EFEKTIVITAS METODE STAD DALAM PEMBELAJARAN SKI DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH PAREMONO MUNGKID MAGELANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS METODE STAD DALAM PEMBELAJARAN SKI DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH PAREMONO MUNGKID MAGELANG"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS METODE STAD DALAM PEMBELAJARAN SKI DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH PAREMONO MUNGKID MAGELANG Titin Prihantini Swastikaningrum Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam FAI UMM Muis Sad Iman Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang Abstraksi Penelitian ini tentang pelaksanaan metode STAD (Student Teams Achievement Devision) dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam untuk mengetahui pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas IV MI Muhammadiyah Paremono Magelang populasi dengan jumlah populasi 30 siswa. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik paired sample t- test. Setelah dilaksanakan observasi dan penelitian di lapangan, maka disimpulkan bahwa metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono saat ini menggunakan metode STAD (Student Teams Achievement Devision). Prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono sebelum menggunakan metode STAD (Student Teams Achievement Devision) dalam kategori cukup yaitu sebesar 61,6 kemudian meningkat menjadi 71,4 setelah diterapkan metode STAD (Student Teams Achievment Devision). Analisis statistik paired sample t-test menunjukkan bahwa metode STAD (Student Teams Achievement Devision) terbukti efektif untuk meningkatkan prestasi belajar SKI sebesar 9,8%. Kata Kunci: Efektivitas Pembelajaran, Metode STAD, Pembelajaran SKI. LATAR BELAKANG Pendidikan Agama Islam secara umum dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual serta membentuk siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlaq mulia. Akhlaq mulia mencakup aspek etika, budi pekerti, dan moral. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, penanaman nilai keagamaan, pengamalan nilai keagamaan dalam kehidupan individu maupun kemasyarakatan. Peningkatan 1

2 potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan untuk mengoptimalisasikan berbagai potensi yang dimiliki siswa yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabat sebagai hamba Allah SWT. Hal tersebut dapat diwariskan kepada siswa melalui pengajaran. Pelaksanaan pengajaran pendidikan agama Islam di madrasah ibtidaiyah pada dasarnya merupakan bagian dari pelaksanaan sistem pendidikan nasional. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan agama Islam ikut berperan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan nasional. Berkaitan dengan hal itu, pendidikan agama Islam dapat didefinisikan sebagai usaha sadar dalam membimbing, memelihara, baik jasmani maupun ruhani pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya manusia yang ideal (insan kamil) berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada agama Islam sehingga dapat tercapai kehidupan bahagia sejahtera lahir dan batin di dunia maupun di akhirat. Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan untuk mewujudkan manusia yang ideal menurut citra Islam. Tujuan tersebut tidak dapat dicapai dengan begitu saja. Seorang guru harus dapat membaca perubahan yang terjadi di era globalisasi ini. Setidaknya guru harus dapat memahami fenomena kemacetan (stagnasi) dunia pendidikan secara umum dan pendidikan Agama Islam pada khususnya. Permasalahan yang muncul dan indikator adanya kemacetan itu adalah penerapan metode yang bersifat statis dalam proses belajar mengajar, tujuan dan hasil yang tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat, sikap mental pendidik yang kurang mendukung proses, dan materi pelajaran yang tidak bersifat progesif. Bahkan lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan agama kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa (Amin Abdullah dalam Ismail, 2008:1). Ahli lain menjelaskan bahwa pembelajaran sekarang ini kebanyakan 2

3 masih menggunakan metode yang bersifat normatif (Towaf dalam Ismail, 2008:1). Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat diartikan bahwa dalam pembelajaran agama, seorang guru menjadi kurang kreatif dalam menemukan metode yang afektif sehingga menjadikan pelaksanaan pembelajarannya cenderung bersifat monoton. Dari dua pendapat tersebut jelaslah bahwa di antara permasalahan pendidikan yang perlu diupayakan alternatif jalan keluarnya adalah persoalan metode. Mengingat, dalam proses pendidikan Islam, metode memilki kedudukan yang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Bahkan dapat dikatakan bahwa metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kepada siswa sebagai sesuatu yang penting dibanding dengan materi itu sendiri. Hal ini berarti cara penyampaian yang komonikatif lebih disenangi oleh siswa walaupun materi yang disampaiakan kurang menarik. Sebaliknya, materi yang cukup menarik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi tersebut kurang dapat dicerna oleh siswa. Sehubungan penerapan metode yang tepat sangat berpengaruh pada keberhasilan proses belajar mengajar, kesalahan dalam memilih dan menerapkan metode akan berakibat fatal. Alquran pun memberi petunjuk yang jelas mengenai dorongan untuk memilih metode secara tepat dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dibaca pada surat Al-Nahl ayat 125 yang berbunyi: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Selain surat Al-Nahl juga dapat dibaca pada surat Ali-Imron ayat 156 yang berbunyi: 3

4 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada Saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: "Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh." akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa hakikat pendidikan agama Islam terletak pada kemampuannya untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa sehingga mampu bertindak sebagai khalifatullah fi al ardh. Dengan demikian, hakikat inilah yang seharusnya menjadi sebuah rujukan terhadap pemilihan metode pembelajaran untuk mencapai tujuan secara maksimal. Selama ini, metodologi pembelajaran agama Islam yang diterapkan masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah, menghafal dan demonstrasi praktik-praktik ibadah yang tampak kering. Cara-cara seperti itu diakui atau tidak membuat siswa tampak bosan, jenuh, dan kurang bersemangat dalam belajar agama. Jika secara psikologis siswa kurang tertarik dengan metode yang digunakan guru, maka dengan sendirinya siswa akan memberikan umpan balik (feedback) psikologis yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran. Indikasinya adalah timbul rasa tidak simpati siswa terhadap guru agama, tidak tertarik dengan materi-materi agama, dan lama kelamaan timbul sikap acuh tak acuh terhadap agamanya sendiri. Kalau kondisinya sudah seperti itu, sangat sulit mengharapkan siswa sadar dan mau mengamalkan ajaran agama Islam. Oleh karena itu, jika secara umum pendidikan di Indonesia memerlukan berbagai inovasi dan 4

5 kreativitas agar tetap berfungsi optimal di tengah arus perubahan, maka pendidikan agama juga membutuhkan berbagai upaya inovasi agar eksistensinya tetap bermakna bagi kehidupan siswa sebagai seorang pribadi, anggota masyarakat, dan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, inovasi dan kreativitas, terutama dalam penerapan metode pembelajaran agama Islam, harus tetap menjaga dan tidak keluar dari koridor nilai-nilai agama Islam yang menjadi tujuan dari agama itu sendiri. Untuk mencapai harapanharapan tersebut, sikap inklusif para pemikir, pendidik agama, dan praktisi pendidikan sangatlah perlu. Keterbukaan untuk bisa menerima segala apa yang dianggap baik dan terbaik untuk sebuah masa depan adalah sebuah keniscayaan. Tentunya keterbukaan yang dimaksud bukan buta tanpa selektivitas. Mental inklusif, inovatif, dan kreatif dalam memilih dan memilih metode pembelajaran ini sejalan dengan semangat reformasi pendidikan yang bergulir. Semangat reformasi menghendaki adanya perubahan-perubahan mendasar dalam sistem pembelajaran. Diantaranya adalah bagaimana pembelajaran itu menguntungkan semua pihak, baik sekolah, guru, dan terutama siswa. Perubahan sebagai akibat reformasi yang sangat cepat hampir terlihat pada semua aspek pola pikir baru dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Untuk merespon hal tersebut, manusia harus berlomba mengembangkan pendidikan baik di bidang ilmu sosial, ilmu alam, ilmu pasti maupun ilmu terapan. Bersamaan dengan itu, muncul sejumlah krisis kehidupan misalnya krisis politik, sosial, hukum dan agama. Akibatnya, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kehidupan, keberagamaan masyarakat diragukan. Seakan-akan Sejarah Kebudayaan Islam dianggap kurang memberikan sumbangan. Kenyataannya setelah diadakan penelitian mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menghadapi berbagai kendala, antara lain waktu yang disediakan terbatas, materi terfokus pada peningkatan 5

6 kemampuan kognitif dan sangat minim yang mengarah pada pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan motorik (psikomotorik). Kendala lain adalah kurangnya keikutsertaan guru dalam memberi motivasi kepada siswa untuk mempraktikkan nilai-nilai Sejarah Kebudayaan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang, khususnya untuk siswa kelas IV meliputi Al Quran Hadits, Aqidah, Ibadah, Akhlak, Tarikh atau Sejarah Kebudayaan Islam. Sebagai bagian dari pendidikan agama Islam, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pun ikut berperan dalam mencapai tujuan pendidikan agama Islam. Secara umum tujuan pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam untuk kelas IV Madrasah Ibtidaiyah adalah menumbuhkembangkan kemampuan siswa dalam memahami peristiwa sejarah dan produk peradaban Islam, menghargai para tokoh pelaku sejarah dan pencipta peradaban yang membawa kemajuan dan kejayaan Islam sehingga tertanam nilai-nilai kepahlawanan, kepeloporan, dan kreativitas serta menyiapkan anak didik mengikuti pendidikan ke tingkat MTs atau SLTP. Karena begitu penting dan besar perngaruhnya terhadap pencapaian tujuan pendidikan agama Islam tersebut maka sudah selayaknya pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah diperbaharui agar lebih menarik bagi siswa. Meskipun demikian, dalam praktik pengajarnya sehari-hari di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang masih bersifat konvensional sehingga siswa kurang menunjukkan respon yang mencerminkan keterlibatan secara aktif. Hal ini menyebabkan kurangnya motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Dengan demikian, tidak mengherankan jika hasil yang dicapai oleh siswa tidak maksimal. Oleh karena itu, guru ketika mengajarkan Sejarah Kebudayaan Islam kepada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang harus memilih metode pembelajaran yang tepat, yakni yang mampu merangsang partisipasi aktif 6

7 siswa. Di samping itu, komponen komponen yang lain pun perlu perhatian sejak merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi serta tindak lanjut. 1. Berdasarkan uraian di atas maka proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam untuk siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang perlu ditingkatkan secara aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan metode STAD (Student Teams Achievment Devisions). Secara aktif maksudnya bahwa pembelajaran adalah sebuah proses aktif yang membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik (siswa) itu sendiri. Dengan demikian, siswa tidak semestinya diperlakukan seperti bejana kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru mengenai ilmu pengetahuan dan informasi. Guru sebagai fasilitator dituntut dapat menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik aktif menemukan, memproses dan menkonstruksi ilmu pengetahuan dan keterampilan baru. Secara inovatif maksudnya bahwa dalam proses pembelajaran diharuskan muncul ide-ide baru atau inovasi yang lebih baik. Secara Kreatif memiliki makna bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses mengembangkan kreatifitas peserta didik, karena pada dasarnya setiap individu memiliki imajinasi dan rasa ingin tahu yang tidak pernah berhenti. Dengan demikian, guru dituntut mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang beragam sehingga seluruh potensi dan daya imajinasi peserta didik dapat berkembang secara maksimal. Secara efektif berarti model pembelajaran apapun yang dipilih harus menjamin bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal. Ini dapat dibuktikan dengan adanya pencapaian kompetensi baru oleh peserta didik setelah proses belajar mengajar berlangsung. Di akhir kegiatan 7

8 proses pembelajaran harus ada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada diri peserta didik. Sedangkan secara Menyenangkan dimaksudkan bahwa proses pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menarik minat peserta didik untuk terlibat secara aktif, sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara maksimal. Di samping itu, pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menjadi hadiah, reward bagi peserta didik yang pada gilirannya akan mendorong motivasinya semakin aktif dan berprestasi pada kegiatan belajar berikutnya. Metode ini mampu mengakumulasi berbagai kelemahan pembelajaran yang selama ini dinilai bersifat konvensional sehingga menjadi semacam pembaharuan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam untuk melibatkan peran aktif siswa sehingga prestasi hasil belajar meningkat. Oleh karena itu, untuk menjawab barbagai permasalahan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang, dipandang perlu untuk mengadakan kegiatan penelitian yang berjudul Efektivitas Metode STAD (Student Teams Achievment Devision) dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Siswa MI Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah maka permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas IV sebelum menggunakan metode STAD di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono? 2. Bagaimana prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas IV sesudah menggunakan metode STAD di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono? 8

9 3. Apakah ada pengaruh penerapan Metode STAD terhadap prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono? PENGERTIAN METODE STAD Metode STAD (Student Teams Achievement Devision) merupakan salah satu metode pembelajaran yang lebih bersifat kooperatif. Pembelajaran kooperatif secara umum menyangkut adanya teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecii yang terdiri dari empat atau lima siswa (Mortarela dalam Sukidin, 2008:162). Bahkan tokoh yang lain menegaskan bahwa pembelajaran kooperetif dapat dikelompokkan menurut bentuknya sebagai berikut (1) siswa bekerja bersama-sama dalam kelompoknya untuk menguasai materi pelajaran, (2) kelompok siswa terdiri dari siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah, (3) bila memungkinkan maka kelompok itu merupakan campuran dari jenis kelamin, (4) penilaian atau sistem penghargaan dengan beroriantasi pada kelompok bukan berorientasi individu (Richard dalam Sukidin, 2008:162). Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa pembelajaran yang bersifat kooperatif adalah pembelajaran yang memandang keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Dengan demikian tercermin adanya bentuk kerja sama siswa dalam mencapai pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh guru, yang pada akhirnya mereka bersama-sama berhasil dalam belajar. Dalam praktiknya, siswa dikelompokkelompokkan menjadi kelompok beiajar yang anggotanya terdiri dan empat atau lima anggota sehingga dapat mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan pelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam kelompok masing-masing untuk memastikan bahwa semua anggota kelompoknya telah menguasai pelajaran yang diberikan. Selanjutnya, siswa dituntut untuk mengerjakan tes yang diberikan guru. Pengerjaan soal harus dilakukan sendiri tanpa bantuan 9

10 siswa lainnya. Hasil tes nilainya dibandingkan dengan nilai rata-rata yang mereka peroleh sebelumnya. Kelompok-kelompok yang berhasil memenuhi kriteria diberi nilai tersendiri yang kemudian nilai tersebut harus ditambahkan pada nilai kelompok. Dalam praktik pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang menerapkan metode STAD (Student Teams Achievemen Devision) guru dituntut lebih mengedepankan tentang sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Sukidin. Metode STAD (Student Teams Achievment Devision) lebih mementingkan sikap dari pada teknik dan prinsip, yakni sikap partisipasi dalam rangka mengembangkan potensi kognitif dan afektif (Sukardi, 2008: 161). Agar sikap siswa dalam mengikuti pelajaran yang dikelola oleh guru di kelas berkembang menjadi sebuah tingkah laku yang positif, Siswa dituntut untuk terlibat langsung dalam pembelajaran dengan melakukan presentasi kelas, kerja kelompok, tes, dan penilaian individu maupun kelompok. Untuk memotivasi keaktivan selama proses pembelajaran maka diperlukan adanya penghargaan bagi kelompok yang berhasil melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, metode STAD (Student Teams Achievement Devision) setidaknya memiliki lima komponen sebagai mana yang dikemukakan oleh (Slavin melalui Sukidin, 2008: 161) menyebutkan bahwa metode STAD (Student Teams Achievement Devision) terdiri dari lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, kelompok, tes, nilai peningkatan individu, dan penghargaan kelompok. Dengan metode STAD (Student Teams Achievement Devision) pengajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan semakin aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan karena siswa akan iebih mampu mendengar, menerima, dan menghormati siswa lain. Hal ini akan dapat mempermudah mengembangkan ranah afektif siswa. Di samping itu, siswa pun dituntut untuk melakukan kerja individu maupun kelompok sehingga mampu berpikir objektif dan sistematis yang pada akhirnya mampu mengembangkan ranah kognitif. 10

11 Selain itu, siswa sekaligus dilatih mempresentasikan hasil kerja sehingga akan mempermudah pengembangan ranah psikomotoriknya. Selain itu, siswa akan lebih mampu mendengar, menerima, dan menghormati orang lain. Bahkan siswa pun dapat mengidentifikasi akan perasaannya sendiri dan perasaan orang lain yang pada gilirannya mampu menerima pengalaman yang dapat dimengerti oleh orang lain. Dengan demikian siswa akan dapat mengembangkan potensi individu yang berhasil guna dan berdaya guna, kreatif, bertanggung jawab, dapat mengaktivasikan dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi. CIRI-CIRI DAN KELEBIHAN METODE STAD Dalam pembelajaran SKI metode STAD memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai berikut: a. Siswa lebih mampu mendengar, menerima, dan menghormati serta menerima orang lain. b. Siswa mampu mengidentifikasi perasaan diri sendiri dan orang lain. c. Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti oleh orang lain. d. Siswa mampu meyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan mengerti. e. Siswa mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil guna dan berdaya guna, kreatif, bertanggung jawab, mampu mengaktualisasikan, dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi. Kelebihan metode STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota lain. Setiap siswa mendapat kesempatan sama untuk menunjang timnya mendapat nilai lain. Setiap siswa mendapat kesempatan sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga termotivasi untuk belajar. Dengan demikian, setiap individu merasa mendapat tugas 11

12 dan tanggung jawab sendiri-sendiri sehingga tujuan pembelajaran kooperatif dapat berjalan bermakna dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal sesuai dengan harapan kurikulum. METODE STAD DALAM PEMBELAJARAN SKI a. Mengajar Waktu: 1 jam pelajaran. Gagasan Pokok: Memberikan materi pelajaran. Materi : Sesuai dengan tujuan pembelajaran SKI. Masing-masing pembelajaran dalam STAD (Student Teams Achievement Devision) diawali dengan presentasi kelas yang dilaksanakan oleh guru yang juga mencakup komponen pembukaan, pengembangan, dan petunjuk pelaksanaan materi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan hukum kesiapan dari Thorndike (Syamsu Mappa dan Anisay B, 1994) bahwa siswa akan mampu mengikuti pelajaran manakala telah memiliki kesiapan mental. Oleh karena itu, guru hendaknya menyiapkan mental siswa untuk mengikuti pelajaran dengan memberikan penjelasan singkat mengenai pengetahuan prasyarat untuk mengikuti pelajaran baru. b. Diskusi Kelompok Waktu: 1 jam pelajaran. Gagasan Pokok: Siswa belajar dalam kelompoknya. Materi: Lembar kerja dan lembar jawaban untuk masing-masing kelompok yang berkaitan dengan materi Sejarah Kebudayaan Islam. Selama melaksanakan belajar kelompok tugas dari masing-masing kelompok adalah menguasai materi yang diberikan dalam pelajaran dan membantu anggota kelompok lainnya untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa diberi lembar kerja dan lembar jawaban yang dipakai untuk mengerjakan tugas kelompok. Pada hari pertama kerja kelompok dalam STAD (Student Teams Achievement Devision), guru harus menjelaskan pada para siswa tentang apa arti kerja kelompok. Lebih khusus lagi, sebelum memulai kerja kelompok perlu dibahas peraturanperaturan kelompok berikut ini dan 12

13 dapat ditulis pada papan tulis atau papan pengumuman. 1. Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa anggota kelompoknya telah mempelajari materi yang diberikan. 2. Tidak ada satu pun yang diperbolehkan berhenti sampai semua anggota kelompok telah menguasai materinya. 3. Tanyakan atau mintalah bantuan pada semua anggota kelompok sebelum bertanya kepada guru. 4. Para anggota kelompok bisa berbicara satu sama lain dengan suara pelan. Diskusi kelompok berhasil ditandai dengan tingginya interaksi perbincangan ilmiah antar siswa dalam satu kelompok guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemikiran. c. Tes Waktu: ½ jam pelajaran. Gagasan Pokok: Tes individu. Materi: Tes yang berkaitan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kelompok yaitu materi Sejarah Kebudayaan Islam. Guru membagi tes dan memberi cukup waktu bagi siswa untuk menyelesaikannya. Jangan membiarkan para siswa untuk bekerja sama dalam mengerjakan tes. Pada tahap ini siswa bekerja menunjukkan apa yang telah mereka pelajari secara individu. Kalau memungkinkan suruhlah siswa untuk memisahkan meja mereka. Pastikan untuk memberikan nilai pada tes tersebut pada pertemuan selanjutnya. d. Penghargaan Kelompok Gagasan Pokok: Menentukan nilai peningkatan individu dan nilai kelompok dan memberikan penghargaan kelompok. e. Menentukan Nilai Individu dan Kelompok Setelah dilaksanakan tes, ditentukan nilai peningkatan individu dan kelompok serta memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki nilai tinggi. Jika memungkinkan umumkan nilai kelompok yang diperoleh pada periode setelah pelaksanaan tes. Hal ini akan membuat hubungan antara hasil pelaksanaan pekerjaan yang baik dengan penerimaan penghargaan dari para siswa sehingga akan 13

14 meningkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik. Adapun menurut ahli pendidikan (Sukidin, 2008: 165) nilai peningkatan kelompok berdasarkan tes adalah sebagai berikut. Tabel 1 Nilai Peningkatan Kelompok Nilai Tes Nilai Peningkatan Lebih dari 10 di bawah nilai dasar 5 10 nilai sampai 1 10 nilai di bawah nilai dasar Nilai dasar 20 sampai nilai 10 di atasnya Lebih dari 10 nilai 30 di atas nilai dasar Sempurna (tanpa 40 menghitung nilai dasar) Sebelum memulai menentukan nilai peningkatan, diperlukan satu lembar salinan nilai tes. Tujuan dari pemberian nilai dasar dan poin peningkatan ini adalah untuk memungkinkan semua siswa memberikan nilai maksimum pada kelompoknya masing-masing apapun hasil prestasi pencapaian yang mereka peroleh sebelumnya. Siswa memahami bahwa cukup adil untuk membandingkan masing-masing siswa dengan tingkat prestasi mereka sebelumnya karena semua siswa masuk kelas dengan tingkat kemampuan dan pengalaman yang berbeda. Nilai Kelompok Untuk menentukan nilai kelompok dengan mencatat nilai peningkatan dari masing-masing anggota kelompok pada lembar ringkasan kelompok dan membagi nilai peningkatan kelompok total dengan jumlah anggota kelompok yang hadir. Selanjutnya, dalam proses pembelajaran, guru memberikan penghargaan atas pencapaian nilai oleh kelompok. Tiga tingkat penghargaan diberikan. Ketiganya didasarkan pada nilai rata-rata kelompok sebagai berikut: Tabel 2 Penghargaan Nilai Pencapaian Kelompok Kriteria Penghargaan cukup baik baik terbaik KERANGKA BERPIKIR Berdasar pengamatan di lapangan nampak bahwa pada umumnya proses belajar mengajar 14

15 Sejarah Kebudayaan Islam di kelas masih bejalan monoton, konvensional, kualitas pembelajaran, dan prestasi siswa untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam rendah. Melihat situasi yang demikian, perlu menggalang partisipasi siswa dalam KBM baik partisipasi kontribusi maupun inisiatif. Metode STAD diharapkan mampu memecahkan masalah ini dengan mengadakan pelatihan bagi guru Sejarah Kebudayaan Islam serta mengaplikasikan secara kolaboratif bersama peneliti. Dengan harapan, setelah penelitian secara kolaboratif ini, proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas tidak lagi berjalan secara monoton, ditemukan stategi pembelajaran yang tepat, metode yang digunakan tidak lagi konvensional akan tetapi lebih bersifat variatif dan partisipatoris, kualitas pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam meningkat, dan prestasi siswa untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam meningkat, dan prestasi siswa untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pun meningkat. TUJUAN DAN FUNGSI MATA PELAJARAN SKI DI MI a. Tujuan 1) Memberikan pengetahuan tentang sejarah Islam dan kebudayaan Islam kepada siswa 2) Mengambil ibrah, nilai, dan makna yang terdapat dalam sejarah 3) Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk berakhlaq mulia berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada 4) Membekali siswa untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur 5) Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam 6) Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan 15

16 tempat yang merupakan proses dari masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang 7) Melatih daya kritis siswa untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah 8) Menumbuhkembangkan daya apresiasi siswa terhadap peninggalan Sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau. b. Fungsi 1) Fungsi Edukatif Sejarah menegaskan kepada siswa tentang keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan Islami dalam kehidupan sehari-hari. 2) Fungsi Keilmuan Melalui sejarah siswa memperoleh pengetahuan yang memadai tentang Islam dan kebudayaannya. 3) Fungsi Trasformasi Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting untuk ditrasformasikan kepada masyarakat. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dengan demikian, dalam rancang kegiatan pembelajaran dan penilaian harus memperhatikan standar proses dan standar penialaian. Standar kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MI. Kemampuan tersebut berorientasi pada aspek afektif dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kemampuankemampuan yang tercantum dalam kompetensi dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai di MI. Oleh karena itu, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memiliki muatan materi yang dikemas dalam bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai berikut; 16

17 a. Memahami hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif 1) Mengidentifikasi sebab-sebab Nabi Muhammad SAW hijrah ke Thaif. a) Keadaan kaum muslimin yang terkepung di lembah Syi'ib b) Wafatnya Abu Tholib dan Khodijah c) Semakin kerasnya tekanan kafir Quraisy terhadap diri Rasulullah SAW. 2) Menceritakan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif a) Rasulullah SAW hijrah ke Thaif b) Sikap kasar Bani Tsafiq di Thaif c) Doa Rasulullah untuk Bani Tsaqif d) Pertemuan Rasulullah dengan 'Addas budak Rabi'a, di kebun anggur 3) Meneladani kesabaran Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa hijrah ke Thaif. a) Kesabaran Rasulullah atas perlakuan Bani Tsaqif. b) Perbuatan kasar, maupun yang buruk tidak harus dibalas dengan perilaku yang kasar. b. Memahami peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW 1) Mendekripsikan peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW a) Pengertian Isra' Mi'raj b) Tujuan Rasulullah SAW si- Isra' Mi'rajkan c) Kejadian penting saat Isra' Mi'raj d) Proses turunnya perintah salat lima waktu e) Tanggapan masyarakat Makkah terhadap peristiwa Isra' Mi'raj 2) Mengambil hikmah dari peristiwa Isra Mi raj Nabi Muhammad SAW a) Allah SWT Mahakuasa atas segala sesuatu b) Salat merupakan ibadah yang utama bagi umat Islam c) Peristiwa Isra Mi raj itu merupakan ujian keimanan seseorang. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dekriptifkorelatif, yakni penelitian mengenai suatu peristiwa yang 17

18 terjadi kemudian dirunut ke belakang melalui data-data yang diperoleh sehingga dapat ditemukan sebab-sebab yang memengaruhi peristiwa terjadinya. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di MI Muhammadiyah Desa Paremono, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Waktu penelitian dilakukan terhadap siswa kelas IV pada waktu mengikuti pembelajaran SKI Tahun Pelajaran 2009/2010. C. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan ada dua macam yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas indikatornya adalah sebagai penyebab adanya perubahan pada variabel terikat. Adapun variabel terikat indikatornya adalah adanya perubahan yang terjadi akibat variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel bebasnya yaitu penerapan metode STAD (X). Adanya penerapan metode STAD akan berpengaruh pada variabel terikat, yaitu prestasi hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam (Y). B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono, Mungkid, Magelang yang berjumlah 30 siswa. Karena jumlah populasi hanya 30 siswa maka tidak dilakukan sampel sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi. D. Paradigma Penelitian Korelasi variabel bebas dengan variabel terikat dapat dilihat pada paradigma penelitian berikut ini: X Keterangan: Perlakua n (X) Penerapan metode STAD (Y) Hasil belajar SKI. Y 18

19 E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik tes dan teknik eksperimen. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data mengenai prestasi hasil belajar siswa kelas IV, adapun teknik eksperimen digunakan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas metode STAD (Student Teams Avhievment Devision) dalam pembelajaran SKI di MI Muhammadiyah Paremono, Mungkid, Magelang. 1. Teknik Tes Teknik tes ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai prestasi belajar siswa kelas IV MI Muhammadiyah Paremono, Mungkid, Magelang. (Suharsimi Arikunto, 1998: 139). 2. Teknik Eksperimen Teknik eksperimen digunakan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas metode STAD (Student Teams Achievement Devision) dalam pembelajaran SKI kelas IV di MI Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menyusun soal b. Mengujicobakan kepada siswa c. Mengoreksi hasil d. Menganalisis hasil tes e. Tindak lanjut: Remidi dan Pengayaan F. Metode Analisis Data Metode yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini adalah Tes t (student t). Tes t merupakan salah satu alat uji statistik untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan (meyakinkan) dari dua buah mean yang dikomparasikan (Hartono, 2004: 165). Pada awalnya analisis komparatif dengan T-tes tersebut dikembangkan oleh William Seely Gosset yaitu seorang konsultan statistik berkebangsaan Irlandia pada tahun Ia menggunakan nama samaran student dengan huruf t pada istilah test t. Oleh karena itu, analisis ini dikenal dengan analisis student t. Ada dua jenis t-tes, yang 19

20 pertama t-tes untuk sampel kecil dan sampel besar yang berkorelasi, yang kedua t-tes untuk sampel kecil dan sampel yang tidak berkorelasi. Karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini kurang dari 30, maka menggunakan rumus t- tes sebai berikut t o D N SD D N 1 Proses analisis data hasil penelitian dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung harga t o (tes observasi) Pada langkah ini tabel perhitungan harus dipersiapkan lebih dahulu untuk mencari D dan D Menghitung standar deviasi perbedaan sekor dari kedua variabel, yakni sekor prestasi belajar SKI sebelum diterapkannya metode STAD (Student Teams Achievment Devision) dengan sekor prestasi belajar SKI sesudah diterapkannya metode STAD (Student Teams Achievment Devision) dengan rumus sebagai berikut: SD D D N 2 3. Menghitung harga t o (tes observasi) 4. Memberikan penafsiran terhadap t o (tes observasi). Dalam menafsirkan terhadap to dengan terlebih dahulu memperhitungkan df atau db =N-1. PEMBAHASAN Pelaksanaan metode STAD dalam pembelajaran SKI kelas IV MI Muhammadiyah Paremono dapat dilihat pada langkah-langkah sebagai berikut. Langkah 1 Presentasi Kelas oleh Guru Presentasi ini meliputi pembukaan, pengembangan, dan petunjuk pelaksanaan sesuai dengan materi yang diajarkan dengan berpedoman pada RPP sebagaiman terlampir. Langkah 2 Diskusi Kelompok Pada langkah ini, guru membagi siswa dalam kelas menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 siswa sebagai berikut. D N 2 20

21 Kelompok I NO NAMA SISWA 1 Rudi Prasetyo 2 Sarohtul Yumaroh 3 Anggi Risdiyanto 4 Pipin Bagas Ari Laksana 5 Agus Budi Riawan Kelompok VI NO NAMA SISWA 1 Riska Hidayah 2 Ziana Maulida Safira 3 Zakiyah 4 Yusuf Pribadi 5 Muhammad Faruq Muhaqiqi Kelompok II NO NAMA SISWA 1 Ardan Dwi Cahyo 2 Septian Tri Cahyo 3 Rifki Nur Subkhi 4 Amrul Kurnia 5 Arumsari Rossafitri Kelompok III NO NAMA SISWA 1 Anggita Nurizkah 2 Alfiatur Rohmah 3 Agam Kalimusada 4 Desi Rahmasari 5 Hasna Adibati Annisa Kelompok IV NO NAMA SISWA 1 Lutviana Rahma Sani 2 Layla Raudya Putri 3 Maakhin Fatkhuroozaq 4 Muhammad Ridhowi 5 Muhammad Abdul Rokhim Kelompok V NO NAMA SISWA 1 Nuzula Tsani Wirawan 2 Nesia Raya Citra 3 Nisrina Nur Afifah 4 Sarah Hafidsoh 5 Rizki Kurniasari Tabel 3 Prestasi Belajar SKI Sebelum dan Sesudah diterapkan Metode STAD di Kelas IV MI Muhammadiyah ParemonoMungkid Magelang NO NAMA PRESTASI BELAJAR SKI SEBELUM DITERAPKANNYA METODE STAD (X) SESUDAH DITERAPKANNYA METODE STAD (Y) Rudi Presetyo Sarotul Yumaroh Anggi Risdiyanto Pipin Bagas Ari Laksana Agus Budi Riawan Ardan Dwi Cahyo Septian Tri Cahyo Rifki Nur Subkhi Amrul Kurnia Arumsari Rossafitri Annita Nurizkah Alfiatur Rohmah Agam Kalimusada Desi Rahmasari Hasna Adibati Anisa Lutviana Rahmasani Laayla Roudya Putri Maakhin Fatkhuroozaq Muhammad Ridhowi

22 20 M. Abdul Rokhim Nuzula Tsani W Nesia Raya Citra Nisrina Nur Afifah Sarah Hafidsoh Rizki Kurniasari Rizka Hidayah Ziana Maulida Safira Zakiyah Yusuf Pribadi Muhammad Faruq Muhaqiqi Tabel 4 Hasil Prestasi Belajar SKI Sesudah Diterapkan Metode STAD di Kelas IV MI Muhammadiyah ParemonoMungkid Magelang NO NAMA SISWA NILAI 1 Rudi Prasetyo 64 2 Sarotul Yumaroh 70 3 Anggi Risdiyanto 65 4 Pipin Bagas Ari Laksana 69 5 Agus Budi Riawan 69 6 Ardan Dwi Cahyo 74 7 Septian Tri Cahyo 71 8 Rifki Nur Subkhi 70 9 Amrul Kurnia Arumsari Rossafitri Anggita Nurizkah Alfiatur Rohmah Agam Kalimusada Desi Rahmasari Hasna Abidati Annisa Lutviana Rahma Sani Layla Raudya Putri Maakhin Fathurrozaq Muhammad Ridhowi M. Abdul Rokhim Nuzula Tsani Wirawan Nesia Raya Citra Nisrina Nur Afifah Sarah Hafidzoh Rizki Kurniasari Rizka Hidayah Ziana Maulida Safira Zakiyah Yusuf Pribadi Muhammad Faruq Muhaqiqi 60 Jumlah 2142 Rata-rata 71.4 Nilai Tertinggi 85 Nilai Terendah 60 Langkah 3 Tes atau Penilaian Pada langkah ini guru memberi tes dan waktu yang cukup untuk mengerjakan soal secara individu. Namun demikian, guru tetap mengontrol siswa agar siswa tidak bekerjasama dalam mengerjakan soal. Kalau perlu dipisahkan tempat duduknya untuk menjaga keobjektifan hasil secara maksimal. Langkah 4 Penghargaan Kelompok Pada langkah ini guru memberikan penghargaan terhadap siswa yang mencapai nilai tertinggi secara kelompok maupun individu. Langkah 5 Menentukan Nilai Individu dan Kelompok Pada langkah ini guru menentukan peningkatan nilai individu dan kelompok sebagai berikut. 22

23 NO 1 Tabel 5 Nilai Tertinggi Setiap Kelompok Kelas IV MI Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang KEL NILAI TERTINGGI I 70 NAMA SISWA Sarohtul Yumaroh 2 II 80 Arumsari Rossafitri III 78 IV 79 V 85 VI 75 Hasna Adibati Annisa Layla Roudya Putri Nuzula Tsani Wirawan Yusuf Pribadi 1. Prestasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas IV MI Muhammadiyah Mungkid, Magelang Paremono, Berdasarkan hasil nilai prestasi belajar siswa, maka hasil jawaban tersebut diolah dan digolongkan menjadi empat yaitu amat baik, baik, cukup dan kurang. Kriteria amat baik apabila siswa memperoleh nilai prestasi belajar 85 ke atas, kriteria baik apabila siswa memperoleh nilai prestasi belajar 75 84, kriteria sedang apabila siswa memperoleh nilai prestasi belajar dan kriteria kurang apabila siswa memperoleh nilai prestasi belajar kurang dari 60. Hasil nilai prestasi belajar siswa selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 6 Tingkat Prestasi Nilai Belajar Siswa Kelas IV MI Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang Kriteria Amat Baik Baik Cukup Kurang Sebelum Sesudah F % F % Jumlah Tabel di atas menunjukkan bahwa pada saat sebelum diterapkan metode STAD (Student Teams Achievment Devision) tidak ada siswa yang memiliki prestasi belajar amat baik dan baik, siswa yang memiliki prestasi belajar cukup baik sebanyak 19 siswa (63.3%) dan siswa yang memiliki prestasi belajar kurang sebanyak 13 siswa (36.7%). Hasil tersebut menunjukkan 23

24 bahwa sebelum diterapkan metode STAD (Student Teams Achievement Devision), prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang dalam meningkatkan prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang. 2. Pengaruh Metode STAD terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas IV MI kategori cukup. Setelah diterapkan metode Muhammadiyah Mungkid, Magelang Paremono, STAD (Student Teams Achievement Sebelum diterapkan metode Devision), terjadi peningkatan prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang. Peningkatan tersebut terbukti dengan meningkatnya nilai prestasi belajar siswa kategori amat baik sebanyak 1 siswa (3.4%), kategori baik sebanyak 7 siswa (23.3%), kategori cukup sebanyak 22 siswa (72.3) dan sudah tidak ada prestasi belajar siswa dalam kategori kurang. Jadi metode tersebut STAD (Student Teams Achievement Devision) efektif STAD (Student Teams Achievement Devision) prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam, siswa dalam mencapai katagori cukup dan kurang. Adapun nilai kategori baik dan amat baik tidak ada, namun setelah diterapkan metode STAD prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa meningkat dalam kategori cukup, baik dan amat baik. Jadi, ada pengaruhnya Metode STAD terhadap prestasi belajar siswa. Pengolahan data hasil prestasi belajar siswa dengan menggunakan 24

25 bantuan program SPSS for Windows versi Pengolahan tersebut menghasilkan statisik deskriptif variabel penelitian Adapun jawaban responden yang telah diolah seperti pada tabel berikut.deskriptif Statistik Variabel Penelitian. Tabel 7 Data Analisis Perbedaan Mean Nilai Siswa Kelas IV MI Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang SESUDAH SEBELUM Valid N (listwise) N Minimum Maximum Mean Std. Dev iation 30 60,00 85,00 71,4000 5, ,00 70,00 61,6000 5, Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa populasi penelitian berjumlah 30 siswa. Sebelum diterapkan metode STAD (Student Teams Achievment Devision), prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa dalam kategori rendah paling rendah adalah 52 dan yang paling tinggi adalah 70 dengan ratarata 61,6. Setelah diterapkan metode STAD (Student Teams Achievment Devision), prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa meningkat yaitu yang terendah 60 dan yang tertinggi mencapai 85 dengan rata-rata 71,4. Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode STAD (Student Teams Achievement Devision) dapat meningkatkan prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang sebesar 9,8%. Analisis statistik yang digunakan untuk melihat apakah penerapan metode STAD (Student Teams Achievment Devision) efektif dalam meningkatkan prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang adalah paired sample t test, yaitu tes statistik dengan kelompok yang sama namun menggunakan dua 25

26 waktu yang berbeda yaitu sebelum diterapkan metode STAD (Student Teams Achievement Devision) dengan hasil test setelah diterapkan metode STAD (Student Teams Achievement Devision). Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan hasil test siswa sebelum diterapkan metode STAD (Student Teams Achievment Devision) dengan hasil test setelah diterapkan metode STAD (Student Teams Achievement Devision). Asumsi yang digunakan adalah apabila nilai p value kurang dari 0,05 (α 5%) maka hipotis alternatif yang diajukan diterima, sebaliknya apabila nilai p value lebih dari 0,05 (α 5%) maka hipotesis yang diajukan ditolak dan hipotesis nol yang diterima. Hasil analisis disajikan sebagai berikut. Tabel 8 Hasil Analisis Paired Sample T Test Berpengaruh Terhadap Hasil Prestasi Belajar SKI Kelas IV MI Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang T test P Keterangan value 13, signifikan Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai t test adalah 13,074 dengan p value 0,000 < 0,05 (α 5%), maka hipotesis yang diajukan dapat diterima dan terbukti kebenarannya. Maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa sebelum diterapkan metode STAD dengan prestasi belajar setelah diterapkankannya metode STAD. Metode STAD (Student Teams Achievement Devision) merupakan salah satu metode pembelajaran yang lebih bersifat kooperatif yang memandang keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Maka tercermin adanya 26

27 bentuk kerja sama siswa dalam mencapai pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh guru, yang pada akhirnya mereka bersama-sama berhasil dalam belajar. Dalam praktiknya, siswa dikelompokkan menjadi kelompok belajar yang anggotanya terdiri dan empat atau lima anggota sehingga dapat mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan pelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam kelompok masing-masing untuk memastikan bahwa semua anggota kelompoknya telah menguasai pelajaran yang diberikan. Dalam praktik pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang menerapkan metode STAD guru dituntut lebih mengedepankan tentang sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran karena metode STAD lebih mementingkan sikap daripada teknik dan prinsip, yakni sikap partisipasi dalam rangka mengembangkan potensi kognitif dan afektif (Sukardi, 2008: 161). Agar sikap siswa dalam mengikuti pelajaran yang dikelola oleh guru di kelas berkembang menjadi sebuah tingkah laku yang positif, siswa dituntut untuk teriibat langsung dalam pembelajaran dengan melakukan presentasi kelas, kerja kelompok, tes, dan penilaian individu maupun kelompok. Dengan metode STAD pengajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan semakin aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan karena siswa akan lebih mampu mendengar dan menerima. Maka dengan metode STAD (Student Teams Achievement Devision) siswa lebih mudah untuk 27

28 memahami dan mengerti tentang pelajaran Sejarah kebudayaan Islam sehingga prestasi belajar Sejarah kebudayaan Islam menjadi meningkat. metode STAD dengan prestasi basil belajar Sejarah Kebudayaan Islam. Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah diterima dan terbukti kebenarannya. A. Pengujian Hipotesis Hasil penelitian tentang hubungan Metode STAD (Student Teams Achievement Devision) dengan Prestasi Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang, menunjukkan bahwa metode STAD (Student Teams Achievment Devision) efektif untuk meningkatkan prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa. Sementara itu hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan yang positif antara penerapan B. Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas metode STAD (Student Teams Achievement Devision) dalam meningkatkan prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono Mungkid Magelang. Jenis penelitian ini adalah eksperimen model one group pretest posttest design, yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding, dengan menggunakan tes awal sehingga besarnya efek dari eksperimen dapat diketahui 28

29 dengan pasti. Analisis yang digunakan adalah analisis statistik paired sample t test, yaitu tes statistik dengan kelompok yang sama namun menggunakan dua waktu yang berbeda yaitu sebelum diterapkan metode STAD (Student Teams Achievement Devision) dan setelah diterapkan metode tersebut. Hasil analisis statistik paired sample t test membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa sebelum diterapkan metode STAD dengan prestasi belajar setelah diterapkankannya metode STAD. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan nilai prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa. Sebelum diterapkan metode STAD rata-rata prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa adalah 61,6 meningkat menjadi 71,4 setelah diterapkan metode STAD. Jadi metode STAD terbukti efektif untuk meningkatkan prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa yaitu sebesar 9,8%. Kegiatan atau proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada hakikatnya merupakan sebuah sistem sehingga selalu berhubungan antara komponen yang satu dengan yang lainnya, misalnya tujuan, guru, siswa, metode, alat, dan lain sebagainya. Secara umum, tolak ukur keberhasilan adalah prestasi yang dicapai oleh siswa. Ketepatan pemilihan dan penggunaan metode akan lebih efektif untuk menumbuhkan sikap tingkat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Sebaliknya, ketidaktepatan pemilihan dan 29

30 penggunaan metode akan menimbulkan sikap yang menunjukkan gejala-gejala ke arah kekurangaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Salah satu metode dalam pembelajaran adalah Metode STAD (Student Teams Achievement Devision). Metode STAD (Student Teams Achievement Devision) merupakan salah satu metode pembelajaran yang lebih bersifat kooperatif yaitu adanya teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima siswa (Mortarela dalam Sukidin, 2008:162). Metode STAD (Student Teams Achievement Devision) merupakan pembelajaran yang memandang keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok dengan bentuk kerja sama siswa dalam mencapai pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh guru, yang pada akhirnya mereka bersama-sama berhasil dalam belajar. Dalam praktik pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang menerapkan metode STAD (Student Teams Achievement Devision) guru dituntut lebih mengedepankan tentang sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Sukidin. Metode STAD (Student Teams Achievment Devision) lebih mementingkan sikap daripada teknik dan prinsip, yakni sikap partisipasi dalam rangka mengembangkan potensi 30

31 kognitif dan afektif (Sukardi, 2008: 161). pengembangan psikomotoriknya. ranah Penerapan metode STAD (Student Teams Achievement Devision) dalam pengajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan semakin aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan karena siswa akan lebih mampu mendengar, menerima, dan menghormati siswa lain. Hal ini akan dapat mempermudah mengembangkan ranah afektif siswa. Di samping itu, siswa pun dituntut untuk melakukan keria individu maupun kelompok sehingga mampu berpikir objektif dan sistematis yang pada akhirnya mampu mengembangkan ranah kognitif. Selain itu, siswa sekaligus dilatih mempresentasikan hasil kerja sehingga akan mempermudah Maka dengan metode STAD (Student Teams Achievement Devision) siswa lebih mudah untuk memahami dan mengerti tentang pelajaran Sejarah kebudayaan Islam sehingga prestasi belajar Sejarah kebudayaan Islam menjadi meningkat. SIMPULAN Pemerintah terus mendorong sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk bekerjasama dengan dunia industry meningkatkan kapasitas produknya. Upaya ini selain untuk meningkatkan kompetensi siswanya dalam bidangnya, tapi juga mendorong kompetensi gurunya. Sebab, baik siswa maupun gurunya sama-sama mendapatkan peningkatan kompetensi dari hasil kerjasama dengan dunia industri. Kebijakan pengembangan Unit Teaching Factory sebagai salah satu usaha meningkatkan profesionalisme dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan guru, siswa, dan staf. Dengan adanya program Teaching Factory merupakan langkah positip yang ditawarkan 31

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cerita atau jalan untuk mengembangkan dan mengarahkan dirinya menjadi sosok manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan sempurna. Dengan pendidikan,

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM ( SKI ) KELAS IV SEMESTER II

MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM ( SKI ) KELAS IV SEMESTER II SILABUS PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM ( SKI ) KELAS IV SEMESTER II SILABUS Nama Madrasah Mata Pelajaran Kelas / Semester : MIN/MIS... : Kebudayaan Islam : IV (Empat) / II STANDAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang sering terjadi di kalangan remaja dewasa ini adalah permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri, menghargai orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SPN No.20 Tahun 2003 dalam Sagala,

BAB I PENDAHULUAN. belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SPN No.20 Tahun 2003 dalam Sagala, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SPN No.20 Tahun 2003 dalam Sagala, 2005).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan fikih merupakan salah satu pendidikan agama Islam yang diterapkan dalam institusi pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi Islam. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. individu agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah akhlak merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. masalah akhlak merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran akidah akhlak merupakan bagian dari pembelajaran agama Islam yang mampu mengarahkan dan mengantarkan peserta didik ke fitrah yang benar. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan guru secara sadar dan dengan sistematis serta berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan guru secara sadar dan dengan sistematis serta berpedoman pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek dasar bagi pembangunan bangsa dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, yang menjadikan adanya interaksi belajar mengajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu meningkatkan kualitas bangsa baik pada bidang ekonomi, politik, sosial budaya, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan IPTEK yang terus menerus berkembang membawa manusia pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus mengembangkan diri agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses mengembangkan pembelajaran potensi dirinya, agar untuk peserta memiliki didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara disegala bidang pembangunan, karena pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin maju, sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahanperubahan itu terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistemastis yang dilakukan oleh orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman modern ini pendidikan keluarga merupakan pendidikan informal yang berperan sangat penting membentuk kepribadian peserta didik untuk menunjang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional (BNSP, 2006) menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta didik. Diasumsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan modal utama untuk seseorang yang harus ditingkatkan dalam rangka melaksanakan pembangunan suatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG A. Analisis Terhadap Pembelajaran PAI di SMPN 36 Semarang Perpindahan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. Globalisasi ini juga meliputi dalam perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas Semester : Madrasah Ibtidaiyah : Sejarah Kebudayaan Islam : IV : 1 (Ganjil) Kompetensi Inti : KI 1 : Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan belajar sesuai dengan apa

Lebih terperinci

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar, 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar, mengingat kemampuan memahami dari peserta didik di Indonesia hanya berada ditingkat kemampuan

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam Kelas : IV Semester : 1 (Ganjil) Kompetensi Inti : KI 1 : Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan oleh Rasulullah sebagai suri tauladan bagi umatnya. Semua yang dilakukan oleh Rasul adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup tidak lepas dari pendidikan. Untuk menghadapi tantangan IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara global. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah klasik yang tetap aktual yang menjadi permasalahan mendasar dalam pendidikan adalah rendahnya kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu interaksi manusia antara pendidik/guru dengan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu interaksi manusia antara pendidik/guru dengan anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu interaksi manusia antara pendidik/guru dengan anak didik/siswa yang dapat menunjang pengembangan manusia seutuhnya yang berorientasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (pendidik), kurikulum (materi pelajaran), sarana (peralatan dan dana) serta murid

BAB I PENDAHULUAN. (pendidik), kurikulum (materi pelajaran), sarana (peralatan dan dana) serta murid BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi segenap sendi-sendi kehidupan, menuntut adanya upaya metodis yang terarah dan teroganisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral, dalam arti fungsi-fungsi jiwanya saling mempengaruhi secara organik. Karenanya sepanjang perkembangannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia yang begitu pesat ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan antarnegara

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (Numbered Heads Together) Abstrak

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (Numbered Heads Together) Abstrak UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (Numbered Heads Together) Anisa Nur Khasanah 1), Endang Tri Wahyuni 2), Andari puji Astuti 3) 1 FMIPA, email: annisank721@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun manusia yang memiliki kepribadian. Hal ini juga diwujudkan oleh pemerintah, dengan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Madrasah meliputi al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah Kebudayaaan Islam. 1 Perbedaannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, seluruh negara di dunia berusaha melakukan pembenahan di segala bidang, termasuk bidang pendidikan. Kemajuan suatu negara salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan utama dalam upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang ideal untuk jenjang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk menentukan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

Oleh: As ari SDN 3 Pringapus, Dongko, Trenggalek

Oleh: As ari SDN 3 Pringapus, Dongko, Trenggalek As ari, Peningkatan Pemahaman dan Prestasi Belajar Puasa... 11 PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN PRESTASI BELAJAR PUASA RAMADAN PADA SISWA KELAS V SDN 3 PRINGAPUS KECAMATAN DONGKO TRENGGALEK DENGAN MENERAPKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi seperangkat ajaran tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rupert Evan merumuskan tujuan Pendidikan Kejuruan (SMK) : 1) memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Rupert Evan merumuskan tujuan Pendidikan Kejuruan (SMK) : 1) memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban. Sumber daya manusia yang unggul akan mengantarkan sebuah bangsa menjadi bangsa yang maju dan kompetitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Interaksi antara guru dan peserta didik pada saat proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Namun secara khusus keberhasilan dalam belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas. Di sekolah, guru dan peserta didik memegang peranan penting dalam proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita. Menurut UU No. 20

BAB I PENDAHULUAN. agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita. Menurut UU No. 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistemastis yang dilakukan oleh orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah

BAB I PENDAHULUAN. berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal usul perkembangan, peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu negara terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan Undang Undang nomor 20 tahun

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. pengajaran menargetkan tujuan tertentu, seperti tujuan yang bersifat kognitif,

BAB. I PENDAHULUAN. pengajaran menargetkan tujuan tertentu, seperti tujuan yang bersifat kognitif, 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bahwa setiap proses pendidikan atau pengajaran menargetkan tujuan tertentu, seperti tujuan yang bersifat kognitif, efekti atau psikomotorik.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan sekaligus berhak mendapatkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PADA MATA KULIAH GEOGRAFI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2006A DI JURUSAN GEOGRAFI-FIS-UNESA Sri Murtini *) Abstrak : Model pembelajaran

Lebih terperinci

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TOKOH-TOKOH PERGERAKAN NASIONAL KELAS V SDN 70 BANDA ACEH Syarifah Habibah (Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mendukung kemajuan bangsa dan Negara sebagaimana tercantum di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Diantaranya adalah masalah guru, siswa dan materi. Kegiatan proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Diantaranya adalah masalah guru, siswa dan materi. Kegiatan proses belajar mengajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Di era globalisasi saat ini menuntut setiap manusia agar dapat bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, berbagai masalah dan tantangan dalam segala aspek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darul 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darul Islamiyah Kota Banjarbaru. Subyek penelitian adalah siswa

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS 4 SD

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS 4 SD EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS 4 SD Firosalia Kristin firosalia.kristin@staff.uksw.edu Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pematangan kualitas hidup seseorang. Tanpa pendidikan, seseorang diyakini tidak mampu menjadikan dirinya mempunyai kemampuan serta kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti untuk menjalankan hidup dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang beriman dan

Lebih terperinci

Oleh Dewi Astuti. Drs. Syamsul Arif, M. Pd. ABSTRAK

Oleh Dewi Astuti. Drs. Syamsul Arif, M. Pd. ABSTRAK EFEKTIVITAS METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (BERBAGI PRESTASI SEBAGAI TIM) TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM CERPEN PAROMPA SADUN KIRIMAN IBU KARYA HASAN AL BANNA SISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas XI IPS 3 di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Sebagaimana diuraikan pada bab III, tindakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru, dalam menyampaikan suatu materi untuk diajarkan kepada siswa dalam suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di SMP Negeri 1 Berbah dengan kelas VIII D sebagai kelas eksperimen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Harsono M. Timumun, Muchlis L. Djirimu, Lestari M.P. Alibasyah Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang pokok dan sangat penting didapat oleh setiap orang. Dengan pendidikan tersebut manusia selalu berproses menuju ke arah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang berkualitas, berakhlak

Lebih terperinci

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri PENINGKATAN EFEKTIFITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA INDIKATOR KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN NGLETIH KABUPATEN KEDIRI YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat

Lebih terperinci