BAB II GAMBARAN UMUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM Bagian ini menjelaskan secara umum objek penelitian ini. Hal-hal yang perlu dijelaskan adalah lokasi dan lingkungan alam, letak dan keadaan geografis, iklim, kependudukan, bahasa, organisasi sosial, sistem pengetahuan, dan sistem religi. 2.1 Lokasi Dan Lingkungan Alam Penelitian Pada abad ke-3 suku Rote sudah mendiami Pulau Rote. Hal ini tercatat dalam Land Taal Volkenkunde Van Nederlands Indie (1854). Selanjutnya diceritakan bahwa di sebelah utara timur laut Pulau Rote muncul kapal-kapal Portugis sedang berlabuh dan mereka membutuhkan air minum. Di pantai itu mereka bertemu dengan seorang nelayan dan bertanya: Pulau ini bentuknya bagaimana? Nelayan ini berpikir bahwa mereka mau bertanya tentang namanya, lalu nelayan ini menjawab; Rote (Rote is MijnNaam). Kapiten (nahkoda) kapal Portugis ini menyangka bahwa bentuk pulau itu Rote (ia orang belanda sehingga mengucapkan e dengan i), segera ia menamakan pulau itu Rote. Selanjutnya pulau ini disebut Rote sampai sekarang. Di dalam arsip pemerintahan pemerintahan Hindia Belanda pulau ini ditulis dengan nama Rotti atau Rottij kemudian menjadi Roti. Akan tetapi, masyarakat Rote mempunyai sembilan dialek seringkali mereka menyebut pulau ini Lote, khususnya bagi mereka yang tidak bisa menyebut bunyi /r/, padahal 16

2 nama asli dari pulau ini adalah Lolo Neo Do Tenu Hatu yang dalam bahasa Indonesia artinya gelap, selain itu ada juga yang menyebutnya Nes Do Male artinya layu (Otta, 1990: 10), dan yang lainnya menyebut Lino Do Nes yang artinya pulau yang sunyi dan tidak berpenghuni (Naladay, 1988:14). Perbedaan dialek itu bersifat fonetis.dialek-dialek Dengka dan Oenale berbeda jauh dengan dialek-dialek lainnya (Sitbbe, CS, 1919:1). Nama-nama yang dimunculkan di atas, nama pulau ini yang dipilih adalah Rote sampai sekarang. Untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan manusia dan alam semesta, masyarakat Ba a harus menaati norma-norma adat istiadat, yang senantiasa dijalankan dalam upacara-upacara tradisonal. Masyarakat Ba a percaya dengan adanya suatu penguasa tertinggi di alam semesta, selain arwah-arwah nenek moyang dan roh-roh baik maupun jahat yang memenuhi jagat raya ini. Penguasa tertinggi yang menguasai alam semesta ini mereka sebut Lamatuak atau lamatuan (Yang Maha Tinggi), yang bertugas untuk mengurus hal-hal yang berhubung dengan adat istiadat ialah Mane Songgo (Imam). Dalam kehidupan masyarakat Ba a, dikenal juga istilah Mane Dope (Hakim Agung) yang bertugas untuk mengurus semua hal yang berhubungan dengan adat. Tugas utamanya adalah mengadili dan memutuskan semua perkara, baik perdata maupun pidana. Ia adalah penasihat utama hakim. Dalam hukum adat tugas utamanya adalah menyampaikan hasil musayarawarah yang telah diambil oleh masyarakat luas. 1. Dae Langgak atau tuan tanah dalam pemerintahan adat berfungsi berbeda dengan pengertian tuan tanah pada suku lain di NTT. Tuan tanah bukanlah seorang yang menguasai tanah-tanah yang dapat mengalihkan dan 17

3 menentukan hak-hak atas tanah, baik kepada perorangan maupun suku. Figur Dae Langgak adalah seorang yang mempunyai pengetahuan yang benar dan luas mengenai tanah-tanah di wilayah adatnya atau Nusak. Ia adalah seorang saksi ahli. 2. Langgak Mook sama fungsinya dengan Dae Langgak pada tingkat kampung. Mane Sio atau temukung. Istilah ini sama dengan lurah atau kepala desa pada sistem pemerintahan sekarang. Kedudukanya dalam pemerintahan adat di bawah Manek atau Fettor. Di bawah Mane Sio terdapat Langgak atau kepala kampung dan sesudah Langgak terdapat lasin-lasin yang dapat disejajarkan dengan RT (sistem pemerintahan sekarang). Lapisan bawah adalah rakyat yang dipimpin oleh seorang Maneleo. Segala hal yang berkaitan dengan pemerintahan adat berdasarkan norma dan nilai yang berlaku di dalam satu nusak atau wilayah adat. Masyarakat yang berada dalam satu nusak pada umumnya masih terikat dalam satu keluarga (leo) 3. Fettor mengepalai sebuah wilayah yang terdiri atas gabungan antara kampung-kampung. Wilayah yang bergabungan ini disebut kefetoran. Manek adalah pemimpin dari gabungan kefetoran. Kedudukannya dapat disamakan dengan seorang raja. Jabatan ini bersifat turun temurun dan dipilih dari leo-leo. Pada Zaman penjajahan Belanda muncul istilah swappraja (lanschap) yang dipimpin oleh seorang Manek dibantu oleh fetor. Pemerintahan Manek dan Fetor dibantu oleh Maneleo-Maneleo (kepala suku) dan tetua adat yang juga 18

4 bertindak sebagai dewan penasihat. Saran-saranya dapat juga dipakai sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. Pulau Rote saat ini sudah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timut (NTT) yang disebut Kabupaten Rote Ndao. Sistem pemerintahannya berbeda dengan sistem pemerintah adat. Namun masih ada kesamaannya. Sekarang pemimpin pemerintahan Kabupaten Rote Ndao adalah Bupati. Ia adalah seorang pemimpin yang dipilih oleh rakyat. Kabupten Rote Ndao terdiri atas 5 kecamatan, yaitu (1) Kecamatan Rote Barat Laut, (2) Kecamatan Rote Barat Daya, (3) Kecamatan Lobalain, (4) Kecamatan Rote Tengah, (5) Kecamatan Rote Timur. 2.2 Letak Dan Keadaan Geografis Pada tanggal 11 Maret 2002 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam sidang paripurna telah mengukuhkan Undang-Undang Pembentukan Kabupaten Rote Ndao sebagai satu kabupaten yang baru di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dipisahkan dari kabupaten Kupang. Di samping Pulau Rote Ndao, ada lagi beberapa pulau kecil, yaitu Pulau Nuse, Pulau Ndana, Pulau Usu, Pulau Manuk, Pulau Haliana, Pulau Do o, dan Pulau Landu. Pulau Ndana yang terletak di sebelah barat Pulau Rote dan tidak didiami oleh penduduk. Jadi, Kabupaten Rote Ndao merupakan gugusan pulau yang yang terletak di sebelah selatan Negara Repubik Indonesia. 19

5 Gambar 01 Sumber: Peta Kabupaten Rote Ndao 2014 Bentuk Pulau Rote memanjang dari timur laut menuju ke arah barat daya dan letaknya berada di antara 10 derajat derajat lintang selatan dan derajat dan derajat Bujur Timur. Pulau ini luasnya sekitar 1200 km persegi dan di tengah-tengah-tengahnya terdapat tanah yang berbukit-bukit serta batu kapur yang terbentuk pada zaman mesozoikum dan zaman yang lebiudah. Di bagian pantainya terdapat dataran yang luas serta di sepanjang pesisir pantai laut terdapat banyak teluk. Dataran dan bukit tersebut tersusun dari terumbu karang (batu kapung) dan tanah liat (laterit). Gunung tidak ada, hanya sebuah bukit yang besar dan agak menonjol dari bukit-bukit lainnya. Masyarakat menyebutnya gunung Lakamola. Gunung itu terletak di bagian timur Pulau Rote. Sebagian dari daratan terdiri atas padang-pdang rumput yang ditumbuhi hutan sabana dan semak belukar. Dataran rendah yang subur itu digunakan untuk membuat kebun dan ladang serta sawah tadahan di musim penghujan. Sumber-sumber air yang besar 20

6 ialah Nii OEN di Rote Timur dan Oe Mau fidi Rote Barat serta sebuah danau di sebut Danau Tua. Danau ini memisahkan Nusak Thie dan Nusak Dengka. Di sekitar sumber-sumber air pada tanah yang subur ditanam dengan tanaman perdagangan. Sawah yang diairi sangat tidak berarti bila dibandingkan dengan luas datarannya. Sungai-sungai besar tidak ada, yang ada sungai-sungai kecil yang mengering pada musim kemarau. 2.3 Iklim Pulau Rote beriklim tropis. Hal ini berarti musim penghujan berlangsung dari bulan November sampai dengan Mei. Pada bulan Nopember masyarakat Ba a menanam jagung, padi ladang, dan umbi-umbian. Pada bulan Juni sampai Oktober musim kemarau berlangsung. Hal ini disampaikan oleh Bapak Manek Ndoen yang tinggal di Ba a. Disebutkan bahwa pada musim kemarau berhembuslah angin muson yang kering sehingga pada malam hari pada bulan-bulan tertentu, yaitu pada bulan Juni sampai Agustus, udaranya sangat dingin. Pada musim ini masyarakat Ba a mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang pada musim hujan tidak bisa dikerjakan. Pekerjaan-pekerjaan itu adalah menyadap gula dan memasak gula. Hasil olahan itu berupa gula batu, gula semut, dan gula air. Pada saat ini banyak masyarakat Ba a yang memanen rumput laut. Selain itu, kegiatan yang juga dilakukan adalah berburu babi hutan rusa, dan mencari kepiting di tepi laut. Angin muson barat yang bertiup pada musim hujan sangat kencang sehingga mengakibatkan banyak kerusakan seperti yang terjadi pada bulan April tahun 1843 yang meruntuhkan sekolah-sekolah, gereja, dan rumah masyarakat. 21

7 Pada waktu itu rumah kediaman Hartig hancur. Hartig adalah seorang pemimpin pemerintahan Belanda di Rote sehingga ia harus mengungsi ke Kupang (B. Koopmans, 1921: 45; Soh dan Indrayana, 2008:18) Pelayaran antara Pulau Rote dan Timor sering terhambat karena pada musim angin barat. Pada bulan Februari ombak di selat Pukuafu menjadi ganas sehingga pada bulan itu nelayan tidak berani berlayar di sekitar selat itu dan orang Rote tidak berani melakukan perjalanan ke Kupang. Pada musim itu, para nelayan tidak berani melalut Berdasarkan dua musim tersebut di atas, masyarakat Ba a membuat jadwal kerja yang harus dilaksanakan setiap bulan. Pada musiam kemarau mereka mempersiapkan kebun, menyadap pohon lontar, dan memasak gula. Pada musim hujan mereka menanam jagung, padi sorgum, ubi dan membersihkan kebun sampai dengan masa panen. Jadi, Pulau Rote khususnya masyarakat Ba a memliki dua jenis musim, yaitu musim panas dan musim hujan. Masim panas berlangsung dari bulan Juni sampai dengan Oktober atau dan musim hujan berlangsung dari bulan November sampai dengan bulan Mei. Perhatikan tablel musim yang terjadi di pulau Rote berikut ini. Tabel 2.1 Jenis Musim di Pulau Rote No Jenis Musim Waktu 1. Musim Panas Bln. Juni sampai dengan bln. Oktober 2. Musim Hujan Bln. November sampai dengan bln. Mei Sumber : Kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Rote Ndao 22

8 2.4 Kependudukan Penduduk pulau Rote seperti juga orang-orang yang mendiami pulaupulau lain di NTT tidak mengenal tulisan. Para ahli sejarah tidak menemukan sumber-sumber tertulis seperti prasasti dan lain-lain yang dapat dipakai sebagai bahan bukti dalam menuliskan tentang masa lampau Pulau Rote. Oleh karena itu, gambaran tentang Pulau Rote dan penduduknya lebih banyak diperoleh dari sumber-sumber luar negeri serta cerita-cerita rakyat yang bersumber daripada penyair adat atau manehelo. Cerita itu berupa legenda dan mitologi. Apa yang dituturkan oleh manehelo adalah benar tidak bisa dibantah disedikit pun. Berdasarkan legenda atau mitologi menjelaskan bahwa Pulau Rote itu pada mulanya tidak berpenghuni. Dikisahkan bahwa pada suatu saat datanglah satu suku atau sekelompok orang dari sebelah utara pulau itu. Sebagian orang mengatakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari langit. Pada umumnya masyarakat Rote mengakui bahwa nenek moyang mereka berasal dari Sela Do Dai, yaitu suatu negeri yang tidak diketahui di mana letaknya (Soh dan Indrayana, 2008:36). Penduduk Kabupaten Rote Ndao saat ini merupakan turunan dari nenek moyang yang dikisah tersebut di atas. Pada zaman kerjaan masyarakat Rote dipimpin oleh raja-raja. Misalnya masyarakat Ba a dipimpin oleh beberapa raja, yaitu (1) Moeskanan Pandi (1854), (2) Yohannes Moeskanan ( ), (3) Alexander ( ), (4) Doen Moeskanan ( ), (5) Loesia Detag ( ), (6) Yasaja dae Pani ( ), (7) Paulus Dae Pani ( ), 23

9 (8) Moeskanan Toele Foe alias Arnoldus Toele Foe ( ), (9), dan terakhir dipimpin oleh Loesia Detag ( ). Sejak kemerdekaan pulau Rote dipimpin oleh seorang Bupati. Secara administrasi termasuk Kabupaten Kupang. Sekarang Pulau Rote telah menjadi kabupaten sendiri. Kabupaten Rote Ndao terdiri atas 5 kecamatan, antara lain kecamatan Lobalain ibu kotanya Ba a. Kecamatn Lobalain mencakup berapa keluarah, antara lain Kelurahan Ba a terletak di ibu kota Kabupaten Rote Ndao. Masyarakat di Kelurahan Ba a dipimpin oleh seorang Lurah. Kelurahan Ba a merupakan sentral kegiatan administrasi pemerintahan kelurahan. Kelurahan Ba a merupakan tempat penyelenggara pemerintahan pada tingkat kelurahan melayani semua kepentingan warga. Kelurahan memiliki struktur organisasi yang baku sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Masyarakat Ba a terdiri atas delapan suku, yaitu (1) Ene, (2) Modok (Fetor), (3) Suki, (4) Pelama, (5) Faisama, (6) Nggi, (7) Nggikohu, dan (8) Kunak. Suku-suku di Ba a terdiri atas empat suku besar, yaitu Ene, Modok, Suki, dan Pelama. Suku-suku lain merupakan pecahan dari suku Pelama, seperti suku Faisama, Nggi, Nggikohu, dan Kunak. Rote Ndao dalam Angka, 2014 yang diterbitkan oleh pemerintah Kabupaten Rote Ndao menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan penduduk Kabupaten Rote Ndao. Semua informasi ditampilkan dalam bentuk tabel. Tabel I menjelaskan tentang penduduk,luas wilayah, dan kepadatan penduduk menurut kecamatan. Tabel II menjelaskan: Penduduk menurut keccamatn, jenis kelamin, dan rasio jenis kelamin. Tabel III menjelaskan tentang jumlah kepala keluarga 24

10 (KK) dan Desa/kelurahan, rata-rata penduduk per KK dan desa/kelurahan di Kabupaten Rote Ndao. Perhatikan tabel penduduk menurut jenis kelamin dan ratio jenis kelamin di Kabupaten Rote Ndao. Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Rote Ndao Berdasarkan Jenis Kelamin di Setiap Kecamatan dan Ratio Jenis kelamin No Kecamatan Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan Ratio Laki-laki Perempuan 1 Rote Barat Daya Rote Barat Laut Lobalain Rote Tengah Rote Selatan Pantai Baru RoteTimur Rote Barat Landu Leko Ndao Nuse Total Sumber: Kantor Statistik Kabupaten Rote Ndao Tabel 2.3 di atas menunjukkan bahwa jumlah perempuan dan laki-laki berbeda pada setiap kecamatan. Kecamatan Rote Barat Daya laki-laki berjumlah orang sedangkan perempuan berjumlah dan ratio antara laki-laki dan perempuan berkisar 101. Kecamatan Rote Barat Laut, laki-laki berjumlah orang sedangkan perempuan berjumlah orang dan ratio antara laki-laki dan perempuan berkisar 101. Kecamatan Lobalain, laki-laki berjumlah orang sedangkan perempuan berjumlah orang dan ratio antara laki-laki dan perempuan berkisar 110. Kecamatan Rote Tengah, laki-laki berjumlah 4277 orang sedangkan perempuan berjumlah 4063 orang dan ratio antara laki-laki dan perempuan berkisar 105. Kecamatan Rote Selatan laki-laki berjumlah 2882 orang 25

11 sedangkan perempuan berjumlah 2757 orang dan ratio antara laki-laki dan perempuan berkisar 105. Kecamatan Pantai Baru laki-laki berjumlah 6990 orang sedangkan perempuan berjumlah 6923 orang dan ratio antara laki-laki dan perempuan berkisar 101. Kec. Rote Timur laki-laki berjumlah 6403 orang sedangkan perempuan berjumlah 5953 orang dan ratio antara laki-laki dan perempuan berkisar108. Kec. Rote Barat laki-laki berjumlah 3948 orang sedangkan perempuan berjumlah 3804 orang dan ratio antara laki-laki dan perempuan berkisar104. Kec. Landu Leko, laki-laki berjumlah 2385 orang sedangkan perempuan berjumlah 1908 orang dan ratio antara laki-laki dan perempuan berkisar 103. Kec. Ndao Nuse, laki-laki berjumlah 1815 orang sedangkan perempuan berjumlah 1908 orang dan ratio antara laki-laki dan perempuan berkisar 95. Jadi, jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan ratio adalah laki-laki berjumlah orang dan perempuan orang dan ratio berkisar 104. Perhatikan tabel Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Rote Ndao berikut ini. Tabel 2.3 Penduduk, Luas Wilayah, Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan No Kecamatan Penduduk Luas Wilayah/Km persegi Kepadatan 1 Kec. Rote Barat Daya , Kec. Rote barat Laut , Kec. Lobalain , Kec. Rote Tengah , Kec. Rote Selatan , Kec. Pantai Baru , Kec. Rote Timur ,

12 8 Kec. Rote Barat Kec. Landu Leko Kec. Ndao Nuse Total , Sumber: Kantor Statistik Kabupaten Rote Ndao Informasi pada tabel 2.4 di atas menunjukkan bahwa Jumlah penduduk di Kabupaten Rote Ndo berjumlah orang. Kecamatan Rote Barat Daya berjumlah Kecamatan Rote Barat Laut penduduknya berjumlah orang, Kecamatan Lobalian pendudunya berjumlah orang, Kecamatan Rote Tengah berjumlah 8340, Kecamatan Rote Selatan berjumlah 5639 orang, Kecamatan Pantai Baru berjumlah orang, Kecamatan Rote Timur penduduknya berjumlah orang, Kec. Rote Barat penduduknya berjumlah7752 orang, Kec. Landu Leko mempunyai penduduk berjumlah 4690 orang, dan Kecamatan Ndao Nuse mempunyai penduduk yang berjumlah 3725 orang. Jadi jumlah penduk yang berdiam di Kabupaten Rote Ndao adalah berjumlah orang. Untuk itu dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.4 Jumlah Kepala Keluarga (KK) Dan Desa/Kelurahan Rata-Rata Penduduk/KK Dan Desa/Kelurahan Di Kabupaten Rote Ndao No Kecamatan KK Desa/Kel. Rata-Rata Penduduk KK Desa/Kel 1 Kec. Rote Barat Daya Kec. Rote Barat Laut Kec. Lobalain Kec. Rote Tengah Kec. Rote Selatan

13 6 Kec. Pantai Baru Kec. Rote Timur Kec. Rote Barat Kec. Landu Leko Kec. Ndao Nuse Total Sumber: Kantor Statistik Kabupaten Rote Ndao Tabel 2.5 menunjukkan bahwa setiap kecamatan di Kabupaten Rote Ndao memiliki jumlah kepala keluarga (KK) dan jumlah desa/kelurahan. Kec. Rote Barat Daya memiliki 5150 kepala keluarga dan 14 desa/kelurahan, Kec. Rote Barat Laut memiliki 6278 kepala keluarga dan 13 desa/kelurahan, Kec. Lobalain memiliki 6623 kepala keluarga dan 14 desa/kelurahan, Kec. Rote Tengah memiliki 2268 kepala keluarga dan 7 desa/kelurahan, Kec. Rote Selatan memiliki 1289 kepala keluarga dan 5 desa /kelurahan, Kec. Pantai Baru memiliki 3634 kepala keluarga dan 11 desa/kelurahan, Kec. Rote Timur memiliki 2993kepala keluarga dan 7 desa/kelurahan, Kec. Rote Barat memiliki 1806 kepala keluarga dan 7 desa/kelurahan, Kec. Landu Leko memiliki 1304 Kepala Keluarga dan 6 desa/kelurahan, dan Kecamatan Ndao Nuse memiliki 999 Kepala Keluarga dan 5 desa/kelurahan. Jadi, Kabupaten Rote Ndao memiliki kepala keluarga dan 89 desa/kelurahan. Penduduk di Kelurahan Ba a dapat diuraikan sebagai berikut. Kelurah Ba a memiliki penduduk dengan jumlah 1500 orang. Laki-laki berjumlah 800 orang dan perempuan 700 orang. Laki-laki dewasa berjumlah 650 orang dan perempuan dewasa berjumlah 500 orang. ( Data kependudukan Kelurahan Ba a 2014). 28

14 2.5 Bahasa Bahasa Rote adalah salah satu rumpun bahasa Austronesia yang digunakan sebagai sarana komunikasi verbal antarpenuturnya dalam percakapan sehari-hari. Selain itu, bahasa Rote juga merupakan sarana komunikasi adat. Bahasa Rote itu terdiri atas beberapa dialek, antara lain dialek Dela, Dengka, Bilba, Oenale, Termanu Ndao (Bapak Nggadas seorang tokoh adat Oenale). Lihat tabel dialek bahasa Rote berikut ini. Tabel 2.5 Jenis Dialek Bahasa Rote No Dialek Rote Tempat Penutur 1 Dela Nemberala Orang Dela 2 Ndao Pulau Ndao Orang Ndao 3 Oenale Oenale Orang Oenale 4 Dengka Busalangga Orang Dengka 5 Ti i Rote selatan Orang Ti i 6 Bilba Rote Timur Orang Bilba Sumber: Kantor Dinas PPO Kabupaten Rote Ndao Bahasa Rote ini hidup dan berkembang di Pulau Rote. Masyarakat Ba a menggunakan bahasa itu, selain sebagai sarana komunikasi setiap hari, juga sebagai sarana untuk mengkomunikasikan semua kegiatan mereka setiap hari termasuk kegiatan menenun. Sebagai bukti peralatan tenun ikat, nama benang, dan motif serta hasil tenun ikat seperti kain, selendang, dan selimut diberi nama dalam bahasa Rote. Bahasa Rote dipandang sebagai bahasa ibu. Bahasa itu diajarkan oleh ibu sejak kandungan sampai dewasa. Istilah bahasa ibu sering disebut sebagai bahasa 29

15 lokal atau bahasa daerah. Kedudukannya sebagai bahasa daerah berfungsi untuk menopang bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. Sebagaimana masayarakat Rote lainnya, masyarakat Ba a memandang bahasa Rote sebagai unsur yang penting dalam kehidupannya. Karena tanpa bahasa itu masyarakat Rote tidak bisa mengenal sesamanya, tidak bisa mengetahui adat, dan tidak bisa mengenal alam sekitarnya. Walaupun demikian masyarakat Ba a juga bisa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Bahasa ini terutama digunakan di kantor, di pasar, dan dalam percakapan biasa apabila lawan bicara bukan penduduk Rote. Bahasa Rote masih hidup dan berkembang dengan baik di Ba a. Bahasa Rote masih digunakan dalam komunikasi keluarga, antara bapak dengan anak, bapak dengan ibu atau orang tua dengan anak, dan sarana komunikasi dengan tetangga. Bahasa Indonesia juga hidup dan berkembang di Ba a. Biasanya bahasa Indonesia digunakan di sekolah, di kantor, dan di pasar. Jadi, baik bahasa Rote maupun bahasa Indonesia dapat hidup dan berkembang secara harmonis. 2.6 Sistem Mata Pencaharian Hidup Masyarakat Pulau Rote, khususnya masyarakat Ba a memiliki sistem mata pencaharian. Sejak dahulu kala masyarakat Ba a mengenal sistem mata pencarian seperti suku lain di Nusa Tenggara Timur. Sistem mata pencaharian diwariskan oleh leluhur adalah (1) berburu, (2) bercocok tanam, (3) menangkap ikan, (4) beternak, (5) menyadap pohon lontar, dan (6) budidaya pohon kelapa. Pekerjaan itu merupakan sumber nafkah bagi masyarakat Ba a. Sistem mata pencaharian 30

16 masyarakat Ba a sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2002: 358). Pekerjaan-pekerjaan yang telah dijelaskan itu masih bersifat tradisional. Cara kerjanya dan peralatannya masih merupakan warisan leluhur. Pekerjaan utama adalah bertani, beternak, menyadap pohon lontar, tenun ikat, dan budidaya pohon kelapa. Pekerjaan bertani adalah mengerjakan kebun untuk ditanam jagung, padi, umbi-umbian, sorgum, termasuk penanaman pohon kelapa. Pekerjaan beternak meliputi ternak kerbau, domba, kambing, dan babi. Penyadapan pohon lontar untuk memperoleh nira atau tuak dalam bahasa Rote. Tuak bisa dikonsumsi oleh anggota keluarga pada upacara adat dan dijual untuk mendapat uang. Nira juga diolah secara tradisional untuk menjadi gula batu, gula semut, dan gula air. Pekerjaan bertani bagi masyarakat Ba a saat ini disesuaikan dengan iklim, yaitu iklim tropis. Karena itu kegiatan pertanian hanya dilakukan sekali dalam setahun, yaitu pada musim hujan. Setelah panen, masyarakat melakukan kegitan sampingan seperti menangkap ikan, berburu binatang liar di padang dan hutan seperti babi hutan, rusa, dan lain sebaginya. Budaya penyadapan pohon lontar di Nusa Tenggara Timur hanya dilakukan oleh dua suku, yaitu Rote dan Sabu. Bagi Kedua suku tersebut, pohon lontar merupakan bagian dari kehidupannya. Suku Rote sudah menyatu dengan pohon lontar sehingga dalam syair-syair adat sering dijumpai pohon lontar disebut sebagai pohon kehidupan. Dalam siklus kehidupan manusia harus mengalami tiga fase, yaitu lahir, hidup, dan mati. Ketiga fase itu tidak terlepas dari pohon lontar. 31

17 Di samping itu, pekerjaan tenun ikat merupakan salah satu pekerjaan yang hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Ba a. Hasil tenun ikat seperti sarung, selendang, dan selimut digunakan untuk kepentingan sehari-hari, yaitu pembungkus badan, kepentingan adat sebagai belis, dan kepentingan ekonomi rumah tangga. Bahan tenun ikat adalah benang dan zat pewarna dari bahan alam. Akan tetapi, saat ini sudah menggunakan benang tekstil dan zat pewarna yang modern yang disebut wanteks. Pada saat ini, kerajinan tenun ikat secara ekomonis merupakan salah satu hasil sumber penghasilan yang dapat menopang kehidupan keluarga. Selain itu, hasil kerajinan tersebut dapat digunakan untuk kepentingan adat dan untuk digunakan sebagai pembungkus badan. Dalam keluarga patrilineal, pembagian tugas dalam keluarga sebagi berikut. Ayah mengerjakan pekerjaan di luar rumah dan ibu mengerjakan pekerjaan di dalam rumah. Demikian pula pada Masyarakat Ba a Ayah mengerjakan pekerjaan di luar rumah seperti bekerja kebun, beternak hewan, menanam kelapa, dan menyadap lontar, musim tertentu memasak gula. Sedangkan Ibu bertugas mengerjakan pekerjaan rumah tanga seperti memasak, membersihkan rumah, mengasuh anak-anak, melaksanakan kegiatan tenun ikat. Jenis pekerjaan yang dikerjaan sang ayah sebagai berikut: (1) beternak hewan seperti babi, kerbau kambing, domba, dan unggas (ayam lokal dan ayam pedaging); (2) bertani meliputi kerja kebun dan sawah, menanam pohon kelapa, dan menyadap pohon lontar; (3) memasak gulu yang dapat menghasilkan gula batu, gula semut, dan gula air. 32

18 Pekerjaan-pekerjaan yang dikerjaan sang ibu berdasarkan pada prinsip patrilineal adalah mengasuh anak, memasak makanan, membersihkan rumah, dan menenun ikat. Di samping itu, membantu suami untuk memasak gula dan menghantar makanan apabila suami bekerja di kebun yang agak jauh dari rumah atau ume dalam bahasa Rote. Sekarang ibu-ibu di pulau Rote tidak hanya melaksanakan pekerjaan-pekerjaan di atas, tetapi juga mengerjakan pekerjaan yang jauh dari rumah, misalnya budidaya rumput laut. Sebagian kecil perempuan di pulau Rote bekerja sebagai guru dan pegawai di kantor, dan LSM. 2.7 Organisasi Sosial Pada hakikatnya manusia selalu hidup bersama dengan orang lain dalam bentuk kelompok. Di kelurahan Ba a terdapat beberapa kelompok masyarakat, kelompok kecil, yaitu keluarga dan kelompok sedang yaitu kampung, dan yang lebih adalah kelurahan. Kelompok kecil atau keluarga terdiri atas beberapa anggota, yakni ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah bertugas sebagai kepala rumah tangga dan ibu sebagai pendamping ayah serta anak-anak. Mereka yang masih kecil tidak diberikan tugas, tetapi anak-anak yang besar dapat menolong orang tua untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang ringan seperti cuci piring, membersihkan rumah, memotong sayur. Anak-anak harus mematuhi perintah orang tuanya. Kelempok sedang atau kampung memiliki anggota lebih banyak dari keluarga. Karena kelompok itu merupakan gabungan dari beberapa keluarga di kampung itu. Kelompok masyarakat itu dipimpin oleh seorang kepala kampung 33

19 atau ketua lingkungan. Biasanya kampung itu dipimpin oleh kepala lingkungan yang dipilih secara demokratis oleh seluruh warga kampung itu. Semua warga kampung itu harus tunduk di bawah aturan yang disepakati bersama dan aturan umum yang diturunkan dari pemerintah pusat dan daerah. Apabila ada yang melanggara aturan itu, dikenai sanksi sesuai aturan yang berlaku. Kelompok yang lebih besar adalah kelurahan, yaitu Kelurahan Ba a. Kelurahan ini terdiri atas beberapa kampung. Jumlah warganya pasti lebih banyak dari warga kampung dan keluarga. Semua warga harus tunduk di bawah aturun hukum yang dibuat oleh pemerintah pusat dan daerah. Apabila ada warga kelurahan yang melanggar peraturan dan melakukan tindakan pidana dan perdata, diproses dan dikenai hukuman yang berlaku di Negara Republik Indonesia. Di samping itu, hukum adat masih berlaku sampai sekarang. Biasanya hukum adat itu masih berlaku pada kelompok kecil di desa atau kampung. Sebagai contoh dalam keluarga ayah berkawijiban untuk melindungi anak-anak dan ibu. Ibu harus tunduk kepada suami dan mengasuh anak-anak dengan kasih sayang. Anak-anak harus taat kepada orang tua dan menghormati orang tua. Warisan orang tua hanya diturunkan kepada anak laki-laki sedangkan anak perempuan adalah di luar batas kekerabatan itu. Di samping itu, kelompok yang lebih besar yang mendiami kampung hukum adat masih berlaku juga, seperti masalah perkawinan. Secara adat, dalam sekampung tidak boleh terjadi perkawinan. Kalau hal itu terjadi berarti suatu pelanggaran hukum perkawinan adat. Untuk pelanggaran itu harus diproses dan 34

20 diselesaikan secara hukum adat dan diberikan sanksi adat pula. Selain itu, aturan pembagian lahan untuk perkebunan masih berdasarkan hukum adat. 1. Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan pada masyarakat Ba a berdasarkan pada prinsip patrilineal. Prinsip ini mempertimbangkan hubungan kekerabatan melalui garis bapak. Hal ini berarti anak laki-laki yang berhak tinggal di rumah apabila sudah berkeluarga dan anak perempun harus keluar dari rumah atau ume dalam bahasa Rote dan mengikuti suaminya. Kalau anak laki-laki sudah dewasa dan mencari istri harus dari suku lain. Setelah melalui proses adat, istrinya menjadi anggota keluarga sang suami dan ia berhak untuk tinggal di rumah suaminya. Anak perempuan yang sudah dewasa biasanya dipinang oleh seorang laki-laki dari suku lain dan dia akan menjadi anggota keluarga dari suku itu. Dalam kekerabatan patrilineal masayarakat Ba a, anak laki yang akan menjadi ayah diberi tanggung jawab dan hak. Kewajiban ayah bertanggung jawab atas seluruh kebutuhan hidup keluarga. Kebutuhan keluarga seperti perumahan, makanan, pakaian, kesehatan, pendidikan keluarga, dan kebutuhan masyarakat. Sang ibu melaksanakan beberapa pekerjaan di rumah, seperti mengasuh anak, memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan menenun. Seluruh tugasnya hanya dikerjakan di dalam dan di sekitar rumah. Di samping kewajiban, sang ayah memiliki beberapa hak. Pertama ia diberi hak warisan berupa harta kekayaan orang tua. Harta itu terdiri atas harta bergerak dan harta tidak bergerak. Harta bergerak adalah binatang seperti kuda, kerbau, babi, domba, dan kambing. Harta tidak bergerak adalah tanah, rumah, 35

21 benda perhiasan seperti emas dan perak, kain tenun ikat, pohon lontar. Selain itu, ayah berhak memimpin acara adat, misalnya acara perkawinan, acara masuk minta, dan acara orang mati. Sedangkan sang ibu memiliki hak untuk dilindungi oleh sang suami. Anak-anak berkewajiabn untuk menghormati orang tua dan mematuhi semua perintah orang tua. Mereka berhak mendapat perlindungan orang tua. Masyarakat Ba a didasarkan atas garis dari bapak (patrilineal), yang sangat menarik dalam hubungan kekeluargaan dengan adanya istilah to o atau paman. To o adalah saudara laki-laki dari pihak ibu. Hubungan antara to o dengan keponakannya bersifat magis, terutama di dalam hal perkawinan, kematian, pembagian warisan, dan lain-lain. Semuanya diatur dalam norma-norma adat istiadat yang apabila dilanggar akan mendapat sanksi. 2. Sistem Pemerintahan Adat Masyarakat Ba a memiliki sistem pemerintahan adat. Maneleo artinya kepala suku. Ia bertanggung jawab atas persoalan yang dihadapi oleh warga suku. Kekuasaan diperoleh secara turun temunrun. Lasi adalah wakil maneleo dan lasilasi dibantu oleh langga. Langga terdiri atas langga mo yang bertugas untuk mengurus kebun, hewan, dan air. Perhatikan struktur organisasi adat masyarakat Ba a berikut ini. 36

22 Bagan 2 Struktur Pemerintahan Tradisional Masyarakat Ba a Maneleo Lasi Langga Langga Langga Bobonggi Dalam kehidupan bermasyarakat pasti dihadapkan dengan berbagai masalah. Pemerintah adat dapat menyelesaikan masalah-masalah yang melanda masyarakatnya dengan hokum acara adat. Permasalahan dapat diselesaikan oleh hakim adat, yaitu salah satu manesio yang ditugaskan oleh mane untuk menyelesaikan masalah-masalah berdasarkan hukumm adat. 3. Stratifikasi Sosial Masyarakat Ba a memiliki tiga lapisan sosial. Lapisan atas adalah raja Mane. Lapisan tengah adalah manesio. Lapisan bawah adalah langga dan Bobonggi. Mane bertugas untuk memimpin warga masyarakat. Manesio bertugas untuk membantu mane dalam berbagai tugas yang diemban oleh mane, yaitu pembagian kebun, mengurus hewan, mengurus air. Untuk tugas itu Manesio dibantu oleh langga-langga. Jadi, susunan masyarakat adat Ba'a seperti yang telah digambarkan terdahulu (lihat bagan 2.10 struktur pemerintah tradisional masyarakat Ba a). 37

23 2.8 Sistem Pengetahuan Pulau Rote khususnya masyarakat Ba a telah mengenal teknologi sejak leluhur mendiami pulau. Pada zaman batu (Paleotikum) seorang peneliti asal Swis, Buchler melakukan penelitian tentang peralatan yang digunakan masyarakat Rote pada zaman dahulu. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa orang Rote sudah menggunakan alat-alat sejak zaman paleolitikum. Selain itu, ditemukan pula alat-alat dari zaman maleolitikum. Alat-lat yang dimaksud adalah kapak genggam, kapak lonjong, ujung mata panah, pisau, dan lain sebagainya. (Soh, dkk., 2008:7). Di samping itu, Glover seorang pakar kebudayaan, menyatakan bahwa orang Rote telah mengenal sistem pertanian yang sangat sederhana dan mereka berasal dari luar daerah pulau Rote. Alat pertanian itu dibuat dari batu, seperti kapak untuk memotong kayu dan pisau untuk memebersihkan rumput. Hal ini ditegaskan oleh Frits seorang ahli purbakala asal Jerman yang mengatakan bahwa ditemukan tanda-tanda kehidupan pada zamn prasejarah orang Rote. Hal itu dibuktikan telah ditemukannya alat-alat dari batu berupa piasu, kapak, mata panah, dan lain-lainnya (Sarasin, 1936: 42-43; Soh,dkk., 2008:8). Sistim teknologi yang dijelaskan di atas, menggambarkan cara memproduksi peralatan yang digunakan untuk menghidupkan dan mempertahankan kehidupan pulau Rote khususnya masyarakat Ba a pada zaman dahulu yang dikenal sebagai teknologi tradisional. Metode dan bahan dasar serta peralatan yang digunkan masih sangat sederhana. Dalam perjalan sejarah suku Rote, cara kerja dan bahan baku untuk memproduksi peralatan sangat dipengaruhi 38

24 oleh suku-suku lain dari luar daerah Rote. Misalnya bahan baku untuk membuat pakaian, pada zaman dahulu bahan untuk membuat pakaian adalah kulit kayu, serat gewang. Zat pewarna dibuat dari akar pohon, daun, kulit kayu, dan lain-lain. Namun sekarang, bahan dan cara kerja sudah berbeda. Dtemukan bahwa bahan dasar untuk memproduksi kain adalah benang toko dan zat pewarna adalah pewarna buatan yang disebut wanteks yang terjual di toko. Hal lain yang merupakan bukti pengaruh luar yaitu cara-cara menghias kain tenun dengan teknik ikat dan merangkai motif pada kain tenun itu. Pada tenun ikat Rote khususnya masyarakat Ba a terdapat salah satu motif yang dipengaruhi oleh motif Indi, yaitu motif patola. Sistem pengetahuan dalam suatu kebudayaan merupakan suatu uraian tentang cabang-cabang pengetahuan. Cabang pengetahuan itu sebaiknya dibagi berdasarkan pokok perhatian. Dengan demikian, setiap suku bangsa di dunia biasanya mempunyai pengetahuan tentang: (1) alam sekitarnya, (2) alam flora dan alam fauna di tempat tinggalnya, (3) zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya, (4) tubuh manusia, (5) sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia, dan (6) ruang dan waktu ( Koentjaraningrat, 2002:372). Bedasarkan penjelasan tersebut di atas, suku Rote juga memiliki sistem pengetahuan yang meliputi alam skitarnya, alam flora dan fauna, tubuh manusia, zat-at dan bahan mentah, benda-benda dalam lingkungannya, sifat-sifat dan tingkah laku manusia, dan ruang dan waktu. Suku-suku di Rote mengetahui tentang iklim. Pulau Rote khususnya Masyarakat Ba a memiliki iklim tropis. Mereka mengethui bahwa musim hujan sangat singkat, yaitu berlangsung selama 39

25 enam bulan saja, dari bulan November sampai dengan bulan Mei. Karena itu, pada bulan September dan Oktober mereka menyiapkan lahan. Setelah itu, mereka melakukan pekerjaan yang lain seperti mencari ikan, berburu babi hutan dan rusa, dan menyadap pohon lontar. Bagi perempuan, menenun kain dan mengayam tikar dan kerajinan tangan lainnya. Masyarakat pulau Rote memiliki pengetahuan tentang flora dan fauna. Sebagaimana dijelaskan terdahulu bahwa pohon lontar merupakan bagian yang tak terpisah dari kehidupan pulau Rote khususnya masyarakat Ba a. Selain itu, pohon gewang merupakan bahan dasar untuk membuat pakaian, batangnya untuk dinding rumah, daunnya untuk atap rumah. Pohon tambering untuk dijadikan bumbu makanan, pohon kelapa batangnya untuk balok rumah, buah dikeringkan untuk menjadi kopra lalu dijual. Pohon kusambi digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak gula. Selain itu, pohon gewang merupakan bahan dasar untuk membuat pakaian, batangnya untuk dinding rumah, daunnya untuk atap rumah. Pohon tambering untuk dijadikan bumbu makanan, pohon kelapa batangnya untuk balok rumah, buah dikeringkan untuk menjadi kopra lalu dijual. Pohon kusambi digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak gula. Mereka juga memiliki pengetahuan tentang fauna. Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa pulau Rote khususnya masyarakat Ba a mengenal beberapa jenis binatang, yaitu kambing domba, kerbau, sapi kuda, itik, ayam anjing, dan kucing. Semua jenis binatang tersebut merupakan jenis binatang peliharaan untuk kepenting manusia, misalnya untuk konsumsi, membajak sawah, dan untuk mas kawin. Binatang-binatang liar yang hidup di hutan, seperti rusa, 40

26 babi hutan, kera, musang, ular, biawak, serta beberapa jenis unggas: burung tekukur, bangau, elang, belibis, pipit, burung hantu, serta burung pelican yang berasal dari Australia. Masyarakat Rote memiliki pengetahuan tentang sifat-sifat bahan-bahan mentah dan benda-benda yang ada di sekitar. Akar dan daun pohon tarum adalah bahan mentah untuk membuat warna hitam yang digunakan mewarnai benang tenun ikat pada masyarakat Rote. Di samping itu, pulau Rote khususnya masyarakat Ba a juga memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda alam. Pada bulan November, jenis burung tertentu keluar dari habitatnya sambil berteriak. Semua orang merasa gembira dan mempersiapkan kebunnya untuk ditanami. Karena suara burung itu merupakan tanda bahwa hujan akan segera turun. Tanda lain adalah suara aneh. Suara itu tidak dikenal dari mana datangnya dan binatang atau manusia siapa yang bersuara. Hal itu menandakan akan segera datang bencana alam. Tanda lain adalah tiba-tiba ayam berteriak dalam biji kelapa, tikus gigit kucing sampai mati, dan suara anak berteriak di udara. Tanda itu menggambarkan bahwa ada serangan musuh dan oleh karena itu harus bersiapsiaplah. Pada tahun 1965, peristiwa G -30- S PKI, sebelum peristiwa itu terjadi, semua masyarakt Rote melihat bintang berekor pada waktu pagi atau fajar. 2.9 Sistem Religi Pakar Antropologi menyatakan bahwa sistem religi mencakup dua hal pokok, yaitu religi dan ilmu gaib. Religi adalah bahwa manusia percaya kepada 41

27 adanya suatu kekuatan gaib yang dianggapnya lebih tinggi daripadanya. Untuk itu manusia itu melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beraneka ragam. Mereka berusaha untuk berkomunikasi dengan baik dan mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan tadi. Kepercayaan kepada kekekuatan gaib tersebut dianut oleh suku-suku di Eropa dan di luar Eropa, seperti Asia, Amerika, dan Afrika. Di samping itu, sistem ilmu gaib mencakupi syair suci yang dilantunkan kepada kekuatan gaib yang diwujudkan dalam diri dewa. Manusia berusaha melakukan hal-hal yang dapat menyenangkan dewa sehingga dewa itu senantiasa melindungan, menjaga, dan memberi rejeki bagi kelangsungan hidup. Sistem religi yang dijelaskan di atas berakhir ketika peradaban manusia semakin tinggi. Sistem religi yang dianut oleh setiap suku bangsa di dunia bergeser karena manusia dipengaruhi oleh peradaban yang tinggi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan munculnya agama-agama di dunia pada zaman modern. Sejarah mencatat bahwa kehadiran agama islam, Kristen, Budha, Hindu, Kongfu Zu, dan lain sebagainya yang mengubah sistem religi yang sudah dianut oleh setiap siku bangsa di dunia. Suku Rote merupakan salah satu suku atau etnis di Nusa Tenggara Timur memiliki agama asli. Mereka percaya bahwa kekuatan gaib hanya dimiliki oleh wujud tertingi. Sosok wujud tertinggi itu disebut dewa dalam rupa pohon beringing dan tempat-tempat angker. Kegiatan keagamaan asli ini bertujuan untuk menyatakan terima kasih atas perlindungan yang Mahakuasa dan memuja Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan manusia. 42

28 Seorang penginjil asal Belanda, Coolsma mengatakan bahwa pada tahun 1662 penduduk Rote atas kehendaknya sendiri sudah berada di bawah kekuasan Belanda. Hal ini dapat dibaca dalam buku Timor dan Orang-Orang Timor adalah karya H. Zondervan (hlm. 35) dinyatakan bahwa kapal-kapal Belanda yang pertama di bawah pimpinan Anton Schot tampak di Pulau Timor, juga sudah dipastikan bahwa Raja Ti (Thie) di zaman itu diberi gelar bupati sesudah kembali dari Jawa sebagai orang Kristen. Pada tahun 1653 VOC berhasil menaklukkan 4 kerajaan di Pulau Rote, yakni Bilba, Ringgou, Oepao, dan Lundu. VOC mampu menaklukkan kerajaan Rote sehingga raja-raja Rote takluk di bawah Belanda dan sejak saat itu mereka menerima Kristen. Raja Rote pertama yang dibabtis adalah Yeremias Messakh yang sebelumnya bernama Mbura Messa. Yeremias Messakh adalah raja Ti (Thie). Sejak masuk agama Kristen di Pulau Rote, agama asli perlahan-lahan ditinggalkan. Sampai sekarang penduduk Rote menganut beberapa agama, yaitu Kristen Protestan, agama Katolik, dan agama Islam. Mayoritas penduduk Rote menganut agama Kristen Protestan, setelah agama Katolik, dan agama Islam. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya gereja protestan di setiap kecamatan sedangkan agama Katolik hanya ditemukan di masyarakat Ba a kampung Ndao Kecamatan Lobalain. Penduduk yang beragama Islam ditemukan di pesisir pantai yang terkonsentrasi di pantai selatan di Pepela, sebagian kecilnya di kampung Ndao. Sebelum agama Kristen masuk di pulau Rote, masyarakat Rote percaya bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan dan Tuhan yang mereka lihat adalah orang 43

29 tua yang melahirkan mereka. Oleh karena itu, keyakinan leluhur menjadi keyakinan bagi orang Rote sampai sekarang. Persitiwa kelahiran bagi orang Rote diyakini sebagai fase kehidupan manusia. Seorang bayi, misalnya anak laki-laki lahir, tali pusarnya yang sudah dipotong dibungkus sebaik mungkin dan dibawa oleh ayahnya ke atas pohon lontar. Tali pusar diletakkan di atas puncak pohon lontar. Selain itu, ari-ari bayi itu dibungkus dengan kain putih dan diletakan di atas pohon lontar. Biasanya pohon lontar yang sedang disadap. Demikian pun tali pusar dan ari-ari bayi perempuan. Setelah dibersihkan, ari-ari itu dimasukkan ke dalam kepisak (daun lontar yang dianyam), lalu digantung di atas pohon nggainunak. Bayi yang baru lahir diberi minuman nira dari pohon lontar, kadang-kadang nira itu sebagai pengganti air susu ibu. Kedua adalah fase kehidupan. Pada saat anak laki memasuki masa dewasa ia diajarkan oleh orang tuanya cara menyadap pohon lontar. Ketika dia bisa menyadap lontar itu berarti ia siap untuk dinikahkan dengan perempuan dalam rangka membentuk rumah tangga. Sedangkan anak perempuan dewasa diajarkan ibunya tentang cara menenun. Kalau mereka sudah bisa mengerjakan pekerjaan itu mereka yakin bahwa anak gadis itu siap dipinang oleh pemuda dari suku lain yang sudah mampu menyadap lontar untuk membentuk rumah tangga baru. Fase terakhir adalah kematian. Mereka percaya bahwa manusia pasti mati. Kematian adalah berakhirnya hidup di bumi dan awal kehidupan baru. Pada saat orang meninggal harus dilakukan upacara sebagai tanda penghormatan terakhir bagi yang bersangkutan. Pada waktu meninggal mayatnya dibungkus dengan kain 44

30 dan baju yang merupakan hasil tenun ikat. Selama mayat masih bersemayam di rumah duka, beberapa ekor hewan, seperti babi dan ayam disembelih untuk dihidangkan para tamu. Menurut kebiasaan orang Rote, seseorang sudah meninggal harus dibuatkan upacara perpisahan atau pamitan terakhir yang disebut upacara kenduri. Pada pesta itu disembelih beberapa ekor hewan. Jadi, ada tiga fasa kehidupan orang Rote, yakni lahir, hidup, dan mati. 45

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Rote adalah sebuah pulau yang dahulu dikenal dengan sebutan Lolo Neo Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau Lino Do Nes yang berarti pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku-sukubangsa yang tinggal di berbagai daerah tertentu di Indonesia. Masing- masing

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Flores, Sumba, Timor, Adonara, Lembata, Alor, Sabu, dan Rote (Hartono,

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Flores, Sumba, Timor, Adonara, Lembata, Alor, Sabu, dan Rote (Hartono, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Provinsi ini terdiri atas beberapa pulau, antara lain Pulau Flores,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian 4.1.1 Sejarah Desa Bale Desa Bale terletak diwilayah timur Indonesia tepatnya di wilayah Maluku Utara. Pada tahun 1800an kesultanan ternate berkunjung

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1615 Katalog BPS : 1101002.5314030 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv + 8 halaman

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 Alur dalam bab ini dimulai dengan deskripsi sejarah, dan terbentuknya Desa Hutajulu, kemudian menjelaskan desa dan seluruh isi desa tersebut hingga tahun 1960 yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan berbagai macam suku bangsa yang ada di dalamnya serta berbagai ragam budaya yang menjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

Jenis-jenis Sumber Daya Alam

Jenis-jenis Sumber Daya Alam Jenis-jenis Sumber Daya Alam Apa yang dimaksud dengan sumber daya alam? Sumber daya alam merupakan kekayaan alam di suatu tempat yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai jenis tumbuhan,

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE BARAT LAUT 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE BARAT LAUT 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1614 Katalog BPS : 1101002.5314020 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia: Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE SELATAN 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1617 Katalog BPS : 1101002.5314041 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan

Lebih terperinci

Pegunungan-Pegunungan di Indonesia : Pegunungan Jaya Wijaya di Irian Jaya. Pegunungan Bukit Barisan di Sumatra. Dataran tinggi di Indonesia :

Pegunungan-Pegunungan di Indonesia : Pegunungan Jaya Wijaya di Irian Jaya. Pegunungan Bukit Barisan di Sumatra. Dataran tinggi di Indonesia : JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD V (LIMA) ILMU PENGETAHUAN ALAM KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI INDONESIA A. KENAMPAKAN ALAM 1. Ciri-Ciri Kenampakan Alam Kenampakan Alam di Indonesia mencakup

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 1. Sejarah Singkat Desa sikijang adalah sebuah desa yang terletak Di Kecamatan Logas Tanah Darat, kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH 2.1 Permasalahan Keluarga Untuk mengidentifikasi masalah yang dialami keluarga, dilakukan beberapa kali kunjungan di kediaman keluarga dampingan. Selama kunjungan

Lebih terperinci

Kebudayaan (2) Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

Kebudayaan (2) Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Kebudayaan (2) Pengantar Antropologi Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Unsur-unsur Kebudayaan Integrasi Kebudayaan Kerangka Teori Tindakan Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 2 Sebagaimana yang telah dipelajari

Lebih terperinci

Kondisi Geografis dan Penduduk

Kondisi Geografis dan Penduduk Kondisi Geografis dan Penduduk 1) Kondisi geograis suatu wilayah terdiri dari empat faktor utama yaitu: a) Litosfer (lapisan tanah), b) Atmosfer (lapisan udara), c) Hidrosfer (lapisan air), d) dan biosfer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE BARAT DAYA 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE BARAT DAYA 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1613 Katalog BPS : 1101002.5314010 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2 BAB II ONAN RUNGGU 2.1 Letak Geografis Onan Runggu adalah satu wilayah di Kabupaten Samosir yang terletak diantara 2 o 26 2 o 33 LU dan 98 o 54 99 o 01 BT dengan ketinggian 904 1.355 meter di atas permukaan

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 61 V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 5.1. Keadaaan Geografis dan Administrasi Daerah Provinsi NTT terletak antara 8 0-12 0 Lintang Selatan dan 118 0-125 0 Bujur Timur. Luas wilayah daratan 48 718.10

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN A. Gambaran Umum Desa Bajur 1. Letak Lokasi Masyarakat Bajur merupakan salah satu suku bangsa yang berada di wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Sumber: Gambar 4.1 Peta Provinsi Banten 1. Batas Administrasi Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa yang memiliki luas sebesar 9.160,70

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN KARERA 2. Ibu Kota Kecamatan : NGGONGI 3. Tahun Berdiri : 4. Batas Wilayah : a) Adminitrasi Pemerintahan :

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN KARERA 2. Ibu Kota Kecamatan : NGGONGI 3. Tahun Berdiri : 4. Batas Wilayah : a) Adminitrasi Pemerintahan : PROFIL KECAMATAN 1. Nama : KECAMATAN KARERA 2. Ibu Kota Kecamatan : NGGONGI 3. Tahun Berdiri : 4. Batas Wilayah : a) Adminitrasi Pemerintahan : Nama Kecamatan : Karera Jumlah Desa / Kelurahan : 70 Desa

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN. a) Adminitrasi Pemerintahan :

PROFIL KECAMATAN. a) Adminitrasi Pemerintahan : PROFIL KECAMATAN 1. Nama : KECAMATAN KOTA WAINGAPU 2. Ibu Kota Kecamatan : WAINGAPU 3. Tahun Berdiri : 1970 4. Batas Wilayah : Utara=Selat Sumba,Selatan=Kec,Kambera,Timur= Kec, Nggoa,Barat= Nggoa dan Kanatang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Penelitian ini dilakukan di Desa Kebun Durian Kecamatan Gunung Sahilan Kabupaten Kampar. Daerah ini mempunyai luas wilayah ± 28.500 Ha. Daerah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI 2.1. Letak Geografis Desa Sigaol Marbun merupakan salah satu desa di Kecamatan Palipi yang berada di Kabupaten Samosir. Kecamatan Palipi terletak

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN , Kelurahan Pammase terdiri dari 3 (tiga) lingkungan:

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN , Kelurahan Pammase terdiri dari 3 (tiga) lingkungan: BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kelurahan Pammase Kelurahan Pammase terbentuk 18 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 15-3-1997, Kelurahan Pammase terdiri dari 3 (tiga) lingkungan: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 62 BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 3.1.Letak Geografi 3.1.1. Luas Wilayah Kecamatan bungus teluk kabung merupakan salah satu kecamatan di kota padang,

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG Ferdinan S. Suek, Melkianus D. S. Randu Program Studi Produksi

Lebih terperinci

Nama Kecamatan : Haharu Jumlah Desa / Kelurahan : 7 Desa Nama Desa atau kelurahan yang sekretarisnya PNS: Rambangaru,kadahang,Wunga,Napu

Nama Kecamatan : Haharu Jumlah Desa / Kelurahan : 7 Desa Nama Desa atau kelurahan yang sekretarisnya PNS: Rambangaru,kadahang,Wunga,Napu Sedang dalam pengembangan :) PROFIL KECAMATAN 1. Nama : KECAMATAN PANDAWAI 2. Ibu Kota Kecamatan : KAWANGU 3. Tahun Berdiri : 20 Agustus 1992 4. Batas Wilayah : Timur=Kecamatan Kanatang,Barat= Kec. Umbu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn

Lebih terperinci

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Keadaan Umum Desa Sukapura 1. Keadaan Geografis Desa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG 2.1. Letak Geografis Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, membentang seperti busur yang ramping sepanjang 3.800 KM. Luas totalnya adalah 377.815

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Trainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR

Trainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR WILLEM ISKANDAR Willem Iskandar adalah penulis terkenal dari Sumatra Utara, Indonesia. Ia menulis puisi dan buku-buku sekolah. Ia tertarik untuk mengajar dan belajar. Ia adalah seorang Sumatra pertama

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 1. Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan

Lebih terperinci

BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci

BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci 15 BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. Kecamatan Ukui 1. Geografis Kecamatan Ukui Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci merupakan salah satu Kecamatan yang termasuk dalam

Lebih terperinci

https://probolinggokab.bps.go.id

https://probolinggokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN PAJARAKAN 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PAJARAKAN 2015 Katalog BPS : 1101002.3513.170 Ukuran Buku : 17,6 X 25 cm Jumlah Halaman Naskah : : iv + 10 halaman Koordinator Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI IV.1 Pengantar Sebagaimana telah dipaparkan dalam Bab I bahwa meskipun sebagian besar masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN PABERIWAI. 2. Ibu Kota Kecamatan : KANANGGAR. 3. Tahun Berdiri : 5 JUNI

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN PABERIWAI. 2. Ibu Kota Kecamatan : KANANGGAR. 3. Tahun Berdiri : 5 JUNI PROFIL KECAMATAN 1. Nama : KECAMATAN PABERIWAI 2. Ibu Kota Kecamatan : KANANGGAR 3. Tahun Berdiri : 5 JUNI 1962 4. Batas Wilayah : 1. Utara berbatasan dengan Kec. Kahaungu Eti 2. Timur berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 2.1 Letak Geografis Tanjung Leidong Tanjung Leidong terletak di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu yang luasnya sekitar 34,032km2

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Permasalahan Sosial Budaya dalam Implementasi Peraturan tentang Perlindungan Spesies Hiu di Tanjung Luar, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS 13 BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS A. Geografi Kelurahan Terkul adalah kelurahan yang terletak di samping kota Batupanjang kecamatan Rupat, dengan status adalah sebagai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku bangsa Sabu atau yang biasa disapa Do Hawu (orang Sabu), adalah sekelompok masyarakat yang meyakini diri mereka berasal dari satu leluhur bernama Kika Ga

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SEDANAU KECAMATAN BUNGURAN BARAT KABUPATEN NATUNA

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SEDANAU KECAMATAN BUNGURAN BARAT KABUPATEN NATUNA BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SEDANAU KECAMATAN BUNGURAN BARAT KABUPATEN NATUNA A. Profil Sedanau 1. Sejarah Terbentuknya Kelurahan Sedanau Kelurahan Sedanau Kecamatan Bunguran Barat Kabupaten Natuna

Lebih terperinci

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA. LAMPIRAN 90 Filled Notes 1. Wawancara dengan Bapak YB Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 : Rumah Bapak YB : 16.30-18.35 WITA a) Arti kematian bagi orang Sabu. Made atau meninggal menurut kepercayaan

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA Oktavianus Patiung Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar

Lebih terperinci

BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG

BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG Kegiatan menenun merupakan warisan ketrampilan turun temurun serta garis penghubung antar generasi yang sampai saat ini masih tetap dipertahankan dan tersebar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 35 IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Identifikasi Permasalahan Adanya ikatan persaudaraan ibarat adik kakak yang terjalin antar satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI A. Kondisi Geografis dan Demografis 1. Keadaan Geografis Desa Muara Jalai merupakan salah satu dari Desa yang berada di Kecamatan Kampar utara Kabupaten Kampar sekitar

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN DALAM PENGEMBANGAN

PROFIL KECAMATAN DALAM PENGEMBANGAN PROFIL KECAMATAN DALAM PENGEMBANGAN 1. Nama : KECAMATAN PAHUNGA LODU 2. Ibu Kota Kecamatan : TANDENING 3. Tahun Berdiri : 4. Batas Wilayah : UTARA=KEC, RINDI, SELATAN=KEC, WULA WAIJELU,TIMUR=LAUT SABU,BARAT

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita 1. Keadaan geografis Pasar Pelita merupakan salah satu pasar yang ada di kecamatan Kubu Babussalam tepatnya di desa

Lebih terperinci

BUDAYA MASYARAKAT DAN KEBAKARAN HUTAN (Studi Kasus di Desa Mio dan Desa Boentuka Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur)

BUDAYA MASYARAKAT DAN KEBAKARAN HUTAN (Studi Kasus di Desa Mio dan Desa Boentuka Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur) BUDAYA MASYARAKAT DAN KEBAKARAN HUTAN (Studi Kasus di Desa Mio dan Desa Boentuka Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur) Oleh : Rahman Kurniadi dan I Made Widnyana Ringkasan Kebakaran

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci