Pengaruh Evaluasi-Diri Terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Evaluasi-Diri Terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris"

Transkripsi

1 Pengaruh Evaluasi-Diri Terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Oleh Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni ABSTRAK Dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa, diperlukan upaya-upaya pemberdayaan dan kinerja yang tinggi dalam kaitan dengan proses pembelajaran untuk semua bidang kajian, termasuk pembelajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia (English as a Foreign Language/EFL). Salahsatu upaya tersebut adalah penggunaan teknik-teknik asesmen yang dapat memfasilitasi proses dan hasil belajar secara optimal. Hasil dari dua buah penelitian tentang penggunaan teknik evaluasi-diri sebagai salahsatu teknik asesmen otentik menunjukkan pengaruh yang signifikan dalam mengoptimalkan proses dan hasil belajar menulis Bahasa Inggris. Kedua penelitian adalah sebuah eksperimen untuk menjawab permasalahan penelitian, Apakah Asesmen Portofolio (dimana Evaluasi-Diri adalah intinya) berpengaruh terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Mahasiswa Undiksha, Singaraja? ; dan sebuah upaya peningkatan kualitas pembelajaran (Research for the Improvement of Instruction/RII) untuk menjawab permasalahan, Apakah Optimalisasi Pemanfaatan Teknik Evaluasi-Diri dapat Meningkatkan Kualitas Perkuliahan Mata Kuliah Writing II pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha, Singaraja? Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan teknik Evaluasi-Diri dalam pembelajaran: (1) mampu meningkatkan kemampuan menulis bahasa Inggris dimana hasilnya lebih baik dibandingkan dengan teknik penilaian konvensional, (2) diperlukan pelatihan dan pembimbingan terlebih dahulu sebelum pebelajar dapat melakukannya sendiri, dan (3) mampu secara bertahap menjadikan pebelajar sebagai autonomous learners sehingga efisiensi waktu maupun kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil-hasil di atas, sangat perlu dilakukan sosialisasi teknik Evaluasi-Diri sebagai salahsatu teknik asesmen otentik kepada pengajar dan guru, termasuk cara-cara melakukannya baik untuk para pemula maupun untuk mereka yang telah bisa menggunakan teknik Evaluasi-Diri secara efektif dalam proses belajarnya. Kata-kata kunci: asesmen otentik, teknik evaluasi diri, pembelajaran menulis, Bahasa Inggris

2 Judul : Pengaruh Evaluasi-Diri Terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Oleh Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni ngurah_marhaeni@yahoo.com UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA, BALI 2008

3 Daftar Isi Abstrak 1 Judul 2 Daftar Isi. 3 Daftar Tabel 4 1. Pendahuluan 5 2. Kajian Teori 7 3. Hasil dan Pembahasan Pembahasan Simpulan dan Saran.29 Daftar Rujukan 32 Lampiran.38

4 Daftar Tabel Tabel 1. Deskripsi Data penelitian I. 13 Tabel 2. Hasil Perhitungan Data dengan ANOVA Dua Jalan.. 15 Tabel 3. Matriks Pengumpulan Data Penelitian II 18 Tabel 4. Tahapan Kegiatan Menulis. 20 Tabel 5. Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis. 22

5 1. Pendahuluan Secara umum, pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia masih perlu terus ditingkatkan kualitas dan efektivitasnya, mengingat di satu sisi kemampuan rata-rata berbahasa Inggris kita belum memadai sedangkan di sisi lain, Bahasa Inggris adalah bahasa pergaulan dunia dan bahasa ilmu pengetahuan, sehingga sudah selayaknya kita dapat berbahasa Inggris dengan lebih baik. Kemampuan menulis Bahasa Inggris adalah salahsatu kemampuan berbahasa yang dianggap paling kompleks karena melibatkan berbagai kemampuan kognitif dan linguistik. Karena paling kompleks, belajar menulis juga dianggap paling sulit. Pengalaman mengajar Mata Kuliah Writing pada Jurusan Bahasa Inggris di IKIP Negeri Singaraja menunjukkan bahwa mahasiswa seringkali gagal dalam mata kuliah tersebut, dan bahkan harus mengulang beberapa kali. Begitu pula di pihak dosen, sering ditemukan keluhan sulitnya mengajar keterampilan menulis, terutama dilihat dari kemampuan mahasiswa dan waktu yang diperlukan sangat banyak. Secara konvensional, pembelajaran menulis tersebut dilakukan dengan pendekatan proses dimana mahasiswa mengembangkan karangan secara bertahap mulai dari penggalian ide hingga merevisi karangan. Proses itu sendiri tidak terlalu jelas tahapannya, namun secara umum meliputi kegiatan penggalian ide, penyusunan draf, dan perbaikan/revisi. Pengamatan perhadap pembelajaran menulis tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pemantauan yang pasti terhadap proses menulis, dalam arti, proses yang dilakukan dengan susah payah tersebut hanya diakui melalui penilaian terhadap produknya, yaitu draf terakhir atau hasil karangan. Padahal, optimalisasi proses belajar sangat penting untuk (1) mendapat hasil yang diinginkan, (2) membentuk mahasiswa sebagai the owner of learning, (3) menjadikan mahasiswa risk takers, (4) dengan demikian menjadikan mereka autonomous learners. Dengan demikian, pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang bermakna, yaitu yang benar-benar membangun life skills. Dengan alasan itu, sangat penting dilakukan pemantauan proses belajar secara terprogram. Tujuan penulisan makalah ini adalah mendeskripsikan hasil dua buah penelitian tentang pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat perguruan tinggi, dan mengajukan usulan kebijakan terkait dengan hasil-hasil penelitian tersebut. Kedua penelitian mengambil topik yang sama, yaitu penggunaan teknik asesmen Evaluasi-Diri dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis Bahasa Inggris mahasiswa pada Jurusan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Singaraja Bali. Peneliti memilih topik penelitian ini untuk diseminarkan dalam forum karena, pertama, Evaluasi-Diri adalah salahsatu teknik dalam asesmen otentik, suatu

6 pendekatan asesmen yang dipandang lebih cocok dalam rangka mencapai kebermaknaan belajar. Kedua, Evaluasi-Diri merupakan asesmen otentik yang relatif jarang digunakan karena sifatnya yang lebih berorientasi asesmen proses, sedangkan secara umum orang masih berfikir bahwa asesmen dilakukan dalam rangka mengukur produk atau hasil belajar saja, ketiga, belum banyak hasil penelitian tentang penggunaan asesmen otentik dalam pembelajaran, khususnya Evaluasi- Diri, dan keempat, hasil-hasil penelitian ini dapat mendukung kebijakan terkait dengan pentingnya asesmen proses disamping asesmen produk, dalam rangka membangun kompetensi dan mencapai kebermaknaan belajar. Penelitian pertama adalah sebuah eksperimen untuk menjawab permasalahan penelitian, Apakah Asesmen Portofolio (dimana Evaluasi-Diri adalah intinya) berpengaruh terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Mahasiswa Undiksha, Singaraja? (Marhaeni, 2005). Penelitian kedua adalah sebuah upaya peningkatan kualitas pembelajaran (Research for the Improvement of Instruction/RII) untuk menjawab permasalahan, Apakah Optimalisasi Pemanfaatan Teknik Evaluasi-Diri dapat Meningkatkan Kualitas Perkuliahan Mata Kuliah Writing II pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha, Singaraja? (Marhaeni, dkk. 2005) 2. Kajian Teori 2.1 Kebermaknaan Belajar Definisi pada kamus mengatakan bahwa kebermaknaan berarti kualitas sesuatu yang memiliki nilai dan signifikansi yang tinggi (Bachman dan Palmer, 1996). Komisi pendidikan untuk abad ke-21 yang dibentuk oleh UNESCO (Delors, 1996) melaporkan, bahwa agar pendidikan dapat secara relevan membantu untuk hidup pada era globablisasi, harus bertumpu pada empat pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Belakangan muncul yang kelima, yaitu learning to live sustainable, yaitu belajar untuk menjamin kelangsungan hidup manusai dan alam lingkungannya. Jadi, pendidikan yang bermakna adalah pendidikan yang membelajarkan pebelajar untuk memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep pengetahuan dan menjadikannya sesuatu yang berguna bagi dirinya dan lingkungannya. Dengan demikian, pengetahuan dalam belajar yang bermakna harus bersifat dinamis, dalam arti, pengetahuan dipelajari untuk digunakan mengatasi persoalanpersoalan masyarakat sesuatu dengan tuntutan era globalisasi ini. Dalam proses tersebut,

7 pengetahuan juga berkembang seiring dengan interaksi internal-eksternal dari pebelajar tersebut. Jika hal ini terwujud, maka tidak akan ada lagi kekhawatiran Mochtar Buchori (2001) yang mengatakan bahwa pendidikan jangan sampai tidak memiliki makna bagi pebelajar, sebab jika itu terjadi, pendidikan hanya akan menjadi beban hidup. Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, utamanya dalam pembelajaran bahasa asing/kedua, Bachman dan Palmer (1996) mengatakan bahwa kebermaknaan tugas-tugas pembelajaran bahasa (meaningfulness of language learning tasks) dicirikan oleh pelibatan lima unsur, yaitu pengetahuan tentang topik tugas, kemampuan bahasa, pelibatan atribut personal seperti tingkat minat, skemata afektif yaitu interseksi antara tingkat kesulitan tugas dan kemampuan yang dimiliki, dan strategi pemecahan masalah. Untuk optimalisasi pelibatan kelima unsur tersebut, diperlukan suatu evaluasi diri. Salvia dan Ysseldike (1996) menekankan bahwa refleksi dan evaluasi diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership), yaitu timbul suatu pemahaman bahwa apa yang dilakukan dan dihasilkan peserta didik tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya. 2.2 Evaluasi Diri Evaluasi diri adalah pelibatan pebelajar dalam menentukan standara dan/atau criteria untuk menilai karyanya sendiri, sehingga dapat menentukan sejauhmana karyanya tersebut telah mencapai standar atau kriteri yang ditetapkan (Boud 1991 dalam Brew 1999). Definisi ini menunjukkan dua elemen yang ada pada setiap proses asesmen, yaitu penentuan standar terkait dengan criteria tertentu, dan penilaian terhadap karya berdasarkan standard an criteria tersebut. Brew lebih lanjut mengatakan, bahwa kemampuan untuk secara kritis menilai karya sendiri dapat menjadi salahsatu tujuan di pendidikan tinggi. Hal ini dapat dipahami mengingat di perguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang tinggi dan kesadaran tentang eksistensi dirinya. Jadi, evaluasi diri adalah suatu cara untuk melihat kedalam diri sendiri. Melalui evaluasi diri pebelajar dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian, pebelajar lebih bertanggungjawab terhadap proses dan pencapaian tujuan belajarnya. Rolheiser dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoretik untuk menunjukkan kontribusi evaluasi diri terhadap pencapaian tujuan. Model tersebut menekankan bahwa, ketika mengevaluasi sendiri performansinya, peserta didik terdorong untuk menetapkan tujuan yang

8 lebih tinggi (goals). Untuk itu, peserta didik harus melakukan usaha yang lebih keras (effort). Kombinasi dari goals dan effort ini menentukan prestasi (achievement); selanjutnya prestasi ini berakibat pada penilaian terhadap diri (self-judgment) melalui kontemplasi seperti pertanyaan, Apakah tujuanku telah tercapai? Akibatnya timbul reaksi (self-reaction) seperti Apa yang aku rasakan dari prestasi ini? Goals, effort, achievement, self-judgment, dan self-reaction dapat terpadu untuk membentuk kepercayaan diri (self-confidence) yang positif. Kedua penulis menekankan bahwa sesungguhnya, evaluasi diri adalah kombinasi dari komponen self-judgment dan self-reaction dalam model di atas. Model tersebut digambarkan dalam bagan berikut. (1) Goals (2) Effort (3) Achievement (4) Self-judgment (5) Self-reaction (6) Self-confidence Kedua penulis meyakini bahwa evaluasi diri dapat meningkatkan hasil belajar, karena kegiatan evaluasi diri: a) dapat memusatkan perhatian pebelajar pada tujuan pembelajaran, b) memberikan informasi pada guru mengenai hal-hal yang masih kurang atau belum tercapai dalam pembelajaran, c) dapat lebih meningkatkan perhatian pebelajar pada asesmen, dan d) meningkatkan motivasi pebelajar. Dalam khasanah asesmen otentik, evaluasi diri dapat dilakukan secara tersendiri, dapat pula menjadi salahsatu elemen utama asesmen portofolio. Asesmen portofolio sebagai suatu asesmen

9 yang bersifat berkelanjutan baik pada proses maupun hasil belajar. Melalui evaluasi diri, guru dapat memantau perkembangan kemampuan pebelajar seiring dengan berkembangnya kemampuan metakognisinya akibat dari latihan evaluasi diri. Karena itu, evaluasi diri disebut sebagai kunci asesmen portofolio (O Malley & Valdez Pierce, 1996). 2.3 Menulis Bahasa Inggris Kegiatan menulis, khususnya menulis Bahasa Inggris, adalah suatu proses kognitif dan kreatif yang terjadi secara berulang-ulang tetapi tidak linier. Proses menulis adalah suatu kegiatan kognitif. Sebagai suatu proses kognitif, menulis adalah suatu alat yang digunakan untuk menuangkan buah pikiran. Secara kognitif, di dalam pikiran terdapat suatu skema yang mengandung potensi makna. Potensi ini berkembang karena adanya stimulus dari luar dan akan terjadi suatu transaksi antara potensi itu dengan pengaruh luar tersebut. Jadi untuk berkembang dengaan optimal, diperlukan faktor mediasi (Confrey, 1995), yaitu suatu intervensi lingkungan yang membangkitkan potensi yang ada dan menjadikannya suatu kemampuan. Menulis juga suatu proses kreatif. Kreativitas dikaitkan dengan fungsi dasar manusia, yaitu berpikir, merasa, menginderakan, dan intuisi (Semiawan, 1997). Kreativitas merupakan ekspresi tertinggi dari sintesa atas semua fungsi dasar manusia tersebut. Kreativitas dalam proses menulis tercermin dari topik yang dipilih, cara mengembangkan alur (plot) tulisan, serta pemilihan kosakata dan pola-pola kalimat yang menunjukkan gaya (style) seorang penulis. Hasil transaksi tersebut merupakan sesuatu yang baru dan unik. Karena peran unsur kreativitas ini, setiap karya tulis tidak pernah ada yang persis sama satu sama lain. Keunikan suatu karya tulis mencerminkan kreativitas penulisnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tulisan adalah refleksi dari pikiran kreatif, dan karena ia merupakan hasil transaksi maka ia sekaligus juga mengembangkan pikiran (menambah skema yang telah ada sebelumnya). Secara umum, ramuan kognitif dan kreatif di atas dalam proses menulis dapat dilihat pada tiga tahap utama proses menulis, yaitu pramenulis, menulis, dan merevisi. Berdasarkan kajian teori di atas, kemampuan menulis merupakan suatu kemampuan yang dihasilkan dari suatu proses menulis yang melibatkan faktor kognitif dan kreativitas dimana potensi yang dimiliki dan pengaruh faktor lingkungan bertransaksi untuk membentuk kemampuan menulis yang mencakup lima dimensi kemampuan yaitu kemampuan menemukan ide (isi) tulisan, susunan/organisasi ide, struktur kalimat, kosakata dan gaya (style), dan mekanik.

10 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian I dengan judul: Pengaruh Asesmen Portofolio dan Motivasi Berprestasi terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) pengaruh asesmen portofolio terhadap kemampuan menulis Bahasa Inggris mahasiswa, dan (2) peran motivasi mahasiswa untuk berprestasi dalam menentukan pengaruh asesmen portofolio terhadap kemampuan tersebut. Berdasarkan pada landasan teori di atas, kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat perbedaan kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris antara mahasiswa yang mengikuti perkuliahan menulis dengan asesmen portofolio dengan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan menulis dengan asesmen konvensional. Alasannya, karena dalam asesmen portofolio, dilakukan pemberian umpan balik secara kontinyu melalui evaluasi diri; dari mana mahasiswa mendapat kesempatan untuk mengetahui kelebihan, kemajuan, dan sekaligus pula kelemahan mereka. Karena kemajuan (progress) merupakan salah satu tujuan asesmen portofolio, maka mahasiswa dapat melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan hasil refleksinya. Dalam melakukan refleksi maupun perbaikan-perbaikan tersebut, tentunya telah terjadi suatu proses belajar pula. Dalam asesmen konvensional, kesempatan seperti ini tidak terjadi. Motivasi berprestasi sebagai digunakan sebagai variabel moderator karena asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut mahasiswa untuk belajar bertanggungjawab terhadap karyanya sendiri dan berusaha mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Sifat orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ingin mencapai keunggulan. Mereka yang memiliki motivasi tinggi menyukai situasi belajar yang kompetitif dan menantang dimana mereka dapat memperoleh masukan secara langsung untuk mencapai target yang ditetapkannya. Bagi mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menganggap imbalan (reward) yang diperoleh bukan sebagai insentif, tetapi merupakan ukuran sejauhmana mereka telah mencapai taraf keunggulannya. Asesmen portofolio merupakan asesmen otentik yang memberi kesempatan mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan minatnya. Pembelajaran dengan pendekatan asesmen portofolio bersifat sangat individualized sehingga mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dapat menentukan sendiri arah dan target belajarnya, tanpa tergantung pada orang lain, seperti menunggu teman. Asesmen portofolio juga memberi kesempatan mahasiswa melakukan refleksi diri dari evaluasi diri maupun umpan balik

11 yang diterimanya, suatu hal yang sangat cocok dengan karakteristik mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Kesempatan-kesempatan seperti tersebut di atas memberi ruang yang sangat luas pada mahasiswa tersebut memacu prestasinya untuk unggul. Kesempatan tersebut kurang dapat diperoleh dalam asesmen konvensional. Jadi, tingkat motivasi berprestasi terkait dengan ciri-ciri asesmen portofolio sehingga diduga dapat membedakan kemampuan menulis mahasiswa dengan tingkat motivasi berprestasi yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Negeri Singaraja (sekarang Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Bali). Penelitian dilakukan selama satu semester, yaitu pada bulan September 2004 hingga bulan Januari Populasi penelitian adalah 112 mahasiswa yang memprogram mata kuliah Writing II pada semester ganjil 2004/2005. Setelah dilakukan pengklasifikasian dalam tingkat motivasi berprestasi, dilakukan sampel acak sederhana untuk menentukan individu dan penempatannya dalam kelompok. Terdapat 76 mahasiswa yang digunakan sebagai sampel. Rancangan penelitian menggunakan desain eksperimen posttest-only control group design, dengan rancangan faktorial 2x2, dimana asesmen portofolio dibandingkan dengan asesmen konvensional dan motivasi berprestasi merupakan variabel moderator yang diklasifikasi menjadi tinggi dan rendah. Pelaksanaan penelitian diuraikan sebagai berikut. Pendekatan pembelajaran menulis pada kedua kelompok penelitian (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) menggunakan pendekatan proses dengan tiga tahapan inti, yaitu pramenulis, menulis, dan merevisi. Terdapat empat jenis karangan yang harus ditulis oleh mahasiswa, yaitu deskriptif, naratif, perbandingan, dan sebab akibat. Setiap jenis karangan dua buah, yaitu karangan wajib, yaitu satu dengan tema yang ditetapkan bersama untuk semua mahasiswa, dan satu karangan dengan tema pilihan sendiri. Dengan demikian, setiap mahasiswa menulis sebanyak delapan topik selama penelitian. Perbedaan perlakukan terjadi pada pendekatan asesmen yang digunakan. Kelompok eksperimen diberikan asesmen portofolio, yang meliputi tiga elemen pokoknya, yaitu adanya karya (evidence), evaluasi diri, dan kriteria penilaian yang jelas dan terbuka (Moya dan O Malley, 1996). Kegiatan asesmen portofolio meliputi evaluasi diri yang dilakukan pada setiap tahapan menulis, konferensi mahasiswa-dosen, mahasiswa-mahasiswa, pemilihan karya terbaik, dan refleksi. Untuk kelompok kontrol, pendekatan asesmen konvensional meliputi penilaian terhadap hasil dari setiap tahapan menulis.

12 Untuk mengumpulkan data, dikembangkan instrumen kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris yang terdiri dari dua bagian, yaitu tes kinerja menulis dan rubrik penilaian analitik. Terdapat lima komponen kemampuan menulis dalam rubrik, yaitu kualitas isi, ogranisasi ide, tatabahasa, kosakata, dan mekanik. Ujicoba terhadap instrumen dilakukan secara teoretik dan empirik. Perhitungan besaran korelasi antar penilai (interrater) menggunakan rubrik tersebut menggunakan Anava Hoyt, dengan hasil koefisien korelasi sangat tinggi. Untuk mengukur tingkat motivasi berprestasi mahasiswa digunakan sebuah kuesioner skala Likert yang terdiri dari 42 butir pernyataan yang dikembangkan dari lima dimensi motivasi berprestasi dalam belajar Bahasa Inggris, yaitu orientasi pada keberhasilan, antisipasa kegagalan, inovasi, tanggungjawab terhadap tugas, dan kelekatan terhadap masyarakat penutur asli Bahasa Inggris. Analisis hasil ujicoba menggunakan koefisien alpha yang menghasilkan koefisien keandalan sangat baik. Hasil penelitian disajikan berikut ini. Tabel 1. Deskripsi data Asesmen Motivasi Berprestasi Tinggi (B1) Rendah (B2) Portofolio (A1) n = 19 x = 37,60 SD = 3,23 n = 19 x = 27,26 SD = 4,69 Σ n = 38 x = 32,43 SD = 6,57 Konvensional (A2) n = 19 x = 29,61 SD = 4,02 n = 19 x = 30,28 SD = 3,36 n = 38 x = 29,95 SD = 4,55 n = 38 x = 33,61 SD = 4,30 n = 38 x = 28,77 SD = 3,96 Σ Keterangan: A1B1: Kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam belajar Bahasa Inggris dan mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen portofolio. A2B1: Kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam belajar Bahasa Inggris dan mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen konvensional. A1B2: Kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam belajar Bahasa Inggris dan mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen portofolio. A2B2: Kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah dalam belajar Bahasa Inggris dan mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen konvensional.

13 Setelah dilakukan ujiprasyarat uji hipotesis yaitu uji normalitas dan homogenitas, dimana data dinyatakan normal dan homogen, selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan rumus analisis variansi dua jalan (Two-way Anova). Hasil perhitungan disajikan sebagai berikut. Tabel 2. Hasil Perhitungan dengan ANAVA Dua Jalan SUMBER JUMLAH db Rata-rata Jumlah VARIASI KUADRAT Kuadrat (SV) (JK) (RJK) Pendekatan Asesmen (A) F h F t , ,08 7,82** 3,96 6,96 443, ,88 29,68** 3,96 6,96 Motivasi berprestasi dalam Bel. B. Inggris (B) 574, ,81 38,43** 3,96 6,96 Interaksi (AB) 1076, , Kekeliruan Dalam Sel (D) 2212, Total Keterangan : db = derajat kebebasan Fh = F hitung Ft = F tabel ** = Uji F signifikan pada taraf signifikansi 0,01 Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diuraikan temuan penelitian sebagai berikut. Nilai hitung dengan ANOVA terhadap data lebih besar daripada harga dalam tabel. Ini berarti bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen portofolio dengan kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen konvensional. Perbandingan rerata menunjukkan bahwa kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen portofolio lebih tinggi daripada kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen konvensional.

14 Selanjutnya, Uji Tukey pada kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam belajar Bahasa Inggris, menunjukkan bahwa nilai hitung Tukey (Q hitung) lebih besar daripada Q tabel. Ini berarti bahwa bagi mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam belajar Bahasa Inggris, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen portofolio dengan kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen konvensional, dimana kemampuan mahasiswa lebih baik untuk yang mengalami perlakuan asesmen portofolio. Sebaliknya, pada kelompok mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah dalam belajar Bahasa Inggris, ditemukan nilai hitung Tukey (Q hitung) lebih besar daripada nilai Q tabel. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen konvensional dengan kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan pendekatan asesmen portofolio, dimana kemampuan mahasiswa lebih baik untuk yang mengalami perlakuan asesmen konvensional. Dengan uji ANAVA, hasil ini dibuktikan menunjukkan adanya interaksi secara signifikan, antara penggunaan pendekatan asesmen dengan motivasi berprestasi dalam pembelajaran menulis Bahasa Inggris, dimana kemampuan yang lebih tinggi terjadi pada mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan penerapan asesmen portofolio. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa asesmen portofolio lebih efektif dalam menentukan kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris. Efektivitas ini sejalan dengan hasil penelitian Gipayana (1998; ) yang menemukan bahwa penggunaan asesmen portofolio dalam pembelajaran menulis di sekolah dasar bersama-sama dengan pendekatan bertahap ternyata lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan menulis. Demikian pula hasil penelitian Marhaeni dan Darti (2004: 67) menunjukkan bahwa penggunaan asesmen portofolio dan buku cerita telah mampu meningkatkan kemampuan literasi siswa SD, dan membangkitkan afeksi mereka terhadap kegiatan membaca dan menulis. Lebih lanjut, pembahasan terhadap hasil di atas adalah bahwa, pada pembentukan kemampuan menulis dalam bahasa Inggris yang melibatkan proses kognitif dan kreatif yang kompleks, pendekatan asesmen yang bersifat komprehensif seperti asesmen portofolio dapat berfungsi sebagai alat penilaian dan umpan balik sekaligus, dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis dalam proses yang dilalui.

15 Selanjutnya, keterlibatan faktor motivasi berprestasi dalam belajar Bahasa Inggris menunjukkan bahwa motivasi berprestasi ternyata berperan dalam pengembangan kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris. Untuk mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, mereka yang mengikuti perkuliahan dengan asesmen portofolio mencapai kemampuan yang lebih tinggi. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki motivasi berprestasi rendah, mereka yang mengikuti perkuliahan dengan asesmen konvensional mencapai kemampuan yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Tuckman dan Sexton (dalam Tuckman, 1999: 6) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang jelas antara kemampuan siswa menilai kemampuannya sendiri dalam menyelesaikan suatu tugas dengan baik (self-efficacy), dengan produktivitas akademiknya. Demikian pula mengenai hubungan motivasi berprestasi dengan nilai modern, penelitian Dantes (1989: 193) menyimpulkan bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang, semakin tinggi pula kesiapan untuk menerima konsep-konsep berpikir, bersikap, maupun berperilaku yang berdimensi baru. Selanjutnya Tuckman mengatakan bahwa untuk mereka yang memiliki motivasi untuk berprestasi, kegiatan self-monitoring dan self-correcting dapat meningkatkan performansi. Karena itu, asesmen portofolio sesuai dengan mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Sebaliknya dengan menggunakan asesmen konvensional, mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi kurang mendapat kesempatan untuk memperoleh umpan balik yang sangat diperlukan. Atkinson dalam Jung (1978: 14) mengatakan bahwa tipe individu dengan motif untuk sukses rendah cenderung untuk menghindari hal-hal baru yang mengandung tantangan disebabkan oleh adanya ketakutan akan gagal. Maka dapat dipahami kenapa mereka yang memiliki motivasi berprestasi rendah kemampuannya lebih tinggi bila diberikan asesmen konvensional dibandingkan dengan mereka yang mendapat asesmen portofolio, karena asesmen portofolio adalah hal baru yang digunakan dalam pembelajaran menulis dan mereka merasa kurang nyaman untuk itu. Hasil-hasil di atas memberikan suatu fenomena yang menarik dalam kaitannya dengan motivasi berprestasi tinggi dan penggunaan asesmen portofolio. Meskipun tidak dinyatakan dalam suatu hipotesis secara eksplisit mengenai perbandingan antara mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan yang rendah, dengan melihat ciri-ciri asesmen portofolio, tampak bahwa asesmen portofolio juga bermanfaat untuk meningkatkan motivasi berprestasi.

16 Laporan dari Kelly Elementary School di San Diego menyebutkan bahwa evaluasi diri dapat meningkatkan semangat siswa untuk belajar lebih keras. Sejalan dengan itu pula adalah laporan hasil penelitian Dantes (1989: 198) bahwa aktivitas-aktivitas yang kreatif banyak gunanya bagi peningkatan motivasi berprestasi. Hal ini berarti bahwa, bila asesmen portofolio dapat mengoptimalkan kemampuan menulis Bahasa Inggris bagi mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi; bagi mereka yang memiliki motivasi berprestasi rendah asesmen portofolio sesungguhnya dapat meningkatkan motivasi berprestasi mereka, mengingat ciri-ciri asesmen portofolio yang bersifat berkelanjutan dan memperbaiki proses pembelajaran. Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) asesmen portofolio yang digunakan dalam perkuliahan menulis dalam Bahasa Inggris untuk mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Writing II pada semester genap 2004/2005 di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Negeri Singaraja, berdampak lebih baik pada kemampuan menulis mahasiswa dibandingkan dengan asesmen konvensional, (2) motivasi berprestasi dalam belajar Bahasa Inggris berperan dalam menentukan pengaruh penggunaan pendekatan asesmen pada kemampuan mahasiswa yang belajar menulis dalam Bahasa Inggris. 3.2 Hasil Penelitian II dengan judul: Optimalisasi Pemanfaatan Teknik Evaluasi-Diri dalam Meningkatkan Kualitas Perkuliahan Mata Kuliah Writing II pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha, Singaraja. Penelitian ini adalah sebuah riset peningkatan kualitas pembelajaran (Research for the Improvement of Instruction/RII) yang bertujuan untuk: (1) mengoptimalkan kemampuan mahasiswa dalam menulis esai pendek dalam Bahasa Inggris pada Mata Kuliah Writing II, (2) mengefektifkan pembelajaran menulis pada Mata Kuliah Writing II melalui optimalisasi kegiatan evaluasi diri sebagai salahsatu unsur utama asesmen portofolio. Dan (3) menghasilkan suatu model pembelajaran menulis dalam Bahasa Inggris, khususnya esai pendek, yang berbasis asesmen portofolio dimana kegiatan evaluasi diri dilakukan secara optimal. Penelitian ini dilakukan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Negeri Singaraja. Pemantauan awal terhadap masalah pembelajaran Writing II telah dilakukan pada semester ganjil 2004/2005; selanjutnya penelitian dilakukan pada semester ganjil 2005/2006 (September Nopember 2005). Subjek penelitian berjumlah 27 orang mahasiswa.

17 Penelitian ini menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas, yaitu dalam siklus yang terdiri dari empat fase, yaitu merencanakan, melaksanakan tindakan, memantau, dan merefleksi. Pada fase perencanaan, dilakukan diskusi tim peneliti dan penyiapan instrumen tindakan berupa: (i) Persiapan Pembelajaran, yaitu pengembangan Satuan Acara Pembelajaran dan Skenario Pembelajaran, dan pembuatan/pengadaan media, dan (ii) Pembuatan/pengadaan instrumen pemantauan seperti ceklis evaluasi diri, lembar observasi, tugas kinerja menulis, dan rubrik penilaian kemampuan menulis. Pada fase pelaksanaan tindakan, dilakukan kegiatan pembelajaran dalam bentuk tatap muka, tugas terstruktur, dan tugas mandiri. Penelitian dilakukan dalam 12 kali tatap muka dimana empat genre menulis, yaitu deskriptif, naratif, perbandingan, dan sebab-akibat dilatihkan. Selama 12 kali pertemuan, kegiatan perkuliahan meliputi tiga tahap menulis yaitu penggalian ide-ide karangan, menulis karangan, dan merevisi karangan. Pada setiap tahapan menulis, dilakukan kegiatan evaluasi diri yang dilanjutkan dengan variasi antara peer evaluation dan lecturer-student conferences. Fase pemantauan dilakukan dalam rangka mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengetahui kinerja siklus. Pemantauan dilakukan baik selama PBM berlangsung, maupun pasca PBM/pasca satu siklus. Pemantauan selama PBM antara lain pemantauan kinerja PBM, pelaksanaan kegiatan evaluasi diri, dan pengembangan folder portofolio. Pemantauan pasca PBM adalah penilaian folder portofolio, analisis lembar evaluasi diri, dan penilaian kemampuan menulis melalui rubrik penilaian. Fase refleksi adalah peninjauan terhadap kinerja siklus, kekuatan, dan kelemahan yang masih ada. Sebelum dilakukan refleksi yang berupa diskusi intensif tim peneliti, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan. Hasil analisis data adalah temuan siklus. Temuan inilah yang digunakan sebagai bahan melakukan refleksi. Hasil refleksi berupa rekomendasi apakah permasalahan telah dapat ditanggulangi atau diperlukan siklus lanjutan. Berikut ini disajikan matriks pengumpulan data dan analisis data dari penelitian yang dilakukan. Tabel 3. Matriks Penelitian NO DATA INSTRUMEN JENIS TEKNIK PENGUMPULAN TEKNIK ANALISIS 1. Kemampuan Rubrik produk Penulisan esei pendek Penilaian interrater, menulis esai penilaian tingkat

18 pendek 2. Efektivitas kegiatan evaluasi diri 3. Kualitas folder portofolio 4. Kinerja PBM Lembar observasi Ceklis Produk Studi dokumen (lembar evaluasi diri mahasiswa) Ceklis Produk Studi dokumen (folder portofolio) kemampuan menulis ditentukan dengan PAP Pengelompokan berdasarkan beberapa komponen penilaian efektivitas evaluasi diri, penentuan rating 0 4 Analisis berdasarkan kriteria sebuah folder portofolio yang baik Proses Pencatatan anekdot Analisis berdasarkan beberapa komponen yang diobservasi, dilakukan analisis deskripsi kualitatif 5. Folder Portofolio Ceklis Produk Study dokumen Deskripsi kualitatif Kriteria keberhasilan penelitian ini ditetapkan sebagai berikut: (1) Kemampuan mahasiswa dalam menulis esai pendek, yaitu mencapai skor minimal 70 yang ekuivalen dengan nilai B (Buku Pedoman Studi IKIP Negeri Singaraja, 2003). (2) Efektivitas kegiatan evaluasi diri, yaitu perolehan rating minimal 3 (dari rentangan 0 4) untuk setiap komponen efektivitas. (3) Kualitas PBM, yaitu masuk kategori baik (80 persen performansi favourable). (4) Kelengkapan folder portofolio, yaitu semua mahasiswa memiliki folder portofolio dengan komponen yang lengkap. Hasil penelitian yang berlangsung sebanyak dua siklus ditampilkan berikut ini a. Diagnostik awal Diagnostik awal yang dilakukan sebelum pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa mahasiswa mengaku tidak mampu menulis dengan baik, tidak bisa menilai mana tulisan yang disebut bagus dan mana yang kurang bagus. Mahasiswa juga memiliki keinginan untuk menulis secara mandiri di luar kelas, tetapi mereka tidak tahu bagaimana caranya karena tidak ada

19 pedoman yang jelas. Namun mereka mengeluhkan waktu menulis di kelas tidak cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas dari dosen. Dari hasil tersebut, maka hal-hal yang perlu ditingkatkan adalah keberanian dan kepercayaan diri mahasiswa bahwa mereka bisa menulis. Sesuai dengan hasil diagnostik awal, peningkatan efektivitas kegiatan menulis memerlukan kegiatan menulis dimana mahasiswa dapat bekerja secara mandiri berdasarkan pedoman tentang apa yang dituntut dari mahasiswa sebagai hasil dari proses belajar menulis yang dilaluinya. b. Siklus I Dalam pelaksanaan tindakan dan pemantauan digunakan: (i) Lembar Evaluasi Diri meliputi lima aspek kemampuan menulis, yaitu Isi, Organisasi, Kosakata/Gaya, Struktur Kalimat, dan Mekanika. Lembar Evaluasi Diri untuk setiap aspek dapat dikembangkan berdasarkan keterampilan menulis yang relevan. Ada kemungkinan bahwa satu aspek dikembangkan dalam beberapa lembar evaluasi diri dengan pertimbangan untuk membantu mahasiswa yang agak kurang dapat menggunakan ceklis yang lebih mudah. Kemudian secara bertahap mereka akan menggunakan ceklis yang lebih kompleks (contoh ceklis pada lampiran 1). Penilaian efektivitas evaluasi diri didasarkan pada sejauh mana mahasiswa menggunakan ceklis tersebut untuk merevisi tulisannya. Hal tersebut terlihat dari tanda cek yang ada pada setiap deskriptor pada setiap ceklis. Penilaian dikategorikan berdasarkan presentase tanda cek yang ada; (ii) Skenario Perkuliahan Penulis, dmana sintaks proses menulis terdiri dari tahap pramenulis, menulis, dan merevisi, yang dijabarkan dalam kegiatan sebagai berikut. Tabel 4. Tahapan Kegiatan Menulis NO. TAHAP KEGIATAN KETERANGAN 1. Pramenulis a. Pemodelan: dosen memberikan contohcontoh tulisan dari genre yang hendaknya ditulis. Klasikal, kelompok b. Mahasiswa menunjukan contoh-contoh sendiri dan mendiskusikannya Kelompok c. Penentuan topik tulisan d. Pembuatan outline (bila perlu) 2. Menulis a. Mengembangkan topik/outline menjadi sebuah tulisan Individu 3. merevisi a. Merevisi tulisan Individu. Menggunakan referensi dan handouts yang

20 ditunjuk atau disediakan oleh dosen, konferensi, evaluasi oleh teman, evaluasi diri, refleksi. (iii). Tugas Menulis (writing task) dan Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis. Sebagai suatu asesmen kinerja, tugas menulis yang diberikan berupa petunjuk untuk menulis suatu genre. Tulisan mahasiswa tersebut dinilai dengan sebuah rubrik analitik. Rubrik ini terdiri dari lima aspek, yaitu Isi, Organisasi, Kosakata/Gaya, Struktur Kalimat, dan Mekanika. Untuk setiap aspek dikembangkan indikatornya, selanjutnya dibuatkan deskriptor pada mana setiap deskriptor menunjukan jenjang kemampuan menulis untuk aspek tersebut. Jenjang kemampuan untuk setiap aspek terdiri dari empat jenjang, yaitu merentang dari 1 hingga 4. Setiap aspek memiliki bobot yang berbeda mengingat peran setiap aspek dalam membentuk kemampuan menulis memang berbeda. Untuk aspek isi dan organisasi masing-masing bobotnya adalah 3, kosakata/gaya dan struktur kalimat masing-masing bobotnya 2, dan mekanika bobotnya 1, sehingga skor meretnag dari 11 hingga 44; seperti terlihat pada rubrik berikut. Tabel 5. Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis NO. Komponen Bobot skor Indikator (1 5) 1. Isi Karangan 3 Relevansi topik dengan substansi tugas, pengembangan thesis statement, wawasan tentang topik 2. Organisasi Ide 2 Susunan ide-ide, pengungkapan ide-ide 3. Penggunaan Kosakata 2 Kompleksitas dan efektivitas kalimat, akurasi penggunaan tatabahasa 4. Penggunaan 2 Keluasan kosakata, ketepatan Tatabahasa penggunaan kata dan idiom, ketepatan 5. Penggunaan Mekanika (ejaan dan tandabaca) bentuk-bentuk kata 1 Kepatuhan pada konvensi/aturan-aturan penulisan, ketepatan penggunaan tandatanda baca dan huruf besar, kebenaran ejaan Hasil dan Pembahasan Siklus I

21 Hasil analisis terhadap: (i) efektivitas evaluasi diri menunjukkan bahwa semua mahasiswa menggunakan ceklis. Secara umum, rata-rata efektivitasnya adalah 2,778, dimana ini berarti termasuk dalam kategori mendekati baik. Bila dilihat secara lebih rinci, 9 orang mahasiswa (33,33%) menggunakan ceklis hanya hingga 40% saja dari semua deskriptor yang ada dalam ceklis; 15 orang mahasiswa (55,55%) menggunakan hingga 60%; dan 3 orang mahasiswa (11,11%) menggunakan hingga 80%; (ii) kemampuan menulis esai naratif menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan sebesar 30,368 yang masuk dalam kategori Baik. Secara rinci dapat dilihat bahwa 4 mahasiswa (14,81%) memperoleh nilai Sangat Baik, 23 mahasiswa (85,19%) memperoleh nilai Baik; (iii) kelengkapan isi folder partofolio menunjukkan bahwa 23 mahasiswa (85,185%) memiliki folder yang lengkap, sedangkan 3 orang mahasiswa (14,815%) kurang lengkap. Setelah dianalisis lebih jauh, tidak lengkapnya folder disebabkan oleh tidak adanya cover letter, salah satu komponen folder portofolio; (iv) catatan dosen yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara informal menunjukkan bahwa semua mahasiswa sudah menggunakan ceklis evaluasi diri. Tetapi, ada kecenderungan ceklis belum dimanfaatkan secara optimal karena mahasiswa ragu dan merasa tidak mampu menggunakannya. Hasil di atas menunjukkan bahwa secara umum, kemampuan mahasiswa sudah baik. Hal ini berarti bahwa kegiatan evaluasi diri telah mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa hingga mencapai kategori baik. Dapat pula dilihat bahwa mahasiswa telah menggunakan ceklis evaluasi diri dalam proses menulisnya. Namun demikian, terlihat bahwa penggunaan ceklis belumlah optimal. Sementara itu, bila dilihat dari permasalahan yang hendak ditanggulangi, terlihat bahwa dari segi kemampuan menulis memang sudah baik, tetapi belum terlihat adanya cerminan sikapsikap positif yang muncul sebagai akibat pengguanaan ceklis evaluasi diri. Sikap-sikap yang diharapkan adalah ownership, yaitu sikap yang mencerminkan bahwa kegiatan menulis itu adalah untuk peningkatan diri mahasiswa, bukan semata-mata tugas kuliah; dan risk-taking, yaitu sikap berani mengambil resiko. Ini tercermin dari keinginan mencoba walaupun dengan hanya sedikit bimbingan. Dapat dikatakan demikian karena, ternyata hasil pemantauan menunjukkan bahwa mahasiswa masih ragu-ragu dalam menggunakan ceklis, mereka takut salahdan belum menyadari betul manfaat dari ceklis tersebut. Analisis lebih jauh terhadap fenomena ini adalah, bahwa ada factor budaya yang menyebabkan sulitnya mahasiswa mempunyai rasa percaya diri dan menjadi independen. Pendidikan kita secara umum justru telah

22 memasung kreativitas dengan adanya praktek pembelajaran yang sangat teacher-centered, dimana guru ditempatkan dalam posisi yang sangat strategis yaitu sumber ilmu pengetahuan bagi muridnya. Tetapi, secara tidak disadari hal tersebut telah membuat ketergantungan yang sangat tinggi pada guru. Walhasil, tanpa guru murid tidak melakukan apa-apa. Hasil refleksi di atas mengarah pada perencanaan siklus II. Hal-hal yang perlu diperbaiki adalah, mengoptimalkan penggunaan ceklis evaluasi diri untuk mencapai tiga hal utama yaitu (1) kemampuan menulis yang optimal, (2) rasa kepemilikan terhadap kegiatan menulis, dan (3) keberanian mengambil resiko untuk menumbuhkan independensi belajar. c. Siklus II Berdasarkan hasil pada siklus I, dilakukan siklus II dengan mengoptimalkan pemanfaatan ceklis evaluasi diri pada tahap merevisi tulisan. Optimalisasi tersebut berupa penambahan ceklis sesuai dengan kebutuhan, diadakan waktu khusus untuk melakukan evaluasi diri disamping secara individual di luar kelas, dan optimalisasi peer evaluation dan student-teacher conferences. Hasil dan Pembahasan Siklus II Hasil Analisis terhadap: (i) Efektivitas Kegiatan Evaluasi Diri menunjukkan bahwa semua mahasiswa menggunakan ceklis. Secara umum, rata-rata efektivitasnya adalah 4,407, meningkat dari efektivitas sebelumnya pada siklus I yaitu sebesar 2,778. Hasil ini menunjukkan bahwa efektivitas penggunaan ceklis sudah mencapai kategori sangat baik. Bila dilihat secara lebih rinci, 16 orang mahasiswa (59,259%) menggunakan ceklis hingga 80% dari semua deskriptor yang ada dalam ceklis; dan 11 orang mahasiswa (40,741%) menggunakannya hingga 100%. Dengan demikian, ini berarti mahasiswa sudah menggunakan ceklis evaluasi secara optimal, terlihat dari besarnya prosentase penggunaan deskriptor pada ceklis untuk membantu mahasiswa dalam melakukan revisi terhadap tulisannya; (ii) kemampuan menulis esai deskriptif menunjukkan bahwa rerata kemampuan menulis mahasiswa adalah sebesar 35,704 yang masuk dalam kategori Sangat Baik. Secara rinci dapat dilihat bahwa 18 mahasiswa (66,66%) memperoleh nilai Sangat Baik, dan 9 mahasiswa (33,33%) memperoleh nilai Baik; (iii) kelengkapan folder portofolio menunjukkan bahwa semua folder telah lengkap dan tersusun dengan baik. Susunannya adalah (mulai dari atas) : cover letter, entri Bestwork), draf, dan ceklis evaluasi diri; (iv) catatan dosen yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara

23 informal menunjukkan bahwa semua mahasiswa sudah menggunakan veklis evaluasi diri. Pengamatan dosen juga menunjukkan bahwa mahasiswa semakin lancar menggunakan ceklis dan aktif mengklarifikasi temuan mereka pada tulisan masing-masing. Sekali waktu dalam kegiatan kelompok, terjadi diskusi yang panjang tentang salah satu aspek tulisan. Sering terjadi dosen perlu memberikan penjelasan ketika dalam diskusi tidak terjadi solusi yang tepat. Hasil-hasil di atas menunjukkan bahwa secara umum, kemampuan menulis mahasiswa pada akhir siklus II sudah sangat baik. Hal ini berarti bahwa kegiatan evaluasi diri telah mampu mengoptimalkan kemampuan menulis mahasiswa. Bila dilihat dari sisi kegiatan evaluasi diri itu sendiri, dapat dikatakan bahwa telah terjadi optimalisasi penggunaan ceklis terlihat dari tingginya prosentase penggunaan deskriptor dalam ceklis, dibandingkan dengan banyaknya deskriptor yang disediakan. Hal ini berarti bahwa ceklis telah dimanfaatkan secara sangat optimal oleh mahasiswa dalam proses merevisi tulisannya. Tingginya penggunaan ceklis evaluasi diri oleh mahasiswa dan tingginya kemampuan mahasiswa dalam menulis seperti tercermin dalam hasil analisis pada siklus II merupakan indikasi adanya sikap kepemilikan (ownership) terhadap proses belajar menulisnya. Mahasiswa tekun melakukan perbaikan-perbaikan terhadap tulisannya untuk mencapai hasil terbaik yang memuaskan hatinya. Tingginya kegiatan mandiri dengan bantuan ceklis mencerminkan bahwa kegiatan menulis itu adalah untuk peningkatan diri mahasiswa, bukan semata-mata tugas kuliah. Tingginya penggunaan ceklis juga menunjukkan sikap risk-taking, yaitu sikap berani mengambil resiko. Peningkatan yang sangat tinggi dari penggunaan ceklis di siklus I ke siklus II mengindikasikan bahwa mahasiswa telah berani menggunakan ceklis meskipun kemungkinan mereka harus menggunakan beberapa deskriptor beberapa kali dalam satu tulisan. Secara pelan-pelan (jika kegiatan evaluasi diri terus dilakukan ) pengaruh tradisi teachercentered akan bergeser pada student-centered, yang dicirikan antara lain oleh mahasiswa yang mempunyai rasa percaya diri sehingga berani mengambil resiko, dan menjadi independen dalam proses belajar menulis. Hasil refleksi di atas menunjukkan bahwa hingga akhir siklus II, telah dihasilkan peningkatan yang sangat signifikan dari siklus I ke siklus II, dengan hasil yang sangat baik. Dapat pula ditetapkan bahwa tujuan penelitian telah tercapai. Dengan demikian, penelitian ini diselesaikan pada akhir siklus II.

24 Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian di atas adalah : 1. Bahwa masalah yang dihadapi mahasiswa adalah sulitnya menulis esai pendek dalam Bahasa Inggris yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : (i) kemampuan menulis yang kurang, (ii) kurangnya waktu di kelas untuk menulis, (iii) untuk dapat menulis dengan baik, mahasiswa perlu bekerja diluar jam kuliah, untuk itu diperlukan pedoman belajar menulis. 2. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan ceklis evaluasi diri sebagai pedoman belajar menulis, kemampuan mahasiswa dalam menulis telah mencapai katagori sangat baik pada akhir siklus II. 3. Penggunaan ceklis evaluasi diri telah mencapai tingkat sangat baik. Hal ini berarti bahwa telah terjadi optimalisasi penggunaan ceklis oleh mahasiswa dalam upaya mencapai hasil tulisan yang optimal. 4. Tingginya penggunaan ceklis evaluasi diri juga menjadi indikasi tumbuhnya sikap ownership dan risk-taking, dimana hal ini sangat membantu mahasiswa dalam bekerja secara mandiri. 5. Kemandirian mahasiswa dalam menulis didukung oleh pedoman belajar yang memadai yaitu ceklis evaluasi diri untuk semua komponen kemampuan menulis yang ternyata telah dimanfaatkan secara optimal. 6. Model pembelajaran menulis yang dikembangkan dalam penelitian ini dan telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis adalah model pembelajaran menulis proses dengan tiga tahapan menulis yaitu pramenulis, menulis, dan merevisi yang berbasis asesmen portofolio dimana dilakukan optimalisasi kegiatan evaluasi diri. Optimalisasi kegiatan evaluasi diri dalam penelitian ini adalah penggunaan secara optimal ceklis evaluasi diri dalam tahap merevisi. Berdasarkan hasil penelitian, agar terjadi optimalisasi tersebut, perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut : a. Pengenalan pembelajaran berbasis portofolio, dimana evaluasi diri adalah kunci keberhasilan asesmen tersebut. b. Pelatihan bersama dalam menggunakan ceklis evaluasi diri c. Dorongan yang tinggi tentang pentingnya ownership dan risk-taking dalam upaya mencapai kemandirian belajar

25 d. Optimalisasi penggunaan ceklis evaluasi diri melalui kegiatan evaluasi diri yang berkelanjutan. 3.3 Pembahasan Di atas telah dipaparkan mengenai dua buah penelitian dimana pengaruh evaluasi diri telah dibuktikan terhadap peningkatan efektivitas pembelajaran menulis Bahasa Inggris. Berdasarkan kajian teoretik dan empirik terhadap peran evaluasi diri tersebut, berikut ini dilakukan pembahasan terhadap peran evaluasi diri dalam proses pembelajaran, dan implementasinya termasuk factor-faktor pendukung dan potensi kendala yang mungkin dihadapi bilamana evaluasi diri digunakan dalam penilaian pendidikan. a. Pentingnya Evaluasi Diri dalam Pembelajaran Kajian tentang evaluasi diri sebagai suatu hal penting dalam proses pembelajaran dan penilaian belakangan ini telah banyak dilakukan, meskipun dalam konteks pendidikan di Indonesia, konsep evaluasi diri sebagai suatu alat penilaian otentik belum berkembang seperti jenis asesmen otentik yang lain seperti asesmen kinerja. Asesmen portofolio sudah banyak dibicarakan dan sudah mulai diimplementasikan dalam penilaian, namun dari beberapa pengamatan, asesmen portofolio lebih dimaknai sebagai penilaian terhadap sekumpulan produk atau hasil belajar; padahal, salahsatu esensi dari asesmen portofolio adalah pemantauan terhadap proses belajar. Untuk memantau proses, dilakukan penilaian baik oleh guru maupun siswa. Untuk mengoptimalkan peran siswa dalam proses penilaian, dilakukan evaluasi diri, yaitu evaluasi siswa terhadap apa yang telah dilakukannya, bagaimana dia melakukannya, apa kelebihannya, apa kekurangannya. Selanjutnya, hasil evaluasi diri menjadi bahan balikan sebagai refleksi atas kinerjanya, dan bagaimana kinerja tersebut dapat ditingkatkan. Perubahan paradigma pembelajaran dari berorientasi produk belajar menuju pada optimalisasi proses belajar untuk menjamin kualitas produk, telah melahirkan orientasi baru dalam penilaian hasil belajar, yaitu peran proses dan produk belajar secara bersama-sama dalam menentukan kualitas hasil belajar. Untuk itu, proses harus dipantau secara baik. Evaluasi diri sesuai sebagai salahsatu teknik penilaian proses karena melalui evaluasi diri pebelajar dapat mengetahui kelebihan dan kekurangannya dalam melakukan tugas, sewaktu-waktu selama proses penyelesaian tugas. Dengan melakukan itu, pebelajar mendapat balikan untuk selanjutnya bisa

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada semua

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada semua jenjang pendidikan sejak tahun ajaran 2007/2008 menuntut berbagai perubahan pada praktik pembelajaran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA ASESMEN OTENTIK DALAM RANGKA KTSP Suatu Upaya Pemberdayaan Guru dan Siswa DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL U NDIKS H A OLEH A.A. ISTRI N. MARHAENI Makalah Disampaikan pada

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLEMENTASI ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INGGRIS DITINJAU DARI KECEMASAN SISWA

PENGARUH IMPLEMENTASI ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INGGRIS DITINJAU DARI KECEMASAN SISWA PENGARUH IMPLEMENTASI ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INGGRIS DITINJAU DARI KECEMASAN SISWA (STUDI EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TABANAN TAHUN AJARAN 2010/2011) Oleh:

Lebih terperinci

ASESMEN AUTENTIK DALAM KAITAN DENGAN OPTIMALISASI KINERJA PROFESIONAL BERKELANJUTAN

ASESMEN AUTENTIK DALAM KAITAN DENGAN OPTIMALISASI KINERJA PROFESIONAL BERKELANJUTAN ASESMEN AUTENTIK DALAM KAITAN DENGAN OPTIMALISASI KINERJA PROFESIONAL BERKELANJUTAN Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni Ngurah_marhaeni@yahoo.com Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja - Bali Globalisasi

Lebih terperinci

KETERAMPILAN MENILAI (MENGEVALUASI)

KETERAMPILAN MENILAI (MENGEVALUASI) KETERAMPILAN MENILAI (MENGEVALUASI) Dra. Titik Harsiati, M.Pd 1. Pengertian dan Karakteristik Penilaian dalam Paradigma Konstruktivisme Seiring dengan perkembangan belajar yang berorientasi pada pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Dick dan Carrey (2003), yang berlangsung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Dick dan Carrey (2003), yang berlangsung BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain dan Paradigma Penelitian Desain dan paradigma penelitian yang digunakan diadaptasi dari model pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Dick dan Carrey (2003), yang

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI SISWA SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM. Mulia Putra 1. Abstrak

PENERAPAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI SISWA SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM. Mulia Putra 1. Abstrak PENERAPAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI SISWA SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM Mulia Putra 1 Abstrak Matematika adalah ilmu pengetahuan yang terbentuk dari hasil pemikiran manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada kelas VIII-A cenderung text book oriented dan teacher oriented. Hal ini terlihat dari hasil

Lebih terperinci

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki. Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki Ida Nurhayati 1 1 SMPN 1 Besuki, Tulungagung Email: 1 idanurhayati@gmail.com

Lebih terperinci

Nelly Febri Trisna ABSTRAK

Nelly Febri Trisna ABSTRAK PENGARUH METODE PEMBELAJARAN GUIDED NOTE TAKING DENGAN BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD MARKUS MEDAN Nelly Febri Trisna ABSTRAK

Lebih terperinci

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MELALUI METODE BERBASIS PENYELIDIKAN TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X MAN 1 MAKASSAR (1) Hardi Hamzah, (2) Sidin Ali, Muh. (3) Muhammad Tawil 1 Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING Testiana Deni Wijayatiningsih, Akhmad Fathurrahman, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris

Lebih terperinci

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI (GI) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX-1 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Sekota Samarinda, pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Kota Samarinda memiliki 20 SMA Negeri sebagai populasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono, 2011 : 2) secara kuantitatif maupun kualitatif. (Arikunto, 2006: 10).

BAB 3 METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono, 2011 : 2) secara kuantitatif maupun kualitatif. (Arikunto, 2006: 10). 29 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono, 2011 : 2) Metode penelitian

Lebih terperinci

THE IMPLEMENTATION OF PERFORMANCE ASSESSMENT TO IMPROVE THE WRITING SKILL OF THE STUDENTS IN CLASS XI 2 SMA ( SLUA ) SARASWATI 1 DENPASAR

THE IMPLEMENTATION OF PERFORMANCE ASSESSMENT TO IMPROVE THE WRITING SKILL OF THE STUDENTS IN CLASS XI 2 SMA ( SLUA ) SARASWATI 1 DENPASAR THE IMPLEMENTATION OF PERFORMANCE ASSESSMENT TO IMPROVE THE WRITING SKILL OF THE STUDENTS IN CLASS XI 2 SMA ( SLUA ) SARASWATI 1 DENPASAR Ni Made Wersi Murtini and Ida Ayu Made Wedasuwari Mahasaraswati

Lebih terperinci

Ernanda Ariyatna Drs. Malan Lubis, M.Hum.

Ernanda Ariyatna Drs. Malan Lubis, M.Hum. 1 Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks Siswa Kelas X SMK Negeri 3 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 Ernanda Ariyatna Drs. Malan Lubis, M.Hum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, yakni metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, yakni metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, yakni metode yang sistematis dan logis untuk membuktikan suatu hipotesis. Hipotesis merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata

Lebih terperinci

e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volum 3 Tahun 2013)

e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volum 3 Tahun 2013) PENGARUH PENGGUNAAN EDUCATION GAMES DAN ASESMEN PORTOFOLIO TERHADAP PEMEROLEHAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SD GUGUS I KECAMATAN GIANYAR. Sri Kusuma Dewi Ni Wayan, Nyoman Dantes, A.A.I.N Marhaeni

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMBELAJARAN

PENILAIAN PEMBELAJARAN PENILAIAN PEMBELAJARAN I Made Alit Karyawan Salain Pengembangan Pendidikan Kurikulum Tujuan Tujuan Peserta Didik Pembelajaran Penilaian Tujuan 1 Pengertian Penilaian Kegiatan terstruktur seorang pendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya diperoleh beberapa kesimpulan berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peranan penting dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan

Lebih terperinci

Wawat Suryati STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

Wawat Suryati STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Wawat Suryati STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh penerapan metode pembelajaran PQ4R pada hasil belajar siswa dengan mengambil pokok bahasan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia dihadapkan pada tantangan era globalisasi yang semakin berat, yaitu diharapkan mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Lebih terperinci

Kadek Rahayu Puspadewi Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Mahasaraswati Denpasar ABSTRACT

Kadek Rahayu Puspadewi Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Mahasaraswati Denpasar ABSTRACT PENGARUH METODE INDUKTIF BERBANTUAN ASESMEN OTENTIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR ALJABAR LINEAR I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAUNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR Kadek Rahayu Puspadewi Program

Lebih terperinci

ASESMEN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI

ASESMEN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA ASESMEN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL U NDIKS H A OLEH A.A. ISTRI N. MARHAENI 1 Bahan Pelatihan Bagi Guru-Guru Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka siswa diharapkan dapat mengusai keterampilan-keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka siswa diharapkan dapat mengusai keterampilan-keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran wajib dan utama diajarkan di Sekolah Dasar. Dengan belajar Bahasa Indonesia, maka siswa diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Adapun metode kuantitatif yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan masyarakat menyebabkan perubahan-perubahan dalam masyarakat, perubahan ini akan menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi

Lebih terperinci

Sulistyaning Kartikawati. Program Studi Pendidikan Teknik Elektro, FPTK, IKIP PGRI MADIUN

Sulistyaning Kartikawati. Program Studi Pendidikan Teknik Elektro, FPTK, IKIP PGRI MADIUN PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING MELALUI TUTORIAL ONLINE DAN TATAP MUKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DITINJAU DARI TINGKAT AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PADA PEMAHAMAN MATERI FISIKA DASAR Sulistyaning

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN INVESTIGASI MATEMATIKA SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN INVESTIGASI MATEMATIKA SISWA βeta p-issn: 2085-5893 e-issn: 2541-0458 Vol. 7 No. 1 (Mei) 2014, Hal. 1-12 βeta 2014 DOI: http://dx.doi.org/10.20414/betajtm.v9i2.7 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP

Lebih terperinci

Afandi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Tanjungpura. Abstrak

Afandi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Tanjungpura. Abstrak Pembelajaran Biologi Menggunakan (Afandi) 1 Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan Metakognitif melalui Model Reciprocal Taching dan Problem Based Learning Ditinjau dari Kemandirian Belajar dan Kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu. Penelitian ini dikatakan eksperimen semu karena

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu. Penelitian ini dikatakan eksperimen semu karena 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen semu. Penelitian ini dikatakan eksperimen semu karena peneliti tidak mengontrol semua variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia yang cerdas, unggul dan berdaya saing. Kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Hal ini disebabkan karena subjek yang akan diteliti merupakan subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi eksperimental adalah desain penelitian yang mempunyai kelompok kontrol tetapi

Lebih terperinci

*keperluan Korespondensi, no. HP ABSTRAK

*keperluan Korespondensi, no. HP ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 2 Tahun 2016 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 52-58 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 PENGGUNAAN JURNAL BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP EMBRIOLOGI HEWAN MAHASISWA PRODI P.BIOLOGI FKIP UNS Harlita, Riezky Maya Probosari Dosen Prodi P.Biologi FKIP UNS Email: lita_uns@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada metodologi penelitian ini akan dijelaskan tentang metode penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada metodologi penelitian ini akan dijelaskan tentang metode penelitian, BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada metodologi penelitian ini akan dijelaskan tentang metode penelitian, teknik penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, instrument penelitian, instrument

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di SMA Negeri Karangpandan kelas X tahun pelajaran 2012/2013 yang beralamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Menyusun Paragraf Melalui Metode Latihan Terbimbing Siswa Kelas III SDN 5 Ampana

Peningkatan Kemampuan Menyusun Paragraf Melalui Metode Latihan Terbimbing Siswa Kelas III SDN 5 Ampana Peningkatan Kemampuan Menyusun Paragraf Melalui Metode Latihan Terbimbing Siswa Kelas III SDN 5 Ampana Jumiyanti, Saharudin Barasandji dan Efendi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan jarak bukan suatu hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai penjuru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebagai proses pemberian bimbingan terhadap anak oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi anak agar mencapai kedewasaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Masing-masing kelas

BAB III METODE PENELITIAN. kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Masing-masing kelas BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design. Dalam penelitian ini, terdapat dua kelas yaitu kelas eksperimen

Lebih terperinci

e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volum 3 Tahun 2013)

e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volum 3 Tahun 2013) PENGARUH OPTIMALISASI ASESMEN DIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INGGRIS DITINJAU DARI MINAT SISWA PADA SISWA KELAS V DI GUGUS II KECAMATAN GIANYAR Agus Seputra I Ketut, A.A.I.N Marhaeni, Ni Ketut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh kemampuannya dalam mengembangkan serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Indonesia menyatakan perlunya masyarakat melaksanakan program pembangunan nasional dalam upaya terciptanya kualitas manusia dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Memasuki abad-21, Sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA Natalia (2017). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Bantuan Media Video Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi Siswa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan..Vol.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini merupakan urutan kegiatan yang ditempuh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini merupakan urutan kegiatan yang ditempuh BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini merupakan urutan kegiatan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan supaya memenuhi syarat-syarat ilmiah dalam pelaksanaannya. Hal

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm. 33-40 PEMANFAATAN PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Hasil belajar dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2012 sampai selesai dengan lokasi penelitiannya: di SD Negeri Secang 2, Magelang pada semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, fikiran,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL Heddi Dongoran Guru di SD Negeri 349 Tanjung Kapa Mandailing Natal Surel

Lebih terperinci

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X IIS di SMA Negeri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang

III. METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian jenis komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 76 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Penelitian eksperimen yaitu suatu

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

Agus Muliadi Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram

Agus Muliadi Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram PENGARUH PENERAPAN POLA PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR, KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

I. PENDAHULUAN. Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari di semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH ASESMEN KINERJA DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS

PENGARUH ASESMEN KINERJA DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS PENGARUH ASESMEN KINERJA DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS (Studi Eksperimen di SMA Negeri 1 Singaraja) I Gede Arya Sudira ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN Oleh : Yeyen Suryani & Dewi Natalia S Abstrak Masalah dalam penelitian ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi terjadi persaingan antar bangsa di dunia. Bangsa yang mampu menguasai sejumlah pengetahuan, teknologi, dan keterampilan akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi salah satu aspek penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/ 2014. Subjek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya kurikulum 2004 berbasis kompetensi, yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran meliputi kemampuan

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan atau proses pembelajaran mempunyai peran yang amat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan Bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Cintaraja Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Terdapat beberapa alasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN 2354-614X Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Dalam Memahami Isi Cerita Pendek Pada Siswa Kelas V SDN

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR DAN RT PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMP NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR DAN RT PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMP NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR DAN RT PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMP NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN Atikha Nur Khoidah 1, Budiyono 2, Riyadi 3 1 Mahasiswa Pascasarjana

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS MULTIMEDIA DITINJAU DARI

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS MULTIMEDIA DITINJAU DARI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS MULTIMEDIA DITINJAU DARI KREATIVITAS MATEMATIKASISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GROBOGAN TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

Mei Dwi Utami 1,*, Sri Mulyani 2, dan Ashadi 2 1 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

Mei Dwi Utami 1,*, Sri Mulyani 2, dan Ashadi 2 1 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 57-66 STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN AKTIF METODE LISTENING TEAM DAN METODE GUIDED NOTE-TAKING DENGAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING (PjBL) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA (Studi Eksperimen Pada Mata Kuliah Kewirausahaan Tingkat II Tahun

Lebih terperinci

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS Yerizon Jurusan Matematika FMIPA UNP Padang E-mail: yerizon@yahoo.com Abstrak. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA REALIA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA JURNAL. Oleh NUR INDAH KURNIAWATI NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M TARUNA

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA REALIA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA JURNAL. Oleh NUR INDAH KURNIAWATI NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M TARUNA 1 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA REALIA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA JURNAL Oleh NUR INDAH KURNIAWATI NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M TARUNA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006: 160). Metode yang digunakan pada penelitian

Lebih terperinci

Keterangan : X = Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMR O = Tes KIM dan KBKM

Keterangan : X = Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMR O = Tes KIM dan KBKM 3.1 Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu karena dilakukan pada siswa dalam kelas yang sudah terbentuk, dengan menerapkan pendekatan pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) seperti yang dikembangkan oleh Thiagarajan

Lebih terperinci