POLA DISTRIBUSI SEL-SEL PENGHASIL HORMON PADA PANKREAS TRENGGILING (Manis javanica)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA DISTRIBUSI SEL-SEL PENGHASIL HORMON PADA PANKREAS TRENGGILING (Manis javanica)"

Transkripsi

1 POLA DISTRIBUSI SEL-SEL PENGHASIL HORMON PADA PANKREAS TRENGGILING (Manis javanica) SKRIPSI Abdul Gofur FAKUTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 POLA DISTRIBUSI SEL-SEL PENGHASIL HORMON PADA PANKREAS TRENGGILING (Manis javanica) ABDUL GOFUR Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

3 Judul Skripsi Nama NRP : Pola Distribusi Sel-Sel Penghasil Hormon pada Pankreas Trenggiling (Manis javanica) : Abdul Gofur : B Disetujui Dr. drh. Chairun Nisa, MSi. Pembimbing Diketahui Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS Wakil Dekan FKH IPB Tanggal Lulus: 26 September 2007

4 RINGKASAN ABDUL GOFUR. Pola Distribusi Sel-Sel Penghasil Hormon pada Pankreas Trenggiling (Manis javanica). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh Chairun Nisa. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi pankreas trenggiling (Manis javanica) dan pola distribusi sel-sel penghasil hormon yang terdapat di dalamnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengertian yang lebih baik tentang pankreas trenggiling serta untuk menambah data biologi mengenai pankreas satwa liar di Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua ekor trenggiling, jantan dan betina. Untuk mengetahui struktur umum digunakan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE), sedangkan untuk mengetahui lebih jelas mengenai distribusi sel-sel penghasil hormon digunakan teknik pewarnaan impregnasi perak Grimelius. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pankreas M. javanica terbagi menjadi tiga bagian yaitu: kepala (head), dorsal dan ventral. Bagian kepala merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang lambung dan di depan os vertebrae lumbalis pertama. Bagian ventral merupakan bagian yang paling lebar, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum. Sedangkan bagian dorsal merupakan bagian yang paling panjang terletak di sebelah kiri rongga abdomen yang berbatasan dengan limpa. Pankreas trenggiling terbagi menjadi bagian eksokrin dan bagian endokrin. Komponen eksokrin terdiri dari kelenjar dan alat penyalur (duktus). Kelenjar eksokrin terdiri atas kumpulan sel-sel sereous yang berbentuk piramid dengan sel sentro asinarnya. Kelenjar ini terdiri dari gabungan kelenjar asinus yang membentuk lobulus dan digabungkan masing-masing oleh jaringan ikat longgar yang dilalui oleh pembuluh darah, pembuluh limfe, serabut syaraf dan saluran keluar kelenjar-kelenjarnya (duktus). Alat penyalur bagian eksokrin ini terdiri dari duktus interkalatus, duktus interlobularis, duktus interlobaris dan duktus pankreatikus. Bagian endokrin pankreas (pulau Langerhans) mengambil warna sedikit lebih muda dari bagian eksokrin dan tersebar di antara sel-sel asinar. Dengan pewarnaan impregnasi perak Grimelius, sel-sel pulau Langerhans yang merupakan bagian endokrin dari pankreas trenggiling, tersusun secara tidak teratur. Pembuluh darah kapiler banyak ditemukan di dalam pulau Langerhans. Sel-sel penghasil glukagon (sel A) berdistribusi menyebar pada pulau Langerhans. Sel-sel insulin (sel B) bersifat non-argirofil sehingga tidak terwarnai pada pewarnaan Grimelius. Kata kunci: Manis javanica, pankreas, pulau Langerhans.

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor tanggal 15 juni 1984 dari Ayahanda H. Abdul Mukti dan Ibunda Hj. Solihat. Penulis merupakan putra ketujuh dari sembilan bersaudara. Pada tahun 1991 penulis masuk SD Negeri II Caringin Bogor dan lulus pada tahun Selanjutnya penulis melanjutkan ke SMP Negeri I Cijeruk Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan di SMU Negeri I Cijeruk Bogor. Pada tahun 2003, penulis masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Siswa Masuk IPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

6 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Hewan (S1) pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Drh. Chairun Nisa, MSi. sebagai pembimbing atas segala perhatian, bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Drh. Adi Winarto PhD sebagai dosen penguji. Terima kasih kepada Dr. Drh. H. Idwan Sudirman sebagai pembimbing akademik selama penulis menjalani studi. Terima kasih kepada seluruh dosen dan staf Anatomi khususnya Prof. Dr. Drh. Koeswinarning Sigit, MS., Dr. Drh. Nurhidayat MS., Drh. Savitri Novelina, MSi. dan Drh. Supratikno atas segala bantuan dan nasehatnya. Terima kasih juga kepada teman-teman sepenelitian, teman-teman FKH angkatan 40 dan teman-teman semua yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu. Dengan rasa hormat penulis sampaikan terima kasih kepada orang tua yang telah mendidik dengan sabar, penuh pengorbanan dan do a tulus ikhlas. Terima kasih kepada kakakku beserta keluarga, kedua adikku atas segala bantuan dan kerja samanya. Terima kasih juga kepada Aa Sasmita dan Teh Ii atas segalanya. Tak lupa juga penulis sampaikan terima kasih kepada Yayi Zulfiah beserta keluarga yang selalu memberikan dorongan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga masukkan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat, amiiin. Bogor, September 2007 Penulis

7 DAFTAR ISI RINGKASAN... RIWAYAT HIDUP... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Trenggiling... 3 Pankreas... 3 Bagian Eksokrin... 5 Bagian Endokrin... 7 Sel-Sel (A) penghasil Glukagon... 8 Sel-Sel (B) penghasil Insulin... 9 Sel-Sel (D) penghasil Somatostatin Sel-Sel (F) penghasil Polipeptida Pankreas Sel-Sel D BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat penelitian Bahan dan Alat Penelitian Metode Penelitian HASIL Pengamatan Makroskopis Pengamatan Mikroskopis PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii vi v iv iii ii i

8 DAFTAR TABEL Halaman 1. Efek insulin terhadap berbagai jaringan Data ukuran panjang dan lebar bagian-bagian pankreas trenggiling Persentase berat organ pankreas trenggiling terhadap bobot badan... 16

9 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Gambar perkembangan pankreas Gambar skema organ pankreas dan permuaraan duktus pankreatikus Gambar skematis pankreas dan populasinya Gambar Organ pankreas trenggiling Gambar duktus pankreas trenggiling Gambar struktur umum pankreas trenggiling Gambar pulau Langerhans dengan pewarnaan Grimelius... 18

10 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Prosedur Pewarnaan Hematoksilin-Eosin Prosedur Pewarnaan Grimelius... 26

11 PENDAHULUAN Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang kaya akan keragaman hayati yang melimpah namun belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan sejumlah flora dan fauna Indonesia dalam kondisi memprihatinkan. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk melindunginya dari kepunahan. Salah satu fauna yang kini termasuk satwa langka dan dilindungi adalah trenggiling jawa. Menurut CITES (Convention of international Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora) trenggiling terdaftar dalam Apendix II yang berarti dilarang diperdagangkan karena populasinya sedikit dan hampir punah (Soehartono dan Mardiastuti 2002). Trenggiling (Manis javanica) merupakan mamalia yang unik dan menarik. Tubuh bagian dorsal ditutupi oleh sisik yang membuatnya mirip reptil. Hewan ini memiliki cakar panjang dan tidak memiliki gigi, namun memiliki lidah yang panjang untuk menangkap pakannya yang berupa semut dan rayap. Trenggiling memiliki senjata ampuh berupa bau busuk dari zat yang dihasilkan oleh kelenjar anus (Rahm 1990). Daging dan sisik trenggiling terutama oleh masyarakat Cina dipercaya dapat berkhasiat sebagai obat. Oleh karena itu, populasi trenggiling diduga terus menurun dan terancam punah akibat maraknya perburuan liar ditambah rusaknya habitat. Di Indonesia hewan ini termasuk hewan yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang RI No 5/1990 dan peraturan pemerintah RI No 17/1999. Terdapat tujuh spesies trenggiling yang menempati habitat hutan-hutan tropis di Asia dan Afrika. Tiga spesies terdistribusi di Asia yaitu: M. javanica (trenggiling Jawa), M. pentadactyla (trenggiling Cina) dan M. crassicaudata (trenggiling India), serta empat spesies terdistribusi di Afrika yaitu: M. tricupis, M. tetradactyla, M. gigantea dan M. Temmincki (Robinson 2005). Sedangkan menurut Gaubert dan Antunes (2005), spesies trenggiling berjumlah 8 yakni ditambah dengan Manis culionensis yang terdapat di pulau Palawan.

12 Pankreas merupakan kelenjar yang terdiri dari bagian eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin pankreas mensekresikan natrium bikarbonat dan enzim-enzim pencernaan. Natrium bikarbonat berperan dalam menetralkan kimus asam yang disalurkan oleh lambung ke dalam duodenum. Sementara enzimenzim pencernaan yang dihasilkan berperan dalam mencerna karbohidrat, protein dan lemak. Adapun bagian endokrin pankreas mensekresikan hormon-hormon metabolisme terutama insulin dan glukagon. Insulin berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Selain itu, insulin berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah dan secara fisiologi memiliki peranan yang berlawanan dengan glukagon. Kerusakan pada pankreas dapat menyebabkan penyakit diabetes mellitus yang jika berjalan kronis dapat mengakibatkan komplikasi pada berbagai organ lain, sehingga menyebabkan kematian (Guyton 1990). Sejauh ini informasi mengenai pankreas trenggiling dan berbagai aspek yang terkait belum dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian mengenai morfologi pankreas trenggiling perlu dilakukan untuk memberikan dasar bagi penelitian-penelitian lain yang terkait dengan upaya pelestariannya. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari morfologi pankreas trenggiling (Manis javanica) dan pola distribusi sel-sel penghasil hormon yang terdapat di dalamnya. Manfaat Penelitian Data dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai morfologi pankreas trenggiling dan sel-sel penyusnnya, serta memperkaya data biologi satwa liar Indonesia, khususnya trenggiling (Manis javanica).

13 TINJAUAN PUSTAKA Trenggiling Trenggiling (Manis javanica) merupakan spesies mamalia yang unik dan menarik, karena sisik yang menutupi bagian dorsal tubuhnya seperti reptil dan tidak memiliki gigi seperti unggas. Hewan ini menggunakan lidahnya yang panjang dan lengket oleh sekreta kelenjar ludah untuk menangkap pakannya yang berupa semut dan rayap. Trenggiling Jawa (M. javanica) mempunyai panjang tubuh cm, panjang ekor cm, dengan warna sisik kuning sawo sampai cokelat kehitam-hitaman dan kulit berwarna agak putih (Amir 1978). Dalam sistem klasifikasi trenggiling jawa termasuk kedalam : Ordo : Pholidota Famili : Manidae Genus : Manis Spesies : Manis javanica (Corbet dan Hill 1992). Pada umumnya trenggiling merupakan hewan nokturnal dan terestrial, kecuali M. tetradactyla yaitu diurnal dan arboreal. Pada siang hari trenggiling lebih banyak menghabiskan waktunya untuk tidur di dalam lubang-lubang atau di bawah dedaunan atau dicelah-celah pohon (Rahm 1990). Trenggiling termasuk mamalia pemakan semut sehingga sering disebut dengan myrmecophagous (Feldhamer et al. 1999) atau anteater. Trenggiling memakan semut dan rayap dengan menggali sarang rayap yang ada di bawah atau permukaan tanah dan di atas pohon dengan menggunakan cakar dari kaki depan (Rahm 1990). Karena trenggiling tidak mempunyai gigi, maka makanan tidak dihancurkan di dalam mulut melainkan makanan digiling di dalam lambungnya dengan bantuan batu kerikil yang tertelan (Nisa 2005). Pankreas Pankreas merupakan organ tubuh yang istimewa karena berfungsi ganda sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin pankreas berfungsi mensekresikan elektrolit dan enzim-enzim pankreas seperti amilase, lipase dan tripsin. Sedangkan sebagai kelenjar endokrin, pankreas berperan dalam

14 menghasilkan hormon-hormon seperti glukagon, insulin, somatostatin dan polipeptida pankreas (PP). Fungsi endokrin pankreas dilakukan oleh pulau-pulau Langerhans yang tersebar dibagian eksokrin pankreas (Guyton 1990; Sundler dan Hakanson 1988). Organogenesis kelenjar pankreas diawali sebagai tunas pankreas dorsal dan ventral. Tunas pankreas dorsal berkembang dari duodenum dekat dengan tunas hati, sedangkan tunas ventral berkembang dari pangkal tunas hati. Dalam perkembangannya tunas pankreas ventral akan bermigrasi menyilang duodenum dan bersatu dengan tunas pankreas dorsal. Tunas ventral akan membentuk bagian kanan, sedangkan tunas dorsal akan membentuk bagian kiri. Saluran pankreas ventral akan menjadi duktus pankreatikus dan saluran pankreas dorsal akan menjadi duktus pankreas aksesoris (Gambar 1). Epitel endoderm tunas pankreas berproliferasi dan bercabang-cabang, dimana ujung cabangnya membentuk sel-sel asinar yang berfungsi sebagai kelenjar eksokrin yang akan menghasilkan enzim pencernaan. Diantara sel-sel asinar terdapat kumpulan sel-sel yang tidak memiliki saluran yaitu sel-sel pulau Langerhans. Pulau Langerhans berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang akan menghasilkan hormon insulin dan glukagon (Djuwita et.al. 2000) Gambar 1 Perkembangan pankreas. A. tahap awal, B. tahap berikutnya memperlihatkan pemisahan saluran pada dua tunas pankreas, C. kedua tunas bersatu setelah pankreas ventral bermigrasi, 1. tunas hati., 1. duktus hepatikus, 2. kantung empedu, 2. duktus koledokus 3. tunas pankreas ventral, 4. tunas pankreas dorsal, 5. pankreas dorsal dan ventral yang telah menyatu, 6. lambung, 7. duodenum (Modifikasi dari : Dyce et. al 2003).

15 Bagian Eksokrin Bagian eksokrin merupakan bagian yang utama dari pankreas. Bagian eksokrin terdiri atas sel-sel asinar yang mensekresikan enzim-enzim pencernaan. Selain itu, sel asinar juga mensekresikan natrium bikarbonat yang berfungsi menetralkan asam kimus yang dikeluarkan lambung ke dalam duodenum. Produk kombinasi dari zat-zat yang dihasilkan tersebut dialirkan melalui duktus pankreatikus yang panjang dan duktus asesorius (Gambar 2). Pada beberapa spesies saluran ini akan bergabung dengan duktus sistikus sebelum bermuara ke duodenum. Enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh bagian eksokrin memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pencernaan secara enzimatik (Colville and Bassert 2002). Enzim-enzim pencernaan yang disekeresikan oleh pankreas adalah enzim-enzim pemecah protein (proteolitik), pemecah karbohidrat dan pemecah lemak (lipase). Enzim proteolitik pankreas adalah tripsin, kimotripsin, karboksipolipeptidase, ribonuklease, dan dioksiribonuklease. Enzim-enzim proteolitik ini disintesis oleh pankreas dalam bentuk tidak aktif seperti tripsinogen, kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase. Enzim-enzim ini menjadi aktif setelah disekresikan ke dalam saluran cerna. Tripsinogen diaktifkan oleh enzim enterokinase, yang disekresikan oleh mukosa usus ketika kimus mengadakan kontak dengan mukosa usus. Tripsinogen juga dapat diaktifkan oleh tripsin yang telah dibentuk. Kimotripsinogen diaktifkan oleh tripsin menjadi kimotripsin. Begitu pula prokarboksipeptidase diaktifkan dengan beberapa cara yang sama. Tripsin dan kimotripsin memisahkan seluruh dan sebagian protein yang dicerna menjadi peptida dari berbagai ukuran, tetapi tidak menyebabkan dikeluarkannya asam amino individual. Sebaliknya, karboksipolipaptidase akan memecah masing-masing asam amino dari ujung karboksil peptida. Nuklease memecah kedua tipe asam nukleat yaitu asam ribonukleat dan dioksiribonukleat. Enzim pemecah karbohidrat adalah amilase pankreas. Enzim ini akan menghidrolisis serat, glikogen dan sebagian besar karbohidrat lain selain selulosa untuk membentuk disakarida dan beberapa trisakarida. Sedangkan enzim utama pankreas untuk mencerna lemak adalah lipase, yang mampu menghidrolisis lemak netral menjadi asam lemak dan monogliserida; kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis ester kolesterol; serta fosfolipase yang memecah asam lemak dari fosfolipid (Guyton 1990).

16 Bila terjadi kerusakan yang berat pada pankreas atau terjadi penyumbatan pada saluran, maka sejumlah besar sekresi pankreas tertimbun dalam daerah yang rusak tersebut. Dalam keadaan ini, efek tripsin inhibitor kadang-kadang menjadi kewalahan dan sekresi pankreas dengan cepat menjadi aktif selanjutnya akan mencerna seluruh pankreas dalam beberapa jam, menimbulkan keadaan yang dinamakan pankreatitis akut. Hal ini sering menimbulkan kematian karena sering diikuti syok, dan bila tidak mematikan dapat mengakibatkan insufisiensi pankreas selama hidup (Guyton 1990). permuaraan duktus pankreatikus duktus pankreatikus pankreas yeyunum duodenum permuaraan duktus asesorius aorta abdominalis Gambar 2 skema organ pankreas dan permuaraan duktus pankreatikus ke duodenum (Modifikasi dari : Bagian Endokrin Bagian endokrin dari pankreas terdiri atas sel-sel pucat yang terisolasi, tersebar diantara sel-sel asinar. Sel-sel ini bergabung menyerupai pulau yang disebut pulau Langerhans (Gambar 3). Pada pulau Langerhans mengandung setidaknya empat tipe sel endokrin yang berbeda, yang dapat dibedakan dari ciri morfologi dan pewarnaannya. Empat tipe sel ini adalah sel insulin, sel glukagon, sel somatostatin dan sel polipeptida pankreas (PP) yang telah diidentifikasi

17 dengan kandungan hormon peptidanya. Sampai saat ini diketahui bahwa peptida dihasilkan oleh lima tipe sel. Pankreas manusia normal mempunyai hampir satu juta pulau Langerhans, setiap pulau Langerhans hanya berdiameter seratus mikron atau lebih. Sel beta merupakan sel yang terbanyak jumlahnya, kira-kira 62% dari seluruh sel Pulau Langerhans dan berfungsi mensekresikan insulin. Sel alfa yang mensekresikan glukagon berjumlah sekitar 15%, sel delta yang mensekresikan somatostatin sekitar 10%, sel PP sekitar 12% dan sel D 1 mungkin kurang dari 1% (Rahier et al. 1983; cf. Lemmark 1985 dalam Sundler and Hakanson 1988). saluran kelenjar sel delta buluh darah sel asinar pulau Langerhans sel beta sel alfa Gambar 3 Gambar skematis pankreas dan lobulasinya. Inset menunjukkan sebuah lobulus pankreas dengan pulau Langerhans dan sel-sel asinar di sekitarnya. Pulau Langerhans disusun oleh sel-sel alfa, beta dan delta. (Modifikasi dari : Susunan topografi sel-sel endokrin pada manusia adalah sel-sel insulin berada di tengah-tengah, sedangkan sel-sel glukagon dan sel polipeptida pankreas (PP) berada di parifer atau disepanjang tepi pulau Langerhans, adapun sel-sel somatostatin berada pada posisi yang cukup strategis, yaitu diantara sel-sel glukagon, sel-sel insulin serta sel-sel PP (Sundler dan Hakanson 1988). Susunan topografi dari sel-sel endokrin ini ternyata berbeda pada spesies hewan yang berbeda (Grimelius 1968). Pada pankreas sapi sel-sel glukagon berdistribusi di

18 bagian perifer dari pulau Langerhans dan sel-sel insulin berdistribusi di bagian tengah dari pulau Langerhans (Dellmann dan Brown 1993) seperti halnya pada manusia (Grimelius 1968). Sebaliknya pada pankreas kuda sel-sel glukagon berdistribusi di bagian tengah dari pulau Langerhans dan sel-sel insulin berdistribusi di bagian perifer dari pulau Langerhans (Dellmann dan Brown 1993). Pada kebanyakan spesies termasuk manusia, sel PP tidak hanya ditemukan di dalam pulau Langerhans, tetapi dapat pula ditemukan sebagai sel tunggal atau membentuk kelompok kecil pada parenkim bagian eksokrin (Larsson et al dalam Sundler and Hakanson 1988). Distribusi sel-sel endokrin tertentu yang tidak merata, khususnya sel PP dan glukagon mungkin disebabkan oleh asal usul embrional pankreas yang berasal dari dua cikal tunas yang berbeda, yaitu satu (cabang ventral) membentuk bagian duodenal dan lainnya (cabang dorsal) membentuk bagian limpa. Pulau-pulau Langerhans yang kaya akan sel A secara embrional berasal dari tunas pankreas dorsal, sedangkan pulau yang kaya akan sel F (polipeptida pankreas) berasal dari tunas pankreas ventral. Kedua tunas ini berasal dari tempat yang berbeda di duodenum (Orci dan Grasso 1982; Alumets et al dalam Sundler and Hakanson 1988). Di dalam pulau-pulau Langerhans banyak terdapat kapiler dan umumnya suplai buluh darah arteri pertama kali mencapai sel-sel insulin kemudian melalui jaringan kapiler baru ke sel-sel yang terletak lebih perifer. Adanya pembuluh portal insulo-asinar sebagai pintu gerbang yang berfungsi dalam komunikasi vaskuler antara pulau dengan jaringan eksokrin di sekitarnya telah dilaporkan (Fujita et al. 1981). Pankreas domba mempunyai lobulasi yang jelas ditandai dengan septa inter lobaris yang jelas, tetapi batas antara bagian endokrin (pulau Langerhans) dan bagian eksokrin tidak jelas. Sebaliknya pankreas kambing mempunyai bagian endokrin yang jelas batasnya dengan bagian eksokrin, tetapi lobulasinya kurang jelas. Pulau Langerhans tersebar diantara eksokrin pankreas, dengan frekuensi terbanyak didapatkan pada pankreas bagian kanan (head), diikuti bagian kiri (tail) dan tengah (body). Pankreas kambing mempunyai bagian endokrin yang lebih banyak dibanding dengan pankreas domba (Adnyane 1998).

19 Sel-sel (A) penghasil Glukagon Sel-sel A pada pulau Langerhans merupakan sel yang mensekresikan glukagon sewaktu glukosa darah berkurang. Pankreas bagian limpa (dorsal) mengandung lebih banyak sel glukagon daripada bagian duodenum (ventral) (Orci et al dalam Sundler and Hakanson 1988). Pada umumnya sel-sel penghasil hormon glukagon pada pankreas berbentuk polimorfik, bulat, oval atau hampir segitiga dengan butir-butir sitoplasma yang terletak bipolar. Sel-sel ini berdistribusi pada bagian perifer dari pulau Langerhans. Sel-sel ini sangat bersifat argirofil pada pewarnaan Grimelius dan non-argentafin. Jumlah sel-sel glukagon berbanding lurus dengan pulau Langerhans. Penelitian tentang distribusi, frekuensi dan morfologi dari sel-sel penghasil hormon pada saluran pencernaan hewan telah banyak dilaporkan (Oomori et al. 1980). Sel-sel yang mengandung glukagon dan memilki gambaran ultrastruktur yang sama dengan sel glukagon pankreas, ditemukan agak banyak pada lambung anjing dan kucing (Larsson et al dalam Sundler and Hakanson 1988). Glukagon memiliki beberapa fungsi yang bertentangan dengan fungsi insulin. Fungsi yang paling penting dari hormon ini adalah dapat meningkatkan besarnya konsentrasi glukosa darah. Efek utama dari glukagon terhadap metabolisme glukosa adalah pemecahan glikogen hati (glikogenolisis) dan meningkatkan proses glukoneogenesis di dalam hati. Kedua efek ini akan menambah persediaan glukosa di organ-organ tubuh lainnya (Guyton 1990). Glukagon merupakan polipeptida yang memiliki rantai tunggal dan tersusun atas 29 asam amino. Seperti hormon polipeptida yang lain, sintesis glukagon diawali di dalam retikulum endoplasma dan sintesis akhir terjadi di dalam granul sekretori. Glukagon dilepaskan secara eksositosis dan sebagian besar metabolisme glukagon dilakukan oleh hati dan ginjal (Cunningham 2002). Sel-sel (B) penghasil Insulin Sel beta merupakan populasi terbesar pada pulau Langerhans. Sel-sel ini memiliki bentuk bulat, umumnya berkumpul bersama pada bagian tengah pulau. Pada umumnya sel insulin atau sel beta adalah non-argirofil. Telah diteliti pada tikus, bahwa sel-sel beta banyak mengandung GABA (Gamma Amino Butiric Acid). Secara ultrastruktur sel-sel tersebut ditandai dengan granul-granul sekretori yang agak besar dengan kerapatan elektron sedang. Kadang-kadang inti yang bentuknya tidak beraturan atau berbentuk seperti kristal terpisah dari membran pembatas oleh celah atau daerah kosong yang agak lebar (Okada 1986 dalam Sundler and Hakanson 1988).

20 Sel beta di pulau Langerhans memproduksi hormon insulin yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah dan secara fisiologis memiliki peranan yang berlawanan dengan glukagon. Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah sebagian besar tergantung dari: pemecahan glukosa, sintesis glikogen, dan glikogenesis. Insulin mempercepat transportasi glukosa dari darah ke dalam sel, khususnya serabut otot rangka. Glukosa masuk ke dalam sel tergantung dari keberadaan reseptor insulin yang ada di permukaan sel target. Insulin juga mempercepat perubahan glukosa menjadi glikogen, menurunkan glycogenolysis dan glukoneogenesis, menstimulasi perubahan glukosa atau zat gizi lainnya ke dalam asam lemak (lipogenesis), dan membantu menstimulasi sintesis protein (Cunningham 2002). Insulin memiliki efek terhadap berbagai jaringan tubuh seperti jaringan adiposa, otot dan hati (Tabel 1). Tabel 1. Efek insulin terhadap berbagai jaringan Jaringan Efek Jaringan Adiposa Meningkatkan masuknya glukosa Meningkatkan sintesis asam lemak Meningkatkan sintesis gliserol fospat Meningkatkan pengendapan trigliserida Mengaktifkan lipoprotein lipase Menghambat lipase peka hormon Meningkatkan penggunaan K + Otot Meningkatkan masuknya glukosa Meningkatkan sintesis glikogen Meningkatkan penggunaan asam amino Meningkatkan sintesis protein di ribosom Menurunkan katabolisme protein Menurunkan pelepasan asam-asam amino glukoneogenik Meningkatkan penggunaan keton Meningkatkan penggunaan K + Hati Menurunkan ketogenesis Meningkatkan sintesis protein Meningkatkan sintesis lemak Menurunkan pengeluaran glukosa akibat penurunan glukoneogenesis dan peningkatan sintesis glukosa Umum Meningkatkan pertumbuhan sel (Sumber :

21 Insulin merupakan protein kecil yang terdiri atas dua rantai asam amino. Rantai satu dengan rantai lainnya dihubungkan dengan rantai disulfida. Bila dua rantai dipisah maka aktivitas fungsional dari insulin akan hilang (Guyton 1990). Sel-sel (D) penghasil Somatostatin Sel D merupakan sel yang mensekresikan somatostatin. Sel ini menyusun sekitar 10% sel-sel pulau Langerhans dan seringkali dilengkapi dengan penjuluran sitoplasma, memberikan penampilan sebagai parakrin (Sundler and Hakanson 1988). Sel-sel D umumnya tersebar tidak beraturan di luar kumpulan sel-sel di bagian tengah pulau yang tersusun oleh sel insulin. Oleh karena itu sebuah sel ini dapat berhubungan dengan sel insulin maupun gukagon melalui penjuluran sitoplasmanya. Sel-sel somatostatin terwarnai dengan pewarnaan argirofil Davenport dan Hellerstrom-Hellman, tetapi tidak terwarnai dengan Grimelius atau Sevier-Munger. Granul-granul sekretori memiliki kerapatan elektron lemah sampai sedang dengan membran pembatas melekat ke inti. Ukuran granul sangat bervariasi di antara spesies, seperti pada kucing dan manusia berukuran besar, sementara pada tikus kecil. Penelitian pada tikus, telah menemukan adanya peptida CGRP-like (Calcitonin Gene Related Peptide-like) pada sel-sel somatostatin pankreas (Petterson et al dalam Sundler and Hakanson 1988). Sel D terdiri atas 14 asam amino yang mempunyai waktu paruh sangat singkat hanya dua menit. Hampir semua faktor yang berhubungan dengan pencernaan makanan akan merangsang timbulnya sekresi somatostatin. Faktorfaktor tersebut adalah naiknya kadar glukosa darah, naiknya kadar asam amino, naiknya kadar asam lemak, dan naiknya konsentrasi beberapa macam hormon pencernaan yang dilepaskan oleh bagian atas saluran cerna (Guyton 1990). Sel-sel (F) penghasil Polipeptida Pankreas Sel-sel PP berbentuk bulat atau lonjong, kadang memiliki penjuluran sitoplasma memberikan penampilan sebagai parakrin. Granul-granul berukuran kecil, berbentuk bulat atau oval dengan sedikit kerapatan elektron dan membran yang melekat erat. Pada spesies tertentu seperti kucing dan anjing, granul sel PP sedikit besar dan bervariasi serta kebanyakan memiliki kerapatan elektron rendah. Pada kebanyakan spesies termasuk manusia Sel-sel PP terdapat di tepi pulau.

22 Sel-sel D 1 Sel-sel D 1 kadang-kadang ditemukan pada pulau Langerhans dan Polipeptida pankreas merupakan hormon pankreas yang memiliki 36 asam amino yang pertama kali ditemukan sebagai kontaminan insulin. Fungsi fisiologis PP masih belum banyak diketahui. Sel-sel penyimpan PP tersebar tidak merata pada pankreas. (Larsson et al dalam Sundler and Hakanson 1988). dikenali dengan gambaran ultrastruktur granul-granul sekretorinya yang sangat mirip dengan sel D kecuali ukurannya. Granul-granul tersebut berukuran kecil dan bulat dengan inti yang umumnya memiliki kerapatan elektron lemah sampai sedang serta membran yang melekat erat. Hormon peptida yang dihasilkan oleh sel D 1 masih belum diidentifikasi (Larsson et al. 1976; Solcia et al dalam Sundler and Hakanson 1988).

23 TINJAUAN PUSTAKA Trenggiling Trenggiling (Manis javanica) merupakan spesies mamalia yang unik dan menarik, karena sisik yang menutupi bagian dorsal tubuhnya seperti reptil dan tidak memiliki gigi seperti unggas. Hewan ini menggunakan lidahnya yang panjang dan lengket oleh sekreta kelenjar ludah untuk menangkap pakannya yang berupa semut dan rayap. Trenggiling Jawa (M. javanica) mempunyai panjang tubuh cm, panjang ekor cm, dengan warna sisik kuning sawo sampai cokelat kehitam-hitaman dan kulit berwarna agak putih (Amir 1978). Dalam sistem klasifikasi trenggiling jawa termasuk kedalam : Ordo : Pholidota Famili : Manidae Genus : Manis Spesies : Manis javanica (Corbet dan Hill 1992). Pada umumnya trenggiling merupakan hewan nokturnal dan terestrial, kecuali M. tetradactyla yaitu diurnal dan arboreal. Pada siang hari trenggiling lebih banyak menghabiskan waktunya untuk tidur di dalam lubang-lubang atau di bawah dedaunan atau dicelah-celah pohon (Rahm 1990). Trenggiling termasuk mamalia pemakan semut sehingga sering disebut dengan myrmecophagous (Feldhamer et al. 1999) atau anteater. Trenggiling memakan semut dan rayap dengan menggali sarang rayap yang ada di bawah atau permukaan tanah dan di atas pohon dengan menggunakan cakar dari kaki depan (Rahm 1990). Karena trenggiling tidak mempunyai gigi, maka makanan tidak dihancurkan di dalam mulut melainkan makanan digiling di dalam lambungnya dengan bantuan batu kerikil yang tertelan (Nisa 2005). Pankreas Pankreas merupakan organ tubuh yang istimewa karena berfungsi ganda sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin pankreas berfungsi mensekresikan elektrolit dan enzim-enzim pankreas seperti amilase, lipase dan tripsin. Sedangkan sebagai kelenjar endokrin, pankreas berperan dalam

24 menghasilkan hormon-hormon seperti glukagon, insulin, somatostatin dan polipeptida pankreas (PP). Fungsi endokrin pankreas dilakukan oleh pulau-pulau Langerhans yang tersebar dibagian eksokrin pankreas (Guyton 1990; Sundler dan Hakanson 1988). Organogenesis kelenjar pankreas diawali sebagai tunas pankreas dorsal dan ventral. Tunas pankreas dorsal berkembang dari duodenum dekat dengan tunas hati, sedangkan tunas ventral berkembang dari pangkal tunas hati. Dalam perkembangannya tunas pankreas ventral akan bermigrasi menyilang duodenum dan bersatu dengan tunas pankreas dorsal. Tunas ventral akan membentuk bagian kanan, sedangkan tunas dorsal akan membentuk bagian kiri. Saluran pankreas ventral akan menjadi duktus pankreatikus dan saluran pankreas dorsal akan menjadi duktus pankreas aksesoris (Gambar 1). Epitel endoderm tunas pankreas berproliferasi dan bercabang-cabang, dimana ujung cabangnya membentuk sel-sel asinar yang berfungsi sebagai kelenjar eksokrin yang akan menghasilkan enzim pencernaan. Diantara sel-sel asinar terdapat kumpulan sel-sel yang tidak memiliki saluran yaitu sel-sel pulau Langerhans. Pulau Langerhans berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang akan menghasilkan hormon insulin dan glukagon (Djuwita et.al. 2000) Gambar 1 Perkembangan pankreas. A. tahap awal, B. tahap berikutnya memperlihatkan pemisahan saluran pada dua tunas pankreas, C. kedua tunas bersatu setelah pankreas ventral bermigrasi, 1. tunas hati., 1. duktus hepatikus, 2. kantung empedu, 2. duktus koledokus 3. tunas pankreas ventral, 4. tunas pankreas dorsal, 5. pankreas dorsal dan ventral yang telah menyatu, 6. lambung, 7. duodenum (Modifikasi dari : Dyce et. al 2003).

25 Bagian Eksokrin Bagian eksokrin merupakan bagian yang utama dari pankreas. Bagian eksokrin terdiri atas sel-sel asinar yang mensekresikan enzim-enzim pencernaan. Selain itu, sel asinar juga mensekresikan natrium bikarbonat yang berfungsi menetralkan asam kimus yang dikeluarkan lambung ke dalam duodenum. Produk kombinasi dari zat-zat yang dihasilkan tersebut dialirkan melalui duktus pankreatikus yang panjang dan duktus asesorius (Gambar 2). Pada beberapa spesies saluran ini akan bergabung dengan duktus sistikus sebelum bermuara ke duodenum. Enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh bagian eksokrin memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pencernaan secara enzimatik (Colville and Bassert 2002). Enzim-enzim pencernaan yang disekeresikan oleh pankreas adalah enzim-enzim pemecah protein (proteolitik), pemecah karbohidrat dan pemecah lemak (lipase). Enzim proteolitik pankreas adalah tripsin, kimotripsin, karboksipolipeptidase, ribonuklease, dan dioksiribonuklease. Enzim-enzim proteolitik ini disintesis oleh pankreas dalam bentuk tidak aktif seperti tripsinogen, kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase. Enzim-enzim ini menjadi aktif setelah disekresikan ke dalam saluran cerna. Tripsinogen diaktifkan oleh enzim enterokinase, yang disekresikan oleh mukosa usus ketika kimus mengadakan kontak dengan mukosa usus. Tripsinogen juga dapat diaktifkan oleh tripsin yang telah dibentuk. Kimotripsinogen diaktifkan oleh tripsin menjadi kimotripsin. Begitu pula prokarboksipeptidase diaktifkan dengan beberapa cara yang sama. Tripsin dan kimotripsin memisahkan seluruh dan sebagian protein yang dicerna menjadi peptida dari berbagai ukuran, tetapi tidak menyebabkan dikeluarkannya asam amino individual. Sebaliknya, karboksipolipaptidase akan memecah masing-masing asam amino dari ujung karboksil peptida. Nuklease memecah kedua tipe asam nukleat yaitu asam ribonukleat dan dioksiribonukleat. Enzim pemecah karbohidrat adalah amilase pankreas. Enzim ini akan menghidrolisis serat, glikogen dan sebagian besar karbohidrat lain selain selulosa untuk membentuk disakarida dan beberapa trisakarida. Sedangkan enzim utama pankreas untuk mencerna lemak adalah lipase, yang mampu menghidrolisis lemak netral menjadi asam lemak dan monogliserida; kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis ester kolesterol; serta fosfolipase yang memecah asam lemak dari fosfolipid (Guyton 1990).

26 Bila terjadi kerusakan yang berat pada pankreas atau terjadi penyumbatan pada saluran, maka sejumlah besar sekresi pankreas tertimbun dalam daerah yang rusak tersebut. Dalam keadaan ini, efek tripsin inhibitor kadang-kadang menjadi kewalahan dan sekresi pankreas dengan cepat menjadi aktif selanjutnya akan mencerna seluruh pankreas dalam beberapa jam, menimbulkan keadaan yang dinamakan pankreatitis akut. Hal ini sering menimbulkan kematian karena sering diikuti syok, dan bila tidak mematikan dapat mengakibatkan insufisiensi pankreas selama hidup (Guyton 1990). permuaraan duktus pankreatikus duktus pankreatikus pankreas yeyunum duodenum permuaraan duktus asesorius aorta abdominalis Gambar 2 skema organ pankreas dan permuaraan duktus pankreatikus ke duodenum (Modifikasi dari : Bagian Endokrin Bagian endokrin dari pankreas terdiri atas sel-sel pucat yang terisolasi, tersebar diantara sel-sel asinar. Sel-sel ini bergabung menyerupai pulau yang disebut pulau Langerhans (Gambar 3). Pada pulau Langerhans mengandung setidaknya empat tipe sel endokrin yang berbeda, yang dapat dibedakan dari ciri morfologi dan pewarnaannya. Empat tipe sel ini adalah sel insulin, sel glukagon, sel somatostatin dan sel polipeptida pankreas (PP) yang telah diidentifikasi

27 dengan kandungan hormon peptidanya. Sampai saat ini diketahui bahwa peptida dihasilkan oleh lima tipe sel. Pankreas manusia normal mempunyai hampir satu juta pulau Langerhans, setiap pulau Langerhans hanya berdiameter seratus mikron atau lebih. Sel beta merupakan sel yang terbanyak jumlahnya, kira-kira 62% dari seluruh sel Pulau Langerhans dan berfungsi mensekresikan insulin. Sel alfa yang mensekresikan glukagon berjumlah sekitar 15%, sel delta yang mensekresikan somatostatin sekitar 10%, sel PP sekitar 12% dan sel D 1 mungkin kurang dari 1% (Rahier et al. 1983; cf. Lemmark 1985 dalam Sundler and Hakanson 1988). saluran kelenjar sel delta buluh darah sel asinar pulau Langerhans sel beta sel alfa Gambar 3 Gambar skematis pankreas dan lobulasinya. Inset menunjukkan sebuah lobulus pankreas dengan pulau Langerhans dan sel-sel asinar di sekitarnya. Pulau Langerhans disusun oleh sel-sel alfa, beta dan delta. (Modifikasi dari : Susunan topografi sel-sel endokrin pada manusia adalah sel-sel insulin berada di tengah-tengah, sedangkan sel-sel glukagon dan sel polipeptida pankreas (PP) berada di parifer atau disepanjang tepi pulau Langerhans, adapun sel-sel somatostatin berada pada posisi yang cukup strategis, yaitu diantara sel-sel glukagon, sel-sel insulin serta sel-sel PP (Sundler dan Hakanson 1988). Susunan topografi dari sel-sel endokrin ini ternyata berbeda pada spesies hewan yang berbeda (Grimelius 1968). Pada pankreas sapi sel-sel glukagon berdistribusi di

28 bagian perifer dari pulau Langerhans dan sel-sel insulin berdistribusi di bagian tengah dari pulau Langerhans (Dellmann dan Brown 1993) seperti halnya pada manusia (Grimelius 1968). Sebaliknya pada pankreas kuda sel-sel glukagon berdistribusi di bagian tengah dari pulau Langerhans dan sel-sel insulin berdistribusi di bagian perifer dari pulau Langerhans (Dellmann dan Brown 1993). Pada kebanyakan spesies termasuk manusia, sel PP tidak hanya ditemukan di dalam pulau Langerhans, tetapi dapat pula ditemukan sebagai sel tunggal atau membentuk kelompok kecil pada parenkim bagian eksokrin (Larsson et al dalam Sundler and Hakanson 1988). Distribusi sel-sel endokrin tertentu yang tidak merata, khususnya sel PP dan glukagon mungkin disebabkan oleh asal usul embrional pankreas yang berasal dari dua cikal tunas yang berbeda, yaitu satu (cabang ventral) membentuk bagian duodenal dan lainnya (cabang dorsal) membentuk bagian limpa. Pulau-pulau Langerhans yang kaya akan sel A secara embrional berasal dari tunas pankreas dorsal, sedangkan pulau yang kaya akan sel F (polipeptida pankreas) berasal dari tunas pankreas ventral. Kedua tunas ini berasal dari tempat yang berbeda di duodenum (Orci dan Grasso 1982; Alumets et al dalam Sundler and Hakanson 1988). Di dalam pulau-pulau Langerhans banyak terdapat kapiler dan umumnya suplai buluh darah arteri pertama kali mencapai sel-sel insulin kemudian melalui jaringan kapiler baru ke sel-sel yang terletak lebih perifer. Adanya pembuluh portal insulo-asinar sebagai pintu gerbang yang berfungsi dalam komunikasi vaskuler antara pulau dengan jaringan eksokrin di sekitarnya telah dilaporkan (Fujita et al. 1981). Pankreas domba mempunyai lobulasi yang jelas ditandai dengan septa inter lobaris yang jelas, tetapi batas antara bagian endokrin (pulau Langerhans) dan bagian eksokrin tidak jelas. Sebaliknya pankreas kambing mempunyai bagian endokrin yang jelas batasnya dengan bagian eksokrin, tetapi lobulasinya kurang jelas. Pulau Langerhans tersebar diantara eksokrin pankreas, dengan frekuensi terbanyak didapatkan pada pankreas bagian kanan (head), diikuti bagian kiri (tail) dan tengah (body). Pankreas kambing mempunyai bagian endokrin yang lebih banyak dibanding dengan pankreas domba (Adnyane 1998).

29 Sel-sel (A) penghasil Glukagon Sel-sel A pada pulau Langerhans merupakan sel yang mensekresikan glukagon sewaktu glukosa darah berkurang. Pankreas bagian limpa (dorsal) mengandung lebih banyak sel glukagon daripada bagian duodenum (ventral) (Orci et al dalam Sundler and Hakanson 1988). Pada umumnya sel-sel penghasil hormon glukagon pada pankreas berbentuk polimorfik, bulat, oval atau hampir segitiga dengan butir-butir sitoplasma yang terletak bipolar. Sel-sel ini berdistribusi pada bagian perifer dari pulau Langerhans. Sel-sel ini sangat bersifat argirofil pada pewarnaan Grimelius dan non-argentafin. Jumlah sel-sel glukagon berbanding lurus dengan pulau Langerhans. Penelitian tentang distribusi, frekuensi dan morfologi dari sel-sel penghasil hormon pada saluran pencernaan hewan telah banyak dilaporkan (Oomori et al. 1980). Sel-sel yang mengandung glukagon dan memilki gambaran ultrastruktur yang sama dengan sel glukagon pankreas, ditemukan agak banyak pada lambung anjing dan kucing (Larsson et al dalam Sundler and Hakanson 1988). Glukagon memiliki beberapa fungsi yang bertentangan dengan fungsi insulin. Fungsi yang paling penting dari hormon ini adalah dapat meningkatkan besarnya konsentrasi glukosa darah. Efek utama dari glukagon terhadap metabolisme glukosa adalah pemecahan glikogen hati (glikogenolisis) dan meningkatkan proses glukoneogenesis di dalam hati. Kedua efek ini akan menambah persediaan glukosa di organ-organ tubuh lainnya (Guyton 1990). Glukagon merupakan polipeptida yang memiliki rantai tunggal dan tersusun atas 29 asam amino. Seperti hormon polipeptida yang lain, sintesis glukagon diawali di dalam retikulum endoplasma dan sintesis akhir terjadi di dalam granul sekretori. Glukagon dilepaskan secara eksositosis dan sebagian besar metabolisme glukagon dilakukan oleh hati dan ginjal (Cunningham 2002). Sel-sel (B) penghasil Insulin Sel beta merupakan populasi terbesar pada pulau Langerhans. Sel-sel ini memiliki bentuk bulat, umumnya berkumpul bersama pada bagian tengah pulau. Pada umumnya sel insulin atau sel beta adalah non-argirofil. Telah diteliti pada tikus, bahwa sel-sel beta banyak mengandung GABA (Gamma Amino Butiric Acid). Secara ultrastruktur sel-sel tersebut ditandai dengan granul-granul sekretori yang agak besar dengan kerapatan elektron sedang. Kadang-kadang inti yang bentuknya tidak beraturan atau berbentuk seperti kristal terpisah dari membran pembatas oleh celah atau daerah kosong yang agak lebar (Okada 1986 dalam Sundler and Hakanson 1988).

30 Sel beta di pulau Langerhans memproduksi hormon insulin yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah dan secara fisiologis memiliki peranan yang berlawanan dengan glukagon. Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah sebagian besar tergantung dari: pemecahan glukosa, sintesis glikogen, dan glikogenesis. Insulin mempercepat transportasi glukosa dari darah ke dalam sel, khususnya serabut otot rangka. Glukosa masuk ke dalam sel tergantung dari keberadaan reseptor insulin yang ada di permukaan sel target. Insulin juga mempercepat perubahan glukosa menjadi glikogen, menurunkan glycogenolysis dan glukoneogenesis, menstimulasi perubahan glukosa atau zat gizi lainnya ke dalam asam lemak (lipogenesis), dan membantu menstimulasi sintesis protein (Cunningham 2002). Insulin memiliki efek terhadap berbagai jaringan tubuh seperti jaringan adiposa, otot dan hati (Tabel 1). Tabel 1. Efek insulin terhadap berbagai jaringan Jaringan Efek Jaringan Adiposa Meningkatkan masuknya glukosa Meningkatkan sintesis asam lemak Meningkatkan sintesis gliserol fospat Meningkatkan pengendapan trigliserida Mengaktifkan lipoprotein lipase Menghambat lipase peka hormon Meningkatkan penggunaan K + Otot Meningkatkan masuknya glukosa Meningkatkan sintesis glikogen Meningkatkan penggunaan asam amino Meningkatkan sintesis protein di ribosom Menurunkan katabolisme protein Menurunkan pelepasan asam-asam amino glukoneogenik Meningkatkan penggunaan keton Meningkatkan penggunaan K + Hati Menurunkan ketogenesis Meningkatkan sintesis protein Meningkatkan sintesis lemak Menurunkan pengeluaran glukosa akibat penurunan glukoneogenesis dan peningkatan sintesis glukosa Umum Meningkatkan pertumbuhan sel (Sumber :

31 Insulin merupakan protein kecil yang terdiri atas dua rantai asam amino. Rantai satu dengan rantai lainnya dihubungkan dengan rantai disulfida. Bila dua rantai dipisah maka aktivitas fungsional dari insulin akan hilang (Guyton 1990). Sel-sel (D) penghasil Somatostatin Sel D merupakan sel yang mensekresikan somatostatin. Sel ini menyusun sekitar 10% sel-sel pulau Langerhans dan seringkali dilengkapi dengan penjuluran sitoplasma, memberikan penampilan sebagai parakrin (Sundler and Hakanson 1988). Sel-sel D umumnya tersebar tidak beraturan di luar kumpulan sel-sel di bagian tengah pulau yang tersusun oleh sel insulin. Oleh karena itu sebuah sel ini dapat berhubungan dengan sel insulin maupun gukagon melalui penjuluran sitoplasmanya. Sel-sel somatostatin terwarnai dengan pewarnaan argirofil Davenport dan Hellerstrom-Hellman, tetapi tidak terwarnai dengan Grimelius atau Sevier-Munger. Granul-granul sekretori memiliki kerapatan elektron lemah sampai sedang dengan membran pembatas melekat ke inti. Ukuran granul sangat bervariasi di antara spesies, seperti pada kucing dan manusia berukuran besar, sementara pada tikus kecil. Penelitian pada tikus, telah menemukan adanya peptida CGRP-like (Calcitonin Gene Related Peptide-like) pada sel-sel somatostatin pankreas (Petterson et al dalam Sundler and Hakanson 1988). Sel D terdiri atas 14 asam amino yang mempunyai waktu paruh sangat singkat hanya dua menit. Hampir semua faktor yang berhubungan dengan pencernaan makanan akan merangsang timbulnya sekresi somatostatin. Faktorfaktor tersebut adalah naiknya kadar glukosa darah, naiknya kadar asam amino, naiknya kadar asam lemak, dan naiknya konsentrasi beberapa macam hormon pencernaan yang dilepaskan oleh bagian atas saluran cerna (Guyton 1990). Sel-sel (F) penghasil Polipeptida Pankreas Sel-sel PP berbentuk bulat atau lonjong, kadang memiliki penjuluran sitoplasma memberikan penampilan sebagai parakrin. Granul-granul berukuran kecil, berbentuk bulat atau oval dengan sedikit kerapatan elektron dan membran yang melekat erat. Pada spesies tertentu seperti kucing dan anjing, granul sel PP sedikit besar dan bervariasi serta kebanyakan memiliki kerapatan elektron rendah. Pada kebanyakan spesies termasuk manusia Sel-sel PP terdapat di tepi pulau.

32 Sel-sel D 1 Sel-sel D 1 kadang-kadang ditemukan pada pulau Langerhans dan Polipeptida pankreas merupakan hormon pankreas yang memiliki 36 asam amino yang pertama kali ditemukan sebagai kontaminan insulin. Fungsi fisiologis PP masih belum banyak diketahui. Sel-sel penyimpan PP tersebar tidak merata pada pankreas. (Larsson et al dalam Sundler and Hakanson 1988). dikenali dengan gambaran ultrastruktur granul-granul sekretorinya yang sangat mirip dengan sel D kecuali ukurannya. Granul-granul tersebut berukuran kecil dan bulat dengan inti yang umumnya memiliki kerapatan elektron lemah sampai sedang serta membran yang melekat erat. Hormon peptida yang dihasilkan oleh sel D 1 masih belum diidentifikasi (Larsson et al. 1976; Solcia et al dalam Sundler and Hakanson 1988).

33 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Anatomi, Bagian Anatomi, Histologi dan Embriologi (AHE), Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi (AFF), Fakultas Kedokteran Hewan, Instistut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai pada bulan Juli 2006 sampai dengan bulan Juli Bahan dan Alamat Penelitian Penelitian ini menggunakan spesimen dua ekor trenggiling Jawa (Manis javanica) yang sama dengan bahan penelitian disertai Nisa (2005). Spesimen telah diawetkan dalam larutan Bouin dan disimpan dalam alkohol 70%. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, 80%,90%,95%,100% untuk dehidrasi, Xylol untuk penjernihan, parafin p.a (56-58 C) untuk infiltrasi dan embedding, zat-zat warna Hematoksilin-Eosin (HE), bahan-bahan untuk impregnasi perak (Grimelius 1968) dan larutan resin (Entelan, Merck) untuk mounting. Peralatan yang digunakan adalah peralatan bedah seperti pisau bedah, gunting, pinset, mikrotom, mikroskop dan peralatan fotografi. Metode Penelitian Organ pankreas M. javanica yang sudah disimpan dalam alkohol 70% diamati bentuk dan bagian-bagiannya kemudian dilakukan pengukuran terhadap panjang, lebar dan berat. Pengukuran panjang dan lebar dilakukan pada setiap bagian pankreas. Pengukuran panjang dilakukan pada bagian terpanjang dari pankreas sedangkan pengukuran lebar dilakukan pada bagian terlebar dari pankreas. Setelah pengukuran selesai, maka dilakukan pemotretan secara keseluruhan dari organ pankreas tersebut dengan menggunakan kamera digital Nikon A95.

34 Organ pankreas dari berbagai lobus dipotong kira-kira 1 x 0,5 cm. Kemudian dilakukan proses dehidrasi untuk menarik air dalam jaringan dengan menggunakan alkohol dengan konsentrasi bertingkat yaitu: Alkohol 70% (6-12 jam), Alkohol 80% (6-12 jam), Alkohol 90% (6-12 jam), Alkohol 95% (6-12 jam), Absolut I (3-6 jam), Absolut II (3-6 jam), Absolut III (3-6 jam). Kemudian dilakukan penjernihan (clearning) untuk mengeliminir sisa-sisa bahan yang akan mengganggu. Penjernihan ini dilakukan dengan menggunakan xylol dengan pengulangan sebanyak tiga kali (xylol I, II, III) yang diharapkan akan menyempurnakan proses penjernihan dan mengisi bagian-bagian jaringan yang telah dikeluarkan airnya. Xylol I dan II dilakukan dalam suhu ruangan selama 1-2 jam, sedangkan untuk xylol III dilakukan 30 menit di suhu ruang dan 30 menit dalam inkubator parafin (60-63ºC). Setelah itu dilakukan proses infiltrasi dengan parafin di dalam inkubator parafin. Infiltrasi parafin dilakukan dengan ulangan tiga kali untuk menyempurnakan proses infiltrasi masing-masing selama 30 menit. Setelah itu dilakukan penanaman (Embedding) jaringan untuk dijadikan blok parafin. Setelah parafin beku, kemudian dilakukan pembuatan blok dan dilekatkan pada balok kayu kecil. Blok disayat menggunakan mikrotom rotary atau sliding dengan ketebalan 5 µm. Pemotongan awal (trimming) dilakukan sampai sayatan mencapai jaringan secara utuh. Hasil sayatan kemudian dilekatkan di atas gelas obyek bersih yang sudah dipersiapkan dan direndam dalam alkohol 70%. Hasil sayatan diberi label, dilekatkan di atas slide plate, diinkubasi di dalam inkubator selama satu malam. Setelah itu dilakukan pewarnaan HE untuk mengamati struktur umum dari pankreas serta pewarnaan impregnasi perak Grimelius untuk melihat gambaran sel-sel penghasil hormon. Pengamatan mikroskopik meliputi pengamatan stuktur umum pankreas dan pengamatan terhadap distribusi sel-sel endokrin pada pulau Langerhans. Hasil pewarnaan diamati dengan menggunakan mikroskop dan dilakukan pemotretan dengan kamera digital Nikon A95.

b. Badan pankreas Merupakan bagian utama dan letaknya di belakang lambung dan vertebra lumbalis pertama. c. Ekor pankreas Merupakan bagian yang

b. Badan pankreas Merupakan bagian utama dan letaknya di belakang lambung dan vertebra lumbalis pertama. c. Ekor pankreas Merupakan bagian yang PANKREAS Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang 12,5 cm dan tebal + 2,5 cm Pankreas terdiri dari: a. Kepala pankreas Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah kanan

Lebih terperinci

I Ketut Mudite Adnyane, Savitri Novelina, Dwi Kesuma Sari, Tutik Wresdiyati, dan Srihadi Agungpriyono

I Ketut Mudite Adnyane, Savitri Novelina, Dwi Kesuma Sari, Tutik Wresdiyati, dan Srihadi Agungpriyono PERBANDINGAN ANTARA MIKROANATOMI BAGIAN ENDOKRIN PANKREAS PADA KAMBING DAN DOMBA LOKAL DENGAN TIN JAUAN KHUSUS DISTRIBUSI DAN FREKUENSI SEL-SEL GLUKAGON PADA PANKREAS COMPARATIVE MICROANATOMY OF THE LOCAL

Lebih terperinci

BAB XII. Kelenjar Pankreas

BAB XII. Kelenjar Pankreas BAB XII Kelenjar Pankreas A. Struktur Kelenjar Pankreas Kelenjar pankreas adalah kelenjar lonjong berwarna keputihan terletak dalam simpul yang terbentuk dari duodenom dan permukaan bawah lambung. Panjangnya

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK Asep

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok SISTEM PENCERNAAN Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok PENDAHULUAN Sistem pencernaan bertanggung jawab untuk menghancurkan dan menyerap makanan dan minuman Melibatkan banyak organ secara mekanik hingga kimia

Lebih terperinci

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK EKO CAHYONO. Kajian Anatomi Skelet Trenggiling Jawa (Manis javanica).

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK EVALINA. Kajian Morfologi Saluran Pencernaan Burung

Lebih terperinci

Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan.

Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1 1. Bila mengunyah nasi tawar lama lama akan terasa manis sebab dalam air liur terdapat enzim Renin Ptialin Pepsin Tripsin Kunci

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Sistem pencernaan pada manusia terdiri atas beberapa organ yang berawal dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Pada sistem pencernaan manusia terdiri

Lebih terperinci

PENCERNAAN MAKANAN. Sistem Pencernaan Mamalia :

PENCERNAAN MAKANAN. Sistem Pencernaan Mamalia : Sistem Pencernaan Mamalia : PENCERNAAN MAKANAN * Terdiri atas saluran pencernaan dan berbagai kelenjar aksesoris yang mengekskresikan getah pencernaan ke dalam saluran melalui duktus (saluran) Peristalsis,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN AMBING TIKUS (Rattus norvegicus) PADA USIA KEBUNTINGAN 13, 17, DAN 21 HARI AKIBAT PENYUNTIKAN bst (bovine Somatotropin)

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN AMBING TIKUS (Rattus norvegicus) PADA USIA KEBUNTINGAN 13, 17, DAN 21 HARI AKIBAT PENYUNTIKAN bst (bovine Somatotropin) PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN AMBING TIKUS (Rattus norvegicus) PADA USIA KEBUNTINGAN 13, 17, DAN 21 HARI AKIBAT PENYUNTIKAN bst (bovine Somatotropin) MEETHA RAMADHANITA PARDEDE SKRIPSI DEPARTEMEN ANATOMI,

Lebih terperinci

Rongga Mulut. rongga-mulut

Rongga Mulut. rongga-mulut Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, berturut-turut dimulai dari 1. Rongga Mulut, 2. Esofagus 3. Lambung 4. Usus Halus 5. Usus Besar 6. Rektum 7. Anus. Rongga Mulut rongga-mulut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan Metabolisme lemak Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila Pendahuluan Manusia memiliki kebutuhan energi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi LAMPIRAN 38 Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Pembuatan preparat histologi terdiri dari beberapa proses yaitu dehidrasi (penarikan air dalam jaringan) dengan alkohol konsentrasi bertingkat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian ini objek yang diteliti diberi perlakuan dan adanya kontrol sebagai pembanding. B.

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

E N D O K R I N. Hormon Pankreas. Ikbal Gentar Alam

E N D O K R I N. Hormon Pankreas. Ikbal Gentar Alam E N D O K R I N Hormon Pankreas Ikbal Gentar Alam Pankreas Pancreas Pankreas Fungsi utama : Sistem pencernaan Menghasilkan 2 hormon utama yaitu : Insulin Glukagon Hormon lain tapi belum jelas fungsinya

Lebih terperinci

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN HANI FITRIANI. Studi Kasus Leiomiosarkoma pada Anjing: Potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN 3. PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa pakan merupakan sumber energi dan materi bagi ikan. Di dalam proses pemanfaatannya, pakan akan mengalami beberapa

Lebih terperinci

Proses pencernaan di dalam Rongga mulut Saliva gl.salivarius Proses mengunyah memecah makanan dengan menaikkan kelarutannya, memperluas daerah permuka

Proses pencernaan di dalam Rongga mulut Saliva gl.salivarius Proses mengunyah memecah makanan dengan menaikkan kelarutannya, memperluas daerah permuka PENCERNAAN DAN ABSORBSI PENCERNAAN Perubahan kimiawi bahan makanan lebih sederhana Karbohidrat Monosakarida Protein Asam amino Lemak Asam lemak, monoasilgliserol, gliserol Enzim hidrolase pencernaan, proses

Lebih terperinci

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh

Lebih terperinci

Pencernaan dan Penyerapan Makanan

Pencernaan dan Penyerapan Makanan Pencernaan dan Penyerapan Makanan Makanan (KH, Lipid, Protein, Mineral, Vitamin dan Air) energi Makanan diubah molekul2 kecil masuk ke dalam sel Rx kimia energi Proses penguraian bahan makanan menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian eksperimental. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan pengadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lipid 1. Definisi Lipid Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Widman, 1989) Lemak disebut juga lipid,

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Pada Hewan

Sistem Pencernaan Pada Hewan Sistem Pencernaan Pada Hewan Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5 ulangan, perlakuan yang digunakan

Lebih terperinci

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN Secara sederhana, sistem pencernaan adalah portal untuk Secara sederhana, sistem pencernaan adalah portal untuk nutrisi untuk mendapatkan akses ke sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA Drs. Refli., MSc ?? ENERGI PENDAHULUAN MAKANAN Protein Lemak Polisakarida Vitamin Mineral Asam-asam amino Asam lemak + gliserol Monosakarida (gula) Vitamin Mineral AKTIVITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dan pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi ransum rendah,

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Hewan yang digunakan adalah anjing lokal berjumlah 2 ekor berjenis kelamin betina dengan umur 6 bulan. Pemilihan anjing betina bukan suatu perlakuan

Lebih terperinci

GAMBARAN MORFOLOGI DAN FREKUENSI TAHAPAN SPERMATOGENESIS PADA DOMBA GARUT BASRIZAL B

GAMBARAN MORFOLOGI DAN FREKUENSI TAHAPAN SPERMATOGENESIS PADA DOMBA GARUT BASRIZAL B GAMBARAN MORFOLOGI DAN FREKUENSI TAHAPAN SPERMATOGENESIS PADA DOMBA GARUT BASRIZAL B04103026 DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Lebih terperinci

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian 2015 LUWAK Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian LUWAK A. Biologi Luwak Luwak merupakan nama lokal dari jenis musang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hewan coba yang digunakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan

Lebih terperinci

I Ketut Mudite Adnyane, Savitri Novelina, Dwi Kesuma Sari, Tutik Wresdiyati, dan Srihadi Agungpriyono

I Ketut Mudite Adnyane, Savitri Novelina, Dwi Kesuma Sari, Tutik Wresdiyati, dan Srihadi Agungpriyono PERBANDINGAN ANTARA MIKROANATOMI BAGIAN ENDOKRIN PANKREAS PADA KAMBING DAN DOMBA LOKAL DENGAN TIN JAUAN KHUSUS DISTRIBUSI DAN FREKUENSI SEL-SEL GLUKAGON PADA PANKREAS COMPARATIVE MICROANATOMY OF THE LOCAL

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH. Ilmu Pakan Ternak Suatu ilmu yang berhubungan dng.pakan dan zat pakan yang terkandung di dalamnya thdp.kesehatan ternak dan manusia.

ISTILAH-ISTILAH. Ilmu Pakan Ternak Suatu ilmu yang berhubungan dng.pakan dan zat pakan yang terkandung di dalamnya thdp.kesehatan ternak dan manusia. ISTILAH-ISTILAH Ilmu Pakan Ternak Suatu ilmu yang berhubungan dng.pakan dan zat pakan yang terkandung di dalamnya thdp.kesehatan ternak dan manusia. Bahan Pakan Ternak Segala bahan yang dapat dimakan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

Sekresi Getah Pencerna. Kurnia Eka Wijayanti

Sekresi Getah Pencerna. Kurnia Eka Wijayanti Sekresi Getah Pencerna Kurnia Eka Wijayanti Sekresi cairan intestinum sehari-hari VOL SEKRESI (ml) Ph SALIVA 1000-1500 6.0-7.0 GASTRIC SECR. 1500 1.0-3,5 PANCREATIC SECR. 1000 8-8.3 EMPEDU 1000 7,8 SMALL

Lebih terperinci

ENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA

ENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA ENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA Pada umumnya lipid merupakan konduktor panas yang jelek, sehingga lipid dalam tubuh mempunyai fungsi untuk mencegah terjadinya kehilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga banyak menimbulkan perubahan baik dari pola hidup maupun pola makan. Pola hidup seperti kurang berolahraga dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali merupakan sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi bali merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 6.

METODE PENELITIAN. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 6. METODE PENELITIAN Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 6. Pengujian probiotik secara in vivo pada tikus percobaan yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan,

Lebih terperinci

HOMON PANKREAS & TRAKTUS GASTROINTESTINAL

HOMON PANKREAS & TRAKTUS GASTROINTESTINAL HOMON PANKREAS & TRAKTUS GASTROINTESTINAL HORMON PANKREAS Pankreas memiliki 2 fungsi yaitu : Eksokrin, mensekresi enzim-enzim dan ion-ion yang digunakan untuk proses pencernaan ke dalam duodenum Endokrin,

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember Juni 2002.

Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember Juni 2002. MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2001 - Juni 2002. Pemeliharaan dan pengamatan pertumbuhan ternak dilakukan di kandang Unggas Fakultas Petemakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Kemampuan suatu sel atau jaringan untuk berkomunikasi satu sama lainnya dimungkinkan oleh adanya 2 (dua) sistem yang berfungsi untuk mengkoordinasi semua aktifitas sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuh-tumbuhan mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke alam (back to nature),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tikus putih yang memiliki nama ilmiah Ratus novergicus adalah hewan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tikus putih yang memiliki nama ilmiah Ratus novergicus adalah hewan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tikus Putih (Ratus novergicus) Tikus putih yang memiliki nama ilmiah Ratus novergicus adalah hewan coba yang sering dipakai untuk penelitian. Hewan ini termasuk hewan nokturnal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi yang semakin maju dan berkembang pesat ini, banyak masyarakat suka akan makan makanan yang cepat saji dan manismanis tanpa memperhitungkan kandungan

Lebih terperinci

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati) BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolisme pada tubuh yang dicirikan dengan kadar gula yang tinggi atau hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan spesies Gallusdomesticus. Ayam broiler merupakan ayam tipe pedaging yang lebih muda dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5 ulangan, perlakuan yang digunakan

Lebih terperinci

Bab. Peta Konsep. Gambar 3.1 Orang sedang makan. Mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. terdiri dari. Saluran Pencernaan

Bab. Peta Konsep. Gambar 3.1 Orang sedang makan. Mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. terdiri dari. Saluran Pencernaan Bab 3 Sistem Pencernaan Sumber: Dok. Penerbit Gambar 3.1 Orang sedang makan Peta Konsep Pernahkah kamu berpikir dari manakah energi yang kamu peroleh untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti berolahraga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows. 18 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai Agustus 2011. Kegiatan pemeliharaan dan perlakuan hewan coba bertempat di Fasilitas Kandang

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

Pembuatan Preparat Utuh (whole mounts) Embrio Ayam

Pembuatan Preparat Utuh (whole mounts) Embrio Ayam Pembuatan Preparat Utuh (whole mounts) Embrio Ayam Epy Muhammad Luqman Bagian Anatomi Veteriner (Anatomi Perkembangan) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Tujuan : mempelajari keadaan morfologi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLATIHAN SOAL BAB 16. Biasa

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLATIHAN SOAL BAB 16. Biasa SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLATIHAN SOAL BAB 16 1. Proses pencernaan pada mulut menggunakan gigi disebut pencernaan Biasa Mekanik Kimiawi Mekanik dan kimiawi Kunci Jawaban : D Proses

Lebih terperinci

PROFIL SEL β PULAU LANGERHANS JARINGAN PANKREAS TIKUS DIABETES MELLITUS YANG DIBERI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) AMILIA DAYATRI URAY

PROFIL SEL β PULAU LANGERHANS JARINGAN PANKREAS TIKUS DIABETES MELLITUS YANG DIBERI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) AMILIA DAYATRI URAY PROFIL SEL β PULAU LANGERHANS JARINGAN PANKREAS TIKUS DIABETES MELLITUS YANG DIBERI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) AMILIA DAYATRI URAY FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRACT AMILIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Ditinjau dari sistematika ternak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Ditinjau dari sistematika ternak, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Ditinjau dari sistematika ternak,

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar Endokrin Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat

Lebih terperinci

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 1. Bagian sel yang berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel adalah http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio-7-11a.png

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat mengkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot

Lebih terperinci

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral. Pengertian farmakologi sendiri adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap

Lebih terperinci

Keanekaragaman Organisme Kehidupan

Keanekaragaman Organisme Kehidupan Keanekaragaman Organisme Kehidupan Salah satu ciri makhluk hidup adalah tubuhnya tersusun atas sel. Sel merupakan satuan atau unit terkecil dari makhluk hidup, seperti pencernaan makanan, bernafas, ekskresi,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5.

BAHAN DAN METODE. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5. BAHAN DAN METODE Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5. Pengujian Lactobacillus plantarum (BAL1) dan Lactobacillus fermentum (BAL2) pada tikus dengan perlakuan:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler Berdasarkan hasil penelitian, kadar protein hati broiler yang diberi probiotik selama pemeliharaan dapat dilihat pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pinjal 1. Morfologi Pinjal Pinjal penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk kedalam kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.2 1. Pernyataan yang sesuai antara organ pencernaan dengan enzim yang dihasilkan ditunjuk oleh.... Lambung Tripsisn Pankreas Renin Usus halus

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID Glukosa Ada dalam makanan, sbg energi dalam sel tubuh. Dicerna dalam usus, diserap sel usus ke pembuluh darah, diedarkan ke sel tubuh. Untuk masuk ke sel dibutuhkan

Lebih terperinci

GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA

GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA 1 GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 2 GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan LAMPIRAN 30 Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan Dehidrasi merupakan proses mengeluarkan air dari dalam jaringan/organ dengan menggunkan bahan-bahan kimia tertentu. Dehidrasi jaringan dilakukan untuk mengikat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Lokal Domba merupakan hewan ternak yang pertama kali di domestikasi. Bukti arkeologi menyatakan bahwa 7000 tahun sebelum masehi domestik domba dan kambing telah menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau kira-kira spesies hewan adalah arthropoda. (Djakaria, Sungkar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau kira-kira spesies hewan adalah arthropoda. (Djakaria, Sungkar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Entomologi Entomologi adalah ilmu yang mempelajari tentang vektor, kelainan dan penyakit yang disebabkan oleh arthropoda. Delapan puluh lima persen atau kira-kira 600.000

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN MANUSIA. Oleh. Sabila Nur Amalina. Abstrak

SISTEM PENCERNAAN MANUSIA. Oleh. Sabila Nur Amalina. Abstrak Jurnal volume 1, mei 2013 SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Oleh Sabila Nur Amalina Abstrak Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan makanan. Alat-alat pencernaan makanan pada manusia

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan yang masuk ke dalam tubuh harus melalui serangkaian proses pencernaan agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Proses

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA 15 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PERANGKAP UNTUK PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) PADA HABITAT PERMUKIMAN ADE DARMAWANSYAH

RANCANG BANGUN PERANGKAP UNTUK PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) PADA HABITAT PERMUKIMAN ADE DARMAWANSYAH RANCANG BANGUN PERANGKAP UNTUK PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) PADA HABITAT PERMUKIMAN ADE DARMAWANSYAH PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only control group design.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas Lampung dan pembuatan preparat histologi hati dilaksanakan di Balai Penyidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan 22 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas Lampung untuk pemeliharaan

Lebih terperinci