongkar Muat. Barang. Kapal. Penyelenggaraan. Pengusahaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 60 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA

MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA MENTERl ENERGI DAN SUMBIER DAYA MINERAL REPUB!,EK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 021 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYEDIAAW DAN PENDlSTRlBUSlAN LIQUEFIED PETROLEUM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN POS

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN POS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN POS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor: 21/KPPU-L/2005

P U T U S A N. Perkara Nomor: 21/KPPU-L/2005 P U T U S A N Perkara Nomor: 21/KPPU-L/2005 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa dugaan pelanggaran Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Lebih terperinci

MENTERI ENERGl DAN SUMBER DAYA MINERAL WEPUBLlK INDONESIA

MENTERI ENERGl DAN SUMBER DAYA MINERAL WEPUBLlK INDONESIA MENTERI ENERGl DAN SUMBER DAYA MINERAL WEPUBLlK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 3175 K/lO/MEM/2007 TENTANG PENUGASAN PT PERTAMINA (PERSERO) DAN PENETAPAN DAERAH TERTENTU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang LPG merupakan bahan bakar berupa gas yang dicairkan (Liquified Petroleum Gasses) dan merupakan produk minyak bumi yang ramah lingkungan dan banyak digunakan oleh rumah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR : 3 TAHUN 1992 SERI D NO. 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR : 3 TAHUN 1992 SERI D NO. 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR : 3 TAHUN 1992 SERI D NO. 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 1991 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

P U T U S A N Perkara Nomor: 39/KPPU-L/2008

P U T U S A N Perkara Nomor: 39/KPPU-L/2008 P U T U S A N Perkara Nomor: 39/KPPU-L/2008 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (selanjutnya disebut Komisi) yang memeriksa dugaan pelanggaran terhadap Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 75 / PDT / 2014 / PT - MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 75 / PDT / 2014 / PT - MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 75 / PDT / 2014 / PT - MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara perkara perdata dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa minyak dan gas bumi merupakan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor: 23/KPPU-L/2007

P U T U S A N. Perkara Nomor: 23/KPPU-L/2007 P U T U S A N Perkara Nomor: 23/KPPU-L/2007 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (selanjutnya disebut Komisi) yang memeriksa dugaan pelanggaran terhadap Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun

Lebih terperinci

GOLD Tbk, suatu perseroan terbatas terbuka yang dan berkedudukan di Jakarta Selatan (selanjutnya

GOLD Tbk, suatu perseroan terbatas terbuka yang dan berkedudukan di Jakarta Selatan (selanjutnya -menurut keterangan mereka dalam hal ini bertindak ---- ----------- dalam kedudukan mereka masing-masing, berturut-turut ---- ---- selaku Presiden Direktur dan Direktur PT MERDEKA COPPER GOLD Tbk, suatu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1732 K/10/MEM/2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1732 K/10/MEM/2013 TENTANG MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1732 K/10/MEM/2013 TENTANG PENUGASAN PT PERTAMINA (PERSERO) DALAM PENYEDlAAN DAN PENDISTRIBUSIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang : a. bahwa minyak dan gas bumi

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENDISTRIBUSIAN LPG TABUNG 3 KILOGRAM DI PROVINSI SULAWESI BARAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a bahwa dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG TARIF SEMENTARA ANGKUTAN PENUMPANG UMUM LOKAL DI WILAYAH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 570/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR 570/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR 570/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan Kepala

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 6 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 6 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 6 TH. 2008 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 27 TAHUN 2004 T E N T A N G SURAT IJIN USAHA INDUSTRI, IJIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI DI KABUPATEN LUMAJANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

P U T U S A N TENTANG DUDUK PERKARA

P U T U S A N TENTANG DUDUK PERKARA P U T U S A N Perkara Nomor: 04/KPPU-L/2006 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa dugaan pelanggaran terhadap Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 19 huruf

Lebih terperinci

SIARAN PERS Biro Hukum, Humas & Kerjasama Gd. KPPU, Lt. 1, Jl. Juanda 36, Jakpus, Telp /Fax

SIARAN PERS Biro Hukum, Humas & Kerjasama Gd. KPPU, Lt. 1, Jl. Juanda 36, Jakpus, Telp /Fax SIARAN PERS Biro Hukum, Humas & Kerjasama Gd. KPPU, Lt. 1, Jl. Juanda 36, Jakpus, 10120 Telp. 021-3507015/Fax. 021-3507008 www.kppu.go.id Persaingan Sehat Sejahterakan Rakyat Majelis Komisi Pengawas Persaingan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Izin Usaha Niaga LPG PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA UMUM LPG

Izin Usaha Niaga LPG PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA UMUM LPG Izin Usaha Niaga LPG PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA UMUM LPG PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA Prosedur Memperoleh Izin Usaha Sementara 1. Badan Usaha mengajukan permohonan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1879, 2014 KEMENHUB. Pelabuhan. Terminal. Khusus. Kepentingan Sendiri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 73 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 09/B/2013/PT.TUN-MDN

P U T U S A N Nomor : 09/B/2013/PT.TUN-MDN P U T U S A N Nomor : 09/B/2013/PT.TUN-MDN ---------------------------------------------------------------------------------- Publikasi putusan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada publik, sedangkan

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0044 TAHUN 2005.

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0044 TAHUN 2005. MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0044 TAHUN 2005 Tentang PENYELENGGARAAN PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2013

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2013 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR MELALUI KONVERSI DANA CADANGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2011 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT ASURANSI BANGUN ASKRIDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci