KETEGUHAN REKAT DAN BENTUK KERUSAKAN BLOCKBOARD BERBASIS KAYU KELAPA SAWIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KETEGUHAN REKAT DAN BENTUK KERUSAKAN BLOCKBOARD BERBASIS KAYU KELAPA SAWIT"

Transkripsi

1 Keteguhan Rekat dan Bentuk Kerusakan Blockboard Berbasis Kayu Kelapa Sawit (Indra Mawardi) KETEGUHAN REKAT DAN BENTUK KERUSAKAN BLOCKBOARD BERBASIS KAYU KELAPA SAWIT Indra Mawardi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km. 280 P.O. Box 90Buketrata, Lhokseumawe Abstract This research aims to get bond strength values and analyze forms of damage blockboard oilpalm wood (OPW. This research examines the properness of as core material in producing block board by observing its physical and mechanical characteristic. The core material is created from particles composite with matrix from polystyrene (PS). Proportion of OPW and PS was arranged in 3 variations (w/w), i.e. 30:70, 40:60, and 50:50. Afterwards, the resulting OPW-PS composite was sandwich between veneers of meranti hardwood using urea formaldehyde adhesive. After conditioning, the block board sustained the test on shear strength under tension load. The results showed shear strength under tention load ranges 4,63-7,23 kg/cm 2 and constancy maximum an adhesive composition matériel blockboard occurring in w/w 30:70 namely 14,45 kg/cm 2. Those overall tests referred to the specification of Indonesian National Standard SNI Damage occurs either loose of vineers not on a line an adhesive. In faktografi damage of blockboard more dominated by pull out particles particles into nuclei. Keywords: Blockboard, oil-palm wood, polystyrene, bond strength PENDAHULUAN Industri kehutanan terutama industri industri perkayuan di Indonesia terus meningkat, hal ini tidak diikuti dengan ketersediaan kayu di hutan semakin menurun dari tahun ke tahun. Kelangkaan bahan baku kayu ini bahkan sudah sampai mengancam kelangsungan usaha sektor pengolahan hasil hutan. Kelangkaan kayu tersebut tidak terlepas dari pembalakan liar yang dilakukan selama ini. Disisi lain, permintaan terhadap barangbarang yang terbuat dari kayu semakin meningkat dan bervariasi. Industri furniture telah beralih menggunakan plywood, blockboard, papan partikel, teakboard, dan laminboard sebagai material alternatif pengganti kayu. Blockboard merupakan salah satu produk yang banyak digunakan oleh industri furniture saat ini. Menurut Lisman.S [1] kayu kelapa sawit (KKS) mempunyai potensi penghasil kayu yang cukup besar. Dengan luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 2005 tercatat sekitar 5,59 juta ha. Hasil penelitian mencatat volume batang kelapa sawit rata-rata 1,72 m 3 /pohon, apabila diambil 75% dari populasi pohon akan diperoleh 128 pohon/ha, maka akan tersedia volume batang kayu sebesar 165,12 m 3 /ha. Pemanfaatan secara terencana kayu kelapa sawit tua untuk bahan baku industri kayu akan memberikan peran strategis dalam mempertangguh usaha kelapa sawit dan sumber alternatif bahan baku perkayuan yang ramah lingkungan, serta menyelesaikan masalah limbah, sekaligus katup pengaman kerusakan hutan tropis. Apalagi selain mudah didapat, proses perlakuan yang menjadikan batang kelapa sawit itu menjadi bahan baku kayu tidak membutuhkan biaya yang terlalu tinggi. Melalui modifikasi/rekayasa terhadap karakteristik dasar KKS yang memiliki kualitas yang rendah dibanding dengan kayu, diharapkan KKS menjadi bahan baku funiture yang potensial. Tujuan penelitian secara spesifik adalah mendapatkan nilai kekuatan rekat dan menganalisis bentuk kerusakan dari blockboard KKS. Penelitian secara jangka 1

2 25 mm Jurnal Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2013 : 6-10 panjang bertujuan mengoptimalkan limbah perkebunan kelapa sawit terutama batang/kayunya. Pengembangan produk blockboard KKS merupakan salah satu upaya memproduksi material yang murah, memenuhi standart mutu dan menambah varian baru blockboard. METODE A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kayu kelapa sawit, matriks komposit digunakan polystyrene (PS), NaOH (alkali), benzoil peroksida, maleated coupling agent, dan pelarut organik (silena). B. Prosedur Penelitian 1. Persiapan partikel KKS Partikel KKS dihasilkan dari batang kelapa sawit yang telah diserut dan disortir dengan diameter < 5 mm. Partikel KKS direndam di dalam 5% NaOH selama 4 jam kemudian dicuci dengan air bersih dan dikeringkan [2]. 2. Pembuatan material inti Material inti terbuat dari komposit partikel KKS-PS. Proses pembentukan matriks dilakukan dengan mencampur hingga rata semua bahan-bahan; PS, silena, coupling agent dan peroksida. Penggunaan coupling agent sebanyak 8% dari berat PS, peroksida sebanyak 8% dari coupling agent, dan silena 200% dari berat PS. Partikel KKS dimasukan ke dalam matriks dan diaduk hingga rata. Proses pengadukan partikel KKS dengan matriks menggunakan mesin ekstrusi dengan putaran 50 rpm pada temperatur C. Partikel KKS dan matriks yang telah tercampur homogen dimasukan ke dalam cetakan dengan ketebalan komposit sebesar 15 mm. Proses pencetakan dilakukan pada suhu ruang, dan dibiarkan kering dan mengeras selama 14 hari sebelum dipakai pada pembuatan papan blok. Variasi unsur pembentuk material inti berdasarkan fraksi berat KKS-PS, yaitu 30:70, 40:60 dan 50: Pembuatan blockboard Proses pembentukan blockboard dilakukan dengan melapisi material inti dengan vinir pada bagian atas dan bawah. Vinir yang digunakan adalah plywood jenis meranti dengan ketebalan 2,5 mm. Perekatan vinir pada material inti menggunakan perekat urea formaldehida dan dikempa pada suhu ruang sebesar 20 kg/cm 2 selama 15 menit. 4. Pengujian Pengujian keteguhan rekat dilakukan dengan uji geser tarik. Pola pemotongan spesimen untuk pengujian geser tarik mengacu pada standar SNI Kayu Lapis Penggunaan Umum [3]. Dimensi spesimen uji geser tarik dibuat dengan ukuran 100 mm x 25 mm, dengan ukuran bidang geser adalah 25 mm x 25 mm (Gambar 1). Pengujian dilakukan dengan menggunakan mesin servo pulser jenis UCT Series pada temperatur 25 0 C dan kelembaban 50% RH. Kecepatan penarikan adalah 2 mm/menit Ket. 1 & 3 = lapisan muka 2 = lapisan inti Gambar 1. Dimensi spesimen uji geser tarik Nilai keteguhan geser tarik dapat dihitung dengan persamaan : Keterangan : P : beban tarik (kg) p : panjang bidang geser (cm) L : lebar bidang geser (cm) (1) Nilai keteguhan rekat dihitung menggunakan persamaan : Keterangan: KR : keteguhan rekat (kg/cm 2 ) KGT : keteguhan geser tarik (kg/cm 2 ) (2) 2

3 Keteguhan Rekat dan Bentuk Kerusakan Blockboard Berbasis Kayu Kelapa Sawit (Indra Mawardi) HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keteguhan Rekat Pengujian keteguhan rekat dilakukan untuk mengetahui tingkat perekatan antara vinir dan inti dari komposit partikel KKS. Nilai keteguhan rekat didapat dari hasil perkalian nilai geser tarik dengan koefesien dari hasil perbandingan tebal vinir dan inti. Gambar 2 memperlihatkan spesimen uji geser tarik blockboard KKS yang telah dibentuk dengan dengan berbagai variasi inti. Kekuatan geser tarik papan blok KKS dengan inti komposit partikel KKS-PS berkisar antara 4,63 kg/cm 2-7,23 kg/cm 2, dengan kekuatan geser tarik tertinggi terjadi pada komposisi material inti 30:70. Dari gambar 4. terlihat kekuatan geser tarik cenderung meningkatnya dengan semakin besar persentase PS terhadap partikel KKS pada material inti blockboard, ini menunjukan peran penting PS sebagai pengikat dalam meningkatkan kuat geser tarik. Gambar 2. Spesimen uji geser tarik Tipikal grafik perpanjangan terhadap beban penarikan dari blockboard KKS diperlihatkan pada Gambar 3. Dari bentuk grafik yang terjadi, terlihat perpanjang akibat penarikan cukup besar. Hal ini menunjukan blockboard KKS dengan menggunakan material inti dari komposit partikel KKS memiliki sifat ulet yang cukup baik. Gambar 3. Tipikal perpanjangan vs beban blockboard KKS Dari kekuatan geser tarik blockboard KKS dengan berbagai variasi, dapat digambarkan hubungan antara kekuatan geser tarik rata-rata terhadap komposisi material inti komposit polimer KKS (30:70, 40:60, dan 50:50) pada gambar 4. 1 = KKS-PS 30:70, 2 = KKS-PS 40:60, 3 = KKS-PS 50:50 Gambar 4. Kekuatan geser tarik blockboard Nilai keteguhan rekat didapat dari hasil perkalian nilai geser tarik dengan koefesien dari hasil perbandingan tebal vinir dan inti. Koefisien antara tebal lapisan inti dengan lapisan muka ditentukan berdasarkan rasio yang disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Rasio antara tebal lapisan inti dengan lapisan muka Rasio antara tebal No. lapisan inti dengan Koefisien lapisan muka 1. 1,5 - < 2,0 1,1 2. 2,0 - < 2,5 1,2 3. 2,5 - < 3,0 1,3 4. 3,0 - < 3,5 1,4 5. 3,5 - < 4,0 1,5 6. 4,0 - < 4,5 1,7 7. >.4,5 2,0 Dari hasil perhitungan, nilai keteguhan rekat merupakan hasil perkalian kekuatan geser tarik dengan 2 (pembanding tebal lapisan inti terhadap tebal lapisan muka > 4,5), maka dihasilkan keteguhan rekat rata-rata blockboard KKS dengan inti komposit partikel 3

4 Jurnal Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2013 : 6-10 KKS berkisar antara 9,26 kg/cm 2-14,45 kg/cm 2. Gambar 5 merupakan grafik keteguhan rekat blockboard KKS. Keteguhan rekat mengikuti nilai kekuatan tarik geser, semakin besar nilai kekuatan geser tarik maka semakin besar nilai keteguhan rekat. pada komposisi material inti ini hampir mencapai 60%. Gambar 6 dan 7 memperlihat bentuk-bentuk kerusakan akibat geser tarik. Gambar 6. Bentuk kerusakan pada bagian vinir Gambar 7. Bentuk kerusakan pada garis rekat A = KKS-PS 30:70, B = KKS-PS 40:60, C = KKS-PS 50:50 Gambar 5. Keteguhan rekat blockboard Keteguhan rekat antara vinir meranti dengan material inti dari komposit partikel KKS pada pengujian ini dapat dianggap baik dan memenuhi standar SNI yang mempersyaratkan nilai minimum keteguhan rekat sebesar 7 kg/cm 2. Meskipun keteguhan rekat blockboard KKS memenuhi standar SNI , akan tetapi nilai tersebut masih lebih kecil dibandingkan keteguhan rekat blockboard yang dibuat 5 lapis menggunakan inti dari strip kayu kelapa sawit (pengujian menggunakan metode 2 dan uji kering) sebesar 15,58 kg/cm 2-28,01 kg/cm 2 [4]. Jika dikompilasi dengan penelitian [5] keteguhan rekan blockboard sengon dengan venir silang kayu tusam 5 lapis yang berkisar antara 7,45 kg/cm 2 hingga 9,8 kg/cm 2, nilai keteguhan rekat blockboard KKS dengan inti komposit partikel masih lebih baik. 2. Analisis Bentuk Kerusakan Kerusakan blockboard KKS dengan inti material komposit akibat geser tarik terjadi dua bentuk,yaitu; kerusakan pada bagian vinir (bukan pada garis rekat) dan lepasnya vinir dari material inti (terjadi pada garis rekat). Kerusakan bentuk pertama terjadi pada blockboard KKS dengan komposisi material inti 40:60 dan 50:50. Sedangkan kerusakan pada garis rekat terjadi pada komposisi material inti 30:70. Kerusakan pada garis rekat Kerusakan pada bagian vinir menunjukan keteguhan rekat antara vinir dengan material inti sangat baik. Tidak terjadinya kerusakan pada material inti dikerenakan komposit partikel KKS yang menggunakan PS sebagai perekat mempunyai suatu ikatan antar muka yang baik antara perekat dengan partikel. Akan tetapi pada komposisi PS yang lebih banyak dibandingkan partikel (30:70) menyebabkan permukaan komposit menjadi licin (terbentuk lapisan polimer pada pemukaan komposit partikel). PS yang merupakan jenis polimer dapat mengakibatkan daya rekat antara vinir dengan material inti menjadi rendah. Faktor inilah yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada garis rekat. Kerusakan blockboard akibat pengujian juga mempunyai bentuk kerusakan pada bagian vinir. Mekanisme patahnya bagian inti adalah tercabutnya (pull out) partikel KKS dari perekat PS (lepasnya ikatan antar muka), diperlihatkan pada gambar 8. Gambar 8. Mekanisme patah akibat pull out Jika permukaan perpatahan pada gambar 8 diperbesar hingga x, maka akan lebih jelas terlihat lokasi dan bentuk dimple (lubang) akibat bekas tercabutnya partikel dari ikatan antar muka dan daerah garis rekat antara vinir dengan material inti (Gambar 9-11). 4

5 Keteguhan Rekat dan Bentuk Kerusakan Blockboard Berbasis Kayu Kelapa Sawit (Indra Mawardi) Dimple (lubang) Partikel KKS Perekat Gambar 9. Lokasi tercabutnya partikel dari ikatan antar muka kekuatan geser tarik menunjukan kisaran 4,63 kg/cm 2-7,23 kg/cm 2 dan keteguhan rekat maksimum bloskboard KKS terjadi pada komposisi material inti 30:70 sebesar 14,45 kg/cm 2. Dari karakteristik keteguhan rekat bloskboard KKS telah memenuhi nilai yang disyaratkan standar SNI Kerusakan yang terjadi berupa lepasnya vinir dari material inti kerusakan pada bagian vinir (bukan pada garis rekat). Secara faktografi kerusakan perpatahan blockboard KKS lebih didominasi oleh tercabutnya partikel KKS pada material inti. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan terima-kasih atas bantuan dana penelitian yang diberikan Dikti melalui DIPA Politeknik Negeri Lhokseumawe Tahun Anggaran 2012, sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan dalam Rangka Pelaksanaan Penelitian Hibah Bersaing Nomor: 035/PL20/R8/SPP- PLHB/2012, tanggal 08 Februari 2012 DAFTAR PUSTAKA Gambar 10. Partikel KKS yang tercabut dari ikatan antar muka Gambar 11. Daerah garis rekat KESIMPULAN Material inti (komposit partikel KKS) Vinir Interface (garis rekat) [1] Lisman, S. dan S.D. Waluyo Analisa Konsumsi Kayu Nasional. ( 12 April 2010) [2] Indra, M Mutu Papan Partikel dari Kayu Kelapa Sawit (KKS) Berbasis Perekat Polystyrene. Jurnal Teknik Mesin 11(2): Petra Surabaya. [3] Anonim, Kayu lapis penggunaan umum. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. SNI [4] Desyanti Pemanfaatan Kayu Sawit sebagai Inti Papan Blok. Tesis Magistes Sain, IPB, Bogor. [5] Iskandar M.I. dan Sulastiningsih Sifat Papan Blok Sengon dengan Venir Silang Kayu Tusam. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 24 (2). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor. Dari hasil penelitian telah berhasil dibuat papan blok varian baru bagi industri funiture yaitu blockboard KKS dengan material inti komposit partikel KKS. Hasil 5

6 Jurnal Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2013 : 6-10 PAPAN PARTIKEL THERMOCOMPOSITE BERPENGUAT SERAT ALAM Muhamad Haiyum Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km. 280 P.O. Box 90, Buketrata, Lhokseumawe adefufira_lsm@yahoo.com Abstract The purpose of this research is the utilization of natural resources which is un-optimal tobe a material such as particles board thermocomposite. Especially, this research aim to obtain theoppropriate composition of the volume of weight fibers coir with thermoplasti. Particle board to be used in accordance with SNI standards. It also aims to determine the mechanical properties characteristic produced. Fiber coir as reinforment varied with thermoplastic as a matrix of polystyrene in the ratio 40:60, 50:50, and 60:40. To increase the interface fiber and a matrix used NaOH, and as a solvent used the xylenes. The tensile test specimen according to ASTM D638M standart and the bending test base on ASTM D The tensile testing produces particles board SSK-PS highest in the composition of 40:60, is 14,25 kg/cm 2 and the lowest at 60:40 is 4,73 kg/cm 2. The particle board bending stress SSK-PS highest at the composition of 50:50, namely 8,99 kg./cm 2 and lowest at 60:40, namely 6,34 kg./cm 2. The composition SSK-PS 40:60 has met the SNI standart particle board type 100. Keywords: Thermocomposites, natural fibers, coir, polistirena, particle board PENDAHULUAN Komposit adalah material yang terdiri dari dua atau lebih material yang disusun sedemikian rupa dalam skala makroskopik, sehingga diperoleh kombinasi sifat akhir yang lebih baik. Perkembangan teknologi komposit saat ini sudah mulai mengalami pergeseran dari bahan komposit berpenguat serat sintetis menjadi bahan komposit berpenguat serat alam. Seirama dengan hal tersebut, munculnya peraturan pemerintah dan berkembangnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan hidup telah memicu pergeseran paradigma untuk mendesain material yang ramah lingkungan. Pemakaian material komposit dengan matriks termoset dan termoplastik yang menggunakan serat pertanian sebagai sistem penguatan, yang berasal dari sumber daya alam yang terbaharui, dapat memberikan manfaat positif, yaitu untuk pengembangan potensi pemanfaatan serat alam yang tersedia berlimpah di Indonesia sebagai hasil aktifitas pertanian, melalui penelitian karakterisasi material dan teknologi pemrosesan produk komposit ramah lingkungan yang bernilai ekonomis. Disamping itu juga dapat memenuhi kebutuhan industri yang berkembang di masyarakat, melihat ketersedia-an di alam yang cukup besar dan biaya bahan yang jauh lebih murah. Produk yang dihasilkan dapat lebh ringan dan membutuhkan konsumsi energi yang rendah, sehingga dapat menurunkan biaya produksi selain upaya meningkatkan nilai tambah produk lokal. Sabut kelapa yang berasal dari buah kelapa merupakan salah satu serat perkebunan yang belum optimal digunakan. Beberapa penelitian tentang penggunaan sabut kelapa telah dilakukan, akan tetapi penggunaan sabut kelapa untuk dijadikan material thermokomposit sebagai bahan baku funiture dan bahan bangunan masih sedikit sekali. Atas dasar itu penelitian dilakukan untuk mengkaji sejauh mana sabut kelapa dapat dijadikan sebagai material thermocomposite papan partikel untuk bahan pembuatan funiture dan bahan bangunan lainnya. Penelitian ini juga untuk menambah varian papan partikel yang telah banyak digunakan selama ini, yang 6

7 Papan Partikel Thermocomposite Berpenguat Serat Alam (Muhd. Haiyum) terbuat dari tatal atau serbuk kayu. Papan patikel dari thermocomposite yang diperkuat sabut kelapa diharapkan akan lebih unggul dari papan partikel selama ini, baik dari segi lingkungan (emisi perekat), sifat fisis, sifat mekanis dan sifat kimianya. Selain itu papan partikel thermocomposite ini juga dapat memanfaatkan limbah styrofoam sebagai matriks yang ramah lingkungan. Didasari berlimpahnya ketersediaan sabut kelapa di Indonesia dan belum optimalnya penggunaan sabut kelapa itu sendiri, maka peneliti merasa tertarik untuk memanfaatkan serat sebut kelapa sebagai bahan penguat pada material thermocomposite. Penelitian dirasa penting mengingat tujuan akhir dari penelitian ini adalah pemanfaatan sumber daya alam yang belum optimal menjadi sebuah material berupa papan partikel thermocomposite. Keunggulan produk ini nantinya adalah lebih tahan terhadap kedap air, dapat didaur ulang, produksi bebas dari emisi zat kimia. Penelitian ini secara umum bertujuan memanfaatkan limbah perkebunan (sabut kelapa) untuk dijadikan bahan papan partikel thermocomposite sebagai bahan baku funiture dan bahan bangunan. Sedangkan tujuan khusus penelitian antara lain; (1) mendapatkan komposisi volume berat yang sesuai antara serat sabut kelapa dengan thermoplastic untuk dijadikan papan partikel memenuhi standar SNI, (2) mengetahui karakteristik sifat mekanik papan partikel yang diproduksi. Papan partikel thermocomposite diharapkan dapat menambah varian papan partikel selama ini. Papan partikel yang selama ini diproduksi menggunakan tatal (serpihan) kayu dengan menggunakan perekat kimia formaldehida. Disamping itu papan partikel tersebut rawan terhadap air, sehingga mudah rusak saat digunakan di daerah basah. Serat kelapa berasal dari buah kelapa. Kelapa yang terdiri dari daging, tempurung dan sabut sebagai pembungkus bagian luar. Serat sabut kelapa dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu; serat putih dan serat coklat. Serat putih mempunyai karakteristik, kekuatan yang lebih rendah dibandingkan serat coklat, akan tetapi serat putih lebih lembut. Serat putih harus dianyam terlebih dahulu sebelum digunakan. Serat coklat kebanyakan digunakan untuk material struktur karena mempunyai elestisitas yang lebih baik. Papan partikel umumnya berbentuk datar dengan ukuran relatif panjang, relatif lebar, dan relatif tipis sehingga disebut panel. Mutu papan partikel meliputi beberapa hal seperti cacat, ukuran, sifat fisis, sifat mekanis, dan sifat kimia. Ketentuan mengenai mutu papan partikel tidak selalu sama pada setiap standar dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan teknologi dan penggunaan papan partikel [1]. Papan partikel atau panel dari material komposit alam telah diteliti oleh (Sudhakaran, 2007), pada penelitian ini sudhakaran berhasil memproduksi panel yang diperkuat dari variasi serat sabut kelapa dan jute. Produk ini menggunakan resin sintetis sebagai matriks. Rahman and Khan [2] juga meneliti pengaruh perlakuan pemukaan serat sabut kelapa terhadap physico-mechanical properties. Roseno [3] menyatakan, untuk hampir semua komposit alam, kekakuan komposit dengan serat pendek ini sama dengan kekakuan yang dimiliki komposit dengan serat kontinyu, jika serat yang digunakan memiliki panjang sekitar 1 mm. Mechanichal strength dari komposit polimer yang diperkuat sabut kelapa juga telah diteliti oleh [4]. Hasil penelitian tersebut antara lain adalah komposit polimer yang diperkuat serat sabut kelapa yang berorientasi acak menghasilkan kekuatan yang rendah, akan tetapi dengan flexural strength yang cukup tinggi dapat digunakan untuk material selain untuk struktur bangunan. Sifat mekanik (tarik dan bending) komposit polimer yang diperkuat kombinasi serat sabut kelapa dan E-glass juga telah diteliti [5]. Sindhu [6] telah meneliti komposit polimer yang diperkuat serat sabut kelapa pada kondisi yang berbeda dan dibandingkan dengan serat E glass, hasil penelitian tersebut menunjukan serat dengan panjang 20 mm memiliki mechanical properteis yang lebih baik. METODE Material Material yang digunakan antara lain : a. Serat sabut kelapa sebagai penguat b. Thermoplastic sebagai matriks dari jenis polistirena (PS). c. NaOH (alkali), d. Sebagai pelarut digunakan silena. 7

8 Jurnal Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2013 : 6-10 Peralatan Pada penelitian ini digunakan beberapa peralatan utama yaitu: (1) Mesin uji tarik dan lentur Servopulser (2) Peralatan cetak spesimen, (3) Timbangan digital dan peralatan pendukung lainnya. Prosedur Kerja Penyediaan serat sabut kelapa Serat sabut kelapa disortir dengan diameter serat (max 0,3 mm). Serat yang terpilih dipotong kecil-kecil menjadi partikel dengan panjang kurang dari 5 mm. Partikel serat sabut kelapa direndam didalam 5% NaOH selama 4 jam. Setelah diredam, serat sabut kelapa dicuci dengan aqudes dan dikeringkan. Gambar 1 memperlihatkan serat sabut kelapa yang telah dibersihkan dan siap digunakan Pengujian tarik dan lentur Untuk uji tarik, spesimen diikatkan pada dua buah pemegang spesimen (chuck) dengan posisi vertikal. Gaya tarik diberikan oleh pemegang spesimen bagian bawah yang diatur memberikan gerakan tarik dengan kecepatan konstan (dalam penelitian ini 2 mm/menit). Metode pengujian bending menggunakan three point bending, dengan kecepatan penekanan 2 mm/menit. HASIL DAN PEMBAHASAN Spesimen Uji Dari hasil pencetakan spesimen dengan mengadopsi standart ASTM D dihasilkan lima belas (15) buah spesimen uji lentur dan 15 buah spesimen uji tarik dengan berbagai komposisi SSK-polistirena (Gambar 2 dan 3). Gambar 1. Serat sabut kelapa Proses pembentukan spesimen Polistirena dan SSK ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan komposisi masing-masing (Tabel 1). Polistirena yang berfungsi sebagai perekat dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarut silena. Setelah polistirena melarut dengan baik, dicampurkan serat sabut kelapa dan diblending hingga rata. Pembentukan spesimen uji Pengujian papan partikel didasarkan pada standar SNI [7]. Untuk spesimen uji tarik menggunakan standart ASTM D638M mengikuti ASTM D untuk spesimen uji lentur. Tabel 1. Variasi perbandingan antar unsurunsur pembentuk papan partikel Variasi Serat Sabut Kelapa (gr) Polistirena (gr) I II III Gambar 2. Spesimen uji lentur Gambar 3. Spesimen uji tarik Pembahasan Hasil uji tarik dan lentur sering dipakai sebagai parameter dalam menentukan penggunaan papan partikel pada funitur yang menuntut pemakai pada kondisi datar. Dari hasil pengujian tarik yang dilakukan pada tiga variasi komposisi SSK dan matriks PS, didapatkan suatu peningkatan tegangan tarik seiring dengan bertambahnya jumlah matriks 8

9 E. Tarik (kg/cm^2) Tegangan Tarik (kg/cm^2) Tegangan Lentur (kg/cm^2) Papan Partikel Thermocomposite Berpenguat Serat Alam (Muhd. Haiyum) yang digunakan. Kekuatan papan partikel meningkat dengan bertambah jumlah matriks dikarenakan zat-zat ekstraktif yang terkandung di dalam serat SSK membantu kekuatan matriks dalam meningkatkan interfacenya untuk semakin baik. Penambahan jumlah matriks juga berarti mengurangi jumlah serat yang digunakan sehingga mengurangi luas dan volume serat yang dapat ditutupi matriks. Semakin rapat dan luasnya daerah kontak antara serat membuat pemakaian matriks menjadi lebih efektif dan akan menghasilkan kekuatan papan yang lebih tinggi. 25 kg/cm 2, sedangkan pada perbandingan SSK-PS 40:60 mengasilkan nilai tegangan lentur sebesar 7,16 kg/cm 2. Nilai tegangan lentur yang didapat dari semua komposisi SSK-PS belum memenuhi standar tegangan lentur yang dipersyaratkan oleh SNI , yaitu 80 kg/cm 2 untuk papan type 100. Belum terpenuhinya tegangan lentur ini diperkirakan karenakan tingkat kerapatan spesimen yang masih sangat kurang, karena spesimen ditekan secara manual dengan perasaan tangan, sehingga masih banyak terdapatnya rongga yang belum terisi : : : 40 Komposisi Berat SSK-PS (gr) Gambar 4. Tegangan tarik papan partikel SSK dengan berbagai komposisi Gambar 4 memperlihat tegangan tarik papan partikel SSK dengan berbagai berbandingan komposisi. Pada komposisi SSK-PS 40:60, terjadi tegangan tarik maksimum rata-rata, yaitu sebesar 14,25 kg/cm 2. Sedangkan pada SSK-PS 50:50 dan 60:40, berturut-turut mempunyai tegangan tarik rata-rata 17,81 kg/cm 2 dan 4,73 kg/cm 2. Besarnya tegangan tarik rata-rata dengan berbagai variasi komposisi SSK-PS telah memenuhi standar kekuatan tarik yang dipersyaratkan oleh SNI , yaitu 1,5 kg/cm 2. Hasil pengujian lentur jauh berbeda fenomenanya dibandingkan dengan pengujian tarik. Tegangan lentur yang terjadi hampir merata untuk semua komposisi (Gambar 5). Secara umum dengan meningkatnya volume matrik, maka diiringi juga meningkatnya kekuatan lentur yang diterima papan partikel SSK. Tegangan lentur terendah terjadi pada komposisi SSK-PS 60:40 yang menghasilkan tegangan lentur 7,34 kg/cm 2, sedangkan tegangan lentur tertinggi terdapat pada komposisi SSK-PS 50:50 yaitu 8, : : : 40 Komposisi Berat SSK-PS (gr) Gambar 5. Tegangan lentur papan partikel SSK dengan berbagai komposisi : : : 40 Komposisi Berat SSK-PS (gr) Gambar 6. Modulus elastisitas tarik papan partikel SSK dengan berbagai komposisi Hasil perhitungan modulus elastisitas tarik dan lentur diperlihat pada Gambar 6 dan 7. Pada gambar 6, trend grafik modulus elastisitas tarik yang terjadi hampir sama dengan trend grafik tegangan tarik. Modulus elastisitas tarik pada komposisi SSK-PS 40:60 menghasilkan nilai optimum yaitu 1893,27 kg/cm 2, sedangkan untuk komposisi 50:50 dan 60:40, dihasilkan modulus elastisitas tarik 1209,97 dan 695,76 kg/cm 2. Gambar 7 yang 9

10 E. Lentur (kg/cm^2) Jurnal Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2013 : 6-10 memperlihatkan modulus elastisitas lentur mempnyai nilai yang hampir merata untuk semua komposisi SSK-PS. Nilai modulus elastisitas lentur optimum terjadi pada komposisi 50:50 yaitu, 458,72 kg/cm 2, sedangkan pada komposisi 40:60 dan 60:40 menghasilkan modulus elastisitas 419,98 dan 448,52 kg/cm Gambar 7. Modulus elastisitas lentur papan partikel SSK dengan berbagai komposisi KESIMPULAN 40 : : : 40 Komposisi Berat SSK-PS (gr) Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain; tegangan tarik papan partikel SSK- PS tertinggi terjadi pada komposisi 40:60, yaitu 14,25 kg/cm 2 dan terendah pada 60:40, yaitu 4,73 kg/cm 2, tegangan lentur papan partikel SSK-PS tertinggi terjadi pada komposisi 50:50, yaitu 8,99 kg/cm 2 dan terendah pada 60:40, yaitu 6,34 kg/cm 2. Komposisi SSK-PS 40:60 telah memenuhi standar SNI untuk sifat mekanis papan partikel type 100. [2] Rahman, MM and Khan, MA, 2007, Surface treatment of coir (Cocos nucifera) fibers and its influence on the fibers physico-mechanical properties, (www. sciencedirect.com /science/journal/ [3] Roseno S, Agus Hadi Santosa Wargadipura, 2003, Karakterisasi Dan Model Mekanis Material Komposit Berpenguat Serat Alam, Prosiding Seminar Teknologi untuk Negeri 2003, Vol. I, hal /HUMAS-BPPT [4] Monteiro S N., Luiz Augusto H. Terrones, Felipe P. D. Lopes, José Roberto M. d Almeida, 2005, Mechanical Strength of Polyester Matrix Composites Reinforced with Coconut Fiber Wastes, Revista Matéria, vol. 10, no. 4, pp , ( materia.coppe.ufrj.br/sarra/ artigos/artigo10693) [5] Mawardi I, Ramli I, Zuhaimi, 2007, Kekuatan Tarik dan Bending Komposit Polimer Diperkuat Kombinasi Serat Sabut Kelapa dan E-Glass, Buletin Utama Teknik Vol. 11 No.1 [6] Sindhu, Kuruvilla Joseph, Jasmine Maria Joseph, Thomas V. Mathew, 2008, Degradation Studies of Coir Fiber/Polyester and Glass Fiber/Polyester Composites under Different Conditions, ( jrp.sagepub.com/ cgi/content /abstract ) [7] Standar Nasional Indonesia SNI, Papan partikel Standar Nasional Indonesia SNI DAFTAR PUSTAKA [1] Sutigno, Paribroto., Mutu Papan Partikel. Pusat Penelitian dan Pengebangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor. 10

11 Stabilitas Bentuk dan Dimensi Plastik Polypropylene Terhadap Kecepatan Putaran Screw (Ariefin) STABILITAS BENTUK DAN DIMENSI PLASTIK POLYPROPYLENE TERHADAP KECEPATAN PUTARAN SCREW MESIN EKSTRUSI Ariefin Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km. 280 P.O. Box 90, Buketrata, Lhokseumawe Abstract Research aim is to analyze the influence of the screw rotation speed to change the shape to and dimensions of the product by a single screw extrusion. This study a model of the form of the product produced square shaped rectangular. Material type of plastic is polypropylene (PP). Extrusion machine used is a single screw with a ratio l/d barrel- screw is 14. Speed greatly depending on the size pulleys diameter that used. At this study, variation in screw rotation is done by varying the amount of difference that used. Each pulley diameter pulleys varied rotation speed is measured using a rotation speed variation tachometer. As for will do are 100, 80, 60, 40, and 20 showed rpm. Results screw ratation speed extrusion machine approximates the shape of die is at 100 rpm. Difference diameter dimensions die and cross section products range from 12 % to 38 %. Keywords: Shaped and dimension, ekstrusion, single screw, speed, polypropylene PENDAHULUAN Produk plastik telah mendominasi setiap bidang dari kehidupan manusia sekarang ini, mulai dari peralatan rumah tangga, pertanian, industri, rumah sakit, sampai pada teknologi ruang angkasa menggunakan plastik. Trend penggunaan bahan plastik cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia pemakaian bahan plastik, baik untuk keperluan industri, rumah tangga, pengemasan dan keperluan lainnya terus meningkat. Tetapi penggunaan plastik di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara di Asia Tenggara [1]. Ketertinggalan Indonesia dalam penggunaan plastik dikarenakan oleh salah satu faktor yaitu kurangnya teknologi tentang pengolahan plastik, baik dari segi peralatan maupun teknik produksinya. Produk plastik dapat diproduksi melalui proses-proses tertentu sesuai dengan kebutuhannya. Persentase penggunaan dari setiap proses adalah Extrusion 36%, Injection 32%, Blow molding 10%, Calendering 6%, Coating 5%, Compression 3%, Powder (Roto) 2%, dan lain-lain 6% [2]. Dari persentase di atas dapat kita lihat, kebanyak produk plastik diproduksi dengan menggunakan proses ekstrusi. Pada proses ekstrusi bentuk produk dengan dimensi toleransi yang ketat tidak mudah didapat, karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara lain, yaitu: kecepatan putaran screw, besarnya tekanan dan temperatur yang digunakan. Ketepatan dan stabilitas dimensi produk yang baik sangat diharapkan dalam proses pembentuk plastik, tetapi itu tidak mudah didapat, sehingga banyak produk yang mempunyai ukuran yang tidak sesuai dengan harapan. Ketepatan dan stabilitas dimensi tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor (kecepatan putaran screw, besarnya tekanan dan temperatur proses) sehingga dimensi dapat menyimpang dari yang direncanakan. Melalui penelitian ini akan dilihat pengaruh kecepatan screw terhadap dimensi produk dengan mengkondisikan temperatur proses sebagai variabel tetap. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang berkenaan dengan variabel-variabel yang mempengaruhi hasil proses pembentukan plastik. Pada penelitian ini ruang lingkup dibatasi hanya dengan memvariasikan salah satu faktor yang dapat merubah dimensi dan 11

12 Jurnal Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2013 : bentuk produk yaitu kecepatan putaran screw. Untuk temperatur diatur konstan sebesar C, berdasarkan hasil penelitian [3] untuk mesin ekstrusi single screw yang akan digunakan nantinya. Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh kecepatan putaran screw terhadap perubahan bentuk dan dimensi produk yang dihasilkan oleh mesin ekstrusi single screw. Mesin ekstrusi tanpa menggunakan sistem penepatan dan pendingin. Konsep dasar ekstrusi mirip injection molding yaitu material lewat melalui hopper ke dalam barrel yg mana dicairkan dan didorong keluar karena pergerakan dari screw. Proses ekstrusi biasanya untuk membentuk komponenkomponen yang kontinyu dengan bentuk profil yang konstan seperti misalnya film, sheet, filament, pipa, batangan dan lain-lain. Perbedaan utama ekstrusi dengan injection moulding adalah ekstrusi beroperasi pada tekanan rendah (1-10 MPa) namun bisa juga mencapai (35-70 MPa) sedang injection moulding beroperasi pada tekanan tinggi ( MPa). Material yang masuk ke barrel dibawa mengalir oleh screw ke sepanjang barrel hingga keluar melalui die, dengan putaran sekitar 60 rpm. Screw mempunyai peran yang penting untuk mendorong material hingga keluar menjadi produk. Screw dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (1) feed section, bagian ini merupakan bagain awal dimana material berpindah dari hooper ke barrel dan bagian dimana terjadi pemanasan awal; (2) compression section, bagian dimana plastik bertransformasi menjadi liquid hingga menjadi melt dan material ditekan ke depan; dan (3) metering section, bagian dimana terjadi pengadukan untuk mendapatkan melt yang homogen, dan material terdorong melewati die hingga keluar menjadi produk. Screw dan barrel adalah dua komponen utama dari sebuah mesin ekstrusi. Screw berfungsi sebagai poros pendorong, pemotong, dan pengaduk plastik panas yang terdapat di dalam barrel. Sedangkan barrel adalah selongsong yang merupakan ruang pemanas dimana screw berada di dalamnya. Barrel berfungsi sebagai tempat proses plastisisasi. Menurut Rosato [2], untuk menjamin kelangsung proses, rasio diameter screw dan diameter barrel (clearance) dianjurkan sebesar s.d in (0,05 mm). Dalam penggunaannya diameter screw mempengaruhi laju aliran plastik dalam barrel. Pemilihan diameter dan panjang screw didasarkan pada rasio perbandingan (L/D) dengan range 6 s.d 48, akan tetapi kebanyakan proses plastik mengambil ratio L/D sebesar 24 s.d 36 [2]. Sedangkan Groover [4] menyatakan bahwa secara tipikal, diameter dalam barrel berkisar dari 1 s.d 6 in (25 s.d 150 mm). Panjang barrel relatif terhadap diameter biasanya rasio perbandingan antara 10 s.d 30. Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik dapt dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa banyak dari mereka "malleable", memiliki properti keplastikan. Plastik didesain dengan variasi yang sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras, "reliency" dan lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri. Amstead [5] mengelompokan polypropylene ke dalam kelompok termoplastik. Bahan ini memiliki sifat-sifat listrik yang baik, nilai impak dan kekuatan yang tinggi dan sangat tahan terhadap suhu dan bahan-bahan kimia. Contoh produk dari bahan ini antara lain: alat-alat untuk rumah sakit, mainan anak-anak, koper, perabot, lembaran untuk pengemasan makanan, kotak televisi dan isolasi listrik.. Beberapa penelitian tentang plastik telah dilakukan seperti, Indra [6] meneliti tentang pengaruh temperatur melting PP pada proses ekstrusi, dari hasil penelitian menunjukan temperatur melting yang berbeda menghasilkan dimensi yang berbeda pula. Michaeli [7] melalui papernya memaparkan metode baru desain geometri die untuk ekstrusi. Metode ini menggunakan gabungan finite element analisis (FEA) dan flow analisis network (FAN). Hasil risetnya dalah algoritma untuk optimasi aliran pada saluran dies ekstrusi secara aoutomatis. Michaeli [8] juga meneliti gesekan polypropelene (PP) di dalam feed section dari single screw ekstrusi, yang menghasilkan additive, filler dan bentuk pellet 12

13 Stabilitas Bentuk dan Dimensi Plastik Polypropylene Terhadap Kecepatan Putaran Screw (Ariefin) berpengaruh terhadap gesekan di dalam extruders. Groover [4] dalam bukunya menyatakan polypropylene (PP) diperkenalkan sejak tahun 1950 dan saat ini menjadi plastik utama yang banyak digunakan dalam pembuatan produk plastik. Polypropylene mempunyai simbol kimia (C 3 H 6 ) n. Karakteristik PP menurut [4] antara lain: mempunyai modulus elastisitas 1400 MPa, tensile strength 35 MPa, elongation 10% s.d 500%, glasstransition temperature C, dan melting temperature C. Howe [9] menyatakan polimer jenis polypropylene (PP) banyak digunakan untuk produk pipa, tubing, kontainer, interior otomotif dan lain-lain. METODE Pada penelitian ini, model dari produk yang dianalisis berbentuk persegi empat. Bahan plastik yang digunakan adalah bahan plastik jenis polypropylene (PP). Bahan PP ini termasuk dalam kategori bahan polimer termoplastik. Mesin ekstrusi yang digunakan adalah mesin ekstrusi single screw dengan per bandingan L/D barrel- screw adalah 14. Kecepatan putaran screw sangat tergantung dari besarnya diameter puli yang digunakan. Pada penelitian ini, variasi putaran screw dilakukan dengan memvariasikan perbedaan besaran diameter puli yang digunakan. Setiap puli yang divariasikan diukur kecepatan putaran menggunakan tachometer. Adapun variasi kecepatan yang akan dilakukan adalah 100, 80, 60, 40, dan 20 rpm Adapun prosedur pengujian: a. Setting ukuran puli sesuai dengan putaran yang diinginkan. Pengukuran kecepatan screw dilakukan dengan tachometer. b. Lakukan pemanasan dengan cara menghidupkan heater hingga mencapai temperatur C dan tahan (holding time) hingga 15 menit pada temperatur tersebut. Tujuan dari holding time selama 15 menit tersebut adalah untuk mendapatkan temperatur yang homogen dibagian luar dan dalam barrel. c. Hidupkan motor listrik untuk mendapatkan putaran screw. Putaran motor listrik dengan sistem transmisi sabuk direduksi oleh gear box reduksi dan puli kemudian diteruskan ke poros screw. d. Masukan butiran plastik ke dalam pengumpan (hooper). Dengan gaya gravitasi butiran plastik masuk ke dalam barrel dan dengan screw yang berputar memindahkan material ke sepanjang barrel. Elemen pemanas (heater) meleburkan butiran plastik hingga mencapai temperatur melting. Melalui pergerakan screw dalam barrel, butiran plastik yang telah menjadi viskos plastik ditekan ke dalam die. e. Produk yang keluar dari cetakan dapat didinginkan dengan udara. f. Potong bagian produk dan ukur dimensinya. g. Untuk analisis permukaan, penampang produk yang dipotong diamplas dan dilakukan pengamatan melalui mikroskop atau scanner. Die dibuat dari baja St 37 dengan diamter persegi empat 10 mm. Die yang digunakan diperlihatkan pada gambar 1. Gambar 1. Bentuk die HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengujian dengan menggunakan temperatur C dengan variasi putaran 100, 80, 60, 40, dan 20 rpm dihasilkan beberapa karakteristik bentuk produk yang berbeda sebagai berikut. a. Putaran 100 rpm Putaran 100 rpm didapat dari penggunaan puli motor 4 inchi, reduser 4 inchi dan 8 inchi dan screw 4 inchi. Posisi puli tampak depan dan bentuk penampang produk diperlihatkan pada gambar 2. Bentuk penampang produk yang dihasilkan pada putaran 100 rpm mendekati bentuk segi empat, akan tetapi masih terjadi perubahan dimensi. Pengukuran dimensi diameter rata-rata produk (12,65 mm), diameter die 10 mm. Terjadi selisih ukuran produk lebih besar 21% dari ukuran diameter die. Pada 13

14 Jurnal Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2013 : batangan masih terlihat butiran plastik yang belum mencair sempurna. bentuk penampang produk diperlihatkan pada gambar 4. Bentuk penampang produk yang dihasilkan pada putaran 60 rpm berbentuk batangan segi empat. Dari pengukuran dimensi, diameter rata-rata produk (16 mm), diameter die 10 mm. Terjadi selisih ukuran produk lebih besar 38% dari ukuran diameter die. Pada batangan butiran plastik telah mencair sempurna. Gambar 2. Posisi puli putaran 100 rpm dan penampang produk b. Putaran 80 rpm Putaran 80 rpm didapat dari penggunaan puli motor 4 inchi, reduser 4 inchi dan 5 inchi dan screw 3 inchi. Posisi puli tampak depan dan bentuk penampang produk diperlihatkan pada gambar 3. Gambar 4. Posisi puli putaran 60 rpm dan penampang produk d. Putaran 40 rpm Putaran 40 rpm didapat dari penggunaan puli motor 4 inchi, reduser 4 inchi dan 4 inchi dan screw 5 inchi. Posisi puli tampak depan dan bentuk penampang produk diperlihatkan pada gambar 5. Gambar 3. Posisi puli putaran 80 rpm dan penampang produk Bentuk penampang produk yang dihasilkan pada putaran 80 rpm mendekati bentuk segi empat. Dimensi diameter die 10 mm dan diameter rata-rata produk (15,15 mm), disini terjadi selisih ukuran produk lebih besar 34% dari ukuran diameter die. Pada batangan masih terlihat juga butiran plastik yang belum mencair sempurna. c. Putaran 60 rpm Putaran 60 rpm didapat dari penggunaan puli motor 4 inchi, reduser 4 inchi dan 4 inchi dan screw 3 inchi. Posisi puli tampak depan dan Gambar 5. Posisi puli putaran 40 rpm dan penampang produk Bentuk penampang produk yang dihasilkan pada putaran 40 rpm berbentuk batangan segi empat. Dari pengukuran diameter rata-rata produk (15 mm) dan diameter die 10 mm. 14

15 Stabilitas Bentuk dan Dimensi Plastik Polypropylene Terhadap Kecepatan Putaran Screw (Ariefin) Terjadi selisih ukuran produk lebih besar 33% dari ukuran diameter die. Pada batangan butiran plastik telah mencair sempurna. e. Putaran 20 rpm Putaran 20 rpm didapat dari penggunaan puli motor 4 inchi, reduser 4 inchi dan 3 inchi dan screw 9 inchi. Posisi puli tampak depan dan bentuk penampang produk diperlihatkan pada gambar 6. Gambar 6. Posisi puli putaran 20 rpm dan penampang produk Bentuk penampang produk yang dihasilkan pada putaran 20 rpm berbentuk batangan segi empat. Dari pengukuran diameter rata-rata produk (13,45 mm), diameter die 10 mm. Terjadi selisih ukuran produk lebih besar 25% dari ukuran diameter die. Pada batangan butiran plastik telah mencair sempurna. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan; Selisih ukuran dimensi diameter die dan penampang produk berkisar antara 12% sampai dengan 38%. Kecepatan putaran screw yang semakin tinggi akan menghasilkan bentuk penampang produk yang mendekati bentuk die. Pada putaran screw yang semakin tinggi, plastik belum mencair sempurna. Kecepatan screw mesin ekstrusi yang mendekati bentuk die pada kecepatan 100 rpm. DAFTAR PUSTAKA [1] Suratno, B Polimer and Composite Material, Seminar Dosen Tamu di Magister T. Mesin USU, Sentra Teknologi Polimer, Serpong [2] Rosato, D Plastics Processing Data Handbook, Ed.2, Chapman & Hall, London. [3] Indra., M. 2007, Analisis Bentuk Ekstruded Polypropylene akibat Perbedaan Temperatur Proses menggunakan Single Screw Extrusion, Jurnal Sistem Teknik Industri USU, Vol. 8. No.1, 2007 [4] Groover. Mikel P Fundamentals of Modern Manufacturing Materials, Processes and Systems, John Wiley & Sons Inc. New York [5] Amstead B.H, Teknologi Mekanik. Jilid 1, Erlangga, Jakarta [6] Indra., M 2005, Analisis Temperatur Melting Polypropylene terhadap Perubahan Bentuk Produk Dengan Menggunakan Desain Extrusi Single Screw, Prosiding Research Grant TPSDP Batch III. Jakarta [7] Michaeli,W., Imhoff, A. Friction in the Feed Section of Single Screw Extruders Dependent on Pellet Shape, Fillers and Additives, Journal of Applied Polymer Engineering, Vol. 24, No. 5, 2004 [8] Michaeli,W., Kaul,S. Approach of an Automati Extrusion Die Optimization, Journal of Applied Polymer Engineering, Vol. 24, No. 5, 2004 [9] Howe, David Polimer Data Handbook. Oxford University Press, Inc New York. 15

16

17 11

STABILITAS BENTUK DAN DIMENSI PLASTIK POLYPROPYLENE TERHADAP KECEPATAN PUTARAN SCREW MESIN EKSTRUSI

STABILITAS BENTUK DAN DIMENSI PLASTIK POLYPROPYLENE TERHADAP KECEPATAN PUTARAN SCREW MESIN EKSTRUSI Stabilitas Bentuk dan Dimensi Plastik Polypropylene Terhadap Kecepatan Putaran Screw (Ariefin) STABILITAS BENTUK DAN DIMENSI PLASTIK POLYPROPYLENE TERHADAP KECEPATAN PUTARAN SCREW MESIN EKSTRUSI Ariefin

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN FABRIKASI MESIN EXTRUSI SINGLE SCREW

PERANCANGAN DAN FABRIKASI MESIN EXTRUSI SINGLE SCREW PERANCANGAN DAN FABRIKASI MESIN EXTRUSI SINGLE SCREW Sumardi dan Indra Mawardi Dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRACT Penelitian ini dilakukan dimulai dari desain sampai mesin

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MEKANIS BLOCKBOARD MENGGUNAKAN CORE PARTIKEL KAYU KELAPA SAWIT

KARAKTERISTIK MEKANIS BLOCKBOARD MENGGUNAKAN CORE PARTIKEL KAYU KELAPA SAWIT Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 KARAKTERISTIK MEKANIS BLOCKBOARD MENGGUNAKAN CORE PARTIKEL KAYU KELAPA SAWIT 1 Indra Mawardi dan 2 Yuniati 1,2 Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

Pengembangan Block Board Varian Baru Berbasis Core dari Komposit Partikel Kayu Kelapa Sawit

Pengembangan Block Board Varian Baru Berbasis Core dari Komposit Partikel Kayu Kelapa Sawit Jurnal Teknik Mesin, Vol. 1, No. 1, April 213, 28-3 ISSN 11-9867 DOI: 1.97/jtm.1.1.28-3 Pengembangan Block Board Varian Baru Berbasis Core dari Komposit Partikel Kayu Kelapa Sawit Indra Mawardi 1, Yuniati

Lebih terperinci

Mutu Papan Partikel dari Kayu Kelapa Sawit (KKS) Berbasis Perekat Polystyrene

Mutu Papan Partikel dari Kayu Kelapa Sawit (KKS) Berbasis Perekat Polystyrene Mutu Papan Partikel dari Kayu Kelapa Sawit (KKS) Berbasis Perekat Polystyrene Indra Mawardi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe, Banda Aceh E-mail: ddx_72@yahoo.com ABSTRAK Target khusus

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember 2

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember 2 1 Pengaruh Variasi Panjang Serat Terhadap Kekuatan Tarik Dan Bending Komposit Matriks Polipropilena Dengan Penguat Serat Sabut Kelapa 10% Pada Proses Injection Moulding (The Effect Of Fiber Length Variation

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *)   ABSTRAK PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA Adriana *) email: si_adramzi@yahoo.co.id ABSTRAK Serat sabut kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang pemanfaatannya sangat terbatas. Polipropilena

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH KARAKTERISTIK KOMPOSIT SERBUK KAYU JATI DENGAN FRAKSI VOLUME 25%, 30%, 35% TERHADAP UJI BENDING, UJI TARIK DAN DAYA SERAP BUNYI UNTUK DINDING PEREDAM SUARA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan tanaman penghasil kayu yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik untuk keperluan industri besar, industri

Lebih terperinci

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE Harini Program Studi Teknik Mesin Universitas 17 agustus 1945 Jakarta yos.nofendri@uta45jakarta.ac.id

Lebih terperinci

Mohammad Bagus E. H. 1, Hari Arbiantara 2, Dedi Dwilaksana 2. Abstrak. Abstract. Pendahuluan

Mohammad Bagus E. H. 1, Hari Arbiantara 2, Dedi Dwilaksana 2. Abstrak. Abstract. Pendahuluan 1 Pengaruh Variasi Fraksi Berat dan Panjang Serat Komposit Pelepah Kelapa dengan Matriks Polypropylene terhadap Kekuatan Tarik pada Proses Injection Moulding (The Effect of Weight Fraction Variations and

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin, Laboratorium Mekanik Politeknik Negeri Sriwijaya. B. Bahan yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data statistik Kehutanan (2009) bahwa hingga tahun 2009 sesuai dengan ijin usaha yang diberikan, produksi hutan tanaman mencapai 18,95 juta m 3 (HTI)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Laporan Tugas Akhir 3.1 Diagram Alir Proses Gambar 3.1. Diagram alir penelitian 25 Penelitian ini ditunjang dengan simulasi komputer dari hasil penelitian komposit PE-serbuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Material untuk rekayasa struktur terbagi menjadi empat jenis, diantaranya logam, keramik, polimer, dan komposit (Ashby, 1999). Material komposit merupakan alternatif

Lebih terperinci

Fajar Nugroho Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta. Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto

Fajar Nugroho Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta. Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto Seminar SENATIK Nasional Vol. II, 26 Teknologi November Informasi 2016, ISSN: dan 2528-1666 Kedirgantaraan (SENATIK) Vol. II, 26 November 2016, ISSN: 2528-1666 MdM- 41 STUDI PENGARUH PROSES MANUFAKTUR

Lebih terperinci

Perubahan Sifat Mekanis Komposit Hibrid Polyester yang Diperkuat Serat Sabut Kelapa dan Serat Ampas Empulur Sagu

Perubahan Sifat Mekanis Komposit Hibrid Polyester yang Diperkuat Serat Sabut Kelapa dan Serat Ampas Empulur Sagu Perubahan Sifat Mekanis Komposit Hibrid Polyester yang Diperkuat Serat Sabut Kelapa dan Serat Ampas Empulur Sagu Arthur Yanny Leiwakabessy, Anindito Purnowidodo, Sugiarto, Rudy Soenoko Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

ANALISA PENGUJIAN TARIK SERAT AMPAS TEBU DENGAN STEROFOAM SEBAGAI MATRIK

ANALISA PENGUJIAN TARIK SERAT AMPAS TEBU DENGAN STEROFOAM SEBAGAI MATRIK ANALISA PENGUJIAN TARIK SERAT AMPAS TEBU DENGAN STEROFOAM SEBAGAI MATRIK Burmawi 1, Kaidir 1, Ade Afedri 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta Padang adeafedriade@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Pengaruh Moisture Content dan Thermal Shock Terhadap Sifat Mekanik Komposit Hibrid Berbasis Serat Gelas dan Coir (Aplikasi: Blade Turbin Angin)

Pengaruh Moisture Content dan Thermal Shock Terhadap Sifat Mekanik Komposit Hibrid Berbasis Serat Gelas dan Coir (Aplikasi: Blade Turbin Angin) Pengaruh Moisture Content dan Thermal Shock Terhadap Sifat Mekanik Komposit Hibrid Berbasis Serat Gelas dan Coir (Aplikasi: Blade Turbin Angin) Mastariyanto Perdana a ), Jamasri Jurusan Teknik Mesin dan

Lebih terperinci

PENGARUH MOISTURE CONTENT DAN THERMAL SHOCK TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK KOMPOSIT HIBRID BERBASIS SERAT GELAS DAN COIR

PENGARUH MOISTURE CONTENT DAN THERMAL SHOCK TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK KOMPOSIT HIBRID BERBASIS SERAT GELAS DAN COIR PENGARUH MOISTURE CONTENT DAN THERMAL SHOCK TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK KOMPOSIT HIBRID BERBASIS SERAT GELAS DAN COIR Oleh : Mastariyanto Perdana Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) Citra Mardatillah Taufik, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN CaCO 3 TERHADAP KUAT TARIK POLYPROPYLENE

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN CaCO 3 TERHADAP KUAT TARIK POLYPROPYLENE PENGARUH VARIASI KANDUNGAN CaCO 3 TERHADAP KUAT TARIK POLYPROPYLENE Muhammad Luqman Saiful fikri 1, Iman Kurnia Sentosa 2, Harini Sosiati 3, Cahyo Budiyantoro 4 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit, menjadi sebuah tantangan dalam ilmu material untuk mencari dan mendapatkan material baru yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Material komposit merupakan material yang tersusun dari sedikitnya dua macam material yang memiliki sifat fisis yang berbeda yakni sebagai filler atau material penguat

Lebih terperinci

Opa Slamet S,Burmawi,Kaidir

Opa Slamet S,Burmawi,Kaidir ANALISA SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT DARI POLYESTHER RESIN BERPENGUAT SERAT SABUT KELAPA YANG DIBERI PERLAKUAN ALKALI ( NaOH 25% ) Opa Slamet S,Burmawi,Kaidir Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp) Papan partikel dari campuran limbah rotan dan penyulingan PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp) Particle Board from Mixture of Rattan Waste and Gemor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi plastik membuat aktivitas produksi plastik terus meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau bahan dasar. Material plastik

Lebih terperinci

Pramuko Ilmu Purboputro Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pramuko Ilmu Purboputro Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta PENGARUH KOMPOSISI SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KOEFISIEN GESEK DAN TEMPERATUR GESEK PADA BAHAN KOPLING CLUTCH KENDARAAN DARI KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA SERBUK TEMBAGA FIBERGLASS DENGAN MATRIK PHENOL Pramuko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi rekayasa material serta berkembangnya isu lingkungan hidup menuntut terobosan baru dalam menciptakan material yang berkualitas tinggi dan ramah lingkungan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Diameter Serat Diameter serat adalah diameter serat ijuk yang diukur setelah mengalami perlakuan alkali, karena pada dasarnya serat alam memiliki dimensi bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Sawit Jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mencapai 21.958.120 ton dan pada tahun 2011 mencapai

Lebih terperinci

PERUBAHAN SIFAT MEKANIS KOMPOSIT HYBRID POLYPROPYLENE YANG DIPERKUAT SERAT SABUT KELAPA DAN SERBUK KAYU JATI AKIBAT VARIASI FRAKSI VOLUME

PERUBAHAN SIFAT MEKANIS KOMPOSIT HYBRID POLYPROPYLENE YANG DIPERKUAT SERAT SABUT KELAPA DAN SERBUK KAYU JATI AKIBAT VARIASI FRAKSI VOLUME PERUBAHAN SIFAT MEKANIS KOMPOSIT HYBRID POLYPROPYLENE YANG DIPERKUAT SERAT SABUT KELAPA DAN SERBUK KAYU JATI AKIBAT VARIASI FRAKSI VOLUME Arthur Yanny Leiwakabessy 1) FakultasTeknik Universitas Pattimura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia setelah Nigeria dan Thailand dengan hasil produksi mencapai lebih 23 juta ton pada tahun 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi bahan sudah berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun sejak abad ke-20. Banyak industri yang sudah tidak bergantung pada penggunaan logam sebagai

Lebih terperinci

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag) Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 8, No.2, Mei 2017 1 Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag) Heri Yudiono 1, Rusiyanto 2, dan Kiswadi 3 1,2 Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR ATAP SERAT BULU AYAM

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR ATAP SERAT BULU AYAM STUDI PENGARUH PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR ATAP SERAT BULU AYAM Sri Handani dan Denia Efilusi Jurusan Fisika FMIPA Univesitas Andalas Email : shandani69@yahoo.com ABSTRAK Telah

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN Mukhtar Ali 1*, Nurdin 2, Mohd. Arskadius Abdullah 3, dan Indra Mawardi 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER

PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER Jurnal Mechanical, Volume 3, Nomor 1,Maret 212 PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER Harnowo Supriadi Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISA KONDUKTIVITAS THERMAL MATERIAL KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA DENGAN PERLAKUAN ALKALI DAN RESIN POLIESTER

ANALISA KONDUKTIVITAS THERMAL MATERIAL KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA DENGAN PERLAKUAN ALKALI DAN RESIN POLIESTER ANALISA KONDUKTIVITAS THERMAL MATERIAL KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA DENGAN PERLAKUAN ALKALI DAN RESIN POLIESTER Debi Alberto, Burmawi, Suryadimal Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SERAT SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PEMBUAT HELM PENGENDARA KENDARAAN RODA DUA

PEMANFAATAN LIMBAH SERAT SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PEMBUAT HELM PENGENDARA KENDARAAN RODA DUA PEMANFAATAN LIMBAH SERAT SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PEMBUAT HELM PENGENDARA KENDARAAN RODA DUA 1) Muh Amin, ST, MT.& 2) Drs. Samsudi R, ST 1,2) Program Studi teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN : SINTESIS DAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT DARI LIMBAH PELEPAH SAWIT DAN SABUT KELAPA Erwan 1), Irfana Diah Faryuni 1)*, Dwiria Wahyuni 1) 1) Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ampas tebu atau yang umum disebut bagas diperoleh dari sisa pengolahan tebu (Saccharum officinarum) pada industri gula pasir. Subroto (2006) menyatakan bahwa pada

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal. 42-47 ISSN 0216-7395 ANALISIS KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT ALAM SEBAGAI BAHAN ALTERNATIVE PENGGANTI SERAT KACA UNTUK PEMBUATAN DASHBOARD

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan material komposit dengan filler serat alam mulai banyak dikenal dalam industri manufaktur. Material yang ramah lingkungan, mampu didaur ulang, serta mampu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 % TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Menyatakan polypropylene (PP) diperkenalkan sejak tahun 1950 dan saat ini menjadi plastik utama yang banyak digunakan dalam pembuatan produk plastik. Polypropylene

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 25 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 AlaT Penelitian Peralatan yang digunakan selama proses pembuatan komposit : a. Alat yang digunakan untuk perlakuan serat Alat yang digunakan

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada ribuan tahun yang lalu material komposit telah dipergunakan dengan dimanfaatkannya serat alam sebagai penguat. Dinding bangunan tua di Mesir yang telah berumur

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT SERAT RAMBUT MANUSIA

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT SERAT RAMBUT MANUSIA PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT SERAT RAMBUT MANUSIA Muh Amin* dan Samsudi Raharjo** *, **)Dosen S1 Teknik Mesin Universitas Muhammadyah Semarang e-mail: amin.unimus@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi pembuatan komposit polimer yaitu dengan merekayasa material pada saat ini sudah berkembang pesat. Pembuatan komposit polimer tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap kayu sebagai bahan konstruksi bangunan atau furnitur terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk, sementara

Lebih terperinci

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu 25 Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu Suhardiman, Asroni Mukhlis Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bengkalis E-mail : Suhardiman@polbeng

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH Tugas Akhir TM091486 ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH Rifki Nugraha 2108 100 704 Dosen Pembimbing : Putu Suwarta, ST. M.Sc Latar Belakang Komposit Material

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH Alwiyah Nurhayati Abstrak Serabut kelapa (cocofiber) adalah satu serat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimen. Metode eksperimen dilakukan mulai dari proses pembuatan atau fabrikasi komposit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini kebutuhan akan material yang memiliki sifat mekanik yang baik sangat banyak. Selain itu juga dibutuhkan material dengan massa jenis yang kecil serta

Lebih terperinci

PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI

PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI *Norman Iskandar, Agung Eko Wicaksono, Moh Farid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penggunaan dan pemanfaatan material komposit dewasa ini berkembang cukup pesat mulai dari yang sederhana seperti alat - alat rumah tangga sampai sektor industri dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan dan pemanfaatan karet sekarang ini semakin berkembang. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komposit adalah suatu sistem bahan (meterial) yang tersusun dari campuran atau kombinasi dari dua atau lebih konstituen makro yang berbeda dalam bentuk atau komposisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan selama proses treatment atau perlakuan alkalisasi serat kenaf dapat dilihat pada Gambar 3.1. (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) Gambar 3.1. Peratalatan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA Firmansyah, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: firman_bond007@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam industri mulai menyulitkan bahan konvensional seperti logam untuk memenuhi keperluan aplikasi baru. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dibidang teknologi dan sains mendorong material komposit banyak digunakan pada berbagai macam aplikasi produk. Secara global material komposit dikembangkan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI CAMPURAN DAN TEMPERATUR POLYPROPYLENE, POLYETHYLENE, DAN POLYSTYRENE PADA PROSES PLASTIC MOLDING

PENGARUH VARIASI CAMPURAN DAN TEMPERATUR POLYPROPYLENE, POLYETHYLENE, DAN POLYSTYRENE PADA PROSES PLASTIC MOLDING PENGARUH VARIASI CAMPURAN DAN TEMPERATUR POLYPROPYLENE, POLYETHYLENE, DAN POLYSTYRENE PADA PROSES PLASTIC MOLDING SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ]

Lebih terperinci

PENGUNAAN BAHAN MATRIK SEMEN,GIBSUM, TANAH LIAT TERHADAP PEMANFAATAN SABUT KELAPA SEBAGAI SERAT UNTUK PEMBUATAN PAPAN SERAT SABUT KELAPA

PENGUNAAN BAHAN MATRIK SEMEN,GIBSUM, TANAH LIAT TERHADAP PEMANFAATAN SABUT KELAPA SEBAGAI SERAT UNTUK PEMBUATAN PAPAN SERAT SABUT KELAPA PENGUNAAN BAHAN MATRIK SEMEN,GIBSUM, TANAH LIAT TERHADAP PEMANFAATAN SABUT KELAPA SEBAGAI SERAT UNTUK PEMBUATAN PAPAN SERAT SABUT KELAPA Yusril Irwan Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material teknik. Material komposit khususnya dengan penguatan serat alam mulai

BAB I PENDAHULUAN. material teknik. Material komposit khususnya dengan penguatan serat alam mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian logam khususnya baja sebagai bahan baku dalam dunia manufaktur dan konstruksi mulai berkurang seiring dengan perkembangan teknologi dan pertimbangan terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI PANJANG SERAT TERHADAP KUAT TARIK DAN LENTUR PADA KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT Agave angustifolia Haw

ANALISIS VARIASI PANJANG SERAT TERHADAP KUAT TARIK DAN LENTUR PADA KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT Agave angustifolia Haw Analisis Variasi Panjang Serat Terhadap Kuat Tarik dan Lentur pada Komposit yang Diperkuat Agave angustifolia Haw (Bakri, ANALISIS VARIASI PANJANG SERAT TERHADAP KUAT TARIK DAN LENTUR PADA KOMPOSIT YANG

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a

Upaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a Upaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a a Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Sambas Jalan Raya Sejangkung, Sambas,

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 196 Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan material komposit dalam bidang teknik semakin meningkat seiring meningkatnya pengetahuan karakteristik material ini. Material komposit mempunyai banyak keunggulan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN SEMEN-GIPSUM

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN SEMEN-GIPSUM PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN SEMEN-GIPSUM Meri Darmawi, Alimin Mahyudin Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail:

Lebih terperinci

Pengaruh Kadar Selulosa Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC)

Pengaruh Kadar Selulosa Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC) TPM 13 Pengaruh Kadar Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC) Yusnila Halawa, Bahruddin, Irdoni Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya

Lebih terperinci

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK PENGARUH VARIASI UKURAN PANJANG SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BATAKO The effect of the addition of coconut fiberto compressive strength and flexural strength on brick. Sitti Hajrah

Lebih terperinci

BAB IV. (3) Lenght 208 μm (3) Lenght μm. (4) Lenght 196 μm (4) Lenght μm. Gambar 4.1. Foto optik pengukuran serat sisal

BAB IV. (3) Lenght 208 μm (3) Lenght μm. (4) Lenght 196 μm (4) Lenght μm. Gambar 4.1. Foto optik pengukuran serat sisal 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Serat Tunggal 4.1.1 Pengukuran diameter Serat Sisal Pengukuran diameter serat dilakukan untuk input data pada alat uji tarik untuk mengetahui tegangan tarik,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN B. Tahapan Proses Pembuatan Papan Serat 1. Pembuatan Matras a. Pemotongan serat Serat kenaf memiliki ukuran panjang rata-rata 40-60 cm (Gambar 18), untuk mempermudah proses pembuatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mesin mixer peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Mesin mixer peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mesin mixer peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses percampuran dua atau lebih material dalam suatu industri yang berbahan dasar thermoplastik dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU Ragil Widyorini* Abstrak Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan emisi formaldehida dari produk-produk panel.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi penggunaan, maupun teknologinya. Penggunaannya tidak terbatas pada bidang otomotif saja, namun sekarang

Lebih terperinci

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN PENDAHULUAN Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material, dimana akan terbentuk material yang

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI RADIAL KAYU BAWANG (Dysoxylum sp.), JENIS FILLER DAN DERAJAT KELEMBUTANNYA TERHADAP KETEGUHAN REKAT

PENGARUH POSISI RADIAL KAYU BAWANG (Dysoxylum sp.), JENIS FILLER DAN DERAJAT KELEMBUTANNYA TERHADAP KETEGUHAN REKAT PENGARUH POSISI RADIAL KAYU BAWANG (Dysoxylum sp.), JENIS FILLER DAN DERAJAT KELEMBUTANNYA TERHADAP KETEGUHAN REKAT Mery Loiwatu, S.Hut., MP, Dr. Ir. E. Manuhua,M.Sc dan Ir. J. Titarsole, MP Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan material di dunia industri khususnya manufaktur semakin lama semakin meningkat. Material yang memiliki karakteristik tertentu seperti kekuatan, keuletan,

Lebih terperinci

Universitas Bung Hatta Kampus III Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun Telp. (0751) Padang

Universitas Bung Hatta Kampus III Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun Telp. (0751) Padang ANALISA KEKUATAN TARIK DAN IMPAK MATERIAL KOMPOSIT DENGAN VARIASI PANJANG SERAT TKKS YANG DISUSUN SECARA ACAK MENGGUNAKAN MATRIKS POLIMER RESIN POLYESTER Feby Arianto 1 Burmawi 2, Wenny Marthiana 3, 1,2,3

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN KOMPOSIT SERAT IJUK MATRIK POLYPROPYLENE TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSESINJECTION MOLDING

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN KOMPOSIT SERAT IJUK MATRIK POLYPROPYLENE TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSESINJECTION MOLDING 1 PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN KOMPOSIT SERAT IJUK MATRIK POLYPROPYLENE TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSESINJECTION MOLDING (THE EFFECT OF TEMPERATURE AND PRESSURE ON THE PALM FIBER COMPOSITE ON MECHANICAL

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai Juli 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SERBUK TEMPURUNG KELAPA PADA KOMPOSIT Al 2O 3-EPOXY

PEMANFAATAN SERBUK TEMPURUNG KELAPA PADA KOMPOSIT Al 2O 3-EPOXY PEMANFAATAN SERBUK TEMPURUNG KELAPA PADA KOMPOSIT Al 2O 3-EPOXY Ahmad Syafruddin Zohri 1, Nasmi Herlina Sari 2, Sujita 3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram Email : syafruddinzohri@gmail.com

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan TINJAUAN PUSTAKA A. Papan Partikel A.1. Definisi papan partikel Kayu komposit merupakan kayu yang biasa digunakan dalam penggunaan perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar,

Lebih terperinci

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME, TEMPERATUR DAN WAKTU POST-CURING TERHADAP KARAKTERISTIK BENDING KOMPOSIT POLYESTER - PARTIKEL HOLLOW GLASS MICROSPHERES Kevin Yoga Pradana 2109 100 054 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT KAYU GELAM(MELALEUCE LEUCANDENDRA) KEKUATAN TARIK DAN IMPAK KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER

PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT KAYU GELAM(MELALEUCE LEUCANDENDRA) KEKUATAN TARIK DAN IMPAK KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER PENGARUH FRAKSI VOLUME SERAT KAYU GELAM(MELALEUCE LEUCANDENDRA) KEKUATAN TARIK DAN IMPAK KOMPOSIT BERMATRIK POLYESTER Saifullah Arief 1, Pratikto 2, Yudy Surya Irawan 2 1 Jurusan Teknik Mesin UNISKA, Jl

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI PAPAN KOMPOSIT DENGAN VARIASI PANJANG SERAT

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI PAPAN KOMPOSIT DENGAN VARIASI PANJANG SERAT PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI PAPAN KOMPOSIT DENGAN VARIASI PANJANG SERAT Rina Lusiani 1*, Sunardi 2, Yogie Ardiansah 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokompsit Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kekuatan Bahan dan Laboratorium

Lebih terperinci

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI 1 VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI SKRIPSI ANDRIAN TELAUMBANUA 111201059/TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan komposit tidak hanya komposit sintetis saja tetapi juga mengarah ke komposit natural dikarenakan keistimewaan sifatnya yang dapat didaur ulang (renewable)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM Suci Olanda, Alimin Mahyudin Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 9 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian pembuatan CLT dengan sambungan perekat yang dilakukan di laboratorium dan bengkel kerja terdiri dari persiapan bahan baku,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) (d) Gambar 4.1 Tampak Visual Hasil Rheomix Formula : (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) (d) Gambar 4.1 Tampak Visual Hasil Rheomix Formula : (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi Sampel Pada proses preparasi sampel terdapat tiga tahapan utama, yaitu proses rheomix, crushing, dan juga pembentukan spesimen. Dari hasil pencampuran dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 204 di Workshop Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara untuk membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan rekayasa teknologi saat ini tidak hanya bertujuan untuk membantu umat manusia, namun juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan. Segala hal yang berkaitan

Lebih terperinci