UNIVERSITAS INDONESIA RASIO PENDANAAN PADA DANA PENSIUN ANGKASA PURA I PERIODE TUGAS KARYA AKHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA RASIO PENDANAAN PADA DANA PENSIUN ANGKASA PURA I PERIODE TUGAS KARYA AKHIR"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA RASIO PENDANAAN PADA DANA PENSIUN ANGKASA PURA I PERIODE TUGAS KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi ITA PUSPA DILLASARI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PROGRAM SARJANA EKSTENSI DEPOK JULI, 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PROGRAM SARJANA EKSTENSI HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Lil:+l::::::::::::::1'r!:i.:att:::::-:... _"'":::::::::::::::=,fii:i:;:::::::::::.,- t'.u.,...-,::r:.r::::::::j.,iilitl '' : llll!-tit:r::r:r,,:::: t*eiii..:l:::!ttt:tt:w,: i111$i1i.f':= ''"'n""''",1,@'

3 Scanned by CamScanner

4 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-nya Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penyusunan tugas karya akhir dengan judul Analisis Rasio Pendanaan Pada Dana Pensiun Angkasa Pura I Periode Tahun Penulisan tugas karya akhir ini merupakan pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Penulis sepenuhnya sadar bahwa banyak pihak yang telah memberikan bantuan dari masa perkuliahan hingga penyusunan tugas karya akhir ini. Oleh sebab itu, Penulis turut mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Arie Setiabudi Soesilo, M.Sc.selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 2. Dr. Roy Valiant Salomo, M.Sos.Sc Selaku ketua Departemen Ilmu Administrasi Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 3. Dr. Retno Kusumastuti, M.Si, selaku pembimbing dan Ketua Program Sarjana Ekstensi Departemen Ilmu Administrasi yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, serta pikirannya untuk membantu mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas karya akhir ini. 4. Eko Sakapurnama, S. Psi, MBA selaku Ketua Program Studi Administrasi Niaga 5. Ir. Bernardus Yuliarto Nugroho MSM., PhD selaku penguji ahli dalam sidang proposal dan juga sidang akhir. 6. Milla Sepliana Setyowati S.Sos., M.Ak. selaku ketua sidang dalam sidang akhir. 7. Prima Nurita Rusmaningsih S.A.P., M.A.selaku sekretaris sidang akhir yang telah memberikan masukan dan nasehat-nasehat yang sangat berharga selama sidang. 8. Bapak, mama, mas, dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis. iv

5 9. Nurul Arfianty dan Macario Marxal selaku teman satu bimbingan, yang telah berjuang bersama dan saling membantu selama penyusunan tugas karya akhir ini hingga selesai. 10. Teman-teman ekstensi Administrasi Niaga 2012 yang telah berjuang bersama selama menempuh pendidikan di. 11. Teman-teman ekstensi jurusan keuangan yang saling membantu dalam menyelesaikan pendidikan serta tugas karya akhir pada program studi Ilmu Administrasi Niaga jurusan keuangan. 12. Sahabat-sahabat serta saudara-saudara yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih telah memberikan dukungan selama penulis menempuh pendidikan serta tugas karya akhir di. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kiranya Allah SWT membalas kebaikan mereka. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas karya akhir ini memiliki banyak kekurangan, sehingga masih membutuhkan sumbangan pemikiran dari para pembaca. Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan tugas karya akhir ini. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Karya Akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Depok, Juli 2014 Penulis v

6 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN I LMU ADMINISTRASl PROGRAM SARJANA EKSTENSI HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama NPM Program Studi Departemslr Faltiltasffi Jenis_ i'- defti ffi iitt T Karyal "'trtljli;i;,2 TJ PENSIUN vi

7 ABSTRAK Nama Program Studi Judul Skripsi : Ita Puspa Dillasari : Administrasi Niaga : Rasio Pendanaan Pada Dana Pensiun Angkasa Pura I Periode Tahun Rasio pendanaan merupakan salah satu rasio keuangan dalam dana pensiun yang digunakan untuk menunjukan kemampuan dana pensiun dalam memenuhi kewajibannya membayar manfaat pensiun. Tujuan dari Tugas Karya Akhir ini adalah untuk menjelaskan rasio pendanaan DAPENRA untuk periode tahun Metode penelitian yang digunakan dalam Tugas Karya Akhir ini yaitu dengan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitiannya yaitu deskriptif. DAta yang digunakan yaitu dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan DAPENRA periode tahun Hasil dari penelitian ini adalah bahwa rasio pendanaan DAPENRA tahun berada di atas 100% dan berada pada kondisi pendanaan tingkat satu. Sedangkan di tahun 2012 rasio pendanaan nya di bawah 100% dan kondisi pendanaannya berada pada tingkat dua, dimana DAPENRA berada dalam keadaan defisit karena kewajiban aktuarianya lebih besar daripada kekayaan untuk pendanaannya. Kata kunci: Kekayaan untuk Pendanaan, Kewajiban Aktuaria, Rasio Pendanaan vii

8 ABSTRACT Name Study Programme Title : Ita Puspa Dillasari : Business Administration : The Funding Ratio Of Angkasa Pura I Pension Fund Year Period Funding ratio is one of the financial ratios that used in the pension fund to demonstrate the ability of pension funds to meet its obligation to pay pension benefits. The purpose of this study is explain the funding ratio of DAPENRA year period from 2008 to Research method used in this study is quantitive approach and its research type is descriptive. The data used is by using secondary data from annual financial reports of DAPENRA year The result of this study is that the funding ratio of DAPENRA year is above 100% and they funding conditions are at the first level. Meanwhile in 2012 the funding ratio is below 100% and the funding condition is at level two, DAPENRA is in deficit condition because its actuarial liability is greater than the asset of its funding. Key words: Pension fund asset, Actuarial liabilities, Funding ratio viii

9 DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL i LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS..ii LEMBAR PENGESAHAN.iii KATA PENGANTAR.. iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...vi ABSTRAK...vii ABSTRACT....viii DAFTAR ISI.....ix DAFTAR TABEL...xi DAFTAR GRAFIK...xi DAFTAR LAMPIRAN..xii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Metode Penelitian Sistematika Penelitian...8 BAB 2 KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN LITERATUR Pensiun Dana Pensiun Tujuan Dana Pensiun Asas-asas Dana Pensiun Jenis Dana Pensiun Pendanaan Dana Pensiun Pengertian Rasio Rasio Pendanaan Kekayaan untuk Pendanaan Kewajiban Aktuaria Tinjauan Literatur.25 BAB 3 PEMBAHASAN Gambaran Perusahaan Analisis Rasio Pendanaan Hasil Analisis 39 ix

10 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.44 DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Dana Pensiun Tabel 3.1 Kekayaan untuk Pendanaan DAPENRA Tabel 3.2 Kekayaan untuk Pendanaan DPPLN Tabel 3.3 Rasio Pendanaan DAPENRA Tabel 3.4 Tingkat Pendanaan DAPENRA Tabel 3.5 Rasio Pendanaan DPPLN Tabel 3.6 Perbandingan Rasio Pendanaan & Solvabilitas DAFTAR GRAFIK Grafik 3.1 Rasio Pendanaan DAPENRA dan DPPLN xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Laporan Aktiva Bersih DAPENRA 2009 Lampiran 2 Laporan Perubahan Aktiva Bersih DAPENRA 2009 Lampiran 3 Laporan Aktiva Bersih 2010 Lampiran 4 Laporan Perubahan Aktiva Bersih 2010 Lampiran 5 Ikhtisar DAPENRA Lampiran 6 Laporan Aktiva Bersih DAPENRA 2012 Lampiran 7 Laporan Perubahan Aktiva Bersih 2012 Lampiran 8 Neraca DAPENRA 2012 xii

13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produktivitas manusia pada akhirnya ada batasnya. Pada umumnya setiap orang tentu berharap untuk selalu dapat hidup sejahtera, bukan hanya pada saat mereka aktif bekerja namun juga pada saat mereka sudah tidak lagi aktif bekerja atau pensiun. Akan tetapi untuk dapat hidup sejahtera di masa tua nya seseorang tidak ingin penghasilannya berhenti ketika mereka tidak lagi bekerja. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pemerintah mengeluarkan UU No. 11 tahun 1992 yang mengatur tentang dana pensiun. Dalam setiap perusahaan baik BUMN maupun perusahaan yang bukan BUMN diberikan kesempatan untuk mendirikan dana pensiun bagi pegawainya. Dana pensiun diselenggarakan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan para pegawainya. Maka dengan adanya program pensiun yang diselenggarakan oleh perusahaan, diharapkan dapat memotivasi para pegawainya untuk dapat bekerja dengan baik sehingga akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Menurut UU No. 11 tahun 1992, dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Dana pensiun dikelola oleh suatu lembaga dan memungut dana dari pendapatan para karyawan suatu perusahaan yang kemudian dibayarkan kembali dana tersebut dalam bentuk pensiun setelah karyawan tersebut memasuki usia pensiun atau ada sebab sebab lain sehingga memperoleh hak untuk mendapatkan dana pensiun. Jadi kegiatan perusahaan dana pensiun adalah memungut dana dari iuran yang dipotong dari pendapatan karyawan yang kemudian iuran ini di investasikan kembali ke dalam berbagai bentuk kegiatan usaha yang dianggap paling menguntungkan. Industri Dana Pensiun di Indonesia telah berkembang sejak tahun 1992, khususnya terkait dengan diterbitkannya Undang-undang Dana Pensiun nomor 11 tahun Secara umum, industri Dana Pensiun terdiri atas Dana Pensiun 1

14 2 Pemberi Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Dalam penyelenggaraannya, DPPK dapat menjalankan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) atau Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP), sedangkan DPLK hanya dapat menjalankan PPIP (Data Statistik OJK 2012 Industri Keuangan Non Bank). Pada PPMP, besarnya pembayaran manfaat pensiun yang dijanjikan kepada peserta ditentukan dengan rumus manfaat pensiun yang telah ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun. Rumus tersebut dipengaruhi oleh masa kerja, faktor penghargaan per tahun masa kerja dan penghasilan dasar pensiun. Sedangkan pada PPIP, seluruh iuran serta pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun. Jumlah yang diterima oleh peserta pada saat pensiun tergantung pada jumlah iuran dari pemberi kerja, atau iuran peserta dan pemberi kerja atau iuran peserta, dan hasil usaha (Laporan Tahunan 2011 Dana Pensiun Bapepam). Sejak tahun 1992 sampai dengan akhir tahun 2012, tercatat sebanyak 419 (empat ratus sembilan belas) Dana Pensiun yang telah memperoleh pengesahan dari Menteri Keuangan. Namun demikian, jumlah Dana Pensiun yang masih beroperasi per 31 Desember 2012 sebanyak 269 (dua ratus enam puluh sembilan) Dana Pensiun, yaitu terdiri atas 244 (dua ratus empat puluh empat) DPPK, baik yang menyelenggarakan PPMP maupun PPIP, dan 25 (dua puluh lima) DPLK. Secara total, jumlah tersebut mengalami penurunan 1 (satu) Dana Pensiun dibandingkan jumlah tahun sebelumnya. Hal itu terjadi karena terdapat 3 (tiga) pendirian Dana Pensiun yang baru dan 4 (empat) pembubaran Dana Pensiun pada tahun 2012 (Data Statistik OJK 2012 Industri Keuangan Non Bank).

15 3 Tabel 1.1 Dana Pensiun JENIS DANA PENSIUN Akumulasi Pendirian Dana Pensiun DPPK PPMP DPPK PPIP DPLK JUMLAH Akumulasi Pembubaran Dana Pensiun DPPK PPMP DPPK PPIP DPLK JUMLAH Akumulasi Peralihan Program Dana Pensiun DPPK PPMP ke DPPK PPIP Akumulasi Dana Pensiun yang Masih Tercatat DPPK PPMP DPPK PPIP DPLK JUMLAH Sumber : Laporan Tahunan Bapepam 2012 Salah satu contoh perusahaan yang menyelenggarakan dana pensiun dengan program manfaat pasti yakni Dana Pensiun Angkasa Pura I (DAPENRA). Dana Pensiun Angkasa Pura I (DAPENRA) adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. DAPENRA merupakan Dana Pensiun Pemberi Kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) untuk kepentingan sebagian atau seluruh karyawan PT. Angkasa Pura I (Persero) sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja, dalam hal ini yaitu PT. Angkasa Pura I. Pengertian DPPK menurut PSAK 24 yaitu suatu dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan program pensiun bagi kepentingan karyawan, yang menimbulkan kewajiban bagi pemberi kerja. Sumber dana DAPENRA berasal

16 4 dari Iuran Pendiri, Iuran Peserta dan hasil pengembangan kekayaannya.. Dalam PPMP, iuran normal dapat berasal dari pemberi kerja dan juga dari karyawan nya. Pada DAPENRA, iuran yang berasal dari pemberi kerja besarnya dihitung berdasarkan perhitungan aktuaris dan untuk iuran yang berasal dari karyawan sebesar 6% dari penghasilannya per bulan (Laporan Tahunan 2010 DAPENRA). Dalam tugas karya akhir ini, penulis menggunakan Dana Pensiun Angkasa Pura I (DAPENRA) sebagai objek dalam penelitian ini karena DAPENRA merupakan salah satu dana pensiun BUMN yang termuda yaitu berdiri tahun 1998 namun dalam sepuluh tahun mampu memiliki kekayaan diatas Rp 400 milyar (Laporan tahunan 2008 BAPEPAM). Oleh karena itu penulis tertarik untuk memilih DAPENRA sebagai objek penelitian dalam tugas karya akhir ini. Program pensiun pada intinya menjanjikan pemberian manfaat pensiun kepada para karyawan atau pesertanya yang dapat diartikan sebagai timbulnya sebuah kewajiban pembayaran bagi perusahaan yang menyelenggarakan dana pensiun. Sebagai sebuah janji pembayaran, setiap saat kewajiban tersebut sejak semula harus dapat diyakini akan dapat terlaksana, dan oleh karena itu harus didukung oleh tersedia dan terhimpunnya dana yang cukup. Manfaat pensiun yang telah dijanjikan diyakini akan dapat dibayarkan dengan baik. Ketersediaan dan kecukupan dana guna pembiayaan program pensiun tersebut tentu saja menjadi konsekuensi dan tanggung jawab dari Pemberi Kerja, yang telah memutuskan untuk membentuk program pensiun bagi karyawannya. Aspek penting lainnya dalam penyelenggaraan Dana Pensiun, yaitu pendanaan, yang umumnya berasal dari iuran maupun hasil pengembangannya. Iuran tersebut dapat dilakukan oleh pemberi kerja sendiri atau bersama-sama antara pemberi kerja dan peserta (Statistik 2012 Industri Keuangan Non Bank, OJK). Sebuah program pensiun harus dikelola berdasarkan sebuah sistem pendanaan yang khusus, yang berupa adanya perhitungan yang tepat atas jumlah kewajiban manfaat pensiun dan tersedianya kekayaan yang setiap saat harus diperhitungkan cukup untuk menunjang dan mencukupi kewajiban tersebut.

17 5 Pendanaan dana pensiun berbeda dengan pendanaan perusahaan pada umumnya. Pendanaan perusahaan pada umumnya digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan baik yang bersifat operasional maupun non operasional. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat berasal dari dalam perusahaan (modal sendiri) maupun luar perusahaan (modal asing). Pendanaan yang berasal dari dalam perusahaan berupa laba ditahan dan pendanaan dari luar perusahaan berupa hutang dan saham (Brigham dan Houston, 2001). Sedangkan pendanaan pada dana pensiun seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pendanaan umumnya berasal dari iuran maupun hasil pengembangannya serta kewajiban dan kekayaan dana pensiun bebas dari semua tuntutan yang mungkin timbul terhadap kewajiban dan kekayaan pemberi kerja atau pihak lain, dan bebas dari akibat buruk yang mungkin dialami dan berlaku terhadap kewajiban dan kekayaan pemberi kerja dan pihak lain. Pendanaan dana pensiun adalah kemampuan dana pensiun dalam memenuhi kewajibannya kepada peserta dan kemampuan pemberi kerja dalam mendanai program pensiunnya. Dalam DPPK PPMP, posisi pendanaan dana pensiun dipengaruhi oleh besarnya kewajiban solvabilitas, kewajiban aktuaria dan kekayaan untuk pendanaan serta dilihat dari kualitas pendanaan dana pensiun tersebut yang dapat dilihat dari rasio pendanaan nya. Rasio Pendanaan adalah hasil bagi Kekayaan Untuk Pendanaan dengan Kewajiban Aktuaria (Statistik 2012 & Direktori 2013 Industri Keuangan Non Bank). Menurut Kadarisman (2003;10), rasio pendanaan adalah suatu rasio keuangan yang menunjukan kemampuan Dana Pensiun untuk memenuhi kewajibannya membayar Manfaat Pensiun untuk pesertanya. Mengingat pentingnya kemampuan Dana Pensiun dalam memenuhi kewajibannya maka diperlukan alat yang dapat membantu memperlihatkan bagaimana kondisi Dana Pensiun untuk memenuhi kewajibannya, yakni rasio pendanaan. Dengan kondisi Dana Pensiun yang optimal maka tentu saja Dana Pensiun pasti mampu untuk membayar kewajiban nya dalam membayar Manfaat Pensiun peserta. Berdasarkan fenomena diatas, maka dalam tugas karya akhir ini penulis tertarik untuk menganalisis rasio pendanaan dari Dana Pensiun Angkasa

18 6 Pura I (DAPENRA) dari periode tahun dan menggunakan Dana Pensiun PLN (DPPLN) sebagai benchmark dalam penelitian ini, karena DPPLN merupakan salah satu Dana Pensiun yang paling bagus kinerjanya dilihat dari hasil investasi yang diperoleh DPPLN (Laporan Tahunan Bapepam 2008). 1.2 Perumusan Masalah Pendanaan program pensiun manfaat pasti (PPMP) pemberi kerja merupakan program pensiun yang berjanji akan memberikan suatu jumlah pembayaran tertentu kepada karyawan atau ahli warisnya, sementara risiko pendanaan yang terjadi berada pada pemberi kerja. Untuk itu diperlukan upaya pemupukan dana, agar pendanaan untuk pembayaran manfaat pensiun di masa purna bakti dapat terlaksana. Oleh karena itu, kondisi dana yang tersedia untuk memenuhi kewajiban dana pensiun harus terus diupayakan. Perhitungan pendanaan PPMP dilakukan oleh aktuaris untuk menghitung kecukupan pendanaan dari dana pensiun. Dalam dana pensiun, terdapat rasio pendanaan yang digunakan untuk memperlihatkan kondisi dana pensiun dalam memenuhi kewajibannya membayar manfaat pensiun, yaitu apakah rasio berada pada kualitas pendanaan tingkat satu dimana kondisi dana pensiun berada dalam kondisi dana terpenuhi, atau berada pada kondisi tingkat dua dimana kekayaan untuk pendanaan kurang dari kewajiban aktuaria nya namun tidak kurang dari kewajiban solvabilitasnya dan atau berada pada kondisi tingkat ketiga yaitu kekayaan untuk pendanaan kurang dari kewajiban solvabilitas. Sehingga dengan menggunakan rasio pendanaan ini, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam Tugas Karya Akhir ini menjadi Bagaimana rasio pendanaan DAPENRA selama periode 2008 hingga 2012? 1.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan uraian perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian Tugas Karya Akhir ini adalah untuk menjelaskan Rasio Pendanaan pada Program Pensiun Manfaat Pasti Dana Pensiun Angkasa Pura I selama periode 5 tahun yaitu dari tahun 2008 hingga 2012 sehingga kemudian dapat

19 7 diketahui kondisi pendanaan Dana Pensiun Angkasa Pura I (DAPENRA) berada pada tingkat pendanaan I, II atau III. 1.4 Metode Penelitian Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2006:12) penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menguakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya. Dalam penelitian ini dibutuhkan data yang sesuai dengan masalah serta tujuan penelitian yang ada, sehingga dari data yang dikumpulkan dapat dilakukan analisa dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena dalam penelitian digunakan data-data berupa angka-angka yang terdapat di dalam laporan keuangan yaitu laporan aktiva bersih, laporan perubahan aktiva bersih dan neraca untuk mendapatkan rasio pendanaan dan rasio solvabilitas dari DAPENRA untuk tahun Jenis penelitian nya yaitu deskriptif yang merupakan dasar bagi semua penelitian. Penelitian desktiptif dapat dilakukan secara kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik. (Sulistyo- Basuki, 2006) Populasi dan Sampel Menurut Margono (2004: 118), populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan DAPENRA tahun , karena dalam menghitung rasio pendanaan diperlukan laporan keuangan sebagai data-datanya. Sampel menurut Margono (2004: 121) adalah sebagai bagian dari populasi. Sampel penelitian ini adalah laporan aktiva bersih, laporan perubahan aktiva bersih dan neraca keuangan DAPENRA tahun Untuk rasio pendanaan untuk mendapatkan kekayaan untuk pendanaan dan kewajiban aktuarianya terdapat pada ketiga laporan keuangan di atas yaitu laporan aktiva bersih, laporan perubahan aktiva bersih dan neraca keuangan.

20 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data terhadap data sekunder yang dilakukan dalam menyusun tugas karya akhir ini adalah: 1. Studi Kepustakaan Dalam melakukan studi kepustakaan, peneliti membaca literature yang berhubungan dengan penelitian ini, diantaranya laporan keuangan tahunan DAPENRA periode , jurnal, artikel, buku dan peraturan tentang dana pensiun Teknik Analisis Data Data-data yang dianalisis berupa laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca, laporan aktiva bersih dan laporan perubahan aktiva bersih selama periode 5 tahun yaitu 2008, 2009, 2010, 2011 dan Penulis menggunakan analisis data sebagai berikut: a. Analisis Time Series Merupakan metode teknik analisis dengan cara membandingkan rasiorasio keuangan dalam laporan keuangan pada jangka waktu tertentu. b. Analisis Rasio Merupakan metode analisis dengan menggunakan hubungan antara angka-angka yang ditemukan dalam laporan keuangan. Laporan keuangannya adalah neraca, laporan aktiva bersih dan laporan perubahan aktiva bersih. Analisis rasio yang digunakan adalah analisis rasio pendanaan yaitu rasio keuangan yang menunjukan kemampuan Dana Pensiun untuk memenuhi kewajibannya membayar Manfaat Pensiun untuk Pesertanya. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan tugas karya akhir ini dibagi menjadi empat bab, yaitu: BAB 1: PENDAHULUAN

21 9 Pada bab ini merupakan bagian dari pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penelitian serta pokok permasalahan yang akan dibahas, selain itu bab ini juga menggambarkan sistematika penulisan dengan merumuskan beberapa hal pokok seperti tujuan dilakukannya penelitian ini serta menggambarkan penelitian dengan berisikan pendekatan yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini, tipe penelitian ini, dan teknik pengumpulan data dan metode penelitian yang diguna BAB 2: KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi hasil tinjauan pustaka mengenai penelitian terdahulu yang membandingkan penelitian ini dengan penelitian lainnya, serta teori-teori yang akan digunakan dalam melakukan penelitian. BAB 3: PEMBAHASAN Pada bab ini berisikan hasil data dalam melakukan penelitian serta pembahasan masalah dengan menganalisa data yang di dapat peneliti menggunakan teori yang peneliti pakai dalam penelitian ini. BAB 4: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi mengenai kesimpulan yang di dapat peneliti setelah melakukan rangkaian penelitian dari awal sampai akhir. Serta saran yang dapat diberikan kepada penelitian selanjutnya.

22 BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1. Pensiun Pensiun merupakan tugas perkembangan utama individu pada masa usia dewasa akhir (65 tahun dan lebih) dan tahapan terakhir dalam siklus pekerjaan. Terdapat beberapa pakar yang memberikan definisi pensiun, salah satunya adalah Kim dan Moen (Papilia, 2003:659) yang menyatakan pensiun sebagai a phased phenomenon, involving multiple transition out of and into paid and unpaid work. Berbeda dengan definisi pensiun menurut Turner dan Helms (1995: 622), menurut mereka pensiun dikatakan sebagai the end of formal work and the beginning of a new role in life, one that involves behavioral expectations and a redefinition of self. Dari definisi pensiun menurut Turner dan Helms terlihat bahwa individu yang mengalami pensiun adalah ia yang masa kerja formalnya telah berakhir. Akan tetapi menurut Schulz (1999) mengatakan bahwa masa pensiun tidak harus berarti individu benar-benar lepas dari dunia kerja. Beberapa individu yang pensiun ada yang memilih untuk bekerja paruh waktu atau memilih melakukan pekerjaan lain yang sesuai dengan kemampuannya. Kemudian pengertian pensiun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 850) terdapat dua pengertian pensiun, yang pertama pensiun merupakan suatu keadaan tidak bekerja lagi karena masa kerjanya telah selesai. Pengertian yang kedua menyatakan bahwa pensiun merupakan uang tunjangan yang diterima tiap-tiap bulan oleh karyawan sesudah ia berhenti bekerja atau oleh istri (suami) dan anak-anaknya yang belum dewasa kalau ia meninggal dunia. Dari beberapa pengertian mengenai pensiun diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pensiun merupakan masa ketika telah berakhirnya masa kerja pekerjaan formal seseorang dan menerima uang tunjangan secara berkala untuk membantu masa-masa tua karyawan tersebut. 10

23 11 Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan individu untuk pensiun. Faktor tersebut menurut Smolak (1993) bisa berasal dari individu itu sendiri dan institusi. Faktor individual yang mempengaruhi keputusan untuk pensiun mencakup sumber keuangan, status kesehatan, sikap terhadap pekerjaan dan pensiun, dan dukungan sosial. Sementara faktor institusi mencakup kondisi dan kebijakan perusahaan tempat individu bekerja, regulasi kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi, dan nilai sosial yang berlaku. Faktor institusi berupa regulasi kebijakan pemerintah inilah yang menjadi alasan sebagian besar individu yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus pensiun di usia 56 tahun Dana Pensiun Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun (selanjutnya disebut UU Dana Pensiun), industri Dana Pensiun terus tumbuh dan menunjukan perannya dalam perekonomian Indonesia. Indikator pertumbuhan industri Dana Pensiun diantaranya dapat terlihat dari pertumbuhan aset, investasi dan peserta yang terus bertambah. Sepanjang 20 tahun ini, pemerintah terus berupaya untuk menumbuhkan industri Dana Pensiun, antara lain melalui penyusunan dan penyempurnaan berbagai peraturan, kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, serta pemberian fasilitas perpajakan (Statistik 2012 & Direktori 2013 Industri Keuangan Non Bank). Berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 1992, Dana Pensiun merupakan badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya, janda atau duda, atau anak, yang dikaitkan dengan dana pencapaian usia tertentu dengan memiliki status sebagai badan hukum serta memulai kegiatan sejak tanggal pengesahan Menteri Keuangan. Berdasarkan definisi tersebut dana pensiun merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola program pensiun yang dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan terutama yang telah pensiun (Zulaini Wahab, 2001) Pengertian lain menurut Suharsono Dana Pensiun adalah sebuah bentuk Tabungan Jangka Panjang para karyawan, yang akan dinikmati hasilnya setelah karyawan yang bersangkutan pensiun. Dengan demikian akan tercipta kesinambungan penghasilan hari tua, yang akan menimbulkan ketenteraman kerja,

24 12 sehingga akan meningkatkan motivasi kerja karyawan yang merupakan iklim kondusif bagi peningkatan produktifitas ( Dana Pensiun: Bukan Semata-mata Lembaga Investor, n.d). Dari definisi-definisi tersebut terlihat bahwa dana pensiun merupakan dana yang sengaja dihimpun secara khusus dengan tujuan untuk memberikan manfaat kepada karyawan pada saat mencapai usia pensiun, meninggal dunia atau cacat. Dana yang terhimpun ini dikelola dalam suatu lembaga yang disebut trust sedangkan pengelolanya disebut trustee atau dapat juga dilakukan oleh perusahaan asuransi atau badan lain yang dibentuk secara khusus untuk mengelola dana tersebut Maksud dan Tujuan Dana Pensiun Menurut Wahab, maksud dan tujuan dibentuknya Dana Pensiun dapat dilihat dari beberapa sisi (Zulaini Wahab, 2001): 1. Sisi Pemberi Kerja Dana Pensiun merupakan suatu usaha yang menarik atau mempertahankan karyawan memiliki potensi cerdas, terampil, dan produktif yang diharapkan dapat meningkatkan atau mengembangkan perusahaan, disamping sbagai tanggung jawab moral dan sosial pemberi kerja kepada karyawan dan keluarganya pada saat karyawan tidak lagi mampu bekerja atau pensiun atau meninggal dunia. 2. Sisi Karyawan Dana Pensiun merupakan suatu lembaga yang dapat memberikan rasa aman terhadap masa yang akan datang dalam arti tetap mempunyai penghasilan pada saat memasuki masa pensiun. 3. Sisi Pemerintah Dengan adanya Dana Pensiun bagi karyawan akan mengurangi kerawanan sosial. Kondisi tersebut merupakan unsure yang sangat penting dalam menciptakan kestabilan ekonomi Negara. Maka dapat disimpulkan bahwa maksud dan tujuan dari dibentuknya Dana Pensiun adalah untuk memberikan kesinambungan

25 13 hidup yang berkelanjutan bagi peserta pada masa tua atau saat tidak produktif lagi dalam bekerja dan juga bagi pemberi kerja dapat meningkatkan kinerja pegawainya yang berkompeten agar tetep mengabdi pada perusahaan Asas-asas Dana Pensiun Undang-undang No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun yang merupakan landasan hukum pembentukan Dana Pensiun dan penyelenggaraan Program Pensiun menetapkan adanya 5 (lima) asas-asas Dana Pensiun, yang pada dasarnya merupakan penegasan tentang keberadaan dan peranan Dana Pensiun. Kelima asas dana pensiun tersebut adalah (Pedoman/Kebijakan Aktuaria dan Pendanaan, ADPI): 1. Penyelenggaraan yang dilakukan dengan sistem pendanaan Dengan asas ini, penyelenggaraan program pensiun, baik bagi karyawan, maupun bagi pekerja mandiri, harus dilakukan dengan pemupukan dana yang dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri sehingga cukup untuk memenuhi pembayaran hak peserta. Pemupukan dana tersebut bersumber dari iuran dan hasil pengembangannya. Oleh karena itu, pembentukan cadangan pensiun dalam perusahaan untuk membiayai pembayaran manfaat pensiun tidak diperkenankan. 2. Pemisahan kekayaan dana pensiun dari kekayaan pendiri Asas ini didukung oleh adanya badan hukum tersendiri bagi Dana Pensiun, dan diurus serta dikelola berdasarkkan ketentuan Undangundang. Berdasarkan asas ini kekayaan Dana Pensiun yang terutama bersumber dari iuran, terlindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat terjadi pada pendirinya. 3. Penundaan manfaat Penghimpunan dana dalam penyelenggaraan program pensiun dimaksudkan untuk memenuhi pembayaran hak peserta yang telah pensiun agar kesinambungan penghasilan terpelihara. Sejalan dengan itu, berlaku asas penundaan manfaat yang mengharuskan pembayaran

26 14 hak peserta hanya dapat dilakukan setelah peserta memasuki masa pensiun dan dapat diberikan secara berkala. 4. Pembinaan dan pengawasan Pengelolaan dan penggunaan kekayaan dana pensiun harus dihindarkan dari pengaruh kepentingan-kepentingan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya maksud utama dari pemupukan dana, yaitu memenuhi kewajiban pembayaran hak peserta. Di samping pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Dana Pensiun Departemen Keuangan dan pelaksanaan sistem pelaporan, pengawasan dilakukan pula melalui kewajiban para pengelola dana pensiun untuk memberikan informasi kepada para pesertanya. 5. Kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk Dana Pensiun. Berdasarkan asas ini keputusan membentuk Dana Pensiun merupakan prakarsa pemberi kerja untuk menjanjikan manfaat pensiun bagi karyawannya, yang membawa konsekuensi pendanaan. Dengan demikian prakarsa tersebut harus didasarkan pada kemampuan keuangan pemberi kerja. Hal pokok yang harus selalu menjadi perhatian utama adalah bahwa keputusan untuk menjanjikan manfaat pensiun merupakan suatu komitmen yang membawa konsekuensi pembiayaan, bahkan sampai pada saat Dana Pensiun terpaksa dibubarkan. Kelima Asas Dana Pensiun tersebut memberikan penegasan, bahwa Dana Pensiun harus mengelola kegiatan Pendanaan dengan sebaikbaiknya, dalam arti mengelola dan mengembangkan dana yang terhimpun, dengan tujuan utama untuk dapat melakukan pembayaran Manfaat Pensiun dengan sebaik-baiknya. Kecukupan dana tersebut menjadi tanggung jawab Pendiri, dan setiap kekurangan dana (defisit) dari jumlah kewajiban, harus disetor dan dipenuhi oleh Pendiri melalui pembayaran angsuran yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan RI.

27 15 Semua kegiatan itu harus dilaksanakan dengan aman, hati-hati dan dengan pengawasan serta pembinaan yang ketat, sehingga terhindar dari risiko kerugian dan berkurangnya dana yang seharusnya dikembangkan sehingga akhirnya mencukupi untuk pembayaran Manfaat Pensiun (Pedoman/Kebijakan Aktuaria dan Pendanaan, ADPI) Jenis Dana Pensiun Dalam Undang-Undang dana pensiun, lembaga pengelola dana pensiun dibedakan dalam dua jenis, yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Pembedaan kedua jenis lembaga pengelola dana pensiun ini didasarkan pada penyelenggaraannya atau pihak yang mendirikan ((Pedoman/Kebijakan Aktuaria dan Pendanaan, ADPI). 1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) DPPK dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, untuk menyelenggarakan program pensiun. Dari pengertian di tersebut, jelas bahwa DPPK merupakan dana pensiun yang didirikan oleh perusahaan maupun perorangan yang memiliki karyawan. Perlu dijelaskan bahwa pendirian dan penyelenggaraan program pensiun melalui dana pensiun oleh pemberi kerja sifatnya tidak wajib. Akan tetapi, mengingat dampak dan peranan yang positif dari program dana pensiun kepada para karyawan, pemerintah sangat menganjurkan kepada setiap pemberi kerja untuk mendirikan dana pensiun. Dana pensiun pemberi kerja dapat menyelenggarakan, baik program pensiun manfaat pasti, maupun program pensiun iuran pasti. Pemilihan jenis program pensiun didasarkan pada kemampuan pemberi kerja terhadap dana pensiun. Dengan mendirikan dana pensiun, timbul kewajiban dari perusahaan untuk menggiur sejumlah uang kepada dana pensiun. Mengingat adanya perbedaan mendasar diantara kedua jenis program pensiun ini yang tentunya menimbulkan konsekuensi yang berbeda pula, sebelumnya pemberi kerja harus

28 16 mempertimbangkan semuanya ini dengan seksama. Begitu mendirikan dana pensiun, pemberi kerja terikat dan tidak dapat menarik kembali keinginan tersebut. Dana pensiun pemberi kerja dibentuk oleh oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri dan untuk menyelenggarakan sebagian atau seluruh karyawan sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja. 2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Dana pensiun lembaga keuangan adalah dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan program pensiun iuran pasti bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari dana pensiun pemberi pekerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan. Pihak yang diperkenankan untuk mendirikan dana pensiun hanyalah bank umum dan perusahaan asuransi jiwa. Oleh karena itu, bank umum dan perusahaan asuransi jiwa dapat menyelenggarakan dua jenis dana pensiun, yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan. DPLK dibentuk secara terpisah dari bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan dan terpisah pula dari dana pensiun pemberi kerja yang mungkin didirikan oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa tersebut. Sebagaimana diketahui, bank atau perusahaan asuransi jiwa dalam kapasitasnya sebagai pemberi kerja karyawannya, juga dapat memberikan dana pensiun pemberi kerja. Dana pensiun lembaga keuangan hanya dapat menjalankan program pensiun iuran pasti. Program ini terutama diperuntukkan bagi para pekerja mandiri atau perorangan mislanya dokter, pengacara, pengusaha yang bukan merupakan karyawan dari lembaga atau orang lain. Di samping kedua jenis dana pensiun (lembaga pengelola pensiun) di atas, ada juga jenis dari program pensiun itu sendiri. Program pensiun tersebut yang umumnya digunakan di perusahaan

29 17 swasta dan perusahaan milik negara maupun bagi karyawan pemerintah terdiri atas dua jenis, yaitu sebagai berikut. 1. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) Menurut Zulaini Wahab (2001:190) Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) adalah program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun atau program pensiun lain yang bukan merupakan Program Pensiun Iuran Pasti. Dalam Program Pensiun Manfaat Pasti, manfaat (benefit) sebagai sasaran telah ditetapkan. Menurut perhitungan yang dilakukan aktuaris, setelah penetapan besarnya iuran peserta (karyawan), maka kewajiban pemberi kerja adalah memenuhi kebutuhan dana yang diperlukan untuk pemenuhan kewajiban dana pensiun kepada pesertanya menurut Peraturan Pensiun. Besarnya kontribusi yang harus dilakukan perusahaan pada setiap periode dihitung berdasarkan suatu rumus tertentu dengan memasukkan faktorfaktor seperti, tingkat inflasi, masa kerja, kenaikan gaji, tingkat pengembalian investasi, penyesuaian biaya hidup, perkiraan usia karyawan, tingkat perputaran karyawan, mortalitas, ketidakmampuan, pensiunan yang dipercepat, biaya-biaya, dan lainlain. Perhitungan dalam program ini biasanya kompleks dan dilakukan berdasarkan asumsi-asumsi tentang berbagai faktor tersebut diatas. Menurut Jonni Manurung dan Ferdinand D. Saragih (2003:182), defined-benefit plan atau program pensiun manfaat pasti merupakan program pensiun dengan janji manfaat khusus dari rencana jika mereka pensiun. Defined-benefit plan membebani pekerja untuk menyediakan dana dan menjamin pembayaran dikemudian hari. Jika dana perusahaan cukup, maka rencana disebut fully funded, lebih dari cukup disebut overfunded, dan kurang dari cukup disebut underfunded.

30 18 2. Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) Dalam Program Pensiun Iuran Pasti, jumlah yang diterima oleh Peserta pada saat pensiun tergantung pada jumlah iuran dari Pemberi Kerja, atau Peserta dan Pemberi Kerja, dan hasil usaha. Kewajiban dari pemberi kerja adalah membayar iuran sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun. Menurut Zulaini Wahab (2001:5), Program Pensiun Iuran Pasti adalah program pensiun yang iurannya telah dittetapkan dalam peraturan dana pensiun sedangkan besar manfaat pensiun tergantung dari besarnya akumulasi iuran dan hasil pengembangannya sampai seorang peserta berhenti bekerja yang kemudian harus dibelikan anuitas dari perusahaan asuransi jiwa. Sedangkan menurut Jonni Manurung dan Ferdinand D. Saragih (2003:182), program pensiun iuran pasti atau definecontribution plans merupakan rencana pensiun dengan spesifikasi pada besar kontribusi terhadap dana. Manfaat pensiun sangat bergantung pada pendapatan dari pengumpulan dana. Biasanya perusahaan membebankan persentase tetap dari gaji tenaga kerja yang dibayar setiap periode. Define-contribution plans menjadi terkenal karena beban tenaga kerja lebih rendah dari definedbenefit plan. Hal ini mengurangi kewajiban tenaga kerja. Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dengan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Perbedaan tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek (Zulaini Wahab: 2001), yaitu: a. Aspek Manfaat Pensiun Pada Dana Pensiun Pemberi Kerja Program Pensiun Manfaat Pasti (DPPK - PPMP) ada kepastian besarnya Manfaat Pensiun berdasarkan rumus yang telah ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun sedangkan pada Dana Pensiun Pemberi Kerja Program Pensiun Iuran Pasti (DPPK PPIP) tidak ada

31 19 kepastian, tergantung dari akumulasi iuran dan hasil pengembangan. b. Aspek Iuran Pasti Pada Dana Pensiun Pemberi Kerja Program Pensiun Manfaat Pasti (DPPK - PPMP) besar iuran Pemberi Kerja tidak pasti, bergantung pada kecukupan dana untuk memenuhi kewajiban pembayaran Manfaat Pensiun berdasarkan perhitungan aktuaria. Besar Iuran Peserta (apabila ada) sudah pasti dan telah ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun. c. Aspek Hutang Kerja Masa Lalu Pada Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP), Past Service Liability (PSL) pada umumnya diakui oleh Pemberi Kerja dan pendanaannya menjadi tanggung jawab Pemberi Kerja, sedangkan pada Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP), Past Service Liability (PSL) tidak diakui. d. Aspek Kebijaksanaan Investasi Pada Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP), arahan investasi ditetapkan Pendiri, sedangkan pada Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) oleh Pendiri dan Dewan Pengawas. e. Aspek Risiko Investasi Pada Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) risiko menjadi tanggung jawab Pendiri, sedangkan pada Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) menjadi tanggung jawab peserta. f. Aspek Perhitungan Aktuaria Pada Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) mutlak diperlukan sejak awal pembentukan dan secara reguler untuk menghitung besarnya iuran dan valuasi dana, sedangkan pada Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) tidak memerlukan perhitungan aktuaria g. Aspek Pembayaran Manfaat Pensiun Pada Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dilaksanakan oleh Dana Pensiun sendiri atau dialihkan ke perusahaan Asuransi

32 20 Jiwa dengan membeli Anuitas, sedang Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) mutlak harus dialihkan ke Perusahaan Asuransi Jiwa dengan pembelian Anuitas tersebut dipilih oleh Peserta. h. Aspek Hubungan Antara Pemberi Kerja dengan Pensiunan Pada Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) hubungan masih tetap terjalin, sedang pada Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) hubungan terputus Pendanaan Dana Pensiun Pendanaan adalah suatu proses pemupukan dana yang dilakukan dalam rangka memenuhi suatu kewajiban. Kewajiban Dana Pensiun adalah memberikan kesinambungan penghasilan bagi pesertanya pada saat purna bakti atau disebut manfaat pensiun. Dengan skema pendanaan, suatu program pensiun dimungkinkan untuk membentuk suatu akumulasi dana yang dibutuhkan guna memelihara kesinambungan penghasilan peserta program pensiun di hari tua (Laporan Tahunan 2011 Dana Pensiun BAPEPAM). Pemenuhan kewajiban pendanaan ini dapat dilakukan oleh pemberi kerja saja atau oleh pemberi kerja dan karyawan. Jika pemberi kerja mengikutsertakan partisipasi karyawan dalam pemenuhan kewajiban pendanaan tersebut, maka hal itu disebut contributory system. Sebaliknya, jika kewajiban tersebut ditanggung sepenuhnya oleh pemberi kerja tanpa mengikutsertakan partisipasi dari karyawan, maka hal itu disebut non-contributory system. Kondisi pendanaan bagi DPPK PPMP merupakan tanggung jawab pemberi kerja. Oleh karena itu, risiko keuangan tetap berada pada pemberi kerja. Sementara untuk DPPK PPIP, risiko keuangan pada pendanaan merupakan tanggung jawab peserta dan sangat bergantung pada periode waktu pemupukan dana dan pilihan jenis investasinya. DPPK PPMP dapat dikatakan dalam keadaan dana terpenuhi, apabila jumlah asetnya telah mencukupi untuk memenuhi liabilitasnya. Apabila aset tersebut kurang dari liabilitasnya, pemberi kerja mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran sejumlah dana tambahan guna tercapainya keadaan dana

33 21 terpenuhi. Berbeda dengan DPPK PPMP, DPPK PPIP dikatakan dalam keadaan dana terpenuhi apabila iuran bulanan yang jatuh tempo telah disetorkan dengan tepat jumlah ke DPPK PPIP (Statistik 2012 & Direktori 2013 Industri Keuangan Non Bank, OJK) Pengertian Rasio Pengertian rasio menurut Syahrul dan Adfi (2000:693), adalah Hubungan antara suatu jumlah terhadap jumlah lain. Sedangkan pengertian Rasio menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:933) adalah : Hubungan taraf atau bilangan antara 2 (dua) hal yang mirip, perbandingan antara berbagai gejala yang dinyatakan dengan angka. Dari definisi-definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain agar dapat mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan, hasil operasi dan prospek pertumbuhan Rasio Pendanaan Menurut Kadarisman (2003:10), rasio pendanaan atau rasio kecukupan dana adalah Rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan Dana Pensiun untuk memenuhi kewajibannya membayar Manfaat Pensiun untuk pesertanya. Sedangkan pengertian rasio pendanaan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.510/KMK.06/2002 pasal 1 ayat 10 adalah: Rasio Pendanaan (RP) adalah hasil bagi antara nilai kekayaan Dana Pensiun untuk pendanaan dengan nilai Kewajiban Aktuaria Dana Pensiun. Dari dua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Rasio Pendanaan merupakan alat ukur kemampuan Dana Pensiun dalam memenuhi kewajibannya yang didapat dari hasil perbandingan antara kekayaan untuk Pendanaan dan Kewajiban Aktuaria. Untuk menghitung besarnya rasio pendanaan, digunakan rumus :

34 22 Rasio pendanaan digunakan sebagai alat ukur kemampuan Dana Pensiun dalam memenuhi kewajibannya, Ketentuan Menteri terkait pendanaan menetapkan bahwa jika nilai Rasio Pendanaan telah mencapai 120% atau lebih, maka kelebihan kekayaan (surplus) yang dimiliki oleh Dana Pensiun wajib digunakan oleh pemberi kerja sebagai iuran normal (Pedoman/Kebijakan Aktuaria dan Pendanaan, ADPI) Kekayaan untuk Pendanaan Kekayaan untuk pendanaan adalah kekayaan Dana Pensiun yang diperhitungkan untuk menentukan kualitas pendanaan Dana Pensiun. UU Dana Pensiun telah menetapkan kepada Dana Pensiun yang berskema PPMP bahwa kekayaan Dana Pensiun yang dapat dipergunakan dalam perhitungan pendanaan adalah berupa kekayaan bersih Dana Pensiun dikurangi dengan (Pedoman/Kebijakan Aktuaria dan Pendanaan, ADPI): a. Kekayaan dalam sengketa pengadilan; b. Iuran, yang sampai dengan tanggal perhitungan aktuaria belum disetor ke Dana Pensiun lebih dari 3 bulan sejak tanggal jatuh tempo; c. Kekayaan yang ditempatkan di luar negeri; d. Kekayaan yang dikategorikan sebagai piutang lain-lain dan aktiva lain-lain; e. Selisih lebih nilai investasi dari batasan investasi per pihak; f. Selisih lebih nilai investasi dari batasan per jenis untuk tanah, bangunan, serta tanah dan bangunan Kewajiban Aktuaria Untuk Dana Pensiun yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) diperlukan penilaian seorang aktuaris untuk mengetahui kebutuhan dana yang dihubungkan dengan perubahan obyektif yang terjadi antara lain pada mutasi Peserta, peraturan gaji, dan lain-lain. Demikian pula apabila pendiri melakukan perubahan peraturan Dana Pensiun yang mengakibatkan perubahan Manfaat Pensiun, maka laporan

35 23 aktuaris diperlukan pula untuk mengestimasi konsekuensi pendanaan yang timbul karena perubahan yang dimaksud. Dalam Pedoman/Kebijakan Aktuaria dan Pendanaan (ADPI, 2011) pengertian aktuaris menurut KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NO.510/KMK.06/2002 adalah aktuaris yang bekerja pada Perusahaan Konsultan Aktuaria yang telah memperoleh ijin usaha dari Menteri sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang usaha perasuransian. Definisi kewajiban aktuaria berdasarkan PSAK No.24, Kewajiban Aktuaria (Present Value of Accumulated Pension Benefit /Actuarial Present Value of Promised Retirement Benefit) adalah nilai sekarang pembayaran manfaat pensiun yang akan dilakukan Dana Pensiun kepada kayawan yang masih bekerja dan yang sudah pensiun, yang dihitung berdasarkan jasa yang telah diberikan. Sedangkan menurut KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NO.510/KMK.06/2002 Kewajiban Aktuaria adalah kewajiban Dana Pensiun yang dihitung berdasarkan anggapan bahwa Dana Pensiun terus berlangsung sampai dipenuhinya seluruh kewajiban kepada Peserta dan Pihak Yang Berhak. Dari dua definisi diatas mengenai kewajiban aktuaria dapat disimpulkan bahwa Kewajiban Aktuaria adalah nilai sekarang pembayaran Manfaat Pensiun yang akan dilakukan Dana Pensiun yang dihitung berdasarkan anggapan bahwa Dana Pensiun terus berlangsung sampai dipenuhinya seluruh kewajiban kepada Peserta dan Pihak yang Berhak berdasarkan jasa yang diberikan. Menurut Kadarisman (2003, 10) ada tiga kondisi dalam pengendalian Rasio Pendanaan di Dana Pensiun, yaitu: 1. Kondisi I : Rasio Pendanaan = 100% Kondisi ini merupakan kondisi dimana Rasio Pendanaan berada pada tingkat 100%, maksudnya jumlah Kekayaan untuk Pendanaan yang

36 24 dimiliki oleh Dana Pensiun sama besar dengan Kewajiban Aktuarianya. Kondisi ini memperlihatkan bahwa Dana Pensiun mengalami dana terpenuhi. Kondisi ini memberikan rasa aman kepada para Peserta karena pensiun terjamin 100%. 2. Kondisi II : Rasio Pendanaan > 100% Kondisi ini merupakan keadaan dimana Dana Pensiun mengalami surplus, karena jumlah Kekayaan untuk Pendanaan lebih besar dari jumlah Kewajiban Aktuaria. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.510/KMK.06/2002 pasal 17 ayat 3 dalam hal Dana Pensiun mengalami surplus yang besarnya surplus melebihi jumlah yang lebih besar di antara: a. Jumlah Kekayaan untuk Pendanaan lebih besar 20% dari Jumlah Kewajiban Aktuaria atau bisa disebutkan besarnya Rasio Pendanaan > 120%. b. Bagian Iuran Normal Pemberi Kerja ditambah 10% dari jumlah Kewajiban Aktuaria. Maka kelebihan surplus tersebut wajib diperhitungkan sebagai Iuran Normal Pemberi Kerja. 3. Kondisi III : Rasio Pendanaan < 100% Kondisi ini menunjukan keadaan yang tidak aman bagi Peserta, karena pensiun tidak terjamin 100%. Keadaan ini terjadi akibat besar Kekayaan untuk Pendanaan kurang dari Kewajiban Aktuaria. Keadaan ini juga dapat disebut keadaan defisit. Selisih besar kekurangan Kekayaan untuk Pendanaan terhadap Kewajiban Aktuaria tersebut harus dilunasi oleh Pendiri dengan mengeluarkan iuran tambahan. Dilihat dari tiga kondisi diatas, maka dapat diketahui bahwa kondisi II adalah kondisi Rasio Pendanaan terbaik, karena pada kondisi tersebut Peserta merasa aman karena pensiun nya terjamin 100%. Sedangkan bagi Pendiri, mereka tidak perlu mengeluarkan iuran tambahan karena Dana Pensiun tidak mengalami defisit.

37 25 Bila telah diketahui Rasio Pendanaan nya dan dibandingkan dengan ketiga kondisi Rasio Pendanaan, maka Dana Pensiun terutama yang PPMP dapat melihat berada dimanakah kondisi Rasio Pendanaannya atau dengan kata lain Dana Pensiun dapat mengetahui sampai dimanakah tingkat kemampuannya dalam memenuhi kewajibannya kepada peserta Dana Pensiun dengan melihat jumlah Rasio Pendanaan, Pendiri dapat mengetahui berapa besarnya jumlah Kekayaan untuk Pendanaan yang harus dimiliki Dana Pensiun agar kewajibannya dapat terpenuhi untuk membayar Manfaat Pensiun kepada Peserta. Sedangkan menurut KMK NOMOR 510/KMK.06/2002, dalam rasio pendanaan terdapat 3 (tiga) tingkat pendanaan untuk menilai kualitas dari pendanaaan suatu dana pensiun. Tingkat pendanaan Dana Pensiun merupakan gambaran kemampuan Dana Pensiun untuk membiayai kewajiban Dana Pensiun saat ini dan yang akan datang. Tiga kriteria tingkat pendanaan Dana Pensiun menurut KMK NOMOR 510/KMK.06/2002 yaitu (Statistik 2012 & Direktori 2013 Industri Keuangan Non Bank, OJK): 1. Tingkat Pertama, yaitu apabila dana pensiun berada dalam keadaan terpenuhi yaitu rasio nya diatas 100% 2. Tingkat Kedua, yaitu apabila kekayaan untuk pendanaan nya kurang dari kewajiban aktuaria dan tidak kurang dari kewajiban solvabilitasnya, atau dengan kata lain rasio pendanaan nya kurang dari 100% dan rasio solvabilitasnya diatas 100%. 3. Tingkat Ketiga, yaitu keadaan pendanaan dana pensiun apabila kekayaannya kurang dari kewajiban solvabilitas. Dengan kata lain baik rasio pendanaan maupun rasio solvabilitasnya dibawah 100% Tinjauan Literatur Penelitian terdahulu pertama yang dilakukan oleh Arjen Siegmann dalam jurnalnya yang berjudul Minimum Funding Ratios for Defined-Benefit Pension Funds tahun 2008 menemukan bahwa minimal rasio pendanaan yang pantas untuk dana pensiun dengan program manfaat pasti yaitu berada diantara 0.96 dan 1.20.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pensiun Pensiun sejauh ini dianggap sebagai ungkapan rasa terima kasih. Para pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara mereka sepanjang

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan-pendekatan yang menjelaskan pengertian tingkat kecukupan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan-pendekatan yang menjelaskan pengertian tingkat kecukupan dana BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Landasan Teori Bagian ini akan membahas lebih mendalam mengenai teori-teori dan pendekatan-pendekatan yang menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

Sedangkan pengertian Pensiun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003; 850) adalah :

Sedangkan pengertian Pensiun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003; 850) adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Pengertian pengaruh menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2002;849) yaitu Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,benda) yang ikut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang mendambakan hidup tenang, tenteram, bahagia dan sejahtera. Berbagai cara dilakukan untuk dapat memperolehnya. Hal yang biasa dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

Penjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN

Penjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN U M U M Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 tentang Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun disetujui dalam Rapat Komite

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Dana Pensiun Sesuai UU No. 11 tahun 1992, dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun Dalam PP No. 77 Tahun

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.05/2017 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN DENGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2005 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2005 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 510/ KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS

Lebih terperinci

Jakarta, 22 Maret 2017 Direktorat Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan IKNB

Jakarta, 22 Maret 2017 Direktorat Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan IKNB SOSIALISASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2017 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN Jakarta, 22 Maret 2017 Direktorat Pengaturan, Penelitian,

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

Sekilas tentang Dana Pensiun

Sekilas tentang Dana Pensiun Jakarta, 20 Agustus 2009 Yang terhormat, Para Peserta Dana Pensiun Seluruh Karyawan ABFI Institute Perbanas Di Jakarta Dalam rangka melaksanakan amanat dari Pemberi Kerja/Yayasan Pendidikan Perbanas untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Landasan Teori Dana Pensiun 1. Pengertian Dana Pensiun Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun disebutkan bahwa Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Artikel:

Daftar Pustaka. Artikel: Daftar Pustaka Artikel: Kadarisman. 1993. Pokok-pokok Pengelolaan Dana Pensiun Pemberi Kerja. Jakarta; Manajemen dan Usahawan Indonesia. Kasiyanto, MJ. 1993. Menggebrak Dana Pensiun di Indonesia. Jakarta;

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS POSISI PENDANAAN DANA PENSIUN TERHADAP KENAIKAN MANFAAT PENSIUN (STUDI KASUS DANA PENSIUN PLN TAHUN 2008) SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS POSISI PENDANAAN DANA PENSIUN TERHADAP KENAIKAN MANFAAT PENSIUN (STUDI KASUS DANA PENSIUN PLN TAHUN 2008) SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS POSISI PENDANAAN DANA PENSIUN TERHADAP KENAIKAN MANFAAT PENSIUN (STUDI KASUS DANA PENSIUN PLN TAHUN 2008) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG PRESIDEN NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pensiun atau Tunjangan Hari Tua merupakan dambaan setiap karyawan. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari siklus hidup manusia, yaitu siklus yang ditandai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN

NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 37, 1992 (ADMINISTRASI. Kesejahteraan. PENSIUN. Tenaga Kerja. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tabungan, Pensiun, Dana Pensiun. Tahun 1998 Pasal 1 (Ketentuan Umum) pengertian tabungan adalah sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tabungan, Pensiun, Dana Pensiun. Tahun 1998 Pasal 1 (Ketentuan Umum) pengertian tabungan adalah sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tabungan, Pensiun, Dana Pensiun Pengertian Tabungan menurut Undang-Undang tentang Perbankan No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 (Ketentuan Umum) pengertian tabungan adalah

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 18 AKUNTANSI DANA PENSIUN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 18 AKUNTANSI DANA PENSIUN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 18 AKUNTANSI DANA PENSIUN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN Dana Pensiun berperan sangat penting dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN 2011-2012 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Perusahaan Dana Pensiun Tahun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KMK.017/1995 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KMK.017/1995 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KMK.017/1995 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Program Pensiun

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun mengatur berbagai

Lebih terperinci

MENGENAL DANA PENSIUN

MENGENAL DANA PENSIUN MENGENAL DANA PENSIUN 1 I. Pengertian 1. Menurut UU No 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun a. Dana pensiun adalah badan hukum yang menyelenggarakan program pensiun, yaitu suatu program yang menjanjikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NOMOR : KP/085/DIR/R

KEPUTUSAN DIREKSI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NOMOR : KP/085/DIR/R KEPUTUSAN DIREKSI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NOMOR : KP/085/DIR/R PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DIREKSI PT. BANK NEGARA

Lebih terperinci

ADMINISTRASI. Kesejahteraan. PENSIUN. Tenaga Kerja. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

ADMINISTRASI. Kesejahteraan. PENSIUN. Tenaga Kerja. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright 2002 BPHN UU 11/1992, DANA PENSIUN *8031 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 11 TAHUN 1992 (11/1992) Tanggal: 20 APRIL 1992 (JAKARTA) Sumber: LN 1992/37; TLN NO.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Penerapan strategi..., Iswardi, FE UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Penerapan strategi..., Iswardi, FE UI, 2008 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada penjelasan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun disebutkan bahwa dalam rangka upaya memelihara kesinambungan penghasilan pada hari tua, perlu

Lebih terperinci

AKUNTANSI DANA PENSIUN DI INDONESIA

AKUNTANSI DANA PENSIUN DI INDONESIA ISSN 0000-0000 AKUNTANSI DANA PENSIUN DI INDONESIA Sutjipto Ngumar *) ABSTRAK Program pensiun di Indonesia, tidak hanya dinikmati pegawai negeri atau ABRI saja, tetapi karyawan swasta dan pekerja mandiripun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dana Pensiun Undang Undang dana pensiun yang dikeluarkan tahun 1992 yaitu Undang Undang No 11 Tahun 1992 tentang dana pensiun. Tujuan di keluarkannya Undang Undang tersebut untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011. Tentang

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011. Tentang KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011 Tentang DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI, Menimbang : a. bahwa Dana Pensiun merupakan sarana penghimpun dana, guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dana pensiun merupakan sebuah alternatif pilihan dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Dana pensiun merupakan sebuah alternatif pilihan dalam memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dana pensiun merupakan sebuah alternatif pilihan dalam memberikan jaminan kesejahteraan kepada karyawan. Jaminan tersebut dimungkinkan dapat menyelesaikan masalah-masalah

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : KEP-60/NB.1/2016 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : KEP-60/NB.1/2016 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : KEP-60/NB.1/2016 TENTANG PENGESAHAN ATAS PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN PERHUTANI DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran II I. PEDOMAN UMUM A TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN 1 Pengurus Dana Pensiun bertanggung jawab atas laporan keuangan Dana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992

Lebih terperinci

Dana Pensiun (Pension Fund)

Dana Pensiun (Pension Fund) Dana Pensiun (Pension Fund) Dana pensuin adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun (UU No.11 tahun 1992). Dana pensiun adalah dana yang secara khusus dihimpun

Lebih terperinci

Lampiran III PENJELASAN SETIAP PERKIRAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

Lampiran III PENJELASAN SETIAP PERKIRAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran III PENJELASAN SETIAP PERKIRAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN I. NERACA Neraca adalah laporan yang menggambarkan keadaan keuangan pada saat tertentu dan terdiri dari kekayaan (aktiva) yang

Lebih terperinci

PERATURAN DANA PENSIUN

PERATURAN DANA PENSIUN PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN PT PLN (PERSERO) PDP - DPPLN 2016 DANA PENSIUN PLN Jalan Wolter Monginsidi No. 5 Kebayoran Baru Jakarta 12110 Tambahan Berita Negara R.I Tanggal 23 Juni 2017 No.

Lebih terperinci

Penerapan Metode Projected Unit Credit dan Entry Age Normal pada Asuransi Dana Pensiun (Studi Kasus : PT. Inhutani I Cabang Kabupaten Berau)

Penerapan Metode Projected Unit Credit dan Entry Age Normal pada Asuransi Dana Pensiun (Studi Kasus : PT. Inhutani I Cabang Kabupaten Berau) Penerapan Metode Projected Unit Credit dan Entry Age Normal pada Asuransi Dana Pensiun (Studi Kasus : PT. Inhutani I Cabang Kabupaten Berau) Application of Projected Unit Credit Method And The Entry Age

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992 Tentang Dana Pensiun

Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992 Tentang Dana Pensiun Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992 Tentang Dana Pensiun BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus kehidupan seseorang ada tiga tahapan kehidupan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus kehidupan seseorang ada tiga tahapan kehidupan yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam siklus kehidupan seseorang ada tiga tahapan kehidupan yang harus dilalui. Tahap pertama adalah ketika ia berusia kanak-kanak, dimana segala kebutuhan hidupnya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POSISI PENDANAAN DANA PENSIUN PLN TERHADAP KENAIKAN MANFAAT PENSIUN

BAB IV ANALISIS POSISI PENDANAAN DANA PENSIUN PLN TERHADAP KENAIKAN MANFAAT PENSIUN BAB IV ANALISIS POSISI PENDANAAN DANA PENSIUN PLN TERHADAP KENAIKAN MANFAAT PENSIUN 4.1 Gambaran Posisi Pendanaan Dana Pensiun PLN Pendanaan Dana Pensiun adalah kemampuan dana pensiun dalam memenuhi kewajibannya

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN BULANAN DANA PENSIUN I.

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN BULANAN DANA PENSIUN I. - 1 - PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN BULANAN DANA PENSIUN I. Laporan Bulanan Dana Pensiun meliputi: a. laporan keuangan bulanan; dan b. laporan analisis kesesuian aset dan liabilitas. II. Pedoman

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN DANA PENSIUN DENGAN METODE ATTAINED AGE NORMAL DAN PROJECTED UNIT CREDIT

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN DANA PENSIUN DENGAN METODE ATTAINED AGE NORMAL DAN PROJECTED UNIT CREDIT PERHITUNGAN PEMBIAYAAN DANA PENSIUN DENGAN METODE ATTAINED AGE NORMAL DAN PROJECTED UNIT CREDIT (STUDI KASUS : PT. TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG UTAMA SEMARANG) SKRIPSI Disusun Oleh : MUSSANDINGMI ELOK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi agar sesuatu yang dilakukakan dapat terlaksana dengan baik. Prosedur adalah rangkaian kegiatan yang telah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN PENDETA DI SINODE GEREJA KRISTEN JAWA SKRIPSI. Disusun Oleh :

PENGGUNAAN METODE INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN PENDETA DI SINODE GEREJA KRISTEN JAWA SKRIPSI. Disusun Oleh : PENGGUNAAN METODE INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN PENDETA DI SINODE GEREJA KRISTEN JAWA SKRIPSI Disusun Oleh : Nama : ADITYAWAN WIDI NUGROHO NIM : J2E 008 001 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga menciptakan lingkungan persaingan yang semakin ketat hal ini. kesejahteraan masa tua karyawan dengan mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga menciptakan lingkungan persaingan yang semakin ketat hal ini. kesejahteraan masa tua karyawan dengan mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi di Indonesia mengalami perkembangan dengan pesat sehingga menciptakan lingkungan persaingan yang semakin ketat hal ini menuntut perusahaan

Lebih terperinci

Mengenal. Dana Pensiun

Mengenal. Dana Pensiun Mengenal Dana Pensiun Definisi dan Istilah Pensiun Program Pensiun: Program yang menjanjikan pembayaran sejumlah uang secara berkala setelah peserta berhenti bekerja karena mencapai usia pensiun Dana Pensiun:

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ketentuan Program Tabungan Hari Tua PNS PT Taspen (Persero) Undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tabungan dan Asuransi Pensiun Tabungan dan asuransi pensiun merupakan tabungan jangka panjang yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Kebijakan Penerapan Akuntansi Dana Pensiun Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Laporan keuangan PT. Bank Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manfaat Pasti (PPMP) dan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP).

BAB I PENDAHULUAN. Manfaat Pasti (PPMP) dan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi utama lembaga Dana Pensiun bagi karyawan atau pegawai adalah memberikan jaminan kesinambungan penghasilan bagi dirinya sendiri, bagi istri/suami dan anaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang mengelola dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang mengelola dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang mengelola dan menjalankan manfaat pensiun, yang didirikan secara terpisah oleh perusahaan, dengan mencadangkan

Lebih terperinci

Retirement Planning. Irni Rahmayani Johan, SP, MM. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB

Retirement Planning. Irni Rahmayani Johan, SP, MM. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB Retirement Planning Irni Rahmayani Johan, SP, MM Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB 1 Perencanaan Pensiun dalam perencanaan keuangan pribadi Dana Tujuan Keuangan Mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi karyawan suatu perusahaan. Sedangkan siklus kehidupan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi karyawan suatu perusahaan. Sedangkan siklus kehidupan manusia di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mencukupi kebutuhan hidup seseorang haruslah bekerja, baik bekerja secara mandiri atau berwirausaha maupun bekerja menjadi karyawan suatu perusahaan. Sedangkan

Lebih terperinci

Sistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya

Sistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya YTKI, 10 Juli 2008 infocenter@dayamandiri.co.id http://www.dayamandiri.co.id Sistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya Diskusi Interaktif: Strategi Mengendalikan Risiko Keuangan DAYAMANDIRI

Lebih terperinci

Akuntansi Dana Pensiun

Akuntansi Dana Pensiun PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. 18 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Akuntansi Dana Pensiun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 18 tentang Akuntansi Dana Pensiun disetujui dalam Rapat

Lebih terperinci

Kenaikan Manfaat Pensiun dan Pemisahan Pendanaan

Kenaikan Manfaat Pensiun dan Pemisahan Pendanaan Bulletin Agustus 2008: Kenaikan Manfaat Pensiun dan Pemisahan Pendanaan Sebagian besar Dana Pensiun Pemberi Kerja ( DPPK ) yang saat ini mengelola Program Pensiun Manfaat Pasti ( PPMP ), mungkin didirikan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK. Nomor : 0033/Kpts/Dir/2014 TENTANG

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK. Nomor : 0033/Kpts/Dir/2014 TENTANG SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK Nomor : 0033/Kpts/Dir/2014 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK DIREKSI Menimbang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA TAMBAHAN DENGAN METODE PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI SKRIPSI. Disusun Oleh : SITI NURLATIFAH JURUSAN STATISTIKA

PERHITUNGAN BIAYA TAMBAHAN DENGAN METODE PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI SKRIPSI. Disusun Oleh : SITI NURLATIFAH JURUSAN STATISTIKA PERHITUNGAN BIAYA TAMBAHAN DENGAN METODE ACCRUED BENEFIT COST PADA PENDANAAN PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI SKRIPSI Disusun Oleh : SITI NURLATIFAH 24010211130052 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Dana Pensiun 2.1.1 Definisi Dana Pensiun Menurut Undang-undang Nomor 11 tahun 1992, definisi Dana pensiun adalah sebagai berikut: Badan hukum yang mengelola

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN LIA No. 028/SK/P/V/2012 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN LIA PENGURUS YAYASAN LIA

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN LIA No. 028/SK/P/V/2012 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN LIA PENGURUS YAYASAN LIA KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN LIA No. 028/SK/P/V/2012 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN LIA PENGURUS YAYASAN LIA Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kesinambungan karyawan Yayasan LIA setelah

Lebih terperinci

Dana yang terkumpul menjadi milik bersama (ummat) >> tidak boleh diambil lagi kecuali sbg santunan.

Dana yang terkumpul menjadi milik bersama (ummat) >> tidak boleh diambil lagi kecuali sbg santunan. ASURANSI JAMINAN SOSIAL Pihak-pihak yang sepakat utk mengumpulkan uang - money (menbentuk dana - fund) yang akan digunakan untuk member santunan atas suatu kejadian yang membawa dampak buruk. Bersama-sama,

Lebih terperinci

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN Page 137

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN Page 137 A. PENDAHULUAN Pada prinsipnya, dana pensiun merupakan salah satu alternative untuk memberikan jaminan kesejahteraan kepada karyawan. Adanya jaminan kesejahteraan tersebut memungkinkan karyawan untuk memperkecil

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori Dana Pensiun 1. Pengertian Manfaat Purnakarya Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK 18 Revisi 2010 par 18.3: 6 sebagai berikut : Manfaat purnakarya atau program

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS MEAN VARIANCE PORTOFOLIO INVESTASI (STUDI KASUS PADA DANA PENSIUN X) TESIS AMALIA

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS MEAN VARIANCE PORTOFOLIO INVESTASI (STUDI KASUS PADA DANA PENSIUN X) TESIS AMALIA UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS MEAN VARIANCE PORTOFOLIO INVESTASI (STUDI KASUS PADA DANA PENSIUN X) TESIS AMALIA 1006792911 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA JANUARI 2012 i UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN UNIT CREDIT COST METHOD (ACCRUED BENEFIT) MAKALAH

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN UNIT CREDIT COST METHOD (ACCRUED BENEFIT) MAKALAH PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN UNIT CREDIT COST METHOD (ACCRUED BENEFIT) MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Matematika Aktuaria yang dibimbing oleh Dr. Isnani Darti,

Lebih terperinci

32/DP. Mengingat : 1. DANA PENSIUN

32/DP. Mengingat : 1. DANA PENSIUN Tambahan Berita - Negara R.I. Tanggal 28/7-2017 No. 60. Pengumuman dalam Berita - Negara R.I. sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-undang No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. SALINAN KEPUTUSAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 343/KMK.017/1998 TENTANG IURAN DAN MANFAAT PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 343/KMK.017/1998 TENTANG IURAN DAN MANFAAT PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 343/KMK.017/1998 TENTANG IURAN DAN MANFAAT PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menumbuhkembangkan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup. Tujuan tersebutlah yang menjadikan seseorang harus

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup. Tujuan tersebutlah yang menjadikan seseorang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan serta menjaga kelangsungan hidup. Tujuan tersebutlah yang menjadikan seseorang harus dapat menjaga kesinambungan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN U M U M Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dana pensiun merupakan salah satu pilihan dalam memberikan jaminan kesejahteraan kepada para pekerja atau karyawan. Jaminan tersebut salah satunya berupa jaminan pensiun

Lebih terperinci

SOSIALISASI PROGRAM PENSIUN PADA FORUM PERWAKILAN PESERTA AKTIF, UNSUR PENSIUNAN dan SERIKAT PEKERJA

SOSIALISASI PROGRAM PENSIUN PADA FORUM PERWAKILAN PESERTA AKTIF, UNSUR PENSIUNAN dan SERIKAT PEKERJA PONTIANAK, 02 OKTOBER 2013 SOSIALISASI PROGRAM PENSIUN PADA FORUM PERWAKILAN PESERTA AKTIF, UNSUR PENSIUNAN dan SERIKAT PEKERJA OLEH : Dikdik Purwana Table of Contents Section Section Title I. Sekilas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN ENTRY AGE NORMAL DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN

PENGGUNAAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN ENTRY AGE NORMAL DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 47-54 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENGGUNAAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN ENTRY AGE NORMAL DALAM PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Mata uang

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Mata uang BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Akuntansi Dana Pensiun KWI 1. Deskriptif Kualitatif a. Penyajian Laporan Keuangan Laporan keuangan Dana Pensiun KWI disusun dengan menggunakan prinsip dan

Lebih terperinci

PENSION & EXIT SYSTEM. Prodi Administrasi Bisnis

PENSION & EXIT SYSTEM. Prodi Administrasi Bisnis PENSION & EXIT SYSTEM Prodi Administrasi Bisnis Pemberhentian Pemberhentian Undang Undang Keinginan Perusahaan Keinginan Karyawan Kontrak kerja berakhir Kesehatan karyawan Meninggal dunia Perusahaan dilikuidasi/bangkrut

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN No.Kpts 44/C00000/2010 S0 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN PERTAMINA DIREKTUR UTAMA PT PERTAMINA (PERSERO)

SURAT KEPUTUSAN No.Kpts 44/C00000/2010 S0 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN PERTAMINA DIREKTUR UTAMA PT PERTAMINA (PERSERO) 1 SURAT KEPUTUSAN No.Kpts 44/C00000/2010 S0 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN PERTAMINA DIREKTUR UTAMA PT PERTAMINA (PERSERO) Menimbang : a. Bahwa dalam rangka memberikan Manfaat Pensiun yang lebih baik dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PT BANK MANDIRI (PERSERO) NO. 068/KEP.DIR/2005 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN BANK MANDIRI

KEPUTUSAN DIREKSI PT BANK MANDIRI (PERSERO) NO. 068/KEP.DIR/2005 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN BANK MANDIRI KEPUTUSAN DIREKSI PT BANK MANDIRI (PERSERO) NO. 068/KEP.DIR/2005 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN BANK MANDIRI DIREKSI PT BANK MANDIRI (PERSERO), Menimbang :a. bahwa untuk menjamin kesinambungan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PT ASURANSI JIWA MANULIFE INDONESIA. Nomor : 067/MI/2009 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI

KEPUTUSAN DIREKSI PT ASURANSI JIWA MANULIFE INDONESIA. Nomor : 067/MI/2009 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI KEPUTUSAN DIREKSI PT ASURANSI JIWA MANULIFE INDONESIA Nomor : 067/MI/2009 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN MANULIFE INDONESIA DIREKSI PT ASURANSI JIWA MANULIFE INDONESIA

Lebih terperinci

PENDANAAN DANA PENSIUN PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI (Studi Kasus Dana Pensiun Universitas Muhammadiyah Surakarta)

PENDANAAN DANA PENSIUN PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI (Studi Kasus Dana Pensiun Universitas Muhammadiyah Surakarta) PENDANAAN DANA PENSIUN PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI (Studi Kasus Dana Pensiun Universitas Muhammadiyah Surakarta) Disusun dan diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

KRITERIA ANNUAL REPORT AWARD 2016 UNTUK DANA PENSIUN

KRITERIA ANNUAL REPORT AWARD 2016 UNTUK DANA PENSIUN KRITERIA ANNUAL REPORT AWARD 2016 UNTUK DANA PENSIUN Penilaian ARA 2016 dibagi menjadi 2 tahap, yaitu: A. Penilaian Kuantitatif (100%) terdiri dari 8 klasifikasi, yaitu: 1. Umum: Bobot keseluruhan untuk

Lebih terperinci

BAB II PERANAN DANA PENSIUN DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA. A. Pengaturan Dana Pensiun didalam Undang-Undang Dana Pensiun

BAB II PERANAN DANA PENSIUN DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA. A. Pengaturan Dana Pensiun didalam Undang-Undang Dana Pensiun BAB II PERANAN DANA PENSIUN DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA A. Pengaturan Dana Pensiun didalam Undang-Undang Dana Pensiun Nomor 11 Tahun 1992 Program dana pensiun di Indonesia dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Badan Usaha Milik Negara dalam Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, adalah badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Badan Usaha Milik Negara dalam Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, adalah badan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) a. Pengertian Badan Usaha Milik Negara Pengertian Badan Usaha Milik Negara dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

Lebih terperinci

PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI DANA PENSIUN BNI

PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI DANA PENSIUN BNI PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI DANA PENSIUN BNI I. MANFAAT DANA PENSIUN : 1. Bagi Karyawan Menjamin kesinambungan penghasilan pada saat sudah purna tugas bagi dirinya sendiri, bagi istri/suami dan anaknya.

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI OJK. Dana Pensiun. Pembubaran. Likuidasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 163) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9/POJK.05/2013

Lebih terperinci

KRITERIA ANNUAL REPORT AWARD 2014 UNTUK DANA PENSIUN

KRITERIA ANNUAL REPORT AWARD 2014 UNTUK DANA PENSIUN KRITERIA ANNUAL REPORT AWARD 2014 UNTUK DANA PENSIUN Kriteria penilaian ini dibagi menjadi 8 klasifikasi: 1. Umum: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 2% 2. Ikhtisar Data Keuangan Penting:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BANK 1. Pengertian Bank Pengertian Lembaga keuangan menurut Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 1967 menurut Martono, 2002:2 menyatakan bahwa Semua badan melalui kegiatan-kegiatannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Dana Pensiun Laporan keuangan dana pensiun mengalami perubahan seiring diterbitkannya PSAK 18 Revisi 2010. Ada 3 (tiga) alternatif bentuk laporan

Lebih terperinci