MENGHAYATI MAKNA PERINGATAN HARI BUMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENGHAYATI MAKNA PERINGATAN HARI BUMI"

Transkripsi

1 MENGHAYATI MAKNA PERINGATAN HARI BUMI Oleh: Indriyanto Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Mari kita bersyukur kepada Allah SWT pencipta alam semesta. Kehendak dan kekuasaan Allah untuk menciptakan bumi dengan segala macam jenis sumber daya alam yang ada di permukaan dan di dalamnya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh makhluk (termasuk manusia) yang diciptakan Allah. Terkait dengan ketersediaan sumber daya alam tersebut, manusia diberi hak oleh Allah untuk memanfaatkan sumber daya alam ini agar manusia terpenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan sumber daya alam dan pembangunan harus dilakukan sesuai daya dukung dan daya tampungnya agar tidak menimbulkan kerusakan. Oleh karena itu, manusia juga diberi kewajiban oleh Allah untuk memelihara kelestarian sumber daya alam di bumi ini, yaitu dengan cara menjaga keseimbangan alam atau lingkungan hidup. Pemanfaatan sumber daya alam bukan tidak menimbulkan dampak negatif. Setiap pemanfaatan sumber daya alam selalu menimbulkan dampak positif dan dampak negatif baik langsung maupun tidak langsung terhadap manusia dan sumber daya alam atau lingkungan. Berdasarkan asas manfaat dan kelestarian sumber daya alam atau lingkungan, maka dampak negatif yang timbul akibat pemanfaatan sumber daya alam dan kegiatan pembangunan harus ditekan hingga sekecil mungkin, sedangkan dampak positif yang timbul harus ditingkatkan sesuai daya dukung (carrying capacity) dan daya tampung (retaining capacity) lingkungannya. Daya dukung lingkungan yaitu kemampuan lingkungan atau sumber daya alam untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta keseimbangan antarkeduanya. Besar dan kecilnya daya dukung lingkungan tersebut bergantung kepada kuantitas dan kualitas komponen lingkungan. Misalnya, besar dan kecilnya daya dukung lahan pertanian bergantung kepada luas lahan pertanian dan keproduktivannya. Besar dan kecilnya daya dukung kawasan hutan bergantung kepada luas kawasan hutan dan keproduktivannya. Demikian pula daya dukung danau bergantung kepada luas atau volume air danau dan keproduktivannya. Dengan demikian daya dukung lingkungan mencerminkan besarnya populasi makhluk hidup per satuan ruang (luas atau volume) yang bisa hidup optimal sesuai dengan kualitas sumber daya alam yang tersedia di dalamnya. Pada lahan pertanian atau kawasan hutan, keproduktivan lahan mengindikasikan kualitas lahan atau tempat tumbuh, sehingga hasil/produksi tanaman bisa menjadi indikator kualitas lahan. Suatu contoh, kawasan hutan produksi yang volume tegakannya pada akhir daun (umur 30

2 tahun) sebesar 600 m 3 /ha berarti keproduktivan lahannya lebih tinggi dibandingkan kawasan hutan produksi yang volume tegakannya pada akhir daur (umur 30 tahun) sebesar 300 m 3 /ha. Kawasan hutan produksi yang kemampuan produksinya hanya sebesar 600 m 3 /ha selama 30 tahun, maka besarnya volume kayu yang seharusnya dieksploitasi setiap tahun paling banyak sebesar 20 m 3 /ha/tahun. Jika eksploitasi dilakukan melebihi rata-rata riap tahunan (current annual increment), maka kelestarian hasil kayu tidak terjamin; jadi timbullah ketidaklestarian hasil kayu. Begitu pula terhadap sumber daya alam lainnya yang memiliki sifat terbarukan (renewable) seperti hutan, maka pemanfaatannya harus memperhatikan daya dukungnya. Analog dengan eksploitasi kayu tersebut, bahwa eksploitasi satwa di taman buru juga harus sesuai dengan riapnya; laju pertambahan populasi satwa buru setiap tahun harus dijadikan dasar dalam menentukan banyaknya satwa yang dipanen setiap tahunnya melalui proses berburu. Banyaknya ikan yang dipanen dari danau, sungai, dan di laut sekalipun harus sesuai dengan riap (laju pertambahan populasi) ikan di setiap ekosistem tersebut. Jika eksploitasi sumber daya alam setiap tahun melebihi riapnya, maka pastilah kelestarian hasil tidak dapat terwujudkan. Oleh karena itu, analogi ini berlaku untuk semua sumber daya alam lainnya yang terbarukan. Bagaimana terhadap sumber daya alam yang tidak terbarukan (non renewable) seperti berbagai jenis bahan tambang dan bahan bakar fosil (fossil fuel), tentu saja harus lebih berhati-hati sebab tidak dapat ditentukan riapnya mengingat siklus pembentukan bahan tersebut memerlukan waktu sangat lama, yaitu ratusan bahkan ribuan tahun. Kehati-hatian yang diperlukan dalam eksploitasi sumber daya alam yang tidak terbarukan ini bukan sematamata karena takut cepat habis, akan tetapi dampak negatif yang timbul akibat dari proses pemanenan dan bahkan akibat dari proses pemakaian bahan bakar fosil yang perlu diperhatikan agar tidak melebihi daya lenting (resilience) lingkungan hidup Daya lenting lingkungan yaitu kemampuan lingkungan atau ekosistem untuk pulih kembali setelah mengalami gangguan atau usikan. Daya lenting lingkungan bergantung kepada kompleksitas dari komponen penyusunnya. Semakin kompleks (lengkap) komponen penyusun lingkungan hidup akan semakin besar daya lentingnya dalam menghadapi gangguan. Oleh karena itu, keberadaan setiap komponen lingkungan hidup harus dilestarikan. Demikian pula daya lenting suatu ekosistem hutan sangat bergantung kepada kompleksitas komponen yang menyusun ekosistem hutan tersebut. Setiap komponen dalam sebuah ekosistem (ekosistem hutan, ekosistem padang rumput, ekosistem pertanian, ekosistem kelautan, dan ekosistem-ekosistem lainnya) merupakan satu kesatuan yang dari segi sistem ekologis tidak dapat dipisahkan. Dalam ekosistem tersebut, setiap komponennya bersatu secara alamiah dan sesuai hukum alam melalui jaringan ekologis yang meliputi

3 jaringan makanan dan siklus biogeokimia. Dengan demikian, berkurang atau hilangnya komponen pembentuk ekosistem akan menurunkan daya lentingnya. Daya lenting lingkungan berkorelasi positif dengan daya tampung lingkungan. Semakin besar daya tampung lingkungan, menyebabkan daya lenting menjadi semakin besar. Daya tampung lingkungan yaitu kemampuan lingkungan atau sumber daya alam untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lainnya yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. Keberadaan setiap komponen pembentuk eksosistem beserta jaringan ekologisnya membuat ekosistem, lingkungan, atau sumber daya alam memiliki kemampuan alamiah dalam menyerap zat, energi, dan komponen lainnya. Daya tampung lingkungan perlu diperhatikan secara cermat karena setiap zat, energi, dan komponen lain yang dimasukkan ke dalamnya tidak selalu bisa diterima lingkungan dengan baik. Bahkan zat, energi, dan komponen lain tersebut bisa menjadi polutan yang berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya, walaupun ada sebagian polutan yang bisa ditolerir lingkungan melalui proses ekologis yang terjadi di dalamnya. Banyak sekali jenis polutan (bahan pencemar) lingkungan sebagai produk aktivitas manusia di bidang pertanian (dari pupuk dan pestisida), di bidang kesehatan (dari limbah kemasan obat dan limbah radiasi), di bidang perikanan (dari zat kimia dan energi listrik untuk menangkap ikan), di bidang perhubungan (dari limbah pemakaian bahan bakar dan pelumas), di bidang industri (dari berbagai limbah bahan baku dan asap), dan lain sebagainya. Semua bahan-bahan poputan tersebut, jika melebihi daya tampung lingkungan, maka akan menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan hidup. Punanhnya suatu organisme akan memutuskan rantai atau jaringan makanan. Rusaknya suatu ekosistem darat, perairan, dan udara akan mengganggu siklus biogeokimia pada sistem lahan dan memengaruhi proses fisiologis pada semua organisme yang ada di dalamnya, sehingga sebagian atau seluruh proses ekologis yang penting akan terganggu, aliran energi, siklus materi, dan informasi pada ekosistem tersebut juga terganggu. Inilah alasannya bahwa setiap kerusakan lingkungan harus diperbaiki, setiap aktivitas pengrusakan lingkungan tidak dikehendaki, keanekaragaman hayati harus dijaga, komposisi udara di atmosfer harus dijaga, kualitas air dan tanah harus dijaga dengan baik, kualitas tempat tinggal, kuantitas dan kualitas makanan harus terpenuhi sesuai kebutuhan hidup manusia. Melalui peringatan hari bumi saat ini (22 April 2012) semua orang harus diajak menghayati makna peringatan hari bumi agar semua orang mampu dan mau mengamalkan hakekat peringatan tersebut. Peringatan hari bumi bukan merupakan peringatan terhadap hari awal terbentuknya (lahirnya) bumi, akan tetapi hari ketika manusia sangat prihatin terhadap kerusakan yang terjadi di muka bumi akibat aktivitas manusia, sekaligus hari itu merupakan hari

4 ketika manusia berjuang menghendaki kelestarian bumi atau lingkungan hidupnya. Oleh karena itu, hari bumi dapat dikatakan sebagai hari jadi lahirnya sebuah pergerakan kepedulian terhadap bumi atau lingkungan hidup. Pergerakan kepedulian terhadap bumi atau lingkungan hidup itu esensinya mengajak berbuat atau melakukan perubahan cara pemanfaatan sumber daya alam secara baik dan benar, menekan dampak begatif yang timbul akibat pemanfaatan sumber daya alam maupun aktivitas-aktivitas manusia lainnya yang menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan, serta melakukan perbaikan atau rehabilitasi terhadap setiap sumber daya alam dan lingkungan hidup yang telah rusak. Perjuangan mengenai pergerakan kepedulian terhadap bumi atau lingkungan hidup dimulai dan dilakukan atas prakarsa Gaylord Nelson seorang senator Amerika Serikat pada tanggal 22 April 1970, sehingga pada saat itu dijadikan hari dan tahun pertama peringatan Hari Bumi. Beberapa tahun sebelumnya, Gaylord Nelson selalu aktif mengampanyekan upaya pelestarian lingkungan hidup, namun baru pada tanggal 22 April 1970 beliau berhasil mengajak sekitar 20 juta warga Amerika Serikat turun ke jalan melakukan kampanye, demonstrasi, dan protes kepada pemerintah dan kalangan politikus di Amerika Serikat agar peduli terhadap kesehatan serta pencegahan dan penanggulangan kerusakan lingkungan. Pada saat ini tanggal 22 April 2012 telah memasuki tahun ke-42 Hari Bumi. Peringatan hari bumi harus dijadikan momentum bagi setiap orang (masyarakat biasa, pengusaha, politikus, para pejabat atau pemimpin) di seluruh penjuru dunia untuk menghayati makna hari bumi, kemudian melakukan introspeksi, lalu berbuat nyata dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan lingkungan. Peringatan hari bumi bukan suatu seremonial saja, tetapi harus ditindaklanjuti dengan tindakan (action) nyata dalam pengelolaan sumber daya alam atau lingkungan hidup secara baik dan benar. Respon masyarakat telah mendunia sebagaimana kerusakan lingkungan hidup itu berdampak kepada seluruh manusia di dunia. Respon tersebut terbukti dengan adanya perundang-undangan internasional atau perjanjian-perjanjian internasional. Sebagai contoh, ada Protokol Montreal yang merupakan perjanjian internasional bertujuan melindungi lapisan ozon. Protokol Montreal ditandatangani pada tanggal 16 September 1987, kemudian diberlakukan tanggal 1 Januari 1989 dan hingga saat ini telah mengalami lima kali revisi tentang substansi perjanjian tersebut. Pada tahun 1992 ada KTT Bumi yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, Barzil yang diikuti 150 negara, lalu menghasilkan Perjanjian Rio mengenai cara mengurangi pemanasan global. Kemudian ada Protokol Kyoto mengenai konvensi rangka kerja PBB tentang prubahan iklim, yaitu sebuah persetujuan sah bahwa negara-negara industri akan mengurangi emisi gas rumah kaca. Protokol Kyoto tersebut ditandatangani 16 Maret 1998 dan mulai diberlakukan pada tanggal 16 Februari 2005 dan kadaluarsa pada tahun

5 2012. Semangat dari berbagai negara yang peduli terhadap lingkungan telah mengantisipasi masa berakhirnya Protokol Kyoto dengan melakukan Konferensi Perubahan Iklim PBB tahun 2007 yang diselenggarakan oleh UNFCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) di Bali pada tanggal 3 14 Desember Konferensi tersebut bertujuan untuk mengurangi pemanasan global sebagaimana perjanjian-perjanjian terdahulu tentang upaya mengurangi pemanasan global. Masih banyak lagi berbagai jenis konvensi internasional yang berkaitan dengan upaya penyelamatan lingkungan hidup, misalnya: Konvensi Pelestarian Peninggalan Kebudayaan dan Alam Dunia (1972, di Paris), Konvensi Pencegahan Polusi Laut Akibat Pembuangan Sampah dan Barang Lain (1972, di London), Konvensi Pelarangan Pengembangan, Produksi, dan Penyimpanan Serta Pembasmian Senjata Bakteri dan Zat Racun (1972, di London), Konvensi Internasional Pencegahan Polusi Kapal (1978, di London), dan Konvensi Vina Mengenai Pelestarian Lapisan Ozon (1985, di Vina), dan lain sebagainya. Berkaitan dengan upaya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan secara lestari, di Indonesia juga telah banyak produk perundangan Republik Indonesia yang dapat dijadikan pedoman untuk mengelola sumbedaya alam dan lingkungan hidup lainnya. Beberapa contoh produk perundangan Republik Indonesia yang dimaksudkan adalah sebagai berikut. a. Undang Undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. b. Undang Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. c. Undang Undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. d. Undang Undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. e. Undang Undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. f. Undang Undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Memperingati hari bumi pada hakekatnya manusia harus mau berubah sikap dan perilakunya terhadap bumi berserta sumber daya alam yang dikandungnya, baik ketika manusia menjadikan bumi sebagai tempat tinggal dan beraktivitas maupun ketika manusia mengeksploitasi sumber daya alam yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidup dan perikehidupannya. Sikap dan perilaku yang bagaimana yang harus diterapkan? Jawabannya adalah sikap dan perilaku yang ramah lingkungan, yaitu tidak merusak tatanan sistem ekologis, tidak mencemari lingkungan, dan perilaku yang senantiasa memelihara prosesproses ekologis di bumi ini, serta konsisten pada perjuangan peduli lingkungan.

6 Marilah kita memulai merubah sikap dan perilaku dari sesuatu yang paling kecil sekalipun. 1. Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal, tempat bekerja, jalan, dan lokasi-lokasi lain tempat kita beraktivitas. Larangan membuang sampah di sembarang tempat sebaiknya dipatuhi oleh semua orang agar lingkungan hidup bersih, indah, dan sehat. Memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik merupakan langkah awal dalam memudahkan proses pengelolaan sampah. Saat ini masih sering terlihat orang membuang sampah di jalan ketika mengendarai mobil, masih juga ada orang yang sengaja membuang sampah di pinggir jalan, serta membuang sampah di badan perairan (saluran air, kanal, sungai, dan laut). Cara-cara seperti ini jangan dilakukan. Tugas semua orang untuk saling mengingatkan satu sama lain tentang cara menjaga kebersihan lingkungan. Pemerintah juga mempunyai kewajiban untuk melakukan pembinaan kepada semua anggota masyarakat yang masih belum menjaga kebersihan lingkungan hidupnya. Selain itu, fasilitas pengelolaan sampah perlu disediakan oleh pemerintah untuk menangani jumlah sampah yang sangat banyak. Minimal di setiap kabupaten atau kota harus ada satu instalasi untuk mengolah sampah (mendaur ulang sampah). Jika tempat sampah tersedia, tempat penimbunan sampah juga tersedia, tetapi instalasi pengolah sampah tidak ada, maka pencemaran tetap akan terjadi apalagi ketika sampah telah melebihi daya tampung lingkungannya. 2. Mengelola lahan pertanian yang ramah lingkungan. Cara-cara mengelola lahan pertanian mulai dari pengolahan tanah, penanaman bibit, pemeliharaan tanaman, pemanenan, dan pengolahan hasil pertanian harus dilakukan yang ramah lingkungan. Pengolahan tanah miring harus dilakukan secara hati; sebaiknya dilakukan pengolahan minimum. Pembuatan larikan dan guludan pada lahan miring harus searah dengan garis kontur atau disebut sistem nyabuk gunung, hal ini dilakukan dengan tujuan agar dapat menekan terjadinya erosi tanah. Mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia akan sangat baik. Kesuburan tanah sebaiknya dijaga dengan membiasakan menggunakan pupuk organik (kompos, pupuk kandang, pupuk hijau) karena cara ini yang lebih sustainable. Melakukan diversifikasi jenis tanaman akan sangat bermanfaat tidak hanya bermanfaat bagi penganekaragaman komoditi yang dihasilkan, tetapi juga bermanfaat untuk meningkatkan resistensi dan resiliensi ekosistem pertanian. Pengendalian hama/penyakit ditempuh melalui tahap yang paling ramah lingkungan, seperti penerapan teknik bertanam campuran, pemilihan jenis tanaman yang tahan hama/penyakit, pengendalian secara biologis menggunakan musuh alami, dan langkah terakhir baru menggunakan pestisida. Prinsip pengendalian hama/penyakit adalah mengendalikan populasi organisme penyebab

7 hama/penyakit, oleh karena itu cara eradikasi (pemusnahan) organisme tersebut tidak ramah lingkungan. Eradikasi dengan pestisida, selain dapat memutuskan jaringan makanan dalam ekosistem pertanian juga meninggalkan sisa pestisida sebagai bahan pencemar. Pemanfaatan lahan pertanian harus disesuaikan dengan kemampuan lahan dan kesesuaiannya untuk tujuan budidaya tanaman agar keproduktivannya dapat dipertahankan tinggi dan dapat ditingkatkan. Daya dukung lahan pertanian per satuan luasan di setiap wilayah perlu dikaji agar perubahan-perubahan yang terjadi baik degradasi maupun peningkatan produktivitasnya dapat diketahui secara pasti. Membiarkan lahan pertanian bera (tidak dimanfaatkan) juga merupakan tindakan yang tidak baik, sementara masih banyak orang yang memerlukan lahan garapan. Mengonversi lahan pertanian yang subur untuk kepentingan lainnya juga tidak bijaksana sebagai negara agraris yang seharusnya mengedepankan pembangunan bidang pertanian. Penggunaan lahan untuk pembangunan negeri harus dilakukan dengan penataan ruang yang ramah lingkungan tanpa mengorbankan potensi pertanian. 3. Pengelolaan hutan harus dilakukan secara sungguh-sungguh sesuai dengan prinsip manajemen hutan lestari. Produk perundangan tentang kehutanan sudah ada, tinggal setiap orang yang mendapat amanah dari rakyat sekaligus bertanggung jawab dalam pengelolaan hutan harus menjalankan tugasnya dengan baik. Masyarakat juga harus sadar tentang hak dan kewajibannya terkait dengan partisipasi yang mungkin dapat dilakukan dalam melestarikan hutan sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Setiap orang harus memahami fungsi/peran dan manfaat ekosistem hutan, baik fungsi ekologis, fungsi ekonomis, maupun fungsi sosial budaya. Pemanfaatan hutan harus dilakukan sesuai fungsi hutan dan sesuai daya dukungnya agar hutan dapat dilestarikan. Pemanfaatan hutan yang tidak sesuai dengan fungsinya, atau dengan kata lain pemanfaatan yang mengubah fungsi hutan akan menimbulkan kerusakan terhadap ekosistem hutan tersebut. Kerusakan pada ekosistem hutan akan berdampak negatif yang bersifat global, yaitu bersifat menyeluruh dan mendunia. Oleh karena itu, marilah hutan di Indonesia dimanfaatkan secara baik dan benar, serta dijaga kelestariannya. Hutan jangan dirusak, hutan jangan ditebang melebihi riapnya, hutan jangan dibakar, dan jangan mengambil hasil hutan yang bukan hak milik. Tugas masyarakat Indonesia, khususnya bagi pengelola hutan agar segera mereboisasi kawasan-kawasan hutan yang sedang mengalami kerusakan oleh berbagai sebab, selain itu harus memiliki data secara pasti tentang potensi hutan-hutan yang dikelolanya. Tanpa memiliki data yang pasti tentang potensi hutan, tidak mungkin tahu seberapa besar perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan yang positif maupun yang negatif. Tugas para penegak hukum pun tidak kalah pentingnya untuk menghentikan kegiatan

8 pengrusakan hutan, untuk menyelesaikan kasus-kasus penebangan liar dan korupsi yang terjadi di tanah air. Ini semua sebagai penghayatan makna peringatan Hari Bumi yang kemudian perlu diamalkan dan direalisasikan. 4. Pemanfaatan semua unsur-unsur lingkungan harus senantiasa dilakukan ramah lingkungan. Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia telah diatur di dalam perundangan Republik Indonesia. Bangsa Indonesia pernah mempunyai Undang Undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1982 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, kemudian Undang Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang terbaru adalah Undang Undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hal tersebut menandakan bahwa bangsa Indonesia telah sungguh-sungguh ingin mengelola lingkungan hidup secara baik dan benar. Saat ini tinggal bergantung kepada perilaku setiap manusia Indonesia, apakah setiap usaha dan aktivitasnya telah disertai dengan ketaatasasan terhadap kelestarian lingkungan? Marilah kita konsisten dengan penerapan perundangan yang telah ada di Indonesia agar lingkungan hidup ini bisa dinikmati dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Adanya dokumen Amdal (analisis mengenai dampak lingkungan hidup) yang diwajibkan ada pada setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup, serta adanya dokumen UKL-UPL (upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup) pada setiap usaha dan/atau kegiatan yang diwajibkan memilikinya harus betul-betul digunakan sebagai dasar dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup secara baik. Demikianlah makna dan pesan yang secara filosofis terkandung pada Hari Bumi. Semoga peringatan Hari Bumi pada tahun 2012 ini bisa membawa perubahan kea rah yang lebih baik pada cara-cara manusia mengelola lingkungan hidupnya, sehingga sumber daya alam dan lingkungan dapat dimanfaatkan tanpa timbul suatu kerusakan. Referensi 1. Subroto, M. A. dan Suprapedi Aspek Aspek Hak Kekayaan Intelektual dalam Penyusunan Perjanjian Penelitian dengan Pihak Asing di Bidang Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 2. Turk, J Introduction to Environmental Studies. Second Edition. CBS College Publishing, Japan. 3. Undang Undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 4. Undang Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. 5. Undang Undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. 6. Undang Undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

9 7. Undang Undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup / id&u= ki/rio_protocol

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA 1 OLEH : Kelompok V Muslim Rozaki (A 231 10 034) Melsian (A 231 10 090) Ni Luh Ari Yani (A 231 10 112) Rinanda Mutiaratih (A 231 11 006) Ismi Fisahri Ramadhani (A 231

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang manfaat serta fungsinya belum banyak diketahui dan perlu banyak untuk dikaji. Hutan berisi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA p PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan kehidupan paling signifikan saat ini adalah meningkatnya intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya lapisan atmosfer.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 10 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KONSEP-KONSEP DASAR DALAM HUKUM LINGKUNGAN

KONSEP-KONSEP DASAR DALAM HUKUM LINGKUNGAN KONSEP-KONSEP DASAR DALAM HUKUM LINGKUNGAN AmAnAt Konstitusi/uuD NkRI 1945 Pasal 28 H ayat (1) yang menyatakan Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Disusun oleh: Mirza Zalfandy X IPA G SMAN 78 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 0 BUPATI SIGI PROVINSI

Lebih terperinci

Cara menanggulangi pencemaran seperti pada gambar diatas adalah...

Cara menanggulangi pencemaran seperti pada gambar diatas adalah... SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 13. PENCEMARAN LINGKUNGANLatihan Soal 13.1 1. Kebakaran hutan yang terjadi di Riau mengakibatkan polutan karbondioksida bertambah banyak di udara, hal ini menyebabkan terjadinya....

Lebih terperinci

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati 1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Lebih terperinci

KERUSAKAN LINGKUNGAN

KERUSAKAN LINGKUNGAN bab i KERUSAKAN LINGKUNGAN A. KONSEP KERUSAKAN LINGKUNGAN Kerusakan lingkungan sangat berdampak pada kehidupan manusia yang mendatangkan bencana saat ini maupun masa yang akan datang, bahkan sampai beberapa

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 Standar Kompetensi 2. Memahami sumberdaya alam Kompetensi Dasar 2.3.

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik Kurikulum xxxxxxxxxx2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1 1. Cara mengurangi pencemaran lingkungan akibat rumah tangga adalah... Membakar sampah plastik dan kertas satu minggu

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Undang Undang No. 6 Tahun 1994 Tentang : Pengesahan United Nations Framework Convention On Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai Perubahan Iklim) Oleh : PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2010

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2010 SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2010 Assalamualaikum warakhmatullah wabarakatuh, Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, Salam

Lebih terperinci

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2. Analisis Mengenai Dampak (AMDAL) 3. Pengelolaan Kualitas

Lebih terperinci

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA Peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia 5 Juni 2010 PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, baik tumbuhan maupun hewan. Sampai dengan

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

Pencemaran Lingkungan

Pencemaran Lingkungan Pencemaran Lingkungan Arsitektur Ekologi dan Berkelanjutan Minggu ke 4 By : Dian P.E. Laksmiyanti, St, MT Email : dianpramita@itats.ac.id http://dosen.itats.ac.id/pramitazone Ini yang sering nampak Pencemaan

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. UU RI No. 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa permasalahan

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak Geografi Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Payung Hukum. 1. kewajiban memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup. Menurut UU. Mengawal Hukum Lingkungan

Payung Hukum. 1. kewajiban memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup. Menurut UU. Mengawal Hukum Lingkungan Pewarta-Indonesia, MESKI istilah undang-undang pokok tidak dikenal lagi dalam sistem dan kedudukan peraturan perundang-undangan sekarang ini, namun keberadaan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa dilingkungan hidup adalah merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan, yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGKAJIAN BAKU MUTU KUALITAS UDARA AMBIEN LAMPIRAN. PP No.41 TAHUN 1999

LAPORAN KEGIATAN PENGKAJIAN BAKU MUTU KUALITAS UDARA AMBIEN LAMPIRAN. PP No.41 TAHUN 1999 LAPORAN KEGIATAN PENGKAJIAN BAKU MUTU KUALITAS UDARA AMBIEN LAMPIRAN PP No.41 TAHUN 1999 PUSAT SARANA PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN Deputi Bidang Pembinaan Sarana Tehnis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan

1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan 1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan Lingkungan d. Analisis Masalah Dampak Lingkungan e. Analisa

Lebih terperinci

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi. MINGGU 3 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 1 Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian ekosistem b. Karakteristik ekosistem c. Klasifikasi ekosistem Pengertian Ekosistem Istilah ekosistem merupakan kependekan dari

Lebih terperinci

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target Tabel 5.1 Rencana, Kegiatan, Kinerja, Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan SKPD Badan Hidup Kabupaten Pelalawan (Satuan Dalam Juta Rupiah) 1.1. Meningkatkan 1.1.1. kinerja Membaiknya pelayanan kinerja

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a. bahwa Hutan Lindung Kota Bontang mempunyai

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2009

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2009 SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2009 Assalamualaikum warakhmatullah wabarakatuh, Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, Salam

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

Perlindungan Terhadap Biodiversitas

Perlindungan Terhadap Biodiversitas Perlindungan Terhadap Biodiversitas Pendahuluan Oleh karena kehidupan di dunia tergantung kepada berfungsinya biosfer secara baik, maka tujuan utama konservasi dan perlindungan adalah menjaga biosfer dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tanah sebagai

Lebih terperinci

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG 1 2015 No.12,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul. Perlindungan, pengelolaan, lingkungan hidup. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumberdaya hutan tropis yang dimiliki negara Indonesia, memiliki nilai dan peranan penting yang bermanfaat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Manfaat yang didapatkan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA ACARA MEMPERINGATI HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA ACARA MEMPERINGATI HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA ACARA MEMPERINGATI HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA Minggu, 5 Juni 2016 Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam Sejahtera Pertama-tama marilah

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan ketentuan umum dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pengelolaan hidup adalah upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan salah satu sumber daya alam hayati yang memiliki banyak potensi yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat, Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menyebutkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa Lingkungan

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI PERAN EKOSISTEM HUTAN BAGI IKLIM, LOKAL, GLOBAL DAN KEHIDUPAN MANUSIA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak hutan tropis, dan bahkan hutan tropis di Indonesia merupakan yang terluas ke dua di dunia setelah negara Brazil

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

Lebih terperinci

LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA

LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA LAMPIRAN 99 LAMPIRAN SURAT 100 LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA 101 102 103 LAMPIRAN SURAT VALIDASI PAKAR 104 105 106 107 108 109 110 LAMPIRAN SURAT SD PANGUDI LUHUR AMBARAWA 111 112

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup seperti untuk membangun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

Peraturan...

Peraturan... SALINAN BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang:

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini manusia di seluruh dunia (termasuk Indonesia) berteriak akan adanya pemanasan global yang berakibat terjadinya perubahan iklim. Kekhawatiran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR : 09.TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR : 09.TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR : 09.TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU SELATAN, Menimbang : Mengingat : a. b.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa kualitas lingkungan

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tingkat produksi budidaya tanaman yang mantap sangat menentukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2009 SERI E NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG HUTAN KOTA Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, : a. bahwa

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

PERENCANAAN PERLINDUNGAN PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UU No 32 tahun 2009 TUJUAN melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup menjamin keselamatan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni 1972. Pemerintah Indonesia sendiri menaruh

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 196 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 196 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 196 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk menjamin terselenggaranya tertib administrasi

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,

Lebih terperinci

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam Sejahtera Om Swastiastu

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam Sejahtera Om Swastiastu SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA ACARA MEMPERINGATI HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA Minggu, 5 Juni 2016 Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam Sejahtera Om Swastiastu Saudara-saudara

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NO. : 20, 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa UPAYA DEPARTEMEN KEHUTANAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL Planet in Peril ~ CNN Report + Kenaikan

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 1. Meningkatnya permukiman kumuh dapat menyebabkan masalah berikut, kecuali... Menurunnya kualitas kesehatan manusia Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah,

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci