BAB II KAJIAN TEORETIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORETIS A. Otonomi Guru Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus yang memenuhi berbagai kriteria sebagai profesi. Namun yang dimaksudkan adalah guru yang bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah dalam arti memberi bimbingan dan pengajaran kepada para siswa. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan pembinaan kuikulum, menuntut para siswa belajar, membina peribadi, watak, dan jasmaniah siswa, menganalisa kesulitan belajar, serta menilai kemajuan belajar para siswa. Hamalik (2004:40) agar guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya ini, maka setiap guru harus memiliki berbagai kompetensi yang relevan dengan tugas dan tanggung jawabnya tersebut. Guru harus menguasai cara belajar yang efektif, guru harus mampu membuat satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum secara baik, mampu mengajar di kelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu memberikan petunjuk dan nasehat yang berguna, menguasai teknik-teknik memberikan bimbingan dan penyuluhan, mampu menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar, dan sebagainya. Setiap kompetensi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut. Misalnya kompetensi penguasaan cara-cara belajar yang 4

2 baik, kalau diperinci lebih lanjut, maka setiap guru harus kompoten memberikan petunjuk tentang bagaimana membuat rencana belajar, kompeten memberikan petunjuk tentang bagaimana mempelajari situasi kelas termasuk pula bagaimana seorang guru mampu membuka serta menutup pelajaran. Proyek Pembinaan Pendidikan Guru (2000:24) merumuskan sepuluh kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru; a) Menguasai bahan, b)mengelola program mengajar, c) Menggunakan media/sumber belajar dan mengelola kelas, d)menguasai landasan pendidikan, e) Mengelola interaksi belajar mengajar, f)menilai prestasi belajar mengajar, g) Mengenal fungsi dan layanan bimbingan serta penyuluhan, h) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, i) Memahami dan menafsirkan hasil penelitian. Pada hakikatnya guru dalam tugasnya sebagai pengajar dan pendidikan harus memenuhi kebutuhan itu merupakan tugas guru yang tidak ringan dan jika terpenuhi akan sulitlah dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, hal seperti itu tidak dihadapi oleh profesi lainnya. Kehadiran guru sangat bermanfaat untuk membentuk watak generasi Indonesia. Guru dituntut untuk lebih profesional dalam memberikan kaidahkaidah keilmuan, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan bangsa. Otonomi guru ialah kemandirian guru dalam banyak hal yang mengarah kepada profesi guru. Kemandirian seseorang biasanya diukur dari kematangan fisik, jiwa, sikap, pikiran, kepribadian, dan pengetahuan, serta nilai-nilai. Kemandirian juga ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk menentukan

3 sikap dan perilakunya sendiri tanpa harus ada campur tangan orang lain, tetapi dia harus berani mempertanggungjawabkan perilaku pilihannya. Sepanjang menyangkut profesi guru, perilaku pilihannya harus dapat dipertanggungjawabkan secara filosofis, secara teoretis-ilmiah, dan secara sosiokultural kepada anak didik, orang tua, sekolah, yayasan, dan masyarakat luas (Sumarsono, 2004). Kompetensi yang dipersyaratkan bagi guru dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran diantaranya adalah kompetensi Pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Proporsi antara pengerahuan, sikap dan keterampilan dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Standar kompetensi yang dipersyaratkan menjadi guru profesional sesuai dengan UU No. 14 tahun 2005 pasal 8 menyatakan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya pasal 10 ayat (1) menyatakan kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Otonomi guru itu dapat diterapkan, tugas utama guru ialah mengajar. Pertanyaan di atas tampak sederhana tetapi jika dicermati kita dapat menemukan betapa luasnya lingkup dan cakupan mengajar itu, karena persoalannya bukan sekadar mengajar, melainkan melibatkan banyak hal. Katakanlah, misalnya, bahwa mengajar itu memerlukan persiapan; setelah itu guru melaksanakan apa yang sudah direncanakan tadi di depan kelas: dia melakukan pengajaran. Setelah pengajaran selesai dia harus melakukan penilaian atau evaluasi, baik evaluasi

4 terhadap proses maupun hasil belajar siswa serta mengajarnya (Muhaimin, 2008:23). Persiapan, setelah lepas dari dunia kampus, peningkatan mutu seorang guru bergantung kepada dirinya sendiri. Setelah dia ditugaskan sebagai guru dan diberi tugas mengajar, maka dia harus membuat persiapan mengajar, yang mungkin disebut rancangan pengajaran atau desain instruksional. Untuk itu guru (pada saat ini) harus memahami betul: kurikulum, cara menyusun silabus, cara menyusun rencana pelajaran. Itu yang bersifat fisik. Tampaknya juga sederhana. Tetapi, sebenarnya ada segudang persiapan guru dalam bentuk teori filsafat, teori ilmiah, dan isme-isme lain dalam dunia pendidikan (Joni, T.Raka. 2004:15). B. Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah kelola, ditambah awalan pe dan akhiran an. Istilah lain dari pengelolaan adalah manajemen. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.(djamarah 2006:175) Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan Dekdibud (dalam Rachman 2007:11). Pengelolaan dalam pengertian umum menurut Arikunto (dalam Djamarah 2006:175) adalah pengadministrasian pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Ada lima definisi tentang pengelolaan kelas. Definisi pertama, memandang bahwa pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah

5 laku siswa. Pandangan ini bersifat otoritatif, dalam kaitan ini tugas guru ialah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin amat diutamakan. Menurut pandangan ini istilah pengelolaan kelas dan disiplin kelas dipakai sebagai sinonim. Secara lebih khusus, definisi pertama ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Definisi kedua bertolak belakang dengan definisi pertama diatas, yaitu yang didasarkan atas pandangan yang bersifat permisif. Pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah. Dengan demikian, definisi kedua dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Meskipun kedua pandangan diatas, pandangan otortatif dan permisif, mempunyai sejumlah pengikut, namun keduanya dianggap kurang efektif bahkan kurang bertanggungjawab. Pandangan otoritatif adalah kurang manusiawi sedangkan pandangan permisif kurang realistik. Definisi ketiga didasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification). Dalam kaitan ini pengelolaan kelas dipandang sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa. Peranan guru ialah mengembangkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement).

6 Definisi yang didasarkan pada pandangan ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Definisi keempat memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif didalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci. Dengan demikian peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dalam kaitan ini definisi keempat dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif. Definisi kelima bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan guru ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif. Definisi kelima dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Sumarsono. 2004:34).

7 Ketiga definisi yang terakhir tersebut diatas masing-masing bertitik tolak dari dasar pandangan yang berbeda. Manakah yang terbaik diantara ketiga definisi itu? Dari ketiga pandangan itu tidak satupun pernah dibuktikan sebagai pandangan yang terbaik. Oleh karena itu adalah bermanfaat apabila guru mampu membentuk suatu pandangan yang bersifat pluralistic, yaitu pandangan tersebut. Perlu dicatat bahwa pandangan pluralistic yang merangkum tiga dasar pandangan itu (pandangan tentang pengubahan tingkah laku, iklim sosio-emosional, dan proses kelompok) tidak mungkin merangkum juga pandangan yang bersifat otoritatif dan permisif. Pandangan yang otoritatif dan permisif itu justru dapat berlawanan dengan pandangan pluralistic yang dimaksud. Definisi yang pluralistic itu dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio-emosional yang positif, serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan produktif. Guru-guru perlu memahami dan memegang salah satu definisi tersebut diatas yang akan menjadi pedoman bagi tingkah laku dan kegiatan guru didalam kelas dalam rangka mengelola kelasnya. Definisi yang lebih tepat bagi guru-guru kiranya adalah definisi yang bersifat pluralistic. Menurut Hamalik (2009:175) kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru

8 sedangkan menurut Ahmad (1995:1) kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu: 1. Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. 2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatankegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan (Djamarah 2006:176) Ahmad (1995:1) menyatakan Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan, waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

9 Sedangkan menurut Pidarta (dalam Djamarah, 2005:172) Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem atau organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakat, dan energinya pada tugas-tugas individual. Sudirman (dalam Djamarah 2006:172) Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksiedukatif, agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru. Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. (Mulyasa 2006:91). Sedangkan menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:177) Pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas. Ditambahkan lagi oleh Nawawi (dalam Djamarah 2006:177) Manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluasluasnya pada setiap personal untuk melakukan kegitan-kegiatan yang kreatif dan terarah. Arikunto (dalam Djamarah 2006:177) juga berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar yang seperti

10 diharapkan. Pengelolaan dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran). Berdasar pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai. Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal ( bersifat preventif ) dan keteampilan yang berhubuinagn dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal. a. Keterampilan Yang Berhubungan Dengan Penciptaan Dan Pemeliharaan Kondisi Belajar Yang Optimal ( Bersifat Preventif ) Dimyati dan Mudjiono (1999:23) mengungkapkan keterampilan ini terdiri dari, sikap tanggap, membagi perhatian, pemusatan perhatian kelompok. a. Sikap Tanggap Sikap ini dapat dilakukan dengan cara : 1. Memandang cecara seksama Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan anak didik kontak pandang dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerjasama,dan menunjukkan rasa persahabatan.

11 2. Gerak mendekati Gerak guru adalah posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat, dan perhatian guru yang duberikan terhadap tugas serta aktivitas anank didik. Gerak mnedekati hendaklah dilakukan secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengancam atau memberi kritikan hukuman. 3. Memberi pertanyaan Pertanyan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh anak didik sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lain. 4. memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan Teguran perlu diberikan oleh guru jika suasana kelas tidak tenang. Teguran guru memberikan tanda bahwa guru ada bersama anak didik. Teguran haruslah diberikan pada saat yang tepat dan sasaran yang tapat pula, sehingga dapat mencegah meluasnya penyimpangan tingkah laku. b. Membagi perhatian 1. Visual Guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama sedemikian rupa sehingga ia dapat melirik ke kegiatan kedu, tanpa kehilangan pehatian pada kegiatan yang pertama. Kontak pandangan ini bias dilakukan terhadap kelompok anak didk atau anak didik secara individual.

12 2. Verbal Guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan, dan sebagainya terhadap aktifitas anak didik pertama sementara ia memimpin da terlibat supervise pada aktivitas anak didik yang lain. c. Pemusatan perhatian kelompok 1. Memberi tanda Dalam memulai proses belajar mengajar guru memusatkan pada peerhatian kelompokterhadap suatu tugas dengan memberi beberapa tanda, misalnya menciptakan atau membuat situasi tenang sebelum memperkenalkan objek, pertanyaan, atau topic, dengan memilih anak secara random untuk meresponsnya. 2. Pertanggungan jawab Guru meminta pertanggung jawaban anak didik atas kegiatan dan keterlibatannya dalam suatu kegiatan. Setiap anak didik sebagai anggota kelompok harus bertanggungjawab terhadap kegiatan sendir,maupun kegiatan kelompoknya. Misalnya dengan meminta kepada anak didik untuk memperagakan, melaporkan hasil dan memberikan tanggapan 3. Pengarahan dan petunjuk yang jelas Guru haru seringkali memberikan pengarahan danpetunjuk yang jelas dan singkat dalam memberikan pelajaran kepada anak didik, sehingga tidak terajadi kebingungan pada diri anak didik. Pengarahan dan petunjuk dapat dilakukan pada seluruh anggota kelas, kepada kelompok kecil, ataupun kepada individu dengan bahasa dan tujuan yang jelas.

13 4. Penghentian Tidak semua gangguan tingkah laku dapat dicegah atau di hindari. Yang diperlukan disini adalah guru dapat menanggulangi tterhadap anak didik yang nyata-nyata mfelanggar dan mengganggu untuk aktif dalam kegiatan di kelas. Bila anak didik menyela kegiatan anak didik lain dalam kelompoknya, guru secara verbal mengomeli atau menghentikan gangguan anak didik itu. Teguran yang dilakukan guru adalah salah satu cra untuk untuk menghentikan gangguan anak didik. Teguran verbal yang efektif adalah memenuhi syaratsyarat sebagai berikut: a) Tegas dan jelas tertuju kepda anak didik yang mengganggu serta kepada tingkah lakunya yang menyimpang.b) Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau mengandung penghinaan. c) Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan. 5. Penguatan Untuk menanggulangi anak didik yang menggangu atau tidak melakukan tugas, dapat dilakukan dengan memberikan penguatan yang di pilih ssuai dengan masalahnya. Penguatan untuk mengubah tingkah laku merupakan strategi remedial untuk mengatasi anak didik yang terus mengganggu atau tidak melakukan tugas.seperti : a) Dengan memberikan penguatan positif bila anak didik telah menghentikan gangguan atau kembali pad atugas yang di minta. b) Dengan memberikan penguatan positf terhadap anak didik yang lain yang tidak mengganggu dan di pakai sebagai model tingkah laku yang baik bagi anak didik yang suka mengganggu.

14 6. Kelancaran Kelancaran atau kemajuan anak didk dalam belajarsebagai indicator bahwa anak didik dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang diberikan di kelas. Ada beberapa kesalahan yangharus dihindari oleh guru. a) Campur tangan yang berlebihan ( teacher instruction )b) Kelenyapan (fade away ), c) Penyimpangan ( degression ), d) Ketidak tepatan berhenti dan memulai kegiatan. 7. Kecepatan ( pacing ) Kecepatan disini diartikan sebagai tingkat kemajuan yang d capai anak didik dalam pelajaran. Yang perlu dihindari oleh guru adalah kesalahan menahan kecepatan yang tidak perlu, atau menahan penyajian bahan pelajaran yang sedang berjalan, atau kemajuan tugas. Ada dua hal kesalahan kecepan yang harus dihindari bila kecepatan yang tepat mau dipertahankan. Yaitu : a) Bertele-tela (mengulang, memperpanjang, mengubah-ubah ) b) Mengulang penjelasan yang tidak perlu b. Keterampilan Yang Berhubungan Dengan Pengembangan Kondisi Belajar Yang Optimal Dimyati dan Mudjiono (1999:23) mengungkapkan keterampilan ini terdiri, modifikasi tingkah laku, pendekatan pemecahan masalah dalam kelompok, menemukan dan memecahkan perilaku yang menimbulkan masalah. 1) Modifikasi tingkah laku Guru menganalisis tingkah laku anak didik yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengiplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.

15 2) Pendekatan pemecahan masalah kelompok Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara : a) memperlancar tugas-tugas : mengusahakan terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas, b) memelihara kegiatan-kegiatan kelompok : memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan menangani konflik yang timbul. 3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah Guru dapat menggunakan seperangkat ara untuk mengendalaikan tingkah laku keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatuhan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahannya. C. Otonomi Guru dalam Pengelolaan Kelas Sebuah kelas merupakan suatu satuan utuh, mencakup unsur yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Unsur yang tampak secara fisik ialah ruangan dengan segala isinya, siswa dan guru; bahan ajar yang akan disajikan, alat peraga. Unsur yang tidak tampak ialah suasana kelas, suasana hubungan manusiawi antara guru-siswa, dan siswa -siswa. Yang juga tidak tampak ialah kesiapan siswa untuk belajar dan kesiapan guru untuk mengajar. Di dalam hal inilah guru secara mutlak memiliki otonomi untuk mengelola kelas. Dia menjadi manajer (pengarah, pengelola, pemimpin), menjadi derigen (yang akan mengatur jalannya simponi ) (DePorter dkk.,2000:34), menjadi seniman (yang secara kreatif mengatur suasana gembira dalam belajar) (Suparno,1997:23), menjadi moderator (yang mengatur lalu-lintas interaksi antarsiswa dan antara guru siswa), menjadi intelektual (yang

16 mengelola ilmu dan mengembangkannya di kelas) (Suparno,1997:25), menjadi fasilitator (pemberi kemudahan siswanya untuk belajar). Dia juga harus berpikir jauh ke depan tentang tujuan-tujuan pendidikan yang menjadi hidden curriculum, dengan memikirkan bahwa suasana kelas merupakan bagian dari kurikulum. Suasana kelas itu haruslah suasana yang mendidik, bukan sekadar suasana untuk mengajar. Di sinilah guru harus mampu mempertanggungjawabkan perilakunya secara filosofis dan teoretis. 1. Guru sebagai manajer dalam pembelajaran (pengarah, pengelola, pemimpin) a) Guru sebagai pengarah Guru sebagai pengarah terletak baik dalam orientasi maupun dalam perilaku. Seorang pengarah berdiri di depan anak dan menekankan tujuan, keinginan, dan kebutuhannya kepada anak. Selain itu hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini, guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi adalah sebagai berikut. 1) membangkitkan dorongan siswa untuk belajar, 2) menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran, 3) memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik dikemudian hari, 4) membentuk kebiasaan belajar yang baik.

17 Pendekatan yang dipergunakan oleh guru dalam hal ini adalah pendekatan pribadi, di mana guru dapat mengenal dan memahami siswa lebih mendalam hingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajar mengajar atau denga kata lain guru berfungsi sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar, guru diharapkan mampu untuk : 1) dan memahami setiap peserta didik, baik secara individu maupun secara kelompok. 2) membantu tiap peserta didik dalam mengatasi masalah pribadi yang dihadapinya. 3) membantu kesempatan yang menjadi agar tiap peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya. 4) mengevaluasi keberhasilan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan langkah kegiatan yang telah dilakukannya. Untuk itu, guru hendaknya memahami prinsipprinsip bimbingan dan menerapkannya dalam proses pembelajaran. ( b) Guru sebagai pengelola Guru pengelola pembelajaran guru mempunyai tiga peran, inti yaitu sebagai perencana, pelaksana dan melaksanakan evaluasi terhadap hasil dan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sebagai perencana guru melakukan kegiatan menetapkan pekerjaan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu tugas pertama guru sebagai perencana adalah megembangan tujuan-tujuan pembelajaran yang umum menjadi tujuan-tujuan yang spesifik dan operasional. Selanjutnya dalam perencanaan guru menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

18 Dalam suatu kegiatan, perencanaan menempati posisi yang sangat penting, karena di dalam perencanaanlah tergambar hal-hal yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan. Sebagai suatu kegiatan yang sangat penting maka menurut Wina Sanjaya (2007:23) bahwa sebuah perencanaan pembelajaran minimal harus mempunyai empat unsur yaitu: 1). Adanya tujuan yang harus dicapai 2). Adanya strategi untuk mencapai tujuan. 3). Sumber daya yang dapat mendukung. 4). Implementasi setiap keputusan.5) Tujuan adalah arah yang harus dicapai. Sedangkan strategi berkaitan dengan penetapan keputusan yang harus dilakukan oleh seorang perencana. Penetapan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan, di dalamnya meliputi penetapan sarana dan prasarana yang diperlukan. Selanjutnya implementasi adalah pelaksanaan dari strategi dan penetapan dan sumber daya. Dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tujuan tercapai. Oleh karena itu Uno mengungkapkan kegiatan guru dalam tahap pelaksanaan pembelajaran ini adalah bagaimana mengorganisasikan pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Dalam evaluasi selalu mengandung proses. Proses evaluasi harus tepat terhadap tipe-tipe tujuan yang dinyatakan dalam bahasa tingkah laku. Tidak semua perilaku dapat dinyatakan dengan alat evaluasi yang sama. Maka masingmasing alat evaluasi yang dilakukan guru pun harus berbeda untuk masing-masing tingkah laku. Sebagai contoh untuk menilai aktifitas siswa dalam melaksanakan

19 proses belajarnya, sejauh mana minat dan motivasinya, tidak bisa digunakan alat dalam bentuk tes tertulis dengan menanyakan soal-soal mengenai materi belajar yang telah dipelajari siswa. Dalam hal ini dibutuhkan alat evaluasi dalam bentuk observasi dan angket. Guru sebagai pengelola pembelajaran di samping berperan sebagai perencana, pelaksana dan melakukan kegiatan evaluasi. Juga berperan sebagai pengelola sumber belajar juga berperan sebagai sumber belajar itu sendiri Sumber: c) Guru sebagai pemimpin pembelajaran Pemimpin adalah orang yang dapat menyelesikan sesuatu melalui aktivitas orang-orang. Pemimpin dapat mendorong orang bekerja karena dorongan dari dalam dirinya. Guru sebaiknya memiliki kecakapan memimpin, artinya dapat mempengaruhi, mengarahkan, membimbing, memotivatasi siswa agar dapat belajar dengan target prestasi tertinggi. Siswa belajar tanpa merasa diperintah. Mengajar merupakan serangkaian proses pendidikan untuk membantu siswa lebih memahami dan menguasai sesuatu. Guru mendorong siswa terus belajar bagaimana seharusnya belajar yang efektif. Guru meningkatkan kewirausahaan belajar siswa. Guru dalam kelas berperan sebagai pemimpin. Tugasnya adalah mempengaruhi siswa melalui pengembangan organization of learning atau pengorganisasian pembelajaran. Sukses pembelajaran bergantung pada kemampuan guru memimpin dan mengorganisasikan pembelajaran dalam kelas sehingga dapat mewujudkan produk belajar sesuai dengan tujuan.

20 Mengajar memerlukan dukungan suasana yang kondusif dan proses yang baik untuk mengembangkan pengalaman siswa sehingga menjadi pengalaman yang produktif dalam interaksi sosial yang efektif. Guru dalam proses ini berfungsi sebagai pemimpin. Suasana belajar memberikan ruang yang luas untuk berkreasi karena hati dan pikiran siswa yang terbuka. Pembelajaran yang efektif memerlukan dukungan yang baik dari berbagai komponen, di antaranya : 1. Kesiapan psikologis siswa atau grup untuk belajar pembelajar 2. Suasana lingkungan yang mendukung siswa beraktivitas. 3. Fasilitas, tempat dan waktu pertemuan yang jelas, buku dan bahan materi lain untuk pembelajaran 4. Prosedur yang rapi dan dipahami bersama (rutin dan terjadwal, atau bervariasi) yang menunjang kegiatan presentasi, diskusi dan evaluasi. 5. Pentahapan yang jelas sehingga guru dan juga siswa mengetahui bagaimana pembelajaran akan berlangsung dan apa target yang mereka hendak capai. 6. Seluruh bagian sumber daya diintegrasikan untuk mendukung pencapaian yang optimal, pemeran pengatur di sini adalah guru. 2. Guru sebagai moderator dalam pembelajaran (yang mengatur lalu-lintas interaksi antarsiswa dan antara guru siswa) Guru Sebagai moderator guru hendaknya melakukan hal-hal berikut : a. Memusatkan perhatian pada tujuan pembelajaran diantaranya. Kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk memusatkan perhatian siswa 1) Menyampaikan tujuan pada awal kegitan pembelajran.

21 2) Menandai dengan cermat perubahan-perubahan yang terjadi dalam pembahasan atau kegiatan kelompok. 3) Merangkum hasil pembahasan atau diskusi / kerja kelompok pada tahap-tahap tertentu sebelum dilanjutkan pada pembahasan atau tugas berikutnya. b. Memberikan kesempatan berfartisipasi Dalam kegiatan kerja kelompok kadang terjadi monopoli pembicaraan, untuk mencegah hal tersebut peran guru hendaknya memberikan kesempatan kepada semua siswa unrtuk berpartisipasi dalam kegitan tersebut. Usaha yang dapat dilakukan guru untuk menyebarkan kesempatan berpartisipasi diantaranya : a) Memancing siswa yang pendiam dengan mengajukan pertanyaan yang langsung ditujukan kepada siswa tersebut secara bijaksana. b) Mencegah terjadinya pembicaraan serentak. c) Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan atau kegiatan d) Mendorong siswa untuk saling mengomentari pendapat siswa lain. 3. Fasilitator dalam pembelajaran (pemberi kemudahan siswanya untuk belajar). Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas

22 belajar. Oleh karena itu menjadi tugas guru bagaiman menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkunganbelajar yang menyenangkan anak didik. Seorang fasilitator berada di belakang anak, membimbing mereka untuk mencapai tujuan, keinginan dan kebutuhannya. Pengarah memberikan tugas, menentukan persyaratan, dan menilai hasil belajar. Seorang fasilitator membantu anak dalam belajar mandiri, dalam menentukan tujuan sendiri, dan dalam memberi umpan balik terhadap penilaian diri Seorang guru dapat mencari keseimbangan antara perannya untuk berada di depan anak, di belakang anak, atau di samping/diantara anak-anak, sesuai dengan ciri khas (karakteristik anak). Untuk anak berbakat sebaiknya seorang guru lebih banyak berada dibelakang anak daripada di depan anak. Jadi, dalam perannya sebagai fasilitator seorang guru harus: 1) Mendorong belajar mandiri sebanyak mungkin; 2) Dapat menerima gagasan-gagasan dari semua siswa; 3) Memupuk siswa untuk memberikan kritik secara konstruktif dan; untukmemberikan penilaian diri sendiri; 4) Berusaha menghindari pemberian hukuman atau celaan terhadap ide-ide yang tidak biasa; 5) Dapat menerima perbedaan menurut waktu dan kecepatan antarsiswa dalam kemampuan memikirkan ide-ide baru. ( Guru sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan anak dalam melakukan kegiatan pemecahan masalah secara lebih baik. Beberapa contoh masalah yang dapat dijadikan sebagai bahan pemecahan bagi anak, antara lain: a) masalah gerakan (berapa cara yang dapat kamu gunakan dari ujung A sampai ke

23 ujung B?); b) masalah diskusi (apa yang terjadi jika kita sering membuang sampah di sungai?); dan c) masalah strategi (strategi apa yang kamu perlukan untuk bermain ular tangga?). Terkadang ide masalah dapat muncul dari peristiwa yang terjadi secara alamiah, dan terkadang juga harus direncanakan terlebih dahulu oleh guru. Masalah yang paling baik bagi anak-anak adalah masalah yang memungkinkan mereka mengumpulkan informasi yang konkrit, dan mengandung lebih dari satu pemecahan masalah, dapat diamati, memudahkan anak-anak untuk mengevaluasinya, dan memungkinkan anak untuk membuat keputusannya sendiri. Masalah yang baik akan dapat menolong anak untuk menganalisis, menyampaikan dan mengevaluasi peristiwa, informasi dan ide. Masalah yang baik juga akan mampu mendorong anak untuk membuat hubungan secara mental dan membangun ide.

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012 PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN HUSNI EL HILALI Abstrak Kemampuan mengelola kelas menjadi salah satu ciri guru yang profesional. Pengelolaan kelas diperlukan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KELAS 1. Oleh: Delipiter Lase

PENGELOLAAN KELAS 1. Oleh: Delipiter Lase PENGELOLAAN KELAS 1 Oleh: Delipiter Lase Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengemalikannya bila terjadi gangguan dalam proses

Lebih terperinci

02/09/2013

02/09/2013 EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KELAS DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA PADA PESERTA DIDIK Oleh : Marinasari Fithry Hasibuan,S.Ag,M.Pd Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Medan ABSTRACT Dierktorat Jenderal Pendidikan

Lebih terperinci

Margunani 1 Siti Fatimah 2

Margunani 1 Siti Fatimah 2 Keterampilan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di Sma Negeri Se Kabupaten Kebumen Margunani 1 Siti Fatimah 2 Abstrak : Pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi terciptanya

Lebih terperinci

PERANAN PENGELOLAAN KELAS DALAM MENCIPTAKAN SUASANA PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN DAN MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN DIKLAT

PERANAN PENGELOLAAN KELAS DALAM MENCIPTAKAN SUASANA PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN DAN MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN DIKLAT PERANAN PENGELOLAAN KELAS DALAM MENCIPTAKAN SUASANA PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN DAN MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN DIKLAT Julianty Kasihati Hasibuan Surel: july.seleb@gmail.com ABSTRAK Sebagai

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SMP NEGERI 1 KABILA. Intan Abdul Razak Dosen Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo

KEMAMPUAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SMP NEGERI 1 KABILA. Intan Abdul Razak Dosen Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo KEMAMPUAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SMP NEGERI 1 KABILA Intan Abdul Razak Dosen Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Intan Abdul Razak, 2007 Teacher s Ability In Managing Classroom

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori. Pendidikan adalah suatu usaha kegiatan yang dijalankan dengan sengaja,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori. Pendidikan adalah suatu usaha kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori Pendidikan adalah suatu usaha kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

PENDEKATAN PENGELOLAAN KELAS

PENDEKATAN PENGELOLAAN KELAS PENDEKATAN PENGELOLAAN KELAS OLEH: Nama Kelompok Program Studi Nama Dosen Pembimbing Mata Kuliah : Kelompok I : Pendidikan Fisika : Otang Kurniaman M.Pd : Pengelolaan Pendidikan JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah berdirinya Sekolah Dasar Negeri Anjir Serapat Muara 1.1. Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah berdirinya Sekolah Dasar Negeri Anjir Serapat Muara 1.1. Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah berdirinya Sekolah Dasar Negeri Anjir Serapat Muara 1.1 Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala Adapun yang menjadi lokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang digunakan untuk menginplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com Komunikasi EFEKTIF KETERAMPILAN DASAR h t t: p ws w w. /d a r e m a n t e p. S u d a r m a n t e p. 0 h t t: p ws w w. /u s /d e ra r e m a n t e p Capaian Pembelajaran Menerapkan keterampilan dasar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu pesat, mulai dari berubahnya gaya hidup masyarakat hingga meningkatya kebutuhan-kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV akan membahas dari hasil penelitian tentang peran kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan minat belajar siswa di SMAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT Anifa Alfia Nur Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Tugas akhir ini bertujuan untuk mendapat gambaran tentang tingkat kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 1

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam proses belajar-mengajar, guru tidak hanya menjelaskan materi di depan kelas dengan metode ceramah saja (teacher center), namun guru juga dituntut mampu menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki

Lebih terperinci

pengalaman kelompok menjadi tiga tingkat. Pertama, tingkat problem-solving

pengalaman kelompok menjadi tiga tingkat. Pertama, tingkat problem-solving II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tijauan Pustaka 1. Pengertian Pembelajaran Group Investigation (GI) Group Investigation adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan,

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Tujuan MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik. Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya manusia. Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) serta penerus cita perjuangan bangsa. Untuk mampu melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Thursan Hakim (2005: 21) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 1 No. 4 Desember 2017

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 1 No. 4 Desember 2017 Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. No. 4 Desember 07 ANALISIS KESULITAN MAHASISWA PPL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN DALAM MENGAPLIKASIKAN KETERAMPILAN

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi merupakan tempat atau unit analisa yang dijadikan sebagai tempat pelaksana penelitian atau tempat pengumpulan data

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Biologi Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah cabang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rangka mencapai tujuan yang diharapkan untuk membelajarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rangka mencapai tujuan yang diharapkan untuk membelajarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan untuk membelajarkan siswanya dan mengarahkan interaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Asra, dkk. (2007: 5) belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan. Belajar juga bisa

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR, AKTIVITAS DAN SIKAP PADA MATERI GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI, MELALUI METODE DISKUSI, OBSERVASI, DAN EKSPERIMEN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR, AKTIVITAS DAN SIKAP PADA MATERI GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI, MELALUI METODE DISKUSI, OBSERVASI, DAN EKSPERIMEN p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR, AKTIVITAS DAN SIKAP PADA MATERI GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI, MELALUI METODE DISKUSI, OBSERVASI, DAN EKSPERIMEN Yuni Lestari Purnomowati

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dalam perkembangannya saat ini lebih dituntut untuk menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dalam perkembangannya saat ini lebih dituntut untuk menunjukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dalam perkembangannya saat ini lebih dituntut untuk menunjukan perannya sebagai institusi yang mampu menghasilkan individu-individu yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. Kinerja adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. Kinerja adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Dosen 2.1.1 Definisi Kinerja Dosen Kinerja adalah performace atau unjuk kerja. Kinerja juga dapat diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja.

Lebih terperinci

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI A. PENTINGNYA MASALAH Pendidikan dimasa desentralisasi berbeda dengan sentralisasi. Pada masa sentralisasi segala sesuatu seperti bangunan sekolah, kurikulum, jumlah

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 GURU BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN MINAT MENULIS SISWA. Nori Anggraini 1

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 GURU BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN MINAT MENULIS SISWA. Nori Anggraini 1 GURU BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN MINAT MENULIS SISWA Nori Anggraini 1 Abstrak Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan dalam bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Minat menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menunjukkan bakat di lingkungan masyarakat. Pendidikan diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menunjukkan bakat di lingkungan masyarakat. Pendidikan diarahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia juga sebagai bantuan agar anak tersebut kelak menjadi manusia yang dapat menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar, seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (dalam Norep,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE KUIS INTERAKTIF DAN EXPLICIT INTRUCTION PADA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STKIP PGRI NGAWI

EFEKTIVITAS METODE KUIS INTERAKTIF DAN EXPLICIT INTRUCTION PADA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STKIP PGRI NGAWI EFEKTIVITAS METODE KUIS INTERAKTIF DAN EXPLICIT INTRUCTION PADA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STKIP PGRI NGAWI Erny Untari Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Ngawi Email : Erny1703@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi belajar

BAB II KAJIAN TEORITIS. menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi belajar 6 2.1 Peran Guru BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Pengertian Peran Guru Guru dalam fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing maka diperlukan adanya berbagai peran pada diri guru. Peran akan senantiasa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Belajar Siswa Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia taman kanak-kanak adalah anak pada usia rentang 5-6 tahun atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia taman kanak-kanak adalah anak pada usia rentang 5-6 tahun atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia taman kanak-kanak adalah anak pada usia rentang 5-6 tahun atau usia prasekolah yang merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik

Lebih terperinci

KETERAMPILAN GURU MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL DI SD NEGERI GAROT ACEH BESAR. Zulfanidar, Alfiati Syafrina, M. Yamin,

KETERAMPILAN GURU MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL DI SD NEGERI GAROT ACEH BESAR. Zulfanidar, Alfiati Syafrina, M. Yamin, KETERAMPILAN GURU MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL DI SD NEGERI GAROT ACEH BESAR Zulfanidar, Alfiati Syafrina, M. Yamin, Zulfa_@yahoo.com ABSTRAK Penelitian Ini Berjudul Keterampilan guru membimbing diskusi

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF A. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Husni El Hilali Abstraksi Pengelolaan kelas memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn.

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn. BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar PKn Kondisi belajar mengajar yang efekif adalah adanya minat perhatian siswa dalam belajar mata pelajaran PKn. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG 69 BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG A. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Islam Sultan Agung 1 Semarang Kepala sekolah merupakan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian SMP Muhammadiyah 4 Sambi merupakan perubahan dari Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah Sambi yang berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke. segera menjadi kenyataan seperti yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke. segera menjadi kenyataan seperti yang diharapkan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sertifikasi guru merupakan salah satu cara dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke depan semua guru

Lebih terperinci

PERAN GURU MENGELOLA KELAS DALAM MENGOPTIMALKAN PEMBELAJARAN DI KELAS IV SDN 36 KOTA SELATAN JURNAL. Oleh SINTIA SOANGO NIM.

PERAN GURU MENGELOLA KELAS DALAM MENGOPTIMALKAN PEMBELAJARAN DI KELAS IV SDN 36 KOTA SELATAN JURNAL. Oleh SINTIA SOANGO NIM. PERAN GURU MENGELOLA KELAS DALAM MENGOPTIMALKAN PEMBELAJARAN DI KELAS IV SDN 36 KOTA SELATAN JURNAL Oleh SINTIA SOANGO NIM. 151 411 183 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat. Langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat. Langkah-langkah yang dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi yang semakin berkembang pesat dengan ditandai oleh keunggulan teknologi transportasi dan telekomunikasi yang serba canggih, sehingga hubungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam hal ini pada saat proses belajar mengajar guru memegang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam hal ini pada saat proses belajar mengajar guru memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah adalah suatu lembaga yang bertujuan membentuk anak didik menjadi manusia dewasa yang berkepribadian matang dan tangguh yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisah antara unsur yang satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dipisahkan dengan sistem-sistem kehidupan

Lebih terperinci

Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,

Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya, Kata 'Pedagogik' tidak akan asing di telinga guru, tetapi apakah semua guru memahami apa yang dimaksud dengan Kompetensi Pedagogik walau sebenarnya sudah pernah di lakukannya. Kompetensi Pedagogik pada

Lebih terperinci

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam usahanya meningkatkan kualitas dan martabat hidupnya, ia akan selalu berusaha meningkatkan kemampuan dirinya. Usaha terpenting yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

Keterampilan yang Harus Dikuasai Guru dalam Proses Pembelajaran

Keterampilan yang Harus Dikuasai Guru dalam Proses Pembelajaran Keterampilan yang Harus Dikuasai Guru dalam Proses Pembelajaran Oleh :Winarto* 1. Abstrak: Tujuan penjelasan ini untuk mendiskripsikan dari berbagai hasil kajian menunjukan bahwa sedikitnya terdapat tujuh

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Laboratorium Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan atau membangun manusia dan hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat melainkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Pentingnya belajar IPA. Menurut Stephert dan Ragan ( dalam Catharina Tri Anni, 2004 : 3 ), belajar dapat diartikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Madrasah adalah sarana efektif dan strategis untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru Guru adalah pejabat profesional, sebab mereka diberi tunjangan profesional. Namun, walaupun mereka secara formal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran untuk menunjang kelancaran jalannya

Lebih terperinci

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan sehingga pelayanan BK benar-benar memberikan kontribusi pada pencapaian visi, misi, dan tujuan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016 BAB V PEMBAHASAN 1. Bagaimana proses pelaksanaan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016 Di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi setiap Negara. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-3 di dunia, memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah menengah atas cenderung bersifat monoton dan tidak menghasilkan banyak kemajuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Depdiknas (2004), model merupakan suatu konsep untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Joyce & Weil

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan. lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu

II. KAJIAN PUSTAKA. Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan. lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu 8 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Persepsi Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelajaran seni budaya khususnya pengajaran seni musik banyak guru yang mengeluh rendahnya kemampuan siswa menerapkan konsep pembelajaran seni musik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. oleh seorang guru adalah mengupayakan atau menciptakan kondisi belajar

BAB II KAJIAN TEORI. oleh seorang guru adalah mengupayakan atau menciptakan kondisi belajar 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengelolaan Kelas 2.1.1 Pengertian Pengelolaan Kelas Dalam proses pembelajaran di kelas yang sangat urgen untuk dilakukan oleh seorang guru adalah mengupayakan atau menciptakan

Lebih terperinci