KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. melakukakan sesuatu. Sedangkan kemampuan adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. melakukakan sesuatu. Sedangkan kemampuan adalah"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis Pengertian Kemampuan Kemampuan berasal dari kata mampu, yang berarti sanggup melakukakan sesuatu. Sedangkan kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan. Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam melakukan kegiatan (KBBI, 2008: 979) Lowler dan Porter (dalam Sudaryat, 2009:118) mendefinisikan kemampuan (ability) sebagai karakteristik individual seperti intelegendia, manual skill, traits yang merupakan kekuatan potensial seseorang untuk berbuat dan sifatnya stabil. Selain itu kemampuan dinyatakan sebagai seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Kemampuan pada individu tersebut paling tidak ditentukan oleh tiga aspek kondisi dasar, yaitu: kondisi sensori dan kognitif, pengetahuan tentang cara respon yang benar, dan kemampuan melaksanakan respon tersebut. Jadi, kemampuan (ability) merupakan suatu pontensi untuk melakukan sesuatu. Atau dengan kata lain kemampuan (ability) adalah what one can do dan bukanlah what he does do. (Nurhadi. 2005: 45) 11

2 12 Sebagai mahluk psykologikal (psycological being) manusia ditandai dengan kemampuan dam enam hal; pertama kemampuan berpikir persepsional-rasional, kedua kemampuan berpikir kreatif-imajinatif, ketiga kemampuan berpikir kritikal-argumentatif, keempat kemampuan memilih sejumlah pilihan yang tersedia, kelima kemampuan berkehendak secara bebas, keenam kemampuan untuk merasakan. Sedangkan kemampuan sejati adalah kekuatan yang dapat mendorong terwujudnya sinergi kemampuan konstruktif seluruh potensi yang ada dalam diri manusia berupa kekuatan fisik, akal pikiran, jiwa, hati nurani (spiritualitas) dan etika osial di lingkungannya untuk mewujudkan hsil karya terbaik dan bermanfaat (Moenir, 2001:47-48). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan potensi yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan secara cepat, tepat, efektif dan efisien. Adapun kemampuan yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah kesanggupan siswa menentukan pokok pikiran Pengertian Paragraf Menurut Lamuddin (2010: 181) paragraf atau alinea adalah satuan bentuk bahasa yang umumnya merupakan gabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi alinea yang perlu diperhatikan adalah adanya kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam alinea membicarakan satu gagasan (gagasan

3 13 tunggal). Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam alinea kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal alinea. Secara umum paragraf adalah kumpulan kalimat yang mengandung satu gagasan utama, jadi setiap paragraf mempunyai gagasan utama. Menurut KBBI (2010: 829) Paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (Biasanya mengandung suatu ide pokok dan dimulai penulisannya dengan garis baru ) pengertian lain diberikan oleh Keraf (dalam Lisvayanti, 2010: 6) yatu : paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang berkaitan dalam rangkaian untuk membentuksebuah gagasan selanjutnya, Ambary ( dalam Lisvayanti, 2010: 6) mengatakan bahwa Paragraf adalah suatu karangan yang terbentuk dari satu atau bebrapa kalimat yang saling berhubungan dan mempunyai satu ide pokok yang menjiwai seluruh karangan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun secara logis sistematis yang merupakan kesatuan eksposisi pikiran yang relavan dan mengandung pikiran pokok yang tersurat dalam keseluruhan karangan. Menurut Tarigan ( dalam Lisvayanti, 2010: 7) paragraf mempunyai ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut: 1) Setiap paragraf mempunyai makna, pesan, pikiran atau ide pokok yang relevan dengan ide keseluruhan karangan. 2) Umumnya paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat

4 14 3) Paragraf adalah kesatuan ekspresi pikiran 4) Paragraf adalah kesatuan yang koherensi dan padat 5) Kalimat-kalimat paragraf tersusun secara logis sistematis Menurut Ambary ( dalam Lisvayanti, 2010: 7) paragraf mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Paragraf merupakan kesatuan yang bulat, 2) Tiap kalimat dalam paragraf harus kompak, yaitu harus ada kesinambungan, baik menggunakan kata-kata sambung, petunjuk atau tidak, 3) Bahasa paragraf harus menggunakan kalimat efektif, yaitu kalimat yang sanggup menyampaikan pesan penulis kepada pembacanya, persis seperti yang dimaksudnya. Dalam bahasa Indonesia kita temui istilah-istilah seperti pikiran utama, pokok pikiran, ide pokok, gagasan utama dan kalimat pokok. Semuanya mengandung makna yang sama serta mengacu kepada pengertian kalimat topik. Djajasudarma (2006:20) menyatakan bahwa: Di dalam naskah yang terdiri atas beberapa paragraf, gagasan pokok itu dapat termuat dalam sebuah paragraf yang disebut paragraf pokok dan dikembangkan dengan paragraf pengembang yang lain. Di dalam sebuah paragraf, gagasan pokok dapat diwujudkan dalam sebuah kalimat yang disebut kalimat pokok. Sehubungan dengan hal itu Sudaryat (2009:118) menyatakan bahwa: Setiap paragraf memiliki pikiran utama dan pikiran penjelas. Pikiran utama terdapat dalam kalimat utama sedangkan pikiran penjelas terdapat dalam kalimat penjelas. Pikiran utama merupakan unsur yang menjiwai setiap

5 15 paragraph sedangkan pikiran penjelas meupakan pikiran yang lebih menjelaskan pikiran utama. Ide adalah rancangan yang tersusun dalam pikiran, gagasan cita-cita (Depdiknas, 2005:416). Pokok adalah yang terutama, yang sangat penting (Depdiknas, 2005:884). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ide pokok adalah gagasan utama yang lebih penting dari yang lain yang diwujudkan dalam sebuah kalimat. Uraian atau kalimat pengembang harus selalu terfokus pada ide pokok agar kita dapat memahami dengan jelas bacaan yang kita baca. Sesungguhnya ide pokok itulah inti karangan. Sedangkan ilustrasi dan contoh hanyalah sarana untuk menerangkan atau memperjelas ide pokok. Dengan demikian karangan menjadi jelas arahnya. Ide pokok selalu berfungsi sebagai subjek sedangkan ide pendukung berfungsi sebagai pelengkap dari ide pokok. Ide pokok biasanya ditulis secara eksplisit dalam kalimat utama Istilah paragraf ataupun alinea sudah sangat sering kita dengar. Alinea adalah bagian wacana yang mengungkapkan satu pikiran yang lengkap atau satu tema yang diragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasi yang lebih (Depdiknas, 2005:30). Sedangkan menurut Sudaryat (2009:117) menyatakan bahwa, Paragraf atau alinea adalah unit minimum sebagai wadah pengembangan tema. Paragraf bersifat transaksional dan hanya memiliki satu tema atau satu gagasan. Kosasih (2006: 22) menyatakan bahwa: Paragraf merupakan bagian dari karangan (tertulis) atau bagian dari tuturan (kalimat lisan).

6 16 Sebuah paragraf ditandai oleh suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas dari pada kalimat. Paragraf umumnya terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat tersebut saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu. Selanjutnya Tarigan ( 1987:10) menyatakan bahwa: Ada beberapa ciri atau karakteristik paragraf. (1) Setiap paragraph mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan, (2) umumnya paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat, (3) paragraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran, (4) paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padat, (5) kalimat-kalimat paragraf tersusun secara logis - sistematis. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan. Menurut Sutarni (2008:113) ada beberapa jenis paragraf berdasarkan letak ide pokoknya yaitu. 1. Pada awal paragraf (deduktif) Ide pokok yang terletak di awal paragraf disebut dengan paragraf deduktif. Pengertian awal paragraf dapat merupakan kalimat pertama dan juga kalimat kedua. Cara inilah yang paling banyak digunakan. 2. Pada akhir paragraf (induktif)

7 17 Ide pokok dapat pula ditempatkan pada bagian akhir pada paragraf. Mula-mula dikemukakan fakta-fakta ataupun uraian-uraian. Kemudiaan dari fakta-fakta itu penulis menggeneralisasikannya ke dalam sebuah kalimat inti. 3. Pada awal dan akhir paragraf (campuran) Paragraf ini disusun dengan mengemukakan hal umum, diikuti mengemukakan hal-hal khusus dan diakhiri dengan mengetengahkan halhal umum lagi. Hal umum yang dikemukan pada awal paragraf mempunyai maksud yang sama dengan hal umum yang diketengahkan pada akhir paragraf. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Paragraf campuran dimulai dengan mengemukakan sebuah kalimat utama, kalimat utama itu dijelaskan dengan beberapa kalimat penjelas, kemudian diakhiri dengan mengemukakan kembali kalimat utama terdahulu. 4. Pada semua kalimat (deskripsi) Paragraf yang dikembangkan dengan pola ini memang tidak memiliki kalimat utama dan kalimat penjelas, tetapi ia mempunyai ide utama seperti halnya paragraf yang lain. Hanya saja ide utama itu tidak dikandung oleh salah satu kalimat utama. Semua kalimat dalam paragraf ini mendukung pengungkapan ide utama. Jadi ide utama terletak pada semua kalimat dalam paragraf. Maka untuk memahami ide utama kita harus membaca seluruh kalimat dalam paragraph tersebut.

8 Langkah-Langkah Menentukan Pikiran Pokok Warsidi, (2008:56) pembelajaran menentukan pokok pikiran di sekolah dasar dapat dilakukan melalui kegiatan membaca intensif atau membaca pemahaman. Pokok pikiran adalah penyebab peristiwa. Pikiran pokok merupakan masalah utama atau topik utama yang dibahas dalam suatu teks atau bacaan. Pikiran Pokok suatu bacaan tercermin dari gagasan utama. Gagasan utama dapat diketahui dari kalimat utama dan didukung oleh kalimat penjelas. Biasanya, kalimat utama muncul pada awal, tengah, atau akhir paragraf. Lebih Lanjut Warsidi, (2008:59) mengemukakan untuk melatih kemampuan siswa menentukan pikiran pokok di kelas IV Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan memberi siswa bacaan atau teks yang agak panjang ( kata). Kemudian siswa menentukan pikiran pokok setiap paragraf dari bacaan tersebut. Selanjutnya Warsidi, (2008:59) memberikan contoh menentukan pokok pikiran. Malam itu Rina sedang membuat karangan tentang sepeda. Tiba-tiba listrik padam. Seketika itu, dia tidak dapat melanjutkan karangannya. Dia melangkah pelan menuju tempat lilin, tetapi benda itu sulit dicari karena gelap. Warsidi, (2008:59) menjelaskan pokok pikiran atau penyebab peristiwa itu pada teks di atas adalah listrik padam. Pokok pikiran ini muncul pada tengah teks. Pokok pikiran ini merupakan masalah utama atau topik utama yang dibahas dalam suatu teks.

9 19 Adapun langkah-langkah menentukan pikiran pokok dalam paragraf. menurut (Indraswati, 2003: 43) sebagai berikut 1. Bacalah setiap paragraf dalam bacaan dengan cermat! 2. Cermati kalimat pertama hingga akhir. Apakah kalimat pertama mengandung ide pokok atau ide penjelas? Apakah kalimat kedua yang mengandung ide pokok? Teruslah membaca kalimat demi kalimat hingga anda menemukan ide paragraf. 2) Setelah menemukan ide pokok bersifat, anda dapat membuat rangkuman artikel. Merangkum artikel berarti mengambil inti sari artikel. Anda dapat melakukan langkah-langkah berikut untuk merangkum bacaan. a) Membaca artikel dengan cermat dan teliti. b) Menentukan ide pokok setiap paragraf. c) Menyusun ide pokok menjadi inti sari artikel dengan kalimat yang jelas dan bahasa yang runtut. Anda pun dapat menggunakan kata penghubung antar kalimat Menentukan Pikiran Pokok Menurut Nurgiyantoro, (2009:247) menentukan pikiran pokok merupakan kemampuan yang didasarkan pada kemampuan memahami informasi yang disampaikan pihak lain melalui sarana tulisan. Selanjutnya Nurgiyantoro, (2009:261) menentukan pikiran pokok merupakan kemampuan membaca pemahaman pada tingkat analisis dalam taksonomi

10 20 Bloom ranah kognitif. Lebih lanjut kemampuan membaca pada tingkat analisis menuntut siswa untuk mampu menganalisis informasi tertentu dalam wacana, mengenali, mengidentifikasi, atau membedakan pesan dan atau informasi dan sebagainya yang sejenis. (Haryanta, 2011: 20) Aktivitas kognitif yang dituntut dalam tugas ini lebih dari sekedar kemampuan memahami isi wacana. Kemampuan memahami wacana untuk tingkat analisis antara lain berupa kemampuan menentukan pikiran pokok dan pikiran-pikiran penjelas dalam suatu alineaa atau paragraf, menentukan kalimat yang berisi pikiran pokok, jenis alinea berdasarkan letak kalimat pokok, menunjukan tanda penghubung antar alinea, dan sebagainya. Nurgiyantoro (2009:263) mengemukakan bahwa kemampuan memahami wacana menuntut kerja kognitif tingkat analisis adalah tugas yang menghendaki siswa membedakan informasi dalam wacana yang berupa fakta dan pendapat, atau membedakan apakah informasi itu berupa laporan, penyimpulan, atau penilaian. Suparman, (2005:84) mengemukakan bahwa dalam ranah kognitif aspek analisis meliputi perilaku menjabarkan atau menguraikan (break down) konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar bagian-bagian tersebut. Kemampuan menganalisis suatu bacaan dapat dipengaruhi pemahaman siswa terhadap konsep tersebut.

11 21 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menentukan pokok pikiran merupakan kemampuan membaca pemahaman pada tingkat analisis (C4) dalam taksonomi Bloom ranah kognitif. Ide pokok biasanya ditulis secara eksplisit dalam kalimat utama. Jika kalimat utama tidak dihadirkan secara eksplisit karena paragraf tidak mempunyai kalimat utama maka ide pokok dapat disimpulkan sendiri oleh pembaca berdasarkan kalimat-kalimat dalam paragraf. Menurut Soedarso (2008:65) untuk mendapatkan ide pokok dengan cepat, Anda harus berpikir bersama penulis. Maryati dan Sutopo (2008:92) menyatakan indikator penilaian yang menunjukkan bahwa siswa mampu menentukan ide pokok paragraf diuraikan seperti berikut ini. 1. Menemukan letak ide pokok dalam paragraf dengan tepat 2. Dapat membedakan kalimat utama dengan kalimat penjelas dengan benar 3. Mampu mengidentifikasi jenis paragraf berdasarkan letak ide pokok dengan benar Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan antar siswa (Kunandar, 2007:337). Menurut Ibrahim (2000:2) pembelajaran kooperatif diartikan sebagai suatu

12 22 pendekatan mengajar yang tidak hanya membantu siswa mempelajari isi akademik dan keterampilan semata, namun juga melatih siswa untuk memperoleh tujuan-tujuan hubungan sosial dan manusia Menurut Slavin, (dalam Isjoni, 2007:12) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Menurut Ibrahim (2000:12) bahwa banyak hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompotitif. Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah, berpikir kritis, dan pembelajaran konseptual meningkat secara nyata pada saat digunakan strategi kooperatif. Dalam kelas kooperatif siswa lebih banyak belajar dari satu teman ke teman lain di antara sesama siswa dari pada belajar dari guru. Model pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi. Solihatin (2008:5) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat sehingga bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok yang akan meningkatkan motivasi dan perolehan belajar.

13 23 Nur dan Wikandari (2000:25) mengemukakan bahwa ciri khas pembelajaran kooperatif, siswa ditempatkan pada kelompok-kelompok selama berlangsungnya proses pembelajaran yaitu: (1) belajar dengan teman sendiri, (2) tatap muka antar teman, (3) mendengarkan antar teman, (4) belajar dalam kelompok kecil, (5) produktif berbicara dan mengemukakan pendapat, (6) siswa membuat keputusan, (7) siswa aktif. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan setting kelompokkelompok kecil dengan memperhatikan keragaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberika kesempatan pada siswa untuk belajar pada waktu yang bersamaan serta berbagi dengan yang lainnya. a. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif Menurut Johnson & Johnson (dalam Isjoni, 2009:23) terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu seperti berikut ini. a) Saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.

14 24 b) Interaksi antar siswa yang semakin meningkat Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama. c) Tanggung jawab individual Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (1) membantu siswa yang membutuhkan bantuan, dan (2) bahwa siswa tidak dapat hanya sekedar membonceng pada hasil kerja teman sekelompoknya. d) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

15 25 e) Proses kelompok Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik. b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim (dalam Isjoni, 2009:39), yaitu: a) Hasil belajar akademik Belajar pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit. Model terstruktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Melalui model pembelajaran kooperatif dapat bekerja bersama-sama menyelesaikan tugas akademik. b) Penerimaan terhadap perbedaan individu Model pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari latar belakang yang berbeda dan kondisi untuk bekerja sama dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

16 26 c) Pengembanagan keterampilan sosial Model pembelajaran kooperatif dapat mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Elaborasi yang ditandai dengan persaingan dan kerjasama disegala aspek kehidupan mempersyaratkan siswa memiliki keterampilan sosial. Keterampilan serta sikap positif sosial dapat dikembangkan melalui pembelajaran kooperatif Model Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis. Steven dan Slavin (dalam Suprijono, 2009:198) yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Slavin (2010:200), pengembangan CIRC difokuskan pada kurikulum dan metode-metode pembelajaran merupakan sebuah upaya untuk menggunakan pembelajaran kooperatif sebagai sarana untuk memperkenalkan teknik terbaru latihan-latihan kurikulum yang berasal dari penelitian dasar mengenai pembelajaran praktis membaca dan menulis. Pengembangan CIRC dihasilkan dari sebuah analisa masalah-masalah tradisional dalam pembelajaran membaca dan menulis. Pembelajaran membaca adalah penggunaan kelompok membaca terdiri atas para siswa

17 27 dengan tingkat kinerja yang sama dan memiliki kemampuan yang heterogen. Slavin (2010:208), satu fokus utama dari kegiatan CIRC adalah membuat penggunaan waktu menjadi lebih efektif serta para siswa lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga siswa dalam tim kooperatif dapat terkoordinasi dan tujuan pembelajaran dapat terpenuhi. Tujuan utama dari CIRC sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (2010:202) adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu siswa dapat membaca lisan, kemampuan memahami bahan bacaan dan menulis, yang semuanya dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi yang diajarkan. Pembelajaran secara berkelompok merupakan proses yang kaya akan interaksi Face to-face, Eye to Eye atau Knee to Knee, pertukaran informasi, umpan balik, kepercayaan, saling menerima pendapat, penghargaan kelompok, mengerjakan tugas kelompok baik di rumah maupun di kelas secara spesifik (Slavin, 2010: 205). Dalam pembelajaran CIRC setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat sekolah

18 28 dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan lingkungan. Menurut Suprijono (2009:132) prinsip belajar CIRC ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together). Model pembelajaran CIRC menurut Slavin (dalam Suyitno, 2005:3-4) memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut adalah: (1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa; (2) Placement test (ujian tingkat) misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu; (3) Student creative (siswa kreatif) melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya; (4) Team study (belajar kelompok) yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya; (5) Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang

19 29 dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas; (6). Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok; (7). Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa; (8). Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. c. Kelebihan Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Menurut Suyitno (2005: 6) kelebihan dari model pembelajaran CIRC antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak; 2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak; 3) siswa dapat memberikan tanggapan secara bebas, 4) siswa dilatih untuk bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain, 5)seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama; 6) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain; 7) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CIRC akan memudahkan mempelajari suatu materi pembelajaran karena antar siswa saling kolaborasi pengetahuan. Dengan

20 30 demikian model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menetukan pikiran pokok dalam paragraf di kelas IV SDN 25 Limboto Kabupaten Gorontalo. d. Kelemahan Model (CIRC Disamping memiliki kelebihan, model CIRC juga memiliki kelemahan. Kelemahan model CIRC adalah didominasi oleh siswa pintar. Dalam hal ini seorang guru apabila tidak kreatif maka hal ini akan berakibat siswa menjadi pasif (Isjoni, 2009:67). Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa kelemahan model pembelajaran CIRC dalam hal ini dominasi siswa yang pintar, maka disini dituntut kreatifitas seorang guru. Untuk meminimalkan dominasi siswa yang pintar, maka siswa tersebut dijadikan tutor sebaya dalam kelompok. Hal ini dilakukan agar dalam proses pembelajaran siswa yang pintar selain dapat membantu temannya sekaligus dapat mengasah materi yang dikuasainya Penerapan Model CIRC Pada Pembelajaran. Model pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu pertama kali dikembangkan oleh Steven (Isjoni 2009:56). Adapun langkah-langkah penerapan pembelajaran CIRC menurut Steven (dalam Isjoni, 2009:56) adalah sebagai berikut: 1) Guru menginformasikan inti dan tujuan pembelajaran

21 31 2) Guru membentuk siswa dalam kelompok yang anggotanya 4-6 orang secara heterogen 3) Siswa dihadapkan pada teks bacaan 4) Siswa dilatih menentukan pikiran pokok dalam setiap paragraf 5) Setiap kelompok menunjuk salah seorang siswa untuk membacakan teks bacaan. Sedangkan anggota kelompok lain menyimak bacaan yang di bacakan tersebut 6) Setiap siswa menentukan pikiran pokok dalam paragraf dari teks bacaan yang dibacakan oleh teman dalam kelompok 7) Siswa mendiskusikan hasil pemikiran kelompok dalam menentukan pikiran pokok dalam paragraf 8) Guru membimbing siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan dalam menentukan pikiran pokok dalam paragraf 9) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dalam menentukan pikiran pokok dalam paragraf 10) Dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan materi pembelajaran menentukan pikiran pokok dalam paragraf 11) Siswa mengerjakan post tes menentukan pikiran pokok dalam paragraf 12) Guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama. Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:

22 32 e. Fase Pertama, engenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya. f. Fase Kedua, eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakantindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya. g. Fase Ketiga, publikasi. Pada fase ini siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya. Siswa dapat memberikan pembuktian tentang gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh

23 33 teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen. 2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Agestia Putri Nusantari, (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Membaca Untuk Menemukan Gagasan Utama Dalam Artikel Dengan Metode CIRC dan Teknik Permainan Media Tempel Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Jiken Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2010/2011 menyimpulkan bahwa berdasarkan analisis data penelitian keterampilan membaca untuk menemukan gagasan utama dalam artikel pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Jiken, hasil siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Pada pembelajaran siklus I nilai rata-rata siswa adalah 54,4 dan dalam kategori kurang. Nilai rata-rata siswa setelah diberi tindakan pada siklus II adalah 73,09 dan berkategori baik. Peningkatan nilai rata-rata siswa setelah diberi tindakan siklus I dan siklus II sebesar 14,65 %. Penelitian di atas untuk meningkatkan keterampilan membaca untuk menemukan gagasan utama dalam artikel melalui metode CIRC, sedangkan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan pikiran pokok dalam paragraf melalui model CIRC. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model CIRC. 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan, maka dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Jika guru menggunakan model

24 34 Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) dalam pembelajaran, maka kemampuan menentukan pikiran pokok dalam paragraf pada siswa kelas IV SDN 25 Limboto Kabupaten Gorontalo akan meningkat. 2.4 Indikator Keberhasilan Tindakan Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditunjukan oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menentukan pikiran pokok dengan indikator keberhasilan minimal 16 orang siswa atau 80% dari 20 siswa yang dikenakan tindakan dengan nilai ketuntasan 70.

OLEH: Nia Elceria Saragih ABSTRAK

OLEH: Nia Elceria Saragih ABSTRAK HUBUNGAN KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK PARAGRAF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KEMBALI DONGENG SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KOTARIH TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010 OLEH: Nia Elceria Saragih ABSTRAK NIA ELCERIA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini dibahas teori-teori yang relevan dengan penelitian ini agar dapat memberi gambaran umum tentang latar peneliti dan sebagai bahan rujukan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, khususnya di SD. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, khususnya di SD. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran tidak dapat terlepas dari peranan guru dan kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan, khususnya

Lebih terperinci

Abstrak Kata Kunci 1. Pendahuluan

Abstrak Kata Kunci 1. Pendahuluan Abstrak Ada nilai tambah yang didapat seseorang dalam melakukan kegiatan membaca. Satu diantaranya, orang menjadi luas cakrawala kehidupannya, terbebas dari penjara dunia yang sempit dan terbatas, baik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masalah matematika itu bisa merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masalah matematika itu bisa merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pemecahan Masalah Matematis Pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai.memecahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SDN PANJATAN Oleh: Woro Rukmi Estiningtyas 1, Imam

Lebih terperinci

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengaruh Pengertian pengaruh menurut WJS. Poerwadarminto (2002:349) yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dimiliki setiap individu dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peranan penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan yang diajarkan dalam

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan yang diajarkan dalam 1 BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan yang diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Tujuan umum pembelajaran menulis adalah untuk

Lebih terperinci

Oleh Yunita Dongoran Dr. Wisman Hadi, M.Hum. Abstrak. Kata kunci: Pengaruh, model, kooperatif, STAD

Oleh Yunita Dongoran Dr. Wisman Hadi, M.Hum. Abstrak. Kata kunci: Pengaruh, model, kooperatif, STAD i PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PARAGRAF DEDUKTIF DAN INDUKTIF SISWA SMA NEGERI 3 KISARAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Yunita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

Lebih terperinci

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung 1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia Paragraf atau sering disebut dengan istilah alenia, dalam satu sisi kedunya memiliki pengertian yang sama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), disebutkan bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami perubahan karena adanya perkembangan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami perubahan karena adanya perkembangan di segala bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat yang selalu mengalami perubahan karena adanya perkembangan di segala bidang kehidupan. Perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas kemampuan menulis seseorang, termasuk dalam menyusun paragraf

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas kemampuan menulis seseorang, termasuk dalam menyusun paragraf BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan menyusun paragraf merupakan salah satu unsur yang ikut andil dalam menentukan kualitas kemampuan menulis seseorang, termasuk dalam menyusun paragraf

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini yaitu siswa kelas X-2 dengan jumlah siswa 25 orang terdiri dari 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini yaitu siswa kelas X-2 dengan jumlah siswa 25 orang terdiri dari 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini disetting sebagai penelitian tindakan kelas di SMAN 3 Gorontalo Kecamatan Kota Tengah Kabupaten Gorontalo. Subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan aspek yang sangat penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa. Belajar bahasa pada hakikatnya merupakan belajar berkomunikasi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Di dalam sebuah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa dan mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik tingkat SMA adalah Menemukan Gagasan dari Beberapa Artikel

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik tingkat SMA adalah Menemukan Gagasan dari Beberapa Artikel 2 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pelajaran Bahasa memiliki peran yang sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang dilaksanakan seumur hidup. Pendidikan ini harus terus dilaksanakan untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS V SD

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS V SD PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS V SD Rini Rohmahdiani rinirohmahdiani@yahoo.co.id Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak akan lepas dari dunia pembelajaran. Kita semua sebagai elemen di dalamnya memerlukan bahasa yang baik dan benar dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN.1 Kajian Teoritis.1.1 Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Slavin (1995: 5) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai berikut Cooperative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Semakin terampil seseorang berpikir, semakin jelas dan cerah jalan pikirannya. Kemampuan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan,

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang mempunyai peran sentral dalam keberhasilan peserta didik mempelajari semua bidang studi. Melalui bahasa manusia

Lebih terperinci

MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)

MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA KELAS IV SD N KENDAYAAN BLORA TAHUN AJAR 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi bagi manusia, dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lain. Dalam komunikasi, manusia saling

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pemahaman suatu teks sangat bergantung pada berbagai hal. Salah satu hal yang

II. LANDASAN TEORI. Pemahaman suatu teks sangat bergantung pada berbagai hal. Salah satu hal yang II. LANDASAN TEORI 2.1 Kemampuan Membaca Pemahaman 2.1.1 Pengertian Membaca Pemahaman Membaca pemahaman pada hakikatnya adalah kegiatan memabaca yang dimaksudkan untuk memahami makna yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kesatuan, merupakan catur-tunggal, (Dawson dalam Tarigan 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. satu kesatuan, merupakan catur-tunggal, (Dawson dalam Tarigan 2005: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang dimiliki oleh manusia yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan perasannya. Pernyataan singkat di atas memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. 2 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah berarti melibatkan diri dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Menyelesaikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. situasi kelas, atau lazim dikenal classroom action research (Wardhani&

BAB III METODE PENELITIAN. situasi kelas, atau lazim dikenal classroom action research (Wardhani& 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi kelas, atau lazim dikenal classroom action research (Wardhani& Wihardit, 2007:

Lebih terperinci

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN ABSTRAK Secara jujur harus diakui, pembelajaran Bahasa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS IV SDN 2 TELAGA KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS IV SDN 2 TELAGA KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO 1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS IV SDN 2 TELAGA KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO NOVITA Evi Hasim 1 Wiwy T. Pulukadang 2 Jurusan /

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL GAMBAR DAN GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 GEBANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

PENGARUH MODEL GAMBAR DAN GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 GEBANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 1 PENGARUH MODEL GAMBAR DAN GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 GEBANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Arma Nely 2102111004 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam melakukan kegiatan. Setiap melakukan kegiatan pasti diperlukan suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,

Lebih terperinci

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography. Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada bagian ini peneliti akan membahas beberapa kajian-kajian teori diantaranya ialah tentang hakikat matematika serta pembelajaran matematika dan tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah ditekankan pada aspek keterampilan berbahasa dan bertujuan agar peserta didik mampu dan terampil berkomunikasi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan moral bukanlah sebuah gagasan baru. Sebetulnya, pendidikan moral sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Sejarah di negara-negara di seluruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. mengolah, meyimpan, dan memproduksi bahan pelajaran. Salah satu strategi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. mengolah, meyimpan, dan memproduksi bahan pelajaran. Salah satu strategi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran memang sebuah sistem. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih dan digunakan guru untuk menyampaikan bahan

Lebih terperinci

RANGKUMAN NASKAH INOVASI METODE PEMBELAJARAN

RANGKUMAN NASKAH INOVASI METODE PEMBELAJARAN RANGKUMAN NASKAH INOVASI METODE PEMBELAJARAN METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat kemampuan Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat kemampuan Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) 2.1. Kajian teoretis BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1.1. Hakikat kemampuan Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa (bisa,

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENEMUKAN POKOK PIKIRAN SEBUAH PARAGRAF MELALUI METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN KEBONHARJO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan berbahasa. Keempat jenis keterampilan tersebut adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu: 7 BAB II KAJIAN PUATAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Mc.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Belajar Matematika Belajar merupakan proses berpikir seseorang dalam rangka menuju kesuksesan hidup, perubahan aspek kehidupan dari taraf tidak mengetahui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini telah memasuki seluruh sendi kehidupan manusia. Salah satu diantaranya adalah dunia pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang menuntut setiap manusia untuk bersaing dan berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang menuntut setiap manusia untuk bersaing dan berkompetisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang dengan pesat yang menuntut setiap manusia untuk bersaing dan berkompetisi dengan manusia lain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem belajar kelompok yang di dalamnya siswa di bentuk ke dalam kelompok yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION 0 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA SISWA KELAS IX SMP SWASTA AL-ULUM MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 SITI

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Minyak Bumi

Penerapan Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Minyak Bumi JURNAL EDUKASI KIMIA e-issn: 2548-7825 p-issn: 2548-4303 Penerapan Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Minyak Bumi Ainun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat karena bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

Aas Asiah   Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD ISLAM AL-IKHLAS CIANJUR TAHUN AJARAN 2011/2012 Aas Asiah Email : aasasiah84@yahoo.com

Lebih terperinci