BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas pengujian dan analisis setiap modul dari sistem yang dirancang. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem yang dirancang sudah sesuai dengan yang diharapkan. Pengujian dilakukan pada setiap modul yang telah direalisasikan dan pada sistem secara keseluruhan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengujian dari setiap bagian. 4.. Pengujian Modul Mikrokontroler, LCD dan RTC Pengujian modul mikrokontroler dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama yaitu melakukan pengecekan port-port pada mikrokontroler dengan cara memberikan program flip-flop sederhana untuk menyalakan lampu LED. START Isi PB-PD dengan 00h Beri waktu tunda detik Isi PB-PD dengan FFh Beri waktu tunda detik SELESAI Gambar 4. Diagram Alir Pengujian Port Mikrokontroler Diagram alir pengujian menggunakan program flip-flop sederhana ditunjukkan pada Gambar 4.. Jika data yang dihasilkan oleh semua port sama dengan data yang dikirimkan, maka mikrokontroler dikatakan bekerja dengan baik. Tahap kedua yaitu melakukan pengujian pengiriman data secara serial menggunakan perangkat serial RS232. Berikut adalah potongan program yang dikerjakan menggunakan bantuan compiler software CodeVisionAVR v untuk menguji koneksi serial : 38

2 39 { printf("test SERIAL BRAKE TESTER PROJECT!\r"); delay_ms(000); }; Mikrokontroler mengirimkan data teks TEST SERIAL BRAKE TESTER PROJECT ke hyper terminal pada komputer, dan jika data yang diterima oleh komputer sama dengan data yang dikirimkan, maka mikrokontroler dinyatakan bekerja dengan baik. Hasil yang diperoleh hyper terminal ditunjukkan pada Gambar 4.2. Gambar 4.2. Penerimaan Data Serial pada Komputer Untuk pengujian LCD dan RTC, pada LCD ditampilkan jam, hari dan tanggal. Ketika catu daya dimatikan, maka pada LCD masih tertampil jam, hari dan tanggal yang telah ter-update, sehingga dapat diartikan untuk LCD dan RTC bekerja dengan baik. Gambar 4.3 adalah tampilan jam, hari dan tanggal yang tertampil pada LCD. Gambar 4.3 Pengujian LCD dan RTC

3 Pengujian Sensor Accelerometer Pengujian sensor accelerometer dibagi menjadi dua bagian yaitu pengujian accelerometer dalam kondisi diam dan dalam kondisi bergerak. Pengujian accelerometer dalam kondisi diam bertujuan untuk menguji accelerometer untuk mengukur percepatan gravitasi bumi (kondisi diam), sedangkan pengujian accelerometer dalam kondisi bergerak bertujuan untuk menguji percepatan accelerometer saat digerakkan Pengujian Accelerometer Dalam Kondisi Diam Pengujian accelerometer dalam kondisi diam dilakukan dengan mengubah posisi vektor sumbu x, y dan z dalam berbagai posisi. Sebagai contoh, untuk pengujian accelerometer pada posisi x = -g, y = 0 g dan z = 0g, maka perlu diatur sudut Axr = 80, Ayr = 90 dan Azr = 90. Perhitungannya adalah sebagai berikut : Rx =Rcos(Axr) = Rcos(80) = - Ry =Rcos(Ayr) = Rcos(90) = 0 Rz =Rcos(Azr) = Rcos(90) = 0 = Nilai Rx,Ry dan Rz inilah yang digunakan untuk acuan posisi vektor x, y dan z pada accelerometer. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai Rx = -, Ry = 0 dan Rz = 0, sehingga pada accelerometer harus menunjukkan posisi vektor akibat pengaruh gravitasi bumi yaitu x = - g, Y = 0 g dan Z = 0. Gambar 4.4 adalah salah satu contoh hasil pengujian accelerometer pada posisi x = -g, y = 0g dan z = 0g. Variasi pengujian lainnya dilakukan dengan berbagai posisi sudut yang berbeda-beda. Tabel 4. menunjukkan hasil percobaan dengan variasi sudut yang berbeda-beda.

4 4 Gambar 4.4 Hasil Pengujian Accelerometer X= -g,y=0g,z=0g Tabel 4. Pengujian Accelerometer Dalam Kondisi Diam NO Posisi Sudut Posisi Accelerometer θx θy θz gx gy gz , , , , , , , ,707 0

5 Pengujian Accelerometer Dalam Kondisi Bergerak Pengujian pada kondisi ini dilakukan untuk menguji sensor accelerometer akibat percepatan ketika benda bergerak. Yang diuji dalam pengujian ini adalah kecepatan dan jarak. Pengujian dilakukan dengan percobaan pada bidang miring. Gambar ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.5 Ilustrasi Pengujian Accelerometer Pada Bidang Miring θ=30, s=,4m Pada percobaan ini, permukaaan dibuat selicin mungkin sehingga gaya gesek diabaikan. Dari Gambar 4.5 bisa didapat bahwa : ) ) Keterangan : = kecepatan accelerometer (m/s) = percepatan(m/s²) t = waktu (s) Gambar percobaan pada bidang miring dapat dilihat pada Gambar 4.6.

6 43 Gambar 4.6 Percobaan Pada Bidang Miring Langkah-langkah percobaannya adalah sebagai berikut :. Menentukan sudut kemiringan (θ), dalam percobaan ini sudutnya adalah θ= Mengukur percepatan, kecepatan dan posisi accelerometer ketika dilepas dari kemiringan sebesar θ. Untuk menghitung kecepatan dan posisi, digunakan metode penghitungan luas area trapezoidal. 3. Mencari nilai faktor pengali untuk memperkecil error dengan melakukan percobaan berulang-ulang hingga menunjukkan kecepatan dan posisi yang sesuai dengan perhitungan. 4. Waktu yang digunakan adalah waktu yang didapat dari timer mikrokontroler (0,024s), dan waktu totalnya adalah 0,024s x 25 sample data (data ke 88 s.d data ke 3 = 0,6023s. Gambar 4.7 s.d Gambar 4.9 adalah gambar hasil percobaan nilai a (percepatan), kecepatan dan posisi saat accelerometer dilepas pada bidang miring (belum dikalikan faktor pengali). Sample yang dihitung adalah saat accelerometer dilepas pada bidang

7 44 miring sampai dengan sebelum accelerometer menabrak lantai.(data ke 88 s.d. data ke 3). Data ke 4 dan seterusnya dianggap nol. percepatan m/s2) a saat s =.4 m jumlah sample Gambar 4.7 Grafik Percepatan Sebelum Dikalikan Faktor Pengali kecepatan (m/s) jumlah sample Gambar 4.8 Grafik Kecepatan Sebelum Dikalikan Faktor Pengali posisi (m) 8.23E jumlah sample Gambar 4.9 Grafik Posisi Sebelum Dikalikan Faktor Pengali

8 45 Gambar 4.7 s.d. Gambar 4.9 (sebelum dikalikan faktor pengali) bila dibandingkan dengan perhitungan kecepatan dan posisi adalah sebagai berikut : velo pos = velo0+((time/2)*(acc+acc0)); = pos0+((time/2)*(velo+velo0)); Keterangan : velo0 velo pos0 pos = kecepatan sebelumnya = kecepatan saat ini = posisi sebelumnya = posisi saat ini Nilai variable time didapat dari waktu sample pada mikrokontroler yaitu sebesar 0,024s. Untuk pengujian kecepatan, kecepatan puncak (jumlah total area) sesungguhnya dapat dirumuskan : ) ) ample = 2,95 m/s Dilihat dari gambar grafik hasil percobaan sebelum dikalikan faktor pengali, kecepatan puncak (jumlah total area) = 2,82m/s. Dalam hal ini diperlukan faktor pengali agar kecepatan yang didapat sebesar 2,95m/s. Nilai faktor pengalinya adalah sebesar,04. Nilai ini sebagai pengali dalam persamaan penghitungan kecepatan dengan metode trapezoidal. Angka ini didapat dari : Dari hasil percobaan sebelum dikalikan faktor pengali posisi menunjukkan 0,82m, padahal jarak sesungguhnya adalah sebesar,4 m, dalam hal ini berarti dalam perhitungan kecepatan dan posisi perlu dikalikan faktor pengali. Faktor pengali untuk posisi adalah

9 46 Faktor pengali ini dimasukkan dalam persamaan : velo = velo0+(cal*(time/2)*(acc+acc0)); pos = pos0+(cal2*(time/2)*(velo+velo0)); Keterangan : cal = faktor pengali kecepatan =,04 cal2 = faktor pengali posisi =,70 Gambar 4.0 s.d. Gambar 4.2 adalah gambar percepatan, kecepatan dan posisi yang sudah dikalikan faktor pengali. percepatan m/s2) jumlah sample a saat s =,4 m Gambar 4.0 Grafik Percepatan Sesudah Dikalikan Faktor Pengali kecepatan(m/s) 4 3 2, jumlah sample Gambar 4. Grafik Kecepatan Sesudah Dikalikan Faktor Pengali posisi (m) 2,46E jumlah sample Gambar 4.2 Grafik Posisi Sesudah Dikalikan Faktor Pengali

10 47 Langkah percobaan seperti di atas dilakukan beberapa kali percobaan dengan variasi sudut yang berbeda-beda yaitu pada sudut kemiringan θ=0, θ=25 θ=30, θ=40 dan θ=50. Hasil percobaan dapat dilihat pada lembar lampiran. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa nilai perhitungan kecepatan dengan nilai error kecil ada pada percobaan pada sudut kemiringan θ=30 (6%), θ=40 (4%) dan θ=50 (5%). Error besar terjadi pada sudut θ=25 (64%). Hal ini terjadi karena sudut kemiringan yang kecil akan menyebabkan benda akan meluncur kebawah lebih pelan dibandingkan dengan sudut kemiringan yang besar (gaya gravitasi yang bekerja lebih kecil), sehingga percepatan yang dihasilkan juga kecil. Padahal sensor accelerometer telah diterapkan discrimination window untuk meredam error yang terjadi saat accelerometer dalam kondisi diam agar saat kondisi diam, accelerometer dapat menunjukkan 0g. Namun penerapan discrimination window ini akan menyebabkan sebagian nilai percepatan yang mendekati nol dianggap nol oleh sensor sehingga ketika terjadi percepatan mendekati nol (laju benda lambat), maka akan banyak data percepatan yang hilang, akibatnya akan terjadi banyak error untuk perhitungan kecepatan dan posisi. Sedangkan pada sudut lebih kecil dari θ=25º, massa benda diam di tempat (tidak dapat meluncur pada bidang miring). Hal ini terjadi karena gaya gesek bekerja lebih besar daripada gaya yang menyebabkan benda meluncur ke bawah, sehingga sensor percepatan akan mendeteksi percepatannya sama dengan nol. Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 menunjukkan nilai error terbesar pada beberapa kali percobaan pada tiap variasi sudut kemiringan. Tabel 4.2 Nilai Error Kecepatan Terbesar Pada Percobaan Bidang Miring Sudut ( ) Error Kecepatan Terbesar (%) 0 Massa diam 20 Massa diam 25 64, 30 6, 40 4,4 50 0,5

11 48 Tabel 4.3 Tabel Nilai Error Posisi Terbesar Pada Percobaan Bidang Miring Sudut ( ) Error Posisi Terbesar (%) 0 Massa diam 20 Massa diam 25 64, 30 7,8 40 6,6 50 3,9 Dari hasil percobaan pada bidang miring, dapat diketahui bahwa pada sudut kurang dari θ = 25, massa benda tidak diam di tempat (tidak bisa meluncur ke bawah). Untuk sudut θ = 25, nilai percepatan maksimalnya adalah sebesar : ) Pada sudut kurang dari θ = 25 nilai error yang dihasilkan untuk perhitungan kecepatan dan posisi menghasilkan error yaitu 64, % dan 64, %. Oleh sebab itu nilai percepatan kurang dari, algoritma trapezoidal tidak bisa diterapkan untuk perhitungan kecepatan dan jarak pengereman. Berbeda ketika sudut diubah menjadi θ=30, maka nilai percepatan maksimalnya adalah ) Dari Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hasil pengujian kecepatan memiliki error kurang dari 6,% jika sensor digerakkan dengan percepatan lebih dari 0,5 m/s², dan memiliki error lebih dari 64,% jika sensor accelerometer digerakkan dengan percepatan kurang dari 0,5 m/s². Pengujian jarak pengereman memiliki error kurang dari 7,8% jika sensor digerakkan lebih dari 0,5 m/s² dan memiliki error lebih dari 64,% jika sensor accelerometer digerakkan dengan percepatan kurang dari 0,5 m/s². Maka untuk percepatan lebih besar dari 0,5 m/s², metode trapezoidal bisa diterapkan untuk perhitungan kecepatan dan jarak pengereman.

12 Pengujian Accelerometer di Mobil Mobil yang digunakan adalah minibus jenis Isuzu Panther buatan tahun 998. Gambar 4.3 adalah gambar mobil Isuzu Panther yang digunakan untuk pengujian alat. Pengujian dilakukan pada malam dini hari pukul 0.00 WIB di jalan lingkar Salatiga pada kondisi jalan rata (bukan tanjakan atau turunan) dan dalam kondisi kering. Untuk pengujian kecepatan dibandingkan dengan speedometer mobil dan Navitel GPS Software Navigator for android. Pengujian dilakukan dengan berbagai variasi percobaan. Gambar 4.3. Mobil Isuzu Panther Untuk Pengujian Alat Percobaan : Data diambil saat mobil melaju dengan kecepatan 30km/jam lalu direm secara mendadak. Percobaan ini untuk mengetahui besarnya perlambatan mobil dan jarak pengereman. Data hasil percobaan digambarkan pada Gambar 4.4 s.d. Gambar 4.6.

13 50 Gambar 4.4 Grafik Percepatan Mobil Percobaan Gambar 4.5 Grafik Kecepatan Mobil Percobaan Gambar 4.6 Grafik Posisi Mobil Percobaan

14 5 Hasil posisi yang terukur (dengan menggunakan meteran) yaitu sebesar 5,4 m. berarti masih terdapat error sebesar : Percobaan 2 : Percobaan dua dilakukan dengan cara menjalankan mobil dari kecepatan 0 km/jam (berhenti) hingga kecepatan 30km/jam. (menggunakan gigi satu lalu pindah gigi dua) Gambar 4.7 Grafik Percepatan Mobil Percobaan 2 Gambar 4.8 Kecepatan Mobil Percobaan 2

15 52 Gambar 4.9 Grafik Posisi Mobil Percobaan 2 Dari hasil percobaan, kecepatan mobil saat 30 km/jam (speedometer mobil), pada accelerometer menunjukkan 33,60 km/jam. Sehingga error-nya bisa dihitung sebesar : Percobaan 3 : Percobaan 3 ini dilakukan pengambilan data saat mobil pada kecepatan 0 km/jam (berhenti) lalu berjalan sampai dengan kecepatan 30km/jam (menggunakan gigi lalu pindah gigi 2), setelah mencapai kecepatan 30km/jam lalu mobil di rem secara mendadak. Gambar 4.20 Grafik Percepatan Mobil Percobaan 3

16 53 Gambar 4.2 Grafik Kecepatan Mobil Percobaan 3 Gambar 4.22 Grafik Posisi Mobil Percobaan 3 Pada Percobaan 3 ini, masih terdapat error pada kecepatan mobil yaitu saat 30km/jam. dari grafik yang terukur menunjukkan kecepatan mobil sebelum direm yaitu sebesar 39,54 km/jam. Error yang dihasilkan yaitu sebesar : Ketiga percobaan tersebut dilakukan beberapa kali dengan mobil yang sama, jalan yang sama, jam yang sama, namun pada hari yang berbeda-beda Pengujian Sensor Gaya Hasil Pengujian Sensor Gaya Flexiforce dilakukan oleh Badan Kalibrasi PT. Multi Instrumentasi Semarang. Tabel 4.4 menunjukkan hasil kalibrasi sensor Flexiforce.

17 54 Tabel 4.4 Hasil Kalibrasi Sensor Flexiforce[7] Nilai Standar (N) Penunjukan Alat (N) Ketidakpastian (±) 49,03 49,69 98,07 98,56 47,0 47,3 96,7 96,69 ±5,64 245,2 245,49 294,24 294,30 392,36 392,76 Ketidakpastian adalah angka yang menunjukkan ukuran lebar distribusi dari nilai terukur untuk pembacaan alat ukur atau nilai bahan ukur yang telah dikoreksi. Ketidakpastian kalibrasi dinyatakan pada tingkat kepercayaan 95% dengan faktor k=2. Informasi detail teknis tercantum pada sertifikat kalibrasi di lampiran. Gambar 4.23 adalah gambar pemasangan sensor flexiforce pada pedal rem mobil. Sensor Flexiforce Pedal Kopling Pedal Rem Pedal Gas Gambar 4.23 Gambar Pemasangan Sensor Flexiforce Pada Pedal Rem 4.4. Pengujian Alat Secara Keseluruhan Gambar 4.24 adalah gambar alat secara keseluruhan, sedangkan Gambar 4.25 menunjukkan gambar ketika power on dihidupkan. Pada layar LCD tertampil hari, tanggal, waktu dan kecepatan mobil sebelum diinjak pedal rem.

18 55 charger 20 mm 70mm Mobile Printer Modul Kontrol FlexiForce Gambar 4.24 Gambar Alat Keseluruhan Gambar 4.25 Gambar Alat Ketika Power On Gambar 4.26 menunjukkan informasi setelah penginjakan rem. Data yang ditampilkan yaitu perlambatan kendaraan (g), posisi kendaraan setelah direm (g/posisi), gaya injak rem (N).

19 56 Arah sumbu x Arah sumbu y Posisi kendaraan setelah direm Jarak pengereman Gaya Injak rem Gambar 4.26 Gambar Informasi Setelah Penginjakan Rem Gambar 4.27 adalah gambar cetakan hasil pengukuran. Gambar 4.27 Gambar Hasil Cetak Portable Printer

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas mengenai perancangan sistem dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung keseluruhan sistem yang dibuat. Gambar 3.1

Lebih terperinci

Hukum I Newton. Hukum II Newton. Hukum III Newton. jenis gaya. 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika.

Hukum I Newton. Hukum II Newton. Hukum III Newton. jenis gaya. 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika. Dinamika mempelajari penyebab dari gerak yaitu gaya Hukum I Newton Hukum Newton Hukum II Newton Hukum III Newton DINAMIKA PARTIKEL gaya berat jenis gaya gaya normal gaya gesek gaya tegangan tali analisis

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisis dari modul yang mendukung sistem alat secara keseluruhan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem

Lebih terperinci

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/2014 A. PILIHAN GANDA 1. Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume d. Panjang, lebar, tinggi, tebal b. Kecepatan,waktu,jarak,energi

Lebih terperinci

DINAMIKA GERAK. 2) Apakah yang menyebabkan benda yang sedang bergerak dapat menjadi diam?

DINAMIKA GERAK. 2) Apakah yang menyebabkan benda yang sedang bergerak dapat menjadi diam? DINAMIKA GERAK KEGIATAN TATAP MUKA A. Pendahuluan Mengapa buah nangka yang tergantung di pohon, bila sudah matang jatuh ke Bumi? Gerak apa yang dialami nangka yang jatuh itu? Ya benar, buah nangka yang

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Fisika

Antiremed Kelas 10 Fisika Antiremed Kelas 0 Fisika UAS Doc. Name:K3AR0FIS0UAS Doc. Version: 205-0 2 halaman 0. Perhatikan tabel berikut! Diketahui usaha merupakan hasil perkalian gaya denga jarak, sedangkan momentum merupakan hasil

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 6. GERAK, GAYA DAN HUKUM NEWTONLatihan Soal 6.1

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 6. GERAK, GAYA DAN HUKUM NEWTONLatihan Soal 6.1 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 6. GERAK, GAYA DAN HUKUM NEWTONLatihan Soal 6.1 1. Seorang anak meluncur maju di jalan seperti pada gambar berikut tanpa mengayuh pedal sepedanya. Jenis gerak lurus berubah beraturan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Fisika

Antiremed Kelas 10 Fisika Antiremed Kelas Fisika Persiapan UAS Fisika Doc. Name:ARFISUAS Doc. Version: 26-7 halaman. Perhatikan tabel berikut! No Besaran Satuan Dimensi Gaya Newton [M][L][T] 2 2 Usaha Joule [M][L] [T] 3 Momentum

Lebih terperinci

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar.

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. 1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. Berdasar gambar diatas, diketahui: 1) percepatan benda nol 2) benda bergerak lurus beraturan 3) benda dalam keadaan diam 4) benda akan bergerak

Lebih terperinci

BAB II ALAT UJI REM PORTABEL Kecepatan Rata-Rata dan Kecepatan Sesaat

BAB II ALAT UJI REM PORTABEL Kecepatan Rata-Rata dan Kecepatan Sesaat BAB II ALAT UJI REM PORTABEL Dalam merealisasikan alat uji rem portabel diperlukan dasar teori untuk menunjang agar didapatkan hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN BAB IV ANALISA PEMBAHASAN 4.1 WAKTU PENGEREMAN KENDARAAN Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan secara umum, waktu pengereman dari sistem konvensional dan Anti-Lock ( ABS ) dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisis dari alat yang telah dibuat. Pengujian meliputi pengujian sinkronisasi, pengujian kinerja aplikasi user interface,

Lebih terperinci

ALAT UJI REM PORTABEL PADA KENDARAAN RODA 4 MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER DAN SENSOR GAYA BERBASIS MIKROKONTROLER. Oleh : Yohanes Ardi Chrismawan

ALAT UJI REM PORTABEL PADA KENDARAAN RODA 4 MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER DAN SENSOR GAYA BERBASIS MIKROKONTROLER. Oleh : Yohanes Ardi Chrismawan ALAT UJI REM PORTABEL PADA KENDARAAN RODA 4 MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER DAN SENSOR GAYA BERBASIS MIKROKONTROLER Oleh : Yohanes Ardi Chrismawan NIM : 612005030 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai perancangan dan realisasi sistem indikator peringatan berbelok dan perlambatan pada helm sepeda dengan menggunakan android smartphone sebagai

Lebih terperinci

Dokumen Penerbit. Kelajuan dan kecepatan terdiri dari. Beraturan. Kedudukan dan Perpindahan

Dokumen Penerbit. Kelajuan dan kecepatan terdiri dari. Beraturan. Kedudukan dan Perpindahan BAB 10 GERAK Dokumen Penerbit Kompetensi Dasar: Menganalisis data percobaan gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan serta penerapannya dalam kehidupan seharihari. Standar Kompetensi: Memahami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain: BAB III METODE PENELITIAN Dalam pembuatan kendali robot omni dengan accelerometer dan keypad pada smartphone dilakukan beberapa tahapan awal yaitu pengumpulan data yang diperlukan dengan beberapa cara

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan GLB dan GLBB

Soal dan Pembahasan GLB dan GLBB Soal dan GLB dan GLBB Contoh Soal dan tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dan Gerak Lurus Beraturan (GLB), materi fisika kelas 10 (X) SMA. Mencakup penggunaan rumusrumus GLBB/GLB dan membaca grafik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA Dalam Bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Program pengujian disimulasikan di suatu sistem yang sesuai. Pengujian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

soal dan pembahasan : GLBB dan GLB

soal dan pembahasan : GLBB dan GLB soal dan pembahasan : GLBB dan GLB Posted on November 7, 2010. Filed under: contoh soal Contoh Soal dan tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dan Gerak Lurus Beraturan (GLB), materi fisika kelas

Lebih terperinci

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA 1 Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA 1 LAJU: Besaran Skalar. Bila benda memerlukan waktu t untuk menempuh jarak d, maka laju rata-rata

Lebih terperinci

KISI KISI UJI COBA SOAL

KISI KISI UJI COBA SOAL KISI KISI UJI COBA SOAL Materi Indikator Soal Alat Evaluasi (soal) Gerak Lurus Disajikan 1. Perhatikan gambar dibawah ini! dengan gambar diagram S R O P Q T Kecepatan cartesius, Siswa dan -6-5 -4-3 -2-1

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS 1 BAB KINEMATIKA GERAK LURUS I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Perpindahan didefinisikan sebagai. Panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu benda dalam waktu tertentu Perubahan kedudukan (posisi) suatu benda dalam

Lebih terperinci

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA 1 Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA 1 LAJU: Besaran Skalar. Bila benda memerlukan waktu t untuk menempuh jarak d, maka laju rata-rata

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Bab ini akan menjelaskan mengenai perancangan serta realisasi perangkat keras maupun perangkat lunak pada perancangan skripsi ini. Perancangan secara keseluruhan terbagi menjadi

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 8. GERAKLATIHAN SOAL BAB 8

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 8. GERAKLATIHAN SOAL BAB 8 1. Benda dikatakan bergerak jika mengalami. SMP kelas 7 - FISIKA BAB 8. GERAKLATIHAN SOAL BAB 8 perubahan kedudukan terhadap titik acuan perubahan jarak tempuh perubahan kecepatan gerakan Kunci Jawaban

Lebih terperinci

STRUKTURISASI MATERI Gerak lurus

STRUKTURISASI MATERI Gerak lurus GERAK LURUS STRUKTURISASI MATERI Gerak lurus KOMPETENSI DASAR 3.3 Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus dengan kecepatan konstan dan gerak lurus dengan kecepatan konstan 4.3 Menyajikan data

Lebih terperinci

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius BAB III GERAK LURUS Pada bab ini kita akan mempelajari tentang kinematika. Kinematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan penyebab timbulnya gerak. Sedangkan ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan wireless

Lebih terperinci

Untuk SMA dan MA Kelas X GERAK LURUS LKPD. Nama : Kelas :

Untuk SMA dan MA Kelas X GERAK LURUS LKPD. Nama : Kelas : Untuk SMA dan MA Kelas X LKPD Nama : Kelas : Pertemuan I BESARAN DALAM A. Jenis LKPD : Aktivitas Diskusi B. Kompetensi Dasar : 3.2 Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus dengan kecepatan konstan

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kecepatan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kecepatan BAB II DASAR TEORI Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan pada Bab I, tujuan skripsi ini adalah merancang sistem forensik digital pada kendaraan bermotor khususnya disini sepeda motor.

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA ntiremed Kelas 11 FISIK Usaha dan Energi - Latihan Soal Doc Name: R11FIS0501 Version : 2012-07 halaman 1 01. Grafik berikut adalah gaya yang diberikan pada suatu benda terhadap jarak yang ditempuh benda

Lebih terperinci

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika.

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. MATA KULIAH : FISIKA DASAR TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. POKOK BAHASAN: Pendahuluan Fisika, Pengukuran Dan Pengenalan Vektor

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Spesifikasi Sistem Spesifikasi yang ada pada sistem dapat diuraikan menjadi dua bagian, yaitu spesifikasi perangkat keras dan spesifikasi perangkat lunak yang akan

Lebih terperinci

Di unduh dari : Bukupaket.com

Di unduh dari : Bukupaket.com Tabel tersebut mendeskripsikan besarnya jarak dan waktu yang diperlukan sepeda untuk bergerak. Dengan menggunakan rumus kelajuan dan percepatan, hitunglah: a. kelajuan sepeda pada detik ke 2, b. kelajuan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 6. GERAK, GAYA DAN HUKUM NEWTONLATIHAN SOAL BAB 6

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 6. GERAK, GAYA DAN HUKUM NEWTONLATIHAN SOAL BAB 6 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 6. GERAK, GAYA DAN HUKUM NEWTONLATIHAN SOAL BAB 6 1. Perhatikan tabel data waktu dan jarak tempuh mobil X dan mobil Y berikut yang bergerak pada jalan yang lurus : Waktu (s) Jarak

Lebih terperinci

NAMA : NO PRESENSI/ KELAS : SOAL ULANGAN HARIAN IPA Gerak pada Benda

NAMA : NO PRESENSI/ KELAS : SOAL ULANGAN HARIAN IPA Gerak pada Benda NAMA : NO PRESENSI/ KELAS : SOAL ULANGAN HARIAN IPA Gerak pada Benda I. Pilihan ganda Berilah tanda silang pada pilihan jawaban yang menurutmu tepat. Setiap nomor yang benar menghasilkan poin 1. Berdoalah

Lebih terperinci

Perancangan Indikator Belok dan Perlambatan pada Helm Sepeda Berbasis Android Smartphone

Perancangan Indikator Belok dan Perlambatan pada Helm Sepeda Berbasis Android Smartphone Perancangan Indikator Belok dan Perlambatan pada Helm Sepeda Berbasis Android Simon Wedhatama 1, Deddy Susilo 2, F. Dalu Setiaji 3 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer,

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - FISIKA BAB 1. GERAKLatihan Soal m. 50 m. 100 m. 150 m

SMP kelas 8 - FISIKA BAB 1. GERAKLatihan Soal m. 50 m. 100 m. 150 m SMP kelas 8 - FISIKA BAB 1. GERAKLatihan Soal 1.3 1. Di sebuah perempatan jalan, setelah melihat lampu hijau Burhan menginjak pedal gas mobilnya selama 5 detik. Sehingga mobil bergerak dengan kecepatan

Lebih terperinci

dari gambar di atas diperoleh AO + BO = 150 km atau 150 km = 30km/jam.t + 45km/jam.t, sehingga diperoleh

dari gambar di atas diperoleh AO + BO = 150 km atau 150 km = 30km/jam.t + 45km/jam.t, sehingga diperoleh 1. Dua sepeda motor bergerak saling mendekati pada lintasan lurus dengan arah berlawanan. Sepeda motor A bergerak ke barat dengan kecepatan tetap 30 km/jam, sedangkan sepeda motor B bergerak ke timur dengan

Lebih terperinci

GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN

GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN Suatu benda dikatakan melakukan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) jika percepatannya selalu konstan. Percepatan merupakan besaran vektor (besaran yang mempunyai besar dan

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil Doc. Name: RK13AR10FIS01PAS Doc. Version : 2016-11 halaman 1 10 11 01. Nilai tetapan grafitasi G adalah 6,7 Nm 2 kg

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Coba Alat Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat yang telah dibuat. Dimulai dengan pengujian setiap bagian-bagian dari hardware dan software yang

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Energi - Latihan Soal Doc. Name: RK13AR10FIS0802 Version : 2016 09 halaman 1 01. S 5m A 30 0 Dua buah benda A dan B bermassa sama (8 kg). Berapakah besarnya usaha luar yang

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA Antiremed Kelas 11 FISIKA Energi Doc. Name: K13AR11FIS0302 Version : 2014 10 halaman 1 01. Dua buah benda A dan B bermass sama (8 kg). Berapakah besarnya usaha luar yang harus diberikan pada A dan B untuk

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisa setiap modul dari sistem yang dirancang. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem yang dirancang

Lebih terperinci

GLB - GLBB Gerak Lurus

GLB - GLBB Gerak Lurus Dexter Harto Kusuma contoh soal glbb GLB - GLBB Gerak Lurus Fisikastudycenter.com- Contoh Soal dan tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dan Gerak Lurus Beraturan (GLB), termasuk gerak vertikal

Lebih terperinci

CONTOH SOAL & PEMBAHASAN

CONTOH SOAL & PEMBAHASAN CONTOH SOAL & PEMBAHASAN 1. Sebuah balok ditarik gaya F = 120 N yang membentuk sudut 37 o terhadap arah horizontal. Jika balok bergeser sejauh 10 m, tentukan usaha yang dilakukan pada balok! Soal No. 2

Lebih terperinci

Di unduh dari : Bukupaket.com

Di unduh dari : Bukupaket.com 2. Gerak pada Hewan Salah satu sifat makhluk hidup adalah bergerak. Hewan bergerak dengan berbagai cara, misalnya ada hewan yang berjalan, berlari, terbang, berenang, merayap, dan lain sebagainya. Hewan

Lebih terperinci

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber: Kinematika Gerak B a b B a b 1 KINEMATIKA GERAK Sumber: www.jatim.go.id Jika kalian belajar fisika maka kalian akan sering mempelajari tentang gerak. Fenomena tentang gerak memang sangat menarik. Coba

Lebih terperinci

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA CAKUPAN MATERI A. Hukum Pertama Newton B. Hukum Kedua Newton C. Hukum Ketiga Newton D. Gaya Berat, Gaya Normal & Gaya Gesek E. Penerapan Hukum Newton Hukum

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah membuat suatu alat yang dapat menghitung biaya pemakaian

Lebih terperinci

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika KINEMATIKA A. Teori Dasar Besaran besaran dalam kinematika Vektor Posisi : adalah vektor yang menyatakan posisi suatu titik dalam koordinat. Pangkalnya di titik pusat koordinat, sedangkan ujungnya pada

Lebih terperinci

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari FISIKA 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari Komposisi nilai UAS = 35% Open note UTS = 30% Open note ABSEN = 5 % TUGAS = 30% ============================ 100% MATERI Satuan besaran Fisika Gerak dalam satu

Lebih terperinci

Makalah Fisika Dasar tentang Gerak Lurus BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Makalah Fisika Dasar tentang Gerak Lurus BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Makalah Fisika Dasar tentang Gerak Lurus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mekanika merupakan bagian dari fisika yang membicarakan hubungan antara gaya, materi, dan gerak. Metode matematika yang dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini akan dibahas tentang analisis data dan pembahasan berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Rancangan alat indikator alarm ini digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS BAB KINEMATIKA GERAK LURUS Contoh. Bakri berlari mengitari sebuah lapangan yang berbentuk lingkaran dengan radius 35 m. Ia berangkat dr titik A. Karena capai, akhirnya ia berhenti di titik B. Sementara

Lebih terperinci

GMBB. SMA.GEC.Novsupriyanto93.wordpress.com Page 1

GMBB. SMA.GEC.Novsupriyanto93.wordpress.com Page 1 1. Sebuah benda bermassa 1 kg berputar dengan kecepatan sudut 120 rpm. Jika jari-jari putaran benda adalah 2 meter percepatan sentripetal gerak benda tersebut adalah a. 32π 2 m/s 2 b. 42 π 2 m/s 2 c. 52π

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 FISIKA

Antiremed Kelas 10 FISIKA Antiremed Kelas 0 FISIKA Dinamika, Partikel, dan Hukum Newton Doc Name : K3AR0FIS040 Version : 04-09 halaman 0. Gaya (F) sebesar N bekerja pada sebuah benda massanya m menyebabkan percepatan m sebesar

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL FISIKA SMA N 1 SINGARAJA. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh gambar di atas adalah.. mm

SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL FISIKA SMA N 1 SINGARAJA. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh gambar di atas adalah.. mm SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL FISIKA SMA N 1 SINGARAJA 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh gambar di atas adalah.. mm A. 2, 507 ± 0,01 B. 2,507 ± 0,005 C. 2, 570 ± 0,01 D. 2, 570 ± 0,005 E. 2,700 ±

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT 1.1 Skema Alat Pengukur Laju Kendaraan Sumber Tegangan Power Supply Arduino ATMega8 Proses Modul Bluetooth Output Bluetooth S1 S2 Komputer Lampu Indikator Input 2

Lebih terperinci

Pilihlah jawaban yang paling benar!

Pilihlah jawaban yang paling benar! Pilihlah jawaban yang paling benar! 1. Besarnya momentum yang dimiliki oleh suatu benda dipengaruhi oleh... A. Bentuk benda B. Massa benda C. Luas penampang benda D. Tinggi benda E. Volume benda. Sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan penelitian. Langkah-langkah tersebut dilukiskan melalui bagan 3.1 berikut. Menentukan prinsip kerja sistem

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

Sudut VS Waktu Sampling (a=0.95)

Sudut VS Waktu Sampling (a=0.95) BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA 1.1. Pengujian Accelerometer dan Low Pass Filter Pengujian ini dilakukan dengan mengganti nilai koefisien low pass filter, dari pergantian nilai tersebut akan terlihat

Lebih terperinci

USAHA, ENERGI & DAYA

USAHA, ENERGI & DAYA USAHA, ENERGI & DAYA (Rumus) Gaya dan Usaha F = gaya s = perpindahan W = usaha Θ = sudut Total Gaya yang Berlawanan Arah Total Gaya yang Searah Energi Kinetik Energi Potensial Energi Mekanik Daya Effisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah .

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah  . BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rem merupakan komponen yang sangat penting dalam kendaraan. Rem yang tidak bekerja dengan baik / blong (lepas kendali) dapat mengakibatkan kendaraan sulit

Lebih terperinci

Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012.

Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012. Nama : Kelas : Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012. 1. Besaran yang satuannya didefinisikan lebih dulu disebut

Lebih terperinci

Wardaya College. Denisi Posisi, Jarak dan Perpindahan. Posisi, Jarak dan Perpindahan. Posisi, Jarak dan Perpindahan. Part II

Wardaya College. Denisi Posisi, Jarak dan Perpindahan. Posisi, Jarak dan Perpindahan. Posisi, Jarak dan Perpindahan. Part II Posisi, Jarak dan Perpindahan Part I Denisi Posisi, Jarak dan Perpindahan Jarak dan perpindahan adalah besaran gerak yang memiliki dimensi yang sama dengan besaran pokok panjang. Part II Posisi, Jarak

Lebih terperinci

Hukum Newton dan Penerapannya 1

Hukum Newton dan Penerapannya 1 Hukum Newton dan Penerapannya 1 Definisi Hukum I Newton menyatakan bahwa : Materi Ajar Hukum I Newton Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dengan memahami konsep dasar dari sistem meteran air digital yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang mencakup gambaran sistem, prinsip kerja sistem dan komponen komponen

Lebih terperinci

Olimpiade Sains Nasional F i s i k a

Olimpiade Sains Nasional F i s i k a Olimpiade Sains Nasional 2012 Tingkat Kabupaten/Kotamadya Bidang F i s i k a Ketentuan Umum: 1- Periksa lebih dulu bahwa jumlah soal Saudara terdiri dari 8 (delapan) buah soal. 2- Waktu total untuk mengerjakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Pengujian hardware sistem absensi RFID dengan custom RFID reader mencakup

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Pengujian hardware sistem absensi RFID dengan custom RFID reader mencakup BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengujian Hardware Pengujian hardware sistem absensi RFID dengan custom RFID reader mencakup pengujian terhadap custom RFID reader dan pengujian tag. Pengujian custom RFID

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada skripsi ini dilakukan beberapa pengujian dan percobaan untuk mendapatkan hasil rancang bangun Quadcopter yang stabil dan mampu bergerak mandiri (autonomous). Pengujian

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENGEREMAN OTOMATIS SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN AKTUATOR REM TROMOL

PERENCANAAN SISTEM PENGEREMAN OTOMATIS SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN AKTUATOR REM TROMOL PERENCANAAN SISTEM PENGEREMAN OTOMATIS SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN AKTUATOR REM TROMOL Cahyo Sutowo, Ery Diniardi, Sulis Yulianto, Heru Prianto Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PERANCANGAN PEMBUATAN ALAT SENSOR SINYAL BUNYI POLISI TIDUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PERANCANGAN PEMBUATAN ALAT SENSOR SINYAL BUNYI POLISI TIDUR 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PERANCANGAN PEMBUATAN ALAT SENSOR SINYAL BUNYI POLISI TIDUR Gambar 4.1 Perancangan Alat Sensor Sinyal Bunyi Pada rangkaian yang diatas membutuhkan tegangan 5 V dengan

Lebih terperinci

15. Teknik Pengoperasian Kendaraan Rapid Intervention Vehicle Type IV / Rescue Tender

15. Teknik Pengoperasian Kendaraan Rapid Intervention Vehicle Type IV / Rescue Tender 15. Teknik Pengoperasian Kendaraan Rapid Intervention Vehicle Type IV / Rescue Tender Modul Diklat Basic PKP-PK 15.1 Prosedur pengoperasian Rapid Intervention Vehicle Type IV 15.1.1 Sebelum mesin kendaraan

Lebih terperinci

r = r = xi + yj + zk r = (x 2 - x 1 ) i + (y 2 - y 1 ) j + (z 2 - z 1 ) k atau r = x i + y j + z k

r = r = xi + yj + zk r = (x 2 - x 1 ) i + (y 2 - y 1 ) j + (z 2 - z 1 ) k atau r = x i + y j + z k Kompetensi Dasar Y Menganalisis gerak parabola dan gerak melingkar dengan menggunakan vektor. P Uraian Materi Pokok r Kinematika gerak translasi, terdiri dari : persamaan posisi benda, persamaan kecepatan,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Dimensi : 30 x 22 x 9CM, Bobot 2.4 Kg. Display : layar LCD 16 x 2 karakter, 71.2 x 25.2 mm, 6.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Dimensi : 30 x 22 x 9CM, Bobot 2.4 Kg. Display : layar LCD 16 x 2 karakter, 71.2 x 25.2 mm, 6. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 41 Spesifikasi sistem Dimensi : 30 x 22 x 9CM, Bobot 24 Kg Display : layar LCD 16 x 2 karakter, 712 x 252 mm, 65 inchi Processor : Microcontroller with 128K Bytes, Clock

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONTROL PID PADA PERGERAKAN LARAS MORTIR 81MM SESUAI DENGAN HASIL PERHITUNGAN KOREKSI TEMBAKAN

IMPLEMENTASI KONTROL PID PADA PERGERAKAN LARAS MORTIR 81MM SESUAI DENGAN HASIL PERHITUNGAN KOREKSI TEMBAKAN IMPLEMENTASI KONTROL PID PADA PERGERAKAN LARAS MORTIR 81MM SESUAI DENGAN HASIL PERHITUNGAN KOREKSI TEMBAKAN Dimas Silvani F.H 1*, Abd. Rabi 1, Jeki Saputra 2 1 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

SOAL UJIAN PRAKTIK SMA NEGERI 78 JAKARTA

SOAL UJIAN PRAKTIK SMA NEGERI 78 JAKARTA SOAL UJIAN PRAKTIK SMA NEGERI 78 JAKARTA Mata Pelajaran : Fisika Nomor Soal : 1 Petunjuk: Lakukan percobaan untuk memformulasikan resultan dua vektor dengan langkah kegiatan yang sistematis dan penyajian

Lebih terperinci

BAB II KINEMATIKA GERAK LURUS. A. STANDAR KOMPETENSI : Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskrit (partikel).

BAB II KINEMATIKA GERAK LURUS. A. STANDAR KOMPETENSI : Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskrit (partikel). BAB II KINEMATIKA GERAK LURUS A. STANDAR KOMPETENSI : Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskrit (partikel). B. INDIKATOR : 1. Mendefinisikan pengertian gerak 2. Membedakan

Lebih terperinci

SILABUS : : : : Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.

SILABUS : : : : Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur. SILABUS Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas Semester SMA Dwija Praja Pekalongan FISIKA X (Sepuluh) 1 (Satu) Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. Kompetensi 1.1 Mengukur

Lebih terperinci

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik GAYA GESEK (Rumus) Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik f = gaya gesek f s = gaya gesek statis f k = gaya gesek kinetik μ = koefisien gesekan μ s = koefisien gesekan statis μ k = koefisien gesekan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pelaksanaan dari perancangan telah dibuat dan dijelaskan pada Bab 3, kemudian perancangan tersebut diimplementasi ke dalam bentuk yang nyata (secara hardware).hasil implementasi

Lebih terperinci

GAYA DAN HUKUM NEWTON

GAYA DAN HUKUM NEWTON GAYA DAN HUKUM NEWTON 1. Gaya Gaya merupakan suatu besaran yang mempunyai besar dan arah. Satuan gaya adalah Newton (N). Gbr. 1 Gaya berupa tarikan pada sebuah balok Pada gambar 1 ditunjukkan sebuah balok

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 83 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1. Tujuan Pengujian Pengujian yang akan dilakukan untuk mengetahui apakah sistem sudah berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Pengujian dilakukan pada beberapa

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL GERAK PADA BENDA. Jeni s soal. Soal. PG 1 B Jawaban benar skor 1. ikan. Bumi mengelilingi matahari dengan

KISI-KISI SOAL GERAK PADA BENDA. Jeni s soal. Soal. PG 1 B Jawaban benar skor 1. ikan. Bumi mengelilingi matahari dengan KISI-KISI SOAL GERAK PADA BENDA No Indicator kompetensi Indicator pembelajara n Indikator soal Soal Jeni s soal No soal Kunci Rubrik 1. Mendeskrips Mendeskripsi Menentu Bumi mengelilingi matahari PG 1

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN PENGAMATAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN PENGAMATAN ALAT 39 BAB IV PENGUJIAN DAN PENGAMATAN ALAT 4.1 Tujuan Dalam sebuah sistem rangkaian suatu alat hal yang harus dipastikan ialah alat tersebut bekerja dengan semestinya sesuai dengan yang sudah direncanakan.

Lebih terperinci

Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Volume 05, No.2 (2017), hal ISSN : X

Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Volume 05, No.2 (2017), hal ISSN : X RANCANG BANGUN ALAT UKUR GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN (GLBB) PADA BIDANG MIRING BERBASIS ARDUINO [1] Vionanda Sheila Deesera, [2] Ilhamsyah, [3] Dedi Triyanto [1][3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

DT-51 Application Note

DT-51 Application Note DT-51 Application Note AN73 Pengukur Jarak dengan Gelombang Ultrasonik Oleh: Tim IE Aplikasi ini membahas perencanaan dan pembuatan alat untuk mengukur jarak sebuah benda solid dengan cukup presisi dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN SIMULASI PENGENDALIAN SUHU RUANG PENETAS TELUR

BAB IV PENGUJIAN DAN SIMULASI PENGENDALIAN SUHU RUANG PENETAS TELUR 1 BAB IV PENGUJIAN DAN SIMULASI PENGENDALIAN SUHU RUANG PENETAS TELUR Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Pengukur Kecepatan Angin Berbasis Mikrokontroler ATMega 328P

Rancang Bangun Alat Pengukur Kecepatan Angin Berbasis Mikrokontroler ATMega 328P Rancang Bangun Alat Pengukur Kecepatan Angin Berbasis Mikrokontroler ATMega 328P Ridho Prabowo a),abdul Muid a*,riza Adriat a a) Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura Jalan Prof. Dr. H. Hadari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN Pada bab ini akan membahas mengenai perancangan dan pemodelan serta realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak untuk alat pengukur kecepatan dengan sensor infra

Lebih terperinci

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM GERAK NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yang berkaitan dgn hukum gerak newton

Lebih terperinci

GLBB & GLB. Contoh 1 : Besar percepatan konstan (kelajuan benda. bertambah secara konstan)

GLBB & GLB. Contoh 1 : Besar percepatan konstan (kelajuan benda. bertambah secara konstan) GLBB & GLB Suatu benda dikatakan melakukan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) jika percepatannya selalu konstan. Percepatan merupakan besaran vektor (besaran yang mempunyai besar dan arah). Percepatan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisis dari setiap modul yang mendukung sistem secara keseluruhan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci