B A B I I I G A M B A R A N U M U M S A N I T A S I K A B U P A T E N M A D I U N

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B A B I I I G A M B A R A N U M U M S A N I T A S I K A B U P A T E N M A D I U N"

Transkripsi

1 B A B I I I G A M B A R A N U M U M S A N I T A S I K A B U P A T E N M A D I U N 3.1. KONDISI UMUM SANITASI KAB. MADIUN Pada Tabel 3.1. terlihat bahwa Kabupaten Madiun memiliki posyandu ditahun 2010 sebanyak 867 dan tiap tahun sejak tahun 2008 dan 2009 mengalami peningkatan 0,46%, sedangkan polindes tidak ada perubahan, untuk puskesmaas peningkatan untuk puskesmas non TT dan keliling masing-masing 5 % dan 4%. Memiliki Rumah Sakit Umum kelas B dan C dan Rumah Sakit Paru-Paru 1 Unit. Tabel 3.1 Perkembangan Sarana dan Prasarana Kesehatan Dalam Wilayah Kab. Madiun Tahun 2009 NO U R A I A N SATUAN TAHUN Posyandu unit Polindes unit Puskesmas 1) Puskesmas TT unit ) Puskesmas Non TT unit ) Pembantu unit ) Keliling unit Rumah Sakit Umum unit 1) Kelas A ) Kelas B unit unit 3) Kelas C unit 4) Kelas D Rumah Sakit Umum 1) Rumah Sakit Umum unit unit 2) Rumah Sakit Jiwa unit 3) Rumah Sakit Kusta unit 4) Rumah Sakit Mata - - -

2 unit 5) Rumah Sakit Bersalin ) RS Ketergantungan unit Obat ) Rumah Sakit Paruparu unit Balai Pengobatan unit Swasta unit BKIA Swasta Gudang Farmasi buah Sumber : Dinas Kesehatan Untuk tabel 3.2 terlihat bahwa perkembangan kesehatan masyarakat dan pelaksanaan gizi telah dilaksanakan di 206 desa dan memiliki kader aktif yang terus bertambah sejak tahun sekitar 2,02% serta jumlah yang mendapat kapsul iodium tahun 2008 sebanyak dan tahun 2009 sebanyak 33,321 orang. Tabel 3.2 Perkembangan Kesehatan Masyarakat dan Pelaksanaan Gizi Kab. Madiun Tahun 2009 NO U R A I A N SATUAN 1. Jumlah Desa Pelaksana Gizi dan Kesehatan ( UPGK ) TAHUN Kenaikan/ Penurunan (%) desa Jumlah Kader Aktif orang 3,712 3,816 3, Jumlah yg mendapat kapsul iodium Sumber : Dinas Kesehatan orang 41,135 33, Untuk kesehatan Ibu dan Anak cakupan Ibu Hamil yang mendapat Tablet Besi 90 Tab mengalami penurunan, sedang angka kematian bayi mengalami kenaikan, untuk cakupan pelayanan imuniasi mengalami peningkatan seiring dengan munculnya kesadaran dan gerakan pos yandu untuk imunisasi BCG, DPT-1, POLIO - 3, POLIO-4, Campak dan TT-5 dan WUS. Lengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

3 Tabel 3.3 Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Madiun TAHUN Kenaikan/ NO U R A I A N SATUAN Penurunan (%) 1. Cakupan Ibu Hamil yang mendapat Tablet Besi 90 Tab persen LH 7 dari 9 dari 8 dari Jumlah Kematian Ibu Angka Kelahiran Kasar perseribu (CBR) Angka Kematian Bayi ( IMR ) perseribu Angka Kematian Neo Natal per LH ( NDR ) Lahir Hidup ( LH ) Nasional 9,302 10,061 9, Balita Gizi Kurang ( BGM ) persen Kasus BGM kasus 1,292 1,344 1, Cakupan Penimbangan Balita 1) K / S persen ) D / S persen ) N / D persen Cakupan Imunisasi 1) BCG persen ) DPT - 1 persen ) POLIO - 3 persen ) POLIO - 4 persen ) Campak persen ) TT - 5, WUS persen Sumber : Dinas Kesehatan

4 Tabel 3.4 Data Pencapaian Program Kesehatan di Kabupaten Madiun NO U R A I A N SATUAN TAHUN Kenaikan/ Penurunan (%) 1. Angka Penemuan TB Baru persen Angka Kesembuhan TB persen Baru Angka Kesakitan Malaria promil Angka Kesakitan DBD per Cakupan air bersih persen Cakupan pemakaian persen jamban Pengunjung Puskesmas kunj. 630, , , Umur Harapan Hidup tahun Sumber : Dinas Kesehatan Pada tabel 3.4 mengenai Data pencapaian program kesehatan di Kabupaten Madiun pada tahun dapat dilihat bahwa angka penemuan TB Baru mengalami peningkatan 5,72 dan angka kesakitan malaria mengalami penurunan juga sebesar -71,91, sedangkan untuk DBD mengalami peningkatan 46,30%. Sehingga butuh perhatian yang intensif dari pemerintah. Tabel 3.5 Pelayanan Tidak Mampu di Kabupaten Madiun NO U R A I A N SATUAN TAHUN Kenaikan/ Penurunan (%) 1. Rawat Inap orang 1,658 2,494 4, Rawat Jalan orang 7,674 10,545 16, Tindakan Operatif orang Sumber : Rumah Sakit Umum Daerah Pada Tabel diatas bahwa pelayanan rawat inap dan rawat jalan serta tindakan operatif mengalami peningkatan ; untuk rawat inap sejak tahun sebesar 69,89 untuk rawat jalan 60,33 dan tindakan operatif 100,50%.

5 NO U R A I A N SATUAN Tabel 3.6 Data Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Madiun TAHUN Kenaikan/ Penurunan (%) 1. Umum orang 4,719 4,597 5, G i g i orang 2,673 2,833 2, Interne orang 8,998 10,093 9, A n a k orang 2,809 2,874 3, M a t a orang 4,305 4,236 4, T H T orang 1,637 1,870 2, Bedah orang 5,660 7,141 8, Kandungan orang 2,483 2,245 3, U G D orang 10,511 12,078 14, Fisioterapi orang 2,825 3,741 3, S y a r a f orang 2,057 3,045 3, Rawat Inap orang 7,974 8,240 10, Jumlah orang Kunjungan 56,651 62,993 70, Jumlah Penderita orang Narkoba Jumlah Balita Gizi orang Buruk Sumber : Rumah Sakit Umum Daerah Seiring dengan tingginya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan banyaknya program kesehatan untuk masyarakat baik untuk orang miskin dan pengobatan gratis/tidak dipunggut bayaran maka membawa pengaruh signifika terhadap peningkatan pelayanan masyarakat. Dengan demikian semakin banyak masyarakat yang berobat, mengunjungi sarana kesehatan maka semakin tinggi kesadaran dan pencapaian tingkat kesehatan masyarakat. Data tabel 3.7 tentang Tenaga Kesehatan di Kabupaten Madiun, bahwa masih ada kekosongan untuk dokter spesialis, sedangkan untuk tenaga bidan mengalami penurunan baik dari jumlah maupun dari jenjang pendidikan. Unutk lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3,7 diwah ini.

6 Tabel 3.7 Data Tenaga Kesehatan di Kabupaten Madiun NO U R A I A N SATUAN 1. Dokter Umum TAHUN Kenaikan/ Penurunan (%) 1) Pegawai Negeri sipil (PNS) orang ) Pegawai Tidak Tetap (PTT) orang ) Pegawai Kontrak orang Dokter Spesialis orang Dokter Gigi 1) Pegawai Negeri sipil (PNS) orang ) Pegawai Tidak Tetap (PTT) orang ) Pegawai Kontrak orang Dokter Gigi Spesialis 1) Pegawai Negeri sipil (PNS) orang ) Pegawai Tidak Tetap (PTT) orang ) Pegawai Kontrak orang Perawat 1) SPK orang ) D3 orang ) S1 orang ) Kontrak orang Perawat Gigi 1) SPRG orang ) AKG orang Bidan ( P2B / D3 ) 1) P2B orang ) D3 orang ) Pegawai Negeri sipil (PNS) orang ) Pegawai Tidak Tetap (PTT) orang ) Pegawai Kontrak orang Sarjana Farmasi / Apoteker orang Asisten Apoteker orang Ahli Gizi 1) D1 orang ) D3 / S1 orang Analis Medis 1) SMAK orang ) AAK orang ATEM orang Penata Rontgen orang Ket.

7 14. Penata Anestesi orang Fisioterapi orang Sanitarian 1) SPPH orang ) APK orang Kesehatan Masyarakat 1) SKM orang ) Sarjana Teknik Lingkungan orang ) MPH orang ) M. Kes orang Pranata Laboratorium orang Peny. Kesehatan Masyarakat orang Entomolog Kesehatan orang Epidemiolog Kesehatan orang Sarjana on Kesehatan orang Tenaga Non Kesehatan orang Sumber : Dinas Kesehatan Untuk melihat kondisi kesehatan lingkungan di Wilayah Pemerintahan Kab. Madiun ada beberapa indikator yang dapat dikemukakan, antara lain sebagai berikut: Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan diperlukan indikator. Derajat kesehatan merupakan salah satu kelompok penting indikator Indonesia Sehat atau merupakan indikator hasil. Secara Nasional Indikator Derajat Kesehatan yaitu : 1) Umur Harapan Hidup, 2) Angka Kematian Ibu, 3) Angka Kematian Bayi, 4) Status Gizi. Akumulasi dari berbagai hasil kegiatan program kesehatan akan terukur dampaknya melalui pencapaian indikator tersebut di atas. Untuk lebih jelasnya, analisis berikut menggambarkan upaya derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Madiun. 3.2 Angka Kematian (Mortalitas) Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya Angka Kematian Ibu (AKI) Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian ibu karena kehamilan, melahirkan atau selama masa nifas dengan acuan penghitungan jumlah kematian maternal per kelahiran hidup (Sumber : Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur Tahun 2009).

8 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Madiun pada tahun 2008 sebesar 75,25 per kelahiran hidup mengalami kenaikan AKI pada tahun 2009 sebesar 89,45 per kelahiran hidup dan mengalami penurunan AKI menjadi 85,65 per kelahiran hidup pada tahun Penyebab kematian ibu terbanyak yang terjadi di Kabupaten Madiun pada tahun 2010 antara lain adalah perdarahan sebesar 25%, eklamsia 25%, jantung 12,5%, kanker 25% dan suspect intrableding 12,5%. Adapun proporsi penyebab kematian ibu dapat terlihat pada gambar 3.8. Gambar 3.8 Proporsi Penyebab Kematian Ibu Di Kabupaten Madiun Tahun 2010 Sumber Data : LB3 KIA Tahun 2010 Kematian ibu merupakan indikator penting untuk melihat derajat kesehatan masyarakat. Kegunaan mengetahui kematian ibu adalah untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama dalam pelayanan kehamilan yang aman, bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, serta penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran. Hal ini bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu dan meningkatkan kesehatan reproduksi Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita Kematian bayi merupakan kematian yang terjadi antara saat bayi lahir sampai sebelum bayi berusia satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada kelahiran dari usia kehamilan diatas 28 minggu sampai dengan 28 hari setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh

9 dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan 28 hari sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktorfaktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Jumlah kelahiran hidup di Kabupaten Madiun pada tahun 2010 adalah sebesar kelahiran dengan 37 kasus lahir mati dan kasus kematian bayi sebanyak 107 kasus. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 4. Penyebab kematian bayi di Kabupaten Madiun pada tahun 2010 antara lain adalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebesar 46%, asfiksia 22% dan penyebab lain karena kelainan bawaan dan infeksi sebesar 32%. Gambar 3.9 Proporsi Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten Madiun Tahun 2010 Sumber Data : LB3 KIA Tahun 2010 Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-5 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi). Gambaran kematian bayi dan balita pada tahun 2008 sampai dengan 2010 adalah sebagai berikut:

10 Gambar 3.10 Proporsi AKB & AKBAL di Kabupaten Madiun Tahun Dari gambar 3.3 terlihat bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Madiun menunjukan kenaikan yang cukup signifikan dari AKB tahun 2008 yakni sebesar 8,7 per 1000 kelahiran hidup dan AKB tahun 2009 sebesar 8,2 per 1000 kelahiran hidup menjadi 11,5 per 1000 kelahiran hidup pada tahun Dibandingkan dengan angka nasional, AKB Kabupaten Madiun tahun 2010 masih lebih rendah dimana angka nasional mencapai 25,7 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Balita (AKBAL) di Kabupaten Madiun pada tahun 2010 adalah 11,9 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan AKBAL tahun 2009 adalah sebesar 8,5 per 1000 kelahiran hidup dan AKBAL tahun 2008 sebesar 0,90 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan AKBAL tahun 2010 mengalami kenaikan dalam tiga tahun terakhir Angka Kecelakaan Lalu Lintas Per Penduduk Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian penduduk di Kabupaten Madiun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Polres Kabupaten Madiun, pada tahun 2010 dilaporkan jumlah kejadian kecelakaan sebanyak 527 kasus dengan rasio tingkat kecelakaan sebesar 68,31 per jumlah penduduk. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Morbiditas Morbiditas (angka kesakitan) digunakan untuk menggambarkan pola penyakit yang terjadi di masyarakat. Angka kesakitan pada penduduk berasal dari community based data yang diperoleh melalui pengamatan (surveilans) dan data yang diperoleh

11 dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil Penyakit Menular Langsung a. Tuberkulosis Penyakit Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting dan serius. Menurut WHO, setiap tahun ada sekitar 1,7 milyar orang diseluruh dunia telah terinfeksi basil Tuberkulosis. Dari 8 juta kasus yang terjadi, diperkirakan 3 juta yang meninggal akibat penyakit ini (WHO, dikutip dari Depkes 2000). Hal yang sangat merisaukan adalah bahwa dari 95% kematian akibat Tuberkulosis tersebut terjadi di negara-negara berkembang. Jika dibandingkan dengan penyakit-penyakit infeksi yang lain, Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi penyebab kematian paling tinggi di seluruh dunia yaitu sebesar 1,9 juta orang, bila dibandingkan dengan kematian akibat diare (0,4 juta), malaria (0,3 juta) AIDS (0,2 juta), dan penyakit tropik lainnya (0,2 juta). Selain itu, sekitar 26% dari seluruh kematian pada kelompok usia dewasa di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit Tuberkulosis. Sekitar 80% kasus kematian Tuberkulosis terjadi pada kelompok usia produktif yang menunjang perekonomian keluarga (WHO, 1994). Kabupaten Madiun pada tahun 2010 memiliki cakupan BTA + sebanyak 309 orang. Angka kesembuhan TB paru dapat diketahui melalui cakupan BTA + yang diobati pada tahun 2009 yaitu sebanyak 271 orang dan yang sembuh sebanyak 260 orang dengan angka kesembuhan sebesar 95,94. Angka kesembuhan tersebut (95,94) sudah sesuai target, tetapi penemuan BTA (+) masih rendah (53%) dari target seharusnya 70%. b. Kusta Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae yang menyerang syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Indonesia merupakan penyumbang penderita kusta terbesar ketiga di dunia setelah India dan Cina. Propinsi Jawa Timur menduduki peringkat pertama di Indonesia dalam jumlah penderita kusta. Jumlah penderita kusta MB tahun 2008 di kabupaten Madiun yang selesai berobat adalah sebanyak 26 dengan persentase RFT kusta MB sebesar 100%, sedangkan penderita kusta PB tahun 2009 tidak ditemukan. Kabupaten Madiun termasuk kabupaten dengan angka kesakitan kusta terendah 0,49 dari target 1 per Yang menjadi masalah penemuan cacat 2 masih tinggi (32%) dari yang seharusnya 5% dan masih adanya penderita anak sebanyak 3%.

12 c. HIV / AIDS AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh karena diserang virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus). Keberadaan penderita HIV/AIDS bagaikan fenomena gunung es dimana jumlah penderita yang ditemukan jauh lebih sedikit dibandingkan penduduk yang terinfksi. Jumlah kasus HIV-AIDS di Kabupaten Madiun pada tahun 2010 adalah sebanyak 34 kasus yang telah tertangani seluruhnya (100 %). Kasus pada tahun 2010 meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebanyak 21 kasus. Data kasus HIV-AIDS dapat dilihat pada Tabel 8. Upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat dilakukan yaitu melalui penyuluhan ke masyarakat, penjangkauan dan pendampingan kelompok resiko tinggi serta intervensi perubahan perilaku melalui promosi kondom pada kelompok risti, layanan konseling dan testing HIV melalui mobile klinik, layanan Harm Reduction melalui pemberian jarum suntik (LJSS), pengobatan dan pemeriksaan berkala IMS dan pengamanan donor darah. d. Infeksi Menular Seksual (IMS) Jumlah kasus IMS di Kabupaten Madiun pada tahun 2010 adalah sebanyak kasus yang telah tertangani seluruhnya (100%). Jika dibandingkan dengan jumlah kasus IMS pada tahun 2009 yakni sebanyak 820 kasus, maka telah terjadi peningkatan jumlah kasus yang tertangani pada tahun Hal ini disebabkan karena Klinik Voluntary Conseling and Testing (VCT) Puskesmas Dolopo telah beroperasi secara maksimal. Data tentang kasus IMS dapat dilihat pada Tabel 8. e. Diare Jumlah penderita diare di Kabupaten Madiun Tahun 2009 adalah sebanyak dengan jumlah penderita balita sebanyak Jika dibandingkan dengan tahun 2008 telah terjadi peningkatan jumlah penderita diare secara keseluruhan maupun pada balita. Jumlah penderita diare tahun 2008 sebanyak dengan penderita pada balita sebanyak balita. Angka Kesakitan Diare pada tahun 2010 adalah 20,93 per 1000 penduduk. Angka kesakitan Diare tahun 2010 meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 20,22 per 1000 penduduk. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8. Diare pada anak dapat menyebabkan kematian dan gizi kurang. Kematian dapat dicegah dengan pemberian oralit dan zink untuk mengatasi dehidrasi. Gizi kurang dapat dicegah dengan pemberian makanan yang cukup selama

13 berlangsungnya diare. Pencegahan dan pengobatan diare pada anak harus dimulai dari rumah dan obat-obatan dapat diberikan bila diare tetap berlangsung dan bawalah segera anak kerumah sakit bila dijumpai tanda-tanda dehidrasi pada anak. e. Pneumonia Pneumonia m penyebab merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Berdasarkan hasil susenas tahun 2001 diketahui bahwa 80-90% dari seluruh kasus kematian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) disebabkan oleh Pneumonia. Kasus ISPA yang berlanjut ke Pneumonia ini umumnya terjadi pada balita terutama apabila terdapat gizi kurang dengan keadaan lingkungan yang tidak sehat. Jumlah penderita pneumonia pada balita yang ditangani di Kabupaten Madiun pada tahun 2010 adalah sebanyak penderita yang dapat ditangani secara keseluruhan (100 %). Jika dibandingkan dengan tahun 2009 dengan jumlah penderita sebanyak 688, pada tahun 2010 telah terjadi peningkatan jumlah penderita pneumonia pada balita Penyakit Menular Bersumber Binatang a. Demam Berdarah Dengue (DBD) Beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran dan penularan penyakit DBD, yaitu urbanisasi yang cepat, perkembangan pembangunan di daerah pedesaan, kurangnya persediaan air bersih, mudahnya transportasi yang menyebabkan mudahnya lalu lintas manusia antardaerah, adanya pemanasan global yang dapat mempengaruhi bionomik vektor Aedes Aegypti. Jumlah kasus DBD tahun 2010 adalah sebanyak 308 kasus. Kasus DBD pada tahun 2010 telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebanyak 200 kasus dan 289 kasus pada tahun Angka kesakitan DBD tahun 2010 adalah sebesar 39,93 per penduduk. Angka kesakitan DBD tahun 2010 mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2009 adalah sebesar 25,96 per penduduk dan tahun 2008 sebesar 37,42 per penduduk. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah baik lintas sektor maupun lintas program dan masyarakat termasuk sektor swasta. Masyarakat juga dapat berperan dalam upaya pemberantasan vektor yang merupakan upaya paling penting untuk memutuskan rantai penularan dalam rangka mencegah dan memberantas penyakit DBD muncul di masa yang akan datang, antara lain dengan berperan secara aktif dalam pemantauan jentik berkala dan melakukan gerakan serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3 M disamping perlunya pemberdayaan jumantik.

14 b. Malaria Malaria positif adalah penderita yang dalam darahnya ditemukan parasit plasmodium melalui pemeriksaan mikroskopis (atau dengan rapid diagnostic test). Daerah endemis malaria di Kabupaten Madiun adalah di Kecamatan Gemarang yaitu di Desa Winong, Gemarang, Durenan, Nampu, Tawangrejo, Batok dan Sebayi serta Kecamatan Saradan di desa Sugih Waras. Penderita penyakit malaria yang diperiksa sediaan darahnya adalah sebanyak orang dan yang positif menderita malaria sebanyak 55 orang. Seluruh penderita positif malaria telah diobati (100%) dengan angka kesakita (API) sebesar 0,98 per 1000 penduduk yang terjangkit malaria. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 9. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun untuk menurunkan angka kesakitan malaria antara lain adalah : kegiatan Mass Fever Survey (MFS), spot check (pengamatan sewaktu) pada vektor malaria, pencarian sediaan darah aktif dan pasif (Active Case Detection/ ACD dan Passive Case Detection/ PCD), pemasangan kelambu, survei migrasi dan Pos Malaria Desa (POSMALDES) Penyakit yang dapat Dicegah Melalui Imunisasi (PD3I) Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa), namun diantara penyakit-penyakit tersebut ada yang dapat dicegah dengan imunisasi atau yang disingkat dengan PD3I adalah penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu antara lain: a.campak Campak merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh virus measles yang disebarkan melalui bersin/batuk dengan gejala awal yaitu demam, bercak kemerahan, batuk pilek lalu timbul ruam di seluruh tubuh. Penyakit campak sering menyebabkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dan menurut rekaman data Depkes menyebutkan frekuensi KLB campak menduduki urutan ke empat setelah DBD, diare dan chikingunya. Kematian akibat campak pada umumnya disebabkan kasus komplikasi seperti meningitis. Jumlah kasus campak pada tahun 2010 di Kabupaten Madiun sebanyak 16 kasus dengan Angka Kesakitan Penyakit Campak. Bila dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya jumlah kasus pada tahun 2010 cenderung mengalami peningkatan dari 10 kasus pada tahun 2009 dan 10 kasus pada tahun Perkembangan kasus campak tahun terlihat pada gambar di bawah ini:

15 Gambar 3.11 Jumlah Kasus Campak Di Kabupaten Madiun Tahun Dari gambar di atas, terlihat bahwa jumlah kasus campak mengalami peningkatan dalan tiga tahun terakhir. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi penyakit campak adalah dengan memberikan imunisasi campak pada saat bayi berumur 9 bulan. Imunisasi campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak a. AFP (Acute Flacid Paralysis) Polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan. Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Jumlah kasus AFP (Acute Flacid Paralysis) atau lumpuh layuh di Kabupaten Madiun tahun 2010 adalah sebanyak 3 kasus. Keadaan ini menunjukan kasus polio mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kejadian kasus pada tahun 2009 (5 kasus). Perkembangan kasus AFP tahun terlihat pada gambar di bawah ini:

16 Gambar 3.12 Jumlah Kasus Polio di Kabupaten Madiun Tahun Dari gambar di atas, terlihat jumlah kasus polio mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Polio dapat dicegah melalui kegiatan imunisasi menyeluruh yang diberikan sesuai dengan rekomendasi WHO yaitu sejak bayi baru lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian, diulang pada usia 1,5 tahun dan 15 tahun. Upaya ketiga adalah survailance accute flaccid paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk memastikan penyebabnya karena polio atau bukan. Tindakan lain adalah melakukan mopping-up berupa pemberian vaksinasi massal di daerah yang ditemukan penderita polio terhadap anak usia di bawah lima tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya. 3.4 Status Gizi Masyarakat Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan menjadi kurang. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal, selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang. Jumlah BBLR yang dilaporkan meningkat dalam tiga tahun terakhir ini. Pada tahun 2010 prosentase kasus BBLR sebanyak 3,53% yang tertangani seluruhnya (100%), sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 2,93% yang telah tertangani secara

17 keseluruhan atau sebesar 100% dan sedangkan pada tahun 2008 prosentase BBLR sebanyak 3,19% yang seluruhnya dapat ditangani (100%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Gambar 3.13 Prosentase Kasus Bblr Di Kabupaten Madiun Tahun Dari gambar tersebut terlihat adanya kenaikan prosentase bayi BBLR dari tahun 2008 sampai tahun Kenaikan bayi BBLR tersebut dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau adanya penyakit pada ibu yang memperberat kehamilannya. Namun seluruh bayi BBLR yang dilaporkan telah memperoleh penanganan sesuai prosedur. Untuk menekan BBLR dibutuhkan penanganan terpadu dengan lintas program dan lintas sektor, karena timbulnya masalah penyakit dan status gizi berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat Pemantauan Gizi Balita Gizi buruk di masa ini bukan saja disebabkan karena masalah ekonomi. Kurangnya pengetahuan, pendidikan serta wawasan masyarakat akan pentingnya asupan makanan yang cukup nutrisi menjadi penyebab lain bertambahnya angka kejadian gizi buruk. Balita yang menderita gizi buruk, terkadang disebabkan pula karena pola asuh yang kurang benar. Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang tahun 2009 di Jawa Timur sesuai dengan hasil pemantauan status gizi sebesar 12,2%, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan target MDG s 2015 sebesar 20%, serta lebih rendah dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007 sebesar 18,5%. Jumlah balita gizi buruk di Kabupaten Madiun pada tahun 2010 adalah sebanyak 252 atau 0,74% dari jumlah balita yang ditimbang berat badannya.

18 Jumlah ini mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2009 yaitu sebanyak 335 balita atau 1% dari jumlah balita yang ditimbang berat badannya dan tahun 2008 yaitu sebanyak 305 balita atau 0,94% dari jumlah balita yang ditimbang berat badannya. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 14. Jika dibandingkan dengan target 2010 dimana diharapkan balita gizi buruk hanya 5% maka persentase tersebut telah jauh di bawah target Indonesia Sehat Upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan gizi buruk pada balita antara lain adalah melalui pengorganisasian masyarakat untuk mengembangkan posyandu melalui Pos Gizi, pelatihan bagi kader posyandu, Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan gizi dan memasyarakatkan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Program-program tersebut dilakukan secara berkesinambungan mengingat penanganan gizi buruk tidak bisa dilakukan sesaat Kecamatan Bebas Rawan Gizi Kejadian Gizi Buruk dan Gizi Kurang menurut indeks Berat Badan terhadap Umur (BB/U) sampai saat ini masih digunakan untuk menentukan daerah atau wilayah risiko rawan gizi. Suatu daerah dikatakan bebas rawan gizi yaitu apabila prevalensi gizi buruk dan gizi kurang sebanyak < 15% dari jumlah balita. Pada tahun 2010 seluruh kecamatan di Kabupaten Madiun, yaitu sebanyak 15 kecamatan merupakan kecamatan bebas rawan gizi atau telah tercapai 100%. Pencapaian di Kabupaten Madiun untuk kecamatan bebas rawan gizi telah mencapai target Indonesia Sehat tahun 2010 dimana persentase kecamatan bebas rawan gizi mencapai 80%.

19 4.1. Kuantitas dan Kualitas Air Pelayanan Air bersih di Kab. Madiun di layani oleh Perusahaan Daerah Air Minum, yang mana perusahaan ini melayani dua Kota yaitu Kab. Madiun. Data Anggota Perpamsi PDAM sebagai lembaga yang ditunjuk untuk menanggani sektor pelayanan air minum di Kabupaten Madiun telah terdata di Perpamsi dengan nomor register B yang beralamat di JL. Panglima Sudirman, Caruban Madiun. DATA UMUM Propinsi Kabupaten Nama PDAM : Jawa Timur : Madiun : PDAM No. Anggota Perpamsi : B Alamat : JL. Panglima Sudirman, Caruban Madiun Kode Pos : No. Telepon : (0351) , pdam.purabaya@gmail.com Pada tabel dibawah ini PDAM memiliki 89 desa yang telah terlayani dari 206 desa yang ada, memiliki sambungan langganan sebanyak dengan tarif dasar air rupiah per m3 adalah Rp. 1650,-, secara detail dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.14 Kondisi Pengelolaan Bidang Teknik PDAM Kab. Madiun KABUPATEN/KOTA KAB. MADIUN NO UNIT PDAM KAB. URAIAN MADIUN PELAYANAN KAB. MADIUN 1. Jumlah Penduduk Jiwa Jumlah kecamatan Kec Jumlah Desa Desa Desa terlayani Desa Sambungan Langganan -Aktif SR Tidak Aktif SR Jumlah SR Tersambung keseluruhan -Aktif SR Tidak Aktif SR Water Meter Rusak Unit 8. SR Tanpa Water Meter Unit

20 9. HU Terpasang -Aktif Unit 96 -Tidak Aktif Unit Asumsi Konsumsi Ltr/jiwa Asumsi Terlayani Jiwa Penduduk terlayani % 27, Tarif Dasar Air RpM Data tebl dibawah ini mengenai jumlah pelanggan berdasarkan golongan PDAM untuk golongan rumah tangga mengalami peninggkatan sejak tahun yaitu : (2006), (2007), (2008), (2009), (2010). Untuk sektor niaga dan industri : 249(2006), 271(2007), 285(2008), 300(2009) dan 388(2010) dan Instansi Pememrintah tahun 115 (2006), 121 (2007), 130 (138), dan 142 (2010). Demikian untuk 323 (2006), 359 (2007), 393 (2008), 438(2009), 464(2010), sedangkan untuk sosial tidak mengalami perunahan yang signifikan. Tabel 3.15 Jumlah Pelanggan Berdasarkan Golongan PDAM Kabupaten Madiun JUMLAH PELANGGAN NO GOLONGAN Rumah Tangga Niaga & Industri Instansi Pemerintah Khusus Sosial Khusus Sosial Umum Jumlah

21

22 NO Pada tabel ini dapat dilihat unit yang ada dan yang terpasang, kapasitas terpasang, kapasitas ril, lokasi, jenis pengolahan, jumlah pelanggan dan cakupan layanan serta panjang jaringan, secara detail dapat dilihat pada tabel dibawah ini. INSTALASI PENGOLAHAN AIR KAPASITAS TERPASANG (L/dtk) KAPA SITAS RIEL (L/dtk ) Tabel 3.16 Kondisi Pelayanan PDAM Kabupaten Madiun per April 2011 LOKASI JENIS PENGOLAHAN WILAYAH PELAYANAN KECAMATAN JUMLAH PELANGGAN AKTI F NON AKTI F TOTAL CAKUPAN LAYANAN (%) PANJANG JARINGAN (m) UNIT CARUBAN Ds. Mejayan Perpompaan KEC. CARUBAN , UNIT DOLOPO Ds. Dolopo Perpompaan KEC. DOLOPO , UNIT GEGER 35 27,5 Ds. Purworejo Perpompaan Kec. GEGER , UNIT P. KENCENG 17, UNIT SARADAN 32,5 27,5 6 UNIT WUNGU 67,5 61,5 7 8 UNIT DAGANGAN UNIT GEMARANG Ds. Kenongrejo Ds. SugihWaras Ds. Mojopurno Ds. Dagangan Perpompaan Perpompaan Perpompaan dan Gravitasi Perpompaan dan Gravitasi 7,5 7,5 Ds. Durenan Gravitasi KEC. P. KENCENG KEC. SARADAN , , KEC. WUNGU Kec.DAGANG AN Kec. GEMARANG , , UNIT KARE 20 7,5 Ds. Kare Gravitasi Kec. KARE , UNIT JIWAN 10 7,5 Ds. KincangWeta n Perpompaan KEC. JIWAN , UNIT MADIUN Ds. Nglames Perpompaan KEC. Nglames ,

23 12 13 UNIT BALEREJO UNIT WONOASRI Ds. Jerukgulung Ds. Sidomulyo Perpompaan Perpompaan Kec. BALEREJO Kec. WONOASRI , ,

24 I-24

25 Tabel 3.17 Cakupan Pelayanan Air Minum PDAM Kabupaten Madiun NO AREA PELAYANAN/DESA YANG DILAYANI KECAMATAN DESA Kecamatan 1. Mejayan 8.Kaligunting Mejayan 2. Bangunsari 9. Klecorejo 3. Krajan 10. Blabakan 4. Ngampel 11. Wonorejo 5. Pandean 12. Kebonagung 6. Sidodadi 13. Kuncen 2. Kecamatan Dolopo 7. Darmorejo 14. Ngampel 1. Bangunsari 5. Candimulyo 2. Ketawang 6.Glonggong 3. Doho 7.Milir 4. Dolopo 8.Lembah 3. Kecamatan Geger 1. Slampur 7. Sangen 2. Purworejo 8. Kertosari 3. Sumberejo 9. Kertobanyon 4. Uteran 10. Kaibon 5. Jatisari 11.Kranggan 6. Pagotan 12. Geger 4. Kecamatan Pilangkenceng 5. Kecamatan Saradan 6. Kecamatan Wungu 7. Kecamatan Dagangan 8. Kecamatan Gemarang 1. Kenongorejo 4. Pulerejo 2. Sumber Gandu 5. Simo 3. Muneng 1. Sugihwaras 4. Gemarang 2. Sebayi 5. Sidorejo 3. Nampu 6. Sukorejo 4. Ngepeh 7. Bongsoputro 1. Mojopurno 5. Brumbun 2. Bantengan 6. Sidorejo 3. Munggut 7. Pilangrejo 4. Wunggu 8. Karangrejo 1. Dagangan 4. Banjarsari kulon 2. Sewulan 5. Sukosari 3. Banjarsari 6. Jetis wetan 1. Winong 2. Bathok 3. Durenan 9. Kecamatan Kare 1. Kare 2. Randualas 3. Kuwiran 10. Kecamata Jiwan 1. Jiwan 2. Kincang 3. Sukolilo 4. Grobogan I-25

26 11. Kecamatan Madiun 12. Kecamatan Balerejo 1. Tiron 5. Dempelan 2. Nglames 3. Nglanduk 1. Balerejo 4. Babadan Lor 2. Jeruk gulung 5. Sumberbening 3. Karangmalang 6. Gading 13. Kec Wonoasri 1. Purwosari 5, wonoasri 2. Buduran 7. Sidomulyo 3. Klitik 8. Plumpungrejo 4. Bancong 9. Ngadirejo Dari 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun 13 Kecamatan telah terlayani semua dan dari 206 desa yang ada sebanyak 89 telah terlayani. Lebih lengkap kecamatan dan desa yang terlayani dapat dilihat pada tabel diatas. Tabel 3.18 Rencana Sistem Perpipaan PDAM NO KEGIATAN EXISTING 2010 KEC RENCANA KEC Pemasangan jaringan Pipa baru PVC dia 100 mm,75mm,50 1. Ds. Babadan Lor dan Dukuh Tegal garing Balerejo Pemasangan jaringan Pipa baru PVC dia 100 mm,75mm,50mm dan accesories mm dan accesories 2. Desa Sukosari Dagangan Wungu 1. Desa Ngadirejo Wonoasri Madiun 3. Ds. Sidorejo, Kedungrejo 4. Ds. Bancong,Ds Klecorejo dan Perumahan Garden family Mejayan 2. Ds Dimong, Desa Sirapan dan Ds Nglambangan 3. Desa Pacinan, Desa Banaran dan Desa Sogo 5. Ds. Sebayi Saradan 4. Desa Teguhan, Desa Bibrik, dan Desa Wayut 6. Ds,Godongan,Grob yong 7. Ds Sidomulyo, Plumpungrejo,Wo noasri, Jatirejo Geger 5. Desa Tempursari dan Ds Mojorayung Balerejo Jiwan Wungu Wonoasri 6. Desa Krebet Pilangkence ng Pada tahun mendatang Pemasangan jaringan Pipa baru PVC dia 100 mm,75mm,50mm dan accesories akan dilaksanakan di desa Ngadirejo, Ds Dimong, Desa Sirapan dan Ds Nglambangan, Desa Pacinan, Desa Banaran dan Desa Sogo, Desa Teguhan, Desa Bibrik, dan Desa Wayut, Desa Tempursari dan Ds Mojorayung dan Desa Krebet. I-26

27 Tabel 3.19 Kondisi Sumber Daya Manusia KABUPATEN.KOTA PDAM PERSONALIA KABUPATEN NAMA PDAM MADIUN NO URAIAN UNIT JUMLAH TEKNIK -SI/S2/S3 Orang 7 D1/D2/D3 Orang -SMU/SMEA/STM Orang 23 SMP/Sederajat Sekolah dasar Orang Orang 2. NON TEKNIK -SI/S2/S3 Orang 13 D1/D2/D3 Orang -SMU/SMEA/STM Orang 66 SMP/Sederajat Orang 2 Sekolah dasar Orang 1 JUMLAH KARYAWAN 112 Untuk tabel kondisi SDM di PDAM Kab. Madiun masih didominasi oleh jenjang pendidikan SMA.SMEA dan STM untuk yang Tehnik, sedangkan untuk non tehnik juga demikian. Sehingga kedepanya diharapkan ada peningkatan sumber daya manusia untuk jenjang pendidikan D-3. Profil teknis PDAM bahwa daya PLN yang terpasang sebesar 687 KVA, jumlah mobil tangki yang aktif sebanyak 3 unit dan 1 unit yang rusak, Kapasitas terpasang 413 Lt/det, kapasitas pemanfaatan 330 Lt/det, dengan jam operasi 18 jam perhari dan air yang diproduksi sebanyak M3/bln dan hanya m3/bln air yang terdistriusi. Sumber air yang dipakai adalah air permukaan 2 unit dan pemakaian air bawah tanah sebanyak 29 unit. I-27

28 Tabel 3.20 Profil Teknis PDAM Kabupaten Madiun No Uraian Satuan PDAM Madiun Daya PLN terpasang KVA Kekeruhan 3. Air Baku Air Minum Jumlah Mobil Tangki NTU NTU - Aktif Unit 3 - Tudak Aktif Unit 1 4. Kapasitas IPA terpasang Lt/det Kapasitas Pemanfaatan Lt/det Jam operasi Jam/hari Air yang diproduksi M3/bln Air yang didistribusikan M3/bln Kehilangan Air % Diameter pipa air baku mm Diameter pipa distribusi air minum mm 100,75,50, Pemakaian bahan Kimia - Tawas Kg/bln - Kaporit Kg/bln 30 - Soda ash/kapur Kg/bln 13. Fe Ppm 14. Clorida Ppm Debit Pompa Air Baku Lt/dtk Debit Pompa Air distribusi Lt/dtk 17. Daya Genset KVA 18. Kondisi Genset - Baik Unit - Rusak Unit I-28

29 19. Sumber Air - Air Permukaan Unit Air Tanah Unit 29 Sistem pengolahan Unit 1 Sistem pengaliran - Sistem air Baku Unit - Air permukaan 2 - Air Bawah tanah 29 Sistem distribusi Unit - Gravitasi Unit 2 - Perpompaan Unit 29 Limbah Cair Rumah Tangga Setiap hari manusia menghasilkan air limbah rumah tangga (domestic waste water). Air limbah tersebut ada yang berasal dari kakus disebut black water. Ada pula yang berasal dari kamar mandi, tempat mencuci pakaian, tempat mencuci piring dan peralatan dapur yang disebut juga grey water. Secara umum ada dua tipe sistem pengolahan air limbah. Pertama, sistem pembuangan setempat (On Site Sanitattion). Pada setiap pembuangan setempat ini, air limbah dialirkan ke tempat pembuangan atau pengolahan yang terletak di sekitar pekarangan rumah atau bangunan. Istilah lain dari sistem setempat ini disebut juga sebagai sistem individual. Adapun jenis sarana yang termasuk tipe ini, misalnya cubluk, septic tank, dan lain-lain. Kedua, sistem pembuangan terpusat (Off Site Sanitation). Pada sistem pembuangan terpusat ini, air limbah disalurkan ke saluran air limbah kota yang mengalir menuju pengolahan air limbah kolektif di daerah tertentu. Sistem ini juga dikenal dengan istilah sistem komunal. Jelasnya, pada sistem komunal air limbah dialirkan dari sumbernya menuju ke tempat pengolahan terpusat dengan mempergunakan pipa riol. Adapun riol yang dipakai untuk mengalirkan air limbah tersebut dinamakan dengan Sewerage System. I-29

30 3.1.5 Limbah Padat (Sampah) a. Sumber-Sumber Sampah Kab. Madiun Sumber-sumber sampah di Kab. Madiun antara lain berasal dari : 1. Sampah Permukiman. Sampah ini berasal dari rumah tangga. Sampah ini berasal dari aktivitas dapur, sampah pohon di halaman maupun kegiatan rumah tangga lain. 2. Sampah Pasar. Sampah ini berasal dari kegiatan pasar, yang kebanyakan merupakan sisa sayur-mayur dan buah-buahan. 3. Sampah Hotel dan Penginapan. Sampah ini berasal dari semua kegiatan hotel atau penginapan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa sampah kertas, makanan. sampah dapur dan lain-lain. 4. Sampah Rumah Sakit. Sampah yang berasal dari aktivitas rumah sakit baik termasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Biasanya sampah yang dibuang di TPA adalah sampah jenis non B3. 5. Sampah Jalan. Sampah yang berasal dari pejalan kaki, pengendara kendaraan maupun berasal dari pengguna jalan yang lain. Sampah jalan ditangani oleh penyapu jalan baik dalam pengumpulan maupun pengangkutan. 6. Sampah Perbengkelan. Sampah ini berasal dari kegiatan usaha perbengkelan yang berada di Kab. Madiun. Sampah ini dapat berupa limbah cair seperti oli dan juga limbah padat seperti berbagai macam sisa onderdil kendaraan. 7. Sampah Perkantoran. Jumlah sarana perkantoran yang ada di kota memberikan kontribusi sampah yang umumnya berwujud kertas. 8. Sampah Sarana Pendidikan. Jenis sampah dari sarana pendidikan terdiri dari berbagai macam jenis sampah antara lain plastik, organik, kertas dan lain-lain. b. Sarana Pengolahan Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai leading sektor yang menanggani persoalan kebersihan dan pertamanan. Di Kabupaten Madiun memiliki Tempat Pembuangan Sampah sebanyak 14 Lokasi yang berada di Kecamatan Caruban, Jiwan, Wungu dan Uteran. Adapun jenis TPSS yang tersedia sebanyak 12 yang permanen dan 12 container. Untuk frekuensi pengambilan dan pengangkutan sampah dari TPSS rata-rata dilakukan 1 kali dengan pada siang hari. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini : I-30

31 Tabel 3.21 Jumlah TPS dan Sistem Pelaksanaan Penampngan Setempat/Pengolahan Awal Jumlah TPS 14 Lokasi Jenis TPSS yang tersedia 12 yang permanen 12 Container Lokasi TPSS Caruban, Jiwan, Wungu dan Uteran Frekuensi pengambilan dan Rata-rata 1 kali pengangkutan sampah dari TPSS Jadwal pengambilan dan Siang hari pengangkutan sampah dari TPSS Lembaga yang menggelola operasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan pemeliharaan Pada tabel dibawah ini terkait dengan pengumpulan setempat bahwa frekuensi pengambilan sampah dari rumah ke rumah dilakukan setiap hari/1 kali perhari, sedangkan alat pengangkutan yang digunakan dari rumah ke rumah adalah gerobak sampah dorong, dan pihak yang melakukan pengambilan sampah dari rumah adalah RT/RW dan DKP. Data dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.22 Pengumpulan Setempat Pengumpulan Setempat Frekkuensi pengambilan sampah dari rumah ke rumah Alat pengangkuran sampah dari rumah ke rumah Pihak yang melakukan /pengambilan sampah dari rumah Setiap hari/1 kali perhari Gerobak Sampak dorong RT/RW dan DKP Data timbulan sampah rumah tangga sebanyak 96 m3/hari, dan perkiraan total timbulan sampah sejenis sampah rumah tangga adalah 48 m3/hari, untuk perkiraan total timbulan sampah spesifik sebanyak 0,25 m3/hari dan perkiraan total timbulan sampah organik sebanyak 71,41 m3/hari sedangkan perkiraan total sampah non organik 28,59 m3/hari. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini. I-31

32 Tabel 3.23 Timbulan Sampah Timbulan Sampah Perkiraan Timbulan Sampah RT Perkiraan Total Timbulan Sampah sejenis sampah RT Perkiraan total timblan sampah specifik Perkiraan Total Tibulan Sampah organik Perkiraan Total sampah Non Organisk Kapasitas 96 m3/hari 48 m3/hari 0,25 m3/hari 71,41 m3/hari 28,59 m3/hari Tabel 3.24 Pengangkutan Sampah Pengangkutan Jenis kendaraan pengangkut sampah Total Volume sampah yang diangkut dari TPSS menuju TPA Pembuangan Akhir/Daur Ulang Sistem yang digunakan dalam TPA Kapasitas dan Luas TPA Volume sampah yang masuk TPA Komposisi sampah yang masuk TPA Jumlah Pemulung di TPA Keberadaan hewan di TPA Ketersediaan instalasi pengolahan air lindi Sumur Pantau Keterangan Arm Role 3 Unit Damp truck 3 Unir Truck Bak 1 Unit Pick Up 1 Unit 96 m3/hari Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayen Kab. Madiun Open Dumping m3 luas 6 Ha 96 m3 / hari Organik, kertas, plastik, kaca dan logam 28 Orang Ada kambing milik masyarakat yang digembalakan di TPA. Ada Ada 2 Unit Dari tabel diatas Dinas Keersihan dan Pertamanan memiliki jenis kendaraan pengangkut sampah adalah Arm Role 3 Unit, Damp truck 3 Unir, Truck Bak 1 Unit, Pick Up 1 Unit. Untuk Total volume sampah yang diangkut dari TPSS menuju TPA sebanyak 96 m3/hari, pembuangan Akhir dilakukan di Desa Kaliabu Kecamatan Mejayen Kab.Madiun, untuk sistem yang digunakan masih open dumping dengan kapasitas dan luas TPA m3 dan Luas 6 Hektar. Komposisi sampah yang masuk TPA adalah sampah organik, plastik, kaca dan logam. Jumlah pemulung di TPA sebanyak 28 orang. Dilokasi TPA terdapat hewan I-32

33 milik penduduk berupa kambing. Disisi lain tersedia instalasi pengolahan air lindi dan sumur pantau sebanyak 2 unit Drainase Lingkungan Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, kolam tando, dan stasiun pompa. Dalam rangka pengembangan dan penataan kawasan permukiman dan peningkatan taraf hidup masyarakat di Kab. Madiun, penanganan drainase merupakan salah satu prioritas yang perlu mendapatkan penanganan. Karena gangguan dan kerugian akan masalah banjir dan genangan telah mengakibatkan dampak penurunan kondisi sosial ekonomi masyarakat, kerusakan lingkungan pemukiman dan sektor-sektor ekonomi yang potensial Limbah Medis Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan beracun (LB3) sesuai dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn 1999 lampiran I daftar limbah spesifik dengan kode limbah D 227. Dalam kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa limbah rumah sakit dan limbah klinis yang termasuk limbah B3 adalah limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa, peralatan laboratorium terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, dan residu dari proses insinerasi. Beberapa peraturan yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan Rumah Sakit antara lain diatur dalam : a. Permenkes 1204/Menkes/PerXI/2004, mengatur tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit b. Kepmen KLH 58/1995, mengatur tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit c. PP18 tahun 1999 jo PP 85 tahun 1999, mengatur tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan Beracun (B3) I-33

34 3.2 Pengelolaan Limbah Cair Landasan Hukum Undang-Undang Republik Indonesia 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Keputusan Menteri Republik Indonesia 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. 2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik Aspek Kelembagaan Instansi Pemerintah Kab. Madiun yang menangani masalah Limbah Cair adalah Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) Kab. Madiun dan Dinas Pekerjaan Umum. Kantor Lingkungan Hidup merupakan unsur pendukung tugas Bupati yang dipimpin oleh Kepala Kantor dan berkedudukan dibawah serta bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Kantor Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dibidang lingkungan hidup. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Kantor Lingkungan Hidup meyelenggarakan fungsi : a) Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya; b) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan lingkup tugasnya; c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. I-34

35 Adapun Susunan Organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut : e) Kepala Kantor; f) Sub Bagian Tata Usaha; g) Seksi Pengawasan dan Pengendalian; h) Seksi Pemantauan dan Pemulihan; i) Seksi Pembinaan dan Penyuluhan; j) Kelompok Jabatan Fungsional Cakupan Pelayanan Sesuai dengan hasil survei kesehatan lingkungan maka di wilayah Kab. Madiun dapat kita ketahui bahwa ada jamban dengan berbagai jenis jamban dan juga terdapat unit SPAL. Secara umum semua fasilitas jamban dan SPAL dibangun secara swadaya oleh masyarakat sendiri Aspek Teknis dan Operasional Pada umumnya masyarakat di wilayah Kab. Madiun menggunakan dua sistem yaitu sistem terpisah dan sistem gabungan. Sistem terpisah yaitu terjadinya pemisahan antara penyaluran air limbah dan air hujan. Air limbah dialirkan ke dalam SPAL yang berbentuk septic tank. Air hujan umumnya disalurkan melalui saluran drainase kota. Sistem gabungan yaitu semua air limbah tersebut masuk ke dalam satu wadah (septic tank). Pemerintah Kabupaten telah melakukan pengadaan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan pengelolaan limbah ini. Dari data Badan Kebersihan dan Lingkungan Hidup bahwa Kab. Madiun telah memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) sebanyak 1 unit. Pemerintah pun telah memiliki 2 unit mobil penyedot dan pengangkut tinja. Volume lumpur tinja yang dibuang ke ILPT ini berkisar 3 m 3 /hari Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Penanganan Limbah Cair Masyarakat mempunyai perannya masing-masing sesuai dengan tingkat kesadaran akan kesehatan lingkungan dan kemampuan finansialnya masing-masing. Masyarakat yang telah mampu, umumnya telah memiliki fasilitas penanganan limbah cair dengan baik. Namun masyarakat yang belum memiliki kemampuan finansial, penyediaan sarana ini menjadi sulit bagi mereka. Sehingga dapat kita katakan dengan kondisi masyarakat dengan berbagai latar belakang yang dimilikinya, penanganan leimbah ini belum maksimal. I-35

36 3.2.6 Permasalahan 1. Masih ada pandangan dari masyarakat yang beranggapan bahwa pengelolaan limbah ini tidak begitu mendesak atau tidak menjadi perhatian bagi masyarakat. Masyarakat masih menggunakan cara yang tidak sehat yaitu dengan memanfaatkan badan sungai atau saluran drainase untuk memenuhi kebutuhan sarana prasarana pengelolaan limbah cair ini. 2. Untuk wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan juga ketersediaan lahan yang tidak begitu luas bagi penyediaan SPAL, tentunya sistem SPAL berskala rumah tangga lebih sulit diterapkan karena keterbatasan lahan yang dimiliki. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian kita semuanya. 3. Unit pengolahan tinja yang dimiliki Pemerintah Kab. Madiun sudah penuh dan bahkan dua bak penampungnya sudah rusak sehingga tidak dapat difungsikan lagi. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh kepada pengelolaan limbah cair. I-36

37 3.3 Pengelolaan Persampahan Landasan Hukum Undang-Undang Republik Indonesia 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang persampahan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 2. Keputusan Menteri Republik Indonesia, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL Peraturan Daerah Kab. Madiun Aspek Kelembagaan Dinas Kebersihan dan Pertamanan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di sebagian bidang pekerjaan umum pada sub bidang persampahan yang dipimpin oleh Kepala Dinas, berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di sebagian bidang pekerjaan umum pada sub bidang persampahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Dinas Kebersihan dan Pertamanan menyelenggarakan fungsi : a) Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya; b) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya; c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; d) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Adapun Susunan Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut : k) Kepala Dinas; l) Sekretariat; yang membawahi : Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; Sub Bagian Keuangan; Sub Bagian Program dan Laporan. I-37

38 m) Bidang Kebersihan; membawahi 3 (tiga) Seksi : Seksi Kebersihan Jalan dan Lingkungan; Seksi Penanggulangan Limbah dan Pemusnahan Sampah; Seksi Angkutan dan Pemanfaatan Sampah. n) Bidang Pertamanan; membawahi 3 (tiga) Seksi : Seksi Taman; Seksi Penerangan Jalan Umum; Seksi Makam dan Bangunan Monumen. o) Bidang Peralatan dan Perbekalan; membawahi 3 (tiga) Seksi : Seksi Peralatan; Seksi Perbekalan; Seksi Perbengkelan. p) Unit Pelaksana Teknis Dinas; q) Kelompok Jabatan Fungsional. Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) Kab. Madiun memiliki program kegiatan yang terangkum dalam Rencana Kegiatan Anggaran. Dalam tahun anggaran 2011, BLHK mempunyai kegiatan pembangunan sebagai berikut : No Keluaran Hasil Pendanaan Pengadaan Sarana dan Terlaksananya ,- Prasarana Pemantauan Pemantauan Kualitas Air Kualitas Air & Udara, & Udara, Perlindungan 1. Perlindungan Sumber Daya Sumber Daya Air, Air, Pengangkutan Pengangkutan Sampah, Sampah, Unit Pengolahan Unit Pengolahan Limbah. Limbah. Ternak menjadi energi. Belanja Tanaman dan Alat Terciptanya Lingkungan ,- 2. Pengolah Sampah Pemukiman Masyarakat yang Hijau, Bersih dan Sehat. I-38

39 Peningkatan Pemahaman Kualitas pendidikan ,- dan Pengetahuan Siswa Lingkungan Hidup 3. tentang Lingkungan Hidup. sebagai Kurikulum Muatan Lokal di Kab.Madiun semakin meningkat. Belanja Penyusunan Tersusunnya Dokumen ,- Dokumen Lingkungan Lingkungan Hidup Hidup Tahun 2011, Kabupaten Madiun Perencanaan dan Tahun 2011 (SLHD, Pengawasan Konstruktsi Laporan Pemantauan DAK serta Uji Air Badan Kualitas Air, Laporan 4. Air. Timbulan Sampah Periodik) Terlaksananya Perencanaan dan Pengawasan Konstruksi Kegiatan DAK Bidang Lingkungan Hidup Tahun Dokumen Lingkungan TPA Tersusunya Dokumen ,- 5. Kaliabu Lingkungan TPA Kaliabu Cakupan Pelayanan Cakupan pelayanan persampahan di Kab. Madiun telah mencakup seluruh kecamatan. Dengan kondisi timbulan sampah yang berbeda, maka cakupan pelayanan menyesuaikan dengan eksisting persampahan setiap kecamatan tersebut Aspek Teknis dan Operasional Mekanisme Sistem pengelolaan sampah di Kab. Madiun adalah sebagai berikut: 1. Pewadahan Pola. Pewadahan yang direncanakan berupa pola pewadahan individual yang diletakkan dekat rumah untuk permukiman dan diletakkan di belakan untuk pertokoan serta pola pewadahan komunal yang diletakkan sedekat mungkin dengan sumber sampah di tepi jalan besar. 2. Pengumpulan Sampah. Sama dengan pola pewadahan, rencana sistem pengumpulan sampah akan mengunakan dua sistem juga yaitu pengumpulan I-39

40 individual yang dilakukan dengan sistem pelayanan door to door (dengan truk kecil dikumpulkan ke depo atau langsung diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir) dan sistem pelayanan door to door (dengan gerobak dan dikumpulkan di depo atau Tempat Pembuangan Sementara yang akan disediakan pada setiap pusat BWK). Cara lain dengan sistem individual adalah dengan cara mengumpulkan sekaligus memusnahkan sampah tersebut sendiri. Sistem pengumpulan komunal adalah dimana masyarakat mengantarkan sampah ke tempat yang telah ditentukan. 3. Pengangkutan Sampah. Pengangkutan dilakukan dengan dump truk, arm rool truk dan mobil patrol dari Tempat Pembuangan Sementara ke Tempat Pembuangan Akhir. 4. Tempat Pembuangan Akhir. Tempat pembuangan akhir berlokasi di dengan sistem open dumping, lokasi ini dianggap cukup representative karena jauh dari permukiman penduduk dan arealnya cukup luas. TIMBULAN DAN KARATERISTIK SAMPAH A. VOLUME DAN KOMPOSISI SAMPAH SECARA UMUM Luas wilayah Kabupaten Madiun 1.010,68 Km2, yang terbagi 15 kecamatan yang sudah mendapatkan pelayanan pengelolaan sampah, baru sebagian Desa dan Kelurahan yang ada diwilayah 7 Kecamatan, Industri, Pasar, Sekolah, Terminal dan Tempat umum. Kabupaten Madiun memiliki kepadatan Penduduk 761 Jiwa / km2 Timbulan Sampah menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Madiun untuk mengantisipasi dampak buruk yang mungkin terjadi akibat kurangnya pengelolaan sampah. Pada kesempatan ini dapat disajikan hasil Survey volume sampah yang telah dilakukan di Kelurahan Ngepeh Rt, 01 Rw, 01 Kecamatan Saradan pada Titik ordinat ,6 Lintang Selatan dan ,1 Bujur Timur Kelurahan Purworejo KPR Segaran Permai RT 43 Rw, 05 Kecamatan Geger Pada titik ordinat ,6 lintang Selatan dan ,9 Bujur Timur di Kabupaten Madiun pada lokasi yang telah mendapat pelayanan kebersihan sebagai berikut. 1. Sumber Sampah Sumber Sampah yang dapat dikelola DKP Kabupaten Madiun saat ini diwilayah permukiman sebagai berikut. I-40

41 Tabel 3.25 Wilayah Pemukiman Yang Mendapatkan Fasilitas Pengelolaan Sampah di Kabupaten madiun tahun 2010 NO Lokasi Timbulan Sampah yang di kelola DKP Kab. Madiun 1. Kec. Mejayan Ds. Mejayan Kel. Krajan DS. Bangun Sari Ds. Ngampel Ds. Kali Gunting 2. Kec. Wonosari Ds. Purwosari Ds. Buduran Ds. Klitik 3. Kec. Saradan Ds. Ngepeh Ds. Bajulan 4. Kec. Wungu Ds. Mojopurno Ds. Munggut 5. Kec. Nglames Ds. Nglames 6. Kec. Jiwan Ds. Kuwangsen Ds. Sukolilo 7. Komplek Perumahan Ds. Smbirejo KPR. Mojopurno KPR. Segaran KPR. Munggut KPR. Bangunsari 8. Pasar 16 unit 9. Sekolah SD SLTP SLTA 10. Hotel dan Losmen 11. Rumah Sakit 12. Puskesmas 2.Komposisi Sampah Untuk mengetahui komposisi sampah yang dihasilkan di Kabupaten Madiun secara Rinci dapat dilihat seperti Tabel Sebagai berikut: Tabel 3.26 Komposisi sampah yang di hasilkan masyarakat di Kabupaten Madiun Tahun 2010 NO Jenis Sampah % 1. Sampah Organik Plastik Kertas Lain Lain (Kayu) Logam Karet Kaca / Gelas Kain / Tekstil 1.77 Jumlah 100 I-41

42 Komposisi Sampah yang dihasilkan di Kabupaten Madiun dominan adalah Sampah organik sebesar %, Plastik %, Kertas 9.49 %, Lain Lain (kayu ) 1.13 % Logam 1.40 %, Karet 1.79% Kaca / gelas 0.65 % dan sampah Kain / tekstil Sebesar 0.77 %. B. TIMBULAN DAN KARATETRISTIK SAMPAH. Sampling timbulan sampah dipermukiman penduduk pada sumber produksi sampah yang menjadi fokus sampling, 6 Desa dan kelurahan yang diambil dari tiap tiap kecamatan agar hasil dapat mewakili, dilanjutkan analisa densitas sampah: 1. Timbulan Sampah Hasil survey timbulan sampah dipemukiman penduduk (rumah tangga) dikabupaten Madiun secara rinci dapat dilihat pada tabel Sebagai berikut : Tabel 3.27 Timbulan Sampah Rumah Tangga Rata-Rata Tiap Orang Dalam Satu Hari di Kabupaten Madiun 2010 No Lokasi Timbulan M3/orang/Hari L/Orang/Hari 1 Ds.Mejayan Ds. Purwosari Ds. Ngepeh Ds. Mojopurno Ds. Sukolilo KPR. Segaran Rata - rata Sumber : Hasil survey Timbulan Sampah rumah tangga di 6 Desa dan Kelurahan di kabupaten Madiun rata rata sebesar 2,66 ( L/Orang /Hari ), tertinggi ( 3,75 L/Orang / Hari ), sedangkan terendah dihasilkan 1,30 ( L/Orang/Hari ) Sebagaimana Tabel tersebut diatas. 2. Densitas Sampah Untuk mengetahui densitas sampah di Kabupaten Madiun secara rinci dapat dilihat seperti Tabel Sebagai berikut : I-42

43 Tabel 3.28 Densitas Sampah di Kabupaten Madiun Tahun 2010 NO Lokasi Berat Sampah Volume Sampah Densitas (Kg) (m3 ) (kg/m3) 1. Ds. Mejayan Ds. Purwosari Ds. Ngepeh Ds. Mojopurno Ds. Sukolilo KPR. Segaran Rata rata Sumber : Analisis Data Primer Densitas sampah di TPA kabupaten Madiun adalah rata rata sebesar kg/m3, tertinggi didapat kg/m3 sedangkan terendah kg/m Jumlah timbulan sampah Harian Untuk mengetahui volume timbunan sampah berdasarkan sumber sampah yang dikelola DKP Kabupaten Madiun secara rinci dapat dilihat seperti tabel 3.29 sebagai berikut : NO Tabel 3.29 Timbulan Sampah dalam Satu Hari di Kabupaten Madiun Tahun 2010 Sumber Sampah Volume Sampah m3/hari Berat Sampah (ton ) 1. Domestik / Pemukiman Penduduk 2. Sampah Non Domestik a. Sampah Pasar b. Sampah Kantor c. Sampah Pertokoan d. Sampah Industri e. Sampah Tempat Ibadah f. Sampah Dari Sekolah g. Sampah Dari Terminal H. Sampah Dari Hotel Jumlah Sumber Analisis Data Primer % Produksi sampah yang dapat ditangani pemerintah kabupaten Madiun sebesar 96 m3/hari, jumlah sampah tersebut yang dominan adalah sampah pemukiman penduduk (sampah domestik) yaitu sebesar % sampah pasar sebesar 36,560 % sampah industri sebesar 3,388 %, sampah pertokoan sebesar 3,334 %, sampah kantor sebesar 2,955 %, sampah tempat ibadah sebesar 1,275%, sampah sekolah 1,365 %, sampah hotel 0,646 %, dan sampah terminal sebesar 0,385%. I-43

44 4. Timbulan Sampah Mingguan Untuk mengetahui timbulan sampah yang tertangani dalam satu minggu yang dihasilkan Kabupaten Madiun Secara rinci dapat dilihat seperti tabel 3.6. Sebagai berikut : Tabel 3.30 Timbulan Sampah Rata Rata Dalam Satu Minggu di Kabupaten Madiun 2010 No Hari Timbulan M3/hari % 1. Senin Selasa Rabu Kamis Jum at Sabtu Minggu Jumlah/minggu 672, Rata Rata / Hari Sumber : Hasil Survey Timbulan sampah rumah tangga dalam hitungan satu minggu di Kabupaten Madiun rata rata adalah sebesar 672 m3/minggu. Timbulan sampah tertinggi 119,346 m3/hari, 17,76 %, sedangkan terendah dihasilkan 75,734 m3/hari, 11,27 %. Timbulan sampah tertinggi jatuh pada hari minggu karena pada umumnya masyarakat berupaya untuk berkumpul dengan keluarga. Meningkatnya aktifitas dirumah akan meningkatkan pula sampah yang dihasilkan. 2. Timbulan Sampah Bulanan Untuk mengetahui timbulan sampah dalam satu bulan yang dihasilkan Kabupaten Madiun secara rinci dapat dilihat seperti tabel 3.7. Sebagai berikut : Tabel 3.31 Timbulan Sampah Tiap Bulan di Kabupaten Madiun NO Bulan Timbulan ( m3 ) % 1. Januari 3.158, Pebruari 2.346, Maret 2.657, April 2.623, Mei 2.972, Juni 2.505, Juli Agustus 3.820, Sebtember 2.509, Oktober 2.951, November 3.722, Desember 3.487, Jumlah / Tahun , Sumber : Analisis Hasil Survey I-44

45 Timbulan sampah dengan rentang satu minggu di Kabupaten Madiun adalah sebesar ,809 m3/ tahun. Timbulan sampah tertinggi 3.820,096 m3/bulan, 10,77% sedangkan terendah dihasilkan 2.346,626 m3/bulan, 6,74 %. Timbulan sampah tertinggi jatuh pada bulan juli dan Agustus karena pada bulan tersebut terjadi peningkatan aktifitas masyarakat serta terjadi musim buah sehingga akan meningkat pula sampah yang dihasilkan. 4. Tren Timbulan Sampah Dalam 5 Tahun Untuk mengetahui prediksi tren timbulan sampah dalam lima tahun yang dihasilkan Kabupaten Madiun secara rinci dapat dilihat seperti perhitungan yang didasarkan pertumbuhan penduduk rata 5 % / tahun tabel 3.8. Sebagai berikut : Tabel 3.32 Tren timbulan sampah dalam Lima Tahun di Kabupaten Madiun NO Bulan Tahun 2007 s/d 2011 ( m 3 ) 2010 ( m 3 ) 2011 (m 3 ) 2012 ( m 3 ) 2013 ( m 3 ) 2015 (m 3 ) 1. Januari 2.513, , , , , Pebruari 2.352, , , , Maret 2.666, , , , , April 2.631, , , , , Mei 2.984, , , , , Juni 3.190, , , , , Juli 3.504, , , , , Agustus 3.759, , , , , Sebtember 2.516, , , , , Oktober 2.963, , , , , November 2.848, , , , , Desember 2.974, , , , ,687 Jumlah/Thn , , , ,316 Sumber : Perhitungan hasil survey Tabel diatas menunjukkan bahwa timbulan sampah dari tahun ketahun mengalami peningkatan hal semacam ini berkaitan erat dengan pertambahan penduduk, peningkatan aktifitas penduduk dan perkembangan ilmu dan teknologi yang berpengaruh langsung terhadap peningkatan perekonomian masyarakat juga berdampak naiknya timbulan sampah. 5. Sampah yang dimanfaatkan Kembali Untuk mengetahui sampah yang dimanfaatkan kembali di kabupaten Madiun secara rinci dapat dilihat seperti tabel 3.9. seperti berikut : I-45

46 Tabel 3.33 Sampah Yang Dimanfaatkan Kembali Berdasarkan Karateristiknya di Kabupaten Madiun. NO Bulan % Jenis Dimanfaatk Dibuang ke Pemanfaatan m 3 /tahun an m 3 /th TPA m 3 /th 1. Sampah ,000 Kompos Organik 2. Kertas ,960 pemulung Plastik ,288 Pemulung Lain ,425 Pemulung Lain (kayu) 5. Logam ,495 Pemulung Karet Kaca / ,175 Gelas 8. Kain / Tekstil JUMLAH , Sumber : Perhitungan Hasil Survey Timbulan sampah di Kabupaten Madiun pada tahun 2010 adalah sebesar ,809 m 3 /tahun. Sampah yang dapat damanfaatkan kembali m 3 /tahun yang terdiri dari sampah organik dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos oleh DKP sebesar 8 m 3 /bulan dan 30 tempat pembuatan kompos rumah tangga binaan DKP sebesar 12 m3/bulan Lingkungan Hidup dan Pertamanan Kabupaten Madiun. Sampah yang berupa logam 85 %, Plastik sebagian 75 %, dan kertas 80 % dikumpulkan pemulung untuk dijual, sekaligus sebagai mata pencaharian sebagian kecil masyarakat dan sampah kayu dapat dimanfaatkan 25 %. Sampah jenis plastik hingga kini belum 100 % dimanfaatkan karena sesuai permintaan perusahaan. Sampah sejenis kertas yang dapat dimanfaatkan adalah yang kondisinya masih bagus ( tidak hancur ) hal ini sesuai pesanan perusahaan. Data diatas menunjukkan dalam satu tahun sampah yang dibuang ke TPA sebesar m 3 /tahun. 6. Komposisi Sampah Untuk mengetahui kadar air pada sampah di TPA Kabupaten Madiun secara rinci dapat dilihat seperti tabel Sebagai berikut : Lokasi Kadar Air (%) Tabel 3.34 Komposisi Sampah di TPA Kabupaten Madiun Kadar Abu (%) Karbon (%) Nitrogen (%) Rasio (%) Nilai Kalor (kal / gr ) TPA 19,33 19,69 55,20 0,12 435, ,59 Sumber : Hasil Analisis I-46

47 Kadar air pada sampah di TPA Kabupaten Madiun adalah sebesar 19,33 %. Kadar air sebesar tersebut belum memungkinkan sampah rumah tangga di Kabupaten Madiun dibuat menjadi kompos karena kriteria kadar air yang obtimal untuk proses pengomposan adalah antara %, maka didalam pembuatan kompos perlu ditambahkan air hingga memenuhi syarat yang telah ditentukan. Rasio C/N rata rata pada sampah rumah tangga di kabupaten Madiun adalah sebesar 4091,89 kalori/gram atau 7.373,24 btu/lb. Nilai kalori rata rata sebesar tersebut memungkinkan sampah dirumah tangga Kabupaten Madiun dibuat menjadi kompos karena kriteria C/N rasio awal yang obtimal untuk proses pengomposan adalah antara 25-50%. Nilai kalor sampah di TPA Kabupaten Madiun adalah sebesar 4091,89 kalori / gram atau 7.373,24 bt/lb. Nilai kalor sebesar tersebut memungkunkan sampahn diinsenerasi, akan tetapi karena kadar air rata p- rata lebih dari 25 % maka pilihan insenerasi menjadi tidak ekonomis karena diperlukan bahan bakar yang cukup besar. C. DEPO TRANSFER / (TPS ) DAN PENYEBARAN Tabel 3.35 Lokasi depo Transfer/tempat penampungan Sampah Dioperasikan Oleh DKP Kabupaten Madiun NO. Jenis Alamat Jumlah 1. TPS Caruban 6 2. TPS Uteran 2 3. TPS Jiwan 1 4. TPS Wungu 1 JUMLAH 10 Sumber.Data Prime Yang menjadi pertimbangan peletakan TPS adalah, kedekatan dengan lokasi /pemukiman penduduk, mudah dijangkau tidak mencemari lingkungan sehingga masyarakat berpartisipasi aktif dengan jalan, mengangkut sampah yang dihasilkan ke TPS sendiri tidak menggantungkan petugas. Wilayah yang dekat dengan tempat umum misal pasar, masjid, pertokoan, terminal, sekolah, dan sampah jalan ditempatkan TPS lebih dari satu dan jaraknya agak berdekatan agar sampah yang dihasilkan setiap hari dapat tertampung keseluruhan Disamping TPS yang terletak pada 10 lokasi tersebut, dilengkapi dengan transfer depo sejumlah 6 buah yang diletakkan di caruban 4 buah dan Dolopo 2 buah. D. KONDISI SARANA PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Madiun mengoperasikan sarana pengumpulan dan pengangkutan sampah yang terdiri dump truck, arm roll truck, Transfer depo, container dan gerobak. Rincian kondisi sarana pengumpulan I-47

48 dan pengangkutan sampah yang dimiliki oleh DKP Kabupaten Madiun tahun 2010 diperlihatkan pada tabel Tabel 3.36 Kondisi Sarana Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah di Kabupaten Madiun 2010 NO Jenis Sarana Jumlah Kapasitas Komposisi ( unit ) (unit ) (m 3 ) Baik Sedang Rusak 1. Dump Truk Arm roll Truk Mini Truk Hand Traktor Motor 1 1, Sampah 7. Container Gerobak Sampah 9. TPS Transfer Depo Sumber : DKP Kabupaten Madiun, 2009 E. TEMPAT PENGELOLAAN AKHIR SAMPAH (TPA) Lokasi TPA di Desa Kali Abu Kecamatan Caruban Kabupaten Madiun jarak dengan pemukiman terdekat 10 Km, luas lahan tersedia 6 Ha atau km2. Lahan tersebut telah dimanfaatkan untuk pengolahan sampah selama 15 tahun telah termanfaatkan seluas m2 atau 1,25 Ha, sisa lahan yang tersedia m 2 Kapasitas TPA direncanakan untuk m 3, diharapkan mampu menampung sampah yang dihasilkan masyarakat Kabupaten Madiun hingga tahun 2045 mendatang. Pada saat ini TPA telah terisi sampah sejumlah 21 %. Sistem pengolahan sampah yang diterapkan saat ini adalah Kontrolled land fill. Hasil Survey menunjukkan belum semua sampah yang dihasilkan dikabupaten Madiun dibuang ke TPA yang telah tersedia, dengan alasan masyarakat membung sampah dikebun sendiri ( dibakar dan ditimbun ). Hal ini perlu mendapatkan perhatian apabila produksi sampah diwilayah layanan tertangani semua ada peningkatan 15 %. Jumlah sampah yang dihasilkan saat ini ,809 m3/tahun dengan peningkatan 15 % untuk waktu yang akan datang menjadi ,462 m3/tahun dari jumlah sampah yang ditangani saat ini pada wilayah jngkauan layanan yang tetap. Sesuai dengan tingkat pertumbuhan penduduk dari tahun ketahun yang terus berkembang akan berpengaruh langsung terhadap kepadatan pemukiman. Lahan yang saat ini masih dapat dimanfaatkan untuk menimbun sampah, untuk tahun tahun mendatang sudah tidak ada lagi sehingga pertumbuhan sampah akan berkembang dengan pesat. Pada akhirnya lahan TPA diperkirakan mampu I-48

49 menampung hingga 73 tahun mendatang tidak akan tercapai. Untuk menangani pertumbuhan sampah yang semakin besar diperlukan tambahan sarana dan tenaga kerja yang cukup banyak. Disisi lain peledkan timbulan sampah apabila tidak segera Ditangani secara profesional akan menimbulkan dampak munculnya wabah berbagai penyakit, bahaya banjir, terbentuknya permukiman yang kumuh dan secara fisik kota Madiun akan menjadi Kota Sampah. Berkaitan hal tersebut telah direncanakan beberapa trobosan untuk mengantisipasi sebelum terjadi problem antara lain : 1. Telah direncanakan kegiatan pemilahan sampah organik dengan anorganik atau memisahkan sampah basah dan sampah kering untuk memudahkan pengelolaannya. 2. Merencanakan kegiatan pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk dari setiap sumber penghasilan sampah atau tiap tiap keluarga. 3. Melaksanakan recycel sampah organik menjadi pupuk dilokasi TPA, yang merupakan sisa sampah yang diolah masyarakat. 4. Merencanakan mengolah sampah plastik, sampah logam, sampah karet menjadi produk yang dapat yang layak jual. Merencanakan melengkapi sarana dan prasarana yang masih kurang seperti buldoser = 1 buah Exavator = 1 buah Alat pencacah sampah dalam tahap pengadaan sebagai spesifikasi terlampir Penambahan bangunan untuk kantor, gudang, garasi, alat pencuci peralatan. Dan lain lain Apabila rencana tersebut dapat berjalan dengan baik secara otomatis mendapatkan nilai tambah baik bagi masyarakat maupun Pemerintahan Kabupaten Madiun disamping itu juga mampu membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat yang pada saat ini sedang kesulitan mencari pekerjaan. Untuk mewujutkan rencana ini diperlukan dana yang tidak kecil sehingga diharapklan kehadiran insvestor untuk Menanam saham di Kabupaten Madiun untuk membangun perusahaan pengolahan sampah (recycling ) daur ulang sampah tersebut. Laporan ini masih perlu penyempurnaan untuk periode mendatang hal ini disebabkan lemahnya sisitem atministrasi pengolahan sampah yang dilakukan pada saat ini, kemajuan ilmu dn teknologi yang berkembang, dimungkinkan munculnya sejumlah industri, tingkat kepadatan penduduk akibat urbanisasi. Itu semua akan berdampak terhadap peningkatan pertumbuhan volume sampah. I-49

50 Tabel 3.37 Keterlibatan dan Layanan Pengelolaan Sampah di Beberapa Desa Tingkat Masyarakat No. Desa Jenis Kegiatan Dikelolah oleh Masyarakat L P 1 Jetis Pengumpulan Sampah dari Rumah Pemilahan Sampah di TPS 840 Pengangkutan Sampah ke TPS 30 Pengangkutan Sampah ke TPA 7 Pemilahan Sampah di TPA Para Penyapu Jalan 2 Segulung Pengumpulan Sampah dari Rumah Pemilahan Sampah di TPS 1261 Pengangkutan Sampah ke TPS 41 Pengangkutan Sampah ke TPA 16 Pemilahan Sampah di TPA 10 Para Penyapu Jalan 3 Garon Pengumpulan Sampah dari Rumah Pemilahan Sampah di TPS Pengangkutan Sampah ke TPS 20 Pengangkutan Sampah ke TPA 20 Pemilahan Sampah di TPA 10 2 Para Penyapu Jalan 4 Banaran Pengumpulan Sampah dari Rumah Pemilahan Sampah di TPS 51 5 Pengangkutan Sampah ke TPS 50 Pengangkutan Sampah ke TPA 50 Pemilahan Sampah di TPA 20 2 Para Penyapu Jalan 5 Pandean Pengumpulan Sampah dari Rumah Pemilahan Sampah di TPS Pengangkutan Sampah ke TPS 14 2 Pengangkutan Sampah ke TPA Pemilahan Sampah di TPA Para Penyapu Jalan 6 Krajan Pengumpulan Sampah dari Rumah Pemilahan Sampah di TPS Pengangkutan Sampah ke TPS Pengangkutan Sampah ke TPA Pemilahan Sampah di TPA 2 Para Penyapu Jalan 7 Kaliabu Pengumpulan Sampah dari Rumah Pemilahan Sampah di TPS 601 Pengangkutan Sampah ke TPS 25 Pengangkutan Sampah ke TPA 5 Pemilahan Sampah di TPA 601 Para Penyapu Jalan I-50

51 Pada tabel diatas keterlibatan dan layanan pengelolaan sampah di beberapa desa tingkat masyarakat yang dilakukan baik pada asepek pengumpulan sampah dari rumah, pemilahan sampah di TPS, pengangkutan sampah ke TPA, dan pemilahan sampah di TPA, dimana keterbibatan kaum laki-laki lebih tinggi yaitu 8749 orang dari pada kaum perempuan yang hanya 4601 orang. Peran Serta Masyarakat A. Survey Peran Serta Masyarakat Di Wilayah Layanan Bersama dengan sampling sampah, dilakukan pula survey sosial untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang sisitem pengolahan sampah serta pendapatnya terhadap pengelolaan sampah diwilayah layanan pengumpulan dan pengangkutan sampah Kabupaten Madiun. Titik sampling dikelurahan krajan Rt 10 Rw 03 Kecamatan Mejayan pada titik ordinat ,3 lintang Selatan dan ,4 Bujur Timur, Kelurahan Purwosari Rt 11 Rw 01 Kecamatan Wonosari Pada titik ordinat ,3 Lintang Selatan dan Kelurahan Mungut ,8 Bujur Timur dan Rt 18 Rw 06 KPR Mojopurno Indah Kecamatan Wungu pada ordinat ,3 lintang Selatan dan ,8 Bujur Timur. Jumlah responden Rumah tangga sebanyak 30 responden, untuk mewakili rumah tangga pada wilayah yang menerima layanan pengelolaan sampah dikabupaten Adapun data hasil survey dapat disajikan sebagaimana tabel berikut. 1. Umur Responden Tabel 3.38 Umur Responden di Wilayah Studi. NO Umur Responden Frekwensi % , , , Jumlah Data Primer Madiun. Tabel diatas menunjukkan 100 % responden orang dewasa dengan berbagai variasi usia, terendah 25 tahun tertinggi 55 tahun. Sehingga dapat memahami pertanyaan yang diajukan dan dapat bmemberikan jawaban sesuai keadaan yang sebenarnya. I-51

52 2. Jenis Kelamin Responden Tabel 3.39 Jenis Kelamin Responden di Wilayah Studi No Jenis Kelamin Responden Frekwensi % 1. Laki - Laki 7 23,34 2. Perempuan 23 74,66 Jumlah Sumber :Data Primer 3. Jumlah Keluarga Tabel 3.40 Jumlah Keluarga Responden Wilayah Studi NO Jumlah Keluarga Frekwensi % , , ,64 4. >9 - - Jumlah Data Primer Tabel diatas menunjukkan 43,33 % reaponden memiliki keluarga berjumlah satu sampai tiga orang, sedangkan 50,0 % responden memiliki keluarga 4 sampai dengan lebih dari 6 orang dalam satu rumah dan 6,64 % responden memiliki keluarga 7 sampai dengan lebih dari 9 orang dalam satu rumah. Kondisi semacam ini penting untuk memperhitungkan jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari 4. Pendidikan Responden Tabel 3.41 Pendidikan Responden Wilayah Studi NO Pendidikan Frekwensi % 1. SD 7 23,33 2. SLTP 6 20,00 3. SLTA 12 40,01 4. Perguruan Tinggi 5 16,66 Jumlah Data Primer Data diatas menunjukkan 100 % responden yang berpendidikan SD dan SLTP sebesar 44,33% sedangkan pendidikan SLTA sebesar 40,01 % dan 16,66 % responden pendidikan perguruan tinggi. Pendidikan responden perlu diketahui hal ini sangat bermanfaat bagi petugas surfey untuk menyesuaikan jenis pertanyaan yang akan I-52

53 diberikan. Apabila responden berpendidikan maka dapat memberikan jawaban sesuai dengan harapan pertanyaan yang diajukan. 5. Pekerjaan Responden. Tabel 3.42 Pekerjaan Responden Wilayah Studi NO Pekerjaan Frekwensi % 1 PNS 9 40,00 2 Ibu Rumah Tangga 5 16,67 3 Swasta 16 53,33 4 Tani = = Jumlah Data Primer Tabel diatas menunjukkan pekerjaan responden Wiraswasta sebesar 53,33 %, sedangkan PNS 40,00 %, Ibu Rumah Tangga sebesar 16,67 % 6. Kebiasaan Membuang Sampah Setiap Hari NO Tabel 3.43 Tempat Pengelolaan Sampah Responden Wilayah Studi Tempat Pengelolaan Sampah Frekwensi % 1. Dimasukkan Wadah di Bawa ke 24 83,33 TPS 2. Dibakar dan ditimbun di Kebun 5 16,67 3. Lain - Lain - - Jumlah Data Primer Tabel diatas menunjukkan 100 % responden setiap hari menghasilkan sampah adapun sampah yang dihasilkan dengan cara dimasukkan kedalam wadah kemudian dibuang ke TPS sebesar 80,00 %, sedangkan dibakar dan ditimbun dikebun 20,00 % kebiasaan membuang sampah dikebun selanjutnya dibakar. Masyarakat yang masih membuang dikebun dari hasil obserfasi didapatkan bahwa mayoritas mereka masih memilikki sisa lahan untuk membuat galian sebagai sarana penimbun sampah. Sehingga mereka tidak mau membawa sampahnya ke TPS. I-53

54 7. Kebiasaan Membuang Sampah Tabel 3.44 Berapa Hari Sekali Sampah Dibuang Responden Wilayah Studi NO Berapa Hari Sekali Sampah Dibuang Frekwensi % 1. Setiap Hari 20 76, Hari 10 33, Hari Lain Lain - - Jumlah Data Primer Data diatas menunjukkan perlakuan sampah yang dihasilkan responden setiap hari bervariasi. Mayoritas responden membuang sampah yang dihasilkan setiap hari 50,00 % 2 sampai 3 hari sekali sebesar 33,33 %, dengan alasan jumlah sampah yang dihasilkan relatif sedikit wadahnya belum penuhi. Sehingga perlu diberi pemahaman resiko yang mungkin terjadi apabila mereka berperilaku tidak hidup bersih dan sehat. 8. Pengangkutan Sampah ke TPS Tabel 3.45 Jawaban Responden Tentang Pengangkut Sampah Ke TPS di Wilayah Studi sebanyak NO Pengangkutan Sampah ke TPS Frekwensi % 1. Diangkut Sendiri 20 66,67 2. Pegas Rt/RW/Patasih Petugas DKP 10 33,33 4. Lain Lain - - Jumlah Data Primer Tabel diatas menunjukkan 30 responden yang membuang sampah ke TPS 20 responden pengangkutan sampah ke TPS yang dilakukan sendiri sejumlah 66,67 %, sedangkan yang diangkut petugas DKP sejumlah 33,33 %. Petugas DKP adalah petugas kebersihan/pengangkut sampah dari kampung dibawa ke TPS petugas ini berasal dari tenaga honorer Pemerintahan Kabupaten Madiun. I-54

55 9. Pemilihan Sampah Seblum Di Buang Tabel 3.46 Jawaban Responden Tentang Apakah Sampah Dipilah Sebelum Dibuang ke TPS di Wilayah Studi NO Ampah Sebelum Di Buang Frekwensi % 1. Ya 10 33,33 2. Tidak 20 66,67 Jumlah Data Primer Tabel diatas menunjukkan 66,67 % responden dikabupaten Madsiun belum melakukan pilahan antara sampah basah/organik dari sampah kertas/karton/kaleng/logam. Alasan yang diajukan hal tersebut tidak biasa dilakukan, tidak memiliki tempat tersendiri dan terutama memerlukan wadah penyimpanan lebih banyak dan menurut mereka boros. 10. Pendapatan Responden Tentang Pemilahan Sampah Tabel 3.47 Jawaban Responden Tentang Apakah Setuju Sampah Dipilah Sebelum Dibuang Ke TPS di Wilayah Studi NO Apakah Setuju Memilahkan Sampah Sebelum Dibuang Frekwensi % 1. Ya ,00 2. Tidak - - Jumlah Data Primer Data diatas menunjukkan 100 % responden di Kabupaten Madiun tidak keberatan apabila harus memilahkan sampah yang dihasilkan setiap hari sebelum dibuang ke TPS atau ditimbun di Kebun. Kesanggupan Masyarakat perlu dihargai dan ditindak lanjuti bilamana mungkin difasilitasi, kesanggupan bukan berarti kesediaan yang mutlak. Perlu difami untuk menuju kebiasaan yang baik bagi masyarakat belum melakukan pemilahan antara sampah basah/organik dari sampah kertas/karton/kaleng/logam. Alasan yang diajukan hal tersebut tidak biasa dilakukan, tidak miliki tempat tersendiri dan terutama memerlukan wadah penyimpanan yang lebih banyak dan menurut mereka boros. I-55

56 11. Biaya yang dikeluarkan Untuk Pengelolaan Sampah Tabel 3.48 Jawaban Responden tentang besaran biaya Pengelolaan Sampah Tiap Bulan yang Ditanggung di Wilayah Studi No Besar Biaya Frekwensi % 1. Rp. 500 Rp ,33 2. Rp Rp ,67 3. Rp Rp ,00 4. Lainnya 12 40,00 Jumlah Data Primer 12. Pendapat Responden Tentang Biaya Tabel 3.49 Jawaban Responden Apakah Keberatan Membayar Rp /bulan di Wilayah Studi NO Apakah Keberatan Membayar Frekwensi % 1. Ya Tidak Lainnya 12 40,00 Jumlah Data Primer Tabel diatas menunjukkan 60 % responden dikabupaten Madiun dengan menyatakan biaya untuk petugas pengangkut sampah ke TPS tidak keberatan. Dengan alasan mereka tidak sempat membawa sampahnya ke TPS sendiri dan mereka tidak punya lahan yang cukup untuk menimbun sampah yang dihasilkan setiap hari. Disamping itu alasan yang dikemukakan mereka pada prinsipnya tidak keberatan selama kegiatannya nyata demi kebaikan lingkungan. 13. Pendapat Responden Tentang Pemanfaatan Sampah Menjadi Kompos Tabel 3.50 Manfaat Sampah Menjadi Kompos di Wilayah Studi NO Memanfaatkan Sampah Menjadi Kompos Frekwensi % 1. Keberatan 20 66,67 2. Tidak Keberatan Lainnya 10 33,33 Jumlah Data Primer Tabel diatas menunjukkan 66,67 % responden di Kabupaten Madiun belum pernah membuat pupuk kompos dari sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap I-56

57 hari. Dengan alasan mereka tidak memeliki pengetahuan yang cukup tentang pembuatan pupuk Kompos dari sampah rumah tangga, disamping itu mempunyai rasa khawatir timbul gangguan bau yang tidak sedap di lingkungannnya,dan mereka belum tahu dan tidak punya alat yang dapat digunakan untuk membuat pupuk komos dari sampah rumah tangga. 14. Kesanggupan Responden Mengikuti Petunjuk Pengelolaan Sampah Tabel 3.51 Responden Bersedia Mengikuti Petunjuk Pengelolaan Sampah NO Bersedia Mengikuti Petunjuk Pengelolaan Sampah Frekwensi % 1. Ya ,00 2. Tidak Lainnya - - Jumlah Data Primer Tabel diatas menunjukkan 100 % responden dikabupaten Madiun sanggup untuk mengikuti petunjuk tentang tata cara pengolahan sampah rumah tangga yang dihasilkan dengan baik. Dengan alasan kegiatan tersebut akan bermanfaat bagi dirinya sendiri. 15. Waktu Yang Tepat Untuk Pembinaan Bagi Responden. Tabel 3.52 Waktu yang tepat bila diadakan Penyuluhan Pengelolaan Sampah di Wilayah Studi NO Waktu Untuk Penyuluhan Frekwensi % 1. Pagi Siang Sore 10 33,34 4. Malam 20 66,66 Jumlah Data Primer Tabel diatas menunjukkan 66,66 %Responden di Kabupaten Madiun apabila dilakukan pembinaan/penyuluhan tentang pengelolaan sampah yang benar memilih waktu malm har, sedangkan 33,34% memilih waktu sore hari. Pada prinsipnya responden tidak keberatan untuk menghadiri acara penyuluhan tentang pengelolaan sampah. Pemilihan waktu sore atau malam di dasarkan tingkat kesediaan mereka atau waktu yang longgar bagi mereka. Untuk menyikapi hal tersebut apabila I-57

58 pelaksanaan penyuluhan perlu dikonfirmasikan kembali dengan harapan semua anggota masyarakat perwakilan setiap keluarga dapat menghadiri. Permasalahan Permasalahan persampahan di tingkat masyarakat : 1. Timbulan sampah di Kabupaten Madiun yang dapat dikelola di wilayah dengan timbulan m3/tahun serta tiap tahun rata-rata mengalami peningkatan 0,5%. 2. Karakteristik/jenis/komposisi sampah di Kabupaten Madiun terbesar adalah sampah domistik dengan kandungan bahan organik 75,48%. 3. Sarana pengelolaan sampah yang ada kondisinya masih baik. 4. Sampah yang dapat dimanfaatkan pada saat ini baru 6,48% yang terdiri sampah organik, sampah plastik, besi dan kertas. 5. Mengingat timbulan sampah dari tahun ketahun selalu mengalami peningkatan untuk masa yang akan datang, pengolaan sampah perlu ditingkatkan mulai dari pemilahan dari sumber sampah, pemanfaatan sampah akan lebih mudah sehingga sampah yang dihasilkan dapat memberi nilai positif bagi kesejahteraan masyarakat. Permasalahan persampahan di tingkat pemerintah : 1. Minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk database persampahan. Database ini tentunya sangat berguna bagi pemerintah dalam upaya melakukan forecasting terhadap permasalahan sampah. 2. Sarana dan prasarana sampah belum mampu menjawab kebutuhan akan pelayanan persampahan yang baik. Lokasi TPA misalnya, bila masih menggunakan model pengelolaan sampah hanya dengan menggunakan metode open damping saja, maka dalam waktu yang tidak begitu lama, pemerintah harus mencari lokasi baru atau melakukan perluasan lokasi TPA. Artinya life time penggoperasian TPA tidak begitu lama. 3. Terdapat beberapa wilayah di Kab. Madiun yang belum terjangkau oleh layanan persampahan. Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada semua anggota masyarakat membuat masalah persampahan menjadi tidak tuntas ditangani. Artinya pelayanan ini masih bersifat parsial. I-58

59 Rekomendasi : 1. Perlunya dilakukan program penyuluhan pada masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik dan memenuhi syarat. 2. Masyarakat perlu diajari tata cara pemanfataan sampah sebagai pupuk kompos untuk memupuk tanaman hias di rumah masing-masing apabila hal ini dapat dilakukan dapat menekan timbulan sampah yang akan dibuang ke TPA. 3. Dilihat dari karakteristik sampah yang dihasilkan masyarakat masyoritas bahan organik, sehingga pemerintah perlu merencanakan pemanfaatan sampah sebagai pupuk organik untuk mendapatkan nilai tambah bagi masyarakat. 4. Sarana pengolaan sampah yang ada di Kabupaten kondisinya masih baik, akan tetapi mengingat produksi sampah dari tahun ketahun mengalami peningkatan perlu direncanakan penambahan sarana baru untuk mengganti sarana yang rusak serta menambah yang akan diletakan pada lokasi yang tidak memadahi. 5. Peraturan perundangan pendukung pengelolaan sampah. 6. Peraturan perundangan larangan pendirian bangunan dan rumah penduduk dalam radius 3 Km dari TPA. I-59

60 PENGELOLAAN DRAINASE Landasan Hukum Undang-Undang Republik Indonesia 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai. 4. Keputusan Menteri Republik Indonesia, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih Aspek Kelembagaan Dinas yang terkait dengan pengelolaan drainase adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang perumahan, bidang tata ruang dan sebagian dari bidang Pekerjaan Umum meliputi sub bidang bina marga, perkotaan perdesaan, air minum, permukiman, bangunan gedung dan lingkungan, jasa konstruksi, yang dipimpin oleh Kepala Dinas berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang perumahan, bidang tata ruang dan sebagian dari bidang pekerjaan umum meliputi sub bidang bina marga, perkotaan perdesaan, air minum, permukiman, bangunan gedung dan lingkungan, jasa konstruksi serta berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya menyelenggarakan fungsi : r) Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya; s) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya; t) Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; u) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Adapun Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut : I-60

61 a) Kepala Dinas; b) Sekretariat; yang membawahi : Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; Sub Bagian Keuangan; Sub Bagian Program dan Laporan. c) Bidang Jalan dan Jembatan; membawahi 3 (tiga) Seksi : Seksi Perencanaan; Seksi Pelaksanaan; Seksi Pemeliharaan dan Pengawasan. d) Bidang Tata Ruang dan Bangunan; membawahi 3 (tiga) Seksi : Seksi Tata Ruang dan Pengaturan; Seksi Tata bagunan; Seksi Pengawasan dan Pengendalian. e) Bidang Perumahan dan Penyehatan Lingkungan; membawahi 3 (tiga) Seksi : Seksi Perumahan; Seksi Penyehatan Lingkungan dan Pengembangan Kawasan; Seksi Penataan Infrastruktur dan Pematusan. f) Bidang Peralatan dan Pengujian; membawahi 3 (tiga) Seksi : Seksi Peralatan; Seksi pengujian; Seksi Perbengkelan. g) Unit Pelaksana Teknis Dinas; h) Kelompok Jabatan Fungsional Cakupan Pelayanan Saat ini cakupan pelayanan drainase sudah mencakup seluruh Kab. Madiun. Kawasan Rawan Banjir Berdasarkan data dari Dinas Pengairan Kabupaten Madiun, terdapat 2 (dua) kriteria genangan di daerah sekitar Kali Madiun yang sering mengalami banjir. Dua kriteria tersebut adalah: a. Genangan banjir akibat hujan lokal. Genangan banjir akibat hujan lokal ini sering terjadi di sekitar anak-anak sungai yang diebabkan oleh tingginya curah hujan lokal, yang tidak dapat di alirkan secara gravitasi ke anak-anak sungai atau ke Kali Madiun karena tingginya permukaan air di anak-anak sungai tersebut. b. Genangan banjir akibat luapan Kali Madiun dan Kali Bengawan Solo. Genangan banjir akibat luapan Kali Madiun dan Kali Bengawan Solo ini sering terjadi di sepanjang Kali Bengawan Solo antara muara Kali Tambakrono hingga mendekati Perkotaan Mejayan. Apabila ditinjau dari kondisi topografi Kabupaten Madiun, lokasi banjir pada umumnya merupakan lembah atau cekungan, yaitu dataran dengan I-61

62 elevasi lebih rendah daripada elevasi dataran di sekitarnya. Kali Madiun mempunyai panjang 27,9 Km sampai ke muaranya di Kali bengawan Solo, dan mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS) cukup luas yang meliputi sebagian Wilayah Administrasi Ponorogo, Wilayah Kabupaten Magetan, Kota Madiun dan Kabupaten Madiun. Pada pertemuan Kali Madiun dan Kali Bengawan Solo di Ngawi dipasang pintu air untuk mengatur aliran Kali Bengawan Solo agar tidak masuk ke Kali Madiun. Pada petertemuan ini tanggul Kali Bengawan Solo kurang lebih 2,5 m di atas dataran di sekitarnya. Dengan adanya pintu tersebut maka ketika Kali Bengawan Solo banjir pintu air ditutup agar tidak terjadi air balik (backwater) ke Kali Madiun. Hal ini mengakibatkan aliran dari Kali Madiun tidak dapat diteruskan ke Kali Bengawan Solo, akibatnya terjadi banjir di sepanjang Kali Madiun karena luapan Kali Madiun. Lama genangan yang terjadi di daerah ini sama dengan lama kejadian banjir Kali Bengawan Solo yang dapat mencapai lebih dari satu minggu (>7 hari). Berdasarkan data dari BPS, banjir yang terjadi pada tahun 2008 menggenangi beberapa kecamatan seperti kecamatan-kecamatan: Balerejo, Madiun, Sawahan, Jiwan, Kebonsari dan Geger. KAWASAN RAWAN BANJIR DEBIT BANJIR LAPANGAN Banjir di Desa Balerejo, Warurejo, Kedungjati, Kec. Balerejo, Kab. Madiun Tahun 2010 Kawasan rawan banjir di Kabupaten Madiun sebagian besar berada di sekitar Kali Madiun dan Kali Jeroan tepatnya di Kecamatan Balerejo, Wungu dan Madiun. Lihat gambar diatas berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan, debit banjir yang pernah terjadi pada DAS Kali Jeroan (diperoleh besarnya bakfull capacity Kali Jeroan) sebesar 279,72 m2/detik, sedangkan dari hasil debit banjir rancangan diperoleh debit banjir dominan 2 tahunan adalah 282,21 m3/detik, sehingga terjadi limpasan pada Sungai Jeroan. Ini menunjukkan bahwa debit banjir tahunan Sungai Jeroan adalah 282,21 m3/det, sedangkan I-62

63 kapasitas sungai Jeroan hanya mampu melewatkan debit banjir sebesar 279,72 m3/det. Kondisi DAS Kali Jeroan, khususnya pada sempadan kanan dan kiri Kali Jeroan yang berupa permukiman penduduk, maka untuk perencanaan penanganan banjir di Kali Jeroan menggunakan debit banjir rencana kala ulang 25 tahun. Besarnya debit banjir rencana 25 tahun sebesar 534,69 m3/det. Sedangkan kawasan tergenang meliputi Kecamatan Balerejo, Wungu, Madiun seluas kurang lebih ha. Tabel 3.53 Kondisi Drainase di 8 Desa di Kabupaten Madiun Tahun 2010 No Desa Jmlh Kondisi Drainase Saat ini RT RW Lancar Mampet 1 Jenis 14 4 Y 2 Segulung Y 3 Balerejo 18 6 Y 4 Banaran 8 2 Y 5 Pandean 20 6 Y 6 Kaliabu 25 5 Y 7 Kerajan 18 5 Y 8 Mejayen 20 6 Y Pada tabel diatas terlihat bahwa dari 8 desa yang disurvei terlibat bahwa kondisi saluran drainase 3 dalam kondisi mampet, kondisi ini diakiatkan oleh kurang terpeliharanya saluran drainase dan 5 lainnya dalam kondisi lancar. 2. PERMASALAHAN Beberapa permasalahan utama pada Sungai Jeroan, sebagai berikut : a. Kondisi DAS Kali Jeroan yang kritis Hal ini disebabkan oleh kegiatan penggundulan hutan, sehingga saat ini daerah tangkapan air banyak ditumbuhi oleh rerumputan. Dengan demikian rehabilitasi hutan dan lahan di bagian hulu Kali Jeroan merupakan prioritas untuk segera direalisasikan. b. Masalah Banjir Penyebab lain meluapnya air banjir di alur Kali Jeroan yang mengakibatkan genangan banjir hampir setiap tahun disertai erosi tebing sungai adalah : Kurangnya kapasitas alur sungai oleh rumpun bambu dan sisa akar bambu yang longsor masuk badan sungai. Hambatan arus air banjir akibat meander sungai yang cukup berat. Hambatan arus air banjir akibat adanya penyempitan lebar alur sungai pada ruas tertentu dan bekas pilar jembatan yang belum dibongkar. I-63

64 c. Pelanggaran Batas Sempadan Sungai Pelanggaran batas sempadan sungai terutama untuk permukiman permanen dengan kepadatan yang cukup terjadi pada beberapa ruas sungai. Kondisi pemanfaatan bantaran dan semapadan sungai dengan mendirikan bangunan-bangunan permanen akan mengakibatkan bahaya longsor. d. Penambangan Mineral Batuan Kegiatan penambangan mineral batuan oleh penduduk setempat terutama penggalian galian tanah dengan kondisi yang menghawatirkan terhadap bantaran sungai pada ruas tertentu perlu mendapatkan perhatian dengan memberikan pengarahan secara persuasif agar supaya tidak melanggar ketentuan yang berlaku. 3.5 Komponen Sanitasi Lainnya Penanganan Limbah Medis Menurut Depkes Republik Indonesia berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang mana dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi pengunjung, masyarakat terutama petugas yang menanganinya disebut sebagai limbah klinis. Limbah klinis berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau yang sejenisnya serta limbah yang dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan atau penelitian. Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis dapat digolongkan dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi, kimia, radio aktif dan limbah plastik a. Limbah Benda Tajam. Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif b. Limbah Infeksius. Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan terkontaminasi ( medical waste ). c. Limbah Jaringan Tubuh. Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan I-64

65 penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator. d. Limbah Citotoksik. Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang terdapat limbah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas C. e. Limbah Farmasi. Limbah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obatobatan yang terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obatobatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan. f. Limbah Kimia. Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik. g. Limbah Radio Aktif. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang daapt berupa padat, cair dan gas. h. Limbah Plastik. Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis. Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-beda antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. a. Penimbulan (Pemisahan Dan Pengurangan ). Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan. b. Penampungan. Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang I-65

66 biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan domestik. c. Pengangkutan. Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus. Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor. d. Pengolahan dan Pembuangan. Metoda yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. I-66

67 3.5.2 Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah Tabel 3.54 Jumlah Sekolah di Kabupaten Madiun Tahun NO U R A I A N SATUAN Raudhatul Athfal ( RA ) ) Negeri buah 4 4-2) Swasta buah Taman Kanak-kanak (TK) ) Negeri buah ) Swasta buah Sekolah Luar Biasa (SLB) ) Negeri buah ) Swasta buah Sekolah Dasar (SD) & sederajat ) Negeri Sekolah Dasar (SD) buah Madrasah Ibtidaiyah (MI) buah 4 4 2) Swasta Sekolah Dasar (SD) buah Madrasah Ibtidaiyah (MI) buah SLTP dan sederajat ) Negeri SLTP buah Madrasah Tsanawiyah (MTs) buah ) Swasta SLTP buah Madrasah Tsanawiyah (MTs) buah SLTA dan sederajat ) Negeri SMU buah SMK buah Madrasah Aliyah (MA) buah ) Swasta SMU buah SMK buah Madrasah Aliyah (MA) buah Sumber : Dinas Pendidikan I-67

68 Pada tahun 2008 jumlah sekolah yang ada di Kab. Madiun terdapat 1.368, untuk tahun 2009 sejumlah dan tahun 2010 sejumlah sekolah untuk pendidikan pra sekolah (TK), Sekolah Dasar baik negeri maupun swasta. Tabel 3.55 Jumlah Siswa di Kabupaten Madiun Tahun NO U R A I A N SATUAN TAHUN Raudhatul Athfal ( RA ) 2,982 2,964 3,248 1) Negeri orang ) Swasta orang 2,982 2,964 3, Taman Kanak-kanak (TK) 9,439 10,497 10,871 1) Negeri orang ) Swasta orang 9,214 10,106 10, Sekolah Luar Biasa (SLB) ) Negeri orang ) Swasta orang Sekolah Dasar (SD) dan sederajat 58,907 58,168 57,361 1) Negeri 51,344 50,532 50,152 - Sekolah Dasar (SD) orang 50,601 49,767 49,361 - Madrasah Ibtidaiyah (MI) orang ) Swasta 7,563 7,636 7,209 - Sekolah Dasar (SD) orang Madrasah Ibtidaiyah (MI) orang 7,453 7,517 7, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 28,173 28,414 27,701 1) Negeri 25,754 25,584 25,151 - SLTP orang 21,370 20,937 20,188 - Madrasah Tsanawiyah (MTs) orang 4,384 4,647 4,963 2) Swasta 2,419 2,830 2,550 - SLTP orang Madrasah Tsanawiyah (MTs) orang 1,970 2,253 2, Sekolah Menengah Umum (SMU) 1) Negeri 10,548 11,598 12,395 - SMU orang 6,190 6,051 5,830 - SMK orang 3,226 4,477 5,399 - Madrasah Aliyah (MA) orang 1,132 1,070 1,166 2) Swasta 5,904 5,756 5,937 - SMU orang SMK orang 4,718 4,569 4,725 - Madrasah Aliyah (MA) orang Sumber : Dinas Pendidikan I-68

69 Dari tabel diatas bahwa dapat diketahui jumlah siswa di Kabupaten Madiun sejak tahun 2008 sampai dengan 2010 mengalami kenaikan terutama di jenjang pendidikan RA, TK, SLB, dan SMU, akan tetapi secara keseluruhan untuk jennang pendidikan SD, SLTP baik negeri dan swasta mengalami penurunan jumlah siswanya. Untuk lebih detail dapat memperhatikan data di atas pada tabel jumlah siswa. Dari hasil data awal diketahui bahwa : a. Sebagian besar SD, SMP, SMU yang ada di Kab. Madiun sudah ada toilet guru dan murid. b. Sebagian besar SD, SMP, SMU yang ada di empat kecamatan di Kab. Madiun belum terpisah antara toilet guru (laki-laki dan perempuan) dan murid (laki-laki dan perempuan). c. Ratio jumlah toilet tidak berimbang dengan jumlah murid yang ada di sekolah tersebut. d. Sumber air tersedia cukup baik yang bersumber dari PDAM dan sebagian besar menggunakan sumur gali. e. Yang membersihkan jamban di sekolah umumnya adalah pesuruh sekolah. f. Pengetahuan mengenai Higiene dan Sanitasi belum dimasukkan dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani. g. Umumnya sekolah telah memiliki anggaran untuk pengadaan air bersih, sanitasi dan higiene namun dirasakan masih adanya kekurangan. h. Sampah hanya dikumpulkan di tempat sampah belum ada upaya untuk diadakannya pemilahan dan pengolahan lanjutan dari sampah. i. Air limbah/kotor dari toilet di buang ke dalam septic tank dan air dari kamar mandi dibuang ke saluran drainase. j. Kondisi higiene sekolah umumnya sehat dan bersih. I-69

70 I-70

71 I-71

72 Tabel 3.56 Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah No. Nama Sekolah Desa Jmlh Siswa Jmlh Guru Sumber Air Bersih Fas.Cuci Ketersediaan Yang Bersihkan Toilet Jlh Toilet Jlh Tmp Kencing PDAM SPT SGL Tangan Sabun Siswa Guru Pesuruh L P L P S K T S K T S K T Guru L P Guru L P Y T Y T L P L P L P 1 SDN Jetis I Jetis Y Y Y 2 SDN Jetis II Y Y Y 3 SDN Segulung I Y Y Y Y 4 SDN Segulung II Y Y Y Y 5 SDN Segulung III Y Y Y Y 6 SDN Segulung IV Segulung Y Y Y Y 7 SDN Segulung V Y Y Y Y Y 8 SMPN Segulung I Y Y Y Y Y 9 SMPN Segulung II Y Y Y Y 10 SDN Garon I Garon Y Y 1 Y Y Y 11 SDN Garon II Y Y 1 Y Y Y 12 TK Banaran Banaran Y 13 SDN I Banaran Y 1 1 Y Y Y 14 TK Pandean Y Y Y Y 15 SDN I Pandean Pandean Y Y Y Y 16 SMPN I Pandean Y Y Y Y 17 SMAN I Pandean Y Y Y Y 18 TK Y Y Y Y Y 19 SDN Krajan I Y Y Y Y Y 20 SDN Krajan II Y Y Y Y Y 21 SDN Krajan III Y Y Y Y Y 22 SDN Krajan IV Y Y Y Y Y 23 SMAN I Krajan Y Y Y Y Y 24 SMA PGRI Y Y Y Y Y I-72

73 25 SLB Y Y Y Y Y 26 SDN Kaliabu I Y Y Y Y Y 27 SDN Kaliabu II Y Y Y Y Y 28 SDN Kaliabu III Y Y Y Y Y I-73

74 I-74

75 3.5.3 Kampanye PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian baik pada masyarakat maupun keluarga artinya masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan. Dengan adanya pembinaan dan penyuluhan PHBS diharapkan : a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan. b. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pencegahan penyakit dan upaya penyehatan lingkungan. c. Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat, institusi untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. d. Meningkatkan derajat kesehatan terutama kesehatan ibu, bayi dan balita. e. Meningkatkan kemampuan penyebaran informasi bagi petugas kesehatan Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apayang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan. Kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan masih rendah, baik kesehatan diri sendiri, keluarga maupun kesehatan lingkungan. Untuk itu, perlu dilakukan penyuluhan kesehatan yang bisa memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai pentingnya kesehatan. Penyuluhan kesehatan masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan berperan serta aktif dalam upaya kesehatan. Gambaran perkembangan kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan di kabupaten Madiun dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut ini: I-75

76 Gambar 3.57 Perkembangan Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Yang Dilaksanakan Di Kabupaten Madiun Tahun Dari gambar di atas kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun pada tahun 2010 adalah sebanyak kegiatan, meningkat dari dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2009 sebanyak kegiatan dan tahun 2008 sebanyak 368 kegiatan. 4.2 Perbaikan Gizi Masyarakat Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakekatnya dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah Kekurangan Kalori Protein, Kekurangan Vitamin A, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan Anemia Gizi Besi. a.pemberian Tablet Besi (Fe) pada ibu hamil Pelayanan pemberian Tablet Besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus Anemia serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Zat Besi (Fe) khususnya dialami ibu hamil. Perkembangan cakupan pemberian Tablet Besi pada ibu hamil (Fe-1 dan Fe-3) pada tahun dapat dilihat pada gambar I-76

77 Gambar 3.58 Persentase Cakupan Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Madiun Tahun Sumber : Seksi Gizi Dinkes Kab. Madiun Tahun 2010 Pada grafik di atas terlihat bahwa trend cakupan pemberian Tablet Besi Fe-1 (30 tablet) dari tahun 2008 (94,59%) hingga 2010 (89,36%) menunjukkan terjadi penurunan dan trend cakupan pemberian Tablet Besi Fe-3 (90 tablet) dari tahun 2008 (86,96%) hingga tahun 2009 (87,91%) menunjukkan terjadi peningkatan tetapi menurun pada tahun 2010 (85,33%), dimana cakupan tersebut telah mencapai target 80%. Apabila disandingkan antara cakupan Fe1 dengan K1 akan terlihat adanya kesenjangan seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 3.59 Perbandingan K1 Dengan Pemberian Fe1 Menurut Puskesmas Di Kabupaten Madiun Tahun 2010 I-77

78 Dari gambar 4.19 terlihat sebagian besar puskesmas mempunyai cakupan Fe1 dibawah cakupan K1, hanya ada 7 Puskesmas dengan cakupan K1-Fe1 yang hampir sama dan 10 puskesmas mempunyai cakupan Fe1 lebih besar dari K1. Gambar 3.60 Perbandingan K4 Dengan Pemberian Fe3 Menurut Puskesmas Di Kabupaten Madiun Tahun 2010 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar puskesmas memiliki cakupan K4 dan Fe3 yang hampir sama. Hanya ada empat puskesmas yang memiliki selisih jauh antara K4 dan Fe3 yaitu puskesmas Sawahan, Wonoasri, Wungu dan Kebonsari. Untuk cakupan Fe3 (90 tablet) tahun 2010 sebesar 85,33% dan telah mencapai target 80%. Namun bila disandingkan dengan cakupan K4 juga memperlihatkan kecenderungan yang sama dengan Fe1. b. Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita Pemberian Vitamin A bagi bayi dan balita bertujuan untuk mencegah penyakit kebutaan dan meningkatkan daya tahan tubuh dari infeksi penyakit. Dosis pemberian vitamin A dosis tinggi yaitu vitamin A biru untuk bayi (6-11 bulan) sebanyak satu kali dalam setahun (bulan Februari atau Agustus), dan kapsul vitamin A merah untuk anak balita (1-5 tahun) sebanyak dua kali dalam setahun yaitu bulan Februari dan Agustus serta untuk ibu nifas diberikan 2 kapsul ( IU) yaitu satu kapsul segera setelah melahirkan dan satu kapsul lagi setidaknya 24 jam setelah pemberian kapsul pertama. Cakupan pemberian vitamin A di Kabupaten Madiun tahun 2010 di kabupaten Madiun untuk bayi sebesar 101,75% dari bayi yang ada dan cakupan anak I-78

79 balita sebesar 99,19% dari balita. Adapun gambaran distribusi vitamin A menurut sasaran di kabupaten Madiun tahun 2010 adalah sebagai berikut: Gambar 3.61 Distribusi Vitamin A Menurut Sasaran Di Kabupaten Madiun Tahun 2010 c. Keluarga Dengan Garam Beryodium Baik Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) tidak hanya menimbulkan pembesaran kelenjar gondok, tetapi dapat menimbulkan gangguan lain seperti pertumbuhan terganggu (Kretin), rendahnya IQ, bisu, tuli, kemandulan, dan keguguran pada ibu hamil. Pelaksanaan kegiatan penanggulangan GAKY dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan. Persentase keluarga yang menggunakan garam beryodium yang memenuhi syarat pada tahun 2010 adalah sebesar 91,35% dari keluarga yang disurvei di Kabupaten Madiun. Cakupan tersebut sudah memenuhi target 90%, cakupan tertinggi Puskesmas Dolopo 100%, Wonoasri 100%, Madiun 100%, Jiwan100% dan Sambirejo 100% dan terendah Puskesmas Jetis 70,83%. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 33. I-79

80 Gambar 3.62 Cakupan Garam Beryodium Memenuhi Syarat Menurut Puskesmas Di Kabupaten Madiun Tahun Kejadian Luar Biasa (KLB) Kejadian Luar Biasa adalah terjadinya peningkatan kesakitan ayau kematian penyakit potensial KLB, penyakit karantina atau keracunan makanan. Di kabupaten Madiun pada tahun 2010 terdapat kasus KLB 11 desa yang tersebar di seluruh kabupaten Madiun dengan 100% kasus sudah ditangani < 24 jam. Kasus KLB dengan penderita terbanyak dan kasus kematian tertinggi adalah DHF dengan 26 penderita dan kematian 6 orang (CFR 23,08%). Selain itu kasus KLB dengan kasus kematian lainnya adalah diare dan AFP dengan jumlah penderita dan jumlah kematian masingmasing 1 orang dengan nilai CFR yang sama yaitu sebesar 100%. 4.4 Kejadian Keracunan Makanan Minuman Kejadian keracunan makanan, biasanya disebabkan karena mengkonsumsi makanan & minuman yang telah terkontaminasi dengan bakteri, parasit atau virus. Bahan kimia berbahaya juga dapat menyebabkan terjadinya keracunan makanan jika mereka mengkontaminasi makanan baik saat panen ataupun proses lainnya. Meskipun kebanyakan kasus keracunan makanan tidak terdiagnosa & dilaporkan, tetapi menurut CDC, di Amerika diperkirakan terdapat 76 juta orang yang mengalami kasus keracunan makanan setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, 5000 orang meninggal dunia. Sedangkan di Indonesia, meskipun tidak terdapat data yang pasti, bisa jadi angka tersebut lebih besar lagi. Hal ini karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar masyarakat mengenai kebersihan makanan. Pada tahun 2010 kasus keracunan yang terjadi di kabupaten Madiun adalah jenis keracunan makanan yang terjadi di kecamatan Wungu sebanyak 12 pasien dan tidak ada kasus meninggal. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2009 dimana tidak terjadi kasus keracunan makanan yang dilaporkan. I-80

81 4.5 Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Dan Asuransi Kesehatan Sudah lama dikembangkan berbagai cara untuk mengembangkan pemeliharaaan jaminan kesehatan bagi masyarakat untuk meningkatkan kepersertaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan. Pada saat ini dikembangkan berbagai cara pembiayaan jaminan kesehatan pra bayar di masyarakat antara lain mulai dari dana sehat, tabulin, Askes, Jamsostek, Jamkesmas/Jamkesmasda dan lainnya (asuransi kesehatan swasta). Gambar 3.63 Peserta Asuransi Kesehatan Di Kabupaten Madiun Tahun 2010 Pada tahun 2010 di kabupaten Madiun diketahui bahwa jumlah keluarga miskin sebanyak jiwa dan 100% telah tercover oleh jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat melalui jamkesmas dan jamkesda. Dari jumlah tersebut masyarakat miskin yang telah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan di puskesmas adalah sebesar 75,33% terdiri 74,23% dari kunjungan rawat jalan dan 1,09% rawat inap. Sedangkan masyarakat yang memanfaatkan sarana pelayanan kesehatn di Rumah Sakit adalah sebesar 10,01% terdiri 7,76% dari kunjungan rawat jalan dan 2,26% rawat inap. 4.6 Akses Dan Mutu Pelayanan Masyarakat Penilaian kualitas pelayanan dilihat dari tingkat kemudahan masyarakat untuk menjangkau sarana kesehatan dan kualitas pelayanan yang diberikan. a. Pemanfaatan Sarana Kesehatan Cakupan pelayanan kesehatan dapat dilihat dari jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap di sarana kesehatan baik di puskesmas, rumah sakit maupun sarana kesehatan lainnya. Pada tahun 2010 jumlah kunjungan rawat jalan (baru dan lama) di Puskesmas sebanyak kunjungan yang terdiri dari kunjungan rawat I-81

82 jalan dan kunjungan rawat inap. Sedangkan jumlah kunjungan pasien di rumah sakit sebanyak kunjungan yang terdiri dari kunjungan rawat jalan dan kunjungan rawat inap. Berdasarkan data di atas terlihat bahwa penduduk kabupaten Madiun tahun 2010 lebih banyak memanfaatkan fasilitas kesehatan Puskesmas untuk rawat jalan dan untuk rawat inap masyarakat lebih memilih fasilitas kesehatan Rumah Sakit. Sebagian besar sarana pelayanan puskesmas memang dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatn dasar bagi kunjungan rawat jalan sedangkan rumah sakit yang dilengkapi berbagai fasilitas memang dipersiapkan menangani kasus rujukan (rawat inap). b.sarana Pelayanan Kefarmasian Pelayanan kefarmasian meliputi pengadaan obat essential dan generik sampai dengan jumlah kebutuhan obat generic. Pada tahun 2010 di kabupaten Madiun tingkat ketersediaan obat sesuai kebutuhan sebesar 100% tang berarti semua kebutuhan obat (35 item obat sesuai kriteria di tabel 24) telah tersedia di sarana pelayanan kesehatan. 4.7 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai dari unit terkecil masyarakat yaitu rumah tangga dimana PHBS di rumah tangga dapat diartikan sebagai upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu menjalankan PHBS serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. a. Rumah Tangga Sehat (ber-phbs) Kabupaten Madiun tahun 2010 telah melakukan pengkajian PHBS pada rumah tangga dan rumah tangga (45,24%) diantaranya sudah ber- PHBS. Diperlukan intervensi dari berbagai komponen baik lintas program, lintas sector, LSM, swasta dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. b. ASI Eksklusif ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi sampai berusia 6 bulan. ASI sangat penting karena mengandung Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar berwarna kekuningan). Kolostrum mengandung antibodi Immunoglobulin A yang mampu memberi kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit terutama penyakit infeksi. Kabupaten Madiun tahun 2010 diketahui cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif sebesar 59,43% dari bayi yang ada. Cakupan tersebut masih dibawah target 80%. Oleh karena itu diperlukan penyuluhan yang lebih intensif baik kepada I-82

83 perorangan maupun institusi pemberi pelayanan kesehatan tentang keunggulan ASI eksklusif. 4.8 Keadaan Lingkungan Lingkungan sehat yang dimaksud dalam visi indonesia sehat 2010 adalah lingkungan yang kondusif untuk hidup sehat, bebas polusi, tersedia air bersih, lingkungan memadai, pemukiman sehat, perencanaan kawasan sehat serta terwujudnya kehidupan yang saling tolong menolong dengan memelihara budaya bangsa. Untuk memperkecil risiko terjadinya gangguan kesehatan akibat kondisi lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan upaya peningkatan kualitas lingkungan antara lain: a. Rumah Sehat Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan lingkungan adalah dengan upaya penyehatan lingkungan pemukiman yaitu perumahan. Salah satu kegiatan penyehatan lingkungan perumahan adalah Inspeksi Sanitasi Perumahan. Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari masing-masing Puskesmas di Kabupaten Madiun tahun 2010 dari rumah yang ada, yang dilakukan pemeriksaan sebanyak rumah (44,03%), dan dari hasil pemeriksaan jumlah rumah yang sehat rumah (25,66%) dari jumlah rumah yang ada. Gambaran cakupan pemeriksaan rumah sehat di kabupaten Madiun tahun 2010 adalah sebagai berikut: Gambar 3.64 Cakupan Pemreriksaan Rumah Sehat Di Kabupaten Madiun Tahun 2010 Dari gambar 4.24 terlihat cakupan rumah sehat masih jauh dari jumlah seluruh rumah yang ada di kabupaten Madiun. Untuk meningkatkan cakupan I-83

84 tersebut perlu dilakukan upaya pembinaan yang lebih intensif, salah satunya dengan meningkatkan peran puskesmas dalam kegiatan pengawasan rumah sehat melalui pemberian kartu sehat dan pelatihan bagi petugas sanitarian. a.tempat Umum Pengelolaan Makanan dan Depot Air Minum Tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi oleh banyak orang dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi rumah makan, kantin sekolah, jasa boga, industry rumah tangga, pedagang kaki lima dan depot air minum (DAM). TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan makanan/minuman yang memenuhi syarat kesehatan yaitu yang memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruang) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung, dan memiliki pencahayaan ruang yang sesuai. Data yang diperoleh dari Seksi Penyehatan Lingkungan, memperlihatkan bahwa jumlah TUPM yang ada sebanyak buah, yang diperiksa (74,78 %). Dari TUPM yang diperiksa, yang masuk kategori TUPM sehat hanya buah (70,35%). Secara rinci terlihat pada gambar di bawah ini: Gambar 3.65 Cakupan TUPM Sehat Di Kabupaten Madiun Tahun 2010 I-84

85 c. Institusi yang Dibina Kesehatan Lingkungannya Institusi yang dibina kesehatn lingkungannya meliputi sarana kesehatan, sarana pendidikan, hotel, rumah sakit, ponpes, pasar, tempat wisata, terminal (utama) dan stasiun (utama). Jumlah institusi yang dibina di kabupaten Madiun tahun 2010 ada112 institusi dan 108 institusi telah diperiksa serta 72 institusi diantaranya dinyatakan sehat (64,29%). d. Sarana Air Bersih (SAB) Ketersediaan air bersih merupakan bagian dari indikator kesehatan lingkungan di Kabupaten Madiun. Sumber air minum yang digunakan rumah tangga antara lain ledeng, Sumur Pompa Tangan (SPT), Sumur Gali (SGL), Penampungan Air Hujan (PAH), air kemasan dan lainnya. Data yang diperoleh dari Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan kabupaten Madiun tahun 2010, dari keluarga yang ada hanya KK yang mempunyai akses air bersih atau sekitar 37,85 %. Jika dibandingkan dengan tahun lalu terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari 16,48 % pada tahun 2009 menjadi 37,85 % pada tahun e. Sarana Sanitasi Dasar Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak positif apabila diikuti perbaikan sanitasi yang meliputi kepemilikan jamban, pembuangan air limbah dan sampah di lingkungan sekitar kita. Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah maupun tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air dan menimbulkan penyakit. Pada tahun 2010 Kabupaten Madiun telah dilakukan pemeriksaan pada tempat sampah dan sebanyak (69,51%) tempat sampah dinyatakan sehat. Sedangkan pemeriksaan yang dilakukan pada SPAL menunjukan SPAL (57,81%) yang dinyatakan sehat. Pesatnya pembangunan bidang kesehatan, salah satunya ditandai oleh makin meningkatnya peran pemerintah dan swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta tersedianya sumberdaya yang berkompeten dibidangnya. 5.1 Sarana Kesehatan Salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah sarana kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan pada tingkat individu dan masyarakat. Adapun sarana kesehatan yang ada di kabupaten Madiun, meliputi: I-85

86 5.1.1 Puskesmas dan Jaringannya Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang bertempat di kecamatan-kecamatan, dimaksudkan sebagai pengganti keberadaan rumah sakit dan klinik2 kesehatan yang bertanggung jawab atas kesehatan rakyat. Untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Kabupaten Madiun memiliki 26 Puskesmas terdiri dari 5 Puskesmas Rawat Inap dan 21 Puskesmas Rawat Jalan. Puskesmas perawatan/ rawat inap di wilayah Kabupaten Madiun meliputi Puskesmas Dolopo, Puskesmas Gemarang, Puskesmas Kare, Puskesmas Balerejo dan Puskesmas Saradan. Puskesmas pembantu adalah unit sederhana yang membantu melaksanakan kegiatan pelayanan yang dilakukan puskesmas dalam wilayah kerja yang lebih kecil. Puskesmas di Kabupaten Madiun dibantu oleh 58 Puskesmas Pembantu (PUSTU). Pondok bersalin desa (polindes) merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang didirikan masyarakat atas dasar musyawarah sebagai kelengkapan dari pembangunan masyarakat desa. Pondok bersalin desa bermanfaat untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana. Kabupaten Madiun pada tahun 2010 memiliki 124 Poliklinik Desa (Polindes) Rumah Sakit Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Fungsi Rumah sakit merupakan pusat pelayanan rujukan medik spesialistik dan sub spesialistik dengan fungsi utama menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan Pemulihan (rehabilitatisi pasien) ( Depkes R.I ). Maka sesuai dengan fungsi utamanya tersebut perlu pengaturan sedemikian rupa sehingga rumah sakit mampu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan berdaya guna dan berhasil guna. Kabupaten Madiun memiliki 1 buah rumah sakit milik pemerintah yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Madiun yang merupakan rumah sakit rujukan bagi pasien jamkesmas dan jamkesda. Pelayanan kesehatan di Kabupaten Madiun juga dilaksanakan oleh RS Paru yang merupakan UPT Propinsi Jawa Timur yang berstatus RS Khusus Paru dan RS Bedah H. Ibrahim yang merupakan rumah sakit swasta. Selain itu, terdapat 5 Balai Pengobatan dan 2 Rumah Bersalin yang seluruhnya dikelola oleh pihak swasta. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 68. I-86

87 5.1.3 Sarana Kesehatan Lain a. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratorium Dan Empat Pelayanan Kesehatan Spesialis Dasar Sarana kesehatan yang dimaksud meliputi Rumah Sakit Umum, khusus dan Puskesmas. Pada tahun 2010 ada unit 28 unit (96,55% dari 29) sarana kesehatan yang memiliki laboratorium. Dari keseluruhan sarana kesehatan sebanyak 29 unit yang memiliki pelayanan 4 spesialis dasar yang meliputi pelayanan spesialis kandungan dan kebidanan, bedah, penyakit dalam dan anak hanya Rumah Sakit Umum. b. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Gawat Darurat Yang dimaksud sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat adalah sarana kesehatan yang terdiri dari rumah sakit umum, khusus, puskesmas dan sarana kesehatan lain yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar dan dapat diakses oleh masyarakat. Pada tahun 2010 ada 14 unit (48,28% dari 29) sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan gawat darurat (gadar) Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) diantaranya adalah Posyandu, Pondok Bersalin Desa (Polindes) dan Desa Siaga. a. Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu 1) Kesehatan ibu dan anak, 2) Keluarga Berencana, 3) Perbaikan gizi, 4) Imunisasi, dan 5) Penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu dikelompokkan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Pada tahun 2010 jumlah Posyandu yang tercatat sebanyak 867 buah. Dari 867 buah Posyandu yang ada, sebanyak 65 adalah Posyandu Pratama, sebanyak 398 Posyandu Madya, sebanyak 401 adalah Posyandu Purnama, sebanyak 3 Posyandu Mandiri. Selengkapnya Jumlah Posyandu di Kabupaten Madiun pada tahun 2010 dapat dilihat pada grafik berikut: I-87

88 Gambar 3.66 Jumlah Posyandu Menurut Strata Di Kabupaten Madiun Tahun 2010 Sumber : Seksi Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun a. Polindes (Pondok Bersalin Desa) Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendekatkan pelayanan kebidanan melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan. Polindes di kabupaten Madiun pada tahun 2010 terdapat sebanyak 124 unit dengan jumlah bidan desa 124 orang. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa semua desa sudah memiliki tenaga bidan di masing-masing polindes. b. Desa Siaga dan Poskesdes (Pondok Kesehatan Desa) Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurangkurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) (Depkes, 2007). Jumlah desa siaga yang terbentuk di kabupaten Madiun sampai dengan tahun 2010 sebanyak 206 desa (100%) dari total desa keseluruhan. Untuk memantau perkembangan desa siaga maka dikelompokan dalam strata Bina, Tumbuh, Kembang dan Paripurna. Suatu desa dikatakan aktif bila berada pada strata tumbuh, kembang dan paripurna. I-88

89 Gambar 3.67 Proporsi Perkembangan Desa Siaga Di Kabupaten Madiun Tahun 2010 Dari gambar diatas terlihat perkembangan desa siaga di kabupaten Madiun sebagian besar masih berada dalam strata tumbuh (52,91%). Masih dibutuhkan kerja keras untuk meningkatkan peran serta masyrakat dalam meningkatkan strata desa siaga menjadi strata paripurna. Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Warung Obat Desa, Pondok Persalinan Desa (Polindes), Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain (Depkes, 2007). Poskesdes dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa dan merupakan salah satu kriteria untuk pembentukan desa siaga. Jumlah poskesdes di kabupaten Madiun sampai tahun 2010 sebanyak 206 (100%) dari jumlah seluruh desa yang ada. 5.2 Tenaga Kesehatan Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersedia di wilayah tersebut termasuk sumber daya di Bidang Kesehatan. Dalam upaya peningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dibutuhkan tenaga kesehatan baik jumlah maupun mutunya. Pada tahun 2010, jumlah tenaga kesehatan di kabupaten Madiun baik yang berada di instansi pemerintah maupun swasta sebanyak 987 orang, dengan proporsi masing-masing sebagai berikut: I-89

90 Tabel 3.67 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Tenaga Di Kab. Madiun Tahun 2010 No. Jenis Tenaga Jumlah % 1 Medis ,46 2 Perawat ,84 3 Bidan ,72 4 Farmasi 51 5,17 5 Kesehatan Masyarakat 24 2,43 6 Sanitasi 38 3,85 7 Gizi 43 4,36 8 Keterapian Fisik 10 1,01 9 Teknisi Medis 41 4,15 Jumlah Sumber : Sub.Bag.Program&Laporan Dinas Kesehatan Kab. Madiun Tahun 2010 Dari data tersebut terlihat bahwa jenis tenaga yang mendominasi jenis tenaga di sector kesehatan adalah perawat (41,84%) dan bidan (24,72%). Sementara persebaran tenaga kesehatan berdasarkan tempat kerja terbanyak berada di puskesmas dan jaringannya sebanyak 651 orang (65,96%) serta di rumah sakit sebanyak 269 orang (27,25%). Adapun persebaran tenaga kesehatan berdasarkan tempat kerja dapat terlihat pada gambar 5.3. Gambar 3.68 Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Tempat Kerja Di Kabupaten Madiun Tahun 2010 Rasio tenaga kesehatan digunakan untuk menilai kecukupan tenaga kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan. Berikut ini rasio tenaga kesehatan per penduduk di wilayah Kabupaten Madiun, yaitu: I-90

91 Tabel 3.69 Perbandingan Rasio Tenaga Kesehatan Per Penduduk Di Kabupaten Madiun Tahun 2010 Dengan Indikator Indonesia Sehat 2010 No. Jenis Tenaga Jumlah Rasio per IS 2010 penduduk Madiun Dokter Spesialis ,30 2 Dokter Umum ,63 3 Dokter Gigi ,02 4 Perawat ,65 5 Bidan ,63 6 Apoteker ,04 7 Ahli Kesehatan Masyarakat ,11 8 Ahli Gizi ,57 9 Ahli Sanitasi ,93 Sumber : Sub. Bag. Program dan Laporan Dinas Kesehatan Ka.Madiun Tahun 2010 Dari tabel di atas, terlihat bahwa semua jenis tenaga kesehatan di kabupaten Madiun, jumlah dan rasionya masih belum memenuhi standar pencapaian rasio Indonesia sehat tahun Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan untuk pembangunan di Bidang Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting. Pembiayaan pembangunan kesehatan di Kabupaten Madiun tahun 2010 bersumber dari Dana APBN, Dana APBD Propinsi dan Dana APBD Kabupaten Madiun. Anggaran kesehatan yang dialokasikan guna mendukung pencapaian program-program kesehatan pada tahun 2010, selengkapnya dapat dilihat pada grafik berikut : I-91

92 Gambar 3.70 Perkembangan Plafon Anggaran Kesehatan Di Kab. Madiun Tahun Sumber : Dinkes Kabupaten Madiun Tahun 2010 Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun pada tahun 2010 mendapatkan anggaran sebesar Rp ,-. Persentase anggaran kesehatan bersumber APBD Kabupaten pada tahun 2010 adalah sebesar 4,64% yang berarti mengalami peningkatkan jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 4,35%. Anggaran kesehatan bersumber Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp ,- digunakan untuk kegiatan peningkatan pelayanan kesehatan berupa sarana prasarana non kesehatan, alat-alat kesehatan serta pembangunan dan rehabilitasi rumah dinas, puskesmas dan jaringannya. Adapun anggaran yang dialokasikan untuk Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) pada tahun 2010 adalah sebesar Rp ,-. Alokasi anggaran kesehatan yang berasal dari Dana Bagi Hasil Cukai Rokok sebesar Rp ,- antara lain digunakan untuk kegiatan sosialisasi bahaya merokok, pengadaan peralatan kesehatan untuk penderita dampak merokok, pengadaan media sosialisasi bahaya merokok, pengadaan obat-obatan untuk penderita dampak merokok dan pembangunan ruang khusus merokok. 5.4 Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun pada tahun 2010 telah menggunakan software SIMPUSTRONIK ( Sistem Informasi Puskesmas Elektronik ) untuk menunjang kelancaran proses pelaporan di puskesmas. Jumlah puskesmas yang telah menggunakan software tersebut adalah sebanyak 96,15% (25 puskesmas) dari 26 puskesmas yang ada di Kabupaten Madiun. I-92

93 Gambar 3.71 Tampilan Program Simpustronik Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun dalam upaya menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan tugas dan kegiatannya telah memiliki website. Informasi mengenai Dinas Kesehatan tersebut dapat diakses melalui Adanya website di Dinas Kesehatan ini, diharapkan para pelaksana program dapat berperan serta memberikan informasi yang up to date, lengkap dan relevan guna mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. I-93

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa guna mendukung pelaksanaan kegiatan

Lebih terperinci

No. Kelurahan/Desa Jarak dari kantor Radius

No. Kelurahan/Desa Jarak dari kantor Radius Daftar Lampiran Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama Kabupaten Madiun Nomor : W13-A14/1042.a/H03.4/SK/V/2016 Tanggal 02 Mei 2016 Tentang Biaya panggilan, pemberitahuan dan penyampaian salinan putusan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, serta atas berkat dan rahmat-nya, buku Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2012 dapat diterbitkan. Profil Kesehatan

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

KETUA PENGADILAN AGAMA KABUPATEN MADIUN

KETUA PENGADILAN AGAMA KABUPATEN MADIUN SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADLAN AGAMA KABUPATEN MADUN mor : W13-A14/638/Hk.03.4/SK//2013 TENTANG PANJAR BAYA PERKARA UNTUK TNGKAT PERTAMA, BANDNG, KASAS, PENNJAUAN KEMBAL, BAYA STA DAN BAYA EKSEKUS KETUA

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayah-Nya, Profil Kesehatan Kabupaten Madiun tahun 2013 ini dapat diselesaikan dan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA I.Upaya Promosi Kesehatan A. Penyuluhan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Rumah Tangga : Rumah di Periksa : 1050 Target : 75 % x 1050 = 788 2. Institusi Pendidikan sekolah

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK Upt. Puskesmas Waru KERANGKA ACUAN No. Kode : PKM- STK-/V.2015 Terbitan : Mei 2015 No. Revisi : 00 Tgl. Mulai Berlaku : 01/06/2015 Halaman : 1/15 Ditetapkan Oleh Kepala Upt. Puskesmas Sotek H.Sudarman,

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 06 TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Meningkatkan Meningkatkan Upaya Upaya Kesehatan Kesehatan Masyarakat melalui program melalui Program Kesehatan

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Kabupaten Pati

BAB 3 GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Kabupaten Pati BAB 3 GAMBARAN UMUM 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Pati Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 150.368 Ha. Secara administratif terbagi

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. KETENAGAAN Situasi ketenagaan di Puskesmas Banguntapan III berubah dari tahun ke tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 Desember

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 71 Peraturan

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I 1 DERAJAT KESEHATAN (AHH, AKB DAN AKI) 2 STATUS GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 3 JUMLAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN KEPEMILIKAN DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

Penyakit Endemis di Kalbar

Penyakit Endemis di Kalbar Penyakit Endemis di Kalbar 1. Malaria Penyakit Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2009 (tabel 11) terdapat

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

Manggal Karya Bakti Husuda

Manggal Karya Bakti Husuda LAPORAN INDIKATOR INDONESIA SEHAT 2010 DAN PENETAPAN INDIKATOR KABUPATEN SEHAT SEBAGAI TARGET KABUPATEN POLEWALI MANDAR SEHAT (Keputusan Menkes RI No. 1202 /Menkes/SK/VIII/2003) Disajikan Dalam Rangka

Lebih terperinci

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1406 TAHUN 2015 TANGGAL 31-12 - 2015 INDIKATOR DAN TARGET SPM 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Masyarakat Esensial dan Keperawatan Masyarakat 1 Pelayanan

Lebih terperinci

POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN

POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN ESELON II POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN ESELON III ESELON IV VISI MISI SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS NAMA PROGRAM SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM SASARAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang: a. bahwa HIV merupakan virus perusak sistem kekebalan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG, PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG Jl. Lintas Malindo Entikong (78557) Telepon (0564) 31294 Email : puskesmasentikong46@gmail.com KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG NOMOR

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 Profil Kesehatan

Lebih terperinci

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS BAMBANG PRIHUTOMO, SKM., MPH. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Bidang Kemitraan dan Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kab.

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Jalan Poros Andoolo Kel.

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Petugas P2 Diare (Program Pemberantasan Diare) Puskesmas Payolansek

D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Petugas P2 Diare (Program Pemberantasan Diare) Puskesmas Payolansek URAIAN TUGAS PENANGGUNG JAWAB PROGRAM A. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Petugas Penyuluhan Puskesmas Payolansek a. Sebagai coordinator kegiatan promosi kesehatan, penyukuhan kesehatan (PKM) dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh lingkungan sehat,

Lebih terperinci

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR 29 BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR Pembangunan kesehatan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat semua orang sehingga terwujudnya derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR 29 BAB IV SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA BOGOR Pembangunan kesehatan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat semua orang sehingga terwujudnya derajat kesehatan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS DEPARTEMEN KESEHATAN 2008 PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS p DEPARTEMEN KESEHATAN 2008 CAKUPAN KEGIATAN PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS NO JENIS KEGIATAN SATUAN TARGET PENCAPAIAN

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KISARAN SUMATERA UTARA KOTA KISARAN ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari Kecamatan Kisaran dan merupakan bagian dari kabupaten Asahan

Lebih terperinci

URAIAN PROGRAM PUSKESMAS

URAIAN PROGRAM PUSKESMAS URAIAN PROGRAM PUSKESMAS Program Puskesmas Uraian 1 Manajemen Pelayanan Kesehatan Sistem kesehatan Nasional (SKN) sebagai acuan pelayanan kesehatan Penerapan fungsi manajemen di puskesmas Upaya pelayanan

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN N O SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET (%) PENGERTIAN FORMULA

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan tertuang dalam Undang- Undang No 36 Tahun 2009. Kesehatan merupakan suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

Lebih terperinci

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan POSYANDU 1. Pengertian Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. (www.bkkbn.com) Posyandu adalah pusat pelayanan

Lebih terperinci

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas Pauh. dilakukan penentuan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar.

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas Pauh. dilakukan penentuan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar. 4.2 Prioritas Masalah Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas Pauh tidak memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan penentuan prioritas masalah

Lebih terperinci

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012 PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman tingkat persaingan di bidang kesehatan semakin meningkat demikian

Lebih terperinci